10 minute read
opini
resensi media
Bagaimana Bikin Robot Sendiri?
Advertisement
oleh IKHWAn TAuFIK
APA yang muncul di benak Anda saat mendengar kata ‘Robot’? Suatu mesin serba canggih yang bisa melakukan pekerjaan apapun? Ataukah peralatan modern yang mampu bergerak, bekerja, dan berpikir layaknya manusia? Mungkin juga terpikir tentang filmfilm animasi semacam Gundam, Transformer, Astroboy, dan Power Ranger? Kiranya, memang seperti itulah interpretasi robot yang selalu berkesan canggih dan modern. Bahkan pernah diramalkan bahwa sepuluh tahun ke depan, kehidupan manusia tidak bisa terlepas dengan mesin canggih dan modern layaknya robot. namun, pernahkah muncul di pikiran kita anganangan untuk membuat sebuah robot? Mampukah kita menciptakan mesin canggih itu? Jawabannya bisa, tentunya setelah membaca dan mempelajari buku, buah karya dari Yusep nur Jatmika ini.
cara mUdah merakit roBot UntUk pemUla: mengUpas tUntas segala hal tentang roBot Penulis: Yusep Nur Jatmika • Penerbit: FlashBook, 2011 • Tebal: 196 halaman
Buku ini memang ditujukan untuk para pemula. Tentunya, dalam mengupas tuntas segala hal mengenai robot akan dimulai dari dasar. Pembaca akan dituntun dan diperkenalkan dengan komponenkomponen dasar robot terlebih dahulu. Tidak lupa buku ini juga membahas dasardasar elektronika pembuat robot. Memang benar yang dikatakan penulis bahwa mempelajari robot tanpa mengerti dasardasar elektronika ibarat sayur tanpa garam. Apalagi buku ini memang dipersembahkan untuk para pemula yang ingin belajar membuat robot.
Walaupun demikian, pembaca tidak hanya disuguhi materi dasar merangkai sebuah robot saja. Dalam buku ini, pembaca juga akan dituntun sampai pada tahap membuat robot. Salah satunya ialah membuat robot cerdas BoeBot. Penulis pun kiranya tidak cukup puas hanya memaparkan cara membuat Boe
Bot saja. Penulis juga menyertakan listing/kode programnya. Selain BoeBot, penulis juga membahas me
ngenai robot line tracker. Jenis robot yang satu ini mempunyai karakteristik dapat bergerak mengikuti track berupa garis. Karena karakteristiknya yang bisa bergerak mengikuti garis itulah banyak yang menamai robot jenis ini dengan sebutan robot line follower. Listing program untuk robot line follower ini juga dibahas. Bahkan penulis juga mampu menjelaskan source code untuk masingmasing bagian yang digunakan untuk memrogram robot.
Dalam buku ini, pembaca akan menemukan cara membuat robot berkaki dan berlengan serta robot cerdas yang banyak diikutkan pada Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI). Pada tahapan ini, robot yang diciptakan akan sedikit lebih rumit dari pembahasan robot sebelumnya. Pemrograman yang digunakan akan lebih kompleks dan cukup memutarbalikkan otak. namun, lagilagi penulis menjelaskan listing programnya dengan sajian yang relatif mudah dipahami. Pada tahapan pembahasan robot cerdas yang banyak diikutkan pada Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI), pembaca bisa jadi akan ‘tersihir’ menjadi lebih percaya diri untuk bisa mengikuti kontes robot yang cukup bergengsi itu. Pasalnya, penulis menjelaskannya mulai dari tahap perencanaan, tahap pembuatan, tahap uji coba, dan sampai pada tahap pengembangan untuk latihan. Pemaparan penulis dalam menyajikan materi juga cukup renyah dan mudah dimengerti. Gambargambar pendukung yang fullcolour juga cukup mewarnai nilai estetika buku ini sehingga pembaca tidak akan mudah jenuh saat mempelajarinya. ukuran buku setebal 196 halam ini juga cukup kecil dan tidak berkesan seperti bukubuku diktat kuliah robot atau sejenisnya. Buku dengan dimensi 20,4 cm x 14 cm x 0,9 cm ini praktis seperti buku bacaan ringan dan biasa. namun, ilmu yang terkandung di dalamnya sungguh sangat bertolak belakang dengan ukuran buku yang bisa dikatakan kecil ini. Kiranya memang tidak salah jika Anda, para pembaca yang menyukai bidang robotika, yang berkeinginan belajar tentang robot, atau mahasiswa/pelajar yang sedang belajar robotika memilih buku ini sebagai salah satu bahan referensi.
iKHwAN TAUFiK mahasiswa Teknik Mekatronika UNY
bina rohani
SEMuA KAREnA CInTA
PERnAHKAH kita merasa sangat dicintai oleh Allah? Pernahkah kita merasa “dibenci” oleh Allah? Di dalam AlQuran memang banyak diterangkan mengenai orangorang yang dicintai dan orang yang dibenci olehnya. Banyak juga dijelaskan tentang perilaku manusia yang dicintainya dan yang dibenci olehnya. Seperti dalam surat AlBaqarah ayat 222 Allah berfirman “Sesungguhnya Allah menyukai orangorang yang bertobat dan menyukai orangorang yang medahibadah sunnah. Ketiga, selalu ingat kepada Allah (dzikrullah) baik melalui hati, lisan, maupun tingkah laku. Keempat, mencintai Allah melebihi cintanya pada diri sendiri. Kelima, mengenal, memperhatikan, dan merenungi kebesaran Allah di setiap situasi dan kondisi. Keenam, menghayati kebaikan dan nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Ketujuh, menghadirkan hati di kala melakukan ketaatan padanya (khusyu’). Kedepalan, berduaan (berkhalwat) dengan
oleh nuR AEnI ARIYAnTI
FRANK MeLeCH/FANTASieReiSe.COM
nyucikan diri”. Dan masih banyak lagi “surat cinta” (AlQur’an) beliau yang menyebutkan mengenai halhal di atas. Selain itu, kita juga diperkenalkan dengan caracara menggapai cinta Allah. Bagaimana kita “merayu” sang Maha Cinta agar mencintai kita. Imam Ibnul Qoyyim menyebutkan ada sepuluh hal yang dapat menyebabkan kita mendapatkan cinta Allah (mahabbatulloh), yaitu pertama, membaca AlQuran dan memahami serta merenungkan maknanya. Kedua, mendekatkan diri (taqorrub) kepada Allah dengan menjalankan ibanya ketika Dia turun ke langit dunia (sepertiga malam yang akhir). Kesembilan, bergaul dengan orangorang yang mencintai Allah. Kesepuluh, menjauhi segala perbuatan yang tidak disukai Allah.
Kesepuluh hal di atas apabila dilaksanakan maka Insyaallah akan mendatangkan cinta Allah pada kita. namun, tahukah kita bahwa sebenarnya apapun yang Allah berikan kepada kita semuanya disebabkan cintanya pada hambanya. Baik itu nikmat maupun siksaan (adzab). Inilah yang tidak kita ketahui. Seringkali kita berprasangka buruk padanya (suudzon) ketika kita ditimpa kemalangan, ketika doa kita tak segera dikabulkan, ketika hidup terasa sulit dan menyesakkan. Ketahuilah bahwa Sang Maha Rahman dan Rahim tersebut sedang mengirimkan sinyal cintanya, hanya diri kita yang terlampau hina ini tidak menyadarinya. Bahkan, adzab yang diberikan Allah kepada hambanya yang menyimpang merupakan manifestasi dari cintanya pada sang hamba. Kata adzab sebenarnya berasal dari kata adzbun yang berarti air yang menyegarkan. oleh karena itu, sejatinya adzab (siksa) itu merupakan siksa Allah yang ditujukan untuk menyegarkan kembali. orangorang yang mendapatkan siksaan (adzab) dari Allah biasanya akan menyadari kesalahnnya dan kembali ke jalan Allah.
Jadi, marilah kita samasama menghilangkan prasangkaprasangka buruk kepada Allah terhadap apapun yang sedang menimpa kita. Yakinlah bahwa Allah memberikan semua ini karena Dia mencintai kita. Ingatlah bagaimana Dia berkata, “Apabila hambaKu mendekat kepadaKu dengan berjalan maka Aku akan mendekat padanya dengan berlari.” Adakah dasar lain dari hal itu selain cinta? Bermohonlah selalu padanya, agar Dia selalu melimpahkan cintanya pada kita seperti doa nabi Daud a.s berikut.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadMu cintaMu dan cinta orangorang yang mencintaiMu dan aku memohon kepadaMu perbuatan yang dapat mengantarku kepada cintaMu. Ya Allah, jadikanlah cintaMu lebih kucintai daripada diriku dan keluargaku serta air dingin.” (HR Tirmidzi )
Semoga kita bisa menjaga Cintanya dan mendapatkan cinta darinya. Amin
Wallahua’lam Bishowab….
NUR AeNi ARiYANTi, M.P. dosen Jurusan Pendidikan Biologi FMiPA UNY
cerpen
Sari Ikut Kampanye
oleh nADJIB KARTAPATI Z
“Ayo, kalau masih pengin maksa, maju!” ancam Sari.
“Refaaaan!”
Pintu terbuka. Perempuan setengah baya bernama Anggi muncul dan terhenti di ambang. Sari tak menyianyiakan. Gunting di tangannya mengarah ke wajah pemilik rumah gedongan itu.
“Tante Anggi, masuk atau menyingkir!” ancamnya.
“Telpon polisi! Suruh lempar si jalang ini ke penjara!” pekik Anggi.
Sari mendorong kuat tubuh Anggi hingga perempuan itu terjengkang. Ia melompat dan lolos. Refan mencoba membuka pintu, kecele. Sari sudah menguncinya dari luar.
“Semprul!” rutuk Refan.
Di sudut pagar, Sari harus berhadapan dengan Satpam yang berkumis tebal. Sari gugup melihat pintu pagar yang terkunci.
“Ada apa, non?”
Sari memutar otak untuk menyiasati Satpam.
“Mana kuncinya? Cepat, di dalam ada keributan. Perlu bantuan Bapak!”
Terbawa kepanikan Sari, Satpam mengeluarkan kunci dari saku celananya. Sari langsung menyambar dengan ketangkasan yang mengagumkan.
Sari menyelinap keluar ketika Satpam bergegas melangkah ke rumah. Pas ketika itu sebuah mini bus behenti. Seorang lelaki meloncat turun.
“Sari!”
Sari Menoleh. Kontan matanya nanar melihat Didik bersama dua perempuan.
“Mas Didik jahat! Sudah menjebak saya!” raung Sari.
Didik tertegun. Sari berlari lagi. Saat akan mengejar, dua perempuan tadi melarang. “Mas Didik! Ingat! Tante Anggi bisa marah besar kalau meleset!”
Didik masuk mobil lagi. Sari menghilang di tikungan.
Di pinggir jalan raya yang sepi, Sari memperlambat langkahnya. Di wajahnya masih terpancar kegeraman sekaligus ketakutan.
Lampulampu kota menyiramkan sinarnya ke wajah Sari. Ia melihat ke sekeliling. Tampak bingung menentukan arah. Ia tak pernah paham kota Semarang.
Sari terus berjalan, sampailah ia pada sebuah taman. Di sinilah para wanita malam itu nunggu rezeki dari lelaki iseng. Di pojok dekat gardu listrik ada pasangan yang tengah berhimpitan di atas sepeda motor. Di trotoar ada yang melambaikan tangan untuk kendaraan yang lewat.
Sari mulai mengerti tempat apa yang ia injak ini. Ia jadi linglung seperti orang kesasar. Melihat halte bus, itulah tempat paling tepat untuk pelarian.
DEnGAn imingiming sembako, akhirnya Sari mau juga ikut kampanye. Di lapangan kabupaten, sembilanbelas kilo meter dari desanya. Bareng temanteman, beramairamai naik truk.
Sari mengenakan celana panjang. Agak ketat. Lekukliku tubuhnya tampak lebih nyata. Mata lelaki pada melotot melahap tubuh indah itu. Tapi Sari tak peduli. Temantemannya menyebutnya gadis tomboy. Toh begitu, mereka memujinya cantik.
Sari ikut mengayun pinggul ketika musik ndangndut koplo itu menendangnendang kuping. Lagu Kucing Garong, didendangkan penyanyi dari Solo. Alangkah senangnya ikut kampanye. Sudah dapat sembako, naik kendaraan gratis pula. Bisa kumpul teman dan banyak orang. ***
Di jantung kota Semarang. Di rumah gedongan. Di dalam kamar rias Sari duduk manis di depan cermin. nia, sang perias sibuk mencari gaun yang ideal untuknya.
Sebentar kemudian, ketika Refan, lelaki muda perlente itu menjelaskan tentang pekerjaan yang harus dijalaninya, Sari muntab.
“Apa? Saya mau dijadikan pelacur?”
“Apalah sebutannya, yang penting asal jangan menyulitkan!” jawab Refan.
“ndak sudi! Mas Didik janji mau kasih kerja jadi asisten. Mending jadi pembantu ketimbang jadi begituan!”
Ada gelagat Sari mau kabur. Refan cepat menangkap bahunya. nia mengunci pintu kamar.
“Kamu sudah masuk rumah ini, Sari. Bagaimana kamu bisa keluar, tergantung negomu sama lelaki yang booking kamu!” kata Refan.
“Lelaki yang booking?”
“Iya, langganan Tante Anggi. Dia ‘kan paling suka daun muda. orangnya yang tadi yang menepuknepuk pundak kamu.”
Tanpa terduga Sari menyentakkan tangan Refan dan menendangnya. Refan mundur tanpa keseimbangan.
Seperti kesurupan, Sari kalap mengobrakabrik seisi ruangan. Dengan cepat ia menyambar gunting dari troli. nia memekik dari pojok ruangan.
“Jangan macammacam kamu!” gertak Refan.
“Refan! Awas, dia nekat!” pekik nia.
Refan mengelak, tapi kurang perhitungan. Saat disergap dari samping, Sari memutar tubuh sambil mengibaskankan tangan kuatkuat. Lengan Refan tergores ujung gunting. Berdarah.
“Refan, nia... ada apa? Buka pintunya!” teriakan dari ruangan lain, beradu dengan suara gedoran pintu berulangulang.
cerpen
Di luar halte, seorang lelaki tanpa sungkan bicara pada temannya.
“Wah! Yang begini nih, yang bantingannya asyik!”
Sari berusaha tenang. Ia bergeming. Membutakan mata dan membudegkan telinga. Tapi, hatinya gaduh bukan kepalang. Aduh, kenapa jadi begini? Gusti Allah, selamatkan saya!
Sari berdiri, lalu menyeberang jalan. Ia menuju sebuah warung rokok yang cukup terang di pinggir trotoar sana. Ia mengajak bicara ibu tukang warung yang kemudian memberinya kursi.
Malam sudah larut. Ia terkantukkantuk di kursi. Raungan sirine menggagalkan mimpinya. Sari tersentak, terdengar sirine dari mobil patroli Tramtib. Sari masih tak paham apa yang terjadi. Ia malah tersenyumsenyum menyaksikan sejumlah perempuan yang tadi megalmegol itu berhamburan seperti tawon. Pada lari ngumpet. Petugas mengejar dan menangkap. Mereka digiring masuk mobil.
“Aku bukan peeska. Aku lagi nunggu bus! Lepaskan!” protes salah satu perempuan.
Sekarang giliran Sari. Begitu cepat, ia merasa dua orang petugas sudah menyengkal bahunya dan menggelandangnya. Sari memekik kaget. Memberontak.
“Mana KTPmu?”
“Saya tidak bawa.”
“naik!”
Tahutahu ia sudah dilempar ke mobil. Ia terduduk, menimpa perempuan tadi.
Sari berpikir, apa salahnya? Tapi kemudian ia juga berpikir, Bukankah mengikuti kemauan petugas itu justru lebih aman? Maka Sari pun duduk dengan manis.
Inilah saatnya petugas pembinaan mengintrograsi Sari. Ia tatap mata petugas yang menginterogasinya itu dengan keberaniannya.
“namamu siapa?” tanya petugas perempuan itu.
“Sari, Bu.”
“Sari, bagaimana kamu bisa ikutikutan?”
“Itu ndak benar, Bu.”
“Terus untuk apa kamu ada di taman tadi?”
“Demi Tuhan, Ibu. Saya benarbenar baru datang dari kampung. Saya kabur dari tempat teman saya bekerja, karena disuruh jadi pelacur. Saya tidak tahu mau ke mana.”
“Kalau memang dalam kesulitan, kenapa tidak segera lapor petugas?”
“Saya bingung, Ibu. Saya takut malah dipenjarakan!”
Ibu petugas tersenyum.
“Sebelum ini kamu pernah kerja?”
“Belum pernah, Ibu. Karena itu, waktu teman saya bilang mau kasih kerjaan, saya datang ke sini. Ternyata mau dijadikan pelacur.”
“Kamu masih gadis?”
“Ya masih’lah, Bu.”
“Baik, Sari. Sekarang... coba tunjukkan alamat temanmu.” Sari mengangkat wajah, teringat sesuatu. Dia lalu bangkit untuk mengeluarkan selembar kecil catatan dari saku celananya, lalu memberikannya kepada ibu petugas. “Ini nomor telponnya, Bu. Tapi jangan bilang dari petugas, nanti dia kabur. Jebak saja, Bu. Suruh polisi tangkap dia!” Ibu petugas menerima catatan itu. *** Bagi Sari, bahkan, kampanye itu tak sekadar membosankan. Tetapi juga memberinya kejutan. Lelaki bersafari di atas panggung, yang kini tengah pidato sebagai calon legislatif untuk daerah pemilihannya itu, pernah menepuknepuk pundaknya sewaktu di rumah Tante Anggi, dua tahun lalu.
NADJiB KARTAPATi z penulis cerpen, tinggal di Yogyakart