2 minute read

resensi media

Next Article
cerpen

cerpen

Partikel: Bicara Fungi, Menjelajah Bumi

Oleh TUSTI

Advertisement

ReNTaNg waktu 8 tahun bukanlah jeda yang singkat untuk lahirnya sekuel keempat Supernova, Partikel. Dee, sapaan akrab Dewi Lestari, seolah menghimpun “energi” untuk dimuntahkan dalam buku yang lumayan tebal dibanding pendahulunya, 493 halaman. Partikel adalah karya ke-4 Dee, sebelumnya telah lahir sekuel pertama Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh, sekuel kedua Akar, dan sekuel ketiga Petir. Dee telah bertransformasi dengan wajah lain. kali ini Dee kembali ke alam.

Zarah amala, sang tokoh, putri dari seorang ahli mikrobiologi yang berotak cemerlang, eksentrik, dan pemuja fungi, Firas. Dari kecil Zarah tidak pernah mengenyam pendidikan formal seperti layaknya anak seusianya. Pendidikan itu ia dapatkan dari “sekolah alam” bersama ayahnya. Zarah dibiarkan tumbuh bersama alam, belajar dari tumbuhan, bermain dengan fungi. Tentu pola asuh yang tidak lazim, memicu polemik dengan orang sekitar. Terlebih, Firas bersikap eksentrik sejak dia menemukan “dunianya” di bukit Jambul. Bukit Jambul dianggap sebagai tempat yang angker dan memiliki aura mistis oleh warga sekitar. Dan seketika Firas raib. kehilangan ayah menjadikan episode kehidupan Zarah berubah. Perjuangan menemukan kembali ayahnya menjadi sebuah perjalanan penuh emosional dan spiritual.

Berbekal kamera kiriman dari orang tak dikenal, Zarah berhasil melanglang ke kalimantan berikatan dengan seekor orang utan, dan hidup menyatu dengan alam. Tak cukup hanya itu, melalui kejelian “mata elang”-nya, Zarah berhasil menjadi wildlife fotografer dan menapaki hidupnya di London. Zarah menemu-

sUpernova, partikel Penulis: dee (dewi lestari) • Penerbit: bentang Pustaka, 2012 • tebal: vii + 493 halaman

kan sisi lain dari hidupnya, kemapanan hidup, persahabatan, percintaan, dan juga pengkhianatan. Pada bagian ini Dee seperti ingin menampilkan sisi sentimentil dan romantisme layaknya sinetron remaja. ajaibnya, bagian Zarah di London ini menghabiskan hampir separo dari tebal buku. akan tetapi, dari sekian berlikunya perjalanan Zarah, muaranya adalah pencarian ayahnya.

Pada Partikel Dee mengolah sinergi manusia dengan alam. Hidup berdampingan dengan alam itu berarti tidak mengusik dan berlaku baik terhadapnya. Bukan menjadi manusia serakah yang mencerabut paksa kehidupan lalu membiarkan alam berhenti “bermetabolisme” tanpa pernah dibenahi.

Bukan Dewi Lestari kalau karyanya tidak didukung dengan literatur maupun hasil riset. Seperti halnya ketika Dee berceloteh tentang fungi, mikrorganisme yang dipercaya sebagai orang tua dari alam ini. Fungi memiliki resistensi yang tinggi terhadap gempuran bencana maha dahsyat. Terjangan asteroid telah meluluhlantakkan bumi beserta isinya tapi tidak untuk fungi. Fungi menyiapkan bumi untuk dihuni dengan kedigdayaanya “meremuk” batuan menjadi tanah. Melalui fungi, Dee mencoba menggarap lebih dalam lagi menjadi bagian menarik lainnya pada buku ini. Dee me munculkan isu tentang UFO, Shamanisme (kepercayaan yang bisa menjembatani antara manusia dan roh), dan portal antar-dimensi. Membaca Partikel seperti mengarungi jalan pikir Dee yang melompat-lompat energik, nyaris tidak bisa berhenti melumat keping demi keping. Seperti menikmati es krim yang ingin segera menandaskannya tapi sayang melewatkan setiap lelehannya. Setiap epik ditata dengan apik, mengikat dan penuh dengan pesan tersirat. Dee yang piawai mengolah kata demi kata, membentuk plot yang mengaduk rasa, naik sarat gelora dan terjun menukik tajam.

Dalam salah satu nukilan, “Semua pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban. Untuk keduanya bertemu, yang dibutuhkan cuma waktu.” Seperti Partikel yang memberi jawaban dengan memberi ruang bertemu untuk Bodhi dan elektra, tokoh akar dan Petir pada buku sebelumnya. akhirnya, selamat menjelajah bersama Partikel.

tusti staf humas unY

This article is from: