Belajar Matematika Sekaligus Menguatkan Iman
Kalau filsafat dikenal dengan ilmu berorientasi pada pola pikir akal, maka matematika juga lebih dari sekedar akal. Kalau sains dikenal sebagai ilmu
yang berorientasi pada prosedur ilmiah dalam menemukan kebenarannya
maka matematika dalam proses berpikirnya pun lebih dari sekedar ilmiah
melainkan banyak nilai estetik yang mendukungnya. Kalau pembelajaran agama Islam lebih dikenal sebagai ilmu yang berorientasi pada nilai-nilai yang ada dalam Al-quran dan Hadits maka Al-quran pun juga mengandung nilianilai matematika.
Kebetulan penelitian saya saat ini terkait dengan tema yang mengupas tentang
logika matematika dan ayat-ayat Al-quran. Bahwasanya nilai-nilai logika dalam Al-quran begitu banyak dan tersebar di berbagai surat. Terutama yang
membahas tentang implikasi dan konjungsi. Hal ini memberikan wawasan baru bagi kita sebagai umat Islam, lebih-lebih yang mahir dalam bidang
matematika untuk terus mengggali sedalam-dalamnya dari apa yang
terkandung dalam matematika. Pada akhirnya nanti akan mendapatkan titik temu dengan berbagai ilmu, terutama tetang filsafat iman kepada tuhan.
Matematika sangat tepat untuk dijadikan retorika nalar fikir dalam segala
aspek kehidupan. Lebih-lebih terkait dengan kepercayaan. Pemikiran logis dan sistematis dalam setiap langkah tidak membuat terjebak pada jalan yang
sesat. Jika memang kemudian ada yang tersesat maka dipastikan belum menggunakan pola berpikir matematika yang benar.
Sangat disayangkan para ilmuwan matematika yang berkontribusi banyak dalam matematika tapi tak mampu mendapatkan keyakinan berupa Iman kepada Allah. Mereka gagal dalam menemukan tuhan lewat ilmunya. Padahal
semua keilmuan yang kita pelajari sejatinya untuk mengenal, bertemu, dan berdiskusi dengan sang maha Ilmu. Saya menyebutnya Allah robbul a’lamin.
Gagasan iman yang saya tulis di sini lebih kepada wawasan dalam perspektif
Islam. Metode mencari jawaban dari suatu permasalahan dalam matematika dapat digunakan dalam metode mencari keterkaitan antar wasilah dalam
Islam. Ketika meyakini bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah, dipuji, dan diayakini segala firmannya, maka tentu akan meyakini Malaikat, Rosul, pedoman berupa kitab, dan hari ketetapannya. Dalam hal ini matematika hanya menggunakan satu konsep berupa implikasi.
Belum konsep-konsep yang berkesinambungan dengan berbagai ilmu yang lain. Seperti halnya dalam ilmu astronomi. Lebih spesifik lagi ilmu falakiyah.
Materi lingkaran, sudut, dan trigonometri sangat berperan besar dalam penentuan arah kiblat, waktu sholat, dan penanggalan Hijriyah. Saat mempelajari dan mendalami perihal ilmu falakiyah ini secara otomatis
peranan kitab suci akan diyakini sebagai dasar fikir, sebagai pedoman sejati
yang tiada duanya. Kebenaran yang berkesinambungan akan semakin menumbuhkan keyakinan kepada malaikat jibril sang penyampai wahyu dan Rosulullah Muhammad sebagai penerima wahyu.
Masih banyak lagi yang ada dalam bahasan matematika yang erat kaitannya
dengan realitas sosial ketika dipikir secara matematis, rasional dan berasaskan ilmiah. Semoga kita semua dapat mendapatkan pelajaran dari
setiap kejadian yang ada di dunia ini, terutama untuk kualitas iman, ihsan, dan Islam kita. Wallahu a’lam bisshowab.