|3
Daftar Daya Tarik Wisata
Atapupu Pintu Batas Mota’ain Kolam Susuk Teluk Gurita Bandar Udara AA Bere Tallo
Atambua
Kabupaten Belu
Fulan Fehan
Benteng Ranu Hitu
Dafala
Halilulek
Peta Kabupaten Belu
PANDUAN WISATA KABUPATEN BELU ISSUED BY
Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kabupaten Belu Jln. Soekarno-Hatta, No. 28 - Atambua, Tel.0389-2513235 Facebook : Belu Pariwisata Instagram : belu.travel Advisor Johanes Andes Prihatin (Kepala Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kabupaten Belu)
Editor in Chief Valentino Luis (+62 81338783834) Graphic Designer Fachrul Reza Photography Valentino Luis Dinas Kebudayaan & Pariwisata Kab. Belu
Gunung Mandeu Niki Usman Bukit Futurika We bamuti Kwai Kwan Lulik Benteng Makes /Ranu Hitu Fulan Fehan Bukit Lewalu Tas Air Terjun Lesutil Sumber Air Il Tuen Bendungan Haleleki Holleki Hutan Adat Jobu Guju Bakelin Benteng Kikit Pasir Putih Kenebibi Kolam Susuk Teluk Gurita
Pantai Selowai Air Terjun We Ro Tanjung Berluli Sumber Mata Air Wehor Pantai Aufuik Pantai Sukerlaran Sumber Mata Air Lahurus Benteng Kota Mutin Air terjun Mauhalek Dam Sirani Bendungan Haekrit Asam Jokowi Salore Mata Air We Bot Air Terjun Uluktil Gua Kelelawar Sumber Air Wetear We Babotok We Mer
Kolam Alam Ninleat Bukit Tulilu Nu Berek Bukit Nanaet Bukit Dubesi Folet Bukit Lidak Bukit Raimaten Gua Maria Mahanu Kolam Permandian Tirta Gereja Tua Lahurus Pintu Batas Motaain Kampung Adat Nualain Kampung Adat Kewar Rumah Adat Matabesi Rumah Adat Fatubesi
|5
4|
Selamat Datang di Atambua
Welcome to Atambua
Kabupaten Belu
Belu Region
WILLYBRODUS LAY, SH Bupati Kabupaten Belu
Drs. J.T OSE LUAN Wakil Bupati Kabupaten Belu
Shallom | Assalamu’alaikum Wr. Wb | Oom Shanti Shanti Oom yukur kita haturkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa, atas berkatNya sehingga Kabupaten Belu dianugerahi alam serta warisan budaya yang lestari, posisi di tapal batas yang menguntungkan, dengan iklim yang baik, serta tak lupa keramahtamahan sikap warganya. Semua potensi yang dianugerahi Tuhan tersebut tidak hanya patut dibanggakan tapi juga perlu dikembangkan serta didayaupayakan untuk kesejahteraan, juga dinikmati bersama. Potensi-potensi itu akan berarti banyak bila didukung oleh program-program yang baik, juga konsep pengembangan maupun promosi di bidang kepariwisataan. Untuk menunjang pengembangan pariwisata, khususnya dalam promosi pariwisata kita memerlukan media, baik elektronik maupun non elektronik. Penerbitan buku informasi wisata ini merupakan salah satu cara promosi melalui media non elektronik. Kami menyadari bahwa membangun network dalam pergaulan dunia saat ini adalah sebuah keniscayaan, sehingga dibutuhkan kerja tak hanya kerja keras tapi kerja cerdas untuk memanfaatkan peluang yang ada, mengoptimalkan potensi yang dimiliki daerah, termasuk alam, budaya, dan sosial kemasyarakatan. Dengan buku ini, informasi-informasi tentang data tarik wisata, akomodasi dan transportasi penunjang lainnya dapat ditemukan, serta dijadikan sebagai penuntun. Selain itu, buku ini juga memberikan informasi tentang data tarik wisata baru yang tentunya akan memperkaya jumlah daya tarik wisata Kabupaten Belu. Ucapan Terima Kasih kami sampaikan kepada masyarakat Belu yang secara pribadi ataupun kelompok memelihara, mengembangkan, dan mempromosikan potensi daerah. Tetaplah menjaga keramahtamahan khas daerah kita, menata alam yang lestari, dan mempertahankan budaya yang diwariskan leluhur kita. Harapan kami, semoga siapapun yang berkunjung ke Atambua dan Kabupaten Belu secara luas, memperoleh informasi yang cukup, sehingga bisa menikmati apa yang ada di daerah kami secara maksimal. Selamat datang, dan selamat menjelajahi Atambua dengan sukacita.
S
Panduan Wisata Kabupaten Belu
Shallom | Assalamu’alaikum Wr. Wb | Oom Shanti Shanti Oom Our thanks to the presence of God almighty, for His blessings so Belu Regancy is endowed with stunning nature, preserved cultural heritage, a strategic position on the border of two countries with good climate, and the hospitality of its citizens. All potentials awarded by the Lord, not only give us proud but also need to be developed and strived for prosperity, so we can enjoy it together. Those potencies will give a lot of benefit if it supported by good programs, also the concept of development and promotion in the field of tourism. To support the development of tourism, especially in the promotion of tourism, we need the media, both electronic and non-electronic. The publication of this tourism information book if one way of promotion through non-electronic media. We realize that building a network in the association of the world today is a necessity, so it takes work not only hard work but smart work to take advantage of existing opportunities, optimizing the potential of the region, including natural, cultural, and social community. We would like to express our gratitude to Belu people who are -personally or in group- maintaining, developing, and actively promoting the potentials of the region. Keep giving our region’s distinctive hospitality, organizing sustainable nature, and preserving the culture inherited from our ancestors. This tourism information book is filled with information about sights, accommodation and transportation and other support to be found, and could be used as a guide. In addition, this tourism information book also provides information about new destinations that will certainly enrich the number of attraction in Belu Regancy. We hope that everyone who visits Belu Regency, will get enough information, so they can enjoy anything what we have, to the fullest. Welcome, and explore Atambua with joy.
|7
6|
at a glance emiliki luas wilayah 1.284,94 km² dan terbagi dalam 12 kecamatan, Belu adalah kabupaten di Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan negara Timor Leste. Kata ‘Belu’ menurut penuturan para tetua adat bermakna Persahabatan. Sedangkan Atambua, sebagai ibukotanya, memiliki sejarah tersendiri. Nama tersebut berasal dari kata ‘Ata’ yang artinya hamba dan ‘Buan’ yang artinya suanggi. Jadi Atambua artinya tempat
hamba-hamba suanggi. Konon di daerah ini dipergunakan oleh para raja sebagai tempat pembuangan para suanggi yang mengganggu masyarakat. Kemudian dalam perkembangannya kata Atabuan mengalami penyisipan fonem “M” menjadi Atambua sebagaimana popular sekarang. Mayoritas penduduk Belu adalah empat etnis; Tetun, Bunak, Kemak, Dawan, dengan bahasanya sendiri. Sebelum Atambua, ibukota Belu adalah Atapupu yang berada di pesisir pantai (1866-1911). Tahun 1945, Presiden Indonesia pertama Ir. Soekarno berkunjung ke Atambua dan sempat menanam beberapa pohon di tengah kota-yang masih hidup hingga kini. Seiring diperhatikannya posisi daerah ini sebagai gerbang Indonesia, maka pembangunan infrastruktur pun digalakkan, membuka akses untuk menjangkau wilayahwilayah yang selama ini tersembunyi. Topografi Belu dimonopoli oleh perbukitan serta lembah, dengan hutan pohon jati, dan kampung-kampung tua. Sekaranglah saat yang tepat untuk menjelajahi kealamiahan Belu.
It has an area of 1,284.94 km² and is divided into 12 districts, Belu is a regency in East Nusa Tenggara bordering on Timor Leste. The word ‘Belu’ according to the narratives of the telders means Friendship. While Atambua, as its capital, has its own history. The name comes from the word ‘Ata’ which means servant and ‘Buan’ which means wizards. So Atambua means the place of the wizards’ servants. It
is said that in this area used by the king as a place of disposal of the wizards who disturbed the community. Later, the word Atabuan got phoneme “M” and became Atambua as popular today. The majority of Belu people are four ethnic; Tetun, Bunak, Kemak, Dawan, with their own language. Before Atambua, Belu’s capital was Atapupu on the coast (1866-1911). In 1945, the first Indonesian President Ir. Sukarno visited Atambua and had planted several trees in the middle of the city-which are still alive today. Along with the attention of the position of this area as the gate of Indonesia, the development of infrastructure was encouraged, open access to reach areas that have been hidden. Belu’s topography is monopolized by hills and valleys, with teak forests, and old villages. Now is a good time to explore Belu’s authenticity.
M
Panduan Wisata Kabupaten Belu
Atambua dan wilayah-wilayah sekitarnya lumayan diminati oleh para sineas film nasional. Ini membuktikan bahwa meskipun terletak sangat jauh dari Jakarta, namun daerah ini mampu memikat perhatian dunia perfilman. Atambua and its surroundings are quite popular for national filmmakers. This proves that although it is located very far from Jakarta, but this area is able to capture the attention.
ATAMBUA 390 CELCIUS (2012) Sutradara Riri Riza – Miles Films. Drama berlatar peristiwa eksodus warga Timor Leste. Film ini diputar di Tokyo International Film Festival & International Film Festival Rotterdam.
ANAH AIR BETA (2010) Sutradara Ari Sihasale – Alenia Pictures.
ATAMBUA 390 CELCIUS (2012) Director Riri Riza - Miles Films. The drama set the scene of an East Timorese exodus. The film is screened at the Tokyo International Film Festival & International Film Festival Rotterdam.
TANAH AIR BETA (2010) D irector Ari Sihasale - Alenia
Drama keluarga yang juga berlatar peristiwa eksodus. Tanah Air Beta melakukan pengambilan gambar di sekitar Haliwen hingga perbatasan
Pictures. The family drama is also set in the event of an exodus. Tanah Air Beta shoots around Haliwen to the border of Motaain.
AISYAH: BIARKAN KAMI BERSAUDARA (2016) Sutradara Herwin Novianto – Film One Productions. Berkisah tentang seorang guru Muslim yang mengajar di Atambua.
AISYAH: LET US BE FAMILY (2016) Director Herwin Novianto Film One Productions. It is about a Muslim teacher who teaches at Atambua.
|9
8|
Padang Fulan Fehan Fulan Fehan Meadow epat di kaki Gunung Lakaan, terbentang sebuah lembah berbukit dengan sabana yang sangat luas. Lembah ini bernama Fulan Fehan, berpemandangan menakjubkan dengan udara sejuk dan bersih yang masih alami. Fulan Fehan terletak di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, sekitar 30 km dari Atambua, Ibu kota Kabupaten Belu. Pengunjung akan melalui jalur bukit dan ngarai bervista menawan sebelum sampai ke tempat ini. Potensi lembah Fulan Fehan ada banyak kuda yang bebas berkeliaran, gerombolan pohon kaktus yang tumbuh cepat dan hamparan sabana yang menutupi tak terjangkau oleh mata. Semua komponen ini menciptakan nuansa surealis. Posisinya yang berada sendirian, dan awanawan yang kerap mengitarinya, sungguh-sungguh menghadirkan kesan istimewa. Fulan Fehan dapat dikunjungi sepanjang tahun. Bila musim hujan, sabananya akan menghijau segar bagai permadani. Saat musim kemarau, warnanya cokelat keemasan namun tetap terbuntal kabut. Senja di Fulan Fehan juga patut dilihat. Selain itu, tak jauh dari lembah ini terdapat beberapa obyek bersejarah lainnya dalam satu paket terpadu yang mendukung pesona dan daya tariknya, seperti Benteng Ranu Hitu atau Benteng Lapis Tujuh dan Bukit Batu Kampung Maudemu.
T
Panduan Wisata Kabupaten Belu
| 11
10 |
Right at the foot of Mount Lakaan, there is a valley with a very broad savanna. This valley is called Fulan Fehan, amazing with the cool and clean air which is still natural. Fulan Fehan is located in Dirun Village, Lamaknen District, about 30 km from Atambua, The capital Regency of Belu. Visitors will go through hill trails and gorgeous canyon gorge before getting to this place. The potential of Fulan Fehan valley there are many horses are free to roam, cactus trees that grow fast and expanse of savanna which covers unattainable by eye. All of these components create a surreal feel. Its isolated position, and the clouds that often surround, really present a special impression. Fulan Fehan can be visited throughout the year. When the rainy season, savanna will be fresh green like a rug. During the dry season, the color turns golden brown but still covered with fog. The twilight at Fulan Fehan is also worth a look. Additionally, not far from this valley there are several other historic objects into one unified package that supports the charm and appeal of these attractions, such as Fort Ranu Hitu or Benteng Lapis Tujuh and Bukit Batu Village Maudemu.
Tips
Jika berkunjung dari Atambua, mulailah pagi hari agar lebih banyak waktu untuk menikmati Fulan Fehan
Tidak ada warung makan di dekatnya. Jadi bawalah bekal makanan dari kota. Sampah jangan dibuang. Mohon dibawa pulang untuk melestarikan keindahan. Karena letaknya di pegunungan dengan suhu dingin, mungkin ada baiknya membawa jaket.
If visiting from Atambua, please start early in the morning so that you have more time to enjoy Fulan Fehan.
There are no food stalls nearby. So bring your own food from the town. Trash should not be thrown around. Please take it home to keep its beauty.
Since it is located on mountain with cool temperature, it might be useful to bring a jacket.
Panduan Wisata Kabupaten Belu
| 13
12 |
Benteng Ranu Hitu Ranu Hitu Fortress anu Hitu, demikian namanya dalam bahasa Bunaq. Artinya Benteng Lapis Tujuh. Nama ini cukup mendefinisikan bentuk benteng yang memang memiliki tujuh lapisan. Diperkirakan dibangun pada abad XV, nama lainnya yakni Benteng Makes. Letaknya di satu kawasan dengan dengan lembah Fulan Fehan, yakni di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, kira-kira 30 km dari pusat kota Atambua. Dari padang rumput Fulan Fehan, Benteng Ranu Hitu tidak kelihatan, meskipun sangat dekat. Ini karena banteng berada dalam rimbunan pepohonan. Dibangun dari bebatuan karang yang membentuk lingkaran tujuh lapis, pengunjung harus melalui pintu utamanya kemudian berjalan melewati satu demi satu pindu hingga
R
Panduan Wisata Kabupaten Belu
tiba di tempat utama. Suhu yang dingin membuat pepohonan serta bebatuan dalam kawasan itu ditumbuhi banyak lumut. Di dalam benteng terdapat meriam perang, juga makam raja, permaisuri, panglima perang serta beberapa makam lainnya dan tempat ritual. Ada sejumlah kisah mengenai sejarah benteng misterius ini, termasuk bahwa ia dikerjakan 30 pasukan perang dari pagi hingga sore hari, lalu dilanjutkan malam hari oleh makhluk gaib. Pada lapisan ke – 7 benteng ini, yang diameter lingkarannya ¹ 10 m, konon apabila melakukan upacara ritual adat dalam lingkaran kecil ini, walaupun ditempati ¹ 500 – 1000 orang, dipercaya tidak akan sesak. Apapun kisah serta mitologi di baliknya, Benteng Ranu Hitu digadang sebagai benteng non kolonial yang paling lestari dan menawan di seluruh Nusa Tenggara Timur. Jadi, kunjungan ke sini tidak akan mengecewakan Anda.
| 15
14 |
Ranu Hitu, as it is called in Bunaq language. It means the Seventh Citadel. This name defines the shape of this fort that does have seven layers. Expected to be built in the XV century, another name is Benteng Makes. It is located in one area with Fulan Fehan valley, which is in Dirun Village, Lamaknen Sub-district, about 30 km from Atambua town centre. From the grassland of Fulan Fehan, Ranu Hitu’s Fortress is invisible, although they are very close. This is because the fortress is in the thick of trees. Built from rocks that form a circle of seven layers, visitors must go through the main door and then walk through one by one doors to reach the centre point. Cool temperatures make the trees and rocks in the area overgrown with lots of moss. Inside the fort was a war cannon, also the tomb of the king, queen, warlord and several other tombs and ritual stones. There are a number of stories about the history of this mysterious fortress, including that
it was built by 30 war troops from morning to evening, and then continued at night by supernatural beings (elves). In the 7th layer of this fortress, with a circle of ± 10 m diameter, it is said that when performing traditional ceremonies, although occupied ± 500 - 1000 people, is believed not to be crowded. Regardless of the story and mythology behind it, Ranu Hitu fortress is revered as the most sustainable and endearing non-colonial fortresses in the whole of East Nusa Tenggara. So, a visit here will not disappoint you.
Do & Don’t Karena benteng ini sakral bagi penduduk setempat, mohon bawalah seserahan sederhana seperti sirih pinang atau rokok untuk ditaru di pintu depan/ di tengah benteng. Dilarang memindahkan bebatuan atau benda apapun dalam benteng ini. Tidak diperkenankan untuk bermalam atau membangun tenda dalam kawasan benteng.
As this fort is sacred to the locals, please bring simple offerings like betel nut or cigarettes.
Do not move any rocks or objects in this fortress. It is not allowed to spend overnight or build a tent within the fort area.
Panduan Wisata Kabupaten Belu
16 |
Air Terjun Mauhalek Mauhalek Waterfall engambil rute yang sama menuju Fulan Fehan, pastikan mampir ke Air Terjun Mauhalek. Jaraknya hanya beberapa belas kilometer dari pusat kota Atambua. Air terjun ini bisa dibilang destinasi wajib kunjung, apalagi bagi penyuka alam dan air. Tidak sulit untuk mengakses. Pintu masuknya langsung di pinggir jalan. Terdapat pos jaga, dimana pengunjung akan membayar bea masuk (Rp.5000-Rp.10.000). Seterusnya kendaraan dapat melaju menelusuri jalan setapak. Dari tempat parkiran ke air terjun tidaklah jauh. Menuruni lereng yang sudah dibuatkan jalurnya, sekitar 10 menit saja, sudah bisa melihat percik-percik dan suara air yang jatuh. Kontur air terjun ini amat photogenic, mengaliri bebatuan kapur dengan volume yang cukup banyak. Bebatuan tersebut berlumut hijau segar menambah kesan alamiah. Air terjun yang bersih mengalir ke arah utara dan membentuk kubangan-kubangan kecil yang akan menyenangkan untuk berenda
M
Take the same route to Fulan Fehan, make sure to stop by Mauhalek Waterfall. It is only a few miles from downtown Atambua. This waterfall is arguably a must visit destination, especially for nature and water enthusiasts. Not difficult to access. The entrance is directly on the side of the road. There is a guard post, where visitors will pay entry pass (Rp.5000-Rp.10.000). From the parking lot to the waterfall is not far away. Down the slopes that have been made the path, about 10 minutes, you can see the splashes and the sound of falling water. The contours of this waterfall are very photogenic, flowing limestone rocks with considerable volume. The rocks are mossy green adds natural impression. It flows northward and forms small puddles that will be fun to soak.
Panduan Wisata Kabupaten Belu
| 17
18 |
| 19
Gunung Mandeu Mount Mandeu
unung Mandeu terletak di Kecamatan Raimanuk. Jarak dari Atambua sebagai ibukota Kabupaten Belu sekitar 30-an km. Gunung Mandeu dengan ketinggian kurang lebih 1000 m dpl. Gunung ini merupakan sebuah destinasi wisata istimewa karena menawarkan tiga jenis obyek wisata sekaligus yakni; obyek wisata alam, minat khusus, budaya. Panorama di sini memikat. Hutan di kaki Gunung Mandeu masih lebat sampai puncaknya. Gunung Mandeu sebenarnya menyimpan banyak bukti sejarah keberadaan kehidupan manusia di masa purba. Di tempat ini kita dapat melihat situs – situs peninggalan leluhur orang Mandeu berupa beberapa bekas perkampungan yang didirikan di atas bebatuan yang dikelilingi pagar batu, beberapa mata air sakral.
G
Panduan Wisata Kabupaten Belu
Mount Mandeu is located in District Raimanuk. The distance from Atambua as the capital of Belu Regency is about 30-km. Mount Mandeu with a height of approximately 1000 m above sea level. This mountain is a special tourist destination because it offers three types of attractions at once namely; natural attractions, special interests, culture. The panorama here is alluring. The forest at the foot of Mount Mandeu is still bushy to the peak. Mount Mandeu actually save a lot of historical evidence of the existence of human life in ancient times. In this place we can see Mandeu ancestral heritage sites in the form of several former settlements erected on rocks surrounded by stone fences, some sacred springs.
| 21
20 |
Pintu Batas Motain Motain Border Gate os Lintas Batas Negara (PLBN) Mota’ain dibangun dengan arsitektur modern. Setelah diresmikan Presiden Joko Widodo pada tanggal 28 Desember 2016 lalu, pintu batas ini tidak saja digunakan para pelintas antar kedua negara, namun juga dijadikan warga sebagai objek wisata baru. Inilah keunikan di Belu yang menjadi batas bagi Republik Indonesia dengan Republica Democratica de Timor Leste (RDTL). Salah satu hal yang dapat dinikmati yakni menyaksikan aktifitas pasar perbatasan, dimana Anda akan bersua warga dua negara berinteraksi dalam jual beli. Meskipun pasar sederhana, namun terasa seperti pasar luar negeri karena terdapat juga Money Changer portable dan acapkali proses jual beli menggunakan mata uang Dollar.
P
Mota’ain Border Post is built with modern architecture. After the inauguration of President Joko Widodo on December 28, 2016, this border gate is not only used by passers between the two countries, but also became a new tourist attraction. This is the uniqueness in Belu which is the boundary for the Republic of Indonesia with Republica Democratica de Timor Leste (RDTL). One of the things that can be enjoyed is witnessing the activities of border markets, where you will meet the citizens of two countries interact in buying and selling. Although the market is simple, but feels like the overseas market because there are also portable Money Changer and often buy and sell using dollar.
Panduan Wisata Kabupaten Belu
| 23
22 |
Pantai Pasir Putih White Sand Beach anya 6 km dari Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Mota’ain, ada sebuah pantai yang indah di Desa Kenebibi, Kecamatan Kakuluk Mesak. Pantai ini tepat berada di tepi Jalan Raya Nasional Trans Timor. Sehingga aksesnya sangat gampang. Cukup masuk ke pintu gerbangnya, parkir kendaraan dan Anda bisa langsung menikmati pantainya. Seperti namanya, pasir pantai ini memang berwarna putih. Ombak yang tenang, dengan pemandangan laut membentang. Pantai ini diapit oleh pepohonan bakau. Grup band rock Indonesia, Slank, pernah menyelenggrakan konser disini. Pastikan menyaksikan matahari terbenam di sini.
H
Panduan Wisata Kabupaten Belu
Just 6 km from the Mota’ain Border Post, there is a beautiful beach in Kenebibi Village, Kakuluk Mesak District. This beach is right on the edge of Trans Timor National Highway. So access is very easy. Just enter the gate, park the vehicle and you can directly enjoy the beach. As the name suggests, this beach sand is white. Waves are calm, with views of the sea stretching ahead. This beach is flanked by mangrove trees. Indonesian rock band group, Slank, once held a concert here. Be sure to watch the sunset.
Pantai Sukaer Laran Sukaer Laran Beach antai Sukaer Laran bersebelahan dengan Pantai Pasir Putih. Keduanya berada di desa yang sama. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara keduanya, sebab pantai ini juga berpasir putih. Pantainya landai, apalagi areal pantainya cukup luas. Di tengah daerah yang luas itu tumbuh pohon – pohon perdu dan pohon asam yang rindang. Konon dari pohonpohon inilah nama Sukaer Laran muncul, karena nama ini berarti ‘kumpulan pohon asam.’ Tersedia fasilitas seperti pondok-pondok dan sumur untuk bilas usai berenang.
P
Sukaer Laran beach is adjacent to White Sand Beach. Both are in the same village. There is no significant difference between both of them, because it is also a white sandy beach. Sloping beach, especially the area is quite extensive beach. In the midst of a vast area grow shrubs and tamarin trees. It is said that from this tree Sukaer Laran name appears, because this name means ‘a collection of tamarin tree.’ Available facilities such as huts and wells to rinse after swimming.
| 25
24 |
Pantai Berduli Berduli Beach ak jauh dari Pelabuhan Atapupu, terdapat sebuah pantai natural dekat rumah-rumah nelayan. Pantai Berduli namanya. Pantai ini masih belum mendapat sentuhan perubahan apapun sehingga kesan rustik kentara terasa. Salah satu titik yang menarik dari pantai ini yaitu adanya sebuah tanjung kecil tepat di pinggir jalan raya, semacam bukit dari bebatuan yang ditumbuhi oleh ilalang. Mendaki bukit ini sangat gampang, dan saat tiba di atasnya Anda akan menyaksikan panorama lautan. Ini lumayan menawan saat senja tiba.
T
Not far from Atapupu Harbor, there is a natural beach near the fisherman’s houses. This is called Pantai Berduli. This beach still has not got a touch of any change, so rustic impression is noticeable. One of the interesting points of this beach is the existence of a small cape right on the edge of the highway, a kind of hill from rocks overgrown by weeds. Climb this hill is very easy, and upon arrival you will see the panorama of the ocean. This place is quite charming when dusk arrives.
Tanjung Manika Manika Cape itandai oleh sebuah tanjung berhiaskan patung dua orang pria, Tanjung Manika berada di sepanjang garis pantai menuju Teluk Gurita. Tempat ini amat sejuk berkat pepohonan yang rindang dan angin sepoi dari arah lautan. Di sebelah barat Tanjung Manika pantai berpasir putih melintang panjang dengan tampilan yang menawan. Area ini amat cocok untuk piknik, atau berjalan santai menyusuri pantai. Tidak ketinggalan bukit-bukit kecil yang mudah didaki, dimana Anda bebas mencari titik paling pas untuk menikmati pemandangan bebas.
D
Panduan Wisata Kabupaten Belu
Marked by a cape decorated with a statue of two men, Tanjung Manika is along the coastline towards the Teluk Gurita (Gulf of Octopus). This place is very cool thanks to the shady trees and breez from the ocean. To the west of Tanjung Manika a long transverse white sandy beach with a charming view. This area is perfect for a picnic, or a leisurely walk down the beach. Do not miss the easy to climb hills, where you are free to find the most fitting point to enjoy the free scenery.
| 27
26 |
Kolam Susuk Milky Ponds idak dipungkiri, Kolam Susuk adalah nama destinasi Kabupaten Belu yang paling terkenal sejak puluhan tahun. Ini berkat sebuah lagu yang dinyanyikan oleh band legendaris Indonesia, Koes Ploes, tahun 1973, seusai kunjungan mereka ke Atambua tahun 1972. Lagu dengan pesan nasionalisme ini lebih dikenal dengan judul “Kolam Susu” ketimbang sebutan lokal “Kolam Susuk,” meskipun artinya sama. Tempat ini berupa kolamkolam alami yang tiap hari digunakan warga untuk mengail ikan. Sangat teduh karena dinanungi pepohonan rindang. Lereng bukitnya menyediakan beberapa pondok untuk bersantai. Letaknya di pinggir jalan raya, sebelah utara menuju ke arah barat, satu arah ke Teluk Gurita.
T
No doubt, the Kolam Susuk (Milky Ponds) is Belu’s most famous destination for decades.Thanks to a song sung by the legendary Indonesian band, Koes Ploes, in 1973, after their visit to Atambua in 1972. The song with the message of nationalism is better known as the “Kolam Susu” rather than the local name “Kolam Susuk,” though the meaning is the same. This place is formed by natural pools that are used daily for fishing fish. It is very shady because of the leafy trees. Hillside of Kolam Susuk provides some huts to relax. It is on the edge of the highway, north toward the west, same direction to Teluk Gurita (Gulf of Octopus).
Panduan Wisata Kabupaten Belu
Ini adalah tempat sempurna untuk tidur siang, karena sejuk, tenang, dan teduh. Bawa Hammcok Anda dan terlelaplah di antara pepohonan serta kicauan burung
This is the perfect place to take a nap, because it’s cool, calm, and shady. Bring your Hammcok and fall asleep among the trees and the chirping birds.
| 29
28 |
Teluk Gurita Gulf of Octopus
ada zaman dahulu teluk ini bernama Kuit Namon, dan sudah dijadikan pelabuhan alam oleh para leluhur Kakuluk Mesak. Selain lautnya yang dalam, airnya juga tenang dan dikelilingi bukitbukit. Ada sejumlah mitologi terkait teluk nan indah ini. Salah satunya yakni kisah para pedagang Cendana dari Eropa. Konon, ada sebuah kapal pedagang Spanyol berlabuh di sini, lalu muncul sebuah Kuit atau gurita raksasa melilit dan menenggelamkan kapal serta para awak. Makanya nama tempat ini kemudian disebut Teluk Gurita. Cara terbaik untuk menikmati view, yaitu dengan mendaki ke bukit, lalu memandangi dari ketinggian. Rasakan embusan angin, dan laut dalam teluk yang berwarna hijau pirus, niscaya penat karena perjalanan yang jauh akan hilang seketika.
P
In ancient times this bay was named as Kuit Namon, and has been used as a natural harbor by the ancestors of Kakuluk Mesak. In addition to its deep, the water is also calm and surrounded by hills. There are a number of mythologies related to this beautiful bay. One of them is the story of Cendana (Sandalwood) traders from Europe. It is said that there was a Spanish merchant ship anchored here, then appeared a Kuit or a giant octopus wrapped around and drowned the ship and the crew. Hence the name of this place then called Teluk Gurita (The Gulf of Octopus). The best way to enjoy the view, is by climbing to the hill, then looking from a height. Feel the breeze, and the sea in the turquoise green bay, undoubtedly weariness because of the long journey will disappear instantly.
Panduan Wisata Kabupaten Belu
| 31
30 |
Kampung Adat Nualain Nualain Traditional Village i pegunungan sabuk perbatasan Indonesia – Timor Leste, tepatnya di Kecamatan Lamaknen, terdapat Kampung Adat Nualain, situs tradisional suku Bunaq yang masih lestari. Dihuni oleh 32 suku dengan 14 rumah adat, kampung ini merupakan kampung adat terbesar di Pulau Timor. Dikelilingi oleh pepohonan Pur (sejenis Beringin) yang lebat, dan tiga mazbah dari susunan batu berusia sangat tua untuk ritual. Konstruksi rumah-rumah di sini sangat natural dan bisa jadi referensi yang bagus bagi siapa pun yang tertarik pada arsitektur etnik. Kampung adat Nualain menggelar setidaknya 3 ritual penting dalam setahun, seperti Pesta Jagung Pa’ol Sao (April/Mei), Bitak A’ (Juli/Agustus), dan Perburuan Tubi Lai (Oktober/November). Bermalam di sini menjanjikan pengalaman istimewa.
D
Panduan Wisata Kabupaten Belu
In the mountains of Indonesia - Timor Leste border belt, in Lamaknen Subdistrict, there is Kampung Adat Nualain, a traditional Bunaq tribe that is still sustainable. Inhabited by 32 tribes with 14 traditional houses, this village is the largest traditional village of the entire island of Timor. Surrounded by bushy Pur trees (banyan trees), and three altars from very old stone stacks for ritual. The construction of the houses here is very natural and can be a good reference for anyone interested in ethnic architecture. The village holds at least 3 important rituals in a year, such as Mai Paula Sao Paula (April / May), Bitak A ‘(July / August), and Tubi Lai Hunt (October / November). Overnight here promises a special experience.
Kampung Dua Rato Dua Rato Village ebelum tiba di Kampung adat Nualain, mata Anda akan langsung tertarik pada pemandangan sebuah kampung kecil di atas tanduk bukit. Ini adalah Kampung Dua Rato. Meskipun yang tersisa hanya tiga rumah, namun posisi mereka sangat fotogenik. Rumah-rumah yang langsung berada di lereng curam, menyajikan panorama lembah ngarai nan memikat. Keramahan warganya menjadi daya tarik tambahan untuk berlama-lama di sini.
S
Before arriving to Nualain traditional village, your eyes will be immediately attracted to the scenery of a small village on the horn of a hill. This is Dua Rato village. Although there remained only three houses, but their position is very photogenic. The houses directly on the steep slopes, presents a fascinating panorama of the canyon valley. The hospitality of its citizens is an attraction to linger here.
| 33
32 |
Gereja Tua Nualain Nualain Old Church epat di kaki Kampung adat Nualain, Anda akan menjumpai gereja tua Nualain, Gereja St. Gerardus. Kini sudah ada bangunan gereja yang baru menggantikan gereja tua yang sudah reyot. Namun justruh gereja tua inilah yang menjadi perhatian utama, sebab perannya dalam sejarah agama Katolik di Nualain. Disebutkan bahwa gereja dari bahan kayu ini dibangun tahun 1937 oleh Bruder Thomas dan warga setempat atas permintaan Raja Nualain, Gaspar Lesu. Ketika Jepang masuk dan menyerang gereja-gereja, banyak barang religius disembunyikan warga ke dalam tanah.
T
Kampung Adat Kewar Kewar Traditional Village ama halnya dengan Nualain, Kampung adat Kewar juga berada di atas pegunungan Kecamatan Lamaknen. Di sini terdapat istana raja Kewar, yang disebut Rumah Leogatal, yang diapit oleh rumah-rumah kecil lain. Dalam Rumah Leogatal terdapat sejumlah benda-benda pusaka yang dikeramatkan. Udara di sekitarnya lumayan sejuk dan menenangkan.
S
Panduan Wisata Kabupaten Belu
Similar to Nualain, Kewar traditional village is also located in the mountains of Lamaknen Sub-district. Here is the Kewar king’s palace location, called as Leogatal House, flanked by other small houses. In Leogatal House there are a number of sacred heirlooms. The air temperature is quite cool and relaxing around the village.
Right at the foot of Nualain’s traditional village, you will find Nualain’s old church, St. Gerardus. Now there is a new building replaces this rotten old church. But this old church still get attention, because of its role in the history of Catholicism in Nualain. It is said that this wooden church was built in 1937 by Brother Thomas and local residents at the request of King Nualain, Gaspar Lesu. When the Japanese entered and attached many churches, religious goods have been hidden by citizens by buried into the ground.
34 |
Perarakan Laut Nae Feto Lalean Sea procession of Nae Feto Lalean ae Feto Lalean adalah julukan penduduk Atapupu bagi Bunda Maria sebagai ratu surgawi. Perarakan laut ini dilakukan sebagai peringatan misi awal gereja Katolik di Timor Barat. Disebutkan bahwa agama Katolik masuk ke Timor Barat dimulai dari Atapupu pada tahun 1800an oleh imam-imam Dominikan dan Jesuit. Tiap bulan Agustus patung nae Feto Lalean diarak melalui laut menggunakan kapal, disambut dari kampung ke kampung dengan doa dan tarian semarak.
N
Nae Feto Lalean is the nickname used by Atapupu residents for Mary as The Queen of Heaven. The maritime march is conducted as a memorial to the early mission of the Catholic church in West Timor. It is said that Catholicism entered West Timor from Atapupu in the 1800s by Dominican and Jesuit priests. Every August the statue of Nae Feto Lalean is paraded through the sea by boat, greeted from village to village with prayers and lively dance.
Panduan Wisata Kabupaten Belu
| 35
| 37
36 |
Kuliner Lokal
Tarian Likurai
Akan Bilan, dibuat dari campuran
Likurai Dance arian Likurai sangat identik dengan Belu. Tarian ini biasanya dilakukan oleh beberapa penari pria dengan menggunakan pedang dan penari wanita dengan menggunakan ‘Tihar’ atau kendang kecil. Gerakan penari wanita biasanya didominasi oleh gerakan tangan memainkan kendang dengan cepat dan gerakan kaki menghentak secara bergantian. Selain itu penari juga menari dengan gerakan tubuh yang ke kiri dan ke kanan sesuai irama. Gerakan penari wanita ini cukup sulit, karena selain menari mereka juga harus berkonsentrasi memainkan kendang dan menjaga agar irama yang dimainkan tetap harmonis. Tarian ini awalnya merupakan tarian yang sering ditampilkan untuk menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang. Konon, pada zaman dahulu di daerah Belu terdapat tradisi memenggal kepala musuh. Kini tari Likurai digunakan untuk menyambut tamu kehormatan atau sebagai pembuka upacara.
T
Panduan Wisata Kabupaten Belu
Sebagai bagian dari wilayah Nusa Tenggara Timur, sejumlah kuliner lokal Belu pun memiliki kemiripan. Ada sejumlah nama kuliner yang dapat dinikmati saat berkunjung ke Atambua yakni:
Likurai Dance is very identical to Belu. This dance is usually performed by some male dancers by using swords and female dancers by using ‘Tihar’ or small drums. The movement of female dancers is usually dominated by hand movements to play drums quickly and the feet stomping in turn. The dancers make body movements to the left and to the right according to the rhythm. Female dancer’s movement is quite difficult, because in addition to dancing they must also concentrate to play the drums and keep the rhythm harmoniously. This dance was originally often shown to welcome the heroes who came home from the battlefield. It is said that in ancient times in the Belu, there was a tradition of beheading the enemy. Now the Likurai dance is used to greet the guest of honour, or as the opening for ceremonies.
sagu, kelapa parut, kacang hijau. Dibentuk menjadi adonan, lalu diletakkan pada babilak, piring ceper yang terbuat dari tanah liat. Lantas adonan dibakar di atas kayu api hingga matang. Jagung Boseh, jagung yang ditumbuk menjadi gumpalan kecil, lalu direbus. Tampilannya basah seperti bubur, namun rasanya tawar. Ini sedap dimakan dengan sambal ikan teri dan sayur bunga pepaya. Fehuk Kuhus, Ubi yang dikukus seperti kue putu, berisi gula merah dan dibakar di atas anglo dengan wadah anyam berbentuk kerucut.
| 39
38 |
HOSPITAL RSUD Mgr. Gabriel Manek | Jl. DR. Soetomo No.2 - (0389) 21016 RS. Sito Husada | Jl. Ki Hajar Dewantara No.15 - (0389) 21068 RS. Tentara | Jl. Kapten Piere Tandean (0389) 23130 PETROL STATION/ SPBU SPBU Halifehan | Jl. Adi Sucipto SPBU Wekatimun | Jl. Dr. G A Siwabessy SPBU Motabuik | Jl. Atambua-Kupang Km. 4 SPBU Sesekoe | Jl. Atambua-Atapupu Km. 4 SPBU Halilulik | Jl. Atambua-Kupang Km. 20 ATM ATM BNI Telkom | Jl. Basuki Rahmat ATM BNI Pasar Lama | Jl. Merdeka ATM BNI Hotel Timor | Jl. Dr. G.A Siwabessy ATM BNI Jabalmart | Jl. Gajah Mada ATM MANDIRI Jabalmart | Jl. Gajah Mada ATM BANK NTT Kantor Lama | Jl. Soedirman No. 43 ATM BANK NTT Jabalmart | Jl. Gajah Mada ATM BANK NTT Sito Husada | Jl. Ki Hajar Dewantara ATM BANK NTT RSUD Mgr. Gabriel Manek Jl. DR. Soetomo No. 2 ATM BANK NTT Pasar Baru | Jl. Pramuka ATM BANK NTT Pasar Baru | Jl. Adam
Panduan Wisata Kabupaten Belu
Malik
ATM BANK NTT Hotel Timor | Jl. Dr. G A Siwabessy
ATM BANK NTT Halilulik | Jl. Atambua-Betun Km 20 ACCOMODATION Hotel Matahari | Jl. Ade Irma - (0389) 2325000 Hotel Nusantara II | Jl. I.J. Kasimo - (0389) 21773 Hotel Timor | Jl. Siwabessi - (0389) 23023 Hotel Intan | Jl. Merdeka - (0389) 21343 Hotel Wisata | Jl. Merdeka - (0389) 22847 Hotel Paradiso | Jl. Cendana - (0389) 22919 Hotel Permata | Jl. Eltari No. 87 - (0389) 21740 Hotel King Star | Jl. Muhamad Yamin - (0389) 21736 Hotel Liurai | Jl. Gatot Subroto No. 4 - (0389) 21084 Hotel Klaben | Jl. Duabesi Nanaet No. 4 (0389) 21079 RESTAURANT Expresso Resto | Jl. Gajah Mada 082144515156 Circuit Resto | Jl. I.J. Kasimo - 082145577777 Matahari Resto | Jl. Ade Irma Angkasa Resto | Jl. Soekarno TOUR & TRAVEL AGENCIES Timor Travel | JI. Siwabesi Lintas Arung | Jl. Merdeka Paradiso Travel | Jl. Pemuda Billy Travel | Jl. Petronela de Ornay