LOKASI FAVORIT MEMOTRET & LIBURAN
KULTUR
PATI KA DUA BAPU ATA MATA
Sesaji Bagi Ruh-Ruh Telaga Warna Ritual di puncak mistis Kelimutu. Sebentuk aksi untuk menghormati leluhur juga ajang pertemuan komunitas adat suku Lio Ende.
Valentino Luis Kontributor
Jebolan fakultas sastra yang gemar berpetualang. Mendalami fotografi secara otodidak saat melanjutkan studi di Jerman. Ia adalah penulis sekaligus fotografer buku traveling “Pesona Yunani Santorini & Athena” yang diterbitkan Gramedia.
34
• Volume 14 • www.travelfotografi.co.id
www.travelfotografi.co.id • Volume 14 •
35
KULTUR
PATI KA DUA BAPU ATA MATA
da yang beda jika berkunjung ke Kelimutu, Flores, di bulan Agustus. Tiap tahun, tepatnya tanggal 14 Agustus, para kepala adat beserta penduduk dari belasan persekutuan adat suku Lio Ende berduyun-duyun mendaki ke puncak Gunung Kelimutu untuk mengadakan ritual khusus. Ritual ini bernama Pati Ka Dua Bapu Ata Mata, yang acapkali sebutannya dipersingkat menjadi Pati Ka. Secara harfiah upacara ini berarti memberi makan kepada para leluhur yang telah meninggal, atau sesajen bagi arwah nenek moyang.
A
Menurut keyakinan orang-orang Lio Ende yang merupakan suku asli di sana, leluhur mereka berasal dari gunung setinggi 1640 meter dpl ini. Dari sinilah cikal bakal belasan masyarakat adat (Lakitana) yang kemudian tersebar ke berbagai wilayah Kabupaten Ende. Seperti di Jawa, orang Lio Ende pun menempatkan Gunung Kelimutu sebagai bagian penting kosmologi mereka. Hingga kini, segala fenomena sosial kemasyarakatan masih kerap dikaitkan-kaitkan dengan Kelimutu. Seperti yang sudah diketahui secara umum, terdapat tiga danau yang saling
Atas Jalan mendaki menuju Kelimutu dilalui rombongan yang akan menggelar upacara. Bawah Barisan para peserta upacara Pati Ka berkumpul di Kelimutu. berapitan di atas gunung itu dan memiliki warna-warna yang berbeda. Dan ajaibnya lagi sering terjadi perubahan warna. Nah, perubahanan ini acapkali dijadikan pertanda akan terjadinya halhal besar, misalnya bencana atau peristiwa yang berdampak pada kehidupan masyarakat luas. Di puncak gunung berdiamlah ruh leluhur, yang dinamakan Konde Ratu. Ruh inilah yang menjaga Kelimutu
Menuju ke Kelimutu Rute mengikuti jalur umum ke Danau Kelimutu yaitu berangkat dari kota Ende atau Maumere, lantas menginap di Desa Moni di kaki Gunung Kelimutu. Besok paginya, berangkatlah dengan kendaraan sewa, atau minta tumpangan kepada warga yang naik ke gunung dengan truk-truk kayu besar. Karena ritual berlangsung di kawasan Taman Nasional Kelimutu, maka pengunjung wajib membayar karcis masuk (Rp.5000 per orang untuk turis domestik).
36
• Volume 14 • www.travelfotografi.co.id
Tips
Khusus saat pemberian sesajen, karena warga dan pengunjung dilarang masuk ke area Tubu Musu, maka lensa semitele merupakan lensa wajib yang harus dibawa serta. Ambil posisi di sebelah utara atau selatan Tubu Musu demi menghindari kerumunan massa di sisi timur.
www.travelfotografi.co.id • Volume 14 •
37
KULTUR
PATI KA DUA BAPU ATA MATA
Tip Memotret Ritual Pati Ka Usahakan bawa kamera yang paling mudah dioperasikan, tidak musti bongkar pasang karena selain akan berdesakan dengan banyak orang, Anda pun tidak akan melewatkan momen-momen penting yang berjalan cukup cepat. Setel kamera Anda dengan menu ataupun pilihan yang cocok untuk outdoor. Kegiatan ini seluruhnya mengambil tempat di luar ruangan. Agar praktis, Anda bisa menggunakan lensa superzoom. Dalam hal ini, lensa semisal 18-250mm cukuplah untuk menangkap semua obyek yang mau diabadikan. Ketika upacara baru hendak dimulai, pilih lokasi strategis yaitu di bagian atas lapangan parkir sehingga bisa menangkap seluruh kejadian. Bergeraklah lebih
38
dahulu saat para Mosalaki memimpin prosesi jalan kaki sebab lorongnya sempit dan bertangga-tangga. Kegiatan para ibu memasak dan menyiapkan makanan pun patut diabadikan, terlebih saat masih pagi sekali. Efek terang gelap dan asapnya menciptakan nuansa khusus. Jangan sungkan meminta salah satu Mosalaki untuk menunjukkan kepada Anda perangkat sesajen yang umumnya terbuat dari tanah liat. Anda akan terus bergerak, jadi gunakan tas punggung yang pas dan tidak terlalu besar agar terhindar dari desak-desakan dengan fotografer lain. Jangan lupa pembersih lensa. Anda berada di kawasan dengan kelembapan yang berubah-ubah.
• Volume 14 • www.travelfotografi.co.id
Kiri Atas Mosalaki tertua menyampaikan pesan kepada para peserta. Selanjutnya menuju Tubu Musu untuk melakukan Bage Fii. Kiri Membawa alat musik gong untuk mengiringi upacara. dan ketiga danau sebagai tempat bagi arwah-arwah yang meninggal. Untuk arwah para muda-mudi menempati danau tengah ‘Tiwu Nua Muri Koo Fai’, diapit danau bagi arwah orang tua ‘Tiwu Ata Mbupu’ sebelah barat, serta danau untuk arwah orang jahat dan tukang tenung ‘Tiwu Ata Polo.’ Pegelaran ritual Pati Ka ini diperuntukan bagi Konde Ratu dan arwah-arwah yang berdiam di Kelimutu tersebut, sebab mereka dianggap sebagai penjaga alam dan memiliki hubungan dekat dengan Sang Pencipta. Pati Ka juga merupakan upacara komunal dimana masyarakat Lio Ende terutama generasi muda diharapkan tidak melupakan asal usul, sekaligus
bersilahturahmi dengan keluarga dalam suku besar mereka. Dengan dukungan pemerintah dan jawatan terkait, Pati Ka kini masuk dalam agenda tetap festival budaya Kabupaten Ende. Sungguh beruntung jika penyuka fotografi berkunjung ke Kelimutu saat ritual tersebut dihelat, karena dapat memotret banyak hal selain Danau Kelimutu. Apalagi cuaca bulan Agustus terbilang sangat bagus.
Mengikuti Jalannya Ritual Kesibukan menjelang upacara sudah tampak sehari sebelumnya. Baik persiapan lokasi untuk pertemuan masyarakat ulayat maupun pembersihan tempat persembahan sesajen yang dinamakan ‘Tubu Musu’. Senja hari beberapa kepala adat, bergelar ‘Mosalaki’, naik ke puncak gunung untuk memastikan keadaan dan bersemedi. Keesokan paginya masyarakat berbondong-bondong menuju Ke-
www.travelfotografi.co.id • Volume 14 •
39
KULTUR
PATI KA DUA BAPU ATA MATA
“Ritual Pati Ka diperuntukan bagi Konde Ratu dan arwah-arwah yang berdiam di Kelimutu karena mereka penjaga alam” limutu. Ada 15 grup yang mewakili 15 kelompok adat dari berbagai desa dan kecamatan. Tiap kelompok hadir dengan pakaian tradisional. Kaum perempuannya memakai ‘Lawo Lambu’ dan para pria mengenakan kain tenun hitam ‘Ragi Mite.’ Setelah semuanya berkumpul, para Mosalaki meminta izin secara simbolis kepada pemerintah untuk mengadakan ritual adat dengan menyerahkan
Tip Jangan lupa abadikan
kemistisan Danau Kelimutu, teristimewa saat sunrise. Untuk itu Anda sudah harus berada di puncak gunung sekitar pukul lima pagi. Berangkatlah dari Moni pukul tiga subuh.
40
• Volume 14 • www.travelfotografi.co.id
kain tenun. Lantas mereka memimpin penduduk berjalan kaki sejauh kurang lebih 400 meter menuju tempat pembagian jatah sesajen atau disebut ‘Bage Fii’. Di tempat ini makanan berupa nasi (harus dari beras sawah), daging babi, dan arak dibagikan kepada masingmasing Mosalaki. Lantas para Mosalaki masuk ke area Tubu Musu, tanpa ditemani lagi oleh siapa-siapa. Suasana menjadi mistis
Atas Perabot untuk upacara serta alat makan dari tanah liat dipersiapkan. Bawah Jajaran mosalaki atau kepala adat menghadiri upacara. Padaacara ini, para wanita menggunakan pakaian Lawo Lambu. dan hening. Mereka duduk melingkari Tubu Musu. Penduduk dan pengunjung hanya boleh menyaksikannya dari radius beberapa meter di luar area. Mosalaki yang paling tua kemudian menyampaikan serangkaian kalimat doa dan memimpin rapat singkat. Sesajen pun diserahkan. Tuntas dengan penyerahan makanan, salah satu Mosalaki berdiri di tengah Tubu Musu dan mulai mendendangkan syair-syair pujian bagi para ruh, kesuburan bumi, dan kemakmuran. Nyanyiannya diikuti oleh tarian ‘Gawi,’ berpegangan tangan, menghentakkan kaki seirama mengelilingi Tubu Musu. Usailah ritual Pati Ka. Penduduk dan pengunjung kemudian diundang ke tempat kumpul awal untuk makan bersama sambil dihibur oleh sejumlah atraksi tarian. Terasa sekali nuansa kebersamaan di sini. Gears Canon EOS 500D dengan lensa Canon 18135mm.
www.travelfotografi.co.id • Volume 14 •
41