VASE
Zine 07 06
Receptive of Mesazh
Zine
VASE Editor ~ Vase Lay-out ~ Thunder Writer ~ Mi Ko Donation 1 ~ Djumroh Donation 2 ~ Endru Syan Art - Vase
Cerpen
vasefanzine@gmail.com
Seorang di Kursi Taman “Ngapain lu diem aja? Udah cepet sana kenalan!” Seru Kenny dengan sebatang rokok menyala di mulutnya. “Mana bisa gue kenalan ama tuh cewek.” Jawabku dengan gugup. “Mumpung tuh cewek duduk sendirian siapa tau dia butuh temen buat ngobrol Ped!” “Nggak deh malu gue, nggak berani. Cukup ngeliatin aja gue udah seneng kok.” “Ah culun lu, cuma kenalan doang nggak berani.” “Noooh liat Ken! Nyatanya tuh cewek nungguin cowoknya datang.” Balasku dengan sedikit cuek. “Yaahahah.. ada yang punya Ped. Emang bukan jodoh lu! Terlalu cepet kayanya kalau lu nemuin jodoh.” Ketus Kenny mengejek. Aku selalu bergeming ketika melihat wanita sedang duduk sendiri di kursi taman bunga. Aku terbayang akan mantan pacarku Wenny yang selalu duduk di kursi taman bunga itu. Wenny menyukai kursi yang terbuat dari kayu pohon jati. Terkadang ia selalu menduduki kursi kayu di taman bunga dengan waktu yang cukup lama hanya untuk mengobrol dan membaca buku. “Asyik juga ya nongkrong di taman ini. Sejuk banyak bunga ditambah pepohonan tinggi. Pantes aja lu sering datang kesini.” Celetuk Kenny sambil menghisap rokoknya. “Udah gue bilang kan taman ini emang nyaman buat bersantaisantai.” “Untung kita beli cemilan ama minum ya Ped, sambil piknik 3 dimari kaya homo berdua hahah…”
“Sialan! Eluuu yang homo!” Aku sering sekali mendatangi taman bunga ini hanya untuk beristirahat menghirup udara segar dan mengingat Wenny. Wajahnya selalu terngiang-ngiang dalam pikiranku ketika aku berada di taman bunga ini, Wenny. “Udah lupain aja Ped soal Wenny.” “Gue gak bisa ngelupain gitu aja Ken kalau ke taman bunga ini.” “Laaah emang Wenny masih suka datang ke taman bunga ini? Nggak kan? Tau sendiri kan lu kalau Wenny udah nggak ada.” “Jangan sembarangan lu Ken ngomong gitu!” “Santai Ped jangan marah dulu. Emang kenyataannya Wenny udah ninggalin elu. Dia udah bikin lu sakit hati dibohongin. Nyatanya dia bukan cewek baik-baik kan?” Seru Kenny dengan nada santainya. “Iya sih gue ngerti kalau Wenny udah ngambil jalannya. Tapi, gue yakin kok kalau Wenny cewek baik-baik, Wenny pasti balik lagi ke taman ini!” Balasku dengan tegas. “Terserah elu dah.” Balas Kenny dengan menghembuskan asap rokoknya. Wenny adalah tipikal wanita yang tegar menghadapi kehidupan yang fana ini. Ia termasuk wanita rajin dan murah hati. Tapi, entah mengapa pada saat itu Wenny berubah dan sangat berbeda sekali dengan tingkah lakunya. Walau kini Wenny sudah dengan dunia barunya. Aku tetap tidak menyangka dengan perubahan drastisnya sebagai wanita penghibur. Sedih hatiku jika mengingat kenangan tentang Wenny di taman bunga ini. Aku memang sangat merindukannya tiap kali datang ke taman bunga ini. Aku hanya perlu tahu alasan kenapa Wenny meninggalkan aku. 4
“Ped udah lah nggak usah melamun. Niiih.. ambil rokok gue?” “Ok deh biar nggak melamun ya sambil merokok?” “Kalau lu terus mikirin Wenny yang tak kunjung datang walau emang nggak akan datang. Lu makin gila nantinya. Cewek masih banyak kok yang lebih baik dari dia.” Ketus Kenny menasehatiku. Wenny sepertinya tidak akan kembali lagi ke taman ini. Sudah sejak lama aku datang ke taman ini tak pernah kulihat sama sekali dia datang. Tapi, kenapa aku selalu memikirkannya? Karena memang aku selalu merindukannya. Sosok Wenny yang terbayang olehku ketika ia bersenda gurau di bangku taman itu sambil melemparkan sedikit biji-bijian pada burung merpati yang selalu menjadi saksi Wenny duduk di bangku taman. “Ped, liat tuh cewek deket kolam!” Seru Kenny dengan tegas. “Hah… apaan?” jawabku. “Itu cewek yang deket kolam, yang rambutnya diikat bandana merah” “Siapa tuh cewek?” “Itu Wenny, cepet pake kacamata lu!” Aku terkaget dan segera memakai kacamataku. Kulihat dengan jelas apa benar itu Wenny? Kenny tertawa pulas dan hanya mengerjaiku dengan kejahilannya yang membuatku terkaget. “Sialan lu Ken!! Iseng banget ngerjain gua mulu.” “Hahahah… Lagian ngelamun aja sih. Udah dikasih rokok masih aja bengong.” Ujar Kenny sambil tertawa terbahak-bahak. Aku membaringkan tubuhku diatas rumput sambil memandang langit yang begitu cerah. Sedangkan Kenny masih celingak celinguk memandangi sekitar dan entah apa yang ada dipikirannya. Aku begitu menikmati udara yang dingin ini dengan serunya suara - suara kicauan burung yang menari di atas 5 pohon.
Kenny kembali menggangguku dengan membangunkanku dengan suara tegasnya. “Ped itu Ped, itu coba liat!” seru Kenny seperti terkaget. Aku tetap berbaring dan tak memperdulikan Kenny. Paling – paling dia hanya bercanda dan mengerjaiku kembali. “Serius gua Ped! Itu cewek yang lu cari cepet bangun.” “Paling juga lu cuma ngerjain gua lagi.” Kenny memaksaku bangun, menarik badanku, agar mempercayainya apa yang sudah dilihatnya. Ketika aku mengalah dan Kenny menunjukkan jarinya ke arah bangku taman. Aku terkaget sampai mataku tak bisa mengedipkan. Itu Wenny yang kutunggu!
6
Terima kasih sudah mau membaca cerita pendek yang sederhana ini. Vase Zine adalah sebuah wadah katya tulis dalam bentuk media cetak dan terkadang online. Zine ini terbuka terhadap segala bentuk karya, baik itu bermoral atau amoral. Pula zine ini mudah menerima pesan dari karya orang-orang yang memberikannya secara Cuma Cuma. Tidak ada batasan kualitas untuk karya yang diterbitkan. Ini adalah karya apa adanya dan tidak ada profit. Happy reading yes! Silahkan Foto Copy, bebasin aja Kak!