Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

Page 1

Laporan Riset Rantai Pemasaran

Kulit Manis Kerinci

VECO Indonesia & Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang 2015

1



Laporan Riset Rantai Pemasaran

Kulit Manis Kerinci

Peneliti Prof. Ir. H. Ardi, M.Sc. Ir Syahyana Raesi, MSc Nur Afni Evalia, SP., MM Cindy Paloma, SP., MSi

VECO Indonesia & Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang 2015


Laporan Riset Rantai Pemasaran Kulit Manis Kerinci

VECO Indonesia dan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang 2015

Tim Peneliti Prof. Ir. Ardi. Msc Nur Afni Evalia. SP, MM Ir. Syahyana Raesi, MSc Cindy Paloma, SP. MSi Editor dan Tata Letak Sloka Institute November 2015

Diterbitkan oleh VECO Indonesia Jl. Kerta Dalem No. 7, Sidakarya Denpasar, Bali 80224 Telp.: +62 361 727378 Fax.: +62 361 723217 Email: admin@veco-indonesia.net Website: www.vecoindonesia.net Twitter: @VECOIndonesia Facebook Page: /VECOIndonesia


Daftar Isi PENGANTAR............................................................................. 7 - 8 PENDAHULUAN ............................................................................ 9 - Latar Belakang.................................................................... 11 - Perumusan Masalah............................................................. 12 TANTANGAN............................................................................... 13 METODE PENELITIAN................................................................... 17 - Penguatan Struktur Pasar...................................................... 19 - Analisis Kegiatan Berbasis Pendekatan Pemasaran .................. 21 - Teknik Pengumpulan Data.................................................... 21 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 23 - Sekilas Kerinci ................................................................... 25 - Karakteristik Kulit Manis..................................................... 25 - Prospek Pasar Kulit Manis..................................................... 29 - Analisis Usaha Tani Kulit Manis............................................. 33 - Perhitungan Usaha Kulit Manis............................................. 38 - Rekomendasi Kebijakan ........................................................ 46

5


Daftar Tabel

Tabel 1: Negara Eksportir Kulit Manis Terbesar di Dunia ................. 11 Tabel 2: Luas Lahan Kulit Manis di Kerinci, Jambi.......................... 12 Tabel 3. Penghasil Kulit Manis Dunia............................................ 30 Tabel 4. Data Nilai dan Volume Ekspor Kulit Manis Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan ........................................................ 31 Tabel 5. Tanaman Perkebunan di Kabupaten Kerinci pada 2012....... 33 Tabel 6. Tanaman Kulit Manis di Kabupaten Kerinci tahun 2013....... 34 Tabel 7 Luas Areal Tanaman dan Komposisi Kulit Manis di Kabupaten Kerinci tahun 2013 .................................................... 36 Tabel 8. Data Volume Kulit Manis Berdasarkan Umur ..................... 37 Tabel 9. Harga Pemasaran Kulit Manis Kerinci (2008-2013).............. 38 Tabel 10. Perkiraan Biaya Pengolahan Kulit Manis/kg ................... 40 Tabel 11. Margin Pemasaran Saluran 1 ........................................ 44 Tabel 12. Margin Pemasaran Saluran 2......................................... 45

6


PENGANTAR Kontribusi VECO Indonesia dalam program pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Kerinci, Jambi dimulai pada awal tahun 2013. Melalui kerja sama dengan Yayasan Mitra Aksi Jambi, VECO Indonesia mendukung petani terutama di desa-desa dalam kerangka Pengembangan Program Pertanian Berkelanjutan dan mengembangkan bisnis inklusif. Saat ini VECO Indonesia dan Mitra Aksi berusaha menghubungkan petani dengan akses pasar dan kredit untuk menciptakan bisnis inklusif khususnya pada petani kulit manis. Sebagaimana diketahui, kulit kayu manis (Cassiavera) termasuk rempahrempah paling penting di Indonesia. Indonesia merupakan negara penghasil kulit manis terbesar di dunia dengan menguasai 48% pasokan dunia. Jumlah produksi 92.900 m/t (FAOSTAT, 2014). Kulit manis merupakan komoditas ekspor Indonesia. Empat besar negara tujuan ekspor kulit manis Indonesia adalah Amerika Serikat, Belanda, Thailand, dan Brasil. Kerinci memiliki unique selling point (USP) sangat kuat karena memiliki kondisi geografis khusus. Sekitar 80% volume produksi kulit kayu manis Indonesia berasal dari Kerinci. Hal ini tidak akan berubah dengan cepat karena kulit manis berkualitas baik membutuhkan minimal umur 10 tahun sebelum dipanen. Pada tahun 2012, luas area pohon kayu manis di Kabupaten Kerinci mencapai 40.962 hektar dengan jumlah keluarga petani 12.843 kepala keluarga dengan jumlah produksi 53.623 ton. Di sisi lain, petani Kerinci juga menghadapi sejumlah tantangan. Minat petani untuk menanam pohon kayu manis terus menurun secara signifikan selama 20 tahun terakhir. Hal ini merupakan dampak dari harga kulit manis yang lebih rendah karena rendahnya mutu produk akibat kesalahan dalam memproses di tingkat petani dan pedagang. Rendahnya mutu disebabkan oleh tingginya kadar air dan banyaknya campuran benda asing. Penurunan mutu produk disebabkan penanganan pascapanen yang masih sangat sederhana, pemanenan sebelum waktunya, peralatan panen yang tidak steril (korosi), serta cara pengeringan yang kurang baik. Adanya kebijakan pemerintah daerah untuk menaikkan harga kulit manis sejak 2010 membuat harga cukup stabil. Namun, kebanyakan petani masih menganggap harga ini belum layak, jika dibandingkan dengan nilai kebutuhan pokok lainnya. Rantai pemasaran kulit manis di tingkat 7


lokal dan internasional yang terlalu panjang dinilai tidak efisien sehingga mengakibatkan tidak adanya transparansi harga (informasi pasar tidak sempurna). Harga pada umumnya ditentukan oleh pedagang, sehingga petani hanya bertindak sebagai pihak penerima harga. Hal ini mengakibatkan petani menjadi pihak yang memiliki posisi tawar lemah. Peran pedagang lebih menonjol sehingga mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan petani. Oleh kerena itu kami mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Pertanian Universitas Andalas yang mau bekerja sama melakukan penelitian “Penguatan Struktur Pasar Kulit Manis Indonesia Melalui Pendekatan Finansial dan Penguatan Pemasaran�. Terima kasih sedalam-dalamnya terutama kepada Prof. Ir. Ardi. Msc; Nur Afni Evalia. SP, MM; Ir. Syahyana Raesi, MSc; dan Cindy Paloma, SP. MSi sebagai tim peneliti yang telah menyelesaikan penelitian ini. Kami ucapkan pula terima kasih kepada para pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini. Kami berharap, hasil penelitian ini dapat membantu VECO Indonesia atau pun pihak lain yang berkepentingan dalam mengembangkan strategi pemasaran bersama melalui organisasi petani yang langsung menjual produknya ke eksportir. Poin utama yang ingin kami sampaikan adalah market share yang layak pada setiap aktor dan berapa harga yang pantas diperoleh petani dan organisasi petani.

Kerinci, Oktober 2015

Firman Supratman Area Coordinator VECO Indonesia Field Antena Kerinci

8


1

PENDAHULUAN

9


10


Latar Belakang

P

erkebunan merupakan salah satu sektor andalan Indonesia yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan. Dalam perekonomian Indonesia, sektor perkebunan menjadi penopang cukup besar yaitu sebagai penghasil devisa negara. Hal ini karena sektor perkebunan memiliki komoditas unggulan yang dapat diterima di pasar internasional. Komoditas unggulan yang memiliki nilai ekspor di antaranya adalah karet, kakao, kelapa sawit dan kulit manis. Kulit kayu manis yang lebih dikenal dengan nama Cassiavera adalah sejenis pohon penghasil rempah-rempah. Dia termasuk jenis rempah-rempah yang beraroma, manis dan pedas. Kulit manis adalah salah satu bumbu masakan tertua yang digunakan manusia. Bumbu ini pertama kali digunakan di Mesir Kuno sekitar 5.000 tahun lalu. Dia disebutkan beberapa kali dalam kitabkitab Perjanjian Lama. Kulit manis secara tradisional juga digunakan sebagai suplemen untuk berbagai penyakit, dengan dicampur madu, misalnya untuk pengobatan penyakit radang sendi, kulit, jantung dan perut kembung. Kulit manis merupakan komoditas yang memberikan sumbangan pendapatan cukup potensial dan memberikan nilai ekspor terbesar kedua setelah karet. Menurut Organisasi Bidang Pangan dan Pertanian PBB, FAOSTAT (2005), Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki komoditas ekspor kulit manis terbesar di dunia. Tabel 1: Negara Eksportir Kulit Manis Terbesar di Dunia No

Negara

Pangsa dunia (%)

1

Indonesia

26,10

2

Cina

24,63

3

Srilanka

8,05

4

Vietnam

5,30

5

Negara lainnya

35,92

Sumber: FAOSTAT (2005)

11


Kabupaten Kerinci di Provinsi Jambi, Sumatera, merupakan daerah penghasil kulit manis terbesar dari Indonesia. Adapun data luas lahan kulit manis adalah sebagai berikut: Tabel 2: Luas Lahan Kulit Manis di Kerinci, Jambi. No

Nama Daerah

Luas Lahan (Ha)

1

Kabupaten Bungo

233

2

Kabupaten Kerinci

40.962

3

Kabupaten Merangin

5.017

4

Kabupaten Sarolangun

633

5

Kota Sungai Penuh

347

Namun, luasnya lahan tanaman kulit manis di Kerinci, ternyata tidak dibarengi dengan tingginya harga kulit manis. Harga kulit manis kering dengan kualitas paling bagus hanya Rp 2.500 per kilogram. Untuk kualitas di bawahnya, kulit manis kering hanya berharga Rp 1.500 - Rp 1.700 per kilogram. Adapun kulit manis basah dengan harga paling bagus Rp 1.300 per kilogram. Hal ini sangat tidak sebanding jika mengingat waktu yang dibutuhkan petani sampai dengan memanen sedikitnya sepuluh tahun.

Perumusan Masalah Pengembangan komoditas kulit manis di Indonesia dan Kerinci khususnya, masih sangat prospektif jika dilihat dari potensi produksi dan pemasaran pada pasar domestik dan ekspor. Namun, pola pemasaran kulit manis tradisional masih bertahan sampai sekarang yaitu melalui pedagang pengumpul, pedagang besar, dan eksportir. Daya tawar petani juga cenderung rendah. Beberapa penyebabnya karena harga ditentukan oleh tengkulak, jumlah petani yang banyak dan tersebar di berbagai wilayah, serta belum adanya koordinasi dan kerja sama antarpetani. Selain itu juga karena lokasi konsumen akhir yang jauh dari sentra produksi dan persaingan yang kompetitif. Belum adanya rantai distribusi yang jelas dari petani sampai ke industri maupun lembaga yang menampung atau membantu memasarkan kulit manis juga membuat petani semakin terpuruk. Penguatan struktur pasar bagi petani kulit manis diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Hal ini dapat dilakukan dengan adanya kepastian harga dan pasar. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penghitungan harga paling ideal untuk petani maupun analisis mendalam untuk dapat merumuskan kebijakan harga dan sistem pemasaran ke depannya. 12


TANTANGAN

2 13


14


P

emasaran

memiliki

peran

penting

dalam

menghubungkan keinginan pelanggan sasaran dengan

memasarkan

penyedia produk

produk.

pertanian,

Namun, khususnya

dalam bagi

petani skala kecil menghadapi beberapa masalah yang dihadapi (Afrizal, 2009) yaitu sebagai berikut: 1. Rendahnya kemampuan tawar-menawar Kemampuan petani dalam menawarkan produk masih terbatas karena keterbatasan modal dan pengetahuan mengenai pasar. Keterbatasan modal bisa berhubungan dengan sikap mental petani yang lebih suka menjual produknya melalui tengkulak yang langsung membeli di lahan. Tengkulak juga memberikan pinjaman kepada petani sehingga petani pun mengalami ketergantungan terhadap tengkulak. Belum adanya fasilitas kredit atau subsidi dari pemerintah menyebabkan petani semakin tergantung dengan keberadaan tengkulak. Kondisi ini semakin menyebabkan rendahnya kesejahteraan petani. 2. Rendahnya kualitas produksi Rendahnya kualitas yang dihasilkan akibat penanganan yang belum intensif. Masalah ini timbul karena penanganan kegiatan yang dimulai dari pra-panen sampai dengan panen yang belum dilakukan dengan baik. 3. Berfluktuasinya harga Berfluktuasinya harga tergantung perubahan permintaan dan panen. Namun, fluktuasi harga kulit manis di Kabupaten Kerinci lebih disebabkan oleh faktor luar atau permintaan, apakah permintaan tersebut ada, tinggi atau sedikit. Kondisi tersebut menyebabkan petani sulit melakukan perencanaan produksi dan cenderung beralih ke komoditas lain.

15


4. Kurang tersedianya informasi pasar Informasi pasar merupakan faktor yang menentukan apa yang diproduksi, di mana, mengapa, bagaimana, dan untuk siapa produk dijual dengan keuntungan terbaik. Keterbatasan informasi petani terkait dengan informasi harga dan jaringan (linkage) menuju konsumen akhir. 5. Panjangnya saluran pemasaran Panjang pendeknya saluran pemasaran ditandai dengan seberapa banyak jumlah pedagang perantara yang harus dimulai, dari petani sampai konsumen akhir. Panjangnya saluran pemasaran menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan (margin pemasaran tinggi) dan dana yang dikeluarkan sebagai keuntungan bagi pedagang. Hal tersebut akan memperkecil keuntungan yang diterima petani.

16


3

METODE PENELITIAN

17


18


D

alam upaya penguatan struktur pasar kulit manis, akan dilakukan pendekatan komprehensif dari fungsi pemasaran dan aspek kelayakan finansial serta pendekatan kepada institusi atau lembaga yang terlibat dalam pemasaran kulit manis. Analisis dimulai dari pemahaman tentang struktur pasar kulit manis yang ada sekarang serta harapan para pelaku usaha kulit manis untuk keberlanjutan dan kesejahteraan para pelaku kulit manis. Kemudian akan dilakukan penghitungan margin pemasaran, pembagian pendapatan untuk petani serta tingkat kelayakan untuk mengetahui harga kulit manis yang pantas diterima di tingkat petani. Penelitian dilakukan melalui survei lapangan, diskusi dengan berbagai pihak terkait, studi pustaka, dan riset pasar. Penelitian ini diharapkan mampu menemukan akar permasalahan, melakukan diagnosis tepat serta merumuskan rekomendasi yang komprehensif bagi penguatan struktur pasar di Kerinci sebagai sentra penghasil kulit manis. Penguatan Struktur Pasar Penguatan struktur pasar dalam penelitian ini lebih dititikberatkan pada kelayakan finansial usaha kulit manis, dengan menganalisis karakteristik produk kulit manis dan institusi yang terlibat pada pasar kulit manis yang saling mempengaruhi perilaku dan keragaman pasar kulit manis. Penguatan struktur pasar dilakukan dengan menilai kelayakan usaha kulit manis dari pendekatan finansial yang nantinya akan menghasilkan tingkat kelayakan finansial yang pantas diterima oleh petani. Hasil analisis finansial ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi bagi pemerintah untuk mengambil kebijakan dalam hal penentuan harga sehingga akan tercipta pasar yang adil bagi petani dan terciptanya stabilitas harga serta meningkatnya posisi tawar petani. Adapun tahapan dalam penguatan struktur pasar melalui analisis kelayakan finansial kulit manis adalah sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan • Riset mendasar tentang pasar kulit manis untuk mendapatkan gambaran 19


utuh mengenai struktur pasar kulit manis di Indonesia, yang meliputi Jambi, Sumatera Barat (Sumbar) dan pasar internasional. • Pemetaan informasi pasokan kulit manis dari sisi penawaran produk kulit manis di Indonesia, yang meliputi Jambi, Sumbar dan pasar internasional. • Pemetaan informasi permintaan kulit manis, meliputi permintaan pasar internasional. b. Tahap Penghitungan Kelayakan Finansial • Penentuan estimasi pengeluaran dan penerimaan keuangan untuk mengetahui aliran keuangan sebagai acuan dalam menilai kelayakan investasi dari aspek ekonomi usaha kulit manis • Penghitungan biaya-biaya yang dipakai di dalam usaha kulit manis • Analisis sensitivitas dengan memperhatikan parameter sebagai berikut: • Harga komoditas (product price) • Kapasitas produksi (production capacity) • Biaya modal (capital expenditure) • Biaya operasional (operational expenditure) • Nilai tukar dolar (exchange rate) • Biaya pengolahan (treatment & refining cost)

20


Analisis Kegiatan Berbasis Pendekatan Pemasaran Dalam melaksanakan semua kegiatan penelitian penguatan struktur pasar kulit manis, akan digunakan pendekatan konsep mengenai dimensi atau ruang lingkup pemasaran dalam agroindustri kulit manis. Pendekatan yang akan digunakan adalah sebagai berikut yaitu: 1. Pendekatan serba fungsi, di mana pendekatan dilakukan dengan menganalisis berbagai aktivitas pemasaran kulit manis. Kemudian mengklasifikasikan ke dalam fungsi pemasaran kulit manis, yang meliputi fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengolahan, penyimpanan, dan transportasi) dan fungsi fasilitas (standarisasi, pembiayaan, pengelolaan risiko, penelitian atau riset pasar). 2. Pendekatan institusi, di mana evaluasi pemasaran kulit manis dilakukan dengan mempelajari perantara atau struktur bisnis yang membentuk proses pemasaran kulit manis. Pendekatan ini dititikberatkan pada pelaku yang terlibat dalam proses pemasaran kulit manis, mencakup institusi dalam pemasaran kulit manis di Kabupaten Kerinci sampai pada tahap ekspor. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian atau kajian menggunakan teknik studi literatur, pengamatan lapangan, wawancara, dan diskusi dengan pakar. a. Observasi langsung yaitu melakukan pengamatan langsung pada obyek penelitian yaitu kulit manis untuk mengetahui kegiatan pemasaran kulit manis yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota. b. Wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan terutama yang terkait dengan penguatan struktur pasar kulit manis. c. Focus Group Discussion (FGD) dengan stakeholders kulit manis. FGD dengan para stakeholders kulit manis dilaksanakan di Kabupaten Kerinci, khususnya untuk pendalaman informasi terkait dengan struktur pasar yang ada sekarang dan upaya untuk penguatan struktur pasar kulit manis di masa datang. Dalam FGD hadir para pengambil keputusan untuk penguatan struktur pasar kulit manis, yakni perwakilan dari Pemerintah Daerah dan BUMN, UKM, pihak swasta lain sebagai pelaku pemasaran kulit manis, dan pihak perbankan.

21


22


4

HASIL DAN PEMBAHASAN

23


24


Sekilas Kerinci ebagai penghasil kulit manis terbesar dunia, produk Indonesia paling banyak dipasok oleh petani dari Kerinci. Kabupaten Kerinci terletak di Provinsi Jambi, Sumatera. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu rata-rata sekitar 22 0C (derajat celcius). Kabupaten Kerinci mempunyai luas sekitar 3.808,50 km yang terletak di sepanjang Bukit Barisan. Di antaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung Kerinci yang tingginya 3.805 meter dan merupakan gunung tertinggi di Pulau Sumatera. Ada pula danaudanau seperti Danau Kerinci dan Danau Gunung Tujuh yang merupakan danau tertinggi di Asia Tenggara. Ketinggian Kabupaten Kerinci berada di antara 500 meter sampai 1.500 meter dari permukaan laut.

S

Kabupaten Kerinci terdiri dari 16 kecamatan dengan 285 desa dan 2 kelurahan. Kabupaten Kerinci beriklim tropis dengan suhu rata-rata 22,6 0C dengan suhu maksimum 29,3 0C, terjadi pada Maret dan April. Suhu minimum sebesar 18,3 0 C terjadi pada November. Curah hujan rata-rata per bulan sebesar 121,4 mm kubik dengan curah hujan terendah sebesar 52,0 mm kubik terjadi pada bulan Agustus dan curah hujan tertinggi sebesar 239,7 mm kubik terjadi pada Februari. Kelembapan relatif udara rata-rata per bulan sebesar 82%. Kelembapan udara terendah sebesar 78% terjadi pada bulan Juni dan tertinggi sebesar 84% terjadi pada Maret dan November. Karakteristik Kulit Manis Kulit Manis yang dalam bahasa Jawa disebut “kulit manis jangan� dan dalam bahasa Latin disebut Cinnamomum zeylanicum dan C burmanni merupakan jenis tanaman berumur panjang penghasil kulit yang dimanfaatkan sebagai rempah (spices). Kulit manis merupakan tanaman asli Indonesia yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia seperti di Jawa, Sumatera, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua. Mengingat kulit manis salah satu komoditas yang 25


mempunyai nilai ekonomi, agar kulit manis dapat tumbuh dengan baik, kita perlu mengenalnya lebih jauh. A. Syarat tumbuh Tinggi tempat, kulit manis C burmanni akan berproduksi baik bila ditanam di daerah dengan ketinggian 500 - 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl). Bila ditanam di ketinggian kurang dari 500 mdpl, meskipun tanaman tumbuh lebih cepat, namun kualitas kulitnya rendah (ketebalan kulit dan aromanya berkurang). Adapun kulit manis jenis C zeylanicum, tumbuh baik pada ketinggian antara 0 - 500 mdpl. Kulit manis tumbuh baik di daerah beriklim tropis basah. Iklim tropis basah tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Faktor iklim yang harus diperhatikan adalah: a) Curah hujan, kulit manis menghendaki hujan yang merata sepanjang tahun dengan jumlah cukup yaitu sekitar 2.000-2.500 mm/tahun. Curah hujan terlalu tinggi akan berpengaruh pada hasil rendemennya yang rendah; b) Suhu, kulit manis akan tumbuh baik pada suhu rata-rata 25 0C dengan batas maksimum 270 0C dan batas minimum 180 0C; c) Kelembapan, kulit manis akan tumbuh baik baik pada kelembapan 7090%. Semakin tinggi kelembapan, pertumbuhan tanaman akan semakin baik; d) Sinar matahari, akan berpengaruh terhadap proses fotosintesis tanaman. Kulit manis memerlukan memerlukan sinar matahari sekitar 40-70%; e) Keadaan tanah, jenis tanah yang sesuai untuk pertumbuhan kulit manis adalah tanah yang banyak mengandung humus, remah, berpasir, dan mudah menyerap air seperti latosol. Namun kulit manis juga dapat tumbuh pada jenis tanah andosol, podsolik merah kuning dan mediteran. Keasaman (pH) tanah yang cocok untuk kulit manis adalah pH 5,0 - 6,5. B. Morfologi Kulit Manis Kulit manis termasuk genus Cinnamomum yang termasuk dari famili Lauraceae yang meliputi tumbuhan berkulit dengan bentuk daun tunggal. Ordo Polycarpicae dan termasuk kelas Dicotyledoneae. Daun kulit manis duduknya berseling atau dalam rangkaian spiral dan bersifat liat. Panjang daun sekitar 9-12 cm dan lebar 3,4-5,4 cm (tergantung jenisnya). Warna pucuk kemerahan dan daun tuanya bewarna hijau tua. Warna bunga kuning, berkelamin dua atau sempurna dengan ukuran kecil. Bunga tidak bertajuk, benangsari berjumlah 12 helai terangkai dalam 4 kelompok. Kelompok

26


benangsari yang berada di dalam umumnya mandul. Kotak sari beruang empat, persarian berlangsung dengan bantuan serangga (sejenis lalat). Buahnya adalah buah buni berbiji satu dan berdaging, berbentuk bulat memanjang (panjang buah sekitar 1,3-1,6 cm dengan diameter 0,35-0,75). Buah muda berwarna hijau tua dan bila sudah tua berwarna ungu tua. Kulit batang pokok, cabang dan ranting mengandung minyak atsiri yang merupakan komoditas ekspor. C. Jenis Kulit manis Dari berbagai jenis kulit manis, hanya empat jenis yang terkenal dalam perdagangan ekspor maupun lokal yaitu: 1) Cinnamomum burmanni Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 600-1.500 mdpl dan banyak dijumpai di Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Maluku. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 m, berdaun kecil dan kaku dengan pucuk berwarna merah. Kulit berwarna abu-abu dengan aroma khas dan rasanya manis, dan dipanen (berupa kulit batang dan ranting) setelah tanaman berumur 10 tahun dengan lingkar batangnya mencapai satu meter; 2) Cinnamomum zeylanicum Jenis ini merupakan tanaman asli Srilanka (Pulau Ceylon) yang tidak dapat tumbuh baik di Indonesia karena kualitas kulit yang dihasilkan kurang baik (lebih tipis). Tanaman ini sangat cocok bila ditanam di dataran rendah sampai 500 mdpl. Tinggi tanaman mencapai 5-6 m dan bercabang. Panen dapat dilakukan pada umur 3 tahun, kulit berwarna abu-abu; 3) Cinnamomum cassia Kulit manis dengan nama lain Cinnamomum aromaticum ini merupakan 27


tanaman asli dari Burma dan banyak dijumpai di daerah Jawa Tengah (Kebumen, Baturaden dan Purwokerto). Cinnamomum cassia punya karakter yang berbeda dengan Cinnamomum zeylanicum maupun Cinnamomum burmanni dengan pucuk berwarna hijau muda sampai hijau kemerahan dan tajuk berbentuk piramida. Kandungan atsiri jenis ini lebih banyak pada kulit cabang dibanding kulit batang, ranting dan daun. 4) Cinnamomum culilawan Kulit manis ini hanya dikenal di daerah Maluku (Ambon dan Pulau Seram). Kulitnya termasuk jenis kulit lunak dan berwarna putih, dengan kulit batang dan akar mengandung minyak atsiri. Kulit batangnya berbau minyak kulit putih yang dalam perdagangan disebut dengan kulitlawan. Minyak kulitlawan umumnya dimanfaatkan untuk pengobatan sakit mag (gangguan pencernaan) dan penyakit kolera. Sampai saat ini minyak kulitlawan dijual dengan nama minyak lawang yang sering digunakan untuk obat gosok. D. Kandungan Kimia Kulit Manis Kulit manis mempunyai komposisi kimia yang sangat bermanfaat seperti minyak atsiri. Kadar komponen kimia kulit manis, tergantung pada daerah asal. Secara rinci komposisi kimia kulit manis sebagai berikut: kadar air 7,9%, minyak atsiri 3,4%, alkohol ekstrak 8,2%, abu 4,5%, abu larut dalam air 2,23%, abu tidak dapat larut 0,013%, serat kasar 29,1%, karbohidrat 23,3%, eter ekstrak yang tidak menguap 4,2%, nitrogen 0,66%.

kadar air 7,9% minyak atsiri 3,4% alkohol ekstrak 8,2% abu tidak dapat larut 0,013%

abu larut dalam air 2,23%

serat kasar 29,1%

abu 4,5%

nitrogen 0,66% karbohidrat 23,3% eter ekstrak yang tidak menguap 4,2% 28


E. Manfaat Kulit Manis Kulit manis, selain dapat digunakan untuk bumbu makanan, juga dimanfaatkan sebagai antiseptik karena atsiri mempunyai daya bunuh terhadap mikroorganisme. Dari hasil penelitian, minyak atsiri kulit manis dapat membunuh baksil thypus hanya dalam waktu 12 menit, sedang minyak cengkih waktunya mencapai 25 menit. Minyak atsiri dapat dijadikan obat penyakit disentri, penyembuh reumatik, mencret, pilek, sakit usus, jantung, pinggang dan darah tinggi. Manfaat lain dari minyak kulit manis adalah memiliki efek untuk mengeluarkan angin dan membangkitkan selera atau menguatkan lambung. Selain itu, minyaknya dapat digunakan dalam industri sebagai obat kumur dan pasta, penyegar aroma sabun, deterjen, lotion, parfum dan cream. Untuk pengolahan makanan dan minuman, minyak kulit manis dipergunakan sebagai pewangi dan peningkat cita rasa kue/masakan (gulai dan sup), aroma minuman ringan (softdrink) dan minuman keras. Prospek Pasar Kulit Manis Kulit manis merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia, karena memasok kebutuhan dunia hingga mencapai 48%. Menurut FAOSTAT (2014)

29


lima negara penghasil kulit manis dunia adalah Indonesia sebesar 46,7%, China 33,7%, Vietnam 10,1 %, Srilanka 8,1% dan Madagaskar sebesar 1,1%. Tabel 3. Penghasil Kulit Manis Dunia No

Negara

Produksi 2011 (metrik ton)

Persen total di dunia

1

Indonesia

92.900 mt

46,7%

2

China

67.123 mt

33,7%

3

Vietnam

20.258 mt

10,1%

4

Srilanka

15.940 mt

8,0%

5

Madagascar

2.300 mt

1,1%

Kulit manis merupakan komoditas ekspor Indonesia yang diekspor ke berbagai negara di dunia. Empat besar negara tujuan ekspor kulit manis Indonesia adalah Amerika Serikat, Belanda, Thailand dan Brasil. Dari tahun 2012-2013 terjadi peningkatan ekspor Indonesia baik dari segi nilai maupun jumlah ekspor. Total nilai ekspor kulit manis Indonesia tahun 2012 sebesar USD 49.592.737 dengan jumlah ekspor sebesar 40.402.529 mt. Pada tahun 2013 terjadi kenaikan nilai ekspor dan jumlah ekspor kulit manis Indonesia yaitu naik menjadi $ 72.957.510 dan jumlahnya 52.506.675 mt. Pangsa pasar ekspor kulit manis sangat luas dengan volume ekspor yang tinggi seperti diperlihatkan pada Tabel 4 berikut. 30


Tabel 4. Data Nilai dan Volume Ekspor Kulit Manis Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Nilai Perdagangan

Tujuan Ekspor

Jumlah Perdagangan

2012

2013

2012

2013

Dunia

$49.592.737

$72.957.510

40.402.529

52.506.675

Amerika Serikat

$19.201.970

$33.815.415

15.340.908

24.144.556

Belanda

$4.371.295

$5.962,.17

3.583.969

4.165.115

Thailand

$2.516.582

$3.216.720

1.629.700

1.797.250

Brasil

$2.194.565

$2.573.084

1.900.178

1.977.550

Sumber: UN Comtrade, 2014

Diagram I Nilai dan Volume Ekspor Kulit Manis 90000000 80000000 70000000 60000000 50000000 40000000 30000000 20000000 10000000 Dunia

Amerika Serikat

Belanda

Thailand

Brasil

2012 Nilai Perdagangan

2013 Nilai Perdagangan

2012 Jumlah Perdagangan

2013 Jumlah Perdagangan

31


Dari diagram terlihat bahwa permintaan kulit manis Indonesia terus meningkat ke semua negara tujuan. Adapun peningkatan terjadi pada jumlah ekspor dan nilainya.

Amerika Serikat 45,98%

Belanda 7,93% Thailand 3,77% Brasil 3,43%

Diagram 2. Persentase nilai ekspor kulit manis Indonesia tahun 2013 Dari diagram di atas terlihat persentase ekspor kulit manis Indonesia terbesar ke negara Amerika Serikat yaitu mencapai 45,98% kemudian Belanda 7,93%, Thailand 3,77%, dan Brasil 3,42%.

32


Analisis Usaha Tani Kulit Manis Kulit manis jelas merupakan komoditas unggulan Kabupaten Kerinci. Luas areal tanam tahun 2012 mencapai 40.962 ha dengan jumlah petani yang mengusahakan kulit manis sebanyak 12.843 orang kepala keluarga (KK). Dari data tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata kepemilikan lahan kulit manis oleh petani adalah sekitar 3,3 ha per KK. Tabel 5. Tanaman Perkebunan di Kabupaten Kerinci pada 2012 Luas tanah (Ha)

Produksi (ton)

Rata-rata produksi (kg/ Ha)

Jumlah petani (KK)

Kulit Manis

40.962

53.623

2.234

12.843

2

Kopi

7.106

4.081

852

7.998

3

Cengkeh

122

23

338

4

Karet

1.238

270

655

1274

5

Kelapa Sawit

94

12

1333

60

6

Tembakau

517

171

596

354

7

kapulaga

-

-

-

-

8

Kemiri

553

161

470

1735

9

Lada

5

2

1000

63

10

Teh

2.625

28.121

10.713

-

11

Tebu

1.514

2.796

1,944

1.404

12

Vanili

14

1

314

129

13

Pinang

123

74

1.175

1.197

14

Cokelat

220

7

467

440

15

Nilam

109

27

551

139

No

Jenis Tanaman

1

Dari tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa kulit manis (Cassiavera) merupakan komoditas unggulan Kabupaten Kerinci dengan luas tanam mencapai 40.962 ha dan produksi sebesar 53.623 ton. Atau sekitar 2.234 kg/ha. Daerah penghasil kulit manis di Kerinci tersebar di 14 kecamatan dengan Kecamatan Gunung Raya sebagai penghasil terbesar kemudian diikuti Kecamatan Batang Merangin, Keliling Danau, Kulit Aro, Gunung Kerinci, Gunung Tujuh, dan seterusnya dapat dilihat pada Tabel 6.

33


Tabel 6. Tanaman Kulit Manis di Kabupaten Kerinci tahun 2013 No

Jenis Tanaman

Luas tanah (Ha) Planted Area

Produksi (ton) Production

Rata-rata produksi (kg/ Ha) Yield Rate

Jumlah petani (KK) Number of Farmers

1

Gunung Raya

11.224

14.357

1.281

2.216

2

Batang Merangin

10.735

27.275

2.541

2.415

3

Danau Kerinci

1.195

764

639

327

4

Keliling Danau

4.623

3.209

694

327

5

Sungai Penuh Hamparan

-

-

-

-

6

Rawang

-

-

-

-

7

Sitinjau laut

72

26

361

156

8

Air Hangat

1.365

75

55

1.044

9

Air Hangat Timur

1.034

646

625

737

10

Gunung Kerinci

2.801

1.741

622

1.624

11

Kulit Aro

3.847

2.981

775

1.128

12

Depati VII

300

23

77

265

13

Siulak

1.405

617

439

983

14

Gunung Tujuh

2.361

1.248

592

1.021

40.926

52.980

8.638

12.243

Total

Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab. Kerinci

34


Komposisi tanaman kulit manis di Kabupaten Kerinci, dari total 40.962 ha luas tanam terdiri dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), Tanaman Menghasilkan (TM) dan Tanaman Tua (TT). Dengan komposisi untuk masingmasing adalah TBM (16.534 ha), TM (23.888 ha) dan TT (493 ha). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 7. Dari total luas lahan dan komposisi masing-masing jenis terlihat bahwa potensi pengembangan kulit manis di Kerinci sangat besar.

35


Tabel 7. Luas Areal Tanaman dan Komposisi Kulit Manis di Kabupaten Kerinci tahun 2013 No

Jenis Tanaman

Luas tanah (ha)

Komposisi tanaman (ha) TBM

TM

TT/R

1

Gunung Raya

11.224

6.053

5.132

36

2

Batang Merangin

10.735

423

10.276

26

3

Danau Kerinci

1.195

805

357

3

4

Keliling Danau

4.623

2.626

1.966

22

5

Sungai Penuh Hamparan

-

-

-

-

6

Rawang

-

-

-

-

7

Sitinjau laut

72

32

38

2

8

Air Hangat

1.365

1.241

121

3

9

Air Hangat Timur

1.034

761

271

2

10

Gunung Kerinci

2.801

783

2.003

15

11

Kulit Aro

3.847

2.023

1.679

142

12

Depati VII

300

261

37

2

13

Siulak

1.405

450

911

34

14

Gunung Tujuh

2.361

1.076

1.079

206

Total 40.926 12.534 23.888 Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Kerinci

493t

36


Kulit manis merupakan tanaman tahunan yang dibiarkan tumbuh liar. Usaha kulit manis di Kerinci selama ini berjalan alami secara turun temurun dengan pola masih sederhana baik dari aspek budidaya sampai aspek pemasaran. Produk kulit manis yang dihasilkan berbeda-beda pada tingkat petani, pedagang pengumpul (toke) dan pada tingkat eksportir. Pada tingkat petani produk yang dihasilkan masih berupa produk kulit manis hasil panen dari batang yang berbentuk produk basah dan produk kering. Hasil panen berupa kulit manis dengan volume beragam tergantung pada umur tanaman kulit manis (Tabel 8). Tabel 8. Data Volume Kulit Manis Berdasarkan Umur Umur (th)

Basah (kg)

Kering (kg)

05 - 10

40 - 60

20 - 40

10 - 15

65 - 95

40 - 75

15 - 20

100 - 115

80 - 95

20 - 25

120 - 140

100 - 120

30 - 35 150 - 160 Sumber: Wawancara petani kulit manis (2014)

130 - 150

Kulit manis yang sudah dipanen berupa kulit basah dan kering dijual ke pedagang pengumpul (toke). Oleh toke, produk kulit manis mengalami proses lanjutan, setelah itu dapat dikelompokkan sesuai dengan grade atau kualitasnya masing-masing. Tingkatan grade kulit manis adalah sebagai berikut: 1. Tingkat pertama AA atau KA. Tingkat ini dihasilkan dari kulit dari batang kulit manis yang telah diproses sehingga kulitnya kering dan bagian epidermisnya dihilangkan, berwarna coklat muda. Tipe ini biasanya dipanen setelah usia 15-20 tahun, sehingga menghasilkan kualitas sangat bagus, sedangkan usia 8-10 tahun menghasilkan kualitas bagus. Di pasaran, kulit manis kualitas ini dijual dengan harga tertinggi. 2. Jenis kedua adalah KB. Jenis ini hampir sama dengan AA, perbedaannya terletak pada epidemisnya yang tidak dihilangkan. Warnanya coklat kehitam-hitaman. Kualitas ini dapat dihasilkan setelah pohon berusia di atas 7 tahun. Jenis ini biasanya dijual dengan harga lebih murah ketimbang jenis AA.

37


3. Tingkat ketiga yaitu KC, disebut juga pecahan kulit manis. Jenis ini dihasilkan dari kulit manis tipe KB. Di pasaran, jenis ini diperjualbelikan di tingkat terendah dibandingkan dua jenis yang disebutkan sebelumnya. Harga kulit manis selama ini sangat fluktuatif dan nilainya masih rendah, walau harga di pasaran cenderung meningkat. Berikut harga kulit manis di Kabupaten Kerinci dari tahun 2008-2013. Tabel 9. Harga Pemasaran Kulit Manis Kerinci (2008-2013) Grade (Rp) Tahun

KA

KB

KC

2008

3.108

2.433

1.508

2009

3.927

3.281

2.167

2010

3.927

3.281

2.167

2011

5.508

4.058

2.942

2012

6.107

4.595

3.677

2013 8.399 6.694 Sumber: BPS Kabupaten Kerinci 2009 - 2014

4.880

Pada tahun 2013, harga kulit manis di Kabupaten Kerinci relatif stabil, yaitu pada kisaran Rp 8.399/kg untuk kualitas A, Rp 6.694/kg untuk kualitas B, dan Rp 4.880/kg untuk kualitas C. Di tingkat eksportir, produk kulit manis juga sudah mendapatkan perlakuan lanjutan dan berubah menjadi beberapa macam jenis produk ekspor, yaitu: 1. Sticks Cassia Vera A 2. Cassia Vera AA & KA Sticks 3. Cassia KA & KB Broken 4. Cassia KA kandungan minyak yang lebih tinggi (3, 3,5, & 4% SVO) 5. Cassia Vera AA / A Cut Perhitungan Usaha Kulit Manis Usaha kulit manis adalah usaha sampingan yang mempunyai prospek sangat besar. Hal ini karena kulit manis merupakan tanaman tahunan yang tidak memerlukan perawatan khusus. Dalam usaha tani kulit manis selama ini, penduduk Kerinci belum terlalu fokus melakukan usaha taninya. Hal ini dilihat dari pola panen kulit manis yang belum direncanakan secara matang. Seringkali petani melakukan panen kulit manis saat harga mahal padahal tanaman kulit manis masih berusia muda, 5-10 th. Akibatnya hasil panen sedikit dan tidak maksimal.

38


1. Menghitung pendapatan hasil usaha kulit manis Jumlah pendapatan yang dihitung dalam tahap ini berdasarkan pendapatan dari satu pohon kulit manis. Dalam tahap penjualan, pada umumnya petani menjual langsung dengan menakar jumlah kulit manis yang bisa didapat berdasarkan umur tanaman kulit manis. Biasanya petani menjual langsung ke toke dengan cara menjual per batang. Perkiraan pendapatan usaha kulit manis untuk 1 hektar lahan Pendapatan (Rp)

Pelaku

Luas (ha)

Populasi (batang)

Vol/btg (kg)

Harga (Rp)

10 th

1 th

1 bln

Petani

1 (umur 10 - 20)

1000

100

1.200

120.000.000

12.000.000

1.000.000

Toke

1

1.000

80

20.000

1.600.000.000

160.000.000

13.333.333

Biaya-biaya selama panen kulit manis meliputi biaya panen, pengulitan, pengikisan, pengangkutan, dan penjemuran. Setelah itu kulit manis dijual dan digudangkan. Kemudian dilakukan proses lanjutan yaitu pengikisan kedua, pembelahan, pemotongan menjadi batang (stick), dan pengemasan (packing)

39


Tabel 10. Perkiraan Biaya Pengolahan Kulit Manis/kg

Kegiatan

Biaya/kg Kegiatan I

Panen+pengulitan+pengikisan

1.200

Penjemuran

400

Pengangkutan

800 Kegiatan II

Pengikisan II

200

Pembelahan

200

Pemotongan

200

Stick

700

Packing

200

Total Biaya/kg

3900

Dari tabel pendapatan dapat dilihat bahwa ada perbedaan pendapatan yang mencolok antara petani dan toke. Misalnya penghasilan kulit manis untuk petani di 1 hektar lahan dengan populasi 1.000 batang pohon kulit manis. Jika harga 1 kg kulit manis sebesar Rp 1.200 petani dapat memperoleh pendapatan sebesar Rp 120 juta dengan masa panen 10 tahun. Pendapatan ini sudah pendapatan bersih karena petani selalu menjual per batang tanpa mengeluarkan biaya apapun lagi. Untuk mendapatkan penghasilan sebesar Rp 120 juta, petani harus menunggu 10 tahun. Berarti dalam satu tahun petani hanya mendapatkan sebesar Rp 12 juta atau ratarata Rp 1 juta/bulan. Sementara di tingkat pedagang pengumpul (toke), mereka mendapatkan harga lebih baik karena harga jual yang mereka peroleh lebih tinggi. Mereka melakukan proses lanjutan sehingga menghasilkan produk kulit manis yang lebih bagus sekitar Rp 3.900. Ini berarti pendapatan bersih per kg sebesar Rp 16.100. 2. Pola pemasaran/tata niaga kulit manis Pasar kulit manis termasuk pasar oligopsoni karena petani kulit manis sebagai produsen dilakukan oleh ribuan orang yaitu mencapai 12.243 KK pada tahun 2013 di Kerinci. Sedangkan pasar (penampung) hanya dilakukan oleh beberapa orang. Penampung tersebut adalah pedagang pengumpul, yang juga terdiri dari pedagang pengumpul kecil dan pedagang pengumpul besar, serta eksportir.

40


Kondisi ini menyebabkan petani tidak memiliki posisi tawar menawar sehingga petani sering dirugikan. Hal ini bisa dikaitkan dengan pendapatan antara petani dan pedagang pengumpul sangat timpang, yaitu petani hanya Rp 1.200/kg sedangkan pedagang pengumpul dapat pendapatan sebesar Rp 16.100/kg. Secara umum terdapat empat lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran produk kulit manis yaitu petani, pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar, dan eksportir. Masing-masing pihak mempunyai fungsi yang berbeda. Fungsi tata niaga dari masing-masing sebagai berikut: 1. Petani Fungsi-fungsi tata niaga yang dilakukan petani lebih sedikit yaitu hanya fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan petani adalah fungsi penjualan. Petani tidak melakukan fungsi pembelian, karena petani bertindak sebagai produsen. Sebagai produsen, petani menjual kulit manis dalam bentuk dua sistem yaitu: A. Petani menjual langsung di lahan dengan sistem jual batang. Sistem ini sudah berlangsung turun temurun, di mana pedagang pegumpul kecil (toke) menakar volume kulit manis/batang kemudian dikalikan dengan jumlah kulit manis untuk satu lahan. Dalam hal ini, petani tidak melakukan pemanenan dan lainnya karena proses mulai dari pemanenan sampai pengangkutan akan dilakukan oleh pedagang pengumpul kecil (toke). 41


B. Petani melakukan fungsi-fungsi tata niaga. Pertama, fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan petani adalah fungsi penjualan. Kedua, fungsi fisik. Fungsi fisik yang dilakukan petani berupa pengangkutan dan penyimpanan. Petani mengangkut sendiri hasil produksinya ke pedagang pengumpul besar. Selain itu petani juga melakukan fungsi penyimpanan karena sebagian petani baru mengantarkan produknya ke pedagang pengumpul besar setelah panen dan melakukan pengolahan lanjut seperti pengeringan. Ketiga, fungsi pelancar. Fungsi pelancar yang dilakukan petani adalah sortasi, yaitu pemisahan produk yang tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan pedagang pengumpul. 2. Pedagang Pengumpul Kecil Pedagang pengumpul kecil sering disebut dengan toke, biasanya pedagang lokal. Fungsi tata niaga yang dilakukan di antaranya untuk pertukaran dan fungsi fisik. Pertama, fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan pedagang lokal berupa fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang lokal melakukan pembelian produk ke petani. Kedua, fungsi fisik. Fungsi fisik yang dilakukan pedagang pengecer berupa bongkar-muat dan transportasi. Selain itu pedagang pengumpul kecil juga melakukan fungsi grading, sortasi, dan penyimpanan. 3. Pedagang Pengumpul Besar Pedagang pengumpul besar merupakan pedagang lokal dan pedagang luar 42


daerah. Adapun fungsi tata niaga yang dilakukan sama dengan pedagang pengumpul kecil. Pertama, fungsi pertukaran. Fungsi pertukaran yang dilakukan pedagang lokal berupa fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang pengumpul melakukan pembelian produk ke pedagang pengumpul kecil. Kedua, fungsi fisik. Fungsi fisik yang dilakukan pedagang pengumpul besar berupa fungsi bongkar muat dan transportasi. Selain itu pedagang pengumpul besar juga melakukan fungsi grading, sortasi, dan penyimpanan kembali. 4. Eksportir Eksportir terdiri dari eksportir lokal dan eksportir luar daerah. Fungsi tata niaga yang dilakukan di antaranya: pertama, fungsi pertukaran. Yakni pembelian dan penjualan. Pedagang pengumpul melakukan pembelian produk ke pedagang pengumpul kecil. Kedua, fungsi fisik. Juga melakukan bongkar muat dan transportasi. Selain itu eksportir juga melakukan fungsi grading, sortasi, dan penyimpanan

1

Petani Kulit Manis

Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengumpul Besar

Export

2 Pedagang Pengumpul Besar

Gambar 1. Saluran pemasaran kulit manis di Kerinci

43


kembali. Eksportir juga melakukan diversifikasi atau pengembangan produk lanjutan, pengemasan, serta tes laboratorium. Saluran tata niaga kulit manis di Kerinci dapat dilihat pada gambar berikut. Tabel 11. Margin Pemasaran Saluran 1 No

Kelompok Niaga

Harga Komoditas Harga (Rp)

Pembagian (%)

1

Petani

1.200

5,45

2

Pedagang Pengumpul Kecil

15.000

62,7

3

Pedagang Pengumpul Besar

21.000

27,3

4

Eksportir

22.000

4,5

Dari tabel di atas terlihat komposisi pembagian untuk petani pada saluran 1 berkisar antara 4,5-62,7%, sedangkan margin pemasaran berkisar antara 37,3-95,5%. Hal ini menunjukkan saluran harga dari tingkat eksportir ke petani tidak berjalan dengan baik karena petani mendapatkan pembagian (share) yang sangat kecil dari harga beli akhir eksportir. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa informasi pasar terkait dengan perubahan harga, dan ini tidak diterima secara sempurna oleh petani.

44


Kekuatan oligopsoni pada lembaga niaga saluran ini terlihat sangat menekan harga jual komoditas di tingkat petani sehingga petani menjadi pihak yang dirugikan. Sedangkan pihak yang mendapat share terbesar adalah pada tingkat pedagang pengumpul kecil (toke). Tabel 12. Margin Pemasaran Saluran 2 No

Kelompok Niaga

Harga Komoditas Harga (Rp)

Share (%)

2

Petani

15.000

68,2

3

Pedagang Pengumpul Besar

21.000

27,3

4

Eksportir

22.000

4,5

Dari tabel di atas terlihat bahwa pembagian untuk petani pada saluran 2 berkisar antara 4,5-68,2%, sedangkan margin pemasaran berkisar antara 31,8-95,5%. Hal ini menunjukkan bahwa transmisi harga dari tingkat eksportir ke petani berjalan dengan baik, di mana petani mendapatkan share yang paling besar dari harga beli akhir eksportir. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa informasi pasar terkait dengan perubahan harga dapat diterima secara sempurna oleh petani.

45


Kekuatan oligopsoni pada lembaga niaga saluran ini terlihat tidak menekan harga jual komoditas di tingkat petani sehingga petani menjadi pihak yang diuntungkan. Petani mendapat share terbesar dari keseluruhan lembaga tata niaga. Rekomendasi Kebijakan Rekomendasi kebijakan bertujuan untuk meningkatkan tawar menawar petani kulit manis. Untuk menjamin pemasaran dan kualitas produk yang dihasilkan oleh petani. Berdasarkan margin tata niaga yang didapat terlihat bahwa semakin panjang rantai tata niaga semakin kecil pembagian bagi petani (farmer share) yang dapat dinikmati oleh petani. Ini mengingat bahwa pasar kulit manis bersifat oligopsoni. Rekomendasinya dengan memperpendek saluran tata niaga kulit manis dengan cara membuat asosiasi petani kulit manis yang bertindak sebagai pengumpul. Dengan adanya asosiasi sebagai pengumpul, maka petani menjual langsung ke asosiasi, sehingga pintu pemasaran utama adalah asosiasi petani kulit manis. Dengan demikian harga dapat ditentukan oleh asosiasi. Selain itu fungsi asosiasi juga bertindak sebagai penjamin mutu hasil kulit manis petani. Untuk menjamin pemasaran hasil kulit manis, asosiasi dapat melakukan kemitraan dengan para eksportir. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.

46


Petani Kulit Manis (12.345 KK)

Asosiasi Petani Kulit Manis

Pengumpul

Pemasaran

Quality Control

Kemitraan

Exportir

Bursa Komoditas

Efisiensi

Harga Jual Tinggi

Posisi Tawar meningkat

Keterangan : Hubungan Langsung

Ruang lingkup fungsi asosiasi Petani Kulit Manis 47


48


49


50


51


52


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.