KEMBALI MANDIRI

Page 1

KEMBALI MANDIRI

Kisah Pribadi

Usaha Kecil dan Mikro yang Mampu Bangkit Kembali Pasca Gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION – JAVA RECONSTRUCTION FUND Proyek Pemulihan Mata Pencaharian

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION – JAVA RECONSTRUCTION FUND Proyek Pemulihan Mata Pencaharian


KEMBALI MANDIRI Kisah Pribadi

Usaha Kecil dan Mikro yang Mampu Bangkit Kembali Pasca Gempa Yogyakarta dan Jawa Tengah

INTERNATIONAL ORGANIZATION FOR MIGRATION – JAVA RECONSTRUCTION FUND Proyek Pemulihan Mata Pencaharian


3

2

Singkatan

ADB BPBD EC IOM JRF Rp UMK USD

Diterbitkan oleh International Organization for Migration (IOM), Yogyakarta Jl. HOS. Cokroaminoto 109, Yogyakarta 55253, Indonesia Telp. +62 274 619055-619056 Fax. +62 274 619012 www.iom.or.id

Asian Development Bank Badan Penanggulangan Bencana Daerah European Commission International Organization for Migration Java Reconstruction Fund Rupiah Usaha Mikro dan Kecil United States Dollar



7

6

Sambutan – International Organization for Migration (IOM)

Selama beberapa tahun terakhir ini, saya telah melakukan perjalanan ke desa-desa di Jawa untuk bertemu langsung dengan para penerima manfaat dukungan Proyek IOM-JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian. Perjalanan tersebut selalu memberikan pengalaman yang menyenangkan, terlebih karena orang-orang Jawa yang terkenal ramah itu akan dengan cepat menyambut Anda untuk mengunjungi rumah dan menunjukkan tempat kerja mereka lalu menyuguhkan teh manis dan pisang goreng. Selama kunjungan-kunjungan itu, saya juga sangat terkesan dengan tingginya semangat hidup dan optimisme yang mereka pancarkan. Jelas bahwa para korban bencana tragis gempa bumi, yang terjadi hampir 5 tahun lalu, kini telah mengalami perkembangan pesat dalam membangun kembali masyarakat dan memulihkan mata pencaharian mereka yang sebelumnya sempat porak-poranda akibat hantaman bencana alam yang datang tiba-tiba. Dengan dukungan fasilitasi dana bantuan dari multi-donor JRF dan kerjasama yang erat dengan Pemerintah Indonesia, proyek yang dijalankan IOM ini telah berlangsung tiga tahun lebih dan mendukung sekitar 4.300 usaha mikro dan kecil agar kembali pulih, sebuah proyek yang telah berhasil memberikan kontribusi penting dalam mengembalikan mata pencaharian dan pendapatan masyarakat seperti kondisi sebelum terjadi gempa bahkan menjadi lebih baik lagi. Bersama akan berakhirnya proyek Pemulihan Mata Pencaharian ini, Back on our Feet dirangkum berdasarkan wawancara dengan 11 orang penerima manfaat yang mewakili sektor-sektor yang berbeda. Kisah-kisah mereka yang kami dapatkan secara langsung dari lapangan ini, memberikan perspekif berharga betapa proyek ini sangat berarti bagi mereka dan telah berkontribusi penting terhadap prestasi yang dicapai banyak usaha mikro dan kecil di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Semoga Anda menikmati kisah-kisah mereka.

Denis Nihill Chief Of Mission IOM Indonesia

Sambutan – Java Reconstruction Fund (JRF)

Membangun kembali kehidupan pasca bencana adalah tugas yang tidak mudah, seperti yang dialami masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah setelah dilanda gempa dahsyat pada bulan Mei 2006. Merespon hal ini, Java Reconstruction Fund (JRF) menggalang bantuan untuk upaya pemulihan dan rekonstruksi pemerintah Indonesia. Fasilitasi ini berhasil menghimpun total dana bantuan sekitar 94 juta Dollar Amerika dari Uni Eropa dan Pemerintah Belanda, Inggris Raya, Asian Development Bank, Kanada, Finlandia dan Denmark. Menyusul kesuksesan pelaksanaan inisiatif hunian sementara yang didanai oleh JRF, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), terpilih kembali sebagai salah satu mitra pelaksana JRF dalam membantu pemulihan mata pencaharian bagi usaha menengah dan kecil (UMK) yang terkena dampak gempa dan sedang berjuang untuk bangkit dan memulihkan usaha dan penghidupan mereka kembali paska bencana. Kini di tahun ketiga pelaksanaan proyek, IOM telah efektif membantu pemulihan mata pencaharian sekitar 4.300 UMK. Berbagai tanggapan dari pemerintah baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten maupun pemerintah lokal dan perwakilan negara-negara donor, menunjukkan bahwa pelaksanaan proyek telah membuahkan hasil yang sangat baik dan sesuai dengan tujuan akhir menyeluruh pencapaian upaya pemulihan ekonomi dan sosial. Di bulan-bulan terakhir ini, karena proyek akan berakhir pada bulan Juni 2011, IOM memfokuskan diri pada peningkatan kapasitas pemerintah dan melaksanakan strategi penutupan proyek (exit strategy) untuk memastikan keberlanjutan proyek melalui lembaga dan institusi yang terkait di Indonesia. Menjelang penutupan proyek, dengan bangga saya persembahkan booklet ini yang berisi laporan dari para penerima manfaat yang kami dapatkan secara langsung di lapangan, termasuk perspektif jujur mereka tentang berbagai pencapaian dan perkembangan sekaligus harapan bagi kemajuan mereka. Kisah-kisah ini menunjukkan keberhasilan masyarakat di provinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah yang telah mampu bangkit dan membangun kembali kehidupan mereka pasca bencana 2006. Harapan saya, kisah mereka dapat menginspirasi kita dan berbagai inisiatif pemulihan mata pencaharian pasca bencana di masa mendatang baik di Indonesia maupun dunia.

Shamima Khan Manager Java Reconstruction Fund


9

8

Sambutan – Pemerintah Provinsi DIY

Sambutan – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

Alhamdulillah, berkat rahmat Allah SWT dan kerja keras kita semua, proses pemulihan pasca gempa dahsyat 5,9 SR yang melanda DIY dan Jawa Tengah dapat berjalan baik bahkan dianggap sebagai proses pemulihan pasca bencana yang tercepat di dunia. Kehidupan telah pulih kembali bahkan di beberapa aspek menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Kunci sukses dari program pemulihan ini terletak pada penerapan kearifan lokal untuk membangkitkan dan memberdayakan masyarakat, yaitu "gotong royong, saiyeg saeka kapti" atau semangat kebersamaan dan kesadaran saling membantu sesama. Serta bahwa "bantuan dari manapun diarahkan untuk membantu masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri". Pengalaman menunjukkan bahwa kegiatan pemulihan yang tersulit adalah di bidang ekonomi, terutama mengembalikan mata pencaharian, membangkitkan kembali Usaha Mikro dan Kecil (UMK), membuka akses keuangan dan meningkatkan kapasitas kerja mereka yang sempat kolaps akibat gempa. Bersama ini kami selaku wakil pemerintah mengucapkan terima kasih atas bantuan banyak pihak melalui Java Reconstruction Fund (JRF), sebuah lembaga multi-donor di bawah pengelolaan Bank Dunia yang didanai oleh Komisi Eropa, Bank Pembangunan Asia, Pemerintah Belanda, Kanada, Inggris, Finlandia dan Denmark. JRF telah mendanai proyek rehabilitasi, rekonstruksi fisik dan pemulihan mata pencaharian yang dilaksanakan International Organization for Migration (IOM). Dukungan dari Proyek IOM-JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian kepada UMK dalam bentuk pelatihan teknis, rehabilitasi infrastruktur mata pencaharian, akses pasar, peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan masyarakat, telah membuahkan hasil yang sungguh menggembirakan baik secara kuantitas maupun kualitas. Para penerima manfaat sangat merasakan dampak positifnya, antara lain tumbuhnya rasa percaya diri bahwa mereka mampu lebih mandiri. Keberhasilan ini mestinya tidak berhenti begitu dampingan IOM selesai pada Juni 2011. Perlu dipikirkan berkelanjutannya, meski tanpa bimbingan dari IOM maupun dukungan dana dari JRF. Kita perlu menyiapkan exit strategy agar saat IOM menyelesaikan tugasnya, maka pencapaian proyek pemulihan mata pencaharian ini dapat dilanjutkan oleh siapapun dengan dukungan sumber dana dari manapun. Bukan hal yang mudah tapi dengan kerjasama yang baik dan kerja keras maka semuanya akan dapat kita atasi. Demikian, terimakasih IOM dan JRF.

Ir. Bayudono, M.Sc Staff Ahli Gubernur DIY Bidang Pembangunan

Seperti kita ketahui bersama, Proyek IOM-JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian akan berakhir pada 30 Juni 2011. Telah banyak manfaat yang dihasilkan dari proyek ini bagi masyarakat korban gempa bumi 27 Mei 2006. Untuk itu dalam kesempatan ini, mewakili masyarakat Jawa Tengah, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas dukungan pendanaan hibah luar negeri melalui Java Reconstruction Fund (JRF) dan IOM selaku mitra pelaksana proyek yang telah membantu pelaksanaan pemulihan pascagempa di Jawa Tengah. Proyek IOM-JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian bertujuan merehabilitasi dan merekonstruksi mata pencaharian masyarakat korban gempa melalui pemberdayaan Usaha Mikro Kecil (UMK) sehingga diharapkan minimal mampu kembali ke kondisi yang sama seperti sebelum gempa bumi melalui berbagai kegiatan seperti akses ke lembaga keuangan, penggantian peralatan produksi, perbaikan rumah atau tempat produksi, juga pelatihan-pelatihan seperti desain, manajemen keuangan dan pembukuan untuk meningkatkan daya saing serta pemasaran produk-produk UMK. IOM sebagai salah satu mitra pelaksana JRF, telah sukses melaksanakan program pemulihan mata pencaharian di 3 Kabupaten yaitu : Klaten, Sukoharjo dan Boyolali. Berbagai pengalaman dan kesuksesan dari pelaksanaan Proyek IOM-JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian ini perlu dijadikan pembelajaran bersama bagi para pemangku kepentingan baik di tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota terutama dalam menghadapi proyek sejenis di masa mendatang. Kita juga perlu mempersiapkan strategi penutupan proyek (exit strategy) secara bersama agar pasca berakhirnya dukungan JRF-IOM nanti, pencapaian proyek ini dapat dikelola, dilanjutkan dan dikembangkan oleh pemerintah daerah utamanya Kabupaten Klaten, Boyolali dan Sukoharjo dalam kerangka pembangunan daerah secara reguler.

M. Natsir Noor Effendy, SH, M.Si Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Provinsi Jawa Tengah


11

10

Daftar Isi 11 IOM di Yogyakarta dan Jawa Tengah : Sebuah Ringkasan 12 Sektor Pertanian 20

Sektor Pengolahan Makanan

26 Sektor Kerajinan 36 Sektor Peternakan

IOM di Yogyakarta dan Jawa Tengah

Semuanya berubah dalam hitungan detik bagi ribuan rakyat Indonesia pada pagi 27 Mei 2006 itu. Korban jiwa mencapai 5.760 warga ketika sebuah gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Richter memporak-porandakan provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bagi ribuan orang yang beruntung untuk selamat, mata pencaharian mereka musnah. Sejak saat itu IOM telah membantu puluhan ribu korban gempa bumi di Provinsi D.I. Yogyakarta dan Jawa Tengah untuk memulihkan kembali kehidupan mereka melalui bantuan bertarget di bidang bantuan darurat, logistik, hunian sementara dan hunian permanen, rehabilitasi infrastruktur, mata pencaharian dan pengurangan resiko bencana. Selain dari para donor JRF – Komisi Eropa, Asian Development Bank dan Pemerintah Belanda, Kanada, Inggris, Finlandia dan Denmark, IOM juga menerima bantuan dana yang cukup besar dari United States Agency for International Development (USAID), Humanitarian Aid department of the European Commission (ECHO), Australian Agency for International Development (AusAID), Pemerintah Queensland, Palang Merah Belanda, UK Departement for International Development (DFID) dengan total sumber dana yang diterima IOM Yogyakarta sejak 2006 mencapai sekitar 18 juta Dollar AS. Setelah kesuksesan pelaksanaan proyek awal hunian sementara yang didanai oleh multi-donor JRF, IOM mendapat tambahan dana JRF untuk pelaksanaan proyek bantuan mata pencaharian yang lebih komprehensif dan mencakup berbagai sektor. Proyek ini akan berlanjut hingga 30 Juni 2011. Di bawah pengelolaan Bank Dunia, IOM telah mendukung pemulihan perekonomian UMK dalam memperbaiki kapasitas operasional pra-gempa. Di bawah fase pertama Proyek Pemulihan Mata Pencaharian IOM-JRF, para penerima bantuan di sektor peternakan, produksi tanaman pangan, pengolahan makanan, kerajinan tangan dan perikanan menjadi target intervensi. IOM memberikan kepada para penerima bantuan tersebut berbagai aset produksi penting melalui pelatihan teknis dan pengembangan usaha serta memfasilitasi akses mereka ke pasar yang lebih luas. Fase perpanjangan proyek hingga Juni 2011 memungkinkan kelancaran serah terima proyek kepada pemerintah daerah dan masyarakat melalui bantuan peningkatan kapasitas pemerintah, manajemen risiko bencana berbasis masyarakat dan akses permodalan kepada UMK


13

12

Sektor

PERTANIAN

Sebuah inovasi baru telah mengubah cara bercocok tanam para petani di pedesaan Yogyakarta dan Jawa Tengah. Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian telah melatih mereka untuk beralih dari metode pertanian konvensional -yang butuh biaya relatif mahal dan berbagai pupuk kimiawi tak ramah lingkungan- ke metode pertanian organik yang lebih hemat dan menggunakan pupuk alami buatan lokal. Para petani dampingan proyek ini, sekarang mulai merasakan manfaatnya. Seiring dengan menurunnya ketergantungan pada pupuk kimia, kualitas kesuburan tanah dan hasil pertanian mereka pun bahkan meningkat. Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian juga telah mengganti infrastruktur penting guna membantu usaha para petani. Di desa Kebon, Klaten, Jawa Tengah misalnya, rehabilitasi sistem irigasi telah membantu secara langsung lebih dari 120 keluarga petani, menyuplai air untuk 30 % lebih lahan pertanian dan menghemat biaya produksi usaha tani.


14

KISAH PENERIMA MANFAAT Sektor Pertanian

Soeharto Soeharto sebelumnya menggunakan pupuk kimia namun kini telah beralih ke pupuk organik. Petani berusia 66 tahun ini memang mulai akrab dengan tren pertanian organik begitu juga rekan-rekannya sesama petani di desa Sukoharjo, Jawa Tengah. Sebagai sekretaris kelompok tani yang beranggotakan 29 petani dampingan Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian, Soeharto telah menerapkan cara yang lebih ramah lingkungan dan berharap memetik hasil yang meningkat terus-menerus. Beralih ke pupuk organik yang terbuat dari pupuk kandang dan bisa dengan mudah diperoleh dari sekitar rumah, efeknya tidak hanya baik bagi lingkungan tapi juga otomatis menekan pengeluaran dan akhirnya meningkatkan pendapatan. Keuntungan semacam ini sangat membantu Soeharto yang rumahnya rusak agak parah dan genting-gentingnya berjatuhan saat gempa 2006 terjadi. “ Dengan beralih ke pola pertanian organik terbukti membawa perubahan yang positif. Hasil pertanian meningkat dan kualiatas kesuburan tanah Saya pun membaik berkat pupuk organik. Saya harap bisa

sepenuhnya menerapkan metode organik di masa mendatang.” kata Soeharto sambil menunjukkan bantuan alat-alat pertanian seperti cangkul, pencacah jerami dan alat-alat lainnya untuk memproduksi pupuk organik yang diperoleh Soeharto dari proyek ini. Menurut perhitungan Soeharto, di saat harga pupuk kimia terus naik seperti sekarang, penggunaan pupuk organik bisa menghemat banyak biaya produksi untuk tiga kali masa tanam dalam setahun – sekali panen ratarata pendapatan Soeharto adalah Rp 1,8 juta. Sebagai contoh, jika dulu Soeharto harus membeli 4 botol kecil pupuk urea cair seharga Rp 240.000 dalam sekali masa tanam, kini urea cair itu bisa dia ganti dengan 4 liter pupuk organik cair yang harganya hanya Rp 10.000/liter. Terinspirasi dari pelatihan-pelatihan teknis, Soeharto secara bertahap memakai pupuk organik untuk lahan pertaniannya. Pelatihan pengembangan usaha juga telah mengubah pola berpikirnya tentang pertanian.“ Semua pelatihan yang telah saya ikuti, sangat membantu terutama dalam hal merapikan pembukuan dan mengajarkan kami cara untuk menghitung pengeluaran serta pendapatan, yang sebelumnya tidak kami lakukan”.

Semua pelatihan yang telah saya ikuti, sangat membantu terutama dalam hal merapikan pembukuan dan mengajarkan kami cara untuk menghitung pengeluaran serta pendapatan, yang sebelumnya tidak kami lakukan.


16

KISAH PENERIMA MANFAAT Sektor Pertanian

Yuni Saya sangat berharap bisa mensuplai sayuran organik dalam kapasitas yang lebih besar dan stabil, juga memiliki merk sendiri sehingga bisa memasarkannya ke supermarket dan pasar retail.

Kebun yang dipenuhi sayuran organik bukan sekedar kisah sukses di sektor pertanian, tapi juga sebuah 'prestasi' bagi Yuni, salah satu anggota dari 4 kelompok penerima manfaat di Sumberharjo. Seperti kebanyakan perempuan lainnya di desa Sumberharjo, DIY, Yuni sedang memperluas wawasannya dalam bisnis pertanian organik dengan dukungan Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian. Yuni yang pernah menjadi TKW di beberapa negara Asia ini yakin dirinya kini telah dibekali dengan teknik dan keterampilan usaha yang cukup untuk memajukan bisnis sayuran organik. “ Pertanian organik telah banyak membantu masyarakat di desa kami khususnya kaum perempuan karena dapat memberikan lapangan kerja dan penghasilan tambahan. Menurut saya, prospek untuk sayuran organik di pasaran cukup cerah karena selain sehat, rasanya juga lebih enak � kata Yuni sambil memandangi kebun sayuran organiknya melalui jendela depan rumahnya.

Rumah Yuni mengalami retak-retak saat gempa terjadi sehingga mengharuskan mereka tinggal di tenda darurat selama sebulan. Awal 2009, Yuni mulai menerima pelatihan metode pertanian organik dan pengembangan usaha. Dari penjualan pada tahap awal berbisnis sayur organik, Yuni mendapat penghasilan tambahan sekitar Rp 150.000/ bulan. Kini, meskipun dengan kebun yang tidak terlalu luas, Yuni bisa menjual berbagai sayur organik seperti cabai, kacang panjang, terong, sawi, bayam dan tomat ke para pelanggan yang dikenal Yuni dari kerabatnya, karyawan salah satu kampus di Yogyakarta. Yuni berangan-angan suatu saat bisa mewujudkan rencana besarnya, seiring meningkatnya permintaan pasar akan produk-produk organik. “ Saya sangat berharap bisa mensuplai sayuran organik dalam kapasitas yang lebih besar dan stabil, juga memiliki merk sendiri sehingga bisa memasarkannya ke supermarket dan pasar retail. �


KISAH PENERIMA MANFAAT Sektor Pertanian

S. T. Waluyo Hasil kerja keras bertahun-tahun bisa hilang begitu saja dalam hitungan detik – S. T. Waluyo, seorang petani padi di desa Kebon, Klaten pernah mengalaminya. Tidak hanya rumahnya yang rusak saat gempa mengguncang, tapi sistem irigasi -dimana lahan pertaniannya bergantung- juga rusak parah. Tempat tinggal dan mata pencaharian yang porak-poranda, tidak pernah terlintas dalam bayangan Waluyo. “Para petani di sini termasuk saya sempat trauma setelah guncangan gempa bumi. Tidak hanya karena banyak rumah yang roboh tapi juga karena rusaknya infrastruktur yang mendukung mata pencaharian kami, salah satunya saluran irigasi.” Waluyo adalah salah satu dari puluhan petani yang hadir dalam acara peresmian dibukanya sistem irigasi baru yang telah direhabilitasi oleh Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian dan dibangun bersama para pekerja lokal di bulan Desember 2009. Sistem irigasi tersebut kini bisa menyediakan air untuk 37 hektar lahan dan meningkatkan 30 % produksi pertanian di sana. Hasilnya, biaya operasional dapat ditekan hingga menghemat biaya sekitar Rp 400.000/tahun per petani.

Untuk mendapatkan harga jual yang layak, Waluyo punya trik tersendiri. Dia menyimpan stok berasnya dulu, menunggu hingga supplai beras di pasar menurun, baru dia menjualnya karena pada saat-saat seperti itu harga beras biasanya relatif mahal. “ Ada banyak simpanan kalo baru saja panen seperti sekarang, “ kata Waluyo sambil berdiri di dekat berkarung-karung beras miliknya yang ditumpuk di ruang tamu. Hasil panennya sekarang meningkat, yang dulu rata-rata 800 kg kini menjadi 1,2 ton. Diperkuat juga dengan pelatihan-pelatihan teknis pertanian yang diterima dari proyek ini, para petani di desa Kebon berharap hasil yang terus membaik. “ Penambahan saluran irigasi juga sangat membantu kami. Memudahkan para petani untuk memperoleh pengairan yang lancar selama tiga kali masa tanam ( terutama di 4 bulan terakhir setiap tahunnya) karena pada masa itu biasanya sangat sulit untuk mendapatkan air. Saya optimis produktivitas dan pendapatan para petani di sini bisa berangsur meningkat.”

Saluran irigasi yang telah diperbaiki itu sangat membantu kami. Memudahkan para petani untuk memperoleh pengairan yang lancar selama tiga kali masa tanam

19


21

Sektor PENGOLAHAN

MAKANAN

Pelatihan keterampilan usaha kepada 71 orang perempuan dari desa Terong, Kabupaten Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta, memiliki dampak yang signifikan. Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian yang salah satunya berfokus pada pemberdayaan perempuan, membuat para perempuan desa Terong yang sebelumnya hanya bergantung pada hasil pertanian kini terbantu mengembangkan usaha mereka ke sektor pengolahan makanan. Sekarang mereka dapat membanggakan aneka macam produk makanan ringan —terbuat dari pisang, singkong dan kacang—dengan merk 'NIKIMON", yang semakin populer di pasaran.

Para perempuan desa Terong dilibatkan dalam Tim Promosi Desa sebagai upaya memperluas akses pasar. Menanggapi meningkatnya permintaan akan produk NIKIMON, Tim Promosi Desa juga telah membuka sebuah toko di desa Terong pada bulan Juni 2010. Bermitra dengan beberapa mini market setempat, kelompok produsen NIKIMON ini telah mencapai omzet sebesar Rp 31,5 juta dalam jangka waktu enam bulan di tahun 2010, ini berarti tambahan penghasilan sebesar Rp 5,2 juta per bulan untuk kelompok dan masyarakat desa Terong.


Sekarang, sedikit demi sedikit, keadaan usaha kami meningkat

Wasiyem Usaha produksi tahu Wasiyem sempat tersendat akibat gempa 2006. Tapi berkat kegigihannya bertahan, kini usahanya bisa berkembang maju. Pekerjaan memproduksi tahu dirasa Wasiyem "tidak menarik" ketika ia pertama kali memulai sektor ini bersama suaminya di desa Kaliwiru, Yogyakarta akhir 1980-an. Alasannya adalah akses pasar yang terbatas, keuntungan yang didapat tidak sebanding dengan kerja keras sejak pagi buta ditambah lagi perjalanan jauh dengan sepeda untuk menjual tahu ke pasar setempat. Hidup jadi semakin susah pasca gempa bumi yang mengakibatkan kerusakan pada rumah dan tempat produksi tahu keluarga Wasiyem sehingga memaksa mereka sementara hidup di tenda. Masa-masa sulit itu telah berlalu. Meski usaha mereka tetap mengharuskan Wasiyem dan suaminya bekerja keras, bangun pagi-pagi buta untuk membuat tahu lalu menjualnya ke pasar (untungnya, sekarang dengan sepeda motor) tapi kini Wasiyem yakin usahanya memiliki prospek sejak mereka menjadi salah satu penerima manfaat dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian IOMJRF. " Iya, perlahan keadaan usaha kami meningkat sekarang," kata Wasiyem.

Penggantian peralatan kerja dan perbaikan yang signifikan di lingkungan tempat produksi telah meningkatkan efisiensi dan kebersihan produk tahu milik Wasiyem. Kelas-kelas pelatihan teknis yang diberikan proyek ini membantu memperbaiki kualitas dan keragaman produk tahu, sedangkan perubahan pengemasan produk telah memikat pelanggan baru. Kini, Wasiyem juga merupakan salah satu dari 40 produsen tahu di desa Kaliwiru yang melalui bantuan peningkatan kapasitas, berhasil mendapatkan sertifikasi PIRT (Produksi Pangan Industri Rumah Tangga) dari Departemen Kesehatan RI. Wasiyem, 42 tahun, secara bertahap menerapkan keahlian yang didapatkan dari kelas pelatihan pengembangan usaha dengan harapan keuntungan usahanya akan semakin baik. Dari berjualan produk tahunya, rata-rata Wasiyem mendapatkan Rp 400.000 per hari. Namun jika dikalkulasi ulang, pendapatan itu hanya memberikan laba bersih Rp 50.000 karena biaya produksi yang tinggi. "Sebelumnya saya tidak terpikir tentang mengembangkan usaha. Sekarang, setidaknya pengetahuan kami sudah bertambah dan kami tahu bahwa ada peluang untuk usaha kami bisa maju," ujar Wasiyem optimis.


24

KISAH PENERIMA MANFAAT Sektor Pengolahan makanan

Bantuan non-keuangan itu bagus karena menyemangati kami untuk mengembangkan usaha. Pengetahuan adalah modal abadi. Itu yang kami rasakan tentang dampak berkelanjutan pelatihan IOM di sini.

Ponisih Semangat kewirausahaan sangat terasa di desa Terong, tempat tinggal Ponisih. Keberhasilan NIKIMON, sebuah merk makanan kecil yang diciptakan oleh para penerima bantuan Proyek Pemulihan Mata Pencaharian, telah mendorong semangat warga Terong untuk mencapai kesuksesan yang lebih besar. Ponisih (39), ibu dua anak ini adalah ketua salah satu dari lima kelompok pengolah makanan di Terong yang memproduksi makanan ringan terkenal NIKIMON, terdiri dari aneka jenis keripik pisang, olahan singkong dan camilan kacang.

Permintaan atas produk mereka semakin meningkat. Pemilihan merk yang cerdas—NIKIMON, singkatan dari istilah berbahasa Jawa 'Niki Mawon' yang artinya pilih ini saja—membuat produk ini mudah dikenal masyarakat. Kelompok produsen, yang mayoritas adalah perempuan, kini juga sibuk memasok sekolah-sekolah setempat dan tokotoko terkenal di Yogyakarta dengan makanan ringan produk mereka. "Suatu hari nanti, kalau pemasaran kami sudah luas, kami bisa memproduksi NIKIMON lebih banyak lagi. Kami juga berharap bisa mendirikan pabrik pengolahanan makanan dan mendapat keuntungan yang lebih banyak," kata Ponisih.

Seperti 71 perempuan lainnya yang kini bekerja untuk NIKIMON, Ponisih adalah ibu rumah tangga biasa. Seharihari dia juga membantu suaminya bertani. Pasca gempa 2006 yang menghancurkan rumah dan melumpuhkan mata pencaharian, dalam beberapa bulan keluarga Ponisih pun terpaksa bergantung pada bantuan pemerintah dan donor. "Saat itu kami dan warga lainnya harus tinggal di tenda selama dua bulan. Kami hanya memikirkan bagaimana bisa bertahan hidup, tidak dapat bekerja karena mata pencaharian sehari-hari kami hancur."

Dengan semangat mengembangkan usaha, warga Terong bercita-cita mendapatkan keuntungan bisnis sebesar ambisi kewirausahaan mereka. "Bantuan non-keuangan itu bagus karena menyemangati kami untuk terus mengembangkan usaha. Pengetahuan adalah modal abadi. Itu yang kami rasakan tentang dampak berkelanjutan dari pelatihanpelatihan IOM di sini."


26

Sektor

KERAJINAN

Ungkapan 'memasarkan produk secara luas' ternyata memberi makna baru bagi usaha kecil pedesaan di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Di bawah Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian, kelompok-kelompok kecil produsen berbagai produk kerajinan berkesempatan memasarkan produk mereka ke seluruh Indonesia. Ratusan pengrajin telah diikutsertakan dalam pameran dagang berskala nasional, membantu kemajuan 'orientasi pasar' di antara para pengusaha kecil yang selama ini masih menjalankan usaha mereka secara tradisional. Aktivitas lain, seperti program 'Wisata Gratis' yang disponsori oleh IOM ke berbagai rumah

produksi dan gerai jual, juga telah memperluas akses pasar bagi para pengusaha kecil ini. Mengawali upaya memperluas pasar dan menjaga keberlanjutan bisnis, para pengusaha kecil juga telah membentuk tim promosi mereka sendiri, yang disebut Tim Promosi Desa. Tim yang dibentuk dengan dukungan IOM's Marketing and Promotional Task Force (IMPROTA) ini telah membangun jaringan usaha yang penting dengan berbagai kementerian dan departemen pemerintahan, asosiasi dagang, pembeli potensial, masyarakat luas dan institusi swasta.


28

KISAH PENERIMA MANFAAT Sektor Kerajinan

Bantuan IOM telah membangun kemandirian dan mempersiapkan mental wirausaha kami jika suatu saat proyek dampingan ini berakhir.

Sri Asiyati Tas-tas, berbagai dompet dan kotak anyaman yang cantik buatan Sri Asiyati menarik banyak pembeli. Teknik pewarnaan dan finishing yang dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan teknis Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian telah membuat para pengrajin agel di desa Tuksono, DIY bisa meningkatkan kualitas produk mereka. Asiyati (30) dan sebanyak 292 pengrajin agel penerima manfaat proyek ini di desanya, berharap bisa meningkatkan kualitas produk mereka agar bisa membuka lebar peluang pasar dan mendapat keuntungan yang lebih besar. “ Saya

sudah menerapkan teknik-teknik pewarnaan dan finishing baru untuk meningkatkan kualitas serta menghasilkan produk yang lebih varitatif dan kreatif. Pokoknya, kami terus mencoba agar kualitas produk kami bisa memenuhi standar kualitas eksport. “ Perluasan target pasar tersebut bukan lagi sebuah mimpi. Dengan dampingan Komponen Akses Pasar dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian, intensitas keikutsertaan bagi UMK di beberapa ajang pameran industri pun meningkat dan ini sangat membantu pengembangan kewirausahaan bagi desa Tuksono yang pernah dilanda

gempa besar ini. Industri anyaman agel Tuksono sebenarnya sudah ada sejak tahun 1990-an tapi waktu itu umumnya hanya memproduksi tikar. Kini, jenis produk yang dihasilkan jauh lebih variatif. Mulai dari tas, dompet, karpet dan kotak hiasan berbagai ukuran. Produk-produk agel ini sudah sering diikutkan berbagai pameran di seluruh Indonesia dan tak jarang juga menarik perhatian pembeli serta eksportir manca negara. Asiyati dalam sebulan mampu membuat 150 item produk anyaman agel, dengan penghasilan bersih sekitar Rp 500.000/bulan. Selain membuat, dia juga menyuplai bahan

baku dan kadang mengumpulkan lalu melakukan finishing produk-produk agel setengah jadi dari pengrajin lain. Dengan begini, dia tetap bisa mendapat penghasilan saat bahan baku agel sedang mahal. Menurut Asiyati, keterampilan pembukuan dan manajemen usaha sangat bermanfaat dalam praktik pengembangan bisnisnya. “ Bantuan IOM telah membangun kemandirian dan mempersiapkan mental wirausaha kami jika suatu saat program dampingan ini berakhir. Kami yakin jika kerajinan agel ini dikelola dan dikembangkan dengan serius, bisa berpotensi menjadi industri besar di kabupaten Kulon Progo karena produk anyaman agel kami ini unik “, jelas Asiyati.


30

KISAH PENERIMA MANFAAT Sektor Kerajinan

Dalmini Kalau bukan karena proyek IOM – JRF ini, Saya tidak yakin kami bisa memperkenalkan batik kami ke provinsi lain di luar Kebon, atau bahkan ke negara lain.

Istilah yang dulu asing, seperti “strategi pemasaran” dan “penetrasi pasar”, kini fasih diucapkan para pengrajin batik di desa Kebon terutama Dalmini. Menurut perempuan 37 tahun ini, pelatihan pengembangan usaha dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian telah memberi dampak besar bagi desanya, sebuah daerah di Klaten, Jawa Tengah yang pernah rusak cukup parah oleh gempa. Sebanyak 169 pengrajin batik dampingan IOM di desa Kebon telah secara aktif terlibat dalam Tim Promosi Desa, terus berusaha membawa produk Batik Kebon mereka ke berbagai pameran di seluruh Indonesia. Mereka juga telah dikunjungi ratusan wisatawan yang datang ke desa Kebon berkat promosi showroom baru mereka yang cukup gencar. Para pengrajin batik Kebon sangat antusias menyambut potensi keuntungan besar yang ditawarkan produk batik mereka -yang dibuat dengan cara dan bahan tradisional- itu. “Batik Kebon memiliki prospek yang bagus dan berpotensi bisa populer di pasar yang lebih luas karena produk kami unik dan motifnya bagus.”

Semangat semacam ini adalah kemajuan pesat dibandingkan kondisi pasca gempa. Rumah Dalmini hancur dan keluarganya terpaksa tinggal di tenda selama 3 bulan. Peralatan kerjanya juga rusak sehingga dia tidak bisa membatik, pekerjaan yang ditekuninya sejak kecil. Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian lalu mengganti peralatan yang rusak dan memberikan pelatihan keterampilan usaha, seperti teknik pewarnaan. Salah satu bukti hasil strategi pemasaran baru yang dikembangkan bersama dukungan Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian, yaitu total penjualan selama 4 bulan terakhir (hingga pertengahan 2010) yang mencapai Rp 61,7 juta – sekitar Rp 15,4 juta di antaranya disimpan sebagai dana bersama (investasi) kelompok. Pelatihan manajemen usaha ini juga membantu para pengrajin batik mampu mempertahankan masa depan bisnis mereka. “ Kalau bukan karena proyek IOM – JRF ini, saya tidak yakin kami bisa memperkenalkan batik kami ke provinsi lain di luar Kebon, bahkan hingga keluar negeri.” kata Dalmini.


32

KISAH PENERIMA MANFAAT Sektor Kerajinan

Saya yakin jika ditunjang dengan akses pemasaran yang luas, angka penjualan kami akan meningkat karena produk-produk perhiasan perak kami selain modelnya unik, harganya juga terjangkau.

Warjiyo Warjiyo punya mimpi agar desanya, Pampang, tercatat dalam peta dunia industri perhiasan. Pria berusia 35 tahun, salah satu dari 98 pengrajin perak dampingan Proyek IOM JRF untuk Pemulihan Livelihood inipun bercerita tentang Pampang dan produknya yang cantik. Sektor kerajinan perak Pampang sempat tersendat setelah gempa. Walaupun kerusakan infrastruktur di sana tidak separah desa-desa lainnya, namun Kota Gede, tempat Warjiyo biasa mengirim produknya untuk dijual, rusak cukup parah. “ Saya tidak bisa menjual produk saya ke pengepul perak seperti dulu. Butuh waktu enam bulan sebelum industri di sana pulih kembali.” Proyek ini tidak hanya telah mendorong kebangkitan industri di Pampang tetapi juga membangun rasa kebersamaan antar pengrajin, yang semula bekerja sendirisendiri namun sekarang tergabung dan bekerja sama dalam empat kelompok produsen perak. Bantuan penggantian alatalat produksi – baik yang diberikan untuk setiap pengrajin maupun mesin finishing untuk masing-masing kelompok telah meningkatkan produktivitas. Akan tetapi jarak Pampang dari pusat perhiasan dan pergadangan di

Yogyakarta menjadikan pembentukan jaringan pasar yang lebih luas, harus diprioritaskan. Para perajin perak telah terlibat aktif dalam memasarkan produk mereka – mulai dari bros, kalung, gelang, cincin, dll – di berbagai pameran tingkat nasional. Mereka juga menerima kunjungan wisatawan berbagai negara ke rumah produksi dan gerai jual melalui program Wisata Gratis, bagian dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian. Rumah Warjiyo pun berfungsi ganda sebagai rumah produksi sekaligus gerai jual yang didirikan bersama Tim Promosi Desa. Warjiyo yakin dapat mempertahankan peluang ekspansi pasar yang diciptakan oleh proyek ini. Setelahnya, produkproduk perak mereka akan benar-benar dapat mencatatkan nama Pampang di dalam peta perhiasan dunia. “ Saya yakin jika ditunjang dengan akses pemasaran yang lebih luas, angka penjualan kami akan meningkat karena produk-produk perhiasan perak kami selain modelnya unik, harganya juga terjangkau “.


34

KISAH PENERIMA MANFAAT Sektor Kerajinan

Kartiyem Alat penenun sudah seperti sahabat lama bagi Kartiyem. Sebuah ATBM (alat tenun bukan mesin) kuno setinggi 1,5 meter dan terbuat dari kayu yang kini sudah berusia 83 tahun itu tampak masih terawat dengan baik di sudut dapurnya. Alat yang juga disebut 'tustel' ini didapat Kartiyem secara turun - temurun dari nenek kemudian ibunya. Kartiyem mulai belajar menenun sejak usia 12 tahun. Rusaknya tustel milik Kartiyem karena gempa bumi, sempat membuat Kartiyem tidak bisa menenun kain lurik dan usahanya pun mandeg. Sebagai bagian dari bantuan pasca gempa, Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian lalu memberikan 77 buah Tustel baru kepada para penenun tradisional di desa Tegalsari, Sukoharjo, Jawa Tengah. Bantuan puluhan ATBM baru yang diberikan di bawah Komponen Penggantian Aset proyek ini, memungkinkan para penenun– termasuk Kartiyem (43) – dapat membuat kain lurik yang lebih lebar, juga dengan motif dan warna yang lebih variatif. “ Saya yakin, industri lurik di desa kami

ke depannya akan bisa lebih berkembang. Dengan ATBM dan teknik-teknik baru, kini kami bisa membuat kain lurik yang lebih halus juga dengan motif dan warna lebih variatif sehingga bagus untuk bahan busana. “ Kartiyem yang suaminya meninggal dalam kecelakaan kerja di tahun 2002 ini berharap, produk-produk kain lurik barunya nanti akan bisa meningkatkan pemasukan. Selama ini pendapatan Kartiyem dari membuat kain lurik rata-rata Rp 400.000/bulan, itulah mengapa dia masih harus bertani demi mencukupi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah dua anaknya. Kartiyem telah mampu melewati masa-masa sulit saat dia dan keluarganya harus tinggal di tenda darurat selama 2 minggu, saat mata pencaharian, alat-alat produksi dan tempat tinggalnya juga rusak akibat gempa. Kini bersama dampingan proyek ini, Kartiyem berusaha bangkit. “ Saya sangat ingin kain lurik dari Tegalsari nantinya lebih terkenal di tingkat nasional. Atau.. siapa tahu suatu saat malah bisa go international ! “ kata Kartiyem menutup ceritanya dengan optimis

Saya sangat ingin kain lurik dari Tegalsari nantinya akan lebih terkenal dalam skala nasional... atau siapa tahu juga bisa go international!


36

Sektor

PETERNAKAN

Inovasi baru kini telah merambah daerah pedesaan di Yogyakarta dan Jawa Tengah dimana kehidupan, mata pencaharian dan lingkungan saling berdampingan. Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian telah memperkenalkan teknologi biogas kepada masyarakat pedesaan. Ditenagai oleh limbah ternak yang mudah ditemui di lingkungan masyarakat setempat, teknologi ini memberikan bahan bakar hemat dan ramah lingkungan untuk kebutuhan memasak dan usaha produksi. Reaktor biogas yang dibangun di bawah tanah membantu masyarakat secara langsung di sejumlah desa. Selain itu, unit biogas keliling dipamerkan dalam tiap kunjungan ke desa-desa untuk menunjukkan

manfaat penggunaan biogas dan memberi pelatihan warga untuk pembuatan proyek biogasnya sendiri. IOM mengembangkan teknologi rintisan ini dengan menggandeng Kebun Pendidikan, Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) Universitas Gadjah Mada, sebagai solusi energi berkelanjutan yang mendukung mata pencaharian dan lingkungan di sekitar masyarakat. Iwan Setiawan dari KP4 UGM menjelaskan, dua manfaat utama dari proyek biogas ini adalah terciptanya energi alternatif yang ekonomis dan pengurangan risiko kesehatan lingkungan.


38

KISAH PENERIMA MANFAAT Sektor Peternakan

Kegiatan produksi kami sekarang sangat teratur. Kami merawat ternak bersama-sama, yang selain menambah pemasukan keuangan, juga dapat memperkuat perencanaan dan semangat gotong royong masyarakat.

Mugiyono Mugiyono tidak punya pilihan selain menjual sapinya demi mencukupi kebutuhan keluarganya setelah gempa bumi menghancurkan rumah mereka. “ Itu adalah masa-masa sulit dan saya agak putus asa tentang masa depan kami. Mata pencaharian saya kacau selama empat bulan pasca gempa. Butuh waktu cukup lama untuk pulih secara keuangan karena kami tidak bisa bekerja.” Masa depan kini lebih cerah bagi Mugiyono, 52 tahun. Dengan bantuan Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian, peternakan sapi yang

dulu dilakukan secara perseorangan di Desa Semoyo, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi D.I. Yogyakarta, kini telah terorganisir secara lebih modern, efisien dan aman melalui pembentukan koperasi dan pembangunan kandang sapi yang dikelola bersama. Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian juga memberikan sapi sebagai bentuk bantuan langsung untuk memulihkan modal, sambil memberikan pelatihan kepada para peternak sapi tentang teknik modern dan bagaimana

memanfaatkan limbah ternak menjadi pupuk organik. Mereka kini menggunakan pupuk tersebut di tanah pertanian mereka, juga menjualnya untuk menambah pendapatan. “Kegiatan produksi kami sekarang sangat teratur. Kami merawat ternak kami bersama-sama. Hal ini selain menambah pemasukan keuangan, juga dapat memperkuat perencanaan usaha ternak dan persatuan masyarakat.” Kelompok Mugiyono bercita-cita memiliki sapi sebanyak 40 ekor sehingga bisa menjadi pemasok daging sapi secara permanen di pasaran. Tantangan usaha mereka kini adalah

persaingan dengan daging impor, tapi kelompok ini telah merancang sebuah strategi. “Kami harus sangat berhati-hati memilih masa jual ternak kami karena harga pasaran daging yang tak menentu,” jelas Mugiyono. “Kadang-kadang saat kita menjual seekor sapi yang awalnya dihargai Rp 5 juta tapi dua bulan kemudian harganya bisa turun jadi Rp 4,6 juta. Karena itu, biasanya kami menjual sapi-sapi yang gemuk saat harga di pasaran tinggi. Kemudian saat harga turun, sapi-sapi itu tidak kami jual tapi kami kawinkan agar bisa mendapat anakan dan jumlah sapi kami berlipat.”


40

KISAH PENERIMA MANFAAT Sektor Peternakan

Saya ingin meneruskan apa yang telah dilakukan oleh proyek IOM yaitu membangun sistem kerja bersama. Saya harap kami bisa melanjutkan dan menerapkan semua pengetahuan yang sudah kami dapatkan.

Pariman Memimpin sebuah kelompok peternak kambing di desa Krakitan, Klaten sudah biasa dilakukan oleh Pariman. Pria berusia 35 tahun ini tidak keberatan saat diserahi tanggung jawab lebih untuk menggemukkan dan merawat 10 ekor kambing milik kelompoknya, bantuan dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian. “Saya menikmati saja saat menjalankan tanggung jawab lebih untuk mengurus kandang, menjaga kebersihannya, memberikan pakan dan merawat kambing-kambing kelompok kami.� Sebagai ketua RT, Pariman memang telah terbiasa mendapat tanggung jawab yang besar. Setelah gempa bumi, dia ikut sibuk membantu warga yang cedera, memperbaiki rumah-rumah yang rusak dan membantu melakukan survey untuk distribusi bantuan. Atap rumahnya sendiri roboh dan seperti banyak warga di Kabupaten Klaten, hidupnya pun menjadi susah.

Ketertarikan Pariman pada peternakan kambing berawal sejak dia pulang kampung setelah mengalami cedera tangan saat masih bekerja sebagai tukang kayu di Jakarta, ibukota Indonesia. Pariman lalu berniat menekuni usaha peternakan kambing bersama Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian yang telah memberikan pelatihan teknik peternakan, penggemukan, pengembangan usaha dan bagaimana cara memproduksi pupuk organik dari limbah kotoran kambing. Kelompok Pariman dan 11 kelompok yang lain juga mendapatkan masing-masing empat kambing dan bantuan untuk membangun kandang. Sekitar 230 peternak kambing di desa Krakitan, Klaten telah membentuk 12 kelompok dan merawat ternak mereka secara bersama, sehingga mendapatkan keuntungan berupa efektifitas kerja dan pemanfaatan stok pakan, sekaligus meningkatkan

kondisi kesehatan dan kebersihan lingkungan karena ternakternak mereka dialokasikan jauh dari permukiman. Pariman yakin kelompoknya bisa menggandakan jumlah kambing ternak mereka, dan seiring dengan itu, laba yang mereka peroleh. Seekor kambing yang awalnya dibeli dengan harga Rp 600.000, setelah digemukkan bisa dijual dengan harga dua kali lipat. Cita-cita Pariman adalah memiliki 30 ekor kambing suatu hari nanti. “Saya juga ingin meneruskan apa yang telah dilakukan oleh proyek IOM - JRF yaitu membangun sistem kerja bersama. Saya harap kami bisa melanjutkan dan menerapkan semua pengetahuan yang sudah kami dapatkan.�


43

42

Kredit

Penulis Editor (Bahasa) Editor (English) Penerjemah Desain/Layout Fotografer

Terima Kasih Kepada :

: : : : : :

Simon Gladman, Virgi Fatmawati Diana Setiawati, Matahari Farransahat Johan Grundberg, Ciara Cribben, Mohamad Marji Virgi Fatmawati, Mirna Adzania Darunawan Tandang Hindrawan

Lembaga donor JRF : Komisi Eropa, Asian Development Bank (ADB), Pemerintah Belanda, Pemerintah Inggris, Pemerintah Kanada, Pemerintah Finlandia dan Pemerintah Denmark. Para anggota sekretariat JRF dan World Bank sebagai administrator dana bantuan JRF. Pemerintah Republik Indonesia, Pemerintah Provinsi D.I.Yogyakarta dan Jawa Tengah serta seluruh Pemerintah Daerah di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa yang menjadi target dari Proyek IOM - JRF untuk Pemulihan Mata Pencaharian. Para penerima manfaat yang telah berpartisipasi dalam pembuatan buku ini.

Diterbitkan oleh International Organization for Migration (IOM), Yogyakarta Jl. HOS. Cokroaminoto 109, Yogyakarta 55253, Indonesia Telp. +62 274 619055-619056 Fax. +62 274 619012 www.iom.or.id


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.