Analisis Pemerolehan Bahasa

Page 1

ANALISIS PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN

DISUSUN OLEH

WAZI FATINNISA E1C014060 Kelas II/B (Reguler Pagi)

PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2014-2015

1


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatNya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan. Tujuan pembuatan karya tulis ini yaitu untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar Bahasa. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian karya tulis ini sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Karya tulis yang berjudul “Analisis Pemerolehan Bahasa Pada Anak Usia Tiga Tahun dan Empat Tahun� ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk mengetahui bagimana perkembangan pemerolehan bahasa pada anak usia tiga tahun dan empat tahun sehingga dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun bagi kami sebagai bentuk perbaikan dan pembelajaran untuk waktu yang akan datang.

Mataram, 30 Juni 2015

Penulis

2


DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................i KATA PENGANTAR ...............................................................................ii DAFTAR ISI ..............................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1 1.1

Latar Belakang........................................................................1

1.2

Rumusan Masalah ..................................................................1

1.3

Tujuan Penelitian ....................................................................2

1.3.1 Tujuan Umum .........................................................................2 1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................2 1.4

Manfaat Penelitian ..................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................3 2.1

Pengertian Pemerolehan Bahasa.............................................3

2.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa .....3

2.3

Fase Perkembangan Bahasa Anak ..........................................4

BAB III PEMBAHASAN ..........................................................................6 3.1

Identitas Anak .........................................................................6

3.2

Waktu dan Tempat Penelitian ................................................7

3.3

Peristiwa Penelitian ................................................................7

3.4

Hasil Penelitian/Data yang Diperoleh ....................................8

3.5

Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Fonologi ..............9

3.6

Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Sosial ..................13

BAB IV PENUTUP ....................................................................................15 4.1

Simpulan .................................................................................15

4.2

Saran .......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................16

3


BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Mengamati perkembangan anak adalah kegiatan yang mungkin jarang dilakukan oleh para orang tua. Apalagi mengamati perkembangan anak dari segi bahasa. Padahal banyak hal yang dapat diamati dari kegiatan anak sehari-hari. Jeanne Ellis Ormrod dalam bukunya menjelaskan bahwa anak-anak berkembang dalam kecepatan yang berbeda. Ia mengatakan bahwa perkembangan terkadang terjadi dengan cepat, terkadang juga lambat. Hal

ini

menjadi

menarik

karena

setiap

anak

berarti

mengalami

perkembangan dalam hidupnya dengan berbeda-beda. Begitu pula dalam hal pemerolehan bahasa. Oleh karena itu, perkembangan akan dapat dibantu dengan memberikan stimulasi yang disesuaikan dengan keunikan masing-masing anak. Di samping itu dengan bertambahnya usia anak maka produksi sel-sel saraf (neuron) juga akan semakin meningkat sehingga peran otak untuk menerima, menafsirkan, dan merespon informasi juga berperan sesuai dengan kondisi anak tersebut.

1.1

Rumusan Masalah a. Bagaimanakah perkembangan pemerolehan bahasa dari aspek fonologi pada anak usia tiga tahun dan empat tahun? b. Bagaimanakah perkembangan pemerolehan bahasa dari aspek sosial pada anak usia tiga tahun dan empat tahun?

4


1.2

Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembangan bahasa anak dari aspek fonologi dan aspek sosial anak usia tiga tahun dan empat tahun. 1.2.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: a. Untuk mengetahui perkembangan pemerolehan bahasa dari aspek fonologi pada anak usia tiga tahun dan empat tahun. b. Untuk mengetahui perkembangan pemerolehan bahasa dari aspek sosial pada anak usia tiga tahun dan empat tahun.

1.3

Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang dapat mendukung penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya dalam hal perkembangan bahasa pada anak.

5


BAB II LANDASAN TEORI

2.1

Pengertian Pemerolehan Bahasa Istilah pemerolehan (acquisition) dijelaskan Dardjowidjojo sebagai proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu ia belajar bahasa ibunya (native language). Istilah ini berbeda dengan pembelajaran (learning), yakni proses yang dilakukan dalam tataran yang formal (belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru). Dengan demikian, proses dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari orang (umumnya dewasa) yang belajar di kelas adalah pembelajaran. Chaer (2009) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa biasanya diperoleh setelah bahasa pertama. Artinya, pemerolehan bahasa berkaitan dengan bahasa pertama sedangkan pembelajaran bahasa berkaitan dengan bahasa kedua.

2.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemerolehan Bahasa - Faktor Alamiah Chomsky mengatakan bahwa setiap anak lahir dengan seperangkat prosedur dan aturan bahasa atau disebut oleh Chomsky sebagai Language Acquisition Divice (LAD). Potensi dasar itulah yang akan berkembang secara maksimal setelah mendapat stimulus dari lingkungan. Proses perolehan melalui piranti ini sifatnya alamiah. Maka sekalipun anak tidak dirangsang untuk mendapatkan bahasa, anak tersebut akan mampu menerima apa yang terjadi disekitarnya. - Faktor Kognitif Pemerolehan bahasa dalam prosesnya dibantu oleh perkembangan kognitif, sebaliknya kemampuan kognitif akan berkembang dengan bantuan bahasa. 6


Piaget berpendapat bahwa kemampuan merepresentasikan pengetahuan itu adalah proses konstruktif yang mensyaratkan serangkaian langkah perbuatan yang lama terhadap lingkungan. - Faktor Keturunan (hereditas) Dalam batas-batas tertentu, faktor keturunan dapat mempengaruhi perkembangan. Meski demikian, tidak semua karakteristik turunan tersebut tampak pada waktu kelahiran. Hereditas terus mempengaruhi perkembangan anak sepanjang proses kematangan (maturation). - Faktor Lingkungan Faktor

lingkungan

bahkan

dapat

mempengaruhi

karakteristik-

karakterisitik yang sebagian besar dikendalikan oleh faktor hereditas. Sekalipun perilaku anak dipengaruhi oleh tempramen (sebuah faktor yang diwariskan), lingkungan juga memiliki pengaruh penting terhadap cara anak berperilaku. Bahkan terkadang pengaruh lingkungan terhadap perilaku sama pentingnya, bahkan terkadang lebih berpengaruh.

2.3

Fase Perkembangan Bahasa Anak Dwight Bolinger menyebutkan dalam bahwa perkembangan bahasa anak lazimnya

dibagi

dalam

empat

tataran.

Tataran

pertama

disebut

fase

perkembangan holoprastik (holophrastic phase). Tata bahasa yang dikuasainya disebut tata bahasa holoprastik (holophrastic structure). Dalam tahap perkembangan holoprastik, seorang anak bisa menyampaikan maksud dan pesannya dengan mengguakan satu kata. Tahap selanjutnya adalah fase penyampung (joining phase). Pada fase ini anak menghubungkan kata yang didengar dari lingkungannya. Dalam tahap ini anak mulai gemar bicara dengan model dua kata. Tata bahasa yang demikian oleh Bolinger disebut sebagai tata bahasa penyambung (joining phase). Tahap ketiga dari perkembangan bahasa anak adalah fase pengintegrasian (connective phase). Pada tahap ini, anak mulai bicara dengan menggunakan lebih dari dua kata. Anak sudah menyambung-nyambung beberapa kata. Pada tahap perkembangan ini anak mulai mengenal kearbitreran kata. Di dalam masyarakat Sasak, anak mulai bingung dengan pemakaian kata mangan medahar, bekelor, nyampah yang semuanya dapat bermakna makan.

7


Tahap terakhir dari perkembangan bahasa anak adalah pengulangan (recursive phase). Pada tahap ini anak cenderung mengulang-ulang bentuk yang sudah pernah dipakainya sambil terus-menerus menambahkan khasanah kosakatanya. Tahap ini juga disebut dengan tahap pembiasaan (habit-formation phase).

8


BAB III PEMBAHASAN 3.1 Identitas Anak 3.1.1 Identitas anak I Nama Lengkap

: Asyila Atin Putri

Nama Panggilan

: Atin

Jenis Kelamin

: Perempuan

TTL

: Mataram, 20 Mei 2012

Usia

: 3 Tahun 1 bulan

Anak ke-

:2

Nama Ayah

: Sahabudin

Nama Ibu

: Murniati

Alamat

: Pejeruk Abiyan, Ampenan, Mataram

3.1.2 Identitas Anak II Nama

: Teguh Rinaldi

Nama Panggilan : Teguh Jenis Kelamin

: Laki-laki

TTL

: Mataram, 15 Januari 2011

Usia

: 4 Tahun 5 bulan

Anak ke-

:1

Nama Ayah

: Junaidi

Nama Ibu

: Rini Wulandari

Alamat

: Pejeruk Abiyan, Ampenan, Mataram 9


3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Dalam hal ini, peneliti melakukan penelitian dalam waktu yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan objek penelitian tidak berada di tempat yang sama ketika penelitian dilakukan. Penelitian yang dilakukan pada anak pertama, yakni Atin Asyila Putri dilakukan pada hari Minggu, 28 Juni 2015 sekitar pukul lima sore. Tempat penelitian dilakukan di desa Pejeruk Abiyan, Lingkungan Pejeruk Desa, Kecamatan Ampenan. Sedangkan penelitian yang dilakukan pada anak kedua, yakni Teguh Rinaldi dilakukan pada hari Kamis, 1 Juli 2015 sekitar pukul sepuluh pagi. Tempat penelitian dilakukan di wilayah yang sama yakni di desa Pejeruk Abiyan, Lingkungan Pejeruk Desa, Kecamatan Ampenan. 3.3 Peristiwa Penelitian Karena penelitian ini dilakukan secara terpisah pada masing-masing anak, maka peristiwa penelitian yang ditemukan berbeda antara satu dengan lainnya. Pada penelitian pertama, sebelumnya peneliti mengajak objek pertama, yakni Atin untuk dimandikan di rumahnya. Kemudian selesai mandi, ibunya mengganti pakaian yang sebelumnya ia kenakan. Dan setelah itu, barulah peneliti mengajak Atin untuk ke rumah peneliti dan mulai melakukan penelitian ini. Belajar dari penelitian yang pertama, untuk penelitian yang kedua ini peneliti langsung mendatangi tempat bermain yang sering didatangi oleh anak yang kedua yakni, Teguh Rinaldi. Ketika peneliti mendatanginya, ia sedang bermain bersama teman sebayanya. Oleh sebab itu, peneliti dapat lebih mudah dalam melakukan penelitian yang kedua ini.

10


3.4 Hasil Penelitian/ Data yang Diperoleh Di bawah ini disajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian pemerolehan bahasa pada anak pertama, yakni Atin Asyila Putri dengan usia 3 tahun 1 bulan dan anak kedua, yakni Teguh Rinaldi. A. Anak Pertama: Atin Asyila Putri No.

Kata/Kalimat

Pemerolehan

1.

Cabe

Abe

2.

Permen kopi

kopi, copi

3.

Mama, buka!

Mak‌ Ncaq!

4.

Mama, naik!

Mak‌ Aeq!

5.

Buka

Buca

6.

Itu

Nyoo!

B. Anak Kedua: Teguh Rinaldi No.

Kata/Kalimat

Pemerolehan

1.

Bocor

Boco;

2.

Teguh puasa

Doh puaca

3.

Empat

Empat

4.

Malam-malam main

Mayam-mayam maen

5.

Ada game?

Ada gem?

7.

Superman

Cupe;men

8.

Pulang minum

Puyang minom

11


3.5 Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Fonologi Di bawah ini disajikan data yang diperoleh dari hasil penelitian pemerolehan bahasa pada anak pertama, yakni Atin Asyila Putri dengan usia 3 tahun 1 bulan dan anak kedua, yakni Teguh Rinaldi. Berdasarkan hasil perenilitan yang dilakukan pada anak pertama yakni, Atin Asyila Putri dan anak kedua yakni, Teguh Rinaldi, maka dalam hal ini peneliti mengklasifikasikan pemerolehan kata yang diproduksi oleh kedua anak tersebut menjadi dua aspek, yakni: a. Kata yang sudah mampu diperoleh anak, dan b. Kata yang belum mampu diperoleh anak

A. Anak Pertama: Atin Asyila Putri No.

Kata/Kalimat

Pemerolehan

1.

Cabe

Abe

2.

Permen kopi

kopi, copi

3.

Mama, buka!

Mak‌ Ncaq!

4.

Mama, naik!

Mak‌ Aeq!

5.

Buka

Buca

6.

Itu

Nyoo!

a) Kata yang Sudah Mampu Diperoleh Dalam melafalkan bunyi /a/ (vokal depan, bawah, takbundar) dan /e/ (vokal depan, tengah atas takbundar), Atin sudah mampu memproduksinya dengan jelas. Hal ini dapat dilihat dari pelafalan /a/ dan /e/ pada kata /cabe/. Untuk produksi fonem /p/ (konsonan, bilabial, stop, tak bersuara), Atin sudah dengan jelas dilafalkan. Hal ini dapat dilihat dari produksi fonem /p/ yang disebutkan Atin pada kata /copi/.

12


b) Kata yang Belum Mampu Diperoleh

Pelafalan kata /cabe/, anak melakukan penghilangan fonem /c/ (konsonan, fronto palatal, oral, tak bersuara) pada kata itu sehingga kata /cabe/ menjadi /abe/. Untuk pelafalan kata /kopi/, pada beberapa kesempatan Atin sudah mampu memproduksi fonem /k/ dengan baik namun ketika diteliti lagi, dalam beberapa kesempatan lain ia masih menggunakan fonem /c/ untuk menyebut kata /kopi/. Sehingga menjadi /copi/. Pada pelafalan kata /buka/, Atin belum mampu mengucapkannya dengan sempurna. Ia menyebutnya dengan /bucaq/. Jadi, fonem /c/ mengganti posisi /k/. Juga pada akhir kata /buka/ ia mengakhirinya dengan memberikan penekanan setelah bunyi /a/ menjadi /bucaq/. Pada kata yang sama yakni kata /buka/, Atin juga menyebutnya dengan kata /ncaq/. Dalam hal ini, Dardjowidjojo dalam bukunya memaparkan penelitiannya, bahwa pada usia tiga tahun, anak yang ditelitinya sudah mampu untuk memproduksi

fonem

/k/.

Meskipun

Atin

belum

mampu

untuk

memproduksinya namun itu bukan sebuah hal besar yang perlu untuk dipermasalahkan. Karena jika melihat pandangan kaum nativistik, hal tersebut dapat dikatakan sebagai sesuatu yang lumrah terjadi karena nativistik berpandangan bahwa pemerolehan bahasa itu bersifat kodrati dan merupakan suatu proses yang berlanjut dan sesuai dengan jadwal genetik. Demikian halnya pada kata /naik/. Atin melafalkannya menjadi /ae?/. Jadi, ia menghilangkan fonem /n/ dan mengganti fonem /i/ menjadi /e/ sehingga pelafalannya menjadi /aeq/. Namun, yang perlu dilihat dalam hal ini adalah pemerolehan diftong yang telah mampu diproduksi oleh Atin. Seperti yang ditulis oleh Dardjowidjojo dalam ECHA, Ia menyebutkan bahwa diftong mulai diperoleh pada usia tiga tahun. Untuk pengucapan kata /itu/, Atin memproduksinya dengan pelafalan /nyo/. Hal ini dipengaruhi dari bahasa daerah (Sasak) yang digunakan.

13


B. Anak Kedua: Teguh Rinaldi No.

Kata/Kalimat

Pemerolehan

1.

Bocor

Boco;

2.

Teguh puasa

Doh puaca

3.

Empat

Empat

4.

Malam-malam main

Mayam-mayam maen

5.

Ada game?

Ada gem?

7.

Superman

Cupe;men

8.

Pulang minum

Puyang minom

a. Kata yang Sudah Mampu Diperoleh Produksi fonem /c/ (konsonan, fronto palatal, oral, tak bersuara) sudah mampu diucapkan oleh anak kedua. Hal ini dapat dilihat ketika ia menyebutkan kata /boco;/, ia sudah mampu memproduksi kata tersbut dengan baik. Fonem /p/ (konsonan, bilabial, stop, tak bersuara) pada kata /empat/ juga telah mampu diproduksi dengan baik. Produksi fonem /g/ (konsonan, dorsovelar, letus, oral, bersuara) pada kata /gem/ (game=permainan) sudah mampu diproduksi.

b. Kata yang Belum Mampu Diperoleh Ketika menyebut namanya sendiri, /teguh/ ia mengucapkannya dengan kata /doh/ sehingga pelafalan fonem /g/ pada kata /teguh/ diubah menjadi fonem /d/. Dalam hal ini, Dardjowidjojo dalam bukunya menyebutkan bahwa pada umur dua tahun dua bulan, anak masih sering mengucapkan fonem /g/ sebagai /d/, meskipun sesekali sudah muncul pula sebagai /g/. Ketika melafalkan kata /boco;/, ia memang sudah mampu melafalkan fonem /c/ dengan baik, namun ketika menyebutkan fonem /b/, anak masih belum mampu menyebutkan dengan benar antara penggunaan /p/ dan /b/. Hal ini mungkin saja terjadi karena fonem /p/ dan /b/ memiliki persamaan yakni, sama-sama merupakan fonem bilabial.

14


Produksi fonem /r/ masih belum begitu jelas terdengar. Meskipun terdengar seperti fonem /l/ yang diproduksi, namun anak memang belum dengan jelas dalam penyebutannya. Hal ini terlihat pada pelafalan kata /cupe;men/. Pada kata /pulang/, anak menukar fonem /l/ (konsonan apiko alveolar, oral, bersuara) dengan fonem /y/ yang merupakan bunyi semikonsonan. Hal ini dapat dilihat dari pelafalan kata /malam/ menjadi /mayam/. Jika diperhatikan, pada usia yang sekarang, Teguh berada pada fase pengintegrasian (connective phase). Seperti yang dijelaskan oleh Dwight Bolinger bahwa pada tahap ini, anak mulai bicara dengan menggunakan lebih dari dua kata. Anak sudah mampu menyambung-nyambung beberapa kata. Pada kata /minum/, ia juga menukar /u/ menjadi /o/ sehingga menjadi /minom/.

15


3.6 Analisis Pemerolehan Bahasa Dari Aspek Sosial A. Anak Pertama: Atin Asyila Putri Jika melihat sisi sosial anak, maka hal ini sedikit banyak berpengaruh pada pemerolehan bahasa si anak. Pada anak pertama yakni, Atin Asyila Putri, peneliti mendapatkan bahwa bahasa ibunya adalah bahasa daerah (Sasak). Karena dalam kesehariannya, komunikasi yang dilakukan oleh keluarganya kepada Atin lebih dominan menggunakan bahasa daerah. Namun jika diperhatikan, lingkungan keluarganya juga terkadang menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan Atin. Sehingga bahasa yang lebih dominan digunakan Atin dalam kesehariannya ialah bahasa daerah (Sasak). Hal ini juga didukung dengan lingkungan tempat ia tinggal. Penggunaan bahasa daerah sangat kental di tempat itu. Pengaruh lingkungan itu pula yang juga berperan dalam pemerolehan bahasanya. Hal ini terlihat dari respon yang dikeluarkan oleh anak. Atin ketika ditanya menggunakan bahasa Indonesia tidak merespon jawaban dengan bahasa Indonesia namun menggunakan bahasa daerah (Sasak). Hal ini sesuai dengan pandangan kaum behavioristik yang mengatakan bahwa lingkungan berperan penting dalam pemerolehan pengetahuan termasuk pemerolehan bahasa. Dalam merespon pertanyaan yang diajukan, Atin tampak menunjukkan egosentrisme prapoerasional. Jeanne dalam bukunya menjelaskan pengertian egosentrisme praoperasional adalah ketidakmampuan memandang situasi dari perspektif orang lain. Sehingga hal ini terkadang membuatnya cenderung acuh terhadap ajakan berkomunikasi. Tahap praoperasional ini dikatakan oleh Jeanne berada pada rentang usia dua tahun hingga tujuh tahun. B. Anak Kedua: Teguh Rinaldi Pada anak kedua yakni, Teguh Rinaldi, peneliti mendapatkan bahwa bahasa pertamanya adalah bahasa Indonesia. Dalam kesehariannya, Teguh secara tidak langsung diajak berkomunikasi oleh orang tuanya dengan

16


menggunakan bahasa Indonesia. Sehingga bahasa yang pertama kali ia kenali dan kuasai adalah bahasa Indonesia. Namun, jika melihat dari lingkungan tempat tinggal, penggunaan bahasa daerah lebih dominan digunakan dalam aktifitas sehari-hari. Meskipun begitu, ia tetap memahami ketika orang lain menggunakan bahasa daerah (Sasak) ketika berkomunikasi dengannya. Hal ini disebutkan oleh Dardjowidjojo dalam bukunya, bahwa kemampuan menangkap atau komprehensi anak mana pun akan jauh melebihi kemampuan produksinya. Pendapat ini mungkin dapat menjelaskan hal yang terjadi pada Teguh. Dalam merespon pertanyaan yang diajukan, Teguh sudah lebih baik dari Atin. Hal ini dilihat dari sikapnya yang menerima dan merespon pertanyaan yang diajukan.

17


Bab IV 4.1 Simpulan Dari hasil analisis yang dilakukan pada dua orang anak dengan masingmasing berusia tiga tahun dan empat tahun, dapat disimpulkan bahwa pada usia tiga tahun, anak cenderung masih egosentris dan belum begitu jelas dalam berbicara. Pelafalan fonemnya masih sederhana. Anak baru dapat memproduksi satu hingga dua kata untuk mengungkapkan apa yang diinginkannya. Produksi katanya pun masih berkisar dengan kata yang sesuai dengan sekitarnya. Pada usia empat tahun, anak sudah dapat memproduksi fonem-fonem yang lebih banyak dari usia tiga tahun. Karena faktor dan kata yang lebih luas meskipun juga sudah mulai menjangkau kata di luar dari apa yang ada di lingkungannya. Kata-kata yang diproduksi sudah beragam. Mulai dari kata tanya dan kata kerja. Kata-kata yang bermakna abstrak pun sudah mulai dipahami oleh anak usia empat tahun.

4.2 Saran

18


DAFTAR PUSTAKA

Ellis, Jeanne Ormrod. 2008. PSIKOLOGI PENDIDIKAN Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Penerbit Erlangga. Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. ECHA Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Rahardi, Kunjana. 2006. Dimensi-Dimensi Kebahasaan.Yogyakarta: PT Gelora Aksara Pratama.

19


20


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.