Tugas Akhir / Final Project Thesis

Page 1

TUGAS AKHIR – DA.184801

BANDAR UDARA KARGO BULELENG DENGAN PENDEKATAN EKOLOGI

PRAYOGO WIDYARANGGA 08111540000052

Dosen Pembimbing Dr. Eng. Ir. Sri Nastiti N E., MT.

Departemen Arsitektur Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2019


TUGAS AKHIR – DA. 184801

BANDAR UDARA KARGO BULELENG DENGAN PENDEKATAN EKOLOGI

PRAYOGO WIDYARANGGA 08111540000052

Dosen Pembimbing Dr. Eng. Ir. Sri Nastiti N.E, MT.

Departemen Arsitektur Fakultas Arsitektur, Desain dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember 2019



ii



iv


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan tugas akhir yang berjudul “Bandar Udara Kargo Buleleng dengan Pendekatan Ekologi� pada mata kuliah tugas akhir di departemen Arsitektur FADP ITS tahun ajaran 2018/2019 ini. Tugas akhir ini diawali dengan permasalahan yang ada pada konteks lahan yang dipilih. Lahan tersebut terletak di Kabupaten Buleleng pada Bali bagian Utara dikarenakan wilayah tersebut memiliki potensi yang dapat dikembangkan dari segi pertanian dan perkebunan. Namun distribusi hasil potensi tersebut tidak dilakukan secara maksimal karena faktor aksesbilitas yang tidak mudah dan keterjangkauan yang cukup jauh dari pusat perekonomian di Provinsi Bali yaitu Kota Denpasar sehingga menyebabkan Kabupaten Buleleng berada pada tingkat perekonomian yang rendah. Kabupaten Buleleng merupakan wilayah yang memiliki lingkungan alam yang paling luas diantara kabupaten lainnya. Objek desain merupakan Bandar Udara Kargo di Kabupaten Buleleng untuk memenuhi kebutuhan distribusi hasil pertanian dan perkebunan secara cepat dan efisien dengan pendekatan ekologi agar dapat meminimalkan kerusakan alam. Tulisan ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan dari banyak pihak, sehingga penulis ingin berterimakasih kepada : 1. Ibu Dr. Eng. Ir. Sri Nastiti N.E, M.T. selaku dosen pembimbing proposal tugas akhir di semester 7 dan tugas akhir di semester 8 ini yang telah memberikan ilmu, saran, dukungan dan membimbing penulis selama proses penyelesaian proposal hingga tugas akhir. 2. Bapak Defry Agatha Ardianta, S.T. M.T. dan Bapak Angger Sukma Mahendra, S.T. M.T. selaku dosen koordinator mata kuliah tugas akhir yang telah memberikan ilmu serta pengarahan kepada penulis. 3. Kedua orang tua dan saudara yang selalu memberikan dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian tugas akhir.

v


4. Teman-teman terdekat yang telah memberikan semangat dan dukungan yaitu Rafi, Verrel, Hamdiki, Aul, Denta, David, Imelda, Firly, Ghea, Maulina, Wawan, dan Indah. 5. Teman-teman sesama bimbingan dari proposal hingga tugas akhir yang saling memberikan semangat dan berjuang bersama yaitu Andre, Himma dan Efira. 6. Teman-teman seangkatan LIMAN 2015 yang telah memberikan semangat dan berjuang dari awal semester perkuliahan hingga semester akhir ini. 7. Seluruh pihak lain yang telah membantu dan memberikan semangat penulis dalam proses penyusunan tugas akhir ini. Penulis tidak dapat menyebutkan seluruhnya satu per satu. Semoga hasil tugas akhir ini dapat berguna dan bermanfaat. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan di dalam penulisan dan penulis menerima kritik dan saran guna menyempurnakan tugas akhir ini, sehingga lebih bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surabaya, 3 Juli 2019

Penulis

vi


BANDAR UDARA KARGO BULELENG PENDEKATAN EKOLOGI Nama Mahasiswa NRP Dosen Pembimbing

: Prayogo Widyarangga : 08111540000052 : Dr. Eng. Ir. Sri Nastiti N.E, M.T.

ABSTRAK Kabupaten Buleleng yang terletak di Bali bagian Utara memiliki potensi dari segi pertanian dan perkebunan yang dapat dikembangkan sebagai kekuatan ekonomi daerah. Namun distribusi hasil potensi tersebut tidak dilakukan secara maksimal karena keterjangkauan yang cukup jauh dari pusat perekonomian di Kota Denpasar, Bali bagian Selatan. Pada tahun 2018 Bandar Udara Internasional Ngurah Rai yang terletak di Bali bagian Selatan mengalami peningkatan jumlah yang cukup signifikan dari segi lalu lintas pesawat, penumpang dan kargo. Diprediksi dalam waktu 5 tahun ke depan bandara ini akan melebihi kapasitas. Terdapat wacana dari pihak otoritas bandar udara PT. Angkasa Pura I yang akan melakukan perluasan dengan cara reklamasi laut namun terdapat penolakan dari warga sekitar karena Ombak Karang Tengah yang menjadi daya tarik wisata alam akan terancam hilang dan rusak. Solusi yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan membangun bandar udara baru di Kabupaten Buleleng yang terletak di Bali bagian Utara dan masyarakat sekitar sangat mendukung akan solusi tersebut. Lingkungan alam yang luas menjadi potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Buleleng. Oleh karena itu, pendekatan utama yang dipilih dalam perancangan bandar udara kargo ini adalah ekologi. Pendekatan ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan sekitar terhadap bangunan dan memperhatikan aspek kebutuhan fisiologis dan psikologis pengguna bandar udara kargo ini. Konsep utama pada perancangan ini adalah menciptakan bandar udara kargo yang berfokus pada 2 hal yaitu sirkulasi pada bangunan jelas dan efisien serta bangunan yang ramah lingkungan (eco-friendly) dan selaras dengan alam. Penerapan konsep sirkulasi yang jelas dan efisien bertujuan untuk memudahkan pergerakan antara barang dan manusia. Bentuk terminal berkonfigurasi linear yakni setiap ruang utama kegiatan kargo saling berhubungan dan menggunakan struktur bentang lebar. Penerapan bukaan berupa kisi-kisi pada setiap sisi terminal untuk mencukupi kebutuhan penghawaan alami, penggunaan pencahayaan alami dari konsep direct daylight pada atap terminal, penyisipan unsur tanaman pada desain interior terminal, dan kolam air yang mengelilingi terminal menjadi hal yang ditonjolkan pada desain bandar udara kargo di Kabupaten Buleleng ini. Kata kunci: bandar udara kargo, ekologi, Kabupaten Buleleng, ramah lingkungan

vii


viii


BULELENG CARGO AIRPORT WITH ECOLOGY APPROACH Student’s Name : Prayogo Widyarangga Student’s ID Number : 08111540000052 Supervisor : Dr. Eng. Ir. Sri Nastiti N.E, M.T.

ABSTRACT Buleleng Dictrict in North Bali has potential in terms of agriculture and farming that could be cultivated as regional economic strength. However, the distribution of potential result was not optimally carried out because it is located quite far from the central business district in Denpasar, South Bali. In 2018, Ngurah Rai International Airport in South Bali experienced significant increased in term of air traffic, passanger and cargo. It is predicted that in the next 5 years the airport would be overloaded. PT. Angkasa Pura I, the airport authority, has an idea to expand the airport. However, there is rejection from the neighbourhood, because the expansion by sea reclamation will cause, the natural tourism attraction (i.e. Ombak Karang Tengah) will dissapear. Therefore, the government gives alternative solution by developing new airport in Buleleng District, North Bali, and this solution acquires support from the neighbourhood. Spacious natural surroundings become a potential of Buleleng District. Therefore, the main approach that applied in this cargo airport is ecology. This approach aims to maintain the balance of the ecosystem environment surrounding towards building and pay attention to the aspects of the physiological and psychological needs of cargo airport users. The main concept in this design is to create a cargo airport that focus on two things; the circulation inside the building should be clear and efficient, the building should be eco-friendly in harmony with nature. The application of clear and efficient circulation concepts aims to facilitate the movement between goods and humans. The terminal form is linearly designed, each main space of cargo activity is interconnected and a wide span structure had been chosen. The application of open grating on each side of the terminal become a natural ventilation, the use of natural lighting from direct daylight concept on the roof, plant element insertion in the interior design, and the pool around the terminal are becoming a highlight in the design of cargo airport in Buleleng District. Key words: cargo airport, ecology, Buleleng District, eco-friendly

ix


x


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii KATA PENGANTAR ............................................................................................ v ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ............................................................................................................. ix DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1 1.2 Isu dan Konteks Desain ................................................................................ 2 1.3 Permasalahan dan Kriteria Desain................................................................ 5 BAB 2 PROGRAM DESAIN ................................................................................. 7 2.1 Definisi Bangunan Rancang ......................................................................... 7 2.2 Deskripsi Tapak .......................................................................................... 23 BAB 3 PENDEKATAN DAN METODE DESAIN ............................................ 31 3.1 Pendekatan Desain...................................................................................... 31 3.2 Metode Desain ............................................................................................ 36 BAB 4 KONSEP DESAIN ................................................................................... 39 4.1 Eksplorasi Formal ....................................................................................... 39 4.2 Eksplorasi Teknis ....................................................................................... 43 BAB 5 DESAIN .................................................................................................... 51 5.1 Eksplorasi Formal ....................................................................................... 51 5.2 Eksplorasi Teknis ....................................................................................... 70 BAB 6 KESIMPULAN ......................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 79

xi


xii


DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Wilayah Perancangan Bandar Udara Kargo Kabupaten Buleleng ...... 4 Gambar 2.1 Konfigurasi Konsep Linear ................................................................. 7 Gambar 2.2 Diagram Alur Sirkulasi kargo ............................................................. 9 Gambar 2.3 Diagram Organisasi Ruang Lantai 1 ................................................. 14 Gambar 2.4 Diagram Organisasi Ruang Lantai 2 ................................................. 15 Gambar 2.5 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng ........... 23 Gambar 2.6 Wilayah Perancangan Bandara Kargo Kecamatan Kubutambahan .. 25 Gambar 2.7 Grafis 3 Dimensi Kecamatan Kubutambahan ................................... 26 Gambar 2.8 Area Persawahan pada Tapak ........................................................... 26 Gambar 2.9 Rumah Penduduk Sekitar Tapak ....................................................... 27 Gambar 2.10 Rumah Nelayan Pesisir Pantai ........................................................ 27 Gambar 2.11 Wewidangan Subak Tambahan ....................................................... 27 Gambar 2.12 Jalan Segara ..................................................................................... 28 Gambar 2.13 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten ............................................. 29 Gambar 3.1 Diagram Arsitektur Ekologis Secara Holistik ................................... 32 Gambar 3.2 Area Arsitektur Bioklimatik dan Arsitektur Biofilik ........................ 34 Gambar 3.3 Diagram Metode Architectural Programming .................................. 36 Gambar 3.4 Diagram Metode Layering ................................................................ 38 Gambar 4.1 Diagram Pembagian Zona Ruang ..................................................... 40 Gambar 4.2 Diagram Tatanan Massa Siteplan...................................................... 41 Gambar 4.3 Diagram Sirkulasi Pergerakan Barang .............................................. 42 Gambar 4.4 Ilustrasi Ombak Air Laut .................................................................. 41 Gambar 4.5 Persawahan ........................................................................................ 41 Gambar 4.6 Konsep Vertical Garden ................................................................... 42 Gambar 4.7 Struktur Rangka Plane Truss ............................................................ 44 Gambar 4.8 Konsep Lampu dan Kipas Angin ...................................................... 47 Gambar 4.9 Skimmer Box...................................................................................... 48 Gambar 5.1 Site Plan ............................................................................................ 51 Gambar 5.2 Layout Plan ....................................................................................... 52 Gambar 5.3 Denah Lantai 1 .................................................................................. 53 Gambar 5.4 Denah Lantai 2 .................................................................................. 54 Gambar 5.5 Tampak Depan (Timur)..................................................................... 54

xiii


Gambar 5.6 Tampak Belakang (Barat) .................................................................. 54 Gambar 5.7 Tampak Samping (Selatan)................................................................ 55 Gambar 5.8 Tampak Samping (Utara) .................................................................. 55 Gambar 5.9 Potongan A-A’ ................................................................................... 56 Gambar 5.10 Potongan B-B’ ................................................................................. 56 Gambar 5.11 Potongan C-C’ ................................................................................. 57 Gambar 5.12 Potongan D-D’ ................................................................................. 57 Gambar 5.13 Potongan E-E’ .................................................................................. 58 Gambar 5.14 Tampak Lingkup Bagian Timur ...................................................... 58 Gambar 5.15 Tampak Lingkup Bagian Barat ........................................................ 59 Gambar 5.16 Tampak Lingkup Bagian Selatan..................................................... 59 Gambar 5.17 Tampak Lingkup Bagian Utara ....................................................... 59 Gambar 5.18 Perspektif Bird View Area Sisi Darat 1 ........................................... 60 Gambar 5.19 Perspektif Bird View Area Sisi Darat 2 ........................................... 60 Gambar 5.20 Perspektif Bird View Area Sisi Udara 1 .......................................... 61 Gambar 5.21 Perspektif Bird View Area Sisi Udara 2 .......................................... 61 Gambar 5.22 Perspektif Gerbang Masuk Bandara Kargo ..................................... 62 Gambar 5.23 Perspektif Area Keberangkatan Kargo Sisi Darat ........................... 62 Gambar 5.24 Perspektif Ruang Luar Loading Barang Keberangkatan kargo ....... 63 Gambar 5.25 Perspektif Area Kedatangan Kargo Sisi Darat ................................ 63 Gambar 5.26 Perspektif Ruang Luar Loading Barang Kedatangan Kargo ........... 64 Gambar 5.27 Perspektif Area Keberangkatan Kargo Sisi Udara .......................... 64 Gambar 5.28 Perspektif Area Kedatangan Kargo Sisi Udara ............................... 65 Gambar 5.29 Perspektif Area Parkir Kendaraan Perlengkapan Sisi Udara ........... 65 Gambar 5.30 Area Check-in Keberangkatan Kargo .............................................. 66 Gambar 5.31 Area Security Check Akhir Keberangkatan Kargo .......................... 67 Gambar 5.32 Area Pemeriksaan Maskapai Penerbangan Kargo ........................... 67 Gambar 5.33 Ruang Sirkulasi Pergerakan Keberangkatan Kargo ........................ 67 Gambar 5.34 Gudang Persiapan Keberangkatan Kargo ........................................ 68 Gambar 5.35 Gudang Penyimpanan Kedatangan Kargo ....................................... 68 Gambar 5.36 Area Pemeriksaan Awal Kedatangan Kargo ................................... 68 Gambar 5.37 Area Pemeriksaan Akhir Kedatangan Kargo ................................... 68 Gambar 5.38 Area Pengambilan Kedatangan Kargo............................................. 69 Gambar 5.39 Ruang Luar Tempat Istirahat Karyawan Kargo ............................... 69 Gambar 5.40 Layout Rencana Sanitasi Air Bersih Lantai 1.................................. 71

xiv


Gambar 5.41 Layout Rencana Sanitasi Air Limbah Lantai 1 ............................... 71 Gambar 5.42 Layout Rencana Sanitasi Air Bersih dan Limbah Lantai 2 ............. 71 Gambar 5.43 Skematik Distribusi Air Bersih dan Air Limbah............................. 72 Gambar 5.44 Layout Rencana Sirkulasi Perputaran Air Kolam ........................... 72 Gambar 5.45 Skematik Sirkulasi Sistem Skimmer Air Kolam ............................. 72 Gambar 5.46 Layout Rencana Instalasi Listrik Lantai 1 ...................................... 73 Gambar 5.47 Layout Rencana Instalasi Listrik Lantai 2 ...................................... 73 Gambar 5.48 Layout Rencana Sistem Proteksi Kebakaran Lantai 1 .................... 74 Gambar 5.49 Layout Rencana Sistem Proteksi Kebakaran Lantai 2 .................... 74 Gambar 5.50 Potongan Perspektif Sirkulasi Penghawaan Alami ......................... 74 Gambar 5.51 Aksonometri Struktur dan Material ................................................ 75

xv


xvi


DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Sumber Penghasilan Utama Masyarakat Provinsi Bali .......................... 3 Tabel 2.1 Kebutuhan Ruang akan Aktivitas ......................................................... 11 Tabel 2.2 Rekapitulasi Program Ruang yang Terbangun ..................................... 18 Tabel 2.3 Rekapitulasi Program Ruang yang Tidak Terbangun ........................... 21

xvii


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di abad 21 ini kota-kota di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan kota yang baik memiliki perencanaan yang memperhatikan keberlanjutan lingkungan, memiliki pola tata ruang yang baik, dan dapat membuat penduduknya nyaman untuk tinggal serta melakukan aktivitas di dalamnya. Aktivitas ekonomi dapat berjalan dengan baik dan menjadi urat nadi perkembangan kota secara lebih luas. Namun, tak sedikit pula kota-kota yang belum memiliki perencanaan yang baik untuk pembangunannya, sehingga terjadi kesenjangan perekonomian antar kota pada wilayah tersebut. Salah satu wilayah di Indonesia yang mengalami permasalahan tersebut adalah Provinsi Bali. Provinsi Bali memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi ke 5 di Indonesia. Nilai Indeks Pembangunan Manusia yang tinggi bukan berarti wilayah tersebut sudah mengalami perkembangan secara merata di kota-kotanya. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar,

dan

Tabanan

menjelaskan

bahwa

perkembangan

kegiatan

perekonomian akan terpusat pada kota tersebut. Penyebab kawasan perkotaan tersebut menjadi pusat (sentralisasi) kegiatan perekonomian salah satunya adalah mudahnya aksesbilitas, konektivitas dan keterjangkauan pada kegiatan distribusi

perdagangan

sehingga

pemerintah

akan

fokus

melakukan

peningkatan perekonomian di kawasan tersebut. Akibatnya kabupaten perkotaan lain yang ada di Provinsi Bali seperti Jembrana, Klungkung, Bangli, Karangasem dan Buleleng tidak mengalami perkembangan perekonomian yang cukup signifikan. Sehingga kondisi perekonomian yang ada di Provinsi Bali tidak merata, meskipun wilayah tersebut sebenarnya memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai kekuatan ekonomi daerah. 1


1.2 Isu dan Konteks Desain 1.2.1

Isu Berdasarkan data statistik Lalu Lintas Angkutan Udara (LLU) Bandar

Udara Internasional Ngurah Rai pada tahun 2018 terdapat peningkatan yang cukup signifikan dari segi lalu lintas pesawat, penumpang dan kargo. Pada tahun 2018, khususnya kargo sebanyak 73.379.502 kg kargo telah terlayani, dengan mengalami kenaikan sebesar 3,1% dari tahun 2017 dengan 71.177.290 kg kargo yang terangkut. Kargo internasional menyumbang 62% dari total tonase kargo yang terangkut di 2018, dan 38% dari kargo domestik. Sehingga terdapat wacana dari pihak otoritas bandar udara PT Angkasa Pura I akan melakukan perencanaan perluasan Bandar udara tersebut karena diprediksi dalam waktu 5 tahun kedepan akan melebihi kapasitas dari segi terminal dan penerbangannya. Namun terdapat penolakan oleh warga sekitar bandara mengenai perencanaan perluasan tersebut karena perluasannya adalah dengan cara mereklamasi laut hingga seluas 48 hektar. Reklamasi laut tersebut dapat mengganggu pariwisata di Kuta. Sebab Ombak Karang Tengah yang menjadi daya tarik wisata alam akan terancam hilang dan membuat kekhawatiran terutama bagi warga Kuta yang tinggal berdampingan dengan bandara. Kementrian Perhubungan dan Pemerintah Provinsi Bali memberikan solusi dengan adanya rencana pembangunan bandar udara baru di Bali bagian Utara. Bandar udara tersebut direncanakan berlokasi di Kabupaten Buleleng dan menjadi salah satu fokus pengembangan insfrastruktur yang dilakukan pemerintah Provinsi Bali. Hal ini adalah akibat banyaknya dorongan dari masyarakat setempat untuk membangun bandara baru di Bali di bagian Utara serta sebagai langkah upaya untuk pemerataan kondisi perekonomian. Wilayah

Bali

bagian

Utara

khususnya

Kabupaten

Buleleng,

mempunyai potensi besar dari hasil pertanian dan perkebunan (agriculture) yang tinggi di Provinsi Bali. Sehingga kabupaten ini merupakan daerah yang memiliki area ruang terbuka hijau paling luas dibandingkan dengan daerah lainnya. Hasil pertanian dan perkebunan tersebut antara lain adalah cengkeh, kopi robusta, kopi arabika, tembakau Virginia, jagung, manga, papaya, 2


rambutan, cabe, kentang, wortel, kacang tanah, kacang hijau, padi. Namun distribusi hasil potensi tersebut tidak dilakukan secara maksimal karena faktor aksesbilitas yang tidak mudah dan keterjangkauan yang cukup jauh dari pusat perekonomian di Kota Denpasar, Bali bagian Selatan. Berikut data sumber penghasilan utama masyarakat pada setiap kabupaten dari berbagai bidang yang tertera pada Tabel 1.1 : Tabel 1.1 Sumber Penghasilan Utama Masyarakat Provinsi Bali Kabupaten /Kota

Agriculture

Industri

Trade/Retail

Jasa

Lainnya

Jumlah

Kab. Jembrana

43

2

3

3

-

51

Kab. Tabanan

118

2

3

3

7

133

Kab. Badung

33

2

5

16

6

62

Kab. Gianyar

41

16

7

5

1

70

43

2

10

3

1

59

65

3

2

2

-

72

69

3

4

2

-

78

Kab. Buleleng

109

1

11

25

2

148

Kota Depasar

3

-

12

28

-

43

57

87

17

716

Kab. Klungkung Kab. Bangli Kab. Karangasem

Provinsi Bali

524 31 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2019

1.2.2

Lingkup Perancangan Infrastruktur dan lingkungan perkotaan adalah dua aspek terpenting

dalam hal situasi dan penetapan lokasi sebuah bandar udara. Keterjangkauan dari pusat kota ke lingkup perancangan bandar udara dan kondisi infrastruktur yang memadai menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Jika suatu bandara berada di dalam pusat perkotaan maka dapat membahayakan dari sisi keselamatan penerbangan dan juga faktor kesehatan manusia akan kebisingan. Wakil Gubernur Provinsi Bali telah melakukan kajian terhadap pemenuhan persyaratan teknis pembangunan bandar udara dan kelayakan lahan dengan para calon investor untuk menentukan lokasi bandara ini. Hal tersebut dilakukan karena dana perancangan bandara ini diberikan oleh para 3


investor. Dari hasil kajian tersebut terjadi kesepakatan bahwa lokasi perancangan berada di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali Utara. Lokasi tersebut merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi karena memiliki masa depan yang menjanjikan khususnya bagi para distributor, produsen, konsumen serta investor dari sektor perdagangan pertanian dan perkebunan. 1.2.3

Karakteristik Kawasan Berdasarkan hasil survei, lokasi lahan yang dipilih sebagai tempat

perancangan bandar udara kargo ini memiliki jarak 12 km dari Kota Singaraja. Karakteristik kawasan sekitar lokasi adalah pemukiman pedesaan dengan kondisi berupa hamparan lahan persawahan yang luas dan dimanfaatkan petani sebagai pekerjaan utama di wilayah ini (lihat Gambar 1.1). Lokasi lahan dekat dengan bibir pantai. Sehingga terdapat juga beberapa rumah warga nelayan di sepanjang bujur pantai. Terdapat Wewidangan Subak Kecamatan Kubutambahan yang terletak dekat dengan lahan. Hal tersebut menjadi keuntungan karena saluran air dari dan menuju lahan saling terintegrasi dengan saluran air lokal.

Gambar 1.1 Wilayah Perancangan Bandar Udara Kargo Kabupaten Buleleng 4


1.2.4

Karakteristik Pengguna Berdasarkan fungsi bangunan yang merupakan bandar udara kargo,

maka secara keseluruhan bandar udara ini tidak bersifat umum seperti bandar udara penumpang komersil. Terdapat area-area tertentu pada bandar udara yang hanya dapat diakses oleh pengguna. Hal tersebut diterapkan untuk alasan keamanan barang-barang kargo. Pengguna bandar udara kargo akan terbagi menjadi pekerja jasa kargo (pengelola aktivitas gerak barang kargo) dan non pekerja jasa kargo (pengirim dan pengambil barang kargo). Karakteristik pekerja jasa kargo ini tidak jauh berbeda dengan karakteristik pekerja alat berat. Pekerja alat berat terbiasa dihadapkan dengan situasi lingkungan kerja yang panas akibat dari seringnya pergerakan antar pekerja dan banyaknya barang di sekitarnya. Akibatnya emosi dari para pekerja dapat tidak terkendali dan mudah lelah akibat aktivitas yang cukup berat. Sedangkan karakteristik pengguna non pekerja jasa kargo dapat berbanding terbalik. Karakteristiknya menyerupai masyarakat sekitar yang lebih tenang dan tidak mudah terbawa emosi karena menyesuaikan dengan kondisi pemukiman pedesaan yang berada di area persawahan yang tenang. 1.3 Permasalahan dan Kriteria Desain 1.3.1

Permasalahan Berdasarkan penjelasan sebelumnya, terdapat beberapa permasalahan

yang dapat dirangkum sebagai berikut : 1) Kabupaten Buleleng memiliki potensi dari hasil pertanian dan perkebunan yang dapat dikembangkan namun distribusi tidak dapat dilakukan secara maksimal akibat aksesbilitas yang tidak mudah dan keterjangkauan yang cukup jauh ke pusat perekonomian. 2) Kondisi lokasi perancangan yang merupakan area persawahan akan mengalami ketidakseimbangan ekologi akibat kebutuhan lahan yang diperlukan dalam proses pembangunan bandar udara kargo cukup luas. 3) Kebutuhan aspek fisiologis dan psikologis para pekerja jasa kargo (pengguna utama) perlu diperhatikan karena dapat menunjang produktivitas kerja. 5


Solusi dari permasalahan tersebut adalah dibutuhkannya alternatif bandar udara baru khususnya jenis kargo di Provinsi Bali sebagai penunjang prasarana angkutan barang secara cepat dan efisien pada potensi daerah penghasil utama pertanian dan perkebunan yang tinggi dengan diupayakan tidak mengganggu keseimbangan ekologi daerah setempat. Sehingga permasalahan desain dari perancangan bandar udara kargo ini adalah : 1) Bagaimana desain bandar udara kargo yang dapat menunjukkan aksesbilitas dan sirkulasi yang jelas? 2) Bagaimana desain bandar udara kargo

yang dapat menjaga

keseimbangan ekologi? 3) Bagaimana desain bandar udara kargo yang dapat memperhatikan aspek kebutuhan fisiologis dan psikologis bagi pengguna? 1.3.2

Kriteria Desain Dari beberapa permasalahan desain tersebut, maka menghasilkan

beberapa kriteria desain sebagai berikut : 1. Desain bandar udara kargo menunjukkan sirkulasi yang jelas dan efisien agar mempermudah aksesbilitas pergerakan antar pekerja dan barang kargo yang ada di dalamnya. 2. Menerapkan prinsip arsitektur ekologi, konsep ramah lingkungan (ecofriendly) dan konsep biofilik pada desain bandar udara kargo baik secara interior ataupun eksterior bangunan.

6


BAB 2 PROGRAM DESAIN 2.1 Definisi Bangunan Rancang 2.1.1

Fungsi Bangunan Tipologi objek arsitektur yang dirancang adalah bandar udara berjenis

kargo. Bandar udara kargo ini akan berperan sebagai parasarana kegiatan lokal, yaitu pada sektor pengiriman kargo di bidang pertanian dan perkebunan secara besar-besaran hingga mencapai 10.000 ton pertahunnya. Hal tersebut merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Buleleng. Pada tahap awal perancangan bandar udara kargo ini, direncanakan hanya untuk melayani pengiriman kargo tingkat domestik. Hal tersebut ditentukan berdasarkan adanya keterbatasan panjangnya landasan pacu yang dapat dibuat dan kapasitas muat barang kargo pada terminal. Panjang landasan pacu yang dapat dibuat adalah 1600 meter dengan lebar 41 meter. Jenis pesawat yang dapat mendarat pada bandara ini adalah ATR (Avions de Transport Regional). Pesawat berjenis ATR merupakan pesawat berbadan kecil dengan mesin baling-baling yang mampu mengangkut hingga 7,5 ton. Berdasarkan buku dari Data Arsitek Jilid 2 oleh Ernst Neufert, terdapat beberapa konfigurasi bandar udara. Namun perancangan Bandar Udara Kargo Buleleng menggunakan konfigurasi terminal terpusat dengan konsep Linear (lihat Gambar 2.1). Pada konfigurasi ini, keseluruhan bandar udara hanya terdiri atas satu terminal yang saling terhubung satu sama lain. Alasan pemilihan konfigurasi Linear adalah untuk memudahkan proses sirkulasi pergerakan barang kargo yang ada di terminal.

Gambar 2.1 Konfigurasi Konsep Linear (Sumber : Neufert, Ernst, 2002) 7


2.1.2 Unsur Kebutuhan Bandar Udara Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan PM 69 tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional, bandar udara terbagi menjadi dua bagian prasarana yaitu sisi darat (landside) dan sisi udara (airside). Berikut ini adalah cakupan prasarana sisi darat (landside) : 1. Terminal dan Kargo 2. Bangunan PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran) 3. Menara Pengawas (Air Traffic Control) 4. Bangunan Kantor 5. Hanggar pesawat 6. Bangunan Operasional Penerbangan 7. Gedung Genset (Main Power House) 8. Lansekap 9. Area Parkir Berikut ini adalah cakupan prasarana sisi udara (airside) : 1. Landas Pacu (Runway) 2. Landas Hubung (Taxiway) 3. Landas Parkir (Apron pesawat) 4. Marka dan Rambu Udara 2.1.3 Diagramatik Alur Sirkulasi Kargo Domestik Alur sirkulasi yang ada pada desain perancangan bandar udara kargo ini menyesuaikan dengan peraturan Standar Nasional Indonesia 03-0747 tahun 2004 tentang Terminal Kargo Bandar Udara. Hal tersebut dilakukan karena kejelasan dan kesesuaian urutan sirkulasi pergerakan barang menjadi hal utama yang penting dalam kegiatan penerbangan kargo. Namun alur sirkulasi berikut hanya mencapai skala penerbangan domestik saja. Sehingga tidak terdapat area proses pengurusan barang kargo ke pihak bea cukai pada bandar udara ini. Berdasarkan analisis dan survei bandar udar kargo, alur sirkulasi pergerakan barang kargo dapat dijelaskan secara diagramatik (lihat Gambar 2.2). 8


Gambar 2.2 Diagramatik Alur Sirkulasi Kargo

2.1.4 Pelaku Aktivitas Pelaku aktivitas dalam obyek arsitektur yang dirancang antara lain: 1. Pengelola Jasa Ekspedisi Muatan Pesawat Udara (EMPU) Pengelola jasa ini adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengelola kegiatan berlangsungnya penyaluran barang kargo di area ekpedisi muatan pesawat udara terminal kargo. Jenis pelaku aktivitas ini 9


seperti karyawan pengelola area check-in jasa ekspedisi, karyawan manajemen jasa ekspedisi, karyawan pengemasan jasa ekpedisi, karyawan kasir keseluruhan jasa ekspedisi, dan karyawan pelayanan pelanggan (customer service) jasa ekspedisi. 2. Pengelola Jasa Kargo Sisi Darat Pengelola jasa ini adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengelola kegiatan berlangsungnya pergerakan dan penyaluran barang kargo di seluruh area terminal kargo. Jenis pelaku aktivitas ini seperti karyawan kasir jasa kargo dan pelayanan pelanggan (customer service) pada area kedatangan kargo, karyawan pengangkut barang kargo, karyawan manajemen jasa kargo, karyawan manajemen maskapai penerbangan, karyawan pengelola ATC (Air Traffic Control), karyawan hanggar perawatan pesawat, karyawan pemadam kebakaran dan karyawan pengelola bahan bakar avtur pesawat. 3. Pengelola Jasa Kargo Sisi Udara Pengelola jasa ini adalah orang yang bertanggung jawab dalam jalannya pergerakan pesawat dan barang kargo pada sisi udara. Jenis pelaku aktivitas ini seperti karyawan ground handling pesawat. 4. Pengelola Keamanan Pengelola ini adalah orang yang bertanggung jawab dalam faktor keamanan jalannya kegiatan kargo baik dalam terminal ataupun di luar terminal kargo. Jenis pelaku aktivitas ini Regulated Agent bagian security check point kebarangkatan dan kedatangan kargo, Karyawan Regulated Agent bagian security check keseluruhan, petugas satuan pengaman di luar terminal baik area keamanan terbatas (area sisi udara) dan non area keamanan terbatas (area sisi darat). 5. Kru Pesawat Kru pesawat ini merupakan orang yang menjalankan jalannya pesawat udara yang datang dan pergi ke bandar udara kargo ini. Jenis kru pesawat ini adalah pilot dan co-pilot pesawat udara.

10


6. Pengunjung Pengunjung adalah orang yang hadir ke bandar udara namun tidak terlibat dalam kegiatan pergerakan barang kargo di dalam terminal. Kegiatan pengunjung antara lain mengantar dan mengambil barang ataupun orang yang hanya sekedar hadir untuk menikmati makanan di kantin karyawan. Kantin tersebut sebagai fasilitas yang disediakan oleh pihak bandar udara kargo ini dan bersifat untuk publik. 2.1.5 Kebutuhan Ruang akan Aktivitas Kebutuhan ruang pada bandar udara menyesuaikan dengan aktifitas yang terjadi oleh penggunanya, baik penumpang, pengunjung, maupun pengelola. Berikut analisis kebutuhan ruang berdasarkan klasifikasi pelaku dan aktivitas pada bandar udara kargo yang tertera pada Tabel 2.1 : Tabel 2.1 Kebutuhan Ruang akan Aktivitas No. 1.

2.

Klasifikasi Pelaku Pengelola jasa ekspedisi muatan pesawat udara

Pengelola jasa kargo area sisi darat

Pelaku Kegiatan Karyawan pengelola area check-in jasa ekspedisi Karyawan manajemen jasa ekspedisi Karyawan pengemasan jasa ekpedisi Karyawan kasir keseluruhan jasa ekspedisi Karyawan customer service jasa ekspedisi Karyawan kasir jasa kargo Karyawan customer service jasa kargo Karyawan pengangkut barang kargo

11

Aktivitas

Kebutuhan Ruang

Menimbang, menyortir barang kargo dan melayani check-in jasa ekspedisi Mengatur jalannya kegiatan jasa ekpedisi

Ruang check-in jasa ekpedisi

Mengemas barang kargo yang akan dikirimkan Melayani transaksi pembayaran jasa ekspedisi Memberikan informasi pelanggan tentang jasa ekpedisi Melayani transaksi pembayaran jasa kargo Memberikan informasi kepada pelanggan mengenai jasa kargo Mengangkat dan mengatur pergerakan barang kargo

Ruang pengemasan agen jasa ekspedisi

Ruang manajemen agen jasa ekspedisi

Ruang kasir jasa ekspedisi Ruang customer service Ruang kasir jasa kargo Ruang customer service

Koridor sirkulasi pergerakan barang kargo Ruang istirahat karyawan kargo


Karyawan manajemen jasa kargo Karyawan manajemen maskapai penerbangan Karyawan pengelola ATC (Air Traffic Control)

Mengatur jalannya kegiatan jasa kargo

Ruang penyimpanan barang kargo Ruang penyimpanan peralatan kargo Ruang manajemen jasa kargo

Mengatur jalannya kegiatan maskapai penerbangan

Ruang manajemen maskapai penerbangan

Mengatur pergerakan pesawat pada saat landing, take off dan parkir pesawat

Karyawan hanggar perawatan pesawat

Memeriksa kondisi pesawat apabila ada kerusakan, mengatur jalannya kegiatan pemeriksaan pesawat, dan memeriksa kelengkapan peralatan perawatan pesawat

Karyawan pemadam kebakaran

Memadamkan api apabila terjadi kebakaran baik di area sisi darat ataupun sisi udara Melayani pengisian bahan bakar avtur

Ruang kontrol navigasi pesawat udara Ruang istirahat karyawan Ruang reparasi pesawat Ruang gudang penyimpanan perlengkapan alat perawatan pesawat Ruang istirahat karyawan Ruang manajemen hanggar pesawat Ruang istirahat karyawan Ruang manajemen pemadam kebakaran Ruang manajemen bahan bakar avtur Area pengisian bahan bakar avtur

Karyawan pengelola bahan bakar avtur pesawat 3.

Pengelola jasa kargo area sisi udara

Karyawan ground handling pesawat

4.

Pengelola keamanan

Regulated Agent bagian security check point keberangkatan

Regulated Agent bagian security check point 12

Mengantarkan barang kargo ke pesawat dan terminal, menggerakkan pesawat dengan kendaraan khusus Memeriksa barang kargo yang akan diberangkatkan

Memeriksa barang kargo yang datang

Apron pesawat

Area security check point awal keberangkatan ekspedisi Area security check point akhir keberangkatan kargo Area security check point akhir kedatangan kargo


kedatangan Karyawan Regulated Agent bagian security check keseluruhan Petugas satuan pengamanan area terbatas (sisi udara) Petugas satuan pengamanan non area terbatas (sisi darat) Karyawan karantina kargo

Memeriksa keamanan secara keseluruhan area terminal kargo

Ruang kontrol CCTV

Ruang pos keamanan

5.

Kru Pesawat

Pilot dan co-pilot

6.

Pengunjung

Pengantar barang kargo

Memeriksa kendaraan yang masuk dan keluar area sisi udara Memeriksa kendaraan yang masuk dan keluar area sisi darat Memberikan penangan khusus bagi barang tertentu Mempersiapkan penerbangan dan istirahat Menyortir barang yang akan dikirimkan

Pengambil barang kargo

Memilih jasa ekpedisi untuk barang yang akan dikirimkan Mengambil barang kargo yang datang

Penyedia makanan

Menyediakan makanan untuk pengunjung dan karyawan kargo

Ruang pos keamanan

Ruang karantina kargo Ruang istirahat

Koridor konvensi keberangkatan barang kargo Ruang check-in jasa ekpedisi

Koridor konvensi kedatangan barang kargo Ruang kantin

2.1.6 Organisasi Ruang Bandar udara kargo ini hanya memiliki 2 lantai saja dikarenakan adanya peraturan daerah yang membatasi maksimal ketinggian bangunan terminal tidak melebihi 15 meter. Ketinggian menara pengawas ATC (Air Traffic Control) diperbolehkan untuk melebihi batas tersebut dikarenakan jarak pandang visualisasi yang menghadap ke lingkungan sekitar menjadi hal yang diutamakan untuk alasan keselamatan penerbangan. Organisasi ruang pada bandar udara kargo ini telah menyesuaikan dengan alur sirkulasi kargo domestik, sehingga terdapat istilah outgoing (keberangkatan) dan incoming (kedatangan). Pada diagramatik organisasi ruang berikut akan terdapat area 13


yang saling berhubungan dan berkaitan serta area yang berhubungan tetapi tidak saling berkaitan. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka organisasi ruang dapat digambarkan secara diagramatik dalam Gambar 2.3 dan Gambar 2.4.

Gambar 2.3 Diagramatik Organisasi Ruang Lantai 1 14


Gambar 2.4 Diagramatik Organisasi Ruang Lantai 2

2.1.7 Persyaratan Bangunan Secara Teknis dan Arsitektural Dalam proses merancang, terdapat persyaratan dasar secara teknis dan aristektural dari peraturan Standar Nasional Indonesia 03-0747 tahun 2004 tentang Terminal Kargo Bandar Udara yang harus diikuti. Berikut penjelasannya : 1. Pintu dan Jalan Masuk Bangunan 

Jalan masuk dari sisi darat / sisi udara kedalam terminal harus mempunyai tinggi dan lebar sesuai dengan peralatan yang digunakan. Pada sisi udara harus dapat menampung forklift atau peralatan lain yang dipergunakan.



Pengunaan kanopi untuk melindungi dari cuaca buruk sangat direkomendasikan terutama pada daerah dok truk. Penggunaan pintu lipat (folding door) yang dapat dioperasikan dengan cepat untuk proses tutup dan buka dapat direkomendasikan.



Setiap pintu harus mempunyai sistem kunci yang baik dan mencukupi sesuai dengan standar keamanan untuk mencegah aksi illegal.



Setiap pintu, baik pada sisi darat maupun sisi udara, harus dilengkapi dengna kode identifikasi tertentu untuk memudahkan penanganan kargo dan meminimalkan kesalahan antar.

2. Kolom Bangunan Bangunan terminal dengan bentang lebar (tanpa kolom) sesuai dengan volume rencana merupakan hal yang ideal. Sebagai pendekatan, jarak antar kolom minimal sebesar 15 meter dapat digunakan dan dianggap cukup memadai. 15


3. Lantai Bangunan 

Ketinggian lantai haruslah sama, mulai dari sisi udara hingga sisi darat untuk memudahkan kendaraan pengangkut kargo bergerak secara efektif dan efisien.

Lantai yang berdekatan dengan pintu/titik masuk harus dilengkapi dengan saluran keluar air (floor drain) untuk mencegah air masuk ke dalam terminal.

4. Pencahayaan Ruangan 

Pencahayaan

terminal

keseluruhan

(general

lighting)

harus

memungkinkan operasi penanganan kargo dan lalu lintas kargo dapat berjalan dengan normal dan baik. 

Semua pencahayaan yang digunakan harus dapat memperlihatkan warna asli barang.

Kantor dan bangunan terminal harus didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan cahaya luar masuk secara maksimal untuk tujuan penghematan energi.

5. Utilitas Bangunan 

Sedikitnya utilitas air, listrik dan telepon harus disediakan.

Untuk keperluan tertentu dapat ditambahkan utilitas lain seperti fasilitas gas.

Utilitas air, listrik, dan telepon dilengkapi dengan saluran, penampungan dan pengelolaan limbah (apabila dimungkinkan).

6. Sistem Sirkulasi 

Tempat proses pemuatan / penurunan kargo antara pesawat terbang dengan terminal

kargo harus

dipisahkan

untuk

mempermudah

pergerakan. 

Sirkulasi kargo dari pesawat ke terminal kargo dan sebaliknya, harus lancar dan melaui rute terpendek. Selain itu akses menuju terminal kargo, baik dari apron maupun sisi darat, harus langsung dan nyaman.

16


Halangan yang bersifat fisik diantara area proses outgoing dan incoming sedapat mungkin dihindari agar bangunan kargo, terutama area penyimpanan, dapat digunakan secara optimum.

7. Ruang Karantina Kargo Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian nomor 2088 Tahun 2017 tentang Standar Sarana dan Prasarana Tindakan Karantina Hewan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran, sebaiknya desain ruang karantina kargo untuk hewan menyesuaikan dengan persyaratan sebagai berikut : 

Luas ruangan dapat memuat meja periksa, tempat penyimpanan peralatan pemeriksaan, bahan dan perlengkapan pendukung lainnya, serta luasan ruangan memungkinkan petugas dalam melakukan tindakan karantina, yaitu panjang 350 cm dan lebar 300 cm.

Ruang pemeriksaan hewan dengan produk hewan dan benda lain harus dipisahkan dengan pembatas ruangan / sekat.

Ruangan tertutup dilengkapi dengan pintu yang dapat menutup otomatis (menggunakan engsel otomatis). Ruang karantina hewan yang berada di areal / lingkungan kargo diupayakan tidak bising untuk mengurangi stress pada hewan.

Lantai dibuat dari bahan yang tidak licin / doff, tidak ada celah antar keramik / tanpa nat.

Dinding terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, warna putih: keramik tanpa celah; atau dinding dari tembok yang dicat epoksi / cat minyak, atau Polypropilene, atau kombinasi dinding tembok dank aca dengan syarat kaca tidak memantulkan bayangan.

Antara lantai dengan dinding dan antar dinding tidak ada sudut (dibuat melengkung).

Pintu terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan, dan dilengkapi dengan panel kaca untuk dapat melihat.

17


Pencahayaan: terang dan merata, warna cahaya putih atau memakai lampu TL / neon klasik dengan intensitas cahaya pada daerah pemeriksaan (inspeksi) – 450 luks.

Berpendingin ruangan (Air Conditioning) dan dilengkapi exhaust fan.

Terdapat wastafel untuk menjaga kebersihan hewan, peralatan pemeriksaan dan pekerja karantina.

2.1.8 Rekapitulasi Program Ruang Program ruang yang telah disusun dalam objek rancangan ini dibagi menjadi 7 kelompok berdasarkan perbedaan jenis aktivitasnya yaitu kelompok keberangkatan ekpedisi kargo, kelompok proses keberangkatan kargo, kelompok perkantoran kargo, kelompok proses kedatangan kargo, kelompok pengambilan kargo, kelompok keamanan kargo dan kelompok operasional penerbangan. Rekapitulasi program ruang berikut akan terbagi menjadi area yang terbangun dan tidak terbangun (ruang luar). Berikut analisis rekapitulasi program ruang area yang terbangun pada bandar udara kargo ini dan tertera pada Tabel 2.2 : Tabel 2.2 Rekapitulasi Program Ruang yang Terbangun No. 1.

Kelompok Program Keberangkatan ekspedisi kargo

Detail Ruang Teras konvensi keberangkatan ekpedisi kargo Security check ekpedisi Area check-in ekpedisi Ruang customer service Ruang kasir jasa ekpedisi Ruang CCTV ekpedisi Toilet umum (4 m2 / unit) Koridor dalam sirkulasi karyawan ekspedisi Ruang panel listrik Teras sirkulasi karyawan ekspedisi Teras istirahat karyawan ekpedisi Ruang kerja jasa ekpedisi kargo (66 m2 / unit) : - Ruang pengemasan kargo (13 m2) - Ruang karyawan (12 m2) - Koridor sirkulasi pergerakan karyawan dan barang (36 m2) - Toilet karyawan (1 unit) (5 m2) Ramp teras konvensi keberangkatan 18

Luas (m2) 308 m2 50,50 m2 870,50 m2 22 m2 20 m2 21 m2 8 m2 (2 unit) 24,2 m2 20 m2 192,05 m2 183,7 m2 660 m2 (10 unit)

36 m2


2.

3.

kargo Total besaran ruang kelompok keberangkatan ekpedisi kargo Proses keberangkatan Koridor pergerakan barang kargo Stan maskapai penerbangan kargo (13,4375 m2 / unit) Ruang panel listrik Ruang penyimpanan pallet kargo Toilet karyawan (4,5 m2 / unit) Gudang persiapan keberangkatan kargo (318,50 m2 / unit) Ruang istirahat karyawan dan kru pesawat Toilet karyawan dan kru pesawat (4,5 m2 / unit) Tangga Teras konvensi keberangkatan kargo Teras istirahat karyawan kargo Total besaran ruang kelompok proses keberangkatan kargo Perkantoran kargo Ruang kerja manajemen kargo (Lantai 2) Ruang kerja manajemen maskapai penerbangan kargo (20,25 m2 / unit) Ruang rapat Koridor sirkulasi karyawan Ruang panel listrik Toilet karyawan (4 m2 / unit) Tangga (14,25 m2 / unit)

4.

5.

Ruang CCTV kargo Ruang pantry karyawan Total besaran ruang perkantoran kargo (lantai 2) Proses kedatangan Koridor pergerakan barang kargo Ruang penyimpanan pallet kargo Toilet karyawan (4,5 m2 / unit) Tangga Teras istirahat karyawan kargo Ruang istirahat karyawan dan kru pesawat Toilet karyawan dan kru pesawat (3 m2 / unit) Gudang kedatangan kargo (269,50 m2 / unit) Teras konvensi kedatangan kargo Total besaran ruang proses kedatangan kargo Pengambilan kargo Ruang penyortiran kedatangan kargo Ruang penyimpanan pallet kargo Ruang kasir jasa kargo Ruang customer service Toilet umum (4 m2 / unit) Ruang panel listrik Kantin 19

2.415,95 m2 716,35 m2 53,75 m2 (4 unit) 16,50 m2 15 m2 18 m2 (4 unit) 1.274 m2 (4 unit) 42 m2 9 m2 (2 unit) 14,25 m2 227,50 m2 213,15 m2 2.599,50 m2 39,60 m2 81 m2 (4 unit) 42,75 m2 106,85 m2 16,50 m2 36 m2 (8 unit) 28,50 m2 (2 unit) 12 m2 9,75 m2 372,95 m2 396,68 m2 15 m2 18 m2 (4 unit) 14,25 m2 85 m2 37 m2 6 m2 (2 unit) 539 m2 (2 unit) 80 m2 1.190,93 m2 106,25 m2 33,54 m2 17,20 m2 17,20 m2 8 m2 (2 unit) 8 m2 170 m2


6.

7.

Teras konvensi kedatangan kargo 249,31 m2 Total besaran ruang pengambilan kargo 609,50 m2 Keamanan kargo Security check akhir keberangkatan 216,75 m2 kargo Security check kedatangan kargo 156 m2 Ruang karantina kargo 88 m2 Ruang kerja manajemen Regulated 33,5 m2 Agent (RA) Toilet karyawan Regulated Agent (RA) 18 m2 (4,5 m2 / unit) (4 unit) Ruang CCTV area keamanan 9 m2 keberangkatan kargo Ruang CCTV area keamanan 9 m2 kedatangan kargo Koridor sirkulasi area keberangkatan 19,5 m2 karyawan Koridor sirkulasi area kedatangan 19,5 m2 karyawan Ruang istirahat dan loker karyawan 63,8 m2 kargo Ruang penyimpanan kedatangan kargo 55 m2 Total besaran ruang keamanan kargo 688,05 m2 Total besaran ruang keseluruhan terminal kargo 7.267,38 m2 Operasional Pos satuan pengamanan gerbang masuk 6,8 m2 penerbangan (Pos dan keluar bandara (2 unit) satuan pengamanan, (3,4 m2 / unit) Power house, Menara Pos satuan pengamanan gerbang area 2,5 m2 ATC, Bangunan PKkeamanan terbatas PKP, Hanggar Power house (Ruang genset operasional 33,12 m2 pesawat dan Pom terminal kargo) pengisian bahan bakar Menara ATC (Air Traffic Control) avtur) Ruang istirahat karyawan 15,60 m2 2 Toilet karyawan (1,75 m / unit) 3,5 m2 (2 unit) Koridor sirkulasi karyawan 34,5 m2 Tangga 48 m2 Lift (kapasitas muat : 600 kg ; 9 orang) 3,2 m2 (1 unit) Ruang operasional ATC 89,60 m2 Ruang genset operasional ATC 14,35 m2 Total besaran ruang tower ATC 298.75 m2 Bangunan PK – PKP (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran) Ruang istirahat karyawan 25,75 m2 Toilet karyawan 2 m2 (1 unit) Ruang kerja manajer 7 m2 Total besaran ruang 34.75 m2 bangunan PK-PKP Hanggar pesawat Ruang reparasi pesawat 1.069,50 m2 Ruang gudang peralatan 61,25 m2 Ruang istirahat dan loker karyawan 24,50 m2 Ruang panel listrik 7 m2 2 2 Toilet karyawan (2,5 m / unit) 5 m (2 unit) 20


Ruang konvensi barang 35 m2 Ruang kerja manajer 10 m2 Koridor sirkulasi karyawan 114,75 m2 Total besaran ruang hanggar pesawat 1.327 m2 Pom pengisian bahan bakar avtur Ruang istirahat karyawan 28,25 m2 Ruang kerja manajer 9,5 m2 Toilet karyawan 2 m2 (1 unit) Area pengisian bahan bakar avtur 45 m2 Area tangki bahan bakar avtur 62,75 m2 Total besaran ruang pom pengisian bahan 147.75 bakar avtur Total besaran ruang operasional penerbangan 1.850,42 m2 Total rekapitulasi besaran ruang yang terbangun 9.117,80 m2

Rekapitulasi program ruang yang tidak terbangun merupakan area ruang luar. Area ruang luar ini akan terbagi menjadi kelompok area sisi darat (landside) dan sisi udara (airside). Berikut tabel rekapitulasi program ruang yang tidak terbangun pada bandar udara kargo ini dan tertera pada tabel 2.3 : Tabel 2.3 Rekapitulasi Program Ruang yang Tidak Terbangun No. 1.

Kelompok Program Area sisi darat (landside)

Detail Ruang Luar Kolam air Parkir mobil area keberangkatan Parkir truk fuso area keberangkatan Parkir motor Parkir mobil area kedatangan Parkir truk fuso area kedatangan Jalur pejalan kaki Taman (Ruang Terbuka Hijau) Jalan sirkulasi kendaraan area terminal kargo Jalan sirkulasi masuk dan keluar menuju bandara Area saptictank dan pompa air Taman area kedatangan kargo Taman tengah area keamanan kargo Parkir mobil karyawan area menara ATC (Air Traffic Control) Parkir motor karyawan area menara ATC (Air Traffic Control) Parkir kendaraan PK-PKP Parkir mobil karyawan area PK-PKP Pakir motor karyawan area PK-PKP 21

Luas (m2) 2.400 m2 325 m2 (21 unit) 486 m2 (23 unit) 156 m2 (78 unit) 120 m2 (8 unit) 440 m2 (21 unit) 474 m2 1.161,95 m2 3,800 m2 1,063.81 m2 84 m2 25,5 m2 10,44 m2 75 m2 (5 unit) 30 m2 (15 unit) 48 m2 (2 unit) 15 m2 (1 unit) 9,5 m2


2.

Parkir mobil karyawan area hanggar pesawat Parkir motor karyawan area hanggar pesawat Parkir mobil karyawan dan truk tangki bahan bakar avtur Parkir motor karyawan area pom pengisian bahan bakar avtur Jalan sirkulasi kendaraan area keamanan terbatas Total besaran ruang luar area sisi darat (landside) Area sisi udara Kolam air (airside) Parkir kendaraan perlengkapan bandara Landas parkir (apron pesawat) (195 m x 46 m ; 5 pesawat jenis ATR) Landas hubung (taxiway) (420 m x 30 m) Landas pacu (runway) (1600 m x 41 m) Dataran rumput (Ruang Terbuka Hijau) Total besaran ruang luar area sisi udara (airside) Total rekapitulasi besaran ruang yang tidak terbangun

(5 unit) 60 m2 (4 unit) 22 m2 (11 unit) 61,5 m2 (2 unit) 14,5 m2 (7 motor) 5,000 m2 15.882,2 m2 3.600 m2 230 m2 8.970 m2 12.600 m2 65.600 m2 84.000 m2 175.000 m2 190.882,2 m2

Berdasarkan peraturan daerah RTRW Provinsi Bali, menyatakan bahwa Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal sebesar 70% dari luas total tapak sisi darat (landside) yang memiliki luas sebesar 25.000 m2. Maka luas berdirinya bangunan maksimal sebesar 17,500 m2. Total luasan area yang terbangun pada perancangan bandar udara kargo area sisi darat sebesar 9.117,80 m2. Total luasan area tersebut telah mengikuti peraturan daerah tersebut karena tidak melebihi batas maksimal KDB. Total luas area yang tidak terbangun pada sisi darat (landside) ini jauh lebih besar dibandingkan dengan area yang terbangun. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisirkan kerusakan tanah akibat pembangunan dan menjaga keseimbangan ekologi lingkungan sekitar. 2.2 Deskripsi Tapak 2.2.1 Latar Belakang Pemilihan Tapak Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buleleng tahun 2013 – 2033, perencanaan bandar udara pengembangan baru di Kabupaten Buleleng ini merupakan kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan 22


pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan peta rencana struktur ruang wilayah kabupaten, pembangunan bandar udara baru khususnya di Kabupaten Buleleng ini telah direncanakan oleh pemerintah dan lokasinya terletak di Kecamatan Kubutambahan (lihat Gambar 2.5). Namun pemerintah belum menentukan keberadaan lokasi lahan bandar udara baru ini. Sehingga perancang mencari lahan baru pada Kecamatan Kubutambahan yang memenuhi persyaratan pada Peraturan Menteri Perhubungan PM 69 tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional.

Gambar 2.5 Peta Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng (Sumber : RTRW Kabupaten Buleleng, 2013)

Pada proses merancang objek arsitektur, perancang terlebih dahulu menentukan kriteria tapak yang akan dipilih sebagai lokasi pembangunan. Lokasi tapak ini diharapkan dapat mendukung terwujudnya tujuan desain, yaitu sebuah bandar udara kargo sebagai penunjang prasarana angkutan barang secara cepat dan efisien pada potensi daerah penghasil utama pertanian dan perkebunan ini. Adapun kriteria tapak yang diperlukan antara lain :

23


Lokasi tapak berada di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, Bali bagian utara karena berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng nomor 9 tahun 2013.

Lokasi tapak tidak terlalu dekat dari pusat Kota Singaraja untuk alasan keselamatan penerbangan dan terhindar dari polusi udara yang ditimbulkan oleh pesawat terbang.

Lokasi tapak berada di kawasan yang masih memiliki area terbuka hijau karena

berdasarkan

peraturan

standar

bangunan

bandar

udara

membutuhkan lahan kosong yang luas. 

Lokasi tapak berada tidak berada pada tingkat lalu lintas yang padat agar memudahkan aksesbilitas dan sirkulasi menuju bandar udara.

2.2.2 Gambaran Tapak Letak lokasi tapak memiliki jarak 12 km dari pusat kota Bali bagian utara yaitu Kota Singaraja. Untuk menuju lokasi perancangan, masyarakat membutuhkan waktu selama 30 menit perjalanan darat dengan kendaraan bermotor. Luas total tapak sebesar 21 hektar. Tapak akan terbagi menjadi area sisi darat (landside) dan sisi udara (airside). Luas tapak yang digunakan sebagai area sisi darat hanya sebesar 25.000 m2 dari keseluruhan luas tapak. Area sisi udara memiliki luas yang jauh lebih besar dibandingkan dengan sisi darat dikarenakan operasional penerbangan memerlukan lahan yang cukup luas. Berikut batas-batas tapak yaitu : 

Utara : Lahan kosong pepadian

Barat : Lahan kosong pepadian

Selatan : Permukiman Penduduk

Timur : Jalan Segara

Letak Kecamatan Kubutambahan di Kabupaten Buleleng merupakan lokasi yang strategis untuk penerbangan. Bagian timur dan barat berhadapan langsung dengan Laut Bali. Sedangkan sisi utara merupakan Laut Bali dan pada sisi selatan merupakan area pegunungan. Sehingga posisi landasan pacu dibuat membujur dari timur ke barat yang langsung menghadap ke laut untuk keselamatan penerbangan (lihat Gambar 2.6). 24


Gambar 2.6 Wilayah Perancangan Bandara Kargo Kecamatan Kubutambahan (Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

Kondisi topografi Kecamatan Kubutambahan ini dominan akan dataran rendah dan dekat dengan tepi pantai / pesisir. Kondisi topografi tapak ini berada pada dataran rendah. Berdasarkan peraturan dari pihak otoritas bandar udara, dataran rendah cocok sebagai tempat untuk pembangunan bandar udara. Dataran rendah dipilih dikarenakan faktor keselamatan penerbangan dan memudahkan pesawat untuk landing dan take off (lihat Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Grafis 3 Dimensi Kecamatan Kubutambahan (Sumber : Dokumen Pribadi, 2019) 25


Berdasarkan hasil survei, jenis vegetasi yang ada pada tapak didominasi oleh tanaman padi dan beberapa pohon mangga (lihat Gambar 2.8). Tapak merupakan area lahan pertanian dan sebagai ruang terbuka hijau yang cukup luas. Pendekatan desain secara ekologi diperlukan untuk tidak menghilangkan secara keseluruhan area ruang terbuka hijau ini dalam proses pembangunan. Lahan pertanian merupakan tempat pencaharian utama para penduduk Kecamatan Kubutambahan.

Gambar 2.8 Area persawahan pada Tapak (Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

2.2.3 Kajian Lingkungan Sekitar Tapak  Keberadaan Bangunan Sekitar Kondisi tapak merupakan area pertanian, sehingga tidak ada bangunan tinggi disekitarnya. Kondisi yang seperti ini menguntungkan dalam proses pembangunan bandar udara kedepannya. Terdapat beberapa rumah penduduk para petani yang terletak pada sepanjang jalan Segara (lihat Gambar 2.9). Selain di dekat jalan Segara, terdapat beberapa rumah penduduk yang terletak di sepanjang pesisir pantai dan merupakan tempat tinggal para nelayan (lihat Gambar 2.10). Rata-rata ketinggian rumah penduduk sekitar hanya 1 lantai bangunan. Sehingga tidak membahayakan faktor keselamatan penerbangan.

Gambar 2.9 Rumah Penduduk Sekitar Tapak (Sumber : Dokumen Pribadi, 2019) 26


Gambar 2.10 Rumah Nelayan Pesisir Pantai (Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

Persyaratan dalam proses pembangunan bandar udara lainnya adalah sistem utilitas yang ada pada area tapak jelas dan tidak mengganggu operasional pengoperasian bandar udara. Terdapat bangunan yang berfungsi sebagai pengaturan utilitas air setempat yang bernama Wewidangan Subak Tambahan (lihat Gambar 2.11). Bangunan ini mempermudah penyaluran air dari sumber PDAM hingga masuk ke dalam tapak.

Gambar 2.11 Wewidangan Subak Tambahan (Sumber : Dokumen Pribadi, 2019)

 Aksesbilitas dan Sirkulasi Aksesbilitas dan sirkulasi jalan menuju tapak dapat ditempuh dengan mudah dari jalan Segara (lihat Gambar 2.12). Lebar jalan Segara mencapai 6 meter sehingga kendaraan bermotor ukuran sedang dapat melintasi jalan ini. Jalan Segara terhubung dengan jalan Raya Air Sanih yang merupakan jalan utama penghubung dari Kecamatan Singaraja dan Kecamatan Tedjakula.

Gambar 2.12 Jalan Segara (Sumber : Dokumen Pribadi, 2019 27


2.2.4 Kajian Peraturan Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buleleng tahun 2013 – 2033, tapak yang berada di Kecamatan Kubutambahan terletak di kawasan yang diperuntukan untuk budidaya tanaman pangan (lihat Gambar 2.13). Terdapat arahan peraturan zonasi kawasan budidaya tanaman pangan, meliputi:  Pengamanan kawasan pertanian lahan basah produktif berbasis subak, sebagai kawasan pertanian lahan pangan berkelanjutan.  Mempertahankan dan memelihara jaringan irigasi kawasan pertanian tanaman pangan produktif yang telah diarahkan menjadi kawasan terbangun, sampai dengan pemanfaatan sebagai kawasan terbangun mulai dilakukan.  Diperbolehkan untuk pengalihan fungsi lahan pertanian pangan menjadi parasarana umum apabila telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah.  Pemerintah

dan

masyarakat

anggota

subak,

wajib

menjaga

keberlangsungan pasokan air irigasi pertanian lahan basah berkelanjutan.

Gambar 2.13 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten (Sumber : RTRW Kabupaten Buleleng, 2013) 28


Berdasarkan tipologi bangunan yang akan dirancang yaitu bandar udara, maka tipologi tersebut masuk ke dalam sarana perdagangan jasa skala kawasan. Pada Peraturan Ruang Tata Ruang Wilayah Kabupaten Buleleng menyebutkan bahwa sarana tersebut memiliki peraturan yang harus ditaati untuk proes perancangan kedepannya, meliputi: 1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan terhadap luas lahan / tanah perpetakan / daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. Koefisien dasar bangunan maksimal 70 % (tujuh puluh persen). 2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan terhadap luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. Koefisien lantai bangunan maksimal 2,1 dan memiliki lantai bangunan maksimal 3 lantai. Ketinggian bangunan terminal kargo maksimal 15 meter. 3. Koefisien Dasar Hijau (KDH) Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan yang diperuntukkan bagi pertamanan / penghijauan terhadap luas lahan / tanah perpetakan /daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan rencana tata bangunan dan lingkungan. Koefisien dasar hijau minimal 10 % (sepuluh persen). 4. Garis Sempadan Bangunan (GSB) Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah garis yang tidak boleh dilampaui oleh denah bangunan ke arah Garis Sempadan Pagar, yang ditetapkan dalam rencana kota. Garis sempadan bangunannya adalah ½ kali ruang milik jalan + 1 meter telajakan.

29


(halaman sengaja dikosongkan)

30


BAB 3 PENDEKATAN DAN METODE DESAIN 3.1 Pendekatan Desain Pendekatan dan hal yang difokuskan untuk menyelesaikan permasalahan perancangan adalah dengan pendekatan ekologi. Pendekatan ini bertujuan untuk mendesain bandar udara kargo yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan sekitar terhadap bangunan, sehingga tidak membebani siklus alam yang merupakan potensi daerah. Pada umumnya bangunan didirikan berdasarkan rancangan yang dibuat oleh manusia dan seringkali lebih menekankan pada kebutuhan manusia tanpa memperhatikan dampaknya terhadap alam sekitarnya. Pemahaman terhadap alam pada rancangan arsitektur adalah upaya untuk menyelaraskan rancangan dengan alam. Pemikiran rancangan arsitektur yang menekankan pada ekologi, ramah terhadap lingkungan, tidak boleh menghasilkan bangunan yang membahayakan siklus-siklus tertutup dari ekosistem dan menjaga kualitas tanah, air dan udara dari berbagai kegiatan manusia. Terkecuali terdapat hubungan timbal balik antara bangunan dengan lingkungan alam antara lain seperti adanya energi yang dihasilkan oleh sistem bangunan untuk menghasilkan sumber daya alam. Selain menjaga keseimbangan ekologi lingkungan sekitar, pendekatan ekologi ini juga dapat memperhatikan aspek kebutuhan fisiologis dan psikologis pengguna. Pengguna yang merupakan mayoritas pekerja angkat berat barang kargo seringkali merasakan mudah lelah, stress, cepat jenuh dan berkurangnya konsentrasi. Konsep bangunan yang menerapkan prinsip ramah lingkungan serta arsitektur biofilia diharapkan mampu meningkatkan produktivitas kerja para pengguna bandar udara kargo ini. 3.1.1 Arsitektur Ekologi Ekologi berasal dari bahasa Yunani ‘oikos’ dan ‘logos’. Oikos berarti rumah tangga atau cara bertempat tinggal, dan logos berarti ilmu atau bersifat 31


ilmiah. Ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan di sekitarnya. Menurut Heinz Frick (2006), arsitektur ekologis mencerminkan adanya perhatian terhadap lingkungan alam dan sumber alam yang terbatas. Secara umum, arsitektur ekologis dapat diartikan sebagai penciptaan lingkungan yang lebih sedikit mengkonsumsi dan lebih banyak menghasilkan kekayaan alam. Arsitektur tidak dapat mengelak dari tindakan perusakan lingkungan. Untuk mencapai kondisi tersebut, desain diolah dengan cara memperhatikan aspek iklim, rantai bahan, dan masa pakai material bangunan. Prinsip utama arsitektur ekologi adalah menghasilkan keselarasan antara manusia dengan lingkungan alamnya. 3.1.2 Cakupan dan Sifat Arsitektur Ekologi Arsitektur ekologi bersifat holistis (berkeseluruhan). Arsitektur ekologi mengandung bagian-bagian dari arsitektur biologis (arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan kesehatan penghuni), arsitektur alternatif, arsitektur surya (berkaitan dengan pemanfaatan dan pengolahan energi surya), arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi yang memperhatikan pembangunan alam), serta pembangunan berkelanjutan. Sifat arsitektur ekologis yang holistis (berkeseluruhan) secara garis besar dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 3.1 Diagram Arsitektur Ekologis Secara Holistik (Sumber : Frick,Heinz 1998)

Arsitektur ekologis tidak menentukan apa yang akan seharusnya terjadi dalam arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku, melainkan arsitektur ekologis menghasilkan keselarasan 32


antara

manusia dan

lingkungan

alamnya.

Arsitektur ekologis

juga

mengandung dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosial-budaya, ruang, serta teknik bangunan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa arsitektur ekologis memiliki sifat-sifat:  Holistis berhubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai suatu kesatuan yang lebih penting daripada sekedar kumpulan bagian.  Memanfaatkan pengalaman manusia (tradisi dalam pembangunan), dan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia  Pembangunan sebagai proses dan bukan sebagai kenyataan tertentu yang statis.  Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak. 3.1.3 Pedoman Desain Arsitektur Ekologi Berdasarkan buku Arsitektur Ekologis oleh Heinz Frick & Mulyani, terdapat beberapa pedoman mengenai membangun bangunan atau gedung yang ekologis. Namun pada perancangan bandar udara kargo ini pedoman yang diterapkan antara lain sebagai berikut : 

Memilih tapak bangunan yang sebebas mungkin dari gangguan/radiasi geobiologis dan meminimalkan medan elektromagnetik buatan.

Mempertimbangkan rantai bahan dan menggunakan bahan bangunan alamiah.

Menggunakan ventilasi alam untuk menyejukkan udara dalam bangunan.

Memilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit ruang yang mampu mengalirkan uap air.

Mempertimbangkan bentuk / proporsi ruang berdasarkan aturan harmonikal.

Menjamin bahwa bangunan yang direncanakan tidak menimbulkan masalah lingkungan dan membutuhkan energi dari bahan fosil yang seminimal mungkin. 33


3.1.4 Arsitektur Biofilik Desain berdasarkan biofilik (biophilic design) memfasilitasi interaksi timbal balik antara manusia dengan alam serta sistem kehidupan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia secara fisiologis maupun psikologis. Menurut Stephen Kellert (2005), desain biofilik merupakan sebuah bangunan yang menyelaraskan kepentingan alam dan manusia. Menurut Priatman (2012), desain biofilik dapat menciptakan ruang-ruang yang menyehatkan syaraf manusia. Pemenuhan kebutuhan fisiologis manusia (kenyamanan) melalui pendekatan desain bioklimatik, sedangkan pemenuhan kebutuhan psikologis manusia (kesehatan dan ketenangan) melalui pendekatan biofilik (lihat Gambar 3.2).

Gambar 3.2 Area Arsitektur Bioklimatik dan Arsitektur Biofilik (Sumber : Almusaed, Amjad 2011 )

Konsep biofilik merupakan peleburan dari tiga prisip arsitektur hijau: “respect for users, respect for site, energy efficiency� secara sinergis-holistik dan bersintesa sempurna dengan konsep green building karena keduanya melibatkan penerangan dan ventilasi alami, view, tanaman, air, kualitas udara dalam dan luar serta mengaburkan batas-batas antara bangunan dan lansekapnya. Selain itu kontak dengan alam telah dikaitkan dengan kognitif manusia yang berfungsi pada tugas yang membutuhkan konsentrasi dan ingatan. Desain biofilik dapat mengurangi tingkat stress, meningkatkan konsentrasi dan kognitif manusia serta meningkatkan kesejahteraan para pekerja yang ada di bandar udara kargo ini. 34


3.1.5 Elemen Desain Arsitektur Biofilik Hal pertama dan paling jelas dari elemen desain biofilik adalah fitur lingkungan, yang melibatkan penggunaan karakteristik alam di lingkungan binaan. Berikut fitur lingkungan yang dapat diterapkan pada desain bandar udara kargo : 

Warna Penentuan warna menjadi hal yang penting dalam desain biofilik, karena

warna menjadi perhatian utama akibat adanya visualisasi ke mata manusia secara langsung. Secara psikologis, manusia lebih tertarik pada warna-warna yang berasal dari alam seperti warna bunga, pelangi, langit biru, hijau daun dan fitur warna lainnya yang ada di alam. Penentuan warna dapat menentukan kondisi psikologis manusia yang melihatnya. 

Udara Pada umumnya, manusia lebih menyukai adanya ventilasi udara secara

alami dibandingkan dengan udara yang diproses dan stagnan pada suatu ruangan. Kualitas, pergerakan dan aliran udara terhadap stimulasi indera manusia seperti rasa dan bau menjadi hal yang penting untuk menentukan faktor kenyamanan pengguna ruangan. 

Pencahayaan Alami (Daylight) Pencahayaan alami (daylight) secara konsisten diidentifikasi sebagai fitur

penting dan disukai oleh kebanyakan orang di lingkungan binaan. Penggunaan pencahayaan yang sederhana dari alam dapat meningkatkan aspek moral, kenyamanan, kesehatan dan produktivitas kerja manusia. 

Tanaman Penyisipan unsur tanaman ke lingkungan binaan dapat meningkatkan

kenyamanan, kepuasan, kesejahteraan dan kinerja manusia. 

Material Alami Pada umumnya, manusia lebih menyukai bahan material dari alam daripada

bahan material buatan, walaupun terdapat material buatan yang bentuknya mirip produk alami. Bagian dari keengganan tersebut kemungkinan disebabkan oleh ketidakmampuan bahan buatan untuk mengungkapkan proses organik penuaan, 35


pelapukan, dan fitur dinamis lainnya dari bahan alami, bahkan bentuk anorganik seperti batu.

3.2 Metode Desain 3.2.1 Metode Architectural Programming Metode desain yang digunakan untuk penyusunan kriteria dan konsep desain dari isu dan permasalahan yang sudah didapatkan adalah metode Architectural Programming oleh Donna P. Duerk. Berikut diagram dan penjelasan metode tersebut:

Gambar 3.3 Digram Metode Architectural Programming (Sumber: Duerk, Donna P. 1993)

1. Facts 

Kabupaten Buleleng merupakan daerah penghasil segi pertanian dan perkebunan yang tinggi di Provinsi Bali.

Kabupaten Buleleng merupakan daerah yang memiliki area terbuka hijau paling luas dibandingkan daerah lain di Provinsi Bali.

Pengguna utama Bandar Udara Kargo seringkali akan merasakan mudah lelah dan tidak nyaman akibat dari adanya interaksi dengan barang kargo yang banyak dalam bangunan.

2. Issues 

Proses distribusi hasil pertanian dan perkebunan yang dimiliki Kabupaten Buleleng tidak dapat dilakukan secara maksimal akibat aksesbilitas yang tidak mudah dan keterjangkauan yang cukup jauh ke pusat perekonomian.

Kondisi lokasi perancangan yang merupakan area persawahan akan mengalami ketidakseimbangan ekologi akibat kebutuhan lahan yang diperlukan dalam proses pembangunan bandar udara kargo cukup luas.

Kebutuhan aspek fisiologis dan psikologis para pekerja jasa kargo (pengguna

utama)

perlu

diperhatikan

produktivitas kerja.

36

karena

dapat

menunjang


3. Goals 

Alternatif bandar udara baru khususnya jenis kargo di Provinsi Bali sebagai penunjang prasarana angkutan barang secara cepat dan efisien pada potensi daerah penghasil utama pertanian dan perkebunan yang tinggi dengan diupayakan tidak mengganggu keseimbangan ekologi daerah setempat serta memperhatikan kebutuhan fisiologis dan psikologis pengguna.

4. Performance Requirements 

Desain dapat menunjukkan sirkulasi yang jelas dan efesien agar mempermudah pergerakan antara karyawan dan barang yang ada di dalamnya (efficiency).



Menerapkan prinsip arsitektur ekologi, konsep ramah lingkungan (ecofriendly) dan konsep biofilik pada desain bandar udara kargo baik secara interior ataupun eksterior bangunan.

5. Concepts Konsep utama pada perancangan ini adalah menciptakan bandar udara kargo yang berfokus pada 3 hal yaitu konsep sirkulasi, penerapan prinsip arsitektur ekologi dan biofilik. Konsep sirkulasi yang jelas dan efisien dapat dijelaskan melalui pemetaan zona terhadap ruang, bentuk konfigurasi tananan massa dan alur sirkulasi pada setiap ruang yang ada pada desain bandar udara kargo baik interior ataupun ruang luarnya. Konsep yang menerapkan prinsip arsitektur ekologi dapat dijelaskan melalui bentuk gubahan dan ruang luar bandar udara kargo yang selaras dengan alam, sistem penghawaan, pencahayaan dan proteksi kebakaran yang dapat menentukan seberapa besar energi yang diperlukan agar bangunan lebih ramah terhadap lingkungan (ecofriendly). Konsep yang menerapkan prinsip arsitektur biofilik dapat dijelaskan melalui desain ruang luar dan interior bandar udara kargo ini. 3.2.2 Metode Layering Metode

desain

yang

dapat

digunakan

untuk

mengolah

dan

menerjemahkan konsep ke dalam bentuk arsitektur adalah dengan Metode layering. Metode layering ini dapat diwujudkan melalui basic form, spatial 37


form, image form dan program form (lihat Gambar 3.4). Komposisi layerlayer tersebut akan membantu perancang dalam merancang tipologi bandar udara kargo ini. Berikut penjelasan dari layer-layer sesuai dengan konsep yang diterapkan dan diperoleh dari buku yang berjudul Architectural with Landscape Methods oleh Daniel Jauslin : 

Basic Form : Bentuk awal yang diciptakan pada gubahan desain dengan mengikuti pola dari alam atau lingkungan pada lahan.

Program Form : Pembagian fungsi dan organisasi ruang. Pada program form ini dapat dibentuk terlebih dahulu yang kemudian membentuk beberapa bentuk dasar atau bisa jadi akan menyesuaikan bentuk basic form yang telah dibentuk dari awal.

Image Form : Penggunaan bentuk yang nantinya dijadikan sebagai wujud ikon atau bentuk luar dari bangunan.

Spatial Form : Rancangan untuk menciptakan ruang yang memberikan pengalaman lansekap pada ruang.

Program Form Image Form Spatial Form

Basic Form

Gambar 3.4 Diagram Metode Layering (Sumber: D, Jauslin. 2010)

38


BAB 4 KONSEP DESAIN

Konsep utama pada perancangan ini adalah menciptakan bandar udara kargo yang berfokus pada 3 hal yaitu sirkulasi pada bangunan yang jelas dan efisien (efficiency), bangunan yang ramah lingkungan (eco-friendly) dan selaras dengan alam serta bangunan yang memperhatikan aspek kenyamanan penggunanya. Berikut pengolahan dan penerjemahkan konsep tersebut berdasarkan metode yang digunakan : 4.1 Eksplorasi Formal 4.1.1 Spatial Form Spatial dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan ruang atau tempat. Spatial form dilakukan dengan cara melakukan pembagian zona-zona atau area yang ada pada terminal bandara kargo ini sesuai dengan alur sirkulasi kargo yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut penjelasan bagaimana zona tersebut terbentuk :  Penzonaan Dasar Penzonaan dasar dengan membagi ruang berdasarkan ruang publik,

semi-steril

dan

steril

sesuai

dengan

peraturan

kebandarudaraan yang ada. Terdapat juga pemisahan antara area sisi darat dan sisi udara. Pembagian ruang ini dilakukan untuk memberikan pengarahan bahwa bandara kargo ini memiliki alur sirkulasi yang jelas dan efisien.  Pemetaan Zona Terhadap Fungsi Ruang Pemetaan zona ini dilakukan berdasarkan fungsi ruang yang ada. Pada zona publik, yang dimana setiap orang dapat mengakses ruang ini dijadikan sebagai daerah paling luar ketika orang datang. Pada zona semi steril dijadikan sebagai area keberangkatan dan kedatangan kargo. Sedangkan zona steril diletakkan pada ruang yang lebih dalam lagi karena untuk faktor keamanan barang yaitu area 39


gudang persiapan keberangkatan dan kedatangan kargo (lihat Gambar 4.1).

Gambar 4.1 Diagram Pembagian Zona Ruang (Sumber: Dokumen Pribadi, 2019)

4.1.2 Basic Form Proses selanjutnya yang dilakukan setelah spatial form adalah membentuk suatu gubahan bentuk dari pengaplikasian spatial form yang telah ditentukan. Berikut penjelasan bagaimana gubahan tersebut terbentuk :  Bentuk Tatanan Massa Bangunan Konsep konfigurasi bangunan yang diterapkakn adalah linear. Keseluruhan terminal hanya terdiri atas satu terminal saja namun terbagi menjadi beberapa bagian yang saling terhubung. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pergerakan barang, meminimalkan kerusakan

tanah

akibat

proses

pembangunan

bandara

dan

memberikan sirkulasi yang jelas dan efisien.  Bentuk Ruang Luar Konsep yang menerapkan prinsip arsitektur ekologi pada perancangan ruang luar diterapkan pada kolam air yang mengelilingi bangunan (lihat Gambar 4.2). Kolam air tersebut berintegrasi dengan beberapa fungsi yaitu : 1. Sistem

keamanan

secara

alami

sehingga

tidak

menggunakan dinding pagar yang dapat mengganggu visualisasi pengunjung (faktor estetika). 2. Sistem sanitasi penampungan air hujan. 3. Sistem irigasi persawahan sekitar lahan. 40


4. Sistem pendingin ruang karena dapat menurunkan suhu ruangan yang panas akibat banyaknya pergerakan barang dan manusia.

Gambar 4.2 Diagram Tatanan Massa Siteplan (Sumber: Dokumen Pribadi, 2019)

4.1.3 Program Form Proses selanjutnya yang dilakukan setelah basic form adalah membentuk suatu program ruang dari pengaplikasian spatial form yang telah ditentukan. Sirkulasi keberangkatan dan kedatangan barang kargo dari awal hingga menuju ke apron pesawat diletakkan pada level lantai yang sama sehingga tidak ada kegiatan pergerakan barang pada lantai 2 terminal (lihat Gambar 4.3). Hal ini bertujuan sebagai langkah efisiensi sirkulasi pergerakan barang di dalam kargo. Lantai 2 ditujukan sebagai zona ruang-ruang perkantoran saja.

Gambar 4.3 Diagram Sirkulasi Pergerakan Barang (Sumber: Dokumen Pribadi, 2019)

41


4.1.4 Image Form 

Konsep Image Eksterior Konsep Image eksterior terminal bandara kargo ini akan lebih mudah

dikenal dari bagian bentuk atap. Konsep bentuk atap diadaptasi dari bentuk gelombang ombak air laut (lihat Gambar 4.4). Bentuk gelombang ombak ini adalah lengkung dan bersifat dinamis sehingga atap bangunan akan berbentuk lengkung. Bentuk tersebut dipilih karena sesuai dengan konsep yang selaras dengan alam dan lokasi lahan perancangan yang dekat dengan Laut Bali. Bentuk yang menyerupai gelombang ombak air laut ini akan menjadi ciri khas dari desain Bandar Udara Kargo Buleleng.

Gambar 4.4 Ilustrasi Ombak Air Laut (Sumber: clipart-library.com, 2019)

Atap bangunan dibuat bergelombang pada bagian tengah saja atau dimana massa yang memiliki 2 lantai. Posisi tersebut dipilih karena bentuk atap dapat lebih dinamis. Sedangkan atap yang tidak bergelombang akan mengalami naik turun pada beberapa titik. Hal tersebut dilakukan agar memunculkan kesan dinamika yang beraturan dan selaras dengan alam sehingga menyerupai bentuk dari sawah yang merupakan kondisi lingkungan sekitar lahan (lihat Gambar 4.5). Persawahan merupakan ciri khas secara alami yang dimiliki dari Pulau Bali.

Gambar 4.5 Persawahan (Sumber: id.wikipedia.org, 2019) 42




Konsep Image Interior Konsep Image interior terminal bandara kargo ini akan menerapkan

konsep desain arsitektur biofilik. Fitur lingkungan yang merupakan elemen desain biofilik ini melibatkan penggunaan karakteristik alam ke dalam interior bangunan. Pemilihan warna menjadi faktor utama karena warna dapat memberikan kesan pertama dan image dari visualisasi manusia. Warna pada interior bangunan akan dominan dengan warna cokelat. Warna cokelat didapatkan dari warna material kayu yang diaplikasikan pada kisi-kisi bangunan. Secara psikologis, warna cokelat yang berasal dari alam ini memberikan kesan yang hangat dan down to earth. Warna tersebut sesuai dengan konsep yang selaras dengan alam. Penyisipan unsur tanaman ke dalam interior bangunan merupakan penyesuaian dari konsep arsitektur biofilik. Penyisipan tersebut dilakukan dengan mengaplikasikan taman secara vertikal (vertical garden) dengan sistem tembok tanaman modular (lihat Gambar 4.6). Terdapat beberapa kelebihan dari adanya taman vertikal antara lain menghidupkan atau menyegarkan ruangan, meningkatkan kualitas udara ruangan, serta untuk faktor kesehatan mata agar tidak mudah jenuh dan lelah.

Gambar 4.6 Konsep Vertical Garden (Sumber: id.wikipedia.org, 2019) 43


4.2 Eksplorasi Teknis 4.2.1 Sistem Struktur Bangunan terminal bandara kargo ini merupakan bangunan dengan berskala besar yang diharapkan dapat mengefesiensikan luasan bangunan dengan tapak yang ada. Sistem struktur yang tepat untuk efisiensi tersebut adalah sistem struktur bentang lebar. Berikut penjelasan konsep struktur bagian atap dan kolom yang merupakan salah satu struktur utama bangunan : 

Struktur Atap Dari berbagai macam konsep struktur atap yang ada, perancang memilih

konsep struktur atap lengkung rangka kaku yaitu rangka batang (truss) dari berbahan dasar baja. Penggunaan sistem struktur rangka kaku pada perancangan terminal penumpang dipilih karena struktur ini relatif sederhana, cepat, dan mudah dalam pencarian bahan serta proses konstruksi untuk diterapkan di Indonesia. Sedangkan keterkaitan dengan rangka truss adalah sistem struktur tersebut cukup baik untuk digunakan dalam perancangan bangunan berskala besar yang membutuhkan ruang bebas kolom yang cukup besar. Salah satu pengaplikasian struktur bentang lebar adalah pada bandar udara (bandara). Struktur rangka batang (truss frame) merupakan susunan elemen-elemen linear yang membentuk segitiga atau kombinasi segitiga sehingga menjadi bentuk rangka yang stabil. Terdapat 2 macam struktur rangka batang yaitu rangka batang bidang (plane truss frame) dan rangka batang ruang (space truss frame). Perancangan terminal bandara kargo ini menggunakan rangka batang bidang (plane truss frame) (lihat Gambar 4.7). Plane truss frame adalah susunan elemen-elemen linear yang membentuk segitiga atau kombinasi segitiga yang secara keseluruhan berada di dalam satu bidang tunggal. Jika dibandingkan dengan struktur masif (balok), penggunaan struktur rangka batang lebih ringan, kuat dan kaku.

44


Gambar 4.7 Struktur Rangka Plane Truss Frame (Sumber: Dokumen Pribadi, 2019)



Struktur Kolom Konsep struktur bentuk kolom yang diterapkan pada bentang lebar

adalah bentuk menyerupai struktur tangkai batang pohon. Bentuk struktur menyerupai tangkai batang pohon dipilih karena sesuai dengan konsep utama yang ingin menyelaraskan dengan alam. 4.2.2 Material Bangunan Material terminal bandara kargo dominan dengan berbahan kayu. Kayu yang dipilih adalah kayu ulin karena kayu tersebut kuat dan memiliki jangka keawetan yang sangat lama serta tidak perlu perawatan yang lebih. Pemakaian unsur kayu pada terminal ini diterapkan pada kisi-kisi sesuai dengan konsep eco-friendly yang memanfaatkan penghawaan alami secara maksimal dan selaras dengan alam. Material alami selain kayu adalah batu alam yang berwarna hitam dan sering digunakan pada konstruksi candi. Batu tersebut memiliki ciri khas tersendiri karena mayoritas bangunan yang ada di Pulau Bali menggunakan batu tersebut. Secara umum, manusia lebih menyukai bahan material dari alam daripada yang buatan. Namun tak dipungkiri unsur material buatan akan tetap ada pada terminal bandara kargo ini. Berikut ini adalah unsur material buatan yang ada pada terminal bandara kargo ini : 

Struktur kolom dan balok : Beton



Penutup atap : Galvalum zincalum (bersifat elastis dan mudah dibentuk) dan fiberglass



Struktur truss rangka atap : Baja 45


Struktur pijakan lantai 1 : Beton (Sebagai kekuatan karena dilewati oleh barang-barang dan alat perlengkapan kargo yang tidak ringan)

Struktur pijakan lantai 2 : Parket kayu (Memberikan unsur yang alami pada ruangan)

4.2.3 Sistem Penghawaan dan Pencahayaan Terminal bandara kargo ini lebih mengutamakan pencahayaan alami sesuai dengan konsep ramah lingkungan, hemat energi dan menerapkan prinsip arsitektur biofilik. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi suhu panas dari sumber-sumber pencahayaan buatan. Penggunaan cahaya alami dan buatan merupakan pertimbangan khusus karena hal tersebut menjadi salah satu daya tarik arsitektural dimana terminal harus menampilkan kesan yang sama selama 24 jam. Pada pagi hingga sore hari pencahayaan alami merupakan pencahayaan yang dominan dalam terminal meskipun beberapa ruangan yang masih tetap menggunakan pencahayaan buatan, tergantung juga pada fungsi ruangan yang ada. Untuk memaksimalkan cahaya alami pada siang hari, setiap sisi batas dinding diberikan bukaan berupa kisi-kisi agar cahaya maupun udara masuk ke dalam ruangan. Penghematan energi menjadi hal yang penting dalam konsep ecofriendly. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan pada konsep tersebut antara lain; 

Mengutamakan peletakan ventilasi sebagai penghawaan alami

Mengutamakan penggunaaan pencahayaan alami

4.2.4 Sistem Listrik Bandar udara ini memiliki beberapa ruang panel listrik yang terbagi di beberapa area untuk mempermudah pembagian distribusi aliran listrik. Ruang –ruang panel listrik terletak pada area keberangkatan ekspedisi kargo, area pengambilan kargo, dan area persiapan keberangkatan kargo. Daya utama listrik menggunakan daya dari PLN yang ditampung setiap ruang panel listrik yang sudah ditentukan areanya, kemudian di distribusikan ke seluruh ruangan. Untuk menjaga kegiatan bandara agar berjalan dengan baik maka disediakan 46


ruangan tersendiri untuk mesin generator listrik sebagai tenaga cadangan apabila terjadi pemadaman dari PLN. Konsep pencahayaan buatan dari lampu terbagi menjadi 2 sistem. Sistem pertama ini menjadi hal yang dominan daripada yang kedua karena lampu diletakkan sekaligus dengan kipas angina (lihat Gambar 4.8). Hal tersebut dilakukan untuk langkah efisiensi dan penghematan energi. Selain mendapatkan pencahayaan ruangan juga akan mendapatkan penghawaan dari kipas angin. Namun lampu tersebut secara otomatis hanya akan menyala pada saat malam hari saja karena pada pagi hingga sore hari masih menggunakan pencahayaan alami dari sistem direct daylight yang diaplikasikan pada atap bangunan. Sistem kedua adalah seperti perletakan lampu pada umumnya yang nempel pada langit-langit. Untuk jalur saluran kabel lampu dan kipas angin terletak pada rangka struktur truss yang melintang secara horizontal.

Gambar 4.8 Konsep Lampu dan Kipas Angin (Sumber: Dokumen Pribadi, 2019)

4.2.5 Sistem Proteksi Kebakaran Terminal bandar udara merupakan bangunan yang rawan kebakaran, oleh karena itu diperlukan alat detektor asap dan sprinkler pada seluruh bagian terminal. Terdapat 2 titik tangga darurat sekaligus dengan sirkulasi menuju lantai 2 pada bagian tengah bangunan. Terdapat 3 pintu darurat yang dapat dibuka secara manual dan diletakkan pada sisi ujung terminal area keberangkatan ekspedisi kargo dan area kantin yang dilengkapi dengan hydrant. Untuk area gudang persiapan keberangkatan dan kedatangan kargo 47


dapat langsung keluar melalui pintu yang cukup lebar dan menuju apron pesawat sehingga tidak diperlukan pintu darurat pada area tersebut. Kolam air yang mengelilingi bangunan dapat digunakan juga sebagai sistem proteksi kebakaran. Air yang tersedia pada kolam akan disalurkan oleh pipa menuju tempat hydrant box dan pillar. Air tersebut disebarkan ke sprinkler yang ada pada setiap area bandar udara kargo. Namun kolam tersebut juga dapat digunakan secara manual oleh para pengguna sebagai tindakan pertolongan pertama saat terjadinya kebakaran apabila titik kebakaran tidak dapat dijangkau oleh sprinkler. 4.2.6 Sistem Sanitasi Air 

Sistem Distribusi Air Bersih Sumber pengadaaan air bersih pada terminal bandar udar kargo ini

disesuaikan dengan kebutuhan air yang diperlukan. Untuk keperluan sanitasi seperti toilet, hydrant pillar dan sprinkler berasal dari sumur bor sedangkan kebutuhan air bersih untuk keperluan memasak pada kantin, pantry dan ruang istirahat karyawan kargo bersumber dari PDAM yang disalurkan dari Wewidangan Subak Tambahan. Wewidangan Subak Tambahan adalah tempat yang mengolah jalur sanitasi air lingkungan sekitar lahan dan letaknya tidak terlalu jauh dari lokasi lahan. 

Sistem Distribusi Air Limbah Untuk pengelohan air limbah yang dihasilkan oleh terminal bandar udara

kargo, maka diperlukan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) untuk mengatasi hal tersebut. IPAL tersebut akan terletak pada 2 area yaitu pada ruang luar dekat area keberangkatan kargo dan ruang luar dekat area kedatangan kargo. Hal tersebut dilakukan karena bandara ini cukup luas sehinga untuk mempermudah penyaluran air limbahnya. Lokasi IPAL diletakkan terpisah dengan bangunan dengan alasan bau yang ditimbulkan dapat megganggu aktifitas lain di terminal bandara. 

Sistem Sirkulasi Air Kolam Sebagai langkah upaya menjaga keseimbangan ekologi lingkungan sekitar,

air kolam sebaiknya tidak bersifat statis dan lebih baik adanya proses 48


perputaran didalamnya. Untuk pengelohan perputaran sirkulasi air kolam pada ruang

luar

terminal

ini

dengan

menggunakan

Sistem

Skimmer.

Sistem Skimmer merupakan sebuah sistem sirkulasi air yang mengkondisikan agar air kolam tersebut tidak melimpah keluar dari dinding kolam. Konstruksi dinding kolam air didesain lebih tinggi dari batas permukaan air kolam. Sistem sirkulasi ini sederhana dan tidak membutuhkan Balancing tank (bak penampung air), namun khusus untuk sitem sirkulasi air jenis ini dibutuhkan sebuah alat tambahan yang bernama Skimmer Box.

Gambar 4.9 Skimmer Box (Sumber: pooleuqip.com, 2019)

Skimmer Box berfungsi sebagai alat yang membantu agar kotoran yang mengapung di air kolam masuk ke dalam keranjang pada Skimmer Box, sehingga kondisi air yang terhisap ke mesin pompa sudah tidak ada kotorannya. Selain itu Skimmer Box juga berfungsi sebagai tempat untuk menghubungkan selang Vacuum pada saat melakukan perawatan air kolam.

49


(halaman sengaja dikosongkan)

50


BAB 5 DESAIN

5.1 Eksplorasi Formal 5.1.1 Site Plan Pada gambar perancangan site plan (lihat Gambar 5.1) dapat terlihat bahwa area lahan yang terbangun hanya sebagian kecil dari keseluruhan lahan yang ada. Hal tersebut dilakukan agar meminimalisir kerusakan tanah sesuai dengan prinsip konsep arsitektur ekologi.

Gambar 5.1 Site Plan 51


5.1.2 Layout Plan Pada gambar perancangan layout plan (lihat Gambar 5.2) dapat terlihat bahwa adanya kejelasan dari alur sirkulasi pergerakan barang dan manusia baik desain didalam terminal ataupun desain ruang luarnya. Sirkulasi antar ruang dibuat efisien dan memudahkan pergerakan para pengguna bandara. Hal tersebut menyesuaikan dengan konsep sirkulasi pada bandar udara kargo ini. Pada gambar tersebut juga memperlihatkan bahwa terdapat kolam air yang mengelilingi terminal kargo. Konsep kolam air tersebut memiliki beberapa fungsi yang saling terintegrasi dan bertujuan sama yaitu untuk pengaplikasian prinsip arsitektur ekologi pada desain ruang luar. Salah satunya adalah kolam air digunakan sebagai sistem keamanan secara alami sehingga tidak membutuhkan lagi dinding pagar yang dimana dapat mengganggu visualisasi (faktor estetika).

Gambar 5.2 Layout Plan

5.1.3 Denah Pada gambar perancangan denah lantai 1 (lihat Gambar 5.3) dapat terlihat bahwa ruang-ruang yang ada di terminal kargo ini dibuat saling terpisah 52


namun tetap berhubungan satu sama lain. Ruang utama yang menjadi tempat penyimpanan atau tempat pergerakan banyak barang kargo dirancang lapang tidak banyak pembatas serta menerapkan struktur bentang lebar. Secara otomatis jumlah kolom yang ada menjadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan struktur kolom pada umumnya. Hal tersebut dilakukan sebagai langkah memaksimalkan luasan ruang pada ruangan agar dapat menampung banyak barang didalamnya.

Gambar 5.3 Denah Lantai 1

Pada gambar perancangan denah lantai 2 (lihat Gambar 5.4) dapat terlihat bahwa lantai 2 adalah area perkantoran kargo meliputi kantor manajemen terminal kargo, kantor manajemen maskapai penerbangan kargo serta terdapat ruang rapat yang dapat digunakan oleh seluruh karyawan perkantoran. Area ini bersifat lebih privat sehingga hanya karyawan perkantoran kargo saja yang dapat mengakses ruang-ruang di lantai 2.

53


Gambar 5.4 Denah Lantai 2

5.1.4 Tampak Bangunan Perancangan Pada gambar perancangan tampak bagian timur (lihat Gambar 5.5), barat (lihat Gambar 5.6), utara (lihat Gambar 5.7), dan selatan (lihat Gambar 5.8) dapat terlihat bahwa adanya dinamika naik turun dari permainan bentuk atap terminal kargo ini. Dinamika tersebut menyesuaikan dengan konsep image eksterior bentuk atap yang menyerupai gelombang air laut dan naik turunnya persawahan. Konsep bentuk tersebut dipilih karena menerapkan prinsip selaras dengan alam.

Gambar 5.5 Tampak Depan (Timur)

Gambar 5.6 Tampak Belakang (Barat) 54


Gambar 5.7 Tampak Samping (Selatan)

Gambar 5.8 Tampak Samping (Utara)

5.1.5 Potongan Pada gambar perancangan potongan A-A’ (lihat Gambar 5.9), potongan B-B’ (lihat Gambar 5.10) dan potongan C-C’ (lihat Gambar 5.11) dapat terlihat bahwa atap berbentuk gelombang pada bagian tengah terminal ini dibuat saling terpisah namun tetap memberikan kesan seperti kesatuan dan dinamis. Hal tersebut bertujuan untuk mengalirkan air hujan dari atap hingga jatuh ke kolam air yang mengelilinginya. Air hujan yang telah ditampung tersebut akan diolah kembali untuk digunakan sebagai sistem irigasi persawahan sekitar lahan. Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat perputaran air kolam oleh alat skimmer box yang telah diletakkan di beberapa titik sehingga kolam tersebut tidak bersifat statis namun dinamis.

55


Gambar 5.9 Potongan A-A’

Gambar 5.10 Potongan B-B’

56


Gambar 5.11 Potongan C-C’

Pada gambar perancangan potongan D-D’ (lihat Gambar 5.12) dan potongan E-E’ (lihat Gambar 5.13) dapat terlihat bahwa ruangan memiliki pembatas yang tidak masif dan jarak antar lantai ke atap cukup tinggi. Pembatas ruangan yang berupa kisi-kisi bertujuan untuk memasukkan udara luar ke dalam bangunan. Atap yang tinggi berguna untuk menaikkan suhu panas ruangan ke atas lalu dikeluarkan ke sisi samping atap.

Gambar 5.12 Potongan D-D’

57


Gambar 5.13 Potongan E-E’

5.1.6 Tampak Lingkup Perancangan Pada gambar perancangan tampak bagian timur (lihat Gambar 5.14), barat (lihat Gambar 5.15), utara (lihat Gambar 5.16), dan selatan (lihat Gambar 5.17) dapat terlihat bahwa perancangan bandar udara kargo ini dilengkapi dengan menara Air Traffic Control (ATC), gedung pemadam kebakaran, hangar pesawat, gedung pengisian bahan bakar avtur pesawat, apron dan taxiway pesawat.

Gambar 5.14 Tampak Lingkup Bagian Timur

58


Gambar 5.15 Tampak Lingkup Bagian Barat

Gambar 5.16 Tampak Lingkup Bagian Selatan

Gambar 5.17 Tampak Lingkup Bagian Utara

5.1.7 Perspektif Eksterior Pada gambar perancangan perspektif bird view area sisi darat 1 (lihat Gambar 5.18), area sisi darat 2 (lihat Gambar 5.19), area sisi udara 1 (lihat Gambar 5.20), dan area sisi udara 2 (lihat Gambar 5.21) dapat terlihat bahwa kondisi lingkungan sekitar lahan perancangan merupakan hamparan persawahan yang luas. Kolam yang mengelilingi terminal ini juga digunakan sebagai sistem irigasi air untuk sawah sekitar.

59


Gambar 5.18 Perspektif Bird View Area Sisi Darat 1

Gambar 5.19 Perspektif Bird View Area Sisi Darat 2

60


Gambar 5.20 Perspektif Bird View Area Sisi Udara 1

Gambar 5.21 Perspektif Bird View Area Sisi Udara 2

61


Pada gambar perancangan perspektif gerbang masuk bandara kargo (lihat Gambar 5.22) dapat terlihat bahwa bentuk gapura jenis ini merupakan implementasi dari ciri khas budaya Bali. Gapura tersebut menjadi identitas bandar udara kargo yang terletak di Kabupaten Buleleng, Bali bagian utara. Tinggi gapura dirancang melebihi beberapa meter dari ketinggian truk pengangkut barang kargo.

Gambar 5.22 Perspektif Gerbang Masuk Bandara Kargo

Pada gambar perancangan perspektif area keberangkatan kargo sisi darat (lihat Gambar 5.23) dapat terlihat bahwa adanya perbedaan ketinggian lantai antara terminal kargo dengan jalan setapak. Ketinggian tersebut mencapai 1 meter. Adanya perbedaan ketinggian tersebut menyesuaikan dengan tinggi buka pintu bagasi truk agar mempermudah saat loading barang kargo.

Gambar 5.23 Perspektif Area Keberangkatan Kargo Sisi Darat

62


Pada gambar perancangan perspektif ruang luar loading barang keberangkatan kargo (lihat Gambar 5.24) terlihat bahwa terdapat salah satu area servis terminal kargo. Area servis tersebut meliputi ruang mesin generator listrik, tempat penyimpanan sampah, tempat sanitasi air bersih dan air kotor. Area servis diletakkan pada bagian depan ruang luar agar mudah diakses oleh pengelolanya.

Gambar 5.24 Perspektif Ruang Luar Loading Barang Keberangkatan Kargo

Pada gambar perancangan perspektif area kedatangan kargo sisi darat (lihat Gambar 5.25) terlihat bahwa adanya ramp sebagai fasilitas untuk memudahkan pergerakan barang kargo dari truk yang parkir tidak langsung dengan koridor konvensi barang.

Gambar 5.25 Perspektif Area Kedatangan Kargo Sisi Darat 63


Pada gambar perancangan perspektif ruang luar loading barang kedatangan kargo (lihat Gambar 5.26) terlihat bahwa terdapat area servis berupa tempat sanitasi air bersih dan air kotor saja. Fasilitas parkir untuk truk juga dapat digunakan parkir kendaraan berjenis mobil van.

Gambar 5.26 Perspektif Ruang Luar Loading Barang Kedatangan Kargo

Pada gambar perancangan perspektif area keberangkatan kargo sisi udara (lihat Gambar 5.27) dan perspektif area kedatangan kargo sisi udara (lihat Gambar 5.28) terlihat bahwa adanya ramp sebagai fasilitas untuk memudahkan pergerakan barang kargo dari terminal kargo menuju apron pesawat begitupun sebaliknya.

Gambar 5.27 Perspektif Area Keberangkatan Kargo Sisi Udara

64


Gambar 5.28 Perspektif Area Kedatangan Kargo Sisi Udara

Pada gambar perancangan perspektif area parkir kendaraan perlengkapan sisi udara (lihat Gambar 5.29) terlihat bahwa adanya ruang luar yang menyediakan fasilitas tempat parkir kendaraan perlengkapan pesawat. Area parkir tersebut dapat menampung hingga 12 kendaraan. Pembatas dibalik area ini berupa kisi-kisi yang memiliki kerapatan cukup. Para pekerja dapat melihat pesawat secara langsung dari lubang yang ada pada kisi-kisi tersebut.

Gambar 5.29 Perspektif Area Parkir Kendaraan Perlengkapan Sisi Udara

5.1.8 Perspektif Interior Untuk meningkatkan aspek fisiologis (kenyamanan) dan psikologis (kesehatan dan ketenangan) manusia, prinsip konsep yang diterapkan pada sisi interior bangunan bandar udara kargo ini adalah prinsip arsitektur biofilik. Elemen desain arsitektur biofilik antara lain adalah fitur lingkungan, yang 65


melibatkan penggunaan karakteristik alam pada lingkungan binaan. Pemilihan warna yang netral dan alami, sistem pencahayaan secara langsung dari matahari untuk langkah penghematan energi, sistem penghawaan alami dengan banyak bukaan, bahan material yang dari alam serta menambahkan unsur tanaman pada bangunan menjadi hal terpenting dalam merancang bandar udara kargo ini. Berikut suasana interior terminal kargo :

Gambar 5.30 Area Check-in Keberangkatan Kargo

66


Gambar 5.31 Area Security Check Akhir Keberangkatan Kargo

Gambar 5.32 Area Pemeriksaan Maskapai Penerbangan Kargo

Gambar 5.33 Ruang Sirkulasi Pergerakan Keberangkatan Kargo 67


Gambar 5.34 Gudang Persiapan Keberangkatan Kargo

Gambar 5.35 Gudang Penyimpanan Kedatangan Kargo

Gambar 5.36 Area Pemeriksaan Awal Kedatangan Kargo

Gambar 5.37 Area Pemeriksaan Akhir Kedatangan Kargo 68


‘ Gambar 5.38 Area Pengambilan Kedatangan Kargo

Ruang luar terbuka hijau yang diletakkan pada beberapa area interior terminal kargo digunakan sebagai fasilitas tempat istirahat para pekerja kargo yang kelelahan. Para pekerja dapat melakukan aktivitas duduk santai dengan melihat kolam (lihat Gambar 5.39). Kolam air ini menjadi daya tarik dan ciri khas dari perancangan bandar udara kargo ini.

69


Gambar 5.39 Ruang Luar Tempat Istirahat Karyawan Kargo

5.2 Eksplorasi Teknis Untuk mendukung terwujudnya konsep yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka diperlukan aspek teknis yang dapat membuat sistem di dalam bangunan berjalan dengan baik dan efisien. 5.2.1 Sistem Sanitasi Air 

Sistem Distribusi Air Bersih dan Air Limbah Berikut skematik jalur distribusi air bersih dari sumber air hingga ke setiap

kran air serta jalur distribusi air limbah dari sumbernya hingga ke sumur resapan yang ada pada terminal bandara kargo ini :

70


Gambar 5.40 Layout Rencana Sanitasi Air Bersih Lantai 1

Gambar 5.41 Layout Rencana Sanitasi Air Limbah Lantai 1

Gambar 5.42 Layout Rencana Sanitasi Air Bersih dan Air Limbah Lantai 2

71


Gambar 5.43 Skematik Distribusi Air Bersih dan Air Limbah



Sistem Sirkulasi Air Kolam Berikut

skematik

jalur

sirkulasi

perputaran

air

kolam

menggunakan sistem skimmer pada ruang luar bandara kargo ini :

Gambar 5.44 Layout Rencana Sirkulasi Perputaran Air Kolam

Gambar 5.45 Skematik Sirkulasi Sistem Skimmer Air Kolam

72

dengan


5.2.2 Sistem Listrik Berikut skematik jalur saluran listrik dari ruang mesin generator listrik, panel listrik hingga ke jalur lampu dan kipas angin pada struktur atap yang ada pada terminal bandara kargo ini :

Gambar 5.46 Layout Rencana Instalasi Listrik Lantai 1

Gambar 5.47 Layout Rencana Instalasi Listrik Lantai 2

5.2.3 Sistem Proteksi Kebakaran Berikut skematik jalur dan letak sistem proteksi kebakaran (pipa sprinkler, sprinkler, hydrant pillar, tangga darurat, pintu darurat dan meeting point) yang ada pada terminal bandara kargo ini :

73


Gambar 5.48 Layout Rencana Sistem Proteksi Kebakaran Lantai 1

Gambar 5.49 Layout Rencana Sistem Proteksi Kebakaran Lantai 2

5.2.4 Sistem Penghawaan Sistem penghawaan alami diterapkan pada seluruh bagian terminal bandara kargo ini dikarenakan bangunan ini menerapkan konsep hemat energi dan ramah lingkungan tanpa menggunakan sistem penghawaan buatan seperti AC (Air Conditioning). Penerapan sistem penghawaan alami ini dengan cara memberikan bukaan berupa kisi-kisi bermaterial kayu pada setiap dinding ruang bangunan serta langit-langit yang tinggi tanpa plafond agar udara panas di bawah dapat naik ke atas (lihat Gambar 5.50).

Gambar 5.50 Potongan Perspektif Sirkulasi Penghawaan Alami

74


5.2.5 Aksonometri Struktur dan Material

Gambar 5.51 Aksonometri Struktur dan Material 75


(halaman sengaja dikosongkan)

76


BAB 6 KESIMPULAN

Bandar Udara Kargo Buleleng ini dirancang berdasarkan isu mengenai fenomena yang terjadi pada Kabupaten Buleleng di Provinsi Bali bagian utara. Fenomena tersebut adalah kegiatan distribusi dari hasil potensi yang dimiliki kabupaten ini yaitu pertanian dan perkebunan, tidak berjalannya dengan baik. Bandar udara kargo ini menjadi prasarana penunjang yang efisien dan cepat dalam proses distribusi serta sebagai langkah untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Buleleng. Lingkungan alam yang luas menjadi potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Buleleng. Oleh karena itu, konsep dari perancangan bandar udara kargo ini perlu dipikirkan dengan baik agar tidak menghilangkan potensi tersebut akibat proses pembangunan. Pendekatan secara ekologi dilakukan untuk meminimalkan kerusakan alam dan menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan sekitar terhadap bangunan. Konsep arsitektur ekologi diterapkan melalui beberapa usaha yaitu bentuk terminal berkonfigurasi linear yakni setiap ruang utama kegiatan kargo saling

berhubungan

agar

sirkulasi

dapat

berjalan

dengan

mudah.

Menggunakan struktur bentang lebar agar meminimalkan kerusakan tanah. Menerapkan bukaan berupa kisi-kisi pada setiap sisi terminal untuk mencukupi kebutuhan penghawaan alami. Memaksimalkan pencahayaan alami melalui konsep direct daylight pada atap terminal. Menyisipkan unsur tanaman pada desain interior terminal. Memberikan kolam air yang terintegrasi dengan beberapa fungsi yang dapat menjaga keseimbangan ekologi. Penerapan konsep ini sesuai untuk menciptakan bandar udara kargo yang ramah lingkungan, selaras dengan alam dan memberikan kenyamanan untuk para pekerja kargo didalamnya.

77


(halaman sengaja dikosongkan)

78


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, (2018). Sumber Penghasilan Utama Masyarakat Provinsi Bali. BPS, Bali. Almusaed, Amjad, (2011). Biophilic and Bioclimatic Architecture, SpringerVerlag, London. Duerk, Donna P, (1993), Architectural programming : information management for design, J. Wiley, Canada. Frick, Heinz dan FX Bambang Suskiyanto, (1998), Dasar-dasar Eko-Arsitektur, Kanisius, Yogyakarta. Frick, Heinz & Mulyani, (2006), Arsitektur Ekologis, Kanisius, Yogyakarta. Jauslin, D, (2010), Architectural with Landscape Methods, Architectural Institute of Japan. Kellert, Stephen R, (2005), Building for Life: Designing and Understanding the Human-Nature Connection, Island Press, Washington DC. Neufert, Ernst, (2002), Data Arsitek Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng nomor 9 tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Buleleng tahun 2013 – 2033. Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng nomor 9 tahun 2013 Pasal 51 tentang tentang Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang. Peraturan Menteri Perhubungan no. 29 Tahun 2005 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7046-2004 mengenai terminal penumpang bandar udara. Peraturan Menteri Perhubungan no. 29 Tahun 2005 Tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-7047-2004 mengenai terminal kargo bandar udara. Peraturan Menteri Perhubungan no. 69 Tahun 2013 tentang Kebandarudaraan Nasional. Priatman, J, (2012), “Konsep Desain Biophilia” sebagai Dimensi Hijau pada Arsitektur Empatik, Seminar Nasional Menuju Arsitektur berEmpati, 35–45.

79


Surat Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian nomor 2088 Tahun 2017 tentang Standar Sarana dan Prasarana Tindakan Karantina Hewan di Tempat Pemasukan dan Pengeluaran. https://www.merdeka.com/foto/peristiwa/851193/20170606120046-megahnyabandara-blimbingsari-di-banyuwangi-yang-siap-sambut-pemudik-001-nandafarikh-ibrahim.html (Diakses 21 November 2018) http://clipart-library.com/wave.html (Diakses 26 Juni 2019) https://pooleuqip.com (Diakses 26 Juni 2019) https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Keindahan_Sawah_Jatiluwih.jpg (Diakses 26 Juni 2019) https://id.wikipedia.org/wiki/Kebun_vertikal (Diakses 26 Juni 2019)

80


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.