Bacalah?
SUARA LINGKARAN KEBERSAMAAN
Sebuah Perenungan Gerakan Sadar Membaca Blaen Indonesia SUDAH JELAS, bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan, peringatan pun tertulis resmi di mana-mana, tapi tidak sedikit orang yang masih saja melakukan aktivitas tersebut. Sebagai pembela diri, beribu alasan pun siaga seperti tawon-tawon yang akan menyerang siapa pun bila coba-coba mengusik manis madu di sarangnya. Memang, seperti halnya Rumah Sakit, tidak ada hubungan langsung antara rokok dengan kematian. Tidak sedikit yang mati muda meski tak merokok, banyak pula perokok berat yang ternyata hidupnya lebih lama dibanding orang sekitarnya. Jelas juga, bahwa mencuri atau korupsi itu tidak baik, karena merugikan orang lain atau lingkungan sekitar. Bahkan, kalau percaya, hal itu juga merupakan perbuatan dosa yang dilarang Agama. Tapi, masih saja banyak orang yang hobi mencuri atau korupsi, pastinya dengan berwarnawarni alasannya. Akibatnya, hukum Negara siap memberi fasilitas rumah pagar besi alias penjara, dan menurut ajaran Agama mencuri atau korupsi itu bisa memuluskan jalan menuju neraka. Tapi, sekali lagi, itu pun kalau percaya. Tidak jauh berbeda, mungkin, gambaran seperti itu lah yang ada jika kita coba bicara apalagi berani mengajak orang di lingkungan kita untuk selalu membaca. Sudah jelas, bahwa membaca itu sangat penting dan banyak membawa manfaat. Tapi, sadar dan diakui atau tidak, tetap saja banyak di antara kita yang malas membaca. Jangan tanya kenapa, sebab alasannya pun macam-macam seperti saat anak-anak bolos sekolah. Padahal, membaca adalah kunci pengetahuan. Terlebih –bagi kita yang meyakini ajaran Agama Islam- seperti diketahui, perintah pertama kepada seorang Rasul adalah membaca: Iqra'. Baik yang tersurat, maupun yang tersirat. Artinya, ayat-ayat Tuhan tidak hanya yang tertulis di KitabNya, tapi banyak juga yang berserakan di muka bumi ini. Ya, entah terpaksa atau seperti apa, –karena waktu itu tidak ada sekolah- Rasul pun mampu membaca dan berhasil menjadi agen perubahan bagi peradaban manusia ke arah yang lebih benar, baik dan indah.
Sementara itu, karena kelemahan dalam membaca, menyebabkan kita tidak bisa belajar dari kejadian pada masa lalu apalagi yang akan datang. Banyak peristiwa yang kemudian bisa menjadi bahan pelajaran bagi manusia. Bisa peristiwa yang baik maupun buruk, yang baik bisa ditiru dan dikembangkan, sedangkan yang buruk tetap dipelajari untuk sebisa mungkin dihindari. Dengan kata lain, membaca membawa banyak manfaat, tapi tetap saja banyak yang malas membaca. Seorang supir, harus pintar membaca agar tidak tersesat dan selamat sampai di tujuan. Kalau pun tak mampu membaca tulisan atau rambu jalan, pastinya harus mampu membaca simbolsimbol lain atau kondisi sekitar. Bahkan, saat bingung mana arah atau jalan yang harus dilalui, supir biasanya sadar serta tidak perlu malu-malu mencari tahu kebenaran dengan menanyakan ke orang lain –tentunya yang lebih tahu dan mengertitentang tujuannya. Dengan kata lain, tak cukup sekedar membaca, penting juga banyak belajar dari orang yang lebih mengerti untuk lebih dekat pada kebenaran. Di lain sisi, kesadaran membaca -yang tersurat- kadang terkendala minimnya fasilitas atau kesempatan untuk melakukannya. Lebihlebih, hidup di lingkungan desa, seperti Tajinan ini. Selain hasrat membeli buku yang tak mampu menandingi melambungnya kebutuhan sehari-hari, fasilitas konsumsi bacaan rakyat umum pun sulit ditemukan. Buktinya, coba tanya? Apakah desa ini mempunyai fasilitas perpustakaan khusus –apalagi gratis- untuk kebutuhan membaca masyarakatnya, atau siapa saja warga yang punya perpustakaan –atau lemari khusus menyimpan buku- yang jika ada mungkin jumlahnya sangat sedikit. Ya, hidup adalah pilihan. Maka, terserah, apakah kita mau membaca kemudian mempelajarinya atau tidak? Baik yang tersurat maupun tersirat, hingga suatu saat nanti harapan untuk menuju sebuah peradaban kehidupan desa yang lebih benar, baik dan indah bukan sekedar menjadi mimpi di siang bolong. (TIM/SUARABLAENinDONESIA)
SUARA BLAENinDONESIA; merupakan salah satu media komunikasi dan informasi Lingkaran Kebersamaan Blaen Indonesia. Mengedepankan berbagi dan olah kreasi, kami berusaha mempercepat perubahan pada dunia, terlebih kampung halaman. Bagi kami, hidup bukan lah sekedar eksis menjadi sekrup dari mesin besar sosial. Lebih dari itu, bersama-sama kami ingin membuat kehidupan ini lebih menarik. Hingga, bersama-sama mampu menuju peradaban lain dari hari ini-yang lebih benar, baik dan indah bagi semua.
TERBIT PERIODIKAL 2 MINGGUAN / 02 MEI 2013
#2
GRATIS SEBAGAIMANA PELANGI YANG TAK PERNAH MEMAKSA SIAPA PUN UNTUK MENYUKAINYA
(ilustrasi: NanangCahyono/BLAENinDONESIA)
EDITORIAL Hidup itu pilihan. Sementara, segala sesuatu di sekitar kita adalah tanda tanya besar yang entah apa jawabannya. Dalam carut-marut kehidupan, kebenaran menjadi tantangan tersendiri yang jalannya kini kian membingungkan. Akibatnya, -jika percaya- celaka lah bagi siapa saja yang enggan mencari kebaikan dan kebenaran akan jalan Tuhan YME. Di edisi keduanya, media ini pun berusaha memberi salam bagi semua yang masih mencoba untuk tetap menjadi manusia. Dengan segala kerendahan, pun berusaha mengajak sahabat-sahabat BLAENinDONESIA atau siapa saja yang mau untuk selalu sadar dan tidak lupa membaca -baik tersurat maupun tersirat- hingga bersama-sama mampu menuju kehidupan yang lebih benar, baik dan indah bagi semua.
TIM REDAKSI: ImamTantowi, MuhammadZaini, NanangCahyono, ArifWidodo, HamzahMasykur 089660467083 I blaenindonesia@gmail.com I www.blaenindonesia.wordpress.com