COP
In Animal Disaster Relief
Penanggulangan Satwa Korban Bencana Alam Di Indonesia Indonesia termasuk dalam negara-negara di dunia yang rawan akan bencana alam. Ini dikarenakan Indonesia dikepung oleh tiga lempeng bumi yang aktif bergerak yaitu Lempeng Indo-Australian, Eurasia dan Lempeng Pasific yang mana ini dapat menimbulkan potensi gempa bumi yang tidak dapat di prediksi. Indonesia juga negara yang berada dalam Pasific Ring of Fire(cincin api) yaitu negara yang memiliki gunung berapi aktif yang terhitung banyak. Sejarah juga mencatat banyak bencana alam yang terjadi di negara ini, seperti gempa bumi, Tsunami, erupsi gunung berapi, tanah longsor, banjir dll. Banyak korban berjatuhan baik korban jiwa maupun materil. Ketika bencana terjadi penanganan korban manusia di Indonesia sudah terorganisir dengan baik, namun bagaimana dengan korban lainnya seperti satwa? Ketika bencana terjadi satwa juga sangat membutuhkan pertolongan, baikyang masih hidup maupun yang sudah mati, satwa liar ataupun satwa domestik. Ketika satwa telah mati dapat menjadi sumber penyakit baru. Untuk satwa korban bencana yang masih hidup tentu mereka membutuhkan bantuan pakan dikarenakan semua orang sedang konsentrasi pada diri sendiri dan keluarga masing. Kadangkala ditemukan satwa dengan kondisi kritis dan memerlukan penanganan medis dari dokter hewan. Untuk itu sejak 2010 Centre for Orangutan Protection (COP) membentuk tim penyelamatan satwa korban bencana alam untuk membantu satwa-satwa yang menjadi korban. Meskipun secara nama organisasi adalah untuk penanganan orangutan, namun karena panggilan jiwa dan pengalaman dalam bekerja menyelamatkan satwa di bencana terbentuklah tim ini. Sejak terbentuk tim ini sudah terjun langsung menyelamatkan satwa di beberapa bencana seperti erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta, erupsi Gunung Kelud di Kediri, erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara, Gempa Pidie di Aceh, erupsi Gunung Agung di Bali, gempa bumi di Palu Sulawesi Tengah dan gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat. Setiap bencana dan lokasi berbeda-beda kasus dan penanganannya. Bencana gunung api biasanya yang ditangani adalah satwa ternak seperti sapi perah. Namun untuk bencana gunung api di Gunung Sinabung tidak ada sapi perah namun anjing penjaga kebun-kebun jeruk. Untuk bencana gunung api seperti Gunung Merapi, masyarakat dikaki gunung tidak mau mengungsi karena ada sapi perah yang harus dirawat. Perlu diketahui seperti sapi perah setiap harinya butuh perawatan ekstra, harus setiap hari diperah kalua tidak bisa menyebabkan iritasi, stress hingga kematian. Padahal untuk sapi perah bagi keluarga peternak adalah sumber penghasilan utama. Disinilah tim animal rescue mengambil peran dengan cara menanganan sapi tersebut sehingga masyarakat mau mengungsi.
Erupsi Gunung Sinabung Medan, 2014
Erupsi Gunung Sinabung Awal Januari 2014 warga Tanah Karo dikejutkan dengan hujan abu yang menyelimuti atap rumah. Hujan abu ini berasal dari erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo. Gunung dengan ketinggian 2460 meter ini terakhir erupsi pada 2010 setelah sebelumnya 1200 tahun tertidur. Setidaknya ada 13 korban jiwa akibat erupsi ini dan 13.000 jiwa lebih terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman. Lahan pertanian dan kebun masyarakat semua rusak bahkan beberapa desa akhirnya harus direlokasi karena sudah tidak aman lagi, seperti Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, Desa Bekerah dan Desa Simacem di Kecamatan Namanteran. Tim Animal Rescue COP sejak 18 Januari 2014 sudah berada di Kota Kabanjahe untuk melakukan pertolongan terhadap satwa korban bencana Sinabung. Untuk Gunung Sinabung ini tim COP yg didukung oleh IFAW berangkat empat kloter karena panjangnya bencana erupsi Gunung Sinabung. Bahkan tim memutuskan untuk membuat shelter darurat untuk anjing di daerah Kabanjahe. Setiap hari tim harus mendekat ke kawasan rawan bencana untuk memberi makan satwa-satwa yang ditingggal mengungsi pemiliknya. Untuk jenis satwanya didominasi anjing dbeberapa kucing. Puluhan anjing dan kucing diberi makan oleh tim setiap harinya. Pekerjaan utama masyarakat dikaki Gunung Sinabung yang merupakan petani sayur seperti wortel. Namun juga didominasi oleh kebun jeruk. Warga yang diminta Pemerintah untuk mengungsi akhirnya “menempatkan” anjing-anjing peliharaannya untuk menjaga kebun jeruk dari maling. Pemilik kebun yang sekaligus tuan dari anjing-anjing tersebut secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui oleh penjaga seperti Polisi dan TNI yang berjaga di perbatasan zona merah. Naik menuju kebun tersebut dengan mambawa makanan dalam ember berisi nasi. Tentunya ini kegiatan yang sangat berbahaya karena Gunung Sinabung yang terus menerus mengeluarkan awan panas setiap saat. Tim Animal Rescue mengambil peran tersebut dengan membawa makanan kering untuk anjing dan kucing (dry food), dengan tetap berkoordinasi dengan pihak keamanan. Tim Animal Rescue hanya diberi waktu beberapa menit masuk dalam zona merah, dengan menggunakan sepeda motor yang sudah dimodifikasi. Dua orang masuk dalam satu desa dengan cepat. Menuangkan secara cepat makanan dry food untuk anjing dibeberapa titik yang sudah dihapal oleh tim. Salah satu tim tersebut merupakan warga lokal yang sudah sangat hapal sebuk beluk desa-desa dikaki Gunung Sinabung dan sangat hapal dimana saja titik-titik lokasi adanya anjing. Bahkan karena panjangnya bencana Gunung Sinabung, tim memutuskan untuk membuat shelter darurat untuk anjing di daerah Kabanjahe.
Erupsi Gunung Kelud Kediri, 20
Erupsi Gunung Agung Bali, 2017
Erupsi Gunung Agung
Tanggal 23 September 2017 status Gunung Agung di Pulau Bali naik dari level 3 ke level 4 yang mana perintah untuk menjauh dari Gunung Agung dikeluarkan Pemerintah Bali. Warga sekitar lereng Gunung Agung di Kabupaten Karangasem mulai mengosongkan rumah masing-masing untuk mengungsi ke wilayah aman. Tidak ada korban jiwa dalam bencana ini namun terlihat kebun-kebun warga yang rusak akibat debu vulkanik yang tebal. Sekitar 40.000 jiwa harus mengungsi akibat erupsi Gunung Agung. Erupsi Gunung Agung berlangsung beberapa kali dalam periode September hingga Desember 2017. Tercatat COP tiga kali menurunkan tim secara bergantian untuk menolong satwa-satwa di lereng Gunung Agung, yaitu pada bulan September, Oktober dan Desember 2017. Kali ini tim COP bekerjasama dengan IFAW, JAAN dan IOF dalam menolong satwa-satwa di desa-desa terdekat dengan Gunung Agung seperti di Kecamatan Rendang, Selat, Kubu, Karangasem dll. Untuk satwanya sendiri didominasi oleh Jenis anjing dan sebagian kucing. Setiap hari tim memberi makan lebih dari 150 ekor anjing dan kucing.