Jelajah Kampung Naga

Page 1

KULIAH OBSERVASI DAN KAJIAN ARSITEKTUR 2021/2022

JELAJAH K A M P U N G

N A G A


Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila


JELAJAH KAMPUNG NAGA Kuliah Observasi dan Kajian Arsitektur 2021/2022


Kuliah Observasi dan Kajian Arsitektur Tasikmalaya, 2-3 Februari 2022

Ketua Prodi Arsitektur Dr. Dini Rosmalia , S.T., M.T. Koordinator Mata Kuliah KOKA Dr. I Nyoman Teguh Prasida, S.T., M.T. Dosen Pembimbing Mata Kuliah KOKA Yuni Prihayati, S.P., M.Si Ir. Kiki K. Lestari, M.T. Adriyanto Ibnu W, S.T., M.T. Dr. Euis Puspitasari, S.T., M.Si. Ketua KOKA Adityawarman Wakil Ketua KOKA Azzahra Nafisya Winafitari Sekretaris Tiara Putri Meidiyanti Bendahara Shafa Aldanissya I Dhea Dinar Safitri Tim Editor Zahra Febriana Kushariani Lulu Setya Nurrahmah Ali Muntazhar Feninda Aurora Jasmine Rumaysha Kamiliya Baari Ramadhan Muhammad Aryasena Firdha Alawiyah Chosy Pratama

3


Tim Penyusun Laporan Keisha Putri Anzani Brenda Enjelin Sjachrud Yudhi Pratama Bagus Ammar Kartiko Rizka Maharani Vania Syifa Revlizia Amartya Kurnia Safitri Rafli Alfazri Ahmad Faisal Azis Daffa Scuderia Arifurrahman Rakha Ammarsyah Putro Zhafran Rafi Halim Hanafi Ernas Ardisha Laila Qadrina Nasya Dwi Aulia Putri Afidati Wiras Dwi Aditama Fransisko Ronaldo Dhena Rifqi Adani Endi Etika Telaumbanua M. Noer Ramadhany Akbar Anas Gazali Oktavia Putri N M. Farhan GP Annisa Putri F Aurellie Adinda S. Dheo Pebian I Kadek Aprimas Ino Sensius Angkur Yoram Anggara R.R. Fajar Noer Kholis Tri Sekar Wijayanti Muhamad Zaki Al Islami

Khofifah Mauliani Taufan Barkah Gunawan Sarah Maharani F. Novia Syabarini U Huda Wahyuni Kejora Wijayanti Angger Krisna Naufal Aqil Nezar Muhklisnur Ayub Resi Kusuma Safitri Fajriah Ridhoi Yolanda Gori Putri Farida Satira Putri Razanah M Jamil Setiawan M. Ariful Anam Deliana Desintan Situmorang Ratu Intan Trianggreani Emilia Rukmasara Selapuspa Kisti Mutiara Jaiz Sarah Annisaa Nurwan Zahria Sarah Devy Susanto Mallekh Aliyy Videlia Zahra Ricki Darmawan M. Rivaldi D. P. Maftuh Asy’ari Helen Devita Gilang Dipa Al-amin Anggit Dwi Laksita Enggar Aziz Kuntoro M. Fakhri Hidayat Aliya Khairunnisa

4


DAFTAR ISI

5


Penyusun Buku Daftar Isi Kata Pengantar

3 5 7

Bagian 1. Prolog: Observasi dan Kajian Arsitektur 9 1.1. Kekayaan dan Kearifan Lokal Arsitektur Nusantara 11 1.2. Lokasi Studi 15 1.3. Metode Penelitian 17

Bagian 2. Arsitektural Kampung Naga 2.1. Tipologi Arsitektur dan Pola Permukiman Kampung Naga 2.2. Zona A 2.3. Zona B 2.4. Zona C 2.5. Zona D Bagian 3. Epilog

Daftar Pustaka Dokumentasi Kegiatan

19 21 23 39 51 71

87

91 93

A C

D B

6


Kata Pengantar Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya , segenap Tim mahasiswa peserta Kuliah Observasi dan Kajian Arsitektur (KOKA) tahun 2022 beserta Tim Dosen Pembimbing KOKA dapat menyelesaikan Buku “ Jelajah Kampung Naga”. Bahasan yang disampaikan dalam buku ini merupakan hasil observasi serta kajian dari mahasiswa semester VI pada Prodi Arsitektur Universitas Pancasila dalam kegiatan Kuliah Observasi dan Kajian Arsitektur. Tersusunnya Buku ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu seluruh Tim Penyusun menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Ibu Dr Dini Rosmalia Ketua Prodi Arsitektur Universitas Pancasila yang sangat membantu dalam proses perizinan kegiatan sampai pada bimbingan lapangan di lokasi Objek observasi. 2. Bapak dan Ibu Tim Dosen Pembimbing Mata Kuliah KOKA 2022 Yang telah memberikan bimbingan pada kegiatan KOKA 2022, mulai dari persiapan kegiatan pembekalan materi sampai pada penyusunan Buku “Jelajah Kampung Naga” ini. 3. Segenap Pimpinan Lembaga Adat serta Para Pemandu lapangan Kampung Naga yang telah menerima dan memandu selama Kegiatan Observasi Tim Rombongan KOKA 2022. 4. Seluruh Masyarakat Kampung Naga yang telah menerima dengan ramah dan menyiapkan akomodasi yang baik bagi seluruh Tim Rombongan KOKA 2022 selama kegiatan Observasi di Kampung Naga. Tim Penyusun menyadari bahwa Buku “Jelajah Kampung Naga” ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki , oleh karenanya saran dan kritik yang bersifat membangun akan kami terima dengan senang hati , Semoga Buku “Jelajah Kampung Naga” ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya. Jakarta, May 2022 TIM PENYUSUN 7


8


1

Bagian 1.

Prolog: Observasi dan Kajian Arsitektur

9


10


Kekayaan dan Kearifan Lokal Arsitektur Nusantara Kampung Naga adalah salah satu kampung adat di Kabupaten Tasikmalaya yang masih terjaga kearifan lokalnya. Masyarakat Kampung Naga adalah salah satu contoh masyarakat yang masih memegang teguh falsafah hidup yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Masyarakatnya masih memegang kuat adat istiadat yang diwariskan oleh leluhur mereka dimana mereka hidup dalam tatanan yang diliputi suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat. Kampung ini seringkali dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara, serta dijadikan sebagai tempat studi bagi para Peneliti, Mahasiswa, dan lainnya mengenai keindahan arsitektural maupun kebudayaan di Kampung Naga ini. Sejarah Kampung Naga Asal muasal kampung adat ini tidak begitu jelas, karena data-data peninggalan leluhur yang berisi sejarah Kampung Naga terbakar pada saat pemberontakan DI/TII pada tahun 1956. Diduga pemberontak yang tidak senang dengan masyarakat kampung setempat membakar dan menghanguskan Kampung Naga termasuk tempat penyimpanan pusaka. Terdapat 3 penjelasan pada kampung naga (sakral), yaitu: 1. Kang Soratan sebagai seorang muslim harus menjalankan sholat; 2. Lambung terdapat peninggalan padi untuk pangan saat memasuki musim paceklik; 3. Bumi Ageung yaitu penempatan adat. 11


Keunikan dan kekhasan budaya dan Arsitektur Kampung Naga Arsitektural di kampung Naga memiliki perbedaan yang sangat mencolok apabila dibandingkan dengan tempat lain. Ciri khas Arsitektural berbentuk panggung dengan bahan dasar dari alam yaitu dinding yang terbuat dari anyaman bambu dan anyaman sasak serta atap terbuat dari ijuk. Perletakan bangunan wajib memanjang dari arah barat ke timur serta pintu rumah menghadap ke utara atau selatan. Bangunan yang ada di Kampung Naga diantaranya, Bumi Ageng, Masjid, Balai Patenon, Bumi adat, Saung, Saung Lisung. Salah satu keunikan Kampung Naga adalah adanya tradisi ‘Gusaran’ yaitu proses masuk kedalam Islam bagi anak perempuan dibawah usia lima tahun karena telah menginjak masa akil baligh. dalam prosesi ini ayam hitam, beras, kemenyan, gunting dan koin menjadi persyaratan utama. Adat di kampung Naga tidak membenarkan adanya penggunaan listrik karena pertimbangan para pemuka adat untuk menjaga agar tidak terjadi ketimpangan sosial dalam warga masyarakat Kampung Naga. Gas LPG pun tidak diperkenankan penggunaan dan mereka menolak konversi minyak tanah ke gas LPG. 12



Adat Istiadat Sistem kepercayaan masyarakat Kampung Naga terhadap ruang terwujud pada kepercayaan bahwa ruang atau tempat-tempat yang memiliki batasan tertentu dikuasai oleh kekuatan tertentu pula, dimana masyarakat adat menciptakan pembagian ruang atas, bawah, dan tengah. Lueweung Larangan di arah timur senagai wilayah tempat semua dedemit dan roh jahat berada, sedangkan Leweung Keramat di arah barat adalah sumber kebaikan, masjid dan harta pusaka menjadi penghubung untuk mengalirkan kesakralan. Hutan Keramat dan Bumi Ageung yang berada di bagian barat masjid, secara simbolis menunjukkan negosiasi ajaran Islam dan tradisi lokal. Menghadap ke kiblat berarti membayangkan penghadapan pada Ka’bah yang harus melalui penghadapan terhadap harta pusaka dan hutan keramat.


Budaya dan Tradisi Masyarakat Kampung Naga sejak zaman dulu hingga saat ini dikenal sebagai masyarakat yang sangat memegang teguh adat tradisi leluhurnya. Acara Hajat Sasih merupakan acara yang dirayakan saat tahun baru hijriah, Maulid Jumadil Akhir, Nisfu Sya'ban, Idul Fitri dan Idul Adha. Hajat Sasih dilakukan dengan Ziarah ke makam leluhur (kaum laki-laki) dan menyiapkan makanan (kaum perempuan). Organisasi Dalam susunan organisasi di Kampung Naga diatur oleh tiga bagian, yaitu kuncen, lebe dan punduh. Kuncen berperan sebagai ketua adat yang masa jabatannya diturunkan kepada anak laki-laki yang bersifat seumur hidup. Punduh mengatur di bidang kemasyarakatan yang menjaga bumi ageung dari orang yang datang atau foto. Pekerjaan sehari-hari adalah menganyam, membuat sarung golok dari kayu babelan, membuat gelas dari batok kelapa dan membuat kentongan dari pohon nangka. Selain itu, lebe yang mengatur di bidang keagamaan. Aktivitas Mayoritas mata pencaharian warga di kampung naga merupakan petani, dan juga pengrajin. Hasil pertanian akan dijual apabila sudah memenuhi kebutuhan pangan untuk warga kampung naga. Semua kegiatan di kampung naga menggunakan alat tradisional mulai dari memasak dan juga mencuci. Alasan kampung naga belum menggunakan listrik adalah untuk menghindari adanya kebakaran akibat konslet listrik, karena material yang digunakan di kampung naga merupakan material yang mudah terbakar. Kesenian dan Ornamen Kerebang gembreng merupakan bangunan untuk religi. Diiringi oleh sholawat nabi.

13


14


Lokasi Studi

Secara geografis Kampung Naga berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Aksesibilitas menuju Kampung Naga tidak jauh dari jalan raya yang menghubungkan kota Garut dengan kota Tasikmalaya, kurang lebih 1 km dari jalan raya.

15


Perjalanan menuju Kampung Naga harus menyusuri tangga yang menurun (sunda: sengked) yang tersedia dengan jarak 500 meter dan kemiringan kurang lebih 45 derajat dari tugu kujang raksasa.

Luas wilayah Kampung Naga kurang lebih 10 hektar dengan lahan permukiman sekitar satu setengah hektar (1,5 Ha) yang memiliki kurang lebih 113 bangunan yaitu, 110 rumah tinggal dengan jumlah penduduk 325 jiwa, 1 Masjid, 1 Bale Patemon (Balai Kampung), dan 1 Bumi Ageung. Lahan permukiman dibatasi oleh pagar bambu yang disebut “kandang jaga”.

16


Metode Observasi dan Kajian Kegiatan penelitian ini dilakukan selama 2 hari 1 malam. Informasi yang didapat merupakan data-data yang diperoleh dari guide atau pemandu lokal yang telah diberi kepercayaan oleh Ketua Adat untuk menyampaikan kepada masyarakat luar dan berdasarkan hasil observasi lapangan oleh para Mahasiswa. Observasi Lapangan Observasi lapangan dilakukan dengan mengambil data objek di lapangan pada rentan waktu yang telah ditentukan yaitu selama 2 hari 1 malam. Observasi ini dilakukan menggunakan teknik pengamatan secara langsung dengan interaksi sosial terhadap warga lokal Kampung Naga itu sendiri. Pada hari pertama Mahasiswa melakukan observasi di homestay-nya masingmasing dengan mengamati kondisi rumah, membuat denah, tampak, potongan, dan detail lainnya sebagai data yang akan digunakan pada laporan. Pada hari kedua Mahasiswa melakukan observasi dengan pembagian 4 Zona Studi (Zona A-D) dengan masing-masing zonasinya ditemani oleh 1 (satu) guide atau pemandu lokal.

17

Metode Penelitian


Wawancara Kegiatan ini dilakukan dengan formal dan non formal. Wawancara secara formal dilakukan bersama para narasumber khususnya ketua adat di Bumi Ageung bersama dengan seluruh Mahasiswa dan para dosen. Setelah itu, dilakukannya observasi pada masing - masing zonasi sehingga narasumber terdiri dari 4 guide atau pemandu lokal yang memahami tentang Kampung Naga secara mendalam. Sedangkan, wawancara non formal dilakukan oleh Mahasiswa secara fleksibel mengikuti kondisi-kondisi yang memungkinkan.

Dokumentasi Dokumentasi dilakukan oleh masing-masing Mahasiswa dengan melihat, membaca, mempelajari, dan mencatat sehingga dokumen yang dihasilkan berupa tulisan, gambar-gambar, atau karya sketsa yang dibuat oleh Mahasiswa itu sendiri. Studi Pustaka Mengumpulkan dan mempelajari data dan teori mengenai rumah adat di Kampung Naga melalui buku, jurnal, artikel, dan beberapa sumber melalui internet.

Zona Studi A C

D B

: Situs Adat

18


2

Bagian 2. Arsitektural Kampung Naga 19


20


Tipologi Arsitektur & Pola Permukiman Dalam lingkup permukiman, Kampung Naga memiliki 3 kawasan yaitu kawasan suci, kawasan bersih, dan kawasan kotor. Kawasan suci merupakan kawasan yang terdiri dari hutan keramat dan makam leluhur pada bagian utara kampung. Kawasan bersih merupakan kawasan yang terdiri dari rumah tinggal penduduk setempat pada bagian tengah kampung dengan pola tatanan permukiman yaitu horizontal di sepanjang tapak, selain rumah tinggal ada pun bangunan publik seperti Masjid, Bale Patemon dan Bumi Ageung yang berada di tengah kampung sebagai pusat kegiatan masyarakat. Lalu, kawasan kotor merupakan kawasan yang terdiri dari MCK, kandang ternak, kolam ikan dan lumbung padi yang berada di bagian terbawah tepat di tepi sungai Ciwulan atau bagian selatan kampung. 21


Pola tatanan permukiman Kampung Naga secara tidak langsung membentuk pola linear dengan bentuk alami oleh kontur yang didasari hari kelahiran pasangan suami istri sebagai penghuni rumah tinggal tersebut. Topografinya berbukit dan sebagian besar digunakan untuk permukiman, pekarangan dan kolam. Kemudian lahan lainnya digunakan untuk lahan pertanian berupa sawah yang dapat dipanen 2 kali dalam setahun.

Bangunan di kampung naga memiliki filosofi yaitu orientasi bangunan menghadap ke arah utara dan juga selatan saling berhadapan dimana ruang tamu dan dapur berada di depan. Bentuk rumah pada kampung Naga mempresentasikan bentuk tubuh manusia yaitu ada 'kepala, badan dan kaki'. Ukuran bangunan pada kampung naga sendiri cukup bervariasi, perbedaan luas bangunan antar kepala keluarga dipengaruhi oleh luas tanah yang dimiliki oleh nenek moyang dan diwariskan secara turun temurun. 22


23


Zona Studi A A

24


KAWASAN Kawasan A terletak pada daerah Barat dari Kampung Naga. Jumlah bangunan pada kawasan ini sebanyak 10 bangunan dari total 112 bangunan yang ada pada Kampung Naga, sebagian besar bangunan kawasan ini adalah 7 rumah warga, 1 masjid, 1 Bale Patemon (balai kampung), dan 1 bangunan suci yaitu Bumi Ageung. Kawasan ini merupakan area yang paling dekat dengan hutan rimbun dengan iklim yang terdata pada kawasan A berkisar antara 21,5°-23° Celcius, curah hujan mencapai 3.468 mm per tahun, dan kelembapan mencapai angka 61-73%. Untuk menuju permukiman warga harus menggunakan tangga batu untuk aksesibilitasnya, karena jenis kontur dan topografi kawasan merupakan tanah berundak yang dikelilingi hutan dan bukit. Batasan kawasan A Kampung Naga Utara : Area MCK Perumahan Timur : Perumahan Kawasan C Selatan : Perumahan Kawasan B dan D Barat : Area suci, dibatasi oleh pagar bambu 'Kandang Jaga'

25 25


Data Kawasan Observasi Wilayah A

26


Pola Tata Massa Kawasan A

Pola tata massa, proporsi dan hirarki yang diterapkan dalam arsitektur 25 Kampung Naga merupakan cerminan religi, filosofi dan sikap hidup masyarakat sekitar Kampung Naga. Pola tatanan kawasan kampung naga menggunakan Spatial Pattern, dengan Pusat Kampung Naga membentuk ruang terbuka publik, rumah Puun (ketua adat Kampung Naga), masjid, dan Bale Warga (ruang pertemuan masyarakat). Pada bagian timur kawasan A yang ada pada Kampung Naga terdapat Masjid yang dilengkapi area untuk wudhu dan Balai Adat yang terletak berdampingan. Sejajar dengan Masjid pada bagian barat terdapat situs adat bernama Bumi Ageung yang dianggap sebagai bangunan suci masyarakat setempat dan dilarang untuk didokumentasikan.

27


Situs Adat Kampung Naga Pada Kawasan Wilayah A

2 1

Pada simbol yang berangka 1 merupakan kawasan Bumi Ageng, lalu pada simbol angka 2 merupakan kawasan Lumbung. Keduanya merupakan situs adat yang tidak boleh didokumentasikan karena demi menjaga keamanan dan merupakan bangunan yang sakral bagi warga setempat.

3 Konsep Pola Tata Massa Kawasan A Konsep Luhur-Handap Konsep leluhur yang masih dipegang oleh masyarakat Kampung Naga adalah konsep orientasi untuk penempatan berupa di luhur (di atas) dinilai memiliki nilai lebih. Salah satu penerapannya antara lain berupa rumah kuncen (juru kunci) berada di area yang lebih tinggi dibanding sekitarnya. Konsep Lemah-Cai Konsep lemah-cai yang mengandung makna dibutuhkan dua elemen komplementer sebagai syarat suatu pemukiman, yaitu lemah (tanah) yang layak untuk dihuni dan dijadikan ladang, serta cai (air) yang tersedia sebagai contoh adalah sungai dan mata air untuk menghidupi tanah manusia. Konsep Wadah-Eusi Pada kawasan A di Kampung Naga memiliki situs yang dianggap memiliki kekuatan supranatural, yaitu bumi ageung. Hal tersebut menjadikan tidak ada warga yang berani mendekat atau memasuki tempat tersebut tanpa izin dari menunggu tempat tersebut. Untuk konsep mengenai wadah-eusi mengandung arti bahwa setiap tempat selalu menjadi suatu wadah sekaligus mempunyai eusi. 28


Pembagian Zoning pada Kawasan A Kampung Naga Pada umumnya area kawasan Kampung Naga terdapat tiga pembagian area kawasan secara besar yaitu, kawasan suci, kawasan bersih, dan kawasan kotor. Namun, untuk kawasan A hanya ada dua jenis yaitu: Kawasan Suci : Hutan Keramat, Makam Leluhur, dan Bumi Ageung (Berada di sebelah Barat ) Kawasan Bersih : Rumah Penduduk, Balai Desa, Mesjid, Situs Adat (di sental Kampung) Jalur pejalan kaki dari kawasan bersih untuk menuju area kawasan suci dibuat menanjang sesuai dengan keadaan topografi Kampung Naga. Jalur menanjak untuk pejalan kaki dibuat menggunakan material batu-batuan.

Orientasi Massa Bangunan pada Kampung Naga Orientasi bangunan yang ada pada Kampung Naga yaitu, berupa rumah panggung yang membujur dari barat ke timur dengan pintu rumah menghadap selatan/utara. Pada kawasan A yang merupakan area lereng yang lebih tinggi, dari arah barat menurun ke arah timur yang kemudian membentuk pola perkampungan linear ke arah timur dan setiap massa bangunan saling berhadapan dengan pintu berorientasi ke arah selatan dan utara atas respon iklim wilayah setempat agar sinar matahari menyinari sisi-sisi rumah. Selain itu, terdapat alasan lainnya untuk menjaga komunikasi antar tetangga.

29


Jalur Drainase dan Sirkulasi Pejalan Kaki Kampung naga yang terletak pada perbukitan membuat kampung ini memiliki ketinggian yang berbeda. Sehingga drainase juga ikut memiliki ketinggian yang berbeda, faktor tanah yang licin membuat di sekeliling drainase diberi batu kali agar warga tidak tergelincir saat beraktifitas.

Jalur drainase yang memiliki ketinggian yang berbeda diberikan batu kali agar air tetap berada pada jalurnya dan tidak membanjiri area rumah warga Karena pedestrian dan drainase memiliki jalur yg sama, warga meletakan batu kali sebagai batasan air agar tidak memasuki rumah warga. Drainase ini akan berakhir pada sungai ciwulan yang berada tepat di depan perkampungan Naga 30


Olahan Ruang Luar pada Kawasan A Kampung Naga Olahan ruang luar pada kawasan A kampung naga dapat dibedakkan menjadi dua jenis, yaitu ruang terbuka yang tercipta secara natural dan ruang terbuka yang sengaja diciptakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar di Kampung Naga. Ruang yang tercipta secara natural tersebut berupa tanah kosong, lahan sisa antara bangunan, halaman pada beberapa rumah. Di antara lain, terdapat beragam jenis vegetasi berupa pohon albasiah, sengon, pete, dan ground cover berupa rerumutan di beberapa bagian.

31


32


BANGUNAN DINDING Dinding pada rumah panggung Kampung Naga menggunakan anyaman bambu yang dilapisi kapur. Penggunaan anyaman sebagai dinding sudah menjadi ciri khas bangunan Kampung Naga, yang juga ditinjau dari harga yang terjangkau dan memaksimalkan sirkulasi udara yang masuk melalui dinding.

KOLOM & BALOK Kolom dan balok pada bangunan menggunakan kayu untuk tetap menjaga ciri khas dan keaslian bangunan dengan material yang tradisional. Gambar disamping merupakan interior bangunan masjid pada Kampung Naga

PONDASI Pondasi Umpak dengan bahan dasar kayu merupakan pondasi asli pada bangunan rumah panggung Kampung Naga. Namun setelah terjadinya peristiwa pembakaran Kampung Naga, pembangunan ulang pondasi bangunan menggunakan bahan dasar beton untuk mempercepat pengerjaan 33


DENAH, TAMPAK, DAN POTONGAN

Tampak Depan

Denah

Potongan

ZONASI HORIZONTAL

34


Material Atap Material atap menggunakan daun tepus dan dilapisi oleh ijuk. Hal ini dikarenakan bahan tersebut memungkinkan mudahnya sirkulasi udara yang masuk kedalam rumah dikarenakan penyusunannya yang berongga. Pada kelemahan material atap ijuk ini, yaitu mana bila bocor harus diganti seluruh atap ijuknya, berbeda dengan genting pada umumnya hanya beberapa yang harus diganti. Tetapi atap ijuk ini bisa bertahan sampai puluhan tahun asalkan pemasangannya benar dan tidak salah. Atap ijuk ini kedap suara jatuhnya percikan air hujan bahkan hampir tidak terdengar sama sekali dan tidak menimbulkan panas didalam ruangan tersebut.

35


Material Dinding Material dinding menggunakan penutupanya mansasag yang terbuat dari bambu. Bambu tersebut dijemur terlebih dahulu agar lebih tahan lama saat digunakan sebagai bahan bangunan. Masyarakat kampung naga menggunakan bahan anyaman dengan maksud untuk menyetarakan strata, agar tidak ada kesenjangan sosial.Fungsi bagian material ini biasanya terletak dibagian area dapur, yang berfungsi sebagai keluarnya sirkulasi udara ketika ada kegiatan memasak diarea dapur.

Material Pintu Pada Penggunaan material pintu ini dibedakan mejadi dua. Pintu utama dibuat menggunakan kayu seperti pintu pada umumnya. Sementara pintu dapur dibuat menggunakan anyaman sasag, hal ini dilakukan untuk memudahkan warga saat melakukan ronda atau pengecekan jika terjadi hal – hal yang tidak di inginkan di rumah seperti kebakaran dan mengurangi asap ketika masak dibagian dapur.

36


Material Jendela Zaman dahulu rumah di kampung naga tidak menggunakan kaca, dikarenakan adanya penyerangan di kampung tersebut yang menyebabkan rumah - rumah yang berada di kampung naga hancur, dan pada saat di renovasi menggunakan material kaca sebagai penutup jendela agar proses pemasangan cepat dan mudah. Material yang digunakan untuk jendela yaitu kayu surenatau kayu albasia.

Material Lantai

Lantai Ruang Tengah Pada area ruang dapur menggunakan material lantai kayu dan memiliki sedikit celah yang berfungsi sebagai bila terjadi tumpahan air tidak menyebar kemana - mana tetapi langsung meresap atau jatuh ke permukaan tanah. 37

Terdapat perbedaan Teknik penggunaan kayu pada lantai rumah. Pada area dapur dibuat dengan Teknik anyaman (material tidak solid seperti pada lantai ruang lain). Hal ini bertujuan agar sirkulasi udara di dapur tidak panas akibat alat masak.

Lantai Dapur


Material Pondasi

Material yang digunakan untuk pondasi yaitu batu alam yang berasal dari lingkungan sekitar yang kemudian di pahat dan di tanam kurang lebih 5 cm ke dalam tanah. penggunaan pondasi dengan material ini dipercaya masyarakat kampung naga tahan akan gempa. Ada dua jenis batu yang biasa digunakan yaitu batu utuh (bulat) dan batu lesung. Perihal rumah panggung dimana pondasi berjarak antara permukaan tanah dan lantai, pun berfungsi mengatur suhu dan kelembaban udara yang terjadi setiap saat.

38


39


Zona Studi B

B

40


Kawasan Pola Permukiman Pada pembagian di Zona D ini dapat dikatakan memiliki jumlah bangunan yang terbanyak. Jumlah rumah yang terdapat di Zona D sekitar 47 sampai 50 rumah. Dari hasil analisa dilapangan dan juga analisa dari citra satelit, memperlihatkan bahwa di zona ini permukiman berpola linear. Rumah rumah berorientasi menghadap arah utara dan selatan, hal ini berguna untuk mendapatkan sinar matahari atau pencahayaan alami yang maksimal dan baik.

Peta Zona D Sumber : Google Earth, 2022

41


: Kontur paling rendah : Kontur rendah

Tracing Peta Zona D Sumber : Wiras, 2022

: Kontur tinggi Dari satu zona pemukiman ini selain berpola linear, hal yang menjadikan sebuah analisa adalah kontur. Terlihat pada gambar bahwa terdapat tiga perbedaan tinggi pada setiap pola linear. Bangunan berorientasi menghadap utara dan selatan. Hal ini berdampak pada orientasi bangunan terhadap pencahayaan alami atau cahaya matahari.

42


Arah Orientasi Pada pembagian di Zona D ini dapat dikatakan memiliki jumlah bangunan yang terbanyak. Jumlah rumah yang terdapat di Zona D sekitar 47 sampai 50 rumah. Dari hasil analisa dilapangan dan juga analisa dari citra satelit, memperlihatkan bahwa di zona ini permukiman berpola linear. Rumah rumah berorientasi menghadap arah utara dan selatan, hal ini berguna untuk mendapatkan sinar matahari atau pencahayaan alami yang maksimal dan baik.

43


Pola Pengairan Sistem pengairan pada zona B ini sama dengan sistem pengairan utama yang ada di Kampung Naga berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari Sungai Ciwulan dan beberapa sumber mata air. Sebelum disebar dan digunakan masyarakat untuk mandi, mencuci, minum, dan memasak, airair ini ditampung untuk dilakukan penyaringan agar kotoran yang ikut terbawa pada air dapat tersaring.

Sumber Air Bersih di Kampung Naga Sumber : https://123dok.com/

Sumber air yang berasal dari Sungai Ciwulan atau mata air lain ini perlu disaring, karena air ini masih mengandung lumpur dan kotoran. Sistem penyaringan yang dilakukan adalah dengan dialirkan ke sawah dan Saluran Cigarunggang agar tersaring secara alami oleh rumput dan bebatuan yang ada di sawah dan di saluran cigarunggang tersebut. Selanjutnya air ini disaring kembali di tempat penyaringan air yang dibuat oleh masyarakat kampung naga. Setelah dilakukan penyaringan dan ditampung, barulah air ini dialirkan ke jamban dan sebagainya untuk digunakan sebagai minum, memasak, wudhu, mandi, mencuci, dan lain sebagainya.

Penampungan Air Bersih di Kampung Naga

Sistem pengelolaan air di Kampung Naga Sumber : Sri Handayani, 2009

44


Sumber dan Pengelolaan Air Kotor

Sumber: Huda, 2022.

Pada zona B air kotor berasal dari kegiatan sehari-hari masyarakat Kampung Naga yang dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: Air kotor rumah tangga yang merupakan sisa makanan atau air bekas mencuci piring dan mencuci pakaian. Air buangan MCK yang merupakan air kotor yang dihasilkan dari jamban baik itu bekas mandi, buang air, dan air bekas mencuci di pancuran. Air dari atap atau air hujan. Pengelolaan air kotor kegiatan sehari-hari ini disesuaikan dengan prinsip masyarakat Kampung Naga yaitu “segala sesuatu yang telah diambil dengan baik dari alam harus dikembalikan kembali dengan baik juga ke alam” prinsip hidup ini menghasilkan keseimbangan yang terjadi antara alam dengan manusia. 45


Sistem Pengaliran Air Hujan Pada zona B yang didominasi oleh rumah warga ini, air hujan yang berasal dari atap langsung disalurkan ke jalan setapak yang berada diantara rumah. Penyaluran air hujan ini dilakukan dengan dua cara, dengan menggunakan talang dan tanpa talang. Untuk pengaliran tanpa talang, air hujan dibiarkan langsung jatuh ke tanah atau jalan setapak dan mengalir secara alami mengikuti kontur. Sedangkan pengaliran air hujan dengan talang ini digunakan pada rumah warga yang memiliki atap saling menempel. Oleh karena itu air hujan akan ditampung di talang dan kemudian disalurkan ke jalan setapak menggunakan pipa.

Sistem Penyaluran Air Hujan Sumber : https://123dok.com/

Dalam kondisi pada zona B yang berada di tanah berkontur, maka digunakan dinding penahan tanah untuk menghindari terjadinya longsor akibat aliran air hujan. Dinding penahan tanah ini dibuat secara manual menggunakan batu kali yang didapat dari Sungan Ciwulan dan disusun secara rapi secara vertikal.

(a) Dinding Penahan Tanah; (b) Jalan Setapak Diantara Rumah 46


Pola Kontur Kawasan Zona B Kawasan zona B Kampung Naga memiliki pola permukiman dan kontur seperti pada gambar di samping dengan perbedaan ketinggian akibat letak perkampungan yang berada di antara Sungai Ciwulan di bagian timur dan Lembah dari arah barat perkampungan.

Gambar : Peta Pola Kawasan Kampung Naga Zona B Sumber : Dokumen Pribadi Tim Observasi Jurusan Arsitektur, Universitas Pancasila

Perbedaan kontur pada kawasan zona B memiliki titik elevasi terendah pada bagian timur, dengan kenaikan 1 m memasuki kawasan permukiman ke arah barat. Pada kawasan permukiman zona B sendiri terdapat empat level ketinggian berbeda yang menjadi ciri khas dari Kampung Naga dengan perbedaan elevasi rata rata kurang lebih sebesar 1.7 m hingga 3.7 m. 47

Gambar : Peta Pola Kontur Kawasan Kampung Naga Zona B Sumber : Dokumen Pribadi Tim Observasi Jurusan Arsitektur, Universitas Pancasila


Utilitas Air Bersih Zona B Sumber air bersih pada kawasan zona B kampung naga antara lain : Air Sungai Ciwulan berasal dari Gunung Cikuray, Sumber air bersih dari mata air, berasal dari dalam tanah dan Air nyusu (air cigahuripan) bersumber dari serapan akar pepohonan yang terdapat di tebing-tebing sekitar perkampungan.

Sedangkan untuk kebutuhan air bersih pada kawasan zona B Kampung Naga terdiri dari dua macam, yaitu untuk kebutuhan MCK dan memasak. Sumber air bersih utama adalah air dari Sungai Ciwulan, namun pada saat musim hujan air yang digunakan adalah air yang bersumber dari mata air. Untuk kebutuhan memasak dan minum digunakan air nyusu yang diambil secara langsung oleh kaum perempuan di pancuran yang terletak di Area Luar dan kemudian disimpan di dapur secara manual menggunakan alat bantu berupa ember. Semua masyarakat pada Kampung Naga menggunakan air nyusu untuk kebutuhan masak dan minum.

Gambar : Ilustrasi dari pengelolaan air kotor zona B di Kampung Naga Sumber : Shierley (2014), Pengelolaan dan pemanfaatan elemen air pada di Kampung Naga

48


Utilitas Air Kotor Zona B Sumber air kotor pada kawasan zona B di Kampung Naga berupa air bekas mencuci, baik cucian piring, alat dapur, maupun pakaian. Air buangan MCK berasal dari jamban air bekas mandi. Dari hasil observasi bahwa semua air kotor di zona B dibuang ke dalam empang sebelum menuju ke Sungai Ciwulan. Gambar kondisi jamban zona B di Kampung Naga Sumber : data pribadi

Proses pengelolaan air kotor pada kawasan zona B Kampung Naga yaitu air limbah bekas mencuci, mandi dan limbah padat dibuang ke empang, untuk limbah padat dimanfaatkan untuk makanan ikan dan sisanya mengendap ke dasar empang lalu menjadi lumpur. Sedangkan limbah bekas cucian dan mandi diserap oleh tanaman air yang ditanam didalam empang seperti tanaman enceng gondok dan teratai. Kemudian air kotor tersebut di saring menggunakan alat bantu yang disebut dudu dari bambu, kemudian disalurkan menggunakan pipa paralon ke empang berikutnya. Setelah disaring dari empang masuk ke persawahan dan mengalir menuju ke Sungai Ciwulan. Berikut adalah gambar ilustrasi dari pengelolaan air kotor.

Gambar : Ilustrasi dari pengelolaan air kotor zona B di Kampung Naga Sumber : Shierley (2014), Pengelolaan dan pemanfaatan elemen air pada di Kampung Naga

49


Pola Sirkulasi

Gambar pola sirkulasi pada zona B Sumber : Syavana Fairuzahira (2020), elemen pembentuk permukiman tradisional Kampung Naga

Pola sirkulasi pada kawasan zona B Kampung Naga yaitu berbentuk linear mengikuti pola perumahan agar rumah saling berhadapan. Menurut filosofi di Kampung Naga tujuan dari perumahan yang saling berhadapan yaitu untuk memudahkan mereka ketika ada keadaan tetangganya yang sedang kekurangan. hal tersebut merupakan kearifan lokal masyarakat setempat Kampung Naga. Untuk sirkulasi pada Kampung Naga pada umumnya terdapat jalur pedestrian dengan material batu dan sebagian kecilnya masih tanah. Penggunaan material batu pada kawasan Kampung Naga bertujuan untuk menghindari genangan air dan permukaan tanah yang licin.

Gambar posisi rumah saling berhadapan Sumber Analisis sirkulasi pada zona B

50


51


Bangunan Bentuk bangunan pada zona b dapat dikatakan seragam dengan zona lainnya. Hal ini dikarenakan bangunan dari Kampung Naga masih memegang budaya dan adat leluhur, termasuk kedapada arsitektur bangunan. Ciri khas yang terlihat pada bangunan Kampung Naga ini yaitu adalah penggunan material. Material yang dipakai hampir semuanya berasal dari hasil alam. Struktur atap merupakan ciri khas yang paling terlihat, karena menggunakan bahan ijuk.

52


Struktur Bangunan Struktur atap menggunakan material bambu dan juga ijuk yang ditumpuk sehingga menjadi rapat. Selain itu, struktur yang menggunakan material ini diklaim dapat bertahan sampai 50 tahun ke depan. Hal ini dikarenakan struktur yang dibuat secara rapat dan juga tebal. Material yang dipakai juga menggunakan material alam yang baik dari segi ketahanan dan juga fungsi.

53


Selanjutnya adalah bagian material pada badan bangunan, pada dinding menggunakan anyaman bambu bernama anyam kepang. Anyaman ini menjadi ciri khas juga terhadap bangunan di Kampung Naga. Material ini dalam pembuatannya dibantu oleh warga kampung, yang menjadikan bangunan ini kental akan adat dan budaya. Tidak hanya dinding, dari pintu hingga jendela menggunakan bahan kayu dan bambu. Motif anyaman kepang digunakan untuk daerah ruang keluarga, hal ini karena tingkat kerapatannya lebih tinggi. Hal ini berguna sebagai fungsi dan zona privasi dari rumah itu sendiri.

54


Struktur bawah bangunan di Kampung Naga terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan terbawah diisi oleh tumpukan batu kali yang biasa disebut tatapakan, tatapakan berfungsi untuk meratakan dan menahan tanah agar tidak terjadi longsor. Pondasi yang digunakan bangunan rumah tinggal Kampung Naga adalah pondasi umpak dengan material batu papas yang dipasang berdiri secara vertikal berukuran cukup besar, batu tersebut dipahat sesuai ukurannya. Kolong Imah merupakan ruang antara permukaan tanah dengan Palupuh (lantai rumah). Tingginya sekitar 60 cm. Bagian ini biasanya difungsikan sebagai tempat penyimpanan kayu/bahan pembuat rumah, kayu bakar, alat-alat pertanian, dan kandang ternak unggas (ayam dan itik).

55


Palupuh (lantai). Lantai bangunan rumah berupa papan kayu atau palupuh (belahan bambu yang disusun untuk lantai). Di sinilah warga Kampung Naga melakukan berbagai aktivitas sehari-hari di rumah. Kondisi lantai yang berbahan papan kayu dan atau palupuh menjadikan lantai tidak dingin karena tidak bersentuhan dengan tanah di mana bangunan itu berdiri. Lalangit/Para. Pada bagian dalam rumah, di atas lantai di bawah atap, dipasang langitlangit berbahan anyaman bambu yang dicat dengan kapur sehingga warnanya putih, sama dengan dinding bangunan. Ruang yang dibatasi oleh lalangit (langit-langit) dan atap itulah yang disebut Para. Keberadaan Para tidak difungsikan secara maksimal, keberadaannya berfungsi sebagai pelindung kedua setelah atap dari hujan dan panas.

56


57


Zona Studi C

C

58


Peta Area Observasi

C IN

A

OUT

D

B

M CK U N

O

E

S

Zona C merupakan area sisi timur laut dari kampung naga, pola pemukiman zona C memiliki pola linier dengan sebuah lahan kosong (lapangan) di selatan zona. Persebaran serta ukuran rumah tidak didasari oleh status sosial, umur dan pangkat namun sesuai dengan pemberian dari leluhur. Jaringan perhubungan lokasi permukiman pada zona melalui jalan setapak, dimana jarak antar muka bangunan memiliki luas 2,5 meter yang sebagian luas digunakan untuk lebar jalan. selain difungsikan sebagai jalan untuk warga, juga difungsikan sebagai darinase untuk aliran air hujan menuju sungai. kondisi tapak pada zona c memiliki kontur dengan area yang meninggi dari timur ke barat,area timur lebih rendah dari area barat. Sehingga setiap rumah mendapatkan cahaya matahari pagi. Aktivitas permukiman dan peruntukan ruang di area C Kampung Naga terbagi menjadi 2 (dua) kawasan, yaitu: 1. Kawasan Bersih 2. Kawasan Kotor 59


: Area Bersih : Area Kotor : Batas Zona C U N

O

Peta kawasan bersih dan kotor zona C

E

S

Kawasan Bersih Terdapat area luar dan area dalam yang dibatasi oleh pagar bambu, area dalam merupakan area bersih yang digunakan sebagai area pemukiman, area adat, halaman balai kampung dan area komersil.

Gambar pagar bambu Sumber gambar : M. Jamil, 2022

Kawasan Kotor Area kotor yang digunakan sebagai area untuk aktivitas kotor seperti berternak, bertani, pembuangan sampah dan MCK (jamban).

Pertanian, Perternakan & Pembuangan

MCK

Keterangan : : Area Adat : Area Komersil :Area Halaman Balai Kampung : Area Pemukiman

60


Sistem Utilitas Pembuangan sampah Setiap rumah memiliki minimal 1 tempat sampah dan tempat sampah di sepanjang jalan diletakan setiap jarak 2 meter. Terdapat tempat pembuangan sampah akhir ada 3 (pembakaran) yang terletak di luar kampung, yaitu: - Barang pecah belah - Barang yang dibakar - Bakar yang dikubur Pembuangan Limbah Bagian jalan setapak depan rumah, selain difungsikan sebagai jalan untuk warga juga difungsikan sebagai drainase untuk aliran air hujan ke arah sungai. Limbah rumah tangga seperti bekas cuci piring dan cuci baju juga mengalir menuju pembuang akhir yaitu ke sungai. Air Bersih Air bersih berasal dari dua sumber dari mata air di sebelah Selatan kampung digunakan hanya untuk minum dan memasak serta sungai Ciwulan dimana air permukaan yang melewati sawah masuk ke bak-bak penyaringan untuk dialirkan ke bak air wudhu dan jamban. 61


Area Sentral (Area Pusat) Merupakan bagian yang tidak bisa digunakan untuk membangun sebuah bangunan. Area sentral yang ditandai dengan lingkaran kuning pada gambar diatas, hanya digunakan untuk acara-acara tertentu seperti sunatan masal yang diadakan di Kampung Naga dengan mendirikan "Ubruk" (panggung kecil). Keterangan : : Area Sentral

Area Adat

: Area Adat

C IN

A

OUT

D

B

MCK

U N

O

E

S

Area adat merupakan area yang di sakralkan oleh penduduk di Kampung Naga. Terdapat 3 titik area adat di Kampung Naga yang berada di zona C yaitu 2 Lumbung Padi Umum (Leuit). Area adat ini tidak boleh menjadi objek foto dan hanya bisa digunakan pada hari-hari tertentu oleh Lembaga Adat Kampung Naga. 62


63


Bangunan Observasi yang dilakukan di Kampung Naga, Tasikmalaya berfokus pada bangunan rumah adat yang disebut rumah Suhunan yang berada di area Zona C. Pada zona tersebut didominasi oleh rumah tinggal penduduk yang terletak berdampingan. Pada setiap bangunan berorientasi menghadap arah Utara dan Selatan yang dilatar belakangi kepercayaan leluhur agar rumah saling berhadapan dan menjunjung nilai kekeluargaan antar penduduk. Hal tersebut juga didukung dengan kepercayaan bahwa angin dari arah Barat membawa sumber penyakit, serta agar rumah tidak berorientasi menghadap kiblat. Rumah tinggal di Kampung Naga memiliki bentuk serta model yang sama, pembeda dari rumah-rumah tersebut yaitu dari ukuran bangunan rumah yang pada umumnya dengan ukuran 5 x6 meter atau 7 x 8 meter. Kepercayaan pada desa tersebut bahwa rumah tinggal tidak boleh lebih besar dari masjid desa dan menyesuaikan dengan kebutuhan. Hidup yang dilaksanakan pun dengan menganut kesederhanaan yang menyatu dengan alam.

Bangunan rumah tinggal pada kawasan C ini tidak jauh berbeda dengan kawasan lain seperti a, b dan d, dimana terdiri dari beberapa ruangan yaitu Ruang Tamu, Ruang Tidur, dan Ruang Dapur. Untuk kamar mandi memiliki tempat sendiri di luar bangunan ini. AREA ZONA C

64


Anyaman Kepang

Tampak Samping Kanan

Denah

Anyaman Sasak

Tampak Depan Ruang Tidur merupakan ruang yang berfungsi sebagai tempat tidur. Biasanya ruang ini dipakai hanya oleh orang tua, namun jika ada tamu yang menginap, maka ruangan ini akan dipakai sebagai tempat tidur satu keluarga. Ruang Tamu Ruang ini berfungsi sebagai tempat menjamuh tamu sekaligus untuk tempat berkumpulnya keluarga. Selain itu, ruangan ini biasanya digunakan untuk tempat tidur anak saat malam hari, jikalau tidak ada tamu. Ruang ini terletak pada sisi kanan bangunan Rumah Tinggal. 65

Ruang Dapur merupakan ruang yang berfungsi sebagai tempat memasak dan menyimpan alat masak. Ruangan ini terletak pada bagian depan bangunan dengan tujuan untuk mengetahui siapa yang sedang memasak dan juga untuk keluar masuk area service mudah. Teras Area ini merupakan ruang luar yang berada di depan rumah. Berfungsi sebagai tempat untuk bercengkarama antar tetangga atau sekedar menikmati udara luar


LUMBUNG

KAMAR TIDUR RUANG TENGAH DAPUR

TERAS

LUMBUNG

Menurut skema, jalur yang ada menyebabkan terjadinya keadaan yang pergerakannya padat dan tidak. Ruang bangunan memperoleh pola skema yang selaras. Karena area Lamin Bantong merupakan area terbesar dan area Lamin Dalon lebih kecil. Maka area Lamin Bantong bersifat semi privat dan area Lamin Dalon adalah area privat. KAMAR TIDUR

Teras RUANG TENGAH

DAPUR

TERAS

Bangunan rumah adat Kampung Naga ini terbagi menjadi 4 ruang utama yaitu lumbung, kamar tidur, dapur, dan teras. Ruang tengah dengan fungsi dan peruntukan yang berbeda.

Ruang ini masuk ke dalam area semi publik. Ruang Tengah Ruang ini masuk ke dalam area privat. Kamar Tidur Ruang ini masuk ke dalam area publik. Dapur Ruang ini masuk ke dalam area Servis. Lumbung Ruang ini masuk ke dalam area Servis. 66


Loteng

Dapur

Interior Terdapat cahaya alami yang masuk melalui lubang kecil pada atap bangunan. Penggunaan lampu petromax yang Menjadi sumber cahaya buatan di malam hari pada tempat tinggal tersebut. Pada bangunan tersebut, terdapat loteng yang merupakan tempat untuk dijadikan gudang alternatif.

67


Struktur Bangunan Lantai Lantai menggunakan kayu tetapi ada juga yang menggunakan talupu (biasanya digunakan untuk dapur dan teras). Atap Penutup atap menggunakan daun ijuk yang dikeringkan, sedangkan untuk kuda-kuda atap menggunakan bambu, tetapi untuk beberapa rumah sudah ada yang menggunakan balok kayu yang terbuat dari kayu manglid. Dibagian atas atap terdapat tanduk yang melambangkan "V" yang berati perdamaian. Pondasi Pondasi menggunakan material kayu manglin dan batu kali. Pondasi yang digunakan pondasi umpak dengan bentuk trapesium.

Dinding Dinding menggunakan kayu, dan anyaman bambu (sasak dan kepang).

68


Kenyamanan Fisik Orang Suhu Pemakaian bahan bangunan pada rumah di kampung naga seperti kayu, bambu, dan penutup ijuk. Bahan ini memungkinkan pergantian udara ke dalam rumah melalui atap. Selain kedap air, atap ijuk juga menjaga kehangatan rumah saat malam hari dan membuat suhu udara dalam rumah cenderung sejuk pada siang hari, kisaran suhu didalam rumah 27°C

Ijuk

Dinding Sasag pada Area Dapur

RUANG TENGAH

Kayu

Bambu

Dinding Anyam Kepang

DAPUR

Udara Material dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang membentuk corak anyaman horizontal kecil, adanya perbedaan pola anyam pada dinding bagian dapur dan dinding lainnya. Celah-celah anyaman sasag dimaksudkan untuk memasukkan udara dan membuang asap dari dapur. Pergerakan udara pada dapur menerus lewat dinding sasag. Asap dari pembakaran kayu dari area dapur akan bergeser naik ke arah atap ruang dapur yang tidak memakai plafon. Pergantian udara juga mengalir memalui bukaan yang ada di depan dan belakang rumah. 69


Kenyaman Fisik Ruang Cahaya Selain dari jendela dan lubang kecil di dinding sasag, cahaya juga didapat dari cerobong cahaya, yang terdapat di ruang tamu dan dapur, sehingga walaupun penempatan rumah menumpuk, cahaya masih tetap dapat masuk. Namun pada beberapa rumah, cerobong asap ini tidak menyebarkan cahaya, atau penerangan alami secara merata. Kebisingan Karena material dinding adat rumah ini tidak dimaksudkan untuk menahan kebisingan dari antar ruang dalam bangunan dan luar bangunan, sehingga berkurangnya ruang privasi untuk aktivitas khusus yang membutuhkan konsentrasi tinggi karena sumber suara yang ditimbulkan dari dalam dalam dan luar rumah tetap dapat menimbulkan kebisingan walaupun tidak secara terus menerus. 70


71


Zona Studi D

D

72


Kawasan Pola Ruang Permukiman Pada kawasan Zona D merupakan zona Kawasan Bersih yaitu tempat permukiman Masyarakat Kampung Naga. Namun, secara keseluruhan Kawasan Kampung Naga terbagi dalam tiga kategorisasi kawasan. Zonasi Fungsi Zona D merupakan zona yang berfungsi sebagai hunian. Kawasan hunian merupakan yang diperuntukan untuk melakukan kegiatan sehari-hari bagi mas yarakat Kampung Naga. Hunian tersebut berada di dalam area 1.5 hektar yang mer upakan tanah adat. Area dengan luas 1.5 hektar ini merupakan luas yang sudah ditetapkan oleh leluhur sebagai kawasan yang digunakan untuk membangun rumah masyarakat dengan batas hingga menca pai sungai Ciwulan

73


Orientasi Ruang Tradisional Secara umum Orientasi Ruang pada Kawasan Kampung Naga menghadap Utara dan Selatan, termasuk pada kawasan D. Hal ini dikarenakan ruang aktivitas terletak di depan (Ruang Tamu & Dapur) dan ruang istirahat terletak di belakang (Kamar). Sehingga antara rumah saling berhadapan. Rumah pada kawasan D berada di kontur tertinggi dengan orientasi di arah Utara perkampungan yang menunjukan hierarki dengan filosofi panempatan luhur - handap. Konsep luhur-handap adalah sebagai acuan penataan wadah fisik, luhur-handap merupa kan salah satu ciri konsep orientasi pada patempatan, ialah keyakinan bahwa di luhur (di atas) dinilai lebih tinggi nilainya.

74


Kearifan Lokal Tata Air Sumber air di Kampung Naga berasal dari dua sumber, yaitu dari Sungai Ciwulan dan mata air. Melihat kawasan D terletak pada kontur tertinggi, maka dibuat lah parit-parit kecil yang digunakan sebagai jalan air yang mengalir dari daratan yang lebih tinggi ke daratan yang lebih rendah. Parit dibangun agar wilayah perkamupungan tidak mudah tergenang air apabila musim penghujan datang, sehingga air pun dapat mudah mengalir turun ke balong (kolam) hingga ke Sungai Ciwulan tanpa membanjiri kawasan Kampung Naga. Pengelolaan Sampah Masyarakat Kampung Naga mampu untuk meman faatkan sampah yang tidak berguna baik dari sampah basah (organic) maupun sampah kering (anorganik) rumah tangga. Sampah-sampah di kawasan D dikumpulkan dari tempat sampah yang terbuat dari bambu yang dile takan di dekat rumah dan tempat-tempat strategis di sepanjang jalan. Setelah tempat sampah tersebut penuh, sampah diangkat menuju ke tempat pemba karan sampah yang telah tersedia. Masyarakat tidak diperkenankan untuk mengotori kawasan D, karena kawasan D termasuk ke bagian kawasan bersih. 75


Budaya Budaya di kampung naga merupakan sebuah tuntutan dan gaya hidup kampung naga. Di mana pola hidup bersama alam. Habluminannas dan Habluminallah merupakan istilah hidup berdampingan dengan manusia, hubungan antar manusia dengan Tuhan dan Alam. Sehingga sangat menjaga alam sekitar untuk melindungi kampung naga dari bencana alam, seperti tidak memotong atau menebang hutan sekitar kampung naga. Pada setiap rumah digantungkan daun sawen tepatnya pada pintu dapur, hal tersebut dimaksud untuk mengusir bala yang diganti setiap bulan muharram. Dinding bagian dapur dapat dilihat seperti gambar disamping yang memiliki ventilasi untuk memudahkan udara yang masuk dan keluar, selain itu juga berguna untuk melihat adanya potensi terjadinya kebakaran di daerah dapur. Denah rumah tinggal di Kampung Naga pada umumnya dibagi menjadi 4 sekat, dimana terdapat ruang keluarga, ruang tidur, dapur, dan juga lumbung padi. 76


Photo Google Earth

Photo Hasil Tracing

Berikut adalah figure and ground dengan kondisi topografi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Kampung Naga tepatnya pada Kawasan D.

77


Potongan Kawasan

Berikut adalah potongan kawasan dengan analisis kontur seperti yang sudah tertera di gambar.

78


Bangunan Bangunan di Kampung Naga (Zona D) memiliki ukuran bangunan yang mayoritas lebih besar dibanding zona lainnya, yaitu sekitar 7,5 x 9 meter. Bangunan-bangunan tersebut juga memiliki filosofi yaitu orientasi bangunan menghadap ke arah utara dan juga selatan saling berhadapan dimana ruang tamu dan dapur berada di depan sehingga ketika berjalan di lorong dapat terlihat siapa yang sedang memasak dan juga yang tidak memasak. Hal ini juga sebagai sarana yang mempermudah sosialisasi antar tetangga. Bangunan di Kampung Naga (Zona D) memiliki ukuran bangunan yang mayoritas lebih besar dibanding zona lainnya, yaitu sekitar 7,5 x 9 meter. Bangunan-bangunan tersebut juga memiliki filosofi yaitu orientasi bangunan menghadap ke arah utara dan juga selatan saling berhadapan dimana ruang tamu dan dapur berada di depan sehingga ketika berjalan di lorong dapat terlihat siapa yang sedang memasak dan juga yang tidak memasak. Hal Ini juga sebagai sarana yang mempermudah sosialisasi antar tetangga. 79


Struktur dan Material Material yang digunakan menggunakan material alami. Apabila warga kampung naga ingin merenovasi rumah, harus menyiapkan waktu untuk menyiapkan bahan material karena seperti kayu harus dijemur atau direndam di kolam ikan supaya kuat dan bersih dari hama (waktu yang dibutuhkan paling tidak 1 tahun). Atas/ Kepala Menggunakan struktur atap pelana dan konstruksi kayu Albasiah. Material yang digunakan, diantaranya yaitu : Penutup atap menggunakan dua macam material, yaitu ijuk yang berasal dari pohon aren sebagai penutup atap dan daun tepus yang diletakan pada bagian ujung atap. Reng atap menggunakan bambu tali dan bambu surat Balok menggunakan kayu Albasiah Bilik pada bagian sopi-sopi atap mengguna kan bambu tali Lisplang menggunakan material papan kayu, sebagai jalur air Terdapat Tanduk pada bagian atap sebagai ornamen bangunan yang terbuat dari kayu 80


Plafon menggunakan anyaman bambu tali yang diberi kapur, dengan ketinggian sekitar 230 cm, bagian dapur tidak menggunakan plafon, gunanya supaya bisa untuk meletakan barang. Kekuatan material pada atap bertahan selama 25 - 35 tahun sebelum di renovasi. Tengah/Badan Struktur rumah menggunakan struktur rumah panggung dengan konstruksi kayu sebagai balok & kolom dan batu sebagai pondasi. pada Dinding bangunan menggunakan anyaman bambu tali yang dilapisi dengan kapur berwarna putih agar material tahan lama dan tidak mudah lapuk. Sedangkan untuk dinding pada bagian dapur menggunakan bilik Sasag yang menggunakan material bambu dan dibuat lebih berongga sebagai ventilasi udara.

Kolom pada bangunan menggunakan kayu memiliki bentangan sepanjang 1,5 hingga 3 meter, menyesuaikan ukuran rumah. Terdapat kayu Cemped dengan ukuran yang cukup pipih dan panjang, yang diletakkan pada balok dan kolom sebagai balok pendukung untuk memperkuat konstruksi bangunan. pada Pintu memiliki dua jenis pintu yaitu pintu ruang tamu yang menggunakan kusen dan daun pintu dari kayu Manglin, serta pintu dapur menggunakan kayu dan anyaman bambu sebagai ventilasi untuk sirkulasi udara. dan jendela menggunakan kusen dari kayu manglin dan kaca.

81


Pondasi/Kaki Kampung naga menggunakan bebatuan untuk menahan tanah longsor khususnya pada Zona D yang memiliki kontur yang berundak. Pondasi pada zona D menggunakan material batu papas yang dipahat dan dibentuk persegi, pondasi memiliki ketinggian 60 - 70 cm diatas permukaan tanah agar rumah dapat lebih terlindungi dari banjir, selain itu bagian bawah/kolong bangunan dapat dimanfaatkan sebagai kandang ayam, menyimpan kayu bakar dan menghindari adanya rayap yang naik ke bagian tengah bangunan.

82


Proses Renovasi Bangunan Proses pembangunan atau renovasi rumah dilakukan secara bergotong royong dan tuan rumah perlu menyiapkan makanan atau jamuan untuk pekerja. Proses renovasi atau pembangunan rumah biasanya memakan waktu 2 minggu hingga 120 hari. Material bangunan disiapkan secara mandiri oleh warga yang ingin membangun atau merenovasi. Warga perlu mempersiapkan dari jauh-jauh hari untuk mempersiapkan material, seperti merendam dan menjemur kayu untuk menghindari hama dan memperkuat kayu yang akan dipakai. Material yang digunakan diambil dari kebun masing-masing tanpa merusak hutan atau sumber daya alam sekitar kampung naga

83


Utilitas Untuk pembuangan sampah di Kampung Naga dikumpulkan di pembuangan sampah dekat kali kemudian dibakar. Sumber daya mata air dari sungai Ciwulan dan minum dari sumber mata air. Toilet atau WC dilarang diletakan di dalam rumah, sehingga toilet dibuat di luar rumah yang biasa disebut jamban. Pencahayaan pada pagi sampe siang menggunakan alami dari matahari, dan sore sampai malam menggunakan lampu petromak.

84


Sketsa Bangunan

85


Interior Bangunan

Dapur

86


87


3

Bagian 3. Epilog

88


89


Perjalanan Kuliah Observasi dan Kajian Arsitektur (KOKA) 2021/2022 di Kampung Naga telah dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan yang menghasilkan suatu laporan kajian penelitian berupa buku. Penelitian ini berfokus pada Arsitektur Tradisional Indonesia khususnya di Kampung Naga sehingga selama proses observasi telah banyak memberikan pengalaman yang menambah wawasan serta pengetahuan yang berharga bagi para Mahasiswa. Bukan hanya tentang pengetahuan akademik, namun juga sebagai sarana untuk memahami lingkungan dan orang lain di sekitar. Mahasiswa dapat mengetahui bahwa di Indonesia khususnya Tasikmalaya ternyata masih terdapat kampung yang memiliki nilai adat tradisionalnya dengan kearifan lokal pada pola tatanan kawasan dan ruang arsitektur. Kampung naga yang masih terjaga adat dan tradisinya tersebut membuat pengunjung merasa pentingnya keragaman budaya agar kami tidak kehilangan kesadaran terhadap identitas yang dimiliki, dapat lebih toleran, berempati, dan cinta terhadap budaya sendiri. Tim Editor KOKA 2021/2022 90


91


Daftar Pustaka Ismanto. Al-Tsaqafa: Jurnal Ilmiah Peradaban Islam Vol. 17 No. 2. 2020 (Tinjauan Aspek-Aspek Kampung Naga). Serpong: STAI Fatahillah. Nia, dkk. Magelaran: Jurnal Pendidikan Seni, Vol 1 (Kebudayaan Masyarakat Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya). 2018. Tasikmalaya: UMT. Tim KKL Arsitektur UNNES 2018. Ekskursi Arsitektur Nusantara: Kampung Naga (Laporan Kuliah Kerja Lapangan). 2018. Semarang: FT UNNES. Reski dan Septi. CREATEVITAS Vol. 3, No. 1: Buku Etnofotografi Kampung Naga Tasikmalaya. 2014. Jawa Timur: UPNVJT. Sutriana, Doni. Keunikan Kampung Naga di Tasikmalaya. 2015. Kompasiana. Online di: https://www.kompasiana.com/donis_3/54f91e20a333116e068b4674/keu nikan-kampung-naga-di-tasikmalaya; Diakses pada 10 Februari 2021. Tri, dkk. Penetapan Kawasan Adat Kampung Naga sebagai Area Preservasi atau Isolasi dalam Upaya Menjaga Keberlanjutan Arsitektur Tradisional. 2015. Jakarta: UMJ.

92








KULIAH OBSERVASI DAN KAJIAN ARSITEKTUR 2021/2022 Kampung Naga, Tasikmalaya 2022©


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.