Pasar apung muara kuin

Page 1

MUARA KUIN PASAR APUNG MELAWAN JAMAN

PHOTO BY MOCH. ANSHORI @777aan





“Pusat Saujana kota Banjaramasin�. Begitu kalimat yang ditemukan di Wikipedia tentang pasar terapung di Muara Kuin, Sungai Barito, Kalimantan Selatan ini. Dengan menyewa perahu Kelotok, perlu waktu 30 menit dari dermaga anak sungai Barito seberang jalan Masjid bersejarah Sultan Suriansyah, Kuin Utara, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, menuju ke sungai Barito, dan 20 menit dari muara anak sungai menuju ke Pasar Apung. Tiba di lokasi tepat pada pukul 05.30 WITA, namun suasana masih belum begitu ramai, namun nuansa pasarnya sudah mulai terasa. Beberapa orang bertransaksi dari perahu ke perahu. Orang-orang menyebut perahu ini dengan nama Jukung. Barang dagangannya pun beraneka ragam, dari mulai buah-buahan, sayur mayur, mainan anak-anak, keperluan rumah tangga sampai dengan makanan minuman dan gorengan hangat tersaji mengundang selera. Begitu alami, begitu sederhana. Bahkan dalam transaksi jual beli masih ada transaksi secara barter antar para pedagang berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk.



Pasar Apung Muara Kuin sendiri berada di tepi Sungai Barito, tepatnya berada di dua kelurahaan yakni Kelurahan Kuin Utara meliputi Muara Kuin dan Sungai Kuin. Selanjutnya, di kawasan Kelurahan Alalak Selatan, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Kini, pasar ini menjadi salah objek wisata yang ditawarkan Pemkot Banjarmasin. Hal ini dikarenakan, karakteristik pasar yang berada di atas sungai dengan para pedagang yang kebanyakan berjualan sembako dan sayur mayur.




Pasar yang transaksinya berlangsung di atas berpuluh-puluh perahu berbagai jenis ini lahir secara alamiah. Kondisi alam Banjar yang dikenal mempunyai banyak sungai besar dan kecil ini memang waktu itu transportasi yang paling memungkinkan adalah perahu dan sungai sebagai prasarananya. Sehingga barang dagangan berupa hasil bumi dan kebun yang dibawa penduduk dari arah hulu sangat mudah dibawa dengan menggunakan perahu. Demikian pula para pedagang di muara Sungai Kuin yang menjual barang-barang seperti kain, barang pecah belah, tembakau dan lain sebagainya yang diperoleh dari pedagang dari Jawa, Makassar, maupun beberapa pelabuhan di Sumatera, untuk bisa cepat dan mudah mendapat pembeli juga menggelar dagangannya dengan perahu di sungai.




Pasar di muara Sungai Kuin bertambah hidup dan ramai ketika lahir Kerajaan Banjar pada tahun 1526. Pasar di atas perahu yang kemudian termasuk dalam kawasan pusat Kerajaan Banjar termasuk salah satu aset sebuah ibukota kerajaan, di samping sebuah istana menghadap lapangan atau pekarangan luas, serta sebuah masjid. Kini kita hanya ditinggali warisan berupa sebuah Masjid Sultan Suriansyah dan Pasar Terapung. Sementara keberadaan istana dan lapangan tersebut sudah tidak bisa ditemukan keberadaannya. Ketika pemerintah menetapkan sektor pariwisata sebagai aset untuk meningkatkan devisa negara, maka sejak tahun 1980-an Pasar Terapung ikut mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat untuk dijual kepada wisatawan baik domestik maupun wisatawan mancanegara. Dari percakapan dengan tukang perahu sewaan, pasar apung Muara Kuin ini mulai meredup. Semakin hari kian terasa sepi, seiring dengan kemajuan jaman dan banyaknya pasarpasar di darat, baik itu pasar yang tradisional maupun pasar modern. Dahulu transaksi di Pasar Apung ini adalah benar-benar transaksi antara penjual dan pembeli untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Pasar Apung, benar-benar terseok seok melawan jaman.
















Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.