INTERAKSI TOPENG BLANTEK
ASAL USUL TOPENG BLANTEK
Interaksi merupakan suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek. Ide efek dua arah penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dan hubungan satu arah pada sebab akibat. Kombinasi dan interaksi-interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang mengejutkan. Pertunjukan teater rakyat, terutama Topeng Blantek, melakukan interaksi kepada penonton merupakan tradisi yang biasa terjadi dalam pertunjukan Topeng Blantek. Interaksi terjadi yang dimaksud yaitu apabila Tokoh Jantuk dan pemain mengeluarkan dialog yang direspon oleh penonton secara spontanitas hingga menimbulkan topik yang baru, dan bahkan seorang pemusik bisa ikut berinteraksi kepada tokoh Jantuk dan pemain lainnya, apabila adegan tersebut mengundang dialog untuk berinteraksi. Dalam Topeng Blantek interaksi terjadi apabila ada sebab dan akibat, terjadisecara spontanitas, mengundang reaksi, bahkan menimbulkan pertanyaan kepadatokoh Jantuk dan pemain.
Topeng Blantek merupakan teater rakyat Betawi yang kini tidak dikenal masyarakat luas. Hanya sebagian masyarakat Betawi yang mengetahui teater rakyat Topeng Blantek. Banyak pula artikel dan pendapat yang berbeda tentang Topeng Blantek, bahkan berbeda pendapat tentang definisi dan sejarah singkat Topeng Blantek. Asal-usul nama kesenian ini berasal dari dua kata, yaitu Topeng dan Blantek. Istilah Topeng berasal dari bahasa Cina di zaman Dinasti Ming. Topeng asal kata dari To dan Peng. To artinya sandi dan Peng artinya wara. Maka Topeng itu bila dijabarkan berarti sandiwara. Sedangkan untuk kata Blantek ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari bunyibunyian musik yang mengiringinya. Yaitu satu rebana biang, dua rebana anak dan satu kecrek yang menghasilkan bunyi,‘blang-blang tek-tek’. Namun, karena lidah ingin enaknya saja dalam penyebutan, maka muncullah istilah Blantek. Pendapat lainnya mengatakan, asal nama Blantek berasal dari bahasa Inggris, yaitu blindtext yang berarti buta naskah.
CERITA TOPENG BLANTEK Cerita Topeng Blantek pada umumnya membawakan cerita legenda masyarakat Betawi. Tetapi pada saat ini ceritanya bisa apa saja yang penting terdapat unsur hiburan, lawakan, penerangan, dan pendidikan. Unsur-unsur cerita Topeng Blantek antara lain : Cerita yang dibawakan biasanya cerita rakyat Betawi, cerita legenda Betawi (misalnya : Pitung, Jampang Mayang Sari, si Jantuk, dan lain-lain). Cerita yang dibawakan cerita apa saja yang penting ada tokoh Jantuk yang menjadi dalang Topeng Blantek (bahkan cerita teater modern sudah sering dibawakan Topeng Blantek tetapi harus diadaptasi ulang ke dalam bentuk cerita rakyat Betawi). Cerita dan pertunjukan Topeng Blantek tidak memiliki naskah yang tertulis. Namun perkembangan Topeng Blantek zaman sekarang, cerita tersebut memiliki naskah yang tertulis dan naskah tersebut hanya bagian plot-plot sebagai alur cerita untuk para pemain, ada pula yang sudah menggunakan naskah tertulis dengan dialog yang rapih tetapi biasanya pemain Topeng Blantek tidak terbiasa untuk mengikuti dialog atau kata- kata yang tertulis di dalam naskah tersebut, mereka lebih terbiasa dengan improvisasi dari cerita foklor (cerita rakyat turun-temurun).
TUBUH TOPENG BLANTEK Agar
lebih terlihat jenaka dengan gerak-gerik gesturnya, maka seorang aktor harus menguasai olah tubuh untuk menjadi tokoh Jantuk. Namun sebelum mengenal metode olah tubuh, gerakan tersebut terjadi dengan sendirinya. Seorang aktor menguasai dengan sendirinya untuk menjadi tokoh Jantuk dengan penafsiran dan analisis. OIah tubuh sering kali dilatih pada saat sebelum latihan Topeng Blantek. Bukan hanya aktor teater modern atau teater barat saja yang melatih metode olah tubuh. Tetapi aktor para seniman teater tradisi juga mengenal olah tubuh semenjak Topeng Blantek menjadi sebuah pertunjukan yang ditonton. Karena pada mulanya seorang aktor pun harus memiliki tubuh yang sehat untuk bisa beraksi dalam pertunjukan. Gerakan tubuh dan gestur merupakan hal yang terpenting pada tokoh Jantuk yang hyper aktif dan energik, karena pada bagian tubuh tokoh Jantuklah yang mengeluarkan ekspresi yang kuat. Walau pada bagian wajah tokoh Jantuk yang ditutupi oleh topeng, namun tidak menutup kemungkinan bahwa tokoh Jantuk tidak memiliki ekspresi yang dikeluarkan topeng tokoh Jantuk yang dikenakan pada wajahnya. Disinilah tokoh Jantuk membuktikan bahwa tubuh bisa menjadi media ekspresi.
KELUAR MASUK PERAN TOPENG BLANTEK
PENGGARAPAN CERITA TOPENG BLANTEK
Keluar masuk peran bisa terjadi kapan saja pemain mau, apabila pada situasi tertentu pemain dapat menghidupkan cerita tersebut dengan metode keluar masuk peran. Misalnya ketika seorang tokoh Jantuk menggunakan Topengnya, maka tokoh Jantuk tersebut sedang berperan menjadi tokoh Jantuk, namun ketika tokoh Jantuk tidak menggunakan topengnya maka tokoh Jantuk sudah berperan sebagai tokoh lain, misalnya menjadi tokoh Bapak, atau tokoh yang terpenting dalam cerita tersebut. Karena topeng sebagai alat media ekspresi tokoh Jantuk, maka seorang tokohharus menjadi topeng tersebut. Properti bukan hanya sebagai alat benda yang mati yang digunakan sebatas kegunaan dan fungsinya, tetapi properti digunakan di dalam pertunjukan sebagai alat ekspresi dengan cara menjadi dan seperti benda tersebut. Maksudnya seorang aktor harus bisa menjadi dan seperti alat benda tersebut hingga dapat menjadi media ekspresi.
Pada mulanya plot pada penggarapan cerita Topeng Blantek digarap secara lisan. Plot ini bermula dari plot lisan atau hanya menjelaskan konsep dari mulut-kemulut. Kemudian seiring berkembangnya jaman, ada beberapa teater rakyat yang sudah menggunakan plot tertulis. Tetapi para seniman tradisional tidak mau mengenal naskah yang sudah tertulis dan ada dialognya. Apabila pemain diberikan naskah, maka naskah tersebut kurang efektif, bahkan hanya dilihat dan dipegang saja, naskah tersebut tidak akan dihapal dan dibaca dengan serius. Sebab jika terpaku dengan naskah tertulis, hal itu hanya membuat para pemain merasa dibatasi kreatifitasnya dan terkekang dalam berimprovisasi. Di dalam plot tersebut terdapat adegan atau bagian-bagian cerita yang di dalangi langsung oleh tokoh Jantuk. Bisa dikatakan, tokoh Jantuk yang memegang plot atau alur cerita seperti layaknya sutradara. Peran tokoh Jantuk sebagai pemimpin sebuah cerita adalah apabila ada pemain yang keluar plot, maka tokoh Jantuk lah yang mengingatkan para pemain untuk kembali ke dalam plot atau alur.
PANTUN TOPENG BLANTEK Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Namun dalam Topeng Blantek pantun bukan saja berfungsi sebagai syair dan sajak, tetapi sebagai bagian pertunjukan Topeng Blantek untuk menyindir lawan main dengan melempar pantun pada lawan main sebagai ciri khas tradisi Betawi yang memiliki bahasa pantun melayu Betawi pinggir. Jenis pantun yang diutarakan berupa : “berpantun” yaitu menyanyikan (membawakan) pantun bersambut sambutan, “memantuni” yaitu menyindir dengan pantun dan “memantunkan” mengarang (menyatakan) dalam bentuk pantun. Terkadang dalam memantunkan Panjak (pemain) bisa saja tidak nyambung dengan syair dan panjaknya untuk mengeluarkan efek lucu dan lawakan. Contoh pantun sebagai berikut : “Wayang golek pake baju item, kura kura pandai berenang. Eh luh udah jelek ngajak berantem, belum tentu luh pada menang. Berapa banyak daun senggugu, sisik melik indah menawan. Berapa banyak luh punya lagu, mati mendelik masih gua lawan”.
SPONTANITAS TOPENG BLANTEK
Spontanitas merupakan kejadian yang lahiriliah dan lumrah terhadap pertunjukan teater rakyat. Karena pertunjukan teater rakyat bermula dari sastra lisan, tanpa adanya naskah, seorang aktor harus berinprovisasi dengan kuat, untuk berdialog dengan lawan main. Seorang aktor pun harus memiliki wawasan yang luas sehingga bisa menjadi bahan improvisasi. Seorang aktor juga harus pintar, karena dalam berimprovisasi dibutuhkan kepintaran seorang aktor untuk mencari kata-kata dalam sebuah alur cerita hingga mengundang efek lucu. Banyak yang akan terjadi dalam spontanitas, seperti halnya spontanitas yang tidak sengaja terjadi dalam pertunjukan. Misalnya terjadi insiden seorang aktor terjatuh atau tergelincir di dalam adegan, seorang aktor pun harus berimprovisasi untuk membangun emosi. Spontanitas bisa terjadi atas ketidaksengajaan seorang aktor dalam bermain, bahkan bisa pula keluar alur cerita untuk membangun improvisasi seorang aktor dan kembali lagi ke dalam alur cerita. Improvisasi harus didukung lawan main yang mengawali improvisasi untuk mendapatkan dialog jual-beli atau respon seorang aktor yang menghasilkan dialog-dialog.
SETTING PANGGUNG TOPENG BLANTEK GAYA LAWAKAN TOPENG BLANTEK Gaya lelucon atau lawakan yang merupakan gaya permainan teater rakyat, menggunakan kata-kata kasar dan ejekan kekurangankekurangan fisik lawan main. Bahkan porsi lawakan sering berlebihan dan selalu mengikuti keinginan penonton. Gaya lawakan yang disebut farce (banyolan) adalah gaya permainan komedi yang berlebihan, kasar dan banyak menggunakan kelucuan yang mengutamakan gerak lahiriah. Gaya banyolan diperkuat dengan kelucuan dalam permainan kata (plesetan) kadangkala dengan sengaja mengucapkan kata yang keliru, untuk menimbulkan efek lucu. Dalam pertunjukan teater rakyat selalu terdapat tokoh yang menyelesaikan masalah konflik dalam cerita. Dalam wayang kita temukan tokoh Semar, Gareng, Petruk dan Bagong (wayang Jawa) atau tokoh Cepot dan Udel (wayang Sunda). Dan pada Topeng Blantek adalah tokoh Jantuk yang menyelesaikan masalah konflik dalam cerita. Tokoh tersebut menjadi sangat penting untuk menghidupkan pertunjukan, karena diinginkan oleh para penonton. Makin banyak penonton tertawa, makin tambah pula lawakan yang disuguhkan oleh pertunjukan tersebut.
Gaya setting panggung dalam pertunjukan Topeng Blantek antara lain : obor, sundung, panjak, tata pakaian, tata rias, tata musik, topeng, waktu dan tempat pertunjukan. Obor, Obor yang berfungsi sebagai pembatas ruang dan waktu, juga menandakan dekat atau jauhnya suatu jarak. Sundung, Ada tiga sundung yang berfungsi sebagai pembatas untuk masing-masing panjak dengan para penonton. Panjak, Panjak harus dapat berinteraksi dengan cara melemparkan banyolan atau sindiran kepada para tokoh pemeran cerita tersebut. Tata Pakaian, Pakaian yang digunakan merupakan kostum atau pakaian sehari-hari adat budaya Betawi sesuai dengan tokoh yang dimainkan. Tata Rias, Tata rias karakter keseharian, hanya dengan aksen yang minimalis pertunjukan Topeng Blantek dapat dimainkan dengan lancar. Tata Musik, Alat musik Topeng Blantek merupakan music campuran dari masyarakat Betawi yang heterogen. Topeng, Topeng pada Topeng Blantek adalah tokoh Jantuk, Bapang, Pentul dan Panji. Waktu Dan Tempat Pertunjukan, Topeng Blantek dapat dipertunjukkan kapan saja dan dimana saja (bisa di pentaskan, di arena terbuka, panggung persenium dan lainnya) sesuai kebutuhan pertunjukan.
STRUKTUR TOPENG BLANTEK
TOKOH JANTUK PADA TOPENG BLANTEK
Gaya Penyajian, merupakan gaya permainan yang disajikan dalam pertunjukan Topeng Blantek, biasanya menggunakan gaya lelucon. Gaya lelucon atau lawakan merupakan gaya permainan yang dilakukan hampier dalam setiap pertunjukan teater tradisional, terutama pada jenis teater rakyat. Bahkan porsi lawakan ini sering berlebihan dan mengikuti keinginan penonton. Struktur Penyajian, merupakan aliran atau lakon yang mempunyai struktur jelas. Inilah yang sering dinamakan struktur drama. Dalam pertunjukan Topeng Blantek terdapat struktur pertunjukan di dalamnya, agar pertunjukan tersebut berjalan sesuai dengan pakem-pakemnya. Struktur penyajian Topeng Blantek adalah sebagai berikut : Mengundang para penonton, dengan cara menampilkan musik, tari, nyanyian, dan pencak silat, kemudian setelah itu masuk pembukaan. Pembukaan, di awali dengan tokoh Jantuk sebagai narator cerita, kemudian setelah itu narator menceriitakan isi cerita. Isi cerita, dimainkan oleh panjak sesuai dengan cerita plot dengan menggunakan improvisasi dan spontanitas sampai akhir cerita. Penutup, diakhiri oleh tokoh Jantuk sebagai pembawa pesan cerita dan penutup pertunjukan.
Historis atau cerita tokoh Jantuk sendiri adalah cerita rakyat Betawi tentang kehidupan rumah tangga. Jantuk adalah nama seorang anak dan sepasang suami istri, tapi karena nama Jantuk terkenal di lingkungan masyarakat, bapak dan ibunya juga dipanggil Jantuk. Namun yang memainkan tokoh Jantuk sebenarnya adalah Bapak Jantuk. Sehingga nama Jantuk dikenal sebagai tokoh putra Betawi. Fisiologis, Tokoh Jantuk merupakan julukan putra Betawi yang memiliki jidat jenong, hidung pesek seperti Gareng dalam tokoh Wayang, tinggi pada umumnya orang dewasa, memakai celana pangsi bewarna hitam, menggunakan sarung yang diselendangi pada pundaknya, menggunakan senjata golok untuk bertani, dan suka menari. Sosiologis, Bapak Jantuk seorang petani, tidak berpendidikan, tinggal di Betawi pinggir. Bapak Jantuk juga sangat dikenal oleh lingkungannya, dengan lingkungannya Bapak Jantuk hidup rukun. Namun, terkadang Bapak Jantuk suka menyindir dan menyela orang-orang sekitarnya. Sindiran dan celaan itu sebenarnya sebagai nasehat pada lingkungannya, tidak hanya sindirian dan celaan, tetapi Bapak Jantuk juga memiliki kebiasaan bercanda, dan candaannya itu bersifat menghibur. Psikologis, Karakter tokoh Jantuk, memiliki sifat : pemarah, pemaaf dan pecanda, bahkan candanya agak kasar.
JUAL BELI TOPENG BLANTEK
TEHNIK PERMAINAN TOKOH JANTUK Jual beli yang dimaksud adalah dialog yang diutarakan dibalas
menggunakan teknik jual beli, apabila lawan main atau seorang pemain melontarkan kalimat yang merangsang, memancing, merespon kalimat antar lawan main, dengan pertanyaan, sindiran dan plesetan dengan tehnik ini pelaku Topeng Blantek harus memiliki spontanitas dan improvisasi yang kuat, kadang pula ada aktor yang nakal, suka berimprovisasi berlebihan sehingga lawan mainnya tidak bisa mengimbangi dan melawan jual belinya. Maka jual beli ini harus memiliki kekompakan dan kepintaran untuk mengundang tawa dan kelucuan di dalamnnya. Namun dengan berkembangnya teater rakyat, banyak teknik lawakan tidak lagi lahiriyah keseharian karena kebutuhan penonton. Misalnya, ada pula teknik untuk mengeluarkan lawakan tersebut dengan cara jual-beli yang sudah terkonsep pada saat latihan oleh sutradara, atau naskah yang dibuat dengan sengaja yang terdapat teknik jual beli di dalamnya. Tetapi walau sudah terkonsep atau secara lahiriyah lantas teknik jual beli ini tidak luput menciptakan suasana baru yang tidak menyimpang alur cerita, semuanya harus kembali kedalam plot atau alur cerita.
Didalam Topeng Blantek tehnik muncul selalu diiringi musik dengan improvisasi musik. Misalnya tokoh Jantuk masuk kedalam arena panggung dengan tehnik mucul gerak gerik yang unik sambil diiringi musik, atau tokoh centeng masuk ke dalam arena panggung dengan mengeluarkan jurus pencak silat sambil diiringi musik atau seorang tokoh belari-lari seperti habis dikejar-kejar orang lain kemudian masuk kedalam panggung. Dalam pertunjukan Topeng Blantek memiliki tehnik transisi pada suatu adegan cerita ke adegan berikutnya. Misalnya tokoh Jantuk yang sedang memb端ka cerita dan bernarasi tentang cerita yang akan dimainkan, kemudian berlanjut ke adegan cerita berikutnya, yakni tokoh Jantuk keluar arena panggung sambil diiringi musik menandakan perubahan adegan yang berlanjut pada cerita selanjutnya oleh tokoh lain. sebelumnya harus ada transisi atau perpindahan suasana dalam cerita adegan tersebut. Biasanya setiap transisi cerita adegan dalam Topeng Blantek selalu ada iringan musik, nyanyian atau tarian.Terkadang adapula tehnik transisi dengan memutari arena panggung atau memutari obor yang kemudian keluar arena panggung sambil diiringi musik.
JANTUK DALAM TOPENG BLANTEK Menurut Nasir Mupid, “Tokoh Jantuk merupakan tokoh yang tidak mudah untuk diperankan seorang aktor, karena selain Tokoh Jantuk berperan penting sebagai pembuka dan penutup dalam cerita Topeng Blantek, tokoh Jantuk juga memiliki karakter yang sangat rumit, tokoh Jantuk juga harus menguasai seluruh adegan dan mengatur adegan seperti layaknya seorang dalang atau sutradara. Di beberapa grup Topeng Blantek yang ada, hanya satu pemain yang sanggup memainkan tokoh Jantuk dalam grup-grup tersebut. Contohnya : dalam grup Topeng Blantek Ras Barkah, yang memerankan tokoh Jantuk selalu Ras Barkah. Dalam grup Topeng Blantek Panker Jakarta Barat, yang memerankan tokoh Jantuk selalu Marhasan, dan pada grup Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena, yang menjadi tokoh Jantuk selalu Nasir Mupid.”(5-7-2012). Pada permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek terdapat seni akting. Akting menurut Wahyu Sihombing, “akting itu memanusiakan tokoh di atas panggung. Kenapa memanusiakan tokoh di atas panggung, karena tokoh yang akan kita mainkan itu belum menjadi manusia, masih berupa dialog-dialog atau narasi-narasi terdapat pada naskah”.
UNSUR GERAK TOPENG BLANTEK Unsur gerak tersebut merupakan unsur gerak seperti pencak silat, tarian, dan tokoh Jantuk yang berkarakter interaktif dan energik. Ciri-ciri unsur gerak tersebut antaralain : Pencak silat Pencak silat yang digunakan merupakan pencak silat Betawi, Beksi, Kotek, Troktok, Kronce. Tarian Tarian yang digunakan dalam pertunjukan Topeng Blantek, biasanya ditampilkan pada waktu pembukaan dan penutupan pertunjukan sama halnya dengan pencak silat dan juga tidak hanya pada saat pembukaan dan penutupan, tarian bisa juga digunakan pada saat adegan berlangsung untuk menghibur penonton agar tidak membosankan. Tarian yang biasa digunakan adalah tarian tradisi Betawi seperti tari Kedok, Tari Ronggeng, Tari Obor Betawi, Tari Betawi lainnya.
PERAN TOPENG BLANTEK
MEDITASI TOPENG BLANTEK
Arti multi peran menurut bahasa yaitu, multi artinya bermacammacam atau lebih dan satu. Peran artinya tokoh yang dimainkan seorang aktor. Maka multi peran yaitu, beragam peran yang dapat dimainkan seorang aktor untuk menjadi peran lebih dari satu peran. Sering kali tokoh Jantuk berperan sebagai tokoh lain. Misalnya pada saat pembukaan pertunjukan Topeng Blantek diawali oleh tokoh Jantuk sebagai Jantuk tetapi saat berjalannya cerita pemeran yang sebelumnya bermain sebagai Jantuk dapat berganti peran lain. Biasanya peran yang lain tersebut merupakan peran yang terpenting, misalnya menjadi peran Bapak yang memegang cerita tersebut. Tokoh Jantuk dapat berperan sebagai peran lain apabila kurangnya pemain dalam grup Topeng Blantek tersebut. Apabila Tokoh Jantuk berperan sebagai peran lain, peran tersebut pun harus peran yang penting, misalnya peran sebagai Bapak dan seorang anak yang berperan penting dalam cerita Topeng Blantek tersebut.
Meditasi ini bukanlah meditasi hal yang gaib dan sakral, namun dilakukan untuk mengingat adegan dan cerita Topeng Blantek tersebut. Gunanya meditasi ini apabila seorang pemain lupa adegan dan keluar alur cerita, si tokoh Jantuk lah yang selalu mengigatkan para pemain untuk kembali ke dalam alur cerita atau plot adegan. Misalnya seorang pemain berimprovisasi kepada lawan main, tetapi improvisasinya keluar alur cerita, si tokoh Jantuk lah yang mengingatkan pemain tersebut, untuk kembali ke dalam cerita. Dan sebagai kebutuhan berjalannya pertunjukan, tokoh Jantuk lah yang berperan sebagai dalang atau sutradara untuk dapat menyingkat atau memperpanjang waktu pertunjukan tersebut. Misalnya pada saat setiap pertunjukan, Topeng Blantek dibatasi durasi atau dimintai untuk memperpanjang pertunjukan oleh permintaan besan atau pemilik acara pertunjukan tersebut, maka si tokoh Jantuk lah yang memegang dan memimpin durasi tersebut kepada para pemain untuk memperpanjang adegan selanjutnya atau pun mempersingkat adegan, karena singkatnya waktu pertunjukan yang tersedia.
MENIKMATI TOPENG BLANTEK
TOPENG BLANTEK
Topeng Blantek ini harus memiliki pakempakem dan ciri khas yang dapat dikenal oleh banyak masyarakat luas dan berkembang tanpa harus menghilangkan pakem-pakem yang sudah dibuat oleh para senimannya. Permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek merupakan gaya permainan tokoh Jantuk dalam pertunjukan Topeng Blantek tersebut. Bagaimana seorang penulis mendeskripsikan bentuk permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek melalui penelitian secara langsung, yaitu dengan mewawancarai seniman Topeng Blantek, observasi proses latihan Topeng Blantek sebelum dipentaskan hingga pada saat pementasan berlangsung. Hingga mengetahui bentuk Topeng Blantek dan bagaimana para pelaku seniman Topeng Blantek mementaskan pertunjukannya. Dalam Topeng Blantek pemain tidak dipersiapkan untuk menghayati, menjiwai, mendalami, serta menghidupkan peran yang dibawakan. Teater rakyat yang bertolak dari sastra lisan dengan cara memainkan cerita secara spontanitas, karena karakter peran yang dimainkan bersifat “hitam-putih�.
Mereka hanya memainkan tokoh peran apa yang dibawakan, tetapi bukan mendalami dan menghayati karakter peran tokoh yang dibawakan. Bermain dengan permukaan saja, dalam arti bukan bermain penuh penjiwaan seperti permainan teater modern. Permainan tokoh Jantuk adalah gaya permainan tokoh pemain teater rakyat dalam Topeng Blantek. Tokoh Jantuk merupakan salah satu cerminan masyarakat Betawi. Tokoh Jantuk merupakan cerminan gaya permainan tokoh lainnya, namun bedanya tokoh Jantuk dapat mengatur seperti layaknya seorang dalang atau sutradara di dalam pertunjukan. Maka dari itu penulis hanya memberikan gambaran secara umum mengenai sejarah singkat Topeng Blantek, yang kemudian mendeskripsikan gaya setting panggung dalam pertunjukan Topeng Blantek, unsur gerak, struktur dan gaya penyajian Topeng Blantek. Dan berfokus pada deskripsi permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek, yang bertujuan untuk melestarikan budaya Betawi teater rakyat Topeng Blantek kepada masyarakat luas. Bahwa masih adanya teater rakyat Topeng Blantek dan seperti apa bentuk,unsur dan permainan Topeng Blantek.