Catatan Abdul Aziz Jakarta Selatan

Page 1

Catatan Abdul Aziz BERITA SEPUTAR BUDAYA PARIWISATA JABODETABEK

Hilangnya Nilai-Nilai Positif Budaya Betawi Posted on 26 September 2013 Standar Balas

Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak statis, tapi dinamis. Dia selalu berubah dan bergeser sesuai dengan kondisi dan perkembangan jaman. Begitu pula dengan produk-produk budaya itu, baik yang berupa benda, maupun yang tak benda. Beberapa diantaranya terus bertahan tidak berubah, ada yang turut berubah, bahkan tak sedikit pula yang hilang. Selain itu, perkembangan teknologi dan informasi saat ini pun telah berpengaruh besar terhadap hasil-hasil kebudayaan tersebut. Dengan adanya radio, televisi, internet pengetahuan masyarakat mengenai kebudayaan diberbagai daerah semakin luas. Akan tetapi, tidak hanya pengetahuan yang semakin luas. Pada kenyataannya masyarakat senang sekali meniru atau mencontoh hasil kebudayaan dari kelompok masyarakat lainnya untuk mereka pakai dan gunakan dalam kelompok mereka sendiri. Hal itu tentunya sangat baik, jika yang ditiru dan dicontoh adalah hal-hal yang positif. Namun, seringkali yang ditiru adalah hal-hal yang bertentangan dengan norma dan aturan yang selama ini telah berlaku dalam kelompok mereka. Bahkan sering pula berakibat terkikisnya bahkan hilangnya nilai-nilai positif atau kearifan lokal yang selama ini mereka miliki. Mengingat begitu banyaknya kearifan lokal yang terkandung dalam setiap produk budaya suatu kelompok masyarakat, maka dapat dibayangkan berapa banyak pula yang hilang, jika produk-produk budaya itu mulai diabaikan, bahkan ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Artinya, kekuatan budaya lokal pun mulai rapuh. Oleh karena itu, kiranya perlu sekali dilakukan revitalisasi terhadap produk-produk budaya lokal itu untuk penguatan budaya lokal juga yang pada akhirnya berimbas pada kekuatan budaya nasional. (ziz) (sumber : seminar nasional ketahanan budaya lokal, fib ui)


Seni Teater Seni Kolektif, Kreatif, Dan Inofatif Posted on 26 September 2013 Standar Balas

UPT Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan sepertinya tak henti-hentinya dalam membina, mengembangkan, melestarikan seni budaya. Salah satunya menyelenggarakan pelatihan seni teater secara berjenjang, mulai dari tingkat dasar, mahir, dan trampil. Di tahun 2013 ini, UPT Balai Latihan Kesenian mengawali kegiatannya dengan pelatihan seni teater tingkat dasar. Dengan tujuan mengenalkan dasar-dasar seni peran, wawasan seni teater, kepada 30 peserta yang notabene para pemuda yang tergabung di sanggar seni Se Jakarta Selatan. Ibu Wulandari Pelaksana Kegiatan Pelatihan menjelaskan bahwa seni teater adalah seni kolektif, kreatif, dan inovatif, dimana didalamnya terdapat banyak jenis seni (musik, tari, seni rupa). Selain itu juga diselenggarakan diskusi pentas percontohan dari teater yang telah “mapan” dan berpengalaman dalam dunia teater. “Yang jelas UPT Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan tidak main-main dalam membina para pelaku seni teater di Jakarta Selatan, dimana setiap tahunnya kami menyiapkan para pelatih yang berkompeten di bidangnya, diantaranya Subarkah Purek Fak Seni Rupa IKJ, Budi Sobar Dosen IKJ, Fuad Idris Dosen IKJ, Ibu Rima Teater Koma, Nurrahmat STIS Bandung, Nusirwan Dosen IKJ, dan Madin Setiawan Komite Teater DKJ” jelasnya. Tentunya pihak UPT Balai Latihan Kesenian berharap kepada para peserta pelatihan seni teater tingkat dasar tahun 2013 ini, untuk lebih serius dalam mengikuti pembelajaran. Karena kegiatan ini jarang sekali dilaksanakan dengan berjenjang dan pelatih yang berkompeten di bidangnya masing-masing. “Dan yang perlu diingat bahwa tahun 2013 ini juga segera akan diselenggarakan kegiatan pelatihan seni teater tingkat trampil, dengan ditambah kegiatan study banding ke STIS Bandung” imbuhnya. (ziz) (pembukaan kegiatan pelatihan seni teater tingkat dasar, Kamis, 21 Maret 2013, balai latihan kesenian jakarta selatan)


Silat Beksi Posted on 24 September 2013 Standar Balas

Silat Betawi merupakan salah satu khazanah seni budaya bangsa yang penting artinya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan sehingga perlu adanya proses pelestarian demi memupuk kesadaran jatidiri bangsa. Salah satu silat Betawi yang berkembang adalah beksi yang mempunyai arti “pertahanan empat� bermakna pertahanan empat arah mata angin, yakni timur, barat, utara dan selatan. Wilayah pengembangan beksi adalah daerah Petukangan, Pondok Aren dan Kreo oleh tiga guru besar, yakni Kong Haji Hasbullah, Kong Haji Nur dan Kong Haji Simin. Belum lama ini, Dinas Olahraga dan Pemuda Prov DKI Jakarta bekerjasama dengan Ormas Pekat dan Perguruan Beksi Sejati Kong Haji Hasbullah menyelenggarakan perhelatan akbar Festival Silat Betawi Tahun 2012 di Lapangan Kostrad Petukangan Utara, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Disela perhelatan tersebut, diselingi pengukuhan Perguruan Beksi Sejati Kong Haji Hasbullah yang dipimpin langsung oleh anak-anak kandung dari alm. Kong Haji Hasbullah dengan disaksikan oleh berbagai perguruan silat Betawi lainnya. (ziz) (Sumber : Festival Silat Betawi Tahun 2012, Disorda Prov DKI Jakarta)


Festival Teater Jakarta Posted on 24 September 2013 Standar Balas

Festival Teater Jakarta “bercermin – melihat wajah� Kemanusiaan Bangsa Indonesia . Festival Teater Jakarta terselenggara setiap tahunnya, dari perjalanan panjang melelahkan sebagian besar terlibat dalam proses berkesenian. Dapat disimpulkan bahwa berkesenian ternyata tidaklah sekedar dunia tempat berandai-andai. Dunia kesenian ibarat cermin yang dari sana dapat bercermin melihat wajah. Dunia kesenian juga sekaligus ruang berekspresi dan berkomunikasi terhadap sesama dan sebagai salah satu bagian dalam memproses diri sebagai manusia menuju peningkatan wajah kemanusiaan bangsa Indonesia. Dengan pertimbangan berkesenian mengakar pada kemanusiaan bangsa Indonesia itulah akhirnya menelorkan Dewan Kesenian Jakarta tahun 1968 yang kemudian menetaskan berbagai program kegiatan kesenian, diantaranya adalah Festival Teater Jakarta. Pada mulanya Festival Teater Jakarta diselenggarakan pada tahun 1978 oleh Dewan Kesenian Jakarta di Taman Ismail Marzuki, sejak 1989-1990 diselenggarakan di Gelanggang Remaja di lima wilayah kota dengan tujuan lebih merangsang dan sekaligus meningkatkan kemampuan pengelolaan berbagai pihak yang terkait di tingkat wilayah kota. (ziz) (Sumber : Rik A Sakri, Teater Aquila, Jakarta)


Penyair Harus Komunikatif Posted on 24 September 2013 Standar Balas

Sebagai penulis dan secara khusus penyair harus mempunyai pendirian serta berani menyampaikan pendirian kepada masyarakat dan pemimpin, mengenai apa yang diinginkan oleh rakyat. Sebab, penyair tidak mempunyai kepentingan apapun selain daripada kesejahteraan. Hal itu adalah kebahagiaan bagi penyair dan kesejahteraan seluruh umat puncak kebahagiaan bagi penyair. Selain itu, perjuangan melalui karya sastra (dalam hal ini puisi) penyair harus terus mengkomunikasikan pandangannya melalui karya puisi, karena puisi itu satu-satunya media yang bisa menyatukan melalui peningkatan kesepahaman yang saling memahami. Hal-hal seperti ini sangat dibutuhkan, supaya penyatuan kesepakatan dan kepaduan kaum itu dapat terus terjalin. Jadi melalui puisi ini dapat menyatukan sebetulnya, menyatukan bukan dari segi geografis dan segi tata Negara, akan tetapi dari perasaan yang sama dan kesepahaman yang saling memahami satu sama lain. (ziz) (Sumber : Workshop Dan Lomba Pantun/Puisi Melayu Tahun 2012 Di TMII Anjungan RIAU)


Penduduk Kota Jakarta Posted on 24 September 2013 Standar Balas

Dari hari ke hari masyarakat Betawi semakin terdesak, tergusur, dan terpinggirkan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa perkembangan Kota Jakarta telah menyebabkan orang Betawi tergusur dan tercerai-berai. Dalam kondisi demikian, banyak di antara orang Betawi yang merasa seperti “kematian obor�. Jika ini dibiarkan, orang Betawi akan kehilangan identitas mereka, dan akhirnya riwayat mereka sebagai sebuah komunitas yang memiliki seni dan tradisi sendiri menjadi sekadar legenda. Meskipun penduduk Jakarta saat ini bercorak heterogen, orang Betawi tetap diakui sebagai penduduk “asli� kota ini. Kata asli mungkin sulit diterapkan bagi orang Betawi karena mereka sendiri merupakan hasil percampuran beragam suku dan bangsa yang telah mendiami kota Jakarta selama beratus tahun. Besarnya perhatian terhadap masyarakat Betawi terlihat dari maraknya berbagai kajian tentang budaya Betawi yang dilakukan melalui berbagai penelitian, lokakarya, seminar dan diskusi yang dapat memetakan berbagai potensi yang ada dalam seni dan tradisi Betawi. Dengan demikian, kajian tentang seni dan tradisi masyarakat Betawi menjadi penting untuk terus dilakukan. Arti strategis kajian semacam ini bukan hanya untuk mendokumentasikan berbagai aspek seni dan tradisi yang ada di masyarakat Betawi, namun juga untuk pengembangan lebih lanjut warisan seni dan tradisi tersebut sehingga dapat tetap bertahan dan bahkan semakin maju dalam menghadapi arus perubahan zaman yang berlangsung semakin cepat. (ziz) (Dari Berbagai Sumber)


Wujud Kebudayaan Posted on 24 September 2013 Standar Balas

Wujud kebudayaan terdiri dari : nilai, perilaku dan karya/ekspresi budaya. warisan budaya (cultural heritage) adalah bagian dari kebudayaan yang berisi ekspresi dan bernilai luhur, penting bagi jati diri, serta sumber daya budaya. Warisan budaya benda (tangible cultural heritage) terdiri dari : benda, bangunan, kompleks, situs, kawasan, lanskap budaya, rancangan, sedangkan warisan budaya tak benda (intangible cultural heritage ) terdiri dari : tradisi dan ekspresi lisan (termasuk bahasa), seni pertunjukan, adat istiadat, ritus, pengetahuan dan kebiasaan perilaku berkaitan dengan alam semesta, kemahiran kerajinan tradisional. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya manusia yang dikembangkan melalui proses belajar dan adaptasi terhadap lingkungannya yang berfungsi sebagai pedoman untuk kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tujuan kebudayaan adalah adaptasi manusia terhadap lingkungannya. (ziz) (Sumber : Seminar Warisan Budaya Tak Benda, Kemendikbud R.I)

Warisan Kebudayaan Posted on 24 September 2013 Standar Balas

Dalam hal kebanggaan nasional terhadap karsa dan karya kebudayaan nasional tak perlu ragu, karena semua itu tersirat dan tersurat pada cara berbusana, agama, maupun karya-karya seni sastra, tari, musik dan rupa. Disamping itu, kebanggaaan harus terus ditumbuhkan atas seluruh karsa dan karya kebudayaan sendiri yang memang layak dibanggakan seolah teks lagu : dari barat sampai ke timur, berjajar warisan kebudayaan. Kebanggaan rakyat terhadap warisan kebudayaan benar-benar sebuah keunggulan. Pengakuan terhadap karsa dan karya kebudayaan harus selalu dirayakan setiap negara dan bangsa dunia sebagai hari raya nasional. Pendayagunaan potensi warisan kebudayaan sebagai pembangkit semangat kebanggaan nasional. Gelora kebanggaan nasional “terbuktu� berhasil melawan angkara murka imperialisme dibelahan dunia, dengan makin berkobarnya kebanggaan terhadap karsa dan karya kebudayaan nasional. (ziz) (Sumber : Workshop Warisan Budaya Tak Benda, Kemendikbud)


Kebudayaan Global Posted on 23 September 2013 Standar Balas

Fenomena “kebudayaan global� yang berimplikasi pada tantangan untuk penguatan ketahanan budaya bangsa melalui : penguatan jati diri, pembangunan karakter bangsa, pemahaman akan nilai-nilai multikultural, perlindungan komunitas adat dan kearifan lokal, solidaritas sosial, kekeluargaan, keramahtamahan dan rasa cinta tanah air. Berdasar pada konsep kebudayaan yang meliputi : sistem nilai, perilaku dan ekspresi karya budaya, revitalisasi kebudayaan sejatinya harus berupaya : menggali dan mengangkat nilai yang baik dan relevan untuk kekinian, mengaktualisasikan dan mengkondisikan perilaku yang baik dengan menjadi teladan bagi diri dan lingkungannya, mengapresiasi dan mengembangkan karya budaya. Globalisasi di segala bidang (politik, ekonomi, lingkungan, IPTEK, sosial, budaya) berdampak pada pemberlakuan berbagai kesepakatan regional/internasional, kompetisi di tingkat regional/internasional, serta derasnya arus informasi global dan interaksi lintas budaya, menuntut kemampuan profesional untuk memperkuat daya saing bangsa, termasuk bidang kebudayaan. (ziz) ( sumber : bpnb bandung, kemendikbud, lkb )


Budaya Tak Benda Bangsa Indonesia Posted on 23 September 2013 Standar Balas

Sampai saat ini pencatatan warisan budaya tak benda Indonesia belum berhasil dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan antara lain karena kurang melibatkan unsur komunitas, kelompok sosial dan perseorangan. Sejak Indonesia menjadi Negara Pihak Konvensi 2003 tentang Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda, Indonesia diwajibkan sesuai pasal 11 dan 12 Konvensi 2003 untuk mengatur identifikasi dan inventarisasi warisan budaya tak benda yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dalam satu atau lebih inventaris yang dimutakhirkan secara berkala. Pasal 2 Ayat 1 dan 2 Konvensi 2003 UNESCO : “Warisan budaya tak benda” meliputi segala praktek, representasi, ekspresi, pengetashuan, keterampilan serta alat-alat, benda (alamiah), artefak dan ruang-ruang budaya terkait dengannya yang diakui oleh berbagai komunitas, kelompok dan dalam hal tertentu perseorangan sebagai bagian warisan budaya mereka. “Warisan budaya tak benda”, sebagaimana didefinisikan dalam ayat 1 diatas, diwujudkan antara lain di biudang-bidang berikut : Tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya tak benda ; Seni pertunjukan, Adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan – perayaan ; Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta ; Kemahiran kerajinan tradisional ; Budaya tak benda dikenal dengan istilah “budaya hidup”. Daftar karya budaya dari Indonesia yang diakui sebagai warisan budaya dunia adalah : Wayang Tahun 2008, Keris Tahun 2005, Batik Tahun 2009, Angklung Tahun 2010, Saman Gayo Tahun 2011. Dan usulan penominasian selanjutnya dari wilayah kerja BPNB Bandung Kemendikbud RI adalah : Debus ( kesenian tradisional Banten ), Ondel – ondel (kesenian tradisional masyarakat Betawi), Tapis (kain tradisional masyarakat Lampung, Sisingaan dan Kujang (kesenian tradisional masyarakat Subang dan simbol identitas masyarakat Sunda). (ziz) (sumber : balai pelestarian nilai budaya bandung, kemendikbud ri, lembaga kebudayaan betawi)


Daya Tarik Situs Obyek Tak Benda Posted on 23 September 2013 Standar Balas

Secara empiris melalui penjelajahan berbagai situs warisan kebudayaan dunia versi UNESCO dapat ditarik beberapa kesimpulan khususnya mengenai dampak situs-situs atau obyek tak benda yang telah memperoleh pengakuan UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia. Mengenai relevansi mutu warisan kebudayaan dunia benda dan tak benda yang diakui UNESCO pada hakikatnya dapat diperdebatkan secara mubazir sampai akhir zaman sama halnya dengan semua keputusan berdasar selera dan persepsi yang mustahil benarbenar obyektif. Namun mengenai dampak dapat ditarik simpul-simpul kesimpulan yang bisa dianggap sebagai obyektif. Bakhan pada hakikatnya dampak warisan kebudayaan UNESCO merupakan daya “potensi� yang siap dimanfaatkan apabila mau dan mampu dimanfaatkan oleh masyarakat dan negara bersangkutan. Beberapa daya potensi WHU (World Heritage UNESCO) adalah : Penggelora semangat kebanggaan Nasional, Promosi Pariwisata, Promosi Industri Kreatif, Pelestarian Karsa dan Karya Kebudayaan, Inventarisasi Perbendaharaan Kebudayaan Nasional. (ziz) (sumber : world heritage unesco, yayasan warisan kebudayaan dunia nusantara)


Mitos Masyarakat Betawi Posted on 23 September 2013 Standar Balas

Lebih banyak “mitos” dari pada “historis” mengenai cerita si-pitung, tapi keduaduanya muncul bersamaan. Dari “mitos” selau memancarkan cahaya-cahaya dan nilai-nilai norma moral yang baik bagi masyarakat Betawi. Si-pitung menurut para ahli adalah simbol keresahan berkat kesenjangan sosial masyarakat Betawi pada abad ke-19. Cerita si-pitung adalah termasauk khazanah tradisi lisan nusantara “buah-hasil” kecerdasan (kerja produsen intelektual) masyarakat Betawi. Intervensi budaya perlu dibudidayakan karena hal itu adalah sebagai bentuk “intelektualitas” masyarakat itu sendiri. Pahlawan terbaik adalah pahlawan yang hidup didalam hati masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya cerita sipitung diidealkan mengandung nilai-nilai luhur (nga-so-si/ngaji-solat-silat). Proses penyampain dan penyebarannya melalui “ngebuleng-ngerahul” (dongeng Betawi). Konteks cerita si-pitung adalah cerita rakyat bukan cerita sejarah, tapi si-pitung legenda yang betu-betul ada tokohnya. Walau demikian, ini dapat dijadikan sebagai fungsi nilainilai luhur dan identitas bagi masyarakat Betawi (nilai-nilai moralitas lebih utama bagi masyarakat). (ziz) (sumber : presentasi dan diskusi hasil kajian perlindungan dan ekspresi keragaman budaya-cerita si-pitung-tokoh legendaris dalam pandangan masyarakat betawi-bpnb-kemendikbud-lkb-181212).


Setiap Perubahan Ciptakan Tantangan Posted on 23 September 2013 Standar Balas

Memang orang Jakarta sangat pintar bedamai, asal bisa mengatur diri, biar semakin lama semakin rapi, jangan sampai kita ditinggal lari. Betapa hausnya orang Jakarta, dengan kesejukan air Jakarta masa lalu yang sudah terlanjur menjadi keruh karena kekeruhan tuntutan bergulirnya peradaban. “Emang yang nongkrong dipinggiran kali ciliwung orang keturunan betawi melulu, tetapi sumbangan-sumbangan terhadap kumuhnya Jakarta tidak selalu. Walaupun mungkin ada, tapi persentasenya mungkin paling dikit kalu dari orang Jakarta sendiri. Sebab umumnya, numpangnya kagak dipinggir kali, rada ketengahan,” ungkap Buya KH. Saifudin Amsir Ulama Betawi dalam tausiyahnya pada kegiatan Lebaran Betawi Sabtu-Minggu, 31 Agustus-1 September 2013 di Lapangan Monas Jakarta. Dijelaskannya bahwa lantaran ada ditengah, maka orang Betawi gampang dikenal. Karena gampang dikenal, gampang dipindahkan, bererot pada pindah ke Citayam, ke Bojong, ke Bekasi. Walaupun harus diketahui secara benar bahwa wilternbergh yang akhirnya namanya Bogor, kan itu jaman Belanda baru ada istana disitu. Jaman dulu-duluan kan cuman ada kebon doang, sekalinya ada pohon yang jadi bahan penelitian dunia internasional kegedean tu pohon. Namanya sih keren pake rafles, kalo kita naik pesawat Singapurkan kelas depannya disebut rafles klas, tapi di Bogor ditaruhnya kurang enak, kembang bangke dikate raflesia arloghi. “Jadi ada sesuatu yang rada tebalik kadangkadang. Itu baru di Bogor, bagaimana dengan di Bekasi, bagaimana dengan di Depok yang semuanya itu ikut mempengaruhi jiwa budaya dan pernikpernik yang ada di Jakarta. Oleh sebab itu, kalo sikap kita orang Betawi yang bisanya cuma muyeng-muyengin orang doang, rasa-rasanya Lebaran Betawi ini menjadi sayur yang cemplang. Abis kerjaanya cuma musingin doang,” jelasnya. Menurutnya, keperkasaan pemikiran, kesopanan dan kesantunan tingkah laku dari Gubernur Prov DKI Jakarta yang baru ini, maunya disongsong dengan akhlaknya orang Betawi pula, bukan kepelan yang maju, bukan jurus-jurus Beksi yang dipajang. Tuh Beksi biar namanya bisa diartikan bermacam-macam, tapi sekurang-kurangnya kan bisa diinterpretasikan sama dengan yang lain-lain. Bek tuh Mandor, si namanya tuh Cina namanya si. Beksi apa ustadz? bukan dari situ arti Beksi. Beksi tuh 4 (empat) lapis 4 (empat) jurus, bukan Beksi yang dari Cina itu. Walaupun bukan sedikit, orang-orang Cina pada masa lalu pendekar-pendekarnya ikut nyumbangin ilmu kepada para Mandor para Bek kaya si Ayub jagoan Teluk Gong, gurunya itu orang Cina. “Kita tampil dengan satu keinginan yang future respek mandang Jakarta. Jangan mandang Jakarta dengan pemikiran yang kalap dan putus asa, lalu gampang tergoda untuk merebut apa-apa, ini dan itu. Namun saying, kemampuannya serba terbatas,” tegasnya. Perubahan terus menciptakan tantangan-tantangan dan pemikiran yang mesti melangkah lebih kedepan.


Bamus Betawi mesti mengusung ini, Beksi juga ketangkasannya mesti digunakan untuk menangkis. Tangkas dan tangkis segala intervensi budaya yang merusak kejernihan orang Betawi, terutama dengan simbol lebarannya ini. Sekali lagi nun sewu kepada Gubernur Prov DKI Jakarta, ada yang saya merasa kagum bila ada tawaran bagaimana membikin Jakarta baru. Belum dibikin konsepnya, udah didenger kemana-mana. Baru dijaman Gubernur Prov DKI Jakarta sekarang ini, Islamic Center, Masjidnya, warnanya, rupanya, akan dibentang di Jakarta tidak kalah dengan rupa-rupa keislaman dimancanegara. Menggelegar, sesuatu yang timbul menantang disaat dunia melesat pesat dengan berbagai keinginan. “Ada Jejaka yang ingin jadi orang Betawi, Jokowi,” tandasnya. Parameter keperdulian terhadap hajat masyarakat, masjid itu jangan disebut sebagai pengaman dunia Islam doang, dari dulu juga Belanda udah bikinin masjid, dibikinin alun-alun lagi, noh Masjid Manggarai ente liat aja ampe sekarang, alunalunnya belon kurang masih lebar. Belanda yang bikinin. Itu filosofinya sangat panjang lebar. Tempo hari dateng ke PBNU, sempat saya tanggapi mereka Imam Masjid yang dikata Masjid Groundzero, kagak jauh dari Gedung WTC yang di bom. Kan image orang islam terhadap Amerika kelewatan panjang akalnya. Tetapi disana masih ada juga orang yang berkata,”Hai muslimin, buat engkau tanah yang paling mahal di Amerika ini, aku sumbangkan kepadamu 2 (dua) hektar luasnya, paling mahal harganya, eh Yahudi yang nyumbangin. “Saya mau kaga percaya pegimana, yang cerita Imam dari masjid itu. Aslinya dari Mesir, lamanya di Malaysia, berdialog dengan saya, campur-campur adanya, separuh Arab, separuh Melayu,” ujarnya. Memang demikian adanya bahwa dunia memberikan suatu gambaran yang aneh. Kita apa-apa Yahudi, apa-apa Yahudi. Eh Yahudi ada yang ngomong,” Nih ane nyumbang 2 (dua) haktar, tanah paling mahal, ane yang punya yang ente gebukin terus dengan ucapan Yahudi. Emang tuh Yahudi kagak bisa insyaf, salahkah aku memberikan sumbangan kepada dunia Islam. Saya cuman denger, saya menarasikan itu bukan anda boleh jadi tertarik. Biar ente tertarik kaya apa juga, jangan kata hektar, meter aja susah. Tapi ada pemikiran seperti itu. “Nah, itulah yang mesti diproses oleh orang-orang bijak, disuatu saat musuh boleh menjadi kawan dan disuatu saat kawan sangat cepat berbalik menjadi musuh yang menggunting dalam lipatan,” imbuhnya. (ziz) (Sumber : Seremoni, Lebaran Betawi 2013)


Lebaran Betawi Sebagai Wadah Pelestarian dan Pemanfaatan Budaya Betawi Posted on 23 September 2013 Standar Balas

Lebaran Betawi merupakan cara untuk melestarikan budaya, khususnya budaya Betawi yang harus dilestarikan. Di acara Lebaran Betawi tahun 2013 ini, masing -masing lima wilayah Kota Administrasi dan satu kabupaten Se Provinsi DKI Jakarta (Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Barat, dan Kepulauan Seribu), mendirikan rumah Betawi yang memamerkan kesenian maupun makanan khas Betawi. Disamping itu disediakan pula satu panggung utama yang sangat “fantastis” dimana dipagelarkan berbagai kesenian Betawi antara lain, atraksi kendang rampak, rebana biang, rebana hadroh, sahibul hikayat, pantun, buleng, silat, dan komedi betawi. Dari pagelaran berbagai kesenian Betawi tersebut, tak lain dan tak bukan adalah upaya dalam rangka membina, mengembangkan, melestarikan, serta memanfaatkan keberadaan kesenian Betawi di tanah kelahirannya sendiri, yakni kota Jakarta. Sebagaimana seni tutur Betawi, dimana kita ketahui bersama bahwa orang Betawi sangat “lihai” dalam bercerita. Sedangkan kini telah banyak tokoh seni tutur Betawi yang meninggal dunia, seperti alm H. Sofyan Zahid (Pak Zaid) maestro seni tutur Betawi (Sohibul Hikayat), salah satu seni tutur Betawi yang hampir punah. Oleh karena itu, sudah menjadi tanggung jawab kita bersama dalam pelestariannya. Telah banyak yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bekerjasama dengan Lembaga Kebudayaan Betawi untuk melestarikan kesenian Betawi. Seperti contoh pada Lebaran Betawi tahun 2013 ini, Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan Lembaga Kebudayaan Betawi, menggabungkan seni tutur Betawi pentas dalam satu panggung (Sohibul Hikayat, Pantun, dan Buleng) mengusung naskah HIKAYAT RAJA DURJANA karya dan sutradara seniman/budayawan Betawi Bang Yahya Andi Saputra yang dibantu oleh Bang Guntur Elgomas, serta Bang Nasir Mupid. Berikut cuplikan naskahnya. Maharaja Kamarukh memang lalim. Kejam. Terkenal sebagai Raja Durjana (visualisasi layar lebar, asap, api, penyiksaan). Suasana mencekam. Semua orang jalan menunduk. Takut. Waswas. Rakyat merasa tiap saat berada dalam terror. Tak ada rasa ama, tak ada keleluasaan menjalani hidup sebagai manusia normal. Maharja Kamarukh mendengus. Mengkibas-kibaskan ubah panjangnya. “Akulah raja seluruh alam, tiada ada raja di kolong langit ini seperti aku, sakti, gagah dan perkasa. Raja-raja dari 30 kerajaan semuanya dalam perintahku dan takluk di hadapanku. Aku belon pernah menyembah seorang jua pun dan sekalian manusia akan menyembah padaku. Aku belon pernah dari kecil diperintah orang dan semuanya manusia di bawah perintaku dan tiadalah seorang raja terlebih gagah dari padaku. Segala manusia di bawah hukumku dan sekalian nyawanya bergantung pada tanganku. Nyatalah aku seorang raja tiada bandingnya. (ziz) (Sumber : Pentas Sohibul Hikayat Raja Durjana, Lebaran Betawi 2013)


Peran Guru Sebagai Tenaga Pendidik Sangat Penting Posted on 14 September 2013 Standar Balas

Pelatihan seni bagi guru sekolah dasar tingkat dasar Jakarta Selatan tahun 2013 kali ini tidak diselenggarakan di Balai Latihan Kesenian (BLK) Asem Baris Jakarta Selatan karena gedungnya sedang dalam pemugaran total. Semoga nantinya gedung Balai Latihan Kesenian (BLK) Asem Baris Jakarta Selatan menjadi lebih bagus dan lengkap sarana prasarananya dalam menunjang penyelenggaraan pelatihan seni di tahun-tahun mendatang. Demikian dikemukakan Diah Damayanti, MM Kepala Balai Latihan Kesenian Asem Baris Jakarta Selatan dalam kata sambutannya pada kegiatan pelatihan seni bagi guru sekolah dasar tingkat dasar Jakarta Selatan tahun 2013 di halaman SMPN 1 Manggarai Selatan belum lama ini. Menurutnya peran guru sebagai tenaga pendidik sangat penting, khususnya guru sekolah dasar. Sebagai motivator awal bagi anak-anak yang baru mengenal pendidikan dibidang kesenian. Melalui kerja kreatif guru, khususnya guru kesenian dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan usia anak melalui imajinasi serta kreasi anak. “Pelaksanaan belajar mengajar kesenian dapat berjalan dengan baik berdasarkan metode pengajaran yang benar, dalam rangka membentuk anak didik memiliki sikap apresiatif terhadap budaya bangsa,� jelasnya. Sementara itu, setelah pelatihan seni ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan para peserta beberapa bidang seni yang didapat untuk diterapkan disekolah masing-masing. “Nantinya akan dilanjutkan pelatihan seni berjenjang (dasar, madya, mahir) dan kami Balai Latihan Kesenian Asem Baris Jakarta Selatan terus berusaha untuk membasilitasi para peserta, tentunya dengan mengundang para pelatih yang berkompeten pada bidangnya masing-masing, seperti para praktisi/akademisi Institut Kesenian Jakarta serta Universitas Negeri Jakarta,� imbuhnya. (ziz) (Sumber : Pelatihan Seni Bagi Guru Sekolah Dasar UPT. Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan Tahun2013)


Perlunya Kreativitas dan Eksplorasi Pada Seni Tradisi Kerakyatan Posted on 14 September 2013 Standar Balas

Rus Suharto, Kasi Komunitas Bid Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta, mengemukakan bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta akan mengirim grup seni tradisi pada Festival Seni Pertunjukan Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI pada bulan November 2013 di Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan. “Berkaitan dengan hal tersebut, memberikan kesempatan kepada sanggar atau pelaku seni yang ada di Jakarta untuk ikut serta pada Festival Seni Pertunjukan Tingkat Nasional,” katanya kepada wartawan belum lama ini diruang kerjanya Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta, Jalan Kuningan Barat No. 1 Jakarta Selatan. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa adapun segala sesuatu tentunya dengan kriteria, diantaranya karya yang ditampilkan karya baru penggabungan seni pertunjukan (tari, musik, dan teater), karya gagasan baru atas keragaman seni pertunjukan budaya lokal (Betawi), durasi 12-15 menit, tema “Kreativitas dan Eksplorasi Seni Tradisi Kerakyatan”, peserta (pelaku seni) berusia 13-19 tahun, piñata (music, tari, artistic, penyaji, dan sutradara) maksimal 25 tahun. “Dan hanya boleh merangkap untuk 2 (dua) posisi setiap orangnya,” jelasnya. Sementara itu, bagi yang telah memiliki karya atau konsep karya sesuai criteria diatas, dapat menyerahkan video, narasi/skrip cerita dan CV pelaku seni ke Bidang Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta atau melalui email :bidangpm@yahoo.com dan rus_suharto@yahoo.com atau paling lambat tanggal 16 September 2013. Karya yang memenuhi syarat akan direkomendasikan mengikuti kompetisi pada Festival Seni Pertunjukan Tingkat Nasional. “Selama festival berlangsung, kontingen Prov DKI Jakarta akan dibiayai oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta,” imbuhnya. (ziz) (Sumber : Rus Suharto, Kasie Komunitas Bid Pemberdayaan Masyarakat, Disparbud DKI Jakarta)


Seni Tata Rias Panggung Posted on 11 September 2013 Standar Balas

Tata rias (make up) ialah yang biasa digunakan untuk kelengkapan panggung juga film dan televise. Berawal dari sebuah pemujaan kepada dewa-dewa pada zaman Yunani yang diungkapkan dengan menggunakan topeng-topeng untuk mencapai karakter yang diinginkan. Pada zaman itu penerangan masih menggunakan api dan obor, karena listrik belum ada. Namun putra-putri raja saat itu sudah mengenal tat arias. Sangat dirahasiakan keberadaan dan kegunaannya, sekalipun masih dengan tekhnik primitive dan tradisional. Contohnya pada zaman Mesir kuno Ratu Cleopatra Nevertiti sudah mencoba menggunakan garis-garis warna pada mata untuk mempercantik diri. Mengapa dirahasiakan? Karena mereka ingin selalu dianggap lain dari manusia biasa, seolah-olah mereka adalah golongan Tuhan atau dewa-dewi. Perkembangan tata rias selanjutnya dalam penggunaannya lebih sederhana tapi masih datar, dengan cara memakai garis tunggal untuk menjelaskan (menonjolkan) bentuk-bentuknya, terutama pada bagian mata. Setelah adanya listrik yang ditemukan oleh Thomas Alva Edison, tata rias berkembang pesat. Dipelajari adanya cahaya dan juga bayangan yang terefleksi pada benda-benda. Cahaya dan bayangan sangat penting dalam mempelajari ilmu tat arias wajah. Perias wajah harus mampu menciptakan bentuk dengan bantuan cahaya serta bayangan (sadowa). Dan terang bayang digunakan untuk mengelabui pandangan mata. Terang baying dapat dimainkan dengan sesuka hati, namun harus tetap mengikuti atau mengenal anatomi tengkorak wajah. Ini diperlukan agar proporsi garis tulang wajah terlihat proporsional. Untuk membuat (memberikan) warna terang pada tat arias wajah, itu diperlukan untuk menghasilkan tonjolan (tampak kedepan). Sebaliknya, untuk membuat kesan kedalam (cekung) dipergunakan warn arias wajah yang gelap (bayangan). Penggunaan terang baying yang baik atau harmonis akan mendapatkan dimensi yang ritmis. Harus sering dilatih mengamati cahaya dan bayangan pada benda-benda yang tersinari cahaya matahari atau lampu untuk memudahkan dalam membuat tat arias yang baik sesuai keinginan. Dengan media pensil B pada kertas, diutamakan membuat garis-garis serta arsir secara gradasi. Ini akan mempermudah membuat nuansa dalam menciptakan cahaya dan bayangan pada wajah (model). Warna hitam atau gelap digunakan untuk bayangan (shadow) dan warna putih atau terang untuk cahayanya. Tata rias sangat berkaitan atau berhubungan dengan tata panggung, baik itu dalam hal keserasian warna dan bentuk kostum, artistic, cahaya warna lampu dan kebutuhan peran (karaktera) yang diperankan. Tafsir cerita adalah untuk memudahkan menentukan karakter wajah seorang tokoh cerita. Siapa, kapan, dimana?


Tata rias dibagi tiga bagian, yakni 1. Korektif make up, 2. Fantasi make up, 3. Karakter make up. Dasar-dasar pokok tat arias panggung adalah 1. Harus dikenal anatomi wajah (tengkorak kepala), 2. Harus dikenal bagaimana menggunakan cahaya dan bayangan, 3. Harus diketahui penggunaan warna yang tepat, 4. Dapat membuat garis-garis penegasan (aksentuasi) pada wajah. Dengan penguasaan dasar-dasar tersebut akan memudahkan dalam menata rias secara benar dan baik. Sebagai patokan atau acuan penggunaan terang baying sangat penting membuat suatu karakter tokoh dan dengan mengenal anatomi wajah akan mudah memoles terang baying secara pasti. Karena setiap manusia mempunyai anatomi yang berbeda. Alat-alat tat arias untuk karakter diantaranya, noes putty, latex liquid, hair white, adhesive, spirit gum, crepe hair, blood, tooth enamel, bald cup, wig. (ziz) (sumber : pelatihan teater tk dasar, balai latihan kesenian, asem baris, jaksel)

Tata Busana Bagian Dari Sebuah Pertunjukan Posted on 11 September 2013 Standar Balas

Pada setiap pagelaran seni , pementasan teater, film dan sebagainya kata pi単ata busana sering terdengar. Namun kadang sering tak terpedulikan akan pentingnya pi単ata busana dalam mendukung sebuah pertunjukan agar terlihat sempurna. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan atau sosialisasi bahwa apresiasi seni meliputi banyak ragam dan aspeknya. Umumnya hanya diperkenalkan kesenian yang diantaranya seni tari, musik dan menggambar. Tentunya ini menjadi tanggung jawab bersama untuk memperkenalkan kepada generasi muda tentang banyak hal yang diketahui dan dipelajari dalam berkesenian, khususnya dalam hal ilmu menata busana panggung/teater. Tata busana adalah hasil sebuah kreasi seorang perancang dalam menata busana yang diinginkan si pemakainya. Baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain sesuai kebutuhan. Desain tata busana dibuat untuk keperluan, a. peragaan busana/fashion, b. panggung, c. televise, d. film. Dan tentang tata busana untuk teater yang harus dipersiapkan adalah pertama-tama tentu harus bertemu dengan banyak pihak yang akan terlibat dalam rencana pertunjukan teater tersebut. Dari pertemuan tersebut, tentunya ada banyak hal atau rencana yang harus disepakati bersama dengan berbagai pihak seperti, produser, penulis naskah, sutradara, pi単ata artistic (perias wajah, pi単ata busana, koreografer, set dekor, set lampu) untuk menyatukan konsep sebuah pertunjukan teater tersebut. Hal ini sangat diperlukan karena menyamakan visi dalam kerja kolektif harus saling mendukung didalamnya. Tanpa itu, maka tidak akan tercipta sebuah karya yang harmoni dan bisa dinikmati penonton.


Penata busana “wajib” bisa memaknai cerita (karakter tokoh, sejarah asal muasal, hubungan social dan phisikologinya). Hal ini tentu akan sangat membantu dalam menentukan sebuah konsep gambar. Dari konsep tersebut, maka akan mudah mendapatkan inspirasi sebuah desain gambar yang akan diajukan kepada sang sutradara. Penata busana harus memperhatikan, a. orientasi cerita dalam naskah, b. komposisi warna, c. pilihan bentuk. Dalam tata busana dikenal, tata busana korektif, tata busana karakter dan tata busana fantasi. Asal muasal tata busana tidak terlepas dari tiga aspek yaitu, antropologi, sosiologi dan phisikologi. Hasil akhir sangatlah penting, tapi jauh lebih penting proses sejak perencanaan. Penata busana panggung hendaknya segala sesuatu yang akan dikerjakan perlu persiapan dari diskusi dengan semua yang akan terlibat, terutama kepada : sutradara, piñata artistic, perias wajah dan koreografer. Hal ini akan memudahkan didalam mencipta sebuah karya yang baik. (ziz) (sumber : pelatihan teater tk dasar, balai latihan kesenian asem baris, jaksel)

Tanah Betawi Posted on 11 September 2013 Standar Balas

Betawi itu bukan persoalan geneologik. Betawi ialah persoalan letak. Dia hadir diatas bentang ruang yang memerankan diri dari sebuah benua perairan bernama nusantara. Betawi sebagai ruang, secara alamiah berada pada persilanagn dengan menyandang gelar sebagai titik. Ketika Bandar Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, bangsa Melayu sepanjang selat bergemuruh, bersorak dalam kaidah yang menyentak “Bila Roboh Kota Malaka, Papan Di Jawa Kami Tegakkan”. Papan di Jawa yang dimaksud adalah Betawi atau Batavia. Persoalan asal-usul di mana pun dan kapan pun, secara historiografi, setiap masyarakat meletakkan kampong halaman dan keturunan sebagai pusar dunia. Selanjutnya akan terjebak kembali oleh kaidah yang cenderung konotatif. Betawi menjadi ruang yang bergemuruh. Titik orientasi dalam segala segi (politik, ekonomi, pasar, kesenian, pendidikan, hingga gaya hidup) yang kesemuanya tumpah pada sebuah bidang tanah bernama Betawi. Ada tiga “tanah nomor satu” di nusantara di mata kolonial ketika itu, Medan, Batavia dan Makasar. Ketiga tanah ini merupakan dataran subur. Orang Betawi pesisir melukis Batavia menjadi lentur. Karena struktur masyarakat Betawi bersifat terbuka. Dia menjadi tabiat dari manusia pesisir yang kemudian diperkaya lagi dengan “agama pesisir” (Islam). Sebuah masyarakat yang menjunjung kesetaraan, ialah gambaran semanagat madani. Sebagai terminal budaya dilahirkan anak kandung bangsa pesisir yang mulia dan berbahagia, yakni Fatahillah, Si Pitung, Entong Gendut, MH Thamrin, Mahbub Djunaidi, Benyamin S, Riwan Saidi sampai Mandra dan Alya Rohali (Indonesia Belajar Mengenai Betawi).


Sebagian besar orang-orang yang turun dari kawasan “pedalaman� Indonesia, menjilat madu Betawi yang kemudian dijadikan mesiu untuk melakukan dialog dengan kebudayaan-kebudayaan dunia melalui gerbang besar yang bernama Jakarta (Betawi) sebagai ranah cultural. Genre seni film dan sinetron yang diekspor ke seluruh dunia, Betawi hadir bagai virus, media cetak tak bisa melepas diri. Dan semua orang merayakan keriangan benuansa Betawi secara tak sadar di dalam ruang dan gedung dengan warna pesisir yang cerah dan ceria. Bukan warna pedalaman yang redup. Dalam hal ini, Pemprov DKI Jakarta harus menguatkan kuasa imperative cultural ini melalui upaya kuratorial yang mengarah pada penggiringan Betawi sebagai inti jagat kota Jakarta Raya. Sumbu kebudayaan Jakarta itu adalah Betawi yang kemudian diekstensi dalam model masyarakat urban, setara. Cikal bakal itu telah dimiliki dalam masyarakat Betawi. Mengukuhkan kembali, segala tanda, fikir, social yang ada di dalam imperative tritorial Betawi, menjadi bagian khazanah Betawi, baik era pra Islam, era Islam, era Sultanat, maupun Indonesia modern. Sebab, kehadiran tonggak dan gelombang sejarah itu, bergemuruh dan mengambil tapak dan tanding menuju opada kemuliaan versi masing-masing diatas tapak tanah Betawi yang pesisir itu. Dari sini dapat ditilik bahwa kebudayaan sebagai sesuatu yang berlari diatas ruang dan suasana. Dan suasana itu bernama Betawi atau Jakarta. Dan pada ketika itulah program “rawat kreati� yang mungkin berlangsung sepenuhnya diberikan kepada para penulis, sarjana, budayawan atau seniman Betawi atau mereka yang berminat dari bangsa luar, diberikan beasiswa pewnulisan dan ikhtiar kuratorial lainnya. Ujung dari semua itu, budaya Betawi harus menyerbui dunia. Tidak lagi bersorak ke dalam. Dia menjadi makanan kampus-kampus besar universitas dunia atau pusat kebudayaan dunia. (ziz) (sumber : orasi budaya, kongres kebudayaan betawi, Jakarta)

Budaya Betawi Terus Berkembang Posted on 11 September 2013 Standar Balas

Dari masa ke masa masyarakat Betawi terus berkembang dengan ciri-ciri budayanya yang semakin lama semakin mantap, sehingga mudah dibedakan dari kelompok etnis yang lain. Namun bila dikaji lebih mendalam tampak unsur-unsur kebudayaan yang menjadi sumber asalnya. Bagi masyarakat Betawi sendiri segala yang tumbuh dan berkembang ditengah kehidupan budayanya dirasakan sebagai miliknya sendiri seutuhnya, tanpa mempermasalahkan dari mana asal unsurunsur yang telah membentuk kebudayaannya itu.


Demikian pulalah sikapnya terhadap keseniannya sebagai salah satu unsur kebudayaan yang paling kuat mengungkapkan ciri-ciri keBetawiannya, terutama pada seni pertunjukannya. Menurut garis besarnya wilayah budaya Betawi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu Betawi Tengah atau Betawi Kota dan Betawi Pinggiran. Yang termasuk Betawi Tengah atau Betawi Kota dapatlah disebutkan kawasan wilayah yang pada zaman akhir pemerintah jajahan Belanda termasuk wilayah Gemeente Batavia, kecuali beberapa tampat seperti Tanjung Priuk dan sekitarnya, sedangkan daerahdaerah diluat kawasan tersebut, baik yang termasuk wilayah DKI Jakarta apalagi daerah-daerah di sekitarnya, merupakan wilayah Betawi Pinggiran yang pada masamasa yang lalu oleh orang Betawi Tengah suka disebut Betawi Ora. Timbulnya dua wilayah budaya Betawi disebabkan berbagai hal antara lain karena perbedaan perkembangan historis, ekonomi, sosiologis, perbedaan kadar dari unsur-unsur etnis yang menjadi cikal bakal penduduk setempat, termasuk kadar budaya asal suku masing-masing yang mempengaruhi kehidupan budaya mereka selanjutnya seperti halnya pendidikan. Di wilayah Betawi Tengah sudah sejak awal abad ke sembilan belas terhadap prasarana pendidikan formal seperti sekolah-sekolah. Dalam gambaran sekarang ini seni budaya Betawi masih eksis keberadaannya dengan upaya salah satunya adalah meningkatkan pembinaan-pembinaan kepada group kesenian, sanggar seni dan bagi para pelaku seni yang ada di wilayah secara berkesinambungan. Berbagai usaha untuk mengembangkan seni budaya Betawi dengan mengadakan pelatihan-pelatihan bagi guru, sekolah, pelaku seni dan masyarakat serta juga mengadakan pementasan bagi group-group kesenian, sanggar seni guna peningkatan apresiasi bagi masyarakat sehingga bisa mengenal seni budaya Betawi. Itu semua dilakukan agar seni budaya Betawi tetap utuh keberadaannya. (ziz) (sumber : seminar nasional budaya lokal fib ui depok)


Teater Modern Indonesia Paling Disegani Posted on 11 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta)Teater Modern Indonesia paling disegani di dunia sekarang ini, sebagaimana kita ketahui bersama bahwa Teater Mandiri Pimpinan Putu Wijaya adalah salah satu Teater terbaik yang dimiliki oleh Indonesia. Bertolak dari itu semua, kalau soal kreatifitas dan bentuk teater Indonesia tidak ketinggalan dengan Negara-negara lain di dunia. Teater Modern di Indonesia sangat berbeda dengan Teater-Teater di Negara-negara maju seperti Broadway misalnya. Mereka bisa bermain Teater atau menyelenggarakan pertunjukan Teater selama bertahun-tahun setiap hari, sehingga mereka dapat menghidupi dirinya sendiri, akan tetapi kalau di Indonesia Teater paling lama seperti Teater Koma itu bisa bertahan hanya 2-3 minggu atau sebulan. Apa yang menjadi persoalan teater sampai sekarang adalah teater belum mendapat tempat di masyarakat Indonesia. Baik ini melalui pihak pemerintah maupun swasta. Karena teater, khususnya di Indonesia tidak bisa maju dan berkembang tanpa adanya dukungan dari segenap pihak. Kendati demikian ditekankan agar semua itu diharapkan dapat menggugah semua pihak, baik itu pemerintah dan swasta maupun masyarakat itu sendiri dapat mensponsori pertunjukan teater serta menjadikan gedung teater yang menyelenggarakan pertunjukan teater secara terus-menerus. Seperti halnya di Broadway Newyork, gedung teater itu dimiliki oleh perorangan dan dikelola dengan baik dan benar, karena tanpa cost produksi yang telah dikeluarkan tidak akan tertutupi. Begitu juga di Jepang, mereka punya grup teater Kabuki yang sepenuhnya dikelola oleh pemerintah, karena semua itu berkat kesadaran yang tinggi dari pemerintah Jepang tentang seni tradisi yang harus dipertahankan dan dilestarikan, sebab menjadi kebanggaan sebuah Negara. Mengenai perkembangan teater remaja sekarang ini dinilai bahwa itu telah tumbuh subur. Tidak hanya di Jakarta, tetapi di penjuru tanah air dengan bermunculannya teater-teater dari sekolah. Meskipun begitu, kendalanya selalu adalah kreatifitas dari sutradara atau pelatihnya. Dan inilah yang menjadi masalah di semua lini, baik di Jakarta dan daerah. Untuk meningkatkan kualitas sutradara dan pelatih, sebetulnya harus diadakannya pelatihan-pelatihan, supaya mereka bisa lebih kreatif menggali nilai-nilai akar budaya sendiri. Memang dulu pernah ada program pelatihan semacam ini, tetapi 10 tahun belakangan ini tidak ada lagi. Untuk itu sangat ditekankan bahwa sangat perlu diadakan kembali program pelatihan tersebut. Karena kalau kita mau jujur bahwa hasil dari Festival Teater Jakarta belakangan ini, boleh dibilang sangatlah rendah kualitasnya. (ziz) (sumber : festival teater Jakarta, taman ismail marzuki, jakarta)

Tari Tradisional Betawi “terancam-punah�


Posted on 11 September 2013 Standar Balas

(PBS, Depok) Tari tradisional Betawi terdiri dari tujuh jenis yang sesungguhnya memiliki nilai-nilai yang dapat dijadikan salah satu sarana bertahannya tari tersebut, bahkan dari beberapa tari tersebut memiliki nilai etis, estetis dan religius yang tinggi seperti tari topeng, blenggo, pencak silat dan zapin. Adapun tari cokek, sambrah dan uncul bersifat hiburan atau tari pergaulan yang mengandung nilai etis dan estetis. Akan tetapi nilainilai tersebut pada masa kini tidak dikenali atau dipahami lagi oleh masyarakat Betawi itu sendiri. Ironisnya beberapa seniman tari Betawi pun tidak mengetahui akan makna atau nilai yang terkandung dalam tarian yang telah mendarah daging pada dirinya. Permasalahan tersebut merupakan salah satu dampak bahwa tari tradisional Betawi terancam punah, bahkan beberapa dapat dianggap sudah punah atau hanya tinggal nama, yaitu tari uncul, sambrah dan blenggo. Tari cokek terancam punah, adapun tari Betawi yang masih aktif adalah tari topeng, pencak silat dan zapin. Oleh karena itu perlu diangkat kembali nilai-nilai yang terdapat dalam setiap tarian sebagai salah satu upaya untuk meregenerasikannya, agar masyarakat dapat memahami dan melestarikan serta memanfaatkan betapa pentingnya tari tradisional Betawi terutama bagi masyarakat Betawi itu sendiri dan perkembangan berbangsa serta bernegara. (ziz) (sumber : seminar nasional budaya lokal fib ui depok)

Perlu Konsisten Dalam Gerakan Budaya Posted on 11 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Sangat mungkin apa keprihatinan terhadap nasib seni budaya Betawi, sedikit demi sedikit akan mulai pupus. Karena sekecil apapun


Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan DKI Jakarta terus menggalakkan pembinaan, pelestarian dan pengembangan seni budaya Betawi. Hal tersebut coba terus diangkat karena seni budaya Betawi mempunyai cirri khas tersendiri dan sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk terus diwujudkan. Karena apa? Karena seni budaya Betawi adalah termasuk salah satu asset seni budaya nasional yang wajib dilestarikan dan dikembangkan, tentunya lebih dikemas dengan baik dan menarik. Karena terlihat sekarang semakin begitu derasnya arus gelombang seni budaya global yang masuk membius dan merasuki ke sumsum masyarakat Jakarta, terutama kepada generasi muda Jakarta. Oleh karena itu, harus adanya konsentrasi yang konsisten dan serius terhadap hal ini, sehingga dapat menjadikan seni budaya Betawi sejajar dengan seni budaya global serta tidak tergerus oleh zaman yang semakin bersifat “instan”. (ziz) (sumber : disparbud dki Jakarta)

Setu Babakan Warisan Seni Budaya Masyarakat Betawi Posted on 11 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Setu Babakan dinilai merupakan “ikon” seni budaya masyarakat Betawi yang sekarang kondisinya belum tertata dengan baik. Bahkan, pembangunannya terkesan jalan di tempat. Hal tersebut dikarenakan kurangnya Pemprov DKI Jakarta untuk berani mengeluarkan kebijakan yang peduli “penuh” terhadap hal itu. Padahal wilayah Setu Babakan merupakan warisan seni budaya masyarakat Betawi, maka sudah sepantas dan sewajarnyalah menjadi salah satu fokus utama pembangunan yang teragendakan oleh Pemprov DKI Jakarta. Jadikanlah Setu Babakan sebagai bukti konkrit kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang “berpihak”, maka pemerintah (dalam hal ini Gubernur Prov DKI Jakarta) untuk bertanggung jawab dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya masyarakat Betawi, melalui kebijakankebijakan yang “berpihak” dan hasilnya betul-betul langsung dapat dirasakan masyarakat. Setu Babakan merupakan asset seni budaya masyarakat Betawi yang patut dibanggakan, bukan sekedar sebagai tempat mancing, plesiran dan hamparan air. Sangatlah wajar, bila Setu Babakan menjadi skala prioritas kebijakan pembangunan Gubernur Prov DKI Jakarta untuk menjadikan Setu Babakan sebagai wilayah seni budaya masyarakat Betawi dan betul-betul Setu Babakan sebagai pusat seni budaya masyarakat Jakarta yang tetap lestari dan terus berkembang. (ziz) (sumber : pbb setu babakan, jaksel)


Transformasi Bentuk Seni Tradisi Lisan Posted on 11 September 2013 Standar Balas

(PBS, Depok) Beberapa bentuk tradisi lisan umumnya berupa tuturan yang menceritakan tokoh yang dianggap mempunyai keistimewaan dan dapat menginspirasi para penikmatnya. Sesuai dengan fungsinya seni adalah suatu ungkapan ekspresi manusia, selain menghibur juga memberikan manfaat dalam bentuk penyadaran bagi yang menyaksikannya. Bentuk penyadaran itulah yang kemudian diharapkan dapat menjadi nilai-nilai yang dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, baik bagi masyarakat Betawi maupun yang lain. Sebagai sebuah pertunjukan, seni tuturan ini mengalami transformasi bahkan pasang surut dikalangan masyarakat pendukungnya, bahkan ada yang saat ini sudah tidak dijumpai lagi, yaitu buleng. Keterampilan untuk menuturkan bukanlah hal yang mudah. Pewarisan yang dilakukan sering tidak berjalan lancar karena berbagai faktor, antara tingkat kesulitan dalam cara menuturkan sehingga minat untuk menjadi pelaku seni tersebut berkurang. Oleh karena itu, kreativitas dan usaha yang tak kenal lelah untuk kembali menggiatkan kesenian jenis ini agar dapat terus bertahan dan dapat diterima di khalayak yang lebih luas. (ziz) (Sumber : Seminar Nasional Budaya Lokal FIB UI Depok)

Seni Budaya Betawi Alat “perekat bangsa� Posted on 9 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Inilah suatu pekerjaan yang sangat luar biasa. Bagaimana terus diusahakan untuk melestarikan dan mengembangkan seni budaya Betawi yang sudah “terlanjur� menjadi salah satu alat perekat bangsa.Sebenarnya masyarakat dan seni budaya Betawi tidak diperhatikan, baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Dan yang sangat mengenaskan lagi bahwa mereka semakin lama semakain tergusur. Seni budaya Betawi sangat dekat berada di depan mata dan banyak seni budaya Betawi yang sudah hampir punah, di tambah lagi dengan para pelaku seni budaya Betawi banyak yang telah sepuh. (ziz)


(sumber : fib ui depok)

Bangkit Dari Keterpurukan Posted on 9 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Semua harus bangkit dari keterpurukan dan kesengsaraan, bangkit dari cita-cita revolusi dan bangkit dari cita-cita kemerdekaan yang selama ini terjemahannya didalam bertata Negara itu masih ada saja yang menyimpang serta tidak sesuai dengan tujuan semula, hamper keseluruhan dalam segala sendi kehidupan. Satu-satunya solusi dari itu semua dengan jalan pemberantasan korupsi. Karena korupsi itu yang membuat keterpurukan selama ini. Dalam memberantas akar permasalahan itu, maka pelaksanaannya harus benar-benar dijalankan, tidak hanya sebatas permainan saja. Kalau itu dilaksanakan dengan benar, maka Indonesia akan bangkit. Selain itu, para pemimpinnya juga sudah waktunya memberikan contoh tauladan yang baik tentang perilaku bernegara, perilaku berpolitik, karena sekarang sudah “cakarcakaran� terus. Maka kalau sudah begitu mau bangkit seperti apa? Apakah bangkit itu harus diiringi dengan pertengkaran-pertengkaran? Sebetulnya pemerintah itu dalam bertindak harus mempunyai sikap asah, asih, asih. Asah artinya diasah otaknya, dicerdaskan rakyatnya dengan sekolah gratis dan kalau rakyatnya cerdas serta pintar bisa mampu bersaing dengan Negara lain. Asih artinya mempunyai cinta dan kasih saying, mereka mengarahkan rakyat tidak dengan kebencian. Dan asuh artinya memberikan contoh yang baik, tauladan yang baik, supaya generasi penerus itu bisa meniru mana yang baik dan mana yang benar. Disamping itu, secara khusus diingatkan kepada para seniman bahwa harus terus berkarya sesuai dengan bidang seni masing-masing, dimana dalam karya tersebut bisa mencapai hasil yang manfaat dan ditiru oleh masyrakat. Bermanfaat dalam arti, memang benarbenar bisa membuat bangkit dan ada spirit kepemudaan di dalam karya-karyanya itu. Akan tetapi, memang kalau keadaan seperti biasanya seniman akan lebih peka terhadap nilai-nilai social, lebih peka terhadap nilai-nilai ketidakmapanan. (ziz) (sumber : kelompok penyanyi jalanan, Jakarta)

Sekelumit Suguhan Topeng Blantek Posted on 9 September 2013 Standar Balas


(PBS, Jakarta) Alunan dzikir dan tetabuhan rebana menggema serta tiga buah sundung sebagai pembatas dan obor pengontrol alur, pertanda topeng blantek siap disuguhkan kepada para penikmat pada suatu acara dipinggir setubabakan. Tanpa basabasi muncul si jantuk pembuka lakon dengan vocal yang lantang dan jelas diiringi tetabuhan rebana, sangat enerjik menceritakan kisah yang akan dimainkan dengan lakon berjudul “Juragan Baud”. Kesan yang tertangkap di dalam pertunjukan tersebut adalah kekuatan “panjak” yang sarat pengalaman dalam melakonkan peran teater tradisional Betawi “topeng blantek”. Dimana kekuatan improvisasi terasa sangat kental dan menjadi modal dasar yang dimiliki setiap “panjak” dalam penokohan sebuah cerita lakon topeng blantek. Melangkah dari sebuah cerita lakon sederhana yang dikemas secara apik dan menarik. Konflik dibangun pada alur dan plot cerita lakon benar-benar menggugah selera para penikmat untuk turut serta dalam pertunjukan yang sedang berlangsung. Demikianlah cirri khas pertunjukan teater tradisional Betawi topeng blantek, sehingga pesan dan kesan berjalan menembus ruang dan waktu, sehingga begitu menyatu dan akrab antara panjak dan penikmat. (ziz) (sumber : pertunjukan topeng blantek fajar ibnu sena, pimpinan nasir mupid, setubabakan)

Nasib Topeng Blantek Posted on 9 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Tidak ada tanda-tanda lelah pada diri para seniman topeng blantek dalam memperjuangkan eksistensi seni budaya topeng blantek. Seseorang yang sangat berjasa dalam memperjuangkan topeng blantek di Jakarta adalah alm Ras Barkah. Berawal pada kisaran tahun 1980-an sedang giat-giatnya para seniman berkesenian di Pusat


Pengembangan Kesenian di daerah Kuningan Jakarta Selatan. Sejak itulah para seniman, mulai menggemari dan terus menekuni seni budaya topeng blantek yang merupakan salah satu jenis teater tradisional betawi. Namun, di awal tahun 2000-an seni budaya topeng blantek mulai mengalami masa-masa sekarat. Oleh karena itu diharapkan perhatian dan dukungan pihak pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat untuk sama-sama bertanggung jawab dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya topeng blantek. Sebab, bila keadaan ini dibiarkan terus, tidak mustahil dalam beberapa tahun ke depan seni budaya topeng blantek akan tinggal kenangan. Kekurangan dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya topeng blantek dikarenakan sarana dan prasarana yang ada kurang memadai. Bahkan, walau kini telah banyak gedung dan tempat pertunjukan kesenian dibangun bertebaran di Jakarta, topeng blantek jarang muncul untuk diberikan kesempatan mempertunjukan kreasinya. Dengan demikian, saat ini kondisi kehidupan seniman topeng blantek sangat memprihatinkan dan mengenaskan serta membingungkan. Mereka tidak punya pekerjaan lain selain mengurusi grup dan sanggar, karena itu dari mana mereka dapat membiayai keluarganya. Memang sangat ironis, bila di daerah kelahirannya sendiri seni budaya topeng blantek harus rela mengalah dengan semakin maraknya seni budaya pop yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Jakarta. (ziz) (sumber : nasir mupid, fajar ibnu sena, jaksel)

Jakarta Warna Warni Posted on 9 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Setiap HUT Kota Jakarta para pelukis Jakarta selalu menggelar pameran bersama yang diprakarsai oleh BP PKJ Taman Ismail Marzuki. Asumsi dan harapan tersikapi dengan banyaknya warna karakter para seniman. Dalam pameran tersebut, para seniman menyertakan karya dengan bahan atau medium peciptaan yang beragam. Dengan sekilas terlihat lukisan-lukisan yang ada menunjukkan bahwa para seniman telah mencoba untuk melakukan sesuatu hal bagi kota Jakarta. Apalagi, bila ditilik dengan banyak bermunculannya gallery-gallery di Jakarta, tentunya akan menjadi semakin positif dan bagus dengan terbangunnya suasana kompetisi. Dan dengan kompetisi yang ada, maka kemudian karya itu akan menjadi lebih baik. Tinggal kemudian, Taman Ismail Marzuki sudah seharusnya dapat menjadi tempat yang terbaik dan ideal dalam menampung segala bentuk apresiasi seni. Semua itu akan menjadi keseimbangan bentuk yang sangat membanggakan. Keseimbangan antara pasar dengan seniman akan memperkaya dan tidak hanya pasar namun juga dapat memperkaya seniman itu sendiri. Diharapkan tahun-tahun ke depan Taman Ismail Marzuki akan terus dan betul-betul menjadi pusat kesenian Jakarta. (ziz)


(sumber : pameran lukisan “warna-warni Jakarta”, pkj tim Jakarta)

Kebangkitan Dan Kematian Seni Rupa Indonesia Posted on 9 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Perjalanan karier alm Affandi itu sebagian besar dari karyanya focus pada bangsa dan tanah air Indonesia. Meskipun ada beberapa lukisannya yang mengambil obyek internasional terutama tempat-tempat yang beliau kunjungi dan singgahi, akan tetapi selebihnya obyeknya itu lebih banyak yang berkaitan dengan bangsa dan tanah air Indonesia. Cara alm Affandi mengekspresikan emosinya itu adalah cara yang pasti tidak ada di dunia lain. Itu adalah cara yang sangat khusus. Alm Affandi meninggal pada tanggal 23 Mei 1990, tiga hari setelah kita merayakan tanggal 20 Mei sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Kebangkitan dan kematian seperti mengingatkan kita kembali akan banyak hal disekitar kita yang harus dijaga dan bukan dibiarkan mati. Mengenang dan menghidupkan karya-karya alm Affandi seperti menghadirkan kembali waktu yang sudah tercerai-berai pada banyak kalangan maupun lembaga. (ziz) (sumber : alm affandi “maestro lukis Indonesia”, o house gallery, jakarta)

Abdul Hadi WM Posted on 9 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Aspek seni budaya adalah salah satu yang memegang peranan penting dalam seluruh sendi kehidupan. Seni budaya dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat manusia sebagai makhluk spiritual. Simbol dari tingginya martabat manusia terletak pada kebajikan, kecerdasan dan kreatifitasnya. Sesudah alm Sutan Takdir Alisyahbana, barangkali selama ini Indonesia belum punya tokoh yang bisa dianggap sejajar dengannya. Itu sebabnya ada yang berpendapat bahwa jika menilik dari hasil karya dan pemikiran, tampaknya Abdul Hadi WM penyair Madura yang mungkin bisa dianggap sebagai “maestro” baru


sesudah alm Sutan Takdir Alisyahbana. Diantara beberapa alasannya adalah Abdul Hadi WM sudah lebih dari 35 tahun menggeluti kesusastraan, sufisme dan khazanah intelektual nusantara. Abdul Hadi WM telah mencetak lebih dari 20 karya (buku) yang sebagian besar menjadi rujukan di bidang seni budaya dan telah banyak menelorkan ratusan puisi yang dipujikan banyak kalangan. (ziz) (sumber : abdul hadi wm “maestro sastra Indonesia”, universitas paramadina, Jakarta)

RA Kartini “guratan surat” Posted on 9 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Selama ini bila RA Kartini dibicarakan, selalu dilihatnya sebagai sosok yang utuh dan transparan. Atau ia sebagai feminis dan sebagai pendekar emansipasi perempuan atau sebagai pembela rakyat atau sebagai pejuang antikolonial. Tapi sebelum membicarakan seseorang (dalam hal ini RA Kartini) dalam hubungannya dengan yang lain (baik dalam arti Eropa maupun seseorang lain yang secara langsung atau tidak mewakili Eropa). Hal tersebut sangatlah penting dalam membicarakan RA Kartini, karena dalam surat-suratnya bukan saja berisi pembicaraan mengenai aku dan engkau, tapi juga kepada seorang engkauyang senantiasa harus ditafsirkan dan dinegosiasi. RA Kartini adalah contoh bagaimana aku selalu merupakan subyek dalam proses. Sementara bila ditilik dengan seksama, tampaklah jelas bahwa dalam surat-surat RA Kartini kepada Stella Zeehandelar, seorang feminis dan sosialis Belanda berdarah Yahudi, jurnalis majalah mingguan Belanda untuk perempuan-perempuan muda progresif. De Hollandsche Lelie yang mempunyai hubungan kuat dengan gerakan sosialis ternama di Belanda, isi suratnya : “Panggil Saja Aku Kartini – Itu Namaku.” Disini RA Kartini menandaskan ke – aku – annya, sesuatu pada saat yang sama mengukuhkan identitas / perbedaannya, tapi melalui tatapan dan bahasa yang lain,”Yang Bukan Aku.” Hal tersebut bisa jadi semacam sarkasme, bisa murni sebuah kesatuan terhadap seorang asing yang baru saja RA Kartini kenal (apalagi dalam surat pertama), bisa juga semacam pengakuan atas inferioritas. Hanya, mengingat mutu pikiran dan sikap independen RA Kartini, rasanya lebih masuk akal apabila merupakan separuh sarkasme dibubuhi kehendak menyesuaikan diri agar lebih mudah dipahami orang di Belanda. (ziz) (sumber : pembacaan surat ra kartini, studio komunitas utan kayu, jakarta)


Teater Jakarta “dibina” Posted on 9 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Berikut ini adalah nama Grup – Grup Teater Jakarta yang dibina oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta sejak tahun 1973 – 1993. TAHUN 1973, Sanggar Teater Jakarta (pemenang 1), Teater Ibukota (pemenang 2), Teater GR Jaktim (pemenang 3), Lisendra Buana, Teater Remaja Jakarta, Teater Bulungan, Elektrical Teater, Arvisco Teater, Teater Baracuda, Bengkel Aktor Jakut, Teater GR Jakut, Teater Ratuhala, Teater Sebul, Teater Karang. TAHUN 1974, Pusat Teater Jakarta (pemenang 1), Teater Karata (pemenang 2), Sanggar Teater Jakarta (pemenang 3), Teater Ibukota, Teater Remaja Jakarta, Lisendra Buana, Teater Kail, Road Teater, Teater IGMKP, Teater Polonia. TAHUN 1975, Teater Remaja Jakarta (pemenang 1), Teater Kail (pemenang 2), Road Teater (pemenang 3), Teater Ibukota, Lisendra Buana, Teater GR Jaktim, IAPI Teater, Teater Aktus, Gerthi Teater, Teater Gombong, Sanggar Teater Katakini, Remaja Merdeka Grup, Sanggar Prakarya. TAHUN 1976, Teater Kail (pemenang 1), Teater Rama (pemenang 2), Teater GR Jaktim (pemenang 3), Teater Panuluh (pemenang 3), Road Teater (pemenang 3), Sanggar Prakarya, Art Study Club, Teater Gombong. TAHUN 1977-1978, Teater GR Jaktim (pemenang 1), Teater 0 (pemenang 2), Art Study Club, Sanggar Prakarya, Teater Luka, Teater Sembilan, Teater Citra. TAHUN 1978-1979, Teater Rama (pemenang 1), Teater Luka (pemenang 2), Art Study Club (pemenang 2), Stage Men Teater (pemenang 3), Teater Anggrek, Teater Jaktim, Teater Bersama, Teater Aquila. TAHUN 1979-1980, Teater Jaktim (pemenang 1), Teater Simpang Tiga (pemenang 2), Art Study Club (pemenang 3), Teater Luka, Teater Rama, Teater Sae, Teater Kata 74. TAHUN 1980-1981, Teater Sae (pemenang 1), Art Study Club (pemenang 2), Teater Luka (pemenang 3), Teater Senam (pemenang 3), Teater Bersama, Teater Rama. TAHUN 1981-1982, Teater SS (pemenang 1), Teater Sae (pemenang 2), Teater Bersama (pemenang 2), Teater Luka, Teater Senam, Teater Phatah Art, Bengkel Belia Art. TAHUN 1982-1983, Teater Sae (pemenang 1), Teater Remaja Adinda (pemenang 2), Teater Bersama (pemenang 3), Teater Senam, Teater Luka, Teater Pelangi, Teater Gom Aquila, Bandar Teater Jakarta, Teater Kwadrat, Teater SS. TAHUN 1983-1984, Teater Luka (pemenang 3), Teater Adinda, Teater Teladan, Teater Taruna, Teater Marah. TAHUN 1984-1985, Teater Gelut (pemenang 3), Teater Enhakam (pemenang 3), Teater Tetas, Teater Adinda, Teater Papimoer. TAHUN 1985-1986, Teater Kubur (pemenang 2), Teater Pelangi (pemenang 2), Teater Gelut (pemenang 3), Bandar Teater Jakarta, Bengkel Belia ARH. TAHUN 1986-1987, Teater Gelut (pemenang 1), Teater Kubur (pemenang 2), Teater CB, Teater Pilar, Bandar Teater Jakarta, Teater Aquila. TAHUN 1987-1988, Teater Kubur (pemenang 3), Teater Aquila (pemenang 3), Teater Sendiri (pemenang 3), Kelompok Senia Teater, Keluarga Besar Teater, Teater Kwadrat. TAHUN 1988-1989, Bandar Teater Jakarta (pemenang 2), Teater Polos (pemenang 3), Teater Aquila (pemenang 3), Teater Trotoar, Teater IGMKP. TAHUN 1989-1990, Teater Aristokrat (pemenang 1), Teater Polos (pemenang 2), Bandar Teater Jakarta (pemenang 3),


Teater Aquila, Teater Audio, Keluarga besar Teater. TAHUN 1990-1991, Bandar Teater Jakarta (pemenang 1), Teater Kanvas (pemenang 3), Teater Teladan (pemenang 3), Teater Tanah Air, Teater Aristokrat, Teater Aquila. TAHUN 1991-1992, Sanggar Bunga Bangsa (pemenang 1), Teater Kanvas (pemenang 2), Teater Aristokrat (pemenang 3), Teater Teladan, Teater Tanah Air. TAHUN 19921993, Teater Aquila (pemenang 1), Teater Kanvas (pemenang 2), Teater Tanah Air (pemenang 3), Teater Aristokrat, Teater 70, Teater Puspa Karang, Teater Keung. (ziz) (sumber : arsip rik a sakri, sutradara teater aquila jaksel)

Dramaturgi Posted on 9 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Dramaturgi adalah ilmu keseluruhan mengenai teater. Ada empat M dalam Dramaturgi : Menghayalkan (dalam dan luar) “Khayalan adalah dari yang tidak ada menjadi ada (kreatif – seleksi)”, Menuliskan (bahan), Mementaskan (Manajemen panggung, artistik, produksi, penonton), Menonton (Pekerja seni, tempat, penonton). Ketika kita melihat sesuatu dan sesuatu itu dapat kita jadikan sumber inspirasi sebuah karya yang bertanggung jawab. Disamping itu, kalau kita cinta dan mencintai yang kita cinta, kita tidak akan meninggalkan yang kita cintai itu. Dalam berteater ada tiga pembenaran, yaitu : Pembenaran linier (bersumber dari barang yang ada), Pembenaran plot (bersumber dari tindakan), Pembenaran karakter (bersumber dari sikap). Persiapan seorang aktor teater bersumber dari luar dirinya (raga) dan dalam dirinya (sukma), raga harus mampu mempersiapkan apa yang dimaui oleh sukma. Seorang aktor teater harus banyak membaca, melihat, mendengar dan bicara serta dapat mengekspresikan apa yang dirasa (fokus – mempunyai daya ingat yang tinggi). Alasan teater tetap diajarkan dan sebagai ilmu pengetahuan karena teater adalah sebagai : Seni bebas (Membantu pemahaman terhadap semesta dan dunia dimana kita tinggal sekarang – Pada masanya teater mencerminkan dan berpengaruh terhadap masyarakat), Gerakan sosial (Teater dapat dianggap sebagai profesi tertua sebelum politik), Gerakan pribadi (Didalam teater ada komitmen, kerjasama, kepekaan, kepuasan pribadi, pengembangan karakter, kreatif / kritis, pengembangan diri, belajar dari pengalaman, tanggung jawab. (Dalam bentuk teori dan tindakan), Bentuk seni (Seni rupa, seni musik, seni gerak, seni film, seni filsafat, seni sastra). (ziz) (Sumber : pelatihan teater tk madya th 2012 blk asem baris jaksel)


Kebudayaan “tak statis� Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak statis, tapi dinamis. Dia selalu berubah dan bergeser sesuai dengan kondisi dan perkembangan jaman. Begitu pula dengan produk-produk budaya itu, baik yang berupa benda, maupun yang tak benda. Beberapa diantaranya terus bertahan tidak berubah, ada yang turut berubah, bahkan tak sedikit pula yang hilang. Selain itu, perkembangan teknologi dan informasi saat ini pun telah berpengaruh besar terhadap hasil-hasil kebudayaan tersebut. Dengan adanya radio, televisi, internet pengetahuan masyarakat mengenai kebudayaan diberbagai daerah semakin luas. Akan tetapi, tidak hanya pengetahuan yang semakin luas. Pada kenyataannya masyarakat senang sekali meniru atau mencontoh hasil kebudayaan dari kelompok masyarakat lainnya untuk mereka pakai dan gunakan dalam kelompok mereka sendiri. Hal itu tentunya sangat baik, jika yang ditiru dan dicontoh adalah hal-hal yang positif. Namun, seringkali yang ditiru adalah hal-hal yang bertentangan dengan norma dan aturan yang selama ini telah berlaku dalam kelompok mereka. Bahkan sering pula berakibat terkikisnya bahkan hilangnya nilai-nilai positif atau kearifan lokal yang selama ini mereka miliki. Mengingat begitu banyaknya kearifan lokal yang terkandung dalam setiap produk budaya suatu kelompok masyarakat, maka dapat dibayangkan berapa banyak pula yang hilang, jika produk-produk budaya itu mulai diabaikan, bahkan ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Artinya, kekuatan budaya lokal pun mulai rapuh. Oleh karena itu, kiranya perlu sekali dilakukan revitalisasi terhadap produk-produk budaya lokal itu untuk penguatan budaya lokal juga yang pada akhirnya berimbas pada kekuatan budaya nasional. (ziz) (sumber : pertunjukan sanggar bintang timur, setu babakan, jaksel)

Pengertian Topeng Blantek Posted on 7 September 2013 Standar Balas


(PBS, Jakarta) Menurut sdr. Warta Seli Pimpinan Topeng Blantek Do’a Sumiati Desa Mekar, Kedung Gede RT. 001 RW. 02, Tambun, Bekasi Timur bahwa kata Blantek berasal dari Blan yang berarti buta, tek berarti naskah, Blantek artinya tanpa naskah. Ini berdasarkan kebiasaan para penggarap cerita Blantek yang tanpa naskah. Selain itu sdr. Beni pelaku Blantek mengungkapkan bahwa kata Blantek merupakan meniran bunyi-bunyian dari kaleng. Adapula yang berpendapat bahwa kata Blantek berasal dari Blang yang merupakan peniruan 2 buah rebana ditabuh yang bersamaan waktu namun tidak sama frekuensinya. Kata Blang berubah menjadi Bland an tek adalah peniruan bunyi kotek (instrument). Pak Arwanto Pimpinan Topeng Blantek Patra 27 Pademangan Timur IV Gang 27 RT. 006 RW. 01 No. 4 Jakarta Timur bahwa Blantek berasal dari Blantakan yang berarti tidak teratur. Pendapat ini bertitik tolak pada dialog para pemain yang tidak karuan. Ini disebabkan oleh pementasan yang tidak memakai naskah. Kata Blantakan sepadan artinya dengan Blatak-Bletik yaitu Ceplas-Ceplos tidak beraturan dalam berbicara. Jika kita melihat pementasan Topeng Blantek selalu mempergunakan cerita-cerita rakyat misalnya (Bodoh Pinter, Ketiban Duren, Si Jampang Jagoan Betawi, Salah Colek, serta diiringi oleh musik rakyat Betawi). Sehubungan dengan informasi dan data diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Topeng Blantek adalah Sandiwara Rakyat Tradisional yang menampilkan cerita-cerita dan music tradisional Betawi. Berbeda dengan saat sekarang, ketika Jakarta masih sepi dikala hiburan lain belum ada, radio masih merupakan barang langka, sangat banyak jenis kesenian Betawi yang tumbuh serta berkembang, diantaranya (Cador, Gambang Kromong, Gambang Rancag, Jipeng, Jinong, Keroncong, Keroncong Tugu, Lenong, Topeng Betawi, Topeng Blantek, Pencak Silat, Gamelan Ajeng, Tari-Tarian, serta Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek). Namun setelah banyaknya seni pertunjukan asing masuk, maka seni-seni diatas makin menghilang. Dan mulai tahun 70-an, diantara seni-seni diatas ditayangkan pada TVRI, mulailah dikenal kembali oleh masyarakat Betawi, serta menjadi akrab kembali. Lebih-lebih Topeng Betawi dan Topeng Blantek yang disajikan diruang terbuka di halaman dengan arena terbentuk oleh kerumunan para penontonnya hingga merupakan lingkaran atau tapal kuda jika penonton menghadap ke layar tunggal. Dengan bentuk yang demikian, maka posisi pemain dan penonton tanpa batas selama pertunjukan berlangsung. Terkadang terjadi dialog antara para pemain dengan para penonton secara spontan dalam beberapa saat. Pada dasarnya Topeng Blantek dengan Topeng Betawi adalah sama. Perbedaannya terletak pada iringan musiknya. Topeng Betawi diiringi oleh musik Gamelan Topeng berbau gaya Sunda yang ditambah oleh iringan gesekan Rebab, sedangkan Topeng Blantek diiringi oleh Rebana Biang yang terdiri dari 3 buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek). Topeng Blantek berkembang dan disebar luaskan oleh para pedagang keliling jaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka suka bercerita diantara sundung dagangannya. Sejak jaman dulu, para penggarap Topeng Blantek kebanyakan bertani dan berdagang pada siang harinya, itupun jika diantara mereka tidak manggung pada malam harinya. Pada dasarnya para seniman-seniwati memiliki kedudukan yang lebih rendah dari masyarakat umumnya. Akan tetapi masih untuk pada masa lalu kesenian tersebut masih banyak dibutuhkan orang. Jadi kehidupan mereka masih dapat didambakan oleh para


keluarganya. Dilihat dari segi pendidikan, mereka banyak tidak meneruskan ke sekolah lanjutan. Kebanyakan hanyalah lulusan SD atau SR saja. Kadang-kadang SD pun tidak tamat (putus sekolah). Melihat kondisi yang demikian, dengan sendirinya wawasan untuk mengembangkan seni diatas sangat terbatas. Akhirnya akan diabaikan orang jika tidak diadakan pengadaptasian dengan selera masa kini. Walaupun sangat mengkhawatirkan, penggarap Topeng Blantek kini tampak ada upaya pewarisan. Ini dapat dibuktikan dengan adanya para penggarap diantaranya yang berusia 25 tahun ke bawah. Ini berarti mereka lah yang akan melanjutkan garapan seni Topeng Blantek di masa yang akan dating dan kemungkinan besar mereka lah yang akan mewariskan keterampilannya kepada para generasi yang akan datang. Selain itu banyak diantara penggarap seni Topeng Blantek yang mempunyai pekerjaan yang tetap antara lain menjadi sopir dan pegawai negeri, disamping latar belakang pendidikannya ada yang lulus SMP dan SMA. Inilah yang merupakan harapan di masa yang akan datang. Musik Topeng Blantek meliputi beberapa aspek diantaranya (tangga nada, instrument-instrumen, lagu-lagu). Tangga nada yang dipergunakan untuk mengiringi Topeng Blantek kebanyakan tangga nada diantonis, antara lain lagu sirih kuning, surilang dan ada lagu yang bertangga nada pelog atau slendro antara lain lagu kang haji, lagu kangsreng dan adapula yang bertangga nada debusi misalnya jali-jali dan kicir-kicir. Instrumen-instrumen yang dipergunakan untuk mengiringi Topeng Blantek antara lain 3 Buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek) dan adapula yang mempergunakan Rebab, Kendang, Kenong, Kecrek, Bende dan Gong. (ziz) (sumber : copyan proyek pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional betawi, dinas kebudayaan dki Jakarta tahun 1993, atik sopandi, m suaman, abdurachman, dan hisman, sm ardan)

Topeng Blantek “simbol perjuangan” Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Topeng Blantek dapat memberikan nilai-nilai positif di tengah-tengah masyarakat yang selalu tercermin pada setiap pertunjukannya. Topeng Blantek bukan hanya sebatas sebuah pertunjukan, tapi ada tersimpan makna tersirat didalamnya yang dapat memberikan “angin” positif bagi masyarakat yang menyaksikan pertunjukannya, walaupun sering ditanggapi hanya sekedar hiburan. Topeng Blantek merupakan hasil budaya masyarakat Betawi yang pada saat ini “termarjinalkan” oleh situasi. Topeng Blantek belum diketahui sebagian besar masyarakat dan berbanding terbalik jika dibandingkan dengan keberadaan Lenong. Padahal dalam khazanah kebudayaan Betawi, Topeng Blantek menjadi bagian penting bagi masyarakat Betawi. Karena apa? “Karena didalam pertunjukan Topeng Blantek terkandung aspek moral, agama dan sosiologi masyarakat Betawi itu sendiri”. Contohnya bahwa


pada setiap pertunjukannya Topeng Blantek bersetting sundung dan obor. Sundung pada jaman dulu adalah alat paling berharga bagi masyarakat Betawi dan begitu pula obor adalah simbol perjuangan masyarakat Betawi pada masa itu. (ziz) (sumber : pertunjukan sanggar fajar ibnu sena, setu babakan, jaksel)

Unsur Pertunjukan Topeng Blantek Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Topeng blantek memiliki unsur-unsur dalam pertunjukannya, unsur-unsur tersebut terdapat pakem-pakem pertunjukan topeng blantek yang selama ini digunakan oleh seniman topeng blantek. Unsur-unsur pertunjukan topeng blantek antara lain : I. Cerita, Cerita topeng blantek pada umumnya merupakan cerita-cerita legenda masyarakat betawi, tapi saat ini tidak hanya cerita-cerita legenda saja yang dimainkan dan ceritanya bisa mengenai apa saja yang penting terdapat unsur hiburan, penerangan, pendidikan dan dakwah. Unsurunsur cerita topeng blantek antara lain : a. Cerita dari pertunjukan topeng blantek tidak memiliki naskah yang tertulis. Seiring perkembangan jaman, kini cerita pertunjukan topeng blantek menggunakan naskah tertulis yang berisi plot-plot adegan alur cerita sebagai patokan para panjak (pemain). b. Cerita yang dilakonkan adalah cerita legenda masyarakat betawi. Legenda Si Pitung, Si Jampang, Si Jantuk, dll. c. Cerita yang dilakonkan bisa cerita apa saja yang penting ada tokoh jantuk sebagai narator/dalang. Bahkan, cerita teater modern pun sudah sangat sering dilakonkan dengan adaptasi kedalam bentuk cerita masyarakat betawi. II. Kostum, Kostum yang digunakan adalah pakaian sehari-hari masyarakat betawi dan tentunya disesuaikan dengan tokoh yang dilakonkan para panjak (pemain). III. Musik, Iringan musik dalam pertunjukan topeng blantek berbeda dengan teater rakyat betawi lainnya. Pada awalnya, ia hanya seperangkat alat musik sederhana dan apa adanya seperti kaleng, panci, kayu, batu. Namun, seiring perkembangan jaman kini alat music yang digunakan merupakan music campuran dari masyarakat betawi yang heterogen. Biasanya ada yang menggunakan alat musik gambang kromong, gamelan topeng, rebana biang, organ, gitar, biola dan alat music perkusi lainnya. Musik topeng blantek merupakan musik campuran sesuai kebutuhan dan keadaan. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan teater rakyat betawi lainnya, misalnya lenong. Lenong mempunyai ciri dan pakem musiknya sendiri yakni gambang kromong dan bila lenong tidak menggunakan musik gambang kromong, dapat dikatakan itu “lenong-lenongan�. IV. Topeng, Dalam pertunjukan topeng blantek, topeng digunakan untuk karakter tokoh jantuk sebagai narrator/dalang (pembuka-penutup pertunjukan). Ketika pertunjukan dimulai, tokoh jantuk dapat membuka topengnya dan dapat berlakon sebagai tokoh lainnya dalam pertunjukan. V. Tata teknik pentas, Tata teknik pentas dalam pertunjukan topeng blantek merupakan sebagai artistic dan simbolik. Tata teknik


pentas tersebut antara lain : a. Sundung, Sundung terbuat dari bambu, pada mulanya digunakan oleh pedagang sebagai alat pembawa barang (rumput, sayuran, kayu bakar) untuk dijual dipasar. Seiring berjalannya waktu, sundung digunakan sebagai artistic pertunjukan topeng blantek yang berfungsi sebagai pembatas antara panjak (pemain), nayaga (pemusik) dan penonton. b. Obor, Obor terbuat dari bambu yang dulu digunakan sebagai alat penerangan pada setiap pertunjukan topeng blantek yang digelar semalaman suntuk karena belum tersedianya aliran listrik. Kini, obor tidak hanya sebagai alat penerangan, tapi difungsikan sebagai artistik pertunjukan topeng blantek. Selain itu, obor juga berfungsi sebagai pembatas/pembeda ruang dan waktu para panjak (pemain). Contohnya, bila panjak (pemain) dalam perjalanan dekat harus memutari obor sebanyak satu kali dan kalau perjalanannya jauh panjak (pemain) harus memutari obor lebih dari satu kali. c. Waktu dan tempat pertunjukan, Pada mulanya pertunjukan topeng blantek diselenggarakan semalaman suntuk di tempat terbuka yang berada di tengah pasar. Kini, berangsur-angsur pertunjukan topeng blantek disesuaikan dengan kondisi yang ada bisa malam, pagi, siang dan sore hari. Pertunjukan topeng blantek dapat dipentaskan kapan dan dimana saja (di ruang terbuka/tertutup, arena dan panggung) sesuai kebutuhan pertunjukan. d. Unsur gerak, Dalam pertunjukan topeng blantek tidak luput dari unsure gerak seperti pencak silat, tarian dan tokoh jantuk yang berkarakter interaktif/enerjik. e. Struktur penyajian pertunjukan topeng blantek, Dalam pertunjukan topeng blantek terdapat struktur pertunjukan didalamnya agar pertunjukan tersebut berjalan sesuai dengan pakemnya. Struktur pertunjukan topeng blantek adalah sebagai berikut : 1. Mengundang penonton, Mengundang para penonton dengan cara menampilkan musik, tari, pencak silat. 2. Pembukaan, Pembukaan di awali dengan tokoh jantuk sebagai narator untuk menceritakan lakon yang akan dimainkan. 3. Isi cerita, Cerita dalam bentuk plot yang ditambah dengan improvisasi panjak (pemain). 4. Penutup, Penutup diakhiri oleh tokoh jantuk sebagai pembawa pesan cerita. (ziz) (Sumber : skripsi, aji warsono, fsp ikj, metode akting tokoh jantuk dalam topeng blantek)

Topeng Blantek “ibu-bapak teater betawi� Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Topeng blantek adalah ibu-bapak dari semua jenis seni pertunjukan yang ada di Betawi. Pada proses perjalanannya, konon begitu lahir lenong denes yang mengakar pada budaya arab melayu dan lenong preman yang mengakar pada budaya melayu cina serta topeng betawi yang berakar pada perpaduan sunda-jawa, saat itulah topeng blantek sekarat. Kini topeng blantek adalah orang tua yang rindu terhadap perawatan dan kemanjaan anak-cucu agar bisa hidup kembali sehat-enerjik seperti sedia kala. Topeng blantek adalah teater betawi yang pernah tumbuh dan berkembang pada jamannya. Peristiwa teater seringkali menarik dan


menggairahkan, bukan saja peristiwa itu memberikan kesempatan pada semua orang untuk menunjukkan prestasi yang baik, lebih dari itu merupakan uji-jati-diri terhadap nilai-nilai kehidupan yang senantiasa terus berkembang dan bersaing di tengah-tengah masyarakat Jakarta yang heterogen ini. Maka, dalam momentum demikian kreativitas seniman dituntut jadi insan panut serta mampu menghidangkan karya-karya berkualitas seperti suguhan topeng blantek sebagai media hiburan, penerangan, pendidikan dan dakwah. Topeng blantek itu ada di betawi bermula dari orang-orang pasar yang sambil menunggu hari pasar, mereka memainkan lakon. Lakon sehari-hari kehidupan masyarakat betawi dengan musik seadanya dan orang-orang berdatangan untuk menonton serta diharapkan bertanya tentunya.(ziz) (Sumber : nasir mupid, fajar ibnu sena, pesanggrahan, jaksel)

Topeng Blantek “bereksistensi� Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Masyarakat Betawi harus memberikan apresiasi tersendiri terhadap keberadaan seni budaya topeng blantek, artinya bahwa seni budaya topeng blantek harus dikembalikan eksistensinya dan seniman topeng blantek diberikan kesempatan untuk lebih sering menampilkan seni budaya topeng blantek kepada masyarakat umum, terutama masyarakat Betawi itu sendiri. Secara historis seni budaya topeng blantek telah lama ada, tapi seiring dengan perkembangan jaman seni budaya topeng blantek akan punah apabila tidak dilestarikan dan dimanfaatkan. Dalam hal ini, didalam seni budaya topeng blantek sangat terkait dengan nilai pendidikan. Hal tersebut tercermin bahwa setiap seni budaya yang ada pasti memiliki nilai pendidikan yang terkandung didalamnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Apalagi seni budaya dan pendidikan merupakan termasuk bagian terpenting dalam masyarakat. Oleh sebab itu, khususnya masyarakat Betawi sendiri dalam hal ini selalu mempertahankan seni budayanya karena memiliki nilai berharga dan terkandung aspek pendidikan yang menjadi cerminan masyarakat. Padahal seni budaya topeng blantek memiliki nilai-nilai pendidikan dan hubungan masyarakat yang ada didalamnya, bahkan seni budaya topeng blantek yang “ada-tiada� ini memiliki sebuah nilai edukasi sebagai pembelajaran masyarakat dalam kehidupan. (ziz)


(Sumber : skripsi, faisal amrin bachtiar, fis unj, pola pendidikan topeng blantek)

Topeng Blantek “asset budaya nasional� Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Kesenian adalah sebuah karakter dan asset bangsa yang harus dijaga dan dilestarikan. Identitas bangsa itu dapat dilihat dari keseniannya. Kesenian itu sebagai komunikasi antara etnis suku bangsa yang beraneka ragam. Namun tidak sebagai pemecah antar etnis suku yang menyebabkan konflik. Masyarakat Betawi sendiri harus dapat menjaga berbagai macam kesenian yang berasal dari sukunya sendiri. Topeng Blantek adalah seni teater Betawi yang merupakan asset budaya bangsa dan tak ternilai harganya. Namun, Topeng Blantek masih sangat terasa asing dan masyarakat Betawi banyak yang belum mengenal Topeng Blantek. Padahal Topeng Blantek salah satu bagian dari seni teater Betawi yang telah lama ada. Akan tetapi, Topeng Blantek tidak terlalu populer seperti kesenian Betawi lainnya, yakni Topeng Betawi, Lenong, Gambang Kromong, Tanjidor, Ondel-Ondel dan lainnya. Hal tersebut tidak menyurutkan para seniman Topeng Blantek, mereka tetap menyelenggarakan pertunjukan Topeng Blantek ke pelosok kampung walaupun dengan kondisi yang sangat mengenaskan. Semua itu tidak lain adalah untuk menunjukkan eksistensi Topeng Blantek ditengah-tengah masyarakat umum, terutama masyarakat Betawi yang hingga kini banyak yang belum mengenal secara utuh Topeng Blantek. (ziz) (sumber : skripsi, faisal amrin bachtiar, fis unj, pola pendidikan topeng blantek)

Blantek “hidup segan-mati gak mau� Posted on 7 September 2013 Standar Balas


(PBS, Jakarta) Blantek adalah cikal bakal kesenian Betawi saat ini seperti gambang kromong, samrah, lenong dan lain sebagainya. Tapi, minimnya dukungan pemerintah dan sepinya job membuat blantek nyaris tak populer dan makin surut pamornya. Kini, blantek yang dulu dikenal di kalangan rakyat Betawi kondisinya mengenaskan. Bahkan, keberadaan seniman dan sanggar blantek boleh dibilang “hidup segan-mati tak mau”. Asal nama blantek berasal dari bahasa Inggris, yaitu blindtexs, yang berarti buta naskah, permainan blantek tidak memakai naskah dan sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar cerita yang akan dimainkan. Ciri blantek, yaitu terdapat tiga buah sundung (bambu yang dirangkai berbentuk segitiga yang biasa digunakan untuk memikul sayuran, rumput dan lain sebagainya) yang diletakkan di pentas sebagai pembatas para pemain yang sedang berlakon dan pemusik serta ditambah dengan perangkat lainnya berupa obor yang diletakkan di tengah pentas. Blantek sempat bangkit pada 1972 saat “raja blantek” alm Ras Barkah melakukan pengembangan kebentuk yang lebih sempurna, namun tidak meninggalkan keasliannya. Saat era alm Ras Barkah, blantek sempat tumbuh subur hingga ada 25 sanggar dengan rincian, Jakarta Barat 10, Jakarta Utara 3, Jakarta Timur 5, Jakarta Pusat 3, dan Jakarta Selatan 4 sanggar. Blantek juga sempat mencapai klimaksnya dengan digelarnya Festival pada 26-31 Mei 1994 selama lima hari berturut-turut atas kerjasama Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dengan Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan Yayasan Seni Budaya Jakarta. Saat itu, Festival diikuti 13 sanggar. Sepeninggal alm RasBarkah pada 2007, upaya melestarikan blantek mulai terkendala modal dan sulitnya mencari generasi penerus serta diperparah dengan tak adanya perhatian dari pemerintah untuk turut melestarikan topeng blantek. Akibatnya, satu-persatu sanggar-sanggar tersebut berguguran. (ziz) (sumber : marhasan, blantek pangker group, semanan, jakbar)

Jakarta “santun” Posted on 7 September 2013 Standar Balas


(Jakarta, PBS) Keberadaan tokoh Betawi yang duduk di legislatif maupun eksekutif adalah suatu bukti bahwa masyarakat Betawi bukan masyarakat pinggir, tapi masyarakat yang dapat menjadikan para tokoh-tokohnya sebagai pemimpin. Hal itu, sebagai cerminan dari kebersamaan masyarakat Betawi dalam membangun kotanya sendiri. Namun demikian keberhasilan itu janganlah dijadikan suatu sikap “euforia” yang kebablasan dan tidak jelas kemana arahnya. Semestinya sikap “euforia” itu adalah hal yang wajar asalkan diimbangi dengan semangat masyarakat Betawi secara bersama-sama membangun kota Jakarta dengan santun. Semua itu adalah modal dasar bagi masyarakat Betawi dalam berkomitmen dan konsekuen untuk betul-betul menjadikan kota Jakarta menjadi kota yang aman dan nyaman bagi seluruh masyarakat Betawi maupun masyarakat daerah lainnya, terlebih terhadap turis-turis asing. Kota Jakarta adalah ibukota Negara, dimana segala aktifitas dan kegiatan masyarakat maupun lainnya terpusat di Jakarta. Sudah barang tentu, menjadi tanggung jawab kita bersama dalam menjaga dan melindungi kota Jakarta. Segala apa aja ada di Jakarta dari “sajadah sampe haram jadah”, semua harus mendapatkan porsi yang sama dan tidak tebang pilih dalam pelayanan yang menyangkut kepada kehidupan dan keselamatan seluruh masyarakat kota Jakarta. Ini sudah barang tentu menjadi tanggung jawab kita bersama dalam aplikasi dan realisasi segala apa yang sudah direncanakan, disepakati, diputuskan dan dijalankan secara bersama-sama. Jakarta adalah kota besar dan ibukota negara, dimana kota Jakarta adalah kota dimana tempat bermuaranya ragam budaya. Jakarta adalah pintu gerbang budaya bangsa sudah barang tentu menjadi kota yang selalu siap setiap saat dalam menyambut serta melayani yang hendak bertandang mengunjunginya. (ziz) (sumber : lembaga pemberdayaan masyarakat jakarta)

Kesenian Betawi “sejarah panjang” Posted on 7 September 2013 Standar Balas


(Jakarta, PBS) Setelah UU penghapusan budak disiarkan pada abad ke 19 maka orkes budak yang tersebar diwilayah Batavia itu lepas dari majikannya dan mencari penghidupan dengan berkeliling kota. Inilah yang kemudian dikenal dengan orkes Tanjidor, yang bukan hanya terdapat di dalam wilayah administrasi DKI Jakarta tetapi juga sampai ke daerah Tangerang, Bogor, Bekasi dan Krawang. Selain para pejabat VOC yang mendapat hak membeli tanah-tanah luas pinggiran Batavia dan sekitarnya, orang-orang Cina dari golongan pedagang dan saudagar juga mendapat kesempatan. Di rumah-rumah perkebunan mereka juga memelihara tenagatenaga penghibur. Hanya alat music yang mereka mainkan bukan alat music Eropa tetapi alat musik berwujud rebab Cina yang terdiri dari tiga macam : tehyan, kongahyan dan sukong. Alat musik lainnya adalah gambang dan kromong. Inilah yang kemudian dikenal dengan musik gambang kromong. Perkembangan penduduk yang datang dari Bali dari 981 orang pada abad ke 17 menjadi 7.720 orang pada abad ke 19 cukup menjadi perhatian, terutama kemungkinan sampai seberapa jauh unsur-unsur Bali yang terdapat pada kesenian tradisional yang ada di DKI Jakarta. Berdasarkan kepada peninjauan dilapangan memang tampaknya kemungkinan tersebut sangat besar, misalnya gerak-gerak tari pada tari Topeng Betawi berikut gaya pukulan gamelannya. Demikian juga pada gaya dan irama pukulan pada gamelan Wayang Kulit Betawi. Pendatang-pendatang yang mengaku keturunan Portugis juga tidak sedikit yang bermukim di Batavia setelah kota Malaka ditaklukkan VOC pada tahun 1641. Tidak lama kemudian mereka berpindah lagi jauh ke timur kota Batavia, daerah Cilincing sekarang. Disana sejak tahun 1673 mendirikan perkampungan khusus untuk orangorang keturunan Portugis dengan gerejanya yang disebut “Gereja Tugu”. Mereka ini mempunyai kesenian Kroncong Tugu dengan lagu-lagunya yang terkenal seperti “Nina Bobo”, “Kaparinyo”, Kroncong Moritsko” yang konon merupakan asal muasal dari kroncong sekarang. Kesenian yang mengandung unsur-unsur ajaran agama Islam tampak sangat dominan diwilayah DKI Jakarta, suatu hal yang menunjukkan betapa telah meresapnya ajaran tersebut setelah Fatahillah merebut Bandar kalapa tanggal 22 Juni 1527. Para pendatang yang berasal dari Jawa dan Sunda pada abad ke 17 tercatat sebesar 6.339 dan pada tahun 1815 jumlahnya malah turun menjadi 3.331 orang. Tetapi pada tahun 1893 jumlah naik kembali. Dibanding dengan penduduk Betawi asli (mereka yang menggunakan bahasa Melayu dialek Betawi sebagai bahasa ibu secara turun temurun) menurut komposisi penduduk tahun 1930, jumlah pendatang dari Jawa dan Madura 1/7 dari penduduk Betawi. Kemudian pada tahun 1971 jumlah pendatang dari Jawa dan Madura menjadi lebih banyak dari penduduk Betawinya (25,4 % lawan 22,9%). Dengan bertambahnya pendatang-pendatang dari Jawa selama beberapa abad maka tidak mengherankan kalau budayanya juga menyusup ke dalam budaya Betawi, yang tercermin mulai dari bahasa, musik, tari dan teater. (ziz) (sumber : PETA SENI BUDAYA BETAWI, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Tahun 1986)


Topeng Blantek “hyper realitas� Budaya Masyarakat Betawi Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Kebudayaan merupakan sebuah identitas baik pada sebuah Negara secara umum dan khususnya masyarakat yang menciptakan kebudayaan tertentu. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa sebuah kebudayaan adalah hal yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Kebudayaan adalah hasil sesuatu yang diciptakan dari kebiasaan masyarakat. Interaksi antar sesama individu dimasyarakat secara tidak langsung telah membentuk hubungan yang erat. Interaksi sangatlah penting dalam membentuk pola hubungan dimasyarakat. Proses ini dapat saling berhubungan dan saling mempengaruhi, sehingga pola dimasyarakat tersebut dapat terjadi dan tersosialisasi. Hubungan interaksi yang saling mempengaruhi ini dapat menjadikan proses kekerabatan dan bahkan keterikatan satu dengan yang lain. Dalam interaksi dimasyarakat Betawi, antar sesamanya secara tidak langsung telah menciptakan budaya. Budaya masyarakat Betawi sendiri dapat terlihat pada pola bahasa dan prilaku mereka sehari-hari. Dari hal yang demikian itu, nantinya masyarakat membentuk suatu hasil budaya sebagai simulasi dari budaya mereka. Secara sosiologi, masyarakat Betawi antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Biasanya hal tersebut terjadi pada kalangan sesepuh Betawi. Namun, tidak menutup kemungkinan para generasi muda Betawi juga memiliki hal yang sama. Ini dapat terlihat dengan banyak dan berkembangnya organisasi pemuda Betawi. Demikian halnya dengan Topeng Blantek yang merupakan hasil budaya dari masyarakat Betawi pada jaman penjajahan. Topeng Blantek tersebut ada karena masyarakat Betawi mempunyai sesuatu budaya yang dapat menjadi simbol kesukuannya. Namun, seni budaya masyarakat Betawi banyak jumlahnya, tapi tidak menyurutkan ciri khas Topeng Blantek. Topeng Blantek sendiri merupakan “hyper realitas� dari budaya masyarakat Betawi. Topeng Blantek merupakan implementasi dari kehidupan masyarakat Betawi yang menjadi bagian dari seni budaya Betawi dan ini menunjukkan bahwa eksistensi seni budaya Betawi masih dapat bertahan. Topeng Blantek pada setiap pertunjukannya memiliki makna-makna yang terkandung didalamnya. Makna tersebut pada umumnya adalah sebuah pesan moral yang disampaikan dan diinformasikan kepada masyarakat luas. Makna dan pesan moral yang disampaikan mengandung nilai-nilai positif. Akan tetapi yang terpenting bahwa Topeng Blantek masih ada dan tetap eksis di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat Betawi ingin segala tindakan ataupun pemikiran harus terus maju dan berorientasi pada pengembangan kedepan. (ziz) (sumber : skripsi faisal amrin bachtiar, fis unj sosiologi)


Topeng Blantek “sarat pesan moral� Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Yang dimaksud dengan pola pendidikan bahwa budaya dapat memberikan nilai-nilai pendidikan pada masyarakat. Nilai-nilai tersebut bisa berupa sebuah hal-hal yang perlu ada dalam masyarakat. Seni Budaya bukan hanya sebatas sebuah pertunjukan atau pementasan saja, tapi ada makna yang tersirat dalam budaya tersebut yang memberikan nilai positif tersendiri bagi masyarakat. Setiap budaya pasti memiliki makna dalam penyampaiannya, walaupun terkadang respon masyarakat berupa penafsiran ataupun hanya sebatas hiburan. Sama halnya dengan Topeng Blantek ini juga memiliki makna nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Nilai-nilai itupun juga bersifat relative jika setiap masyarakat memiliki interprestasinya sendiri. Namun, hal yang perlu diperhatikan bahwa intinya Topeng Blantek memiliki sebuah nilainilai yang juga bisa berarti tuntunan. Topeng Blantek merupakan hasil budaya masyarakat Betawi pada saat ini termajinalkan. Masyarakat sebagian belum mengetahui Topeng Blantek, dibandingkan Topeng Betawi dan Lenong. Padahal dalam Topeng Blantek ini juga merupakan warisan penting dari para pendahulu. Warisan penting tersebut karena ada sisi baik yang harus diketahui masyarakat luas, khususnya masyarakat Betawi. Sisi baik ataupun sebuah nilai yang terkandung adalah aspek moral, agama dan sosiologis. Ketiga aspek tersebut selalu disampaikan pada pertunjukan Topeng Blantek. Para seniman Topeng Blantek menginginkan bahwa secara tidak langsung memberikan nilai-nilai positif dalam kehidupan masyarakat dalam bentuk pertunjukan. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya sebatas mengetahui Topeng Blantek saja, tapi terlebih kepada nilai-nilai yang terkandung pada setiap pertunjukan Topeng Blantek. Namun, pada kenyataannya kini Topeng Blantek keberadaannya telah lama redup dan bahkan hampi punah. Pola pendidikan yang terbentuk melalui pertunjukan Topeng Blantek disampaikan secara universal dan memiliki banyak manfaat, baik itu bagi diri sendiri maupun masyarakat. Aspek moral, agama dan sosiologis adalah tiga hal penting yang harus dijalankan. Pembentukan pola tersebut dapat terjadi pada saat masyarakat melihat dan memahami isi cerita pertunjukan Topeng Blantek. Ditambah lagi bahwa keberadaan peran Jantuk yang memberikan keterangan intisari cerita mulai dari awal dan akhir pertunjukan serta memberikan sebuah solusi. Intisari cerita pada setiap pertunjukan Topeng Blantek merupakan bentuk dari nilainilai dasar kehidupan masyarakat. (ziz) (sumber : skripsi faisal amrin bachtiar, fis unj sosiologi)

Topeng Blantek “simpang-siur� Posted on 7 September 2013 Standar Balas


(Jakarta, PBS) Topeng Blantek berasal dari dua suku kata, yaitu Topeng dan Blantek. Istilah Topeng berasal dari bahasa Cina di jaman Dinasty Ming dari asal kata To dan Peng. To artinya Sandi dan Peng artinya Wara, jadi Topeng itu dapat diartikan Sandiwara. Sedangkan kata Blantek berasal dari bunyi-bunyian musik yang mengirinya, yaitu satu rebana biang, dari dua rebana anak dan satu kecrek yang menghasilkan bunyi “blang blang crek�. Namun karena lidah lokal dalam penyebutannya muncullah istilah Blantek. Selain itu, Blantek juga berasal dari bahasa Inggris, yaitu Blindtexs yang berarti buta naskah. Ada yang mengatakan bahwa permainan Blantek dahulu kala tidak memakai naskah dan sang sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar cerita yang akan dimainkan. Mulanya Topeng Blantek berasal dari kesenian tradisi Betawi Topeng dan Blantek. Topeng merupakan kesenian tradisi Betawi yang menggunakan Topeng dengan musik pengiring gamelan. Ceritanya legenda masyarakat Betawi yang menonjolkan kejawaraan dan kepahlawanan. Disebut Topeng karena tokoh pada saat itu menggunakan Topeng dan pembukaannya dimulai dengan Tari Topeng yang bertujuan untuk mengumpulkan penoton. Namun Blantek merupakan permainan rakyat anak pengangon setiap waktu istirahat mereka berdialog menirukan Toniel dan digelar tanpa panggung, gamelan, tapi menggunakan music mulut serta alat perabotan seadanya. Namun seiring dengan berkembangnya Teater Tradisi Betawi, maka Topeng dan Blantek menjadi satu kesatuan yang utuh dan kini disebut Topeng Blantek, yakni perpaduan Topeng dan Blantek. Keberadaan Topeng Blantek berawal dari pemberontakan masyarakat Betawi terhadap politik, penjajah bahkan terhadap seniman Betawi itu sendiri. Keberadaan Topeng Blantek tidak begitu disukai oleh sekelilingnya dan banyak kesalahpahaman terhadap apa itu Topeng Blantek hingga kini. Sehingga kondisi tersebut menimbulkan perbedaan pendapat bahkan permusuhan yang disinyalir oleh sebagian kalangan dianggap sebagai politisasi seni dan persaingan budaya. Hal tersebut mengakibatkan apresiasi masyarakat terhadap Topeng Blantek kurang dikenal, lain halnya Lenong yang dikenal oleh masyarakat. Bahkan berlanjut kepada pemahaman masyarakat bahwa setiap pertunjukan-pertunjukan Teater Tradisi Betawi lainnya selalu saja dianggap oleh masyarakat itu adalah pertunjukan Lenong. Sehingga seiring dengan waktu yang terus berjalan bahwa Topeng Blantek pun berangsur-angsur kalah dan raib digerus dengan keberadaan Lenong. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa Topeng Blantek menjadi sebuah pertunjukan berawal dari para pedagang di tanah Betawi yang menawarkan dagangannya melalui celoteh-celoteh (kata-kata). Dari celotehan tersebut, kemudian menjadi sebuah pertunjukan yang menarik dan asriratif. Pedagang-pedagang tersebut kebanyakan dari kalangan ahli agamaIslam yang pada akhirnya mempergunakan Topeng Blantek sebagai media penyebaran agama Islam melalui celoteh-celotehan yang sarat pesan dakwah, pendidikan dan penerangan kepada masyarakat. (ziz) (sumber : skripsi aji warsono fsp ikj jakarta )


Topeng Blantek “terus berkarya� Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Topeng Blantek itu ada, bermula dari orang-orang pasar. Sambil menunggu hari pasar, mereka memainkan lakon. Lakon yang dimainkan adalah seputar kehidupan sehari-hari masyarakat dengan menggunakan alat musik dan dekor seadanya. Topeng Blantek mempunyai arti adalah Topeng berarti Pertunjukan dan Blantek berarti Tanpa Tek. Jadi dapat disimpulkan bahwa Topeng Blantek itu adalah bermain lakon tanpa naskah dan sangat mengandalkan improvisasi serta didukung dengan tetabuhan musik seadanya. Pengertian tentang Topeng Blantek yang berkembang tak menjadi soal, seniman Topeng Blantek terus berkarya. Topeng Blantek tumbuh dan berkembang diwilayah pinggiran dan berkaitan dengan keberadaan Teater Rakyat Betawi lainnya, seperti Topeng Cisalak, Topeng Tambun, Topeng Tangerang, Lenong Preman, Lenong Denes, Jipeng, Jinong. Dilihat dari segi materi dan pemanfaatan seluruh pertunjukan Topeng Blantek yang paling menonjol adalah lakonnya berfokus dialog dan lelaku serta bersetting yang dihiasi dengan tiga buah sundung dan satu obor. Dengan demikian, Topeng Blantek sudah sepantasnyalah dipertunjukkan sebagai sarana dakwah, pendidikan dan penerangan yang cukup efektif. Sebab, selain unsur hiburan yang disuguhkan, juga ada dialog yang terjadi antara pemain dengan penonton dan biasanya disampaikan oleh bebodor. Sehingga, pertunjukan Topeng Blantek sangatlah mudah disisipi dengan pesan dakwah, pendidikan dan penerangan. Pada saat Pemerintah sedang menggalakkan program Bimas/Inmas, KB, 8 Tertib Hukum dan tema-tema pembangunan lainnya, Topeng Blantek sangat banyak berperan dalam mensosialisasikannya kepada masyarakat luas. Kini Topeng Blantek sangat merindukan saat-saat indah tempo dulu dan tetap terus berkarya. (ziz) (dari berbagai sumber)

Topeng (Kedok) Betawi Posted on 7 September 2013 Standar Balas


(Jakarta, PBS) Dalam seni pertunjukan rakyat topeng atau kedok adalah alat penutup seluruh atau sebagian muka untuk merubah penampilan pelaku, agar dapat dianggap sesuai dengan yang diperankan. Alat perubah penampilan yang menutup sebagian atau seluruh tubuh biasa disebut barong atau barongan, seperti ondel-ondel diwilayah budaya Betawi, badawang di Priangan, barongan buncis di Jawa Tengah dan barong landing di Bali. Rupanya pertunjukan topeng di wilayah budaya Betawi sudah biasa diselenggarakan pada masa sebelum Agama Islam tersebar. Hal itu terbukti dari informasi yang terdapat dalam naskah Sanghiyang Kanda(ng) Karesian bertitimangsa 1440 Saka atau 1518 Masehi. Naskah tersebut ditemukan di Kebantenan, sekarang termasuk Kelurahan Jatiasih, Bekasi. Data tertulis kemudian tentang keberadaan pertunjukan topeng di wilayah budaya Betawi adalah karya Hardouin dan Ritter yang terbit pada 1854 di Leiden, Negeri Belanda. Deskripsi tentang pertunjukan topeng pada awal abad 19, jadi kurang lebih 2 abad yang lalu, sebagaimana dikemukakan dalam buku tersebut, tidak jauh berbeda dengan yang biasa kita lihat dewasa ini. Pada babak lipet gandes, contohnya, baik busana maupun konvensi penampilannya tampak sama, kecuali tutup kepala ronggengnya berbentuk tekes seperti topeng Cirebon, serta bodornya mengenakan kedok Pentul. Perbedaan lainnya adalah dalam membawakan cerita atau lakon, para pelakunya juga mengenakan topeng, sesuai dengan tokoh yang diperankan. Contohnya, untuk memerankan seorang Belanda, pelakunya mengenakan topeng bapang berhidung panjang. Mungkin karena para pelakunya mengenakan topeng itulah, maka teater jenis ini dahulu disebut pertunjukan topeng, yang berlanjut sampai dewasa ini, walaupun sekarang dalam perkembangannya tidak lagi seperti masa-masa lalu. Sebagaimana kita ketahui pada masa kini hanya pemeran Bapak Jantuk dan penari yang menarikan tari topeng tiga yang tampil bertopeng. Tari topeng tiga, juga biasa disebut tari kedok tiga atau disingkat menjadi tari topeng tunggal. Penarinya tampil dengan berturutturut mengenakan kedok Panji, Samba dan Kelana atau Jingga. Kedok Panji berwarna putih, bentuk matanya liyepan, setengah tertutup. Samba berwarna kemerah-merahan dengan bentuk mata lanyapan, lebih terbuka disbanding liyepan. Kelana atau Jingga berwarna merah tua, bentuk matanya delengan, melotot. (ziz) Pelatihan Pembuatan Topeng Betawi, BLK Asem Baris Jaksel

Betawi “bangkit� Posted on 7 September 2013 Standar Balas


(Jakarta, PBS) Kebangkitan kembali kebudayaan Betawi melalui perjuangan sastrawan Firman Muntaco yang membuat tulisan serial dengan gaya Betawi di SK Mingguan Berita Minggu sejak tahun 1957. Sebelumnya sastrawan SM Ardan menerbitkan kumpulan Cerpen Terang Bulan Terang Di Kali bergaya Betawi, tapi Firman Muntaco lebih fenomenal. Sampai tahun 1970 Pemerintah Kota Jakarta dalam setiap acara-acara resminya hanya menampilkan kesenian Sunda. Kesenian Melayu Betawi tak mendapat tempat. Meskipun sejak tahun 1958 ada usaha membangkitkan pergerakan masyarakat Betawi, tapi usaha ini tak banyak membawa hasil. Gubernur Ali Sadikin menggebrak Jakarta dengan mengeluarkan kebijakan memihak kesenian Betawi. Beberapa kesenian Betawi dimunculkan dan dihidupkan kembali. TIM sebagai arena pertunjukan kesenian sejak tahun 1969 dimanfaatkan seniman/sastrawan SM Ardan, Ali Shahab, D Djayakusuma, Soemantri Sastrosoewondo untuk membangkitkan Teater Tradisional Betawi (Lenong). Usaha ini menampakkan hasil yang sangat diluar dugaan. Ratusan penonton memenuhi TIM menyaksikan pertunjukan Lenong. Namun, empat serangkai itu terlalu fokus pada Lenong. Perekrutan seniman yang hantam kromo, tanpa membedakan latar belakangnya, pada gilirannya merugikan kesenian lain, seperti Topeng. Saking terkenalnya Lenong, maka publik mengenal semua jenis pementasan Teater Tradisional Betawi selalu dianggapnya Lenong. Padahal yang mereka tonton adalah pementasan Topeng, itulah yang merugikan Topeng. (ziz) (dari berbagai sumber)

Jangan Biarkan Betawi Hidup Dalam Tempurung Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Apa sih masyarakat betawi itu ? Darimana rumpun betawi itu berasal ? Akar Betawi itu dalam sejarah adalah multi etnik dari saham banyak etnis. Karena itu Betawi harus dilihat dalam perspektif yang lebih luas. Menanggapi hal itu, Tokoh Muda Betawi H. Zainudin, MH. SE yang akrab dipanggil Bang Haji Oding, disela kesibukannya mengatakan bahwa semua harus menerima kemajemukan bangsa ini menjadi bagian yang integral. Semua harus saling menghargai dan memberi ruang hadirnya etnik lain agar bisa diterima dalam multikultural


keindonesiaan. “Jangan biarkan Betawi hidup dalam tempurung. Inilah yang membuat Betawi terlambat dan lamban untuk maju,” tandasnya. Dijelaskannya bahwa muamalah dalam perspektif Islam adalah kita wajib menghargai orang di luar Islam untuk membangun kehidupan sosial yang lebih baik. Apalagi dalam soal etnik, maka kita harus saling menghargai kekurangan dan kelebihan orang lain. Tidak boleh ada sekat yang kemudian sampai mengeluarkan tuduhan menggadaikan ke”betawi”an. “Mendukung dan mengembangkan Betawi is oke sekalipun sampai saat ini semua lembaga kemasyarakatan yang berlebel Betawi (maaf), belum saya lihat realisasi investasinya utk mengangkat harkat dan martabat Betawi,” jelasnya. Menurutnya Kota Jakarta yang multi etnik, dimana Betawi hanya urutan ketiga setelah Jawa dan Sunda akan sulit berkembang jika Betawi sendiri tidak siap dalam akulturasi multi etnik itu. Biarkan Betawi memiliki kemerdekaannya sendiri, tanpa harus dicecoki oleh ancaman-ancaman. Dengan demikian tidak bisa diklaim bahwa itu “menggadaikan kebetawian”. “Tanpa diminta Betawi akan menyatu jadi satu, jika kelak pada waktunya ada figur yang kredibel, mumpuni, panutan dan kerjanya dirasakan oleh masyarakat. Sebelum ada sosok seperti itu kita jangan asal bunyi,” imbuhnya. (ziz)

Bamus Betawi Siap Telorkan Pemimpin Betawi Masa Depan Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) “Insya Allah pada waktu yang akan datang masyarakat Betawi akan lebih maju, lebih baik, dan lebih siap dalam rangka menghadapi era globalisasi ke depan,” kata H. Zainudin MH, SE (H. Oding) Ketua Umum Bamus Betawi belum lama ini, disela sambutannya dalam pembukaan pertunjukan Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Menurutnya, terlepas dari itu semua bahwa siapa yang tinggal di kota Jakarta semua menjadi bagian dan harus ikut bertanggung jawab memajukan dan melestarikan nilai-nilai budaya Betawi. Betawi sekarang ini adalah Betawi yang berbeda dari BetawiBetawi yang lalu, kita sekarang sadar bahwa ibukota Negara ini harus tetap berlangsung dengan lebih maju, lebih tertib, lebih baik ke depan. Oleh karena itu seluruh masyarakat Betawi ditanah kelahirannya ini, harus mempersiapkan sedini mungkin kualitas dirinya, kualitas pendidikannya, kualitas ekonominya, termasuk didalamnya presfektif bahwa kita ingin menghasilkan tokoh-tokoh Betawi dalam blantika perpolitikan Jakarta sekaligus perpolitikan nasional. “Saya terus keliling di seluruh kota Jakarta semenjak terpilih pada bulan Mei 2013 sebagai Ketua Umum mempunyai tanggung jawab, kalau Bamus Betawi pada waktu tahun-tahun lalu tidak begitu dikenal oleh masyarakat Jakarta, kurang begitu dikenal oleh masyarakat Betawi, masyarakat Betawi kurang paham tentang Bamus Betawi, saya minta doa dan restu serta dukungan Insya Allah lima tahun


kedepan Bamus Betawi akan membooming dan dikenal diseluruh masyarakat Jakarta,” ungkapnya. Lebih lanjut H. Zainudin MH, SE (H. Oding) menjelaskan bahwa sudah waktunya masyarakat Betawi harus maju dan tampil kedepan. Sekarang Gubernur dan Wakil Gubernurnya bukan orang Betawi, ini pilihan rakyat. Kita harus terima pilihan rakyat ini dengan baik, kita harus dukung siapapun yang dipilih oleh rakyat karena rakyat mempunyai hak preogratif dalam menentukan pemimpinnya. Tetapi mulai dari hari ini dan lima tahun kedepan, masyarakat Betawi harus lebih siap dan mempersiapkan diri untuk tampil kedepan menjadi pimpinan ibukota Jakarta yang tercinta ini. “Itu harus karena salah satu tugas yang kita emban adalah memajukan kultural budaya tanah Betawi ini. Saya konsultasi dengan para seniman dan budayawan di Betawi ini, rupanya nilai-nilai kultural budaya Betawi itu banyak ragamnya, banyak variasinya. Tidak melulu dia akulturasi dengan Cina maupun Arab,” jelasnya. Ditambahkannya bahwa Betawi punya nilai kultural budayanya sendiri sejak jauh berabad-abad yang lalu. Betawi ini ada sebelum Belanda datang dan ada sebelum kerajaan-kerajaan berdiri, sudah ada komunitas masyarakat Betawi di Jakarta. Tidak heran pada tahun 1928, Betawi didalam rangka proses merebut kemerdekaan kita sudah menorehkan tinta emas dalam sejarah bangsa Indonesia dengan berdirinya organisasi Pemoeda Kaoem Betawi. Jadi masyarakat Betawi sebagai putera daerah di kota Jakarta ini harus bersatu dan kompak dan mulai menentukan langkah-langkah kedepan untuk kemajuan kita, anak-cucu kita, generasi kegenerasi Betawi ditahun-tahun mendatang. “Sebagai masyarakat Betawi, kita harus siap. Oleh karena itu kepada khusus masyarakat Betawi, mari kita melakukan hal-hal yang terbaik dan kepada masyarakat daerah lainnya yang tinggal di kota Jakarta mari bersama-sama dengan masyarakat kaum Betawi untuk memajukan lingkungan dan kultur budaya Betawi untuk kemashlahatan ibukota Jakarta kedepan,” imbuhnya. (ziz) Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

Refleksi HUT RI Ke 68 Dato’ Ridwan Saidi Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) HUT Kemerdekaan RI ke 68 diperingati dengan silaturahim ke Sejarawan sekaligus Budayawan tangguh Betawi, Dato’ Ridwan Saidi di rumahnya di bilangan Bintaro. Pesan beliau agar kite generasi muda meneruskan perjuangan beliau menapak tilas sejarah dan perjuangan generasi dulu, wabil khusus peran kaum Betawi dalam


perjuangan pergerakan kemerdekaan RI yang kebanyakan tidak tercatat oleh sejarah karena mereka pejuang kaum Betawi kebanyakan gak mau ‘kesohor’. Akibatnye kite generasi muda jadi gak tau jejak sejarah dan peran pahlawan kemerdekaan dari Betawi seperti Nurjannah pimpinan Laskar Wanita Jakarta dari Tenabang. Diskusi panjang lebar mulai dari sejarah Wak Item Syahbandar Nusa Kalapa yang dibantai Fatahillah, Patih Mundari, Ki Alang sampe Mahbub Djunaidi. Kayaknye gak cukup seharian klo di

Lebaran Betawi Wadah Pengenalan Khazanah Seni Budaya Masyarakat Betawi Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Lebaran Betawi yang diselenggarakan pada Sabtu-Minggu, 31 Agustus-1 September 2013 di Lapangan Monas ini merupakan upaya “merewind” kembali ingatan kita sebagai masyarakat Jakarta terhadap khazanah seni dan budaya Betawi, khususnya tradisi masyarakat Betawi dalam berlebaran. “Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa masyarakat Betawi sangat kaya akan seni dan budaya. Seperti seni budaya buka palang pintu Betawi, silat Betawi, rumah adat Betawi, Kuliner Betawi, seni kriya Betawi,” kata H. Zainuddin MH, SE (Bang Haji Oding) Ketua Umum Bamus Betawi kepada wartawan disela kegiatan Lebaran Betawi pada Sabtu-Minggu, 31 Agustus-1 September 2013 di Lapangan Monas Jakarta. Menurutnya, kegiatan lebaran Betawi ini dapat menjadi wadah pengenalan seni budaya Betawi kepada masyarakat Betawi itu sendiri, masyarakat daerah lain, dan tentunya juga kepada para wisatawan asing, serta perwakilan duta besar Negara asing. “Alhamdulillah, dualisme kepemimpinan Bamus Betawi kini telah menyatu dan bersepakat bahwa akan berjuang bersama-sama dalam membina, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan seni budaya Betawi ke depan,” ungkapnya dengan tegas. Seperti contoh seni budaya Lenong Betawi misalnya, Bamus Betawi mempunyai tanggung jawab dalam pembinaan, pengembangan, pelestarian, dan pemanfaatannya. Oleh karena itu, maka dalam waktu dekat ini Bamus Betawi akan segera merencanakan penyelenggaraan Festival Lenong dengan tujuan berupaya menjaga dan melestarikan Lenong Betawi. “Bahkan bila perlu, Bamus Betawi akan mencanangkan perayaan hari Lenong Betawi secara kontinyu ke depan. Tentunya hal itu semua akan berjalan maksimal, jika Bamus Betawi terus didukung oleh berbagai pihak, terutama para sesepuh Betawi, tokoh muda Betawi, seniman dan budayawan Betawi serta Pemprov DKI Jakarta,” harapnya. (ziz)

Diperlukan Ijtihad Dalam Menentukan Kepemimpinan Kaum Betawi


Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Mari kita sama-sama berijtihad menegakkan kebenaran tentang kepemimpinan kaum Betawi. Sudah saatnya kaum Betawi berani merombak praktek yang selama ini salah, demi pelurusan sejarah. Jujur, saya merasakan betul betapa kaum Betawi selama ini hanya dijadikan alat untuk kepentingan segelintir orang. “Yang lebih menyedihkan bahwa orang-orang tersebut banyak diragukan tentang asal-usul kebetawiannya,” kata H. Zainuddin MH, SE (Bang Haji Oding) dengan tegas kepada wartawan belum lama ini dikediamannya Poltangan Pasar Minggu Jakarta Selatan. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa dari situ akan kita peroleh rumusan yang tepat tentang sosok pemimpin kaum Betawi. Siapa yang pas jadi Ketua Umum Bamus Betawi (tidak mesti saya) dan siapa yang tepat jadi Kepala Suku. “Yang dibutuhkan sekarang ini adalah bersatunya Betawi dan tumbuhnya kesadaran bersama tentang nasib kaum betawi,” jelasnya. Menurutnya, secepatnya kita putuskan secara bersama-sama dengan dato-dato kita yang mafhum soal itu, kemudian kita tetapkan siapa sosok yang paling pas untuk kita berikan kepercayaan memangkunya. “Sekaranglah saatnya kaum betawi diberikan pemahaman yang benar dan tertil tentang jati dirinya, sejarahnya, perjuangannya, ijtihadnya dalam mempertahankan dan membangun kulturalnya,” tandasnya. Sebenarnya tempo doeloe kaum Betawi telah memiliki kepala suku yang sekaligus berfungsi sebagai pemangku adat. Terbersit pemikiran kenapa legitimasi itu tidak kita hidupkan lagi. “Kita bicarakan hal ikhwal, seluk beluk serta latar belakang keberadaan kepala suku atau pemangku adat,” imbuhnya. (ziz)

Pentingnya Balai Budaya Betawi Didirikan Di Provinsi DKI Jakarta Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Tentunya Pemprov DKI Jakarta dalam hal ini DPRD Prov DKI Jakarta sangat menyambut baik dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang bernuansa Betawi, karena memang kita berada di tanah betawi. Kota Jakarta sebagai ibukota yang kita cintai ini dan sebagai ibukota NKRI yang besar ini bahwa seluruh penduduk Indonesia


banyak tinggal di Jakarta. Namun demikian betawi memiliki satu posisi tersendiri di dalam menjaga nilai-nilai budaya betawi itu sendiri. Sebenarnya siapapun dia, sejauh dia tinggal di kota Jakarta otomatis dia adalah menjadi bagian daripada warga kota Jakarta dan juga warga Betawi. “Nah, kegiatan-kegiatan yang bernuansa Betawi seperti inilah, justru kita sangat menyambut dengan gembira dan bisa dilaksanakan dimana saja,” kata HM Ashraf Ali, B.Ac, SH Anggota Komisi E DPRD Prov DKI Jakarta kepada wartawan belum lama ini disela kesibukannya di Jakarta. Ditengah suasana anak-anak kita yang sekarang ini lebih cenderung kepada permainan-permainan game, handpone, internet dan sebagainya yang didalamnya sedikit sekali, bahkan praktis hampir tidak ada muatan nilai-nilai budaya Betawi. Kita sebagai tokoh masyarakat dan sebagai warga yang ada di kampung Betawi mempunyai tanggung jawab yang sama untuk melestarikan budaya Betawi. “Apalagi kini telah banyak tokoh-tokoh Betawi yang telah wafat dan dengan demikian siapa lagi yang peduli untuk melestarikan dan memanfaatkan budaya betawi,” jelas HM Ashraf Ali, B.Ac, SH yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta ini. Alhamdulillah saya telah memprakarsai bahwa di daerah Pasar Rumput itu ada lokasi bekas tempat pembuangan sampah, saya bersihkan. Kurang lebih sekitar 160-200 meter, disana sekarang sudah berdiri Balai Budaya Betawi. Saya hanya ingin sampaikan kepada khalayak masyarakat sekitar Pasar Rumput bahwa inilah rumah Betawi yang dulu orang tua, encang, encing, nyak, babe tinggal disana. Modelnya kayak gini, bercirikan khas masyarakat Betawi. “Itu kalau di pasar rumput sangat dikenal. Jadi orang pada berdatangan kesana bukan hanya orang kita saja, tapi orang-orang asing foto-foto bahkan ada yang menjadikan undangan resepsi dengan latar belakang Balai Budaya Betawi,” ujarnya dengan tegas. Kita juga sangat berharap disetiap kampung Betawi di kota Jakarta ini ada satu ikon nantinya akan mempelopori pembangunan Balai Budaya Betawi dengan bentuk rumah Betawi bisa didirikan. Dengan harapan dapat menjadi ciri dan menjadi pengetahuan bagi generasi muda, ditambah dengan dilaksanakannya berbagai pelatihan-pelatihan kesenian khas betawi. “Mari kita terus membina, mengembangkan, melestarikan, memanfaatkan budaya betawi yang kita cintai ini,” tandasnya. Kota Jakarta yang sudah cukup tua yang sudah 400 tahun lebih usianya. mudah-mudahan kita tinggal di kota Jakarta menjadi kota yang nyaman, sejuk, tenang, tenteram, aman, dan tentunya kota yang bersih serta hijau. Dan saya juga berharap seluruh warga Jakarta untuk menjaga lingkungan kita, dengan menjadikan lingkungan yang indah, bersih, sejuk, hijau dan terus mengisi berbagai kegiatan yang bernuansa kebetawian. “Insya Allah disini ada tokoh-tokoh Betawi, ada tokoh-tokoh yang masih memperhatikan nilai-nilai budaya Betawi harus terus digali dan dikembangkan,” imbuhnya. (ziz) Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Jakarta Selatan

Lenong Bintang Timur Posted on 7 September 2013 Standar Balas


(Jakarta, PBS) Sungguh suatu tragedi tengah terjadi di negeri kita tercinta, di jaman normal ini. Sepertinya kembali ke jaman purba, siapa yang kuat dialah yang menang dan siapa yang kuat dialah yang dapat berbuat apa saja secara semena-mena serta siapa yang kuat dialah raja di raja. Mat Codot yang codet dengan ilmu silatnya yang tanpa tanding tengah menjadi raja di tanah Betawi. Tiada kekuatan senjata yang dapat melukainya apalagi membunuhnya. Tiada kekuatan hukum yang dapat membekuknya dan memenjarakannya. Seperti Codot, di malam hari dia terus merampok, menggarong tak henti. Orang-orang berharta pasrah menunggu giliran kapan Mat Codot menguras harta kekayaannya. Keadaan semakin ruwet dan rumit, ketika pihak NICA berusaha mencari manfaat dari Mat Codot untuk bekerjasama menggempur TRI. Dan begitupun TRI, tak tinggal diam. Tapi seperti kata pepatah “diatas langit ada langit� adalah seorang pemuda bernama Nurhasan yang sudah sekian tahun menuntut ilmu silat yang secara khusus dipelajari, semata-mata untuk menaklukkan Mat Codot. (ziz) Ringkasan Cerita Lakon Mat Codot-codet, Karya/Sutradara Pauzi Mupid, Produksi VIII Lenong Bintang Timur, Pimpinan Abdul Aziz, Setu Babakan.

Pantun Anti Narkoba Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Nasi basi sisa kemaren, rumah atep di Salemba. Kita patut berterima kasih ama BNN, karena udah nangkepin bandar narkoba. (ziz) Sabtu, 1 Juni 2013 – Lap. Mabak Blok M

Topeng Dan Blantek Posted on 7 September 2013 Standar Balas


(Jakarta, PBS) Mulanya Topeng Blantek berasal dari kesenian tradisi Betawi Topeng dan Blantek. Topeng merupakan kesenian tradisi Betawi yang menggunakan Topeng dengan musik pengiring gamelan. Ceritanya legenda masyarakat Betawi yang menonjolkan kejawaraan dan kepahlawanan. Disebut Topeng karena tokoh pada saat itu menggunakan Topeng dan pembukaannya dimulai dengan Tari Topeng yang bertujuan untuk mengumpulkan penonton. Namun Blantek merupakan permainan rakyat anak pengangon setiap waktu istirahat mereka berdialog menirukan Toniel dan digelar tanpa panggung, gamelan, tapi menggunakan musik mulut serta alat perabotan seadanya. Namun seiring dengan berkembangnya Teater Tradisi Betawi, maka Topeng dan Blantek menjadi satu kesatuan yang utuh dan kini disebut Topeng Blantek, yakni perpaduan Topeng dan Blantek. (ziz)

Topeng Blantek Bernilai Positif Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PSB) Para seniman Topeng Blantek menginginkan bahwa secara tidak langsung memberikan nilai-nilai positif dalam kehidupan masyarakat dalam bentuk pertunjukan. Dengan demikian, masyarakat tidak hanya sebatas mengetahui Topeng Blantek saja, tapi terlebih kepada nilai-nilai yang terkandung pada setiap pertunjukan Topeng Blantek. Namun, pada kenyataannya kini Topeng Blantek keberadaannya telah lama redup dan bahkan hampi punah. Pola pendidikan yang terbentuk melalui pertunjukan Topeng Blantek disampaikan secara universal dan memiliki banyak manfaat, baik itu bagi diri sendiri maupun masyarakat. Aspek moral, agama dan sosiologis adalah tiga hal penting yang harus dijalankan. Pembentukan pola tersebut dapat terjadi pada saat masyarakat melihat dan memahami isi cerita pertunjukan Topeng Blantek. Ditambah lagi bahwa keberadaan peran Jantuk yang memberikan keterangan intisari cerita mulai dari awal dan akhir pertunjukan serta memberikan sebuah solusi.


Intisari cerita pada setiap pertunjukan Topeng Blantek merupakan bentuk dari nilai-nilai dasar kehidupan masyarakat. (ziz)

Topeng Blantek Budaya Masyarakat Betawi Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PSB) Topeng Blantek merupakan hasil budaya dari masyarakat Betawi pada jaman penjajahan. Topeng Blantek tersebut ada karena masyarakat Betawi mempunyai sesuatu budaya yang dapat menjadi simbol kesukuannya. Namun, seni budaya masyarakat Betawi banyak jumlahnya, tapi tidak menyurutkan ciri khas Topeng Blantek. Topeng Blantek sendiri merupakan “hyper realitas� dari budaya masyarakat Betawi. Topeng Blantek merupakan implementasi dari kehidupan masyarakat Betawi yang menjadi bagian dari seni budaya Betawi dan ini menunjukkan bahwa eksistensi seni budaya Betawi masih dapat bertahan. Topeng Blantek pada setiap pertunjukannya memiliki makna-makna yang terkandung didalamnya. Makna tersebut pada umumnya adalah sebuah pesan moral yang disampaikan dan diinformasikan kepada masyarakat luas. Makna dan pesan moral yang disampaikan mengandung nilai-nilai positif. Akan tetapi yang terpenting bahwa Topeng Blantek masih ada dan tetap eksis di tengah masyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat Betawi ingin segala tindakan ataupun pemikiran harus terus maju dan berorientasi pada pengembangan kedepan. (ziz)

Kampoeng Agrowisata Pesanggrahan Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(Jakarta, PBS) Pada tanggal 25 Oktober 2009, RW 06 diresmikan oleh Walikota Jakarta Selatan menjadi Kampoeng Agrowisata Pesanggrahan berkat prakarsa Bapak Thamrin dan restu dari H. Alimin Budiharjo Ketua RW. 06 Kel. Pesanggrahan Kec.


Pesanggrahan Jakarta Selatan dengan didukung oleh Lurah, Camat, Dekel, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan Masyarakat Kel. Pesanggrahan lainnya. Kawasan RW. 06 bukan real-estate, bukan pula kompleks instansi tertentu, melainkan perumahan yang penduduknya berasal dari berbagai kalangan dengan keadaan sosial yang beragam. Ada yang pensiunan PNS berbagai departemen mulai dari staf sampai pejabat tinggi, kemudian banyak pegawai swasta dan wirausaha, profesional (dokter, konsultan, tukang urut, guru ngaji), pedagang (dari tukang bakso sampai juragan batik), dll. Suasana di sini memang masih seperti di perkampungan yang teduh dan sejuk. Walaupun suasananya perkampungan, terasa nyaman tinggal di sini. Banyak pepohonan, tenang dan sejuk. Kalau pagi sering sekali terdengar kicauan burung, bahkan terkadang siang sampai sore hari juga masih terdengar. Bahkan begitu keluar kamar, dari teras rumah yang terlihat adalah pepohonan. Dan yang jelas bahwa hampir setiap rumah di RW. 06 memiliki minimal 1 pohon, dimana banyak tanaman termasuk pohon buah dan di banyak lokasi terdapat lubang biopori. Masyarakatnya juga aktif, berbagai kegiatan seperti senam setiap minggu pagi, paguyuban pensiunan (yang sering main kroncong), pengajian, marawis ibu-ibu, santunan anak yatim, posyandu, arisan, silat untuk anak dan remaja. Warga Jakarta yang tinggal di kompleks tanpa halaman dan pepohonan bisa sejenak melihat rumah yang banyak hijau di RW. 06. Selain itu, rupanya ada juga tempat jajanan untuk mengisi perut dan menghilangkan rasa haus, ada pecel lele, ayam/bebek goreng, soto ayam, bakso, siomay batagor, sate tegal dan masakan manado, kemudian ada juga bakery dan martabak serta macam-macam es yang segar. Di sana, pengunjung bisa bersantai di kafe jamu dengan nuansa tradisional sambil melihat kebun apotek hidup. Konon tanaman jamu di sini berjumlah lebih dari 100 jenis. Semua jenis tanaman obat tersebut diracik oleh warga RW. 06. Diharapkan kegiatan ini bisa berlanjut dengan baik dan menghasilkan lebih banyak lagi kawasan hijau yang tidak hanya hijau tetapi juga bersih dan bermanfaat, tentunya perlu adanya campur tangan pihak terkait untuk kelangsungan ruang terbuka hijau. (lpmj/ziz) Thamrin, Merpati RT. 01/06,Kel. Pesanggrahan, Kec. Pesanggrahan,Jaksel, Telp. 085880481352

Rakyat Betawi Masyarakat Inti Jakarta Posted on 7 September 2013 Standar Balas

(PBS, Jakarta) Jakarta memang kota yang sarat dengan permasalahan. Jumlah penduduk akibat urban, tata ruang, Penghijauan, kemacetan, rumah tinggal, banjir, termasuk juga masalah sosial dan budaya. Penataan Jakarta tidak semudah mengucapkannya. Harus ada kemauan yang terintegrasi antara pemerintah dki dengan daerah sekitar dan dengan pemerintah pusat. Mengintegrasikan itu tidak mudah hanya dengan alasan tergantung “komunikasi”. Demikian pula dengan istilah “eksekusi “ juga tidak semudah yang diucapkan. Mengelola Jakarta ke depan, akan bertambah berat. Demikian halnya, Rakyat Betawi sebagai “masyarakat inti” Jakarta harus menjadi


“prioritas” dalam anggaran pembangunan kota Jakarta kedepan. Selama ini, anggaran untuk mengembangkan dan melestarikan budaya betawi sangat kecil dan tidak memadai. Rakyat Betawi harus melakukan gebrakan “shock teraphi” untuk membangun kembali semangat dan motivasi “kebetawian”. Dengan demikian dapat melakukan banyak hal termasuk memaksa “pemda dki” untuk menghargai, menghormati sekaligus tidak memandang sebelah mata kepada Rakyat Betawi”. Dari kesemuanya itu yang terpenting adalah rakyat Betawi tidak “terkooptasi” dengan keberadaannya. (ziz)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.