Jurnal Seni Budaya Jakarta

Page 1

Jurnal Seni Budaya Jakarta Selasa, 15 Oktober 2013

Tata Rias Bagian Kelengkapan Pertunjukan

Tata rias (make up) ialah yang biasa digunakan untuk kelengkapan panggung juga film dan televisi. Berawal dari sebuah pemujaan kepada dewa-dewa pada zaman Yunani yang diungkapkan dengan menggunakan topeng-topeng untuk mencapai karakter yang diinginkan. Pada zaman itu penerangan masih menggunakan api dan obor, karena listrik belum ada. Namun putra-putri raja saat itu sudah mengenal tata rias. Sangat dirahasiakan keberadaan dan kegunaannya, sekalipun masih dengan tekhnik primitif dan tradisional. Contohnya pada zaman Mesir kuno Ratu Cleopatra Nevertiti sudah mencoba menggunakan garis-garis warna pada mata untuk mempercantik diri. Mengapa dirahasiakan? Karena mereka ingin selalu dianggap lain dari manusia biasa, seolah-olah mereka adalah golongan Tuhan atau dewa-dewi. Perkembangan tata rias selanjutnya dalam penggunaannya lebih sederhana tapi masih datar, dengan cara memakai garis tunggal untuk menjelaskan (menonjolkan) bentuk-bentuknya, terutama pada bagian mata. Setelah adanya listrik yang ditemukan oleh Thomas Alva Edison, tata rias berkembang pesat. Dipelajari adanya cahaya dan juga bayangan yang terefleksi pada benda-benda. Cahaya dan bayangan sangat penting dalam mempelajari ilmu tat arias wajah. Perias wajah harus mampu menciptakan bentuk dengan bantuan cahaya serta bayangan (sadowa). Dan terang baying digunakan untuk mengelabui pandangan mata. Terang baying dapat dimainkan dengan sesuka hati, namun harus tetap mengikuti atau mengenal anatomi tengkorak wajah. Ini diperlukan agar proporsi garis tulang wajah terlihat proporsiaonal. Untuk membuat (memberikan) warna terang pada tat arias wajah, itu diperlukan untuk menghasilkan tonjolan (tampak kedepan). Sebaliknya, untuk membuat kesan kedalam (cekung) dipergunakan warn arias wajah yang gelap (bayangan). Penggunaan terang bayang yang baik atau harmonis


akan mendapatkan dimensi yang ritmis. Harus sering dilatih mengamati cahaya dan bayangan pada benda-benda yang tersinari cahaya matahari atau lampu untuk memudahkan dalam membuat tat arias yang baik sesuai keinginan. Dengan media pensil B pada kertas, diutamakan membuat garis-garis serta arsir secara gradasi. Ini akan mempermudah membuat nuansa dalam menciptakan cahaya dan bayangan pada wajah (model). Warna hitam atau gelap digunakan untuk bayangan (shadow) dan warna putih atau terang untuk cahayanya. Tata rias sangat berkaitan atau berhubungan dengan tata panggung, baik itu dalam hal keserasian warna dan bentuk kostum, artistic, cahaya warna lampu dan kebutuhan peran (karaktera) yang diperankan. Tafsir cerita adalah untuk memudahkan menentukan karakter wajah seorang tokoh cerita. Siapa, kapan, dimana? Tata rias dibagi tiga bagian, yakni 1. Korektif make up, 2. Fantasi make up, 3. Karakter make up. Dasar-dasar pokok tat arias panggung adalah 1. Harus dikenal anatomi wajah (tengkorak kepala), 2. Harus dikenal bagaimana menggunakan cahaya dan bayangan, 3. Harus diketahui penggunaan warna yang tepat, 4. Dapat membuat garis-garis penegasan (aksentuasi) pada wajah. Dengan penguasaan dasar-dasar tersebut akan memudahkan dalam menata rias secara benar dan baik. Sebagai patokan atau acuan penggunaan terang baying sangat penting membuat suatu karakter tokoh dan dengan mengenal anatomi wajah akan mudah memoles terang baying secara pasti. Karena setiap manusia mempunyai anatomi yang berbeda. Alat-alat tat arias untuk karakter diantaranya, noes putty, latex liquid, hair white, adhesive, spirit gum, crepe hair, blood, tooth enamel, bald cup, wig. (as/blk/js/ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 04.03 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Dramaturgi

Dramaturgi adalah ilmu keseluruhan mengenai teater. Ada 4 (empat) M dalam Dramaturgi : 1. Menghayalkan (dalam dan luar), Khayalan adalah dari yang tidak ada menjadi ada (kreatif – seleksi), 2. Menuliskan (bahan), 3.Mementaskan (Manajemen panggung, artistik, produksi, penonton), 4. Menonton (Pekerja seni, tempat, penonton). Ketika kita melihat sesuatu dan sesuatu itu


dapat kita jadikan sumber inspirasi sebuah karya yang bertanggung jawab. Disamping itu, kalau kita cinta dan mencintai yang kita cinta, kita tidak akan meninggalkan yang kita cintai itu. Dalam berteater ada tiga pembenaran, yaitu : 1. Pembenaran linier (bersumber dari barang yang ada), 2. Pembenaran plot (bersumber dari tindakan), 3. Pembenaran karakter (bersumber dari sikap). Persiapan seorang aktor teater bersumber dari luar dirinya (raga) dan dalam dirinya (sukma). Raga harus mampu mempersiapkan apa yang dimaui oleh sukma. Seorang aktor teater harus banyak membaca, melihat, mendengar dan bicara serta dapat mengekspresikan apa yang dirasa (fokus – mempunyai daya ingat yang tinggi). Alasan teater tetap diajarkan dan sebagai ilmu pengetahuan karena teater adalah sebagai : 1. Seni bebas (Membantu pemahaman terhadap semesta dan dunia dimana kita tinggal sekarang – Pada masanya teater mencerminkan dan berpengaruh terhadap masyarakat), 2. Gerakan sosial (Teater dapat dianggap sebagai profesi tertua sebelum politik), 3. Gerakan pribadi (Didalam teater ada komitmen, kerjasama, kepekaan, kepuasan pribadi), 4. Pengembangan karakter, kreatif / kritis, pengembangan diri, belajar dari pengalaman, tanggung jawab. (Dalam bentuk teori dan tindakan), Bentuk seni (Seni rupa, seni musik, seni gerak, seni film, seni filsafat, seni sastra).(nr/blk/js/ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 03.56 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Pentingnya Penata Busana Dalam Mendukung Sebuah Pertunjukan

Pada setiap pagelaran seni , pementasan teater, film dan sebagainya kata penata busana sering terdengar. Namun kadang sering tak terpedulikan akan pentingnya penata busana dalam mendukung sebuah pertunjukan agar terlihat sempurna. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan atau sosialisasi bahwa apresiasi seni meliputi banyak ragam dan aspeknya. Umumnya hanya diperkenalkan kesenian yang diantaranya seni tari, music dan menggambar. Tentunya ini menjadi tanggung jawab bersama untuk memperkenalkan kepada generasi muda tentang banyak hal yang diketahui dan dipelajari dalam berkesenian, khususnya dalam hal ilmu menata busana panggung/teater. Tata busana adalah hasil sebuah kreasi seorang perancang dalam menata busana yang diinginkan si pemakainya. Baik untuk diri sendiri ataupun untuk orang lain sesuai kebutuhan. Desain tata busana dibuat untuk keperluan, a. peragaan busana/fashion, b. panggung, c. televisi, d. film. Dan tentang tata busana untuk teater yang


harus dipersiapkan adalah pertama-tama tentu harus bertemu dengan banyak pihak yang akan terlibat dalam rencana pertunjukan teater tersebut. Dari pertemuan tersebut, tentunya ada banyak hal atau rencana yang harus disepakati bersama dengan berbagai pihak seperti, produser, penulis naskah, sutradara, piñata artistik (perias wajah, piñata busana, koreografer, set dekor, set lampu) untuk menyatukan konsep sebuah pertunjukan teater tersebut. Hal ini sangat diperlukan karena menyamakan visi dalam kerja kolektif harus saling mendukung didalamnya. Tanpa itu, maka tidak akan tercipta sebuah karya yang harmoni dan bisa dinikmati penonton. Penata busana “wajib” bisa memaknai cerita (karakter tokoh, sejarah asal muasal, hubungan social dan phisikologinya). Hal ini tentu akan sangat membantu dalam menentukan sebuah konsep gambar. Dari konsep tersebut, maka akan mudah mendapatkan inspirasi sebuah desain gambar yang akan diajukan kepada sang sutradara. Penata busana harus memperhatikan, a. orientasi cerita dalam naskah, b. komposisi warna, c. pilihan bentuk. Dalam tata busana dikenal, tata busana korektif, tata busana karakter dan tata busana fantasi. Asal muasal tata busana tidak terlepas dari tiga aspek yaitu, antropologi, sosiologi dan phisikologi. Hasil akhir sangatlah penting, tapi jauh lebih penting proses sejak perencanaan. Penata busana panggung hendaknya segala sesuatu yang akan dikerjakan perlu persiapan dari diskusi dengan semua yang akan terlibat, terutama kepada : sutradara, piñata artistic, perias wajah dan koreografer. Hal ini akan memudahkan didalam mencipta sebuah karya yang baik. (rao/blk/js/ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 03.43 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Teater Tradisional Kaya Akan Nilai-Nilai Budaya

Teater tradisional kaya akan nilai-nilai budaya yang dapat menggambarkan tata cara kehidupan serta adat istiadat yang berlaku bagi bangsa Indonesia di masa lampau. Menyimpan kekayaan nilai yang mencerminkan identitas suatu bangsa. Setidaknya mempunyai nilai budaya etnik yang menggambarkan identitas daerahnya. Teater tradisional dan teater “modern” dapat dikaji, dilihat dan terasa perbedaan tersebut pada esensi tradisi dan gaya penyajian yang disajikan.


Pada teater tradisional memanfaatkan berbagai (multi) media ekspresi yang terpadu. Cara menyajikan tidak hanya dengan laku dan dialog, tetapi dirangkum dengan gerak yang ekpresif dan disertai iringan music yang terpadu. Penyajian ditekankan tidak hanya dengan “oral” tetapi ditekankan juga pada ekspresi gerak yang selalu diiringi musik yang terpadu. Teater tradisional bagi bangsa Indonesia merupakan warisan budaya bangsa, merupakan sumber, akar dari bentuk teater yang lahir sesudahnya. Teater non-tradisi pertama bertolak dari naskah lakon, media ekspresi yang utama ditekankan pada laku dan dialog, disertai teknis pendukung yang memadai. Penyajian ditekankan pada “oral”. Mengacu pada konsep teater barat, yaitu konsep “teknis pementasannya” dituangkan dalam teknik pemeranan yang diarahkan oleh konsep penyutradaraan, disusun diatas panggung dalam wujud visual dengan penataan artistik. Menjadi idaman bersama bahwa pada suatu saat nanti (sekarang dalam proses), akan lahir teater Indonesia yang dapat mencerminkan identitas budaya bangsa yang bersumber dari kebhinekaan budaya yang dimilki dan berakar dari teater tradisional. (bs/blk/js/ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 03.31 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Pertunjukan Topeng di Wilayah Budaya Betawi

Dalam seni pertunjukan rakyat topeng atau kedok adalah alat penutup seluruh atau sebagian muka untuk merubah penampilan pelaku, agar dapat dianggap sesuai dengan yang diperankan. Alat perubah penampilan yang menutup sebagian atau seluruh tubuh biasa disebut barong atau barongan, seperti ondel-ondel diwilayah budaya Betawi, badawang di Priangan, barongan buncis di Jawa Tengah dan barong landing di Bali. Rupanya pertunjukan topeng di wilayah budaya Betawi sudah biasa diselenggarakan pada masa sebelum Agama Islam tersebar. Hal itu terbukti dari informasi yang terdapat dalam naskah Sanghiyang Kanda(ng) Karesian bertitimangsa 1440 Saka atau 1518 Masehi. Naskah tersebut ditemukan di Kebantenan, sekarang termasuk Kelurahan Jatiasih, Bekasi. Data tertulis kemudian tentang keberadaan pertunjukan topeng di wilayah budaya Betawi adalah karya Hardouin dan Ritter yang terbit pada 1854 di Leiden, Negeri Belanda. Deskripsi tentang pertunjukan topeng pada awal abad 19, jadi


kurang lebih 2 abad yang lalu, sebagaimana dikemukakan dalam buku tersebut, tidak jauh berbeda dengan yang biasa kita lihat dewasa ini. Pada babak lipet gandes, contohnya, baik busana maupun konvensi penampilannya tampak sama, kecuali tutup kepala ronggengnya berbentuk tekes seperti topeng Cirebon, serta bodornya mengenakan kedok Pentul. Perbedaan lainnya adalah dalam membawakan cerita atau lakon, para pelakunya juga mengenakan topeng, sesuai dengan tokoh yang diperankan. Contohnya, untuk memerankan seorang Belanda, pelakunya mengenakan topeng bapang berhidung panjang. Mungkin karena para pelakunya mengenakan topeng itulah, maka teater jenis ini dahulu disebut pertunjukan topeng, yang berlanjut sampai dewasa ini, walaupun sekarang dalam perkembangannya tidak lagi seperti masa-masa lalu. Sebagaimana kita ketahui pada masa kini hanya pemeran Bapak Jantuk dan penari yang menarikan tari topeng tiga yang tampil bertopeng. Tari topeng tiga, juga biasa disebut tari kedok tiga atau disingkat menjadi tari topeng tunggal. Penarinya tampil dengan berturut-turut mengenakan kedok Panji, Samba dan Kelana atau Jingga. Kedok Panji berwarna putih, bentuk matanya liyepan, setengah tertutup. Samba berwarna kemerahmerahan dengan bentuk mata lanyapan, lebih terbuka disbanding liyepan. Kelana atau Jingga berwarna merah tua, bentuk matanya delengan, melotot. (rr/blk/js/ziz) Selasa, 15 Oktober 2013

Abang None Duta Pariwisata Kota Jakarta

Abang dan None sebuah lomba pemilihan remaja putra-putri terbaik yang tidak terbatas pada seleksi ketampanan atau kecantikan, tetapi juga intelegensi pengetahuan umum, bakat di bidang seni budaya dan lain-lain. Lomba ini telah berlangsung sejak tahun 1968. Demikian pernyataan Kasie Pagelaran Sudin Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Hj. Gusminar disela pembukaan kegiatan malam keakraban Abang None Kota Administrasi Jakarta Selatan Tahun 2013, belum lama ini di halaman kantor Walikota Administrasi Jakarta Selatan. Dijelaskannya bahwa Abang merupakan panggilan untuk orang laki-laki yang kedudukannya lebih tua dalam struktur keluarga atau kenalan dalam bahasa Betawi. Sedangkan None merupakan sebutan atau panggilan untuk orang perempuan yang masih muda dan belum bersuami. Para Abang dan None diseleksi oleh masing-masing daerah Tingkat II di seluruh


wilayah DKI Jakarta, meliputi Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kabupaten administratif Kepulauan Seribu. "Setelah terpilih lima pasangan kemudian dikirim ke tingkat Provinsi untuk kemudian dilakukan pemilihan dan penyeleksian lagi,� tandasnya. Menurutnya, Abang None bertugas satu tahun menjadi duta pariwisata Provinsi DKl Jakarta yang dalam peranannya secara aktif melakukan sosialisasi dan promosi kepariwisataan baik di dalam maupun di luar negeri. Abang dan None sebagai generasi muda yang diharapkan mampu menjadi cerminan generasi muda Jakarta yang berkualitas unggul dan juga memiliki kepekaan sosial. “Abang dan None adalah Duta Muda Wisata yang terdiri dari pemuda-pemudi terbaik bangsa. loyal dan total dalam melakukan perubahan pariwisata kota Jakarta,� ungkapnya. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 07.42 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kampoeng Agrowisata Pesanggrahan

Pada tanggal 25 Oktober 2009, RW 06 diresmikan oleh Walikota Jakarta Selatan menjadi Kampoeng Agrowisata Pesanggrahan. Berkat prakarsa Thamrin yang beralamat di Jl. Merpati RT. 01/06, Kel. Pesanggrahan, Kec. Pesanggrahan, Jaksel, Telp. 085880481352 dan restu dari H. Alimin Budiharjo Ketua RW. 06 dengan didukung oleh Lurah, Camat, Dekel, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda dan Masyarakat Kel. Pesanggrahan lainnya. Kawasan RW. 06 bukan realestate, bukan pula kompleks instansi tertentu, melainkan perumahan yang penduduknya berasal dari berbagai kalangan dengan keadaan sosial yang beragam. Ada yang pensiunan PNS berbagai departemen mulai dari staf sampai pejabat tinggi, kemudian banyak pegawai swasta dan wirausaha, profesional (dokter, konsultan, tukang urut, guru ngaji), pedagang (dari


tukang bakso sampai juragan batik), dll. Suasana di sini memang masih seperti di perkampungan yang teduh dan sejuk. Walaupun suasananya perkampungan, terasa nyaman tinggal di sini. Banyak pepohonan, tenang dan sejuk. Kalau pagi sering sekali terdengar kicauan burung, bahkan terkadang siang sampai sore hari juga masih terdengar. Bahkan begitu keluar kamar, dari teras rumah yang terlihat adalah pepohonan. Dan yang jelas bahwa hampir setiap rumah di RW. 06 memiliki minimal 1 pohon, dimana banyak tanaman termasuk pohon buah dan di banyak lokasi terdapat lubang biopori. Masyarakatnya juga aktif, berbagai kegiatan seperti senam setiap minggu pagi, paguyuban pensiunan (yang sering main kroncong), pengajian, marawis ibu-ibu, santunan anak yatim, posyandu, arisan, silat untuk anak dan remaja. Warga Jakarta yang tinggal di kompleks tanpa halaman dan pepohonan bisa sejenak melihat rumah yang banyak hijau di RW. 06. Selain itu, rupanya ada juga tempat jajanan untuk mengisi perut dan menghilangkan rasa haus, ada pecel lele, ayam/bebek goreng, soto ayam, bakso, siomay batagor, sate tegal dan masakan manado, kemudian ada juga bakery dan martabak serta macam-macam es yang segar. Di sana, pengunjung bisa bersantai di kafe jamu dengan nuansa tradisional sambil melihat kebun apotek hidup. Konon tanaman jamu di sini berjumlah lebih dari 100 jenis. Semua jenis tanaman obat tersebut diracik oleh warga RW. 06. Diharapkan kegiatan ini bisa berlanjut dengan baik dan menghasilkan lebih banyak lagi kawasan hijau yang tidak hanya hijau tetapi juga bersih dan bermanfaat, tentunya perlu adanya campur tangan pihak terkait untuk kelangsungan ruang terbuka hijau. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 07.36 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Guru Salah Satu Motivator Pendidikan di Bidang Kesenian

Pelatihan seni bagi guru sekolah dasar tingkat dasar Jakarta Selatan tahun 2013 kali ini tidak diselenggarakan di Balai Latihan Kesenian (BLK) Asem Baris Jakarta Selatan karena gedungnya sedang dalam pemugaran total. Semoga nantinya gedung Balai Latihan Kesenian (BLK) Asem Baris Jakarta Selatan menjadi lebih bagus dan lengkap sarana prasarananya


dalam menunjang penyelenggaraan pelatihan seni di tahun-tahun mendatang. Demikian dikemukakan Diah Damayanti, MM Kepala Balai Latihan Kesenian Asem Baris Jakarta Selatan dalam kata sambutannya pada kegiatan pelatihan seni bagi guru sekolah dasar tingkat dasar Jakarta Selatan tahun 2013 di halaman SMPN 1 Manggarai Selatan belum lama ini. Menurutnya peran guru sebagai tenaga pendidik sangat penting, khususnya guru sekolah dasar. Sebagai motivator awal bagi anak-anak yang baru mengenal pendidikan dibidang kesenian. Melalui kerja kreatif guru, khususnya guru kesenian dapat dikembangkan dan disesuaikan dengan usia anak melalui imajinasi serta kreasi anak. “Pelaksanaan belajar mengajar kesenian dapat berjalan dengan baik berdasarkan metode pengajaran yang benar, dalam rangka membentuk anak didik memiliki sikap apresiatif terhadap budaya bangsa,� jelasnya. Sementara itu, setelah pelatihan seni ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan para peserta beberapa bidang seni yang didapat untuk diterapkan disekolah masing-masing. “Nantinya akan dilanjutkan pelatihan seni berjenjang (dasar, madya, mahir) dan kami Balai Latihan Kesenian Asem Baris Jakarta Selatan terus berusaha untuk membasilitasi para peserta, tentunya dengan mengundang para pelatih yang berkompeten pada bidangnya masing-masing, seperti para praktisi/akademisi Institut Kesenian Jakarta serta Universitas Negeri Jakarta,� imbuhnya. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 04.26 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

UPT BLK Jakarta Selatan Barometer Pelatihan Seni di Provinsi DKI Jakarta

Pelatihan kali ini menekankan kepada bagaimana kita akan diberikan beberapa materi secara berkelompok dengan materi melukis diatas kaos, melukis diatas sepatu, melukis diatas tas, dan melukis diatas selendang. Jadi ada empat materi yang nanti akan diberikan dan tentunya para pengajar nantinya para pengajar akan memberikan kelompok-kelompok kira-kira mana yang akan diikuti oleh 50 orang peserta dari materi keempat tadi. Diharapkan kepada para peserta


sekalian memanfaatkan waktu yang baik ini dan tentunya pelatihan ini jarang sekali diadakan ditempat lain. Jadi kemarin BLK Jakarta Selatan sudah memotori kegiatan pelatihan melukis di atas kaca dan sekarang juga yang kedua, kami ingin memberikan nuansa lain. Dan tentunya itu juga adalah atas prakarsa daripada Ibu Maya Kepala UPT BLK Jakarta Selatan yang ingin menjadikan sebagai barometer BLK lain atau pun wilayah lain. Dimana seni rupa ini menjadi seni yang terus maju seperti bidang seni lainnya di tahun-tahun sebelumnya. Jadi hasil pelatihan diatas kaca kemaren ternyata banyak yang tertarik dan mudah-mudahan pelatihan kali ini juga menjadi inspirasi untuk kita semua. Dan mudah-mudahan hasilnya nanti, akan bisa dimanfaatkan oleh para peserta. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang bertujuan untuk meningkatkan apresiaasi di bidang seni rupa kepada para pelaku. Disini para pelaku tidak dituntut untuk harus bisa melukis, tapi kami ingin mengenalkan dunia seni rupa dan memberikan apresiasi bagi para pelaku dan mudah-mudahan nanti hasilnya dapat diapresiasikan serta dapat dibuat suatu prouksi yang nantinya akan menambah penghasilan, syukur-syukur akan menjadi mata pencaharian. Para pengajar kali adalah seniman yang mumpuni dibidangnya dan pengajar di Universitas ternama seperti IKJ, UNJ, ASRI, yaitu Pak Dani Isman (pelukis senior), Ibu Yati Mahendra (pelukis diatas selendang/baju), Ozi Irwan (pelukis tim), Diki (pelukis/seniman realis, Pak Dadang mantan Kasi pelatihan BLK Jakut, Pak Danil (pelukis realis Jogya), Mas Yudi, Mbak Hana, dan para pelukis lainnya. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 04.20 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

UPT BLK Jakarta Selatan Terus Membina Para Pelaku Seni Teater di Jakarta Selatan

UPT Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan sepertinya tak henti-hentinya dalam membina, mengembangkan, melestarikan seni budaya. Salah satunya menyelenggarakan pelatihan seni teater secara berjenjang, mulai dari tingkat dasar, mahir, dan trampil. Di tahun 2013 ini, UPT Balai Latihan Kesenian mengawali kegiatannya dengan pelatihan seni teater tingkat dasar. Dengan tujuan mengenalkan dasar-dasar seni peran, wawasan seni teater, kepada 30 peserta yang notabene para pemuda yang tergabung di sanggar seni Se Jakarta Selatan. Ibu Wulandari


Pelaksana Kegiatan Pelatihan menjelaskan bahwa seni teater adalah seni kolektif, kreatif, dan inovatif, dimana didalamnya terdapat banyak jenis seni (musik, tari, seni rupa). Selain itu juga diselenggarakan diskusi pentas percontohan dari teater yang telah “mapan” dan berpengalaman dalam dunia teater. “Yang jelas UPT Balai Latihan Kesenian Jakarta Selatan tidak main-main dalam membina para pelaku seni teater di Jakarta Selatan, dimana setiap tahunnya kami menyiapkan para pelatih yang berkompeten di bidangnya, diantaranya Subarkah Purek Fak Seni Rupa IKJ, Budi Sobar Dosen IKJ, Fuad Idris Dosen IKJ, Ibu Rima Teater Koma, Nurrahmat STIS Bandung, Nusirwan Dosen IKJ, dan Madin Setiawan Komite Teater DKJ” jelasnya. Tentunya pihak UPT Balai Latihan Kesenian berharap kepada para peserta pelatihan seni teater tingkat dasar tahun 2013 ini, untuk lebih serius dalam mengikuti pembelajaran. Karena kegiatan ini jarang sekali dilaksanakan dengan berjenjang dan pelatih yang berkompeten di bidangnya masing-masing. “Dan yang perlu diingat bahwa tahun 2013 ini juga segera akan diselenggarakan kegiatan pelatihan seni teater tingkat trampil, dengan ditambah kegiatan study banding ke STIS Bandung” imbuhnya. (ziz) Selasa, 15 Oktober 2013

Sinopsis Lakon Gara-Gara Raja Blunder

Karya/Sutradara Rik A Sakri Produksi Perdana Lenong Bintang Timur Pimpinan Abdul Aziz Tahun ini terasa aneh. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap ulang tahun Raja selalu merayakannya dengan kemewahan. Tapi tahun ini tidak ada lampion, tidak ada umbul-umbul, tidak ada kemeriahan dimana-mana. Seluruh penghuni Istana merasakan keanehan dan kesepian itu juga. Berbagai cara sudah diusahakan demi menghibur Sang Raja, tetapi semua


menjadi sia-sia. Sang Raja tetap murung memikirkan mimpinya. Ahli Nujum pun diundang ke Istana guna meramalkan mimpi Sang Raja.

Tapi apa daya…? Sang Raja tetap pada pendiriannya untuk membuat Undang-Undang yang menurutnya perlu, bahkan wajib untuk dilaksanakan, untuk menunjukkan kewibawaaan seorang Raja. Dan rakyat pun berontak, menolak Undang-Undang Sang Raja, sehingga banyak korban demi memenuhi keinginan dan hasrat Sang Raja. Begitu pula para penghuni Istana, Permaisuri, Perdana Menteri, bahkan Raja sendiri menjadi korban produk Undang-Undang “keblinger” yang dibuatnya itu. Harapan datang dari seorang Saleh yang dengan keinginan tulusnya mencoba menyadarkan Sang Raja. Dapatkah Saleh menyadarkan Sang Raja…? Akankah Saleh menjadi korban…? Selamat Menyaksikan…! Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 08.37 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Sinopsis Lakon Gara-Gara Baju Blerek

Karya/Sutradara Rik A Sakri Produksi V Lenong Bintang Timur Pimpinan Abdul Aziz Sebuah kerajaan bernama Dwi Pantura mengalami musibah, musibah apa sajalah.....................


Raja pusing memikirkan musibah yang terus berkelanjutan. Akhirnya Raja menyalahkan Patih yang tak becus mengontrol para aparatnya. Patih tidak terima disalahkan, Patih menyalahkan Pamong, Pamong pun tidak terima disalahkan dan dia menyalahkan Developer, Developer tidak terima dan langsung menyalahkan Si Baju Blerek, Si Baju Blerek tidak mau disalahkan lantaran semua bahan yang dibelinya berwarna blerek. Si Baju Blerek menyalahkan Tukang Celup kenapa menyelup warna blerek semua, sehingga tidak ada pilihan lain. Tukang Celup tidak terima, karena semua bahan untuk menyelup berwarna blerek semua. Akhirnya pikir punya pikir Tukang Celup menyalahkan kebijakan Raja kenapa hanya mengimpor warna blerek. Lalu siapa yang salah...? Selamat Menyaksikan...! Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 08.31 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Sinopsis Lakon Mat Codot - Codet

Karya/Sutradara Pauzi Mupid Produksi VIII Lenong Bintang Timur Pimpinan Abdul Aziz Sungguh suatu tragedi tengah terjadi di negeri kita tercinta, di jaman normal ini. Sepertinya kembali ke jaman purba, siapa yang kuat dialah yang menang dan siapa yang kuat dialah yang dapat berbuat apa saja secara semena-mena serta siapa yang kuat dialah raja di raja. Mat Codot yang codet dengan ilmu silatnya yang tanpa tanding tengah menjadi raja di tanah Betawi. Tiada kekuatan senjata yang dapat melukainya apalagi membunuhnya. Tiada kekuatan hukum


yang dapat membekuknya dan memenjarakannya. Seperti Codot, di malam hari dia terus merampok, menggarong tak henti. Orang-orang berharta pasrah menunggu giliran kapan Mat Codot menguras harta kekayaannya. Keadaan semakin ruwet dan rumit, ketika pihak NICA berusaha mencari manfaat dari Mat Codot untuk bekerjasama menggempur TRI. Dan begitupun TRI, tak tinggal diam. Tapi seperti kata pepatah "diatas langit ada langit" adalah seorang pemuda bernama Nurhasan yang sudah sekian tahun menuntut ilmu silat yang secara khusus dipelajari, semata-mata untuk menaklukkan Mat Codot. Mampukah ilmunya Nurhasan melumpuhkan Mat Codot? Atau dia malah akan menjadi korban Mat Codot, seperti mendiang alm Bapaknya? Selamat menyaksikan! Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 08.24 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Pantun Anti Narkoba

Nasi basi sisa kemaren Buah atep di Salemba Kita kasih kuasa ama BNN Buat nangkep bandar narkoba Kalo di Salemba ada buah atep Daun randu enaknya dilahap Bandar narkoba kudu ditangkep Kalo pecandu segera direhap


(Sabtu, 1 Juni 2013 - Lap. Mabak Blok M) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 08.11 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Salam Ruwat Budaya

Majunya budaya suatu bangsa dapat dipastikan majunya bangsa itu, salah satu elemen penting penunjang budaya adalah tumbuh kembangnya kesenian. Dengan kata lain,"Menghidupkan Seni, Memajukan Bangsa." – “Seni Milik Masyarakat, Masyarakat Memiliki Seni” (Nasir Mupid, FIS, 1980) Sebagai anak bangsa, semua mempunyai kewajiban yang sama untuk terus eksis dalam berkesenian, demi membina, mengembangkan, melestarikan, dan memanfaatkan kesenian, khususnya khazanah kearifan lokal. Tentunya, kita semua harus lebih peduli dengan kelestarian budaya sendiri. (ziz) Selasa, 15 Oktober 2013

Disparbud Prov DKI Jakarta Terus Mengeksplorasi Seni Tradisi Kerakyatan Rus Suharto, Kasi Komunitas Bid Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta, mengemukakan bahwa Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta terus mengirim grup seni tradisi pada Festival Seni Pertunjukan Tingkat Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI. “Berkaitan dengan hal tersebut, bahwa paling tidak dapat memberikan kesempatan kepada sanggar atau pelaku seni yang ada di Jakarta untuk ikut serta pada Festival Seni Pertunjukan Tingkat Nasional,” katanya kepada wartawan


belum lama ini diruang kerjanya Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta, Jalan Kuningan Barat No. 1 Jakarta Selatan.

Lebih lanjut dijelaskannya bahwa adapun segala sesuatu tentunya dengan kriteria, diantaranya karya yang ditampilkan karya baru penggabungan seni pertunjukan (tari, musik, dan teater), karya gagasan baru atas keragaman seni pertunjukan budaya lokal (Betawi), durasi 12-15 menit, tema “Kreativitas dan Eksplorasi Seni Tradisi Kerakyatan”, peserta (pelaku seni) berusia 13-19 tahun, piñata (musik, tari, artistik, penyaji, dan sutradara) maksimal 25 tahun. “Dan hanya boleh merangkap untuk 2 (dua) posisi setiap orangnya,” jelasnya. Sementara itu, bagi yang telah memiliki karya atau konsep karya sesuai criteria diatas, dapat menyerahkan video, narasi/skrip cerita dan CV pelaku seni ke Bidang Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta atau melalui email : bidangpm@yahoo.com. Karya yang memenuhi syarat akan direkomendasikan mengikuti kompetisi pada Festival Seni Pertunjukan Tingkat Nasional. “Selama festival berlangsung, kontingen Prov DKI Jakarta akan dibiayai oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Prov DKI Jakarta,” imbuhnya. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 21.46 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Sinopsis Lakon Lakon Gara-Gara Poligami

Karya/Sutradara Pauzi Mupid Produksi VI Lenong Bintang Timur Pimpinan Abdul Aziz


Diceritakan bahwa Bang Maududi adalah salah satu orang terkaya di kampung Lujami. Sebagai pewaris dan penerus bisnis orang tuanya dan cukup berhasil sukses, bahkan melebihi orang tuanya. Lantaran dia puna otak bisnis yang brilian, pinter ngintip peluang, dan juga lihai ngendus usaha yang lagi trend. Mulai dari bisnis kontrakan, belon lagi puluhan wartel dan warnetnya, orang bilang "Bang Maududi top abis, yahuut, dan gak da matinya!" Maka ketika dia berencana kawin lagi ,banyak orang berpendapat "Bang Maududi sih pantes kalo bininya lebih dari atu, empat juga pantes!" Namun ditengah kontroversi UU Nikah Sirri yang ramai dibicarakan orang, menurut Bang Maududi itu adalah suatu konsekuensi hidup di negara demokrasi, dan akhirnya Bang Maududi pun memutuskan untuk beristri lagi. Tapi timbul pertanyaan bahwa apakah lantaran harta duniawi berlimpah dapat menjamin biduk rumah tangganya berjalan lancar dan mulus? Tentu saja tidak sesederhana itu, karena naluri wanita pada dasarnya adalah sama bahwa ingin di cintai dengan sepenuhnya. Oleh karena itu, mana mungkin wanita rela membiarkan suaminya berada dalam pelukan perempuan lain. Dengan demikian, apakah Bang Maududi sanggup berbuat adil pada atu, dua, dan bahkan keempat istrinya‌? Dan apakah Bang Maududi sudah menjalankan syariat yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam hal poligami yang kini banyak disalahtafsirkan sebaga sunah Nabi Muhammad SAW‌? Selamat Menyaksikan‌! Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 21.20 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Sinopsis Lakon Gara-Gara Versus

Karya/Sutradara Pauzi Mupid


Produksi VII Lenong Bintang Timur Pimpinan Abdul Aziz

Tersebutlah kisah pengusaha sukses juragan dahlan, pemilik PT Dadjal alias Ada Duit Jalan Lancar. Jutagan Dahlan amat tau bagaimana jalan untuk menjadi pengusaha sukses, menjilat penguasa, membayar upeti kepada pengambil keputusan, menyogok penegak hukum, pendeknya ada duit jalan lancar. Belum lama ini PT nya memenangkan tender untuk pembuatan Bulakan Sport, tersebar isu dia mendapatkan untung milyaran rupiah (kalo dibeliin krupuk duitnya bisa ngurug setubabakan). Tapi rupanya di balik kesuksesannya banyak yang tidak suka, sepak terjang Juragan Dahlan yang terkadang tega menghabisi lawan bisnisnya. Sementara dia begitu pandai menghindar serangan dari lawan lawannya. Dimana tangan hukum sudah tidak sanggup lagi menjamahnya. Berencanalah lawa lawan bisnisnya, kalo dengan hukum tidak mempan harus dengan cara yang radikal, rampok hartanya dan bunuh orangnya. Tersebar pamflet, DICARI!!!! TUKANG RAMPOK, TUKANG GARONG, TUKANG BUNUH HUBUNGI PT IBLIS JAYA. Berhasilkah rencana, itu‌? Selamat Menyaksikan‌! Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 08.51 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Sinopsis Lakon Gara-Gara Raja Bingung

Karya/Sutradara Pauzi Mupid Produksi VI Lenong Bintang Timur


Pimpinan Abdul Aziz

Dinegeri antah berantah ada seorang Raja dengan julukan “SBY” alias Sri Baginda Y. Y nya apa ya…? Dipenyebutan nama inilah letak kebingungan Sang Raja “SBY” saat ini, karena leluhurnya semua bernama “SBY” alias Sri Baginda Yitno, atau Sri Baginda Yasin. Dan Sri Baginda…? Sebelumnya hal penyebutan nama ini tidak pernah jadi masalah. Perdana Menterilah yang berbuat kegaduhan, dengan maksud menggulingkan Sang Raja. Bekerja samalah dengan salah seorang Gubernur dari wilayah Al–Jakartati yang sedang berencana melaksanakan PILUKADA. Berhasilkah kudeta ini…? Selamat Menyaksikan…! Rabu, 16 Oktober 2013

Seniman Terus Melakukan Sesuatu Hal Bagi Kota Jakarta

Setiap hari besar nasional para seniman Jakarta selalu menggelar event kesenian (seni musik, tari, sastra, teater, dan seni rupa) bersama yang diprakarsai oleh BP PKJ Taman Ismail Marzuki. Asumsi dan harapan tersikapi dengan banyaknya warna karakter para seniman. Dalam event tersebut, para seniman menyertakan karya –karya terbaiknya dengan bahan atau medium peciptaan yang beragam. Dengan sekilas terlihat karya-karya yang dipersembahkan


menunjukkan bahwa para seniman telah mencoba untuk melakukan sesuatu hal bagi kota Jakarta. Apalagi, bila ditilik dengan banyak bermunculannya komunitas-komunitas kesenian hingga ke pelosok Jakarta, tentunya akan menjadi semakin positif dan bagus dengan terbangunnya suasana kompetisi. Dan dengan kompetisi yang ada, maka kemudian karya itu akan menjadi lebih baik. Tinggal kemudian, Taman Ismail Marzuki sudah seharusnya dapat menjadi tempat yang terbaik dan ideal dalam menampung segala bentuk apresiasi seni. Semua itu akan menjadi keseimbangan bentuk yang sangat membanggakan. Keseimbangan antara pasar dengan seniman akan memperkaya dan tidak hanya pasar namun juga dapat memperkaya seniman itu sendiri. Diharapkan tahun-tahun ke depan Taman Ismail Marzuki akan terus dan betul-betul menjadi pusat kesenian Jakarta. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 09.19 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Perkembangan Blantek Tidak Menggembirakan

Blantek adalah teater tradisional Betawi, sundung tempat rumput dijadikan pagar pemisah penonton dan pemain. Dalam permainannya, diiringi dengan tabuhanblentang blantek. Berawal dari itulah lahir istilah Blantek. Demikian Bang Nasir Mupid, Jl. Ciledug Raya RT. 002 RW. 03, Ulujami, Pesanggrahan, Jaksel, Telp. 02141795339 menjelaskan. “Perkembangan Blantek tidak menggembirakan, sejak tahun 1950-an aktivitas blantek vakum. Tahun 1976 Pemda DKI Jakarta mulai menggali kembali blantek. Tahun 1979 diadakan lokakarya dan festival blantek. Kegiatan festival blantek dilaksanakan kembali tahun 1994 dan 1997.� Jelasnya. Festival


dimaksudkan untuk regenerasi, dorongan moril, motivasi berkreasi, dan perluasan persebaran blantek. Seperti Blantek Fajar Ibnu Sena yang beralamat di Jl. Ciledug Raya RT. 002 RW. 03 Ulujami, Pesanggrahan, Jaksel, berdiri tahun 1980-an dan sempat vakum, kemudian mulai bangkit kembai pada tahun 2003. Walaupun penuh dengan keprihatinan Bang Nasir Mupid terus membina, mengembangkan dan melestarikan Blantek kepada generasi muda diwilayahnya. Dengan terus menyelenggarakan pelatihan Blantek setiap minggu secara rutin. “Dalam perkembangannya, kini Blantek pada pementasannya tetap menggunakan sundung sebagai pembatas pengiring dengan pemain, obor sebagai simbol keluar dan masuknya pemain dan musik pengiringnya menggunakan musik rebana. Didalam pementasan Blantek berisikan pesan pendidikan, dakwah, promosi, penerangan dan hiburan.” Ungkapnya. Dengan demikian, seluruh masyarakat bertanggung jawab dalam pelestarian Blantek demi menuju masyarakat yang menjunjung budaya tradisional menjadi bagian dari budaya nasional. “Dengan cara memperbanyak pembinaan, pengembangan dan pelestarian budaya tradisional dan membawanya kepentas internasional.” harapnya. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 00.48 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Seni Kriya/Kerajinan Betawi Topeng Pesanggrahan

Bang Pauzi yang beralamat di Jl. H. Syatirih RT. 002 RW. 03, No. 88, Kel. Ulujami, Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Telp. 081283368411 mengemukakan bahwa Topeng Pesanggrahan adalah sebuah wadah kreasi pemuda dalam mengekpresikan karya arsitektur Betawi (topeng betawi, boneka ondel-ondel duduk/jalan, tehyan, miniatur ondel-ondel, miniatur rumah Betawi, parsel, dll) berdiri sejak tahun 2005 di Jl. H. Syatirih RT. 002 RW. 03 No. 88, Kel. Ulujami, Kec. Pesanggrahan, Jakarta Selatan oleh para pemuda pecinta seni artsitektur Betawi. “Topeng Pesanggrahan terus berusaha untuk menciptakan inovasi-inovasi baru dalam berkarya, melalui wadah diskusi rutin setiap minggunya terciptalah beberapa karya inovasi


arsitektur Betawi dengan memanfaatkan kembali barang yang tidak terpakai seperti : kardus, koran, bambu, kayu, triplek, sterefom sebagai bahan dasar sebuah karya.” Ungkapnya. Menurutnya, jenis-jenis kerajinan yang dibuat adalah : 1. Topeng terbuat dari kardus bekas. Alat yang dibutuhkan : gunting, blender, karton, kardus, sagu, cat. Pembuatan topeng ini diawali dengan mempersiapkan cetakan topeng yang terbuat dari karton, selanjutnya siapkan beberapa kardus bekas dipotong kecil-kecil dan diblender selanjutnya potongan kardus yang telah diblender ditempelkan dengan menggunakan lem sagu yang telah dimasak sambil ditekan menyesuaikan tekstur muka cetakan topeng yang telah dibuat, setelah itu baru dijemur sampai kering. Setelah kering dilakukan pengecatan. 2. Boneka ondel-ondel terbuat dari bambu dan sterefom. Alat yang dibutuhkan : bambu, sterefom, kayu, triplek, gergaji, martil, paku, amplas, pisau carter, semen putih, cat, koran, ijuk, bahan saten kiloan. Diawali dengan membuat rangka kepala dengan triplek dengan dimasukkan sedikit potongan sterefom yang dibentuk, selanjutnya membuat rangka badan dengan bambu dan diselipkan potongan sterefom sampai padat agar berbentuk badan ideal. Kemudian membuat rangka kaki dari bamboo yang di tekuk sedikit. Setelah itu, kita mulai dengan penyemenan kepala hingga merata dan dikeringkan. Selanjutnya kita jahit bahan dengan ukuran ondel-ondel yang telah jadi. “Walau bagaimanapun dalam berkarya kami masih penuh dengan keterbatasan, perlu kepanjangan tangan berbagai pihak yang turut menunjang karya-karya seni arsitektur Betawi kedepan.” imbuhnya. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 00.13 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Selasa, 15 Oktober 2013

Drama Satu Babak Palang Pintu Betawi

w: Assalaamu’alaikum. Wr. Wb p: Wa’alaaikumsalam. Wr. Wb


Slimpang sliwar w: Pegi ke Angke beli selampe P: Siapa diluar w: Rombongan Bang Foke udah sampe P: Kalo pegi ke Angke beli selampe, beli nasi uduk di kampung sawah Kalo rombongan Bang Foke udah sampe, silahkan duduk dibangku sayah w: Kalo beli nasi uduk di kampung sawah, beli singkongnya di warung bang Matin Kalo disuruh duduk di bangku sayah, tolong rombongan dihormatin P: Kalo beli singkong di warung bang Matin, kue bolu segede tampah Kalo rombongan pengen dihormatin, emang kesinih mau ngapah L: .Kalo kue bolu segede tampah, dingin-dingin mencuci para Kalo abang tanya mau ngapah, sayah mau buka nih acara P: Kalo dingin-dingin mencuci para, ambil topo buat ngelapin Kalo abang mau buka acara, bukaannya udah disiapin (Mendengar bukaannya udah disiapin, rombongan Bang Foke langsung ngeloyor masuk) P: Bang, bang, bang, ntar dulu kagak bisa sembarangan masuk. Ini acara kagak sembarangan semua ada syaratnya w: Apaan syaratnya? P: Beli sate daging ditusuk, pepes peda enak rasanya Kalo rombongan pengen masuk, langkahin dulu palang dadanya w: Pepes peda emang enak rasanya, lebih enak udang dibikin bakwan Kalo disuruh langkahin palang dadanya, saya udah siapin yang bakal ngelawan (terjadilah saling menonjolkan jurus masing-masing sambil berpantun jago) P: Diatas gonggo dibawah gonggo, gonggo kanyut dibanjir kanal Ini jago bukan sembarang jago, ini jago udah terkenal w: Berapa banyak gonggo dibanjir kanal, lebih banyak dikali krukut Kalo emang abanag jago udah terkenal, guah kagak bakalan takut P: Ini golok si utak ugel, ujungnya buntek gagangnya bugel Eh luh jangan bikin hati guah pegel, kagak kena kebacok nti guah bagel


w: Nih golok asli ciomas, sepotong perak sepotong emas Eh jangan bikin hati guah panas, ntar guah cacak kayak nanas P: Ambil kendang tabuh kromong, kisah kepala naga beruban Eh luh jangan banyak omong, entar gua pisain pala ama badan w : sulap, bang p : sulap dia katah, gua bacok w : jalan-jalan kepinggir sawah, ada lubang lindung gua pancingin luh jangan belagu didepan guah, entar lubang idung luh gua kencingin p : Burung kucica, burung kucipret Luh jangan kebangetan cerewet, ntar burung luh gua selepet (saling beradu silatlah para jago plaza dan walikota. Namun yang pasti jago walikota menang) (selesailah drama “buka palang pintu” satu babak) Dari drama “buka palang pintu” satu babak diatas yang berisi pantun Betawi telah mengisi khasanah kebudayaan masyarakat Betawi yang harus terus dan tetap dilestarikan dan dikembangkan. (Gebyar Pilar Sosial Dinas Sosial Prov. DKI Jakarta, Cibubur, Jaktim) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 23.52 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Film Sebagai Sebuah Alat Apresiasi Medium Kreatif Ada 60 peserta yang baru bisa ikut pada Festival Film Pendek ( FFP Jabodetabeka ) Tahun 2013, artinya dalam waktu setahun ini ada 60 film baru yang dianggap layak ikut dalam festival. Ini adalah potensi yang sangat luar biasa sebetulnya dan persoalannya sekarang adalah meningkatkan manfaatnya dari festival tahun lalu dan sekarang apa bedanya, bahkan nanti ada workshop dan pelatihannya. Ini sangatlah penting. Demikian pernyataan Bang Haji Dedi Mizwar Aktor Gaek Indonesia dalam Pembukaan Festival Film Pendek Jabodetabeka belum lama ini di Auditorium Gelanggang Remaja Bulungan Jakarta Selatan. Turut hadir dalam kegiatan tersebut, antara lain Bapak Sulistyo, Kemendikbud RI, Kepala GRJS, Teguh Esha, Seniman dan Budayawan, serta para peserta Festival Film Pendek Jabodetabeka Tahun 2013 ini. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa untuk tahun depan barangkali, pesertanya orangnya itu, tapi sudah dengan kreasi atau kreatifitas yang beda. Dengan demikian setiap tahun sudah dapat dilihat peningkatan


kreatifitasnya, syukur-syukur ada komunitas baru. “Dimana pengelola FFP Jabodetabeka ini, selain untuk memberikan penghargaan sebagai bentuk apresiasi pada komunitas tadi dengan karya-karya puncaknya. Kalau bisa FFP ini dapat menumbuhkan komunitas baru yang lain,� jelasnya. Ditambahkannya bahwa dengan FFP Jabodetabeka ini, mereka bisa melihat film sebagai sebuah alat apresiasi atau medium kreatif dan bisa menyampaikan pikiran-pikiran kebawah yang merupakan refleksi dari sebuah realitas sosial yang ada di masyarakat. Diharapkan nanti FFP Jabodetabeka ( Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Karawang ) bisa lebih luas lagi sampai ke Serang, Banten, Bandung, dan kota lainnya. “FFP ini walaupun dimulai dari ruang lingkup yang sangat terbatas, dan bukan mustahil dapat menjadi event Nasional di tahun mendatang,� imbuhnya. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 23.37 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

RA Kartini Pelopor Kesadaran Nasionalisme

Tak berlebihan kiranya bahwa Kartini telah mempelopori sebuah kesadaran identitas diri yang merupakan dasar nasionalisme, tidak berdasarkan identitas etnik tertentu karena cenderung permanen dan dekat sekali dengan esensialisme. Kartini telah mendahului pemikiran kaum nasionalis di Indonesia yang tidak berdasarkan atas identitas biologis (entis atau rasial) maupun identitas budaya yang dianggap abadi. Kartini bekerja tidak hanya untuk kepuasan dirinya namun juga memberikan dirinya kepada masyarakat luas, bekerja untuk kebaikan sesamanya dan tak ingin apapun kecuali mengabdikan diri secara utuh untuk melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukan kaum perempuan lainnya. Sekaligus tak hanya datang dari luar, dari mereka yang sudah beradab, tapi bahwa ada sesuatu dalam diri Kartini yang berkeinginan jauh sebelum bisa mendapatkan akses kepada buku-buku dan artikel-artikel tentang modernitas. Artinya bahwa Kartini melihat untuk merdeka juga bisa dating dari seorang perempuan Indonesia, ketika perempuan itu tertindas. Tuntutan itu universal, bisa dating dari


semua bangsa di muka bumi. Dan ini semua hanya dikemukakan oleh orang di tepian yang identitasnya tidak dikurung dalam sesuatu yang partikular. (ziz)

Kamis, 17 Oktober 2013

Tinjauan Sosiologi Seni Budaya Topeng Blantek

Seni budaya tradisional merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Sama halnya dengan seni budaya Topeng Blantek yang menjadi bagian dari masyarakat Betawi dahulu. Masyarakat Betawi yang cinta terhadap seni budayanya, akan peduli pada kesenian tradisionalnya. Setiap seni budaya memiliki sejarah, asal usul terbentuknya budaya tersebut. Sejarah itu juga ada pada asal lahirnya seni budaya Topeng Blantek. Seni budaya Topeng Blantek yang tercipta dari masyarakat Betawi terdahulu dan terkandung nilai-nilai didalamnya yang bersifat universal. Seni budaya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Seni budaya termasuk kedalam golongan kebudayaan bersifat nilai estetika dan etika. Kesenian dapat berkembang dan juga dapat menurun bergantung pada masyarakat. Perubahan zaman yang seharusnya dapat membuat kesenian ini berkembang, akan tetapi tergerus dan sirna oleh kondisi masyarakat saat ini. Terutama pada kondisi pada masyarakat Betawi. Seni budaya Topeng Blantek adalah salah satu kesenian yang mengalami kemerosotan. Namun, sebagian masyarakat yang tergabung dalam seniman dan para tokoh sangat peduli terhadap seni budaya Topeng Blantek. Oleh karena itu, keeksistensian seni budaya Topeng Blantek tetap ada melalui pertunjukan atau pementasan yang ditampilkan dari para seniman, walaupun hal itu jumlahnya sangat sedikit. Seni budaya Topeng Blantek memiliki asal-usul sejarah dalam masyarakat Betawi. Pada saat awal dibentuknya seni budaya Topeng Blantek ini merupakan hiburan yang diminati masyarakat pada saat itu. Walaupun, pada sekarang ini seni budaya Topeng Blantek


mengalami kemunduran. Kebertahanan Topeng Blantek di Jakarta salah satunya dipengaruhi oleh adanya sanggar seni budaya Betawi yang berlandaskan pada kesenian tradisional Topeng Blantek. Peran sanggar juga sangat terkait dengan pemiliknya yang merupakan seniman Betawi. Seniman Betawi merupakan pelopor penggerak pelestarian terhadap seni budaya. Akan tetapi, hal tersebut perlu dibantu dan didukung oleh faktor lain. Seni budaya Topeng Blantek merupakan produk masyarakat Betawi dan sekaligus menjadi media sosial Betawi. Seni budaya Topeng Blantek sebagai media sosial masyarakat Betawi dirasakan meIalui sebuah pertunjukan. Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 05.37 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Apresiasi Seni Budaya Topeng Blantek

Topeng Blantek merupakan teater rakyat Betawi yang kini hampir tidak dikenal masyarakat luas. Hanya sebagian masyarakat Betawi yang mengetahui teater rakyat Topeng Blantek. Banyak pula artikel dan pendapat-pendapat yang berbeda tentang Topeng Blantek, bahkan berbeda pendapat tentang definisi dan sejarah singkat Topeng Blantek. Asal-usul nama kesenian ini berasal dari dua kata, yaitu Topeng dan Blantek. Istilah Topeng berasal dari bahasa Cina di zaman Dinasti Ming. Topeng asal kata dari To dan Peng. To artinya sandi dan Peng artinya wara. Maka Topeng itu bila dijabarkan berarti sandiwara. Sedangkan untuk kata Blantek ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari bunyi-bunyian musik yang mengiringinya. Yaitu satu rebana biang, dua rebana anak dan satu kecrek yang menghasilkan bunyi, ‘blang-blang tek-tek’. Namun, karena lidah lokal ingin enaknya saja dalam penyebutan,


maka muncullah istilah Blantek. Pendapat lainnya mengatakan, asal nama Blantek berasal dari bahasa Inggris, yaitu blindtext yang berarti buta naskah.

Marhasan, tokoh pelestari Topeng Blantek Pangker Group Semanan, Jakarta Barat mengatakan bahwa permainan Blantek dahulu kala tidak memakai naskah dan sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar dari cerita yang akan dimainkan” (http://www.beritajakarta.com, 2008.2-2-2012). Menurut Achmad Syarozi seorang putra Betawi bahwa pada mulanya Topeng Blantek berasal dari budaya tradisi Betawi Topeng dan Blantek. Topeng merupakan teater rakyat Betawi yang menggunakan Tari Topeng atau tari Kedok Topeng yang di dalamnya terdapat lawakan dari para penari Topeng dan pemain Topeng Betawi. Bercerita tentang kritik sosial dengan lawakan Betawi. Disebut Topeng karena pada mulanya Topeng diperagakan oleh penari Topeng Betawi yang menggunakan Topeng. Pada saat itu penari Topeng Betawi sering kali melanjutkan aksinya setelah menari Topeng, sang penari membanyol dan berdialog dengan Panjak untuk menghibur penonton yang akhirnya menjadi sebuah pertunjukan drama Topeng Betawi. Sedangkan Blantek berasal dari anak pengembala yang memainkan musik dari suara perabotan rumah tangga yang dipukul, seperti panci dan perabotan lainnya, kemudian seiring berkembangnya zaman menggunakan alat musik rebana, gamelan, dan alat musik Betawi lainnya sambil melawak kepada penonton dan Panjak. Percampuran dan urbanisasi dari satu daerah ke daerah Iainnya, maka lahirlah Topeng Blantek, yaitu perpaduan antara Topeng Betawi dan Blantek” (1-3-2012). Namun menurut Nasir Mupid seniman Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena Pesanggrahan, Jakarta Selatan bahwa Topeng Blantek merupakan induk dari teater rakyat Betawi, karena Topeng Blantek memiliki apresiasi seni yang terdapat di teater rakyat Betawi lainnya. Misalnya seni tari, seni musik, dan drama. Asal mula Topeng Blantek menjadi sebuah pertunjukan berawal dari para pedagang di jajaran wilayah Jakarta di mana terdapat suku Betawi. Para pedagang tersebut yang memperjualkan dagangannya melalui celoteh-celoteh (kata-kata). Dan tutur kata yang diucapkannya itu, kemudian menjadi sebuah pertunjukan. Pedagangpedagang tersebut kebanyakan berasal dan kalangan ahli agama Islam yang akhirnya mempergunakan Topeng Blantek sebagai penyebaran agama Islam dan dakwah-dakwah kepada masyarakat” (2-2-20 12). “Pada tahun 1972 Topeng Blantek mulai berkembang melalui Festival Topeng Blantek di Jakarta yang diadakan oleh Pemda DKI Jakarta, kemudian Festival Topeng Blantek diadakan kembali pada tahun 1993. Festival dimaksudkan untuk meregenerasi, memberi dorongan moriil, memotivasi untuk berkreasi, dan memperluas penyebaran Topeng Blantek. Tokoh yang mengembangkan Topeng Blantek yaitu almarhum Ras Barkah”, Ungkap Nasir Mupid (10-2-20 12). “Topeng Blantek kurang mendapat perhatian dari Pemprov DKI Jakarta, sehingga mengakibatkan masyarakatnya kurang mengenal Topeng Blantek. Hanya Lenong yang sering


kali ditonton oleh masyarakat Jakarta, sehingga pertunjukan-pertunjukan teater rakyat Betawi lainnya tetap dikenal dan disebut Lenong oleh masyarakat� (10-2-20 12). Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 05.30 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Rabu, 16 Oktober 2013

Pelestarian Budaya Betawi Terus Digalakkan

Sangat mungkin apa keprihatinan terhadap nasib seni budaya Betawi, sedikit demi sedikit akan mulai pupus. Karena sekecil apapun Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Kebudayaan DKI Jakarta terus menggalakkan pembinaan, pelestarian dan pengembangan seni budaya Betawi. Hal tersebut coba terus diangkat karena seni budaya Betawi mempunyai ciri khas tersendiri dan sudah menjadi tanggung jawab bersama untuk terus diwujudkan. Karena apa? Karena seni budaya Betawi adalah termasuk salah satu asset seni budaya nasional yang wajib dilestarikan dan dikembangkan, tentunya lebih dikemas dengan baik dan menarik. Karena terlihat sekarang semakin begitu derasnya arus gelombang seni budaya global yang masuk membius dan merasuki ke sumsum masyarakat Jakarta, terutama kepada generasi muda Jakarta. Oleh karena itu, harus adanya konsentrasi yang konsisten dan serius terhadap hal ini, sehingga dapat menjadikan seni budaya Betawi sejajar dengan seni budaya global serta tidak tergerus oleh zaman yang semakin bersifat “instan�. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 09.55 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Setu Babakan Asset Budaya Bangsa


Setu Babakan merupakan warisan seni budaya masyarakat Betawi, maka sudah sepantas dan sewajarnyalah menjadi salah satu fokus utama pembangunan yang teragendakan oleh Pemprov DKI Jakarta.

Jadikanlah Setu Babakan sebagai bukti konkrit kebijakan Pemprov DKI Jakarta yang “berpihak”, maka pemerintah (dalam hal ini Gubernur Prov DKI Jakarta) untuk bertanggung jawab dalam melestarikan dan mengembangkan seni budaya masyarakat Betawi, melalui kebijakankebijakan yang “berpihak” dan hasilnya betul-betul langsung dapat dirasakan masyarakat. Setu Babakan merupakan asset budaya masyarakat Betawi yang patut dibanggakan, bukan sekedar sebagai tempat mancing, plesiran dan hamparan air. Sangatlah wajar, bila Setu Babakan menjadi skala prioritas kebijakan pembangunan Gubernur Prov DKI Jakarta untuk menjadikan Setu Babakan sebagai wilayah budaya masyarakat Betawi dan betul-betul Setu Babakan sebagai pusat budaya masyarakat Jakarta yang tetap lestari dan terus berkembang. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 09.40 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Improvisasi Modal Dasar Panjak Topeng Blantek

Alunan dzikir dan tetabuhan rebana menggema serta tiga buah sundung sebagai pembatas dan obor pengontrol alur, pertanda topeng blantek siap disuguhkan kepada para penikmat pada suatu acara dipinggir setubabakan. Tanpa basa-basi muncul Si Jantuk pembuka lakon dengan vokal yang lantang dan jelas diiringi tetabuhan rebana, sangat enerjik menceritakan kisah yang akan dimainkan dengan lakon berjudul “Juragan Baud”. Kesan yang tertangkap di dalam pertunjukan tersebut adalah kekuatan “panjak” yang sarat pengalaman dalam melakonkan peran teater tradisional Betawi “topeng blantek”. Dimana kekuatan improvisasi terasa sangat kental dan menjadi modal dasar yang dimiliki setiap “panjak” dalam penokohan sebuah cerita lakon topeng blantek. Melangkah dari sebuah cerita lakon sederhana yang dikemas secara apik


dan menarik. Konflik dibangun pada alur dan plot cerita lakon benar-benar menggugah selera para penikmat untuk turut serta dalam pertunjukan yang sedang berlangsung. Demikianlah cirri khas pertunjukan teater tradisional Betawi topeng blantek, sehingga pesan dan kesan berjalan menembus ruang dan waktu, sehingga begitu menyatu dan akrab antara panjak dan penikmat. (ziz) Diposkan oleh tukilan abdul aziz di 09.29 Tidak ada komentar: Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Seniman Topeng Blantek Tetap Eksis

Tidak ada tanda-tanda lelah pada diri para seniman topeng blantek dalam memperjuangkan eksistensi seni budaya topeng blantek. Seseorang yang sangat berjasa dalam memperjuangkan topeng blantek di Jakarta adalah alm Ras Barkah. Berawal pada kisaran tahun 1980-an sedang giat-giatnya para seniman berkesenian di Pusat Pengembangan Kesenian di daerah Kuningan Jakarta Selatan. Sejak itulah para seniman, mulai menggemari dan terus menekuni seni budaya topeng blantek yang merupakan salah satu jenis teater tradisional betawi. Namun, di awal tahun 2000-an seni budaya topeng blantek mulai mengalami masa-masa sekarat. Oleh karena itu diharapkan perhatian dan dukungan pihak pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat untuk sama-sama bertanggung jawab dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya topeng blantek. Sebab, bila keadaan ini dibiarkan terus, tidak mustahil dalam beberapa tahun ke depan seni budaya topeng blantek akan tinggal kenangan. Kekurangan dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya topeng blantek dikarenakan sarana dan prasarana yang ada kurang memadai. Bahkan, walau kini telah banyak gedung dan tempat pertunjukan kesenian dibangun bertebaran di Jakarta, topeng blantek jarang muncul untuk diberikan kesempatan mempertunjukan kreasinya. Dengan demikian, saat ini kondisi kehidupan seniman topeng blantek sangat memprihatinkan dan mengenaskan serta membingungkan. Mereka tidak punya pekerjaan lain selain mengurusi grup dan sanggar, karena itu dari mana mereka dapat membiayai keluarganya. Memang sangat ironis, bila di


daerah kelahirannya sendiri seni budaya topeng blantek harus rela mengalah dengan semakin maraknya seni budaya pop yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Jakarta.(ziz)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.