TINJAUAN SOSIOLOGI TOPENG BLANTEK BETAWI
PENYUSUN : ABDUL AZIZ
PENGANTAR Buku kecil ini mendeskripsikan proses pola pendidikan dalam topeng blantek, salah satu bagian dari seni budaya Betawi yang diproduksi oleh masyarakat Betawi dan dikonsumsi melalui pertunjukan. Keberadaan sanggar menunjukkan adanya kebertahanan Topeng Blantek. Sanggar adalah pelatihan pemain dan bertujuan untuk melestarikan seni budaya. Topeng Blantek saat ini kurang popular, dengan dinamika yang terjadi di masyarakat sangat berpengaruh terhadap eksistensi Topeng Blantek Pola pendidikan dalam buku kecil ini melihat pada terbentuknya Topeng Blantek dalam sebuah pertunjukan melalui tiga aspek, yaitu keterampilan kelompok, pengetahuan, dan nilai yang menjadi tuntunan. Topeng blantek merupakan produk sosial masyarakat Betawi yang didistribusikan melalui sebuah pertunjukan dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas. Pola pendidikan pada topeng blantek mengarah pada eksistensi dengan adanya pertunjukan yang dapat diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat. MUKADIMAH Salam Budaya, majunya budaya suatu bangsa dapat dipastikan majunya bangsa itu, salah satu elemen pentiing penunjang budaya adalah tumbuh kembangnya kesenian. Dengan kata lain,"Menghidupkan Seni, Memajukan Bangsa." Kami sebagai anak bangsa mempunyai kewajiban untuk terus eksis dalam berkesenian demi mempertahankan dan mengembangkan kesenian Betawi, khususnya topeng blantek salah satu seni teater rakyat Betawi. Tentunya, kita semua harus lebih peduli dengan kelestarian budaya sendiri. Akhirnya, kami menghaturkan banyak terima kasih kepada seluruh masyarakat yang telah meluangkan waktunya untuk mengenal lebih dekat topeng blantek melalui buku kecil ini. Mudah-mudahan suguhan kami bukan hanya sekedar bacaan, tapi dapat menjadi tuntunan bagi kita semua. Dengan seni haluskan jiwa, kobarkan semangat, jauhi narkoba. MERDEKA. Amin
BAB I PENDAHULUAN Topeng Blantek memiliki asal-usul sejarah dalam masyarakat Betawi. Pada saat awal dibentuknya, Topeng Blantek merupakan hiburan yang di minati masyarakat. Namun sekarang ini, Topeng Blantek mengalami kemunduran. Kebertahanan Topeng Blantek di Jakarta, salah satunya dipengaruhi oleh adanya sanggar seni budaya Betawi yang berlandaskan pada kesenian tradisional Topeng Blantek. Peran sanggar juga sangat terkait dengan pemiliknya seniman Betawi yang merupakan penggerak pelestarian seni budaya Betawi. Akan tetapi, hal tersebut perlu dibantu dan didukung oleh pihak lain. Topeng Blantek merupakan produk masyarakat Betawi dan sekaligus menjadi media sosial Betawi. Topeng Blantek sebagai media sosial masyarakat Betawi dirasakan meIalui sebuah pertunjukan. I.1 Sejarah Topeng Blantek Awal munculnya Topeng Blantek sekitar abad 19. Pada masa itu, pertunjukan Topeng Blantek diselenggarakan pada malam hari. Pemain Topeng Blantek disebut Panjak. Mereka yang memainkan Topeng Blantek pada umumnya adalah orangorang Betawi. Asal nama Topeng Blantek berasal dari kata “to peng” yang artinya sandiwara dan kata “blind teks” yang artinya “tanpa teks”. Namun, ada juga pandangan dari beberapa tokoh Betawi bahwa kata Blantek merupakan bunyi dari rebana biang dan alat sederhana seperti kayu, yaitu berbunyi blang dan tek.
“Jika rebana biang berbunyi blang dan kayu berbunyi tek, jadi “blang tek” atau “blantek”. Oleh sebab itu dinamakanlah menjadi Topeng Blantek.” (Wawancara, Yahya Andi Saputra, Lembaga Kebudayaan Betawi, 29 Juli 2011) Berikut daftar beberapa Sanggar Topeng Blantek pada tahun 1990-an : NAMA SANGGAR
PIMPINAN
JUDUL NASKAH
Doa Sumiati
Warta Bin Selli
Bodoh Pinter
Edi Jaya
Marta
Ketiban Duren
PATRA 27
Arwanto
Si Jampang Jagoan Betawi
Kontemporer Jaya
Muhasyim
Salah Colek
(Atik Soepandi dkk, Topeng Blantek Betawi, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta : 1993, Hlm 14) Rebana biang merupakan salah satu alat musik khas daerah Betawi yang berukuran besar dan mengalami kepunahan karena pembuatannya yang cukup sulit. Hal tersebut menyebabkan pemakaian rebana biang jarang digunakan dalam pertunjukan Topeng Blantek. “Awalnya Topeng Blantek dulu menggunakan rebana biang, yaitu rebana yang besar. Dulunya setiap pertunjukan pakai rebana itu, kemudian bergeser pada penggunaan alat musik yang lain, seperti tanjidor, gong, gendang dan lain-lain. Akan tetapi, ciri khas lain dari Topeng Blantek tetap kita pertahankan” (Wawancara, Nasir Mupid, Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 4 September 2011)
Di daerah sekitar wilayah Jakarta, yaitu Bogor juga terdapat Topeng Blantek. Topeng Blantek yang ada di Bogor bukan hanya sebagai hiburan, tetapi sebagai alat untuk berdakwah menyebarkan ajaran-ajaran Islam. Hal itu, ditambah dengan musik pengiringnya lagu-lagu Islami, seperti Al fiqih, Aisyah, dan Maulana. Sedangkan lagu hiburan salah satunya, Jali-Jali. Pada konteks lain, nama Topeng Blantek berasal dari alat musik rebana biang dan kotek. Atik Soepandi menjelaskan bahwa asal-muasal penamaan Blantek, yaitu dari nama rebana biang dan rebana kotek. (Atik Soepandi dkk, Ibid, Hlm 14)
Topeng Blantek lahir karena sisi tolak yang berbeda antara Topeng dengan Lenong. Saat itu, Lenong merupakan hiburan masyarakat kelas atas. Sedangkan, seni Topeng merupakan hiburan untuk masyarakat kelas menengah kebawah. Dari faktor tersebut, Topeng Blantek lahir sebagai seni budaya yang bersifat universal bagi masyarakat. Oleh sebab itu, Topeng Blantek lahir karena adanya kesenjangan pada masyarakat yang diakibatkan oleh dua budaya tersebut. “Topeng Blantek itu lahir dari sebuah proses pada dua seni budaya antara Topeng dan Lenong. Lenong di tonton oleh masyarakat kelas atas, salah satunya tuan tanah. Sedangkan Topeng untuk kalangan masyarakat kelas bawah. Dan Topeng Blantek ada, sebagai sisi netral atau penyeimbang dalam arti Topeng Blantek dapat di tonton oleh semua kalangan� (Wawancara, Abdurrachiem, Litbang, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Prov. DKI Jakarta, 24 Januari 2012)
Tokoh Jantuk merupakan aktor penting dalam pertunjukan Topeng Blantek. Ciri khas dari Topeng Blantek berbeda dengan kesenian yang lain karena adanya tokoh Jantuk. Tokoh Jantuk selalu memakai topeng dan merupakan pemain yang menjadi pemberi kesimpulan pada akhir cerita Topeng Blantek. Jantuk muncul saat awal dan akhir pertunjukan. Pada awal pertunjukan, Jantuk selalu membawa sundung. Dulunya wilayah Jakarta merupakan daerah yang sebagian besar adalah pertanian dan perkebunan. Sundung yang digunakan oleh para petani yang ada di Betawi pada saat itu adaah sebagai alat tradisional para petani untuk mencari rumput. Sundung tidak lagi selalu digunakan dan dibawa oleh Jantuk. Namun, sundung hanya diletakkan diatas panggung sebagai salah satu ciri khas dari pertunjukan Topeng Blantek yang berjumlah tiga pasang. Pada dasarnya Jantuk, sundung, dan obor adalah bagian penting dari Topeng Blantek. Dan Topeng Blantek sendiri memiliki karaktek yang bernuansa budaya serta agama. Tokoh Jantuk dalam pagelaran Topeng Blantek merupakan penasehat agama. Dia memberikan kesimpulan dari akhir cerita pertunjukan dengan menjelaskan intiinti dari cerita yang ditampilkan. Tokoh Jantuk merupakan pembeda antara Topeng Blantek dengan teater Betawi yang lain. I.2 Kebertahanan Topeng Blantek Para seniman Betawi untuk memajukan seni budayanya sangat membutuhkan modal yang digunakan untuk pembelian perlengkapan dan peralatan seni budaya. Modal ini merupakan bagian tanggung jawab pemerintah terhadap seni budaya daerah.
“Pemerintah dalam hal ini, selalu bekerja sama dengan para seniman. Kami menyediakan fasilitas berupa tempat. Setiap tampil, kami juga memberikan honor 5 (lima) juta bagi para seniman pemilik sanggar yang melakukan pertunjukan seni budaya. Itu pun secara bergiliran dan setiap bulan 2 (dua) kali pertunjukan.� (Wawancara, Imron, Suku Dinas Kebudayaan, Jakarta Selatan, 5 Oktober 2011) Pemerintah sebagai faktor pendorong, melaksanakan tugasnya sebagai pemberi dana dan infrastruktur dengan benar dan tepat. Kebertahanan Topeng Blantek tergambar dengan adanya sanggar-sanggar Topeng Blantek yang jumlahnya sangat sedikit. OIeh sebab itu, hubungan timbal balik antara kedua pihak harus terwujud untuk kebertahanan Topeng Blantek ke depan. Berikut adalah daftar Sanggar Topeng Blantek yang ada sekarang di wilayah Jabodetabek, diantaranya : Tabel Sanggar Topeng Blantek di ProvinsiDKI Jakarta saat ini NAMA SANGGAR
PIMPINAN
WILAYAH
Fajar Ibnu Sena
Nasir Mupid
Jakarta Selatan
Pangker Grup
Marhasan
Jakarta Barat
Si Boyo
Nasir Boyo
Jakarta Timur
Slipi
Sanusi
Jakarta Pusat
(Wawancara, Nasir Mupid, Topeng Blantek FIS, JakartaSelatan 4 September 2011) I.3 Topeng Blantek Sebagai Media Sosial Dalam Topeng Blantek semua saling berkaitan dan hal yang paling utama dalam pementasan adalah latihan adegan dengan menggunakan panggung sebagai medianya. Pada latihan adegan merupakan sebuah kegiatan persiapan yang akan ditampilkan. Panggung merupakan sebuah media dalam melakukan pementasan. Pada Topeng Blantek, panggung adalah sarana bagian dalam aksi pementasan atau pertunjukan yang terkadang tidak juga digunakan. Apabila media ini tidak ada, dapat memakai karpet besar sebagai latar tempat untuk mengganti panggung.
Pola pendidikan pada Topeng Blantek mengarah pada eksistensi yang terlihat pada terselenggarakanya pertunjukan. Adanya pertunjukan yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah, dapat menunjukkan bahwa keberadaan seni budaya ini masih tetap bertahan. Berdirinya sanggar juga merupakan salah satu cara untuk mempertahankan eksistensi Topeng Blantek. “Topeng Blantek adalah seni budaya tradisional yang merupakan produk masyarakat Betawi. Dalam pementasan atau pertunjukkannya bisa menggunakan panggung atau pun tidak. Jika kita pentas di Setu Babakan, otomatis menggunakan panggung yang sudah tersedia. Akan tetapi, kalau ada panggilan dari warga masyarakat untuk acara tertentu biasanya tidak menggunakan panggung.â€? (Wawancara, Nasir Mupid, Topeng Blantek Fjar Ibnu Sena, Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, 4 September 2011) Topeng Blantek itu merupakan sarana menyampaikan sesuatu dalam proses untuk mencapai tujuĂĄn. Para pemain (panjak) memberikan beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh para penonton. Hal-hal yang dapat diperhatikan, yaitu substansi pokok dari yang ingin disosialisasikan pada masyarakat.
BAB II PROSES PENYAMPAIAN NILAI BUDAYA TOPENG BLANTEK
SENI
Seni budaya yang merupakan hasil dari sebuah kehidupan masyarakat bersama yang telah memberikan nilai bersifat universal. Hal tersebut telah terlihat bahwa seni budaya dapat disaksikan oleh semua pihak. Itu disebabkan karena masyarakat menilai tidak hanya pementasan atau pertunjukan seni budaya yang ditampilkan oleh sebuah komunitas tertentu. Namun, substansi dari seni budaya tersebut, yaitu dengan adanya nilai-nilai yang disampaikan melalui pementasan atau pertunjukan tersebut. Salah satunya adalah nilai edukasi yang diberikan pada suatu komunitas Betawi untuk masyarakat melalui pementasan atau pertunjukan, salah satunya Topeng Blantek. Pendidikan itu sendiri merupakan proses pembelajaran menuju masyarakat yang bertujuan positif. Pola pendidikan pada Topeng Blantek mengarah pada adanya eksistensi dari penyampaian nilai-nilai pada masyarakat. Dalam pola pendidikan melalui Topeng Blantek menggambarkan eksistensi seni budaya Topeng Blantek itu sendiri. II.1 Pola Pendidikan TopengBlantek
Seni
Budaya
Pola pendidikan yang di berikan memiliki tujuan untuk keeksistensian Topeng Blantek. Proses pembentukan Topeng Blantek yang menjadi awal dalam pola pendidikan.
Dalam pementasan atau pertunjukan seni budaya ini dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu pengetahuan obyektif, keterampilan dan nilai. “Bagian penting dalam seni budaya, yaitu pertama adanya keterampilan atau keahlian dan bakat. Kedua makna nilai-nilai yang terkandung, yaitu sesuatu hal apa yang ingin disampaikan. Ketiga pengetahuan berarti setiap seniman atau pun pemain (panjak) memiliki pengetahuan dasar atas seni budaya, mampu menguasai dialog, memahami alur cerita. Apalagi Topeng Blantek tanpa menggunakan teks. Pemain (panjak) harus mampu meminimalisir kesalahan, baik dari salah satu pemain (panjak) maupun lawan mainnya.� (Wawancara, Abdurrachiem, Litbang, Dinas Kebudayaan Prov. DKI Jakarta, 24 Januari 2011) II.1.A Kelompok
Keterampilan
Keterampilan para pemain (panjak) dapat dilihat ketika sedang berdialog dengan benar dan sesuai, karena cerita pada Topeng Blantek tidak menggunakan teks atau naskah. Sutradara hanya memberikan tema, judul, alur cerita, dan tidak membuat naskah. Diperlukan keterampilan dan kreatifitas dari para pemain (panjak). Hal itu dapat di lihat dari cara penyampaian bahasa saat pementasan atau pertunjukan. Penyampaian bahasa tersebut yang dapat membuat cerita Topeng Blantek ini beragam dan merupakan salah satu hasil dari penyampaian bahasa yang di bawakan para pemain (panjak), dan terkadang dapat menjadi “lucu�. Hal tersebut menandakan bahwa Topeng Blantek memberikan sebuah nilai hiburan yang bersifat humoris. Biasanya ceritanya juga menggambarkan sisi lain, seperti Silat. Keterampilan dalam bersilat juga harus di miliki oleh para pemain (panjak). Silat merupakan seni bela diri khas tradisional dari kaum Betawi.
Keberlangsungan Topeng Blantek merupakan adanya peran seniman, tokoh dan masyarakat Betawi yang cinta dan peduli terhadap seni budayanya. Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk mempertahankan Topeng Blantek. Dan pihak pemerintah, yaitu memfasilitasi dengan menyediakan tempat pementasan atau pertunjukan seni budaya tersebut. II.1.B Pengetahuan Pengetahuan yang diberikan, tidak dengan teori, tapi pemberian itu bersifat tersirat terhadap masyarakat yang menonton. Pengetahuan itu pun tidak terbatas hanya pada satu aspek, tapi lebih luas. “Aspek pengetahuan yang ada pada Topeng Blantek, yaitu mengandung sejarah. Sejarah merupakan bagian dari pengetahuan. Point pengetahuan sendiri yang satu ini, akan mengajak pada masyarakat untuk mencintai dan Iebih peduli akan seni budayanya. Sifat tersebut yang ditanamkan pada masyarakat sekarang ini. Jangan melupakan sejarah.� (Wawancara, Abdurrachiem, Litbang, Dinas Kebudayaan Prov.DKI Jakarta, 24 Januari 2012)
II.1.C Nilai Sebagai Tuntunan Pada pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek, masyarakat pada umumnya sebagai penonton yang memiliki kemampuan untuk melihat, mendengar, menirukan dan mencoba. Hal tersebut adalah bagian dari pencapaian nilai-nilai yang terdapat pada seni budaya tersebut dan dapat diimplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Para seniman berpendapat bahwa yang harus dipertahankan dan dilestarikan adalah nilai yang terkandung pada sebuah seni budaya. “Sebetulnya pada saat sekarang ini seni dapat berkembang dengan sesĂźai zamannya. Namun,harus diingat bahwa hal yang harus diperhatikan dan dilestarikan pada kesenian Topeng Blantek adalah nilai-nilainya atau value karena disitulah kita diajarkan kebaikan dalam kehidupan masyarakat, salah satunya saling rukun, tolong-menolong dan lain-lain. Itulah yang sangat pentingâ€? (Wawancara Abdurrachiem, Litbang, Dinas Kebudayaan Prov. DKI Jakarta, 24 Januari 2012) II.2 Pemaknaan Nilai Pada Topeng Blantek Pada pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek menampilkan kisah atau cerita yang disampaikan pada masyarakat. Para penonton dapat melihat dan menafsirkan secara individu tentang makna dari suatu kisah dalam pementasan atau pertunjukan. Makna yang ditafsirkan dari masing-masing individu berbeda-beda.
Pemaknaan sosial tersebut akan menghasilkan makna nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek, seperti nilai hiburan, sosial, dan agama. “Dalam nilai seni budaya yang ada, salah satunya Topeng Blantek bahwa banyak beberapa nilai-nilai yang terkandung didalamnya, seperti hiburan, agamá, sosial dan pendidikan. Nah, dalam nilai pendidikan itu dilihat bagaimana ceritanya, biasanya menceritakan sifat dan perilaku sehari-hari, seperti kejujuran, keberanian dan kesederhanaan. Sifat itulah yang sering ada dan terlihat pada setiap pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek.” (Wawancara, Nasir Mupid,Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena, 4 September 20 I I) II.2.A Proses Transfer NiIai Proses transfer nilai dari pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek merupakan suatu perpindahan nilai-nilai yang bersifat positif untuk masyarakat. Proses perpindahan nilai kepada masyarakat melalui pementasan atau pertunjukan. Nilai-nilai diperoleh dari sebuah cerita yang ditampilkan.
“Kita lihat pada adegan silat. Kalau orang Betawi ahli silat, dia menunjukkan bahwa dia seorang jawara dan yang kuat. Namun, mungkin orang beda yang melihatnya, dia bisa silat untuk mempertahankan diri dan menolong orang. Nah, itu berubahkan maknanya. Masyarakat yang menonton pementasan atau pertunjukan juga berbeda nanti menilainya.” (Wawancara, Abdurrachiem, Litbang, Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, 24 Januari 2012)
II.2.A.1 Nilai Religius Nilai religius juga terkandung pada Topeng Blantek. Hal ini ditunjukkan dari sisi kaum Betawi yang selalu menggunakan kopyah dan sarung pada penampilannya. Kopyah dan sarung merupakan salah satu simbol umat Islam yang sangat kental pada kaum Betawi. Pada Topeng Blantek adanya tokoh Jantuk juga diidentikkan dengan tokoh agama. Tokoh sentral tersebut yang merupakan ciri khas Topeng Blantek, selalu memberikan nasihatnasihat di akhir pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek. Nasihat-nasihat tersebut mengandung unsur-unsur agama, yaitu tentang kebaikan, untuk selalu beribadah dan lain-lain. II.2.A.2 Nilal Sosial Pada Topeng Blantek terdapat pula nilai sosial. Nilai sosial dalam hal ini, Topeng Blantek bersifat sebagai penerang dan sebagai contoh dari masyarakat dalam kehidupan sosialnya. Selain itu, dalam dimensi sosial juga terkait dengan kritik-kritik sosial pada pemerintah yang membangun. Nilai sosial yang terkandung dalam Topeng Blantek menggambarkan bahwa dalamTopeng Blantek memiliki unsur penerang.
“Pada nilai sosial Topeng Blantek, yaitu diajarkannya gotong-royong antar sesama dan juga kritik-kritik sosial pada pemerintah melalui cerita Topeng Blantek pada kehidupan sehari-hari. Misalnya, para seniman Betawi yang merupakan buruh, sehingga status sosialnya rendah. Dengan cerita Topeng Blantek menggambarkan kehidupan mereka yang terpinggirkan.� (Wawancara, Abdul Azim, Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena, 24 Maret 2012) II.3 Daya belantek
Tawar
Topeng
Seni budaya tradisional sejatinya merupakan corak yang menjadi khas pada suatu daerah atau bangsa tertentu. Namun, kondisi masyarakat lebih senang pada sebuah seni budaya yang sifatnya modern. Hal itulah yang menyebabkan adanya dinamika sosial pada masyarakat terhadap seni budaya. Masyarakat disatu sisi tertarik akan seni budaya baru yang menyenangkan sebagai hiburan. Seni budaya luar saat ini masuk secara terbuka dan mudah untuk menyaksikannya, dapat dilihat melalui media massa. Masyarakat pada konteks saat ini, lebih cenderung ingin berubah sesuai dengan zamannya. “Jika dilihat pada kondisi masyarakat saat ini, seni budaya tradisional seperti Topeng Blantek sangat terlupakan karena salah satu faktornya adanya modernisasi dan arus globalisasi. Seni budaya tradisional kita, dihadapkan dengan kondisi tersebut yang akhirnya berdampak pada sebuah kemunduran pada seni budaya lokal. Masyarakat tidak tertarik lagi pada seni budaya tradisional yang kuno dibandingkan dengan hal-hal yang bersifat modern. Itulah yang menjadi tantangan para seniman untuk menghidupkan dan mengembangkan kembali seni budaya tradisional Betawi, khususnya Topeng Blantek.� (Wawancara, Abdurrachiem, Litbang, Dinas Kebudayaan Prov. DKI Jakarta, 24 Januari 20 12)
Pergeseran ini semakin membuat kalangan masyarakat Betawi sekarang menjauhi seni budaya tradisionalnya. Tradisional yang identik dengan keterbelakangan, sudah menjadi sesuatu istilah yang ketinggalan zaman. Masyarakat modern lebih menerima respon seni budaya modern. Hal tersebut berdampak pada Topeng Blantek yang tradisional, semakin terpinggirkan oleh masyarakat karena globalisasi membawa perubahan pada masyarakat, khususnya masyarakat Betawi. Penguasaan pengetahuan yang dimiliki oleh para pemain (panjak) merupakan bagian dari sisi kemampuan pada dirinya. Hal tersebut salah satu dari modal pada seni budaya tradisional Topeng Blantek. “Zaman modern juga berdampak pada keberadaan seni budaya tradisional bukan hanya Topeng Blantek, akan tetapi bisa semua. Kemerosotan Topeng Blantek secara terbuka juga karena faktor modernisasi seni budaya akibat globalisasi dan dikhawatirkan lambat laun seni budaya tradisional akan tergerus dan semakin hilang.� (Wawancara, Abdurrachiem, Litbang, Dinas Kebudayaan Prov. DKI Jakarta, 18 Maret 2012) Mayoritas masyarakat sekarang ini, lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat glamour dan modern. Seperti Iebih tertarik untuk menonton konser-konser band yang cenderung ke arah hedonisme. Akan tetapi, melihat seni budaya sendiri tidak tertarik karena dianggap kuno dan tradisionalis.
“Sekarang ini orang lebih senang melihat tontonan band-band artis top karena lebih asyik. Dari nonton seni budaya sendiri, seperti Topeng Blantek yang masih dianggap kuno dan bahkan ketinggalan zaman. Apalagi sekarang, zaman semakin modern. Orang-orang lebih senang hal-hal yang modern dari pada tradisional, kaya Topeng Blantek ini.”(Wawancara, Nasir Mupid, Topeng Fajar Ibnu Sena, 4 September 2011) Daya tawar pada Topeng Blantek membuat seni budaya ini dapat bertahan. Daya tawar yang diberikan pada Topeng Blantek, yaitu nilai. Konsep daya tawar tersebut menjelaskan bahwa ada sesuatu yang ditawarkan atau diberikan untuk masyarakat. Nilai pada seni budaya juga dapat di tambah dari segi kostum, peralatan musik, dan dialog serta cerita.
“Seni budaya tradisional dapat bertahan dilihat dari konsepnya adalah makna, yaitu nilai-nilai yang dapat diambil ketika kita menonton. Walaupun dibungkus dalam cerita apapun, nilai memiliki andil yang besar terhadap seni budaya termasuk Topeng Blantek.” (Wawancara, Abdurrachiem, Litbang, Dinas Kebudayaan Prov. DKIJakarta, 24 Januari 2012)
“Kami dari pihak Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan melalui Suku Dinas Kebudayaan terus membantu dengan memfasilitasi untuk pementasan atau pertunjukan seni budaya yang ada di Jakarta Selatan, salah satunya Topeng Blantek. Dengan menyediakan tempat dan memberikan pengarahan pada para seniman.� (Wawancara, Imron, Suku Dinas Kebudayaan, Kota Adm Jakarta Selatan, 5 Oktober 2011) Pementasan atau pertunjukan dilakukan oleh para seniman dan pemain (panjak) yang memiliki modal pada seni budaya. Modal seni budaya para pemain (panjak), terdiri dari keterampilan, memiliki ilmu pengetahuan pada seni budaya, dan mengajarkan sebuah nilai yang menjadi tuntunan. Aspek tersebut merupakan modal dalam rnenampilkan pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek. Pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek juga menjadi bagian metode pembelajaran. Meskipun, dalam pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek diselenggarakan oleh pihak masyarakat dan pemerintah. Dalam transformasi nilai dilakukan dengan cara pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek. Transformasi nilai tersebut ditujukan untuk para penonton yang melihat pementasan atau pertunjukan. Penonton dapat memaknai nilai tersebut berdasarkan penafsiran. Transformasi nilai termasuk dalam ranah proses pembelajaran karena salah satu pembelajaran yang diberikan adalah pemberian nilai-nilai yang diajarkan pada seni budaya. Dalam Topeng Blantek nilai di spesifikasi menjadi nilai agama dan sosial. Daya tawar pada Topeng Blantek, yaitu pada nilai yang diberikan saat pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek. BAB III ANALISIS TOPENG BLANTEK Pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek adalah salah satu cara atau bagian dari eksistensi seni budaya di lingkungan masyarakat.
Eksistensi merupakan keberadaan Topeng Blantek diakui oleh masyarakat luas yang tidak terlepas dari beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut merupakan faktor yang menentukan penyelenggaraan pementasan atau pertunjukan, yaitu dari pihak pemerintah dan masyarakat. Sanggar memiliki peran sebagai pelaku yang mementaskan Topeng Belantek. Jadi, penyelenggaraan pementasan atau pertunjukan Topeng Blantek adalah salah satu cara untuk eksistensi seni budaya itu sendiri. “Ada tiga point yang penting, yaitu adanya pemberian skill (keterampilan), pengetahuan dan tuntunan pada masyarakat. Hal itu yang terkandung pada seni budaya ini. Seni budaya ini tidak akan lepas dari tiga hal tersebut. Oleh karena itu, adanya integrasi atau sebuah kesatuan antara keterampilan, pengetahuan, dan nilai yang menuntun masyarakat, serta bukan hanya sekedar tontonan.� (Wawancara, Abdurrachiem, Litbang, Dinas Kebudayaan Prov. DKI Jakarta, 24 Januari 2012) Topeng Blantek menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat. Pola pendidikan yang ada pada Topeng Blantek salah satunya menjelaskan bahwa Topeng Blantek diproduksi, didistribusi dan dikonsumsi oleh masyarakat. Seni budaya tradisional Betawi ini, merupakan peninggalan dari masyarakat Betawi. Oleh sebab itu, eksistensi Topeng Blantek menjadi salah satu seni budaya tradisional yang harus tetap dipertahankan. III.1 Topeng Blantek Sebagai Produk Sosial Masyarakat Betawi Perilaku sosial tersebut dituangkan pada kisah atau cerita dalam Topeng Blantek. Pemain (panjak) merupakan tokoh dari peran perilaku sosial. Pemain (panjak) dalam seni budaya Topeng Blantek sebagai representasi dari suasana kondisi masyarakat Betawi.
Selain sebagai fasilitator penyelenggaraan pertunjukan, pihak pemerintah juga mempunyai program untuk meletakkan Topeng Blantek sebagai kegiatan ekstrakulikuler di sekolah.
Kegiatan tersebut merupakan kesatuan dalam seni budaya Betawi yang ada pada ekstrakuliker di sekolah agar siswa dapat mempelajari dan mempraktekkannya. III.3 Topeng Blantek Sebagai Pola Tingkah Laku Kebetawian Pertunjukan Topeng Blantek merupakan bagian dalam sebuah produksi masyarakat Betawi, dan juga sebagai hasil dari ide gagasan dan karya masyarakat Betawi. Topeng Blantek dalam pertunjukannya selalu menggambarkan aktivitas dari keseharian masyarakat Betawi dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat secara luas melalui pertunjukan. Oleh sebab itu, Topeng Blantek merupakan produk dan kebiasaan dari aktivitas serta pemikiran masyarakat komunitas Betawi. Topeng Blantek didistribusikan pada masyarakat melalui pertunjukan. Sanggar sebagai agen seni
budaya dalam pelaku Topeng Blantek dan dapat di konsumsi oleh masyarakat secara luas melalui sebuah pertunjukan. III.2 Strategi Eksistensi Topeng Blantek Jika dilihat bahwa penyelenggaraan pertunjukan merupakan strategi untuk keberlangsungan eksistensi Topeng Blantek di Jakarta, adanya keterlibatan dari pihak pemerintah dan masyarakat sangatlah penting. Peran pemerintah adalah bahwa pertunjukan Topeng Blantek selalu diadakan di tempat khusus yang telah disediakan, salah satunya di Setu Babakan yang merupakan Pusat Budaya Betawi. Setu Babakan merupakan sarana bagi para seniman Betawi untuk mempertunjukkan penampilan seni budaya Betawi, salah satunya Topeng Blantek. Pihak masyarakat juga memiliki peranan yang besar terhadap eksistensi Topeng Blantek. Penyelenggaraan pertunjukan Topeng Blantek yang bersifat internal pada lingkungan masyarakat, seperti dalam acara perkawinan, khitanan dan pesta rakyat atau bazaar. Selain sebagai fasilitator penyelenggaraan pertunjukan, pihak pemerintah juga mempunyai program untuk meletakkan Topeng Blantek sebagai salah satu kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Kegiatan tersebut merupakan kesatuan dalam seni budaya Betawi yang ada pada ekstrakuliker di sekolah agar siswa dapat mempelajari dan mempraktekkannya. III.3 Topeng Blantek Sebagai Pola Tingkah Laku Kebetawian
dikonsumsi oleh pertunjukan.
masyarakat
secara
luas
Pertunjukan Topeng Blantek merupakan bagian dalam sebuah produksi masyarakat Betawi, dan juga sebagai hasil dari ide gagasan dan karya masyarakat Betawi. Topeng Blantek dalam pertunjukannya selalu menggambarkan aktivitas dari keseharian masyarakat Betawi dan dapat melalui
Pola pendidikan pada Topeng Blantek mengarah pada eksistensi yang terlihat pada terselenggarakanya pertunjukan. Adanya pertunjukan yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah, dapat menunjukkan bahwa keberadaan seni budaya ini masih tetap bertahan. Berdirinya sanggar juga merupakan salah satu cara untuk mempertahankan eksistensi Topeng Blantek. Pada awal pertama adanya Topeng Blantek, dalam pertunjukannya terdapat penggunaan obor. Obor di gunakan sebagai penerang dalam pertunjukan dan selalu digunakan oleh tokoh Jantuk. Hal tersebut, dikarenakan pada awal munculnya Topeng Blantek dalam mengadakan pertunjukan keseniannya pada malam hari. Topeng Blantek juga sebagai pola tingkah laku dari masyarakat Betawi yang di bentuk oleh suatu sikap yang sering dilakukan dan secara keseluruhan mununjukkan simbol-simbol Betawi. Melalui Topeng Blantek ini diharapkan bias menjadi sarana untuk mengeksplor gagasan dan sikap aktivitas komunitas Betawi pada penonton. Keeksistensian Topeng Blantek juga berarti menunjukkan keidentitasan kelompok masyarakat Betawi. BAB IV PENUTUP
Perkembangan Topeng Blantek di Jakarta yang merupakan daerah Betawi saat ini mengalami kemunduran. Dinamika sosial yang terjadi dilingkungan masyarakai sangat berpengaruh terhadap kondisi Topeng Blantek. Adanya globalisasi dan
modernisasi yang menjadi perubahan sosial. Masyarakat dituntut untuk menjadi modern secara keseluruhan dalam kehidupan masyarakat termasuk komunitas Betawi.
Sedangkan, Topeng Blantek yang merupakan kesenian tradisional harus berkompetisi dengan budaya-budaya luar dan modern. Akibatnya, Topeng Blantek semakin tertinggal. Pada Topeng Blantek yang menjadi daya tawar adalah nilai yang harus di lestarikan dan harus di contoh, sehingga dapat diaplikasikan
dalam
kehidupan sehari-hari. Melihat kesenian tradisional yang ada di daerah-daerah harus tetap di pertahankan karena merupakan warisan budaya dari para pendahulu, salah satunya TopengBlantek. Seni budaya merupakan hasil pola pikir dan bakat dari individu atau kelompok. Hasil pola pikir dan bakat dilanggengkan dan disahkan oleh masyarakat. Topeng Blantek tidak hanya bersifat pada sisi hiburan. Namun, banyak nilai-nilai yang terkandung dalam seni tersebut. Di sisi lain, seni budaya juga merupakan wadah penyalur aspirasi sosial. Sanggar sebagai agen seni harus dapat mengembangkan Topeng Blantek. Pengembangan yang dilakukan dengan cara dapat menambahkan sisi yang baru dan menarik tanpa meninggalkan keaslian dari Topeng Blantek. Salah satunya penambahan istilah bahasa Inggris pada dialog, cerita yang di tampilkan lebih modern, dan lain-lain. Pada para seniman untuk selalu dapat mengembagkan kreatifitas terhadap Topeng Blantek. Hal tersebut agar Topeng Blantek dapat mampu bersaing dengan dengan seni budaya yang sifatnya Iebih modern dan dapat di nikmati oleh masyarakat secara luas.
Pihak pemerintah harus meningkatkan kembali program-program untuk kepentingan kesenian, agar dapat bertahan dan berkembang. Pemerintah harus menambahkan kembali penyelanggaraan Topeng Blantek, tidak hanya satu kali dalam setahun. Pemerintah memasukkan Topeng Blantek sebagai program ekstrakulikuler disekolah-sekolah yang ada di Jakarta. Pemerintah selalu mengadakan pertemuan dengan para seniman dan tokoh-tokoh Betawi mengenai kemajuaĂą kesenian tradisional Betawi seperti Topeng Blantek. Pihak masyarakat selalu ikut berpartisipasi dalam kegiatan seni budaya agar kesenian dapat lestari. Masyarakat Betawi yang mengadakan kegiatan pesta, seperti pernikahan dan khitanan selalu menampilkan seni tradisional sebagai hiburannya. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan dan melestarikan kesenian Topeng Blantek di Jakarta.
Lampiran NASKAH LAKON TOPENG BLANTEK 267 SI JAMPANG PENGEN JADI GUBERNUR KARYA/SUTRADARA ABDUL AZIZ Sayup-sayup terdengar alunan musik senandung kicir-kicir mengiringi rombongan anak-anak masuk ke tengah panggung sambil menari dan bernyanyi dengan membawa sundung dan obor untuk bersiap-siap bermain Topeng Blantek. Tiba-tiba musik gemuruh terdengar riang mengiringi seorang anak bertopeng dan disusul oleh seorang anak bertopeng lainnya masuk ke tengah pentas menyapa seluruh yang ada di panggung. Si Jantuk
: Assalaamu´alaikum. Wr. Wb
Anak-anak : Wa´alaikumsalam. Wr. Wb Si Penthul
: Ikan peda ikan gerame
Si Jantuk : Burung platuk burung prenjak Si Penthul rame
: Ada apa rame-
Si Jantuk manjak
: Si Jantuk mau
Anak-anak : Oh, Si Jantuk mau manjak Si Penthul
: Burung platuk burung prenjak Beli blangkon di pertigaan Kalo Si Jantuk mau manjak Emang lakonnya apaan
Si Jantuk
: Beli blangkon di pertigaan Mancing di empang pake benang kenur Kalo ditanya lakonnya apaan Lakonnya Si Jampang Pengen Jadi Gubernur
Anak-anak : Oh, lakonnya Si Jampang Pengen Jadi Gubernur Si Penthul
: Mancing di empang pake benang kenur Biji beton biji cereme Kalo lakonnya Si Jampang Pengen Jadi Gubernur
Koor
: Yuk, kita tonton rame-rame Selamat menyaksikan (out).
Begitulah penggalan naskah Topeng Blantek 267 dengan lakon Si Jampang Pengen Jadi Gubernur karya/sutradara Abdul Aziz yang di pentaskan pada Festival Teater Anak Jabodetabek 2014 di Auditorium Teater Kecil Pusat Kesenian Jakarta Taman
Ismail Marzuki Rabu, 3 September 2014 Pkl. 16.00 s.d selesai. Diselenggarakan
oleh Lembaga Teater Jakarta, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
REFRENSI 1. Jurnal, Atik Soepandi dkk, 1993, Topeng Blantek Betawi, Dinas Kebudayaan DKI 2. (Wawancara, Nasir Mupid, Topeng Blantek FIS, 2012) 3. (Wawancara, Yahya Andi Saputra, Lembaga Kebudayaan Betawi, 2011) 4. (Wawancara, Abdurrachiem, Litbang, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Prov. DKI Jakarta, 2012)
5. (Wawancara, Abdul Azim, Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena, 2012) 6. (Wawancara, Imron, Suku Dinas Kebudayaan, Kota Adm Jakarta Selatan, 2011) 7. Skripsi Faisal Amrin Bachtiar, Pola Pendidikan Topeng Blantek, UNJ 8. (http://catatanabdulaziz.wordpress.com/page/2)