Apresiasi Seni Budaya Topeng Blantek

Page 1


TOPENG BLANTEK Sejarah Singkat Topeng Blantek Topeng Blantek merupakan teater rakyat Betawi yang kini hampir tidak dikenal masyarakat luas. Hanya sebagian masyarakat Betawi yang mengetahui teater rakyat Topeng Blantek. Banyak pula artikel dan pendapat-pendapat yang berbeda tentang Topeng Blantek, bahkan berbeda pendapat tentang definisi dan sejarah singkat Topeng Blantek. Asal-usul nama kesenian ini berasal dari dua kata, yaitu topeng dan blantek. Istilah topeng berasal dari bahasa Cina di zaman Dinasti Ming. Topeng asal kata dari to dan peng. To artinya sandi dan peng artinya wara. Maka Topeng itu bila dijabarkan berarti sandiwara. Sedangkan untuk kata Blantek ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari bunyibunyian musik yang mengiringinya. Yaitu rebana biang, dua rebana biang dan satu rebana kotek yang menghasilkan bunyi, ‘blang-blang tek-tek’. Namun, karena lidah lokal ingin enaknya saja dalam penyebutan maka muncullah istilah Blantek. Pendapat lainnya mengatakan, asal nama Blantek berasal dari bahasa Inggris, yaitu blindtext, yang berarti buta naskah. Marhasan, tokoh pelestari Topeng Blantek mengatakan, “permainan Blantek dahulu kala tidak memakai naskah dan sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar dari cerita yang akan dimainkan” (http://www.beritajakarta.com!2008.2-2-2012). Menurut Achmad Syarozi seorang putra Betawi bahwa, “Pada mulanya Topeng Blantek berasal dari budaya tradisi Betawi Topeng dan Blantek. Topeng merupakan teater rakyat Betawi yang menggunakan Tari Topeng atau tari Kedok Topeng yang di dalamnya terdapat lawakan dari para penari Topeng dan pemain Topeng Betawi. Bercerita tentang kritik sosial dengan lawakan Betawi. Disebut Topeng karena pada mulanya Topeng diperagakan oleh penari Topeng Betawi yang menggunakan Topeng. Pada saat itu penari Topeng Betawi sering kali melanjutkan aksinya setelah menari Topeng, sang penari membanyol dan berdialog dengan Panjak (pemain lakon) untuk menghibur penonton yang akhirnya menjadi sebuah pertunjukan drama Topeng Betawi. Sedangkan Blantek berasal dari anak pengembala yang memainkan musik dari suara perabotan rumah tangga, seperti panci dan perabotan lainnya, kemudian seiring berkembangnya zaman menggunakan alat musik rebana, gamelan, dan alat musik Betawi lainnya sambil melawak kepada penonton dan Panjak (pemain lakon). Dari percampuran dan urbanisasi darii satu daerah ke daerah lainnya, maka lahirlah Topeng Blantek, yaitu perpaduan antara Topeng Betawi dan Blantek” (Wawancara, Achmad Syarozi, Pasar Minggu, 1-3-2012). Namun menurut Nasir Mupid, “Topeng Blantek merupakan induk dari teater rakyat Betawi, karena Topeng Blantek memiliki apresiasi seni lainnya yang terdapat di teater rakyat Betawi lainnya. Misalnya seni tari, seni musik, dan drama. Asal mula Topeng Blantek menjadi sebuah pertunjukan berawal dari para pedagang di jajaran wilayah Jakarta di mana terdapat suku Betawi, para pedagang tersebut yang memperjualkan dagangannya melalui celoteh-celoteh (katakata). Dan tutur kata yang diucapkannya itu, kemudian menjadi sebuah pertunjukan. Pedagangpedagang tersebut kebanyakan berasal dari kalangan ahli agama Islam yang akhirnya mempergunakan Topeng Blantek sebagai penyebaran agama Islam dan dakwah-dakwah kepada masyarakat” (Wawancara, Nasir Mupid, Pesanggrahan, 2-2-20 12).


“Pada tahun 1972 Topeng Blantek mulai berkembang pada Festival Topeng Blantek di Jakarta yang diadakan oleh Pemda DKI Jakarta, kemudian Festival Topeng Blantek diadakan kembali pada tahun 1993. Festival dimaksudkan untuk meregenerasi, memberi dorongan moril, memotivasi berkreasi, dan memperluas penyebaran Topeng Blantek. Tokoh yang mengembangkan Topeng Blantek yaitu almarhum Ras Barkah”, Ungkap Nasir Mupid (Wawancara, Nasir Mupid, Pesanggrahan,10-2-20 12). “Topeng Blantek kurang mendapat perhatian dari pemda DKI Jakarta sehingga mengakibatkan masyarakatnya kurang mengenal kesenian Topeng Blantek. Hanya Lenong yang sering kali ditonton oleh masyarakat Jakarta, sehingga pertunjukan-pertunjukan teater rakyat Betawi lainnya tetap dikenal dan disebut Lenong oleh masyarakat” (Wawancara, Nasir Mupid, Pesanggrahan, 10-2-20 12). Sastra Pada Topeng Blantek Sastra pada Topeng Blantek bermula dari sastra lisan. “Sastra lisan merupakan fondasi utama dalam teater tradisional di Indonesia. Sastra lisan adalah sastra yang disampaikan dari mulut ke mulut dan jenis sastra lisan itu bermacam-macam. Sastra lisan merupakan bentuk pengucapan yang langsung dari jiwa rakyat biasa yang merupakan lapisan masyarakat paling bawah. Sastra lisan inilah yang menghasilkan teater rakyat dengan berbagai ragam dan jenis karena kita memiliki beratus bahasa yang berbeda satu dengan lainnya” (Achmad, 2006:42). Dari kutipan tersebut disadari bahwa sastra lisan merupakan foklore dari teater rakyat dipertahankan secara turun-temurun dari masyarakatnya sendiri. Topeng Blantek memiliki sastra dan bahasa tersendiri dalam pertunjukannya. Sastra pada Topeng Blantek ini memiliki ciri khas bentuk sastra, sebagai berikut: bahasa yang digunakan, cerita yang dibawakan, penggarapan cerita, alur cerita, dan pantun dalam pertunjukannya. Bahasa yang digunakan adalah bahasa keseharian masyarakat Jakarta yang dikenal dengan sebutan bahasa Betawi dan Sunda. Betawi memiliki daerah atau lingkungan bahasa suku kentalnya, yang terdiri dari Betawi tengah dan Betawi pinggir. Bahasa Betawi tengah cirinya setiap kata-kata yang berakhiran vokal A diganti menjadi vokal E, misalnya kata kemana menjadi kemane. Dan bahasa Betawi pinggir cirinya setiap kata-kata yang berakhiran vokal A diganti menjadi vokal AH, misalnya : kata kenapa menjadi kenapah dan orang Betawi pinggir menyingkat kata tersebut menjadi napah. Dan bukan hanya bahasa Betawi pinggir saja yang digunakan oleh pelaku Topeng Blantek, terdapat pula bahasa Sunda keseharian yang kasar dalam pertunjukan Topeng Blantek, misalnya : kehet, piru yaitu cacian atau bahasa Sunda kasar yang biasa digunakan masyarakat Betawi. Cerita Yang Dibawakan Cerita yang dibawakan bersumber dari sastra lisan bahwa, “Banyak kita temukan sastra lisan di teater Indonesia, yang sering disebut sebagai sastra lisan daerah. Hampir di setiap daerah (kelompok etnik) dapat kita temukan sastra lisan daerah yang ciri utamanya adalah bahasa daerah,” (Achmad, 2006:98).


Cerita Topeng Blantek pada umumnya membawakan cerita-cerita legenda masyarakat Betawi. Tetapi pada saat ini cerita Topeng Blantek tidak harus lagi cerita legenda, ceritanya pun bisa mengenai apa saja yang penting terdapat unsur hiburan, lawakan, penerangan, dan pendidikan. Unsur-unsur Cerita Topeng Blantek antara lain: • Cerita yang dibawakan biasanya cerita rakyat Betawi, cerita legenda Betawi (misalnya: Pitung, Jampang Mayang Sari, si Jantuk, dan lain-lain). • Cerita yang dibawakan bisa cerita apa saja yang penting ada tokoh Jantuk yang menjadi narator atau dalang Topeng Blantek (bahkan cerita teater modern sudah sering dibawakan Topeng Blantek tetapi harus diadaptasi ulang ke dalam bentuk cerita rakyat Betawi). • Cerita dari pertunjukan Topeng Blantek tidak memiliki naskah yang tertulis. namun perkembangan Topeng Blantek zaman sekarang, cerita tersebut memiliki naskah yang tertulis dan naskah tersebut hanya bagian plot-plot sebagai alur cerita untuk para pemain, ada pula yang sudah menggunakan naskah tertulis dengan dialog yang rapih tetapi biasanya pemain Topeng Blantek tidak terbiasa untuk mengikuti dialog atau kata- kata yang tertulis di dalam naskah tersebut, mereka lebih terbiasa dengan improvisasi dari cerita foklore (cerita rakyat turuntemurun). Penggarapan Cerita Penggarapan cerita pada Topeng Blantek menggunakan alur cerita atau plot. “Plot adalah alur atau jalan cerita.Plot adalah lakon atau kisahan” (Endraswara, 2011:24). Alur ini yang mengantarkan lakon menjadi semakin menarik. Pada mulanya plot pada penggarapan cerita Topeng Blantek digarap secaralisan. Plot ini bermula dan plot lisan atau hanya menjelaskan konsep dan mulut-kemulut.Kemudian sering berkembangnya zaman, ada beberapa teater rakyat yang sudah menggunakan plot tertulis. Tetapi para aktor tradisional tidak mau mengenal naskah yang sudah tertulis dan ada dialognya. Apabila pemain diberikan naskah, maka naskah tersebut kurang efektif, bahkan hanya dilihat dan dipegang saja, naskah tersebut tidak akan dihapal dan dibaca dengan serius. Sebab jika terpaku dengan naskah tertulis, hal itu hanya membuat para pemain merasa dibatasi kreatifitasnya dan terkekang dalam berimprovisasi. Alur Cerita “Alur cerita merupakan jalan cerita dalam sebuah plot. Plot adalah lakon atau kisahan,yang mengulurkan drama” (Endraswara, 2001:24).


Di dalam plot tersebut terdapat adegan atau bagian-bagian cerita yang didalangi langsung oleh tokoh Jantuk. Bisa dikatakan, tokoh Jantuk yang memegang plot atau alur cerita seperti layaknya sutradara. Peran tokoh Jantuk sebagai pemimpin sebuah cerita adalah apabila ada pemain yang keluar atau lan dan plot, maka tokoh Jantuk lah yang mengingatkan para pemain untuk kembali ke dalam plot atau alur cerita tersebut dengan mengingatkan seorang pemain untuk melanjutkan cerita. Biasanya saat Jantuk bermain ada kalanya dia berimprovisasi dan plot untuk memanjangkan durasi atau untuk mencari lawakan, lelucon, dan menaikan emosi sebuah cerita. Pantun Pantun merupakan salah satu jems puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasabahasa Nusantara.“Pantun berasal dan kata panuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti penuntun. Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, sering kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tidak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima atau sajak. Dua bait terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut” (http://id.wildpedia.org/wjkj/pantun.2-2-20 12). Namun dalam Topeng Blantek pantun bukan saja berfungsi sebagai syair dan sajak, tetapi sebagai bagian pertunjukan Topeng Blantek untuk menyindir lawan main dengan melempar pantun pada lawan main sebagai ciri khas tradisi Betawi yang memiliki bahasa pantun melayu Betawi pinggir. Jenis pantun yang diutarakan berupa: “berpantun” yaitu menyanyikan (membawakan) pantun bersambut sambutan, “memantuni” yaitu menyindir dengan pantun dan “memantunkan” mengarang (menyatakan) dalam bentuk pantun. Terkadang dalam memantunkan Panjak (pemain) bisa saja tidak nyambung dengan syair dan panjaknya untuk mengeluarkan efek lucu dan lawakan. Gaya Seting Pauggung Dalam Pertunjukan Topeng Blantek Topeng Blantek memiliki gaya setting panggung dalam pertunjukannya, gaya setting tersebut merupakan ciri khas yang menjadi pakem-pakem pertunjukan Topeng Blantek yang selama ini digunakan oleh para seniman dan pelakunya hingga saat ini. Tanpa gaya setting ini bukanlah merupakan pertunjukan Topeng Blantek. Maka seorang pelaku Topeng Blantek harus mengetahui lebih dahulu gaya setting panggung yang terdapat dalam Topeng Blantek. Gaya setting panggung dalam pertunjukan Topeng Blantek antara lain : Obor, sundung, Panjak dan Niyaga, tata pakaian, tata rias, topeng, waktu dan tempat pertunjukan.


Obor Pada mulanya obor dalam pertunjukan Topeng Blantek digunakan hanya sebagai penerangan di malam han pada zaman dulu. Karena pada saat itu mulanya pertunjukan Topeng Blantek dimainkan pada malam hari, dimana pada tempo dulu alat penerangan belum memadai dan masih menggunakan obor.Maka pertunjukan Topeng Blantek menggunakan obor sebagai alat penerangan, dan hingga akhirnya obor tersebut digunakan sebagai artistik pertunjukan.Topeng Blantek hingga saat ini. Namun Topeng Blantek pada saat ini tidak hanya dipertunjukan pada malam hari, untuk memenuhi kebutuhan para penonton saat mi Topeng Blantek dapat dipertunjukan pada waktu kapan saja, baik itu pagi, siang, sore, ataupun malam hari. Obor terletak di tengah arena panggung, obor yang menyala tersebut berada di atas kayu setinggi satu sampai satu setengah meter.Namun obor dalam pertunjukan Topeng Blantek saat ini tidak hanya difungsikan sebagai artistik panggung tetapi juga sebagai simbolik dan ciri khas Topeng Blantek.Obor tersebut juga digunakan sebagai pembatas ruang dan waktu bagi para pemain. Misalnya pemain itu bermain di depan obor, maka pemain tersebut berimajinasi bahwa adegan tersebut berada di luar rumah, dan ketika pemain berada di belakang obor, maka para pemain berimajinasi adegan tersebut berada di dalam rumah. Obor yang berfungsi sebagai pembatas ruang dan waktu, juga menandakan dekat atau jaulmya suatu jarak. Misalnya adegan tersebut pemam A berjalan kerumah si B, maka pemain tersebut berimajinasi dan berjalan memutari obor sebagai perpindahan tempat sebanyak satu kali, dan kalau tempat tersebut jaraknya lebih jauh maka pemain berjalan memutari obor lebih dan satu kali. Maka dalam pertunjukan Topeng Blantek obor pada saat ini digunakan oleh para pelakunya sebagai artistik serta pembatas ruang dan waktu yang menjadi pakem-pakem bagi para pelaku seniman Topeng Blantek untuk kebutuhan pertunjukan Topeng Blantek tersebut. Contoh gambar obor dalam Topeng Blantek sebagai berikut :


Sundung Pada mulanya sundung berasal dan prasarana (pembawa barang) para pedagang pada zaman dulu, semacam alat pikul yang digunakan para pedagang untuk pembawa barang para pedagang, seperti alat pikul rumput, kayu bakar dan lain-lain.Namun sering berkembangnya pertunjukan Topeng Blantek, sundung tersebut digunakan sebagai artistik panggung.Ada tiga sundung yang digunakan di panggung dalam pertunjukan Topeng Blantek.Ketiga sundung tersebut berfungsi sebagai pembatas untuk masing-masing Niaga (pemeran), Panjak (pemusik), dan penari dengan para penonton. Contoh gambar sundung dalam pertunjukan Topeng Blantek sebagai berikut :

Panjak Dan Niaga “Panjak pada mulanya adalah orang yang kerjanya sebagai pandai besi. Besi tersebut sedianya akan dibuat menjadi alat bertani dalam industri peralatan berat untuk pertanian. Para Panjak mi menggunakan pemukul dan palu yang beratnya kira-kira mencapai 5kg�(http://htnalatpertanian.blogspot.coml03lpanjak.2-2- 2012). Pada kesenian Betawi terdapat alat musik tradisional seperti Gambang Keromong dan Gamelan.Orang yang memainkan alat musik tersebut disebut Panjak, karena sebagian besar pemusiknya memukul alat musik dan bahan besi dan) kuningan.Pada kesenian Topeng Blantek, terdapat pam pemain yang memainkan Gambang Kromong.“Maka Panjak merupakan pemain musik Topeng Blantek yang mengiringi musik pertunjukan� ungkap Nasir Mupid (2-2-20 12). Panjak ditempatkan di belakang sundung dalam pertunjukan Topeng Blantek, selain itu Panjak menggunakan alat musik tradisional budaya Betawi. Namun seorang Panjak pada Topeng Blantek tidak hanya berfungsi untuk mengiringi musik pertunjukan, tetapi seorang Panjak harus dapat berinteraksi dengan para pemeran cerita Topeng Blantek, dengan cara melemparkan banyolan atau sindiran kepada para tokoh pemeran cerita tersebut. Maka tidak semua pemain musik tradisional Betawi bisa menjadi seorang Panjak Topeng Blantek. Karena seorang Panjak


hams memiliki pengalaman dan kemampuan untuk bermain musik sekaligus berinteraksi dengan para pemeran tokoh yang bermain dalam Topeng Blantek. Misalnya pada saat pemeran Topeng Blantek berdialog dengan lawan mainnya, seorang Panjak hams mampu memprofokasi konflik dengan cara melemparkan sindiran dan banyolan pada para pemain. Niaga menurut bahasa adalah jual beli dagangan.Begitu pula pada Topeng Blantek, Niaga merupakan Para pedagang yang sedang berniaga.Untuk menarik para pembeli, para pedagang mengadakan pertunjukan teater rakyat.“Karena sejarah pertunjukan Topeng Blantek berasal dan para pedangan yang sedang mejajakan dagangannya sambil mementaskan pertunjukan teater rakyat di kala waktu istirahatnya.Maka pemeran tokoh selain Jantuk disebut Niaga “, ungkap Nasir Mupid (2-2-2012). Tata Busana Sebuah produksi drama yang dipentaskan merupakan sesuatu yang dilihat dan didengar oleh penonton, dan sebab itu seorang pelaku selain harus memperhatikan bagaimana membawakan ceritanya, ia juga harus memperhatikan bagaimana penampilannnya. “Seorang pelaku sebelum didengar suaranya, sudah pasti penampilannya yang dilihat lebih dahulu.Maka dan itu kesan yang ditimbulkarmya pada penonton yang pertama kali tampak dapat membantu menggariskan dan memperkuat karakter melalui pakaiannya, lantas memperkuat kesan itu atau mengubahnya menurut keperluan lakon� (Herymawan, 1993:127). Pakaian yang biasa digunakan pertunjukan Topeng Blantek merupakan kostum atau pakaian sehari-hari adat budaya Betawi sesuai dengan tokoh yang dimainkan para pemain. Biasanya kostum adat budaya Betawi menggunakan pakaian muslim adat Betawi, karena masyarakat Betawi rata-rata merupakan penganut agama islam. Kostum bernuansa Islami ini tetap mencirikan kekhasan Betawi yang merupakan unsur perpaduan dan budaya Sunda, Jawa, Arab dan Cina.Pakaian Topeng Blantek lebih kepada kostum keseharian si tokoh dan memiliki warna yang gelap, namun terkadang bisa mirip dengan kostum Lenong yang cerah. Inilah beberapa contoh kostum Topeng Blantek kesehanian sesuai dengan tokohnya antara lain: (Gambar kostum Topeng Blantek yang memiliki unsur budaya cina dan berwama cerah)


(Gambar kostum pencak silat Topeng Blantek)

Tata Rias “Tata rias merupakan perkara seni yang kompleks.Manusia dapat dirias sesuka hati, manusia dalam teater� (Dahana, 2000:175). Artinya manusia dapat dirias dengan sesuka hati di dalam pertunjukan teater sesuai dengan karakter yang dimainkan. “Tata rias merupakan seni menggunakan bahan kosmetika untuk menciptakan wajah peran sesuai dengan tuntutan lakon.Fungsi pokok dan rias merupakan mengubah watak seseorang, baik dan segi fisik, psikhis, dan sosial� (Endraswara, 2011:97). Fungsi bantuan rias adalah untuk memberikan tekanan atau aksen terhadap perannya. Tata rias pada pertunjukan lopeng Blantek tanpa harus menggunakan aksen pada wajahnya pun pertunjukan dapat berjalan dan ditampilkan.Tetapi karena kebutuhan penonton untuk menjelaskan karakter yang dimainkan, kini Topeng Blantek sudah menggunakan aksen pada wajahnya.Tata rias Topeng Blantek menggunakan karakter keseharian, hanya dengan aksen yang minimalis pertunjukan Topeng Blantek dapat dimainkan dengan lancar. Pada pertunjukan Topeng Blantek biasanya yang menggunakan aksen untuk tokoh karakter tertentu, mereka biasanya menggunakan bahan tata rias tradisional, yaitu areng atau pensil sipat berwarna hitam untuk membentuk aksen pada jengot, kumis, alis dan lainnya.


Contoh beberapa Tata Rias Topeng Blantek antara lain: (Gambar kostum Topeng Blantek yang memiliki unsur keseharian Betawi)

(Gambar Tata Rias karakter Topeng Blantek)

Tata Bunyi Atau Musik Efek bunyi dan musik yang membawakan suasana lakon telah lahir bersamaan dengan kelahiran teater itu sendiri.Harus diingat bahwa bunyi-bunyian itu bertujuan untuk menghidupkan secara kreatif suasana lakon, tidak sebaliknya. Banyak sekali kita melihat latar belakang musik pada sebuah pementasan dipilih, disusun tanpa mempelajari tema cerita, tanpa pengetahuan elementer perihal musik dan dibunyikan pada momen-momen yang kurang tepat. Musik mempunyai peranan dalam teater, dengan diperdengarkannya musik, penonton akan bertambah daya dan pengaruh imajinasinya. “Musik yang baik dan tepat bisa membantu aktor membawakan warna dan emosi peranannya dalam adegan� (Harymawan, 1993: 159).


(Gambar Tata Rias natural Topeng Blantek)

Topeng Blantek memiliki musik tradisional sebagai pengiring musik pertunjukan.Dan musik tradisional inilah yang dapat menguatkan betuk tradisional teater tersebut.Musik dimainkan untuk memperkuat suasana dalam cerita dengan nyanyian, tarian, dan lain-lain dengan improvisasi pemusik tradisional tersebut. Musik pertunjukan Topeng Blantek berbeda dan teater rakyat Betawi lainnya, alat musik yang biasa digunakan mulanya hanya alat musik yang sederhana seperti kaleng, panci, kayu, dan lainlain atau musik seadanya.Musik ini merupakan pengiring pertunjukan Topeng Blantek, yang biasa digunakan pada saat pembukaan pertunjukan, suasana adegan, pengining nyanyian, tanian, dan penutup.Musik Topeng Blantek merupakan musik campuran sesuai dengan kebutuhan dan keadaan Topeng Blantek tersebut.Tidak seperti tradisi Betawi lainnya seperti Lenong yang memiliki musik yang sudah menjadi ciri khas atau pakem tersendiri seperti alat musik gambang keromong.Alat musik yang kini dipakai dan di pertunjukan Topeng Blantek merupakan musikmusik campuran dan masyarakat Betawi yang heterogen.Alat musik yang dimainkan biasanya ada yang menggunakan gambang keromong, gamelan, rebana biang, tehyan dan alat musik budaya Betawi lainnya.Namun sering berkembangnya zaman musik Topeng Blantek, mengikuti kebutuhan zaman dan pertunjukannya pun kini diiringi seperti alat musik modern (organ, gitar, dan lain-lain).

Contoh beberapa gambar alat musik rakyat Topeng Blantek sebagai berikut:


(Gambar rabana biang dalam Topeng Blantek)

“Memang tidak disangkal, bahwa musik rakyat di Negri kita banyak dipengaruhi dan luar, namun bagaimana juga setelah melalui proses perkembangan dan yang diolah oleh rakyat itu sendiri, maka perkembangan musik rakyat menjadi sangat berbeda dengan aslinya yang dibawa dan luar dan juga tidak dapat disangkal bahwa musik mi menjadi miliknya� (Sjahrial, 2000:65), Misalnya Rabana biang merupakan salah satu alat musik yang bernuansa Arab yang kini menjadi alat musik tradisi budaya Betawi yang sering digunakan dalam Topeng Blantek, di siriilah Topeng Blantek terkenal dengan sebutan musik Blantek yaitu dan suara bunyi pukulan rebana biang yang mengeluarkan bunyi seperti blan-blan dan kecrek yang mengeluarkan bunyi tek-tek. Gambang keromong merupakan alat musik rakyat Betawi yang sering digunakan dalam Topeng Blantek dan teater tradisi Betawi lainnya.Berkembangnya alat musik Topeng Blantek sesuai dengan kebutuhan zamannya, gambang kromong juga ikut menjadi pengisi musik Topeng Blantek sejak masuknya percampuran alat musik Jawa, Sunda, dan Cina yang terpopulerkan oleh Lenong. Topeng Topeng merupakan benda yang dipakai untuk menutupi wajah. Biasanya Topeng dipakai untuk mengiringi teater, musik, dan tan kesenian daerah. Topeng di kesenian daerah umumnya untuk menghormati sesembahan atau memperjelas watak dalam mengiringi kesenian.Bentuk Topeng bermacarn-macam ada yang menggambarkan watak marah, ada yang menggambarkan watak lembut, dan adapula yang menggambarkan kebijaksanaan.Topeng telah menjadi salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah diciptakan peradaban manusia.Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng memegang peranan penting dalam berbagai sisi kehidupan yang menyimpan nilai-nilai magis dan suci, karena topeng telah menjadi simbol-simbol khusus dalam berbagai uparaca dan kegiatan adat yang luhur. Kehidupan masyarakat modem saat ini menempatkan Topeng sebagai salah satu bentuk karya seni tinggi.


Tidak hanya karena keindahan estetis yang dimilikinya, tetapi sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah Topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan. (Gambar alat musik Topeng Blantek gambang keromong)

“Sejarah Topeng menurut buku panggung teater dunia mengatakan, Topeng lebih tua dan teater.Sama tuanya dengan peniruan. Topeng yang pertama kalinya digunakan oleh bangsa primitive, tidak tahu apakah untuk menyamar atau untuk melakukan ritual magic dengan menggunakan kepala dan kulit binatang buas. Di balik Topeng terbentuk dua bentuk kepercayaan primitive yang kita sebut animisme dan totemisme.Topeng memainkan peran penting untuk pemujaan arwah leluhur di mana drama pertama kali muncul” (Yudiaryani, 2001:44). “Sedangkan menurut bahasa Topeng asal kata dan Todan Peng. To artinya sandi dan Peng artinya wara. Jadi Topeng itu bila dijabarkan berarti sandiwara” (http://www.beritajakarta.com! 2008.22-20 12). “Namun dalam kamus bahasa Indonesia mempunyai arti penutup muka yang dibuat dan kayu (yang kini mengalami perkembangan, ada yang terbuat dan kertas, plastic dan berbagai macam bahan lainnya) yang berupa muka orang atau binatang” (Achmad, 2006:2 1). “Topeng menjadi salah satu perlengkapan yang sering digunakan dalam seni pertunjukan tradisional.Tiap Topeng mempunyai karakter tersendiri.Ada yang berwatak keras, halus, lembut, atau lucu.Semua menggunakan watak hitam putih, sesuai dengan watak tokoh yang terdapat dalam cerita teater tradisional” (Achmad, 2006:22). “Topeng dapat diartikan sebagai wujud karakter tokoh dalam cerita yang dipertunjukan” (Achmad, 2006:23).“Seperti halnya pada tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek yang berkarakter lucu danjenaka dengan bentuk jidat Topeng yang Jenong dan hidung yang pesek.Namun pada bagian mulut terpotong atau terbuka agar pemain leluasa mengucapkan dialognya” ungkap Nasir Mupid (2-2-20 12). Topeng pada Topeng Blantek bermula dan teater rakyat Topeng Betawi yang memiki beberapa macam karakter dan tokoh topeng dalam teater rakyat Topeng Betawi tersebut adalah tokoh


Jantuk, Bapang, Pentul dan Panji.Kemudian pada Topeng Blantek, topeng yang digunakan hanya tokoh Jantuk pada saat pembukaan dan penutup pertunjukan tersebut.karakter pada tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek memiliki karakter yang jenaka, namun tidak harus memiliki bentuk karakter yang khusus. Garis besarnya adalah topeng tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek berpembawaan jenaka dan bisa menggunakan bentuk karakter apasaja, yang penting berasal dan Topeng Betawi. Contoh gambar Topeng yang digunakan seperti berikut : (Gambar Topeng yang digunakan Topeng Blantek)

.

(Gambar Topeng tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek)


Menurut Nasir Mupid, “pada Topeng Blantek, topeng digunakan untuk peran Jantuk, hanya tokoh Jantuk lah yang menggunakan topeng dalam Topeng Blantek, tokoh Jantuk memiliki karakter tersendiri pada topeng tersebut, namun terkerdang dalam pertunjukan Topeng Blantek, karakter tokoh Jantuk tidak terlalu diharuskan menggunakan topeng Jantuk yang pesek dan beijidat jenong, dalam topeng Blantek bisa menggunakan topeng berkarakter lain atau topeng lain untuk menjadi tokoh Jantuk, yang penting topeng tersebut berasal dan topeng Betawi� (5-520 12). Waktu Dan Tempat Pertunjukan Waktu dan tempat pertunjukan merupakan waktu dan tempat dimana pertunjukan itu diadakan, misalnya dipertunjukan pada waktu malam hari di tempat lapangan atau tempat terbuka.Menurut Nasir Mupid, “Pada mulanya dalam pertunjukan Topeng Blantek waktu yang digunakan adalah malam hari, karena pada saat itu para pedagang berkumpul di malam hari dan menunggu para pembeli datang untuk membeli dagangannya di pagi hari dan tempat yang di gunakan pada saat itu adalah tempat terbuka dan berada dipasar� (2-2-20 12). Namun seiring dengan berkembangnya pertunjukan Topeng Blantek, waktu dan tempat pertunjukan disesuaikan dengan kondisi dan permintaan tim pelaksana pertunjukan yang dapat ditampilkan kapanpun, baik di waktu malam, pagi, dan siang hari. Maka saat ini pertunjukan Topeng Blantek dapat dipertunjukan kapan saja dan dimana saja (bisa di pentaskan, di arena terbuka, panggung persenium dan lainnya) sesuai kebutuhan pertunjukan. Contoh gambar waktu dan tempat pertunjukan Topeng Blantek sebagai berikut: (Gambar waktu dan tempat pertunjukan Topeng Blantek pada siang hari dan panggung pondok)


(Gambar waktu dan tempat Topeng Blantek pada panggung presenium)

Unsur Gerak Topeng Blantek memiliki unsur gerak di dalamnya.Dimana unsur gerak tersebut berkaitan dengan tubuh.Namun unsur gerak yang dimaksud di sini yakni, seorang pemain tidak hanya memiliki keluwesan dan kelenturan pada tubuh, tetapi dia juga harus memiliki kemampuan dan kematangan pada teknik dan bentuk unsur gerak tersebut.Unsur gerak tersebut merupakan unsur gerak sepserti pencak silat, tarian, dan tokoh Jantuk yang berkarakter interaktif dan energik. Ciri-ciri unsur gerak tersebut antara lain: Pencak silat Pencak silat selalu digunakan pada pembukaan sebelum adegan cerita di dalam Topeng Blantek, dan biasa digunakan pula di dalam adegan cerita Topeng Blantek, misalnya: seperti tokoh centeng atau tokoh pengawal dan pereman kampung. Maka pemain pencak silat Topeng Blantek tidak hanya digunakan pada saat pembukaan yang berguna untuk memanggil para penonton pementasan, tetapi bisa juga digunakan pada saat adegan cerita berlangsung.Pencak silat yang digunakan merupakan pencak silat yang berasal dan budaya Betawi, “namun dianjurkan jenis pencak silat yang diterapkan adalah Beksi (salah satu pencak silat budaya Betawi) karena lebih menarik dan segi gerakannya yang kasar untuk adegan pertempuran dan lainnya”, ungkap Nasir Mupid (5-62012). Jenis-jenis pencak silat Betawi antara lain: • Beksi • Kontek • Troktok Kronce • Sliwa Dan pencak silat Betawi Iainnya


Berikut ini merupakan contoh gambar pertunjukan silat di dalam Topeng Blantek, di dalam adegan pertunjukan dan sebelum adegan pertunjukan.

(Gambar pertunjukan pencak silat sebelum pembukaan pertunjukan Topeng Blantek)

Tarian Tarian yang digunakan dalam pertunjukan Topeng Blantek, biasanya ditampilkan pada waktu pembukaan dan penutupan pertunjukan sama halnya dengan pencak silat dan juga tidak hanya pada saat pembukaan dan penutupan, tarian bisajuga digiinakan pada saat adegan berlangsung untuk menghibur penonton agar tidak membosankan. Tarian yang biasa digunakan adalah tarian tradisi Betawi seperti tan Topeng Betawi dan Ronggeng. Jenis tarian Betawi antara lain: (Gambar pertunjukan silat di dalam adegan Topeng Blantek)

• Tari Topeng Betawi • Tari Kedok • Tari Ronggeng • Tari Obor Betawi • Tari Betawi lainnya


Gaya Dan Struktur Pertunjukan Topeng Blantek Gaya dan Struktur pertunjukan Topeng Blantek merupakan bentuk penyajian dan pertunjukan Topeng Blantek tersebut.bentuk yang dimaksud ialah bentuk dan awal pertunjukan dimulai, hingga akhir dan pertunjukan Topeng Blantek. Berikut ini merupakan Gaya dan Struktur pertunjukan Topeng Blantek:

GayaPenyajian Gaya penyajian Topeng Blantek merupakan gaya permainan yang disajikan dalam pertunjukan Topeng Blantek, biasanya menggunakan gaya lelucon atau lawakan sesuai dengan Iingkungannya. “Gaya lelucon atau lawakan merupakan gaya permainan yang dilakukan hampir dalam setiap pertunjukan teater tradisional, terutama pada jenis teater rakyatâ€? (Achmad, 2006:18). Bahkan porsi lawakan ini sering benlebihan dan selalu mengikuti keinginan penonton. Struktur Penyajian Struktur penyajian merupakan aliran atau lakon yang mempunyai struktur jelas.Inilah yang sering dinamakan struktur drama (Endraswara 2011:20).Dalam pertunjukan Topeng Blantek terdapat struktur pertunjukan di dalamnya, agar pertunjukan tersebut berjalan sesuai dengan pakem-pakemnya. Struktur penyajian Topeng Blantek adalah sebagai berikut: • Mengundang para penonton


Mengundang para penonton dengan cara menampilkan musik, tari, nyanyian, dan pencak silat atau dalam bahasa Inggrisnya disebut happening art, kemudian setelah itu masuk pembukaan. • Pembukaan Pembukaan di awali dengan tokoh Jantuk sebagai narator cerita, kemudian setelah itu narator menceriitakan isi ceriita • Isi cenita Isi cerita dimainkan oleh para Niaga (pemain lakon) sesuai dengan cenita plot dengan menggunakan improfisasi dan spontanitas sampai akhir cerita. • Penutup Penutup diakhiri oleh tokoh Jantuk sebagai pembawa pesan cerita dan penutup pertunjukan. PERMAINAN TOKOH JANTUK DALAM TOPENG BLANTEK Permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek merupakan gaya permainan tokoh Jantuk dalam pertunjukan Topeng Blantek tersebut. Bagaimana seorang penulis mendeskripsikan bentuk permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek melalui penelitian secara langsung, yaitu dengan mewawancara seniman Topeng Blantek, observasi proses latihan Topeng Blantek sebelum dipentaskan sampai pada saat pementasan berlangsung. Hingga mengetahui bentuk Topeng Blantek dan bagaimana para pelaku seniman Topeng Blantek mementaskan pertunjukannya. Tokoh Jantuk merupakan seorang laki-laki yang memiliki karakter tersendiri dalam seni Topeng Blantek dan memiliki seni akting yang berbeda dan tokoh-tokoh Iainnya. Menurut Nasir Mupid, “Tokoh Jantuk merupakan tokoh yang tidak mudah untuk diperankan seorang aktor, karena selain Tokoh Jantuk berperan penting sebagai pembuka dan penutup dalam cerita Topeng Blantek, tokoh Jantuk juga memiliki karakter yang sangat rumit, tokoh Jantuk juga harus menguasai seluruh adegan dan mengatur adegan seperti layaknya seorang dalang atau sutradara. Di beberapa grup Topeng Blantek yang ada, hanya satu pemain yang sanggup memainkan tokoh Jantuk dalam grup-grup tersebut.Contohnya : dalam grup Topeng Blantek Ras Barkah, yang memerankan tokoh Jantuk selalu Ras Barkah. Dalam grup Topeng Blantek Panker Jakarta Barat, yang memerankan tokoh Jantuk selalu marhasan, dan pada grup Topeng Blantek Fajar Ibnu Sena, yang menjadi tokoh Jantuk selalu Nasir Mupid”(5-7-2012). Pada permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek terdapat seni akting, Akting menurut Tati Maliyati W.S, “akting merupakan seni menghidupi peran.Kenapa disebut menghidupi, karena peran itu manusia, makhluk hidup”.Akting menurut Wahyu Sihombing, “akting itu memanusiakan tokoh di atas panggung.Kenapa memanusiakan tokoh di atas panggung, karena tokoh yang akan kita mainkan itu belum menjadi manusia, masih berupa dialog-dialog atau narasi-narasi terdapat pada naskah”.Akting menurut A. Rahman, S.Sn, M.Sn. M.IKom, “memanusiakan tokoh, menjadi manusia baru yang utuh di atas panggung.Kenapa disebut manusia baru. Karena tokoh yang akan kita mainkan itu bukan diri kita, tetapi tokoh yang


diciptakan oleh pengarang dan aktor. Dan kenapa disebut yang utuh, karena manusia memiliki latar belakang masing-masing, budaya, agama, sosial, politik, dan lain-lain” ungkap A. Rahman, S.Sn, M.Sn. M.LKom (23-7-20 12). “Asal mula kata akting “acting” adalah berasal dan kata “to act” atau dalam bahasa Indonesia berarti “beraksi”.Istilah acting diambil dari bahasa yunani “than” yang berarti, berbuat, berlaku, atau beraksi, karena aktivitas beraksi ini maka para pemain dalam teater disebut actor dan para pemain wanita disebut actress” (Sitorus, 2003 37). Banyak teori lahir tentang seni acting Secara menyeluruh pada intinya akting adalah “perilaku yang dilakukan oleh seseorang untuk menyakinkan orang lain, agar orang lain itu percaya pada apa yang dilakukannya” (Diktat Dramaturgi). Jadi jelaslah bahwa akting bukanlah prilaku biasa yang secara wajar dilakukan oleh setiap orang dalam perilaku sehari-hari. Dalam teater tradisional pemain tidak dipersiapkan untuk menghayati, menjiwai, mendalami, seth menghidupkan peran yang dibawakan. Teater rakyat yang bertolak dan sastra lisan dengan cara memainkan cerita secara spontanitas, karena karakter peran yang dimainkan bersifat “hitamputih”. Menghafal karakter peran dengan menirukan bedasarkan sumber tradisi tentang gambaran watak yang dimainkan, dengan gaya“stilisasi” dan “non-realistic”. Semua jenis teater tutur tradisional seperti Mamanda, Randai, Longser, Ketoprak, Wayang orang, dan lainnya menggunakan gaya seni peran non realis dengan ciri-ciri utamanya: Gerakan-gerakaunya besar, penghayatannya lebih bersifat “kepura-puraan”, emosinya sebatas terlihat dan juan. Semua lebih ditekankan pada bentuk fisik’ (Achmad,2006 : 88). Begitupula terhadap teater rakyat Topeng Blantek semuanya lebih kepada akting secara keseharian, spontanitas, dan improfisasi. Pada akting teater tradisional laku dramatik diungkapkan secara spontan dan tidak didugaduga.Tidak ada batas antar emosi sedih dan gembira, tidak dibedakan antara tangis dan tertawa.Semua berjalan bersamaan dan sekaligus dapat terjadi.Seorang pemain dapat sekaligus mengukapkan nilai dramatik yang berlawanan.Hal ini dapat terjadi karena mereka bermain dan ‘luar”. Mereka hanya memairikan tokoh peran apa yang dibawakan, tetapi bukan mendalami dan menghayati peran karakter peran tokoh yang dibawakan. Permainan para pemain teater tradisional khususnya pada Topeng Blantek hanya bermain dengan permukaan saja, dalam arti bukan bermain dan dalam yang penuh penjiwaan seperti permainan teater modem. Jarang masyarakat mengetahui permainan Topeng Blantek, bahkan pelaku seniman Topeng Blantek sendiri kurang begitu mengetahui permainan Topeng Blantek itu sendiri.Hanya tokoh Jantuk lah yang mengetahui garis besar permainan Topeng Blantek tersebut.Maka dan itu penulis berkeinginan untuk melestarikan sekaligus mempelajari dan meneliti permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek. Pada permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek, kita harus mengetahui lebih dahulu bentuk, unsur dan gaya permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek. Analisis Tokoh Jantuk Yang dimaksud analisis tokoh yaitu upaya membedah tokoh bagi seorang aktor untuk dapat memahami dan mendekati yang diperankan aktor sesuai peranannya dengan penafsiran.


Penafsiran yang dilakukan biasanya, penafsiran tokoh Jantuk turun menurun dan para pelaku Topeng Blantek, misalnya pemain yang memainkan tokoh Jantuk sebelumnya harus mempelajari tokoh tersebut dan penafsiran senior pelaku Topeng Blantek yang kemudian diturunkan kepada penerus tokoh Jantuk. Tokoh Jantuk merupakan gambaran dan masyarakat Betawi. Seperti halnya pada tokoh wayang Semar, Gareng, Petruk yang memiliki ciri khas dan gambaran masyarakat sekitarnya.Dan untuk menganalisa seorang tokoh, seorang pemain terlebih dahulu menganalisa dan mengidentifikasi menurut penafsiran tokoh tersebut. Sebelum pemain bermain di atas panggung diperlukan lebih dulu suatu persiapan batin dan pengenalan watak pelaku yang akan diperankan. “Melalui proses identifikas, baik identifikasi yang sempurna dengan pengalaman emosi dirinya sendiri, maupun dengan mengkonstruksi unsur-unsur yang diambil dan pengalaman orang lain atau kombinasi antara keduanya” (Endraswara, 2011:60). Tokoh memiliki posisi yang sangat penting karena bertugas mengaktualisasikan cerita dalam drama di atas pentas.Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.Oleh karena itu seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Cerita akan ditentukan dan penafsiran sang tokoh. Biasanya ada tiga penafsiran yang ditentukan yaitu: “penafsiran Fisikologis (ciri-ciri badani) antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka, dan lain lain. Penafsiran Sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, kegemaran, dan sebagainya.Penafsiran Psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya. Apabila kita mengabaikan salah satu saja dan ketiga dimensi diatas, maka tokoh yang akan kita perankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati”(http://bektipatria.wordpress.comlmateri.25-20 12). “Aktor yang baik, mampu menafsirkan dengan kemampuan berpikir cendekia selaku intelektual, dipacu di teater untuk mempelajari manusia dan kemanusian atas peran yang merupakan tugas dan tanggung jawab kreatif seni dalam aktingnya.Langkah pertama yang dilakukan aktor menghadapi peran, langsung berhubungan dengan mutu kecedekiaannya. Yaitu, ketika aktor menghadapi perannya, maka demikian ia hams menyimak nilai kemanusiaan peran itu dan sekurangnya empat aspek, yaitu ; historis, sosiologis, psikologis, dan filosofis” (Tambayong, 2011:19). Penafsiran atau kecendekiaan tersebut diidentifikasikan sesuai tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek seperti berikut: a. Historis,Historis atau cerita tokoh Jantuk sendiri adalah cerita rakyat Betawi tentang kehidupan rumah tangga. Jantuk adalah nama seorang anak dan sepasang suami istri, tapi karena nama Jantuk terkenal di lingkungan masyarakat, bapak dan ibunya juga dipanggil Jantuk. Namun


yang memainkan tokoh Jantuk sebenarnya adalah Bapak Jantuk. Sehingga nama Jantuk dikenal sebagai tokoh putra Betawi.

b. Fisiolegis, Tokoh Jantuk merupakan julukan putra Betawi yang memiliki jidat jenong, hidung peseng dan bundar seperti Gareng dalam tokoh Wayang, tinggi pada umumnya orang dewasa, memakai celana pangsi bewarna hitam, menggunakan sarung yang diselendangi pada pundaknya, menggunakan senjata golok untuk bertani, dan suka menari. c. Sosiologis, Bapak Jantuk adalah seorang petani, tidak berpendidikan, tinggal di daerah lingkungan Betawi pinggir. Bapak Jantuk juga sangat dikenal oleh lingkungannya, dengan lingkungannya Bapak Jantuk hidup rukun.Namun terkadang Bapak Jantuk suka menyindir dan menyela orang-orang sekitamya.Sindiran dan celaan itu sebenarnya sebagai nasehat pada lingkungannya, tidak hanya sindirian dan celaan, tetapi Bapak Jantuk juga memiliki kebiasaan bercanda, dan candaannya itu bersifat menghibur. d. Psikologis, Karakter tokoh Jantuk, memiliki sifat: Pemarah, Pemaaf dan pecanda, bahkan candanya agak kasar. Meskipun memiliki sifat pemarah, ketika dia mengetahui permasalahan yang sesungguhnya dia bisa menjadi seorang yang pemaaf, bahkan sebagai penegah dan penyelesai permasalahan. Di bawah mi merupakan contoh gambar tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek: (Gambar tokoh dalam Topeng Blantek)

• Gaya Dan Tehnik Permaman Tokoh Gaya dan tehnik permainan tokoh Jantuk merupakan perincian gaya dan tehnik permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek, yaitu bagaimana gaya dan tehnik tokoh Jantuk bermain dalam sebuah pementasan Topeng Blantek, dimulai dan tokoh Jantuk muncul dalam pementasan hingga


tokoh Jantuk mengakhiri atau menutup pementasan Topeng Blantek tersebut. tidak semua aktor dapat memainkan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek. Biasanya dalam Topeng Blantek semua gaya dan tehnik permainan tokoh Jantuk ini diterapkan secara lahiriyah dan keseharian atau mereka hanya mengetahui tahap-tahapnya secara turun-temurun. Maka dan itu penulis berkeinginan untuk menulis dan memetakan permainan keseharian Topeng Blantek untuk dijadikan sebagai tehnik dan gaya permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek. Sehingga apabila seorang aktor memainkan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek, aktor tersebut sudah mahir untuk dalam menguasai tehnik dan gaya permainan dalam pementasan Topeng Blantek. • Tehnik“Tehnik muncul (technic of enterance), ialah bagaimana cara seorang pemain (aktor) tampil pertama kalinya di atas pentas sandiwara. Tehnik mi penting dibina karena berguna untuk menimbulkan kesan pertama terhadap penonton tentang watak peran yang dibawakannyaâ€? (Endraswara, 2011:72). Tehnik muncul merupakan tehnik seorang aktor untuk mengawali mulainya cerita.Fungsinya untuk mengeluarkan efek-efek lucu dan menanik perhatian penoton pada permulaan munculnya tokoh ke arena pertunjukan. Misalnya, seorang tokoh muncul dengan gerak-gerik yang urnk dan mengundang tawa sehingga penonton akan memperhatikan tokoh tersebut, tehnik muncul juga dapat memunculkan hal yang baru dan segar untuk ditonton. Kemudian dilanjutkan dengan perkenalan diri seorang tokoh kepada para penonton.Begitu pula pada tokoh Jantuk, tehnik muncul ini sering digunakannya pada saat pembukaan pertunjukan Topeng Blantek dengan diiringi musik tradisional. Tehnik muncul ini dipakai pada saat tokoh masuk kedalam arena panggung.Di dalam Topeng Blantek tehnik muncul biasanya selalu diiringi musik dengan improfisasi Panjak memainkan musiknya. Misalnya tokoh Jantuk masuk ke dalam arena panggung dengan tehnik mucul gerak gerik yang unik sambil diiringi musik, atau tokoh centeng masuk ke dalam arena panggung dengan mengeluarkan jurus pencak silat sambil diiringi musik atau seorang tokoh belari-lari seperti habis dikejar-kejar orang lain kemudian masuk kedalam panggung, dan masih banyak telmik muncul lainnya dengan improfisasi dan konsep pemainnya memainkan tokoh tersebut. Namun dalam Topeng Blantek tehnik munculnya selalu diiringi musik oleh Panjak atau pemain musik Betawi. Tehnik Transisi Dalam pertunjukan Topeng Blantek memiliki tehnik trasisi pada suatu adegan cerita ke adegan berikutnya.Tehnik transisi mi biasanya didukung oleh Panjak atau pemain musik Betawi terhadap tokoh yang bermain dalam pertunjukan Topeng Blantek tersebut. Misalnya tokoh Jantuk yang sedang membĂźka cerita dan bemarasi tentang cerita yang akan dimainkan dalam Topeng Blantek, kemudian berlanjut ke adegan cerita berikutnya, yakni tokoh Jantuk keluar dan arena panggung sambil diiringi musik yang menandakan perubahan adegan yang berlanjut pada cerita selanjutnya oleh tokoh lain. sebelumnya harus ada transisi atau perpindahan suasana dalam cerita adegan tersebut. Biasanya setiap transisi cerita adegan dalam Topeng Blantek selalu ada iringan musik, nyanyian atau tanian.Terkadang adapula tehnik transisi dengan memutari arena panggung atau memutari obor yang kemudian keluar dan arena panggung sambil diiringi musik.Begitu pula saat tokoh berikutnya masuk kedalam arena


panggung dapat menggunakan tehnik transisi ini dengan diiringi musik sesuai suasana adegan.Maka tehnik ini dapat dipakai pada saat perpindahan adegan dalam Topeng Blantek.

Gaya Lawakan Gaya lelucon atau lawakan yang merupakan gaya permainan teater rakyat, menggunakan katakata kasar dan ejekan dan kekurangan-kekurangan fisik, dan keadaan lawan main tersebut. Bahkan porsi lawakan mi sering berlebihan dan selalu mengikuti keinginan penonton.Semua kalimat dan kata-katanya lahir dan keseharian dan lingkungan permainan tersebut. “Gaya lawakan yang disebut farce (banyolan) adalah gaya permainan komedi yang berlebihan, kasar dan banyak menggunakan kelucuan yang mengutamakan gerak lahiriah. Gaya banyolan sening diperkuat dengan kelucuan dalam permainan kata (plesetan) kadangkala dengan sengaja mengucapkan kata yang keliru, untuk menimbulkan efek lucu� (Achmad, 2006:18). “Dalam pertunjukan teater rakyat selalu terdapat tokoh yang menyelesaikan masalah konflik dalam cerita.Dalam wayang kita temukan tokoh Semar, Gareng, Petruk dan Bagong (wayang Jawa) atau tokoh Cepot dan Udel (wayang Sunda)� (Achmad, 2006:18).Dan pada Topeng Blantek adalah tokoh Jantuk yang menyelesaikan masalah konflik dalam cenita.Tokoh-tokoh tersebut menjadi sangat penting untuk menghidupkan pertunjukan, karena diinginkan oleh para penonton.Makin banyak penonton tertawa, makin tambah pula lawakan yang disuguhkan oleh pertunjukan tersebut. Tehnik Jual Beli Tehnik jual beli yang dimaksud dalam Topeng Blantek adalah dialog yang diutarakan oleh pemeran dan dibalas oleh lawan mainnya. Maksudnya menggunakan teknik jual beli, apabila lawan main atau seorang pemain melontarkan kalimat yang merangsang, memancing, merespon kalimat antar lawan main, dengan pertanyaan, sindiran dan plesetan dengan tehnik ini pelaku Topeng Blantek harus memiliki spontanitas dan improvisasi yang kuat, kadang pula ada aktor yang nakal, suka berimprovisasi berlebihan sehingga lawan mainnya tidak bisa mengimbangi dan melawan jual belinya. Maka jual beli ini harus memiliki kekompakan dan kepintaran untuk mengundang tawa dan kelucuan di dalamnnya.Namun dengan berkembangnya teater rakyat, banyak teknik-teknik lawakan tidak lagi lahiriyah dan keseharian karena kebutuhan penonton. Misalnya, adapula teknik untuk mengeluarkan kalimat-kalimat lawakan tersebut dengan cara jual-beli yang sudah terkonsep, terkonsep pada saat latihan oleh sutradara, atau naskah yang dibuat dengan sengaja yang terdapat teknik jual beli di dalamnya. Tetapi walau sudah terkonsep atau secara lahiriyah lantas teknik jual beli ini tidak luput menciptakan suasana-suasana baru yang tidak menyimpang dan alur cerita, semuanya harus kembali kedalam plot atau alur cerita yang diatur oleh tokoh Jantuk sebagai tokoh yang mengatur jalannya cerita seperti layaknya sutradara atau dalang. Spontanitas Dan Improvisasi


Spontanitas dalam bahasa Indonesia mengandung arti serta merta, tanpa dipikir, tanpa direncanakan lebih dulu, atau melakukan sesuatu karena dorongan hati, juga tidak karena anjuran. Begitu juga teater rakyat spontanitas begitu saja terjadi dan tanpa terkonsep atau tertulis dalam naskah.

Spontanitas merupakan kejadian yang lahiriliah dan lumrah terhadap pertunjukan teater rakyat.Karena pertunjukan teater rakyat bermula dan sastra lisan, tanpa adanya naskah, seseorang aktor harus berinprovisasi dengan kuat, untuk berdialog dengan lawan main.Seorang aktor pun harus memiliki wawasan yang luas sehingga bisa menjadi bahan improvisasi.Seorang aktor juga harus pintar, karena dalam berimprovisasi dibutuhkan kepintaran seorang aktor untuk mencari kata-kata dalam sebuah alur cerita hingga mengundang efek lucu. Banyak yang akan terjadi dalam spontanitas, seperti halnya spontanitas yang tidak sengaja terjadi dalam pertunjukan. Misalnya terjadi insedent seorang aktor terjatuh atau tergelincir di dalam adegan, seorang aktor pun harus berimprovisasi untuk membangun emosi.Spontanitas bisa terjadi atas ketidak sengajaan seorang aktor dalam bermain, bahkan bisa pula keluar dan alur cerita untuk membangun improvisasi seorang aktor dan kembali lagi ke dalam alur cerita. Improvisasi harus didukung pula dan lawan main yang mengawali improvisasi untuk mendapatkan dialog jual-beli atau respon seorang aktor yang menghasilkan dialog-dialog. Interaksi Interaksi merupakan suatujenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek sam sama lain. Ide efek dua arah mi penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dan hubungan satu arah pada sebab akibat.Kombinasi dan interaksiinteraksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang mengejutkan. Pertunjukan teater rakyat, terutama Topeng Blantek, melakukan interaksi kepada penonton merupakan tradisi yang biasa terjadi dalam pertunjukan Topeng Blantek. Interaksi yang terjadi yang dimaksud yaitu apabila Tokoh Jantuk dan pemain mengeluarkan dialog yang direspon oleh penonton secara spontanitas hingga menimbulkan topik yang baru, dan bahkan seorang pemusik bisa ikut berinteraksi kepada tokoh Jantuk dan pemain lainnya, apabila adegan tersebut mengundang dialog untuk berinteraksi. Dalam Topeng Blantek interaksi terjadi apabila ada sebab dan akibat, terjadi secara spontanitas, mengundang reaksi, bahkan menimbulkan pertanyaan kepada tokoh Jantuk dan pemain Keluar Masuk Peran Keluar masuk peran merupakan keluar masuk pemain kedalam perannya untuk keluar menjadi diii sendiri dan kembali masuk menjadi peran yang dimainkan pemain.Pemain dapat keluar dan perannya saat situasi tertentu dan masuk kembali ke dalam perannya ketika melanjutkan ceritanya.Ciri khas lelucon teater rakyat terutama tradisi Betawi yang sering menggunakan metode keluar masuk peran secara spontanitas dan naluri pemain tradisi tersebut.Keluar masuk peran bisa terjadi kapan saja pemain mau, apabila pada situasi tertentu pemain dapat


menghidupkan cerita tersebut dengan metode keluar masuk peran tersebut. Misalnya ketika seorang tokoh Jantuk menggunakan Topengnya, maka tokoh Jantuk tersebut sedang berperan menjadi tokoh Jantuk, namun ketika tokoh Jantuk tidak menggunakan topengnya maka tokoh Jantuk sudah berperan sebagai tokoh lain, misalnya menjadi tokoh Bapak, atau tokoh yang terpenting dalam cerita tersebut.

Media Ekpresi Yang Digunakan Tokoh Jantuk tentunya menggunakan media ekspresi berbentuk Topeng Jantuk.“Dalam Topeng Blantek tokoh Jantuk diharuskan menggunakan topeng berkarakter tokoh Jantuk” ungkap Nasir Mupid, tokoh yang harus menggunakan topeng dalam Topeng Blantek adalah tokoh Jantuk. Ketika pertunjukan dimulai, tokoh Jantuk sebagai pembuka narasi Topeng Blantek menggunakan topeng, namun pada saat cerita pertunjukan beijalan, pemeran Jantuk dapat membuka Topengnya dan dapat berperan sebagai tokoh lain dengan tanpa menggunakan Topeng Jantuk”(2-2-2012). Media ekspresi topeng tersebut merupakan ekspresi yang dikeluarkan mengikuti karakter topeng tersebut.Tokoh Jantuk memiliki karakter garis wajah yang jenaka, maka topeng tokoh Jantuk harus memiliki karakter dan bentuk yang jenaka.Biasanya ekspresi dikeluarkan oleh mimik muka, namun karena tokoh tersebut menggunakan topeng yang berkarakter, maka ekspresi dikeluarkan melalui gestur tubuh dan dialog yang diucapkan, kemudian diekspresikan dengan gerak-gerik atau gestur tubuh seorang aktor.Karena topeng Jantuk memiliki karakter yang jenaka, maka seorang aktor berekspresi jenaka dengan gerak-gerik atau gestur yang jenaka pula. “Sering berkembangnya Topeng Blantek, ada beberapa grup Topeng Blantek di mana tokoh Jantuk tidak lagi menggunakan Topeng Jantuk, hanya menyebutkan nama Jantuk saja penonton sudah mengetahui bahwa dia itu adalah Jantuk. Menurut Nasir Mupid, “hal tersebut kurang benar dan menghilangkan ciri khas dalam pertunjukan Topeng Blantek. Mulanya disebabkan oleh pengaruh lakon Bokir yang memerankan tokoh Jantuk dengan tidak lagi menggunakan topeng Jantuk.Karena lakon Bokir yang sudah familiar atau terkenal, masyarakat Betawi lebih mengenal bahwa lakon Bokir adalah si Jantuk”ungkap Nasir Mupid (23-7-2012). Karena topeng sebagai alat media ekspresi tokoh Jantuk maka seorang tokoh harus menjadi topeng tersebut. Menurut Bapak Sentot (dosen olah tubuh), mengatakan “properti bukan hanya sebagai alat benda yang mati yang digunakan sebatas kegunaan dan fungsinya, tetapi properti digunakan di dalam pertunjukan sebagai alat ekspresi dengan cara menjadi dan seperti benda tersebut”(23-7-2008). Maksudnya seorang aktor harus bisa menjadi dan seperti alat benda tersebut hingga dapat menjadi media ekspresi. Di bawah mi merupakan contoh Topeng tokoh Jantuk yang sering digunakan di dalam Topeng Blantek: (Gambar Topeng tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek)


Tubuh Tokoh Jantuk memiliki karakter yang jenaka, dalam karakter tersebut tokoh Jantuk memiliki tubuh yang hiperaktif.Tokoh Jantuk juga memiliki gestur dan gerakan tubuh yang lentur. Agar lebih terlihatjenaka dengan gerak-gerik gesturnya, maka seorang aktor hams menguasai olah tubuh untuk menjadi tokoh Jantuk. Namun sebelum mengenal metode olah tubuh, gerakan tersebut terjadi dengan sendirinya. Seorang aktor menguasai dengan sendirinya untuk menjadi tokoh Jantuk dengan penafsiran dan analisis dan seniomya yang akan diturunkan kepada juniornya. OIah tubuh sering kali dilatih pada saat sebelum latihan dan latihan Topeng Blantek.Bukan hanya aktor teater modern atau teater barat saja yang melatih metode olah tubuh.Tetapi aktor para seniman teater tradisi juga mengenal olah tubuh semenjak Topeng Blantek menjadi sebuah pertunjukan yang ditonton.Karena pada mulanya seorang aktor pun harus memiliki tubuh yang sehat untuk bisa beraksi dalam pertunjukan. Gerakan tubuh dan gestur merupakan hal yang terpentmg pada tokoh Jantuk yang hiper aktif dan energik, karena pada bagian tubuh tokoh Jantuklah yang mengeluarkan ekspresi yang kuat.Walau pada bagian wajah tokoh Jantuk yang ditutupi oleh topeng, namun tidak menutup kemungkinan bahwa tokoh Jantuk tidak memiliki ekspresi yang dikeluarkan dan topeng tokoh Jantuk, yang dikenakan pada wajahnya.Disinilah tokoh Jantuk membuktikan bahwa tubuh bisa menjadi media ekspresi.Seperti di dalam buku membangun tokoh tentang menjadikan tubuh ekspresif, “bahwa begitu hidup sebagai penggambaran maupun sebagai penghayatan kejiwaan, kalau istilah kejiwaan dapat digunakan untuk menunjukan sesuatu yang hanya dilukiskan dengan ekspresi wajah dan sorot mata� (Djarot, 2008:54). Dan kutipat tersebu penulis menyimpulkan bahwa ekspresi tidak hanya melalui media wajah dan dialog, tetapi tubuhpun bisa menjadi media ekspresi yang dapat disampaikan kepada penonton. Multi peran

dapat

dimainkan

seorang

Arti multi peran menurut bahasa yaitu, multi artinya bermacammacam atau lebih dan satu.Peran artinya tokoh yang dimainkan seorang aktor.Maka multi peran yaitu, beragam peran yang aktor untuk menjadi peran lebih dan satu peran.


Sering kali tokoh Jantuk berperan sebagai tokoh lain. Misalnya path saat pembukaan pertunjukan Topeng Blantek diawali oleh tokoh Jantuk sebagai Jantuk tetapi saat berjalannya cerita pemeran yang sebelumnya bermain sebagai Jantuk dapat berganti peran lain. Biasanya peran yang lain tersebut merupakan peran yang terpenting, misalnya menjadi peran Bapak yang memegang cerita tersebut. “Namun pada saat menjadi Jantuk pemeran tersebut kembali menggunakan Topeng Jantuk dan pada saat berganti peran pemeran Jantuk membuka topengnya, maka pemeran Jantuk tidak lagi berperan sebagai tokoh Jantuk�, ungkap Nasir Mupid (3-3-20 12). Tokoh Jantuk dapat berperan sebagai peran lain apabila kurangnya pemain dalam grup Topeng Blantek tersebut. Apabila Tokoh Jantuk berperan sebagai peran lain, peran tersebutpun harus peran yang penting, misalnya peran sebagai Bapak dan seorang anak yang berperan penting dalam cerita Topeng Blantek tersebut.

Meditasi Meditasi juga merupakan hal terpenting dan pendukung dalam metode akting tokoh Jantuk, karena tokoh Jantuk tersebut seperti halnya seorang sutradara yang memimpin adegan dalam cerita Topeng Blantek.Nasir Mupid selalu melakukan meditasi ini sebelum Topeng Blantek mementaskan pertunjukannya.Meditasi ini bukanlah meditasi hal yang gaib dan sakral, namun meditasi ini dilakukan “untuk mengingat adegan dan cerita Topeng Blantek tersebut.Tidak semua grup Topeng Blantek melakukan meditasi ini, namun Nasir mupid menemukan metodenya tersendiri untuk melakukan meditasi yang berguna untuk mengingat keseluruhan adegan Topeng Blantek tersebut.Misalnya setelah grup Topeng Blantek melakukan latihan, Nasir Mupid sebagai pemeran yang sering memerankan tokoh Jantuk, dia selalu mengingat-ingat adegan, bahkan dialog dan para pemain�, ungkap Nasir Mupid (20-6-2012).Gunanya meditasi ini apabila seorang pemain lupa adegan dan keluar dan alur cerita, si tokoh Jantuk lah yang selalu mengigatkan para pemain untuk kembali ke dalam alur cerita atau plot adegan.Misalnya seorang pemain berimprovisasi kepada lawan main, tetapi improvisasinya terlalu keluar dan alur cerita, si tokoh Jantuklah yang mengingatkan pemain tersebut, untuk kembali ke dalam cerita.Dan sebagai kebutuhan berjalannya pertunjukan, tokoh Jantuk lah yang berperan sebagai dalang atau sutradara untuk dapat menyingkat atau memperpanjang waktu pertunjukan tersebut. Misalnya pada saat setiap pertunjukan, Topeng Blantek dibatasi durasi atau dimintai untuk memperpanjang pertunjukan oleh permintaan besan atau pemilik acara pertunjukan tersebut, maka si tokoh Jantuk lah yang memegang dan memimpin durasi tersebut kepada para pemain untuk memperpanjang adegan selanjutnya ataupun mempersingkat adegan, karena singkatnya waktu pertunjukan yang tersedia. PENUTUP Berdasarkan dan hasil penjelasan dan bab-bab sebelumnya dengan berfokus pada judul yang diangkat yaitu permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek, maka dapat ditarik kesimpulan yang dijabarkan dibawah ini. Topeng Blantek adalah salah satu kesenian teater rakyat budaya Betawi yang masih tetap bertahan di kota Jakarta. Walau Topeng Blantek sifatnya selalu berubah-ubah dan berkembang, namun Topeng Blantek memiliki pakem-pekem dan bentuk dan para seniman Topeng Blantek.Untuk dapat dilestanikan dan dinikmati oleh masyarakat luas, Topeng Blantek mengikuti perkembangan pada zamannya.Maka dan itu, tidak luput dalam


mengembangkan kesenian Topeng Blantek, kesenian ini harus memiliki pakem-pakem dan ciri khas yang dapat dikenal oleh banyak masyarakat luas dan berkembang tanpa harus menghilangkan pakem-pakem yang sudah dibuat oleh para senimannya. Permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek merupakan gaya permainan tokoh Jantuk dalam pertunjukan Topeng Blantek tersebut. Bagaimana seorang penulis mendeskripsikan bentuk permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek melalui penelitian secara langsung, yaitu dengan mewawancara seniman Topeng Blantek, observasi proses latihan Topeng Blantek sebelum dipentaskan hingga pada saat pementasan berlangsung. Hingga mengetahui bentuk Topeng Blantek dan bagaimana para pelaku seniman Topeng Blantek mementaskan pertunjukannya.Dalam Topeng Blantek pemain tidak dipersiapkan untuk menghayati, menjiwai, mendalami, serta menghidupkan peran yang dibawakan. Teater rakyat yang bertolak dan sastra lisan dengan cara memainkan cerita secara spontanitas, karena karakter peran yang dimainkan bersifat “hitam-putih�. Tidak ada batas antar emosi sedih dan gembira, tidak dibedakan antara tangis dan tertawa.Semua berjalan bersamaan dan sekaligus dapat terjadi.Hal ini dapat terjadi karena mereka bermain dan ‘luar�. Mereka hanya memainkan tokoh peran apa yang dibawakan, tetapi bukan mendalami dan menghayati peran karakter peran tokoh yang dibawakan. bermain dengan permukaan saja, dalam arti bukan bermain dan dalam yang penuh penjiwaan seperti permainan teater modern. Permainan tokoh Jantuk adalah gaya permainan tokoh pemain teater rakyat dalam Topeng Blantek. Tokoh Jantuk merupakan salah satu cerminan masyarakat Betawi. Tokoh Jantuk merupakan cerminan gaya permainan tokoh lainnya, namun bedanya tokoh Jantuk dapat mengatur seperti layaknya seorang dalang atau sutradara di dalam pertunjukan. Maka dan itu penulis hanya memberikan gambaran secara umum mengenai sejarah singkat Topeng Blantek, yang kemudian mendeskripsikan gaya seting panggung dalam pertunjukan Topeng Blantek, unsur gerak, struktur dan gaya penyajian Topeng Blantek. Dan berfokus pada deskripsi bab tiga yang berjudul Permainan tokoh Jantuk dalam Topeng Blantek, yang bertujuan untuk melestarikan budaya Betawi teater rakyat Topeng Blantek kepada masyarakat luas. Bahwa masih adanya teater rakyat Topeng Blantek dan seperti apa bentuk, unsure dan permainan Topeng Blantek.


DAFTAR PUSTAKA Achmad, A. Kasim. Mengenal Teater Tradisional di Indinesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. 2006 Beritajakarta Article “Topeng Blantek Hampir Punah” (http://www.beritajakarta.com/2OO8/id/berita_detail. asp?nNewsld=45077). Dahana, Radhar Panca. Homo Theafricus.Magelang: Indonesia Tera. 2000 Djarot, Slamet Rahardjo. Membangun tokoh - Constatin Stanislavski.Jakarta: PT Gramedia. 2008 Endraswara, Surwardi. Metode Pembelajaran Drama.Yogyakarta: CAPS. 2011 Harymawan.Dramaturgi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 1993 HTN Alat Pertanian Article “Panjak” (http://htn-alatpertanian. blogspot. com/201 1/03/panjak) Ruchiat, Rahmat. Asal Usul Jakarta.Jakarta: Kepala Diknas Kebudayaan DKI. 1991 Sitorus, Eka.The Art OfActing, Seni Peran Untuk Teater, Film & TV.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2003 Sastrapraja, Nurhadi. Ragam Budaya Betawi. Jakarta: Kepala Diknas Kebudayaan DKI. 2002. Selasar Bahasa dan Sastra Indonesia Article “Unsur-Unsur Drama” (http://bektipatria.wordpress.com/rnateri). Sjahrial.Seni Budaya Betawi. Jakarta: Kepala Diknas Kebudayaan DKI. 2000 Tambayong, Yapi. Akting Susah Susah Gampang, Gampang Gampang Susah. Jakarta: Keputustakaan Populer Gramedia. 2011 Yudiaryani.Panggung Teater Dunia.Purwoharjo, Samigaluh: Pustaka Gondho Suli. 2002 Wikipedia Article “Pantun” (http://kLwikipedia.org/wiki/Pantun) Wikipedia Article “Gedung Kesenian Jakarta” (http://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_Kesenian_Jakarta)


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.