“KAWASAN KERAMAT PENGABUL HAJAT”
GUNUNG CANDI A
M
U
N
T
A
Zainal Muttaqin | 2012 | Email : abie_zm05@yahoo.co.id
I
................Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
*Koentjaraningrat
Daftar isi Latar Belakang Metode Penelitian
00 02 08 11
17 Vegetasi
Profile Kawasan Gunung Candi Amuntai
Sejarah Kawasan Gunung Candi Amuntai
27
View dan Vista
28
Karakteristik Visual Kawasan GCA
14
18
Tradisi Budaya
Sistem dan Ciri Alam
15 16
Organisasi Keruangan Sirkulasi
daftar 33 isi
29
Kawasan Arkeologis
Bangunan dan Struktur
Kesimpulan
Daftar Pustaka
kepurbakalaan, yang terdapat di pinggiran kota Amuntai, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan. Letak tempat tersebut berada disebelah barat daya kota Amuntai kurang lebih 1 KM dari pusat kota. Kawasan tersebut berada di pedesaan Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara. Adanya kawasan tersebut sebagai peninggalan nenek moyang zaman dahulu, setelah di kenal oleh warga setempat. Bahkan kawasan tersebut sudah dianggap sebagai tempat yang keramat oleh masyarakat luas. Umumnya masyarakat Kalimantan Selatan yang dahulunya di kenal sebagai kawasan kerajaan banjar, tempat yang keramat ini telah menjadi kebanggaan turun temurun. Pada hari-hari tertentu, seperti hari Raya Idul Fitri, Idul Adha dan di hari lainnya tempat tersebut selalu ramai di kunjungi orang sebagai tempat melepaskan hajat dan kaul. ...........................Di dalam kawasan gunung candi ini dibangun sebuah cungkup ( bangunan pelindung) untuk bekas percandian ( Situs Candi Agung), Sebuah Museum berbentuk rumah tradisional banjar “ Bubungan Tinggi�, yang di dalamnya akan di koleksikan benda-benda purbakala, sejarah peninggalan-peninggalan budaya lainnya yang berasal dari daerah tersebut.
LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG
........................Kawasan Gunung Candi Amuntai adalah sebuah tempat peninggalan
Karakter adalah kualitas-kualitas yang terbentuk dari gabungan topografi dan lingkungan binaan, geologi dan bahan bangunan tradisional, pola jalan serta batas-batas (teritorial) kawasan masa lampau� ...............Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik visual kawasan bersejarah. Metode yang digunakan adalah Metode deskriptif untuk menjelaskan kondisi elemen fisik pembentuk kawasan (identifikasi karakteristik kawasan), baik elemen bangunan maupun lingkungan, serta menjelaskan elemen yang menjadi citra kawasan.
METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN
..............�Dalam konteks kawasan bersejarah, karakter terbentuk dari proses atau sejarah yang panjang.
AMUNTAI & KAWASAN GUNUNG CANDI
Profile Kawasan GCA
Jika diamati dari segi pemanfaatan lahan, maka sebagian besar wilayah Hulu Sungai Utara masih berupa hutan rawa yaitu seluas 28.986Ha (31,73 persen) dan persawahan 25.492 Ha (27,91 persen). Sedangkan yang dimanfaatkan sebagai pemukiman tempat tinggal baru seluas 4.285 Ha (4,69 persen). Selebihnya, 32.587 Ha (35,67 persen) atau lebih dari sepertiga luas wilayah Hulu Sungai Utara berupa kebun campuran, hamparan rumput rawa, Gambar 1 : “Itik� Icon kota Amuntai danau dan lainnya.
Gambar 2-3 : Peta indonesia , Provinsi Kal-Sel dan peta lokasi Kab. HSU
......................Kota Amuntai atau yang lebih dikenal dengan sebutan kota bertaqwa adalah merupakan ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara yang terletak di bagian utara Provinsi Kalimantan Selatan. Mempunyai luas wilayah 913,50 km2 atau hanya 2,38 persen dibandingkan dengan luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Secara administratif, sejak tahun 2007 Kabupaten Hulu Sungai Utara terbagi menjadi 10 (sepuluh) kecamatan dengan 219 desa. Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
|2
Menurut sejarah lokal, daerah ini dikenal sebagai pusat kerajaan Negara Dipa yang terletak di Kawasan Gunung Candi yang merupakan perpindahan dari ibukota kerajaan sebelumnya yang terletak di hilir, yaitu di Candi Laras, (kabupaten Tapin). Semula kabupaten ini bernama Kabupaten Amuntai sejak pertama kali terbentuk pada tanggal 1 Mei 1952. Sejalan dengan perkembangan wilayah dan sistem pemerintahan yang berawal dari Undang-undang No. 22 Tahun 1948, maka pada tanggal 14 Januari 1953, nama Kabupaten Amuntai diubah menjadi “Kabupaten Hulu Sungai Utara� hingga sekarang.
Gambar 5-6 : Suasana sungai kota amuntai tahun 2011
Gambar 7 : Peta Kab. Hulu Sungai Utara yang memiliki 10 kecamatan
Sebuah hikayat Banjar yang diwariskan secara tuttur Lisan ( tutur candi ) yang sampai saat ini masih dipercayai oleh sebagian masyarakat banjar. Orang-orang yang sudah berpikiran modern menganggap itu hanya sebuah dongeng dan bagi masyarakat awam kejadian yang diluar akal manusia seperti kesurupan dan lain-lain biasa dikaitkan dengan hikayat banjar ini. Tapi berdasarkan prasasti yang satu-satunya ditemukan di Banjarmasin kemudian mahasiswa Sejarah menggali dan menelusuri wilayah-wilayah yang sesuai dengan hikayat banjar maka ditemukanlah candi Agung ( Amuntai ) dan Candi Laras ( Margasari rantau).
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
|3
Profile Kawasan GCA
Gambar 4 : Suasana sungai kota amuntai tahun 1900 an
Gambar 8 : Situs Candi Agung
Jln .S uk m ar ag a
G ARIN S. B
Profile Kawasan GCA
Kawasan Gunung Candi terletak lima meter di atas permukaan laut, tepatnya di Desa Sungai Malang, Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Mempunyai luas sekitar 3,6 Ha. Kawasan gunung Candi ini diperkirakan telah dipengaruhi oleh agama Hindu Syiwa karena merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa yang berdiri pada tahun 1438 dan keberadaannya sezaman dengan Kerajaan Majapahit. Situs candi ini merupakan jejak sejarah Kerajaan Negaradipa. Kerajaan ini merupakan cikal bakal berdirinya Kesultanan Banjar yang pernah berjaya pada abad ke-14. Candi Agung ditemukan oleh S Muller, seorang bangsa Eropa yang pernah mengunjungi situs-situs purbakala di tiga anak Sungai Barito pada sekitar awal abad ke-19 M. Dengan mendasari penelitiannya pada naskah Hikayat Banjar, Muller menceritakan bahwa ketika Ampu Jatmika (sebagai pendirinya) menyusuri Sungai Mahariban ke wilayah yang lebih ke hulu lagi hingga akhirnya ia menemukan tempat yang dinamakam Gunung Candi. Hanya saja, hikayat tersebut tidak menyebutkan di mana lokasi candi tersebut sekarang ini.
Jln an ng ta in am .P
Jln m .E pu
Jln. Awayan
m na ta da as
S. BARING
Jln. Sukmaraga
Jln .B atu
ng
ba tu lis
ika tm u ja mp .E Jln
ika tm ja
Jln .P asa rs en in
pu m .E Jln
aliw .P Jln
Jln. Paliwara
ara
pu m .E Jln
ika tm ja
Gambar 9 : Peta lokasi kawasan Gunung Candi di desa sungai malang Kec. Amuntai Tengah
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
|4
1 Gerbang / Loket Masuk Kawasan 2 Museum 3 Stan Penjualan 4 Telaga Darah Empu Mandastana 5 6 7 8 9
Pertapaan Pangeran Suryanata Situs Tiang Pintu Gapura Situs Candi Agung
Tempat Ritual Pemandian 10 Tempat Ritual Pembacaan Doa 11 Musholla & Km / Wc
Gambar 10-11 : Penjiarah dan Situs Candi Agung
12 Rumah Tempat Tinggal Penjaga KGC n. Jl ta in m Pa
11
an ng
n. Jl
Candi Agung yang berada di kawasan gunung candi diperkirakan berdiri sejak 740 tahun yang lalu. Balai Arkeologi Banjarmasin meneliti kembali hasil temuan S Muller tersebut pada tahun 1997. Penelitian menggunakan metode pertanggalan radiocarbon (C14), yakni suatu metode khusus untuk menentukan usia situs berdasarkan sample. Hasil penelitian yang dikeluarkan pada tahun 1998 dalam bentuk Berita Penelitian Arkeologi (BPA) menunjukkan bahwa Candi Agung berdiri pada tahun 728 M atau awal abad 8 M. Hasil penelitian ini justru berbeda dengan yang tertulis dalam Hikayat Banjar. Artinya relatif lebih tua dibandingkan perkiraan sebelumnya (sekitar awal abad ke-9)
Tiang Mahligai Putri Junjung Buih
Em pu m as na ta da
Bahan material candi didominasi oleh batu dan kayu. Konstruksi candi ini menggunakan tiang pancang ulin (atau juga disebut kayu besi) yang teknik pemasangannya biasanya dikenal dengan istilah “kalang sunduk�.
10
9
1
8 7 5
6 Jln
2
.B at un g
3
ba
tu lis
4 12
Gambar 12 : Peta Kawasan Gunung Candi
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
|5
Profile Kawasan GCA
Legenda : Kawasan Gunung Candi
Dokumentasi | Kondisi Eksisting | Kawasan Gunung Candi 2 3 1
Gambar 15 : Stan Penjualan
4
Gambar 16 : Telaga Darah Empu Mandastana
5
Gambar 17 : Tiang Mahligai Putri Junjung Buih
6
Profile Kawasan GCA
Gambar 14 : Museum Candi Agung
Gambar 13 : Gerbang / Loket Masuk Kawasan Gunung candi
Gambar 18 : Pertapaan Pangeran Suryanata
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
|6
9 Gambar 19 : Situs Tiang Pintu Gapura
Gambar 20 : Situs Candi Agung
10
Gambar 22 : Tempat Ritual Pembacaan Doa
11
Gambar 23 : Musholla & Km / Wc
Gambar 21 : Tempat Ritual Pemandian
12
Gambar 24 : Rumah Tempat Tinggal Penjaga KGC
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
|7
Profile Kawasan GCA
Dokumentasi | Kondisi Eksisting | Kawasan Gunung Candi 8 7
SEJARAH KAWASAN GCA
.....................Gunung Candi merupakan merupakan kawasan peninggalan Kerajaan Negaradipa yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Dari kerajaan ini akhirnya melahirkan Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga aliran sungai. Tabalong, Balangan, dan Negara. Cikal bakal Kerajaan Banjar itu diperintah oleh Pangeran Surianata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Negaradipa kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai.
Empu Jatmika berasal dari Keling, Ia tiba di tanah Banjar bersama armada Prabayaksa, sekitar tahun 1355 . Veerbek berpendapat bahwa Keling, yang termasuk kerajaan vasal dari Majapahit, terletak di barat daya Kediri, bukan Kalingga di India. Paul Michel Munos dalam Kerajaan-kerajaan Awal Kepulauan Indonesia dan Senanjung Malaysia (401 dan 435), menulis bahwa Empu Jatmika mendirikan Nagaradhipa pada 1387 dan berasal dari Majapahit. Diduga Empu Jatmika menjabat sebagai mantri sakai di Nagaradhipa, bukan sebagai raja Nagaradhipa. Hal ini terjadi, seperti telah disinggung di atas, karena Empu Jatmika bukan keturunan bangsawan dan bukan pula keturunan raja Kuripan
(kerajaan sebelum era Nagaradhipa). Dengan begitu, Empu Jatmika diperkirakan hanya sebagai Penjabat Raja atau Pemangku Kerajaan. .................Empu Jatmika merupakan seorang saudagar dari Keling, yang sebelum pergi diwasiati oleh orangtuanya agar ia harus bersinggah di suatu wilayah yang bertanah panas, dan berbau harum, akhirnya ia menyinggahi Amuntai karena hawanya dirasa sesuai dengan wasiat itu. Karena Empu Jatmika menganggap dirinya hanya seorang pedagang bukan anak raja, ia membangun sebuah tempat untuk tinggal yang sekarang dinamakan Kawasan Gunung Candi. Dan untuk melambangkan dirinya sebagai raja maka ia membuat sebuah patung replika dirinya yang pembuatnya
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
|8
Sejarah Kawasan
Gambar 25 : Landskap Kawasan GCA
Karena itu ia bertapa di daerah Ulu Banyu (kini Sungai Nagara) selama 40 hari 40 malam dan pada malam terakhir pertapaannya sebuah petunjuk gaib datang bahwa ia harus menyediakan 40 jenis makanan dan 40 jenis kue beserta iringan dayang-dayang yang berpakaian serba kuning melambangkan kemewahan pada Kerajaan Dipa pada saat itu. Setelah itu Lambung Mangkurat kembali ke istana untuk menyediakan semuanya. Setelah semua sesaji dan dayang-dayang sudah disiapkan di tempat ia bertapa, tak lama kemudian muncul buih yang memunculkan seorang putri yang akhirnya dijadikan raja perempuan di Kerajaan Dipa dan diberi nama Putri Junjung Buih. Ampu Mandastana, saudara Lambung Mangkurat, memunyai dua orang anak yaitu Bambang Patmaraga dan Bambang Sukmaraga. Mereka ternyata tertarik dengan Putri Junjung Buih yang terkenal cantik Luar biasa dan keanggunannya tidak dapat ditandingi oleh siapa pun. Karena merasa kedua keponakannya tidak sesuai untuk sang putri, Lambung Mangkurat membunuh kedunya di sebuah danau sekitar kerajaan sehingga sekarang disebut “Lubuk Badangsanak� (Danau Berdarah) yang bisa kita lihat sampai sekarang di Kawasan Gunung Candi Amuntai.
Gambar 26 : Benda-benda purbakala bekas peninggalan kerajaan Negaradipa, yang di pajang di Museum Candi Agung
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
|9
Sejarah Kawasan
langsung didatangkan dari Cina. Empu Jatmika memunyai dua orang anak: Empu Mandastana dan Lembu Mangkurat (Lambung Mangkurat ). Kemudian Lambung Mangkurat dijadikan Patih Kerajaan. Suatu saat Lambung Mangkurat berpikir bahwa tidak lengkap kalau Kerajaan Dipa tidak memunyai seorang raja.
Sejarah Kawasan Gambar 27 : Lokasi dimana terdapat tiang mahligai ( kerajaan ) Putri Junjung Buih, peninggalan kerajaan Negaradipa, yang di bangun oleh Lembu mangkurat sebagai syarat agar Putri Junjung Buih bersedia menjadi tuan putri raja di Negaradipa
Gambar 29 : Lukisan yang di percaya oleh masyarakat sebagai sosok Putri Junjung Buih
Gambar 30 : Lukisan yang di percaya oleh masyarakat sebagai sosok Pangeran Suryanata
Gambar 28 : “Lubuk Badangsanak� (Danau Berdarah ) tempat dimana Lembu Mangkurat membunuh keponakannya Bambang Patmaraga dan Bambang Sukmaraga
Gambar 31 : Reflika tempat tidur Pangeran Suryanata dan Putri Junjung Buih
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 10
1.Sistem dan ciri alam (Natural Systems and Features); ciri-ciri alam yang mempengaruhi perkembangan lansekap dan bentukan yang dihasilkan alam pada kawasan (geomorfologi, geologi, hidrologi, ekologi, iklim, vegetasi setempat).
2.Organisasi keruangan (Spatial Organization); pengaturan elemen-elemen pencipta bidang dasar, bidang vertikal dan bidang atap yang membentuk dan menegaskan sistem keruangan dalam skala tapak maupun kawasan.
KARAKTERISTIK VISUAL KAWASAN GUNUNG CANDI AMUNTAI
3.Penggunaan lahan (Land Use); organisasi, bentuk dan bentukan lansekap terkait dengan penggunaan lahan.
4.Tradisi budaya (Cultural Traditions); kegiatan kegiatan yang mempengaruhi penggunaan dan pola pembagian lahan, bentuk bangunan, dan penggunaan material.
5. Penataan kluster (Cluster Arrangement); lokasi bangunan dan struktur lain dalam kawasan.
Karakteristik Visual Kawasan GCA
..............Landasan konsepsual teoritik akan sangat membantu untuk memahami dan mengelompokkan elemen-elemen pembentuk karakteristik visual kawasan Gunung Candi Amuntai. Adapun landasan konsepsual yang akan digunakan pada tahapan ini yaitu berupa konsep komponen pembentuk karakteristik kawasan atau lansekap (Page, Robert. R, Cathy Gilbert, Susan A. Dolan, 1998, p; 53 dalam Uniaty 2011) yang berisi 13 komponen, yaitu sebagai berikut:
6.Sirkulasi (Circulation); ruang-ruang, fitur-fitur, dan material-material yang membentuk sistem pergerakan.
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 11
7.Topografi (Topography); konfigurasi tiga dimensi permukaan Karakteristik Visual Kawasan GCA
lansekap yang dicirikan oleh struktur yang terbentuk dan orientasinya.
8.Vegetasi (Vegetation); tanaman-tanaman asli atau baru berupa pohon, semak, tanaman rambat, rumput, dan tanaman herbal.
9.Bangunan dan struktur (Buildings and Structures); konstruksi tiga dimensi seperti bangunan umum, jalan, rumah, jembatan.
10.View dan vista (Views and Vistas); fitur-fitur alami atau buatan yang dapat menciptakan kontrol pandangan.
11.Fitur-fitur air buatan (Constructed Water Features); fitur buatan dan elemen-elemen air untuk tujuan fungsional dan estetika.
12.Fitur-fitur berskala kecil (Small Scale Features); kombinasi fungsi dan estetik dengan elemen-elemen detil yang memberikan keanekaragaman.
13.Kawasan arkeologis (Archeological Sites); kawasan yang didalamnya terdapat sisa peninggalan masa lampau yang bernilai historis.
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 12
Key Plan Kawasan n. Jl ta in m Pa an ng
n. Jl Em pu m as na ta da
Jln
.B at un
g
ba
tu lis
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Gambar 32 : Mapping Kawasan Gunung Candi Amuntai
| 13
1.Sistem dan Ciri Alam ........Kondisi topografi Kawasan Gunung Candi dipengaruhi oleh bentukan lansekap kawasan secara keseluruhan. Area danau dan taman yang terletak secara berdampingan memberikan keseimbangan lahan secara alami. Kondisi geologi dan iklim setempat yaitu air dan tanah membentuk iklim tropis yang sejuk dan dingin mempengaruhi jenis vegetasi yang dibudidayakan di kawasan Gunung Candi, yaitu khususnya tanaman peneduh, perdu dan bung-bungaan untuk menambah nilai estetik pada lanskap. n. Jl ta in m Pa an ng
n. Jl Em pu m as
.B at un
g
ba
tu lis
Gambar 34 : Danau, Salah satu pembentuk elemen kawasan Gunung Candi
Danau
Taman (Ruang Terbuka Hijau)
Karakteristik Visual Kawasan GCA
na ta da
Jln
Gambar 35 : Taman ( Ruang Terbuka Hijau ) Gambar 33 : beragam jenis Vegetasi dikawasan Gunung Candi
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 14
2.Organisasi Keruangan ........Secara spasial, zonasi keruangan pada Kawasan Gunung Candi terbagi menjadi zona publik, semi publik dan privat. Pembagian zonasi ini dipengaruhi juga oleh kronologis pembentukan kawasan tersebut, yaitu area yang pertama kali di bangun yaitu area candi agung dan pengelola kawasan, dijadikan sebagai zona privat. Semakin berkembang, yaitu area tempat-tempat melakukan riual adat, merupakan zona semi publik. Sedangkan area yang tidak adanya kegiatan ritual, yaitu area ruang terbuka hijau (taman), merupakan zona publik dari keseluruhan kawasan di gunung candi. Pembagian organisasi keruangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Gambar 36 : Suasana dalam zonasi Publik
Gambar 37 : Suasana dalam zonasi Semi Publik
n. Jl ta in m Pa an ng
n. Jl Em pu m as na ta da
Jln
Publik
.B at un
g
ba
tu lis
Gambar 38 : Suasana dalam zonasi Privat
Semi Publik Privat
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 15
3.Sirkulasi
Gambar 42 : Jalur penghubung yang berada di samping danau, dengan material conblock
Gambar 40 : Jalur utama dengan lebar 3-5 meter, sebagai penghubung ke berbagai lokasi di kawasan candi panggung
..........Sirkulasi yaitu berupa ruang-ruang, fitur-fitur, dan material-material yang membentuk sistem pergerakan. Adapun jalur yang membentuk sistem pergerakan yaitu seluruh jalur jalan, yang terdiri dari jalan utama, jalan-jalan sempit yang membelah blok-blok kawasan, jalan yang menuju ke area danau, serta jalur sirkulasi pada unit-unit mikro, baik taman maupun fasilitas umum.
Gambar 41 : Jalur yang berada di atas air danau, dengan material dari kayu ulin dengan lebar 1,2 M
Gambar 43 : Jalur yang digunakan sebagai jalur penunjang dengan lebar 1,5 m, menggunakan material conblock
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Gambar 39 : Sirkulasi Utama pada kawasan Gunung Candi berupa perkerasan dengan material conblock
| 16
4.Vegetasi
Gambar 46 : Physical barriers, yaitu berfungsi sebagai pengendali dan pembatas gerak, serta pengarah gerak manusia
Gambar 44 : Jenis tanaman pohon Galam
.....Adapun fungsi vegetasi yang terdapat dikawasan gunung candi, mayoritas berupa pohon-pohon peneduh, perdu dan bungabungaan dengan ketinggian bervariasi sehingga akan menciptakan unsur estetik yang khas dan memperkuat karakter kawasan Gunung Candi.
Gambar 47 : Jenis vegetasi, yang terdiri dari pohon peneduh, perdu, bunga-bungaan, serta rerumputan
Gambar 48 : Climate and erosion control, yaitu berfungsi sebagai kontrol radiasi matahari dan suhu, pengendali kelembaban, pengendali angin, serta sebagai penyaring udara
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Gambar 45 : Aesthetic values, yaitu berfungsi sebagai pemberi nilai estetis dan meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan gunung candi
| 17
..............Ziarah di Kawasan Gunung Candi merupakan upaya untuk mencari berkah, bailang, melaksanakan nazar atau gabungan dari dua atau tiga hal tersebut. Ziarah dilaksanakan sebagai upaya untuk mendapatksan keselarasan dalam menjalani kehidupan. Sebenarnya terdapat prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang berlawanan antara Islam dan ziarah di Kawasan Gunung Candi, tetapi penyelarasan yang dilakukan menjadikan diterimanya praktik ziarah di Kawasan Gunung Candi oleh sebagian umat Islam
di Kalimantan Selatan. Ziarah tersebut kemudian terendap dalam praktik kehidupan masyarakat Banjar (Kalimantan Selatan), misalnya sakit kepingitan dalam keyakinan mereka hanya bisa disembuhkan dengan bailang, menemui orang halus sebagai wujud adanya perhatian. Praktik ziarah di Kawasan Gunung Candi oleh orang Islam sebenarnya telah dilakukan sejak dulu. Alasannya disebabkan oleh adanya orang halus berhati bersih yang dapat dijadikan perantara dalam berdoa kepada Allah agar
permohonannya cepat dikabulkan. Hanya saja seiring dengan berjalannya waktu, pelaksanaanya terdapat perubahanperubahan. Misalnya jenis sesaji tidak lagi menggunakan darah ayam, cara menyampaikan sesaji kepada orang halus dilakukan dengan cara memanjatkan doa, setelah itu sesaji dimakan bersama (sesama peziarah atau peziarah dan pemandu ritual), penggunaan doa-doa yang diambil dari ayat-ayat suci Al Qur'an dan penggunaan Al Qur'an sebagai dasar untuk meyakini keberadaan orang halus di Kawasan Gunung Candi tersebut.
.......Yang dimaksud dengan kebudayaan disini adalah ritual adat yang dilakukan oleh penjiarah secara turun-temurun ketika berkunjung ke kawasan gunung candi
Gambar 49 : “Pemandu Ritual� (pemimpin doa) baik laki-laki maupun perempuan yang statusnya masih mempunyai hubungan dengan kawasan gunung candi ini
Gambar 50 : “Kain Kuning� sebagai syarat wajib yang harus disediakan ketika hendak melakukan ritual adat
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
Karakteristik Visual Kawasan GCA
5. KEBUDAYAAN
| 18
Key Plan Kawasan n. Jl
Tempat-tempat melakukan Ritual adat di Kawasan Gunung Candi
ta in m Pa
Em pu m as na ta da
6
4 3 Jln
2
1
.B at un
g
ba
tu lis
7
4 Situs Candi Agung 5 Tempat Ritual Pembacaan Doa 6 Tempat Ritual Pemandian 7 Telaga Darah Empu Mandastana
................Di Kawasan Gunung Candi, terdapat beberapa tempat yang dikunjungi oleh para penziarah untuk melakukan ritual adat diantaranya adalah : Museum , Tiang Mahligai Putri Junjung Buih, Pertapaan Pangeran Suryanata, Situs Candi Agung, Tempat Ritual Pembacaan Doa, Tempat Ritual Pemandian, dan Telaga Darah Empu Mandastana. Tempat-tempat di atas biasanya tidak semua di kunjungi oleh para penziarah, tergantung dari niat masing-masing, ada yang datang hanya mampir ketempat Ritual Pembacaan Doa ataupun hanya untuk sebagai syarat menginjakkan kaki di tempat tersebut yang kemudian langsung pergi lagi.
Gambar 51 : “Kembang� ( Rangkaian dari campuran beberapa jenis bunga yang di ikat menggunakan tali yang terbuat dari batang pohon pisang) untuk di bawa dan diletakkan oleh penziarah di tempat-tempat yang di anggap keramat
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
Karakteristik Visual Kawasan GCA
an ng
n. Jl
5
1 Museum Candi Agung 2 Tiang Mahligai Putri Junjung Buih 3 Pertapaan Pangeran Suryanata
| 19
Gambar 53 : “Kelambu Kuning” (Ranjang) yang di keramatkan oleh para penjiarah yang dipercaya dapat mengabulkan hajat mereka
Karakteristik Visual Kawasan GCA
1
Gambar 52 : Prosesi saat pemandu doa memberikan “ Tapung Tawar” ke kepala setiap individu penziarah
Museum Candi Agung .....Ritual adat yang biasanya dilakukan di sebuah ruangan yang berada di dalam museum ini adalah berupa prosesesi pembacaan doa, pemberian “tapung tawar” ke penjiarah, yang kemudian diteruskan dengan berbaring secara bergiliran di “Kelambu Kuning”( Ranjang) sambil mengutaran dalam hati niat atau hajat yang ingin capai.
Gambar 54 : Tampak Depan Museum Candi Agung
Gambar 55 : “Sesaji” Syarat pelengkap pada saat melakukan ritual
Gambar 56 : “ Tapung Tawar” di buat dari campuran beberapa jenis bunga lokal
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 20
Gambar 58 : Kondisi sumur dan air yang terdapat di tempat Tiang Mahligai Putri Junjung Buih
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Gambar 57 : Botol yang disediakan oleh pihak pengelola Kawasan Gunung Candi untuk digunakan para penziarah sebagai tempat untuk menyimpan air agar bisa dibawa pulang.
........Ditempat Tiang Mahligai Putri Junjung Buih ini para penziarah bisanya menyempatkan diri untuk melakukan ritual berupa mencuci muka dan bagian tubuh lainnya untuk mengambil “berkat� dari air sumur yang didalamnya terdapat tiang mahligai (kerajaan) dari Putri Junjung Buih. Disamping itu air yang terdapat dilokasi ini juga di manfaatkan para penziarah untuk di bawa pulang dikarenakan mereka menganggap air tersebut dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan membuang kesialan yang menimpa diri mereka.
2 Gambar 59 : Para penziarah melakukan ritual berupa mencuci muka dan bagian tubuh lainnya untuk mengambil “berkat� dari air sumur tersebut
Gambar 60 : Para penziarah yang sedang mengambil air yang telah dimasukkan kedalam botol
Tiang Mahligai Putri Junjung Buih
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 21
Gambar 62 : Para penziarah secara bergantian untuk masuk kedalam tempat pertapaan guna melakukan ritual adat
Karakteristik Visual Kawasan GCA
.........Dipertapaan Pangeran Suryanata ini, selain bisa melihat batu yang konon dijadikan tempat duduk Raja bertapa. Pengunjungpun bisa melihat nasibnya. Ditempat ini, disediakan semacam batang lidi, nanti si pengunjung yg punya hajat akan mengukur batang tersebut pakai telapak tangan (meng-kilan), kemudian pengunjung tersebut membaca mantra khusus yang dibimbing oleh penjaga pertapaan di sana, kemudian menamcapkan lidi tersebut di tempat pertapaan raja, Gambar 61 : Pertapaan Pangeran Suryanata sambil berdoa dan mengutarakan hajatnya yang di anggap para penziarah sebagai tempat keramat dalam hati. Selesai doa, pengunjung tersebut meng-kilan lagi, Nah, kalau ukurannya tambah panjang dari semula, artinya hajat orang itu sebentar lagi kabul, kalau tidak, artinya hajatnya tidak kesampaian atau tidak terkabul.
3 Pertapaan Pangeran Suryanata
Gambar 63 : Tumpukan batu yang konon dulunya adalah lokasi tempat duduk pangeran suryanata (Raja) untuk bertapa
Gambar 64 : Situasi ketika penziarah menunggu lidi yang di tancapkan di lokasi pertapaan sambil membaca doa
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 22
Gambar 67 : Ritual yang sedang dilakukan oleh penziarah, yaitu mengelilingi situs ini sebanyak 7 kali dengan arah berlawanan jarum jam
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Gambar 65 : Situs Candi Agung yang terdapat dikawasan gunung candi yang dibangun oleh Empu Jatmika sekitar 740 tahun yang lalu
........Candi Agung merupakan situs utama yang berada di kawasan gunung candi, sehingga tempat ini di anggap paling “keramat” oleh para penziarah. Ritual adat yang dilakukan oleh penziarah pada saat berada disitus ini adalah dengan cara mengelilingi situs tersebut sebanyak 7 kali berlawanan arah jarum jam dengan diiringi doa dan niat para penziarah. Situs candi agung ini juga dibalut oleh kain kuning, dan dihiasi dengan taburan “kembang” (bunga) serta diberi kemenyan.
Gambar 66 :
4 Situs Candi Agung
Gambar 68 : Pemberian “kembang” dan kemenyan di sekitar situs candi agung
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 23
Gambar 69 : Salah satu lokasi tempat ritual pembacaan doa yang ada di kawasan Gunung Candi
5
Karakteristik Visual Kawasan GCA
........Ketika pertama kali berkunjung ke kawasan gunung candi ini, diharapkan tempat yang langsung dikunjungi oleh para penziarah adalah tempat pembacaan doa, disamping untuk memanjatkan doa, para penziarah juga memohon ijin dan mengutarakan hajat mereka kepada “Pemandu Ritual”
Gambar 71 : Para penziarah yang datang biasanya langsung menuju salah satu pemandu ritual yang ada disana, agar bisa langsung memanjatkan doa
Tempat Pembacaan Doa
Gambar 70 : Para penziarah ketika sedang melakukan ritual pembacaan doa, memohon agar hajat dan niatnya di kabulkan oleh Allah SWT dengan perantara mahluk halus yang menghuni kawasan tersebut
atas kedatangan mereka ke kawasan Gunung Candi ini. Para penziarah juga tidak lupa membawa sesaji berupa kue yang akan di berikan ke pemandu doa ataupun untuk dimakan secara bersamasama.
Gambar 72 : Para pemandu ritual juga biasanya menyediakan “tapung tawar” dan beberapa jenis “Jimat” untuk di berikan ke penziarah dengan “mahar” tertentu
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 24
Gambar 73 : Tempat yang disediakan oleh pihak pengelola untuk malakukan ritual mandi kuning dan kain kuning yang selalu ada sebagai syarat untuk melakukan ritual
Gambar 74 : Air yang digunakan untuk mandi kuning yang langsung bersumber dari “Lubuk Badangsanak” (Danau Berdarah)
6
Gambar 75 : Persiapan berganti pakaian kuning yang dilakukan oleh penziarah sebelum melakukan ritual “bemandi-mandi”
.........Tempat pemandian merupakan Gambar 76 : Proses pada saat melakukan mandi salah satu fasilitas yang ada di kawasan kuning yang dilakukan oleh penziarah,tidak Gunung Candi yang digunakan oleh hanya orang dewasa laki-laki dan perempuan tetapi anak kecilpun di perkenankan melakukan para penziarah untuk melakukan ritual ritual tersebut mandi kuning. Ritual ini biasanya dilakukan oleh para penziarah yang merasa dirinya diiringi atau diikuti oleh “Gampiran” (berupa Mahluk halus) yang akan mengganggu mereka. Ritual ini dilakukan dengan cara mandi menggunakan pakaian berupa kain kuning yang telah disediakan oleh pihak pengelola kawasan. Air yang digunakan langsung diambil dari “Lubuk Badangsanak” (Danau Berdarah) karena dianggap air yang membawa berkah dan keberuntungan. Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Tempat Pemandian
| 25
Gambar 77 : Lokasi Telaga Darah Empu Mandastan
Gambar 78 : kondisi air yang ada ditempat tersebut dan Kain kuning serta“kembang� yang diletakkan di atas telaga, dikarenakan dianggap keramat oleh para penziarah.
7
Gambar 78 : Bangunan berupa pendopo yang di banguan di atas telaga tersebut bertujuan agar air yang ada di tempat tersebut tetap terjaga kebersihannya
.....Menurut cerita yang berkembang dimasyarakat setempat, lokasi ini dulunya merupakan tempat dimana Empu Mandastana dan Istrinya melakukan bunuh diri, yang konon cerita sewaktu-waktu air dalam sumur ini bisa berubah warna menjadi warna merah seperti halnya darah. Ritual yang dilakukan oleh penziarah dilokasi ini beraneka ragam tergantung niat atau hajat masing-masing pengunjung, mulai dari meminta “ilmu� ataupun petunjuk-petunjuk yang berhubungan dengan usaha, jodoh, jabatan dan masa depan mereka, dengan melalui perantara penjaga telaga tersebut.
Gambar 80 : Situasi pada saat para penziarah sedang melakukan konsultasi kepada penjaga tempat tersebut
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Telaga darah Empu Mandastana
| 26
6.View dan Vista
......Adapun fitur alami danau dan bangunan candi agung menjadi kontrol pandangan secara makro di kawasan Gunung Candi.
Gambar 81 : view Bangunan Candi Agung
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Gambar 83 : view danau dan langit biru
Gambar 82 : view danau dan pepohonan
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 27
Gambar 84 : Bangunan penutup berbentuk “Kuncup” dibangun untuk melindungi Situs candi agung
Gambar 85 : Interior Bangunan “ Kuncup” Candi Agung
........Adapun lokasi berdirinya Candi Agung adalah merupakan situs arkeologis, yaitu bangunan yang didalamnya terdapat sisa peninggalan masa lampau yang bernilai historis. situs ini dipercaya oleh masyrakat Gambar 86 : Posisi dan perletakan situs Candi Agung dikawasan Gunung Candi dengan material batu bata dan tanah kering sebagai bekas tempat berdirinya sebuah Candi peninggalan kerajaan negaradipa yang dibangun oleh Empu Jatmika, namun kini hanya tinggal berupa simbol bebatuan. Lokasi tersebut diyakini sebagai lokasi yang sakral, tempat melakukan ritual adat.
Karakteristik Visual Kawasan GCA
7. Kawasan Arkeologis
Gambar 87 : Situs Arkeologis Candi Agung
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 28
an ng
3
pu m as na ta da
Karakteristik Visual Kawasan GCA
ta in m Pa
Em
1 Museum 2 Situs Candi Agung 3 Tempat Ritual Pembacaan Doa
n. Jl
Keterangan : Bangunan Landmark diKawasan Gunung Candi
Gambar 88 : Pintu gerbang masuk kawasan Gunung Candi
n. Jl
......Bangunan dan struktur yaitu terdiri atas bangunan Museum dan bangunan fasilitas umum lainnya berupa tempat-tempat melakukan ritual adat seperti tempat pembacaan doa serta bangunan untuk situs candi agung merupakan landmark kawasan gunung candi. Untuk itu pembahasan karakteristik kawasan dalam konteks bangunan dan struktur lebih ditekankan pada ke 3 (tiga) bangunan tersebut. Adapun yang menjadi analisa karekteristik dari bangunan tersebut yaitu berupa : 1. Bentuk 2. Dimensi 3. Warna 4 Tekstur 5. Posisi 6. Struktur
Karakteristik Visual Kawasan GCA
8.Bangunan Dan Struktur
2 Jln
1
.B at un g
ba
tu lis
Gambar 89 : Peta Kawasan Gunung Candi
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 29
1 Museum Candi Agung
Gambar 93 : Struktur disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat yaitu menggunakan struktur kayu ulin dengan pondasi galam cerucuk
Gambar 91 : Dimensi bangunan menyesuaikan dengan lingkungan kawasan, dan vegetasi sekitar, memiliki tinggi 6 m, panjang 20 m dan lebar 6 m
Gambar 94 : Tekstur bangunan terlihat lembut dengan serat kayu yang diberi finishing cat
Gambar 92 : Warna yang terdapat pada bangunan memiliki beberapa jenis yaitu warna coklat, Cream dan Hitam
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Gambar 90 : Bentuk Bangunan Museum di adaptasi dari bentuk bangunan tradisional banjar yaitu “Bubungan Tinggi�
Gambar 95 : Posisi bangunan berada didepan dengan menghadap jalan masuk masuk menuju menuju kawasan Gunung Candi
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 30
Gambar 96 : Dimensi bangunan menyesuaikan dengan Temuan Situs candi Pada awalnya, yaitu memiliki tinggi 5 m, panjang 20 m dan lebar 20 m
Gambar 97 : Bentuk Bangunan situs candi agung lebih dominan terlihat adalah bentukan atap yaitu berupa atap prisai yang di beri “kuncup�diatasnya
Gambar 99 : Struktur disesuaikan dengan Gambar 100 : Posisi bangunan tepat berada kondisi lingkungan setempat yaitu menggunakan ditengah kawasan kawasan Gunung Candi struktur kayu ulin pada kolom dan atap pondasi yang digunakan adalah jenis pondasi umpak
Karakteristik Visual Kawasan GCA
2 Bangunan Situs Candi Agung
Gambar 98 : Warna yang terdapat pada bangunan lebih dominan warna hitam dan coklat, hal ini karena di pengaruhi jenis material bangunan yaitu kayu ulin
Gambar 101 : Tekstur bangunan terlihat halus dengan serat kayu yang masih di pertahankan
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 31
Gambar 102 : Dimensi bangunan di buat berdasarkan fungsi dan kebutuhan untuk penziarah, memiliki tinggi 4 m, panjang 15 m dan lebar 10 m
Gambar 105 : Menggunakan struktur dengan material kayu ulin pada kolom maupun struktur atap serta struktur pondasi jenis “galam cerucuk�
3
Gambar 103 : Bentuk Bangunan di adaptasi dari bentukan rumah tradisional banjar “Bubungan Tinggi� yang sedikit mengalami perubahan pengurangan dari bentuk aslinya
Gambar 104 : Tekstur bangunan terlihat halus dengan serat kayu yang diberi finishing cat
Gambar 106 : Warna yang terdapat pada bangunan memiliki beberapa jenis yaitu warna coklat, Cream dan Hitam
Gambar 107 : Posisi bangunan berada lebih kedalam tepat berada di atas danau, dan menghadap ke situs bangunan candi agung
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Bangunan Tempat Pembacaan Doa
| 32
Kesimpulan
Kesimpulan
 Karakteristik visual kawasan di Gunung Candi mencirikan adanya tradisi budaya tradisional yang membentuk ruang budaya di area tempat ritual adat dan sekitarnya, serta memiliki area arkeologis berupa Situs Candi Agung, serta didominasi oleh vegetasi khas berupa pohon peneduh, perdu dan bunga-bungaan.
 Karakteristik bentang alam lansekap kawasan Gunung Candi dipengaruhi oleh aspek sejarah, sosial, budaya, tradisi , serta agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat setempat, dan senantiasa memadukan unsur estetika yang berlawanan, menjadi satu kesatuan sistem konsep yang saling beriringan dan melengkapi satu sama lain, sehingga menciptakan keindahan tunggal yang utuh.
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 33
(1) Uniaty.Q. 2011. Landscape Sustainability ; Konsep Perkembangan Lingkungan Perkotaan Berkelanjutan. Jurusan Arsitektur Lansekap Faltl Universitas Trisakti, Indonesia. (2) Wasita, Ss.2011. Tesis ; Persepsi Peziarah Muslim Dalam Pemanfaatan Situs Candi Agung
Daftar Pustaka
(3) Anonim. (2007). Candi Agung. Http://MelayuOnline.com/ (02 Pebruari 2012)
Daftar Pustaka
Di Amuntai, Kalimantan Selatan. Universitas Gadjah Mada.
1.Sistem dan Ciri Alam ........Kondisi topografi Kawasan Gunung Candi dipengaruhi oleh bentukan lansekap kawasan secara keseluruhan. Area danau dan taman yang terletak secara berdampingan memberikan keseimbangan lahan secara alami. Kondisi geologi dan iklim setempat yaitu air dan tanah membentuk iklim tropis yang sejuk dan dingin mempengaruhi jenis vegetasi yang dibudidayakan di kawasan Gunung Candi, yaitu khususnya tanaman peneduh, perdu dan bung-bungaan untuk menambah nilai estetik pada lanskap. n. Jl ta in m Pa an ng
n. Jl Em pu m as
.B at un
g
ba
tu lis
Gambar 34 : Danau, Salah satu pembentuk elemen kawasan Gunung Candi
Danau
Taman (Ruang Terbuka Hijau)
Karakteristik Visual Kawasan GCA
na ta da
Jln
Gambar 35 : Taman ( Ruang Terbuka Hijau ) Gambar 33 : beragam jenis Vegetasi dikawasan Gunung Candi
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 14
2.Organisasi Keruangan ........Secara spasial, zonasi keruangan pada Kawasan Gunung Candi terbagi menjadi zona publik, semi publik dan privat. Pembagian zonasi ini dipengaruhi juga oleh kronologis pembentukan kawasan tersebut, yaitu area yang pertama kali di bangun yaitu area candi agung dan pengelola kawasan, dijadikan sebagai zona privat. Semakin berkembang, yaitu area tempat-tempat melakukan riual adat, merupakan zona semi publik. Sedangkan area yang tidak adanya kegiatan ritual, yaitu area ruang terbuka hijau (taman), merupakan zona publik dari keseluruhan kawasan di gunung candi. Pembagian organisasi keruangan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Gambar 36 : Suasana dalam zonasi Publik
Gambar 37 : Suasana dalam zonasi Semi Publik
n. Jl ta in m Pa an ng
n. Jl Em pu m as na ta da
Jln
Publik
.B at un
g
ba
tu lis
Gambar 38 : Suasana dalam zonasi Privat
Semi Publik Privat
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
| 15
3.Sirkulasi
Gambar 42 : Jalur penghubung yang berada di samping danau, dengan material conblock
Gambar 40 : Jalur utama dengan lebar 3-5 meter, sebagai penghubung ke berbagai lokasi di kawasan candi panggung
..........Sirkulasi yaitu berupa ruang-ruang, fitur-fitur, dan material-material yang membentuk sistem pergerakan. Adapun jalur yang membentuk sistem pergerakan yaitu seluruh jalur jalan, yang terdiri dari jalan utama, jalan-jalan sempit yang membelah blok-blok kawasan, jalan yang menuju ke area danau, serta jalur sirkulasi pada unit-unit mikro, baik taman maupun fasilitas umum.
Gambar 41 : Jalur yang berada di atas air danau, dengan material dari kayu ulin dengan lebar 1,2 M
Gambar 43 : Jalur yang digunakan sebagai jalur penunjang dengan lebar 1,5 m, menggunakan material conblock
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Gambar 39 : Sirkulasi Utama pada kawasan Gunung Candi berupa perkerasan dengan material conblock
| 16
4.Vegetasi
Gambar 46 : Physical barriers, yaitu berfungsi sebagai pengendali dan pembatas gerak, serta pengarah gerak manusia
Gambar 44 : Jenis tanaman pohon Galam
.....Adapun fungsi vegetasi yang terdapat dikawasan gunung candi, mayoritas berupa pohon-pohon peneduh, perdu dan bungabungaan dengan ketinggian bervariasi sehingga akan menciptakan unsur estetik yang khas dan memperkuat karakter kawasan Gunung Candi.
Gambar 47 : Jenis vegetasi, yang terdiri dari pohon peneduh, perdu, bunga-bungaan, serta rerumputan
Gambar 48 : Climate and erosion control, yaitu berfungsi sebagai kontrol radiasi matahari dan suhu, pengendali kelembaban, pengendali angin, serta sebagai penyaring udara
Pencitraan visual kawasan Gunung Candi Amuntai
Karakteristik Visual Kawasan GCA
Gambar 45 : Aesthetic values, yaitu berfungsi sebagai pemberi nilai estetis dan meningkatkan kualitas lingkungan di kawasan gunung candi
| 17