Manual Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

Page 1

MANUAL

Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

Penyusun 1. Ujang Susep Irawan 2. Edi Purwanto


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

@ 2012

ii


Kata Pengantar

T

idak dipungkiri lagi bahwa keberadaan ekosistem mangrove dan pantai memberi manfaat yang sangat penting bagi ekosistem di wilayah daratan, baik manfaat biologi, ekonomi, maupun fisik. Intrusi air laut yang menyebabkan meningkatnya kadar garam pada air tanah menjadi isu yang tidak asing lagi seiring semakin lenyapnya vegetasi mangrove. Mangrove sebagai benteng terdepan di kawasan pesisir tidak dapat dipungkiri lagi memiliki peran yang penting sebagai penyangga bagi ekosistem lautan dan daratan. Oleh sebab itu rusaknya kawasan tersebut mutlak harus dipulihkan kembali melalui rehabilitasi kawasan mangrove. Untuk dapat melakukan rehabilitasi kawasan mangrove, maka perlu dikuasai pemahaman tentang mangrove dan cara rehabilitasinya. Seperti penanaman di daratan, maka penanaman mangrove pun tidak luput dari kegagalan sebagai akibat tidak dipenuhinya syarat-syarat penanaman yang baik dan benar. Oleh sebab itu dalam manual ini secara ringkas dijelaskan tentang pengenalan tanaman mangrove, peran, serta cara pembibitan hingga penanaman dan pemeliharaannya. Manual “Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove� ini merupakan bagian dari Seri Manual Perlindungan dan Rehabilitasi Daerah Tangkapan Air yang mengacu pada prinsip ke 1 dan 5 pada Prinsip Perlindungan dan Rehabilitasi DTA Secara Vegetatif. Semoga manual ini bermanfaat khususnya dalam pemberdayaan masyarakat dan usaha-usaha penyadaran dan penyelamatan lingkungan. Penyusun,

OPERATION WALLACEA TRUST

iii


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

iv

Daftar Isi

hal iii iv v vi

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

1 1 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan

5 5 5

BAB II MENGENAL VEGETASI MANGROVE 2.1 Defenisi mangrove 2.2 Adaptasi Vegetasi Mangrove Akibat Genangan Air Laut

9 9 9 12 12

BAB III PEMBIBITAN MANGROVE 3.1 Pemilihan Jenis 3.2 Pemilihan Buah/Propagul 3.3 Pemilihan Tempat 3.4 Cara Pembibitan

17 17 17 17 22

BAB IV ALUR PEMELIHARAAN 4.1 Lokasi Penanaman 4.2 Persiapan Lapangan 4.3. Pelaksanaan Penanaman 4.4. Pemeliharaan

25

DAFTAR PUSTAKA

26

LAMPIRAN

@ 2012


Daftar Tabel

hal

6 Tabel 1.

Hubungan Antara Salinitas, Kelas Penggenangan, Jenis Mangrove Domain

10

Tabel 2.

Ciri Kemasakan Benih/Propagul Beberapa Jenis Pohon Mangrove

18

Spesifikasi Bibit Mangrove Siap Tanam

Tabel 3.

OPERATION WALLACEA TRUST

v


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

vi

Daftar Gambar

hal

11 12

Gambar 1. Beberapa contoh benih mangrove Gambar 2. Lokasi persemaian mangrove berdekatan dengan

rencana lokasi penanaman

13

Pembibitan bakau (kiri) dan pertumbuhan akar dari

Gambar 3

propagul (kanan)

14 19

Gambar 4

Cabutan semai alami Rhizophora sp

Gambar 5

Teknik penanaman bibit dan kondisi Rhizophora sp

setelah 2 tahun

19 20 20

Gambar 6

Penanaman dengan propagul

Gambar 7

Pemasangan anjir

Gambar 8

Pola empang parit (atas) komplangan (bawah)

@ 2012


Daftar Lampiran

hal

6

lampiran 1. Keterangan Beberapa Jenis Tanaman Mangrove

OPERATION WALLACEA TRUST

vii


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

viii

Prinsip-prinsip

Prinsip Perlindungan dan Rehabilitasi DTA secara Vegetatif

1. Perlindungan hutan alam yang masih tersisa 2. Pengelolaan lahan pada kemiringan kurang dari 40 % dengan pola agroforestry/wanatani 3. Pengelolaan lahan pada kemiringan di atas kelerengan 40 % dengan vegetasi permanen (Keppres 32/1990) 4. Setiap jengkal pengelolaan lahan harus memberikan perlindungan tanah secara maksimal dengan tanaman penutup tanah, baik berupa tumbuhan bawah maupun tanaman penutup tanah : (a) rendah (misalnya rerumputan, Centrocema sp, dsb.), (b) sedang (misalnya kaliandra, gamal), (c) tinggi (misalnya sengon) 5. Tidak melakukan pembukaan lahan (land-clearing) secara penuh 6. Merehabilitasi lahan terbuka (lahan kritis/bare land) dengan tanaman unggulan lokal atau jenis pioner yang sesuai dengan kondisi ekologi dan aspirasi masyarakat setempat. 7. Apabila tidak memungkinkan dilakukannya rehabilitasi jenis pepohonan karena alasan tertentu (misalnya biaya, ketersediaan bibit, kendala musim), maka dapat dilakukan penanaman tanaman penutup tanah. 8. Melakukan upaya mempertahankan kesuburan tanah dan menjaga pencemaran air permukaan dan tanah melalui penggunaan pupuk organik dan pertanian semi-organik. 9. Perlu penciptaan aneka usaha ramah lingkungan untuk mengurangi tekanan penduduk terhadap sumber daya lahan. 10. Penerapan teknologi budidaya tanaman untuk meningkatkan keberhasilan rehabilitasi lahan Â

@ 2012


Prinsip Perlindungan dan Rehabilitasi DTA secara Sipil Teknik

1. Penterasan lahan pada lahan miring hingga kelerengan 40 % 2. Penerapan teknik penteresan perlu memperhatikan kondisi setempat, khususnya kelerengan dan kedalaman tanah. 3. Teras yang dibangun perlu dipelihara dengan baik agar tidak menimbulkan mega erosi 4. Melakukan penguatan tampingan teras (terrace riser) dengan batu dan rumput yang tahan kekeringan. 5. Pembuatan rorak pada bidang olah teras 6. Penguatan batu dan rumput pada saluran pembuangan air 7. Pembuatan ‘rorak’ (silt-pit) saluran air yang memotong bukit 8. Pembuatan Sumur Resapan Air dan Embung pada lahan yang memiliki aliran permukaan berlebihan 9. Meminimasi jalan/jalan setapak yang memotong bukit. 10. Bangunan jalan perlu dilengkapi dengan saluran pembuangan air. 11. Saluran air yang dibuat pada kelerengan dilengkapi dengan bangunan terjunan dan perangkap sedimen (rorak/silt-pit) 12. Setiap jengkal pembangunan fisik harus memperhatikan peresapan air tanah (grass-block, sumur resapan, lubang biopori).

OPERATION WALLACEA TRUST

ix


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

@ 2012

x


BAB I

Pendahuluan 1.1 Latar belakang

Vegetasi pohon tumbuh tersebar dengan beragam jenis mulai dari kawasan pantai hingga dataran tinggi. Pada kawasan pantai akan ditemui dua kelompok vegetasi pohon khas yang berada langsung berbatasan dengan laut yang dikenal dengan vegetasi mangrove dan vegetasi pantai. Dua kelompok vegetasi ini memiliki bentuk dan persyaratan tempat tumbuh yang berbeda, namun meskipun tumbuhnya di jajaran terdepan dari suatu daratan, kedua kawasan tersebut memiliki peran penting terkait dengan kualitas air daratan. Telah banyak penelitian dan kejadian di lapangan menunjukkan bahwa keberadaan kawasan vegetasi mangrove dan pantai memberi manfaat yang sangat penting bagi ekosistem, baik manfaat biologi, ekonomi, dan fisik. Dari banyak manfaat, yang terkait dengan kualitas air minum adalah fungsinya sebagai wilayah penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi) dan berfungsi dalam menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar, sehingga dapat pula menyangga kehidupan di daratan. Pada keadaan seperti ini garam air laut yang terserap ke dalam jaringan tanaman mangrove akan dikeluarkan melalui kelenjar-kelenjar khusus yang terdapat pada daun tanaman mangrove. Namun kenyataannya, akibat kerusakan dan usaha pelestarian kedua kawasan tersebut belum disadari oleh banyak orang, bahkan masih banyak terjadi perubahan fungsi lahan dari kawasan hutan menjadi fungsi lainnya seperti pembangunan gedung dan pertambakan dengan menghilangkan vegetasi yang tumbuh di atasnya. Kenyataan ini tentu sangat menyedihkan karena penghilangan pohon-pohon pada barisan terdepan dari suatu daratan yang berbatasan langsung dengan laut tersebut sesungguhnya telah memberikan dampak negatif. Melihat kenyataan tersebut, usaha memulihkan kondisi kerusakan pun telah banyak dilakukan, yaitu dalam bentuk penanaman kembali kawasan mangrove dan pantai. Namun sayangnya di lapangan masih banyak dijumpai kegagalan penanaman yang umumnya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain : kualitas bibit yang jelek, kesalahan teknik penanaman, serangan hama,

OPERATION WALLACEA TRUST

1


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

2

dan kesalahan penetapan jenis. Kegagalan penanaman akibat kesalahan penetapan jenis disebabkan oleh kesalahan lokasi penanaman, misalnya penanaman jenis mangrove pada kawasan yang seharusnya ditanami jenis vegetasi pantai. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kawasan mangrove dan vegetasi pantai serta peningkatan keberhasilan rehabilitasinya, maka perlu disusun sebuah modul yang menginformasikan tentang pengenalan kawasan mangrove dan pantai, teknik pembibitan hingga penanaman.

1.2 Tujuan

Manual ini bertujuan untuk memberi panduan pengenalan, teknik pembibitan, dan teknik rehabilitasi kawasan mangrove dan pantai.

@ 2012


OPERATION WALLACEA TRUST

3


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

@ 2012

4


Mengenal Vegetasi Mangrove 2.1 Definisi Mangrove

Mangrove adalah vegetasi yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut. Di Indonesia istilah hutan mangrove digunakan sebagai pengganti istilah hutan bakau untuk menghindari kemungkinan salah pengertian dengan hutan yang didominasi oleh pohon bakau saja (Rhizophora spp), karena kenyataannya mangrove tidak hanya ditumbuhi oleh jenis bakau, tetapi banyak jenis lain yang menyusun vegetasi tersebut, seperti api-api (Avicenia spp), Bruguiera spp, Ceriops spp, Soneratia spp, nipah, dll.

Bab II. Mengenal Vegetasi Mangrove

BAB II

Untuk mengetahui suatu kawasan ditumbuhi oleh vegetasi mangrove, maka perlu dikenal beberapa ciri sebagai berikut : • Tumbuh pada pantai yang tidak terekspos angin kencang atau gelombang laut yang besar • Banyak dijumpai di muara-muara sungai, di delta tempat sungai menimbun lumpur, atau dijumpai pada teluk. • Tanah berlumpur atau lumpur berpasir (bukan pasir murni) Adapun beberapa ciri vegetasi mangrove itu sendiri antara lain : • Tergenang di waktu air pasang dan kering atau berkurang di waktu air surut • Tidak terpengaruh iklim baik hujan maupun kemarau • Hanya terdapat satu lapisan tajuk pohon • Toleran/tahan terhadap kadar garam tertentu • Toleran terhadap kadar oksigen rendah

2.2 Adaptasi Vegetasi Mangrove Akibat Genangan Air Laut

Vegeteasi mangrove hidup pada lokasi yang terkena pasang surut air laut sehingga pada saat tertentu akan tergenang oleh air laut, konsekuensi dari kondisi ini maka tanaman mangrove harus mampu beradaptasi dengan kadar oksigen rendah dan kondisi air berkadar garam tinggi.

OPERATION WALLACEA TRUST

5


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

1. Adaptasi pada kadar oksigen rendah Penggenangan air laut akan menyebabkan ketersediaan oksigen bagi akar menjadi rendah, terkait denga kondisi ini maka tanaman mangrove memiliki bentuk/morfologi sistem perakaran yang khas dan berfungsi sebagai akar nafas serta penunjang tegaknya pohon. Terdapat tiga bentuk sistem perakaran pada tumbuhan mangrove, yaitu : (1) Akar lutut (knee roots) merupakan akar yang memberikan kesempatan bagi oksigen masuk ke sistem perakaran (contoh pada Bruguiera spp) (2) Akar nafas (Pneumatophore roots) merupakan akar yang muncul di atas permukaan tanah untuk menyerap zat hara tumbuh (contoh pada Sonneratia spp. dan Avicennia spp.) (3) Akar tunjang (stilt roots) akarnya berbentuk seperti jangkar yang panjang yang berguna untuk menopang pohon dan mungkin untuk mencegah tumbuhnya semai di dekatnya (contoh pada Rhizophora spp). 2. Adaptasi pada kadar garam tinggi Tumbuhan mangrove dapat digolongkan sebagai tumbuhan yang halopit atau “pecinta garam” meskipun sebenarnya mampu untuk hidup di tanah yang kurang mengandung garam. Untuk mengatasi kadar garam yang tinggi, secara fisiologis, pohon–pohon mangrove mempunyai kelenjar yang mampu menyerap garam yang terdapat dalam air atau tanah. Garam tersebut kemudian dikeluarkan kembali sehingga konsentrasi garam dalam cairan sel tetap dapat dikendalikan. Terkait dengan kadar garam dan intensitas penggenangan, maka jenis dominan vegetasi mangrove dapat disajikan sebagai berikut : Tabel 1. Hubungan Antara Salinitas, Kelas Penggenangan, dan Jenis Mangrove Dominan Kadar garam (ppt)

6

Penggenangan

Jenis Mangrove Dominan

10 – 30 ppt

Tergenang 1 – 2 kali per hari, Avicennia spp, Sonneratia spp, sekurang-kurangnya 20 hari / Rhizophora spp bulan

10 – 30 ppt

Tergenang 10 – 19 hari/bulan

@ 2012

Bruguiera gymnorrhiza


Tergenang sekali setiap 9 hari atau 4 hari/bulan

Xylocarpus spp, Heritiera spp

10 – 30 ppt

Tergenang hanya beberapa hari/bulan

Bruguiera spp, Scyphiphora spp, Lumnitzera spp

0 ppt

Tanah sedikit sekali terpengaruh pasang surut

Jenis-jenis marginal pada lingkungan mangrove seperti : Xylocarpus granatum, Instia bijuga, Nypa fruticans

0 ppt

Tanah hanya dipengaruhi oleh air tawar dimusim hujan

Oncosperma spp, Cerbera spp

Sumber Kusmana et al, 2003 Keterangan : ppt = part per thousand atau o/OO)

OPERATION WALLACEA TRUST

Bab II. Mengenal Vegetasi Mangrove

10 – 30 ppt

7


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

@ 2012

8


Pembibitan Mangrove 3.1 Pemilihan Jenis

Pemilihan jenis didasarkan pada persyaratan tempat tumbuh sesuai dengan zonasi yang ada, di samping itu berdasarkan informasi jenis-jenis lokal yang telah tumbuh sebelumnya. Persyaratan tumbuh beberapa jenis mangrove disajikan sebagai berikut : • Bakau (Rhizophora spp) dapat tumbuh dengan baik pada substrat (tanah) yang berlumpur dan dapat mentoleransi tanah lumpur berpasir, di pantai yang agak berombak dengan frekuensi genangan 20–40 kali/bulan. Adapun bakau merah (Rhizophora stylosa) dapat ditanam pada lokasi bersubstrat (tanah) pasir berkoral.

Bab III. Pembibitan Mangrove

BAB III

• Api-api (Avicennia spp) lebih cocok ditanam pada substrat (tanah) pasir berlumpur terutama di bagian terdepan pantai dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan. • Bogem/Prepat (Sonneratia spp) dapat tumbuh baik di lokasi bersubstrat lumpur atau lumpur berpasir dari pinggir pantai ke arah darat, dengan frekuensi genangan 30-40 kali/bulan.

3.2 Pemilihan Buah/Propagul

Kunci keberhasilan membibitkan adalah buah yang disemai telah masak. Pengumpulan buah/propagul dengan cara mengguncang pohon tidak dianjurkan karena buah/propagul muda akan turut jatuh sehingga benih/ propagul yang disemai akan bercampur antara yang masak dan belum masak. Ciri kemasakan propagul/buah beberapa jenis tanaman mangrove disajikan Tabel 2, adapun contoh beberapa buah/propagul tanaman mangrove disajikan pada Gambar 1.

OPERATION WALLACEA TRUST

9


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

Tabel 2. Ciri Kemasakan Benih/Propagul Beberapa Jenis Pohon Mangrove No. 1.

Rhizophora mucronata

Karakteristik Buah Matang • Propagul berwarna hijau tua dengan panjang minimal 50 cm, • Propagul mudah lepas dari batang (perikarp mudah lepas dari plamula)

2.

Rhizophora apiculata

• Propagul berwarna hijau kecoklatan dengan panjang minimal 20 cm • Propagul mudah lepas dari batang (perikarp mudah lepas dari plamula)

3.

Bruguiera gymnorrhiza

• Propagul berwarna coklat kehijauan atau merah kecoklatan dengan panjang minimal 20 cm

4.

Ceriops tagal

• Propagul berwarna hijau kecoklatan dengan panjang minimal 16 cm

5.

Avicennia marina

• Buah berwarna putih kekuningan • Kulit buah yang mengelupas

6.

Avicenia alba

• Buah berwarna coklat kekuningan

7.

Sonneratia alba

• Buah berwarna hijau kecoklatan

8.

Sonneratia caseolaris

• Buah berwarna kekuningan dan agak lembek

Xylocarpus granatum

• Kulit buah berwarna kuning kecoklatan dan mulai retak sepanjang alur kulit, • Biji buah berwarna coklat tua dengan bercakbercak berwarna abu-abu • Struktur calon akar sudah tampak

9.

10

Jenis

@ 2012


Bab III. Pembibitan Mangrove

Keterangan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Nypa fruticans Xylocarpus granatum Xylocarpus moluccensis Ceriops tagal Ceriops decandra Bruguiera sexangula Bruguiera cylindrica Bruguiera parviflora

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

Bruguiera gymnorrhiza Rhizophora apiculata Rhizophora mucronata Avicennia alba Avicennia officinalis Avicennia rumphiana Avicennia marina Campostemon philippinensis

17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.

Aegiceras corniculatum Aegiceras floridum Scyphiphora hydrophyllacea Obsornia octodonta Lumnitzera racemosa Lumnitzera littorea Sonneratia alba Sonneratia caseolaris

OPERATION WALLACEA TRUST

Gambar 1. Beberapa contoh benih mangrove

11


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

3.3 Pemilihan Tempat

Bibit mangrove diusahakan berasal dari lokasi setempat atau lokasi terdekat dari rencana lokasi penanaman. Persemaian dibuat berdekatan dengan rencana lokasi penanaman agar mudah beradaptasi dengan lingkungan setempat dan mengurangi resiko kematian bibit akibat kerusakan saat pengangkutan. Selain itu lokasi merupakan lahan yang lapang dan datar, bibit dapat terendam saat air pasang (frekuensi ¹ 20– 40 kali/bulan) sehingga tidak memerlukan penyiaraman.

3.4 Cara Pembibitan

Gambar 2. Lokasi persemaian mangrove berdekatan dengan rencana lokasi penanaman

12

Benih mangrove yang akan ditanam dalam media tumbuh terbagi dalam dua kelompok, yaitu benih berukuran besar dan berukuran kecil. Teknik penyemaian masing-masing kelompok benih adalah sebagai berikut : - Benih Ukuran Besar Untuk jenis-jenis mangrove yang memiliki buah atau propagul besar seperti Rhizophoraceae (bakau, tancang, tengal), dan nyirih (Xylocarpus spp), benih dapat langsung ditanam pada polybag yang telah berisi media tanam. Media tumbuh dapat dibuat dari campuran lumpur yang berada di sekitar rencana lokasi penanaman dan pasir (2 : 1) atau lumpur

@ 2012


- Benih Ukuran Kecil Untuk benih kecil seperti (Sonneratia spp) dan Avicennia spp maka benih disemai dulu pada bak kecambah. Media pada bak kecambah dibuat dasri pasir murni. Apabila semai sudah berumur lebih kurang 1 bulan atau tinggi Âą 10 cm atau telah keluarnya daun sebanyak 6 buah, maka semai dapat disapih ke dalam polybag yang telah ditempatkan di bedeng sapih. Polybag yang digunakan sebaiknya berukuran 15 x 20 cm atau 12 x 15 cm. Untuk Avicennia marina dan Bruguiera gymnorrhiza pemeliharaan bibit di persemaian hingga siap tanam sekitar 4-5 bulan.

OPERATION WALLACEA TRUST

Bab III. Pembibitan Mangrove

murni. Jika bibit akan digunakan pada lokasi penanaman yang lebih jauh, maka media sebaiknya ditambahkan tanah liat agar bibit tidak lekas kering dan media tetap kompak. Khusus untuk buah bakau (Rhizophora sp) dan tancang (Bruguiera spp) sebelum disemaikan sebaiknya disimpan dulu di tempat yang teduh dan ditutupi dengan karung basah selama 5-7 hari. Hal ini bermanfaat untuk menghindari batang bibit dimakan oleh serangga atau ketam pada saat ditanam nanti. Pemeliharaan bibit di persemaian hingga siap tanam sekitar 4-5 bulan.

Gambar 3. Pembibitan bakau (kiri) dan pertumbuhan akar dari propagul (kanan)

13


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

Bibit selain dibuat melalui proses pembibitan, dapat juga diperoleh dari cabutan anakan alami yang tumbuh di sekitar tegakan pohon mangrove. Namun pengadaan bibit dengan cara ini harus hati-hati karena bisa menyebabkan kematian bibit sebelum ditanam. Agar diperoleh tingkat keberhasilan pengadaan bibit dari cabutan alami perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : • Pilih anakan alami yang belum terlalu besar, memiliki 2-4 pasang daun • Siapkan media sapih pada polybag yang telah ditempatkan di persemaian • Saat melakukan pengumpulan cabutan di lapangan, masukkan bibit cabutan ke dalam karung • Segera tanam bibit cabutan ke dalam media dalam polybag yang telah disiapkan • Beri naungan berat (misalnya menggunakan daun nipah) untuk mengurangi penguapan • Pelihara bibit hingga keluar daun baru • Jika daun baru telah tua, maka bibit hasil cabutan dapat ditanam di lapangan

Gambar 4. Cabutan semai alami Rhizophora sp

14

@ 2012


Bab III. Pembibitan Mangrove

15

OPERATION WALLACEA TRUST


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

@ 2012

16


Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove 4.1 Lokasi Penanaman

Lokasi penanaman mangrove dapat dilakukan di kawasan hutan lindung, hutan produksi, kawasan budidaya, dan di luar kawasan hutan, yaitu pada daerah-daerah : • Pantai : dengan lebar sebesar 130 kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan yang diukur dari garis air surut terendah ke arah darat

Bab IV. Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

BAB IV

• Tepian sungai : selebar 50 m ke arah kiri dan kanan tepian sungai yang masih terpengaruh air laut • Tanggul, pelataran, dan pinggiran saluran air ke tambak

4.2 Persiapan Lapangan

Kegiatan persiapan meliputi hal-hal sebagai berikut : • Jalur tanam dibuat searah garis pantai/melintang terhadap pasang surut • Siapkan ajir yang terbuat dari bambu berukuran 120 cm dengan diameter minimal 3 cm. • Jarak tanam dibuat berdasarkan tujuan penanaman, untuk tujuan konservasi, maka jarak tanam adalah 1 m x 1 m atau 1 m x 2 m, sedangkan untuk tujuan produksi maka jarak tanam adalah 2 m x 2 m. • Untuk memudahkan pekerjaan, maka pemasangan ajir dilakukan pada saat air surut

4.3 Pelaksanaan Penanaman

Penanaman bibit/anakan sebaiknya dilakukan saat air pasang tertinggi, dengan demikian tinggi permukaan air pasang hariannya cenderung makin menurun, sehingga memberi kesempatan bagi bibit/anakan untuk tumbuh baik pada awal penanamannya. Penanaman dapat dilakukan

OPERATION WALLACEA TRUST

17


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

menggunakan bibit yang sudah terseleksi, terutama untuk jenis-jenis dari famili Rhizophoraceae. Walaupun demikian, tingkat keberhasilan tanaman akan lebih tinggi jika menggunakan bibit yang dihasilkan dari persemaian. Untuk kegiatan penanaman maka diperlukan bibit yang telah siap tanam. Penanaman mangrove dapat dilakukan dengan menggunakan dua asal bibit, yaitu : penanaman dengan bibit yang diawali dengan kegiatan penyemaian benih dan penanaman dengan langsung menggunakan propagul. Berdasarkan bahan yang akan ditanam, maka penanaman mangrove dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : (1) menanam langsung dengan menggunakan buah/propagul ( jenis Rhizophora spp, Bruguiera spp) dan (2) bibit yang telah dibuat melalui persemaian. Untuk penanaman langsung menggunakan propagul biasanya memiliki persentase keberhasilan tumbuh yang rendah sedangkan cara penanaman dengan terlebih dahulu melalui kegiatan persemaian tingkat keberhasilan tumbuhnya relatif tinggi (6080%). Oleh sebab itu bibit hasil persemaian lebih diutamakan untuk kegiatan penanaman di lapangan. Satu bulan sebelum penanaman, naungan pada bedeng sapih perlu dibuka agar bibit diberi kesempatan beradaptasi sehingga kelak ketika bibit ditanam akan dapat tumbuh optimal pada kondisi lingkungan yang baru. Bibit yang akan ditanam harus memenuhi persyaratan bibit siap tanam, yaitu memenuhi mutu fisik-fisiologis agar persentase kematian akibat kekurangsiapan bibit untuk ditanam di lapangan dapat diminimalkan. Spesifikasi bibit beberapa jenis tanaman mangrove siap tanam disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Spesifikasi Bibit Mangrove Siap Tanam Tinggi (cm)

Jumlah Daun (helai)

Kondisi Pangkal Batang

Lama Pembibitan (bulan)

Avicennia marina

30

6

Berkayu

3-4

Bruguiera gymnorrhiza

35

6

Berkayu

3-4

Ceriops tagal

20

4

Berkayu

6-7

Rhizophora apiculata

30

4

Berkayu

4-5

Rhizophora mucronata

55

4

Berkayu

4-5

Sonneratia alba

15

6

Berkayu

5-6

Xylacarpus granatum

40

6

Berkayu

3-4

Jenis

18

@ 2012


Bab IV. Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

a Penanaman dari bibit hasil persemaian Bibit diperoleh melalui proses kegiatan penyemaian benih terlebih dahulu. Pada saat air surut, dibuat lubang tanam dekat ajir yang telah dipasang dengan ukuran sedikit lebih besar dari ukuran pot. Kedalaman lubang disesuaikan dengan tinggi tanah dalam pot. Jika tanahnya lunak, penggaliannya bisa dilakukan dengan tangan. Segera setelah dibuat lubang, bibit ditanam secara tegak di dalam lubang yang tersedia.

Sebelum ditanamkan, polybag harus dibelah dengan pisau secara hati-hati sehingga tidak terjadi kerusakan pada perakarannya. Polybag bekas kemudian disangkutkan ke ujung ajir sebagai tanda telah selesai dilaksanakan penanaman. Selanjutnya lubang tanam di sekililing bibit ditutup dan ditimbuni dengan tanah hingga batas leher akar. b Penanaman dengan menggunakan propagul Pada saat air surut, di dekat ajir dibuat lubang tanam dengan menggunakan tugal. Kedalaman lubang tanam disesuaikan dengan panjang benih yang akan ditanam. Disarankan untuk menanam benih sedalam lebih kurang 1/3 ukuran panjang benih. Segera setelah dibuat lubang, benih ditanam secara tegak dengan bakal kecambah menghadap ke atas. Kelopak buah sebaiknya tidak dilepas dari buahnya. Tanah dan lumpur ditimbunkan ke dalam lubang-lubang antaranya hingga benih dapat berdiri tegak. Selanjutnya bibit siap tanam yang diperoleh dari hasil kegiatan pembibitan di persemaian maupun langsung dari propagul akan digunakan untuk kegiatan penanaman. Sistem penanaman mangrove pada prinsipnya dibagi

OPERATION WALLACEA TRUST

Gambar 5. Teknik penanaman bibit Rhizophora sp (kiri), kondisi Rhizophora sp umur 2 tahun setelah penanaman (kanan)

Gambar 6. Penanaman dengan propagul

19


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

dalam dua kelompok, yaitu sistem banjar harian dan wanamina. Namun pada kondisi areal penanaman yang ekstrim maka diperlukan perlakuan khusus dalam kegiatan penanamannya. Masing-masing sistem penanaman dapat diuraikan sebagai berikut : Sistem Banjar Harian Sistem banjar harian adalah cara penanaman mangrove yang tidak dikombinasikan dengan pengelolaan lain seperti untuk pertambakan. Bibit yang digunakan bisa berasal langsung dari benih (propagul) atau bibit yang disemaiakan terlebih dahulu di persemaian. Jarak tanam tergantung pada tujuan penanaman mangrove, bila untuk perlindungan pantai, bibit ditanam pada jarak 1 m x 1 m atau 1 m x 2 m, tetapi jika untuk produksi digunakan jarak 2 m x 2 m. Jenis mangrove yang ditanam disesuaikan dengan zonasi ataupun tujuan dari penanaman mangrove di lokasi tersebut. Jika untuk penahan abrasi gunakan jenis Bakau (Rhizophora spp), namun bila untuk penghijauan saja cukup dengan api-api (Avicennia spp). Sistem Wanamina (Sylvofishery) Silvofishery adalah salah satu bentuk pemanfaatan mangrove dengan kombinasi komoditas perikanan. Yang dapat dikembangkan dalam silvofishery antara lain : ikan bersirip ( ikan kakap, kerapu, bandeng, baronang), Crustase (udang, kepiting, rajungan), kerang-kerangan (kerang hijau, kerang bakau). Pada prinsipnya penanaman benih atau bibit mangrove dengan sistem penanaman mangrove dengan sistem wanamina dibuatkan tambak/kolam

Gambar 7. Pemasangan ajir

Gambar 8. Pola empang parit (hal.20) komplangan (hal.21)

20

@ 2012


Bab IV. Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

dan saluran air untuk membudidayakan sumberdaya ikan (ikan, udang, dll.) sehingga terdapat perpaduan antara tanaman mangrove (wana) dan budidaya sumberdaya ikan (mina). Secara umum terdapat 3 pola dalam sistem wanamina, yaitu : 1. Wanamina pola empang parit : pada pola empang parit, lahan untuk hutan mangrove dan empang masih menjadi satu hamparan yang diatur oleh satu pintu air 2. Wanamina pola empang parit yang disempurnakan : lahan untuk hutan mangrove dan empang diatur oleh saluran air yang terpisah 3. Wanamina dengan pola komplangan : lahan untuk hutan mangrove dan empang terpisah dalam dua hamparan yang diatur oleh saluran air dengan dua pintu yang terpisah untuk hutan mangrove dan empang. Kondisi Tapak Khusus Penanaman pada kondisi tapak khusus dilakukan pada areal yang memiliki ombak besar dan berlumpur dalam. Teknik penanaman yang diterapkan adalah sebagai berikut : - Tapak yang Berombak Besar Untuk tapak semacam ini sebaiknya digunakan jenis Rhizophora spp terutama jenis R. mucronata. Jarak tanam sebaiknya 1 m x 1m dengan berselang-seling sehingga membentuk apa yang dinamakan untu walang. Agar semai tidak hanyut maka diperlukan penguat tanaman yang dapat dibuat dengan cara sebagai berikut : 1. Menggunakan tiang pancang Tiang pancang yang terbuat dari bambu (diameter minimal 7,5 cm dan panjang 1 m serta runcing di bagian bawahnya) ditancapkan ke dalam lumpur sedalam 0,5 m, tepat di samping semai mangrove yang ditanam. Batang semai kemudian diikatkan pada tiang pancang. Untuk memperoleh tiang yang lebih kuat, ruas bambu tiang tersebut dilubangi terlebih dahulu, kemudian dimasukkan lumpur ke dalam tiangnya saat tiang ditancapkan.

OPERATION WALLACEA TRUST

21


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

2. Menggunakan buis beton atau bambu besar Buis beton yang berukuran diameter 30 cm dan tinggi 1 m ditancapkan ke dalam lumpur sedalam 0,5 m pada lokasi di mana semai mangrove akan ditanam. Bambu yang berukuran sama dan telah dilubangi ruas dalamnya dan diperuncing pada bagian bawahnya juga dapat digunakan sebagai pengganti buis beton. Buis beton atau bambu tadi diisi dengan lumpur, kemudian semai mangrove ditanam di dalam buis beton atau bambu tersebut. 3. Menggunakan bangunan pemecah ombak Di bagian luar tanaman anakan mangrove dibuat bangunanbangunan pemecah ombak, yang diharapkan dapat memperkecil deburan ombak sehingga dapat memperkecil kematian anakan mangrove yang ditanam. Pemecah ombak ini dapat dibuat dari tumupukan batu karang ataupun batang-batang bambu yang ditancapkan secara berselang-seling di bagian luar areal penanaman mangrove. -

Tapak yang Berlumpur Dalam Untuk tapak semacam ini juga sebaiknya digunakan jenis R. mucronata. Seperti halnya pada tapak berombak, jarak tanam juga dibuat rapat, yaitu 1 m x 1 m yang adakalanya diperlukan sistem untu walang. Penggunaan bibit hasil dari persemaian seringkali mengalami kesukaran untuk ditanam di lapangan, mengingat sering terjadinya kerusakan pada sistem perakarannya saat pengangkutan bibit. Oleh sebab itu penggunaan benih yang ditanam secara langsung disarankan untuk tapak yang berlumpur dalam semacam ini. Benih-benih yang akan ditanam dipilih yang berukuran minimal 60 cm dan ditanamkan sedalam kurang lebih setengahnya.

4.4 Pemeliharaan

Penyiangan dan Penyulaman Lima belas hari setelah penanaman, dilaksanakan pemeriksaan lapangan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan tanaman. Jika terdapat tanaman yang mati, harus segera dilakukan penyulaman dengan tanaman baru. Kegiatan penyulaman dilakukan jika persentase hidup tanaman kurang dari 90%. Pada lokasi penanaman yang agak tinggi atau frekuensi genangan air pasang kurang, perlu mendapat perhatian lebih intensif dalam pemeliharannya. Hal ini disebabkan pada lokasi tersebut cepat ditumbuhi kembali oleh sejenis pakis-pakisan atau Piyai (Acrosthicum aureum). Penebasan jenis piyai perlu segera dilakukan jika tumbuhan tersebut muncul karena akan sangat mengganggu pertumbuhan anakan mangrove. Kegiatan penyiangan dan penyulaman dilakukan hingga tanaman berumur 5 tahun.

22

@ 2012


-

Khusus untuk benih Rhizophora spp, benih dapat disimpan terlebih dahulu selama seminggu di bawah naungan untuk mengurangi daya tariknya terhadap kepiting. Buah Rhizophora spp atau Bruguiera spp yang akan digunakan sebagai bibit, dipilih yang telah cukup matang. Tanda-tanda buah matang adalah keluarnya buah dari tangkai. Buah selanjutnya disimpan di tempat teduh, ditutupi karung goni setengah basah selama 5-7 hari. Penyimpanan selama itu dimaksudkan untuk menghilangkan bau/aroma buah segar tanaman mangrove yang disenangi oleh serangga. Setelah itu, buah mangrove telah siap untuk disemai pada kantong plastik (polybag) atau botol air mineral bekas, dapat juga ditanam langsung ke lokasi penanaman.

Bab IV. Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

Kontrol Faktor Perusak Tanaman mangrove dalam pertumbuhannya memiliki masa kritis. Oleh sebab itu perlindungan tanaman mangrove dari hama yang merusak baik sejak pembibitan hingga mencapai anakan perlu dilakukan perlindungan agar pertumbuhannya dapat berlangsung dengan baik. Sejak usia pembibitan hingga umur 1 tahun, batang mangrove sangat disukai oleh serangga atau ketam (kepiting). Menurut pengalaman 60-70% mangrove akan mati sebelum berusia 1 tahun karena digerogoti serangga atau ketam/kepiting. Untuk mengatasi kerugian akibat serangan serangga/ketam tersebut, maka dapat dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut : - Untuk menghindari serangan kepiting, maka pada benih baru ini diberi perlakuan perlindungan berupa : (1) menggunakan bumbung bambu yang dipasang sedemikian rupa sehingga mengelilingi benih dengan tinggi sekitar 20 cm, (2) memasang pagar kecil sekeliling benih setinggi 20 cm yang dibuat dari ranting/daun paku-pakuan (Acrostichum aereum) atau nipah.

- Hama lain yang juga sering menyerang tanaman mangrove pada usia muda adalah kutu lompat (maely bug). Serangan hama ini dicirikan oleh warna daun tanaman menjadi kuning, kemudian rontok dan mati. Jika serangan ini terjadi, sebaiknya tanaman yang terserang dimusnahkan saja (dibakar) agar menghambat penyebaran pada tanaman lain. - Kepiting, terutama Sesarma dan Chiromantes telah dilaporkan merusak propagul yang baru ditanam. Kepiting merusak dengan cara menggigit jaringan bagian dalam propagul atau meneresnya. Serangan terjadi tepat di atas atau di bawah permukaan lumpur, terutama pada penanaman skala kecil. Meskipun demikian apabila penanaman dilakukan dalam skala besar, serangan kepiting bersifat sementara. Propagul R. mucronata kurang disukai oleh kepiting dibandingkan R. apiculata. Kondisi yang menyebabkan munculnya serangan ini belum diketahui, tetapi kemungkinan besar didorong oleh kekurangan pakan kepiting di areal tersebut.

OPERATION WALLACEA TRUST

23


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

- Kera/Monyet, pada beberapa areal penanaman kerusakan karena gerombolan kera ekor panjang (Macaca fascicularis). Kera ini merusak propagul Rhizophora yang baru ditanam dengan cara mematahkan atau merobeknya untuk memakan jaringan bagian dalam propagul yang seperti busa. Dari beberapa pengamatan ada dugaan bahwa R. mucronata kurang disukai oleh kera dibandingkan R. apiculata. -

Arus Air Laut, penanaman pada bagian laut yang letaknya rendah, hanya dapat dilakukan pada saat surut. Arus laut dapat sedemikian kuat, sehingga propagul yang ditanam dapat tersapu sebelum berakar. Sisa-sisa hasil tebangan dapat berjalan terbawa arus dan menabrak bibit yang ditanam sehingga menimbulkan banyak kerusakan. Pada areal bekas tebangan kerusakan karena hantaman sisa tebangan yang hanyut, diidentifikasi sebagai salah satu penyebab terpenting kegagalan penanaman. Sebelum dilakukan penanaman, kondisi tapak harus bersih dari sisa-sisa tebangan.

-

Remis, ancaman lain terhadap Rhizophora adalah remis. Remis yang menempel pada anakan muda mengurangi fotosintesi dan respirasi, dan karena itu menghambat pertumbuhan. Pada saat ini tidak ada cara yang memuaskan untuk mengatasi masalah ini, kecuali dengan menghindari daerah-daerah yang diinfasi oleh remis. Daerah-daerah seperti ini sangat mudah dideteksi oleh adanya kecenderungan remis yang menempel pada batu-batuan, akar-akaran atau batang dari pohon-pohonan.

- Tumbuhan Paku Acrostichum, di daerah yang lebih dekat ke daratan, kurang digenangi air pasang tumbuhan paku Acrostichum aureum tumbuh sedemikian rapat. Keberadaan tumbuhan ini mengganggu pertumbuhan permudahan alam yang ada dan menghambat penyebaran serta keberhasilan tumbuhnya propagul yang dibawa oleh air. Oleh karena daerah yang banyak tumbuhan paku ini seringkali tidak mempunyai permudahan alam spesies mangrove yang komersial. Dari sudut pandang kehutanan, daerah tersebut dipandang sebagai daerah mangrove yang rusak. -

24

Hama Serangga, pada tegakan muda Rhizophora kadang-kadang terjadi wabah serangga perusak daun. Hama serangga tersebut diantaranya adalah ulat. Wabah ini menyebabkan kematian yang cukup tinggi. Propagul Rhizophora dilaporkan telah diserang oleh kumbang Poecilips fallax.

@ 2012


Anwar.C. dan E. Subiandono. 1996. Pedoman Teknis Penanaman Mangrove. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor. Bengen, D.G. Dr. 2000. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB. Istomo. 1992. Tinjauan Ekologi Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya di Indonesia. Laboratorium Ekologi Hutan Jurusan MNRT Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor: Bogor Kusmana C. 2002. Pengelolaan Ekosistem Mangrove Secara Berkelanjutan dan Berbasis Masyarakat. Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pengelolaan Ekosistem mangrove di Jakarta, 6-7 Agustus 2002. Kusmana.C., Sri.W., Iwan.H., Prijanto.P., Cahya.P.,Tatang.T., Adi.T., Yunasfi dan Hamzah., 2003. Teknik Rehabilitasi Mangrove. Fakultas Kehutanan . Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bab IV. Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

DAFTAR PUSTAKA

Noor.Y.R., M.Khazali dan I.N.N.Suryadiputra, 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Ditjen PKA Departemen Kehutanan dan Wetlands International Indonesia Programme. Jakarta. Primavera, J.H. et al., 2004. Handbook of Mangroves in PhilippinesPanay. Southeast Asian Fisheries Development Center Aquaculture Department UNESCO Man and the Biosphere. Purwanto, Edi. 2012. Nasionalisme Lingkungan : Pesan Konservasi dari Lambusango. Yayasan Operation Wallacea Trust. Bogor.

OPERATION WALLACEA TRUST

25


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

Lampiran Keterangan Beberapa Jenis Tanaman Mangrove 1. Avicennia alba BI. Nama setempat

Api-api, mangi-mangi putih, boak, koak, sia-sia

Deskripsi umum

Belukar atau pohon yang tumbuh menyebar dengan ketinggian mencapai 25 m. kumpulan pohon membentuk system perakaran horizontal dan akar nafas yang rumit. Akar nafas biasanya tipis, berbentuk jari (atau seperti asparagus) yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keasbu-abuan atau gelap kecoklatan, beberapa ditumbuhi tonjolan kecil, sementara yang lain kadang-kadang memiliki permukaan yang halus. Pada bagian batang yang tua, kadang-kadang ditemukan serbuk tipis.

Daun

Permukaan halus, bagian atas hijau mengkilat, bawahnya pucat. Unit & letak : sederhana & berlawanan. Bentuk : lanset (seperti daun akasia) kadang elips. Ujung : meruncing. Ukuran : 16 x 5 cm.

Bunga

Seperti trisula dengan gerombolan binga (kuning) hamper disepanjang ruas tandan. Letak: di ujung/pada tangkai bunga. Formasi: nulir (ada 10-30 bunga per tandan). Daun mahkota: 4, kuning cerah, 3-4 mm. kelopak bunga: 5. benang sari: 4.

Buah

26

@ 2012

Seperti kerucut/cabe/mente. Hijau muda kekuningan. Ukuran: 4 x 2 cm.


Penyebaran Kelimpahan Manfaat

Ditemukan di seluruh Indonesia. Dari India sampai Indo Cina, melalui Malaysia dan Indonesia hingga ke Filipina, PNG dan Australia tropis. Melimpah Kayu baker dan bahan bangunan bermutu rendah, getah dapat digunakan untuk mencegah kehamilan. Buah dapat dimakan.

Bab IV. Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

Ekologi

Merupakan jenis pionir pada habitat rawa mangrovr di lokasi pantai yang terlindung, juga dibagian yang lebih asin di sepanjang pinggiran sungai yang dipengaruhi pasang surut, serta di sepanjang garis pantai. Mereka umumnya menyukai bagian muka teluk. Akarnya dilaporkan dapat membantu pengikatan sediment dan mempercepat proses pembentukan daratan. Pembuangan terjadi sepanjang tahun. Genus ini kadang-kadang bersifat vivipar, dimana sebagian buah berbiak ketika masih menempel di pohon.

2. Avicennia marina (Forks.) Vierh. Nama setempat

Api-api putih, api-api abang, sia-sia putih, sie-sie, pejapi, nyapi, hajusia,

Deskripsi umum

Belukar atau pohon yang tumbuh tegak a t a u m e n y e b a r, ke t i n g g i a n p o h o n mencapai 30 meter. Memiliki system perkaran horizontal yang rumit dan berbentuk pensil (atau membentuk asparagus); akar nafas tegak dengan sejumlah lentisel. Kulit kayu halus dengan burik-burik hijau-abu dan terkelupas dalam bagian-bagian kecil. Ranting muda dan tangkai daun berwarna kuning, tidak berbulu.

Daun

Bagian atas permukaan daun ditutupi bintik-bintik kelenjar berbentuk cekung. Bagian daun putih- abu-abu muda. Unit – Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk : elips, bulat memanjang, bulat telur terbalik. Ujung: meruncing hingga membundar. Ukuran: 9 x 4,5 cm.

OPERATION WALLACEA TRUST

27


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

Bunga

Buah

Ekologi

Penyebaran Kelimpahan

Manfaat

28

@ 2012

Seperti trisula dengan bunga bergerombol muncul di ujung tandan, bau menyengat, nectar banyak. Letak: di ujung atau ketiak tangkai/tandan bunga. Formasi: bulir (2-12 bunga per tandan). Daun Mahkota: 4, kuning pucat-jingga tua, 5,8 mm. kelopak Bunga: benang sari:4 Buah agak membulat, berwarna hijau agak keabu-abuan. Permukaan buah berambut halus (seperti ada tepungnya) dan ujung buah agak tajam seperti paruh. Ukuran: sekitar 1,5x2,5 cm. Merupakan tumbuhan pionir pada lahan pantai yang terlindung, memiliki kemampuan menempati dan tumbuh pada berbagai habitat pasang-surut, bahkan di tempat asin sekalipun. Jenis ini merupakan salah satu jenis tumbuhan yang paling umum ditemukan di habitata pasang-surut. Akarnya sering dilaporkan membantu pengikatan sediment dan mempercepat proses pembentukan tanah timbul. Jenis ini dapat juga bergerombol membentuk satu kelompok pada habitat tertentu. Berbuah sepanjang tahun, kadang-kadang bersifat vivipar. Buah membuka pada saat telah matang, melalui lapisan dorsal. Bauh dapat juga terbuka karena dimakan semut atau setelah terjadi penyerapan air. Tumbuh di Afrika, Asia, Amerika Selatan, Australia, Polynesia dan Selandia BAru. Ditemukan di seluruh Indonesia. Melimpah Daun digunakan untuk mengatasi kulit yang terbakar. Resin yang keluar dari kulit kayu digunakan sebagai alat kontrasepsi. Buah dapat dimakan. Kayu menghasilkan bahan kertas berkualitas tinggi. Daun digunakan sebagai makanan ternak.


Nama setempat

Pertut, taheup, tenggel, putut, tumu, tomo, kandeka, tanjang merah, tanjang lindur, sala-sala, dau, tongke, mulut besar, wako, bako, bangko, mangmangi, sarau.

Deskripsi umum

Pohon yang selalu hijau dengan ketinggian kadangkadang mencapai 30 m. Kulit kayu memiliki lentisel, permukaannya halus hingga kasar, berwarna abu-abu tua sampai coklat (warna berubah-ubah). Akarnya seperti papan melebar ke samping di bagian pangkal pohon, juga memiliki sejumlah akar lutut.

Daun

Daun berkulit, berwarna hijau pada lapisan atas dan hijau kekuningan pada bagian bawahnya dengan bercak-bercak hitam (ada juga yang tidak). Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips sampai elips-lanset. Ujung: meruncing. Ukuran: 4,5-7 x 8,5-22 cm.

Bunga

Bunga bergelantungan dengan panjang tangkai bunga antara 9-25 mm. Letak: di ketiak daun, menggantung. Formasi: soliter. Daun Mahkota: 10-14; putih dan coklat jika tua, panjang 13-16 mm. Kelopak Bunga: 1014; warne merah muda hingga merah; panjang 30-50.

Buah

Bab IV. Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

Sedang dilakukan revisi taksonomi. Becker & Bakhuizen van den Brink (1963-8) hanya menyebutkan varietas A. intermedia (Griff). Bakh. 3. Bruguiera gymnorrhiza (L) Lamk. Catatan

Buah melingkar spiral, bundar melintang, panjang 2-2,5 cm. Hipokotil lurus, tumpul dan berwarna hijau tua keunguan. ukuran: Hipokotil: panjang 12-30 cm dan diameter 1,5-2 cm.

OPERATION WALLACEA TRUST

29


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

Ekologi

Merupakan jenis yang dominan pada hutan mangrove yang tinggi dan merupakan ciri dari perkembangan tahap akhir dari hutan pantai, serta tahap awal dalam transisi menjadi tipe vegetasi daratan. Tumbuh di areal dengan salinitas rendah dan kering, serta tanah yang memiliki aerasi yang baik. Jenis ini toleran terhadap daerah terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung. Mereka juga tumbuh pada tepi daratan dari mangrove, sepanjang tambak serta sungai pasang surut dan payau. Ditemukan ditepi pantai hanya jika terjadi erosi pada lahan di hadapannya. Substratnya terdiri dari lumpur, pasir dan kadang-kadang tanah gambut hitam. Kadang-kadang juga ditemukan di pinggir sungai yang kurang terpengaruh air laut, hal tersebut dimungkinkan karena buahnya terbawa arus air atau gelombang pasang. Regenerasinya seringkali hanya dalam jumlah terbatas. Bunga dan buah terdapat sepanjang tahun. Bunga relatif besar, memiliki kelopak bunga berwarna kemerahan, tergantung, dan mengundang burung untuk melakukan penyerbukan.

Penyebaran

Dari Afrika Timur dan Madagaskar hingga Sri Langka, Malaysia dan Indonesia menuju wilayah Pasifik Barat dan Australia Tropis

Kelimpahan

Umum dan tersebar luas.

Manfaat

Bagian dalam hipokotil dimakan (manisan kandeka), dicampur dengan gula. Kayunya yang berwarna merah digunakan sebagai kayu bakar dan untuk membuat arang.

4. Ceriops tagal (perr) C.B.Rob.

30

Nama setempat

Tengar, tengah, tangar, tingih, tingi, palun, parun, bido-bido, lonro, mentigi, tengar, tinci, mange darat, wanggo.

Deskripsi umum

Pohon kecil atau semak dengan ketinggian mencapai 25 m. Kulit kayu berwarna abu-abu, kadang-kadang coklat, halus dan pangkalnya menggelembung. Pohon seringkali memiliki akar tunjang yang kecil.

@ 2012


Bunga

Bunga bergelombang di ujung tandan. Gagang bunga panjang dan tipis, berresin pada ujung cabang baru atau pada ketiak cabangyang lebih tua. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (5-10 bunga per kelompok). Daun Mahkota: 5; putih dan kemudian jadi coklat. Kelopak Bunga: 5; warna hijau panjang 4-5 mm, tabung 2 mm. Benang sari: tangkai benang sari lebih panjang dari kepala sarinya yang tumpul.

Buah

Buah panjangnya 1,5-2 cm, dengan tabung kelopak yang melengkung. Hipokotil berbintil, berkulit halus, agak menggelembung dan seringkali agak pendek. Leher kotilodon menjadi kuning jika sudah matang/dewasa. Ukuran: hipokotil: panjang 4-25 cm dan diameter 8-12 mm.

Ekologi

Membentuk belukar yang rapat pada pinggir daratan dari hutan pasang surut dan/pada areal yang tergenang oleh pasang tinggi dengan tanah memiliki sistem pengeringan baik. Juga terdapat di sepanjang tambak. Menyukai substrat tanah liat, dan kemungkinan berdampingan dengan C.decandra. perbungaan terjadi sepanjang tahun.

Penyebaran

Dari Mozambik hingga Pasifik Barat, termasuk Australia Utara, Malaysia dan Indonesia.

Kelimpahan

Umum

Manfaat

Ekstrak kulit kayu bermanfaat untuk persalinan. Tanin dihasilkan dari kulit kayu. Pewarna dihasilkan dari kulit kayu dan kayu. Kayu bermanfaat untuk bahan bangunan, bantalan rel kereta api, dan pegangan perkakas, karena ketahanannya jika direndam dalam air garam. Bahan kayu bakar yang baik serta merupakan salah satu kayu terkuat diantara jenis-jenis mangrove.

Catatan

Dilaporkan bahwa anakan jenis ini dapat membelah menjadi dua. Dan regenerasi mereka dapat terjadi melalui salah satu anakan tersebut.

OPERATION WALLACEA TRUST

Bab IV. Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

Daun

Daun hujau mengkilap dan sering memiliki pinggiran yang melingkar ke dalam. Unit & Letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: bulat telur berbalik-elips. Ujung: membundar. Ukuran: 1-10 x 2-3,5 cm.

31


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

32

5. Nypa fruticans Wurmb. Nama setempat

Nipah, tangkal daon, buyuk, lipa.

Deskripsi umum

Palma tanpa batang di permukaan, membentuk rumpun. Batang terdapat di bawah tanah, kuat dan menggarpu. Tinggi dapat mencapai 4-9 m.

Daun

Seperti susuna daun kelapa. Panjang tandan/gagang daun 4 – 9 m. Terdapat 100 – 120 pinak daun pada setiap tandan daun berwarna hijau mengkilat di permukaan atas dan berserbuk di bagian bawah. Bentuk: lanset. Ujung: meruncing. Ukuran: 60-130 x 5-8 cm.

Bunga

Tandan bunga biseksual tumbuh dari dekat puncak batang pada gagang sepanjang 1-2 m. Bunga betina membentuk kepala melingkar berdiameter 25-30 cm. Bunga jantan kuning cerah, terletak di bawah kepala bunganya.

Buah

Buah berbentuk bulat, warna coklat, kaku dan berserat. Pada setiap buah terdapat satu biji berbentuk telur. Ukuran: diameter kepala buah: sampai 45 cm. Diameter biji: 4-5 cm.

Ekologi

Tumbuh pada substrat yang halus, pada bagian tepi atas dari jalan air. Memerlukan masukan air tawar tahunan yang tinggi. Jarang terdapat di luar zona pantai. Biasanya tumbuh pada tegakan yang berkelompok. Memiliki sistem perakaran yang r ap a t d a n k u a t y a n g tersesuaikan lebih baik terhadap perubahan masuk air, dibandingkan dengan sebagian besar jenis tumbuhan mangrove lainnya. Serbuk sari lengket dan penyerbukan nampaknya dibantu oleh lalat Drosophila. Buah yang berserat serta adanya rongga udara pada biji membantu penyebaran melalui air. Kadang-kadang bersifat vivipar.

Penyebaran

Asia Tenggara, Malaysia, seluruh Indonesia, Papua New Guenia, Filipina, Australia dan Pasifik Barat.

Kelimpahan

Umum, sangat umum setempat.

@ 2012


Catatan

Serbuk sari dari jenis ini telah ditemukan sejak jaman Cretaceos atas, 65-70 juta tahun yang lalu. Nypa telah dikenal di Australia sejak awal jaman Tertiary.

6. Rhizophora apiculata BI. Nama setempat

Bakau minyak, bakau tandok, bakau akik, bakau puteh, bakau kacang, bakau leutik, akik, bangka minyak, donggo akit, jankar, abat, parai, mangi-mangi, slengkreng, tinjang, wako.

Deskripsi umum

Pohon dengan ketinggian mencapai 30 m dengan diameter batang mencapai 50 cm. Memiliki perakaran yang khas hingga mencapai ketinggian 5 meter dan kadangkadang memiliki akar udara yang keluar dari cabang. Kulit kayu berwarna abuabu tua dan berubah-ubah.

Daun

Berkulit, warna hijau tua dengan hijau muda pada bagian tengah dan kemerahan dibagian bawah. Gagang daun panjangnya 17-35 mm dan warnanya kemerahan. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: elips menyempit. Ujung: meruncing. Ukuran: 7-19 x 3,5-8 cm.

OPERATION WALLACEA TRUST

Bab IV. Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

Manfaat

Sirup manis dalam jumlah yang cukup banyak dapat dibuat dari batangnya, jika bunga diambil pada saat yang tepat. Digunakan untuk memproduksi alkohol dan gula. Jika dikelola dengan baik, produksi gula yang dihasilkan lebih baik ibandingkan dengan gula tebu, serta memiliki kandungan sukrosa yang lebih tinggi. Daun digunakan untuk bahan pembuatan payung, topi, tikar, keranjang dan kertas rokok. Biji dapat dimakan. Setelah diolah, serat gagang daun juga dapat dibuat tali dan bulu sikat.

33


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

34

Bunga

Biseksual, kepala bunga kekuningan yang terletak pada gagang berukuran < 14 mm. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (2 bunga per kelompok). Daun Mahkota: 4; kuning-putih, tidak ada rambut, panjangnya 9-11 mm. Kelopak Bunga: 4; kuning kecoklatan, melengjung. Benang Sari: 11-12; tak tertangkap.

Buah

Buah kasar berbentuk bulat memanjang hingga seperti buah pir, warna coklat, panjang 2-3,5 cm, berisi satu biji fertil. Hipokotil silindris, berbintil, berwarna hijau jingga. Leher kotilodon berwarna merah jika matang. Ukuran: hipokotil panjang 18-38 cm dan diameter 1-2 cm.

Ekologi

Tumbuh pada tanah berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal. Tidak menyukai substrat yang lebih keras yang bercampur dengan pasir. Tingkat dominasi dapat mencapai 30% dari vegetasi yang tumbuh di suatu lokasi. Meyukai perairan pasang surut yang memiliki pengaruh masukan air tawar yang kuat secara permanen. Percabangan akarnya dapat tumbuh secara abnormal karena gangguan kumbang yang menyerang ujing akar. Kepiting dapat juga menghambat pertumbuhan mereka karena mengganggu kulit akar anakan. Tumbuh lambat, tetapi perbungaan terdapat sepanjang tahun.

Penyebaran

Sri lanka, seluruh Malaysia dan Indonesia hingga Autralia Tropis dan Kepulauan Pasifik.

Kelimpahan

Melimpah di Indonesia, tersebar jarang di Australia

Manfaat

Kayu dimanfaatkan untuk bahan bangunan, kayu bakar dan arang. Kulit kayu berisi hingga 30% tanin (persen berat kering). Cabang akar dapat digunakan sebagai jangkar dengan diberati batu. Di Jawa acapkali ditanam dipinggiran tambak untuk melindungi pematang. Sering digunakan sebagai tanaman penghijauan.

@ 2012


Nama setempat

Bangka itam, dongoh korap, bakau hitam, bakau korap, bakau merah, jankar, lenggayong, belukap, lolaro.

Deskripsi umum

Pohon dengan ketinggian mencapai 27 m, jarang melebihi 30 m. Batang memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang umbuh dari percabangan bagian bawah.

Daun

Daun berkulit. Gagang daun berwarna hijau, panjang 2,5-5,5 cm. Pinak daun terletak pada pangkal gagang daun berukuran 5,5-8,5 cm. Unit & letak: sederhana & berlawanan. Bentuk: elips melebar hingga bulat memanjang. Ujung: meruncing. Ukuran: 11-23 x 5-13 cm.

Bunga

Gagang kepala bunga seperti cagak, bersifat biseksual, masing-masing menempel pada gagang individu yang panjangnya 2,5-5 cm. Letak: di ketiak daun. Formasi: kelompok (4-8 bunga per kelompok). Daun Mahkota: 4; putoh, ada rambut 9 mm. Kelopak Bunga: 4; kuning pucat, panjangnya 13-19 mm. Benang sari: 8; tak tertangkai.

Buah

Buah lonjong/panjang hingga berbentuk telur berukuran 5-7 cm, berwarna hijau-kecoklatan, seringkali kasar di bagian pangkal, berbiji tunggal. Hipokotil silindris, kasar dan berbintil. Leher kotilodon kuning ketika matang. Ukuran: Hipokotil: panjang 36-70 cm dan diameter 2-3 cm.

Ekologi

Di areal yang sama dengan R.apiculata tetapi lebih toleran terhadap substrat yang lebih keras dan pasir. Pada umumnya tumbuh dalam kelompok, dekat atau pada pematang sungai pasang surut dan di muara sungai, jarang sekali tumbuh pada daerah yang jauh dari air pasang surut. Pertumbuhan optimal terjadi pada areal yang tergenang dalam, serta pada tanah yang kaya akan humus. Merupakan salah satu jenis

OPERATION WALLACEA TRUST

Bab IV. Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

7. Rhizophora mucronata Lmk.

35


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

tumbuhan mangrove yang paling penting dan paling tersebar luas. Perbungaan terjadi sepanjang tahun. Anakan seringkali dimakan oleh kepiting, sehingga menghambat pertumbuhan mereka. Anakan yang telah dikeringkan dibawah naungan untuk beberapa hari akan lebih tahan terhadap gangguan kepiting. Hal tersebut mungkin dikarenakan adanya akumulasi tanin dalam jaringan yang kemudian melindungi mereka. Penyebaran

Afrika Timur, Madagaskar, Mauritania, Asia Tenggara, seluruh Malaysia dan Indonesia, Melanesia dan Mikronesia. Dibawa dan ditanam di Hawaii.

Manfaat

Kayu digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Tanin dari kulit kayu digunakan untuk pewarnaan, dan kadangkadang digunakan sebagai obat dalam kasus hematuria (perdarahan pada air seni). Kadang-kadang ditanam disepanjang tambak untuk melindungi pematang.

8. Sonneratia alba J.E. Smith Nama setempat

Ekologi

36

@ 2012

Pedada, parepat, pidada, bogem, bidada, posi-posi, wahat, putih, beropak, bangka, susup, kedada, muntu, sopo, barapak, pupat, mange-mange. Jenis pionir, tidak toleran terhadap air tawar dalam periode yang lama. Menyukai tanah yang bercampur l u m pu r dan p asi r, kadang-kadang pada batuan dan karang. Sering ditemukan di lokasi pesisir yang terlindung dari hempasan gelombang, juga di muara dan sekitar pulau-pulau lepas pantai. Di lokasi dimana jenis tumbuhan lai telah ditebang, maka jenis ini dapat membentuk tegakan


Deskripsi umum

Pohon selalu hijau, tumbuh tersebar, ketinggian kadangkadang hingga 15 m. Kulit kayu berwarna putih tua hingga coklat, dengan celah longitudinal yang halus. Akar berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul kepermukaan sebagai akar nafas yang berbentuk kerucut tumpul dan tingginya mencapai 25 cm.

Daun

Daun berkulit, memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada bagian pangkal gagang daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak: sederhana dan berlawanan. Bentuk: bulat telur terbalik. Ujung: membundar. Ukuran: 5-12 x 3-9 cm.

Bunga

Biseksual; gagang bunga tumpul anjangnya 1 cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga per kelompok. Daun Mahkota: putih, mudah rontok. Kelopak Bunga: 6-8; berkulit, bagian luar hijau, di dalam kemerahan. Seperti lonceng, panjangnya 2-2,5 cm. Benang Sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah ronrok.

Buah

Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak akan membuka pada saat telah matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.

OPERATION WALLACEA TRUST

Bab IV. Penanaman dan Pemeliharaan Mangrove

yang padat. Perbuangan terjadi sepanjang tahun. Bunga hidup tidak terlalu lama dan mengembang penuh di malam hari, mungkin diserbuki oleh ngengat, burung dan kelelawar pemakan buah. Di jalur pesisir yang berkarang mereka tersebar secara vegetatif. Kunag-kunag sering menempel pada pohon ini di kala malam. Buah mengapung karena adanya jaringan yang mengandung air pada bijinya. Akar nafas tidak terdapat pada pohon yang tumbuh pada substrat yang keras.

37


Manual : Teknik Rehabilitasi Kawasan Mangrove

38

Penyebaran

Dari Afrika Utara dan Madagaskar hingga Asia Tenggara, seluruh Indonesia, Malaysia, Filipina, Autralia Tropis, Kepulauan Pasifik Barat dan Oceania Barat Daya.

Kelimpahan

Umum, melimpah setempat

Manfaat

Buahnya asam dapat dimakan. Di Sulawesi, kayu dibuat untuk perahu dan bahan bangunan, atau sebagai bahan bakar ketika tidak ada bahan bakar lain. Akar nafas digunakan oleh orang Irian untuk gabus dan pelampung.

@ 2012


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.