Kenapa Kepala Kelapa
"Patrick adalah salah satu karakter favoritku. Dia berlaga gila walaupun kadang tidak paham kenapa suka panik ketika mendengar hal yang sama sekali tidak dia mengerti. Tapi setelah paniknya usai biasanya dia sangat tenang dan terlihat tidak panik sama sekali. Dia sangat jujur walaupun sering terlihat bodoh. Dia tidak peduli dengan pekerjaan tapi tetap saja bisa bertahan hidup tanpa bekerja, mungkin dia kerja sampingan di rumah., karena bekerja tak melulu di kantor kan?
Hola Amor
Bagaimana kabarmu hari ini? Sudah bikin apa aja? Sudah nonton film apa aja? Sudah dengerin lagu apa aja? Sudah baca apa aja? Hihi! :)
Untuk menyusun hari agar tidak membosankan biasanya aku mengisi kegiatan dengan menggambar atau berkolase. Menggambar apapun yang sedang berputar di kepalaku, entah itu tidak penting hingga sangat penting sekali. Menanggapi cerita personalku hingga peristiwa-peristiwa di sekitar yang menyenangkan maupun meresahkan. Menurutku, semuanya mesti didokumentasikan agar memori-memori tersebut tidak hilang dan sia-sia begitu saja. Biar nanti kalau rindu, bisa buka kembali dan mungkin bisa mengoreksi hal-hal lampau. Semisalnya, aku membuka lembar buku gambar lamaku, dan aku melihat gambaranku yang dulu mungkin sangat berbeda dengan yang sekarang. Ada kalanya, aku menggambar dikarenakan sebuah masalah yang membuat mood sangat berantakan. Menyusun kembali mood agar tidak mengacaukan hari adalah sebuah upaya yang cukup sulit. Memecahkan masalahnya adalah dengan mencari kesibukan, ya menggambar! Aku menggambar objek yang terlintas di kepalaku dan semuanya sering sekali tidak memakai sketsa.
Ada yang pernah bilang kalau apa yang sedang kulakukan adalah tidak berguna, tetapi aku bisa memetik manfaatnya karena sudah pasti aku terus bergerak, tidak hanya diam dan terjebak pada kegusaranku saja. Aku terus menggambar, menemukan objek-objek baru, menemukan pola-pola baru dan melatih keluwesan tanganku dalam menggambar. Jadi, apa yang telah kulakukan untuk meminimalisir kegusaran memiliki manfaat yang luar biasa bagi diriku. Tapi, sebenarnya manfaat itu mestinya juga bisa dirasakan oleh setiap orang yang melihatnya. Misalnya ketika aku melihat gambaran temanku di Instagram, aku merasa sangat kagum akan kerajinannya dan lantas ingin menggambar juga, merasa waktuku terbuang sia-sia saja jika hanya kugunakan untuk bermalas-malasan di kasur atau nonton TV. Zine ini akan berisi seputar keseharianku, lingkunganku, apa saja yang aku temui dan hal-hal lainnya, mulai dari yang penting hingga gak penting, atau gak penting semua, hahaha! Selamat membaca~ <3
Bertemu dengan Luna Seringkali bertemu kucing-kucing yang tidak dikenal, kadang bersikap ramah, kadang pura-pura jual mahal atau gak peduli sama sekali. Ada yang minta dimanja dan ada juga yang gak mau diliatin sama sekali. Aku bertemu Luna, Luna ini kucing berwarna hitam seperti kucing-kucing Sailor Moon. Bertemu Luna sedang bermalas-malasan, tidur melulu, hanya menengok sebentar ketika dielus, kemudian melanjutkan tidur kembali. Aku menemuinya di sebuah objek wisata yang ada di kota Palembang. Nama objek wisatanya adalah Bukit Siguntang, merupakan sebuah bukit yang didalamnya banyak ditemui penemuan-penemuan kuno, seperti peninggalan kerajaan Sriwijaya. Tempat ini bisa juga dijadikan alternatif untuk bersantai atau piknik bareng, tapi ya gitu, sekarang biaya masuknya makin mahal, kalau sedang gak ada uang, tempat ini bukanlah pilihan yang tepat. Hiks! Ini aku kasih liat sedikit tempatnya gimana..
Bukan kali ini saja bertemu dengan kucing-kucing liar. Kadang bertemu di rumah makan, jalanan atau rumah. Banyak sekali kucing di jalanan yang ramah dan banyak sekali manusia yang tidak ramah terhadapnya. Pernah aku melihat seseorang menendang kucing. Padahal aku memperhatikan jika kucing tersebut gak nakal sama sekali. Ingin marah dan teriak tapi gak bisa. Kenapa gak mencoba untuk menghilangkan pikiran bahwa dia sama seperti kita, dia makhluk hidup yang berhak untuk makan, minum, tidur dan berinteraksi dengan makhluk hidup lainnya? Aku juga pernah bertemu dengan seseorang yang seringkali merawat kucing-kucing di rumahnya dengan makanan dan perawatan yang mahal, tetapi dia memperlakukan kucing-kucing kampung dengan sangat tidak baik. Seakan-akan kucing tersebut seperti sampah menjijikan yang tak layak hidup berdampingan dengan manusia. Menyebalkan sekali! Pernah juga melihat kucing hitam seperti Luna, dengan badan yang penuh memar dan luka. Aku berprasangka buruk, sepertinya masih ada aja orang bodoh yang berpikiran bahwa kucing hitam adalah pembawa sial, oh tidak! Dunia ini benar-benar sedang tidak baik-baik saja, dari mana hubungannya seekor kucing hitam dapat membuatmu sial? Bukankah kecerobohan dan kelalaianmu sendiri adalah biangnya? Cobalah untuk berpikir lagi.
Percuma aja, buang uang mahal-mahal dan hidup berdampingan dengan kucing dan gak bisa merubah pola pikir untuk lebih menghargai kehidupan makhluk hidup lainnya. Untuk menunjukkan dan melatih rasa sayang dan kecintaanmu terhadap kucing, kenapa gak coba untuk rutin saja memberi makan kucing-kucing yang singgah di pekarangan rumahmu, kenapa gak coba untuk bersikap ramah dengan kucing-kucing yang menghampirimu di trotoar jalan, atau kenapa gak mencoba untuk memberinya sisa-sisa makananmu ketika dia menghampirimu di rumah-rumah makan? Kembali lagi ke pertemuan singkat dengan Luna, aku mengabadikan fotonya menggunakan selularku dan kembali mengelusnya dan ya dia masih aja melanjutkan tidurnya tanpa mempedulikan sekitarnya. <3
MOSES - CHELSEA WOLFE
Moses Can you carry Heavy Cause i can't Take it Can't hold on Much longer Moses Can you Help me Carry the burden Moses Lift my arms cause i can't Hold on and carry All the weight
Can you Guide me Cause you're so strong Cause i can't see nothing at all Cause my eyes are burning like the sun Burning like the sun Burning like the sun
Moses Moses can you Guide me o teacher Show me the way we'll make it Hold on o Moses Can you guide me Cause you're so strong Cause i can't see nothing at all Cause my eyes are Burning like the sun Burning like the sun Burning like sun Burning like the sun, like the sun, the sun, the sun, the sun
ADA APA DENGAN KELOMPOK KITA? Sebelumnya, apa sih kelompok itu? Kelompok adalah kumpulan dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain demi memenuhi kebutuhan dan dan tujuan bersama.
Di Palembang, masih sangat asing sekali dengan seni dan seniman, tidak seperti di pulau Jawa yang sudah tidak asing lagi dengan kehidupan berkesenian. Kehidupan seniman dan seni disini masih dalam proses pertumbuhan, banyak kelompok seni yang akhir-akhir ini muncul ke permukaan. Mereka memiliki kemajuan yang sangat pesat jika dilihat dari keterlibatannya pada sebuah acara dan kemampuan dalam berkarya. Tak sering pula mereka membuat pertemuan rutin kelompok atau bahkan membuat acaranya sendiri. Orang yang ada dalam kelompok-kelompok seni tersebut tidak sedikit. Antusias setiap orang yang memiliki ketertarikan dengan seni terhadap kelompok tersebut sangat tinggi. Entah apa alasannya, apakah itu hanya untuk bersenang-senang dan melampiaskan hasrat berkesenian atau atas dasar keisengan yang maha dahsyat? Pada setiap pertemuan mingguan, terlihat dari masing-masing individu berlomba-lomba untuk menjadi yang paling menarik, memuaskan hasrat berkesenian mereka, tapi tunggu dulu, apakah mereka sudah berinteraksi dengan individu lainnya yang terdapat di kelompok tersebut? Jika tidak, berarti mereka tidak bisa disebut sebagai sebuah kelompok. Mengapresiasi adalah salah satu bentuk saling menguatkan satu sama lain, tetapi apresiasi akan selalu menyertai mereka yang dianggap memiliki skill yang baik dalam berkarya, bukan untuk mereka yang masih berusaha untuk belajar berkarya.
Mereka yang sedang belajar berkarya dan bermaksud untuk berinteraksi pada setiap individu dalam kelompok, akan tetap bertahan dan memperjuangkan kelompoknya atau malah akhirnya akan meninggalkan kelompoknya dan mencari kelompok baru lagi. Di beberapa kelompok, seringkali tidak memiliki tujuan yang jelas, semuanya semu, tidak ada yang ingin digapai dan tidak ada yang ingin dilawan. Sebuah kelompok akhirnya menjadi ruang untuk bermasturbasi para seniman-seniman yang menjunjung tinggi skill dan estetika pada karya mereka. Ingin menjadi lebih baik dan lebih baik setiap harinya, tanpa tahu apa tujuan mereka menggambar dan berkelompok. Miris memang. Berbeda jauh sekali dengan sebuah kelompok kecil yang di dalamnya terdapat individu-individu yang menghargai setiap proses interaksinya, yang menghargai setiap kemajuan kelompoknya dan yang menghargai setiap obrolan dan rencana-rencana kedepannya. Mereka memiliki jumlah individu yang dapat dihitung dengan jari, mereka selalu memikirkan langkah yang akan diambil selanjutnya untuk mengembangkan kelompok mereka seperti apa dan bagaimana, ya walaupun masalah keegoisan antar individu tak jarang menjadi biang masalah. Mereka berpikir mereka harus merumuskan sebuah masalah, mencari pemecahan masalahnya dan mengantisipasi agar masalah tersebut tidak terulang. Mereka mengapresiasi tiap individu-individu di dalamnya, tanpa ada pandang bulu sedikitpun.
Mereka mencoba membuka pikirannya masing-masing, mengkomunikasikan masalah-masalah yang kerap kali muncul dan berusaha untuk tetap melawan apa yang mestinya mereka lawan. Sudah sangat jelas perbandingannya, untuk apa kita masih terjebak pada lomba-lomba yang hanya membuat kita akan berpikir dan bertindak untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi? Akankah lebih efektif jika sebuah kelompok berperan sebagai ruang untuk kita berkembang bersama, berkomunikasi dengan setiap orang dan saling berbagi pengetahuan serta skill?
Buka kembali pikiranmu, organisir dirimu dalam sebuah kelompok. Perbanyak membaca dan menyaring setiap masukan-masukan yang disampaikan oleh teman-temanmu. Jangan terlalu lama terjebak dan menunggu, berpikir dan bergeraklah!
â&#x20AC;&#x153;Jam-jam panjang yang dihabiskan untuk menulis, menggambar, melay-out, dan lain-lain. Adalah jam-jam yang tak digunakan untuk sekedar dihabiskan di depan layar televisi, dihabiskan untuk konsumerisme, atau untuk berbagai hal lainnya yang sering digunakan untuk membunuh waktu luang oleh sebagian besar masyarakat kita.â&#x20AC;? -Tad Hirsch-
Makhluk seperti apa sih zine itu? Zine adalah salah satu bentuk publikasi yg diterbitkan dan dipublikasikan oleh pembuatnya, untuk cinta dan kemarahan. Tidak ada batasan dalam sebuah zine kecuali batasan yang dibuat oleh mereka yang membuatnya. Para pembuat zine dapat menentukan zine seperti apa yang akan mereka buat. Zine adalah sebuah publikasi yang otonom dan nonkomersial. Para pembuat zine menggunakan setiap kemungkinan yang dimiliki untuk memproduksi sebuah zine. Melupakan semua prasyarat baku tentang sebuah media yang hanya menghambat produktifitas dan kreatifitas. Sebuah zine dapat berupa hasil fotokopi atau dicetak dengan mesin cetak; hitam putih atau berwarna; ditulis tangan; diketik dengan mesin ketik; ataupun menggunakan komputer. Zine dapat berbentuk kecil atau besar; memuat gambar dan tulisan; atau cukup salah satunya; di layout menggunakan komputer; atau cukup menggunakan gunting, lem, pena dan kertas bekas; dikerjakan sendirian; atau bersama teman-teman; berisi catatan-catatan; ide-ide; atau topik apapun yang diinginkan pembuatnya; cukup di distribusikan dengan teman-teman terdekat; didalam lingkar komunitas; ataupun didistribusikan secara luas; di bagikan secara gratis ; di barter; ataupun 'dijual'.
Zine adalah sesuatu yang sederhana dan menyenangkan. Sesuatu yang dapat dikerjakan oleh semua orang. Sesuatu yang memberikan ruang bebas bagi setiap ekspresi dan imajinasi. Dalam zine pembuatnya dapat tampil menjadi sosok yang berbeda dari apa yang biasa orang kenal. Seorang laki-laki dapat tampil menjadi perempuan dengan membicarakan banyak hal tentang perempuan, menggunakan nama yang identik dengan nama perempuan. Atau juga dapat tampil menjadi seorang anak kecil, dengan semua keluguannya, dialek cedalnya, dan dunia anak-anaknya. Zine juga memberi jalan alternatif bagi kebuntuan dari komunikasi dan interaksi, melawan setiap aleniasi yang hadir dalam masyarakat tontonan saat ini. Zine akan menjadi nyata saat kita menjalaninya. Kita akan dapat merasakannya, membawanya kemana pun kita pergi, membacanya di tempat mana pun yang kita ingini, memberikannya di berbagai event yang kita kunjungi. Zine akan selalu ada selama media massa (mainstream) masih ada . Sebuah zine mati, ribuan zine lahir kembali. Ayo bikin zinemu!!!
http://sangkakalam.blogspot.co.id/2010/08/tes2.html
MERAMU BOLA-BOLA UNGU
Meramu menurut kamus besar bahasa endonesah adalah mencari dan mengumpulkan bahan-bahan (akar-akaran, kayu-kayuan) yang diperlukan; 2 meracik: dia ~ akar-akar dan daun-daunan untuk membuat obat; Baeklah, disini kita sepakati aja ya meramu adalah proses mencari mengumpulkan dan mengolah bahan makanan hingga siap untuk disantap. Okeh~ Uhmmm.. di zaman yang sudah canggih ini kita gak perlu susah amat untuk mengumpulkan bahan-bahan makananan, tinggal ditukar sama uang aja, udah beres. Eits tunggu dulu, tapi lebih oke kalo bisa metik sendiri bahan makanan di pekarangan rumah ya! Misalnya ada cabe, ubi atau melon disana, asik banget tuh. Ya kalo yang gak ada space buat menanam lagi di rumahnya jangan bersedih, usaha dong, bikin sendiri media tanamnya atau apa kek hehehe..
Jangan melulu nontonin acara tv yang memanjakan mata akan keindahan alamnya aja dong, di kehidupan nyata kamu perlu berpikir juga untuk bagaimana kamu bertahan hidup dan peduli akan hal-hal kecil di sekitarmu. Misalnya aja tuh pas lagi nongkron, kamu buang puntung rokok sembarangan kayak dunia ini milik kamu aja, atau kamu dengan sengaja menendang kucing kurus yang minta sisa makananmu, atau kamu buang kemasan snackmu ke sungai, itu kan percuma aja dong. Udah waktunya abis kepake buat nonton aja dan apa yang didapetin dari nonton juga gak banget, hasilnya kurang lebih gini "peduli setan sama semuanya", sia-sia banget dong hidupmu! Baeklah, kembali ke pembahasan awal. Jadi, suatu hari aku lapar sekali dan berusaha menahan diri agar tidak jajan di luar dan ingin meramu sendiri cemilannya. Ada ubi ungu, santan, gula , garam dan beberapa bahan lainnya di dapurku.
Aku mencari bahan pelengkapnya di warung dan yang lainnya lagi meminta dengan tetanggaku. Hanya daun pandan sih yang meminta dengan tetanggaku karena kami gak menanam daun pandan, huhu. Okeh, aku akan menjelaskan cara meramu bola-bola ungu ini.
1. UBI UNGU
2. TEPUNG BERAS
3. SANTAN KENTAL
3 BUAH
3 SENDOK MAKAN
SECUKUPNYA
5. AIR
6. DAUN PANDAN
SECUKUPNYA
2 LEMBAR
4. GARAM & GULA
SESUAI SELERA
CARA MEMBUAT! Ga usah kupas ubinya, cukup dicuci bersih, kemudian kukus pake air hingga menjadi lembut, selembut bulu-bulu kucing! Kemudian kalo udah kelar, kamu hancurin ubinya hingga liat seperti clay dan bisa diuleni. Terus, kalo udah kamu tambahin tepung beras tadi dikit-dikit, pokoknya sampe bisa kebentuk aja adonannya. Lalu, kamu bisa tambahin garam sesuai selera aja, biar gurih!
Setelah itu, kamu bisa bentuk bulat seperti bola-bola dan rebus di air mendidih hingga mengapung, dan angkat! Tunggu dulu, masih ada lagi! Kita ramu dulu kuahnya! Kamu masak santan dan tambahkan gula dan garam sesuai seleramu. Terus, biar harum seperti rambut peri. Kamu bisa tamahkan daun pandan yang udah kamu iket sebelumnya dan tunggu hingga mendidih. Dan okedeh kelar, siap disantap! CATATAN! Resepku ini bisa aja gak sesuai seleramu, jadi kamu bebas aja mau ubah resepnya ya! Lalu bisa kamu bagikan ke aku atau teman-teman semuanya!
Sepiring Kejutan dari Timur Nusantara Hai, santapan ikan mentah gak cuma ada di Jepang looooh! Beruntung saya pernah berkunjung ke Halmahera Barat, Maluku utara. Disana saya berjumpa dengan rasa yang heeeeemmm, mengejutkan! Namanya GOHU, ikan mentah yang lebih sering disantap dengan ubi atau pisang rebus. Ya, sebelum transmigrasi besar-besaran dari pulau Jawa keseluruh wilayah nusantara untuk membuka lahan bercocok tanam padi, termasuk Halbar. Masyarakat disana hidup dari hasil hutan yang melimpah. Pisang dan ubi yang tumbuh liar, juga pohon sagu. Okei, kembali ke ikan segar yang berakhir dalam sepiring kelezatan. Koentji dari Gohu adalah kesegaran dari ikan. Masa iya makan ikan mentah yang gak seger lagi. Uuuuh. Biasanya pakai ikan tuna atau cakalang, tapi diluar dari kebiasaan gak ada salahnyan toh. Aku coba masak pake ikan komo dapet gratisan dari nelayan waktu berkunjung kepantai dengan sunset okee. Naaah, nama Indonesianya aku belum tau apa. Hhhiii
Ikan yang sudah bersih kemudian dipotong-potong dadu, segitiga juga boleh kalau kamu gak repot. Siram dengan perasan air lemon cui, kalau gak ada bisa ganti dengan jeruk nipis. Jadi sebenernya makanan ini gak bener-bener mentah, karena jeruklah yang mematangkan ikan tanpa proses pemanasan. Kacang tanah goreng, cabe rawit yang di ulek kasar terus campurin ke ikan. Tumis bawang merah rajang kasar dengan minyak kelapa, sebentar aja, biar agak layu. Selagi minyak panas siram dan aduk rata dengan ikan. Kasih garam. Terakhir campurin daun kemangi, karena kemarin itu lagi ada fofoki atau terong jadilah juga dicampurin biar tambah rame. Beres deeeeh. Resep ini aku belajar dari mama Jainap, yang dengan baik hati kasih aku izin tinggal dirumahnya selama seminggu. Kalau kamu mau coba tapi susah dapet ikan laut, bisa ganti dengan ikan air tawar. Macam di Tapanuli yang pake ikan mas untuk makanan Na niura yang juga disajikan tanpa dimasak dengan api, untuk bumbu pastinya beda dengan Gohu. Selamat mencoba!
e t s s Ane
Gohu
kamu. Kamu selalu merasa dirimu paling benar Kamu selalu beranggapan bahwa perempuan berpakaian ketat/minim sangatlah mengganggu pengelihatan juga pikiranmu Kamu selalu merasa bahwa kamulah yang punya kuasa atas tubuhku Kamu selalu beranggapan bahwa aku adalah pribadi tak baik jikalau pulang/pergi malam hari Kamu selalu menabukan malam Kamu suka aku patuh Kamu suka aku hanya karena aku memiliki tubuh yang â&#x20AC;&#x2DC;katanyaâ&#x20AC;&#x2122; ideal Kamu selalu merasa tak kuasa mengendalikan hawa nafsu ketika melihat tubuhku tanpa terbalut kain Kamu menganggapku sebagai objek seksual Kamu beranggapan bahwa perawan adalah sempurna Kamu suka membuat lelucon tentang tubuhku Kamu menganggapku murahan hanya karena ramah terhadap semua orang Kamu Kamu Kamu lain Kamu Kamu
tidak mau belajar tidak suka berproses tidak ingin mendengar pendapat orang kasar tanpa kompromi
Kamu membungkam kami Kamu menjerat kami dengan erat Kamu tidak memberikan sedikitpun ruang untuk kami bergerak Kenapa kamu tidak ingin belajar saling menghargai? Kenapa kamu tidak ingin berjuang bersama? Kenapa kamu tidak pernah menganggap bahwa kita ini sama-sama manusia?
Interview with Israq! Halo Israq, sedang sibuk apa sekarang? Halo ade! Tidak ada kesibukan sama sekali, paling cuma ngumpulin bahan buat kolase, masih selow dan bantu kawan saya nyablon, lumayan dapet pitih hahaha
Sejak kapan mulai mengenal kolase? Kenal kolase itu sejak 2014an. Lebih kenalnya ketika di Collage Fest yang diorganisir oleh Bingkai Bangkai, kereeeen lah Bingkai Bangkai.
Bisa ceritakan sedikit apa itu kolase? Kolase menurut saya sesuatu yang nakal dan menyenangkan, mencuri gambar orang di majalah ataupun internet menkonsktruksi ulang gambarnya dengan posisi-posisi tak karuan menyampaikan curhatan kepada gebetan yang tak tersampaikan ketika di line atau whatsappan, membuat kritik tentang lingkungan dan ide-ide perlawanan, menjadikannya sebuah media penyampaian yang sangat oke!
Dimana kamu biasa mendapatkan materi-materi kolase? Bisa jelaskan sedikit tentang proses menggarapnya? Materi-materi yang saya dapatkan kadang beli di loakan kadang minta majalah kawan yang tidak terpakai. Proses penggarapannya sering lambat sekali, karena virus malas menempel terus dibadan hahaha. Prosesnya tak semua kolase langsung jadi terkadang mengumpulkan bahan yang ada lalu baru mengeksekusi nya jika sudah cukup, gunting-gunting,lem lalu scan, untuk tema seringkali spontanitas melihat gambar kolase yang sudah jadi kemudian menentukan tema nya, sering seperti ini.
Apa kendala yang sering kamu hadapi dalam berkolase? Dan bagaimana kamu mengatasinya? Kehabisan bahan majalah dan rasa malassss untuk mengatasinya saya menjelajah di instagram syahahaha karena ada semangat ketika melihat kolase orang yang keren-keren itu! Dan juga memberitahukan kepada kawan-kawan di instagram holic jika mereka punya majalah bekas boleh diberikan ke saya yang siap menampung.
Bisa ceritakan tentang kolektif Klab Pencuri Gambar? Kegiatan apa saja yang biasanya dilakukan? Membentuk klab pencuri gambar ini sekitar bulan maret 2016 bersama Jay, Kiki dan Inyong mereka juga penggiat kolase dari Palembang kemudian mengajak kawan-kawan yang lain juga untuk berkegiatan bareng Klab Pencuri Gambar, mereka adalah Ade, Alan, Della, Dendy, Dio, Imam, Oki dan Rama.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan klab yaitu kolase bareng dan piknik ke tempat-tempat rekreasi nan apik dan asyik beberapa kali pertemuan barulah membuat rencana pameran postcard, dengan tajuk Postcard From 1916 yang berada di Dewan Kesenian Palembang, pameran yang seru dan melelahkan itu berlangsung sekitar 9 hari, karena niat awal hanya cuma 2 hari hahaha... Klab juga berencana membuat zine, sedang dalam proses jadi di tunggu ya!
Bagaimana tentang perkembangan kolase di kota Palembang? Perkembang kolase di Palembang cukup konsisten tidak ada pasang surut kalo memantau sosmed idaman seperti di akun Instagram Jay, Dio a.k.a Doi, Imam, Dendy, Rama dan Ade (Merangkai Bentuk) sering bermunculan di timeline. Dan ada beberapa orang yang baru saya lihat baik manual maupun digital.
Adakah orang yang ingin kamu ajak berkolaborasi? Ada! senartogok dan billy agustan!
Kontak dan lihat portfolio Israq di: https://www.instagram.com/is.rx/
Kenapa orang di Instagram senengan postingan selfie dibanding karya ya?
kuy kali ah!
Ada ide, tulisan, gambar, kolase, mixtape untuk zine berikutnya? Silahkan aja kirim ke:
rumahrubah@gmail.com