Media Komunikasi, Informasi, dan Pencerahan
Buletin DWI BULANAN
II
November 2011 YAYASAN KOLESE SANTO YUSUP MALANG & YAYASAN PENDIDIKAN KALIMANTAN PONTIANAK
MENU SAJIAN Editorial GURU: Muara Kebenaran dan Kebaikan Pojok Costantinian Kepemimpinan Celso Costantini Estetika Inspirasi Costantini dan Learner Centered Pedagogy Memaknai Purnakarya: Memaknai Pilihan Memaknai Pesan Yang Terkandung Dalam Hari Guru Lintas Yayasan Kegiatan Bulan Kitab Suci Gembira dalam Bekerja Lustrum RR Costantini - Ambawang Liputan Acara Kekeluargaan Yayasan Opini Kacang! Sebuah Pengabdian Sepenuh Hati (Aweweh Tanpa Kelangan)
DEWAN REDAKSI Penasihat: P. Willy Malim Batuah, CDD Widjaja Tandra Pelindung: P. Yuki Hartandi, CDD P. Kanisius Rudy Saleh, CDD Pemimpin Redaksi: JI. Eko Prasetyo Wakil Pemimpin Redaksi: Beatus Inno Merep Editorial: Lindung Ratwiawan Lay Out: Tri Agus Iriandono Redaksi: Lindung Ratwiawan Tri Agus Iriandono Patrice Rosa Sung Irma Susanti
YAYASAN KOLESE SANTO YUSUP Jln. Simpang Borobudur 1 Malang - 0341-491776 YAYASAN PENDIDIKAN KALIMANTAN PONTIANAK Jln. K.S. Tubun 3 Pontianak - 0561 - 731425
E ditorial... GURU: Muara Kebenaran dan Kebaikan Lindung Ratwiawan
G
uru, apa yang dapat dipahami dari kata itu? Jika sosok guru kita pahami dari sudut lain, misal dari sisi etimologis. Kata ’guru’ berasal dari bahasa Sanskerta, maknanya sangat mulia: orang yang dihormati, pengetahuannya luas, bijaksana, dan otoritas dalam bidang tertentu, dan digunakan untuk menuntun orang. Kata ’gu-ru’ kemudian bertemu dengan kata ’as’, kata dalam bahasa Sanskerta berarti mengajar. Maka, kata guru juga bermakna ’mengajar’, pengertian ini kemudian digunakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:377). Guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Pengertian ini perlu ditegaskan bahwa guru harus tetap memiliki sikap mulia seperti yang terkandung dalam makna akar kata ’gu-ru’. Dari kata guru ini lahirlah kata-kata turunan yang muaranya ingin menciptakan seuatu yang benar dan baik (etika maupun estetika). Misalnya,
guru lagu: bunyi sanjak akhir tertentu di setiap baris kalimat tembang macapat; guru wilangan: jumlah suku kata tertentu dalam setiap tembang macapat. Pujangga (siapa pun), yang ingin menghasilkan tembang, seloka, atau sajak yang bernilai adiluhung harus mematuhi peraturan itu. Dengan begitu akan lahir karya, misal: ngelmu iku, kalakone kanthi laku/ lekase lawan kas/ tegese kas nyantosani/ setya budya pangekese dur angkara//. (Ilmu pengetahuan hanya diperoleh dengan belajar sungguh-sungguh/ Dengan tekun, ulet, dan pantang menyerah/ mampu mengatasi tantangan, serta menahan nafsu angkara). Ungkapan lain yang mengacu pada kata guru adalah ’guru bangsa’. Makna dari ungkapan ini adalah orang yang bisa dijadikan teladan dalam hidup berbangsa. Nah, makna kata ’guru’ dalam bukan? Tidak sekadar: baju safari, silabus, RPP, apalagi hanya mengejar sertifikasi.
P ojok Costantinian... Kepemimpinan Celso Costantini
Bapak Pendiri Kongregasi Murid-murid Tuhan (CDD) Bagian Pertama
K
epemimpinan Celso Costantini dapat dilihat dari tulisan-tulisannya, antara lain: Induite Vos Armaturan Dei (IVAD): “Kenakanlah Seluruh Perlengkapan Senjata Allah” dan Foglie Secche (FS): “Daun-Daun Berguguran” 1. Hormat dan Taat Kepada Superior (Pimpinan) Kita perlu taat kepada superior kita. Saya merindukan untuk dapat melayani Gereja dengan menjadi seorang guru di sekolah, namun sebaliknya,
atas nama ketaatan seluruh hidup saya diabdikan pada pelayanan jiwa dan tugas-tugas kegerejaan. (FS, III) Niat untuk mengkritik superior itu sangat jelek, bisa melukai kasih dan keadilan, mengendurkan ikatan ketaatan kepada superior dan batu sandungan bagi yang lain. (FS, IV) 2. Semangat Nasionalisme Kita semua adalah saudara dan kita harus saling membantu. Politik janganlah dijadikan alasan untuk menjadi egois dan benci, melainkan sebagai jembatan antara bangsa yang satu dengan yang lain. (FS, IV) Bersambung ke halaman