Trubus dalam Cerita dan Angka

Page 1

Trubus dalam Cerita & Angka

KKN PPM UGM - UNIT BBL05 DESA TRUBUS



TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA Penanggung Jawab

Rini Pujiarti, S.Hut., M.Agr., Ph.D. Ngiat Hiung

Penyunting

Adimas Arief Wisnu Aji Abdul Azis Pane Riesty Melya Ruci Rhea Henti Norcita

Desain Sampul

Adimas Arief Wisnu Aji

Layout dan Ilustrator

Adimas Arief Wisnu Aji

Penyusun Abdul Azis Pane

Adimas Arief Wisnu Aji Adya Rasyid Pratiwa Afifah Ainun Nurma Ramadhana Alfian Nur Arifin Amanah Indri Novi Utami Anggi Nugroho Arfian Syahriza Adhyatma Aura Fadzila Devina Amelia Sinulingga Dhika Grahatirta Widianto Putro Erintano Ariesta Yunanda Fadhila Yulia Pratama Feby Santia Nourfita Putri Fitria Febriansyah Hening Prabawati Salim Inas Nabilah Fauziyyah Michael Sigit Wicaksono Anugrah Kristanto Mita Dewi Annisa Nabila Hasnah Wisnuwardhani Nurdian Prinanda Radiatus Rhea Henti Norcita Riesty Melya Ruci Safaruddin Ardi Shafira Hanindita Suryana Riski Siregar Walijah Zahroh Zahrotun Nisaq


KKN PPM UGM TAHUN 2017

UNIT BBL - 05

BANGKA BELITUNG


D A F TA R I S I

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

4

KKN-PPM DESA TRUBUS 2017

Selayang Pandang Desa Trubus

Desa Trubus terletak di wilayah administrasi Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

10

Trubus Sentra Cabai Unggulan

Beliau menuturkan bahwa pedasnya cabai Bangka sangat khas dan luar biasa. Mencium baunya saja orang sudah bersin, apalagi mencicipinya.

14

Pak Sin Fu dan Penerapan Pertanian Terpadu.

Profil Petani Cabai Desa Trubus.

16

6 Desa Trubus Dalam keberagaman latar belakang ini, masyarakat Desa Trubus dapat menjalani kehidupan saling berdampingan dengan rukun dan damai.

Pak Kim Lun, Petani Cabai Desa Trubus

22

Pak Suryadi dan Suka Duka Petani Lada.

Profil Petani Cabai Desa Trubus.

Profil Petani Lada Desa Trubus.

Lada, Bagian dari Desa Trubus

Pak Ferri dan Kebun Lada Sejak Kelas 5 SD.

18

Lada mulai dikembangkan di Indonesia dalam skala besar yang dipusatkan di beberapa daerah salah satunya adalah Pulau Bangka, khususnya Kabupaten Bangka Tengah.

24

Profil Petani Lada Desa Trubus.

28

Pengaruh Sektor Pertanian di Desa Trubus


4

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

BANGKA - BELITUNG Kepulauan Bangka Belitung dihubungkan oleh perairan laut dan terdiri dari dua pulau besar dan beberapa pulau kecil. Provinsi ini terletak di Dangkalan Sunda (Sunda Shelf) yang memiliki kedalaman laut kurang dari 30m.

I K LI M

Bangka Belitung memiliki iklim tropis kering selama 3 bulan berturut-turut dimana iklim basah bisa mencapai 7 bulan sampai dengan 9 bulan. Curah hujan berkisar antara 2,4 mm sampai dengan 480,2 mm atau curah hujan rata– rata per tahun 186,1 mm.

SELAYANG PANDANG TRUBUS Oleh: Tim KKN-PPM UGM Desa Trubus 2017

Desa Trubus terletak di wilayah administrasi Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara geografis Desa Trubus memiliki luas 7.432 ha, terletak 2,5509o LS dan 106,4877o BT, serta

berbatasan langsung dengan Desa Perlang di sebelah timur, Desa Kulur di sebelah barat, Kabupaten Bangka Selatan di sebelah selatan dan Laut Cina Selatan di sebelah utara. Desa Trubus terdiri dari enam Rukun Tetangga (RT) dan dua dusun. Desa Trubus dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dipilih langsung melalui Pilkades. Desa Trubus per tahun 2015 menerima Alokasi Dana Desa


KONDISI LAHAN Mayoritas lahan di Desa Trubus adalah pasir yang mengandung pasir kuarsa, yang dikenal umum sebagai bahan baku pembuatan kaca.

Desa Trubus

sejumlah 428 juta rupiah dan bantuan dari pemerintah sebesar 25 juta rupiah. Dulu desa ini merupakan salah satu desa penghasil timah di Kepulauan Bangka Belitung, namun kini 95% lebih lahan digunakan untuk perkebunan sehingga membuat Desa Trubus terkenal dengan berbagai hasil perkebunan seperti perkebunan karet, lada, cabai, sawit, dll yang jangkauan penjualannya menca-

pai Kota Pangkal Pinang bahkan Jakarta. Perkebunan Karet memiliki luas kurang lebih 4.238 ha diikuti 2.785 ha untuk kelapa sawit, 40 ha untuk lada, 4 ha untuk kelapa dan lain - lain. Selain sektor perkebun, warga desa juga bergerak secara aktif pada sektor peternakan. Tak sedikit warga yang berternak ayam kampung, sapi, babi dan lain - lain.


6

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

DESA TRUBUS Oleh: Tim KKN-PPM UGM Desa Trubus 2017

Desa Trubus ditinggali oleh warga desa dengan latar belakang yang sangat beragam. Dalam keberagaman latar belakang ini, masyarakat Desa Trubus dapat menjalani kehidupan saling berdampingan dengan rukun dan damai. Mayoritas warga Desa Trubus sendiri berasal dari etnis Tionghoa. Selain dari etnis Tionghoa, di Desa Trubus ini juga terapat masyarakat yang berasal dari etnis lain yaitu etnis Jawa, Flores, Melayu, Sunda, Minang, Ambon, dan lain – lain. Dalam kaitannya dengan keyakinan, mayoritas penduduk Desa Trubus menganut agama Khong Hu Chu. Total sebanyak 749 masyarakat Desa trubus atau 56% dari total masyarakat desa memeluk agama Khong Hu Cu, diikuti pemeluk agama Buddha, Katholik, Islam, dan yang paling sedikit adalah jumlah pemeluk agama Kristen. Dengan mayoritas penduduk memeluk agama Khong Hu Cu, Li Tang/ Klenteng dan Vihara merupakan tempat ibadah terbesar di desa ini (Lubuk Besar dalam Angka, 2016).

JUMLAH PENDUDUK

1.398 JIWA


PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.

PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.

PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.

PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.

JUMLAH PRIA

758 JIWA

RASIO

JUMLAH WANITA

1:1,2

640 JIWA

Sumber: BPS Kabupaten Bangka Tengah 2016.


8

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

DESA TRUBUS Oleh: Tim KKN-PPM UGM Desa Trubus 2017

Dalam proses memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat desa trubus memiliki mata pencaharian yang beragam. Beberapa mata pencaharian yang dimiliki oleh masyarakat desa antara lain sebagai petani, wiraswasta dan pekerja swasta. Dari ketiga jenis mata pencaharian ini, petani menjadi mata pencaharian yang paling banyak ke dua digeluti oleh masyarakat Desa Trubus. Sektor pertanian menjadi daya tarik karena sudah sejak lama Desa Trubus yang merupakan bagian dari Pulau Bangka terkenal akan pertanian cabai dan lada. Sebagian besar petani di Desa Trubus pun bekerja sebagai petani tanaman cabai dan/atau lada, I N F O S TAT I S T I K T R U B U S

Profesi Wiraswasta Profesi Petani

160 jiwa 150 jiwa

Sumber: Kecamatan Lubuk Besar dalam Angka 2016.


PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.


10

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

Trubus Sentra Cabai Unggulan. “BANGKA TENGAH, (termasuk Desa Trubus sebagai bagian dari Kabupaten Bangka Tengah) adalah sentra penghasil lada dan cabai. Beda hasil cabai di Bangka Tengah dengan daerah - daerah lain, walaupun bibitnya sama.� Salah satu kutipan dari Pelaksana Tugas Bupati Bangka Tengah, Ir. H. Ibnu Shaleh, M.M. Beliau menuturkan bahwa pedasnya cabai Bangka sangat khas dan luar biasa. Mencium baunya saja orang sudah bersin, apalagi mencicipinya. Namun, menanam cabai itu bukanlah pekara mudah, dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan dalam proses perawatan untuk mendapatkan cabai yang terbaik. I N F O S TAT I S T I K T R U B U S Luas Lahan Cabai 1,5 hektar Cabai Besar.

40% 60%

1 hektar Cabai Kecil.

Produksi Cabai

50% 50%

1 ton Cabai Besar. 1 ton Cabai Kecil.

Sumber: Kecamatan Lubuk Besar dalam Angka 2016.

CABAI DI INDONESIA Diperkikan cabai masuk ke Indonesia sekitar abad XV hingga XVI. Pada tahun 1512 dan 1521, Portugis dan kerajaan Sunda menandatangani perjanjian dagang, dan pemberian hak kepada Portugis untuk membangun benteng di Sunda Kelapa. Dari sinilah Portugis mengirimkan kapal yang berisi barang berharga untuk dipersembahkan kepada Raja. Kemungkinan, salah satu dari barang tersebut adalah bibit cabai.


PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.

PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.

PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.


12

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

VARIETAS CABAI Terdapat beberapa varietas cabai yang ditanam di desa trubus. Beberapa jenis varietas itu antara lain; varietas Cabai Flash 750, Djitu, Lado, dan TM 999. Setiap varietas tersebut memiliki keunggulannya masing-masing. Berikut ini adalah kelebihan dan kekurangan dari masing - masing varietas cabai,

CABAI FLASH 750

Cabai Flash 750 memiliki percabangan yang banyak dan mudah menempel. Buahnya dapat dipanen saat memasuki umur 84 hari dengan panjang 16 cm dan diameter 0,9 cm. Persentase bunga jadi buah sangat tinggi. Kemudian, tanaman ini toleran terhadap kekurangan kalsium dan serangan hama thrips serta mite. Buahnya lentur sehingga bisa mengurangi kerusakan akibat penge-

pakan selama pengiriman. CABAI F1 DJITU

Cabai F1 Djitu adalah bibit cabai hibrida keriting yang cocok ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Bentuk buahnya keriting dan ramping dengan ukuran panjang 17 cm serta diameter 0.9 cm. Tanaman cabai Djitu tahan terhadap layu bakteri dan toleran terhadap penyakit antraknosa. Buahnya berwarna merah tua saat muda


PHOTO: ADYA RASYID P.

dan akan menjadi merah saat tua, serta teksturnya agak keras. Buahnya lentur sehingga tahan ketika pengangkutan dan tidak mudah patah. Potensi dari cabai yang dihasilkan sekitar 1,5 kg/batang. CABAI F1 LADO

Cabai F1 Lado juga sangat cocok di dataran rendah sampai dataran tinggi. Keunggulan Cabai F1 Lado kurang lebih sama dengan Cabai F1 Djitu. Akan tetapi Cabai

F1 Lado memiliki buah keriting dan ramping dengan ukuran panjang 17 cm serta diameter 1 cm. CABAI F1 TM

Benih Cabai F1 TM 999 adalah Bibit cabai hibrida varietas TM93X. Cabai ini mempunyai kulit buah hijau dan akan menjadi merah saat tua. Cabai TM 999 mempunyai banyak percabangan dan mudah menempel. Buah dapat dipanen saat umur 80 sampai 100

hari setelah tanam, buah memiliki ukuran panjang 15 sampai 17 cm, diameter 0,6 sampai 0,8 cm. Berat buah 6 sampai 7 gram/ buah. Buah padat dan keras sehingga tahan terhadap angkutan jarak jauh, toleran terhadap penyakit antraknose dan layu. Penanaman cabai varietas TM 999 untuk setiap hektarnya memerlukan benih sebanyak 150 gram.


14

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

PAK SIN FU DAN PENERAPAN PERTANIAN TERPADU “Dulu aku pernah coba pakai pestisida alami, seperti bawang putih, bawang merah, sayur-sayuran. Tapi gak ada efek. Ya mau gak mau harus pakai fungisida walaupun harganya cukup mahal”

PHOTO: AURA FADZILA

Matahari mungkin masih mulai beranjak dari peraduannya, langitpun belum sepenuhnya cerah, tetapi belasan orang yang didominasi oleh wanita telah sibuk memetik buah cabai di ladang Pak Sin Fu, salah seorang petani di Desa Trubus. Dengan mengenakan caping di kepala, mereka sudah siap menghadapi teriknya cuaca Bangka saat siang hari. Luas area cabai Pak Sin Fu kurang lebih 2 ha dan setiap harinya menghasilkan 300-400 kg. Tetapi cukup disayangkan, saat ini harga cabai tidak semahal dulu, satu kilonya hanya 17-18 ribu. Beliau menuturkan bahwa hasil dari panen cabai ini jika dibandingkan dengan biaya operasional serta modal awal buka ladang masih dirasa belum mencapai kata untung, bahkan belum balik modal. “Ya, dengan harga cabai sep-


erti itu sebenarnya rugi juga, kami sebagai petani juga bingung harus bagaimana” Kata beliau dengan logat Bangka yang khas. Selain masalah harga, tentunya masih banyak tantangan yang dihadapi selama menjadi petani cabai. Salah satunya adalah hama. Kalau cabai sudah terserang hama, daunnya akan mengkerut, berwarna kekuning-kuningan, dan dalam hitungan beberapa hari cabai akan mati. Yang membuat tambah miris adalah saat hujan turun, hama tersebut dapat menyebar dengan cepat ke cabai-cabai yang ada di sekitarnya. Maka itu perlu dilakukan pembasmian hama. “Dulu aku pernah coba pakai pestisida alami, seperti bawang putih, bawang merah, sayur-sayuran. Tapi gak ada efek. Ya mau gak mau harus pakai fungisida walaupun harganya cukup mahal” Penggunaan fungisida terbilang mahal karena sekali penyemprotan ke tanaman cabai memerlukan biaya jutaan. “Memang kayak gini, merawat cabai itu seperti merawat bayi, harus diberikan perhatian dan kasing sayang.” Timpal beliau dengan nada bercanda. Dengan keadaan seperti itu, Pak Sin Fu mulai memikirkan bagaimana caranya agar pertanian cabai mi-

lik beliau dapat dioptimalkan lagi. Dengan beberapa saran dan bantuan dari teman-temannya, Pak Sin Fu mencoba untuk menerapkan sistem pertanian terpadu (integrated farming). Beliau membangun sebuah kolam yang di dalamnya telah ditaburkan kotoran ternak. Kotoran ternak ini kemudian diberi suatu saluran dan disaring menuju ke kolam yang di dalamnya sudah ada ternak-ternak ikan. Ikan ternak yang ada di dalam kolam adalah ikan nila. Air dari kolam ini kemudian dihubungkan dengan mesin pompa yang siap mengangkatnya untuk menyiram tanaman cabai. Sistem penyiraman cabai pun sudah memakai selang kabut. Jadi lebih mudah dan lebih efisien. “Kita sebagai petani mencoba yang terbaik. Jadi, selain panen cabai kita juga bisa panen ikan. Kotoran ikan kan bagus juga untuk pupuk cabai” Tungkas beliau dengan menunjuk ikan nila yang satu bulan lagi siap untuk dipanen.

Oleh: Tim KKN-PPM UGM Desa Trubus 2017


16

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

PAK KIM LUN, PETANI CABAI DESA TRUBUS “Menanam cabai itu memiliki racikan tersendiri, harus pas tanah dan komposnya. Kalau pas, pertumbuhannya akan bagus”

PHOTO: AURA FADZILA

Secangkir kopi menemani kami saat berkunjung ke salah satu petani cabai di Desa Trubus, Pak Kim Lun. Melihat kopi ini jadi teringat tentang salah satu novel best seller karya Dewi Lesatari yang berjudul Filosofi Kopi. Bahwa, menciptakan kopi enak itu tidak hanya bergantung pada jenis kopi, cara pemanggangan, cara penyeduhan dan pengolahan, serta karakteristik daerahnya saja. Tetapi, harus dibumbui dengan kasih sayang dan ketulusan hati dari si pembuat maupun penanamnya. Begitu juga dengan cabai. Cabai pun memiliki filosofi. “Menanam cabai itu memiliki racikan tersendiri, harus pas tanah dan komposnya. Kalau pas, pertumbuhannya akan bagus” Tutur Pak Kim Lun. Pas atau tidaknya racikan itu tentunya


tidak dapat dijelaskan secara teori saja, harus berdasarkan pengalaman yang didasari oleh perhatian dan kasih sayang dari petani. Sangat berbeda karakteristik tanah di Bangka dengan daerah-daerah lainnya. Cabai yang dihasilkan di Bangka pun memiliki citra rasa yang khas, pedasnya berada di level atas. Selama menjadi petani cabai, Pak Kim Lun sendiri pastinya memiliki suka dan dukanya. Kalau sukanya ialah saat beliau panen harga cabai melonjak naik. Tetapi tidak jarang juga harganya turun ketika musim panen datang. Makanya, Pak Kim Lun setiap tahun tidak hanya menanam cabai. Terkadang beliau menanam timun dan sayur-mayur lainnya karena hargamya relatif lebih stabil. Tantangan menjadi petani cabai tidak hanya masalah harga. Cuaca juga menjadi faktor penentu pertumbuhan cabai. Misalnya hujan. Waktu cabai kecil dan disemai, cabai tersebut diletakkan di dalam kolibet. Kalau hujan terus turun maka cabai itu akan berjamur. Kalau dibiarkan secara terus-menerus maka cabai akan busuk dan mati. Solusinya harus pakai pelindung dari plastik yang menutupi tanaman cabai itu sendiri. Pun ketika cabai itu sudah besar dan berbunga, hasil produksinya tergantung dengan cuacanya juga. Kalau

cuaca bagus maka hasil produksi bagus, kalau cuaca jelek produksi juga jelek. Hal ini dapat diamati dengan umur buah cabai keritingnya atau masyarakat di Trubus menyebutnya dengan “bule”. “Lihat dari umur bule, kalau bulenya lebih kecil dari satu bulan, produksi cabainya pun sedikit, dan kalau bulenya itu lebih besar dari dua bulan maka produksinya akan banyak. Soalnya akan lebih banyak jadi buah.” Ujar Pak Kim Lun. “Gak nurun dari keturunan orang bule ya.” Timpal beliau sambil bergurau. Beliau terus berharap agar pemerintah tidak bosan-bosannya memberikan bantuan kepada petani cabai dalam mengoptimalkan produksinya. Saat ini pemerintah sudah banyak membantu petani cabai, mulai dari penyediaan alat pompa untuk penyiraman hingga penyediaan bibit.

Oleh: Tim KKN-PPM UGM Desa Trubus 2017


18

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

Lada, Bagian Dari Desa Trubus. LADA mulai dikembangkan di Indo-

nesia dalam skala besar yang dipusatkan di beberapa daerah salah satunya adalah Pulau Bangka, khususnya Kabupaten Bangka Tengah. Salah satu desa di Bangka Tengah, yaitu Desa Trubus terkenal dengan produksi ladanya yang melimpah. Lada—atau masyarakat setempat sering menyebutnya Sahang—yang ditanam oleh petani Trubus terdiri dari 6 jenis, yakni Bogor, Merapin, Merapin Jumbo, Petaling 1, Petaling 2 dan Lampung. Jenis yang paling banyak ditanam ialah lada jenis Lampung, karena jenis tersebut sudah ditanam secara turun-temurun dan sudah terbukti dapat tumbuh subur dengan kualitas yang baik. I N F O S TAT I S T I K T R U B U S

Luas Lahan Lada Produksi Lada

50 ha 40 ton

Sumber: Kecamatan Lubuk Besar dalam Angka 2016.

LADA DI INDONESIA Tanamanan lada yang sekarang banyak ditanam di Indonesia kemungkinan berasal dari India. Hal ini dikarenakan pada tahun 1000-600 SM banyak koloni dari Hindu yang datang ke Jawa. Pada abad XVI tanaman lada di Indonesia baru diusahakan secara kecil-kecilan di Jawa. Dan awal abad XVII tanaman tersebut telah diusahakan secara besar-besaran dan menyebar ke beberapa daerah di Indonesia, termasuk Kepulauan Bangka Belitung.


PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.

PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.

PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.


20

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

VARIETAS LADA LADA LAMPUNG

Lada Lampung adalah jenis lada yang paling banyak ditanam di Desa Trubus. Bentuk buah yang lonjong dan berwarna kuning kemerahan saat masak ini memiliki presentase buah sempurna kurang lebih 48.46%. Keunggulan dari Lada Lampung adalah daya tahan terhadap penyakit kuning serta toleran terhadap pembusukan pada pangkal batang. Butuh waktu sekitar tujuh bulan bagi petani untuk menunggu Lada Lampung berbunga,

antara Lada Merapin dan Merapin Jumbo terletak pada morfologi tanaman saja. Lada Merapin Jumbo memiliki morfologi lebih besar dibandingkan dengan Lada Merapin. Misal LADA MERAPIN DAN ukuran daunnya.

dan mulai berbunga sampai buah masak petani membutuhkan waktu lagi selama 196 hari. Rata-rata hasil produksinya ialah 3.86 ton/ha. MERAPIN JUMBO

Lada Merapin memiliki khas dengan cabangnya yang pendek-pendek dan beruas-ruas. Keunggulan dari lada ini adalah tahan terhadap penyakit, pemakaian pupuk rendah, dan produksi lada per batang tergolong tinggi. Setiap batang dari Lada Merapin menghasilkan 4 sampai 5 kilogram. Beda

LADA BOGOR

Morfologi dari daun Lada Bogor ini mirip dengan Lada Merapin. Bedanya ialah pinggiran dari daun Lada Bogor sedikit lebih melengkung ke bawah sehingga terlihat cekung. Keunggulan dari Lada Bogor adalah tahan terhadap penyakit BPD. BPD sendiri adalah


PHOTO: ADYA RASYID P.

penyakit utama lada yang berasal dari jamur phytophthora capsici. Jamur ini dapat menyebabkan tanaman lada layu dan laun lambat akan mati. Tetapi, Lada Bogor sendiri memiliki rerata yang tidak baik dalam hal ketahanan terhadap penyakit busuk pada pangkal batang. Reratanya hanya sekitar 38.71% yang masih terbilang jauh dengan jenis lada lainnya seperti Petaling 1 maupun 2. LADA PETALING 1

Persentase buah sempurna pada Lada Petaling 1 tergolong tinggi yaitu

mencapai angka 64.8%. Lada yang buahnya berbentuk bulat ini memiliki keunggulan terhadap penyakit kuning serta peka terhadap pembusukkan pada pangkal batang. Selain itu, lada ini dapat ditanam di lingkungkan yang tidak subur. Masa panen dari lada ini kurang lebih 19 bulan dengan rata-rata hasil produksi sekitar 4.48 ton/ha. LADA PETALING 2

Lada Petaling 2 sebenarnya tidak memiliki perbedaan jauh dengan Lada Petaling 1. Umumnya, Lada Petaling 2 memiliki

ukuran buah yang lebih besar. Masa panen dari Lada Petaling 2 sama dengan Petaling 1 yaitu sekitar 19 bulan. Rata-rata hasil produksi dari Lada Petaling 2 ialah sekitar 4.8 ton/ ha. Produksi lada ini lebih banyak jika dibandingkan dengan jenis lada lainnya. Lada Petaling 2 sangat dianjurkan ditanam di tanah yang bebas penyakit busuk pada pangkal batang serta di tanah yang subur.


22

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

PAK SURYADI DAN SUKA DUKA PETANI LADA “Awalnya, saya diajak abang saya untuk kerja di optik. Tapi, dapat kabar dari teman kalau keadaan perekonomian di Bangka itu lebih baik. Jadi, itulah yang membuat kami memilih pindah ke Bangka”

PHOTO: DEVINA AMALIA S.

Suryadi, pria kelahiran Trenggalek 50 tahun silam ini merupakan salah satu petani lada yang tinggal di Desa Trubus, Bangka Tengah. Beliau telah merasakan pahit manisnya menjalani usaha budidaya lada sejak tahun 1987. Pengembangan usaha lada tersebut, menurut beliau merupakan buah dari kerja keras dan ketekunan yang telah dilakukan bersama kakaknya selama ini. Niat awal untuk memperbaiki keadaan perekonomian keluarga membawanya mengadu nasib ke ibukota. Namun, info yang diperolehnya menyebutkan bahwa Bangka memiliki perekonomian yang lebih baik. “Awalnya, saya diajak abang saya untuk kerja di optik. Tapi, dapat kabar dari teman kalau keadaan perekonomian di Bangka itu lebih baik. Jadi, it-


ulah yang membuat kami memilih pindah ke Bangka�, tuturnya kepada mahasiswa KKN PPM UGM Desa Trubus. Bangka Selatan menjadi pilihannya untuk memulai usaha. Bermula dari modal yang dikumpulkan sedikit demi sedikit, Suryadi memberanikan diri untuk mengawali usahanya dengan membeli lahan milik orang dengan harga 75.000 seluas kurang lebih Ÿ hektar dan menanaminya dengan 700 batang pohon lada. Berkat kerja kerasnya, dari hasil panen pertama sudah dapat menutup modal awal usahanya. Keberhasilan usahanya mebuat Ia dapat membawa kedua orangtuanya turut menetap di Bangka, meskipun saat ini telah kembali ke kota asalnya, Madiun. Setelah menetap cukup lama di Bangka Selatan, Suryadi akhirnya bertemu dengan wanita pujaannya dan menetap di Desa Trubus, Bangka Tengah. Hal tersebut tidak mengehntikannya untuk terus menggarap lahan miliknya yang berada di Desa Tepus, Kecamatan Air Gegas, Bangka Selatan sejauh 1 jam perjalanan dari kediamannya. Kini, anak keempat dari lima bersaudara ini telah memiliki lahan seluas lebih dari 3 hektar yang ditanami kurang lebih 13.000 batang pohon lada. Selain lada, Pak Sur juga menanam

karet dan sawit di lahan miliknya. Namun sekarang, beliau tidak lagi menggarap lahannya seoranag diri, melainkan dibantu 2-5 pekerja. Bicara mengenai suka duka selama menjadi petani lada, beliau mengutarakan hal-hal sederhana seperti naik-turunnya harga jual lada dan upah pekerja. Selain serangan penyakit kuning yang kini banyak terjadi juga turut dirasakannya. Penyakit kuning pada lada tersebut membuat hasil panen tidak seoptimal dulu. Ketika disinggung perihal nominal keuntungan, beliau enggan untuk memberikan informasi, sebab beliau tidak pernah memperhitungkan secara pasti keuntungan yang diperolehnya, “Kalau soal keuntungan, saya ngga pernah ngitungin. Namanya usaha, yang penting mengalir saja�, ujarnya menutup perbincangan kami.

Oleh: Tim KKN-PPM UGM Desa Trubus 2017


24

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

PAK FERRI DAN KEBUN LADA SEJAK KELAS 5 SD “Saya memiliki lahan sahang pertama saya mulai kelas 5 SD. Waktu itu tidak banyak sih, cuma sedikit, tapi bagus untuk belajar�

PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.

Desa Trubus seperti tak dapat dipisahkan dari komoditas ladanya. Banyak warga Trubus yang menekuni usaha tani lada. Ferri merupakan salah satu dari banyak petani tanaman lada. Budidaya tanaman lada telah dilakukan secara turun-temurun di keluarganya. Tidak heran jika sejak duduk di bangku kelas 5 SD Ferri telah akrab dengan kehidupan di kebun lada. Kesuksesan Ferri menjadi seorang petani lada diawali dari sebidang lahan kecil yang ia miliki hasil dari membuka kawasan hutan lebat pada tahun 1980an. Menjalani hal yang sudah tidak asing baginya, tak lantas membuat usahanya terbebas dari berbagai kendala. Pada tahun 1985-1986 harga lada turun dan membuat penghasilannya ikut merosot. Namun, berkat ketekunannya, Ferri dapat memper-


tahankan usahanya tersebut. Buah manis kesabaran dirasakannya pada tahun 1997 saat harga lada kembali naik dan usahanya pun tetap dapat berkembang hingga kini. Baginya, naik-turunnya harga lada adalah hal biasa yang juga dirasakan oleh banyak petani lainnya. Seiring waktu, Ferri mengembangkan usaha ladanya dengan membeli lahan dan melakukan perawatan intensif untuk meningkatkan produktivitas lada miliknya. Saat ini, Ferri telah memiliki 4 kebun lada yang berada di Desa Trubus dan Sadap. Lahan seluas 2 hektar itu ditanami 6000 pohon lada. Diakuinya, budidaya tanaman lada memang membutuhkan biaya produksi dan modal yang cukup besar. Beliau menuturkan bahwa harga satu buah bibit lada bisa mencapai Rp.5.000., sedangkan untuk harga satu buah tiang pancang adalah Rp.12.000 – Rp.15.000. Meskipun demikian, usaha tani lada masih dianggap sebagai usaha yang menjanjikan karena hasilnya dapat dinikmati hanya dalam kurun waktu satu tahun. Satu tahun dianggap yang cukup singkat apabila dibandingkan dengan tanaman lainnya seperti sawit atau karet. Berdasarkan pengalamannya, dari satu hektar lahan dapat menghasilkan hingga 5 ton lada.

Seperti petani lada kebanyakan, ancaman penyakit kuning juga menjadi momok bagi usaha lada milik Ferri. Selain serangan penyakit, kondisi iklim yang tidak stabil membuat masa panen menjadi tidak menentu, sehingga hasil yang diperoleh juga tidak optimal. Tetapi, guna menghidupi keluarganya, Ferri tetap tekun dan akan terus bekerja keras dalam menekuni usaha lada dengan segala pahit dan manis yang menyertainya.

Oleh: Tim KKN-PPM UGM Desa Trubus 2017


26

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

PENGARUH

SEKTOR PERTANIAN DI DESA TRUBUS Walaupun Provinsi Lampung terkenal akan daerah yang memiliki produksi lada terbesar di Indonesia, tetapi Provinsi Bangka Belitung tidak kalah terkenal dalam hal citra rasanya. Sangat berbeda rasa yang dihasilkan di pulau Bangka Belitung dengan daerah-daerah lain. Walaupun bibitnya sama, tapi pedasnya lada di Bangka Belitung dapat diacungkan jempol. Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Bangka Belitung berprofesi sebagai petani lada, termasuk di Desa Trubus yang berada di Kabupaten Bangka Tengah. Saat ini harga lada tidak bagitu stabil, kadang naik kadang turun. Pernah suatu ketika harga lada turun drastis dari harga sebelumnya hingga mencapai angka 50-ribuan

PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.

per kilonya. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani lada tentunya mengeluh dengan keadaan tersebut. Mereka pun mencoba untuk beralih menjadi petani cabai. Karena harga cabai saat itu terbilang cukup tinggi dan keuntungannya pun menggiurkan bagi petani. Dengan bantuan dan dukungan dari pihak desa serta pemerintah daerah Bangka Tengah, diberntuklah komoditas tani cabai di Desa Trubus. Komoditas ini dilatih, dibina, dan diberikan dana hibah dalam pengembangan usaha tani cabai. Komoditas tani cabai di Trubus ini dibentuk pada tahun 2013. Sampai sekarang komoditas tani Desa Trubus semakin berkembang. Setiap tahun terus diberikan evaluasi dan pembinaan agar ke depannya lebih baik lagi.

PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.


PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.


28

TRUBUS DALAM CERITA DAN ANGKA

“Desa dan pemerintah sangat support kepada petani cabai. Kami terus membina dan memberikan pelatihan kepada petani agar lebih baik dari tahun ke tahun. Kelompok tani ini kami arahkan agar menggunakan sistem yang lebih moderen, tidak konvensional lagi. Supaya hasilnya dapat memuaskan bagi petani dan dapat meningkatkan pendapatan mereka.� - Pak A Men, Sekretaris Desa Trubus.

PHOTO: ADIMAS ARIEF W.A.

Walaupun petani cabai di Desa Trubus masih terbilang sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan petani lada, tetapi Desa Trubus sendiri memiliki target agar menjadi percontohan sistem pertanian cabai untuk daerah lain. Dan juga, sektor pertanian cabai akan dijadikan salah satu komoditas unggulan di Desa Trubus selain lada yang sudah lebih dahulu menjadi komoditas unggulannya.

PERAN PERTANIAN LADA DAN CABAI

Pertanian cabai dan lada sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat di Desa Trubus. Selain para petani, masyarakat sekitar juga terkena imbasnya. Usaha ini cukup banyak menyerap lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal di Desa Trubus. Jasa mereka digunakan untuk membersihkan ladang, panen, memupuk, dan lain sebagainya. Gaji masyarakat lokal yang bekerja di pertanian cabai dan lada pun tergolong cukup tinggi. Satu harinya di upah dengan gaji min-


imal 80.000 rupiah. Bahkan, bisa jadi gaji mereka di atas rata-rata upah minimum kabupaten/kota (UMK). Selain membantu para petani mengembangkan usaha tani mereka dalam skala besar, pihak desa memiliki niat untuk memberikan kepelatihan kepada setiap warga agar mau menanam dua atau tiga pokok cabai di masing-masing rumah mereka. Setidaknya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja. Selain itu, hal ini dapat menumbuhkan sikap kemandirian masyarakat serta mengurangi sifat konsumtif dari masyarakat Desa Trubus sendiri. TANTANGAN

Tidak dapat dipungkiri, masalah harga merupakan masalah utama yang sering dihadapi oleh para petani cabai dan lada di Desa Trubus. Harga yang tidak konsisten membuat masyarakat terkadang bingung harus berbuat apa. Sebab, permintaan pasar terkadang lebih sedikit dibandingkan dengan hasil panen. Misal, permintaan lada dan cabai 10 ton di pasar sedangkan masyarakat memiliki hasil panen 12 ton. Mau tidak mau harga cabai dan lada pun sangat murah dijual di pasar. Harga yang murah tersebut juga dipengaruhi oleh pesaing yang ada di Pasar. Harga cabai dan lada dari daerah lain, misal dari Jawa dan Palembang relatif lebih murah dibandingkan dengan di Bangka. “Tanah di Jawa dan di Palembang kan cukup subur jika dibandingkan dengan tanah yang Bangka, mereka memerlukan modal yang lebih sedik-

it untuk perawatannya dibandingkan dengan tanah di Bangka yang perlu biaya perawatan lebih mahal. Seperti pupuk dan lain sebagainya.� Ujar Pak Ngiat Hiung, Kepala Desa Trubus. Bagi masyarakat Desa Trubus yang memiliki modal cukup kuat, mereka tidak akan langsung menjual di saat harga cabai dan lada murah. mereka akan membeli lada dan cabai dari petani kecil, kemudian mereka menyimpan dan menunggu saat yang tepat untuk menjual lada dan cabai mereka. Selain masalah harga yang menjadi momok bagi para petani cabai dan lada di Desa Trubus, masalah cuaca juga berpengaruh terhadap hasil produksi lada dan cabai. Kalau musim hujan terlalu ekstrim, maka yang ditakutkan adalah banjir. Karena secara Geografis Pulau Bangka (Desa Trubus) terletak di dataran rendah. Kalau sudah tergenang air maka tanaman cabai dan lada akan busuk dan dapat mengakibakan gagal panen. Kemudian, secara data empiris masyarakat setempat, seandainya dalam satu tahun ada musim kemarau, maka hasil pertanian akan kurang bagus. Saat ini Desa Trubus memang masih mengembangkan pertanian di bidang Lada dan Cabai. Selain itu, ada beberapa masyarakat yang berprofesi sebagai petani kelapa sawit dan karet. Sebenarnya di Desa Trubus ini semua jenis tanaman, sayur-mayur, dan lain sebagainya sudah ada, tetapi tidak dikomersilkan. Hanya untuk konsumsi pribadi bagi masyarakatnya. Oleh: Tim KKN-PPM UGM Desa Trubus 2017





Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.