7 minute read

Menuju Pariwisata Berkelas Dunia

Menuju Pariwisata Berkelas Dunia

Ahmad Yusuf

Advertisement

Pariwisata sebagai Alternatif Kekuatan Ekonomi

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat menjadi basis pendorong kekuatan ekonomi suatu negara. Banyak negara di dunia yang maju karena potensi pariwisatanya dapat dikembangkan dengan baik sehingga bernilai komersil di antaranya: Kepulauan karibia, Maldive, Barbados bahkan negara-negara Asean menjadi salah satu destinasi wisata unggulan kelas dunia. Untuk mendorong potensi pariwisata menjadi sektor yang berkelas dibutuhkan banyak elemen atau faktor pendukung guna menjadikannya sukses bergerak menjadi kekuatan ekonomi.

Saat ini Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sedang berlangsung, di mana negara-negara yang tergabung dalam MEA akan bersaing dalam meningkatkan kualitas produk dan sektor industri yang akan dipasarkan baik barang maupun jasa. Sebagai salah satu negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia mempunyai bonus demografi yang tinggi dibandingkan dengan negara lainnya. Hal ini bisa menjadi peluang atau bahkan

menjadi tantangan bagi negara ini sekiranya sumber daya manusianya (SDM) tidak dimanajemen dengan baik. Menjadi peluang jika SDM bisa memberikan kontribusi yang positif dan menjadi tantangan jika banyak SDM yang menjadi

pengangguran.

Sementara itu, tak bisa dipungkiri jika Indonesia juga memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Sekitar 17000 pulau terbentang luas dari sabang sampai Marauke. Setiap pulau mempunyai potensi dan daya tarik masing-masing. Potensi tersebut bisa berupa anugerah kekayaan sumber daya alam, keindahan alam hingga beragam kekayaan budaya dan seni. Kekayaan ini merupakan khasanah lokal yang harus dijaga, dilestarikan dan dikembangkan jika ingin bernilai guna bagi kemaslahatan bersama. Kekayaan inilah yang kemudian disebut dengan pariwisata. Pariwisata tidak bisa dipisahkan dari negara Indonesia karena pariwisata merupakan salah satu penghasil devisa terbesar urutan ke-empat bagi negara Indonesia.

Pariwisata telah memberikan devisa yang besar bagi negara Indonesia. Menurut Santosa dalam (Pitana, 2005) kedatangan wisatawan mancanegara telah memberikan dampak positif terhadap devisa negara secara berturut-turut pada tahun

1996, 1997, 1998, 1999, 2000 sebesar 6.307,69, 5.321,46, 4.331,09, 4.710, 22, dan 5.748,80 juta dollar AS1.

Tahun 2016, tercatat 115 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Asean. Jika dikomparasikan dengan Thailand, Malaysia dan Singapura, Indonesia masih kalah dalam sektor ini. Padahal, jika dilihat dari potensinya, Indonesia memiliki potensi wisata yang luar biasa dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara bahkan di dunia, baik itu wisata alam, wisata sejarah hingga wisata budaya. Menurut situs pariwisata Indonesia, Redaksi Destinasi Wisata Indonesia per 13 April 2016 yang dilansir dari situs CNN per 07 Januari 20162, pada tahun 2015 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia lebih sedikit dibandingkan dengan negara Asean lainnya. Indonesia hanya unggul dari Myanmar saja. Jumlah angka kunjungan tersebut dengan rincian sebagai berikut: Posisi pertama bertengger Thailand dengan jumlah kunjungan wisatawan 29 juta dari target 28,8 juta, disusul Malaysia dengan kunjungan 26 juta wisatawan dari target 29,4 juta. Di posisi ketiga ada Singapura dengan jumlah kunjungan 15,5 juta dari

1 Pitana, I Gde & Putu G Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Publisher, hal. 01 2 Windratie. 2016. Wisata Tumbuh Pesat, Thailand Targetkan 32 Juta Turis Asing. https://www.cnnindonesia.com/gaya‐hidup/20160107121640‐269‐102814/wisata‐tumbuh‐pesat‐thailand‐targetkan‐32‐juta‐turis‐asing (diakses 08 November 2018)

target 17 juta wisatawan. Sementara Indonesia hanya berada di tangga ke-empat dengan jumlah kunjungan 8 juta dari target 10 juta wisatawan dan mengungguli Myanmar dengan kunjungan 4,5 juta wisatawan dari target 5 juta wisatawan.

Kondisi di atas sangat ironi, mengingat Indonesia hampir memiliki seluruh aspek pariwisata, namun paling tertinggal di antara negara Asean lainnya. Hal ini menjadi tanda tanya dan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk berbenah dan mengoreksi apa yang sebenarnya salah dengan sistem pengelolaan pariwisata di negeri ini.

Jika melirik perkembangan dan kemajuan perpariwisataan di Asia Tenggara, hal ini disebabkan negara-negara tersebut mampu membangun citra positif dan adanya sinergisitas antara berbagai pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta. Thailand, Malaysia dan Singapura juga memiliki slogan yang menarik seperti Thailand dengan “ Amazing Thailand “, Malaysia dengan “ Malaysia Truly Asia “, Singapura dengan “ Your Singapore ” dan Indonesia dengan “ Wonderful Asia “. Slogan-slogan tersebut mempunyai makna filosofis dan bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara untuk berkunjung.

Hubungan antar negara Asean di sektor pariwisata sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2002 dengan ditanda tanganinya “ Asean Tourism Agreement “3. Perjanjian tersebut merupakan payung kerja sama pariwisata antar negara Asean guna meningkatkan kunjungan wisatawan manca negara ke negara Asean. Sejak adanya kontrak perjanjian tersebut, negaranegara di Asean yang tergabung mulai berbenah dan mengatur strategi. Tujuannya, untuk menjadikan sektor pariwisata di negara masing-masing menjadi berkelas dan dikunjungi banyak wisatawan mancanegara, terlebih lagi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean.

Negara-negara tersebut juga telah meninjau dan menyusun strategi untuk terus mendorong destinasi pariwisata yang berkelas dunia. Thailand misalnya mulai menerapkan strategi untuk menjadikan Thailand sebagai salah satu dari lima destinasi wisata dunia 20 tahun ke depan. Thailand tidak lagi fokus pada promosi kuantitas kunjungan wisatawan, melainkan kualitas dengan patokan pengeluaran wisatawan dan lama tinggal. Malaysia juga tidak mau kalah, pemerintah Malaysia mulai fokus pada pendekatan baru untuk wisata medis,

3 Anonim. 2017. Peranan Asean dalam Asean Tourism Forum dalam Meningkatkan Industri Pariwisata indonesia. http://repository.unpas.ac.id/12073/3/BAB%20I%20fix.pdf. (diakses 08 November 2018)

pendidikan, olahraga dan wisata sejarah. Sementara Singapura intens mempromosikan untuk menggaet pasar Indonesia yang menyumbangkan 17% kunjungan wisatawan. Singapura juga terus mengembangkan rekreasi baru, event, atraksi tingkat dunia dan sektor meeting, conference dan exhibition di mana berhasil menaikkan persentase dari 30% hingga 40% pada tahun 2015.

Indonesia juga terus mempromosikan pariwisatanya, Kementerian pariwisata dan stakeholder akan melanjutkan strategi pemasaran dan promosi dengan fokus pada penguatan “ branding wonderful Indonesia “ di pasar utama. Seharusnya pada tataran era MEA ini, bukan saatnya lagi pemerintah fokus pada penguatan “ branding “, namun harus bisa membuat strategi unik dan jitu untuk memberikan warna baru pada pariwisata Indonesia.

Strategi Menuju Pariwisata Berkelas Dunia

Selain strategi yang dicanangkan, perlu juga diperhatikan beberapa faktor yang dapat mendukung sektor pariwisata agar menjadi destinasi kelas dunia, faktor tersebut antara lain:

Pertama, anggaran. Untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata tentu dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit.

Anggaran dibutuhkan untuk pembangunan fasilitas dan infrastruktur bisa berupa jalan, akses menuju lokasi wisata yang mudah, fasilitas penginapan yang nyaman, galeri cindera mata, atau fasilitas lainnya yang memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi wisatawan. Kenyataannya, anggaran untuk sektor pariwisata masih lebih rendah dari sektor lainnya. Tahun 2015 Anggaran pusat (APBN) untuk sektor pariwisata hanya sekitar 3,8 triliun rupiah. Anggaran ini masih tergolong rendah dibandingkan sektor agama dengan jumlah 6,9 triliun, lingkungan hidup 11,7 triliun, perlindungan sosial 22,6 triliun, kesehatan 24,2 triliun, perumahan dan fasilitas umum 25,6 triliun, ketertiban dan keamanan 54,7 triliun, pertahanan 102 triliun, pendidikan dan kebudayaan 156 triliun dan pelayaan umum dengan jumlah 695,3 triliun. Dengan anggaran tersebut tentu tidaklah cukup untuk pengembangan sektor pariwisata di seluruh Indonesia. Angka 3,8 triliun yang dianggarkan bisa saja tidak sampai setengah yang benar-benar digunakan untuk sektor ini. Belum lagi era otonomi daerah dengan birokrasi yang rumit dan berpotensi besar untuk dikorupsikan.

Kedua, peran pemerintah. Peran pemerintah sangat urgen untuk mendukung sektor pariwisata. Pemerintah tidak boleh apatis, dalam hal ini peran pemerintah tentu bukan saja hanya mengatur strategi, merancang program dan menerapkan

kebijakan untuk pengembangan pariwisata. Pemerintah juga harus mengontrol melalui lembaga-lembaga yang diberikan tanggung jawab demi keberhasilan kebijakan dan strategi yang telah dirancang. Sebab jika program dan kebijakan yang dirancang sedemikian rupa kemudian tidak diawasi dengan baik, maka tentu program dan kebijakan tersebut tidak akan berjalan dengan baik. Pemerintah harus tahu setiap proses dan langkah yang dilakukan para birokrat dan pihak mana saja yang terkait dalam proses tersebut, sebab jika tidak, maka pembusukan anggaran melalui kebijakan dan program yang telah diterapkan akan terjadi dan hanya dinikmati segelintir orang saja dikarenakan adanya praktik korupsi yang sudah membudaya sejak era kolonialisme.

Ketiga, partisipasi masyarakat. Masyarakat berperan penting dalam proses pengembangan maju atau tidaknya sektor pariwisata. Sebab masyarakat jugalah yang menjadi objek dan terkena imbasnya bila program pengembangan pariwisata berhasil. Untuk itu dibutuhkan partisipasi aktif masyarakat untuk memberdayakan potensi yang dimiliki di daerah masingmasing. Untuk memberdayakan masyarakat agar aktif berrpartisipasi, dibutuhkan dorongan pemerintah daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan edukasi dan lokakarya, misalnya memberikan pelatihan keterampilan pada masyarakat

untuk membuat cindera mata yang unik, entah itu makanan maupun kerajinan tangan.

Home stay atau penginapan yang nyaman juga penting diperhatikan. Dengan adanya home stay, masyarakat akan dapat menghasilkan pundi-pundi uang bila para wisatawan betah tinggal di rumah yang disediakan. Untuk itu aspek home stay juga perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah. Selain itu, pemerintah juga harus lebih aktif, kreatif dan inovatif lagi dalam menyusun dan menyelenggarakan event bertema kepariwisataan di tingkal regional, nasional maupun internasional dengan melibatkan masyarakat lokal untuk menarik minat para wisatawan mancanegara berkunjung ke daerah tersebut. Terakhir yang tak kalah pentingnya adalah, pemerintah juga harus membuka program pembelajaran bahasa inggris di daerah-daerah yang memiliki potensi pariwisata. Hal ini penting dilakukan untuk memudahkan komunikasi antara penduduk lokal dan wisatawan mancanegara. Sehingga para wisatawan tak perlu ragu bertanya jika mereka ingin berkomunikasi maupun berinteraksi dengan masyarakat.

Peran akademis juga diperlukan dalam hal pengembangan pariwisata. Kalangan akademis diharapkan dapat melakukan riset tentang pariwisata melalui penelitian sehingga memberikan kontribusi yang positif untuk memajukan potensi

pariwisata di Indonesia. Jika hal-hal tersebut telah diterapkan dengan baik, serta pemerintah, stakeholder dan masyarakat dapat bersinergi dalam mendorong sektor pariwisata, maka penulis optimis jika Indonesia akan menjadi destinasi pariwisata nomor wahid di dunia.

Referensi

[1] Anonim. 2017. Peranan Asean dalam Asean Tourism Forum dalam Meningkatkan Industri Pariwisata indonesia. http://repository.unpas.ac.id/12073/3/BAB%20I%20fix.p df. (diakses 08 November 2018)

[2] Pitana, I Gde & Putu G Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata.

Yogyakarta: Andi Publisher.

[3] Windratie. 2016. Wisata Tumbuh Pesat, Thailand Targetkan 32

Juta Turis Asing. https://www.cnnindonesia.com/gayahidup/20160107121640-269-102814/wisata-tumbuh-pesatthailand-targetkan-32-juta-turis-asing (diakses 08

November 2018)

This article is from: