Konsep Ilmu dan Metode Pendidikan dalam Pemikiran AlGhazzali (1) Disamping ketokohannya dalam berbagai bidang keilmuan seperti fikih, tasawuf, dan filsafat, Al-Ghazzali adalah tokoh besar pendidikan Islam pada zamannya dengan pemikiranpemikirannya masih mewarnai pemikiran umat Islam kontemporer. Namun memang ketokohannya dalam dunia pendidikan tampak tidak begitu dikenal sebagaimana ketokohannya di bidang-bidang yang lain. Padahal jika dilihat perjalanan hidupnya, alGhazzali banyak sekali bersentuhan dengan dunia pendidikan. Dalam usianya yang belum mencapai tiga puluh tahun al-Ghazzali telah memegang kedudukan tertinggi di universitas/madrasah Nizhamiyyah, Baghdad, sebuah center of excellent di dunia pendidikan Islam pada zaman itu. Di dalam persinggahannya di berbagai kota seperti Thus, Naisabur, Baghdad, al Ghazzali menjalani kehidupan sebagai seorang guru. Di akhir hayatnya, al Ghazzali mendirikan sekolah dengan dirinya sendiri yang langsung menjadi guru di kota kelahirannya Thus hingga akhir hayatnya. Sebuah analisis menarik dilakukan oleh Majid Irsan al-Kilani yang menyebutkan dalam salah satu karyanya bahwa al-Ghazzali telah melakukan sebuah perubahan revolusioner di dalam dunia pendidikan masa itu. Di dalam berbagai karyanya, al-Ghazzali membongkar penyakit-penyakit pemikiran di dalam masyarakat pada masa itu yang diindikasikan dengan banyaknya pertikaian antar mazhab, maraknya perdebatan seputar halhal yang sepele dan melupakan hal yang pokok, kecenderungan ilmuwan/ulama untuk dekat dengan pusat kekuasaan yang mengindikasikan rusaknya tujuan mencari ilmu. Analisis alKilani menyimpulkan bahwa kemenangan umat dalam perang Salib dengan tokoh sentralnya Shalahuddin al-Ayyubi bukanlah kemenangan yang datang tiba-tiba bersama kedatangan Shalahuddin. Menurutnya kedatangan Shalahuddin dengan pasukannya yang gagah berani merupakan sebuah proses panjang yang dimulai dari mengobati berbagai penyakit pemikiran di dalam masyarakat. Dalam hal ini, menurut al Kilani, al Ghazzali bersama-sama dengan Abdul Qadir al-Jailani merupakan tokoh kunci pemberantasan berbagai kerusakan pemikiran masyarakat yang kemudian melahirkan sebuah masyarakat baru yang di bawah kepemimpinan Shalahuddin al Ayyubi yang berhasil secara gemilang merebut kembali Palestina dari tangan penguasa Kristen pada tahun 1187.[3] Pada tulisan berikut akan dibahas tentang konsep ilmu menurut al-Ghazzali yang mencakup tentang penggolongan ilmu, pandangannya tentang ilmu fardhu ‘ain dan fardhu kifayah, serta konsep pendidikannya yang tersirat dari ulasannya tentang adab murid dan guru. Sebagai pembuka pembahasan konsep ilmu dan pendidikan al Ghazzali ini, kita akan memulainya dengan menampilkan biografi al-Ghazzali berikut ini.
5