laporan studio rencana wilayah
kabupaten
tegal
anggota kelompok
Amalia Fitria Hataul 42745
Baiq Muslida ShaďŹ ra 42749
Adellia Naura F. 43535
Khaira Dhamira 42754
Deano Damario P. 42750
Bima Indra Permana 43541
Naufal Ghalib Al Gabril 43563
Peter Togu Philip Manurung 44094
kata pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan “Laporan Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal”. Laporan ini disusun sebagai tugas besar yang wajib dilaksanakan oleh seluruh mahasiswa PWK UGM. Dengan disusunnya laporan ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca mengenai kondisi wilayah Kabupaten Tegal. Untuk itu, kami menyampakan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan laporan ini. Yaitu: Ÿ Ibu Ratna Eka Suminar, ST., M.Sc selaku dosen pembimbing Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan laporan ini, Ÿ Bapak Doddy Aditya Iskandar, ST., MCP., Ph.D., Bapak Dr. Ir. Retno Widodo Dwi Pramono, M.T., Bapak Suryanto, MSP., Bapak Rendy Bayu Aditya, S.T., M.UP., dan Ibu Beti Guswantari, S.Si., M.Eng., selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Studio Rencana Wilayah yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan laporan ini, Ÿ Instansi-instansi pemerintah Kabupaten Tegal yang telah membantu dalam mengumpulkan data sekunder Kabupaten Tegal sebagai bahan pertimbangan dalam analisis, Ÿ Orang tua dan teman-teman Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota angkatan 2015 yang telah senantiasa mendoakan, mendukung dan menyemangati dalam penyusunan laporan Studio Rencana Wilayah.
daftar isi Kata Pengantar Daftar Isi
BAB 1: Pendahuluan BAB 3: Rencana Tata Ruang Wilayah
BAB 5: Program Prioritas
1
11
59
5
BAB 2: Potensi, Masalah, dan Konsep Pengembangan Wilayah
53
BAB 4: Skenario dan Tahapan Pelaksanaan
Bab 1:
Pendahuluan
1
Latar Belakang “If you fail to plan, you are planning to fail.” Perencanaan sudah menjadi sebuah keharusan, apabila ingin mencapai sebuah idealita yang diimpikan. Perencanaan menjadi sebuah proses yang berkesinambungan, yang pada akhirnya mengharuskan pengambilan keputusan dari berbagai macam alternatif untuk mencapai tujuan tertentu di masa depan. Termasuk dalam konteks pembangunan skala kawasan hingga skala yang lebih besar berupa wilayah. Proses perencanaan akan memperjelas langkah yang seharusnya diambil dalam proses pembangunan wilayah. Dalam proses pembangunan, perencanaan ditujukan untuk menghindari dan mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Dalam perencanaan pembangunan wilayah, perlu dilakukan analisis dan penentuan terhadap urgensi pembangunan, tujuannya, dampak yang dihasilkan serta manfaat apa yang dapat diberikan bagi masyarakat luas. Pembangunan dimaksudkan sebagai respon terhadap masalah yang terjadi pada suatu wilayah, maupun potensi yang dapat dikembangkan pada wilayah tertentu. Sehingga perlu dilakukan analisis terhadap suatu objek sebelum dilakukan perencanaan. Dalam konteks pembangunan wilayah Kabupaten Tegal, analisis telah dilakukan pada mata kuliah studio analisis wilayah. Dalam analisis tesebut didapatkan profil kabupaten tegal yang terdiri dari kondisi fisik wilayah, kependudukan, ekonomi dan sosial budaya. Selain itu didapatkan pula masalah serta potensi dari Kabupaten Tegal yang pada akhirnya akan menjadi dasar dari tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Dalam buku laporan Analisis Kabupaten Tegal, telah tertera berbagai data serta analisis yang dibutuhkan. Sehingga tahapan selanjutnya yaitu mengolah hasil
hukum serta aturan maupun dari sisi kondisi eksisting, masalah, potensi serta isu-isu stategis yang terdapat pada Kabupaten Tegal.
Tujuan Menyusun konsep rencana pembangunan dan rencana tata ruang Kabupaten Tegal untuk 20 tahun ke depan disertai dengan beberapa program strategis.
Landasan Hukum Ÿ Ÿ
Ÿ
Ÿ Ÿ Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ Ÿ Ÿ
analisis tersebut menjadi sebuah rumusan perencanaan. Maka dari itu, l a p o r a n S t u d i o R e n c a n a W i l ay a h Kabupaten Tegal ini disusun sebagai bentuk respon terhadap masalah dan potensi dalam wujud pemberian rekomendasi. Rekomendasi tersebut dirumuskan atas dasar analisis komprehensif baik dari sisi dokumen,
Ÿ
Ÿ
Ÿ
2
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang SK Menteri Pertanian No 837/KPTS/UM/11/1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 6 Tahun 2010 tentang RTRW Jawa Tengah 2009-2029 U U N o . 4 1 Ta h u n 2 0 0 9 t e n t a n g Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Peraturan Pemerintah no. 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan Peraturan Menteri Pekerajaan Umum no. 4 1 / P RT/ M / 2 0 0 7 t e n t a n g Pe d o m a n Kriteria Teknis Kawasan Budidaya Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2 0 0 8 t e n t a n g Ta h a p a n , Ta t a C a r a Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Keppres No. 32 Tahun 1990 Tentang Kawasan Lindung dalam Penataan Ruang U U N o . 2 3 Ta h u n 1 9 9 7 t e n t a n g Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri Peraturan Menteri Perindustrian RI No 35/MIND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1 6 / P RT/ M / 2 0 0 9 t e n t a n g Pe d o m a n Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Ruang Lingkup
konsep perencanaan yang ada. Dalam proses mencapai sebuah visi, perlu adanya misi, yaitu tahapan-tahapan strategis dan sistematis yang perlu dilakukan oleh seluruh pemangku ke p e n t i n g a n / s t a ke h o l d e r s s e c a r a sinergis sehingga pelaksanaan implementasi rencana tersebut akan berjalan dengan efektif dan eďŹ sien.
Ruang Lingkup Substansi
Pada penulisan laporan ini lingkup substansi rencana wilayah Kabupaten Tegal mencakupi proďŹ l wilayah, isu pembangunan, potensi dan masalah, isu penataan ruang, serta rencana penataan ruang wilayah yang meliputi rencana struktur ruang, rencana pola ruang, k awa s a n s t r a t e g i s , re n c a n a j a r i n g a n jaringan/infrastruktur pendukung, dan rencana program pembangunan prioritas baik yang bersifat spasial maupun nonspasial.
Skenario Lintas Sektor Suatu persiapan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang digagas adalah membentuk berbagai skenario. Salah satunya adalah skenario lintas sektor, dimana skenario tersebut meliputi ekonomi, kependudukan, dan sarana prasarana pada Kabupaten Tegal. Hal yang dilakukan pertama kali adalah melakukan identiďŹ kasi dan proyeksi untuk kondisi eksisting pada Kabupaten Tegal. Berikutnya dilakukan suatu perbandingan antara konsep yang telah digagas oleh kelompok dengan hasil proyeksi tersebut. Hasil perbandingan itu akan menjadi dasar dari pembentukan skenario ini.
Ruang Lingkup Temporal
Waktu dalam melakukan penyusunan laporan rencana wilayah adalah empat (4) bulan, dimulai dari bulan Januari 2018 sampai dengan Mei 2018.
Ruang Lingkup Spasial
Lokasi perencanaan dalam laporan studio rencana wilayah ini meliputi seluruh wilayah Kabupaten Tegal.
Pendekatan dan Metode Perencanaan
Rencana Keruangan
Pemilihan Konsep Rencana
Selain melakukan skenario lintas sektor dalam mencapai tujuan perencanaan yang telah ditetapkan, dilakukan pula rencana keruangan. Rencana keruangan merupakan komponen yang terpenting dalam rencana penataan ruang yang terdiri dari rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah. Skenario keruangan menaungi skenario lintas sektor yang ada, atau dengan kata lain sebagai representasi integrasi dari skenario
Pemilihan konsep perencanaan dilakukan dengan menggali potensi yang dimiliki setiap kecamatan. Analisis potensi didasari dari empat sektor utama, yaitu sektor Industri, Pertanian, Jasa dan Pariwisata. Sektor tersebut merupakan empat sektor utama potensi tiap kecamatan. Hasil dari analisis potensi kemudian di kolaborasikan dengan strategi yang dapat diterapkan, seperti penerapan One Village One Product, penerapan Koperasi dan Penggunaan Teknologi Tepat Guna. Hasil analisis tersebut yang menjadi dasar dalam penentuan konsep perencanaan yang akan diterapkan kedepannya.
lintas sektor.
Penyusunan Tujuan, Kebijakan, dan Strategi P e r u m u s a n ko n s e p p e r e n c a n a a n terhadap Kabupaten Tegal menjadi dasar dalam menentukan visi dan misi. Visi merupakan sasaran atau target yang dikehendaki dari sebuah perencanaan terhadap suatu lokasi berdasarkan 3
Sistematika Pelaporan Laporan akhir studio rencana wilayah ini terdiri atas beberapa bagian, antara lain: • BAB I Pendahuluan: Bab ini mencakup Latar Belakang, Tujuan, Landasan hukum, Pendekatan dan Metode, Ruang lingkup, dan Sistematika penulisan laporan. • BAB II Potensi, Masalah, dan Konsep Pengembangan Wilayah: Bab ini mencakup Potensi, Masalah, Konsep, dan Preseden • BAB III Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tegal:Bab ini mencakup Tujuan, Kebijakan, dan Strategi penataan ruang wilayah, Rencana struktur ruang wilayah kabupaten, Rencana system jaringan wilayah, Rencana pola ruang wilayah kabupaten, Penetapan kawasan strategis wilayah kabupaten, Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten, dan Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. • B A B I V S ke n a r i o d a n Pe n t a h a p a n Pelaksanaan Program: Bab ini mencakup target pembangunan 5 tahunan dan program-program pembangunan • BAB V Rencana Program Prioritas: Bab ini mencakup program-program prioritas yang direncanakan.
4
Bab 2:
Potensi, Masalah, dan Konsep Pengembangan Wilayah
5
Potensi
Masalah
Dalam menentukan potensi Kabupaten Te g a l , d i t e n t u k a n m e l a l u i a n a l i s i s berdasarkan ďŹ sik dasar, kependudukan, ekonomi, serta sarana prasarana. Potensi yang ada dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai peluang dalam mengatasi permasalahan wilayah, sekaligus menjadi modal pengembangan untuk memajukan Kabupaten Tegal.Berikut adalah kerangka potensi Kabupaten Tegal:
Diagram Kerangka Masalah Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Dari hasil analisis kelompok, mendapati bahwa Kabupaten Tegal memiliki dua masalah utama, yaitu kesenjangan wilayah yang tinggi dan IPM Kabupaten Tegal yang rendah. Kesenjangan wilayah yang tinggi disebabkan karena tidak meratanya pembangunan sarana dan infrastruktur di K a b u p a t e n Te g a l . K u r a n g ny a s a r a n a pendidikan salah satunya berdampak pada rendahnya kualitas SDM, hal ini dibuktikan d e n g a n d a t a r a t a - r a t a l a m a s e ko l a h Kabupaten Tegal yaitu 6,7 yang masih berada lebih rendah dari rata-rata Provinsi Jawa Tengah. Kualitas SDM yang lebih rendah dari provinsi berujung pada eďŹ siensi dan e fe k t i ďŹ t a s d a l a m p e n g e l o l a a n s e k t o r pertanian dan industri pengolahan yang m e nye b a b k a n b u r u k ny a p e n g o l a h a n limbah, tingkat pencemaran yang tinggi dan berdampak pada menurunnya produktivitas pertanian. Di sisi lain masalah infrastruktur berdampak pada rendahnya tingkat konektivitas dan aksesibilitas pada beberapa daerah. Dimana rendahnya konektivitas dan
Diagram Kerangka Potensi Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Kabupaten Tegal memiliki tiga potensi utama dalam bidang industry, pertanian dan pariwisata. Potensi ini juga didukung oleh kondisi geograďŹ s Kabupaten Tegal, peran Kab. Tegal untuk provinsi Jawa Tengah dalam sektor pertanian, lokasi Kabupaten Tegal dan infrastruktur yang dimiliki Kabupaten Tegal. Apabila tiga sektor tersebut dikembangkan dan berjalan secara optimal, maka dapat memberi arahan positif terhadap kinerja perekonomian wilayah Kabupaten Tegal. Selain mampu memberikan lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak, diimbangi dengan peningkatan aksesibilitas, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan penggunaan teknologi secara merata, maka tingkat pengangguran di Kabupaten Tegal akan semakin menurun, pembangunan di Kabupaten Tegal menjadi merata, meningkatnya IPM Kabupaten Tegal dan produktivitas sektor unggulan akan semakin meningkat. Dengan begitu, proses pembangunan yang berjalan punakan ikut merata sejalan dengan pemerataan kesejahteraan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Tegal secara luas.
6
aksesibilitas dan ditambah dengan kualitas SDM yang rendah menyebabkan terkendalanya proses pendistribusian barang. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dan kesenjangan wilayah yang tinggi dilihat melalui data persebaran kemiskinan, jumlah sarana prasarana dan piramida penduduk per kecamatan.
Tegal. Sehingga harga bahan baku menjadi lebih mahal, harga produk tidak terkontrol, dan persaingan yang tidak sehat antara pengusaha satu dan lainnya. Meninjau PDRB, Kabupaten Tegal memiliki potensi yang cukup tinggi pada sektor industri terbukti bahwa sektor industri merupakan penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Tegal . Hal ini sejalan dengan kebijakan ekonomi dan potensi Kabupaten Tegal yaitu PERTIWI (Pertanian, Industri, Pariwisata).
Konsep Konsep pengembangan wilayah Kabupaten Tegal adalah “Pengembangan Produk Lokal melalui Pemberdayaan Masyarakat berbasis Teknologi”.
Konsep yang ditawarkan menekankan pada pengembangan produk lokal. Produk lokal yang dimaksud dapat bersumber dari produk hasil industri pengolahan, produk hasil pengolahan pertanian, atau produk atraksi wisata yang ditawarkan. Dalam pengembangan produk lokal tersebut akan diterapkan strategi berupa OVOP (one village one product), Koperasi, dan Penggunaan Teknologi Tepat Guna. Ÿ
Diagram Kerangka Konsep Perencanaan Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Terdapat beberapa kata kunci dalam konsep yang kami usulkan, yaitu “Pengembangan Produk Lokal”, “Pemberdayaan Masyarakat”, “Berbasis Teknologi”. Masing-masing kata kunci tersebut kami jabarkan pada penjelasan dibawah ini: Ÿ Pengembangan Produk Lokal, Pada tahun 1970an industri di Kabupaten Tegal m e n c a p a i ke j aya a n nya h i n g g a i a mendapat julukan sebagai “Jepangnya Indonesia”. Akan tetapi seiring berjalannya waktu sektor industry di Kabupaten Tegal mengalami penurunan produktivitas dan kalah saing dengan produk asing dikarenakan produk masih diolah dengan teknologi yang sederhana. Selain karena penggunaan teknologi yang sederhana, permasalahan yang dihadapi sektor industri juga karena belum adanya kopeasi atau asosiasi pengusaha di Kabupaten
7
Pemberdayaan Masyarakat, Berdasarkan data BPS tahun 2017, Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Tegal pada tahun 2016 menduduki peringkat 4 terendah se-Jawa Tengah. Akan tetapi, data kemiskinan di Provinsi Ja w a Te n g a h m e n u n j u k k a n b a h w a Kabupaten Tegal menduduki peringkat 4 dengan jumlah masyarakat miskin yang paling sedikit se-Provinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, kami menarik kesimpulan bahwa dengan meningkatan kualitas masyarakat yang dinilai dari IPM dapat menyelesaikan permasalahan kemiskinan yang ada di Kabupaten Tegal. Meninjau kondisi riil di lapangan, salah satu obyek IPM adalah waktu lama sekolah masyarakat. Lama sekolah masyarakat Kabupaten Tegal rata-rata pada tahun 2016 adalah 6,7 tahun (Sumber: BPS Kabupaten tegal Tahun 2017). Masalah tersebut disebabkan bukan karena fasilitas sarana pendidikan yang kurang atau tidak memadai, namun mindset masyarakat yang lebih tertarik untuk mencari uang daripada belajar. Olehkarena itu, selain aspek spasial yaitu dengan melengkapi infrastruktur, aspek sosial juga harus dapat terbentuk melalui intervensi keruangan yang dilakukan. Strategi yang diterapkan
Konsep ini menjadi sebuah pendekatan dalam rangka pengembangan potensi daerah. Secara sederhana, tiap daerah memproduksi sebuah produk unggulan yang unik dan khas serta memiliki kualitas global untuk dipasarkan secara internasional. Tujuan dari konsep tersebut adalah untuk menggali dan mempromosikan produk inovatif dan kreatif lokal. Selain itu, yang menjadi penekanan dalam konsepsi ini adalah bahwa tidak hanya kemakmuran secara ekonomi (Gros National Product) yang penting tetapi juga kemakmuran secara batin (Gros National Satisfaction). Sehingga konsep OVOP tidak hanya menjadi jawaban terhadap masalah kesejahteraan dan kesenjangan, namun juga terkait dengan depopulasi akibat migrasi penduduk. Terdapat tiga (3) aspek dasar menurut Prof. Morihiko Hiramatsu d a l a m i m p l e m e n t a s i ko n s e p O VO P : Ÿ Lokalitas produk mampu memenuhi pasar global Ÿ M a sya r a k a t m a m p u b e ke r j a s e c a r a mandiri Ÿ SDM memiliki mental siap didik dan siap dibina
dalam hal ini adalah penerapan OVOP, Koperasi, dan Penggunaan Teknologi Tepat Guna.da di Kabupaten Tegal. Ÿ
Berbasis Teknologi, seiring dengan perkembangan zaman, penggunaan teknologi tidak dapat terelakkan, akan tetapi saat ini penggunaan teknologi dalam sektor pertanian, industri, pariwisata maupun sektor lainnya belum optimal. Seperti yang kita ketahui, bahwa penggunaan teknologi dapat menghasilkan pekerjaan yang lebih efektif dan efisien. Salah satu kelemahan sektor industri di Kabupaten Tegal adalah pengolahannya yang masih menggunakan teknologi sederhana, sehingga waktu pengerjaan lebih lama, tenaga yang dikeluarkan lebih banyak, dan produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih rendah daripada produk yang dihasilkan dengan menggunakan teknologi baru. Penggunaan teknologi juga sangat membantu dalam sektor pertanian, salah satu fungsinya adalah untuk meningkatkan efisien dan efektivitas pengerjaan. Sedangkan pada sektor pariwisata, Kabupaten Tegal memiliki anugrah alam yang luar biasa akan tetapi hal ini belum terasa manfaatnya dikarenakan banyak masyarakat yang belum mengetahui dengan kata lain,destinasi wisata yang ada belum memiliki citra yang baik. Media branding yang paling efektif saat ini adalah melalui media sosial dan media maya lainnya. Sehingga sangat penting adanya u n t u k K a b u p a t e n Te g a l m u l a i menerapkan teknologi untuk pengembangan potensi dan elemenelemen lainnya. Dengan menerapkan konsep tersebut maka dua inti permasalahan, yaitu kesenjangan wilayah yang tinggi dan IPM Kabupaten Tegal yang rendah dapat teratasi melalui penggunaan konsep “Pengembengan Produk Lokal melalui Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Teknologi”, penggalian potensi tiap kecamatan, dan penerapan strategi pengembangan yang tepat.
Penerapan OVOP di Indonesia dilaksanakan melalui program Kementerian Perindustrian sejak tahun 2008 untuk mengembangkan potensi industri kecil dan menengah pada berbagai sektor, termasuk di antaranya a d a l a h s e k t o r ke r a j i n a n . D i k a i t k a n denganprinsip-prinsip mendasar OVOP, program OVOP yang dilaksanakan oleh pemerintah memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Prinsip pertama yaitu Local but Global yang bermakna menghasilkan produk atau jasa yang bernilai lokal dan dapat diterima secara global dalam dalam prinsip OVOP, d i l a k s a n a k a n d e n g a n c a r a meningkatkankualitas produk melalui proses pelatihan teknis peningkatan mutu produksi dan desain. Prinsip dasar kedua OVOP yaitu Self reliance and creativity yang bermakna memanfaatkan potensi yang dimiliki secara kreatif dengan usaha-usaha yang mandiri. Prinsip ketiga yaitu Human Resource Development memiliki makna mengembangkan potensi masyarakat agar memiliki semangat untuk kreatif dan mampu menghadapi tantangan. OVOP sebagai program pemerintah tidak difokuskan pada pengembangan potensi masyarakat daerah
Strategi Pengembangan
a. OVOP (One Village One Product)
Konsep OVOP dirintis oleh Prof. Morihiko Hiramatsu yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Oita, Jepang tepatnya pada 1980.
8
secara menyeluruh sehingga semangat OVOP seolah-olah hanya diperkenalkan pada peserta program, yaitu pengrajin dan pengusaha saja. No
Parameter Khusus
Parameter Umum
1
Tujuan
2
Inisiator OVOP
lintah darat yang memberikan pinjaman dengan bunga yang tinggi. Cita-cita Patih tersebut dikembangkan oleh seorang asisten residen Belanda De Wolvan Westerrode. Ia menganjurkan akan mengubah Bank Pertolongan Tabungan yang sudah ada menjadi Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian. Di samping itu ia pun mendirikan lumbung-lumbung desa dan menganjurkan para petani menyimpan pada pada musim panen dan memberikan pertolongan pinjaman padi pada musim paceklik.
Pemerintah
Top-down Bottom-up
Masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat 3
4
5
6
7
Pemerintah Sektor swasta Universitas Institusi lainnya Pemerintah Masyarakat Sumber pendahaan LSM/LPSM Lain-lain Tahap-tahap pelaksanaan Pemerintah Bentuk partisipasi Tim Ahli (Konsultan/JETRO/dll) dalam menentukan Masyarakat produk (Forum/Diskusi/Ketua/dll) Pihak yang terlibat selain inisiator dan masyarakat
Desain
Ide desain Ciri-ciri desain Asal bahan/material Teknik Produksi
Ia pun berusaha menjadikan lumbunglumbung itu menjadi Koperasi Kredit Padi. Pemerintah Belanda tidak menjadikan Bank Pertolongan, Tabungan dan Pertanian dan Lumbung Desa menjadi Koperasi tetapi, membentuk lumbung-lumbung desa baru, bank –bank Desa , rumah gadai dan Centrale Kas yang kemudian menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pada tahun 1908, Dr. Sutomo mendirikan Budi Utomo yang berperanan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging, dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatieve. Pada tahun 1927 dibentuk Serikat Dagang Islam, yang bertujuan untuk memperjuangkan kedudukan ekonomi pengusah-pengusaha pribumi. Kemudian pada tahun 1929, berdiri Partai Nasional Indonesia yang memperjuangkan penyebarluasan semangat koperasi.
Pengrajin Desainer Lokal Trend Lokal Dari luar daerah Tradisional Modern Campuran
Produk Akhir Desainer
Latar belakang keilmuan Pendalaman mendesain
8
Bentuk pendampingan
9
Jalur pemasaran (promosi)
Pelatihan Workshop Seminar Lain-lain Nasional Internasional Internet/Majalah/Pameran/lain-lain
Tabel Parameter OVOP Sumber: Analisis Kelompok, 2018
b. Koperasi Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orangs e o r a n g d e m i ke p e n t i n g a n b e r s a m a . Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Di Indonesia sendiri telah dibuat UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Pada abad ke-20 Koperasi tumbuh dari kalangan rakyat, ketika penderitaan dalam lapangan ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme semakin memuncak. Hal ini lantas mendorong Beberapa orang mempersatukan diri untuk menolong dirinya sendiri dan manusia sesamanya yang penghidupannya sederhana dengan kemampuan ekonomi terbatas, terdorong oleh penderitaan dan beban ekonomi yang sama. Pamong Praja Patih R. Aria Wiria Atmaja di Purwokerto mendirikan sebuah Bank untuk para pegawai negeri (priyayi) pada tahun 1896. Ia mendirikan bank tersebut dengan tujuan untuk menolong para pegawai yang makin menderita karena terjerat oleh
Pada tahun 1933 Usaha Koperasi mati untuk yang kedua kalinya setelah dikeluarkan UU yang mirip UU no. 431. Pada masa kedudukan Jepang, Jepang mendirikan koperasi kumiyai. Awalnya kopersi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berganti dan menjadi alat Jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan rakyat Indonesia. Pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Prinsip koperasi adalah suatu sistem ide-ide abstrak yang merupakan petunjuk untuk membangun koperasi yang efektif dan tahan lama. Prinsip koperasi terbaru yang dikembangkan International Cooperative Alliance (Federasi Koperasi Nonpemerintah Internasional adalah:
a. Keanggotaan yang bersifat terbuka dan sukarela;
9
b. Pengelolaan yang demokratis; c. Partisipasi anggota dalam ekonomi; d. Kebebasan dan otonomi; e. Pengembangan pendidikan, pelatihan, dan informasi Di Indonesia sendiri telah dibuat UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Prinsip koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 adalah: Ÿ Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka Ÿ Pengelolaan dilakukan secara demokrasi Ÿ Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-masing anggota Ÿ Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal Ÿ Kemandirian Ÿ Pendidikan perkoperasian Ÿ Kerjasama antara koperasi
c. Penerapan Teknologi Tepat Guna Seiring perkembangan zaman, penggunaan teknologi tak dapat terelakkan. Menurut Achmad Rizali, teknologi tepat guna adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna atau yang disingkat dengan TTG adalah teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya teknologi tepat guna sebagai teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian pokok masyarakat tertentu. Secara teknis TTG merupakan jembatan antara teknologi tradisional dan teknologi maju. Oleh karena itu, aspek-aspek sosio-kultural dan ekonomi juga merupakan dimenasi yang harus diperhitungkan dalam mengelola TTG. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak positif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan. Dengan demikian teknologi tepat guna mempunyai kriteria yang dapat dikatakan sebagai TTG, yaitu: Ÿ Apabila teknologi itu sebanyak mungkin mempergunakan sumber-sumber yang tersedia banyak di suatu tempat Ÿ Apabila teknologi itu sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat setempat
10
Ÿ
Ÿ
Apabila teknologi itu membantu memecahkan persoalan/ masalah yang sebenarnya dalam masyarakat, bukan teknologi yang hanya bersemayam dikepala perencananya. Suatu yang harus diperhatikan bahwa, masalah-masalah pembangunan boleh jadi memerlukan pemecahan yang unik dan khas, jadi teknologi-teknologi tersebut tidak perlu dipindahkan ke negara-negara atau kedaerah lain dengan masalah serupa. Apa yang sesuai disuatu tempat mungkin saja tidak cocok di lain tempat. Maka dari itu tujuan TTG adalah melihat pemecahan-pemecahan terhadap masalah-masalah tertentu dan menganjurkan mengapa hal itu sesuai
Bab 3:
Rencana Tata Ruang Wilayah
11
Tujuan Penataan ruang wilayah bertujuan untuk “Mewujudkan Kabupaten Tegal yang adil, u n g g u l , d a n b e r ke l a n j u t a n m e l a l u i pengembangan sektor industri, pertanian, dan pariwisata yang didukung dengan penggunaan teknologi”. Tujuan Kabupaten Tegal memiliki tiga (3) kata kunci, yaitu: a. Adil, memberikan pelayanan yang merata bagi seluruh masyarakat di wilayah Kabupaten sehingga dapat mengurangi terjadinya kesenjangan; b. Unggul, dapat bersaing dengan Kabupaten lain melalui pengembangan potensi local dalam bidang industry, pertanian, dan pariwisata yang merupakan sector unggulan di wilayah Kabupaten ; c. Berkelanjutan, mampu secara terusmenerus untuk mempertahankan pengembangan potensi local yang dimiliki dalam bidang industry, pertanian, dan pariwisata
Kebijakan dan Strategi Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten terdiri atas: a. Pengembangan kawasan industri kecil, menengah, dan besar berbasis teknologi ramah lingkungan di wilayah Kabupaten dengan strategi: •Peningkatan sarana dan prasarana penunjang kegiatan industry kecil, menengah dan besar •Pengembangan industry kecil dan menengah dengan pemanfaatan hasil pertanian, perikanan, kehutanan dan tambang •Pembentukan sentra-sentar industry berbasis OVOP (One Village One Product) •Pengembangan pusat promosi dan pemasaran hasil industry berbasis teknologi •Memfasilitasi integrasi rantai pasokan industry (barang baku -> setengah jadi -> jadi) b. Pengembangan kawasan minapolitan di bagian utara wilayah Kabupaten dengan strategi: •Pengembangan sentra rajungan sebagai komoditas unggulan •Peningkatan sarana prasarana sebagai penunjang kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran hasil laut
•Penetapan pusat minapolitan 12
• Pe n e t a p a n u n i t - u n i t k a w a s a n pengembangan • Pe n g e m b a n g a n ke l e m b a g a a n insentif dan disinsentif c. Pengembangan kawasan agraris di bagian timur dan selatan wilayah Kabupaten dengan strategi: •Merencanakan dan menetapkan kawasan agraris di bagian timur dan selatan wilayah Kabupaten •Meningkatkan sarana dan prasarana pendukung kawasan agribisnis di bagian timur dan selatan wilayah Kabupaten •Mengembangkan insentif dan disinsentif untuk mendukung lahan p e r t a n i a n p a n g a n b e r ke l a n j u t a n d. Pengembangan kawasan pariwisata di bagian selatan wilayah Kabupaten dengan strategi: •Pemeliharaan dan pelestarian fungsi kawasan kepariwisataan •Meningkatkan kualitas pelayanan saran dan prasarana pendukung pariwisata •Menguatkan branding kawasan ke p a r i w i s a t a a n K a b u p a t e n Te g a l , melalui penggunaan sistem informasi yang terpadu e. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan sarana dan prasarana yang dapat melayani seluruh wilayah Kabupaten dengan strategi: •Menyediakan layanan sarana yang terintegrasi di seluruh wilayah Kabupaten •Meningkatkan pelayanan jaringan energi dan kelistrikan secara merata •Meningkatkan pelayanan jaringan air minum ke seluruh wilayah Kabupaten •Meningkatan kualitas dan pemerataan pelayanan jaringan telekomunikasi ke seluruh wilayah Kabupaten •Meningkatkan sistem pelayanan drainase yang melayani seluruh wilayah Kabupaten •Mengembangkan sistem pengelolaan persampahan yang melayani seluruh wilayah Kabupaten e. Pengembangan sistem jaringan dan infrastruktur perkotaan terpadu lintas wilayah dalam sistem kawasan perkotaan Bregasmalang, wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Nasional dengan strategi: Ÿ Menyusun dan menetapkan rencana pengembangan sistem pelayanan perkotaan secara rinci
Me n e t a p k a n re n c a n a p e n ge m b a n g a n a n t a r d a e r a h Bregasmalang yang saling terintegrasi Ÿ Mengoptimalkan fungsi PKW, PKL, PKLp, dan PPK dalam sistem pelayanan perkotaan. Ÿ
Struktur Ruang
Peta Batas Administratif Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
a. Struktur Ruang Eksisting
PKL dan PKLp terpusat di bagian Utara Kabupaten, lalu PPK dan PPL terletak di Selatan Kabupaten.
b. Perumusan Alternatif Rencana Struktur Ruang Pengembangan konsep rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Tegal didasarkan pada potensi dari masing-masing kecamatan. Potensi tersebut terbagi ke dalam beberapa kategori, diantaranya potensi industri, pertanian, pariwisata, peternakan, perikanan dan daerah transisi antar Kabupaten. Selain itu perumusan rencana struktur ruang mempertimbangkan pula kebijakan lain yang tertera dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah, berupa rencana Jalan Tol Pejagan-Pemalang dan Kawasan Bregasmalang. Alternatif struktur ruang wilayah disusun dengan membedakan sektor unggulan yang akan dikembangkan secara umum di Kabupaten Tegal. Alternatif pertama dikembangkan dengan sektor Industri sebagai unggulan, kedua adalah sektor pariwisata dan pertanian serta alternatif ketiga dikembangkan berdasarkan konsep TAD (Transit Adjacent Development). Alternatif 1 (Industri) Kramat Dukuh Turi
Talang
Suradadi
Warureja
Tarub Adiwerna
Pangkah
Dukuhwaru
Kedung Banteng
Slawi
Pagerbarang Lebaksiu
PKL
Ja ne ara
PKLp Balapulang
PPK
Margasari
PPL
Peta Struktur Ruang Eksisting Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Bojong
Bumi Jawa
PKL Jalan Arteri/Utama
Berdasarkan hasil analisis struktur ruang e k s i s t i n g K a b u p a t e n Te g a l d e g a n menggunakan metode Skalogram dan Sentralisasi Marshall, didapatkan bahwa kecamatan-kecamatan di Kabupaten Tegal terdiri atas Hirarki Simpul I/PKL (Slawi), Hirarki Simpul II/PKLp (Adiwerna, Dukuhturi, Suradadi), Hirarki Simpul III/PPK (Margasari, Bumijawa, Bojong, Balapulang,Lebaksiu, Kramat) dan Hirarki Simpul IV/PPL ( Jatinegara, Warureja, Dukuhwaru). Sehingga dapat dilihat bahwa
13
PKLp
Jalan Kereta Api Jalan Kolektor Primer
PPK
Jalan Kolektor Sekunder
PPL
Jalan Lokal Jalur Bebas Hambatan
Peta Rencana Struktur Ruang Alterantif 1 (Industri) Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Alternatif 1 dengan pengembangan sektor industri sebagai unggulan mengakibatkan naiknya hirarki beberapa kecamatan yang memiliki potensi industri. Kecamatan dengan potensi pertanian dapat pula dikembangkan ke arah agroindustri dengan pemanfaatan komoditas pertanian sebagai bahan baku pengolahan.
Alternatif 2 (Pertanian dan Pariwisata)
transportasi di Kabupaten Tegal dan rencana fasilitas transit. Pembangunan Jalan Tol Pejagan Pemalang mengakibatkan kecamatan yang dilewatinya memiliki hierarki yang lebih tinggi, diantaranya adalah kecamatan Adiwerna.
c. Utility Value Analysis (UVA)
PKL PKLp PPK PPL
Peta Rencana Struktur Ruang Alternatif 2 Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Alternatif 2 menekankan pada p e n ge m b a n g a n s e k t o r p e r t a n i a n d a n pariwisata, sehingga kecamatan yang terletak pada bagian selatan mengalami peningkatan hierarki. Ditetapkannya Kecamatan Bojong sebagai PKL dengan potensi wisata diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan dan kesejahteraan penduduk. Selain itu terjadi peningkatan sarana dan prasarana pada wilayah Kabupaten Tegal bagian selatan dapat mengurangi kesenjangan. Alternatif 3 (Transit Adjacent Development)
Dalam menentukan alternatif terpilih, dilakukan perbandingan nilai antar alternatif dengan menggunakan metode Utility Value Analysis. Indikator yang digunakan diantaranya adalah pengaruh tehadap ekonomi, lingkungan, akses dan branding dari Kabupaten Tegal. Komponen ekonomi yang dimaksud dalam indikator yaitu PDRB, penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Komponen lingkungan terdiri dari efek terhadap pencemaran, polusi dan konversi lahan. Sedangkan aksesibilitas mencakup keterjangkauan fasilitas dan pemerataan infrastruktur. Hasil dari analisis UVA terhadap alternatif struktur ruang Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut:
Peta Batas Administratif Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
B e rd a s a r k a n a n a l i s i s U VA ya n g t e l a h d i l a k u k a n , d a p a t d i s i m p u l k a n b a hwa alternative 1 (pengembangan industry) memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan alternative lain. Sehingga ditetapkan bahwa alternative 1 sebagai rencana struktur ruang Kabupaten Tegal Tahun 2038.
d. Rencana Jaringan
Peta Rencana Struktur Ruang Alternatif 3 Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Alternatif 3 menggunakan konsep TAD (Transit Adjacent Development) dimana pertumbuhan terjadi di sekitar tempat transit. Maka dari itu penentuan hierarki didasarkan pada kondisi eksisting sarana
14
Rencana Jaringan Air Jaringan PDAM Kabupaten Tegal baru melayani 34% masyarakat Kabupaten Tegal (Sumber: PDAM Kabupaten Tegal, 2017). Masih terdapat 2 kecamatan dan 166 desa yang belum terlayani jaringan PDAM, ke c a m a t a n t e r s e b u t ya i t u Ke c a m a t a n Bumijawa dan Suradadi. Kabupaten Tegal memiliki 9 mata air dengan jaringan yang berbeda-beda, yaitu terdiri dari SPAM eksisting, SPAM BREGAS, SPAM PANTURA, dan SPAM IKK, selain itu sumber air Kabupaten Tegal berasal dari Sumur Dalam
Warureja dengan sistem jaringan SPAM IKK. Gunung Slamet dan waduk cacaban merupakan dua dari beberapa sumber mata air Kabupaten Tegal. Hingga thun 2017 Kabupaten Tegal seringkali mengalami ke ke r i n g a n d i s a a t m u s i m ke m a r a u . Kecamatan yang sering mengalami kekeringan yaitu Kecamatan Suradadi, Warureja, dan Kedungbanteng.
Peta Rencana Jaringan Air Bersih Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Dengan banyaknya jumlah industri di Kabupaten Tegal ditambah dengan adanya kawasan industri, maka diperkirakan kebutuhan air non domestik Kabupaten Tegal meningkat. Untuk mengantisipasi masalah kekeringan atau kekurangan air, maka pada r e n c a n a n y a K a b u p a t e n Te g a l a k a n menerapkan teknologi penyulingan air laut. Sehingga penerapan teknologi tersebut dapat menjawab permasalahan ketika bencana kekeringan melanda Kabupaten Tegal. Selain itu, karena masih adanya kecamatan dan desa yang tidak terlayani jaringan PDAM maka pada rencananya semua daerah di Kabupaten Tegal akan terlayani jaringan PDAM. Hal ini juga bertujuan untuk meratakan pembangunan di Kabupaten Tegal. Rencana Jaringan Sanitasi Dalam 26 tahun ke depan, diperkirakan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Tegal terus mengalami peningkatan. Adanya kawasan industri juga dapat menambah p e n d u d u k K a b u p a t e n Te g a l d i m a s a mendatang. Lokasi Kabupaten Tegal yang pada bagian utaranya merupakan daerah kawasan industri dan berbatasan langsung dengan Laut Jawa mengharuskan Kabupaten
15
Te g a l u n t u k d a p a t m e n e k a n j u m l a h pencemaran lingkungan. Untuk itu, pada rencananya di setiap permukiman padat penduduk harus memiliki IPAL komunal untuk memudahkan pengolahan limbah dan mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu, pada setiap kegiatan yang menghasilkan limbah tinggi seperti halnya rumah sakit dan industri besar harus memiliki pengolahan IPAL tersendiri. Pada daerah dengan memiliki jumlah industri kecil yang tinggi juga harus memiliki IPAL komunal. Dengan adanya IPAL. Kabupaten Tegal juga memiliki permasalahan dalam pengelolaan limbah industri. Hal ini dikarenakan masyarakat yang kurang terdukasi dan belum adanya pengolahan khusus untuk limbah B3. Pe n c e m a r a n ya n g t e r j a d i m e r u p a k a n pencemaran air dan udara, yang menyebabkan masyarakat merasa gatal-gatal dan sakit perut. Untuk itu, pada rencananya akan ada tempat pembuangan khusus sampah B3 dan pengolahan limbah B3 di Kabupaten Tegal. Rencana Jaringan Persampahan Rencana persampahan di kabupaten Tegal mengikuti RTRW yaitu pembangunan TPA Regional yang rencananya akan berada di kecamatan Warureja-Suradadi. TPA Regional tersebut merupakan TPA yang melayani tidak hanya Kabupaten Tegal namun area Bregasmalang dikarenakan TPA utama yaitu TPA Penujah yang berada di kecamatan Kedung Banteng sudah mengalami overcapacity. Dengan sistem yang masih lama yaitu menggunakan open dumping di TPA Penujah, maka TPA Regional akan menggunakan sistem sanitary landďŹ ll.
Peta Rencana Jaringan Persampahan Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Selain itu akan ada TPS di tiap kecamatan yang akan terintegrasi dan menuju ke TPA melalui pengangkutan menuju ke TPA dikarenakan kecamatan yang dilayani oleh TPA Penujah hanya kecamatan yang berada disekitar area perkotaan Slawi[-Adiwerna. Sedangkan kecamatan Kedung Banteng yang merupakan tempat TPA Penujah tidak terlayani, hal tersebut dikarenakan perilaku masyarakat yang masih sering membakar sampah. Selain itu jika terdapat TPS sebelum menuju TPA, dapat terjadi pemilahan jenis sampah untuk dapat diolah kembali jika masih dapat didaur ulang dan menjadi barang bernilai ekonomi. Sehingga sampah yang tidak dapat didaur ulang dapat dibawa ke TPA. Rencana Jaringan Energi Rencana sistem jaringan energi sesuai dengan RTRW 2012-2032 terdapat 3 rencana yaitu rencana jaringan listrik SUTT, rencana jaringan listrik SUTET dan rencana jaringan pipa gas. Rencana jaringan listrik SUTT 150Kv dilakukan dengan gardu-gardu distribusi berkapasitas Kva. Pengembangan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) KebasenBumiayu berada di lokasi selatan yaitu Bumijawa dan Bojong. Selain SUTT, pengembangan jaringan tranmisi Saluran Udara Tegangan Ekstrim Tinggi (SUTET) Ungaran-Pedan-Mandiracan yang berkapasitas 500 kV berada di beberapa titik seperti di kecamatan Pagerbarang, Lebaksiu, Pangkah, Kedung Banteng dan Warureja. Selain itu terdapat jaringan pipa gas di dekat jalan pantura.
Peta Rencana Jaringan Energi Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
16
Terdapat juga rencana gardu induk di kecamatan Lebaksiu. Untuk wilayah selatan yang memiliki potensi panas bumi, terdapat PLTPB (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi) khususnya di kecamatan Bojong. Sistem jaringan listrik menggunakan sistem Smart Grid menggunakan teknologi informasi untuk mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan pasar serta mengurangi biaya dan meningkatkan eďŹ siensi. Dengan pengaturan sistem sesuai d e n g a n ke b u t u h a n ko n s u m e n d a p a t mencegah terjadinya pemadaman listrik karena kebutuhan listrik sesuai dengan pola dan perilaku masyarakat.
Pola Ruang
Peta Batas Administratif Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
a. IdentiďŹ kasi dan Evaluasi
Peta Pola Ruang Eksisting Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Peta Kesesuaian Lahan Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Da r i d u a p e t a d i a t a s a k a n d i l a k u k a n penyesuaian antara pola ruang eksisting dengan kesesuaian lahan. Pada kondisi eksisting, pola ruang Kabupaten Tegal memiliki variasi pemanfaatan lahan karena kondisi geograďŹ dan bentang alam yang beragam di Kabupaten Tegal. Peruntukkan lahan untuk Kawasan budidaya didominasi o l e h p e r m u k i m a n , p e r ke b u n a n , d a n pertanian tersebar merata di wilayah Kabupaten Tegal. Sementara peruntukkan lahan lainnya seperti lindung berada di Kawasan Gunung Slamet yang berada di selatan Kabupaten Tegal. Namun demikian, masih banyak penggunaan lahan saat ini yang tidak memerhatikan tingkat kesesuaiannya. Tentu hal ini akan berimplikasi pada tingkat
17
ketahanan lahan itu sendiri dan daya dukung lahan serta penggunaan lahan yang tidak optimal akan menimbulkan potensi kebencanaan yang tak terduga. Tidak sesuai, pemanfaatan lahan budidaya s e p e r t i p e r t a n i a n , p e r ke b u n a n , d a n permukiman ada sebagian kecil masih ada yang berada pada Kawasan lindung. Hal itu memicu bencana dan pelanggaran pada area konservasi. Kurang sesuai, pemanfaatan lahan budidaya ada yang berada pada Kawasan penyangga seperti sungai dan hutan. Seharusnya Kawasan penyangga yang hanya diperbolehkan untuk pembangunan secara terbatas dan bersyarat.
b. Arahan Pola Ruang
c. Pentahapan
A r a h a n p o l a r u a n g K a b u p a t e n Te g a l ditentukan dengan mempertimbangkan rencana struktur ruang, kebutuhan lahan permukiman, kesesuaian lahan dan potensi NSDA. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terkait pertumbuhan penduduk, p a d a t a h u n 2 0 3 8 K a b u p a t e n Te g a l membutuhkan kurang lebih 93,7197 Ha lahan permukiman. Lahan permukiman mayoritas akan tumbuh pada daerah yang telah ditetapkan sebagai PKL dan PKLp, diantaranya terdapat Kecamatan Bojong, Talang, Suradadi, Slawi serta Margasari. Pengembangan wilayah kabupaten dengan sektor industri sebagai unggulan akan berakibat pada pertumbuhan kawasan industri pada beberapa kecamatan yang memiliki potensi bidang industry.
Rencana pola ruang Kabupaten Tegal tahun 2038 terbagi menjadi empat tahapan, yaitu sebagai berikut: 1. Lima Tahun Ke-1 Ÿ Pengembangan kawasan industri di bagian utara dan selatan Kabupaten Tegal (Kecamatan Suradadi, Kramat, dan Margasari) Ÿ Pengembangan kawasan budidaya perikanan darat di bagian utara K a b u p a t e n Te g a l ( K e c a m a t a n A d i w e r n a , Ta l a n g , D u k u h t u r i , Pangkah, Tarub, Kramat, Suradadi, Warureja) Ÿ Pengembangan kawasan permukiman di Ibukota Kabupaten yakni Kecamatan Slawi Ÿ Pengembangan kawasan lindung sempadan pantai di Pantai Utara Kabupaten Tegal 2. Lima Tahun Ke-2 Ÿ Pengembangan kawasan pertanian pangan di selatan Kabupaten (Kecamatan Margasari) Ÿ Pengembangan kawasan lindung (fisiografis, sempadan mata air, hutan lindung), kawasan permukiman, dan p e r ke b u n a n d i b a g i a n s e l a t a n Kabupaten yang berada di kaki Gunung Slamet (Kecamatan Bumijawa dan Bojong) 3. Lima Tahun Ke-3 Ÿ Pengembangan kawasan lindung resapan air di sekitar Waduk Cacaban (Kecamatan Jatinegara) Ÿ Pengalihfungsian kawasan perkebunan menjadi hutan produksi di Kecamatan Kedung Banteng Ÿ Pengembangan kawasan cagar alam dan cagar budaya di Kecamatan Kedung Banteng 4. Lima Tahun Ke-4 Ÿ Pengembangan kawasan permukiman di Jatinegara guna menunjang pertanian pangan yang berada di kecamatan tersebut Ÿ Pengembangan kawasan lindung dan sempadan mata air di Kecamatan Bojong.
Analisis kesesuaian lahan dibutuhkan terutama dalam penentuan kawasan lindung. Selain itu analisis NSDA digunakan sebagai dasar penentuan, pengembangan dan pemanfaatan sumber daya masing-masing sektor. Pemanfaatan NSDA secara maksimal dinilai dapat berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat Kabupaten Tegal. Sehingga berdasarkan analisis dan overlay peta yang telah dilakukan, didapatkan peta Pola Ruang Kabupaten Tegal tahun 2038 sebagai berikut:
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
18
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tegal Tahap 1 Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tegal Tahap 4 Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Rencana Kawasan Strategis Kawasan strategis merupakan Kawasan yang secara potensial memiliki efek ganda atau multiplier eect yang signiďŹ kan baik secara lintas, spasial keruangan, maupun lintas sektoral. Macam-macam kawasan strategis di Kabupaten Tegal yaitu Kawasan strategis kepentingan ekonomi, Kawasan strategis kepentingan sosial budaya, Kawasan strategis kepentingan daya dukung lingkungan hidup. Penentuan Kawasan strategis didasari pada penetapan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya melalui undang-undang, yaitu RTRW Nasional, RTRW Provinsi, ESDM Provinsi, BPIW, dan peraturan lainnya.
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tegal Tahap 2 Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Kawasan strategis kepentingan ekonomi merupakan kawasan yang memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh dan memberikan multiplier eect terhadap kawasan sekitarnya maupun hinterland. Sementara, kawasan s t r a t e g i s ke p e n t i n g a n s o s i a l b u d a y a merupakan kawasan tempat pelestarian dan pengembangan budaya, dimana pada kawasan ini mempunyai makna penting bagi pembelajaran budaya lintas generasi. Selanjutnya, kawasan strategis kepentingan daya dukung lingkungan hidup merupakan kawasan yang berperan untuk membantu kelestarian daya dukung lingkungan daerah sekitarnya, serta melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan serta salah satu strategi untuk mengatasi berbagai persoalan terkait kebencanaan.
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Tegal Tahap 3 Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
19
L a n d a s a n h u k u m m e n g e n a i k aw a s a n strategis dapat dilihat di UU No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang disebut pada pasal 11 berbunyi wewenang pemerintah daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi salah satunya adalah pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah kabupaten/kota dan kawasan strategis kabupaten/kota.
a. Kawasan Kepentingan Ekonomi Kawasan strategis kepentingan ekonomi adalah Kawasan yang secara potensial memiliki efek ganda atau multiplier effect yang signifikan secara lintas spasial keruangan, lintas pelaku, maupun lintas sektoral dalam bidang ekonomi. Pada Kawasan ini terdapat efek sentrifugal sebab dapat menggerakkan secara efektif perkembangan ekonomi dari sektor-sektor lainnya, dan memiliki kemampuan untuk menggerakkan roda ekonomi masyarakat secara makro, dalam arti tidak terbatas ekonomi masyarakat dari kelas tertentu saja. Suatu Kawasan dapat dikatakan sebagai kawasn ini jika berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten. Beberapa kriteria, bagaimana suatu kawasan tersebut dapat dikatakan sebagai kawasan strategis kepentingan ekonomi adalah sebagai berikut: Ÿ Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional Ÿ Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh Ÿ Memiliki potensi ekspor Ÿ Didukung jariangan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi Ÿ Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi Ÿ Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional Ÿ Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau Ÿ Ditetapkan untuk mempercapat pertumbuhan Kawasan tertinggal. Ada 4 kawasan strategis kepentingan ekonomi di Kabupaten Tegal yaitu Slawi, A d i w e r n a -Ta l a n g , K r a m a t - S u r a d a d i Warureja, Guci. Slawi ditetapkan sebagai
20
Kawasan strategis kepentingan ekonomi dikarenakan perannya sebagai ibukota Kabupaten Tegal dimana sektor perdagangan dan jasa merupakan sektor yang mendominasi sedangkan pada rencana struktur ruang Slawi direncanakan sebagai PKW yang mana roda ekonomi Kabupaten Tegal akan berpusat disana. Selanjutnya, Adiwerna - Talang ditetapkan sebagai Kawasan strategis kepentingan ekonomi dikarenakan letaknya yang sangat strategis yaitu dilewati oleh pintu keluar exit tol (trans jawa). dan dimungkinkan Kawasan ini kelak akan menjadi kawasan arah perkembangan wilayah. Kramat – Suradadi – Warureja ditetapkan sebagai Kawasan strategis ekonomi karena letaknya dilewati oleh jalur pantura, serta pada rencananya akan diperuntukkan sebagai Kawasan industri. Industri pada Kawasan ini bermacam-macam dari industri tekstil, kertas, hingga logam. Kawasan industri ini nantinya akan membuka lapangan pekerjaan baru di Kabupaten Tegal sehingga diharapkan akan mengurangi tingkat pengangguran yang ada. Selain itu juga dapat mendorong sektor-sektor lain di Kabupaten Tegal untuk tumbuh dan berkembang sehingga masalah seperti kesenjangan antar wilayah di Kabupaten Tegal dapat diminimalisir. Selanjutnya, Guci ditetapkan sebagai Kawasan strategis kepentingan ekonomi karena memiliki potensi wisata yang tinggi. Dari segi geografi terletak didaerah dekat Gunung Slamet sehingga banyak objek-objek wisata. Sebagian pariwisata di Kabupaten Tegal saat ini juga masih terpusat di Guci. Perkembangan sektor pariwisata di Guci memicu efek domino lainnya seperti pertumbuhan ekonomi yang tumbuh dengan pesat. Terakhir, Dukuhturi ditetapkan sebagai Kawasan strategis kepentingan ekonomi dikarenakan memiliki potensi industri yang besar salah satunya industri logam dan shuttle cock (bola bulu tangkis).
Nasional
KSP
Provinsi
perkotaan
Slawi,
Kabupaten Tegal - Kawasan
potensi
kegiatan pariwisata Guci - Kawasan
potensi
kegiatanindustry a. KSK
Kabupaten
Kramat -
Suradadi-W arureja b. KSK Duhukturi - Kawasan akses strategis exit
tol
Adiwerna -
Talang
Tabel Kawasan Strategis Kepentingan Ekonomi Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
b. Kawasan Kepentingan Sosial Budaya
Penetapan rencana kawasan strategis kepentingan sosial budaya didasari oleh beberapa kriteria yang mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/Prt/M/2012 20/Prt/M/2011 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional. Pada kriteria penetapan diantaranya yaitu ; Ÿ Tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat/budaya Ÿ Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya Ÿ Asset yang dilindungi dan dilestarikan Ÿ Te m p a t y a n g m e m b e r i k a n p e r l i n d u n g a n t e r h a d a p keanekaragaman budaya Ÿ Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial Dari PerMen diatas, kawasan Semedo masuk kedalam kawasan strategis kepentingan sosial budaya karena Kawasan Semedo merupakan salah satu situs peninggalan sejarah yang ada di Kabupaten Tegal. Kawasan strategis sosial budaya di Kabupaten Tegal meliputi: N asional
-
Provinsi
-
Penetapan KSP DAS Kritis Pemali sesuai dengan arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah. K awa s a n Wa d u k C a c a b a n m e r u p a k a n kawasan strategis karena fungsinya sebagai menjaga ketersediaan air, meningkatkan hasil produksi pertanian, tempat pengembangan budidaya ikan, objek wisata, dan mitigasi banjir. Selanjutnya adalah kawasan konservasi terumbukarang sesuai dengan arahan RTRW K a b u p a t e n Te g a l , f u n g s i n y a u n t u k melindungi populasi terumbukarang yang saat ini makin langka jumlahnya. Kemudian, KSP DAS Kritis Pemali sesuai dengan arahan RTRW Provinsi Jawa Tengah yang berfungsi sebagai berikut : 1. Mengalirkan air 2. Menyangga kejadian puncak hujan 3. Melepas air secara bertahap 4. Memelihara kualitas air 5. Mengurangi pembuangan massa (seperti tanah longsor 6. Bermanfaat untuk menjaga kelestarian lingkungan Nasional
-
Provinsi
KSP DAS Kritis Pemali - Kawasan waduk cacaban di Kecamatann Kedung Banteng
Kabupaten
- Kawasan konservasi terumbukarang yang berada 5 km dari lepas pantai utara Kabupaten Tegal
Tabel Kawasan Strategis DDLH Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
K aw asan Situs Sem edo di K abupaten
K ecam atan K edung B an teng sebagai situs peninggalan purbakala
Tabel Kawasan Strategis Sosial Budaya Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
b. Kawasan Kepentingan DDLH
Penetapan rencana kawasan strategis kepentingan daya dukung lingkungan hidup adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan (PP No. 26 Tahun 2008).
21
Peta Rencana Kawasan Strategis Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Tabel Arahan Pemanfaatan Pengendalian Ruang Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52 Tabel Ketentuan Pemanfaatan Pengendalian Ruang Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Bab 4:
Skenario dan Tahapan Pelaksanaan
53
Skenario
P x Dt 0,01 + H x Dt 0,03 [ P+H [ [ P+H [ 130016 439550 x Dt 0,01 + x Dt 0,03[ 77.854 = [ [ [ 439550+130016 439550+130016 LW =
a. Skenario Penduduk
Skenario Penduduk Scenario kependudukan dilakukan untuk menyelaraskan pembangunan dan pengembangan wilayah dengan melihat kebutuhan masyarakat di setiap tahunnya karena penduduk merupakan subyek dan juga obyek utama dalam perencanaan wilayah. Data kependudukan menjadi input dalam menganalisis sektor-sektor lainnya di masa yang akan dating. Penduduk Kabupaten Tegal cenderung padat di bagian utara, terlebih di daerah yang berbatasan dengan Kota Tegal, yaitu Kecamatan Pangkah, Adiwerna, Kramat, Talang, dan Dukuh Turi. Berikut ini adalah graďŹ k laju tren pertumbuhan penduduk & eksisting & skenario Kabupaten Tegal tahun 2016-2036:
77.854 = [0,77xDt0,01]+[0,23xDt0,03] 77.854 = 0,0077 Dt + 0,0069 Dt 77.854 = 0,0146 Dt Dt = 5.332.465
Keterengan: LW : Luas Wilayah (Asumsi luas lahan budidaya) P : Jumlah penduduk non-pertanian H : Jumlah penduduk pertanian DT : Daya tampung 0,01: Kebutuhan lahan non pertanian (ha/jiwa) 0,03: Kebutuhan lahan pertanian (ha/jiwa)
Lahan budidaya Kabupaten Tegal dapat menampung 5.332.465 jiwa penduduk. Pada tahun 2016, jumlah penduduk di Kabupaten Tegal mencapai 1.429.386 jiwa dan proyeksi penduduk tahun 2036 mencapai 1.533.519 jiwa (pada subbab berikutnya) sehingga dapat dikatakan bahwa daya tampung Kabupaten Tegal masih dapat menampung penduduk hingga 20 tahun ke depan. Daya Tampung Air Ketersediaan Air SA = 10xCxRxA = 10x0,35x184,27x87,879 = 57.609.197,46 m3/tahun Kebutuhan Air DA = NxKHL = 1.429.386x1.600 = 2.287.017.600 m3/tahun Daya Dukung Air SA 57.609.197,46 DDA = = DA 2.287.017.600
GraďŹ k Perbedaan Tren & Skenario Penduduk Kabupaten Tegal Tahun 2037 Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Jika dilihat pada graďŹ k di atas, menunjukkan bahwa pertumbhan penduduk masih relative stablik dan terus mengalami peningkatan. Pada sub-bab ini kami mecoba memproyeksikan penduduk yang ada di Kabupaten Tegal dengan menghitung daya dukung dan daya tampung yang selanjutnya akan kami gunakan sebagai dasar acuan di scenario kependudukan Kabupaten Tegal. Daya Tampung Lahan
Lw =
P H xDt.0,01 + xDt.0,03 P+H P+H
54
Keterangan: SA: Ketersediaan Air (m3/tahun) DA: Kebutuhan Air C: Koef. Limpasan Tertimbang R: Rata-rata curah hujan (mm/tahun) A: Luas wilayah (Ha) N: Jumlah penduduk KHLA: Kebutuhan Air untuk Hidup Layak
Daya Dukung Air di Kabupaten Tegal sudah terlampaui karena nilai DDA <1. Namun, tetap diperlukan upaya untuk menjaga ketersediaan air bersih Kabupaten Tegal. Data di atas menjadi acuan dalam melakukan skenario penduduk agar tidak melebihi batas ke m a m p u a n l a h a n d a n c a d a n g a n a i r Kabupaten Tegal.
Perhitungan Skenario Penduduk Scenario kependudukan dilakukan untuk menyelaraskan pembangunan dan pengembangan wilayah dengan melihat kebutuhan masyarakat di setiap tahunnya karena penduduk merupakan subyek dan juga obyek utama dalam perencanaan wilayah. Data kependudukan menjadi input dalam menganalisis sektor-sektor lainnya di masa yang akan dating. Penduduk Kabupaten Tegal cenderung padat di bagian utara, terlebih di daerah yang berbatasan dengan Kota Tegal, yaitu Kecamatan Pangkah, Adiwerna, Kramat, Talang, dan Dukuh Turi. Berikut ini adalah graďŹ k laju tren pertumbuhan penduduk & eksisting & skenario Kabupaten Tegal tahun 2016-2036:
perhitungan jumlah penduduk menurut trend dengan skenario dengan rentang tahun 2016-2033.
b. Skenario Ekonomi
Ekonomi Makro Skenario pada sektor ekonomi digunakan untuk menentukan dalam peningkatan kesejahteran masyarakat sesuai dengan tujuan perencanaan yang direncankan. Dengan menggunakan perhitungan yang berdasarkan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) kabupaten untuk melihat proyeksi dalam 20 tahun mendatang. Setelah mengetahui proyeksi atau kemungkinan yang ada, dilakukan skenario dengan pertimbangan keadaan eksisting pdrb, proyeksi pdrb dan tujuan perencanaan. Dari PDRB tersebut dibagi menjadi 3 sektor yaitu sektor primer yaitu sektor pertanian, sekunder yaitu industri pengolahan dan pertambangan & penggalian, dan tersier yaitu diluar primer & sekunder. Dalam penentuan proyeksi penduduk menggunakan metode geometrik.
Tabel Skenario Penduduk Kabupaten Tegal Tahun 2037 Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Dari tabel di atas, jumlah penduduk di K a b u p a t e n Te g a l p a d a t a h u n 2 0 3 6 diperkirakan mencapai 1559092 jiwa pada tahun 2034. Skenario yang digunakan dalam proses perhitungan jumlah penduduk menggunakan asumsi bahwa rasio laju pertumbuhan penduduk (r) akan semakin tinggi apabila kecamatan tersebut semakin mendekati pusat kegiatan ( Jalur Pantura, Kota Slawi, Kota Tegal), karena mayoritas penduduk akan bermukim di tempat-tempat tersebut dengan alasan kesempatan kerja dan ekonomi wilayahnya lebih tinggi. Maka dari itu, laju pertumbuhan di bagian Utara dan Barat Kabupaten Tegal relatif lebih tinggi dibandingkan dengan yang di bagian Selatan dan Timur. Apabila dibandingkan jumlah penduduk menurut trend dengan skenario, pada tahun 2033, terdapat perbedaan jumlah penduduk hingga 41663 jiwa. Berikut merupakan graďŹ k perbandingan
55
Diagram Presentase PDRB Kabupaten Tegal tahun 2016
Diagram Presentase Proyeksi PDRB Kabupaten Tegal tahun 2016
Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Dapat dilihat dari diagram PDRB bahwa sektor primer mengalami penurunan dalam kontribusinya terhadap PDRB total yang semula 18% menjadi 11%, sektor sekunder mengalami kenaikan dari 40% menjadi 45%, sedangkan sektor tersier mengalami kenaikan sedikit dari 42% menjadi 43%. Sektor sekunder khususnya industry mengalami peningkatan karena merupakan sektor unggulan wilayah sedangkan sektor pariwisata dan jasa yang berada di sektor tersier mengalami kenaikan yang cukup dan sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup banyak.
Diagram Presentase Skenario PDRB Kabupaten Tegal Tahun 2036 Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Dalam menentukan skenario ekonomi dengan pertimbangan pada tujuan p e re n c a n a a n y a n g a d a , u n t u k s e k t o r sekunder dilakukan peningkatan sebesar 6% dari 40% menjadi 46% karena fokus utama dari tujuan perencanaan di sektor industri sehingga peningkatan cukup signiďŹ kan. Untuk sektor primer mengalami penurunan namun tidak sebesar yang ada di proyeksi dikarenakan tujuan perencanaan tetap mempertimbangkan sektor pertanian sebagai sektor utama selain industri yang juga dijadikan pertimbangan dalam pengembangan agroindustri dan minapolitan. Untuk sektor pariwisata yang ada di sektor tersier, tetap dikembangkan namun karena focus utama adalah industri mengalami penurunan di sektor tersier. Ekonomi Mikro PDRB Kabupaten Tegal pada tahun 2016 adalah 21265717,23 juta rupiah dengan penduduk 1429386 jiwa. Keadaan tren yang s u d a h d i p roye k s i k a n t e n t u m e m i l i k i peningkatan untuk 20 tahun kedepan namun sesuai dengan skenario ekonomi dan kependudukan yang dilakukan bahwa perubahan yang terjadi untuk skenario t e r s e b u t , b e r i k u t a d a l a h t a b e l P DR B Perkapita.
PDRB(Juta Rupiah) JumlahPenduduk(Jiwa) PDRBPerkapita (Juta Rupiah)
Eksisting (2016)
Proyeksi (2036)
21265717,23 1429386
42464674,6 1533519
14,8775189
27,691
Skenario (2036) 78236645,87 1533642 51,01363021
Tabel Skenario Ekonomi Mikro Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
56
Pada keadaan eksisting PDRB perkapita masyarakat yang didapat dalam satu bulan sekitar 1.400.000 rupiah jumlah ini berada diatas rata-rata standar angka kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS yaitu pendapatan dibawah 600.000 rupiah per bulan, pada p r oye k s i 2 0 3 6 p e n d a p a t a n r a t a - r a t a masyarakat perbulan naik hingga 2.300.000 rupiah, dan skenario yang dilakukan juga naik sekitar 4.800.000 rupiah. Angka pendapatan ini tinggi untuk memapankan masyarakat dari kemiskinan dan kerentanan, sesuai dengan konsep perencanan yang lebih mengoptimalkan masyarakat untuk memiliki bidang usaha yang mandiri dan adanya konsep minapolitan yang menjadi dasar pengembangan wilayahnya. Pada rencana pembangunan dan pengembangan w i l ay a h a k a n d i l a k u k a n p e m e r a t a a n pendapatan untuk masyarakat disetiap kecamatan sesuai dengan komoditi unggulan dan lokasi strategis yang ada pada setiap kecamatan dalam Kabupaten Tegal.
Pentahapan
57
58 Tabel Pentahapan Program Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Bab 5:
Program Prioritas
59
Program Pengembangan Kawasan Agroindustri dengan Mengoptimalkan Potensi Lokal di Kabupaten Tegal Oleh: Adellia Naura Fatina (43535)
60
Latar Belakang
yang besar (sumber daya lahan, agroklimat,
Kabupaten Tegal memiliki banyak sumber daya lokal dari tiap kecamatannya ya n g m e l i m p a h d a n p o t e n s i a l u n t u k dikembangkan, baik dari sektor pertanian, ke h u t a n a n , p e t e r n a k a n , p e r i k a n a n , pariwisata, maupun industri terdapat di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Tegal. Kecamatan Pagerbarang mempunyai potensi berupa peternakan, sebesar 10.405 penduduk atau sekitar 50% penduduk di Kecamatan Pagerbarang bekerja di sektor pertanian dengan jumlah itik sebanyak 8.735 ekor. Kecamatan Jatinegara terdiri dari 324 ha hutan produksi yang kayunya bisa dimanfaatkan. Kecamatan Suradadi merupakan penghasil komoditas perikanan dengan sektor unggulannya yaitu rajungan. Hasil produk pertanian dari kecamatankecamatan di Kabupaten Tegal jika dijual secara langsung nilainya tidak terlalu besar. Oleh karena itu, hasil pertanian sebaiknya diolah terlebih dahulu agar nilai jualnya bertambah. Selain potensi dari pertanian, Kabupaten Tegal yang memiliki julukan sebagai Jepangnya Indonesia juga terkenal akan industrinya. Industri pengolahan yang ada di Kabupaten Tegal ini dapat membantu
tenaga kerja, plasma nutfah); 4) input yang tersedia pada umumnya dapat diperbaharui (renewable) sehingga ramah lingkungan; 5) proses produksi juga renewable dalam pemanfaatan sumber daya alam; 6) agroindustri memiliki tingkat keberlanjutan yang baik; 7) memberikan peluang kerja yang luas; 8) dapat menumbuhkan daerah pertumbuhan baru atau kota baru; 9) sebagai penghasil produk untuk kebutuhan hidup bahkan sebagai obyek wisata (agrowisata); 10) sebagai komoditas andalan ekspor; 11) memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang kuat dengan sektor lainnya sehingga dapat menggerakkan sektor hulu dan hilirnya. Oleh karena itu, diperlukan p e n ge m b a n g a n k awa s a n a g ro i n d u s t r i dengan mengoptimalkan potensi lokal yang ada di Kabupaten Tegal. Selain meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian, adanya pengembangan kawasan agroindustri juga diharapkan dapat mengoptimalkan potensi lokal sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Tegal.
Tujuan Perencanaan
meningkatkan nilai tambah dari hasil
Tujuan pengembangan kawasan agroindustri
pertanian yang ada.
di Kabupaten Tegal adalah:
Agroindustri adalah sebuah konsep yang dinilai bisa mengoptimalkan potensi lokal di Kabupaten Tegal dari sektor pertanian dan industri. Dalam agroindustri terdapat penghasil bahan baku, sentra industri, serta tempat pemasaran yang tergabung dalam sebuah sistem. Agroindustri
1. Meningkatkan PDRB melalui sektor industri dan pertanian 2. Mengatasi permasalahan kesenjangan wilayah 3. M e n g o p t i m a l k a n p o t e n s i l o k a l Kabupaten Tegal 4. Me n i n g k a t k a n d ay a s a i n g d e n g a n
memiiki banyak keunggulan baik dari segi
peningkatan ekspor barang hasil olahan
input, proses, output, dan pasar yang
produk pertanian
menurut Setiyanto (1998) adalah sebagai
5. M e n d u k u n g t u j u a n p e r e n c a n a a n
berikut: 1) tingkat ketergantungan terhadap
Kabupaten Tegal, yaitu mewujudkan
bahan baku dan modal dari luar negeri kecil
Kabupaten Tegal yang adil, unggul, dan
karena memberdayakan potensi lokal; 2)
berkelanjutan melalui pengembangan
memiliki tingkat keuntungan yang tinggi
sektor industri, pertanian, dan pariwisata
karena menghasilkan output yang bernilai
yang didukung dengan penggunaan
ekonomis tinggi; 3) memiliki potensi input
teknologi.
61
Landasan Hukum Landasan hukum untuk program pengembangan kawasan agroindustri di Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut: a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri c. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan d. Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 10 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tegal Tahun 2012-2032 e. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Tegal Tahun 2005-2025
Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam mengembangkan kawasan agroindustri di Kabupaten Tegal adalah sebagai berikut: 1. Analisis Wilayah Sebelum menyusun program, penulis melakukan analisis wilayah terkait dengan potensi di Kabupaten Tegal terlebih dahulu. Analisis ini dilakukan di tiap kecamatan dengan mencari potensi apa saja yang terdapat di kecamatan tersebut. Dalam analisis tersebut, ditemukan hasil bahwa Kabupaten Tegal memiliki potensi berupa peternakan itik di Kecamatan Pagerbarang, potensi kehutanan di Kecamatan Jatinegara, potensi perikanan di Kecamatan Suradadi, serta industri shuttlecock di Kecamatan Dukuhturi, industri pengolahan hasil hutan di Kecamatan Talang, dan industri pengolahan perikanan di Kecamatan Pangkah. Dengan adanya potensi dari sektor pertanian dan industri tersebut, Kabupaten Tegal bisa dijadikan sebagai kawasan agroindustri. 2. Studi Literatur Sebelum melakukan pengembangan kawasan agroindustri, dilakukan pengkajian terhadap dokumen terkait sebagai referensi teori. Pengkajian dokumen tersebut adalah untuk memperkuat analisa dan melihat arahan agar pengembangan kawasan agroindustri yang akan dilakukan tidak menyimpang dari rencana yang sudah ditetapkan. 3. Kerangka Berpikir
Kerangka Berpikir Sumber: Analisis Penulis
4. Cost Benefit Analysis Cost Benefit Analysis atau Analisis Manfaat-Biaya adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan/kerugian serta kelayakan suatu proyek. Suatu proyek layak dan efisien untuk dilaksanakan jika nilai benefit dibagi cost lebih dari 1, yang artinya manfaat yang diperoleh dari sebuah proyek lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
62
Kerangka Kerja Logis Goals
Alat/Metode/Bahan/Lembaga Pihak yang terlibat: - Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja - Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan - Dinas Pekerjaan Umum - Badan Pusat Statistik - Pihak swasta - Masyarakat
Asumsi Adanya peran aktif dari seluruh pihak yang terlibat
Alat/Metode/Bahan/Lembaga Pihak yang terlibat: - Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Meningkatnya PDRB - Dinas Pertanian Perkebunan melalui sektor industri dan Kehutanan Sektor pertanian dan pertanian - Dinas Pekerjaan Umum menyumbang PDRB sebanyak 20% dari total - Badan Pusat Statistik PDRB Kabupaten Tegal - Pihak swasta - Masyarakat Semakin optimalnya Jumlah hasil pertanian pemanfaatan potensi bertambah 15% lokal Jumlah pelaku industri bertambah 25% Meningkatnya daya Jumlah ekspor hasil saing Kabupaten Tegal olahan pertanian bertambah 10%
Asumsi Masyarakat turut berperan aktif dalam pengembangan industri berbasis hasil pertanian
Mewujudkan Kabupaten Tegal yang adil, unggul, dan berkelanjutan melalui pengembangan sektor industri, pertanian, dan pariwisata yang didukung dengan penggunaan teknologi
Sasaran
Outcome Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan industri berbasis hasil pertanian
Meningkatkan penguasaan teknologi dalam kegiatan industri
Meningkatkan permintaan barang hasil olahan produk pertanian
Indikator Terciptanya kawasan agroindustri di Kabupaten Tegal Pemasaran produk hasil agroindustri dengan bantuan teknologi (e-commerce )
Indikator Sektor industri menyumbang PDRB sebanyak 40% dari total PDRB Kabupaten Tegal
Indikator Menurunnya tingkat pengangguran sebesar 15%
Kegiatan industri menjadi lebih efektif dan efisien
Alat/Metode/Bahan/Lembaga Pihak yang terlibat: - Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja - Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan - Dinas Pekerjaan Umum - Badan Pusat Statistik - Masyarakat
Adanya alat-alat untuk membantu kegiatan industri Meningkatnya jumlah konsumen sebanyak 30%
63
Pelaku industri menguasai teknologi sehingga pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien Jalur Pantura mampu menjadi jalur utama untuk distribusi hasil agroindustri
Asumsi Masyarakat mampu menguasai teknologi untuk membantu kegiatan industri
Output
Indikator
Tersedianya sarana dan prasarana pendukung kegiatan industri dan pertanian
Tersedianya jaringan jalan yang baik dan dapat menghubungkan sistem agroindustri, tersedianya jaringan air bersih, air limbah, serta persampahan
Tersedianya mesin untuk mendukung kegiatan industri
Tersedianya mesin untuk membantu kegiatan industri agar pekerjaan menjadi lebih mudah dan cepat selesai Adanya e-commerce untuk membantu pemasaran hasil olahan industri
Meningkatnya usaha promosi hasil olahan industri melalui teknologi dan media informasi
Input Pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan peternakan Pembangunan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan industri Pemberdayaan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi Pengoptimalan pemasaran shuttlecock
Indikator
Alat/Metode/Bahan/Lembaga
Asumsi
Pihak yang terlibat: - Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja - Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan - Dinas Pekerjaan Umum - Badan Pusat Statistik - Masyarakat Pelaku industri bisa menggunakan mesin
Adanya peran aktif dari masyarakat dan pemerintah
Alat/Metode/Bahan/Lembaga Pihak yang terlibat: - Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja - Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan - Dinas Pekerjaan Umum - Badan Pusat Statistik - Masyarakat
Asumsi Adanya kerjasama antara pemerintah dan swasta
Adanya kerjasama antara pemerintah dan swasta
Konsep Rencana Agroindustri
Dalam FAO (Food and Agriculture Organization) dijelaskan bahwa agroindustri adalah suatu industri yang menggunakan bahan baku dari pertanian dengan jumlah minimal 20% dari jumlah bahan baku yang digunakan. Pertanian yang dimaksud bisa berupa sub-sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Agroindustri diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pertanian. Maka agroindustri harus berkelanjutan (sustainable) sehingga harus memperhatikan aspek-aspek manajemen dan konservasi sumber daya alam. Teknologi yang digunakan harus sesuai dengan daya dukung sumber daya alam, tidak mengakibatkan degradasi lingkungan, menguntungkan secara ekonomi, dan dapat diterima masyarakat (Soekartawi, 2000).
64
Agroindustri merupakan suatu sistem yang terdiri dari empat keterkaitan, yaitu: 1. Keterkaitan mata rantai produksi, yaitu keterkaitan antara tahapan-tahapan operasional mulai dari arus bahan baku pertanian sampai ke pengolahan dan distribusi pada konsumen. 2. Keterkaitan kebijaksanaan makro-mikro, yaitu keterkaitan berupa pengaruh kebijakan makro pemerintah terhadap kinerja agroindustri. Hubungan antara berbagai organisasi yang beroperasi dan berinteraksi dalam mata rantai produksi agroindustri. 3. Ke t e r k a i t a n i n t e r n a s i o n a l , a d a l a h ketergantungan antara pasar nasional dan pasar internasional. Dalam skala kabupaten bisa juga berarti pasar di dalam
Kawasan Agroindustri di China
dan di luar kabupaten. 4. Pengelolaan agroindustri dikatakan unik,
D a l a m FA O S TAT t a h u n 2 0 0 7,
karena bahan bakunya berasal dari hasil
d i s e b u t k a n b a hw a C h i n a m e r u p a k a n
pertanian (tanaman, hewan, ikan) yang
penyumbang lebih dari 30% produksi daging
mempunyai tiga karakteristik, yaitu
yang ada di dunia. China mempunyai
musiman (seasonality), mudah rusak
peternakan domba dan kambing yang cukup
(perishabelity), dan beragam (variability).
besar, daging domba dan kambing tersebut
Dalam agroindustri terdapat beberapa
kemudian diolah dalam industri sehingga
komponen yang membentuk sebuah sistem
nilai jualnya naik dan kemudian dipasarkan
seperti yang terlihat pada gambar berikut.
baik di dalam maupun luar negeri. Industri pengolahan daging tersebut berupa industri besar seperti Donying Beef Association di Shandong maupun industri rumahan. Agroindustri di China khususnya yang mengolah hasil peternakan pada umumnya terintegrasi secara vertikal. Integrasi vertikal ini berusaha untuk mengurangi rantai pasokan barang, lalu menuju ke nilai barang yang lebih tinggi dan mengembangkan skala pemasarannya. Dalam program agroindustri ini, terdapat beberapa target yang ingin dicapai yaitu meningkatkan produksi domba dan kambing, meningkatkan kualitas hasil peternakan, serta membuat standar produksi dan manajemen agar kualitas produk tetap
Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan Sumber: Indrawanta, Didik (2011)
terjaga.
Rencana Detail
Preseden
Program pengembangan kawasan
Kawasan Agroindustri di Argentina
Jika dibandingkan dengan negaranegara penghasil wine di Amerika Latin seperti Bolivia, Brasil, Chili, dan Uruguay, produksi wine terbesar berasal dari Argentina. Kondisi tanah dan iklim di Argentina yang cocok untuk anggur membuat negara ini mendominasi produksi wine pada pasar domestik maupun regional. Pemerintah Argentina secara tegas membantu p e r ke m b a n g a n i n d u s t r i w i n e m e l a l u i beberapa hal yaitu dengan tidak menghalangi kegiatan produksi dan ekspor anggur maupun wine, membantu produsen skala kecil dalam menggunakan teknologi, serta membantu kegiatan pemasaran anggur dan wine. Untuk menjaga kualitas wine yang dihasilkan, di Argentina terdapat lembaga untuk melakukan penelitian tentang wine.
65
agroindustri di Kabupaten Tegal akan direncanakan di bagian utara Kabupaten Tegal. Kawasan agroindustri mencakup daerah penghasil bahan baku, sentra industri, serta tempat pemasaran yang membentuk sebuah sistem dengan bahan baku yang berasal dari sektor pertanian. Di Kabupaten Tegal, daerah penghasil bahan bakunya adalah Kecamatan Suradadi (ikan), Kecamatan Pagerbarang (itik), dan Kecamatan Jatinegara (hasil hutan). Bahan baku yang berasal dari sektor pertanian tersebut kemudian diolah menjadi shuttlecock di Kecamatan Dukuhturi, produk olahan ikan di Kecamatan Pangkah, serta industri kertas dan industri hasil hutan di Kecamatan Talang. Karena sebagian besar industri di Kabupaten Tegal merupakan industri kecil atau industri
rumahan yang kesulitan dalam memasarkan
lebih cepat. Untuk jaringan harus
produknya, maka hasil industri tersebut
d i p a s t i k a n s u d a h d a p a t m e l aya n i
dikumpulkan terlebih dahulu dan dipasarkan
seluruh kawasan agroindustri yang
di Kecamatan Kramat. Kecamatan Kramat dipilih karena lokasinya yang strategis yaitu
direncanakan. 2. P e l a t i h a n d a n p e m b e r d a y a a n
dekat degan Jalur Pantura dan dekat dengan
masyarakat
sentra industri sehingga dapat
Kegiatan pelatihan dan pemberdayaan
meminimalisir biaya transportasi.
sumber daya manusia sangat diperlukan untuk mendukung program ini, terutama pelatihan dan pemberdayaan di bidang teknologi. Untuk sentra industri, penggunaan teknologi sangat penting karena dapat membuat pekerjaan lebih efektif dan eďŹ sien. Selain pada industri, penggunaan teknologi juga dibutuhkan pada tahap pemasaran yaitu dengan e-commerce agar pemasaran bisa menjangkau skala yang lebih luas. Kegiatan pelatihan dan pemberdayaan masyarakat bisa mencakup beberapa hal, yaitu pelatihan kewirausahaan, pendampingan UMKM, serta penyuluhan pengelolaan limbah
Peta Pengembangan Kawasan Agroindustri Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Penulis
industri. Kegiatan pelatihan kewirausahaan dan pendampingan
Agar kegiatan agroindustri di Kabupaten
UMKM bisa dilakukan dengan
Tegal menjadi lebih optimal terdapat
membentuk FGD (Focus Group
beberapa detail rencana pengembangan
Discussion), dalam FGD ini diharapkan
kawasan agroindustri sebagai berikut: 1.
masyarakat yang terlibat dapat berperan
Pengembangan dan penyediaan sarana-
aktif dan menyampaikan pendapatnya
prasarana pendukung kegiatan industri dan pertanian Penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan industri dan pertanian berupa infrastruktur jalan, jaringan air bersih, jaringan air limbah, serta jaringan persampahan. Infrastruktur jalan sangat penting untuk mendistribusikan hasil pertanian menuju sentra industri serta mendistribusikan produk hasil olahan industri untuk dipasarkan di daerah utara Kabupaten Tegal, yaitu Kecamatan Kramat yang strategis karena terdapat jalur Pantura. Dengan adanya pengembangan infrastruktur jalan berupa perbaikan jalan maka diharapkan distribusi barang menjadi
66
secara bebas. 2.
Pengoptimalan pemasaran hasil industri Untuk mengoptimalkan pemasaran, dibutuhkan teknologi berupa ecommerce. Di jaman yang serba modern ini internet sangat penting bagi kehidupan manusia, salah satunya dalam hal jual-beli. Seperti preseden agroindustri di Argentina, pemerintah banyak berperan untuk membantu pemasaran barang hasil industri, terutama untuk industri kecil atau rumahan. Industri yang ada di Kabupaten Tegal sebagian besar adalah industri kecil dengan jumlah pekerja hanya 4-5 orang. Sebaiknya dibuat tempat pemasaran sendiri yang diatur
langsung oleh Pemerintah Daerah untuk mengumpulkan hasil olahan agroindustri yang dibuat oleh pelaku industri di Kecamatan Dukuhturi, Pangkah, dan Talang. Tempat pemasaran yang terintegrasi ini juga merupakan salah satu usaha untuk mencegah adanya persaingan tidak sehat antar pelaku industri. Tentunya kualitas produk olahan industri yang dihasilkan juga harus sesuai standar agar bisa bersaing dengan hasil produksi pabrik besar. Pada program pengembangan kawasan agroindustri Kabupaten Tegal, pemasaran direncanakan akan dilakukan di Kecamatan Kramat. Kecamatan Kramat dipilih karena dekat dengan Jalur Pantura dan dekat dengan sentra industri.
Pentahapan Program
Sub-Program
5 tahun ke-1
Kegiatan
1
2
3
4
5 tahun ke-2 5
1
2
3
4
5 tahun ke-3 5
1
2
3
4
5 tahun ke-4 5
1
2
3
Perbaikan jalan
Pengadaan infrastruktur pendukung
Pelebaran jalan Penambahan dan perbaikan jaringan air bersih Penambahan dan perbaikan jaringan air limbah Penambahan dan perbaikan jaringan persampahan
Pengembangan kawasan agroindustri Maintenance dengan Pelatihan kewirausahaan mengoptimalkan Pendampingan UMKM potensi lokal di Pemberdayaan Kabupaten Tegal Penyuluhan pengelolaan limbah masyarakat Pelatihan penggunaan teknologi Focus Group Discussion Pengadaan alat industri Pengembangan Pemasaran dengan e-commerce teknologi Maintenance
Cost-BeneďŹ t Analysis Cost Cost (juta rupiah) t
Tahun (1+i)
Sarana dan Fasilitas Prasarana Pendukung Transportasi
Pemberdayaan Masyarakat
Pengoptimalan Maintenance Pemasaran
Total
Total (Discount)
0
1.00
0
0
0
0
0
0
0.00
1
1.05
0
0
0
0
0
0
0.00
2
1.10
0
0
0
0
0
0
0.00
3
1.16
0
0
0
0
0
0
0.00
4
1.22
0
0
0
0
0
0
0.00
5
1.28
0
0
0
0
0
0
0.00
6
1.34
3000
6000
0
0
1000 10000
7462.15
7
1.41
3000
9000
0
0
1000
13000
9238.86
8
1.48
0
4500
0
0
1000
5500
3722.62
9
1.55
0
3000
1500
0
1000
5500
3545.35
10
1.63
0
0
1500
0
1000
2500
1534.78
11
1.71
0
0
1200
1000
1000
3200
1870.97
12
1.80
0
0
900
1000
1000
2900
1614.83
13
1.89
0
0
900
1000
1000
2900
1537.93
14
1.98
0
0
600
1000
1000
2600
1313.18
15
2.08
0
0
0
1000
1000
2000
962.03
16
2.18
0
0
0
1000
1000
2000
916.22
17
2.29
0
0
0
1000
1000
2000
872.59
18
2.41
0
0
0
1000
1000
2000
831.04
19
2.53
0
0
0
1000
1000
2000
791.47
20
2.65
0
0
0
1000
1000
2000
753.78
60100
36967.81
Jumlah
67
4
5
BeneďŹ t Tahun
t
(1+i)
Penjualan Shuttlecock
Benefit (juta rupiah) Penjualan Penjualan Peningkatan Peningkatan Peningkatan Penghematan Olahan Hasil Nilai Jual Nilai Jual Nilai Jual Biaya Hasil Olahan Ikan Itik Hasil Hutan Ikan Transportasi Hutan 2000 1000 50 50 50 0
Total
Total (Discount)
0
1.00
1500
4650
4650.00
1
1.05
1500
2000
1000
50
50
50
0
4650
4428.57
2
1.10
1500
2000
1000
50
50
50
0
4650
4217.69
3
1.16
1500
2000
1000
50
50
50
0
4650
4016.84
4
1.22
1500
2000
1000
50
50
50
0
4650
3825.57
5
1.28
1500
2000
1000
50
50
50
0
4650
3643.40
6
1.34
1500
2000
1000
50
50
50
0
4650
3469.90
7
1.41
1500
2000
1000
50
50
50
0
4650
3304.67
8
1.48
1500
2000
1000
50
50
50
100
4750
3214.99
9
1.55
1500
2000
1000
50
50
50
100
4750
3061.89
10
1.63
1500
2000
1000
50
50
50
100
4750
2916.09
11
1.71
2000
2500
1500
100
100
100
100
6400
3741.95
12
1.80
2000
2500
1500
100
100
100
100
6400
3563.76
13
1.89
2000
2500
1500
100
100
100
100
6400
3394.06
14
1.98
2000
2500
1500
100
100
100
100
6400
3232.43
15
2.08
2000
2500
1500
100
100
100
100
6400
3078.51
16
2.18
2000
2500
1500
100
100
100
100
6400
2931.91
17
2.29
2000
2500
1500
100
100
100
100
6400
2792.30
18
2.41
2000
2500
1500
100
100
100
100
6400
2659.33
19
2.53
2000
2500
1500
100
100
100
100
6400
2532.70
20
2.65
2000
2500
1500
100
100
100
100
6400
2412.09
1E+05
71088.65
Jumlah
Dari hasil perhitungan cost beneďŹ t analysis program pengembangan kawasan agroindustri, didapatkan hasil B/C sebesar 1,92 yang artinya program ini sudah layak untuk dilaksanakan dan memberi manfaat bagi Kabupaten Tegal.
68
Program Akselerasi Pengembangan Taman Wisata Air Panas Guci yang Berkelanjutan di Kabupaten Tegal Oleh: Bima Indra Permana (43541)
69
Latar Belakang Kabupaten Tegal merupakan kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah dengan potensi wisata yang melimpah dan strategis. Kabupaten Tegal terletak di wilayah pesisir utara bagian barat dari Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, Kabupaten Tegal memiliki keragaman topograďŹ . Terdiri dari tiga bentuk yaitu pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi. Bagian utara Kabupaten Tegal merupakan pantai dan dataran rendah sementara bagian selatan merupakan tanah perbukitan yang meruakan lereng dari Gunung Slamet yang diapit oleh bukit dan lembah serta memiliki iklim yang sejuk. Obyek wisata yang paling terkenal di Kabupaten Tegal adalah Wisata Air Panas Guci.
Tabel Obyek Wisata Terbesar di Kabupaten Tegal Sumber : BPS, 2017
Diagram Jumlah Wisatawan Guci Sumber: BPS, 2017
Data diatas menggambarkan bahwa obyek wisata air panas Guci di Kabupaten Tegal memiliki potensi wisata yang besar untuk dikembangkan, namun belum dioptimalkan secara maksimal. Kemudian jumlah wisatawan yang tergolong tinggi setiap tahunnya. Tantangan Wisata Alam Air Panas Guci adalah pemerintah Kabupaten Tegal masih terfokus untuk mengelola sebagian kecil dari obyek wisata yang ada.
70
Beberapa dari obyek wisata tersebut dikelola masyarakat sendiri. Kemudian kurangnya kerjasama antara pemerintah sebagai pemangku kebijakan dengan masyarakat sehingga berdampak pada sulitnya data dan akses menuju obyek wisata. Peningkatan pendapatan daerah melalui pemanfaatan sumber daya alam yang dituangkan ke dalam optimalisasi sektor pariwisata dapat berjalan dengan efektif dan eďŹ sien apabila akses jalan menuju obyek wisata dalam kondisi baik. Selain itu diperlukan beberapa usaha pendukung sistem untuk mengoptimalkan sektor pariwisata yang ada.
Tujuan Perencanaan Adapun tujuan dari program prioritas ini adalah 1. Peningkatan kualitas masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat p a r i w i s a t a d a l a m m ew u j u d k a n kelembagaan kepariwisataan. 2. M e w u j u d k a n p e n g e m b a n g a n pariwisata berbasis lingkungan. 3. Menghubungkan daerah-daerah terpencil dalam rangka pemerataan pembangunan. 4. Meningkatkan daya Tarik wisata sehingga mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. 5. Mengembangkan seluruh potensi ekonomi daerah sebagai pemicu tumbuh kembangnya pariwisata secara berkelanjutan dan berdaya saing dengan mendayagunakan potensi wilayah dan kearifan lokal. 6. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan pariwisata dan adanya kesempatan lapangan pekerjaan.
Landasan Hukum
Peraturan perundang-undangan dan produk dokumen perencanaan lebih tinggi yang digunakan sebagai pondasi dalam perencanaan Program Akselerasi Pengembangan Taman Wisata Air Panas Guci yang Berkelanjutan di Kabupaten Tegal a d a l a h s e b a g a i b e r i k u t :
1. Peraturan Menteri Pariwisata No 14
2. 3.
4.
5.
6.
7.
Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan Undang-Undang No 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan Permen RI No 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional tahun 2010-2025 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2012-2027 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2025 Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Tegal No 1 Tahun 2016
Metode Pelaksanaan /Perencanaan
Dalam proses perencanaan program Akselerasi Pengembangan Taman Wisata Air Panas Guci Yang Berkelanjutan di Kabupaten Tegal, terdapat beberapa metode yang dilakukan diantaranya :
Analisis Wilayah
Pada periode studio sebelumnya, telah ditemukan beberapa temuan dan informasi dari analisis wilayah Kabupaten Tegal. Kemudian dari temuan-temuan tersebut dikemas menjadi sederhana menjadi temuan masalah dan potensi dari Kabupaten Tegal. Sektor Pariwisata menjadi salah satu temuan dari hasil analisis tersebut. Dalam tujuan perencanaan yang termuat dalam RTRW Kabupaten Tegal juga disebutkan sektor pariwisata merupakan basis yang d i p r i o r i t a s k a n u n t u k d i ke m b a n g k a n . Program Akselerasi Pengembangan Taman Wisata Air Panas Guci Yang Berkelanjutan di Kabupaten Tegal ini dilatarbelakangi dari hasil Analisa yang menyatakan belum optimalnya pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Tegal.
71
Dalam melakukan perencanaan pariwisata yang berkelanjutan, maka sebelumnya dilakukan analisis terhadap permasalahan pariwisata yang ada di Kabupaten Tegal. Permasalahan pariwisata yang ada di Kabupaten Tegal adalah pengembangan pariwisata, khususnya dalam hal aksesibilitas menuju lokasi destinasi wisata. Kemudian, masih kurangnya pengelolaan Obyek Daya Tarik Wisata oleh pemerintah, selanjutnya juga masih kurangnya fasilitas pendukung baik kuantitas maupun kualitas serta promosi wisata yang masih rendah di Kabupaten Tegal. Dari adanya beberapa permasalahan tersebut sebaiknya memang perlu adanya terobosan baru untuk memaksimalkan potensi pariwisata yang ada di Kabupaten Tegal, antara potensi 4 tipe pariwisaa di Kabupaten Tegal yaitu wisata alam, wisata agro, wisata buatan, dan wisata budaya. Apabila sektor ini dikembangkan secara maksimal maka sektor-sektor yang berkaitan seperti ekonomi dan sosial juga akan mengalami peningkatan kualitas yang baik.
Studi Literatur Tahap sebelum melakukan perencanaan pembangunan dan pengembangan terhadap sektor pariwisata daerah di Kabupaten Tegal dengan perencanaan Akselerasi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan, maka dilakukan peninjauan dan sinkronisasi terhadap dokumen perencanaan yang sejajar dengan yang ada diatasnya. Kemudian, dokumen-dokumen perencanaan tersebut dikaji dan dilakukan sinkronisasi adala Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah P r o v i n s i J a w a Te n g a h , R e n c a n a Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Tengah, Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Tegal. Hal ini dilakukan supaya tidak ada tumpang tindih antara dokumen p e r e n c a n a a n d e n g a n s e t i a p ke g i a t a n perencanaan pembangunan.
Konsep Rencana Kajian Teori
Teori Ekowisata Ekowisata menurut The Ecotourism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan serta melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Pada mulanya ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah obyek wisata tetap lestari dan utuh, disampung budaya dan kesejahteraan masyrakat tetap terjaga. Dalam perkembangannya ternyata bentuk ekowisata berkembang karena banyak diminati oleh wisatawan. Wisatawan ingin berkunjung ke area alami, yang dapat menciptakan kegiatan bisnis. Ekowisata kemudian didefinisikan sebagai bentuk baru dari perjalanan bertanggung jawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industri pariwisata (Fandeli, 2000). Dari kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa ekowisata dunia telah berkembang sangat pesat dan keadaan di Indonesia dari beberapa destinasi wisata berhasil dalam mengembangkan ekowisata ini. Definisi lainnya mengenai ekowisata seperti yang dikemukakan oleh Green Tourism Association, ekowisata adalah suatu pembangunan pariwisata yang memiliki empat pilar atau komponen penyusun yaitu ; 1. Cultural sensitivity; mendorong t i m b u l ny a p e n g h o r m a t a n d a n apresiasi terhadap adat istiadat dan keragaman budaya untuk menjamin kelangsungan budaya lokal yang baik misalnya melalui wisata budaya, maka orang akan mengenal budaya daerah atau negara lain dan menimbulkan penghormatan atas kekayaan budaya tersebut ; 2. E n v i r o n m e n t a l r e s p o n s i b i l i t y ; mengandung pengertian proteksi, konservasi atau perluasan sumber daya alam dan lingkungan fisik untuk menjamin kehidupan jangka panjang dan keberlanjutan ekosistem; 3. Local economic vitality; mendorong t u m b u h d a n b e r ke m b a n g nya ekonomi lokal,
72
bisnis dan komunitas untuk menjamin kekuatan ekonomi dan ke b e r l a n j u t a n ( s u s t a i n a b i l i t y ) misalnya dampak dari pembangunan lokasi wisata biasanya akan diikuti oleh maraknya kegiatan ekonomi lokal ; 4. Experiental richness; menciptakan atraksi yang dapat memperkaya dan meningkatkan pengalaman yang lebih memuaskan, melalui partisipasi aktif dalam memahami personal dan keterlibatan dengan alam, manusia, tempat dan/atau budaya (Yoeti, 2006; 26). Prinsip Ekowisata 1. Konservasi 2. Ekonomi 3. Pendidikan 4. Wisata 5. Partisipasi Masyarakat Community Based Tourism Community Based Tourism (CBT) merupakan konsep pengembangan suatu destinasi wisata melalui pemberdayaan masyarakat lokal. Pada konsep ini masyarakat berperan dalam perencanaan, pengelolaan, dan pemberian suara berupa keputusan dalam pembangunan (Murphy, 2004). kemudian, menurut Suansri (2003) mendefinisikan Community Based Tourism (CBT) sebagai pengembangan pariwisata yang memperhitungkan aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, dan budaya dalam ko m u n i t a s m e n u j u p a r iw i s a t a ya n g berkelanjutan (sustainable). Salah satu bentuk proses perencanaan yang partisipatif dalam pembangunan pariwisata karena menjadikan masyarakat sebagai aktor utama dalam pembangunannya seperti yang dikemukakan oleh Hausler (2005), menjelaskan gagasannya mengenai definisi dari Community Based Tourism yaitu : 1. Bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen serta pembangunan pariwisata
2.
Bagi masyarakat yang tidak terlibat langsung dalam usaha-usaha pariwisata juga mendapat keuntungan dari adanya kegiatan pariwisata 3. Menuntut adanya pemberdayaan secara politis dan demokratisasi dan d i s t r i b u s i ke u n t u n g a n ke p a d a komunitas yang kurang beruntung di pedesaan. Adapun ciri-ciri Community Based Tourism sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasikun yaitu : 1. K a r a k t e r y a n g l e b i h m u d a h diorganisasi di dalam skala kecil 2. Jenis pariwisata yang dasarnya merupakan suatu jenis pariwisata yang bersahabat dengan lingkungan 3. Secara ekologis aman dan tidak m e n i m b u l k a n b a ny a k d a m p a k negatif seperti yang dihasilkan oleh jenis pariwisata konvensional yang berskala massif Un t u k m e n ge n a l m e n ge n a i ko n s e p C o m m u n i t y B a s e d To u r i s m , k i t a h a r u s mengetahui mengenai prinsip-prinsipnya serta indikatornya yang digunakan saat ini berdasarkan UNEP & WTO (2005), SNV (2005), dan Hatton (1999) sebagai berikut :
mengorbankan dan mengurangoi hak dan kebutuhan generasi yang akan datang. Pariwisata berkelanjutan ini yang akan dijadikan sebagai konsep utama pengembangan pariwisata di Kabupaten Tegal. Diharapkan dengan konsep ini akan membawa sektor pariwisata di Kabupaten Tegal terus berkembang setiap waktu. Alternatif Rencana Alternatif pertama yaitu Ekowisata atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Konsep ekowitawa adalah konsep yang memadukan tiga komponen penting yaitu konservasi alam, memberdayakan masyarakat lokal, meningkatkan kesadaran lingkungan hidup. Hal ini ditujukan tidak hanya bagi pengunjung, akantetapi juga melibatkan masyarakat lokal. Alternatif kedua yaitu agrowisata yang mana merupakan aktivitas wisata yang melibatkan penggunaan lahan pertanian atau fasilitas terkait yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Agrowisata memiliki beragam variasi, seperti labirin jagung, wisata petik buah, memberi makan hewan ternak, hingga restoran di atas laut. Agrowisata juga dapat dikatakan sebagai sebuah sistem kegiatan pengembangan pariwisata sekaligus pertanian dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Metode UVA digunakan untuk menentukan alternatif terbaik.
Tabel UVA Alternatif Rencana Sumber: Analisi Individu, 2018
Pariwisata Berkelanjutan Dari adanya konsep ekowisata dan Community Based akan menghasilkan pembangunan p a r i w i s a t a b e r ke l a n j u t a n . P a r i w i s a t a berkelanjutan terkait erat dengan kebutuhan wisata saat ini yang tidak boleh
73
Berdasarkan hasil perhitungan dipilihlah alternatif 1 sebagai konsep rencana dengan skor tertinggi yaitu 7,75.
Preseden
Rencana Detail
Taman Wisata Alam Gunung Papandayan Sumber : www.digarut.com Ta m a n w i s a t a a l a m G u n u n g Papandayan merupakan salah satu objek wisata alam yang terletak di Desa Sirnajaya dan Kramat Wangi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Wisata Gunung Papandayan memiliki pemandangan alam ya n g i n d a h d e n g a n h a m p a r a n b u n g a Edelweiss, dengan ketinggian kurang lebih 2.666 mdpl. Ada beberapa atraksi wisata yaitu kawah, hutan mati, sunrise, area berkemah. Ditunjang dengan fasilitas wisata yang lengkap seperti kolam rendam air panas, menara pandang, hotel dan penginapan, restoran dan kantin, masjid, tempat parkir.
Untuk mendukung Program Akselerasi Pengembangan Taman Wisata Air Panas Guci yang Berkelanjutan di Kabupaten Tegal, maka terdapat beberapa sub-program, antara lain : 1. Penyusunan Regulasi Wisata, bertujuan untuk merumuskan regulasi yang mana merupakan salah satu dimensi penting dalam kegiatan perencanaan. Regulasi penting dirumuskan untuk diterapkan pada perencanaan sebuah sistem, kemudian sasaran keberlanjutan akan diawasi dengan adanya regulasi. Pada tahap ini akan disusun masterplan untuk alur kawasan pariwisata yang berkelanjutan.
Lava Tour Merapi Yogyakarta Sumber : www.lokatour.com Gunung Merapi merupakan gunung berapi teraktif di Indonesia, kemudian Gunung Merapi terletak ditengah-tengah perbatasan Provinsi DIY dan Jawa Tengah. Gunung Merapi menunjukkan aktivitas erupsi terakhir pada tahun 2006 dan 2010 telah mengubah bentuk Kaliadem yang dulunya merupakan daerah untuk perkemahan yang hijau dengan hamparan tanah yang sangat luas. Saat ini Kaliadem merupakan kawasan bekas lahar Merapi yang digunakan untuk lava tour Merapi Kaliadem. Para Wisatawan dapat melihat dari jarak yang cukup dekat material sisa letusan Gunung Merapi serta bunker-bunker sebagai tempat perlindungan. Hal yang menjadikan wisata Lava Tour Merapi menarik adalah atraksi wisata yang ditawarkan yaitu atraksi suatu fenomena alam yang pernah terjadi disana. Lava Tour merupakan wisata hasil inovasi dari Kaliadem yang dulunya difungsikan sebagai basecamp pendakian serta bumi perkemahan. Bangunan seperti warung makan, toilet, musholla namun saat ini bangunan tersebut telah tertimbun material letusan dan ada beberapa yang sudah hancur.
2. Optimalisasi Atraksi Wisata, bertujuan meningkatkan atraksi on-site di suatu obyek wisata sehingga merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Tegal. Atraksi wisata merupakan ikon yang melekat dalam setiap obyek wisata yang ada. Oleh karena itu optimalisasi atraksi wisata akan sedikit mempengaruhi peningkatan jumlah wisatawan. Pengembangan atraksi wisata di Kabupaten Te g a l h a r u s m e m p e r h a t i k a n a s p e k lingkungan sebagai salah satu langkah mencapai pariwisata yang berkelanjutan serta dapat dinikmati dikemudian hari. Atraksi wisata yang akan dikembangkan harus sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh kawasan d i s e k i t a r ny a s e b a g a i c o n t o h p o t e n s i kebudayaan masyarakat dan kearifan lokal yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
74
3 . Pe n i n g k a t a n Fa s i l i t a s Pe n u n j a n g Pariwisata, bertujuan untuk memaksimal o bye k w i s a t a d a n e ko n o m i s e k i t a r. Diharapkan dengan sub-program ini dapat meningkatkan waktu bermalam wisatawan. Fa s i l i t a s p e n u n j a n g ya n g d i m a k s u d diantaranya restoran, hotel atau penginapan, penyedia perlengkapan wisata, WC umum serta fasilitas umum lainnya.
Tentu pembangunan fasilitas penunjang pariwisata harus memperhatikan lingkungan dan memperhatikan daya dukung lingkungan untuk menciptakan iklim pembangunan yang berkelanjutan. 4. Peningkatan Usaha Promosi dan Branding Wisata berbasis Teknologi, bertujuan untuk memperkenalkan obyek wisata kepada masyarakat luas baik internal maupun eksternal Kabupaten Tegal. Usaha yang dilakukan melalui perbaikan citra wisata yang direncanakan dengan cara modern yaitu dengan aplikasi. Dalam aplikasi tersebut berisi muatan mengenai informasi wisatawisata di Kabupaten Tegal secara lengkap sehingga siapa saja dapat mengakses informasi wisata Kabupaten Tegal dengan mudah dan cepat. 5. Optimalisasi peran Masyarakat Lokal, bertujuan untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam kegiatan pariwisata yang ada. Dalam hal ini masyarakat lokal berperan sebagai aktor utama dalam perencanaan, pembangunan serta operasional obyek daya tarik wisata. Hal ini penting dilakukan mengingat masyarakat adalah subyek langsung dengan wisatawan sehingga perlu dibentuk sikap sadar wisata dalam benak setiap masyarakat. Pengembangan alternative rencana ekowisata harus didukung oleh partisipasi masyarakat. Sikap sadar wisata dilakukan dengan menempuh beberapa tahapan diantaranya yaitu penyadaran masyarakat mengenai pentingnya aspek pariwisata dalam pembangunan wilayah, kemudihan peningkatan sofskill masyarakat dengan pendidikan dan pelatihan. Kemudian dilakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja kelompok sadar wisata. 6. Peningkatan Aksesibilitas dan transportasi, bertujuan untuk meningkatkan kualitas aksesibilitas obyek daya Tarik wisata agar dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisata serta obyek wisata yang ada dapat diakses oleh berbagai moda transportasi
75
seperti angkot, bus, dll dengan didukung fasilitas pendukung transportasi seperti halte, terminal sehingga wisatawan dapat dengan mudah mencapai destinasi wisata yang diinginkan dengan aman dan nyaman. Pengembangan transportasi khususnya untuk kepentingan pariwisata dilakukan dengan peningkatan infrastruktur jalan menuju destinasi wisata.
7. Optimalisasi Lembaga Pengelola Pariwisata, adanya sub-program ini diharapkan mampu meningkatkan pelayanan pariwisata dengan optimal dan terintegrasi sehingga masyarakat luas sebagai wisatawan merasa senang ketika mengunjungi suatu obyek wisata. Kemudian adanya optimalisasi ini juga diharapkan pengelolaan sektor pariwisata bisa sesuai dengan alternatif terpilih yaitu ekowisata. Rencana Keruangan MASTER PLAN Air Panas Homestay
Sentra Oleh-oleh Bangunan Kebersihan
Rumah Ibadah
WC Umum Taman
Akses Jalan Gerbang Masuk
Masterplan Wisata Guci Sumber: Analisis Individu, 2018
Peta Rencana Pengembangan Taman Wisata Air Panas Guci Sumber: Analisis Kelompok, 2018
Kerangka Berpikir MASALAH - Rendahnya aksesibilitas pariwisata - Kontribusi sektor pariwisata yang belum maksimal pada PDRB - Pengelolaan pariwisata yang belum optimal
POTENSI - Potensi wisata yang melimpah - Peluang pengembangan pariwisata yang tinggi
TUJUAN PERENCANAN KABUPATEN TEGAL â&#x20AC;&#x153;Mewujudkan Kabupaten Tegal yang adil, unggul,dan berkelanjutan melalui pengembangan sektorindustri, pertanian, dan pariwisata yang didukung dengan penggunaan teknologiâ&#x20AC;? pengembangan pariwisata berkelanjutan Sosial
Ekonomi
Ancilary Organisasi Kepariwisataan
Attraction Daya Tarik Wisata
Lingkungan
Amenities Fasilitas Pendukung Wisata
Program Tercapainya Kesejahteraan mayarakat Kabupaten Tegal melalui kegiatan bertemakan kepariwisataan Diagram Kerangka Berpikir Sumber: Analisis Individu, 2018
Kerangka Kerja Logis
76
Accessibility Sarana dan Prasarana Transportasi
77
Kerangka Kerja Logis Sumber: Analisis Individu, 2018
Pentahapan Program
78
79
Tabel Pembiayaan Program Sumber: Analisis Individu, 2018
Pembiayaan Program Dari tabel diatas dapat diketahui pentahapan program selama 20 tahun. Dari tabel diatas diperoleh total anggatan yang diperlukan untuk Program Akselerasi Pengembangan Taman Wisata Air Panas Guci Yang Berkelanjutan Di Kabupaten Tegal Rp 38.750.000.000,00 berserta sumber pendanaan program dan lokasi pelaksanaan tiap kegiatan.
Tabel Pembiayaan Program Sumber: Analisis Individu, 2018
Cost and BeneďŹ t Analysis
80
Tabel Cost and BeneďŹ t Sumber: Analisis Individu, 2018
Kesimpulan Dari hasil perhitungan cost beneďŹ t analisis Program Akselerasi Pengembangan Taman Wisata Air Panas Guci yang Berkelanjutan di Kabupaten Tegal, didapatkan hasil NPV 15514,76 dengan IRR 5%. Kemudian hasil dari B/C sebesar 1,49 yang artinya program ini sudah layak untuk dilaksanakan dan memberi manfaat bagi Kabupaten Tegal. selain itu dampak dari program ini tak hanya untuk meningkatkan sektor pariwisata namun juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar obyek wisata Air Panas Guci yang hingga saat ini dinilai masih kurang sejahtera serta membantu untuk mengatasi masalah Kabupaten Tegal yaitu disparitas wilayah.
81
Program Revitalisasi Waduk Cacaban sebagai Sumber Irigasi Pertanian dan Obyek Wisata di Kabupaten Tegal Oleh: Deano Damario Putrayurin (42750)
82
Latar Belakang lebih 23 km atau sekitar 11 km di sebelah timur Kota Slawi. Waduk yang berluaskan 928,7 hektar ini pada dasarnya berfungsi untuk mengairi sawah-sawah di sekitarnya, namun tidak lama kemudian waduk ini juga difungsikan sebagai objek wisata. Waduk Cacaban mengalami masalah berupa sedimentasi selama beberapa tahun terakhir. Sedimentasi ini disebabkan oleh material-material di hulu yang terbawa oleh aliran sungai, menuju ke waduk. Material ini berasal dari tanah yang tergusur, dan banyaknya pohon-pohon yang ditebang di daerah sekitar hulu sungaim menyebabkan stabilitas struktur tanah menjadi terganggu. Sedimentasi yang berlebihan pada suatu waduk dapat mengurangi kapasitas tampung dan fungsi waduk, mengakibatkan meningkatnya biaya pengelolaan dan pemeliharaan. Permasalahan ini akan berdampak secara langsung kepada peran vital waduk ini sebagai pemasok aliran irigasi terhadap sawah yang menjadi titik tumpu peran Kabupaten Tegal sebagai salah salah satu lumbung padi di Jawa Tengah.
Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan luasan lahan pertanian yang mendominasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta bahwa 45,84% dari 878,79 km2 dari total luas Kabupaten Tegal merupakan lahan sawah yang meliputi pertanian lahan basah, pertanian lahan kering, dan pertanian tahunan. Lahan-lahan sawah ini tersebar di seluruh penjuru Kabupaten Tegal, namun lahan sawah jarang ditemukan lebih jarang di Kabupaten Tegal sebelah Barat Laut. Meskipun demikian, sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki pengaruh penting dalam perekonomian Kabupaten Tegal. Kondisi ini juga didukung o l e h R T R W J a w a Te n g a h y a n g
Peta Lokasi Waduk Cacaban Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
mengamanahkan Kabupaten Tegal sebagai salah satu lumbung padi Jawa Tengah guna menjaga ketahanan pangan. Salah satu sumber pengairan atau irigasi untuk lahan pertanian yang ada berasal dari Waduk Cacaban. Waduk Cacaban adalah sebuah bendungan air yang terletak di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tahun 1952, Waduk Cacaban awal mulanya digagas pada tahun 1914 dan direncanakan secara detil pada tahun 1930 oleh pemerintah kolonial. Lokasi Waduk Cacaban yang terletak di Sungai Cacaban ini berada di sebelah tenggara Kota Tegal yang jaraknya kurang
83
Tujuan Perencanaan
Metode Perencanaan
Program ini bertujuan untuk mengatasi sumber permasalahan yang terjadi di Wa d u k C a c a b a n s e l a m a m a s a operasionalnya, yaitu adanya penumpukan material sedimentasi di dasar waduk yang menyebabkan penurunan daya tampung sehingga saluran irigasi ke lahan-lahan pertanian menjadi berkurang..
Metode yang penulis gunakan dalam proses merumuskan dan menentukan perencanaan program revitalisasi Waduk Cacaban adalah: 1. Analisis kewilayahan; dimana analisis ini meliputi studi keruangan, analisis guna lahan, dan kajian mengenai struktur dan pola ruang. Penulis menganalisis data-data yang didapatkan dari survey primer, yaitu observasi langsung ke lapangan, dan juga survey sekunder, yaitu dengan mengumpulkan data-data terkait dari instansi pemerintahan 2. Studi literatur yang mana penulis mempelajari sejumlah contoh kasus serupa yang terkait dengan revitalisasi maupun pengelolaan kawasan di sekitar waduk. 3. BeneďŹ t Cost Ratio digunakan untuk mengukur seberapa besar keuntungan yang didapat dari program dibandingkan dengan biaya yang dibutuhkan. BCR berfungsi sebagai alat ukur kelayakan suatu proyek, yaitu apabila nilai beneďŹ t dibagi cost adalah lebih dari satu, maka program dianggap layak dijalankan.
Selain itu, diharapkan tulisan ini dapat memperhitungkan biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan program ini dan diuji kelayakannya. Maka dari itu, tujuan dari perencanaan ini adalah sebagai berikut: 1. Mengendalikan penebangan hutan yang ada di kawasan hulu sungai 2. Menormalisasi daya tampung air Waduk Cacaban 3. Mengoptimalisasi OW Waduk Cacaban sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar waduk
Landasan Hukum 1. Pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air 2. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi 3. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2010 tentang Bendungan
Kerangka BerďŹ kir
Diagram Kerangka Berpikir Sumber: Analisis Individu, 2018
84
Tujuan Perencanaan Deskripsi Program Goal
Indikator ·
Sumber Verifikasi
Kontribusi PDRB Sektor
· BPS
Asumsi Peningkatan PDRB
Terwujudnya Waduk
Pertanian Kabupaten Tegal
berbanding lurus
Cacaban sebagai sarana
terhadap perekonomian
dengan produktivitas
penyokong sektor
Jawa Tengah meningkat
tani
pertanian yang
·
Kontribusi PDRB Sektor
berkelanjutan serta obyek
Pariwisata Kabupaten Tegal
wisata yang berdaya saing
terhadap perekonomian
ekonomi.
Jawa Tengah meningkat
Outcome 1.
Peningkatan efektifitas
1.
Debit air sungai meningkat
· Dinas Pertanian
2.
Daya tampung air di
· Dinas Pariwisata
saluran pengirigasian 2.
Produtivitas sektor
Waduk Cacaban terestorasi 3.
pertanian meningkat 3.
Bertumbuhnya
diperhitungkan, melainkan hanya
Jumlah produksi pertanian
kuantitas
meningkat
· Sektor Pertanian
Penambahan jumlah
selalu
perekonomian warga
pengunjung OW Waduk
menguntungkan
yang bermukim di
Cacaban
dari sisi green
daerah OW Waduk
4.
· Kualitas air tidak
5.
Cacaban
Peningkatan pendapatan
economy
dari sektor pariwisata
· Pengunjung wisata selalu membawa manfaat ekonomi bagi OW
Output 1.
1.
Adanya pengendalian pemanfaatan lahan di wilayah sekitar waduk
2.
3.
· Badan Lingkungan Hidup
waduk cacaban berkurang
· Dinas Pariwisata
sebanyak 37 juta 2.
Berkurangnya timbunan sedimen di
Timbunan sedimen di
3.
m3
· ATR/BPN
Jumlah pengunjung OW
· Bappeda
· Sedimentasi dapat dihilangkan sepenuhnya · Toko-toko atau
Waduk Cacaban meningkat
warung akan
Banyaknya toko -toko atau
selalu untung
dasar Waduk Cacaban
warung di OW Waduk
Bertambahnya
Cacaban
kegiatan ekonomi di OW Waduk Cacaban Tabel Kerangka Kerja Logis Sumber: Analisis Individu, 2018
85
Konsep Rencana hulu sungai. Salah satu penyebab utama terjadinya sedimentasi di Obyek Wisata Wa d u k C a c a b a n a d a l a h b a n y a k n y a penebangan hutan di Kecamatan Kedungbanteng dan Jatinegara yang menyebabkan peningkatan laju erosi dan sedimentasi sungai, yang sedikit demi sedikit merambat ke waduk itu sendiri. Selain itu, perencanaan ini juga memfokuskan dalam peningkatan intensitas pemanfaatan lahan untuk kegiatan ekonomi, seperti jasa penyewaan perahu, toko-toko atau warung makan, dan sebagainya agar mampu memfasilitasi para pengunjung ke obyek wisata ini.
Konsep perencanaan yang penulis tawarkan adalah konservasi wisata alam yaitu menjadikan hutan di bagian hulu sungai menjadi daerah hutan lindung, atau dengan kata lain, cagar alam namun juga mempertahankan fungsi dari Waduk Cacaban itu sendiri, yaitu sebagai obyek wisata (OW).
Definisi Wisata Alam Wisata alam adalah sebuah kegiatan perjalanan yang ditempuh oleh seorang individu atau kelompok dengan tujuan rekreasi yang didapatkan dari potensi alamnya maupun juga beserta kegiatan budidayanya. Menurut Salah Wahab (1975:55), wisata atau pariwisata adalah suatu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, dan juga mampu menstimulaisi produktivitas sektor-sektor ekonomi lainnya.
Preseden Waduk Cengklik, Kab. Boyolali Waduk Cengklik, adalah sebuah waduk yang berada di Desa Ngargorejo, Boyolali, Jawa Tengah. Lokasi Waduk Cengklik ini dirasa sangat strategis, yakni berada sekitar 2 kilometer dari Bandara Adi Soemarmo, dan juga kurang dari 600 meter dari jalur tol Solo – Kertonoso, yang mana kelak menjadi jalur Trans-Jawa, memberikan waduk Cengklik sebuah potensi ekonomi yang menjanjikan. Wa d u k i n i j u g a m e n g a l a m i permasalahan yang serupa dengan Waduk Cacaban, yaitu banyaknya timbunan sedimentasi di dasar waduk yang menyebabkan tampungan air menjadi tidak maksimal. Selain itu, bersporadisnya tanaman eceng gondong di dalam waduk semakin memperparah kondisi, membuat kondsisi waduk terlihat kotor dan tidak terawat serta saluran irigasi menjadi macet. Sehingga, kondisi yang memprihatinkan ini berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat yang membuka lapak atau warung di sekitar Waduk Cengklik ini, dikarenakan waduk ini juga difungsikan sebagai obyek wisata. Tak kalah penting, s a l u r a n i r i g a s i ya n g m a c e t t e r s e b u t berimbas kepada terganggunya kebutuhan petani akan aliran air yang belum terpenuhi.
Definisi Konservasi Konservasi, berasal dari kata con (bersama) dan servaro (menjaga) didefinisikan sebagai sebuah upaya yang dilakukan oleh manusia untuk menjaga kelestarian alam ataupun budaya sehingga dapat diwariskan ke generasi selanjutnya. Konservasi dapat berupa dalam bentuk efisiensi penggunaan energi atau sumber daya alam, atau perlindungan dan pengelolaan lingkungan alam atau suaka.
·Konsep Konservasi Wisata Alam Berdasarkan kedua definisi di atas, konsep yang diusung oleh penulis dapat d i s i m p u l k a n s e b a g a i s e b u a h u p ay a merestorasi sebuah wilayah menjadi sebuah lokasi wisata berbasis alam dengan memperhatikan kelestarian alam itu sendiri. Sehingga lokasi ini tetap memiliki dampak positif ekonomi tanpa merusak lingkungan di sekitarnya. Hal ini bertujuan agar tidak ada lagi kegiatan penebangan hutan eksploitatif yang terjadi di daerah
86
ditebang ini berpotensi untuk mengurangi daerah resapan air, sehingga tanah yang ada semakin berpotensi tergerus dan mengalami erosi. Oleh karena itu penulis
Maka dari itu, pemerintah Kabupaten Boyolali berinisiatif untuk melakukan pengerukan material sedimen yang menumpuk di dasar dan juga menghambat aliran irigasi .Tak hanya petani yang memanfaatkan airnya untuk irigasi, potensi wisata waduk Cengklik pun juga dapat dimunculkan.
Hutan Waduk Sungai Kedung Banteng
Pangkah
Ja negara
Lebaksiu
Pemalang
Peta Kawasan Hutan Lindung Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
Peta Waduk Cengklik Sumber: http://mancingmania.com/
menentukan delineasi zonasi hutan lindung dimana pohon-pohon di dalamnya dilarang ditebang sebagai upaya untuk mengurangi laju erosi dan sedimentasi yang mengalir di waduk.
Normalisasi Waduk Waduk Cacaban memiliki material sedimen yang menumpuk di dasarnya yang tertimbun selama masa operasionalnya. Sehingga, kapasitas tampungnya berkurang hingga 38 juta dibandingkan pada saat awal pembangunannya. Sumber: https://jateng.antaranews.com
Rencana Detail Program Revitalisasi Waduk Cacaban di Kabupaten Tegal terdiri dari 3 sub program, yaitu Revitalisasi Hutan, Normalisasi Waduk, dan Optimalisasi Obyek Wisata.
Revitalisasi Hutan Sub program ini bertujuan untuk mengendalikan kegiatan penebangan pohon yang terjadi di hutan di kecamatan Ke d u n g b a n t e n g . Po h o n - p o h o n ya n g
87
Padahal, Waduk Cacaban merupakan salah satu sumber utama pengairan bagi lahan-lahan pertanian yang ada di Kabupaten Tegal. Apabila kapasitas tampung dan debit yang dialirkan semakin berkurang seiring waktu, produktivitas sektor pertanian ditakutkan akan berkurang juga, padahal Kabupaten Tegal merupakan salah satu kontributor hasil pertanian yang cukup signiďŹ kan di Provinsi Jawa Tengah mengingat kabupaten ini diamanahkan sebagai salah satu lumbung padi. Maka dari itu, muncullah urgensi untuk diadakan pengerukan timbunan sedimen untuk merestorasi kapasitas tampung waduk.
Normalisasi Waduk
Sebagai sebuah obyek wisata yang mampu menarik ribuan pengujung tiap tahunnya, Waduk Cacaban memiliki potensi ekonomi yang masih dapat dikembangkan lagi. Sehingga perlu adanya inisiatif dari warga lokal untuk mendirikan kegiatan ekonomi, misalnya jasa dan toko atau warung sebagai upaya meningkatkan perekonomian mereka.
Tabel Jumlah Pengunjung Obyek Wisata Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Tegal
Kedung Banteng
Jalan Lain Jalan Lokal Jalan Setapak Batas Kecamatan Waduk Cacaban Jasa Perdagangan Permukiman
Ja negara 0.6 Km
Peta Pemanfaatan Lahan Sumber: Analisis Kelompok Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal 2
88
Pentahapan 5 Tahun I Kegiatan
Revitalisasi Hutan
Normalisasi Waduk
Detail Kegiatan
1
2
3
4
5 Tahun II 5
6
7
8
5 Tahun III
5 Tahun IV
Anggaran
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 (juta rupiah
Studi kelayakan Sosialisasi masyarakat Pengadaan bibit Penanaman bibit/pohon Monitoring dan evaluasi Desain jaringan penangkap lumpur Studi kelayakan
200 200 300 200 200
Sumber Pembiayaan
Pelaksana
APBD APBD APBD APBD Bappeda APBD
APBD 200 100
Konstruksi jaringan penangkap lumpur
APBD APBD, bisa joint venture dengan investor
Swasta
500
Pengerukan sedimen Monitoring dan evaluasi Penyusunan masterplan Perumusan RAB Studi Kelayakan Sosialisasi mengenai Optimalisasi pemanfaatan Obyek Wisata lahan Penyediaan sarana prasarana penunjang wisata Monitoring dan evaluasi Operasional
700 200 300 100 200
APBD APBD APBD APBD
Bappeda
APBD
APBD 200 APBD, bisa joint venture dengan investor
Swasta
APBD
Bappeda
400 200 300 Tabel Pentahapan Program Sumber: Analisis Individu, 2018
89
APBD
BeneďŹ t Cost Ratio
Tabel Analisis Pembiayaan Program Sumber: Analisis Individu, 2018
90
Program Peningkatan Produktivitas Pertanian Kabupaten Tegal melalui IntensiďŹ kasi Pertanian Oleh: Naufal Ghalib Al Gabril (43563)
91
Latar Belakang Kebutuhan utama manusia sendiri dibagi menjadi kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Salah satu kebutuhan primer yang harus dipenuhi adalah sandang, pangan d a n p a p a n . Na m u n s e i r i n g d e n g a n bertambahnya penduduk tiap tahunnya akan m e n i n g k a t k a n ke b u t u h a n t e r s e b u t . Kebutuhan pangan salah satu yang penting dalam pertumbuhan penduduk yang ada. Semakin banyak penduduk maka konsumsi harian juga semakin banyak. Lahan produktif semakin banyak yang harus disediakan. Paradigmanya adalah disaat lahan pertanian harus disediakan atau produksi pangan d i t i n g k a t k a n , ke b u t u h a n a k a n l a h a n permukiman juga perlu ditingkatkan. Dan disisi lain, lahan pertanian merupakan lahan yang paling mudah dikonversikan.
Potensi pertanian kabupaten yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan seperti yang ada pada NSDA Pertanian Pangan namun disaat bersamaan tantangan yang ada seperti konversi lahan menjadi lahan industri & jalan tol menjadi hambatan. Hambatan juga dapat terjadi pada sedikitnya SDM di bidang pertanian. Oleh karerna itu, dengan a r a h a n d a r i RT RW ya n g u n t u k t e t a p mempertahankan lahan pertanian dan meningkatkan produksi di sekotr pertanian. IntensiďŹ kasi dan diversiďŹ kasi pertanian bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian, selain itu juga untuk memberdayakan dan mensejahterakan masyarakat yang bekerja dibidang pertanian khususnya petani.
GraďŹ k Luas Lahan Sawah Kabupaten Tegal 2008-2016 Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Tegal
Banyak kota dan wilayah yang mengalami permasalahan ini, salah satunya K a b u p a t e n Te g a l . S e b a g a i s a l a h s a t u kabupaten yang mendapatkan mandat sebagai lumbung padi provinsi, kabupaten Tegal perlu untuk meningkatkan produksi pangannya, namun disaat yang bersamaan pertumbuhan penduduk tidak dapat dihindari. Kebutuhan dua lahan tersebut menjadi salah satu masalah yang perlu diselesaikan. Selain itu, pertumbuhan industri mengacam keberadaan lahan pertanian. Lahan industri memperlukan lahan yang cukup luas dan juga dapat menganggu lahan pertanian yang berada disekitar industri, selain itu lahan potensial yang dapat dijadikan lahan industri adalah lahan pertanian.selain itu, banyak lahan yang dialih fungsikan menjadi lahan untuk pembangunan jalan tol.
92
GraďŹ k Tren dan Skenario Penduduk Kabupaten Tegal 2016-2036 Sumber: Analisis Individu, 2018
Tujuan Adapun tujuan dari program ini adalah : 1. Meningkatkan sektor pertanian Kabupaten Tegal 2. Mempertahankan lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Tegal 3. Mengatasi permasalahan kesejangan wilayah 4. Memanfaatkan teknologi dalam pengembangan sektor pertanian
Landasan Hukum -UU No 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan -Peraturan Menteri Dalam Negeri no 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah bagian Urusan Pertanian -Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No 82/Permentan/OT.140/6/2013 tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani -Peraturan Daerah Kabupaten Tegal no 12 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah -Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang -Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 43/Permentan/Ot.010/8/2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pertanian -Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 49/Permentan/Ot.140/10/2009 Tentang Kebijakan Dan Strategi Penyuluhan Pertanian -Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 12/Permentan/Ot.140/2/2008 Tentang Pedoman Penyaluran Bantuan Sosial Kepada Petani Tahun Anggaran 2008
Metode Perencanaan Dalam proses perencanaan program peningkatan produktivitas pertanian Kabupaten Tegal melalui intensifikasi pertanian terdapat metode-metode yang digunakan untuk menyusun program, metode-metode yang digunakan seperti berikut : a. Analisis Wilayah Tahap pertama yang dilakukan adalah analisis terkait wilayah meliputi ekonomi, kependudukan, sosial budaya, fisik wilayah Kabupaten Tegal yang telah dilakukan pada studio sebelumnya. Selain itu juga menganalisis terkait potensi dan masalah, dan diperoleh masalah utamanya adalah kesenjangan wilayah. Dengan menggunakan pengembangan di 3 sektor utama yaitu industri, pertanian, pariwisata untuk penyelesaian masalah khususnya pada sektor pertanian sebagai fokus pada program prioritas ini. Pengembangan sektor industri, pertanian & pariwisata menjadi prioritas utama. b. Studi Literatur Peninjauan terkait dokumen seperti RTRW dan RPJP dilakukan dalma melakukan perencanaan peningkatan produktivitas melalui intensifikasi pertanian. Peninjauan dilakukan agar program sesuai dengan arahan dari kabupaten terkait seperti penetapan luas lahan pangan serta konsep yang akan dilaksanakan. c. Cost Benefit Analysis Sebuah analisis yang digunakan untuk melihat biaya yang dikeluarkan serta keuntungan yang didapatkan jika program tersebut dikerjakan untuk menguji rencana pembangunan. Analisis ini dijadikan pertimbangan untuk melihat kelayakan program tersebut untuk dilaksanakan pada masa mendatang.
Kerangka Berpikir Tujuan Kabupaten Tegal “Mewujudkan Kabupaten Tegal yang adil, unggul dan berkelanjutan melalui pengembangan sektor industri, pertanian dan pariwisata didukung dengan penggunaan teknologi
Potensi Pertanian
Masalah Kebijakan : “Mengembangkan kawasan pertanian di timur dan selatan Kabupaten Tegal”
Kesenjangan wilayah
Program : Peningkatan Produktivitas Pertanian melalui Intensifikasi Pertanian
Penetapan Lahan Pertanian
Pelatihan & Pemberdayaan Masyarakat
Pengembangan Sarana Prasarana
93
Kerangka Berpikir Sumber: Analisis Penulis
Kerangka Kerja Logis Goal " Mewujudkan Kabupaten Tegal yang adil, unggul dan berkelanjutan melalui pengembangan sektor industri, pertanian dan pariwisata didukung dengan penggunaan teknologi"
Sasaran
Meningkatkan nilai sektor pertanian dalam ekonomi daerah
Indikator
Instansi
Pemerataan kesejahteraan di seluruh kecamatan
Penggunaan teknologi diberbagai sektor mencapai 40% Peningkatan PDRB di berbagai sektor Indikator PDRB di sektor pertanian mengalami kenaikan 6% tiap tahun
Bappeda Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Dinas Pariwasata BPS
Instansi
Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja, & BPS
Meningkatkan nilai tukar pertani
Mempertahankan LP2B yang telah ditetapkan pada perda
Luas LP2B sesuai Dinas Pertanian dengan yang ada di Perkebunan dan Perda, tidak mengalami Kehutanan kekurangan lahan
Outcome Peningkatan jumlah produksi pertanian secara total
Indikator Produksi pertanian mengalami kenaikan tiap tahun nilai produktivitas pertanian mengalami kenaikan sebesar 5% tiap tahun Pendapatan petani mengalami kenaikan sebesar 15%
Peningkatan produktivitas pertanian Peningkatan pendapatan petani
Pengendalian lahan LP2B
Instansi Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
Pengembangan tidak hanya di sektor industri namun di sektor lainnya Pariwisata terkelola dengan baik
Asumsi Tarif dan Daya hidup petani meningkat Migrasi keluar menurun karena tenaga kerja usia muda 15 s/d 45 tahun tertarik denganpemberda yaan masayarakat dengan teknologi Lahan LP2B tetap menghasilkan panen dan tidak mengalami degradasi lingkungan Asumsi
Peningkatan dapat terlihat dalam kurun 5 tahun saat setelah sub program dilaksanakan
Dinas Sosial & BPS
Dinas Pertanian Luas lahan LP2B tidak Perkebunan dan mengalami penyusutan Kehutanan
94
Asumsi
Lahan LP2B tetap menghasilkan panen dan tidak mengalami degradasi lingkungan
Output
Indikator
Instansi
Penetapan lokasi lahan LP2B Pengendalian alih fungsi lahan pertanian
Penetapan dan pengembangan kawasan PUA yang dekat dengan perkotaan Slawi
lahan pertanian menggunakan irigasi teknis sebesar 80% lahan pertanian menggunakan rain water harvesting sebesar 75% Penyediaan sarana terdapat 3 instalasi prasarana pertanian pembenihan yang terintegrasi dengan PUA terdapat 5 gudang penyimpanan dan pemilahan terdapat 5 balai pertanian
BAPPEDA, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
BAPPEDA, Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan pemerintah dna msayarakat aktif dalam bekerja sama
Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan
70% kelompok usaha tani mengikuti pelatihan sertifikasi tiap kecamatan terdapat kelompok usaha tani minimal 1
Input
Penetapan lahan LP2B
Kegiatan Penetapan lokasi LP2B Sosialisasi LP2B terhadap masyarakat Pengawasan dan pengedalian lahan LP2B
Sosialisasi PUA (Peri Urban Agriculture) Penyusunan rencana kawasan PUA Penetapan lahan PUA Penetapan kawasan PUA Monitoring dan evaluasi PUA Pelatihan sertifikasi pembenihan Pelatihan sertifikasi Meningkatkan pengelolaan lahan dan kualitas petani penggunaan alat pertanian modern Pembentukan kelompok usaha tani Penyusunan rencana & perbaikan sistem irigasi
Masyarakat ikut aktif dalam mengawasi serta menaati peraturan yang ada
Pengunaan sarana prasarana secara optimal
40% petani melakukan pelatihan sertifikasi Peningkatan kualitas petani
Asumsi Pemerintah aktif dalam pengawasan
Petani aktif dalam mengikuti pelatihan NGO dan pemerintah terlibat dalam pelatihan Hasil pelatihan diaplikasikan langsung
Pendanaan Sumber dana Rp150.000.000,00 APBD
Asumsi
Rp100.000.000,00 APBD, Swadaya Rp1.000.000.000,00 APBD Rp150.000.000,00 APBD, Swadaya Rp100.000.000,00 APBD, Swasta Rp100.000.000,00 APBD Rp1.000.000.000,00 APBD
Akuisisi lahan dilaksanakan pada proses penyusunan berlangsung lancar
Rp500.000.000,00 APBD, Swadaya
Rp750.000.000,00 APBD, Swadaya
Petani ikut aktif dan dapat mengoptimalk an penggunaan dana
Rp500.000.000,00 APBD, Swadaya Rp750.000.000,00 Swadaya
Perbaikan badan air (sungai atau revitalisasi Rp1.250.000.000,00 Tabel Kerangka Kerja Logis waduk) Sumber: Analisis Individu, 2018 Pengadaan instalasi Rp1.250.000.000,00 irigasi teknis Pengadaan instalasi rain Rp2.000.000.000,00 harvesting Pengadaan traktor Rp3.500.000.000,00 Pembangunan instalasi Rp2.000.000.000,00 pembenihan pengadaan pembibitan Pengadaan sarana Rp2.000.000.000,00 unggul prasarana Pengadaan pembenihan pengomposan Rp500.000.000,00 menggunakan mikroorganisme lokal Pembangunan gudang Peningkatan kualitas penyimpanan bersama Rp2.100.000.000,00 dan kuantitas kelompok usaha tani pergudangan Pembangunan gudang Rp2.100.000.000,00 pemilahan bersama Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana prasarana pertanian
Tabel Kerangka Kerja Logis Sumber: Analisis Individu, 2018
95
APBD, Koperasi, Swasta Swadaya, Swasta Swadaya, Swasta Koperasi, Swasta APBD, Koperasi, Swasta Swadaya
Swadaya
APBD, Swadaya APBD, Koperasi, Swasta
Masyarakat ikut bergotong royong membangun sarana prasarana pendukung pertanian Masyarakat memahami materi pelatihan dan urgensi sertifikasi
Konsep Rencana Intensifikasi pertanian merupakan upaya untuk meningkatkan produksi pertanian tanpa perlu menambah lahan baru. Dengan keterbatasan lahan serta kebutuhan akan perumahan serta industri di Kabupaten Tegal yang meningkat maka dengan lahan seminimal mungkin diharuskan untuk menghasilkan produksi yang cukup, oleh karena itu intensifikasi pertanian dipilih untuk meningkaktan produktivitas pertanian juga. Intensifikasi pertanian dapat dilakukan melalui beberapa hal seperti pembibitan, pembenihan dan penggunaan irigasi teknis. Selain itu melihat kondisi kabupaten Tegal yang cukup kering maka dalam intensifikasi ini digunakan metode rainwater harvesting untuk menyimpan air hujan yang ada. Dengan menggunakan konsep Sustainable Intensification yaitu meningkatkan produktivitas dengan menggunakan lahan yang ada atau tidak menambah lahan dan meminimalisir efek negatif terhadap lingkungan (Royal Society, 2009). Beberapa hal yang dilakukan dalam sustainable intensification : Ÿ memanfaatkan varietas tanaman dan ternak dengan produktivitas atau kualitas tinggi untuk digunakan sebagai input; Ÿ menghindari penggunaan input eksternal yang tidak perlu; Ÿ memanfaatkan proses agroekologi seperti siklus nutrisi, fiksasi nitrogen biologis, alelopati, predasi dan parasitisme; Ÿ meminimalkan penggunaan teknologi atau praktik yang merugikan terhadap lingkungan dan kesehatan manusia; Ÿ meningkatkan kualitas manusia dalam bentuk pengetahuan dan kapasitas untuk beradaptasi dan berinovasi dan modal sosial untuk menyelesaikan masalah skala lanskap atau sistem umum (seperti pengelolaan air, hama atau tanah); dan Ÿ meminimalkan dampak manajemen sistem pada eksternalitas seperti emisi gas rumah kaca, air bersih, penyerapan karbon, keanekaragaman hayati, dan penyebaran hama, patogen dan gulma. Selain itu, unutk mempercepat produksi dan meningkatkan produktivitas juga digunakan system rice intensification. Suatu sistem pertanian yang berdasarkan pada prinsip
96
Process Intensification (PI) dan Production on Demand (POD). SRI mengandalkan optimasi untuk mencapai delapan tujuan PI, yaitu cheaper process (proses lebih murah), smaller equipment (bahan lebih sedikit), safer process (proses yang lebih aman), less energ y consumption (konsumsi energi/tenaga yang lebih sedikit), shorter time to market (waktu antara produksi dan pemasaran yang lebih singkat), less waste or byproduct (sisa produksi yang lebih sedikit), more productivity (produktifitas lebih besar), dan better image (memberi kesan lebih baik) ((Ramshaw, 2 0 0 1 ) . Terd a p a t 3 p o i n u t a m a u n t u k pengembangan SRI ini : 1. Penanganan bibit padi secara seksama. Hal ini terdiri atas, pemilihan bibit unggul, penanaman bibit dalam usia muda (kurang dari 10 hari setelah penyemaian), penanaman satu bibit per titik tanam, penanaman dangkal (akar tidak dibenamkan dan ditanam horizontal), dan dalam jarak tanam yang cukup lebar. 2. Penyiapan lahan tanam. Penyiapan lahan tanam untuk metode SRI berbeda dari metode konvensional terutama dalam hal penggunaan air 3. keterlibatan mikroorganisme lokal (MOL) dan kompos sebagai ’tim sukses’ dalam pencapaian produktivitas yang berlipat ganda. Dalam hal ini peran kompos sering disalahartikan sebagai pengganti dari pupuk. Peran kompos, selain sebagai penyuplai nutrisi juga berperan sebagai komponen bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh padi secara optimal.
Preseden
Pengunaan SRI di Banyuwangi Para petani padi yang tergabung dalam kelompok Sekar Arum, Desa Sumber Agung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, mampu menghasilkan produksi hingga 8,3 ton per hektar, lebih tinggi sekitar 37 persen dari produksi biasanya yang sekitar 6,1 ton per hektar. Peningkatan produksi ini karena petani setempat menggunakan teknologi pertanian metode system of rice intensiďŹ cation (SRI) pada lahan percobaan mereka. Di Banyuwangi sendiri, total ada 59 kelompok tani di 18 kecamatan yang didampingi untuk melakukan pengembangan program SRI.J ika pada pola tanam konvensional membutuhkan benih sampai 50 kg per hektar, dengan SRI maksimal hanya 5 kg per hektar. Benih yang ditanam adalah benih muda, yakni 5 -12 hari setelah semai, dan waktu panen akan lebih awal. â&#x20AC;&#x153;Penanaman benihnya dengan sistem jajar legowo yaitu jarak tanam yang lebih renggang 20x35 cm maksimal hanya 5 kg per hektar. Benih yang ditanam adalah benih muda, yakni 5 -12 hari setelah semai, dan waktu panen akan lebih awal. Rata-rata petani bisa menghasilkan 7,8 ton padi per hektarnya. Penanaman benihnya dengan sistem jajar legowo yaitu jarak tanam yang lebih renggang 20x35 cm melalui sistem ini kesuburan tanah dikembalikan sehingga daur-daur ekologis dapat kembali berlangsung dengan baik dengan memanfaatkan mikroorganisme tanah sebagai penyedia produk metabolit untuk nutrisi tanaman. â&#x20AC;&#x153;Melalui metode ini diharapkan kelestarianlingkungan dapat tetap terjaga dengan baik, demikian juga dengan produk akhir yang dihasilkan, yang notabene lebih sehat bagi konsumen karena terbebas dari paparan zat kimia berbahaya,
sehingga lahan ini berfokus pada pertanian pangan, dan tidak dapat dikonversikan karena merupakan lahan perlindungan. Lahan untuk LP2B telah ditetapkan sebesar 41.296 ha. Sedangkan lahan yang akan dibagi memiliki luas yaitu 60.690 hektar yang akan dibagi yaitu lahan PUA sebesar 8.850 hektar dan LP2B sebesar 51940 hektar pada 10 tahun mendatang. Untuk lahan peri urban agriculture sendiri merupakan lahan pertanian yang berada di area desa-kota. Dengan memiliki area lahan peri urban agriculture, nilai guna lahan pertanian tidak akan kalah dengan lahan industri dan permukiman. Lahan PUA ini diperkirakan dapat membendung pertumbuhan perkotaan yang ada serta hasil dari lahan ini juga biasanya memiliki pasar di supermarket sehingga dapat meningkat perekonomian masyarakt di wilayah desa kota. Selain itu peri urban agriculture juga dapat membantu meningkatkan sektor pertanian serta membendung pembangunan ďŹ sik selain itu, peri urban agriculture juga dapat meningkatkan kualitas produk pangan yang ada.
Legenda Lahan PUA Lahan LP2B
Rencana Detail Untuk detail rencana akan dibagi menjadi 3 yaitu berkaitan dengan penetapan lahan pertanian, peningkatan sarana prasarana dan pemberdayaan & penyuluhan kepada masyarakat. Penetapan Lahan Lahan yang ada di Kabupaten Tegal akan terbagi menjadi 2 yaitu LP2B & Peri Urban Agriculture. Dalam LP2B dimanfaatkan sebagai perlindungan lahan bagi pangan
97
Peta Penetapan Potensi Lahan Pertanian Tahun 2016 Sumber: Analisis Individu, 2018
Peningkatan Sarana dan Prasarana Perbaikan sarana dan prasarana yang dilakukan adalah perbaikan badan sungai, revitalisasi waduk sebagai sumber air Kabupaten Tegal untuk pertanian di daerah dataran rendah, instalasi pintu irigasi, pembenihan, pembenihan, pembibitan, pengkomposan, pengadaan traktor dan penggunaan rain-water harvesting. Penggunaan rain water harvesting cocok untuk wilayah Kabupaten Tegal yang berada di pantai utara pulau Jawa yang memiliki curah hujan yang cukup rendah. Dengan prinsip penyimpanan air yang sederhana, pertanian dapat mengadalkan konsep ini jika dikhawatirkan terjadi kekeringan di sumber mata air maupun Waduk Cacaban karena dengan konsep ini dapat memanfaatkan air yang sebelumnya telah tersimpan. Instalasi ra i n w a t e r h a r v e s t i n g d i fo k u s k a n p a d kecamatan dengan curah hujan yang tinggi karena untuk penyimpanan lebih banyak dan dapat disalurkan ke daerah yang lebih membutuhkan. Area pertanian yang memiliki curah hujan tinggi berada di daerah selatan sehingga untuk penggunaan instalasi ini akan difokuskan pada kecamatan yang berada di selatan. Selain itu akan juga dilakukan pengkomposan menggunakan mikroorganisme lokal yang merupakan salah satu prinsip dari SRI (system rice of intensiďŹ cation). Dengan menggunakan pupuk yang lebih alami seperti pupuk k a n d a n g d a n p u p u k ko m p o s d a p a t mengurangi pengaruh zat kimia. Selain itu menggunakan bahan yang lebih alami dapat m e n ge m b a l i k a n d a u r e ko l o g i s d a r i tanaman.Untuk pembenihan digunakan dengan sistem jajar legowo agar padi mendapatkan sinar matahari dan udara yang lebih baik. Untuk penyimpanan dilakukan melalui pembuatan gudang penyimpanan untuk menyimpan hasil tanam bersama. Kegunaan gudang penyimpanan juga untuk melindungi hasil tani dari ancaman ancaman dari luar. Selain itu juga terdapat gudang pemilihan untuk memilah hasil tani yang ada berdasarkan kualitas.
98
Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Pelatihan dilakukan melalui sertiďŹ kasi petani yang akan dilakukan tidak hanya oleh pemerintah saja namun juga oleh pihak-pihak lain yang memiliki fokus terhadap pertanian. Dengan latar belakang banyak petani yang masih jauh dari pendidikan, penyuluhan ini dapat dijadikan sebagai bekal bagi para petani untuk berkembang serta pembentukan kelompok tani juga dilakukan untuk memberdayakan petani yang ada. Selain itu, pelatihan juga dilakukan untuk mengenalkan petani lebih lanjut terhadap teknologi yang untuk membantu mereka dalam mengolah lahan pertanian yang ada. Karena menggunakan bahan yang lebih alami dan modern, petani perlu diberi pengarahan dan pelatihan agar lebih mengerti cara penggunaanya. Selain itu terdapat pembentukan kelompok usaha tani agar para petani juga dapat mandiri dalam mengolah lahan pertanian yang ada.
Pentahapan Sub Program 1
2
Kegiatan
2017
2018
2019
2020
Periode program 2021 2022 2023
2024
2025
Kecamatan Dukuhturi, Pangkah, Suradadi, Kramat, Adiwerna, Lebaksiu
Pelatihan sertifikasi pembenihan Pelatihan sertifikasi pengelolaan lahan dan penggunaan alat pertanian modern
4
5
6
Keterangan
seluruh kecamatan
Monitoring dan evaluasi PUA
3
Lokasi
2026
Penetapan lokasi LP2B Sosialisasi LP2B terhadap masyarakat Pengawasan dan pengedalian lahan LP2B Sosialisasi PUA (Peri Urban Agriculture) Penyusunan rencana kawasan PUA Penetapan kawasan PUA
Seluruh kecamatan
Pembentukan kelompok usaha tani Penyusunan rencana & perbaikan sistem irigasi Perbaikan badan air (sungai atau revitalisasi waduk) Pengadaan instalasi irigasi teknis Pengadaan instalasi rain harvesting Pengadaan traktor Pembangunan instalasi pembenihan pengadaan pembibitan unggul Pembangunan gudang penyimpanan bersama kelompok usaha tani
Tahap 1 untuk kecamatan yang berada di utara, tahap 2 kecamatan di selatan, tahap 3 kecamatan yang dekat dengan perkotaan, tahap 4 kecamatan yang berada diarea perkotaan
Seluruh kecamatan (khusus rainwater harvesting dilakukan di kecamatan dibagian selatan/ curah hujan tinggi)
seluruh kecamatan
seluruh kecamatan
Pembangunan gudang pemilahan bersama
Tabel Pentahapan Program Sumber: Analisis Individu, 2018
Cost BeneďŹ t Analysis Jenis Tanaman Pangan Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau
Standar Cadangan Luas Produktivi Produksi Harga konsumsi Konsumsi lahan tas (ton) (Rp/ton) (ton) (ton) 65.499 6,02 394023 4700000 140151 253872 15.699 7,53 118288 3750000 2814 115473 287 23,35 6710 2250000 5143 1567 55 11,56 637 3250000 4844 -4207 135 2,69 363 6750000 600 -237 60 1,81 108 7500000 8505 -8397 14 3,56 48 12500000 204 -156 Total Cadangan Konsumsi 2016 357916 Tabel Cadangan Konsumsi Moneter Pertanian Tahun 2016 Sumber: Analisis Individu, 2018
99
Cadangan Konsumsi (rupiah) Rp1.193.198.863.453 Rp433.024.776.622 Rp3.526.352.847 -Rp13.672.557.451 -Rp1.598.057.074 -Rp62.974.793.184 -Rp1.955.027.475 Rp1.549.549.557.738
Jenis Tanaman Pangan Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kedelai Kacang Hijau
Standar Cadangan Luas Produktivi Produksi Harga konsumsi Konsumsi lahan tas (ton) (Rp/ton) (ton) (ton) 48594 9,02 438318 4700000 140151 298167 11647 10,53 122645 3750000 2814 119830 213 26,35 5611 2250000 5143 468 41 14,56 594 3250000 4844 -4250 100 5,69 570 6750000 600 -30 45 4,81 214 7500000 8505 -8291 10 6,56 68 12500000 204 -136 Total Cadangan Konsumsi 2026 405758
Cadangan Konsumsi (rupiah) Rp1.401.384.724.705 Rp449.363.323.883 Rp1.052.301.136 -Rp13.812.732.538 -Rp202.627.587 -Rp62.180.496.662 -Rp1.703.320.420 Rp1.773.901.172.517
Tabel Cadangan Konsumsi Moneter Pertanian Tahun 2016 Sumber: Analisis Individu, 2018
Benefit Cost Ratio = Benefit/Cost = (Rp1.773.901.172.517- Rp1.549.549.557.738)/ Rp21.800.000.000,00 = 10,29 Program peningkatan produktivitas pertanian melalui intensifikasi pertanian dinilai layak karena memiliki nilai B/C lebih dari 1 namun perhitungan ini belum mempertimbangkan inflasi yang mungkin dapat terjadi sehingga harga produk dianggap sama selama 10 tahun mendatang. Dampak dari program ini tidak hanya meningkatkan nilai sektor pertanian namun dapat juga meningkatkan kesejahteraan petani yang ada di Kabupaten Tegal dan dapat membantu menyelesaikan masalah wilayah yaitu kesenjangan wilayah khususnya para petani.
100
Program Penetapan dan Pengembangan Kawasan Industri Kramat Oleh: Baiq Muslida ShaďŹ ra (43749)
101
Latar Belakang Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mempercepat pertumbuhan industri dan secara bersamaan menciptakan pembangunan industri yang berwawasan lingkungan. Adanya kawasan industri merupakan salah satu sarana untuk memperepat pertumbuhan industri di daerah, memberikan kemudahan bagi kegiatan industri, mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri dan meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan. Kabupaten Tegal terletak pada lokasi yang cukup strategis untuk pengembangan kawasan industri. Selain karena dilewati dengan jalan pantura, di Kabupaten Tegal juga tersedia jalur double track kereta api, jalan tol yang menghubungkan pulau jawa di bagian utara, dan branding Kabupaten Tegal sebagai Jepangnya Indonesia. Pe n g e m b a n g a n s e k t o r i n d u s t r i d i Kabupaten Tegal juga di dukung dengan data PDRB Kabupaten Tegal, dimana sektor industri pengolaha sejak tahun 2012 hingga tahun 2016 menjadi kontributor terbesar di PDRB Kabupaten Tegal. Laju pertumbuhan e ko n o m i s e k t o r i n d u s t r i p e n g o l a h a n Kabupaten Tegal juga selalu menunjukkan hasil yang positif, berikut adalah tabel laju pertumbuhan ekonomi sektor industri pengolahan tahun 2012-2016 : Uraian Industri Pengolahan
2012 8,57%
2013 12,57%
2014 2015 2016 8,13% 6,66% 7,73%
Tabel Laju Pertumbuhan Ekonomi Sumber: BPS Kabupaten Tegal, 2017
Pada tahun 2016 tercatat terdapat 8 industri besar di Kabupaten Tegal yang bergerak dalam bidang tekstil dan aneka serta 5 industri besar yang bergerak dalam bidang agro dan hasil hutan. 8 industri besar dalam bidang tekstil dapat memperkerjakan 4727 jiwa dan 5 industri besar dalam bidang agro dan hasil hutan dapat memperkerjakan 3816 jiwa. Sektor industri pengolahan merupakan s e k t o r y a n g m e n y e r a p t e n a g a ke r j a terbanyak, jumlah tenaga kerja yang terserap dalam sektor industri pengolahan pada tahun 2015 mencapai 15,63%
102
Pe l u a n g p e n ge m b a n g a n s e k t o r industri di Kabupaten Tegal cukup tinggi d i k a r e n a k a n K a b u p a t e n Te g a l m a s i h memiliki lahan yang luas dan UMR yang lebih rendah dibanding daerah Jakarta. Akan tetapi peluang ini masih kurang didukung dengan belum adanya kawasan industri di Kabupaten Tegal. Mengapa diperlukannya kawasan industri? Dengan adanya kawasan industri maka sarana prasarana kebutuhan industri dapat terpenuhi. Lengkapnya sarasan dan prasarana kebutuhan industri menyebabkan investor tertarik untuk menanam modal di Kabupaten Tegal, selain itu adanya kawasan industri juga dapat meningkatkan nilai ekspor dan mengurangi pencemaran lingkungan. Meningkatnya nilai investasi dan nilai ekspor di Kabupaten Tegal maka dapat menggerakkan dan meningkatkan perekonomian Kabupaten Tegal.
Tujuan Perencanaan program penetapan dan pengembangan kawasan industri memiliki tujuan umum yaitu untuk mendukung fungsi dan peran Kabupaten Tegal sebagai kabupaten yang unggul dalam sektor industri. Program penetapan dan pengembangan kawasan industri memiliki sasaran sebagai berikut : Ÿ Mampu memberikan sumbangan nilai tambah yang berarti bagi perekonomian (peningkatan PDRB sektor industri) dan penyerapan tenaga kerja secara berarti, Ÿ Mampu meningkatkan ekspor dalam sektor industri pengolahan, Ÿ Mampu meningkatkan nilai investasi daerah Kabupaten Tegal, dan Ÿ Mampu memperkuat branding Kabupaten Tegal sebagai Jepangnya Indonesia.
Landasan Hukum Ÿ Ÿ Ÿ
Perpres No. 28 tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional Permenperind no 35 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Perindustrian. RTRW Kabupaten Tegal sebagai pedoman umum penyusunan rencana program sesuai dengan rencana tata ruang wilayah Kabupaten Tegal
Metode Perencanaan Penyusunan progam “Penetapan dan Pengembangan Kawasan Industri di Kabupaten Tegal” menggunakan 4 metode, yaitu analisis wilayah, kajian literatur, penyusunan project design matrix (Logical Framework), dan Cost-Benefit Analysis. Metode analisis wilayah digunakan untuk menggali potensi dan masalah sektor industri di Kabupaten Tegal. Metode kajian literatur secara online dan offline digunakan untuk membuat alternatif-alternatif rencana berdasarkan preseden yang digunakan. Metode logical framework digunakan untuk memperjelas target capaian dan indikator. Sedangkan metode cost-benefit analysis digunakan untuk menguji kelayakan program “Penetapan dan Pengembangan Kawasan Industri di Kabupaten Tegal”
Kerangka Berpikir Berikut adalah bagan alur metode perencanaan program penetapan dan pengembangan kawasan industri:
Diagram Kerangka Berpikir Sumber: Analisis Individu, 2018
103
Kerangka Kerja Logis No
Deskripsi
Indikator dan Sasaran Kinerja
Alat/Cara/Sumber Pembuktian/Penjelasan
Asumsi
5 Goals
"Mewujudkan Kabupaten Tegal yang adil, unggul dan berkelanjutan melalui pengembangan sektor PERTIWI yang didukung dengan penggunaan"teknologi.
1. Pembangunan terjadi secara merata di seluruh wilayah kabupaten tegal 2. Terciptanya kawasan industri yang ramah lingkungan 3. Terlindunginya kawasanpertanian LP2B 4. Sistem pengembangan telah didukung dengan penggunaan teknologi
1. BAPPEDA 2. BPS 3. DISPERINAKER 4. Dinas Pertanian
1. Pembangunan infrastruktur terjadi di seluruh bagian Kabupaten Tegal 2. Sektor industri tidak hanya menjadi sektor unggulan di kabupaten, namun juga provinsi 3. Pariwisata Kabupaten tegal terkelola dengan baik
4 Sasaran
Mewujudkan kawasan industri Terciptanya kawasan terpadu dan ramah lingkungan di industri sesuai dengan Kabupaten Tegal rencana RTRW 3 Outcome
Peningkatan jumlah investor Peningkatan PDRB Kabupaten Tegal dari sektor industri pengolahan Terserapnya tenaga kerja di Kabupaten Tegal 2 Keluaran/Outputs
Kebijakan tentang kawasan industri Tersedianya lahan untuk pembangunan industri Tersedianya sarana prasarana kawasan industri sesuai dengan konsep eco-industrial city Masukan/Inputs dan 1 Kegiatan/Activities
BAPPEDA
Jumlah investor meningkat 20% laju pertumbuhan PDRB sektor pengolahan industri mencapai 10% Penambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 10% di sektor industri
Kebijakan tentang kawasan industri disepakati bersama oleh stakeholders terkait Secara keseluruhan kawasan industri minimal memiliki luas 500 ha Kawasan industri dapat memenuhi sarana dan prasarana minimal
Pembuatan Kebijakan Kawasan Industri
1. BAPPEDA 2. BPS 3. DISPERINAKER 4. BP2D
BPS
Kawasan industri yang telah direncanakan diminati investor Tidak ada krisis atau bencana alam yang dapat menimbulkan kerugian secara besar-besaran
BPS dan DISPERINAKER dan Masyarakat memiliki keterampilan yang Ketenagakerjaan sesuai dengan yang dibutuhkan
BAPPEDA dan Stakeholders lainnya BAPPEDA dan Dinas ATR/BPN
Lahan yang sesuai dapat dibebaskan
BAPPEDA dan Dinas PU
Kegiatan industri dapat menerapkan konsep eco industrial city
BAPPEDA
1. Kebijakan pemerintah dapat mendukung perwujudan kawasan
BAPPEDA dan Dinas PU
1. Tidak ada penolakan besar-besaran oleh masyarakat setempat 2. Perencanaan industri telah dilengkapi dengan dokumen KLHS/Amdal
Pembebasan Lahan
Penyusunan DED Peruntukan Lahan di Kecamatan Kramat
1. Kebijakan pemerintah terkait perencanaan kawasan industri telah di perdakan 2. Pengembang dan investor menerapkan konsep eco industrial city
BAPPEDA dan Dinas PU
Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Industri di Kramat
1. Pengembang dan investor menyediakan sarpras sesuai dengan kebijakan penyediaan sarpras minimal 2. Tidak ada penolakan besar-besaran oleh masyarakat setempat
BAPPEDA dan Dinas PU Pemasaran dan Investasi Kawasan Industri
Kawasan industri yang telah BAPPEDA dan Pengembang direncanakan diminati investor
Tabel Kerangka Kerja Logis Sumber: Analisis Individu, 2018
Konsep Perencanaan
Pengembangan Kawasan Industri menggunakan konsep “eco-industrial park”. Eco industrial park adalah kawasan industri yang mengkolaborasikan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dengan teknologi dalam mengelola sumber daya dan permasalahan lingkungan . Konsep ini diusung dalam rangka revolusi industri 4.0 yang dinilai dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, penerapan teknologi terbarukan dan menciptakan keterampilan dan pengetahuan baru. Kawasan industri dengan konsep “eco industrial park” memiliki standar lingkungan yang tinggi sehingga dapat mengefisiensikan penggunaan sumberdaya menghasilkan limbah yang minim. Penerapan konsep ini bertujuan untuk mendukung “sustainable development”. Selain itu penerapan konsep ini dinilai sejalan dengan konsep pengembangan Kabupaten Tegal.
104
2. Pembuatan kebijakan kawasan industri
Preseden Salah satu contoh penerapan â&#x20AC;&#x153;eco industrial parkâ&#x20AC;? adalah kawasan industri frontier, Malaysia yang dikembangkan oleh WBLand. Kawasan industri Frontier di bangun di lahan seluas 126 ha yang terdiri dari beragam jenis bangunan industri, jaringan transportasi yang memadai, jaringan air bersih, jaringan dan instalasi pengolahan air limbah, jaringan dan instalasi energi l i s t r i k , k a w a s a n ko m e r s i a l , k a w a s a n permukiman, kawasan pendidikan dan zona rekreasi. Kawasan Industri Frontier dijadikan sebagai preseden karena dianggap memiliki perencanaan yang komprehensif dan dirasa patut dijadikan contoh oleh pengembangan kawasan industri di Kabupaten Tegal.
Rencana Detail 1. Penentuan lokasi kawasan industri
Penetapan kawasan industri minimal memiliki luasan 500 ha, hal ini mengacu pada aturan Kawasan Industri. Rencana kawasan industri harus memiliki dokumen KLHS dan AMDAL untuk mengukur dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan industri tersebut. 3. Mekanisme Pembebasan Lahan Mekanisme pembebasan lahan, seperti berikut :
Pembebasan Lahan
Melakukan sosialisasi rencana peruntukkan lahan industri dengan masyarakat sekitar dan pemilik lahan Melakukan pengukuran luas lahan yang akan dibebaskan Melakukan pemetaan secara detail kawasan yang akan ditetapkan Membuat kesepakatan harga lahan
Lokasi kawasan industri pada rencana pola ruang di tetapkan di beberapa kecamatan, seperti Kramat, Talang dan Margasari. Jika di lihat persebarannya, lokasi kawasan industri berada di sebelah utara dan barat Kabupaten Tegal. Kawasan industri di Ke c a m a t a n M a r g a s a r i d i p i l i h k a r e n a memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan kawasan industri, dan selain itu memiliki aksesibilitas yang baik seperti dekat dengan jalan pantura, dekat dengan exit tol Jawa Utara dan pada daerah tersebut di dominasi oleh kegiatan industri.
105
4. Penyusunan DED Kawasan Industri Kawasan peruntukan industri Kramat dekat dengan akses jalan pantura, akses jalan tol, dan akses kereta angkutan barang/manusia. Lokasi kecamatan kramat dekat dengan pantai utara maka, kegiatan industri yang berada di kawasan sempadan pantai dipindahkan kedalam kawasan peruntukan industri Kramat.
5. Pengembangan Sarana dan Prasarana didalam kawasan industri kramat.
Masterplan Kawasan Industri Kramat Berikut adalah masterplan yang diambil dari preseden Frontier industrial park yang menggunakan konsep eco indsutrial park. Masterplan ini memiliki luas lahan sebesar 126 ha, dengan luas 126 ha masterplan ini dinilai cukup holistik dan dapat menjadi acuan pengembangan kawasan industri di Kabupaten Tegal. Akan tetapi luasan Kawasan industri kramat mencapai 894 Ha. Pada masterplan ini terdapat beberapa tipe industri, instalasi pengolahan air bersih dan air limbah, instalasi jaringan listrik, kawasan komersial, permukiman, pendidikan dan ruang terbuka hijau
Perencanaan jaringan jalan berupa jalan lokal di dalam kawasan industri sesuai dengan peruntukannya. Selain itu, pada kawasan industri harus tersedia jaringan pengolahan air bersih, jaringan IPAL, jaringan drainase, jaringan air listrik yang didukung dengan sistem renewable energy, daerah resapan air, dan jaringan telekomunikasi & internet yang mendukung. Pengembangan kawasan industri dengan menggunakan konsep Eco Industrial Park juga dapat menambahkan kawasan komersial, kawasan permukiman, dan kawasan pendidikan di dalam kawasan industri.
Pentahapan Tahun
2037
2036
2035
2034
2033
2032
2031
2030
2029
Kebijakan tentang kawasan industri
Membuat kesepakatan harga lahan
ganti rugi lahan
Pencerdasan kepada masyarakat mengenai guna lahan Batas kawasan industri topografi lahan
besar kapling kawasan industri cut and fill laporan rencana sarana dan prasarana terrealisasinya rencana jaringan jalan terrealisasinya rencana jaringan air bersih terrealisasinya rencana jaringan IPAL terrealiasasinya jaringan drainase terrealisasinya transmisi jaringan listrik terrealisasinya daerah resapan air dan RTH
Perancangan sistem jaringan air bersih
4
Output
Pembuatan kebijakan upaya pengendalian dan pemanfaatan ruang kawasan industri pada lokasi yang telah di peruntukkan Melakukan sosialisasi rencana peruntukkan lahan industri dengan masyarakat sekitar dan pemilik lahan Melakukan pengukuran luas lahan yang akan dibebaskan Melakukan pemetaan secara detail kawasan yang akan ditetapkan
Penyusunan DED Penetapan batas tapak 3 peruntukan lahan Pengembangan lahan di Kramat Perencanaan detail sarana dan prasarana kawasan industri Perancangan jaringan jalan di dalam kawasan industri
Pengembangan sarana dan prasarana kawasan industri Kramat
2028
2027
2026
2025
2024
2023
Pembebasan Lahan
2022
2
2021
Regulasi
2020
1
Kegiatan
2019
Sub-Program
2018
No.
Perancangan sistem jaringan air limbah Perancangan sistem drainase kawasan industri Perancangan sistem elektrik kawasan industri Perancangan area resapan air dan peruntukkan RTH di kawasan industri Perancangan jaringan internet dan telekomunikasi di kawasan industri
sosialisasi dan branding
Pemasaran kawasan industri ke investor Pemasaran dan 5 investasi kawasan Penyuluhan tentang kawasan peruntukkan industri industri di Kramat
sosialisasi dan branding harga kavling dan pengisian kavling industri harga kavling dan pengisian kavling industri
Kesepakatan kegiatan industri antara pemerintah dengan investor
106
Tabel Pentahapan Program Sumber: Analisis Individu, 2018
Cost-BeneďŹ t Analysis Untuk mewujudkan kawasan industri dengan konsep eco industrial park perlu adanya da ar pengeluaran dan pemasukan yang dihasilkan. Untuk menganalisis kelayakan program ini, digunakan metode cost beneďŹ t analysis, berikut adalah da ar pengeluaran dan pemasukan dari program penentuan dan pengembangan kawasan industri : Tahap 1 30% Tahap 2 40% Tahap 3 30% Tahap 4 Tahap 5 Pematangan Lahan Rp 268.200.000.000 Rp 357.600.000.000 Rp 268.200.000.000 Konstruksi Lahan Industri infrastruktur Rp 134.100.000.000 Rp 187.740.000.000 listrik Rp 26.820.000.000 Rp 39.336.000.000 Konstruksi Lahan Non Industri (Perumahan) Infrastruktur Rp 49.170.000.000 listrik Rp 22.350.000.000 Konstruksi Lahan Non Industri Infrastruktur Rp 101.916.000.000 listrik Rp 48.276.000.000 Operasional Rp 25.532.640.000
Kebutuhan pengeluaran dan nilai pemasukan dalam pengembangan kawasan industri mengacu pada pembangunan kawasan industri di Kabupaten Serang yang dilakukan oleh PT. Prisma Inti Semesta.
luas lahan industri (m2) harga lahan /m2 total harga lahan occupancy 1/4 occupancy 2/4 occupancy 3/4 occupancy 4/4
sewa 30% 2682000 Rp 400.000 Rp 1.072.800.000.000 Rp 268.200.000.000 Rp 268.200.000.000 Rp 268.200.000.000 Rp 268.200.000.000
jual 40% 3576000 Rp 1.000.000 Rp 3.576.000.000.000 Rp 894.000.000.000 Rp 938.700.000.000 Rp 983.400.000.000 Rp 1.028.100.000.000
Kawasan industri tersedia 2 jenis, yaitu beli dan sewa. Harga beli industri Rp. 1.000.000/m2 harga ini mengacu pada harga kawasan industri di Kabupaten Kendal yang berkisar antara Rp. 1.000.000 hingga Rp. 2.000.000. Sedangkan untuk harga sewa/m2 yaitu Rp. 400.000/m2/tahun. Bangunan industri terdiri dari 70% luas kawasan industri, 40% diantaranya dijual dan 30% sisanya di sewakan. Sehingga mendapat hasil seperti tabel diatas. Untuk menilai kelayakan program penentuan dan pengembangan kawasan industri ini, dilakukan analisis cost beneďŹ t. Analisis ini bertujuan untuk melihat nilai NPV dan BCR dari program pengembangan kawasan industri. Apablia nilai NPV > 0 dan BCR > 1 maka program dapat dinilai layak untuk dilaksanakan. Pada analisis ini menggunakan discounto rate sebesar 5% yang mengacu pada nilai suku bunga Indonesia pada tahun 2018 sebesar 4,25%. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa nilai NPV program ini mencapai Rp. 11.196.814.474.428 dan BCR nya senilai 8,043. Berikut adalah tabel hasil analisis. Pembiayaan program penetapan dan pengembangan kawasan industri menggunakan skema kerjasama dalam pelaksanaanya. Salah satu skema yang dapat di terapkan adalah Joint Venture. Joint Venture merupakan kerangka perjanjian antar dua perusahaan atau lebih yang memiliki tujuan yang sama dalam melakukan investasi.
107
108
Program Pengembangan Sektor Industri Menengah Berbasis Koperasi Oleh: Khaira Dhamira (42754)
109
Latar Belakang Kabupaten Tegal merupakan sebuah wilayah dengan sektor industri sebagai penyumbang terbesar perekonomiannya. Berdasarkan analisis perekonomian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa sektor industri merupakan sektor basis dari Kabupaten Tegal. Secara fisik, hal tersebut dapat dilihat dengan berkembangnya kegiatan industri pada beberapa kecamatan di Kabupaten Tegal. Dengan produk yang berbeda-beda, kegiatan industri tersebut dapat menjadi sebuah ciri khas serta potensi dari masing-masing kecamatan. Berdasarkan skalanya, terdapat dua jenis kegiatan industri, yaitu industri kecil menengah dan industri besar. Mayoritas kegiatan industri yang ada pada Kabupaten Tegal termasuk dalam kategori industri kecil menengah. Pada tahun 2016, terdapat sejumlah 29.246 unit usaha industri kecil menegah dan 15 unit usaha industri besar ( K a b u p a t e n Te g a l d a l a m An g k a 2 0 1 7 ) . Perbedaan jumlah usaha yang signifikan berbanding lurus dengan jumlah tenaga kerja yang diserap, dimana pada tahun yang sama industri kecil menengah dapat menyerap sejumlah 120.621 tenaga kerja. Beberapa kecamatan yang memiliki potensi industri kecil menengah yaitu Dukuhturi, Talang, Tarub, Pangkah, Adiwerna dan Dukuhwaru. Masing-masing kecamatan memiliki produk yang dapat menjadi potensi yang dapat diunggulkan. Dibalik potensi yang ada, masih terdapat beberapa kekurangan dalam perkembangan industri kecil menengah di Kabupaten Tegal. Menurut keterangan dari pihak pemerintah kabupaten, terjadi persaingan yang tidak sehat antar pengusaha, seperti menurunkan harga sehingga merusak harga pasar. Hal tersebut dapat mengakibatkan bangkrutnya industri lain. Selain itu, buruknya penanganan dan pengolahan limbah industri logam di K a b u p a t e n Te g a l b e r d a m p a k p a d a munculnya masalah kesehatan di masyarakat. Limbah logam tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik, namun juga genetik. Permasalahan limbah logam
110
t e r s e b u t t e l a h m u n c u l d i Ke c a m a t a n Adiwerna. Berdasarkan data dan penjelasan tersebut, industri kecil menengah memiliki peran yang amat penting dalam perkembangan wilayah Kabupaten Tegal, baik dari sisi potensi maupun masalah. Sehingga dibutuhkan pembuatan program khusus terkait peningkatan dan pengembangan industri menengah serta bagaimana mengatasi masalah yang ditimbulkan. Selain itu program juga disusun sebagai bentuk antisipasi dalam meminimalkan resiko yang dapat terjadi.
Tujuan Perencanaan Perencanaan program pengembangan industri kecil menengah ditujukan untuk: Ÿ
Meningkatkan tingkat ekonomi masyarakat maupun daerah
Ÿ
Mengembangkan usaha mandiri masyarakat
Ÿ
Meningkatkan kreatifitas dan produktivitas masyarakat
Ÿ
Mengurangi dampak negatif dari industri kecil menengah
Landasan Hukum Landasan hukum yang menaungi program ini adalah sebagai berikut: a.
Peraturan Daerah Kabupaten Tegal Nomor 10 Tahun 2012 tentang R e n c a n a Ta t a R u a n g W i l a y a h Kabupaten Tegal Tahun 2012-2032
b.
Re n c a n a Pe m b a n g u n a n Ja n g k a Panjang Daerah Kabupaten Tegal Tahun 2005-2025
c.
Peraturan Mentri Perindustrian no. 64/M-IND/PER /7/2016 tentang Besaran Jumlah Tenaga Kerja dan Investasi untuk Klasifikasi Usaha Industri
d.
Peraturan Menteri Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Nomor 18/PER/M.KUKM/XII/2016 Tahun 2016
e.
Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No 11/MIND/PER/3/2014
Metode Perencanaan
Konsep Rencana
a. Analisis Wilayah
1. Tinjauan Teoritis
Sebelum merumuskan program perencanaan, dilakukan analisis terhadap wilayah terkait potensi dan masalah yang ada di Kabupaten Tegal. Analisis ini telah dilakukan pada studio analisis wilayah Kabupaten Tegal. Analisis potensi dilakukan pula dengan mengidentifikasi potensi produk dari tiap kecamatan yang ada. Sehingga didapatkan beberapa kecamatan yang memiliki potensi bidang industri. b.
Studi Literatur Studi literatur dilakukan dengan meninjau kebijakan serta arahan dari R T R W, d i m a n a s e k t o r i n d u s t r i merupakan salah stu sektor strategis yang ingin dikembangkan oleh pemerintah. Selain itu dilakukan telaah terhadap a r a h a n Ke m e n t r i a n Pe r i n d u s t r i a n Republik Indonesia terkait dengan arahan strategi dalam pemberdayaan masyarakat melalui industri kecil menengah. Studi literatur juga dilakukan dalam pencarian preseden maupun konsep perencanaan.
c.
Cost Benefit Analysis Metode Cost Benefit Analysis digunakan untuk menguji kelayakan program yang dirancang
Kerangka Berpikir
Berdasarkan UU no. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian Indonesia, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi d e n g a n m e l a n d a s k a n ke g i a t a n nya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang beradasarkan atas dasar asas kekeluargaan. Konggres ICA di Stockhlom pada tahun 1988 telah menyepakati empat nilai dasar u t a m a ko p e r a s i y a i t u : d e m o k r a s i , partisipasi, kejujuran, kepedulian. S a l a h s a t u j e n i s ko p e r a s i y a n g diperkenankan pada pasal 83 UU no. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian adalah koperasi produksi/produsen. Dalam undang-undang yang sama, dijelaskan bahwa koperasi produsen m e nye l e n g g a r a k a n ke g i a t a n u s a h a pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi yang dihasilkan anggota kepada anggota dan non-anggota. Community Empowerment atau pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah upaya untuk mengembangkan potensi dalam masyarakat serta menyelesaikan masalah yang muncul dalam masyarakat pula. Kosep pemberdayaan menekankan pada keterlibatan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan serta evaluasi dari kegiatan yang mereka lakukan.
Kerangka Berpikir Program Sumber: Rencana Individu 2018
El e c t ro n i c C o m m e rc e m e r u p a k a n transaksi jual beli yang dilakukan melalui media internet, sehingga perusahaan atau perseorangan dapat dihubungkan melalui kumpulan teknologi, aplikasi dan bisnis. Selain jual beli, kegiatan lain juga dapat dilakukan seperti pertukaran barang dan informasi. E-Commerce dapat dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
111
Ÿ
E-Commerce Business to Business (B2B)
Ÿ
E-Commerce Business to Consumer (B2C)
Ÿ
E-Commerce Consumen to Consumen (C2C)
Ÿ
E-Commerce Consumen to Business (C2B)
Rencana Detail Program
2. Preseden a. Koperasi Pusat Susu Bandung Utara Lembang
Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) terletak di Kecamatan Lembang, 15 km sebelah utara kota Bandung, berdiri pada tanggal 8 Agustus 1971. Pembentukan koperasi ini berawal dari adanya masalah terkait rendahnya harga jual susu kepada tengkulak dan kekhawatiran akan kontinuitas tengkulak dalam menampung susu yang dihasilkan. Kegiatan usaha KPSBU Lembang mencakup usaha simpan pinjam, perdagangan susu, penyediaan makanan, pembibitan dan kesehatan hewan, dan u s a h a p e r d a g a n g a n . Ko p e r a s i i n i termasuk dalam kategori koperasi produsen dimana peternak mendapatkan fasilitas yang mencukupi untuk menunjang usaha mereka. Peternak juga merasa diuntungkan dikarenakan kesejahteraan yang lebih terjamin jika bergabung sebagai anggota. Hingga pada tahun 2012, KPSBU mendapatkan penghargaan sebagai koperasi produsen dengan aset dan volume usaha terbesar. b. E-Smart IKM
Program ini merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh Kementrian Perindustrian RI. Bentuk dari program ini adalah pemasaran online produk-produk unggulan IKM, dimana pemerintah memberikan edukasi dan peluang bagi industri kecil menengah untuk berperan aktif dalam pemanfaatan e-commerce dengan tujuan perluasan pasar. Hingga saat ini program e-commers telah berkerja sama dengan situs jual beli dalam pemasaran produk-produk IKM binaan.
112
Program Pengembangan Sektor Industri Berbasis Koperasi akan dilaksanakan di Kabupaten Tegal pada umumnya dan kecamatan dengan potensi industri pada khususnya. Beberapa kecamatan yang memiliki potensi industri kecil menengah yaitu Kecamatan Dukuhturi, Kramat, Talang, Tarub, Pangkah, Adiwerna dan Dukuhwaru.
1. Pembentukan Koperasi dan Pusat Industri Kecil Menengah Fenomena yang terjadi pada beberapa kecamatan di Kabupaten Tegal yaitu adanya aglomerasi industri kecil menengah. Namun masih belum ada wadah yang dapat memfasilitasi dan mendorong produsen dalam peningkatan produk dan pemasaran, sehingga masalah persaingan yang tidak sehat pun muncul. Maka dari itu, koperasi dianggap dapat berperan sebagai atap yang menaungi produsen IKM yang teraglomerasi pada kecamatan maupun desa. Dalam penerapannya, koperasi dinilai dapat menjadi wadah kerjasama yang saling menguntungkan antar produsen yang bergabung sebagai anggota. Dalam menjalankan program ini, dibutuhkan sebuah pusat informasi dan perdagangan yang dapat membantu masyarakat dalam menginisiasi dan membentuk koperasinya secara mandiri serta menyalurkan hasil produksi yang telah dilakukan. Koperasi dapat pula dijadikan sebagai fasilitas pemasaran produk industri yang dihasilkan.
Pusat IKM
Peta Pusat Koperasi dan Industri Kecil Menengah Sumber: Rencana Individu 2018
2. Penyediaan Sarana Prasarana Pendukung Kegiatan Industri serta Pengelolaan Limbah
3. Pembentukan Web Khusus Produk Industri Kecil Menengah
Sarana prasarana yang dibutuhkan yaitu infrastruktur jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih dan pengolahan limbah. Berdasarkan analisis yang dilakukan, jaringan jalan pada Kabupaten Tegal belum dapat dikatakan baik. Dimana terdapat jalan lingkungan yang sulit dilalui kendaraan roda 4, sedangkan kegiatan IKM mayoritas dilakukan pada desa/kampung yang memiliki klasiďŹ kasi jalan lingkungan. Sehingga perlu peningkatan kualitas jalan agar tidak menghambat distribusi barang. Pengelolaan limbah dinilai sangat krusial untuk dilakukan, hal ini dikarenakan banyaknya industri rumahan yang mengelola logam sebagai produknya. Limbah yang dihasilkan akan sangat berbahaya apabila tidak dikelola secara benar. Maka dari itu, dilakukan pengelolaan terhadap jenis limbah, padat, cair dan gas. Sarana pengelolaan limbah padat dan cair diadakan secara terpusat, sedangkan pengelolaan limbah gas dilakukan pada masing-masing unit penghasil limbah. Sehingga tiap unit usaha industri harus memiliki pengolahan limbah gas bagi industri yang mengeluarkan limbah terkait. Selain itu berdasarkan PP no. 101 tahun 2004 tentang Pengelolaan Limbah B3, perlu dilakukan pengadaan Tempat Pembuangan Sementara Limbah (TPSL).
Pemasaran produk hasil industri dapat dilakukan dengan promosi melalui media internet. Hal tersebut dapat diterapkan dengan mengunduh produk hasil industri pada situs jual beli barang yang sudah ada atau dengan mengembangkan linimasa khusus untuk barang yang dihasilkan. Pemerintah dapat mengembangkan portal yang berisi informasi terkait IKM, perizinan usaha, pelaporan masyarakat dan lain sebagainya sekaligus tempat pemasaran produk lokal khas Kabupaten Tegal.
4. Insentif dan Disinsentif bagi Produsen Insentif diperlukan sebagai pendukung program pembentukan koperasi IKM sebagai motivasi bagi masyarakat untuk berkembang. Insentif dapat diberikan dalam bentuk hibah, p e n g h a r g a a n , ke m u d a h a n p e r i z i n a n , keringanan pajak, penyediaan infrastruktur dan lain sebagainya. Pemberian insentif tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat dalam bekerja sama membangun kegiatan industri yang unggul, berdaya saing serta saling menguntungkan. Disinsentif diberikan apabila terdapat unit usaha industri yang memberikan dampak negatif besar terhadap lingkungan maupun melanggar kebijakan yang berlaku. Seperti tidak adanya pengolahan dan pengelolaan limbah, tidak adanya izin dan lain sebagainya. Disinsentif dapat berupa pengenaan pajak yang tinggi, pembatasan p e nye d i a a n i n f r a s t r u k t u r, p e n ge n a a n kompensasi serta denda.
Kecamatan Margasari Pangkah Talang Tarub Kramat Dukuhturi Jatinegara Kedungbanteng Suradadi Warureja
Potensi Industri Kimia dan Kertas, Tekstil, Agro, Olahan ILME, Kimia dan Kertas, Tekstil, Agro dan Olahan ILME, Kimia dan Kertas, Tekstil, Agro ILME, Kimia dan Kertas, Tekstil, Agro ILME, Kimia dan Kertas, Tekstil, Agro ILME, Agroindustri Agroindustri Agroindustri Olahan Laut Agroindustri, Olahan Laut
TPSL
Tabel Arahan Potensi Industri Sumber: Rencana Individu 2018 Peta Tempat Pembuangan Sementara Limbah B3 Sumber: Rencana Individu 2018
113
Kerangka Kerja Logis Deskripsi Program Goal Terbentuknya sektor usaha industri kecil menengah Kabupaten Tegal dengan basis koperasi yang adil, unggul dan berkelanjutan
Indikator Sasaran
Sumber VeriďŹ kasi Asumsi
Peningkatan produksi industri kecil menengah sebesar 75%
Data PDRB (BPS)
Produktivitas kegiatan industri baik dan tidak ada kejadian luar biasa yang berdampak besar pada kegiatan industri kecil menengah
Data ketersediaan sarana prasarana umum dan penduduk (BPS); data UMKM dan industri besar (Dinas KUKM); Data kualitas air, tanah dan udara (BLH)
Sarana prasarana yang terbangun digunakan secara optimal ; masyarakat (khususnya produsen IKM konsisten terhadap perannya dalam sistem koperasi ; pemerintah memberikan insentif dan disinsentif sesuai kebijakan ; tidak adanya kejadian luar biasa yang berdampak besar pada kegiatan IKM
Peningkatan penjualan produk hasil industri sebesar 70% Jangkauan pemasaran skala nasional
Outcome 1. Kuantitas sarana prasarana 1. Penyediaan sarana memenuhi kebutuhan prasarana pendukung 2. Peningkatan kualitas dan 2. Peningkatan jumlah produk kuantitas barang hasil produk industri terstandardisasi industri serta pemasaran nasional maupun internasional produk industri lokal Kabupaten Tegal 3. Pengurangan dan Pencegahan dampak negatif kegiatan industri terhadap lingkungan
3. Sistem pemasaran yang dijalankan dan dikelola oleh pihak produsen maupun lembaga pemasaran 4. Uji tingkat pencemaran oleh limbah
Output 1. Tersedianya fasilitas 1. Berdirinya sebuah balai pusat informasi koperasi produsen informasi terkait pembentukan koperasi produksi di kecamatan talang dan adiwerna 2. Terbentuknya koperasi produsen IKM pada kecamatan dengan potensi terkait
Monitoring dan evaluasi kegiatan oleh: Dinas PU, Disperindakop, BLH, Dinas 2. Adanya koperasi produksi pada masing-masing kecamatan Perindustrian Dukuhwaru, Adiwerna, Talang, Tarub, Kramat dan Dukuhturi
3. Terbangunnya 3. Baiknya kondisi dari 70% jalan infrastruktur jalan yang layak lingkungan di Kabupaten Tegal 4. Adanya instalasi pengolahan limbah
4. Terbangunnya pusat instalasi pengolahan limbah padat dan cair di kecamatan adiwerna dan tarub. Terbentuknya pengelolaan limbah gas pada unit IKM yang memerlukan.
5. Terbentuknya kerjasama maupun portal yang menghubungkan pemerintah, produsen maupun konsumen produk industri Input 1. Pembangunan pusat koperasi
5. Adanya sebuah website yang memiliki informasi lengkap terkait IKM serta menjadi sarana pemasaran online
Sumber Dana APBN APBD Provinsi APBD Kabupaten Swasta Masyarakat
2. Pembangunan Instalasi Pengolahan Limbah Padat, Cair dan Gas 3. Pembentukan web pemasaran produk industri 4. Kebijakan insentif dan disinsentif
Tabel Kerangka Kerja Logis Program Sumber: Rencana Individu 2018
114
Pihak pembangun tidak mendapatkan kesulitan dalam konstruksi ; Masyarakat (khususnya produsen IKM menyambut baik dan mau bekerja sama dalam program ini ; tidak ada kejadian luar biasa yang berdampak besar pada kegiatan IKM
Adanya kerjasama yang baik antara semua pihak yang terlibat dan keadaan politik yang haromonis
Pentahapan Kegiatan
Detail Kegiatan
Pembangunan balai pusat perdagangan dan informasi koperasi Pengadaan Koperasi Produsen IKM Peningkatan Kualitas Jalan Pembangunan pusat pengolahan limbah
Pembuatan Web Pemasaran IKM
1
2
Tahun 3
4
5
Sosialisasi Desain Bangunan Konstruksi Operasional dan Pemeliharaan Sosialisasi Konstruksi Operasional dan Pemeliharaan Konstruksi Operasional dan Pemeliharaan Sosialisasi Pembebasan Lahan Desain Bangunan Konstruksi Operasional dan Pemeliharaan Pembuatan konsep Programming Uji Coba Sosialisasi Operasional dan Pemeliharaan Tabel Pentahapan Program Sumber: Rencana Individu 2018
Cost BeneďŹ t Analysis Kegiatan
Biaya/Cost ( Juta Sosialisasi
Pembangunan balai pusat perdagangan dan informasi koperasi
Desain Bangunan Konstruksi Operasional dan Pemeliharaan Sosialisasi
Pengadaan Koperasi Produsen IKM
Konstruksi Operasional dan Pemeliharaan
Konstruksi Peningkatan Kualitas Jalan Operasional dan Pemeliharaan Sosialisasi
Pembangunan pusat pengolahan limbah
Pembuatan Web Pemasaran IKM
TOTAL
Pembebasan Lahan Desain Bangunan Konstruksi Operasional dan Pemeliharaan Pembuatan konsep Programming Uji Coba Sosialisasi Operasional dan Pemeliharaan
Direct BeneďŹ t ( Juta Indirect BeneďŹ t ( Juta Rupiah/tahun) Penjualan Produk yang unggul dan 300 300 produk variatif 100 Kas anggota 100 Peningkatan kualitas SDM 200 peningkatan produktivitas 300 200 sektor industri Berkurangnya persaingan 100 100 tidak sehat Penjualan Produk yang unggul dan 5 200 200 produk variatif 600 Kas anggota 100 Peningkatan kualitas SDM 100 Berkurangnya persaingan 50 tidak sehat 200 peningkatan produktivitas 100 sektor industri 5
500
kemudahan distribusi barang
300
100 5
Biaya operasional
500
200
Penjagaan kualitas lingkungan Peningkatan kesadaran pentingnya keberlanjutan lingkungan
400 50
100 1000 500 Penjualan produk 20 Slot iklan 20 5 5
300
Kemudahan pemasaran 100 Peningkatan kualitas IT
100 100
50 3815
1600
Tabel Rincian Biaya dan Manfaat Sumber: Rencana Individu 2018
115
2200
1 0.93 0.86 0.79 0.74 0.68 0.63 0.58 0.54 0.5 0.46 0.43 0.4 0.37 0.34 0.32 0.29 0.27 0.25 0.23 0.21 Total
25994 3.3
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
NPV BCR
Tahun
Disc Rate: 8%
116
305 200 300 300 200 200 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 200 100 4405 2500
305 1000 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 10805
0 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 10000
0 0 0 0 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 400 800 450 300 8000 16000 9000 6000
Tabel Rincian Biaya dan Manfaat Sumber: Rencana Individu 2018
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jalan
Total
0 450 450 450 450 450 450 450 450 450 450 450 450 450 450 450 450 450 450 450 450 9000
0 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 4000
0 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 3800 76000
Pengelolaan Pengemba Pemasukan Limbah ngan Web
Indirect Benefit ( juta rupiah)
Pengemb Pusat Koperasi angan Koperasi IKM Web
Direct Benefit ( juta rupiah) Pusat Koperasi Pengelolaan Jalan Koperasi IKM Limbah
50 1115 1115 0 0 50 1800 1667 400 300 50 1050 900 400 300 50 950 754 400 300 50 950 698 400 300 50 950 647 400 300 50 950 599 400 300 50 950 554 400 300 50 950 513 400 300 50 950 475 400 300 50 950 440 400 300 50 950 407 400 300 50 950 377 400 300 50 950 349 400 300 50 950 323 400 300 50 950 299 400 300 50 950 277 400 300 50 950 257 400 300 50 950 238 400 300 50 950 220 400 300 50 950 204 400 300 1050 21065 11315 8000 6000
Total Biaya Biaya (disc)
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan nilai NPV positif, BCR > 1 dan IRR di atas bunga bank yaitu 8%. Sehingga program ini menguntungkan dan feasible.
255 150 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 2305
Jalan
Pengelola Pengemba an ngan Web Limbah
Biaya/Cost ( juta rupiah)
Pusat Koperasi Koperasi IKM
0 3518 3258 3016 2793 2586 2395 2217 2053 1901 1760 1630 1509 1397 1294 1198 1109 1027 951 880 815 37308
Pemasukan (disc)
Perhitungan Cost Benefit Analysis
Program Pengembangan Kawasan Minapolitan Khusus Perikanan Budidaya Air Tawar di Kabupaten Tegal Oleh: Amalia Fitria Hataul (42745)
117
Latar Belakang Kabupaten Tegal berdasarkan Keputusan Meteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 35/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan 1 dari 179 Kabupaten/Kota di Indonesia yang ditetapkan sebagai kawasan pengembangan minapolitan yang khususnya berada di Kecamatan Kramat, Pangkah, Suradadi, Lebaksiu, Warureja, Kedung Banteng, dan Magrasari. Minapolitan dalam buku Pengembangan Kawasan Minapolitan adalah konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, eďŹ siensi, berkualitan dan percepatan yang terdiri dari sentra produksi, pengolahan, pemasaran komoditas perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. Berdasarkan syarat yang diberikan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP/12/MEN/2010 tentang Penetapan K awa s a n M i n a p o l i t a n , b e l u m a d a nya kawasan minapolitan di Kabupaten Tegal sebagaimana diamanatkan dalam keputusan menteri di atas. Olehkarena itu, program ini dilakukan guna mewujudkan kawasan minapolitan di Kabupaten Tegal.
Tujuan Perencanaan
Tujuan dilaksanakannya program ini adalah: 1. Mengembangkan kawasan minapolitan di Kabupaten Tegal sebagai penggerak ekonomi regional dan sentra produksi hasil perikanan sebagai penggerak ekonomi masyarakat melalui pembangunan sarana dan prasarana pendukung 2.Meningkatkan jumlah dan kualitas produk dan hasil olahan komoditas perikanan budidaya sehingga dapat mencukupi kebutuhan pasar domestik maupun ekspor.
2. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.18/MEN/2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan 3. Perda RTRW Kabupaten Tegal 4. Undang-undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan 5. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER.18/MEN/2012 tentang Pedoman Rencana Induk Pengembangan Kawasan Minapolitan
Metode Perencanaan a. Analisis Wilayah
Dilakukan analisis wilayah untuk mengetahui potensi dan masalah terkait dengan sektor perikanan, terlebih lagi perikanan budidaya. Analisis ini menjadi bahan dasar dalam perencanaan Program Pengembangan Kawasan Minapolitan Khusus Perikanan Budidaya. b. Studi Literatur Studi Literatur dilakukan untuk mencari referensi teori yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan sehingga dapat menjadi bahan dasar dalam melakukan perencanaan program Pengembangan Kawasan Minapolitan Khusus Perikanan Budidaya.
Kerangka Berpikir Pemen KP No.12/2010 Kepmen KP No.35/2013 Eksistensi Kawasan Minapolitan Kabupaten Tegal Pengembangan Kawasan Minapolitan
Penyediaan Fasilitas Pendukung Kegiatan Minapolitan Khusus Perikanan Budidaya
Pemanfaatan Teknologi Informasi sebagai Media Pemasaran Hasil Produk
Pendampingan Usaha dan Bantuan Teknis untuk Pemasaran melalui UMKM
Kegiatan Pegembangan Kawasan Minapolitan
Kawasan Minapolitan Khusus Perikanan Budidaya Ikan Air Tawar Kabupaten Tegal
Landasan Hukum
Landasan hukum yang digunakan dalam penyusunan program ini antara lain adalah: 1. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 35/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan
118
Diagram Kerangka Berpikir Sumber: Analisis Individu, 2018
Konsep Rencana a. Tinjauan Teoritis Minapolitan adalah kota perikanan atau kota di daerah lahan perikanan atau perikanan di daerah kota. Konsep minapolitan merupakan landasan konseptual pembangunan sektor kelautan dan perikana berbasis wilayah dan manajemen kawasan. Program minapolitan dilaksanakan sesuai dengan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. KEP.18/MEN/2011 tentang Pedoman Umum Minapolitan yang terdiri atas empat prinsip, yaitu integrasi, efisiensi, berkualitas, dan berakselerasi tinggi. Prinsip integrasi adalah pengalokasian sumberdaya pembangunan direncanakan dan dilaksanakan secara menyeluruh. Efisiensi yang dimaksudkan adalah pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus dilaksanakan secara efisien agar pembangunan dapat dilaksanakan dengan biaya murah namun berdaya guna tinggi. Berkualitas adalah pelaksanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan harus berorientasi pada kualitas. Sedangkan berakselerasi tinggi yang dimaksud adalah percepatan diperlukan untuk mendorong agar target produksi dapat dicapai dalam waktu cepat, melalui inovasi. Kawasan minapolitan adalah suatu bagian wilayah yang mempunyai fungsi utama ekonomi yang terdiri dari sentar produksi, p e n go l a h a n , p e m a s a r a n ko m o d i t a s perikanan, pelayanan jasa, dan/atau kegiatan pendukung lainnya. b. Preseden Kabupaten Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengan sebagai penghasil perikanan air tawar dengan ikan Gurami sebagai komoditas unggulan. Sentra pengembangan perikanan budidaya di Kabupaten Tegal dibagi menjadi 4, yaitu kawasan pembenihan, kawasan pembesaran, kawasan pengolahan, dan kawasan pemasaran. Selain itu didukung dengan sarana dan prasarana berupa unit produksi (4 Balai Benih Ikan), unit pemasaran (3 pasar ikan dan 8 pasar tradisional) juga dilengkapi dengan pengairan. Setelah ditetapkan menjadi kawasan minapolitan dengan dukungan pendanaan dari
119
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah, APBD, perbankan, Kementerian Pekerjaan Umum dan lainnya, terdapat peningkatan dalam jumlah produksi. Selain itu, berkat kerja keras pemerintah yang didukung oleh masyarakat guna mewujudkan Kawasan Minapolitan yang berhasil, Kabupaten Banyumas mendapatkan beberapa penghargaan antara lain adalah Kabupaten Banyumas ditetapkan sebagai kabupaten minapolitan dengan kinerja terbaik I bidang perikanan budidaya tahun 2012 dengan Keputusan Dirjen Perikanan Budidaya KKP RI No. 53/KEDJPB/2013.
Rencana Detail a. Penyediaan Fasilitas Pendukung Kegiatan Minapolitan Khusus Perikanan Budidaya Fasilitas pendukung kegiatan minapolitan khusus perikanan budidaya termasuk di d a l a m nya a d a l a h u n i t p ro d u k s i ya n g digunakan untuk proses pembenihan dan pembesaran, sentra produksi yang dapat dijadikan penggerak utama ekonomi di kawasan minapolitan, yakni dengan adanya pembangunan Balai Benih Ikan maupun penggunaan lahan-lahan budidaya produktif. Pengolahan dan pemasaran berupa pasar ikan dan pasar tradisional. Apabila fasilitas pendukung kegiatan minapolitan ini tersedia serta didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas tentunya akan mampu memproduksi benih dengan kualitas yang baik. Selain itu, prasarana pendukung juga diperlukan guna menunjang kegiatan minapolitan, seperti pengairan, jaringan listrik, dan jalan sehingga memperlancar dan mempercepat distribusi hasil produksi perikanan budidaya. Ÿ
Aksesibilitas terhadap pengadaan bahan baku, pengolahan, dan pemasaran (supply chain management) Ÿ
Ketersediaan benih berkualitas tinggi atau kemungkinan pengadaan benih dengan harga murah
Ÿ
Ketersediaan pakan dan obat-obatan murah
Ÿ
Sarana dan Prasarana Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Ÿ
Subsistem Minabisnis Hulu (kios, gudang, pelataran parkir, bongkar muat barang, dan pabrik jaring) Subsistem Usaha Produk Perikanan (sarana atau lahan produksi: kolam dan tambak, fasilitas pengairan yang baik dan mencukupi kebutuhan, jaringan listrik yang memadai, dan jalan akses d a r i s e n t r a p ro d u k s i ke p u s a t pengumpul atau pengolah) Subsistem Hilir-Pengolahan Hasil (unit pengolahan modern, sarana penjemuran hasil perikanan, dan gudang penyimpan hasil perikanan) Subsistem Hilir-Pemasaran (pasar pemasaran produk, prasarana dan sarana sub terminal minapolitan, jalan antar desa-kota yang dapat memperlancar pemasaran hasil sampai ke outlet Subsistem Penunjang (sarana utilitas umum, sarana pelayanan umum, dan sarana kelembagaan)
Zona Pemanfaatan Ruang Ÿ
Minapolias/zona inti adalah pusat kegiatan minapolitan yang merupakan sentra pelayanan dan jasa (berupa ibu kota kecamatan yang merupakan sentra kegiatan pelayanan dan jasa)
Ÿ
Sentra produksi adalah sentar penghasil produk perikanan
Ÿ
Zona pengembangan dan pendukung adalah wilayah di luar zona inti yang diperuntukkan bagi pengembangan usaha bebasis perikanan dan berintegrasi dengan usaha penangkapan ikan
Ÿ
Zona keterkaitan adalah wilayah di luar zona pengembangan dan pendukung yang memiliki keterkaitan erat dan langsung dalam kelancaran bisnis perikanan, diantaranya adalah pangsa pasar yang merupakan konsumen dari produk perikanan yang dihasilkan maupun produsen untuk keperluan pemenuhan kebutuhan operasional usaha perikanan.
120
Kdy. Tegal
Dukuh Turi
Kramat
Talang
Suradadi
Warureja
Tarub Adiwerna
Pangkah
Dukuhwaru
Kedung Banteng
Slawi
Pagerbarang Lebaksiu Ja negara
Balapulang Margasari
Bojong
Jalan Bumi Jawa
Minapolis Sentra Produksi Zona Pengembangan dan Pendukung
Peta Rencana Kawasan Minapolitan Kabupaten Tegal Sumber: Analisis Individu, 2018
b. Pendampingan Usaha dan Bantuan Teknis di Sentra Produksi, Pengolahan, atau Pemasarana Melalui UMKM Pendampingan ini berupa penyuluhan atau pelatihan melalui penetapan kelompokke l o m p o k u s a h a d i s e l u r u h k aw a s a n minapolitan yang didukung oleh adanya inovasi dari hasil produksi budidaya. Dengan ini diharapkan masyarakat mendapatkan pelatihan khusus terkait dengan system produksi, pengolahan produk yang selanjutnya akan dipasarkan. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas dan kreativitas masyarakat, menjadi sumber pemasukan bagi daerah dan masyarakat setempat, dan juga sebagai wadah branding dari kawasan minapolitan yang berada di Kabupaten Tegal. c. Pemanfaatan Teknologi Informasi Digital sebagai Media Pemasaran Hasil Produk dan Olahan Perikanan Budidaya Pendampingan ini berupa penyuluhan atau pelatihan melalui penetapan kelompokke l o m p o k u s a h a d i s e l u r u h k aw a s a n minapolitan yang didukung oleh adanya inovasi dari hasil produksi budidaya. Dengan ini diharapkan masyarakat mendapatkan pelatihan khusus terkait dengan system produksi, pengolahan produk yang selanjutnya akan dipasarkan. Hal ini dapat meningkatkan produktivitas dan kreativitas masyarakat, menjadi sumber pemasukan bagi daerah dan masyarakat setempat, dan juga sebagai wadah branding dari kawasan minapolitan yang berada di Kabupaten Tegal.
Kerangka Kerja Logis Narasi Singkat Goal Meningkatkan perekonomian lokal di Kawasan Minapolitan Kabupaten Tegal
Purpose Meningkatkan jumlah dan kualitas produk dan hasil olahan komoditas perikanan budidaya sehingga dapat mencukupi kebutuhan pasar domestic maupun ekspor Mengembangkan kawasan minapolitan sebagai penggerak ekonomi regional dan sentra produksi hasil pereikanan sebagai penggerak ekonomi masyarakat melalui pembangunan sarana dan prasarana pendukung
Output Peningkatan hasil produksi dan produktivitas melalui pengembangan budidaya kolam dan usaha pembenihan
Penyediaan Fasilitas Pendukung Kegiatan Minapolitan Khusus Perikanan Budidaya
Indikator Sasaran
Alat Verifikasi
Asumsi-asumsi
Pendapatan per kapita penduduk kawasan minapolitan di atas rata-rata PDRB/kapita Kabupaten
BPS Kabupaten Tegal
- Masyarakat kawasan minapolitan akan memahami terkait potensi di kawasan tersebut apabila jaringan infrastruktur telah tersedia dengan merata sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal - Kondisi social, keamanan, dan politik yang kondusif
- Peningkatan produksi dan produktivitas pengolah hasil perikanan - PDRB Kabupaten Tegal sektor perikanan meningkat 20% tiap tahun - PDRB Kabupaten tegal sektor perikanan meningkat 20% tiap tahun - Meningkatnya ragam kegiatan ekonomi dan jasa pelayanan - Peningkatan perekonomian daerah dan investasi dari berbagai pihak terkait dengan perikanan budidaya - Terkembangnya kawasan minapolitan khusus perikanan budidaya
BPS Kabupaten Tegal; Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal; Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Tegal BPS Kabupaten Tegal; Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal; Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Tegal
- Jaringan infrastruktur pendukung kegiatan telah tersebar dengan merata - Masyarakat setempat memahami potensi yang ada di kawasan - Tidak adanya factor luar yang dapat mengurangi luasan lahan perikanan budidaya - Meningkanya hasil produksi dan produktivitas hasil perikanan - Anggaran untuk sosialisasi dan pelatihan
- Produktivitas perikanan budidaya meningkat - Masyarakat mampu menghasilkan benih melalui pengembangan budidaya secara mandiri
BPS Kabupaten Tegal; BPS Kabupaten Tegal; Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal; Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Tegal Dinas PU Kabupaten Tegal; BPS Kabupaten Tegal; Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kabupaten Tegal; Dinas Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Tegal; Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kabupaten Tegal
- Luas kolam dan/atau tambak tidak mengalami pengurangan - Tidak terjadi bencana alam yang dapat merusak ekosistem kolam
- Perbaikan kondisi jalan dari dan menuju kawasan minapolitan - Pengoptimalan fasilitas pengairan sesuai dengan kebutuhan - Terbangunnya subsistem minabisnis hulu - Terbangunnya unit pengolahan modern - Terbangunnya sarana penjemuran hasil perikanan - Terbangunnya gudang penyimpan hasil perikanan - Terbangunnya pasar pemasaran produk - Terbangunnya sarana pelayanan umum lain (kesehatan, pendidikan, peribadatan, dan lainnya)
Tabel Kerangka Kerja Logis Program Sumber: Analisis Individu, 2018
121
- Kondisi infrastruktur jalan membaik - Kolam dan/atau tambak teraliri oleh air tanpa adanya hambatan - Anggaran tersedia - Pembangunan dan perbaikan fasilitas selesai di waktu yang tepat
Pentahapan
Tabel Pentahapan Program Sumber: Analisis Individu, 2018
122
Pembiayaan DISCOUNT RATE 5%-25% N
URAIAN
1
2 3
4
1 2 3 4 5 6 7 8
0.05 Exp Rev 595.2 3047.6
EXP
REV
Peningkatan Hasil Produksi dan Produktivitas Melalui Pengembangan Budidaya Kolam dan Usaha Pembenihan Penyediaan Fasilitas Pendukung Kegiatan Minapolitan Khusus Perikanan Budidaya Pendampingan Usaha dan Bantuan Teknis Di Sentra Produksi Pengolahan atau Pemasaran Melalui UMKM
625
3200
3020
15500 2739.2
14059.0
1100
3500
950.2
3023.4
Pemanfaatan Teknologi Informasi Digital sebagai Media Pemasaran Produk Hasil dan Olahan Perikanan Budidaya
55
500
45.2
411.4
Finishing Operasional Operasional Operasional Operasional Operasional Operasional Operasional Operasional JUMLAH
50 700 50.0 100 600 95.2 150 700 136.1 200 700 172.8 200 700 164.5 200 700 156.7 200 700 149.24 200 700 142.14 200 700 135.37 6300 28900 5531.99
NPV BCR
22600 4.6
700.0 571.4 634.9 647.9 575.9 548.5 522.4 497.5 473.8 25713.6
20181.6 4.6
Tabel Pembiayaan Program Sumber: Analisis Individu, 2018
Berdasarkan hasil perhitungan tabel cost-beneďŹ t analysis, diketahui bahwa NPV Program Pengembangan Kawasan Minapolitan Khusus Budidaya bernilai positif (20181.6) dan BCR sebesar 4.6, dimana > 1 sehingga program ini dapat dikatakan feasible dan layak untuk dijalankan.
123
Program Pengembangan Sistem Transportasi dan Logisik Wilayah dengan Pemanfaatan Teknologi Oleh: Peter Togu Philip Manurung (44094)
124
Latar Belakang
Tujuan Perencanaan
Transportasi adalah suatu siklus dari berbagai aktivitas yang tidak ada henti. Sistem transpotasi ini ibarat sirkulasi darah dalam tubuh manusia. Ketika ada yang tidak tersalurkan, terhenti, atau tersumbat maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam tubuh manusia. Peredaran darah yang baik akan membuat aktivitas manusia jadi berjalan lebih baik karena kondisi yang sehat. Begitu juga dengan suatu kabupaten/ kota, ketika sistem transportasi yang ada dapat berjalan dengan baik dan lancar maka aktivitas kota tersebut dapat berjalan dengan efesien dan baik. Peran transportasi untuk suatu kabupaten sangat krusial. Konektivitas yang terjalin baik secara internal maupun eksternal. Sehingga perkembangan suatu kota pun harus dimulai dari sarana dan prasarana transpotasinya. Sistem transportasi yang ada pada suatu kabupaten memang akan terus mengalami perubahan/ perkembangan. Perecencana sedemikian mungkin akan terus dituntut dalam perencanaan transportasi yang memadai dan efesien bagi suatu Kabupaten. Titik api dalam pengembangan transportasi wilayah ini berujuk pada kepentingan aktivitas masyarakat Kabupaten Tegal. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa akan direncanakan pembangunan industri yang pesat di Kabupaten Tegal. Maka itu tentu mobilitas untuk logistik yang merupakan keperluan perindustrian akan m e n j a d i ko m p o n e n p e n t i n g d a l a m pertumbuhan industri di Kabupaten Tegal. Begitu juga dengan sektor pertanian dan pariwisata yang kian disinggung dalam RTRW Kabupaten Tegal. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan kelompok studio Kabupaten Tegal, masalah utama yang terjadi di Kabupaten Tegal adalah IPM yang rendah dan kesenjangan yang tinggi. Pada perencanaan sistem transportasi ini akan dipertimbangkan terkait permasalahan- permasalahan tersebut. Pengembangan Transportasi wilayah akan berpotensi untuk memeratakan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan wilayah.
Sektor transportasi merupakan suatu kompononen yang sangat penting dalam pengembangan suatu kabupaten. Tanpa adanya transpotasi yang baik, maka akan sangat sulit suatu kabupaten untuk berkembang. Transportasi akan berperan penting dalam mobilitas untuk menjadikan aktivitas kota lebih efesien dan terintegrasi. Maka itu tujuan dari pengembangan jaringan transpotasi ini adalah: 1. Meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas Kabupaten Tegal. 2. Meningkatkan efesiensi pergerakan arus komoditas dan masyarakat dalam sektor ekonomi Kabupaten Tegal. 3. M e n d u k u n g p e n i n g k a t a n p o t e n s i Kabupaten Tegal. 4. M e n i n g k a t k a n p e m e r a t a a n pembangunan Kabupaten Tegal.
125
Landasan Hukum 타
타
타
타
RTRW Kabupaten Tegal 2012-2032 a. Pasal 43 tentang Perwujudan Sistem Jaringan Transpotasi b. Pasal 56 tentang Ketentuan umum zonasi sistem prasarana utama Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4489); Perpres No. 26 Th. 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional
Metode Perencanaan Analisis Wilayah A n a l a s i s ko n d i s i e k s i s t i n g w i l aya h memberikan gambaran tentang permasalahan dan potensi yang dapat dikaji pada suatu pengembangan. Berangkat dari masalah Kabupaten Tegal yaitu kesenjangan dan rendahnya IPM, maka dilakukan sebuah pengembangan sarana transportasi yang
berujuk kepada dua masalah itu. Perencanaan transportasi ini diharapkan dapat memperlancar mobilitas masyarakat agar tidak terjadi kesenjangan dalam pembangunan dan pertumbuhan. Perencana transpotasi yang dilakukan akan difokuskan untuk perkembangan wilayah- wilayah yang lebih tertinggal. Kemudian dengan transpotasi wilayah yang bagus maka hal tersebut dapat membantu aktivitas perekonomian Kabupaten Tegal sehingga dapat mendorong naiknya IPM.
Kerangka Kerja Logis
Studi Literatur Dalam perencanaan pengembangan transportasi wilayah Kabupaten Tegal dilakukan beberapa kajian tentang landasan hukum yang ada, yaitu berupa RTRW Kabupaten Tegal dan kajian mengenai berbagai ketentuan untuk menjadi dasar dalam perencanaan ini. Selain ketentuan untuk melakukan perencanaan ini pun diperlukan teori- teori perencanaan yang sesuai dengan kondisi eksisting Kabupaten.
Kerangka Berpikir
Kerangka Berpikir Program Sumber: Analisis Pribadi
Tabel Kerangka Kerja Logis Sumber: Analisis Pribadi
126
Konsep Rencana Konsep rencana dilakukan dengan pendekatan Supply Chain Management untuk mewujudkan transportasi yang lebih efesien dan efektif. Supply Chain Management (SCM) adalah suatu konsep pengelolaan supply chain. Supply chain adalah jaringan ďŹ sik yang terdiri atas perusahaan- perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir (Oliver dan Webber,1982). Kata kunci yang dapat difokuskan pada konsep SCM ini adalah integrasi. SCM merupakan suatu metode untuk mengintegrasikan supplier, pengusaha, distributor, gudang, dan tempattempat penyimpanan lainnya untuk memudahkan dan menfesiensikan distribusi barang untuk sampai kepada konsumen dengan kondisi yang memuaskan.
dua. Pertama adalah perihal kebijakanpemerintah, baik dalam perencanaan, pembangunan, dan regulasi yang jelas. Pada perencanaan dan pembangunan, hal yang diperhatikan adalah integrasi antara kawasan- kawasan industri yang ada. Aksesibilitas harus mencapai keadaan yang maksimal agar tidak ada permasalahan pada distribusi. Kedua adalah jaringan informasi dan komunikasi antar pihak yang baik. Hal ini akan menyokong efesiensi dari transportasi logistik yang sedang diproses pada waktu tersebut.
Ilustrasi integrasi dalam distribusi logistik Sumber: Supply Chain Indonesia
Preseden Alur Distribusi Logistik Supply Chain Management Sumber: Supply Chain Indonesia
Konsep ini memberikan suatu bentuk manfaat yang mungkin dapat menguntungkan bagi wilayah tersebut. Tujuan adanya SCM ini adalah meminimalisir pengeluaran biaya, memanfaatkan waktu dengan optimal, mengurangi transaksi, dan mendapatkan barang dengan kualitasyang lebih terjamin. Tujuan besar dari konsep SCM ini adalah meningkatkan daya saing perindustrian yang ada. Dengan bertambah efesiensi dari distribusi logistik, maka kadar konsentrasi industri yang dulunya banyak pada distribusi logistik akan lebih fokus kedalam kreatitivitas dan inisiatif dalam pengolahan dan pemasaran. Hal yang harus diperhatikan dalam penetapan sistem logistik yang efesien ada
127
Preseden yang digunakan adalah preseden dari Supply Chain Indonesia yang dicanangkan pada kasus â&#x20AC;&#x153;Rantai Pasok Sapi Potong Indonesiaâ&#x20AC;?. Dimana disitu terdapat suatu permasalahan yang berkutik pada pembiayaan. Salah satu tujuan dari konsep ini adalah menghemat pembiaayaan. Sistem yang dapat digunakan seperti berikut.
Peta Alur Rantai Sapi Pasok Indonesia Sumber: Supply Chain Indonesia
Sistem transportasi direncanakan terintegrasi agar dapat menciptakan suatu supply chain yang menguntungkan bagi Kabupaten. Padahal preseden ini dapat dilihat bahwa pemasokan Kabupaten Tegal dapat diproduksi dari daerah- daerah luar Kabupaten Tegal. Bahan pokok dapat dikirimkan ke Kabupaten Tegal langsung dan mungkin juga melewati beberapa daerah. Pada sistem tekonologi bagi logistik, maka d i g u n a k a n p r e s e d e n d a r i I n t e l IoT Technology yang menggunakan pelacak untuk mengetahui keberadaan, kondisi, dan durasi pengantaran suatu barang. Sistem ini dapat berguna untuk menjamin keamanan suatu barang dalam proses pendistribusian. Sistem ini juga dapat berguna untuk menghemat waktu pengantaran barang agar b i s a o n - t i m e . I n t e l I oT Te c h n o l o g y mengeluarkan Smart Tags Detector untuk melacak barang seperti berikut.
merupakan suatu hal yang penting. Karena K e t i d a k t e p a t a n w a k t u d a n kurangnyaefesiensi akan sangat m e m p e n g a r u h i ke u n t u n g a n . S i s t e m transportasi akan mempengaruhi produktivitas suatu komoditas, sehingga preseden ini sangat direkomendasikan untuk segera diimplementasikan ke setiap sistem transportasi dan logistik.
Ilustrasi Distribusi Logistik dengan Smart Tags Sumber: Intel IoT Technology
Rencana Detail Pada perencanaan dibagi dalam 4 subprogram. Tahap- tahap tersebut adalah penyusunan regulasi, Penerapan Sistem Transportasi Logistik Dengan Pendekatan SCM, peningkatan mobilitas aktivitas m a s ya r a k a t , d a n p e n i n g k a t a n s i s t e m teknologi dan informasi untuk pendistribusian logistik.
Smart Tags Detector Sumber: Intel IoT Technology
Penyusunan Regulasi
Pada preseden yang Intel IoT Technology dapat dikatakan sangat kompleks dan sulit untuk diimplementasikan kepada semua Kabupaten yang berkaitan dengan logistik. Tetapi langkah utama yang dapat dilakukan untuk menuju kepada teknologi ini adalah meningkatkan jaringan telekomunikasi. Jaringan telekomunikasi ini yang akan menjadi dasar dari pendeteksian barang tersebut. Kemudian sensor untuk mendeteksi keberadaan barang agar dapat tepat waktu
128
Regulasi adalah salah satu komponen yang bersifat penting dalam suatu perencanaan. Khususnya disaat hal yang direncanakan adalah suatu sistem, maka kondisi keberlanjutannya harus dipastikan dan diawasi dengan regulasi yang baik. Kemudian pada tahap ini juga dibuat masterplan untuk alur yang membuat kawasan industri saling terintegrasi.
Penerapan Sistem Transportasi Logistik Dengan Pendekatan SCM
Peningkatan mobilitas aktivitas masyarakat
Sistem transportasi direncanakan terintegrasi agar dapat menciptakan suatu supply chain yang menguntungkan bagi Kabupaten. Padahal preseden ini dapat dilihat bahwa pemasokan Kabupaten Tegal dapat diproduksi dari daerah- daerah luar Kabupaten Tegal. Bahan pokok dapat dikirimkan ke Kabupaten Tegal langsung dan mungkin juga melewati beberapa daerah. Pada sistem tekonologi bagi logistik, maka d i g u n a k a n p r e s e d e n d a r i I n t e l IoT Technology yang menggunakan pelacak untuk mengetahui keberadaan, kondisi, dan durasi pengantaran suatu barang. Sistem ini dapat berguna untuk menjamin keamanan suatu barang dalam proses pendistribusian. Sistem ini juga dapat berguna untuk menghemat waktu pengantaran barang agar b i s a o n - t i m e . I n t e l I oT Te c h n o l o g y mengeluarkan Smart Tags Detector untuk melacak barang seperti berikut.
Pada sub-program ini, tidak diterapkan suatu bentuk konsep yang kompleks. Kurang lebih sistem transportasi yang ada hanya bus dan angkutan seperti kondisi yang ada. Hal ini karena memang prioritas yang sedang difokuskan adalah pendorongan untuk transportasi logistik tegal. Pembangunan yang dibangun dalam sub-program ini adalah penambahan terminal di daerah yang tidak terjangkau.
Peningkatan sistem teknologi dan informasi untuk pendistribusian logistik Tu j u a n r e n c a n a k e s e l u r u h a n u n t u k perencanaan Kabupaten Tegal salah satunya adalah memajukan teknologi di Kabupaten Tegal, maka itu dilakukan berbagai hal yang berhubungan dengan teknologi. Perkembangan teknologi ini memang dilakukan untuk pertumbuhan logistik di Kabupaten Tegal. Maka itu digunakan konsep distributor memakai smart tags detect yang dapat memantau waktu perjalanan, kondisi barang, dan berbagai interaksi lainnya.
Peta Sistem Distribusi Logistik Sumber: Analisis pribadi
129
Pertahapan
Tabel Pentahapan Program Sumber: Analisis pribadi
Cost BeneďŹ t Setelah melakukan perhitungan cost beneďŹ t yang dilakukan untuk 20 tahun kedepan maka didapatkan bahwa pembangunan akan dilakukan pada 10 tahun pertama. Pemasukan akan masuk ditahun ke 11 s e i r i n g a n d e n g a n p e n g e l u a r a n b i ay a operasional dan pemantauan. Setelah dihitung dengan discount rate 5% maka didapatkan B/C 1,92569 yang berarti program ini menguntungkan dan dapat diterapkan oleh pemerintah.
BCR =1,92569 NPV=97823,95 IRR=5%
Tabel Cost BeneďŹ t Sumber: Analisis pribadi
130
Studio Rencana Wilayah Kabupaten Tegal Program Studi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Departemen Teknik Arsitektur dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2018