Ultimate Booklet of Science : Study Protocol Afdina Melya G.F1, Fiandila Elvana D2 DOI (2019) 19:448 Open Access : Read Full Article Abstract Didedikasikan untuk Member Science khususnya Member 2019/2020 yang kami sheyenk. Ultimate Booklet of Science ini sebagai persembahan sekaligus ucapan selamat datang dari kami, Afdina dan Fiandila, sebagai EB Science yang akan membersamai teman teman selama satu tenure (masa jabatan) kedepan. Kami harap buku ini dapat menjadi bekal awal teman teman yang ambis jadi mahasiswa prestatif, baik di lomba lomba yang diselenggarakan oleh AMSA International, AMSA-Indonesia, AMSA-UGM, maupun lomba yang diselenggarakan oleh Universitas. Dalam pembuatan buku ini, kami berterimakasih kepada Kak Dennis, Kak Karunia, dan semua pihak yang telah membantu menyukseskan buku ini. Kami juga memohon maaf karena dalam buku ini masih banyak sekali kesalahan dan kekurangan, akan menjadi koreksi dan diperbaiki kedepannya. Selamat membaca â˜ş
Author details 1Coordinator of Science Division, Executive Board AMSA-UGM 2019/2020 2Vice-Coordinator of Science Division, Executive Board AMSA-UGM 2019/2020 Published Online : 1 Agustus 2019
1
Abstract………………………………………………………………………………………………………………… 1 Table of Content…………………………………………………………………………………………………… 2 Easiest Way to Make: Public Poster! ..………………………………………………………………….. 4 Literature Review………………………………………………………………………………………………… 21 Systematic Review vs Literature Review – What’s the Difference?………………………. 25 Nice to know : DOI………………………………………………………………………………………………. 28 Nice to know : Vancouver Style for citation…………………………………………………………. 31 Appendix : List Lomba AMSA dan non-AMSA………………………………………………………. 35
2
3
A.
APA ITU POSTER?
Pada hakekatnya, poster merupakan rangkuman dari banyak informasi dan pikiran yang harus mampu diwakili oleh ilustrasi gambar yang mendominasi dan menarik dengan sedikit kata-kata atau kalimat efektif. Namun, kembali lagi poster dibuat untuk tujuan apa. Namun yang biasa ditonjolkan dari poster adalah sebuah ilustrasi sentral (ilustrasi utama yang ketika dilihat sekilas mampu menarik dan mewakili seluruh isi poster) dan sebuah jargon atau biasa dapat dianggap judul, intinya ini merupakan kalimat singkat yang menarik dan merangkum isu atau topik utama yang akan dibahas di dalam poster tersebut. (diibaratkan misalkan dalam sebuah paragraph merupakan kalimat utamanya). Nah kalau kata Dennis-senpai, “Esensi dari poster adalah buah pikirmu pada suatu topik. Dalam membuat poster sendiri selalu tekankan dalam pikiranmu, bahwa karyamu adalah “anakmu�, yang kalian usahakan terbaik untuknya. Hilangkan dulu segala tuntutan, segala tekanan dari orang lain. Ciptakan dunia dimana hanya ada kamu dan anakmu, sendiri menikmati terbitnya mentari pagi.�
B.
LHA, KALAU POSTER PUBLIK ITU BEDANYA APA? HARUS GIMANA?
Intinya, poster publik merupakan poster yang dipublikasikan untuk memberikan informasi kepada target masyarakat tertentu dengan ilustrasi menarik dan bahasa yang mudah dipahami. Sejauh ini, aku akan mengelompokkan beberapa tipe-tipe poster publik yang sering dijumpai: 1.
Minimalism public poster
4
Poster publik jenis ini bisa dibilang irit kata-kata tapi kata-kata yang irit itu malah harus sedalam dan seluas mungkin sehingga dapat “menyuarakan” ilustrasi yang terdapat pada poster dan dapat “mengisi” kekosongan ruang yang biasa sangat banyak. Untuk kalian yang jago bener buat animasi atau fotografi bisa banget pakai poster gaya ini, tapi harus diingat bahwa ke-aesthetic-an harus diutamakan. Namun, poster seperti ini jarang dipakai untuk lomba non-AMSA, biasanya poster seperti ini dipakai untuk lomba AMSA dibarengi dengan penjelasan dan jangan lupa daftar pustaka (bila ada) pada abstrak, lomba yang biasa menggunakan gaya ini seperti IMSTC dan PCC EAMSC. 2.
Informative public poster
Kenapa informatif? Karena pembaca tidak harus menebak-nebak maksud kalimat yang terdapat dalam poster karena informasi sudah dijelaskan dengan rinci dan bahasa yang dapat dimengerti orang awam. Poster publik jenis ini jelas terlihat lebih ramai dengan menonjolkan solusi kita terhadap topik yang diangkat. Apa yang dimaksud solusi? Misalkan ada topik tentang stunting lalu disitu kita bisa memberikan cara-cara mengenali atau mencegah bahkan mengobati, ini bisa diambil dari literature sebenarnya bisa juga kita menginovasikan solusi baru tapi harus diingat bahwa solusi terbarukan tersebut harus berdasarkan dengan sumber dan penelitian yang valid. Solusi tersebut biasa dikemas dalam singkatan-singkatan (yang terkadang terkesan dipaksa), namun tidak semua solusi tersebut dikemas dalam singkatan lho (poster paling kanan). Biasanya konten di dalam poster ini meliputi: ➔ Jargon!!!! (misalkan Ayo, ayah bunda lindungi si kecil dengan KATING! → ini biasanya terpisah dari judul sih) ➔ definisi dari penyakit atau topik yang diangkat (apa itu stunting?) ➔ prevalensi (persentase penderita di suatu daerah → Indonesia ya kalo lombanya tingkatnya nasional atau peringkat negara kita dibandingkan dengan negara-negara di dunia, bisa diambil dari riskesdas atau jurnal-jurnal terpercaya) ➔ tanda-tanda atau gejala ➔ faktor risiko atau efek jangka panjang ➔ solusi kita (biasanya bentuknya singkatan dan step-step gitu, tapi perlu diperhatikan jangan sampai singkatan tersebut merupakan CLICKBAIT karena juri biasanya tidak suka 5
misalkan “Obati Luka Bakar dengan AIR PANAS� walaupun air panas disini merupakan suatu akronim ➔ daftar pustaka (optional) Tapi kembali lagi, tidak semua poin di atas dimuat, tapi semakin lengkap semakin bagus. Biasanya lomba AMSA maupun non-AMSA menggunakan poster publik gaya ini. Yang harus diperhatikan baik-baik adalah layoutnya, bagaimana cara memuat sekian banyak informasi namun tetap dapat dibaca dengan flow yang baik, nanti akan lebih dijelaskan lanjut pada bagian layout yaaa. 3.
Innovative Public Poster
Kenapa ku sebut innovative? Jadi poster ini lebih menjelaskan inovasi yang kita buat (tetapi bukan cara-cara mencegah atau mengobati seperti sebelumnya) ini lebih ke penciptaan suatu alat atau aplikasi yang kita jelaskan melalui poster. Sebenarnya, poster ini kurang umum untuk lomba-lomba non-AMSA, namun umumnya dapat dijumpai pada lomba-lomba AMSA seperti IMSTC dan PCC EAMSC. Nah, apabila kalian memilih untuk menggunakan poster gaya ini tolong diperhatikan kembali sub-tema lombanya apakah memperbolehkan. Sebagai tambahan saja, pada salah satu lomba non-AMSA ada dosen yang mengomentari peserta dengan poster sejenis ini bahwa ini lebih ke promosi apa yang dia buat bukan promosi kesehatan dan memberikan informasi ke masyarakat mengenai topik yang diangkat sehingga kurang cocok dinamakan poster publik. C.
GAYA-GAYA POSTER
Sebelum melangkah lebih jauh, sebelumnya aku pengen memperkenalkan macam-macam tren gaya poster 2019 secara umum yang bisa dipakai agar poster kalian bisa terlihat berbeda dari yang lainnya (salah satu yang bisa diakalin kalau mau terlihat berbeda): 1. BOLD COLOR / DUO TONE GRADIENT Ini sebenarnya tren warna, jadi di tahun 2019 warnanya itu lebih ke menabrakkan antar 2 warna yang berlawanan (nanti akan dijelaskan lebih lanjut di bagian warna). Intinya ini adalah pengkombinasian 2 warna. Gampangannya gini deh, kalian pernah liat iklan spotify atau logo Instagram? Lihat deh gradasinya, orange dan ungu juga pink 6
dan hijau nah itu dinamakan bold color. Kalau kamu buat poster kamu dengan warnawarna ini pasti kesannya lebih kekinian dan berbeda dari yang lainnya.
2. ISOMETRIC Jadi ini kayak melihat suatu benda bukan dari depan tapi dari sudut pandang samping jadi kayak 3D gitu. Jujur ini agak susah sii soalnya buatnya harus pake grid yang nyilang-nyilang gitu, tapi tenang aja di website untuk download vektor gratis banyak tersedia kok kalau kalian mau pake gaya ini buat poster publik kalian atau kalian padu padankan dengan 2D seperti biasanya dijamin beda dari yang lainnya, tinggal tambah keyword “isometric� aja.
3. FLUID SHAPE Jadi aku saranin kalian jangan kaku dalam pemilihan bentuk, kalau bisa kalian berani pakai fluid shape. Bisa buat apa si? Bisa buat pola background kalian, misal kalian mau nulis 3 poin bisa masing-masingnya ditulis di 7
bentuk itu (biasanya pakai lingkaran atau kotak kan ya), atau sekadar untuk bercakbercak saja. 4. 1980s MEMPHIS DESIGN Jadi menurutku ini cocok dan reachable banget buat pemula karena basic-nya cuman harus bisa buat bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, kotak, lingkaran, dan garis tapi nanti dari bentuk-bentuk sederhana itu bisa jadi sesuatu yang aesthetic, misalkan untuk background atau pemanis poster kamu.
Bentuk-bentuk sederhana tadi bisa juga terpakai saat kalian butuh menggambarkan poin per poin seperti contoh di bawah ini. Simple tapi tetap aesthetic.
8
D.
E.
WEBSITE UNTUK DOWNLOAD DESAIN VEKTOR ILUSTRASI GRATISS!!! 1. humaaans.com = kalian kalau mau buat orang lagi ngapain gitu bisa disini, kalian bisa buat orang semau kalian 2. undraw.co = jadi ini bisa didownload versi .ai (bisa dibuka di psd maupun corel) trus kalian ambilin deh misal butuh laptopnya doang atau bunganya doang 3. freepik.com = hati-hati ya ini sehari dibatesin gratisnya 4. freevector.com 5. deszone.net 6. vecteezy.com 7. vexels.com LAYOUT / KOMPOSISI POSTER
Nah, sekarang masalah semakin kompleks. Sering kita punya dilema untuk memberikan seluruh ide kita ke poster, tapi justru kita merusak poster tersebut. Hal ini mengundang kepentingan dari filter untuk ide ide kita. Filter tersebut adalah: 1. Rule of Third Bayangkan bahwa poster yang kalian ciptakan terdiri dari 9 kotak yang ukurannya sama, ini adalah dasar untuk kamu menempatkan grafik, tulisan, dan background ke postermu! Rule of third menekankan bahwa sebuah objek (grafis) ukurannya harus berada dalam 6 kotak dari 9, jika tidak, fokus poster buyar. Jadi kalian bisa membuat ruangan yang lebih kosong (bukan fokus objek utama) pada 1 baris/kolom dari 3 baris/kolom atau 2 baris/kolom dari 3 baris/kolom tersebut. Gampangannya deh kalian pernah liat wallpaper windows 2003 yang bukit itu kan? Itu dia “mengosongkan� 2/3 baris dari kotak-kotak itu tadi. Bayangkan kalau bagian foto bukitnya pas membagi 2 frame tersebut, jadi gak asik kan hehe. Rule of Third MENGHARAMKAN objek berada persis di tengah poster atau membagi layout poster menjadi 2 tepat di tengah, yang mana membunuh poster itu. Ini berlaku tidak hanya untuk poster lho tapi juga untuk fotografi dan framing pada videografi mungkin kalian juga tertarik untuk ikut kedua lomba itu juga hehe.
9
2. Golden Ratio Golden ratio menegaskan Rule of Third, dimana object (grafis, katakata) HARAM berada di tengah poster. Golden ratio adalah rasio ideal proporsi dari penempatan suatu object, dimana rasio tersebut adalah jarak kanan : kiri (atau sebaliknya) = 1x : 1,67x (maksudnya itu pembagian porsi satu frame kayak di gambar itu kalo kalian mau tau kok bisa ketemu angka segitu hehe). Sebenernya buat nyarinya gausah terlalu dipikirin gimana sama gausah dihitung-hitung susah gitu, kalian tinggal cari aja di internet pake keyword “Golden Ratio Grid� nah itu langsung ada bentuk keong seperti di bawah ini untuk membantu kalian me-layout poster. Dan menurut beberapa penelitian bentuk keong inilah yang merupakan flow saat pertama kali orang melihat poster kalian. Lalu gunanya buat apa? Bagaimana mengaplikasikannya?
Gambar 1. Contoh Penggunaan Golden Ratio
Gambar 2. Contoh poster yang tidak memakai aturan Rule of Third dan Golden Ratio
Kalau bisa pembagian poster menjadi dua bagian untuk membandingkan satu hal dengan lainnya seperti pada contoh yang kurang tepat tersebut dihindari karena terkesan monoton dan kaku sehingga kurang dianjurkan.
10
3. Sacred Three Angka maksimum dalam membuat variasi dalam sebuah karya poster, baik itu warna atau konten. Nah kita tekankan di kontennya, ingat elemen dari public poster hanya 3 saja : Kata-kata, grafis, dan background, no more, no less. 4. No Justice Hilangkan pikiran bahwa 3 elemen poster ( grafis, bg, kata) harus setara, tidak, justru kalian mesti pilih, mana yang ingin kalian anak emaskan. Otak manusia adalah otak yang kepo, dimana ketika disuguhkan sesuatu yang aneh ( tidak seimbang) ia akan tertarik pada hal tersebut dan lebih teliti melihatnya. Hal ini mendasari Rule of Third yang kalian baca. 5. Not 2D, it’s 3D Polesan terakhir yang kalian bisa berikan ke poster kalian adalah bayangan, efek cahaya, dan saturasi warna! Selalu ingat bahwa poster kalian tidak terbatas dalam 2D, tapi kalian bisa memberikan sentuhan 3D dengan permainan cahaya, persepsi dekat dan jauh, dan saturasi warna ( gelap, terang, pale, tajam ). Yuk kita mulai untuk membahas poin per poin secara lebih rinci dengan contoh yang sudah dibuat Kak Denis ini coba diperhatiin dulu ya posternya.
Petama kita bahas Sacred Three dulu, yaitu elemen dari poster ini. Bisa ditebak ? Yuup, objek utama dari poster ini adalah gambar titan, backgroundnya adalah oren, sedangkan tulisannya adalah typography Attack on Anatomy. Nah 3 elemen ini tidak merata untuk distribusinya. Lihat Object mengokupasi 6 kotak sedangkan typography hanya 4, ada nya ketidakseimbangan ini menyebabkan mata cenderung terfokuskan ke objek tersebut. Ini prinsip rule of third dan no justice yang mesti kalian pegang erat :�). Kemudian perhatikan 11
garis lengkung putus-putus putih, disitu juga terjadi ketidakseimbangan, yaitu adanya garis yang mengokupasi 6 kotak, dan ada yang hanya 3 kotak saja. Hal ini menunjukan Golden Ratio untuk membantu mengarahkan titik fokus penonton, dimana titik terakhir, yaitu pada titik bagian 3 kotak tersebut merupakan titik fokus poster. Terakhir, anak panah merupakan vignette. Dia mewakili prinsip ke-5 dari kompositografi, yaitu 3D. Vignette menambahkan kesan 3D dari poster tersebut ( keliatan real). Sebenarnya, tak perlu vignette, penyusunan 3 elemen poster + shadowing berdasarkan perspektif ruang sudah cukup untuk menghadirkan nuansa 3D di postermu. F. WARNA Sebelum kita melangkah ke jenjang berikutnya ea, kita harus menentukan dulu kan poster kita mau kita bawa dengan vibes apa, misalkan mau futurism atau retro, salah satu hal yang mendukung vibes tersebut ya pasti warnanya. Kita kenal dulu nih kalau warna dibagi menjadi: •
•
•
•
• •
warna primer Warna Hangat (merah, kuning, biru) warna sekunder (orange, hijau, ungu) = campuran dari 2 warna primer Warna intermediet / tersier = campuran dari 2 warna sekunder Warna komplementer = warna yang saling berseberangan dalam lingkaran di samping Warna analog = warna yang berdekatan Warna dingin dan warna hangat (liat di gambar yaa)
Warna Dingin
Gunanya buat apa si? Untuk mempermudah kita memadukan warna, mencari warna sesuai dengan suasana poster kita mau dibawa kemana, dan menentukan pallete warna yang akan kita pakai. Inget kan aku pernah menyinggung tentang duo tone gradient? Itu salah satu tren sekarang dimana dua warna komplementer ditabrakkan untuk dibuat gradasi, ga harus warna komplementer sih, warna analog juga sering ditabrakkan untuk membuat gradasi, inget logo Instagram pake gaya ini! Nah sebelumnya pasti kalian bingung kan mau dibawa ke suasana apa poster kalian ini? Pertama aku kasih tips untuk menentukan vibes terbaik untuk poster kalian: Sesuaikan dengan topik yang diangkat! Kalian bisa mencari apakah topik yang kalian angkat ini sudah memiliki logo atau warna yang menjadi ciri khas dari topik tersebut. Misalkan temanya kanker 12
payudara, ternyata dunia telah mengakui beberapa warna pita sebagai symbol kanker dan ternyata kanker payudara diwakili oleh warna pink lalu bisa poster kalian pakai pallete yang ke arah pink atau misalkan temanya hepatitis dan ternyata udah ada gerakan world hepatitis day dan ada logonya dan ternyata logonya biru, nah kalian bisa ambil warna biru jadi pallete utama pada poster kalian.
Untuk materi ini, sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan warna yaitu : 1. Pemilihan warna usahakan satu suasana (satu pallete), seperti jika kamu pingin membuat warna tua yang suasananya klasik dan santai, digabung warna ngejreng-nya anime-anime dak nyambung to? Lalu dimana cara kita bisa mendapatkan pallete? Ada beberapa website yang menyediakan pallete seperti colorhunt.co, www.color-hex.com, dan colorhunter.com. Apabila kalian memiliki gambar atau referensi poster yang ingin kalian ambil warna-warnanya bisa diunggah ke coolors.co atau https://www.canva.com/colors/color-palette-generator/ dan nanti secara otomatis pallete akan bisa didownload. Perlu diingat bahwa kalian harus konsisten untuk memakai warna yang hanya diambil dari pallete tersebut. Gambar 3. Contoh warna yang dapat diambil dari suatu gambar
13
Aku rekomendasiin kalian keywordnya ditambah “pantone� karena itu website yang kerjaannya buat perpaduan warna dan dia juga buat color of the year yang selalu ditunggu-tunggu seluruh desainer grafis hehe. Jadi kayak udah oke banget gitu paletenya. Penentuan palet juga ditentukan tergantung style poster apa yang kalian gunakan, ingat sacred three (kata, grafis, background) ini juga harus satu style dan disesuaikan dengan target pembaca kalian, misalkan konsep kalian glow in the dark ala2 kekinian seperti di contoh, lalu kalian memilih font yang jenisnya comic atau grafis kalian gambar anime, lalu palletenya pakai style retro kan gak cocok kan yaa.
Satu palete bukan berarti warna analog. Jadi, pallete yang baik biasanya sudah dibuat dengan kombinasi warna komplementer sebagai yang menyeimbangkannya jadi misalkan seperti gambar 4 bahwa ada kombinasi pink dan hijau tetapi tetap pada 1 pallete.
Gambar 4. Perhatikan sacred three secara keseluruhan untuk menentukan pallete warna
2. Usahakan warna yang kalian pilih tersebut bermakna Biasanya juri akan menanyakan apa arti dari warna yang dipilih tersebut, sebagai referensi bisa dicari di https://www.canva.com/colors/color-meanings/. 3. Hindari penggunaan warna hitam secara berlebihan, karena warna hitam adalah warna yang membuat gambar mati. Tetapin sebenarnya dengan sifatnya yang begitu, warna hitam bisa digunakan untuk membentuk suatu fokus! Jika ingin menggunakan warna yang deket warna hitam, gunakan warnawarna yang gelap (warna bayangan) dari warna-warna yang kalian inginkan :�). Gambar 5. Light + Light
4. Darkness + darkness creates loneliness, light + light creates PHP. Jadi, hindari gabungan warna tua dengan warna tua yang senada, atau warna muda dengan warna muda. Mereka saling melemahkan! 5. Tentuin warna dominan dan warna pendukung berikutnya. Nah, ada sih golden rulenya yaitu perbandingan antara warna dominan : warna sekunder : dan warna tambahan itu = 60 : 30 :10. 14
6. Ikutin template lukisan terhebat oleh Sang Mahakuasa.
s 7. Penggunaan Warna Hitam Nah, tadi kan sudah dijelasin kalau warna hitam itu membuat gambar menjadi mati. Tetapi segala sesuatu yang punya kekuatan untuk merusak, punya kemampuan lebih untuk melindungi juga :�). Jadii, warna hitam ini bisa dipakai sebagai elemen penyeimbang kombinasi, atau elemen pengatur fokus.
8. Kreasikan warna :3 Hidup dan kemajuan manusia sebenarnya merupakan clash dari ide-ide untuk menghasilkan ide yang inovatif dan terbaik. Sama seperti kombinasi warna, biarkan ide-idemu, feelingmu mengalir dan kalahkan norma-norma yang dibuat masyarakat hari ini! G. TYPOGRAPHY Sampailah kita pada bagian huruf-hurufnya, sebelumnya kita harus memahami bahwa huruf itu dibagi menjadi 3 macam (typeface). 1. Serif
Serif ini memiliki ciri font memiliki cabang yang menggantung pada sudut-sudutnya (serif), contohnya times new roman. Nah jenis tulisan ini kebanyakan untuk literature yang berparagraf-paragraf dan panjang, biasanya pada HSC, buku, dan jenis ini akan membuat pembacanya tidak capek ketika membaca panjang, jadi kalau kalian buat PPT atau poster atau sesuatu yang kata-katanya singkat pakai jenis ini kurang cocok. 15
2. Sans Serif
Sans artinya tanpa, jadi sans serif itu tanpa adanya cabang-cabang pada ujung tulisannya. Biasanya untuk kata-kata yang pendek dan desain-desain grafis. Mau bukti? Coba kalian lihat tulisan2 pada menu di word, judul-judul video di youtube, menu-menu di hp kalian, username instagram kalian, itu semua menggunakan jenis ini, karena akan terkesan tidak ruwet untuk kata-kata yang pendek. Jadi, disarankan poster kalian didominasi oleh jenis ini saja. 3. Slab Serif Ini kayak serif tapi lebih tebal. 4. Script
Ciri-cirinya tulisannya saling terhubung. Kalian bisa sih pakai ini sebagai judul tapi perlu diingat kalau dalam poster tulisan seperti ini kurang cocok apabila untuk kalimat yang panjang karena akan terkesan tidak jelas dan memusingkan. Penambahan jenis huruf ini akan menbuat poster terlihat lebih dinamis tapi lebih baik dikombinasikan dengan jenis sans serif. Gunanya buat apasih kita mengenal jenis-jenis typeface dari huruf-huruf ini? Untuk membantu kita dalam typography. Tipografi adalah salah satu teknik dasar yang akan memaniskan poster kalian. Tipografi sendiri dibagi menjadi 3 dalam prakteknya, yaitu : 1. Standard Sesuai namanya tipografi standard mengikuti sabda tipografi secara rigid, namun hasilnya pasti. 6 Sabda yang terpenting dalam tipografi adalah: a. Maximal 2 tipe font dipadukan, 3 kalo kepepet. Contohnya, poster di samping itu hanya memakai 2 jenis font, yang pertama untuk kalimat “Poster Competition 2018� dan yang kedua untuk sisanya.
Gambar 6. Contoh typography pada poster
16
Tips mengkombinasikan 3 font!!!
Jadi walaupun serif cocok untuk paragraph panjang, tapi dalam pengkombinasian 3 font disarankan untuk judul utama dengan jenis serif, tegak, dan bold, lalu sub judul dengan serif dengan jenis font sama, namun lebih kecil dan di-italic-kan, dan text bodynya dengan sans serif dengan ukuran lebih kecil. b.Adanya kontras perbedaan antara font satu dengan yang lain (Tebal-Tipis, Serif, Sans Serif, tapi tidak menggunakan font seperti comic sans, papyrus, curlz, viner, dan Kristen). Jadi ini untuk mengakali apa yang akan ditekankan Gambar 7. Hierarki pada poster tersebut, misalnya untuk kata “FREE!” dan “$160” dengan ukuran yang lebih besar dan warna komplementer dari backgroundnya yaitu oranye, juga pada tanggal submission pada poster tersebut. Ada sebuah sebutan hierarki pada desain, yaitu terdiri dari header dan body text. Pembagian ini untuk memudahkan kalian dalam mengontraskan font satu dengan yang lainnya. Di bawah ini akan aku beri beberapa tips untuk memadu madankan font satu dengan yang lainnya tanpa harus memakai banyak jenis font. 1. Gunakan variasi 1 jenis font Jadi kalian harus memisahkan terlebih dahulu mana header dan body textnya. Bagaimana contohnya? Misalkan kalian memiliki solusi untuk mengkonsumsi “ASI EKSKLUSIF” (ini akan menjadi header) lalu kalian ingin menjelaskan bahwa “Wajib untuk bayi berumur 0-6 bulan karena ASI memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dan akan meningkatkan sistem imun bayi” (ini merupakan text body). Nah untuk membedakannya cukup dengan membedakan ukuran dan tebal-tipisnya saja. Untuk menentukan perbedaan ukuran terdapat sebuah golden rules, bahwa perbedaan font idealnya dikali 1.618 lalu dibulatkan untuk menginginkan ukuran font yang lebih besar. Jadi misalkan aku punya text body ukurannya 20 pt terus aku pengen masih pake sub judul
17
sebelum judul tinggal dikali aja 1.618 terus dibulatkan kan jadi 32 pt begitu seterusnya, gampang kan?
Gambar 8. Golden Rules 2. Kalau pakai lebih dari 1 font perhatikan typeface dan kontras fontnya Gambar 9. Walaupun typefacenya samasama sans serif tetapi ini tidak terlalu kontras karena sama-sama tebal dan membuat pembaca susah dalam membacanya
Gambar 10. Walaupun typefacenya sama, jangan sampai terlalu mencolok kontrasnya karena ini akan membuat text bodynya malah tidak akan ter-notice 3. Walaupun sama typefacenya tapi tetep bisa ga cocok? Lalu bagaimana cara mencari yang cocok? Sebenernya kalian tidak harus menyamakan typeface untuk memadukan lebih dari 1 font, typeface berbeda juga dapat dikombinasikan. Cara termudah untuk mencari apakah font tersebut cocok atau tidak adalah dengan X Theory. Jadi kalian coba untuk ketik huruf X dengan kedua jenis font berbeda pada ukuran yang sama lalu apabila tinggi huruf X itu sama maka bisa dibilang kedua font tersebut bisa dikombinasikan. 4. Walaupun dianjurkan sama typefacenya tapi Jangan sampai script ketemu script!! Ingat bahwa text body yang biasanya tulisannya panjang kurang cocok apabila pakai font yang sambung-menyambung karena akan menyusahkan pembaca.
Gambar 11. Script ketemu Script
18
c. Variasi warna 2-3 MAX. Coba diperhatikan dalam poster tersebut hanya dipakai warna oranye, hijau, dan putih kan. d. Jarak antara satu kata dengan yang lain diusahakan kecil, namun tidak menyatu Kalau menyatu akan susah dibaca terutama dari jarrak jauh. e. Perhatikan ada font yang tidak cocok satu sama lainnya. Misalkan nih, kata “competition 2018� aku ganti pake jenis script kan jadi gak cocok dengan vibes dan style poster juga dengan font-font lainnya kan. f. BISA DIBACA. Teknik ini direkomendasikan sekali banget buat pemula ! 2. Polymorphism Bentuk typography yang menggunakan kata-kata untuk mengikuti bentuk dari suatu benda. Teknik ini tetep mengikuti 6 sabda tipografi diatas, tinggal dibumbui kreatifitas dan imajinasimu ! 3. Free Adalah bentuk tipografi yang ekspresionis, terserah kamu mau melakukan apapun, bisa hurufnya diacak-acak, bisa mengikuti kontur tertentu, dsb. Just let it flow, using your imagination and create awesome things. Tapi tetap ingat, tetap jalankan 6 sabda tipografi ya, terutama BISA DIBACA Gambar 12. Polymorphism
Gambar 13. Free
19
20
Apa itu Literature Review? "A literature review is a descriptive and/or analytic summary of the existing material relating to some topic or area of study." (Sage Research Methods Online)
Teknik Literatur Review : • Mencari Kesamaan (Compare); teknik melakukan review dengan cara mencari kesamaan diantara beberapa literatur & diambil kesimpulannya. • Mencari Ketidaksamaan (Contrast); teknik melakukan review dengan cara menemukan perbedaan diantara beberapa literatur & diambil kesimpulannya. • Memberikan Pandangan (Criticize); teknik melakukan review dengan membuat pendapat sendiri terhadap sumber yang dibaca. • Membandingkan (Synthesize); teknik melkukan review dengan menggabungkan beberapa sumber menjadi sebuah ide baru. • Meringkas (Summarize); teknik melakukan review dengan menulis kembali sumbernya dengan kalimat sendiri. Berikut tahapan penyusunan Literature Review 1. Langkah 1 : Identifikasi topik/pertanyaan: contoh: (1) apakah kompres air hangat lebih efektif menurunkan demam typoid pada anak-anak dibandingkan dengan kompres air dingin?, (2) bagaimana efektifitas non farmakologi terapi buteyco terhadap pengontrolan asma?, dll (sesuai dengan minat/keinginan). 2. Langkah 2 : Memfokuskan pertanyaan, pada tahap ini dapat digunakan PICOT (untuk memecah pertanyaan menjadi komponenen). Dibawah ini ilustrasi/sekedar contoh penggunaan PICOT ▪ Populasi/Pasien: anak-anak yang mengalami demam typoid dengan suhu tubuh diatas 380C. ▪ Intervensi: Kompres air hangat dan Kompres air dingin ▪ Comparasi: alternatif intervensi /pembanding (tidak ada) ▪ Outcome: Demam menurun ▪ Time: Kompres diberikan setelah 3 jam dan dilakukan evaluasi keadaan demam pasien. 3. Langkah 3 : Mencari sumber-sumber informasi yang terkait • Informasi berupa jurnal bereputasi nasional atau internasional. • Sebaiknya terindek oleh database Scopus, EBSCO, Elsiver, ProQuest, Google Scholar atau juga ditersbitkan oleh Jurnal yang telah terakreditasi. • Sebaiknya mempertimbangkan level/tingkatan evidence
21
Berikut level of evidence 1. - Systematic reviews & Metaanalysis 2. - Randomised controlled trials 3. - Cohort studies 4. - Case-control studies 5. - Surveys 6. - Case reports 7. - Respected authorities/expert committees 8. - Opinion 2. 3. Sumber referensi ilmiah • Primer: jurnal, majalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian • Sekunder: abstrak, bibliografi • Tersier: textbook, ensiklopedia. 4. Langkah 4 : Membaca tulisan-tulisan ilmiah yang sudah dicari ▪ Tahap 1 : Perhatikan struktur dan teks misalnya daftar isi, abstrak, heading dan subheadings, untuk melihat apakah teks itu sesuai untuk tujuan kita. ▪ Tahap 2 : Jika teks terlihat sesuai untuk tujuan anda maka baca dengan lebih detil untuk mencari penelitian tertentu yang akan mendukung Literature Review. Teknik ini memungkinkan untuk mengidentifikasi materi yang sesuai dengan membaca secara luas dan untuk memperoleh pengertian umum mengenai literatur yang ada. 5. Langkah 5 : Mengevaluasi semua tulisan ilmiah yang dibaca ▪ Tulisan ilmiah berkualitas adalah Jurnal elektronis dan database. Hati-hati dalam melakukan google search yang menghasilkan site yang tidak qualified dan pastikan dari mana asal dan sumber riset. ▪ Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengevaluasi tulisan ilmiah: a. Akurasi Pastikan apakah literatur ini akurat dengan cara mengecek apakah penelitian yang sama diacu di sumber lain atau apakah sumber ini tidak konsisten dengan sumber lain. Dan pastikan literatur berasal dari sumber terpercaya. b. Obyektivitas ✓ Apakah ada bukti bias dalam artikel? Misalnya, apakah kamu akan percaya riset dari pabrik rokok yang menyatakan bahwa merokok tidak membahayakan kesehatan? ✓ Apakah statistik sesuai dengan publikasi lain? Jika tidak, apakah argument (metode, rancangan penelitian dll) yang dipakai dasar cukup meyakinkan? ✓ Bagaimana anda mengetahui kalau data yang dimuat adalah benar? 22
✓ Data pendukung apa yang tersedia? c. Kemutahiran • Pastikan kapan tanggal publikasi material. • Pastikan apakah mungkin ada informasi lebih terbaru dan menimbulkan keraguan atau menentang beberapa temuan yang sudah ada. d. Cakupan • Informasi dari literatur yang tersedia harus lengkap dan mencakup bidang yang diteliti. • Pastikan apakah ada penelitian lebih lanjut yang tidak disebut atau secara sengaja dihilangkan dari penemuan? 6. Langkah 6 : Buat ringkasan publikasi-publikasi tersebut Buatlah catatan saat membaca literatur mengenai: o Apa sih poin/teori/masalah utama yang diangkat dalam teks o Rangkum poin utama yang diajukan pengarang. o Catat detil kuotasi, atau halaman referensi yang di anggap mungkin berguna dalam Literature Review. o Pastikan kamu memiliki semua informasi seperti pengarang, tanggal dan tahun, judul buku, sumber, penerbit buku/jurnal, halaman, tujuan penelitian, hipotesis, metode penelitian, material, desain eksperimen, dan hasil/data. o Catat bagaimana pengarang menggunakan materi asal. Jika meniru kata-kata pengarang secara langsung pastikan anda menempatkannya dalam tanda petik dan menyebut halamannya. o Apa kesimpulan yang dibuat oleh pengarang? o Poin apa yang mendukung kesimpulan? o Tulis juga pendapat anda tentang bacaan tersebut. Hal ini akan berguna saat melihat kembali catatan yang di buat atau menggunakannya saat menulis. 7. Langkah 7 : Analisis kaitannya, buatlah suatu ide baru dan gabungkan menjadi satu “cerita ilmiah” yang lengkap mengenai permasalahan tsb.
23
24
"A systematic review is a review of the literature that is conducted in a methodical manner based on a pre-specified protocol and with the aim of synthesizing the retrieved information often by means of a meta-analysis." (Sage Research Methods Online)
Jadi, sebenarnya beda gak sih systematic review dan literature review itu? Dua-duanya mirip, tetapi totally berbeda. Dua-duanya punya kesamaan dasar, yaitu mengulas kumpulan jurnal/tesis/skripsi atau bentuk referensi lainnya, tetapi berbeda pada tahapannya. Perhatian perbedaannya pada table berikut ini :
Kysh, Lynn (2013): Difference between a systematic review and a literature review. [figshare]. Available at: http://dx.doi.org/10.6084/m9.figshare.766364
Penjelasan Systematic review dari sisi proses mengulas lebih tersistematik alias punya tahapan yang lebih clearly dibandingkan literature review. Systematic review adalah metode penelitian, sama halnya dengan metode penelitian cohort, case control, ekperimen, cross sectional, dan berbagai metode penelitian lainnya. Perbedaan mendasar systematic review dengan metode lainnya adalah metode ini mengumpulkan berbagai referensi (entah dari jurnal ilmiah, buku, majalah, laporan penelitian, atau tesis/skripsi/disertasi) yang dikumpulkan, diseleksi, dan
25
disintesis untuk menemukan pola atau benang merah, lalu disimpulkan sebagai output dari penelitian tersebut. Metode ini bukan penelitian tunggal makanya dalam dunia penelitian, metode ini dianggap sebagai metode yang hasilnya paling trustable , bahkan setingkat lebih tinggi daripada hasil penelitian dengan metode eksperimen. Oleh karena itu, penelitian dengan metode ini banyak dimanfaatkan oleh para penentu kebijakan karena hasil-hasil yang disajikan lebih komprehensif dan tidak hanya dari satu sudut pandang. Dalam metode systematic review berdasarkan pendekatannya dibedakan menjadi dua, yaitu meta-analisis untuk pendekatan kuantitatif dan meta-sintesis untuk pendekatan kualitatif. Nah, meta-sintesis sendiri kemudian dibagi menjadi dua pendekatan, yaitu metaetnografi dan meta-agregasi. Contoh untuk meta etnografi
Contoh untuk meta agregasi
Kalau mau full papernya bisa minta ke idLine : afdina.melya ya, ntar ku cariin contohnya. Maaf kalau pembahasannya masih seujung kuku, karena aku juga belum paham banyak hehehe peace â˜ş
26
27
Nice to know : DOI (Digital Object Identifier) *Materi ini hasil kolaborasi dengan MSC (Medical Science Club) Pemateri : Enrique Aldrin dan Afdina Melya Temen temen nanti akan terbiasa nih dengan pemandangan jurnal seperti dibawah ini. Nah menariknya, setiap jurnal itu punya “nama ktp� atau yang kerap disebut dengan DOI. Yang mana sih? Ini lho
DOI? Apa sih DOI itu? DOI adalah pengidentifikasi objek unik yang sudah diakui ISO 26324. DOI ini diawali dari 3 asosiasi yang terkait dengan publikasi yaitu International Publishers Association; International Association of Scientific, Technical and Medical Publishers; dan Association of American Publishers. Asosiasi ini membentuk International DOI Foundation/IDF untuk mengembangkan dan mengurus hal-hal terkait DOI. DOI dianggap sebagai identitas umum suatu konten digital karena banyaknya publikasi secara digital seperti artikel di jurnal, e-book, dsb. DOI ini bisa dibilang nama lengkap kita di KTP, di manapun, tetap sama. Sedangkan URL atau link dari suatu konten digital itu, bisa berubah-ubah seperti nama panggilan kita. Untungnya, dengan adanya DOI, objek digital kita bisa dengan mudah diakses meskipun URL atau link sudah berubah, semisal akibat laman tempat kita mengunggah karya kita berganti URL. DOI ini bisa dengan mudah mengidentifikasi objek digital melalui metadata. Metadata adalah sekumpulan data yang memberi informasi tentang data lain. Contoh sederhana adalah pada saat kita menulis dengan Microsoft Word, terdapat kolom Author" yang bisa kita isi. Inilah salah satu metadata yang disimpan DOI. Contoh lain seperti tahun terbit, penerbit, judul, dsb. DOI memudahkan kita untuk mendapatkan suatu objek digital tanpa perlu mengingat metadatanya. Hal inilah yang membedakan DOI dengan pengidentifikasi lain seperti ISBN, atau ISRC karena pengidentifikasi lain tidak menyimpan metadata, hanya untuk membedakan objek yang satu dengan yang lain, seperti buku. Bahkan dalam penulisan referensi dengan metode Vancouver, artikel jurnal digital yang kita dapatkan harus dituliskan DOInya. Setelah mengetahui DOI, tentunya kita tertarik untuk membuat DOI pada saat karya kita siap dipublikasikan. Cara untuk membuat DOI adalah dengan mengontak Registration Agency seperti Crossref, DataCite, dsb. Registration Agency ini yang menyediakan layanan
28
untuk mengumpulkan metadata, dan memberikan DOI suatu objek. Biaya yang diperlukan dalam pembuatan DOI bervariasi tergantung Registration Agency yang digunakan. Sebagai mahasiswa kedokteran, tentunya kita sangat mengenal istilah Evidence Based Medicine. Hal ini yang menjadikan kita untuk menyadari pentingnya identitas dari referensi yang kita gunakan. Dengan adanya DOI, referensi yang kita gunakan dapat diakses siapapun, meskipun laman penyedia konten digitalnya sudah berubah. Sumber : https://apastyle.apa.org/learn/faqs/what-is-doi
29
30
Nice to know : Vancouver Style for Citation Pemateri : Afdina Melya Halo guys ini nice to know aja ya, soalnya kalo di Ms.Word biasanya bisa langsung. Jadi dulu awalnya, nama vancouver diambil karena sekelompok editor kedokteran berkumpul di Vancouver, British Columbia, Canada pada tahun 1979 untuk mebicarakan tentang petunjuk umum format manuskrip yang akan diterbitkan pada jurnal tersebut. Gaya Vancouver sering disebut sebagai Author-number System, dikarenakan sistem penulisannya yang merujuk menggunakan angka. Vancouver Style lebih populer di jurnal kedokteran, karena tidak membutuhkan terlalu banyak tempat (dikarenakan hanya perlu menuliskan nama dan tahun) sehingga mengurangi jumlah halaman. Jadi sitasi dengan Vancouver style ini menggunakan bullet angka. Contohnya ini: Angka tersebut menjadi nomor sitasi yang akan ditulis di daftar pustaka. Nomor sitasi yang ada di paragraf itu harus sama dengan urutan penulisan yang ada di daftar pustaka. Dalam penulisan gaya ini, kita tidak mengurutkan tahun publikasi dan juga tidak mengurutkan nama berdasarkan alphabet. Cara/format penulisan daftar pustaka dengan sistem vancouver harus sesuai dengan jenis sumber rujukan yang diambil. Berikut adalah cara penulisan sesuai dengan jenis rujukan yang digunakan: SUMBER DARI JURNAL Sumber dari jurnal → nomor sitasi. nama pengarang. judul tulisan. nama jurnal. tanggal publikasi; nomor volum dan nomor isu: lokasi dan halaman.
Keterangan untuk rujukan dari Jurnal: ▪ Nomor sitasi. ▪ Nama pengarang → ditulis nama akhir atau nama keluarga terlebih dulu, diikuti inisial nama depan dan nama tengah (ex: Afdina Melya Ganes menjadi Ganes AM). Jika jumlah pengarang lebih dari satu maka pisahkan mama pengarang satu dengan lainnya 31
▪ ▪
▪
▪ ▪
▪
menggunakan koma, dan jika banyak pengarang maka cukup menulis 3 pengarang pertama atau 6 pengarang pertama kemudian diikuti tanda koma lalu "et al" atau "and others" yang dipisahkan dengan tanda koma dari nama pengarang. Tidak boleh memasukkan gelar, pangkat, jabatan, dan tanda kehormatan lainnya. Jika pemilik jurnal adalah suatu organisasi maka hilangkan "The" dalam menulis nama organisasi. Jika nama pengarang tidak ditemukan maka gunakan nama translator, atau editor, dan jika nama translator dan editor juga tidak ditemukan maka mulailah menulis dengan judul tulisan bukan menggunakan Anonim. Nama jurnal → harus sesuai bahasa aslinya, abreviasi (akronim atau penyingkatan) nama jurnal sesuai dengan yang disepakati secara internasional. Gunakan huruf kapital untuk mengawali setiap kata pada nama jurnal termasuk abreviasinya. Akhiri nama jurnal dengan titik dan spasi. Tanggal publikasi → dengan urutan tahun, bulan, hari publikasi. Akhiri dengan titik dua. Nomor volume dan nomor isu → penulisan nomor volume tidak perlu mengikutsertakan kata "Volume" atau "vol", nomor saja sudah cukup. Jika ada multiple volume maka dipisahkan dengan garis strip (-) misal 3-4, dan nomor isu diletakkan di dalam kurung. Jika tidak ditemukan nomor volume maka cukup menulis nomor isu saja (di dalam kurung). Akhiri dengan titik dua (:). Nomor halaman → tidak boleh diulangi kecuali diikuti oleh huruf (ex: 134-137 menjadi 134-7), kecuali 134A-137A. akhiri dengan tanda titik, jika halaman tidak berurutan maka gunakan tanda koma dan spasi untuk memisahkan (ex: 123-5, 128, 130-3). Jika dalam satu jurnal tidak disertakan halaman maka tulislah jumlah halaman yang dikutip dan letakkan di dalam kurung, misal 6 halaman (6 p).
SUMBER DARI BUKU Sumber dari buku → nomor sitasi. nama pengarang. judul buku. edisi buku (jika ada). pengarang kedua /penerjema (jika ada). tempat publikasi: penerbit; tanggal publikasi. lokasi/halaman.
Keterangan untuk rujukan dari buku: ▪ Nomor sitasi ▪ Penulisan nama sama dengan jurnal ▪ Edisi buku → diletakkan setelah judul buku, gunakan abreviasi untuk kata-kata yang umum seperti ed (edition), spec (special), dan transl (translation). Gunakan angka arab ( ex: second menjadi 2nd dan/atau kedua menjadi ke2). Akhiri edisi dengan titik (ed.). 32
▪
▪
▪
Editor dan penulis kedua → diletakkan setelah edisi buku, penulisan nama sama seperti penulis pertama, kemudian diikuti kata editor/ilustrator, diakhiri dengan tanda titik. Tapi jika tidak aada nama penulis pertama maka nama editor dipindahkan menjadi penulis pertama. Penerbit → sesuai yang terterera dalam publikasinya. Apabila divisi dari penerbit dicantumkan dalam buku maka nama penerbit ditaruh di awal kemudian diikuti oleh nama divisi tersebut. Jika ada lebih dari satu penerbit, maka pilihlah satu yang paling atas atau yang dicetak tebal. Tapi jika penerbit tidak ditemukan maka tulislah publisher unknown dalam kolom kotak [], akhiri dengan titik koma. Lokasi halaman → jangan mengitung bagian introdutory material, lampiran, dan indeks sebagai halaman. Berikan nomor halaman di halaman teks tersebut dikutip diikuti huruf p. Buku yang terdiri lebih sari satu volume maka kutip total nomor dari keseluruhan volume termasuk volume dari halaman yang dikutip.
33
34
Appendix : List Lomba AMSA AMSA Indonesia IMSTC Indonesian Medical Student Training and Competition
PCC AMSC
Pre Conference Competition for Asian Medical Students Conference
NRPC
National Research Paper Competition Pre Conference Competition for East Asian Medical Students Conference
PCC EAMSC
Public Poster Scientific Poster Scientific Paper, boleh Literature Review Photography Public Poster Scientific Paper Scientific Poster White Paper and Videography Research Proposal Public Poster Scientific Poster Scientific Paper, tidak boleh Literature Review Photography Videography and White Paper
AMSA International Ini gak pasti, tergantung mau memperingati hari apa, misalnya WNTD (World No Tobacco Day)
35
Appendix : List Lomba non AMSA (khususnya lomba poster public, litrev, sysrev, LKTI, essay, dkk ya) Ini GAK URUT timeline nya yaa gengs Nama Lomba Penyelenggara Intermedisco Universitas Islam lndonesia Avicenna Universitas Udayana Udayana Dentistry Scientific Universitas Udayana Competition SPORA Universitas Sriwijaya AMSW Universitas Airlangga Medical Fiesta Universitas Brawijaya Biosfer Universitas Brawijaya ADS Meeting Universitas Airlangga Public Health Competition Universitas Jember Temilnas Universitas Sebelas Maret Hypothalamus Universitas Jember Majestynas Universitas Muhammadiyah Jakarta Ar Razi Competition Universitas Muhammadiyah Makassar Mediastium Universitas Muhammadiyah Malang Mesenterica Universitas Lampung EXIT MRC Universitas Andalas ASF AVISENA Universitas Andalas PMM Al Hikmah Universitas Pendidikan Ganesha HSF Universitas Hasanuddin Medjonson Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INAMSC Liga Medika Universitas Indonesia Scientific Atmosphere Universitas Udayana IMSS Universitas Hang Tuah SAFECOM Universitas Gadjah Mada SCIFI Universitas Gadjah Mada UNY Scientific Fair Universitas Negeri Yogyakarta Psyvolution Universitas Atma Jaya Phytoplasm Universitas Tanjungpura SRF Universitas Sumatera Utara IOSH Universitas Sebelah Maret TKM Lakesma Universitas Brawijaya Hilarius Universitas GadjahMada Medsmotion Universitas Sebelas Maret Somatic Universitas Jenderal Soedirman Aesculapius Universitas Atma Jaya TMSC Universitas Tanjungpura Psychommunity Universitas Ahmad Dahlan Pharmacy Festival Universitas Indonesia NS2NC Universitas Jenderal Soedirman Psychedelic Universitas Udayana NEC Universitas Negeri Semarang 36
Nutrition Expo Pasific Festival SMFST PICASO
Universitas Indonesia Universitas Padjajaran Universitas Kanjuruhan Universitas Soegijapranata
37
38