Official R-ticles 5th Edition Volume 8

Page 1

R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8

Read

R T C E

I L S

5th Edition Volume 8 May 2020

Write

Share


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8

CONTENTS 01.

FOREWORD

02.

RARE NON-INFECTIOUS DISEASE Hunter Syndrome and Dandy Walker Malformation


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8

FOREWORD

Nabila Ananda Kloping Secretary of Research AMSA-Indonesia 2019/2020

Halo, People of Tomorrow! Untuk volume kedelapan R-Ticles5, kami segenap divisi research memutuskan untuk mendalami Rare Non-Infectious Disease. Di Indonesia penyakit non infeksi terbanyak adalah penyakit kardiovascular, diikuti dengan kanker. Penyakit non infeksi cenderung bersifat kronik dan tidak memiliki gejala yang khas. Kali ini kami akan membicarakan penyakit non infeksi langka yang gejalanya mirip dengan penyakit umum yang sering ditemui. Walaupun langka, kita tetap harus mendalami penyakit tersebut. Agar disaat kita membutuhkan diferential diagnosa, kita dapat mengenali penyakit-penyakit ini. Semoga volume kedelapan ini dapat membantu teman-teman dalam lebih memahami penyakit-penyakit langka. Happy reading! Enhancing Collaboration, Influencing Community Viva AMSA!


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8 A “Read, Write, and Share” Production These articles are created by the amazing Research Team AMSA-Indonesia 2019/2020

R-Ticles 5: 8th Volume April 2020 Topic: Dandy Walker Malformation and Hunter Syndrome Writer: Ugiadam Farhan Firmansyah (R-Team District 2) Editor: Nabila Ananda Kloping Cover Designer: Publication and Promotion


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8

Topic: RARE NON-INFECTIOUS DISEASE: Hunter Syndrome and Dandy Walker Malformation Written By: Ugiadam Farhan Firmansyah (AMSA-Universitas Indonesia)

HUNTER SYNDROME Sindrom Hunter merupakan sebuah penyakit keturunan langka yang menyebabkan tubuh seseorang tidak dapat memecah mukopolisakarida.1 Mukopolisakarida merupakan gula yang menyusun kulit, tendon, tulang, dan jaringan lainnya.1 Penyakit yang juga disebut mukopolisakaridosis II (MPS II) menyebabkan penumpukan mukopolisakarida pada sel sehingga merusak berbagai jaringan terutama otak.1 Umumnya penyakit ini diderita oleh laki-laki.1 Hal ini disebabkan pola penurunannya yang terpaut kromosom X resesif.2 Di dunia, MPS II terjadi pada 1 dalam 170.000 populasi pria.2 a. Etiologi Hunter Syndrome Penyakit yang dikenal juga sebagai defisiensi I2S disebabkan oleh mutasi gen. Gen IDS berfungsi untuk menghasilkan enzim iduronate 2-sulfatase.2 Enzim tersebut digunakan untuk memecah glikosaminoglikan (GAG) yang juga disebut mukopolisakarida.2 Kekurangan atau ketiadaan enzim I2S akan menyebabkan akumulasi GAG dalam sel, khususnya dalam lisosom

mengakibatkan pembesaran organ.2 Oleh sebab itu, penyakit ini juga termasuk dalam lysosomal storage disorder.2 b. Manifestasi Klinis Hunter Syndrome Sindrom Hunter memiliki berbagai macam manifestasi klinis antara lain penampilan wajah yang kasar (coaserned facial features) berupa pembesaran kepala, gigi supraorbital menonjol, hidung lebar dengan lubang hidung mengembang, bibir tebal, rahang membesar, dan gigi berbentuk pasak tak beraturan.3 Penampilan muskuloskeletal berupa perawakan pendek, leher pendek, dan kaku sendi.3 Distensi abdomen atau pembesaran perut akibat hepatosplenomegali.3 Pada endoskopi saluran napas dapat terlihat trakeomalasia.3 c. Faktor risiko Hunter Syndrome Anak laki-laki memiliki risiko lebih besar menderita penyakit langka ini.3 Mengingat penyakit ini diturunkan melalui kromosom X dan bersifat resesif, maka hanya dibutuhkan 1 salinan kromosom X resesif dari ibu untuk menyebabkan penyakit pada


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8

anak laki-laki.3

kebutaan. • Sistem muskuloskeletal: Kekerdilan, malformasi tulang, artropati hingga deformitas tulang belakang. • Telinga dan saluran napas: Infeksi telinga dan Infeksi saluran napas berulang, trakeomalasia, laringomalasia, sleep apnea. • Sistem pencernaan: hepatosplenomegali, obstruksi kandung empedu, hernia umbilikal dan inguinal, dan diare kronik.

Gambar 1. Hunter Syndrome d. Komplikasi Hunter Syndrome Komplikasi dari MPS II dapat memengaruhi berbagai sistem organ.3 • Sistem kardiovaskular: memengaruhi katup jantung yang dapat berujung hipertrofi ventrikel, aritmia, dan gagal jantung • Sistem saraf: Terlambatnya perkembangan sistem saraf, gangguan mental/kognitif progresif, kejang, gangguan perilaku (agresif, hiperaktif), dan carpal tunnel syndrome. • Mata: peningkatan tekanan intraokular, degenerasi pigmen retina, keterlibatan saraf optic (pembengkakan diskus, papiloedema, atrofi optik), dan

e. Diagnosis Hunter Syndrome Diagnosis MPS II masih menjadi hal yang sulit, pada beberapa kasus diperlukan kejelian dalam melihat manifestasi klinisnya bahkan pemeriksaan berulang.3 Diagnosis berdasarkan gejala klinis disertai deteksi peningkatan kadar dermatan sulfat dan heparan sulfat pada urin, serta dipastikan dengan keadaan defisiensi enzim pada serum dan leukosit.3 Analisis genetik molekuler juga merupakan merupakan pemeriksaan yang penting untuk menegakkan diagnosis, terutama jika tidak ada histori MPS II pada keluarga.3 Jika ada histori MPS II pada keluarga, analisis pedigree bisa menjadi solusi dan konsultasi mengenai pewarisan MPS II bisa diberikan pada anggota keluarga.3


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8

Analisis sekuens pada seluruh regio gen IDS diperlukan, ataupun melakukan sequencing ekson yang paling sering terjadi mutasi, seperti Ekson IX.3 Penyusunan kompleks antara IDS dan pseudogennya, IDS2, juga dapat dideteksi melalui PCR.3 Jika seorang wanita sebelumnya didiagnosis sebagai karier, analisis enzim I2S dan kadar GAG dapat dilakukan melalui cairan amnion, biopsi jaringan vilus korion ataupun darah dari tali pusar sebagai diagnosis cepat fetus dengan MPS II.3 Untuk menegakkan diagnosis MPS II diperlukan kejelian, pengetahuan, serta fasilitas yang memadai, seperti laboratorium molekuler untuk analisis enzim serta gene sequencing.3

Gambar 2. Algoritma Diagnosis MPS II.

f. Tata Laksana dan Prognosis Hunter Syndrome Setelah diagnosis MPS II telah dikonfirmasi, pemeriksaan pilihan perawatan yang tersedia harus didiskusikan dengan orang tua.3 Penjelasan tentang potensi hasil akhir pengobatan dan efek samping harus diberikan, dan tujuan pengobatan yang realistis harus ditetapkan.3 Terapi sulih enzim dengan I2S rekombinan biasanya digunakan untuk mengobati MPS II.3 Alternatif lain seperti transplantasi stem sel menggunakan darah tali pusar, sel hematopoietik darah atau transplantasi sumsum tulang juga telah digunakan, tetapi nampaknya hanya memberikan manfaat klinis terbatas.3 Di banyak tempat transplantasi stem sel tidak lagi direkomendasikan sebagai terapi MPS II.3 Tatalaksana MPS II lainnya terkait dengan manajemen keadaan klinis penderita, dengan kata lain diperlukan treatment multisiplin.3 Cranial shunting perlu dilakukan untuk menangani kasus hidrosefalus.4 Operasi hernia, tonsilektomi dan adenoidektomi untuk menangani masalah pernapasan dan pencernaan, pada beberapa kasus juga diperlukan.4 Serta penggantian katup jantung untuk masalah penyakit katup yang mendasari keadaan patologis jantung lainnya.4 Pasien harus dievaluasi


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8

secara regular dengan ekokardiogram, fungsi respirasi, pemeriksaan radiologis seperti MRI kranial dan servikal, fungsi pendengaran, pemeriksaan mata hingga tes konduksi saraf.4 Juga diperlukan penanganan khusus terkait makanan penderita MPS II, penderita diberi orphan foods yang merupakan makanan yang telah diolah sedemikian rupa bagi pasien penyakit-penyakit khusus seperti kasus ini.4 Prognosis MPS II sangat bervariasi. Pada kasus berat, umumnya kematian sebelum umur 25 tahun, dengan penyebab tersering adalah komplikasi kardio-respirasi.4 Pada kasus yang lebih ringan, penderita dapat bertahan hingga dewasa, dan defisit intelektual biasanya tidak ditemukan.4 DANDY WALKER MALFORMATION Dandy Walker Malformation (DWM) merupakan kelainan genetik langka yang memengaruhi perkembangan otak, terutama cerebellum dan rongga otak di ventrikel keempat, serta menyebabkan pembesaran abnormal pada posterior fossa cranium.5 Penderitanya bisa mengalami gangguan dalam pengaturan gerakan, koordinasi, serta penurunan fungsi intelektual.5

a. Epidemiologi Dandy Walker Malformation Insidensi DWM di Amerika Serikat adalah satu kasus setiap 25.000-35.000 kelahiran, dengan 40% di antaranya adalah perempuan dan 60% adalah lakilaki.5 Bayi dengan Dandy Walker Malformation dapat memiliki tanda-tanda awal seperti muntah, kantuk, banyak menangis, dan kejang-kejang.5 Lebih lanjut, manifestasi klinis penyakit ini dapat berupa terganggunya perkembangan psikomotorik dan pertumbuhan, hipotonia, kurangnya koordinasi otot dan keseimbangan, strabismus, myopia, kelainan bentuk leher, hidrosefali.5 Brakisefalik, hipertelorisme (letak antara mata kanan dan kiri berjauhan), kemiringan antimongoloid dari celah palpebral, mulut besar dengan sudut berbelok, telinga melengkung tinggi, langit-langit mulut sumbing, tangan dan kaki kecil, dan sindaktili (kelainan pada jari kaki atau tangan yang berdempet satu sama lain).5 b. Etiologi Dandy Walker Malformation DWM dapat berkaitan dengan kelainan kromosom, infeksi bawaan, dan berbagai komorbiditas lainnya.6 Penyakit langka ini diperkirakan terkait dengan mutasi beberapa gen termasuk FOXC1, FGF17, LAMC1, NID1, ZIC1, dan


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8

ZIC4.6 c. Faktor risiko dan Komplikasi Dandy Walker Malformation Beberapa faktor risiko DWM di antaranya merokok, alkohol, infeksi, dan ras (ras Hispanik dan ras hitam memiliki kemungkinan lebih rendah dibanding ras lain).6 DWM biasanya berhubungan dengan kelainan malformasi wajah, anggota tubuh, jantung, dan sistem genitourinaria atau gastrointestinal.6 Komplikasi yang paling umum adalah terkait adalah infeksi dan shunt malfunction.6 d. Diagnosis dan Tata Laksana Dandy Walker Malformation Pada masa awal kehamilan DMW sudah dapat dideteksi menggunakan USG.5 Hasil yang didapatkan berupa adanya sambungan antara ventrikel keempat dan sisterna magna yang berbentuk seperti belahan.5 Selain itu, terlihat gambaran hidrosefalus berupa pelebaran ukuran ventrikel lateral.5 Deteksi pada bayi berusia di bawah satu tahun dapat menggunakan CT scan atau MRI.5 Diagnosis DWM dapat ditegakkan dengan melalui pemeriksaan penunjang berupa uji genetik.5 Uji genetik tersebut tersedia dalam 38 macam uji klinis yang dapat dilakukan melalui 3 cara berikut ini:5 1. Analisis Delesi/Duplikasi 2. Deteksi homozigositas

3. Analisis urutan seluruh wilayah pengkodean Pengobatan atau tata laksana untuk penyakit DWM ini adalah dengan meringankan manifestasi klinis dan komorbiditas yang berhubungan.6 Pada umumnya, pasien memiliki tanda dan gejala peningkatan tekanan intrakranial yang berhubungan dengan hidrosefalus dan kista fossa posterior.6 Sehingga, pengobatan berfokus mengontrol peningkatan tekanan intracranial yang biasanya melalui pembedahan. Operasi yang biasa digunakan adalah ventrikuloperitoneal (VP) atau cystoperitoneal (CP) shunts.6


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8

DAFTAR PUSTAKA 1. Ambardekar N. Hunter syndrome (MPS II). WebMD. 2018. 2. Mucopolysaccharidosis type 2. GHR. 2019. 3. Scarpa M, Beck M, Bodamer O, Guffon N, De Meirleir L, Bruce IA, et al. Muchopolysaccharidosis type II: European reccomendations for the diagnosis and multidisciplinary management of a rare disease. Orphanet Journal of Rare Diseases. 2011. 4. Burton et al. Muchopolysaccharidosis type 2. Orphanet: The portal for rare diseases and orphan drugs [Internet]. 2019 [Cited 2020 Jan 24]. Available from: https://www.orpha.net/consor/cgi-bin/ OC_Exp.php?Lng=GB&Expert=580 5. Tadakamadia J, Kumar S, Mamatha GP. Dandy-Walker malformation: An incidental finding. Indian J Hum Genet. 2010 Jan-Apr; 16(1): 33–35. 6. Zamora EA, Ahmad T. Dandy Walker Malformation. [Updated 2019 Nov 17]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm. nih.gov/books/NBK538197/


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8

Kami segenap tim penyusun berterima kasih atas waktu yang telah diberikan dalam membaca R-Ticles 5. Untuk meningkatkan kualitas R-Ticles kedepannya, kami telah menyertakan link feedback form. Di bawah ini terdapat pula link untuk mengakses R-Ticles, R-Ticles 2, R-Ticles3, dan R-Ticles 4 sebagai buah karya keluarga Research AMSA-Indonesia. Thank you for all your support. Happy Reading! Viva AMSA! Feedback Link R-TIcles5 vol 8: https://forms.gle/NcduTb1xxYwvShAE9

R-Ticles: https://drive.google.com/open?id=1r0u21ANAVG8fdzB5tGlY_81K4Lnhewom R-Ticles2: https://drive.google.com/open?id=1nnoVYXcyJgvsk-Jox6faP_FKhWMgiQAZ R-Ticles3 : https://drive.google.com/open?id=1njBfoWP19U7qKRA3-je-xZ-VB-rtBLXe R-Ticles4 vol 1: https://issuu.com/amsaindonesia/docs/r-ticles__4 R-Ticles4 vol 2: https://issuu.com/amsaindonesia/docs/r-ticles__4_volume_2 R-Ticles4 vol 3: https://issuu.com/amsaindonesia/docs/r-ticles__4_volume_3 R-Ticles4 vol 4: https://issuu.com/amsaindonesia/docs/r-ticles__4_volume_4


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8


R-TICLES 5th EDITION: VOLUME 8

Read

Write

Share


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.