now available on
US
@SCOOPToday
SCOOP
On
D2
ly
.9 9
www.getSCOOP.com
SCOOP available for iPad, iPhone, iPod dan Android. Download SCOOP for free on App Store and Google Play.
MOVIEMAGZ MOVIEMAGZ TEAM
CHIEF OFFICER : Starkiller CONSELOR : dhukhun Editor Hary Susanto QC.P (Quality Control Person) _n1A_ DESIGNER starkiller Quilava, The Unfortunate Kyd mysecondhenz MARKETING : dhukhun & achoenk WRITER :
Hary Susanto, Ajoem AzwarHamzah, Eichi01, Renian, Tyo, LordAetherion Simplicious, lyna_3n bleach77, Ackiel_Khan PeinAkatsuki
Dari Redaksi : Edisi Februari 2014
Happy New Year! Satu tahun lagi terlewati, tak terasa MovieMagz sudah memasuki tahun keduanya 2014 ini. 2013 bisa jadi salah satu tahun penting buat MM terlebih disaat kami memutuskan untuk bergabung dengan SCOOP guna memperluas daya jelajah MM agar bisa lebih dikenal lagi oleh masyarakat lebih luas. Hasilnya tidak percuma, jumlah unduhan semakin meningkat setiap edisinya, di mana jelas membuat para tim MM semakin bersemangat untuk terus memperbaiki kualitas MM yang masih jauh dari sempurna ini. Di edisi terbaru tentu saja kami masih membahas film-film anyar yang akan tayang awal tahun ini, termasuk Tv series, lalu juga ada fitur spesial yang membahas film-film biografi alias biopik tahun lalu, Mana yang bagus, mana yang kurang, kami sudah memberikan beberapa pilihannya untuk anda. Sekali lagi, selamat tahun baru.
(Hary Susanto)
IDFL.ME
IDFL.ME
contents
February Movies The Monuments Men
9
winter’s tale
10
Vampire Academy
11
Endless Love
12
3 Days to Kill
13
Non-Stop Pompeii
14 16
Specials features ROBOCOP BUILDING THE ROBOT José Padilha Robocop Caracters Guide
28
Robocop The Comic
29
All Robocop Movies
31
22 26 27
Amazing Actor & Director
Paul W.S Anderson Joel Kinnaman
18 32
Posters Reviews Sabotage & I, Frankenstein
36
Need for Speed & Anchorman 2
37
05 FEBRUARI 2014
07 FEBRUARI 2014
14 FEBRUARI 2014
14 FEBRUARI 2014
14 FEBRUARI 2014
21 FEBRUARI 2014
21 FEBRUARI 2014
28 FEBRUARI 2014
Calendar Februari
Movies
Calendar
FEBRUARY MOVIES
07 February 2014 Director : George Clooney Writer: George Clooney Stars: George Clooney, Cate Blanchett, Matt Damon
G
eorge Clooney dikenal sebagai aktor yang berbakat. Sudah banyak film yang diperankan olehnya dan memperoleh pencapaian yang memuaskan di Box Office dunia. Tidak cukup sebagai aktor, ia juga sudah beberapa kali menjadi sutradara dalam film yang dibuatnya. Kini dalam film terbarunya yang berjudul The Monument’s Men, Clooney kembali membuktikan bakatnya menjadi sutradara handal. The Monument’s Men diangkat dari novel berjudul sama yang ditulis oleh Robert M. Edsel. Tadinya film ini rencananya akan dirilis pada 18 Desember 2013, namun kemudian diundur. Diakui oleh Clooney, bahwa mundurnya jadwal penayangan The Monument’s Men disebabkan oleh kurangnya waktu untuk menyelesaikan efek visual dalam film tersebut serta kurangnya tenaga kerja dalam pengerjaannya. Jika tidak ada hambatan, film ini akan dirilis perdana pada Festival Moviemagz Februari 2014 09
MEN THEMONUMENT'S
“Daniel Craig awalnya yang dipilih untuk peran James Rorimer, karena jadwal syuting yang berbenturan dengan proyek filmnya yang lain maka dia digantikan oleh Matt Damon.”
Film Internasional Berlin ke-64 tanggal 7 Februari 2014. Tidak tanggung-tanggung, George Clooney menggandeng dua studio besar untuk mendistribusikan film ini, yaitu Columbia Pictures dan 20th Century Fox. Setting film ini mengambil waktu pada saat terjadinya Perang Dunia II. Diceritakan bahwa George Stout (George Clooney) adalah seseorang yang ditugaskan untuk merekrut sekaligus mempersiapkan
para ahli seni. Ia mengajak sejumlah kurator, ahli sejarah, pelukis dan ahli seni lainnya untuk menyelamatkan karya-karya seni di era Perang Dunia II. Pada saat itu, Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler berusaha memusnahkan karya-karya seni dari seluruh dunia. Namun mengumpulkan sekelompok ahli seni ini bukanlah hal yang mudah. Apalagi mereka juga harus dilatih untuk dapat bertahan hidup dalam suasana perang yang bisa sewaktuwaktu mengancam nyawa mereka. Dengan bantuan James Rorimer (Matt Damon) dan beberapa orang lainnya, George pun berusaha menyelesaikan misi berbahaya ini. Mampukah mereka menyelamatkan karya-karya seni tersebut dari Nazi dan mengembalikannya pada pemiliknya yang sah? Untuk mengetahuinya, kita tunggu saja hingga film yang dibintangi oleh George Clooney, Matt Damon, Bill Murray, John Goodman, dan Cate Blanchett ini dirilis di bioskop Indonesia. [ bleach77 ]
Calendar
FEBRUARY MOVIES 14 February 2014 Director : Akiva Goldsman Writer: Akiva Goldsman Stars: Colin Farrell, Jessica Brown Findlay, Russell Crowe
Winter's Tale Bulan Februari selalu identik dengan bulan yang penuh cinta. Itu sebabnya di bulan Februari cukup banyak film bertema cinta yang dirilis. Salah satu film yang akan menyemarakkan suasana valentine di tahun 2014 nanti adalah Winter’s Tale. Film ini diangkat dari novel berjudul sama yang terbit tahun 1983 dan ditulis oleh Mark Helprin. Orang yang dipercaya untuk menulis sekaligus menyutradarai film ini adalah Akiva Goldsman. Meskipun ini baru pertama kalinya ia menyutradarai sebuah film layar lebar, namun sebelumnya ia sudah banyak terlibat dalam proyek film besar, diantaranya menjadi penulis untuk film A Beautiful Mind dan I Robot. Salah satu keunggulan film ini terletak pada bintang pendukung serta komposer musiknya. Nama Colin Farrel, Russel Crowe, Jessica Brown Findlay, Jennifer Connely, dan Moviemagz Januari 2014 10
Will Smith sudah pasti menjadi daya tarik orang untuk pergi ke bioskop dan menonton film ini. Ditambah lagi seorang Hans Zimmer yang sudah terkenal lewat karya musiknya untuk film-film Box Office seperti The Lion King dan Gladiator, akan membuat film Winter’s Tale ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Film ini berseting pada tahun 1916 dan berpusat pada kisah tokoh utamanya yang bernama Peter Lake (Colin Farrell). Awalnya Peter bekerja sebagai seorang mekanik, namun kemudian ia dipaksa menjadi pencuri oleh sebuah kelompok gangster yang dipimpin oleh Pearly Soames (Russel Crowe). Peter lalu berusaha melarikan diri dari kelompok tersebut. Namun di suatu pagi musim dingin, Peter berhasil ditangkap dan hendak dibunuh oleh mereka. Namun tibatiba datang seekor kuda terbang putih misterius yang menolongnya. Sejak saat itu, kuda ini pun menjadi teman sekaligus penjaga bagi Peter. Pada suatu hari, saat sedang berusaha
merampok sebuah rumah, Peter bertemu dengan seorang gadis cantik bernama Beverly Penn (Jessica Brown Findlay). Peter pun langsung jatuh cinta padanya, namun sayangnya kondisi gadis ini tidaklah sehat dan ia bisa sewaktu-waktu meninggal karena penyakit yang dideritanya. Keduanya pun lalu menjadi dekat dan menjadi sepasang kekasih. Namun sayangnya takdir berkata lain. Beverly meninggal karena sakit yang dideritanya dan ini membuat Peter begitu terpukul. Peter kemudian juga berhasil ditangkap oleh anak buah Pearly dan lalu dibuang ke dalam sungai dengan maksud untuk membunuhnya. Karena suatu hal misterius, Peter tidaklah mati dan malah muncul di masa sekarang. Bagaimanakah nasib Peter selanjutnya dan apakah keajaiban bisa memberinya cinta sejati yang ia harapkan? Tunggu hingga film ini dirilis pada 14 Februari 2014. [ bleach77 ]
Calendar
FEBRUARY MOVIES
Vampire Academy Academy Vampire 14 February 2014 Director : Mark Waters Writer: Richelle Mead, Daniel Waters Stars: Zoey Deutch, Lucy Fry, Danila Kozlovsky
M
embaca judulnya sekilas tentu membuat kita mengenang beberapa waktu silam, manakala terjadi demam vampire yang begitu merata diseluruh antero dunia yang berawal dari sebuah novel. Tentu saja kita tidak perlu susah-susah berpikir film apakah yang saya maksudkan itu, yapz betul sekali twilight saga yang saya bicarakan disini. Agaknya demam ini tidak begitu saja turun, melainkan ada penerusnya, yaitu film vampire academy yang diisukan sebagai the next Twilight Saga. Sama seperti pendahulunya dalam dunia vampire film yg diadaptasi dari novel ini juga terdiri dari beberapa buku, untuk Vampire Academy sendiri terdiri dari 6 buku, untuk film perdana tentu saja diambil dari novel pertamanya yang berjudul sama vampire academy. Vampire Academy akan dirilis bertepatan dengan hari valentine tahun ini yang berarti tanggal 14 februari 2014. Nah bagi para penggemar vampire akan saya ceritakan sekilas mengenai kisah yang akan bergulir disepanjang Moviemagz Februari 2014 11
film. Tokoh utama film ini tentu saja seorang vampire, yang bukan darah murni alias blasteran vampire-manusia yang dipanggil Rose. Rose ini memiliki tugas untuk melindungi sahabatnya yang merupakan putri Moroi (keturunan darah murni tapi cinta damai) yang di panggilnya Lissa. pada awalnya mereka
kabur dari tempat mereka menuntut ilmu yaitu St.Vladimirs Academy, tetapi mereka pun memutuskan kembali setelah Lisa berlatih selama dua tahun untuk meningkatkan kekuatan untuk melindungi sahabatnya itu. Tentu kita
Aktris 18 tahun ini bernama lengkap Emily Asher Zoey Deutch. Mengawali karirnya lewat beberapa serial televisi, salah satunya adalah Ringer yang dibintangi bersama Sarah Michelle Gellar. Namanya mulai lebih dikenal setelah ikut berperan dalam film Beautiful Creatures (2013). bertanya apasih yang dihadapi para vampire di film ini, sebelumnya telah disebutkan tentang keturunan Moroi terakhir yaitu Lissa, maka lawannya adalah keturunan Strigoi (keturunan darah murni yang berniat jahat). Film yang ditujukan untuk kamu yang merasa masih berjiwa muda tentunya tidak etis kalau filmnya sendiri tidak di bumbui dengan kisah romantisme, selain itu filmnya sendiri akan dirilis bertepan saat valentine's day. Maka dari itu Lisa Hathaway memiliki seorang teman yang juga love interestnya dan tentu saja sbagai guru yang mengajari Lissa untuk berhadapan dengan Strigoi demi melindungi sang putri moroi Lissa Dragomir. Bagaimana kisah mereka dalam menumpas para strigoi serta kisah cinta Lissa terhadap gurunya ini. Film yang disutradai oleh Mark Waters, sementara untuk naskah ditulis olah Daniel Waters. Atris serta aktor yang turut membintangi film ini adalah Joely Richardson, Olga Kurylenko, Zoey deutch, Sarah Hayland, Lucy Fry dan Danila Kozlovsky serta Gabriel Byrne.
(Renian)
Calendar
FEBRUARY MOVIES
14 February 2014 Director : Shana Feste Writer: Shana Feste, Joshua Safran Stars: Gabriella Wilde, Alex Pettyfer
M
enyambut datangnya bulan penuh cinta, sesuai dengan tradisi hollywood, maka pastilah akan beredar film bergenre romansa. Salah satunya adalah Endless Love ini. Yang mana ini merupakan remake dari film serupa dengan judul yang sama pada tahun 1981. Tentu saja disadur dari novel berjudul sama, dan yang namanya remake pasti ada perbedaan di film terdahulunya. Film yang dibintangi oleh aktor I Am Number Four ini, tentu saja akan banyak digandrungi oleh para remaja, tetapi dikarenakan ini disadur dari novel jadul, maka tak hanya para mudamudi yang akan menggemarinya melainkan juga para orang tua yang pada jamannya dulu menggemari novel ataupun filmnya, dikarenakan
Moviemagz Februari 2014 12
e v o L s s e l End
film ini cukup kontroversial. Film ini seperti yang telah banyak orang tau mengisahkan tentang seorang pemuda kharismatik yang berkenalan dengan gadis konglomerat, kemudian saling jatuh cinta. Dan kenapa penyebab dua sejoli ini ditentang, tentangan tersebut datang dari sang ayah gadis. Dengan halangan seperti itu tentu saja tidak membuat cinta mereka padam begitu saja. Kira-kira apa usaha yang akan mereka lakukan apa sih penyebab ditentangnya hubungan mereka terutama oleh sang ayah, sehingga sedemikian rupa dilakukan segala cara untuk memisahkan mereka. Bagi penggemar film romansa tentu film ini patut ditunggu apalagi yang
menggemari novel ini juga. Film ini akan dirilis bertepatan dengan hari valentine sangat sesuai dengan tema filmnya bukan. Saksikan saja film ini dibioskop-bioskop terdekat di kota anda. Endless Love yang dibesut oleh Shana Feste dibintangi diantaranya oleh Alex Pettyfer, Gabriella Wilde,Dayo Okeniyi,Robert Patrick,Anna Enger dan Sharon Conley. Semoga saja film remake ini mampu memuaskan harapan para pecinta dan penggemar novel serta filmnya terdahulu, karena film pendahulunya dibintangi oleh bintang-bintang muda, yang mana saat ini mereka sudah menjadi bintang besar. Beberapa diantaranya Brooke Shield dan Tom Cruise. (Renian)
Calendar
FEBRUARY MOVIES
3
isutradarai oleh Joseph McGinty Nichol (“Charlie’s Angels”, “Terminator Salvation”) dan untuk skenario ditulis oleh Luc Besson juga Adi Hasak. Seperti yang telah kita ketahui Benson selama ini telah sukses dalam berbagai filmnya seperti Leon The profesional, Transporter, dan juka Taken. Peran utama akan dipercayakan pada Aktor senior Kevin Costner, yang berperan sebagai Agent Ethan Runner pembunuh elit pemerintah dalam actionthriller ini. Ethan memutuskan untuk membuka lembaran baru dan berusaha menjadi “ayah yang baik” dalam upaya untuk memenangkan kembali hati putrinya (Amber Heard) dan mantan istri setelah tahu kalau ia sekarat karena penyakit kronis. Selama ini Ethan sengaja menjauh dari keluarga untuk menghindari bahaya yang dapat mengancam mereka karena pekerjaannya. Walaupun sudah memutuskan untuk pensiun agar lebih fokus ke keluarga, saat Secret Service mantan agensinya menawarkan agar ia menjalankan misi terakhir berbahaya sebagai pertukaran dengan obat uji coba baru yang dapat menyelamatkan nyawanya, Ethan tidak dapat menolak. Dan tidak saja harus melakukan 2 misi terberatnya yaitu mengejar teroris paling kejam di dunia dan untuk pertama kali harus mengasuh sendiri putrinya saat mantan istrinya keluar kota, Ethan juga harus mengatasi efek samping obat yang digunakannya. (lyna_3n)
D
14 January February2014 2014 10
Director Director : : Peter McG Writer: Berg Writer: Luc Besson, Peter Berg Adi Hasak Stars: Mark Stars: Wahlberg, Amber Heard, Ben Foster, Kevin Costner, Eric Bana,Hailee EmileSteinfeld Hirsch
Days To Kill kill
Calendar
FEBRUARY MOVIES
A
ktor senior Liam Neeson nampaknya masih menjadi primadona bagi rumah-rumah produksi Hollywood untuk memegang peran sebagai agen keamanan. The Unknown, dan trilogy Taken hanyalah dua dari sekian banyak film yang menjadikan Neeson sebagai sang penegak hukum. Non-Stop mengisahkan terror yang terjadi di dalam pesawat komersial non-stop yang sedang dalam perjalanan dari New York menuju London. Anggota satuan Angkatan Udara, Bill Marks (Liam Neeson) menjadi sasaran teror lewat puluhan ancaman layanan pesan singkat dari nomer tak dikenal. Pesannya sederhana: setiap 20 menit penumpang pesawat akan dibunuh satu-per satu, pembunuhan massal ini akan berhenti dengan syarat uang sejumlah 150 Juta Dollar di transfer ke rekening bank yang dirahasiakan sang peneror. Sementara itu, di darat, setelah diselidiki, nomer rekening rahasia yang disebutkan si peneror adalah nomer rekening pribadi milik Bill Marks. Marks yang berinisiatif menggeledah satu per-satu penumpang pesawat demi menangkap sang teroris, malah dituduh sebagai pembajak pesawat oleh pemerintah Amerika. Melihat dari trailer yang sudah dirilis Universal Pictures, film full-action ini nampaknya akan sangat bertumpu pada akting Liam Neeson, meskipun para lawan mainnya juga tidak bisa dianggap remeh. Julianne Moore (Game Change, Carrie), Michelle Dockery (Downtown Abbey), serta pendatang baru yang baru saja diganjar puluhan penghargaan atas aktingnya di 12 Years a Slave, Lupita Nyong’o, adalah beberapa nama pendukung dalam film berbujet sekitar 50 Juta Dollar ini. [AdR]
Calendar
FEBRUARY MOVIES
28 February 2014 Director : Jaume ColletSerra Writer: John W. Richardson, Christopher Roach Stars: Julianne Moore, Liam Neeson, Michelle DockeryEmile
Moviemagz Februari 2014 15
Calendar
FEBRUARY MOVIES Dalam sejarahnya, Pompeii adalah sebuah kota yang berdiri di zaman Romawi kuno yang kini telah menjadi puing dekat kota Napoli yang sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Pada tahun 79 Masehi, kota Pompeii hancur akibat letusan dari gunung Vesuvius, debu dari letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki dan menyebabkan kota ini sempat hilang selama kurang lebih 1.600 tahun sebelum akhirnya ditemukan kembali dengan tidak sengaja. Semenjak itu penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi
Calendar
FEBRUARY MOVIES
W
ell‌Bagi anda penggemar serial Game of Thrones tentunya tak asing dengan aktor Kit Harington yang dalam serial tersebut berperan sebagai Jon Snow. Dari layar kaca, Kit Harington kembali berperan di film layar lebar setelah sebelumnya ia sempat ikut bermain dalam film Silent Hill: Revelation 3D. Di film terbarunya ini yang berjudul Pompeii, yang merupakan film sejarah romawi kuno. Pompeii mengangkat kisah tentang seorang budak gladiator asal Skotlandia bernama Milo, yang berusaha kembali ke kota Pompeii untuk menyelamatkan cinta sejatinya yang telah bertunangan dengan Senator Romawi, Cassia
putri dari majikannya. Hal tersebut tak mudah dan bahkan bisa membuatnya kehilangan nyawa karena Pompeii diserang oleh awan panas dan lava dari letusan Gunung Vesuvius. Tak hanya harus bertahan di tengah kota yang mulai terendam abu gunung berapi, sang budak juga harus menghadapi para pembunuh keluarganya. Paduan antara kisah bencana dengan kisah balas dendam dalam film tentunya akan menjadi sebuah cerita yang menarik. Film besutan sutradara Paul W.S. Anderson ini memasang Kit Harington yang memerankan Milo dan juga aktris cantik, Emily Browning, yang berperan sebagai
Cassia. Kit Harrington dikenal lewat perannya dalam film layar lebar ‘Silent Hill: Revelation 3D’ dan juga serial TV, Game of Thrones. Sedangkan Emily Browning pernah turut serta dalam film Sucker Punch di tahun 2011. Selain itu film yang rencananya akan dirilis pada Februari 2014 bakal diramaikan oleh Adewale Akinnuoye-Agbaje, Carrie-Anne Moss, Jessica Lucas, Jared Harris, Kiefer Sutherland dan Paz Vega. Pompeii dijadwalkan akan tayang pada 21 Februari 2014. [ AzwarHamzah ]
21 February 2014 Director : Paul W.S. Anderson Writer: Janet Scott Batchler, Lee Batchler Stars: Kit Harington, Carrie-Anne Moss, Emily Browning
AMAZING DIRECTOR
PAUL W.S. ANDERSON
by Simplicious
Anderson’s Life Paul William Scott Anderson lahir pada tanggal 4 Maret 1965 di sebuah kota metropolitan Newcastleupon-Tyne, Wallsend, Inggris. Anderson memilih untuk mempersingkat namanya dengan membubuhkan inisial W. S. pada namanya, untuk menghindari kebingungan karena namanya hampir mirip dengan indie filmmaker, Paul Thomas Anderson (Magnolia) yang sudah lebih dulu terjun di dunia perfilman. Dalam karir pendidikan Anderson dimulai di Newlands Preparatory School, lalu di Gosforth, dan kemudian di Newcastle’s Royal Grammar School. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Warwick University dan menamatkan
studinya sebagai mahasiswa termuda yang menerima gelar BA dalam jurusan Film & Literature. Anderson terlibat cinta lokasi dengan Milla Jovovich saat keduanya bersama-sama dalam proyek film Resident Evil (2002). Ia sempat melamar Jovovich pada tahun 2003, tetapi kemudian mereka berpisah dalam jangka waktu beberapa tahun, dan setelah itu mereka menjalin hubungan kembali. Pada tanggal 3 November 2007, Jovovich melahirkan anak pertama putri dari Anderson, yang dinamai Ever Gabo Anderson. Selang dua tahun, Anderson dan Jovovich bertunangan pada bulan Maret 2009, setelah beberapa waktu kemudian mereka resmi menjadi pasangan suami istri dan menikah pada 22 Agustus 2009. Moviemagz Februari 2014 18
ANDERSON’S CAREER
Paul W. S. Anderson melakukan debut pertamanya saat menjadi sutradara sekaligus penulis cerita dari film Shopping (1994), yang dibintangi oleh Sean Pertwee, Jude Law, dan Sadie Frost. Yang bercerita tentang sekelompok pencuri yang yang melakukan aksinya dengan menabrakan mobilnya ke depan toko-toko. Debut Anderson ini setidaknya cukup mendapatkan ketenaran, mungkin bukan karena prestasi. Tetapi film garapannya sangat kontroversial yang mengandung unsur kekerasan di dalamnya. Alhasil film Shopping ini dilarang tayang di beberapa bioskop di negaranya sendiri, dan di Amerika Serikat film ini mengalami pengeditan. Setelah itu, Anderson mengerjakan proyek ambisiusnya dengan mengadaptasi game tersukses di masanya, yaitu Mortal Kombat (1995). Mengikuti jejak Super Mario Bros dan Street Fighter yang terlebih dahulu membuat versi filmnya, Mortal Kombat cukup sukses meraih simpati para penonton, terutama para penggemar Moviemagz Februari 2014 19
berat video game. Dan film ini berhasil meraup keuntungan lebih dari $70 juta dan menaikkan rasa percaya dirinya untuk lebih membuat adaptasi game ke dalam film. Namun, Anderson cukup membuat kecewa para fans Mortal Kombat, saat menolak untuk membuat sekuel dari film tersebut, karena ia lebih memilih mengerjakan proyek “coba-coba�nya. Soldier (1998) merupakan proyek film selanjutnya dari Anderson. Tetapi, produksi film ini sendiri tertunda karena ketiadaan pemeran utama Soldier, Kurt Russel pada saat itu. Di tahun yang bersamaan juga, Anderson memproduksi film sci-fi horror, Event Horizon (1997). Sial bagi Anderson, karena Event Horizon mendapat sambutan tak baik di Box Office, sementara juga banyak menerima kritikan buruk. Anderson menyalahkan enforced-cuts studio Event Horizon yang menyebabkan kegagalan film ini. Ketidakberuntungan Anderson kembali meruak paska film Soldier dirilis setahun kemudian, film ini malah menuai banyak bencana dari segi pendapatan maupun popularitas.
ANDERSON’S CAREER
Sementara Anderson mendapat tamparan yang keras dari Event Horizon dan Soldier, pada tahun 2000, Anderson berencana untuk membuat remake dari film Death Race 2000 (1975), tetapi rencana ini gagal diwujudkan. Lalu ia kembali mencoba peruntungannya untuk memproduksi sebuah TV movie thriller, The Sight (2000). Dan proyeknya ini (lagilagi) mendapatkan respon kesuksesan minim, meskipun tidak separah duet filmnya sebelumnya. Setelah percobaannya gagal, Anderson kembali ke dunia layar sinema pada tahun 2002. Ia menggarap proyek adaptasi seri game survival-horror Resident Evil (2002). Tampaknya dewi Fortuna kembali berpihak padanya, karena Resident Evil cukup sukses meraup keuntungan dari segi penjualan tiket bioskop maupun DVD. Dengan budget sebesar $33 juta, Resident Evil menggondol pendapatan lebih dari $102 juta. Juga film ini “awalnya” mendapatkan sambutan yang baik dari para fans, meskipun karakter utama di film tersebut adalah Alice (Milla Jovovich), yang notabene tidak ada dalam versi gamenya. Dan ya, tentunya Anderson menemukan jodohnya dari film ini. Atau setidaknya film Resident Evil ini salah satu film adaptasi game yang baik, jika Anda mau untuk tidak membandingkan dengan story yang ada dalam gamenya. Yang kemudian Moviemagz Februari 2014 20
film ini meyakinkan Anderson untuk membuat lanjutan dari Resident Evil. Selanjutnya, proyek Anderson yang sangat dinanti-nanti pada saat itu, ialah Alien vs Predator (2004) yang diadaptasi dari buku komik terkenal milik Dark Horse. Singkatnya, film ini menjadi pundi-pundi penghasilan juga bagi Anderson dan kru lainnya, dengan pendapatan sekitar $172 juta dari biaya produksi filmnya sendiri sebesar $60 juta. Meskipun demikian, keberhasilan dari segi pendapatan film ini berbanding terbalik dengan berbagai kritik negatif yang didapat. Saat kembali ditawari untuk membuat sekuel dari Alien vs Predator, Anderson menolak tawaran tersebut. Beberapa lama setelah Anderson tidak duduk di bangku sutradara paska film Alien vs Predator, impian Anderson untuk me-reboot film Death Race 2000 terwujudkan dan akhirnya dirilis dengan judul Death Race (2008). Film inilah yang mungkin menjadi tonggak dari “keterpurukan” Anderson, setelah ia sering mendapat kritikan negatif atas hampir semua film yang ia buat. Dan tentu sudah banyak yang mengetahuinya kalau, kecaman dari para gamers di seluruh dunia yang “dikecewakan”. Meskipun tak bisa dibantah kalau penghasilan dari karyanya tak bisa dibilang sedikit.
Anderson’s Life
“
I don’t think it would be possible for me to respect people like Ridley Scott or James Cameron more than I already do. They’re gods of filmmaking.
“
Film Resident Evil (2002) punya arti lebih dalam kehidupan seorang Paul, lewat film inilah dia dipertemukan dengan belahan jiwanya Milla Jovovich. Keduanya kemudian menikah pada 22 Augustus 2009, dan saat ini telah dikarunia seorang putri bernama Ever Gabo Anderson. Pasangan ini selalu tampil mesra berdua dihadapan publik dan jauh berbagai gosip.
Dan jangan lupakan tentang status perkembangan waralaba Resident Evil dengan istrinya. Sampai tulisan ini dibuat, Resident Evil sudah mencapai instalemennya yang kelima, diantaranya Resident Evil (2002), Resident Evil : Apocalypse (2004), Resident Evil : Extinction (2007), Resident Evil : Afterlife (2010), dan Resident Evil : Retribution (2012). Dan tentunya itu bukan yang terakhir, karena bersiap-siaplah seri keenamnya sekaligus penutup instalemen film Resident Evil dengan karakter Alicenya yang kontroversial yang rencananya akan dirilis sekitar kuartal ketiga 2014. Dan proyek yang tak kalah ditunggu-tunggu adalah Pompeii (2014), sebuah film yang mengisahkan seorang budak bernama Milo (Kit Harrington) berubah menjadi gladiator “dadakan” yang berusaha menyelamatkan cinta sejatinya Cassia (Emily Browning), putri cantik dari seorang pedagang kaya enggan bertunangan dengan Senator Romawi yang terkenal korup dan kejam. Setidaknya lewat film Pompeii, harapan masih ada untuk tidak memandang sebelah mata kemampuan Paul W. S. Anderson, atau paling tidak menghapus kesalahan masa lalunya. [Simplicious] Moviemagz Februari 2014 21
Simplicius
Specials feature
B O R
P O C O
) y a l p a n h e l i e r d c a s P ( , ĂŠ r r s e e o n J m i u : t M r e l o Z t e c a h a e s h u i c h n i s r Dir o o M J , C r : s e e i r i Write rd Neume an, Abb an m m a a d l n w n d O i E K y l r e a o G J , : s n r o t a t a S e K l e a h c i M
Moviemagz Februari 2014 22
S
alah satu film yang paling ditunggu di tahun 2014 adalah remake dari film RoboCop. Sebelumnya film RoboCop telah dibuat pada tahun 1987. Karena kesuksesannya maka film ini telah dibuat sebanyak 2 sekuel, masing-masing di tahun 1990 dan 1993. Kini setelah 27 tahun berlalu sejak film pertamanya, RoboCop siap hadir kembali menghibur para fansnya dengan aksi yang lebih spektakuler. Sebenarnya proyek remake ini sudah direncanakan sejak tahun 2005 silam, namun banyak hambatan yang terjadi pada saat produksinya. Diantaranya adalah perpindahan studio pembuatnya dari Sony Pictures ke MGM pergantian sutradara,
penulis, dan pemain pendukungnya, membuat proyek ini semakin tidak jelas pembuatannya. Di tahun 2010, saat melihat kesuksesan film Avatar yang dibuat oleh James Cameron, MGM pun berniat untuk membuat film RoboCop secara 3D. Namun lagi-lagi proyek ini harus tenggelam karena saat itu MGM mengalami krisis keuangan yang cukup besar dan hampir saja bangkrut. Tadinya film ini rencananya akan dirilis pada 9 Agustus 2013, namun melihat ketatnya peta persaingan film-film yang tayang pada bulan itu, maka RoboCop pun diundur perilisannya menjadi 12 Februari 2014. [ bleach77 ]
ROBOCOP
Special feature
Diceritakan pada saat itu di kota Detroit tahun 2028, teknologi robot telah menjadi suatu bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia di masa depan. Robot dianggap mampu membantu manusia dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya. Tidak cukup dengan hanya membuat robot yang mampu membantu pekerjaan sehari-hari, para ilmuwan pun lalu berusaha membuat robot yang mampu membantu pekerjaan Moviemagz Februari 2014 24
polisi dalam menjaga keamanan dan memberantas kejahatan. Para ilmuwan ini bekerja di dalam suatu perusahaan bernama OmniCorp yang merupakan perusahaan pembuat robot yang handal. Setelah melalui berbagai proses, pembuatan teknologi robot baru ini pun selesai. OmniCorp
“
Alex Murphy: Dead or alive, you’re coming with me!
“
lalu bermaksud untuk menguji kelayakan teknologi yang baru selesai dibuat ini. Tidak perlu waktu lama bagi OmniCorp untuk menunggu, karena peluang pun tiba saat teknologi robot ini harus digunakan pada seorang polisi bernama Alex Murphy (Joel Kinnaman). Alex bisa dibilang memiliki kehidupan yang sukses. Dia memiliki keluarga yang bahagia dan karirnya sebagai seorang polisi pun cukup sukses. Alex
Lalu bagaimanakah kehidupan Alex setelah berubah menjadi robot? Berhasilkah ia menjalankan setiap misi yang diberikan padanya? Untuk mengetahui kelanjutan ceritanya dan melihat penampilan baru RoboCop yang lebih segar dibandingkan filmnya yang terdahulu, kalian harus menonton film yang banyak dibilang orang terinspirasi oleh trilogi film Batman buatan Christopher Nolan ini. [ bleach77 ]
TRIVIA . . . . # Michael Fassbender, Matthias Schoenaerts, dan Russell Crowe sempat dipertimbangkan untuk peran RoboCop. Sebelum akhirnya terpilih Joel Kinnaman untuk peran tersebut # Film RoboCop ini dibuat dengan biaya mencapai $100,000,000 dikenal sebagai polisi yang selalu mengerjakan tugasnya dengan baik dalam memberantas kejahatan dan korupsi di kota Detroit. Pada suatu hari terjadi perisitiwa yang akan mengubah kehidupan Alex untuk selamanya. Di saat ia sedang menjalankan tugasnya, Alex mengalami luka yang sangat parah akibat ledakan dan mengancam nyawanya. Disinilah OmniCorp merasa menemukan momen yang tepat untuk menguji coba teknologi
yang baru saja dibuatnya. OmniCorp lalu memanfaatkan teknologi robot yang luar biasa tersebut untuk menyelamatkan nyawa Alex. Alex pun berhasil selamat dan ia kembali ke tengah kota dengan kemampuan baru yang menakjubkan. Saat diuji coba, Alex yang kemudian dikenal dengan nama RoboCop berubah menjadi robot yang tak terkalahkan. Ia bahkan dengan mudah mengalahkan robotrobot lain dan setiap musuhnya.
# Sebagaian besar pengambilan gambar RoboCop berlokasi di Canada.
# Ford Taurus dan Dodge Caliber adalh dua mobil yang
bakal digunakan RoboCop
BUILDING THE ROBOT
F
ilm yang merupakan remake dari judul film serupa pada tahun 1978 ini, membutuhkan waktu lebih dari tujuh tahun dalam proses pembuatannya. Adalah Sony Pictures melalui rumah produksinya, Screen Gems, yang pada 2005 mengumumkan rencana pembuatan film tentang ‘trasnformasi’ Alex Murphy ini. Tahun 2008, Darren Aronofsky (The Wrestler, Black Swan) dan David Self (The Haunting) ditunjuk MGM untuk berturut-turut menjadi sutradara dan scriptwriter RoboCop. Pada tahun yang sama MGM dalam rilis persnya mengumumkan RoboCop versi modern ini akan rilis ke pasaran pada tahun 2010. Pada 2009, MGM mengumumkan penundaan rilis RoboCop menjadi akhir 2010. Setahun berselang MGM kembali mengumumkan proyek remake ini ditunda hingga waktu yang belum bisa dipastikan.
Moviemagz Februari 2014 26
Spekulasi yang berkembang penundaan terus menerus dari film berdana besar ini ditengarai akibat masalah financial yang dialami MGM pada waktu itu. Moviehole menyebutkan perbedaan ide-ide cerita yang dimiliki Aronofsky dengan pihak MGM juga menjadi alasan utama mengapa eksekusi film ini selalu berada dalam tanda tanya besar. Rumor itu ternyata benar, pada 2011 MGM menunjuk JosĂŠ Padilha untuk menjadi sutradara menggantikan Aronofsky. Padilha, sutradara asal Brazil yang ngetop dengan film dokumenternya, Bus 174 (2002), kali ini didampingi Joshua Zetumer (Quantum of Solace) yang duduk di bangku scriptwriter menggantikan David Self. Namanama besar seperti Tom Cruise, Johnny Depp, Michael Fassbender, hingga Russell Crowe dirumorkan akan mengisi peran Alex Murphy,
sebelum pada 3 Maret 2012 aktor Joel Kinnaman (Safe House) didapuk memerankan si manusia robot. Penunjukkan Kinnaman sebagai pemeran utama melecut MGM untuk segera mewujudkan proyek besar ini. Hanya empat bulan berselang, MGM akhirnya merampungkan penunjukkan para co-stars. Gary Oldman, Samuel L. Jackson, dan Abbie Cornish dikontrak untuk mendampingi Kinnaman. Dari balik layar, kursi untuk scoring dan cinematography dipercayakan kepada dua orang Brazil, Pedro Bromfman dan Lula Carvalho, yang pernah bekerja sama dengan Padilha dalam film Elite Squad. Proyek ini akhirnya berhasil dieksekusi pada September 2012 dengan mayoritas lokasi pengambilan gambar di Kanada, tepatnya di Negara bagian Ontario dan Kota Vancouver, serta di Detroit dan Hamilton, Amerika Serikat. [AdR]
BRAZIL’S GREATEST EXPORT
adilha P é s o J n a g n nterview de
I
José Padilha A
pa yang ada di benak anda ketika mendengar kata ‘Brazil’? Sebagian dari anda pasti ada yang menjawab sepak bola, pantai, wanita cantik, hingga sungai amazon. Sah-sah saja, namun nampaknya anda harus mengenal salah satu produk terbaik yang dimiliki Brazil, dia adalah José Padilha sang sutradara. Pria berusia 46 tahun ini mengawali karir di dunia layar lebar dengan luar biasa. Karya perdananya ialah film dokumenter bertajuk ‘Bus 174’ yang rilis pada tahun 2002. Film debutnya ini diganjar lebih dari 20 awards di berbagai penghargaan film di beberapa negara di dunia, termasuk penghargaan bergengsi Emmy Award di Amerika serta Amnesty Award di Belanda. Sukses di film dokumenter, membuat pria ini mencoba tantangan baru membesut film fiksi. Adalah Elite Squad di tahun 2007 yang menjadi proyek film fiksi perdananya. Bak cerita yang berulang, film ini juga mendulang sukses domestik dan internasional, yang kali ini dihadiahi Golden Bear Award dari Berlin Film Festival.
Tidak berhenti disitu, sekuel Elite Squad, Elite Squad: The Enemy Within yang rilis pada 2010, masuk ke dalam seleksi awal kategori Best Foreign Film di Academy Awards 2012, meskipun tidak masuk nominasi final. Di tahun yang sama, ia kembali duduk di bangku sutradara film dokumenter, yang kali ini mengambil judul Secrets of The Tribe yang mendapat nominasi Grand Jury Prize di salah satu festival film terbesar di dunia, Sundance Film Festival. Portofolio yang menawan membuat MGM tidak ragu untuk mengontrak Padilha dalam mega proyek mereka, RoboCop. Sambil sekaligus berharap tuah sentuhan emas Padilha masih terbawa di debut film Hollywood-nya ini. [AdR]
Filmografi : > Rio, I Love You ( 2014 ) > RoboCop ( 2014 ) > Elite Squad: The Enemy Within ( 2010 ) > Secrets of the Tribe ( 2010) > Garapa ( 2009 ) > Elite Squad ( 2007 ) > Brazil’s Vanishing Cowboys ( 2003 ) > Bus 174 ( 2002)
Q: Mengapa anda tertarik menangani remake dari RoboCop ini? A: Pertama-tama, saya tidak membuat sebuah film remake RoboCop, karena saya pikir, film RoboCop (yang terdahulu) tidak bisa di-remake. Saya rasa film pertama RoboCop memiliki banyak hal-hal yang ‘berani’. Seperti banyaknya kekerasan pada film itu. Tapi saya tidak tertarik memasukkan unsur seperti itu sekarang ini, saya lebih tertarik untuk mendalami sisi filosofis dari sebuah konsep ROBOCOP. Q: Film pertama RoboCop mendapat Rated X karena kekerasannya, menurut anda? A: Ya, menurut saya, saya tidak melihat betapa pentingnya kekerasan di film pertama RoboCop. Namun, hal itu mungkin dilakukan karena diperlukan untuk inti cerita yang akan mereka dalami pada waktu itu. Tapi saya tidak akan membuat hal-hal itu di film versi saya. Q: Jadi, kira-kira seperti apa gambaran film RoboCop versi anda? A: Saya akan sisipkan banyak drama di film ini. Kita bicara mengenai seseorang yang mempunyai istri dan anak, kemudian terbangun dari tidurnya dan tiba-tiba mendapati dirinya adalah robot. Ini sama seperti tentara yang pergi berperang, dan kembali ke keluarganya dalam keadaan cacat akibat perang. Hampir sama seperti itu, namun RoboCop adalah versi ekstrimnya. [Tertawa] Q: Mengenai aktor yang ada di film ini? A: RoboCop punya aktor-aktor terbaik di industri film. Samuel L. Jackson, saya tidak perlu menjelaskan kepada anda siapa dia, kan? Gary Oldman adalah orang yang jenius, Abbie Cornish tampil total di film ini, dan Joel Kinnaman, well… anda harus lihat sendiri aktingnya. [Tertawa]. Tidak mudah bagi Joel untuk memerankan manusia setengah robot di satu sisi, dan di sisi lain menghadapi konflik kehidupan dengan keluarga kecilnya.
by : Starkiller (IDFL.US)
Robocop Characters Guide
Gary Oldman sebagai Dr. Dennet Norton
A
Clara Murphy
Alex Murphy joel kinnaman
A
lex Murphy adalah seorang Detektif satuan kepolisian Detroit yang kini hidupnya harus ditopang oleh balutan mesin pasca menjadi korban ledakan bom mobil. Diperankan oleh aktor Swedia, Joel Kinnaman (Easy Money, The Girl With Dragon Tattoo). Karakter Alex murphy pertama kali diperankan oleh Peter Weller dalam film Robocop (1987 & 1990) dan Robert John Burke Robocop (1993)
I Michael Keaton
Raymond Sellars Moviemagz Februari 2014 28
Abbie Cornish
ktor kawakan Gary Oldman mendapat kehormatan memerankan tokoh ilmuwan dari OmniCorp yang merupakan otak dibalik konsep eksperimen RoboCop. Uniknya, karakter ini memiliki nama yang berbedabeda di setiap kemunculannya. Dalam versi film perdananya tahun 1987, karakter ini bernama Dr. Bob Morton, sementara di versi serial TV animasi, karakter ini dinamai Dr. Tyler.
A
ktris kelahiran Australia Abbie Cornish berperan istri dari Alex Murphy sang manusia robot ini nampaknya akan menjadi pembeda dari franchise film Robocop yang terdahulu. Jose Padilha mengungkapkan akan lebih mengeksplor sisi konflik yang terjadi dalam keluarga kecil Alex Murphy pasca dirinya bertransformasi menjadi manusia setengah robot.
a adalah CEO dari OmniCorp, sebuah perusahaan yang memproduksi para aparat penegak hukum berbentuk robot yang telah ‘diekspor’ ke berbagai Negara di dunia. Sellars menjadikan Alex Murphy sebagai kelinci percobaan eksperimen prajurit setengah manusiasetengah robot miliknya. Sayangnya orientasi Raymond sellars hanya kepada uang semata, seakan melupakan bahwa sesungguhnya manusia dalam eksperimen RoboCopnya masih memiliki hati dan perasaan. [AdR]
ebelum terjun di lapangan dalam menegakkan hukum, Rick Mattox, seorang ahli taktik militer, bertanggung jawab dalam melatih Alex Murphy untuk membiasakan diri beraksi dalam ‘tubuh’ barunya. Aktor nominasi oscar (Little Children ) Jackie Earle Haley terpilih untuk peran ini. Sebelumnya Jackie juga sempat terlibat dalam beberapa film besar lainnya, seperti : Watchmen, Shutter Island, dan juga Dark Shadows.
S
K amuel L. Jackson akan berperan sebagai Pat Novak seorang pembawa acara televisi bertajuk ‘The Novak Element’. Novak sangat mendukung apa yang dilakukan OmniCorp dalam mengembangkan aparat berbentuk droid, terutama di Amerika Serikat. Kehadirannya semakin melengkapai jajaran aktor ternama yang ikut bermain dalam film RoboCop. [AdR]
S
esuksesan besar film RoboSop pertama (1987) di layar perak, mengundang ketertarikan Marvel, salah satu publisher komik ternama di dunia, untuk membawa franchise RoboCop ke dalam bentuk komik. RoboCop volume 1 yang berisi 23 seri, dirilis pada Maret 1990, dan berakhir pada Januari 1992. Pada Juni 1990 Marvel kembali menerbitkan miniseri komik RoboCop 2 yang hanya berisi 3 seri. Miniseri ini dirilis bersamaan dengan rilis film RoboCop 2 di bioskop. Mei 1992, Dark Horses comic membeli hak komik RoboCop dari Marvel dan sebagai debut, komik miniseri berjudul RoboCop vs The Terminator rilis di pasaran. Dark Horses terus mengeluarkan judul-judul komik RoboCop setiap tahunnya, meskipun kesemuanya adalah miniseri komik yang rata-rata hanya berisi 3-4 seri tiap judulnya. Komik RoboCop sempat terhenti selama 8 tahun. Baru pada 2002, RoboCop kembali menemukan rumahnya, meskipun setelah itu nasib komiknya selalu berpindah dari publisher satu ke publisher lain. Avatar Press (2003), Dynamite Entertainment (2010), dan Boom Studios (2013) adalah nama-nama publisher yang menjadi rumah komik RoboCop beberapa tahun kebelakang. Sekarang ini, Boom Studios sedang disibukkan dengan produksi komik bertajuk RoboCop: Last Stand dengan Frank Miller sebagai penulisnya, yang seri perdananya sudah dirilis pada Agustus 2013 lalu dan direncanakan berakhir pada Maret 2014 dengan total 8 seri. [AdR]
[ AzwarHamzah ]
(1987)
ROBOCOP F
ilm yang bertemakan fiksi ilmiah ini menceritakan seorang polisi yang mati lalu diubah menjadi manusia setengah robot alias cyborg guna memberantas kejahatan di Delta City. Film yang disutradarai oleh Paul Verhoeven dan di tulis oleh Edward Neumeier, Michael Miner ini dibintangi oleh Peter Weller sebagai pemeran utama, Old Detroit sebuah kota dengan angka kriminalitas sangat tinggi membuat kepolisian terus-menerus dibebani tugas berat. Polisi Veteran Alex Murphy (Peter Weller) mendapatkan tugas bersama rekannya Anne Lewis (Nancy Allen) untuk berpatroli, saat itu mereka mendapat tugas
WWW.IDFL.ME
memburu kelompok kriminal besar. Sialnya mereka gagal, Murphy malah terjebak saat pengejaran dan saat baku tembak. Murphy kemudian menjadi bulan-bulanan para kriminal secara membabi buta dan ditembak tepat di kepalanya. Pada saat di rumah sakit Murphy dinyatakan meninggal kemudian OCP memanfaatkan tubuhnya untuk proyek RoboCop. Program tersebut berhasil akan tetapi Murphy kini bukan lagi manusia utuh tetapi manusia setengah robot. Kaki dan tangannya terbuat dari besi dan otaknya hanya bekerja dengan program yang dibuat oleh manusia. RoboCop menjalani tugas-tugasnya dengan baik, namun ingatan-ingatan masa
lalunya sebagai manusia perlahanlahan terus membayanginya. Alur dan plot cerita yang begitu rapi dalam film ini membuat kesuksesan yang cukup luar biasa di masa itu (1987). Hingga menelurkan 2 sekuel, cerita yang suram jelas melekat dalam film ini, di mana seorang polisi harus meninggal secara tragis saat tugasnya dan berhasil hidup kembali namun dalam keadaan manusia setengah besi, tubuh manusianya sudah tidak utuh lagi. Film yang bercerita tentang seorang polisi yang tewas kemudian dirinya ‘digabungkan’ dengan mesin dan dijadikan sebagai polisi super yang diberi nama RoboCop ini dirilis 17 Juli 1987 dan mendapatkan dua nominasi Oscar pada tahun 1988, untuk kategori Best Sound dan Best Film Editing. [AzwarHamzah]
D
iperankan oleh Peter Weller, Nancy Allen, Dan O’Herlihy, Belinda Bauer, Tom Noonan, dan Gabriel Damon, dalam sekuelnya kali ini RoboCop secara perlahan kembali untuk mengatasi hilangnya kehidupan sebelumnya sebagai Alex Murphy. Meskipun ia mencoba untuk menjangkau keluarganya, ia akhirnya menyadari bahwa dia tidak pernah dapat kembali ke mereka. Dalam sekuelnya kali ini RoboCop (1990) disutradarai oleh Irvin Kershner, dikarenakan Paul Verhoeven yaitu sutradara RoboCop pertama, sudah berkomitmen untuk berhenti dan menyutradarai Total Recall (1990). Naskah ditulis oleh Frank Miller yang sukses dengan buku komik mini-seri The Dark Knight Returns. Ini adalah film terakhir yang disutradarai oleh Irvin Kershner, beliau meninggal pada bulan November 2010. [AzwarHamzah]
(1990)
ROBOCOP 2
(1993)
ROBOCOP 3 A lur utama dari film RoboCop 3 ini mengisahkan RoboCop (Robert John Burke) yang berharap untuk melihat istri atau anaknya lagi. Ia kemudian berteman dengan seorang gadis kecil yatim piatu yang jago komputer bernama Nikko, dan berhubungan dengan perlawanan paramiliter bawah tanah. Kelompok perlawanan itu membangun keluarga miskin perkotaan, terbentuk setelah Omni Consumer Products (OCP) mulai menampung mereka
Moviemagz Februari 2014 31
dalam rangka membangun Kota Delta di atas tanah meliputi daerah Detroit Cadillac Heights. RoboCop juga menemukan salah satu ilmuwan asli dari dua film pertama, Dr Marie Lazarus (Jill Hennessy), membuat dan mengoperasikan dirinya dan meninggalkan organisasinya karena kecewa. Sementara itu, OCP yang sedang di ambang kebangkrutan menciptakan angkatan bersenjata yang dinamakan Rehabilitasi Perkotaan di bawah komando Paul McDaggett
(Yohanes Castle), dengan tujuan untuk memerangi kejahatan yang meningkat di Old Detroit dan menambah jajaran Polisi Detroit untuk menahan kekerasan penjahat. Nancy Allen, Robert DoQui, Felton Perry, Mario Machado, dan Angie Bolling adalah pemeran yang bermain dalam ketiga film RoboCop. Pada awalnya film yang disutradarai oleh Fred Dekker dan naskah ditulis oleh Edward Neumeier ini akan dirilis pada tahun 1991 namun production company Orion mengalami kebangkrutan dan pada akhirnya RoboCop 3 dirilis pada 5 November 1993
JOEL KINNAMAN Who’s him? An actor?
His name is Kinnaman? Pertanyaan-pertanyaan itu pasti akan bergulir, jauh sebelum kabar RoboCop akan diremake berhembus, atau paling tidak saat film Easy Money melejit, jika anda lebih sering memperhatikan aktor-aktor utama yang bermain di film-film Hollywood yang turut juga ia perankan. Joel Kinnaman, aktor yang bernama asli Charles Joel NordstrĂśm ini merupakan aktor berketurunan Swedia-Amerika. Lahir pada 25 November 1979 di Stockholm, Swedia. Ayah Joel bernama Steve (David Kinnaman) yang pergi meninggalkan Amerika saat Perang Vietnam, pergi ke Swedia dan juga menikah dengan Bitte, ibu Joel. Ibunya seorang Swedia dan juga berketurunan Yahudi. Joel Kinnaman memiliki lima saudara perempuan, salah satu diantaranya adalah saudara tirinya seorang aktris Swedia, Melinda Kinnaman. Joel dikenal sebagai anak yang cerdas, sehingga ia pernah mengikuti program pertukaran pelajar ke Texas selama setahun. Sejauh ini, Joel Kinnaman masih menjalin hubungan percintaan dengan aktris seksi yang sering masuk nominasi majalahmajalah dewasa, Olivia Munn. (Simplicious)
AMAZING ACTOR
“
I think I’ve seen the first ‘RoboCop’ like 15 or 20 times. I’m like a kid that way.
“
Karir profesionalnya dimulai dengan membintangi film Swedia berjudul The Invisible (Den Osynlige) pada tahun 2002. Di awal karirnya ia hanya sering membintangi film-film lokal dengan peran pendukung, yang nyatanya belum bisa menembus pasar internasional. Hingga pada tahun 2009, ia mendapatkan peran utama sebagai polisi di film Swedia yang berjudul In Your Veins (I Skuggan av Värmen). Film drama ini mengisahkan tentang wanita petugas keamanan bernama Eva (Malin Crépin) yang berusaha menyembunyikan rahasianya dari sang kekasih yang seorang polisi, Erik (Joel Kinnaman). Karena Eva merupakan seorang pengidap narkoba. Singkatnya, film inilah yang berhasil melejitkan
nama Joel dalam dunia perfilman tak hanya di Swedia, namun sudah go international. Pada tahun yang sama , ia sukses memainkan perannya sebagai Frank Wagner di keenam film series Swedia, Johan Falk. Keenam seri itu adalah GSI - Gruppen för särskilda insatser, Vapenbröder, National Target, Leo Gaut, Operation Näktergal, dan De fredlösa. Bahkan, atas peran pendukungnya sebagai Frank Wagner di Johan Falk - Gruppen för särskilda insatser, ia pernah mendapat nominasi Guldbagge Award for the Best Supporting Actor 2009. Di tahun 2010, ia dipercaya oleh sang sutradara Daniel Espinosa untuk memerankan karakter utama, Johan “JW” Westlund di film bertajuk Moviemagz Februari 2014 34
Easy Money (Snabba Cash). Di film ini ia memerankan seorang JW yang menjadi pengedar narkoba yang dihadapkan dua pilihan antara membela Jorge (Matias Varela) si buronan atau membantu Mrado (Dragomir Mrsic) memburu Jorge, mafia yang Mrado incar. Film Easy Money ini cukup sukses di pasaran, malahan berhasil meraih empat penghargaan. Joel Kinnaman berhasil meraih Guldbagge Award for the Best Actor.
“
I really want to live in New York. That’s the city of my dreams.
“
Setelah berhasil melejit karena perannya di Easy Money, ia dikontrak oleh agen selebriti yang ternyata juga merupakan agen Johnny Depp. Tahun 2011 ia bermain di film fiksi ilmiah The Darkest Hour yang rilis pada bulan Desember. Walaupun begitu, film ini kurang mendapat antusiasme penonton dan juga turut mendapatkan banyak kritik negatif. Lalu di bulan yang sama, The Girl with The Dragon Tattoo rilis dengan bintang utama Daniel Craig dan Rooney Mara. Joel Kinnaman juga memainkan peran dalam film ini, meskipun hanya untuk peran pemain pendukung. Lain halnya dengan TV Series berjudul The Killing, ia mendapatkan peran yang menjanjikan sebagai Stephen Holder, seorang detektif investigator. Series ini dimulai tayang pada tahun 2011, dan hingga saat ini rencananya season 4 akan dirilis, walau belum ada kepastian yang jelas. Pada tahun 2012, ia juga bermain dalam film Safe House, bersama dengan Ryan Reynolds dan Denzel Washington.. [Simplicious] Moviemagz Februari 2014 35
Joel Kinnaman = RoboCop Saat bulan Maret 2012, dunia perfilman sempat dikejutkan dengan MGM yang menetapkan kepastian untuk remake RoboCop, yang sebelumnya selalu ditunda-tunda. Juga saat Joel Kinnaman ditunjuk untuk memerankan Alex James Murphy/ RoboCop, banyak yang bersikap kontra dengan keputusan José Padilha. Sebelumnya, peran RoboCop ini pernah diusulkan untuk dimainkan oleh Michael Fassbender, Matthias Schoenaerts, dan Russell Crowe, namun akhirnya peran RoboCop jatuh kepada Joel Kinnaman. Bahkan di tahun 2011 berhembus kabar nominasi pemeran RoboCop seperti Tom Cruise, Johnny Depp, dan Keanu Reeves. Singkatnya, film RoboCop ini mulai diproduksi pada bulan September 2012. [Simplicious]
POSTERS REVIEW
SABOTAGE
S
ebelum kita melihat aksi Arnold dalam sekuel The Expendabless 3, sebuah film baru dari Arnold yang berjudul Sabotage. Film ini nantinya akan di rilis dibulan April tahun depan untuk produksi dari filmnya di pegang oleh Open Road Films. Skenario dalam film Sabotage sendiri dibuat oleh penulis skenario yang pernah membuat Training Day dan untuk sutradaranya sendiri jatuh kepada David Ayer (End of Watch). Film ini mengisahkan sebuah tim elite DEA yang cepat tanggap dalam meringkus para gembong narkoba. Dan ini adalah poster pertama yang dirilis pihak studio yang mengusung tema action, thriller di dalam filmnya. Banyak aktor-aktris terkenal yang ikut serta bermain di film ini, contohnya saja Arnold Schwarzenegger, Mireille Enos, Joe Manganiello, Olivia Williams, Max Martini, Sam Worthington, Josh Holloway, Terrence Howard. Film ini disutradarai oleh David Ayer. [Tyo].
I, Frankenstein
S
Lionsgate selaku rumah produksi baru saja merilis poster terakhir dari film yang mengusung tema fantasi action ini, di poster terakhir dari film I, Frankenstein ini memperlihatkan sang tokoh utama bernama Adam (Aaron Eckhart) kalau di perhatikan dengan seksama poster ini tidak terlihat menakutkan apalagi menyeramkan. Tidak seperti sosok Frankestein yang kalian kenal selama ini, yang berwujud tubuh berwarna hijau, besar, terdapat adanya bekas jahitan di jidatnya, dan sebagainya. I, Frankenstein akan tayang di gedung bioskop pada tanggal 24 Januari 2014 dan yang ikut serta bermain di film ini ada Yvonne Strahovski, Bill Nighy, Caitlin Stasey, Aaron Eckhart, Jai Courtney, Miranda Otto, Kevin Grevioux, Aden Young. Film ini disutradarai Bagi Kamu yang mau oleh Stuart Beattie. [Tyo].
menonton Robocop versi IMAX di gedung bioskop, versi IMAX-nya sendiri akan di buka ke publik pada tanggal 7 Febuari 2014. [Tyo].
Moviemagz Februari 2014 36
Need for Speed
F
ilm yang diangkat dari seri game terkenal milik EA berjudul sama ini termasuk salah satu film yang di tunggu-tunggu publik kehadirannya tahun depan. Posternya sendiri menampilkan sang tokoh utama Aaron Paul sebelumnya Aaron Paul juga ikut serta bermain di serial tv Breaking Bad yang fenomenal tersebut. Ini adalah poster pertama yang dirilis DreamWorks dimana sebelum psoternya dirilis kita sudah bisa menyaksikan trailer dari filmnya. Film yang akan memperlihatkan aksi kebut-kebutan di jalanan ini kabarnya akan menjadi rival terkuat dari waralaba film Fast & Furious. Filmnya sendiri di sutradarai oleh Scott Waugh dengan mengusung tema action thriller di dalam filmnya. Aaron Paul berperan sebagai Tobey Marshall, Tobey adalah seorang pembalap jalanan berbakat dimana ia bersikeras menuntut balas dendam kepada Dino (Dominic Cooper), karena Dino sudah menjebak dirinya untuk sebuah kejahatan yang tidak pernah Tobey lakukan dan akibatnya Tobey pun masuk penjara selama dua tahun lamanya. Kid Cudi, dakota Johnson, Imogen Poots dan Michael Keaton dimana mereka semua ikut serta bermain di dalamnya.
ANCHORMAN 2 : THE LEGEND CONTINUES
S
ebelumnya, poster film Anchorman 2: The Legend Continues menampilkan ke empat karakter yang ada di filmnya seperti Ron Burgundy (Will Ferrell),Brian Fantana (Paul Rudd), Brick Tamland (Steve Carell) dan Champ Kind (David Koechner). Satu poster karakter baru saja dirilis dimana poster tersebut memperlihatkan istri dari Ron Burgundy, Veronica Corningstone, dimana karakter tersebut dimainkan oleh Christina Applegate. Seperti yang kalian lihat poster tersebut berdiri tegak diatas Central Park, New York City. Sekuel film ini disutradarai oleh Adam McKay. Film pertama Achorman yang berjudul Anchorman: The Legend of Ron Burgundy dirilis di gedung bioskop di tahun 2004. Anchorman 2: The Legend Continues akan tayang di gedung bioskop pada tanggal 20 Desember 2013, dan para pemain yang ikut serta di dalamnya ada Will Ferrell, Paul Rudd, Steve Carell, David Koechner, Christina Applegate, James Marsden, Kristen Wiig, Harrison ford. Film ini disutradarai oleh Adam McKay. Semoga sekuel filmnya bisa sukses di pasaran saat film ini sudah dirilis di publik. [Tyo]
now available on
@SCOOPToday
SCOOP
www.getSCOOP.com
SCOOP available for iPad, iPhone, iPod dan Android. Download SCOOP for free on App Store and Google Play.
All About Movie Reviews 2013’s Must See Biography Movies
Rush Saving Mr. Banks 12 Years a Slave Fruitvale Station Captain Phillips Lovelace Soekarno Jobs
40 42 44 46 48 50 52 54
2013’S best animation Movies
Epic
57
CWAC of Meatballs 2
58
Monsters University The Croods Despicable Me 2 Frozen The Wind Rises
58 59 59 60 61
Movies Reviews All is Lost 47 Ronin Hours Out of The Furnace Open Graves Police Story 2013 Killer Toon Chennai Express Bhaag Milkha Bhaag HAVE YOU EVER SEEN Tucker & Dale vs. Evil Lilya 4-Ever Moviemagz Februari 2014 38
64 66 68 70 72 74 76 80 81 84 86
Credit Writer : Hary Susanto ( Movienthusiast ), Azwar Hamzah, ajoem, Simpliciuos, Tyo, Achiel Khan
01 Excellent
85%
Menggetarkan, cantik, emosional dan inpiratif, Rush adalah opus dari seorang Ron Howard buat dua legenda balap Formula 1 yang tersaji dan persembahan terbaik untuk para penonton yang mencari sebuah drama olahraga megah dengan semangat rivalitas tanpa tandingan ini. ‘’A wise man can learn a lot from his enemies, rather than a fool from his friends’’ Dari Muhammad Ali-Joe Frazier (tinju), Roger Federer-Rafael Nadal (tenis), Valentino Rossi-Max Biaggi (Moto GP) sampai Cristiano Ronaldo-Lionel Messi (Sepak Bola), dunia olahraga seperti tidak pernah berhenti menciptakan kisahkisah persaingan sengit atlit-atlit hebat kelas dunia dalam usahanya mencapai yang terbaik, bahkan ajang balap jet darat Formula One punya kisah rivalitas mereka sendiri
RUSH yang tidak kalah luar biasanya, yang paling terkenal mungkin cerita dari legenda F1 asal Brasil, Aryton Senna dan rival abadinya, Alain Prost di musim 1988-1993. Tetapi jauh sebelum era SennaProst persaingan sengit antara dua pebalap hebat F1 yang menjadi cerita sejarah menarik sampai saat ini sudah terjadi antara James Hunt dan Niki Lauda, nah, berbekal kisah ini kemudian sutradra kaliber Oscar Ron Howard (Apollo 13, A Beautfiul Mind, Frost/Nixon) menghadirkan biopik kedua pebalap itu dalam Rush. Settingnya mengambil tahun 70′an, era di mana balapan formula masih sangat berbahaya dan memakan banyak korban. Pelakunya adalah James Hunt (Chris Hemsworth), pebalap Inggris flamboyan yang pertama kali bertemu rival abadinya, Niki
Lauda (Daniel Brühl), si jenius asal Austia di kasta terendah formula 3. Sejak saat itu percik persaingan sudah mulai tumbuh di antara mereka sampai pada akhirnya ajang bergengsi Formula 1 kembali mempertemukan kedua racer berbakat dan keras kepala ini. Lauda mewakili Ferarri sementara Hunt dengan McLaren-nya, keduanya terlibat dalam dua musim balap terbaik Formula 1 yang pernah ada. Tentu saja dengan track record semengkilap itu kamu tidak mungkin meragukan seorang sekaliber Ron Howard. Dan mengarap biopik mungkin sudah seperti sarapannya setiap pagi, lihat saja Apollo 13, A Beautiful Mind, Cinderella Man sampai Frost/ Nixon, semuanya punya kualitas sebuah biographi movie yang tinggi. Jadi tentu saja ada harapan begitu besar ketika ia menghadirkan Rush, Moviemagz Februari 2014 40
2013’s MUST SEE BIOGRAPHY MOVIES 7 FILM BIOGRAPHY PILIHAN DI TAHUN 2013
apalagi dengan dasar cerita yang semenarik itu. Dan benar saja, Rush bisa jadi adalah persembahan terbaik Howard. Pusat gravitasi narasinya ada pada rivalitas “benci tapi rindu” Lauda-Hunt yang keduanya dimainkan secara luar biasa oleh Daniel Brühl dan yang mengejutkan, Chris Hemsworth bersama karakterkarakter mereka yang bak langit dan bumi. Lauda digambarkan sebagai pria dingin, cerdas, penuh perhitungan dan kelewat percaya diri, dan meskipun hebat dalam memacu mobilnya ia tidak memiliki banyak fans karena sifat dan wajahnya yang pas-pasan. Sementara sang Dewa Asgard bertransformasi sempurna menjadi James Hunt, pebalap tampan dan flamboyan, baginya seks dan perempuan adalah sarapannya setiap hari, serta ketenaran dan Moviemagz Februari 2014 41
balapan adalah segalanya untuk ditaklukan. Namun apa yang terjadi bukan sekedar persaingan biasa, ada dorongan luar biasa yang merasuki keduanya, membuat mereka secara tidak langsung saling memberi kekuatan satu sama lain. Dalam perkembangannya, rivalitas tersebut menjadi rasa saling menghormati satu sama lain. Di bawah naskah olahan Peter Morgan, screenwriter yang pernah menghadirkanmu Tinker, Tailor, Soldier, Spy, Skyfall dan Frost/Nixon, dua karakter tadi diperlakukan seimbang. Kita diperlihatkan setiap kekurangan mereka sama besarnya dengan kelebihan masing-masing lengkap dengan segala konflik hidup dan romansa mereka di luar arena balap bersama kekasih-kekasih mereka. Penerapan jatah yang adil ini membuat penontonnya dengan mudah terikat dan peduli
kepada keduanya, dan tidak peduli siapapun yang menang di ujungnya nanti, kita sudah tidak lagi mempermasalahkannya. Rush punya presentasi yang sama baiknya dengan naskahnya. Setiap balapan tidak hanya terasa nyata ketika Howard dengan cerdas menggabungkan segala footagefootage asli dan desain produksi dan kostum era 70′an-nya, namun ia juga terlihat cantik dan keren dengan segala efek slowmo dan guyuran hujan yang ditempatkan pada saat yang tepat tanpa harus terkesan berlebihan bersama dukungan sinematografi ciamik dari veteran Anthony Dod Mantle yang berpadu padan dengan scoring epik na heroik sang master, Hanz Zimmer yang sukses menciptakan aroma magis dunia balap penuh emosi dan adrenalin yang tidak ada duanya.
Review by : Harry Susanto (MOVIENTHUSIAST)
02 Review by : Harry Susanto (MOVIENTHUSIAST)
Saving Mr. Banks tampil perkasa ketimbang biopikbiopik lain yang bermunculan tahun ini. Kudos buat para cast-nya yang bermain luar biasa, terutama pesona Emma Thompson yang menggerakan naskahnya sekaligus memudahkan kerja John Lee Hancock.
Excellent
82%
Ada Tom Hanks menjadi tokoh ikonik dunia, Walt Disney, tetapi seperti yang terlihat di posternya ia tidak sendiri, ada Emma Thompson juga di sampingnya berdiri sama tinggi. Ya, meskipun ada sosok besar Disney di dalamnya dan beperan penting tetapi Saving Mr. Banks bukan bercerita soal pencipta Mickey Mouse. Ini adalah biopik buat P. L. Travers, penulis asal Inggris yang terkenal dengan kepopuleran novel Mary Poppins legendarisnya itu yang bolak balik di adaptasi ke berbagai media termasuk yang paling terkenal; film musikal buatan Disney 1964 lalu. Lalu siapa Mr. Banks? Jika kamu sudah pernah membaca atau menonton Mary Poppins seharusnya tahu, tetapi jika belum mungkin Saving Mr. Banks adalah momen yang tepat untuk berkenalan dengannya. Settingnya berada di era 60′an, era di mana Walt Disney (Tom Hanks) sudah berhasil membangun kerajaannya. Sementara Di London, Pamela Lyndon Travers tengah mengalami krisis keuangan hebat, memaksanya untuk kembali berpikir menerima tawaran Disney untuk memberikan
izin mengadaptasi novel Mary Poppins-nya. Pada akhirnya kita tahu Disney mendapatkan hak itu dan Mary Poppins buatan mereka sukses besar, tetapi tidak semua mengetahui bahwa proses menuju ke sana itu sama sekali tidak mudah dan Saving Mr. Banks akan memberikanmu cerita dan suka duka di balik proses pra produksi adaptasi ambisius Mary Poppins plus mengetahui siapa sebenarnya Pamela Lyndon Travers dan tuan Banks yang ingin diselamatkan itu. Dulu mungkin tidak semudah sekarang mengadaptasi novel ke layar lebar, tidak semua penulisnya tergiur dengan uang dan ketenaran, terutama jika kita berbicara soal sosok “ajaib� bernama P. L. Travers, salah satu manusia paling keras kepala, paling jutek dan paling kolot yang mungkin pernah hidup di muka bumi ini. Ya, Saving Mr. Banks adalah segalanya tentang P. L. Travers, bagaimana kita awalnya mengenalnya sebagai sosok wanita paruh baya menyebalkan yang susah diajak kerja sama bahkan oleh Walt Disney sekalipun. Dan pastinya tidak mudah memainkan karakter sekompleks P. L. Travers, beruntung John Lee Hancock punya aktris sekaliber Emma Thompson yang mampu mengisi slot peran penting Travers dengan performa luar biasa. Moviemagz Februari 2014 42
2013’s MUST SEE BIOGRAPHY MOVIES Bisa jadi Thompson adalah salah satu penampil wanita terbaik tahun ini, bersanding kuat dengan Adèle Exarchopoulos (Blue is The Warmest Colour) dan Sandra Bullock (Gravity) Ya, Thompson adalah alasan mengapa Saving Mr. Banks bisa tampil begitu memikat. Travers adalah karakter yang susah di mainkan, bahkan dalam sebuah wawancara, Thompson sendiri mengakui hal itu. Jarang-jarang kita bisa melihat sebuah karkater yang sanggup dibenci sekaligus disayang dalam satu film, dan Thompson mampu menghadirkan semua sisi itu dengan sempurna. Saya tidak mengenal Travers, dan kita akan mudah men-judge karkaternya menyebalkan ketika ia menyebarkan segala aroma negatif di setiap kehadirannya sejak film bergulir. Tetapi selalu ada alasan di balik semua kekakuan karkaternya yang menjengkelkan, dan di sini adalah tugas Hancock bersama tim penulis naskahnya (Kelly Marcel dan Sue Smith) menghadirkan sisi lain Travers, membawa kita menelusuri masa kecil Helen Lyndon Goff (nama asli P. L. Travers) yang pahit ketika ia hidup paspasan bersama ayahnya, seorang bankir pemabuk dan ibunya yang depresi (dimainkan oleh Collin Farell dan Ruth Wilson). Flashback yang disajikan kejar-kejaran dengan masa dewasa Travers menjadi bagian penting sebagai pembentukan karkater Travers ke depan, membuat penontonnya bersimpati dan mengerti mengapa ia bersikeras melindungi Mary Poppins, hartanya yang paling personal dan berharga meskipun harus diakui juga bagian flashback-nya itu menjadi titik terlemah di dua jam lebih durasi Saving Mr. Banks. Salahkan Farell yang hanya maksimal di saat mabuk tetapi tidak meyakinkan sebagai ayah penyayang.
“ Winds in the east / Mist coming in / Like something is brewing / About to begin / Can’t put me finger / On what lies in store / But I feel what’s to happen / All happened before. ” Kita mungkin tahu bagaimana endingnya, tetapi selalu menarik melihat prosesnya, proses bagaimana sampai akhirnya Travers mau melepaskan Mary Poppins. Proses menarik ini Moviemagz Februari 2014 43
dihadirkan dengan mulus, penuh kehangatan oleh Hancock bersama segala set Los Angeles 60′an nya yang menyakinkan, dan , tentu saja kebesaran pesona Thompson sendiri termasuk juga pengaruh besar dari karkater-karkater lain, seperti misalnya Walt Disney (dimainkan dengan penuh karimastik oleh Tom Hanks) yang tak pernah putus asa membujuk Travers dengan segala cara, bahkan kamu bisa menilai sendiri bagaimana hebatnya kualitas casting Saving Mr. Banks yang sampai-sampai menjadikan seorang aktor macam Paul Giamatti berperan sebagai supir, ya, supir favorit P. L. Travers.
03
Great
82%
12 Years a Slave Bahkan karya “terburuk’ Steve McQueen macam ini bisa menjadi salah satu front runner terkuat tahun ini di berbagai ajang penghargaan film, termasuk Oscar tentunya. Ini semakin membuktikan kekuatan seorang Steve McQueen , meskipun yah, kali ini ia bermain lebih ‘aman’ bersama tema usang konvensional yang seperti hendak berteriak-teriak meminta award. Toh, ini tetap sebuah biopik kuat yang sukses meghadirkan jeritan dan pengharapan emosional dari masa lalu yang kejam.
enjara, ada apa dengan penjara yang seperti membuat sutradara Steve McQueen seperti terobesi dengannya. Di Hunger ada penjara IRA nyata nan kotor bersama siksaan kelaparan hebat, Shame memberikan arti lain, sebuah penjara psikologis bernama “adiksi seks” akut, dan yang terakhir ada 12 Years a Slave merampas
P
kebebasan manusia dalam kengerian sistem pebudakan. Ya, garapan terbaru McQueen ini punya tema sensiftif tentang sejarah horor kelam Amerika Serikat, tema klasik tentang rasisme dan slavery kesukaan para juri Academy yang sudah bolak balik sering diangkat ke media film (tahun lalu ada Django Unchained-nya Tarantino), dan tentu saja, Michael Fassbender. 12 Years a Slave sendiri adalah adaptasi dari memoar-nya Solomon Northup yang juga menjadi karkater sentralnya. Seperti judulnya, ini akan menceritakan 12 tahun kisah pedih Solomon (Chiwitel Ejiofor), pria bebas asal Saratoga Springs, New York menjadi Platt, budak belian pada era pra perang sipil sejak dua penipu dan peculik merenggut kebebasannya, menjualnya kepada makelar budak, Theophilus Freeman (Paul Giamatti) memisahkannya dari keluarga dan dunianya jauh ke ladang-ladang
perkebunan Louisiana, bekerja buat tuan-tuan tanah, dari yang baik hati macam William Ford (Benedict Cumberbatch) sampai merasakan sendiri siksaan batin dan fisik dari mandor rasis, John Tibeats (Paul Dano) dan Edwin Epps (Michael Fassbender), majikan yang kejam. Buat penonton yang akrab dengan karya-karya McQueen sebelumnya, kita sama-sama tahu bahwa film-filmnya sulit dinikmati, depressing, penuh hal-hal kotor dan brutal namun di sisi lain juga punya kedalaman emosional yang luar biasa, sebuah ketakutan dan proses bertahan hidup yang akan kamu dapatkan di 12 Years a Slave, drama tentang perbudakaan yang bisa jadi sebagai momen penebusan McQueen atas dikucilkannya Shame yang dipuji kritikus namun ditinggalkan oleh Oscar tahun lalu. Temanya memang mengandung kepedihan, lalu ada Moviemagz Februari 2014 44
2013’s MUST SEE BIOGRAPHY MOVIES
harus menyiksa budak yang diamdiam disukainya, dan segala kegalauan hebat itu berhasil dibawakan apik oleh ensemble cast-nya.
kengerian ketika melihat Chiwitel Ejiofor nyaris mati akibat digantung seharian sementara manusiamanusia disekitarnya bertingkah laku seperti tidak melihat apa-apa, atau ketika menyaksikan daging seorang budak wanita yang dimainkan pendatang baru, Lupita Nyong’o tercabik oleh sabetan keras cambuk sang majikan, tetapi dibandingkan dua film McQueen sebelumnya, 12 Years a Slave terasa lebih ‘ringan’ dan lebih besahabat untuk dikonsumsi, namun tetap ia tidak pernah sampai kehilangan sentuhan personal seorang McQueen ketika bersama penulis naskah John Ridley keduanya berhasil mendramatisir autobigrafi Solomon Northup dengan penuh hormat tanpa terlalu banyak mengutak-atik sumbernya, menjebakmu dalam plot jujurnya yang mengalir lancar dan intens, memberikan aroma kental horor masa lalu yang nyata melalui Moviemagz Februari 2014 44
gambar-gambar pemandangan ladang kapas Louisiana di musim panas, setiap ekpresi cemas para pemainnya hasil tangkapan DoP Sean Bobbitt yang menggetarkan, dan saya masih belum menyebut bagaimana scoring menghantui milk sang master Hans Zimmer berkumandang menyayat hati di sepanjang 134 menit durasinya. Tidak hanya menawarkan perjalanan seorang budak yang menjadi bagian sejarah suram dengan segala momen kebrutalannya, McQueen juga tahu bagaimana menghadirkan sisi lain yang bermain dengan rasa ironi dan situasi dilematis hebat yang menghinggapi setiap karkater, termasuk karakter majikan kulith putih di mana seperti manusia, tidak semuanya digambarkan jahat, sayang mereka terjebak dalam situasi serba salah. Bahkan yang jahat pun tidak lepas dari beban moral ketika
Sentralnya jelas ada pada pundak Chiwitel Ejiofor yang tahu benar bagaimana menyajikan peran terpenting dalam kariernya sejauh ini sebagai Solomon yang malang, seorang budak terpelajar yang mesti merendahkan dirinya, terpisah dari keluarga tercintanya untuk terpaksa menyaksikan kerasnya hidup sebagai pekerja pakasa selama bertahuntahun menunggu secercah harapan yang membeaskan di ujung terwongan gelap. Setiap Ekspresi dan gestur Ejiofor berhasil mengisyaratkan semua ketakukan dan kecemasannya akan nasibnya yang tak pasti. Sementara karakter-karakter lain pun bermain sama bagusnya, tidak ada satupun yang tampak terbuangam, lihat saja Michael Fassbender, lihat new comer macam Lupita Nyong’o, meskipun dengan porsi yang jauh lebih sedikit keduanya adalah bintang sebenarnya dari 12 Years a Slave, bahkan kemuculan sang produser, Brad Pitt sebagai tukang kayu karimatik yang hanya secuil pun juga punya andil besar dalam pengerakan narasinya.
Review by : Harry Susanto (MOVIENTHUSIAST)
04 GREAT
81%
Fruitvale Station Tidak heran ia menjadi favorit di ajang Sundance lalu. Ketimbang sebuah reka ulang, Fruitvale station seperti sebuah biopik singkat, sebuah penghormatan terbesar buat Oscar Grant. Tidak peduli seberapa banyak yang kamu ketahui tentang insiden tragis itu, Fruitvale Station akan menghajarmu telak emosimu. Ini adalah film sederhana tentang merayakan hidup baru dan penebusan dalam kematian tragis. Selalu ada alasan di balik setiap kejadian, yang terburuk sekalipun.
T
ahun baru 2009 lalu menjadi tahun baru yang tidak akan pernah dilupakan buat keluarga, kekasih dan teman-teman Oscar Grant. Stasiun pemberhentian kereta api bawah tanah, Fruitvale Station yang terletak di jantung
Oakland, California itu menjadi saksi bisu dari cerita tragis pemuda kulit hitam 22 tahun yang tewas mengenaskan di tangan polisi yang menurut pengakuannya keliru mengambil pistol alih-alih teaser. Banyaknya saksi mata yang merekam kejadian horor itu melalui telefon gengam mereka membuat Insiden ini kemudian menjadi sebuah kehebohan dan memancing protes keras di masyarakat pada saat itu. Mungkin sebagian dari kamu sudah mengetahui cerita ini, sebagian lagi mungkin belum. Dan tentu saja kamu bisa membacanya lengkap runtutan kejadiannya di wikipedia atau banyak sumber
lain, tetapi sutradara debutan Ryan Coogler tidak hanya ingin menghadirkan reka ulang tentang apa yang terjadi di pagi buta pasca pergantian tahun 2009 lalu mentah-mentah. Seperti yang dikatakannya dalam sebuah wawancara, “Saya ingin para penontonnya mengenal pemuda ini, terlibat langsung dengannya, jadi ketika kejadian itu datang kepadanya, itu tidak seperti yang kamu baca di berita, kamu tahu maksud saya? ketika kamu mengenal seseorang sebagai sosok manusia, kamu tahu bahwa hidup itu punya arti.� Coogler yang turut menuliskan naskahnya menarik ceritanya sedikit mundur ke belakang, ke beberapa hari
2013’s MUST SEE BIOGRAPHY MOVIES
sebelum Oscar muda meregang nyawa di lantai dingin Fruitvale Station. Untuk film yang hanya berdurasi kurang dari satu jam setengah, Coogler sudah memberikan banyak hati buat dan simpati penontonnya dari sosok Oscar. Oscar sendiri digambarkan bukan sosok manusia sempurna, ia pernah melakukan kesalahan di masa lalu dengan masalah kriminalitas, perselingkuhan dan narkoba yang mengecewakan orang-orang terdekatnya. Tetapi selalu ada hari baru buat orang bertobat. Di sini Coogler perlahan namun pasti dengan segala presentasi dan teknisnya senatural mungkin mendramatisasi hari-hari terakhir Oscar tanpa pernah menjadi dramatis.
Menyajikan semembumi mungkin bagaimana proses Oscar memperbaiki hidupnya, menjalani kesehariannya menjadi ayah, kekasih, anak dan teman yang baik buat putri semata wayangnya, kekasih, ibu dan sahabat-sahabatnya tanpa pernah tahu apa yang sudah menunggunya di depan nanti. Sementara, sebagai penontonnya, kita sudah tahu persis apa yang terjadi nanti di akhir ketika Coogler memberikan footage asli peristiwa naas itu di awal film dan proses menuju ke sana menjadi salah satu pengalaman paling mendebarkan, seperti menunggu hitungan mundur tahun baru, hanya tidak ada keceriaan di ujungnya.
Penampilan cemerlang jebolan teen-sci fi Chronicle dan serial televisi Friday Night Lights, Michael B. Jordan turut menjadi alasan mengapa film yang diproduser oleh Forest Whitaker ini tampil meyakinkan. Mungkin kita tidak mengenal siapa Oscar, tetapi apa yang dilakukan Jordan sedikit banyak sudah mendekatkan kita pada sosok pemuda 22 tahun itu termasuk bagaimana keseharian dan pribadinya. Tetapi tidak hanya Jordan yang bagus ada Melonie Diaz yang memainkan kekasih Oscar, Sophina Mesa dan Octavia Spencer sebagai sang ibu yang tampil sama kuatnya, memberikan kehangatan sebuah keluarga dalam menemani harihari terkahir Oscar yang malang.
Review by : Harry Susanto (MOVIENTHUSIAST)
05
Great
80%
Captain Phillips Sebuah adaptasi kisah nyata berkelas dari seorang Paul Greengrass yang membawa arti ketegangan setingkat lebih tinggi ke tengah lautan lepas. Captain Phillips diisi dengan kadar suspense yang terus meningkat, narasi adaptasi yang rapi dan akting fantastis dari Tom Hanks dan pendatang baru Barkhad Abdi sebagai para pemimpin kapal yang berbeda kepentingan. Shaky cam, zoom out, ketegangan tingkat tinggi dan dua seri Bourne yang meledak, sutradara nominator Oscar berambut putih panjang Paul Greengrass muncul lagi untuk mengaduk-aduk adrenalin kita di biopik terbarunya pasca actionthriller terakhirnya, Green Zone tiga tahun lalu. Seperti United 93 yang juga pernah dibidaninya, narasi Captain Phillips didasarkan pada
peristiwa yang benar-benar terjadi pada April 2009 lalu. Peristiwa mengerikan yang mungkin tidak akan pernah dilupakan oleh seorang Kapten Richard Phillips asal Amerika di mana kapal kargo, MV Maersk Alabama yang berisi 20 awak kapal dan 17.000 ton kontainer dibajak oleh para perompak Somalia di pesisir timur Afrika. Setelah darat dan udara, kini Greengrass membawa setiap menit penuh lonjakan adrenalain berkecepatan tinggi dengan segala signature-nya ke tengah laut lepas bersama Tom Hanks dalam wujud Kapten Phillips malang yang harus berhadapan dengan bajak laut Somalia pimpinan Muse (Barkhad Abdi). Durasinya kurang lebih dua jam, cukup panjang untuk ukuran sebuah action-thriller tentang pembajakan dan penyanderaan
di tengah laut yang naskahnya di adaptasi oleh Billy Ray (The Hunger Games) dari memoar sang Kaptan, A Captain’s Duty: Somali Pirates, Navy SEALs, and Dangerous Days at Sea. Dan kamu tahu, dari dua jam itu Greengrass hanya memberimu kurang dari 15 menit waktu santai. Dimulai sejak opening-nya yang memperkenalkan karakter sang Kapten dan bagaimana ia menjalankan tugasnya di MV Maersk Alabama. Dan setelah pandangan pertamanya dengan dua kapal kecil perompak itu terjadi, kadar susnpense-nya tidak pernah turun lagi sampai klimaks emosioalnya itu yang melibatkan angkatan laut Amerika dan U.S. Navy SEAL-nya. Kita tahu kapasitas Greengrass dalam menghasilkan thriller aksi berkualitas itu
2013’s MUST SEE BIOGRAPHY MOVIES
tidak usah diragukan lagi, dan menghadirkan dramatitasasi dari peristiwa nyata tanpa terkesan menjadi terlalu pop-corn cheesy termasuk memindahkan lokasinya ke tengah laut lepas itu jelas bukan pekerjaan mudah, apalagi mengingat lokasi syuting Captain Phillips sendiri memang dilakukan di tengah laut, tepatnya laut Mediterranean di Malta dengan kapal kargo sungguhan selama sembilan minggu dengan segala resiko besarnya. Sementara naskahnya juga mengalami tambal sulam seperlunya untuk dapat disesuaikan untuk standar sebuah
“
Captain Phillips :Listen up, we have been boarded by armed pirates. If they find you, remember, you know this ship, they don’t. Stick together and we’ll be all right. Good luck.
film hiburan yang berkualitas. Dalam Captain Phillips tidak hanya porsi ketegangannya yang diperhatikan karena jika hanya mengandalkan itu saja film ini bisa saja berakhir lebih cepat. Seperti judulnya, fokusnya ada pada karakter Kapten Phillips karismatik yang dimainkan Hanks. Greengraas memberi banyak waktu buat si “Forrest Gump” untuk mengeksplorasi karakternya, dari bagaimana pengalamannya memimpin sebuah kapal, ketenangannya dalam menghadapi situasi genting dan setiap keputusan penting yang diambilnya, tetapi Kapten kita yang berani tetap adalah manusia biasa yang masih punya rasa takut dan panik ketika nyawanya tergantung di tangan-tangan para perompak kejam. Puncaknya ada di ujung cerita ketika Hanks secara emosional mengeluarkan seluruh
kemampuannya untuk mewakili perasaan sang Kapten selama proses penyenderaan, dan dengan penampilan sebaik itu, mungkin saja para juri Academy akan meliriknya kali ini, setidaknya peluang masuk nominasi sebagai pemeran utama terbaik terbuka lebar. Sementara lawan main Hanks tidak kalah hebatnya. Barkhad Abdi yang didapuk sebagai pimpinan bajak laut adalah aktor asli Somalia yang baru pertama kali bermain film dan bertemu pujaanya, Tom Hanks. Dan apa yang dilakukan Abdi adalah hal yang fantastis secara dengan meyakinkan ia sukses memberikan gambaran bagaimana tangguhnya para pembajak Somalia dan di sisi lain ada kenaifan dan kesedihan tak terlihat dari setiap ucapan yang membuat penontonnya turut bersimpati dengan karakternya.
Review by : Harry Susanto (MOVIENTHUSIAST)
“
06
LOVELACES Terlalu sempit untuk sebuah biopik milik orang sebesar Linda Lovelace, terlalu aman untuk film bertema perjalanan seorang bintang porno. Lovelace sesungguhnya punya potensi menjadi sajian bagus yang menginspirasi. Sayang Rob Epstein dan Jeffrey Friedman hanya bermain dikulit luarnya saja.
Review by : Harry Susanto (MOVIENTHUSIAST)
diraup oleh film porno pertama yang menampilkan adegan blow job itu. Tetapi kita tidak membicarakan lebih jauh soal Deep Throat yang pastinya terlihat cupu ketika kamu menontonnya saat ini. Duo sutradara spesialis dokumenter; Rob Epstein dan Jeffrey Friedman jelas punya materi bagus untuk mengangkut kisah hidup Linda ke layar lebar. Bukan hanya karena wanita kelahiran Bronx, New York itu Jadi siapa sebenarnya Linda Lovelace? adalah bintang besar pada Sampai-sampai seperti yang pernah era keemasan film porno tiga terjadi pada Abraham Lincoln tahun dekade lalu namun dibalik lalu, ada dua biopik tentang dirinya segala keglamoran hidupnya yang dirilis tahun ini. Bagi yang belum ia punya kisah menarik untuk mengenal Linda Lovelace mungkin difilmkan. anda terlahir pada waktu yang salah Buku autobiografi atau mungkin pengetahuan bokep Linda, Ordeal terbitan anda masih kurang, ya, pemilik nama 1980 sebenarnya sudah asli Linda Boreman ini adalah bintang lebih dari cukup menjadi modal porno era 70′an yang namanya bagi Epstein dan Friedman untuk melambung tinggi menjadi salah satu membeberkan segalanya, sayangnya legenda dalam dunia blue film pasca itu tidak terjadi di sini. Ada suatu Deep Throat yang fenomenal itu. FYI, masa berliku sebelum Deep Throat Deep Throat sendiri adalah salah satu dan pernikahannya dengan film porno pertama yang dibuat serius manejer sekaligus suaminya (menggunakan plot, pengembangan yang brengsek, Chuck karkater dan teknis sinematis yang Traynor (dimainkan oleh niat), konon 600 Peter Sarsgaard) yang juta Dollar berhasil
2013’s MUST SEE BIOGRAPHY MOVIES tidak terungakap, masa-masa di mana kehidupan Linda berada dititik terendah (hidup di keluarga pekerja yang tidak bahagia, hamil diluar nikah, dan kecelakaan lalu lintas serius di mana ia terkena hepatitis karena tranfusi darah tidak sehat) yang seharusnya bisa memberi kedalaman lebih buat Lovelace. Bahkan paska Deep Throat di mana ia bertobat dan menjadi aktivis anti film porno juga hanya tergambar cepat melalui wawancara tanpa adanya proses ke sana. Yang terjadi di kurang lebih satu jam setengah durasinya seperti versi “mulus” perjalanan hidup Linda di sepanjang 13 tahun. Epstein dan Friedman seperti membanginya dalam dua segmen besar. Segmen pertama saya menyebutnya segmen “bahagia” Linda, dimulai ketika ia masih berusia 21 disaat pertama kali ia bertemu dengan Chuck Traynor yang berjasa membawanya kepada Deep Throat dan kehidupan glamornya sebagai selebriti baru. Segmen kedua adalah segmen “penderitaan” Linda
di mana kita melihat segmen pertama dari sudut pandang berbeda. Ada banyak kepedihan dibalik pamornya sebagai bintang porno tenar yang semuanya datang dari suaminya sendiri yang serakah, suka menyiksa dan ‘menjual’ tubuhnya. Tetapi seperti saya bilang di atas, Lovelace bergerak terlalu cepat dan fokusnya hanya berkutat pada sebagian hidup Linda serta melulu pada Deep Throat dan suaminya yang abusive. Narasinya mungkin terlalu dangkal untuk sosok sebesar Linda Lovlace, namun saya menyukai bagaimana Epstein dan Friedman membungkus kisah Linda dalam balutan presentasi yang menarik. Tidak hanya menampilkan setting 70′an yang akurat termasuk dandanan, busana retro kental dan behind the scene pembuatan Deep Throat bersama “cameo-cameo” bintang porno besar lainnya, termasuk kehadiran juragan Playboy, Hugh Hefner yang dibawakan oleh James Franco, namun juga secara visual kita seperti menonton kembali film berusia 30 tahun dengan segala efek dan musik jadulnya. Kekurangannya untuk biopik tentang bintang porno, Lovelace bermain terlalu aman apalagi jika kamu membandingkannya dengan Boogey Nights-nya Paul Thomas Anderson yang keren itu. Tentu saja sebuah biopik tidak lengkap tanpa cast-nya yang kuat. Amanda Seyfried bermain bagus sebagai Lovalace yang malang, tetapi narasi yang sempit membuatnya tidak bisa berkembang lebih jauh lagi. Sementara Peter Sarsgaard tampil lebih baik sebagai Chuck Traynor, dan itu tidak terlalu mengherankan. Yang mengejutkan mungkin adalah penampilan Sharon Stone sebagai Dorothy Boreman. Tidak hanya penampilannya yang susah dikenali namun Stone juga berhasil mengisi peran sebagai ibu Linda yang kolot dengan sangat baik, sayang ia tidak kebagian screen time yang cukup untuk dapat mengeksplor salah satu karakter terbaik dalam kariernya itu.
FAIR
69% Moviemagz Februari 2014 51
FAIR
07
67%
SOEKARNO “Sebuah biopik ambisius dari seorang Hanung Bramantyo yang gagal untuk menangkap kebesaran tokohnya. Membangi narasinya bersama subplot tentang percintaan adalah hal yang kurang pintar, ditambah lagi penampilan lemah Ario Bayu yang tidak mampu mewakili kharisma seorang pemimpin besar yang pernah hidup di negeri ini.� Sang Pencerah seperti membuktikan bahwa seorang sutradara macam Hanung Bramantyo bisa membuat film apa saja, termasuk biopik yang rumit sekalipun ketimbang hanya film-film provokatif tentang agama. Dan kali ini ada nama lain, nama lebih besar yang kisah hidupnya coba dirangkum Hanung ke layar lebar. Seperti Review by : Harry Susanto (MOVIENTHUSIAST)
yang kita ketahui, beliau adalah salah satu tokoh paling penting dalam sejarah negeri ini, presiden pertama Indonesia, Bapak Prokalmator kita, Kusno Sosrodihardjo a.k.a Soekarno. Layaknya sebuah biopik sejati, kisah Soekarno mencoba memulai segalanya dari awal meskipun opening-nya menghadirkan peristiwa penangkapan Seokarno pertama kali. Semuanya di awali ketika Soekarno kecil dilahirkan di Surabaya, ketika ayahnya, Soekemi (Sujiwo Tejo) terpaska mengganti namanya karena ia sering sakit-sakitan dan perjalannya menuju kedewasaan. Semua masa kecil Soekarno berusaha ditampilkan Hanung dalam tempo yang cepat karena fokusnya memang ada pada saat Seokarno dewasa dan bagaimana perjuangannya mencari kemerdekaan buat Indonesia
sejak era penjajahan Belanda sampai Jepang. Ya, sebenarnya semua cerita perjuangan Soekarno dari kelahirannya, pembuangannya ke Ende oleh Belanda sampai pada akhirnya ia membacakan teks prokolamasi tanda kemerdekaan Indonesia yang historik itu sudah kamu ketahui lengkap dalam lembar-lembar pelajaran sejarah di sekolah, termasuk familiarnya banyak tokoh-tokoh pejuang kemerdeakaan Indonesia yang pernah kita baca macam, Bung Hatta (Lukman Sardi), Sjahrir (Tanta Ginting), Sayuti Melik (Stefanus Wahyu), Ki Hadjar Dewantara (Agus Mahesa). Dan sebagai sebuah versi live action dari diktat sejarah, Hanung sudah melakukan pekerjaan rumahnya dengan baik, sayang sebagai sebuah film, Soekarno bisa dibilang kurang maksimal menghadirkan sisi
2013’s MUST SEE BIOGRAPHY MOVIES
sebagai politisi handal, sayang hasilnya tidak melebur dengan baik. Tidak ada dasar cerita pertemuan Soekarno dan Inggit, hasilnya malah menjadikan wibawa dan karisma karakter Soekarno itu sendiri tenggelam di balik urusan cinta karena kentalnya paham poligami, terlepas dari fakta bahwa Soekarno sendiri memang adalah seorang womanizer handal pada waktu itu.
“
Ario Bayu menjadi yang dipilih diantara Agus Kuncoro, Anjasmara dan Darius,” ujar Hanung . “Empat aktor itu yang ikut casting sebagai Soekarno.
“
hiburannya, malah kalau mau dibilang ini adalah biopik yang sedikit membosankan dengan durasi melelahkan, bergerak terlalu terburu-buru serta dipanjang-panjangkan oleh side story yang sebenarnya tidak perlu. Side Story yang saya maksud adalah cerita tentang masalah pribadi Soekarno, dalam hal ini adalah hubungan asmara segitiganya dengan istri keduanya, Inggit (Maudy Kusnaedi) dan bekas muridnya, Fatmawati (Tika Bravani). Entah mencoba mengikuti kesukesan Habibie & Ainun yang notabene memang difokuskan sebagai biopik asmara, di sini Hanung bersama penulis naskah Ben Sihombing mencoba mengeksploitasi sisi “selalu ada wanita hebat di balik setiap kesuksesan seorang pria besar” satu ini dengan porsi yang sama banyaknya dengan posisi seorang Seoekarano
Perihal tentang wanita dan segala kisah cintanya ini juga yang menjadi subjek kontroversial terlebih ketika pihak keluarga Soekarno yang diwakili anak perempuanya, Rachmawati Soekarnoputri, sampai-
sampai melaporkan Hanung ke pihak berwajib karena merasa banyaknya hal-hal di filmnya yang tidak sesuai dengan fakta tentang kakeknya tersebut. Side story percintaan yang bermasalah itu ini masih diperparah dengan penampilan Ario Bayu yang mengecewakan. Fisik dan parasnya mungkin menunjang, tetapi pemeran Satrio dalam Catatan Harian si Boy itu gagal menghadirkan kharisma besar seorang pemimpin bangsa yang disegani hingga sekarang. Kecuali pada bagian rayu-merayunya, Ario Bayu tidak pernah berhasil mengundang rasa simpati dalam setiap momennya. Beruntung ia ditemani peran pendukung yang bermain bagus macam Lukman Sardi, Moedy Koesnadi sampai Tika Bravani. Sementara naskahnya terasa compang camping, dan pemilihan karkater utamanya lemah, teknisnya juga bukan yang terbaik dari seorang Hanung Bramantyo. Pemilihan tone kelabu untuk menguatkan kesan jadulnya malah mengurangi tingkat ketajaman visualnya termasuk menutupi keindahan sineamtografi Faozan Riza. Selain irama lagu perjuangan klasik yang medapatkan gubahan bagus dari Tya Subiakto guna megedor emosimu sayang scoring lainnya terasa menggelikan ketika harus dipaksa dipas-paskan dengan momennya. Sisanya, tidak terlalu buruk, khususnya pada bagian set yang meyakinkan meskipun terasa familiar karena bolak balik sering dipakai untuk set film lain.
08
FAIR
60% Lihat kan, tidak pernah membuat sebuah biopik, tidak peduli seberapa besarnya tokoh yang diangkat dengan segala kehebatan kisah hidupnya, selama tidak didukung dengan casting yang bagus dan pengerapan yang pantas ia hanya sekedar menjadi tontonan menghibur tanpa arti.
S
teve Jobs, kamu bisa menyebut manusia ini adalah anomali abad 21. Penggemar teknologi menyamakannya dengan Enstein buat era digital, pemakai produk Apple menganggapnya Tuhan mereka, terlebih ketika ia sukses membawa perusahaannya menjadi yang termahal 2o12 lalu setelah sebelumnya sempat terpuruk di era 90′an, para movigeoers menjadikannya salah satu pelopor yang berada di balik kesuksesan luar biasa Pixar
JOBS
dan mantan kekasihnya sempat mengatakan ia adalah ayah yang tidak bertanggung jawab, tetapi apapun sebutan buatnya, kita semua sepakat bahwa Steven Paul “Steve� Jobs adalah sosok besar yang sudah merubah dunia dengan segala inovasi dan kejeniusannya, khususnya di ranah komputer dan gadget bersama perusahaan komputernya, Apple Inc. yang dibangunnya dari garasi orangtua angkatnya, Jadi biopik adalah salah satu cara terbaik dari dunia film untuk menghormati Jobs pasca kepergiannya Oktober 2011 lalu, tentu saja membuatkannya sebuah biopik yang bagus. Tetapi apa yang terjadi? Ada Aston Kutcher di dalamnya, dan ia berperan sebagai Steve Jobs! Tentu saja ini mengejutkan ketika pertama kali nama Kutcher di pilih untuk mengisi
slot utama, bahkan tidak sedikit yang menganggapnya penghinaan. Bukan saya meremehkan kualitas seorang Aston Kutcher, ia tampil bagus di thriller fiksi ilmiah Butterfly Effect dan beberapa romcom lainnya, tetapi ini Jobs, sebuah film biografi yang membuthkan cast lebih besar dari seorang komedian jebolan serial televisi dan pembawa acara prank. Jujur, Kutcher tampil cukup bagus di sini ketika ia sukses membuang imej nakalnya jauh-jauh. Tetapi yang kita lihat di sini bukan sosok Jobs, tidak peduli seberapa keras usahanya membuat setiap gesturnya terlihat mirip dengan CEO Apple itu termasuk ketika tim make-up bekerja dengan baik mempermak wajahnya di awalawal film dalam momen come back Apple dengan iPod-nya 2001 lalu, bagi saya ia tetap terlihat sebagai
2013’s MUST SEE BIOGRAPHY MOVIES
Kutcher yang kucel dengan akting dan kacamata bulat yang hanya sedikit membuatnya lebih serius terutama ketika ia sedang meneriaki bawahannya. Untung saja beberapa karakter pendukungnya tampil lebih meyakinkan, dari sahabat Jobs sekaligus pendiri Apple, Steve Wozniak yang di mainkan Josh Gad, investor pertama Apple, Mike Markkula dalam wujud Dermot Mulroney sampai petinggi Apple Arthur Rock oleh J. K. Simmons. Oke, meskipun tampil tidak buruk tetapi casting utamanya dan menjadi bagian terpentingnya bisa dibilang miss, jadi saya berharap banyak pada naskah Matt Whiteley dan penyutradaraan Joshua Michael Stern (Swing Vote) yang bisa meyakinkan kita bahwa biopik yang kita tonton memang benar menceritakan kisah hidup Steve Jobs, sayang departemen satu ini Moviemagz Februari 2014 55
juga mengecewakan. Ya, beberapa bagiannya berhasil dibuat dengan meyakinkan, set, kostum, makeup. Narasinya sendiri dimulai dari Reed College di tahun 1974, di saat Jobs muda yang drop out sedang menikmati hidupnya. Dari sini alurnya bergerak cepat, terlalu cepat malah sampai-sampai Whiteley memilih untuk mengorbankan banyak sisi personal Jobs yang hanya digambarkan lewat kelebatankelebatan kecil guna mempercepat semuanya ke bagian terpenting; di saat Jobs bersama Steve Wozniak menemukan Apple I yang menjadi cikal bakal segalanya. Dan ketika kemudian Whiteley mencoba memasukan lagi elemen personalnya, itu sudah terlambat, karena sebagai penonton kita tidak diikat dari awal dengan perjalan karakternya menuju ke titik utama, tidak hanya itu,
kehidupan pribadi Jobs juga tidak dieksplorasi dengan maksimal, ia seperti cerita pendompleng semata yang digarap malas-malasan dan terkesan dipaksakan untuk ikut masuk ke narasi utamanya tanpa bisa bersatu dengan kuat. Singkat kata, ini biopik yang hanya bisa kita amati, bagaimana rekonstruksi perjalanan karier Jobs dari garasi yang sempit sampai menjadi legenda abadi teknologi lengkap dengan segala jatuh bangunnya plus sedikit pengetahuan tentang sejarah perkembangan komputer yang memberi banyak ilmu buat penontonnya. Menghibur? Mungkin, Sayang kita tidak bisa merasakan adanya sebuah ambisi besar dari seseorang yang sama besarnya, bagaimana ia berkembang, semuanya seperti mentah-mentah disuapi ke penontonnya tanpa membuat kita peduli dengan karakter-karakternya.
7 Film Animasi terbaik Tahun 2013
ahun 2013 meninggalkan banyak kenangan dalam dunia perfilman yang meninggalkan kesan mendalam bagi penikmatnya. Tak terkecuali untuk film animasi, di tahun 2013 dominasi film animasi dalam hal menjejali Box Office tidak dapat diremehkan. Sekalipun mayoritas film yang beredar diantaranya merupakan sekuelsekuel film animasi yang pernah melejit yang berani untuk membuat bab baru filmnya, tetapi beberapa film-film garapan rumah produksi animasi terkenal mencoba peruntungannya di ranah perfilman lewat karya inovasi baru yang mereka buat. Lantas, film-film apa saja yang berhasil mendapatkan kepopulerannya dan layak masuk dalam daftar ini? [Simplicious]
T
Moviemagz Februari 2014 51
7 Film Animasi terbaik Tahun 2013
7
EPIC
E
pic. Merupakan film animasi yang diadaptasi dari buku berjudul “The Leaf Men and the Brave Good Bugs� karya William Joyce. Film ini menceritakan tentang tentang seorang gadis remaja bernama Mary Katherine (Amanda Seyfried) yang sedang tersesat di hutan dalam keadaan tubuhnya menyusut menjadi sangat kecil. Kejadian tersebut terjadi setelah sebelumnya, ia mengunjungi sang ayah, Professor Bomba (Jason Sudeikis). Kemudian Mary Katherine bertemu dengan sekumpulan prajurit kecil yang dinamakan Leaf Men. Para Leaf Men ini merupakan makhluk yang bertugas untuk melindungi hutan tersebut dari ancaman makhluk jahat. Mau tak mau, Mary Katherine pun terlibat dalam pertempuran antara kedua pihak sambil berusaha mencari tahu bagaimana caranya bisa kembali ke ukuran aslinya dan pulang ke rumah. Film
ini juga diisi oleh pengisi suara dengan nama-nama besar diantaranya. Bahkan tidak hanya aktor-aktris Hollywood kelas kakap mengisi karakter Epic seperti Mary Katherine (Amanda Seyfried), Ronin (Colin Farrell), Nod (Josh Hutcherson), Mandrake (Christoph Waltz), tetapi juga hadir beberapa musisi papan atas macam personil Aerosmith berperan sebagai Nim Galuu (Steven Tyler), Bufo (rapper Pitbull), dan Rahasia suksesnya thriller juga Queen Tara (penyanyi pop kondang BeyoncĂŠ garapan Adam Wingard Knowles). Namun, sekalipun banyak bintang besar ini ada pada takaran yang menjadi pengisi suara dalam film ini, nyatanya blood, gore, black comedy hal itu kurang berpengaruh pada penguasaan dan berimbang yang tidak kuatnya karakter yang masing-masing mereka hanya menjadi sebuah perankan. Intinya, Epic merupakan film dengan sajian sadis penuh darah grafik animasi 3D yang sangat memukau, tetapi tidak yang menegangkan namun diimbangi dengan voice-actingnya. juga mengundang senyum di saat bersamaan. Ia juga dimeriahkan dengan Review By Simplicious MOVIEMAGZ
7 Film Animasi terbaik Tahun 2013
6
Cloudy With A Chance of Meatballs 2
K
onsep premis film yang ditawarkan sangat unik, mungkin ketika tidak menyadari kalau Cloudy with a Chance of Meatballs (2009) ini bukanlah berasal dari rumah produksi Walt Disney, Pixar, ataupun DreamWorks. Yeah, film ini juga satu rumah produksi dengan The Smurfs, yaitu Sony Pictures. Back to the topic, Cloudy with a Chance of Meatballs 2 melanjutkan kisah setelah seri pertama, yang dimana Flint Lockwood (Bill Hader) mengetahui bahwa mesin yang dahulu diciptakannya ternyata masih bekerja tanpa disadari. Tetapi, bukannya menghasilkan makanan, mutasi yang terjadi membuat mesin ini menghasilkan makhluk hibrida antara makanan dan hewan. Sehingga Swallow Falls berubah menjadi hutan belantara yang berisi
hewan dan tumbuhan yang termutasi dengan makanan. Setelah mengungsi ke San Franjose, Flint bersama pacarnya, Samantha “Sam” Sparks (Anna Faris) seorang reporter cuaca dan teman-temannya bersama-sama berusaha untuk menemukan FLDSMDFR dan menghancurkannya. Mungkin sedikit lebih baik dibandingkan seri pertama, karena pada seri kedua ini menghadirkan tantangan yang lebih dari sekedar kehujanan makanan, dan juga hadirnya sesosok karakter villain, Chester V (Will Forte). Dan jangan lupakan tampilan visual eye-popping yang membuat film ini menarik.
Monster University
M
5
ungkin sulit untuk dibayangkan ketika diumumkan kabar salah satu film terbaik yang pernah dibuat Pixar, yaitu Monster. Inc akan dibuatkan seri kisahnya yang baru. Muncul berbagai anggapan dan spekulasi , baik pro maupun kontra, namun toh Pixar yang sedang “buntu ide” tetap melanjutkan idenya yang sempat tertunda untuk memproduksi Monster University. Kisah Monster University ini merupakan prekuel dari Monster. Inc, jadi menceritakan saatsaat dimana lakon-lakon Monster Inc. seperti
Michael “Mike” Wazowski (Billy Crystal) dan James P. “Sulley” Sullivan (John Goodman) melakoni sebagai mahasiswa di Monster University. Premis kisah di film ini, akan fokus pada awal cerita Mike dan Sulley bertemu yang awalnya bersaing, saling bermusuhan, dan akhirnya mereka menjalin persahabatan yang erat. Juga tentang usaha untuk menjadi monster paling menakutkan di Monster University. Ya, mungkin Anda tidak akan menjumpai hal baru yang menarik, karena Pixar dinilai terlalu bermain aman dan kekurangan ide segar. Jangan berekspektasi terlalu tinggi atau membandingkan dengan kakaknya yang berumur 12 tahun lebih tua itu, karena Monster Inc. sudah terlalu menetapkan batasan kualitas tinggi dan tidak mungkin dilampaui oleh sang adik. Tetapi, sekalipun begitu Monster University masih tetap layak untuk disaksikan, jika Anda punya rasa kangen pada monster-monster imut yang berusaha menjadi menakutkan, atau sekedar nostalgia tanpa menyaksikan film 12 tahun yang lalu.
7 Film Animasi terbaik Tahun 2013
4
THE CROODS
Tentu barang mungkin kalau jika dibandingkan dengan Walt Disney dan Pixar, bisa dikatakan DreamWorks di bawah satu tingkat. Tetapi jangan pernah meremehkan film-film yang mereka produksi. Untuk tahun 2013, DreamWorks memusatkan perhatiannya untuk memproduksi sebuah film bersetting jaman purba bertajuk The Croods. DreamWorks yang bekerja sama dengan 20th Century Fox ini pun tak main-main untuk membuat film ini, bahkan mereka menghadirkan bintang-bintang Hollywood terkenal untuk
3
Despicable Me 2
Sebelumnya tak ada yang menyangka bahwa film Despicable Me (2010) yang notabene dikerjakan oleh rumah produksi kecil, Illumination Entertainment berhasil diperhitungkan namanya di dunia perfilman dan laris di pasaran. Bahkan juga dengan makhluk kuning menggemaskan berbentuk “jellybean� bernama Minion yang lebih popular ketimbang karakter utama si Gru (Steve Carell), yang jelas-jelas menjadi maskot dari film garapan sutradara keturunan Padang, Pierre Coffin dan partnernya Chris Renaud. Dan tentu, sekuel kedua hadir dengan menyediakan Review By Simplicious MOVIEMAGZ
porsi yang lebih besar untuk para Minion. Namun, plot cerita akan mengedepankan awal kisah si Gru yang sudah tidak lagi jahat ini, ketika Gru dimintai pertolongan oleh Anti-Villain League, untuk menemukan keberadaan penjahat super yang membuat resah. Dalam melakukan aksinya, Gru juga ditemani oleh agen AntiVillain League, Lucy Wilde (Kristen Wiig) yang juga keduanya terlibat dalam hubungan cinta lokasi. Mungkin tak lebih bagus dari seri pertama, namun kehadiran Minion yang lebih banyak dibanding sebelumnya tetap akan membuat Anda terhibur dengan guyonan khas dan tutur katanya yang absurd.
menjadi pengisi suara karakter The Croods, seperti Nicholas Cage, Emma Stone, Ryan Reynolds, Catherine Keener, Clark Duke, dan Cloris Leachman. Film ini akan membawa kita ke suasana jaman pra-sejarah, yang dimana terdapat keluarga Grug (Nicholas Cage), yang tidak pernah keluar dari zona nyaman mereka di gua, karena mereka meyakini kalau dunia luar sangat berbahaya. Singkatnya, terjadi sebuah kecelakaan yang mengakibatkan longsor, sehingga rumah gua mereka tidak dapat mereka tinggali lagi. Akhirnya, mereka melakukan penjelajahan untuk mencari rumah baru mereka. Dalam perjalanannya, banyak halhal baru yang dijumpai dan belum mereka lihat sebelumnya. Overall, konsep cerita yang ditawarkan oleh film ini cukup menarik untuk disaksikan.
7 Film Animasi terbaik Tahun 2013
2WFROZEN alt Disney tak kekurangan akal kembali untuk melahirkan filmfilm berkualitas berbudget besar paska Tangled, sekalipun tak harus dibantu Pixar. Film yang mengadaptasi naskah asli dari kisah The Snow Queen ini menceritakan tentang seorang Anna (Kristen Bell) putri kerajaan Arendelle, yang berusaha mencari kakaknya Elsa (Idina Menzel) yang mempunyai kekuatan salju membekunya yang tak terkendali, sehingga Elsa hidup mengisolasi dirinya ke pegunungan bersalju karena takut untuk menyakiti orang-orang tersayangnya. Dalam melakukan pencarian sang kakak, saat perjalanan ia bertemu dan ditemani oleh Kristoff (Jonathan Groff) dan rusa kutub miliknya bernama Sven, dan juga tak lupa boneka salju menggemaskan, Olaf (Josh Gad). Film ini tentunya akan menyajikan suasana dingin salju putih yang dibalut dengan animasi 3D yang wah ala Walt Disney. Mungkin Anda juga akan mengira kalau Frozen ini merupakan versi film lain dari Tangled yang bersalju. Dan tampaknya duet maut Chris Buck dan Jennifer Lee kembali berhasil menghadirkan film yang memukau mata setelah Wreck-It Ralph (2012).
Moviemagz Februari 2014 60
7 Film Animasi terbaik Tahun 2013
1 THE WIND RISES
T
ak patut namanya kalau asing dengan sesosok legendaris bernama Hayao Miyazaki. Sutradara yang dikenal sering memasukkan unsur anti-perang dalam film garapannya ini terkenal dengan film buatannya macam Spirited Away (2001), Princess Mononoke (1997), Howl’s Moving Castle (2004), dan masih banyak lagi. Dengan gaya ciri khasnya lagi, Miyazaki kembali menggarap proyek filmnya berjudul Kaze Tachinu. Film ini menceritakan tentang seorang Jiro Horikoshi (Hideaki Anno), seorang insinyur aeronautika yang merancang pesawat yang ternyata digunakan untuk pesawat tempur Jepang saat Perang Dunia ke-2. Dan gaya cerita khasnya kembali dituangkan dalam film ini, karena The Wind Rises lebih fokus menyorot kehidupan si Jiro muda (Zach Callison). Di saat si Jiro Review By Simplicious MOVIEMAGZ
memiliki impian untuk merancang pesawat untuk melintasi langit yang biru, nyatanya impiannya terubahkan oleh perang yang ada dimana-mana. Jika dunia perfilman animasi sekarang menggunakan computer’s editing, ciri khas Miyazaki masih tidak berubah dengan grafik animasi yang meminimalkan penggunaan editing dari komputer. Dan ya, film animasi The Wind Rises ini anti-mainstream dan akan memanjakan mata dengan tampilan visual gaya Monet-esque. Film ini patut diapresiasi lebih dan layak mendapat gelar film terbaik tahun 2013. Sekalipun The Wind Rises mampu mendulang banyak apresiasi dari banyak kalangan, namun kabar sedihnya Miyazaki menyatakan bahwa film ini mungkin akan menjadi karya terakhirnya. [Simplicious]
Moviemagz
MOVIES REVIEWS
“The Old Man and The Sea�, judul novel Ernest Hemingway itu sangat pas menggambarkan All is Lost, hanya tidak ada Marlin raksasa yang diburu. Ini murni sebuah drama survival sepi yang dibuat sereal mungkin bersama dukungan salah satu penampilan terbaik Robert Redford sepanjang kariernya.
All IS LOST Robert Redford
E
mpat dekade lalu aktor/ sutradara veteran Robert Redford pernah mendemonstrasikan bagaimana karakternya dalam Jeremiah Johnson mampu bertahan hidup sebagai manusia gunung di Rocky Mountains. Sekarang di usianya yang ke-77, ia berada di film terbaru sutradara Margin Call, J. C. Chandor, membuktikan sekali lagi kemampuan survival-nya dengan raga yang mulai mengeriput. Hanya saja kali ini ia harus berada jauh terombang-ambing, tersesat tanpa arah di tengah luasnya Moviemagz Februari 2014 64
Samudera Hindia seorang diri, ya, seorang diri, tanpa harimau Bengal CGI, tanpa bola voli bercap darah. All is Lost itu sangat sederhana. Ia punya cerita simpel tentang bagaimana proses bertahan hidup yang bahkan sinopsisnya saja bisa kamu tulis dalam satu baris kalimat. Ini seperti versi renta dan realistis dari Life of Pi-nya Ang Lee. Tanpa nama, tanpa latar belakang, Robert Redford menjadi pria paruh baya, terbangun karena dikejutkan oleh air yang masuk ke dalam kabin kapal layar kecilnya akibat sebelumnya berbenturan dengan
kontainer besar berisi sepatu anak-anak yang “tersesat� ketika ia terlelap. Tetapi kebocoran itu hanya awal kecil dari rentetan kemalangan. Masih ada sesuatu yang lebih besar menunggunya di balik awan gelap. Ini benar-benar pertunjukan satu orang, tidak ada yang lain, kecuali ikan-ikan di lautan menemani Redford, membuat tone kesepiannya begitu terasa kental, apalagi J. C. Chandor memilih untuk menghadirkan sebuah simulasi bertahan hidup yang unik dengan
Director: J.C. Chandor Writers: J.C. Chandor Stars: Robert Redford
caranya sendiri seperti salah satunya adalah membuang hampir semua dialognya, meninggalkan sedikit narasi keputus asaan yang disuarakan Redford di awal film. sisanya kamu hanya akan mendegarkan Redford mengerang, bersumpah serapah dan merintih minta tolong dalam suara serak, dalam iring-iringan scoring minimalis Alex Ebert. Bisa jadi hanya scoring Ebert yang menjadi satu-satunya bumbu dramatisasinya karena terlihat J. C. Chandor ingin menghadirkan semuanya serealistis mungkin dan sedepresif mungkin lengkap dengan segala musuh besar bernama “alam”. Ya, All is Lost bukan film survival yang mudah ditonton, tidak ada dramatisasi berlebihan, tidak ada CGI mewah, semua tersaji apa adanya. Ada pesan kuat tentang Review By Hary Susanto MOVIENTHUSIAST Moviemagz Horror Movies 83
seberapa besarnya daya tahan dan kesabaran manusia di tengah sebuah cobaan maha dahsyat, tetapi tidak hanya karakter Redford yang diuji, kesabaran penontonnya pun juga, karena seperti yang saya bilang barusan, ini bukan film yang mudah ditonton, tone kesepiannya bisa saja akan sangat menyiksa sebagian penontonnya karena di sepanjang kurang lebih 100 menit durasinya kita hanya bisa duduk diam, menjadi saksi bagaimana karkater Redford tanpa dialog bertindak tanduk, bagaimana ketenangangan karakternya seperti yang terlihat di awal-awal film kemudian akan dihajar habis-habisan baik mental maupun fisik oleh rangkaian momen depresif yang seperti tidak pernah berhenti mengujinya, memaksanya menyerah.
Tentu saja dibutuhkan aktor kuat untuk memainkan film yang hanya punya satu karakter, dan Robert Redford membuktikan bahwa di usia uzurnya ia masih mampu menghadirkan perfoma menawan dan emosional yang mungkin sangat pantas diganjar award. Tidak ada latar belakang bahkan tidak ada nama buat karkaternya, lantas bukan berarti kita tidak bisa bersimpati kepadanya, melalui “kekurangan” itu J. C. Chandor ingin menampilkan Redford sebagai sosok manusia murni tanpa embelembel apapun, tanpa harus tahu apakah ia adalah si “A” atau si “Z”, menguji rasa peduli penontonnya kepada manusia lain termasuk yang paling asing sekalipun ketika mereka menghadapi bahaya. Review By Hary Susanto MOVIENTHUSIAST
MOVIES REVIEWS
Keanu Reeves
47 RONIN Director: Carl Rinsch Writers: Chris Morgan, Hossein Amini Stars: Keanu Reeves, Hiroyuki Sanada, Ko Shibasaki “Mungkin ini adalah cara bodoh untuk menghamburhamburkan 170 juta Dollar dengan sia-sia (bahkan di Jepang sendiri film ini tidak laku). Universal seharusnya lebih bijak memilih sutradara untuk menagangi proyek rakasasanya satu ini ketimbang debutan tanpa pengalaman yang seperti mendapatkan beban berat di pundaknya. Hasilnya, ini seperti sebuah action b-movie mahal yang menyia-nyiakan semua potensi yang ada.”
Setelah sempat beberapa kali mengalami penundaan sejak proyeknya diumumkan 2008 lalu, Universal Pictures akhirnya merilis 47 Ronin, adaptasi dari salah satu kisah kuno populer milik rakyat Jepang yang berisi tentang sepak terjang para Ronin pada era Tokugawa dalam membalaskan dendam (bekas) tuannya dan menjalankan kode
kehormatan Samurai: bushidō. Tetapi alih-alih menjadi sebuah film epik yang sesetia mungkin menerjemahkan sejarahnya seperti yang sudah berulang kali dilakukan pendahulunya selama ini, di bawah komando sutradara debutan Carl Erik Rinsch, versi teranyar 47 Ronin ini dimodifikasi sedemikian rupa menjadi sebuah petualangan fantasi ala Hollywood nan cheesy, terbungkus oleh kemilau CGI, spesial efek, 3D dan Keanu Reeves berjanggut tebal dengan setting dongeng di mana penyihir, monster dan raksasa bersemayam. Tidak ada yang salah dengan sedikit perubahan asalkan kamu tahu bagaimana melakukannya dengan baik, sayang 47 Ronin bukan salah satu diantara film modifan yang bagus, bahkan untuk sekelas film yang menopang semuanya pada elemen aksi fantasi yang
(seharusnya) megah. Ia tidak punya kekuatan cukup untuk menghadirkan paket hiburan sebesar budget 175 juta Dollarnya bahkan aksi dan teknisnya pun sedatar akting Reeves. Narasi garapan Chris Morgan (Wanted, Fast 5) dan Hossein Amini (Drive, Snow White and the Huntsman) menciptakan karakter fiksi bernama Kai yang dimainkan Keanu Reeves sebagai tokoh sentral untuk versi terbarunya ini; seorang half breed yang juga dipercaya sebagai titisan iblis yang nantinya bergabung dengan ke 46 samurai tanpa tuan lain pimpinan Kuranosuke Oishi (Hiroyuki Sanada) untuk menjalankan misi membalaskan dendam tuan mereka, Lord Asano (Min Tanaka) yang “dipaksa” melakukan seppuku (bunuh diri terhormat) oleh sang Shogun (Cary-Hiroyuki Tagawa) setelah Moviemagz Februari 2014 66
sebelumnya dijebak oleh Lord Kira (Asano Tadanobu) dan tangan kanannya, Mizuki (Rinko Kikuchi) penyihir wanita yang jahat. Dengan budget sebesar itu, tema tebal tentang salah satu sejarah nyata Samurai Jepang, aksi, fantasi dan memasang Keanu Reeves yang tampak sedang keranjingan dengan Asia (Sebelumnya, di tahun ini ia juga bermain dan menyutradarai film martial arts, Man of Tai Chi) tentu saja dengan materi-materi semeyakinkan itu kamu boleh berharap banyak dengan 47 Ronin akan menjadi sebuah epik sekelas saga The Lord of The Rings. Tetapi seperti yang sudah saya katakan di atas, ini sangat mengecewakan untuk ukuran film yang sudah ditunggu lama, bagaikan bumi dan langit dengan epik milik Peter Jackson itu, bahkan Clash of The Titan yang notabene di cap buruk saja masih lebih menghibur
terlepas dari setting cantiknya dan kostum colorful yang berhasil dimaksimalkan. Ini benar-benar terlihat medioker, tampak jelas seperti hasil pekerjaan seorang sutradara first timer yang hanya mencoba bermain aman dengan dukungan naskah yang sama lemahnya termasuk banguan plotnya yang berjalan terseok-seok dan melelahkan apalagi ketika mereka mencoba memasukan elemen romansa di dalamnya yang lagi-lagi tidak berhasil meninggalkan kesan tidak hanya itu, kita juga tidak peduli. Memang tema-tema bushidĹ? macam kehormatan, kesetian dan perjuangan yang menjadi dasar berceritanya coba ingin ditonjolkan oleh Rinsch, tetapi sekali lagi tidak dengan cara yang benar. Alih-alih merasakan semangat bushidĹ?, yang ada hanya api balas dendam kosong dari karakter-karkater yang sama-
sama hampanya. Keanu Reeves tampil buruk, tanpa ekpresi seperti hampir disemua filmnya. Ia tidak menyakinkan sebagai korban, pejuang bahkan penyelamat, pesonanya harus tenggelam di bawah banyang-bayang Hiroyuki Sanada, satu-satunya pemain
“
Kai: I will search for you through 1000 worlds and 10000 lifetimes! it?..
yang tampil bagus. Tetapi Reeves bisa sedikit tenang karena ada Rinko Kikuchi yang sama buruknya. Berperan sebagai penyihir jahat, aktris Jepang yang baru-baru ini tampil di Pacific Rim terlihat seperti seorang geisha ketimbang villain yang mengintimidasi. Review By Hary Susanto MOVIENTHUSIAST
MOVIES REVIEWS
Paul Walker
HOURS Sebuah thriller bertahan hidup menarik yang meminjam setting peristiwa nyata dengan baik. Kekuatan utamanya ada pada tema tetang ayahanak dan bagaimana untuk terus bertahan di tengah situasi sulit, dan itu semua berhasil digambarkan di sini dengan efektif, elemahan paling fatal mungkin adalah penampilan Paul Walker sendiri, tidak buruk tetapi jelas tidak cukup untuk menghadirkan sisi emosional yang seharusnya. But still, ini adalah penampilan terbaik dan paling maksimal yang bisa diberikan mendiang Paul Walker untukmu, jadi sekarang biarkanlah ia bersitirahat dengan tenang di sana.
A
papun hasilnya, bagus ataupun buruk, kita akan selamanya selalu mengenang Hours sebagai film terkahir Paul Walker. Ya, seperti yang kita ketahui, aktor tampan pemeran polisi rahasia Brian O’connor dalam franchise aksi populer Fast
& Furious ini tewas mengenaskan dalam kecelakaan lalu lintas tragis di awal Desember lalu. Sebuah berita sedih nan mengejutkan yang meninggalkan duka mendalam buat semua orang, tetapi ironisnya, secara tidak langsung juga menjadi sebuah marketing bagus buat Hours, sebuah drama thriller kecil berbudget minim yang mungkin berpotensi lebih banyak dilewatkannya jika saja Walker masih hidup. Kita tahu jika Walker tidak pernah lepas dari mobil dan kecepatan di hampir setiap filmfilmnya bahkan sampai kematian menjemputnya. Tetapi ada yang berbeda di sini. Masih berpacu bersama waktu, masih melibatkan kecepatan dan taruhan nyawa hanya saja skalanya lebih kecil dengan akting lebih ‘serius’ dari Walker. Walker menjadi Nolan, single father anyar yang baru saja ditinggal mati
istri tercintanya, Abigail (Genesis Rodriguez) pasca melahirkan putri mereka yang prematur. Bayi mungil tersebut harus mendapatkan perawatan ekstra dalam kotak ventilator karena belum bisa bernafas sendiri. Masalahnya di luar ada Katrina yang tengah mengamuk, memporak porandakan New Orleans, membawa angin super kencang dan banjir besar yang mengisolasi rumah sakit tempat Nolan dan bayinya berada serta memutus aliran listrik yang meyokong kotak ventilator. Jadi yang sekarang dilakukan Nolan adalah segalanya agar sang putri bisa terus bernafas selama 48 jam ke depan. Entah kebetulan atau tidak, Hours seperti sengaja dibuat sebagai penghormatan terakhir buat Walker. Tidak hanya menjadi pemeran utama, namun ia juga Moviemagz Februari 2014 68
menguasai hampir 80% durasinya seorang diri, ditemani hanya kotak ventilator berisi bayi, generator manual menyebalkan dan anjing Herder yang muncul di akhir film, dan jika kamu mengetahui latar belakang kehidupan Walker sebenarnya, ia juga memiliki satu putri berusia 15 tahun yang membuat Hours akan menjadi lebih terasa personal. Tema besarnya adalah relasi antara ayah-anak, bagaimana kamu melakukan segalanya buat keselamatan anakmu apapun reksikonya. Ya, ini memang bukan drama thriller survival terhebat atau paling emosional yang pernah saya tonton, bahkan bisa dibilang ia memiliki beberapa kelemahan di departemen naskahnya yang mendompleng peristiwa nyata badai dahsyat Katrina yang meluluhlantakan New Orleans 2005 lalu. Tetapi toh saya Review By Hary Susanto MOVIENTHUSIAST
menikmati setiap menit Hours, mengeyampingan sebentar segala kelemahannya yang tidak terlalu signifikan. Dan untuk sebuah film garapan sutradara debutan Eric Heisserer (penulis naskah remake The Thing dan Final Destination 5) apa yang sudah dilakukan Heisserer sama sekali tidak buruk termasuk bagaimana ia mengolah setiap adegan menegangkannya yang melibatkan baterai ventiltor soak yang berujung bolak-baliknya karkater Walker setiap 2-3 menit untuk memastikan putrinya bisa terus bernafas. Badai Katrina-nya sendiri sebenarnya tidak berdampak langsung pada karakternya, namun efek samping dari apa yang terjadi tergambar cukup logis dan bisa terjadi kapan dan di mana saja. Heisserer juga cukup lihai membangun kadar emosinya.
Melalui serangkaian flashback kita akan melihat kebelakang hubungan antara Nolan dan istrinya, Abigail, lalu juga ada momen ketika Nolan berbicara dengan bayi kecilnya dan didukung oleh akting terbaik yang pernah dihadirkan Walker di sepanjang kariernya, meskipun jelas itu bukan penampilan kelas Oscar dan Hours semestinya membawa aktor lain yang bisa tampil lebih kuat lagi, tetapi apa yang dibuat Walker sudah maksimal, paling tidak sudah membuat kita percaya bahwa ia adalah ayah putus asa yang akan melakukan apa saja buat putrinya agar terus hidup meskipun harus diakui Walker tidak mampu memberikan cukup energi dan emosi ke dalamnya. Di beberapa momen ia terasa terlalu lambat, hambar dan malas untuk ukuran premis yang membutuhkan kecepatan dan kekuatan besar sebagai daya tarik utamanya.
Moviemagz
MOVIES REVIEWS “Sebuah thriller kecil yang bergerak pelan, kelam dan menghantui. Disesaki oleh nama-nama besar Hollywood yang sebagian besar bermain cemerlang untuk menutupi premisnya yang usang.� Christian Bale
OUT OF THE
FURNACE
I
ni klasik, cerita sederhana tentang persaudaraan kental, tema balas dedam, keadilan dan nyawa dibayar nyawa dengan setting sebuah kota kecil berdebu yang dilanda kesulitan ekonomi. Ya, beberapa elemen di karya terbaru sutradara Crazy Heart, Scott Cooper ini punya aroma pekat ala drama thriller jadul era 70′an macam The Deer Hunter dengan segala efek pasca perang Vietnam-nya (di sini diganti dengan perang Irak) yang tampak tak pernah tersentuh oleh waktu dan modernisasi. Settingnya berada di tahun 2008, kita dapat melihatnya dari cuplikan berita televisi yang menampilkan pemilu presiden Amerika Serikat, Barrack Obama. Ada Braddock, kota tambang kecil nan sepi di Pennsylvania yang menjadi saksi bisu dari cerita Russell (Christian Bale) dan Rodney Baze (Casey Affleck), kakak beradik malang yang punya jalan masing-masing untuk hidup mereka. Russel adalah pekerja tambang baja yang ulet, karismatik dan berhati besar yang sangat mencintai keluarganya yang hanya bersisa ayah yang sakit-sakitan, adik lakilaki bandel serta pacarnya, Lena (Zoe Zaldana) seorang guru TK. Sementara Russel selalu mencoba hidup lurus
dan menjauhi masalah, Rodeny sebaliknya, ia seperti kuda liar yang susah dikendalikan. Pasca perang Irak, Rodney tidak punya tujuan hidup, selalu bergerak ke sana kemari, mencari masalah dengan berhutang banyak pada rentenir lokal, John Petty (Willem Dafoe) yang kemudian berujung dengan masalah yang jauh lebih besar lagi ketika harus berhadapan dengan preman gunung kejam, Curtis DeGroat (Woody Harrelson). Secuil wujud Out of The Furnace sebenarnya sudah bisa kamu lihat sejak menit pertama, ketika karakter Curtis DeGroat (dengan ciamik dimainkan oleh Harrelson) menghadirkan aroma kebrutalan dan ketidaknyamanan. Tetapi kita membutuhkan waktu yang sedikit lama untuk benar-benar sampai ke tahap itu. Ini adalah jenis thriller Moviemagz Februari 2014 71
lambat, istilah kerennya “slow burning thriiler� yang membakar rasa sabar kebanyakan penontonnya yang sebelumnya berharap banyak bahwa film yang diproduseri oleh Ridley Scott and Leonardo DiCaprio ini akan dihiasi banyak aksi cepat mendebarkan seperti yang terekam singkat dalam trailernya. Tetapi Out of Furnace berani mengambil resiko tak populer, sebuah jalan lain yang lebih berliku, lebih lama dan lebih terasa arthouse guna mencapai tujuannya dengan potensi besar menjadi sajian membosankan jika kamu tidak terlalu peduli dengan karakter-karakternya atau teknisnya yang ciamik. Durasinya melelahkan, hampir menyentuh 2 jam, dan 3/4 nya seperti hanya berputar-putar dari satu cerita ke cerita lain tanpa tujuan bersama balutan visual
yang sekelam temanya. Isinya didominasi tentang rentetan ketidakberuntungan dari seeorang yang baik. Banyak kejutan (baca: kesialan) mewaranai perjalan karakter utamanya, dari peristiwa kecelakaan lalu lintas, kematian sang ayah, ditinggal pacar yang lebih memilih sheriff kota. Di sini kita akan melihat bagaimana tangguhnya karakter Russel yang dimainkan sempurna oleh Christian Bale dalam menghadapi masalah yang seperti tidak pernah berhenti dan bagaimana relasinya dengan sang adik, Rodney yang juga dimainkan dengan sangat baik oleh Cassey Affleck. Ada chemistry solid berhasil dibangun oleh Bale dan Affleck, membuat kita percaya bahwa mereka adalah kakak-adik yang saling menyayangi. Review By Hary Susanto MOVIENTHUSIAST
Moviemagz
MOVIES REVIEWS
Sharlto Copley
OPEN GRAVE Open Grave tampak meyakinkan di openingnya, sayang film dengan premis bagus ini harus melorot banyak kualitasnya dalam proses menemukan jawaban. Ini sebenarnya sebuah modifikasi elemen horor populer yang pintar, sayang digarap dengan kurang maksimal.
Open Grave ini adalah jenis thriller misteri yang langsung mengusik rasa pensaran sejak opening scenenya. Dibuka oleh karakter tanpa nama yang dimainkan Sharlto Copley (District 9, The A-Team, Elysium) terbangun seorang diri, tidak dari tidur dan ranjang melainkan sebuah lubang besar nan dalam di mana di sekitarnya berserakan puluhan mayat yang mulai membusuk. Tidak hanya itu, ia juga tidak ingat siapa dirinya dan mengapa ia berkahir di lubang kuburan tersebut. Lima menit pembukaanya diisi dengan visualisasi dan scoring menghantui, cukup kuat sebagai modal untuk membuatmu duduk diam menunggu jawaban dari serbuan pertanyaan-pertanyaan yang menyerang. Siapa sebenarnya karkater Sharlto Copley? Kenapa ia berakhir di sana? Dan tentu saja, apa yang sebenarnya terjadi?. Kamu membutuhkan sekitar 90 menit ke
depan untuk benar-benar menemukan jawabannya. Tetapi sebelumnya kita harus melihat dulu prosesnya. Pria misterius tersebut kemudian bertemu dengan beberapa orang yang menghuni sebuah rumah besar. Sama seperti dirinya, mereka juga tidak ingat apa-apa dan mengapa mereka berada di sana. Dari sini narasinya bergerak semakin dalam, memberikan perlahan sedikit jawaban-jawaban untuk membentuk wajah Open Grave. Namun prosesnya tidak berjalan mulus. Ditangani oleh sutradara Spanyol Gonzalo López-Gallego yang sebelumnya pernah membesut horor mokumentari luar angkasa Applo 18, proses pencarian jawaban ini sedikit terseok-seok dan membosankan karena López-Gallego menghadirkan plotnya merangkak terlalu lama, seperti berputar-putar ditempat dan banyak dihiasi dialog-dialog bodoh, terasa sekali ini bukan thriller yang digarap dengan dana besar ketika melihat
presentasinya yang “miskin” dan kurang menggigit. Pasca opening-nya tensinya langsung melorot drastis meskipun tidak sampai mengerucutkan niatmu untuk melihat akhirnya. López-Gallego jelas harus banyak berterima kasih kepada Sharlto Copley yang menjadi alasan besar kenapa Open Grave masih layak ditonton selain misterinya, dan tentu saja ending yang kamu tunggu-tunggu. Sebenarnya tidak perlu menunggu sampai habis untuk mencerna semuanya, toh López-Gallego terlalu baik untuk memberikan banyak petunjuk dan flashback tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dan ketika akhir itu datang hasilnya tidak terlalu mengejutkan lagi, sebuah akhir yang ternyata sangat familiar hanya saja seperti nasib para karakternya, kita seperti dibuat tidak tahu apaapa dari awal.
Review By Hary Susanto MOVIENTHUSIAST
MOVIES REVIEWS
e i k c
Ja
Bukan seri terbaik dari franchise Police Story memang dengan segala keseriusan dan ceritanya yang kelam, tetapi ini tetap adalah tontonan drama kriminal yang menarik dan dilematis terlebih ketika kamu melibatkan Jackie Chan yang menua namun masih mampu menanmpilkan kharisma kuatnya di balik seragam polisinya.
T
entu saja kamu tidak akan pernah bisa memisahkan Jackie Chan dari seri-seri Police Story yang turut andil membesarkan namanya di masa lalu (membintangi seluruh serinya, menjadi salah satu produsernya, termasuk menyutradarai 2 seri pertamanya). Police Story adalah Moviemagz Februari 2014 75
n
a ch
Jackie Chan, begitu pula sebaliknya, ini bisa jadi proyeknya yang paling personal. Meskipun Chan pernah berucap bahwa ia akan pensiun pasca Chinese Zodiac, tetapi toh dalam perjalannya ia kemudian meralat ucapannya, memberikan fansnya kabar baik ketika ia memutuskan menunda masa pensiunnya sementara. Ke depannya Chan akan memilih film dengan porsi stunt yang sedikit dan lebih ramah buat tubuhnya yang mulai tua. Jadi sambutlah instalemen teranyar Police Story yang diberi tajuk Police Story 2013 ini. Seperti seri sebelumnya, The New Police Story (2004), cerita versi 2013-nya ini tidak terkait lagi dengan 4 seri pertamanya, tidak
ada lagi imej Chan Ka-Kui atau bahkan Chan Kwok-Wing dari The New Police Story, tetapi tenang saja, seperti tradisinya, Chan akan selalu menjadi sentralnya, seorang polisi Cina daratan karismatik yang penuh dedikasi dalam menjalankan tugasnya. Kali ini ia adalah Kapten Polisi Zhong Wen harus berurusan dengan seorang pemilik diskotik penuh dendam, Wu Jiang (Liu Ye) yang menyandera puluhan orang termasuk di dalamnya, putrinya semata wayangnya sendiri, Miao Miao (Jing Tian). Bukan saja hanya tidak lagi memiliki keterkaitan cerita sejak seri empatnya saja, ketika memasuki instalemen ke-limanya 2004 lalu, wajah salah satu
franchise Hong Kong ini berganti rasa dari aksi-komedi menjadi lebih kelam dan serius bahkan karkater seorang Jackie Chan pun terkena imbas dari perubahan tone-nya itu, tidak terkecuali di versi 2013 ini, nadanya masih sama suramnya, lebih suram malah, bahkan kamu bisa merasakannya sejak opening scene, adegan menampilkan Zhong Wen menodongkan pistol di kepalanya sendiri. Ya, ini bukan film Jackie Chan seperti yang kamu kenal, auranya kelewat serius, tidak ada banyak tempat buat komedi atau gag ala Chan bahkan porsi aksinya pun sedikit disunat. Lalu bukan berarti Police Story 2013 tidak layak kamu tonton. Sebagai sebuah
drama thriller psikologis, ini masih berada dalam kategori film yang layak tonton. Sutradara Little Big Soldier, Ding Sheng masih mampu menyeimbangkan antara narasi, aksi menegangkan dan drama emosionalnya dalam takaran yang pas. Ada elemen hubungan ayahanak berperan di sini, tetapi bagian terbaiknya ada di pengungkapan sebuah fakta masa lalu mengejutkan pada klimaksnya yang tersaji melalui rangkaian flashback dan melibatkan banyak karkater yang kesemuanya sukses digambarkan abu-abu, termasuk sang villain sendiri dan karkater Zhong Wen yang tak terlepas dari keasalahan masa lalu plus rentetan slowmotion cantik yang seperti diperuntukan untuk
versi 3D-nya. Sementara momen aksinya masih melibatkan Chan dengan pertarungan tangan kosong melawan anak buah Wu Jiang yang tangguh, tentu saja dengan stunt yang dilakukannya sendiri. Sayang Liu Ye sendiri tidak tampil meyakinkan sebagai antagonis pintar penuh dendam dengan segudang rencana besarnya. Sementara Chan yang bermain serius masih sanggup memesona meskipun terlihat mulai menua, mulai lambat , melepaskan semua atribut konyolnya, tampil serius sebagai polisi baik yang sedikit disayangkan penampilannya sedikit kedodoran di ujung cerita ketika berusaha terlalu berlagak jagoan. Review By Hary Susanto MOVIENTHUSIAST
K
amu tahu, Korea Selatan sebenarnya tidak punya banyak stock horor sebagus thriller mereka, jikapun ada seperti misalnya masterpiece milik Kim Jee-Woon, A Tale of Two Sisters, itupun sesungguhnya adalah thriller psikologis yang “berkedok” horor, sama seperti kebanyakan horor-horor lain yang ditelurkan negeri Ginseng tersebut macam Epitaph dan Voices atau horor slasher balas dendam macam I Saw The Devil dan Bedevilled. Sementara horor-horor ‘murninya’, sebut saja Red Shoes, White: The Melody of the Curse, The Cat sampai The Wig semunya tidak punya kualitas yang terlalu membanggakan setelah era seri-seri Whispering Corridors, apalagi jika kamu membandingkannya dengan tetangganya, Jepang. Tahun ini kita kedatangan Killer Toon dari sutradara The Sword with no Name, Kim Yong-gyun yang sebelumnya juga pernah membuat Red Shoes. Dan diluar dugaan Killer Toon yang berada di bawah bendera CJ Entertaiment ini ‘meledak’ di box-office Korea sana dengan berhasil menjual lebih dari satu juta tiket, rekor baru buat penjualan tiket terbanyak di musim horor Korea tahun ini setelah sebelumnya pernah dipegang oleh Death Bell 2008 lalu. Salah satu kunci kesuksesan
K-horror yang punya judul Korea Deo Web-tun: Yeo-go-sal-in ini tentu saja ada pada premisnya. Ini cerita tentang webcomics, webtoon, komik internet atau apalah kamu menyebutnya yang terkutuk, premis yang mirip dengan yang ditawarkan J-Horror fenomenal, The Ring dengan kaset video mematikannya, Killer Toon dibawah naskah olahan Lee Sang-hak yang juga merangkap sebagai salah satu produsernya tahu benar bagaimana memanfaatkan fenomena komik internet yang sedang populer di sana untuk dijadikan sebagai gimmick efektif penarik perhatian. Kisahnya tentang penulis webtoon horor ternama Kang Ji-yoon (Lee Si-young) yang komik-komik ciptaannya ternyata berhubungan dengan serangkaian kematian-kematian mengerikan yang tergambar persis di setiap halaman-halaman komik Ji-yoon bahkan sampai posisi korban dan bagaimana mereka tewas mengenaskan. Kasus aneh ini kemudian menarik perhatian detektif Lee Ki-cheol (Um Ki-joon) untuk menelusuri lebih jauh apa yang sebenarnya terjadi pada komik-komik internet tersebut dan tentu saja penciptanya, Ji-yoon dengan segala rahasia gelap di balik kesukesannya. Seperti yang saya bilang, Killer Toon jelas mengandalkan kekuatan premisnya, tetapi yang terjadi di lapangan adalah sebuah sajian yang lebih kuat dari sekedar temanya. Ini adalah horor supranatural yang bisa dibilang cukup Moviemagz Februari 2014 77
bagus untuk ukuran Korea Selatan, apalagi akhir-akhir ini mereka tidak punya pasokan horor menarik. Dibuka dengan opening scene pembunuhan sadis dan misterius dari seorang editor yang tersaji dalam presentasi keren yang mengkombinasikan goresan-goresan apik manwha (sebutan buat komik Korea), sedikit CGI dan pembuka dari sebuah misteri besar, Killer Toon langsung mendapatkan perhatian penuh saya. Kim Yong-gyun sudah melakukan pekerjaan bagus ketika menerjemahkan naskah Lee Sanghak bersama bangunan aroma eerie Killer Toon dengan baik, mencipitakan atmosfer horor gelap dan kelam bersama pencayahan minim dan selipan momen-momen jump scare dengan kombinasi visual, setting dan timing sempurna untuk memberi sensasi ketakutan efektif buat penontonnya dan bagian terbaiknya tentu adalah kombinasi gambar-gambar komik dan real-nya yang digarap menawan Yong-gyun juga menawarkan sekuen-sekuen gory dan berdarah-darah yang meskipun mungkin tidak berada di level “mual dan muntah� tetapi sudah cukup menegaskan bahwa ia punya sesuatu yang lebih mengerikan dari sekedar horor seram-seraman. Ya, secara teknis Killer Toon sudah tampil meyakinkan sebagai sebuah horor. Sementara narasinya sendiri tidak sekuat
penampilannya. Memang harus diakui ia punya kekuatan besar di temanya, kandungan misterinya pun sukses mengusik rasa penasaran, tetapi pada akhirnya ia tidak berbeda dari kebanyakan horor lainnya; kembali ke pakem tradisional yang bersumber kepada balas dendam dan rasa bersalah dari masa lalu dengan segala rahasia-rahasia hitam di belakangnya, momen “mimpi� yang kebanyakan plus sedikit melodrama rasa Korea, untung saja beberapa twist yang lumayan menjadi kekuatan tersendiri selain penggambaran masa lalu karakterkarakternya yang dibawakan dengan baik oleh para cast-nya.
Film Terlaris
Film Terbaik
Chennai Express S iapa yang tak kenal sosok Shah Rukh Khan (SRK) yang merupakan salah satu Aktor kenamaan di Industri perfilman terbesar di Asia Selatan, Bollywood. Ia juga pernah masuk daftar 50 orang paling berpengaruh di dunia versi majalah Newsweek, New York USA pada tahun 2008. Namanya bisa menjamin sebuah film yang dibintangi menjadi sukses dan selalu dinantikan kehadirannya. Salah satunya adalah Chennai Express (2013) yang kini telah berhasil menduduki posisi puncak Box Office setelah berhasil memecahkan rekor pendahulunya, 3 Idiots (2009) yang kini harus bergeser di posisi ke-2 di tangga Box Office Domestic dan Worldwide. Chennai Express (2013) merupakan kisah seorang pria berusia 40 tahun, Rahul (SRK) yang melakukan perjalanan tak terlupakan dari Delhi ke Rameshwaram untuk menaburkan abu kakeknya di Laut Rameshwaram
sebagaimana wasiat terakhirnya. Selain SRK, film ini juga dibintangi oleh aktris bollywood tersukses tahun 2013, Deepika Padukone. Disini ia berperan sebagai Meenamma, putri dari seorang penjahat paling dihormati dan ditakuti di derah India Selatan. Meenamma bertemu dengan Rahul di kereta Chennai Express. Saat itu, Meenamma sedang berusaha melarikan diri dari kejaran para sepupunya atas suruhan ayahnya, sedangkan Rahul yang awalnya ingin melakukan liburan ke Goa dengan berpura-pura akan menaburkan abu kakeknya sesuai wasiatyang ada justru terjebak di kereta itu bersama Meenamma. Kisah pun berlanjut saat Rahul harus ikut Meenamma ke daerahnya. Insiden lucu, romantis dan menegangkan pun tak bisa terelakkan lagi. Film bergenre Comedy-ActionRomance ini memang terbilang sederhana atau bahkan biasa saja. Tapi, mungkin karena hal itulah film ini menjadi tontonan yang
cukup menghibur. Film ini juga bisa menjadi pilihan tontonan keluarga yang tergolong aman, karena tak ada adegan vulgar dan bahasa kasar yang seringkali tampil dalam film Bollywood. Akting Deepika Padukone cukup memukau dengan gaya khas logat bahasa Tamilnya, dan Shah Rukh Khan pun cukup menghibur sebagai Rahul walaupun peran sebagai Rahul di Kuch Kuch Hota Hai sebagai “Lover” ataupun “Charismatic Coach” di Chak De! India masih menjadi salah satu peran terbaiknya dibanding ini. Bagi saya, kekuatan film ini terletak pada paruh pertama filmnya, chemistry pemeran utamanya, serta cinematography yang cukup apik dibalut dengan setting daerah India Selatan yang menawarkan keindahan alamnya yang penuh warna. Pada akhirnya, Chennai Express masih bisa menjadi pilhan tontonan menghibur untuk ukuran film yang menyuguhkan Humor, Aksi dan Romantisme sekaligus. (Ackiel_Khan)
Bhaag Milkha Bhaag B
eda halnya dengan Chennai Express, Bhaag Milkha Bhaag justru sangat unggul dari segi performa akting jajaran cast-nya sekaligus cerita yang disuguhkan. Pendapatan Box Officenya memang tak bisa dianggap buruk karena film ini merupakan film terlaris keempat tahun 2013, namun pendapatannya masih setengah kali pendapatan Box Office dari Chennai Express. Diangkat dari kisah nyata, Bhaag Milkha Bhaag merupakan kisah kehidupan dari seorang atlit pelari India, Milkha Singh (Farhan Akhtar).Dibuka dengan penampilannya di Olympic Games, Roma pada tahun 1960, ia harus rela menerima kekalahan pahit akibat masa lalu kelam yang mengganggu fokusnya saat itu. Berawal dari menjadi pasukan militer, Milkha Singh berkesempatanmenjadi seorang atlit pelari
handal India. Dan hampir dalam setiap perhelatan, dialah yang selalu diandalkan. Namun masa lalunya selalu saja menghantui setiap gerak-geriknya. Tak jarang ia dibuat lemah karenanya, tapi terkadang hal itu juga jadi motivasi bagi dirinya. Terlalu banyak masa lalu kelam yang ia punya, hubungan asmara pun juga tak mulus ia lewati. Namun, rentetan masa lalu kelam itulah membuat Milkha Singh perlahan bangkit dan membuktikan diri pada dunia kalau ia diciptakan tidak untuk disiakan. Film autobiografi sejenis Bhaag Milkha Bhaag ini memang bukan yang pertama. Tahun lalu, ada Paan Singh Tomar yang dari segi tema utama hampir sama. 6 tahun sebelumnya ada Chak De! India. Walaupun dengan tema yang sedikit berbeda, plot dan gaya penyajian
filmnya hampir sama juga saya kira. Bhaag Milkha Bhaag bisa dibilang perpaduan dari kedua film tersebut dibalut dengan ala ‘masala’(genre khusus kesukaan orang India). Sutradara Rakeysh Omprakash Mehra sepertinya sedang memesan tempat lagi untuk filmnya sebagai nominator Best Film di berbagai ajang pengharagaan bergengsi. Masih berbekas 7 tahun lalu dimana Rang De Basanti yang berhasil menjadi Best Film di berbagai penghargaan India termasuk nominator BAFTA Awards di Inggris, sepertinya Bhaag Milkha Bhaag akan sukses mengusung film dan aktor utamanya menjadi yang terbaik di berbagai penghargaan tahun depan. Terbaik dan terlaris? Sejauh ini, hanya 3 Idiots yang pernah menyandang predikat keduanya sekaligus ď Š (Ackiel_Khan)
Tucker and Dale vs EVIl Release Date 09 Dec 2010 Genre Comedy, Horror Direc- Eli Craig Run89 minutes Stars Tyler Labine, Alan Tudyk, Katrina Bowden Rating R for bloody horror violence, language and
M
elihat bagaimana Tucker (Alan Tudyk) dan Dale (Tyler Labine) dengan penampilan mereka yang lusuh dan garang, terutama Dale dengan hamparan janggut hitamnya yang lebat serta ukuran tubuhnya yang besar tentu kita tidak bisa menyalahkan jika sekelompok muda-mudi kota yang sedang melakukan kemping di kawasan hutan di luar kota itu begitu ketakukan disaat berjumpa dengan kedua pria itu. Apalagi disaat Chad (Jesse Moss), salah satu dari kawanan mahasiswa tersebut menceritakan sebuah kisah mengerikan yang pernah terjadi di kawasan tersebut 20 tahun lalu yang jelas membuat pikiran mereka sudah terbang kemana-mana dan membayangkan bahwa Tucker dan Dale adalah sosok pembunuh bengis haus darah. Padahal faktanya, Tucker dan Dale tidak lebih dari orang biasa yang berada di tempat dan waktu yang salah plus penampilan yang salah. Faktanya lagi, Dua sahabat kental itu sebenarnya hanya ingin menghabiskan liburan mereka dengan memancing dan minum-minum bir dingin di sebuah kabin tua yang sebelumnya sudah mereka beli yang kebetulan letaknya tidak jauh dari tempat para mahasiswa tersebut berkemah.
Pada malam harinya, disaat keduanya sedang memancing, tanpa sengaja mereka kemudian megejutkan Allison (Katrina Bowden), gadis cantik yang juga salah satu dari kelompok mahasiswa tersebut hingga terjatuh ke danau hingga dan tak sadarkan diri. Tentu sebagai manusia normal mereka segera menolong Allison, membawanya naik ke atas perahu. Kebetulan (lagi) teman-teman Allison melihat kejadian tersebut, bisa ditebak, mereka takut dan panik serta megira bahwa Tucker dan Dale menculik teman mereka. Nah, disinilah kisah mengerikan dan juga kocak yang dipenuhi dengan kesalahpahaman bermula. Jangan menilai sebuah buku hanya dari sampulnya, atau bahasa bule-nya Don’t judge a book by its cover. Ya, kata-kata bijak ini sepertinya tidak hanya berlaku buat karakter para muda-mudi kota dalam film ini saja, tapi juga buat anda yang mungkin sebelumnya pernah meremehkan Tucker & Dale vs Evil hanya karena melihat poster atau cover DVDnya yang harus diakui memang jauh dari kata menarik, yang membuat anda berpikir ini mungkin hanya satu lagi dari sekian banyak slasher sampah murahan, tapi tunggu sampai anda menontonnya sendiri, karena saya menjamin bahwa slashser indie garapan Eli Craig ini akan jauh berbeda dari perkiraan anda.
HAVE YOU EVER SEEN
Ya, Tucker & Dale vs Evil sukses menjungkirbalikan formula slasher konvesional dengan balutan black comedy-nya yang sangat menyegarkan dan super kocak, yang bisa saya pastikan akan mengocok perut anda. Sebagai sutradara sekaligus penulis naskah Eli Craig termasuk lihai ‘mengawinkan’ dua genre berbebeda, horror dan komedi plus elemen bromance didalamnya menjadi sebuah kesatuan solid sepanjang 89 menit. Untuk lebih mudah membayangkan bagaimana rupa film ini, begini saja, coba anda bayangkan bagaimana jadinya jika Shaun of The Dead yang kocak itu bercampur dengan Wrong Turn dengan segala kesadisnya? Ya, anda akan mendapatkan Tucker & Dale vs Evil, bahkan saya berani mengatakan bahwa Tucker & Dale vs Evil jauh lebih menarik daripada kedua film yang saya sebutkan tadi. Saya menyukai bagaimana kisah film ini mampu mengalir, berkembang dengan dinamis dan lancar di setiap menitnya tanpa terkesan menjadi sebuah komedi murahan atau bagaimana Eli Craig mampu mengarapa adegan per adegannya sedemikian rupa dengan banyak melibatkan unsur-unsur misunderstanding alias kesalahpahaman yang disertai dengan banyak kejadian yang tidak disengaja sebagai pemicu konflik dimana ujungnya akan berakhir dengan rentetan momen-momen lucu yang tidak terduga. Mungkin hanya Tucker & Dale vs Evil yang mampu membagi komedi dan slasher-nya dengan porsi seimbang, sehingga penonton diajak untuk tertawa dan merasakan sensasi ketegangan disaat bersamaan, apalagi tidak
seperti Shaun of The Dead yang terlalu ‘cerewet’ dengan rangkaian dialognya yang bertele-tele, Tucker & Dale vs Evil tampil jauh lebih efektif dengan moto talk-less do more-nya, bahkan bromance chemistry yang dihasilkan duo Alan Tudy dan Tyler Labine tampak begitu kompak dan kuat dalam membawakan karakter Tucker dan Dale yang kocak dan polos, yah, bisa dikatakan setara lah dengan apa yang sudah dilakukan Simong Pegg dan Nick Frost. Oh ya, karena Tucker & Dale vs Evil masih termasuk genre slasher, Eli Craig pun tidak mau ketinggalan menyelipkan banyak bumbu-bumbu kekerasan tingkat tinggi dan sadis didalamnya, tanpa terlalu banyak dihiasi spesial efek tapi cukup berhasil ditampilan serealistis mungkin. Namun karena unsur black comedy-nya begitu kental, hasilnya malah membuat adegan-adegan tersebut malah terkesan lucu daripada menjijikan. Jujur saja saya termasuk penonton yang paling sulit untuk dibuat tertawa, dan Tucker & Dale vs Evil menjadi salah satu film langka nan unik yang berhasil membuat saya terpingkal-pingkal. Melihat bagaimana kelucuan demi kelucuan, kejutan demi kejutan mampu berjalan beriringan sempurna dengan elemen slashernya adalah sebuah daya tarik terbesar dari film milik Eli Crai. Jarang-jarang ada horror komedi yang mampu tampil sesolid ini, apalagi mengingat film ini digarap dengan biaya murah dan sangat sederhana. Love it! The best bloody-hilarious slasher comedy ever!
lilya 4-ever
Release Date 23 Agustus Genre Crime, Drama Run109 minutes Direc- Lukas Moodysson Stars Oksana Akinshina, Artyom Bogucharskiy Rating R for strong sexual content, drug use and language
H
idup memang kejam, terlebih lagi bagi Lilya (Oksana Akinshina), seorang gadis remaja yang harus menjalani kehidupannya yang tragis dan getir di usianya yang masih 16 tahun seorang diri.Mendapatkan kehidupan lebih baik bisa dibilang merupakan mimpi terbesar bagi setiap penduduk yang tinggal di kota tak bernama bekas reruntuhan Uni soviet ini. Tidak terkecuali bagi Lilya yang nyaris mendapatkan kesempatan untuk meninggalkan kota miskin ini untuk pindah ke Amerika Serikat. Namun entah kenapa di menitmenit terakhir ibunya yang tidak bertanggung jawab batal membawanya, malah pergi sendiri bersama pacar barunya. Ia malah ditinggalkan sendiri di dibawah pengasuhan bibinya yang tidak peduli kepadanya sembari berharap janji ibunya yang akan membawanya serta dikemudian hari akan terwujud.
Namun janji tersebut tinggalah janji belaka. Dari sinilah rangkaian kisah tragis seorang Lilya pun dimulai. Setelah dipaksa pindah oleh bibinya ke sebuah apartemen yang lebih kecil dan jauh dari kata nyaman, Lilya yang polos dan naif kini harus menjalani dingin dan kerasnya kehidupan seorang diri. Sahabat satu-satunya hanya Volodya (Artyom Bogucharsky) seorang bocah bermasalah yang kerap kali di usir orangtuanya. Tidak butuh waktu lama bagi Lilya terjerumus dalam kehidupan malam sebagai prostitusi. Ia terpaksa menjual tubuh dan melepaskan kehormatannya agar dapat tetap hidup. Seperti yang sudah disinggung diatas, ini masih merupakan awal dari kehidupan tragis Lilya, karena dalam beberapa bulan kedepan ia akan baru benar-benar merasakan bagaimana dunia memperlakukannya dengan kejam.
HAVE YOU EVER SEEN Mencari sebuah film dengan aroma depressing akut yang membuat penontonnya ikut terbawa suasana dan penderitaan yang dialami karakter utamanya? ya, bisa dibilang Lilya 4-Ever yang anda cari. Cerita film produksi Swedia ini didapatasi bebas dari kisah nyata seorang gadis remaja Lithuania bernama Dangoule Rasalaite yang menjadi headline di berbagai media di Swedia pada tahun 2000 lalu karena kisah pahitnya dimana ia harus menjalani pahitnya kehidupan, dimana ia menjadi korban orangtua yang tidak bertanggung jawab hingga akhirnya harus terkena imbas perdagangan manusia dan perbudakan seks dibawah umur. Layaknya yang menjadi ciri khas film-film depressing, kita tidak akan menjumpai kebahagian disini, kalaupun ada semuanya hanya sesaat karena pada akhirnya lagi-lagi kesedihan dan kegetiranlah yang akan mendominasi keseluruhan kisah dongeng
gelap dan kelam Swedia ini, bahkan hingga ending-nya. Sutradara dan penulis naskah asal Swedia, Lukas Moodysson sukses menghasilkan sebuah drama kemanusiaan realistis dengan dukungan akting natural dari semua pemainnya. Dukungan soundtrack yang powerfull juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Lilya 4-Ever, terutama soundtrack bernuasa techno, Mein Herz brennt dari Rammstein yang menjadi pembuka dan penutup film ini berdurasi 109 menit ini. Ya, Lilya 4-Ever sukses memberikan sebuah tontonan sederhana tentang kenyataan pahit dibalik kehidupan seorang gadis muda dalam menjalani kehidupannya. Sebuah film yang seakan-akan ‘menampar’ kita dengan rangkain kisah-kisah tragis dan tingkat depressing luar biasa yang di alami seorang manusia bernama Lilya.
IT’S NOT EVER YET
INDONESIAN MOVIES
Laskar Pelangi Pelangi edensor Edensor 2 Laskar B
agi kalian yang pernah membaca buku novelnya pasti sudah lama menantikan film ini tayang di gedung bioskop. Novel yang diangkat dari tetralogi milik Andrea Hirata ini akan melanjutkan kisah Ikal dan Arai yang sedang merantau di negeri orang, tepatnya di Paris, Perancis. Laskar Pelangi sekuel 2: Endesor melanjutkan dua kisah film sebelumnya yang menceritakan tentang dua orang anak kampung yang berasal dari Belitong untuk mengejar mimpi-mimpi mereka untuk bisa mengambil gelar sarjana di Paris, Perancis. Sebelumnya, di film Sang Pemimpi tokoh Arai dimainkan oleh Ariel ‘Noah band’ dan sekarang peran Ariel di dalam film terbaru dari Falcon Pictures dan Mizan Productions tersebut di perankan oleh Abimana Artasatya. Kedatangan Ikal dan Arai di benua Eropa disambut dengan suhu udara yang sangat dingin yaitu dibawah nol derajat. Dan sialnya dua orang yang baru pertama kali
menginjakkan kaki mereka di benua Eropa ini harus terlunta-lunta karena mereka berdua tidak diterima di rumah Van der Wall, tempat tinggal mereka sementara, dikarenakan Ikal dan Arai terlambat datang dan mereka tidak menginformasikannya kepada sang pemilik rumah. Akibat dari kelalaian mereka berdua, mau tidak mau dua orang ini harus tidur di luar dengan ditemani suhu udara dibawah nol derajat. Sanking dingin suhu diluar tubuh Ikal mulai membeku. Dan Arai pun datang menyelamatkan nyawa temannya itu dengan mengubur Ikal dalam tumpukan sampah dan dedaunan kering. Hari-hari berikutnya adalah hari-hari yang sibuk bagi Ikal dan Arai. Selain belajar, dua orang ini melakukan pekerjaan apa saja agar bisa mengirimkan uang hasil kerja mereka ke orang tua mereka yang tinggal di Belitong. Berbagai pekerjaan mereka ambil dimulai menjadi pengamen jalanan, pelayanan
restoran, menghibur para pejalan kaki dengan memakai kostum ikan. Kehidupan sekolah Ikal pun mulai terganggu dengan kehadiran seorang wanita cantik di kampusnya yang bernama Katya, seorang wanita cantik yang selalu jadi bahan rebutan para pria di kampusnya di Sorbone. Dan dari semua pria yang berusaha merebut hati Katya hanya Ikal sajalah yang bisa merebut hati katya. Yap, ternyata Katya sudah jatuh cinta terlebih dahulu kepada Ikal. Ikal dan Katya jadi sering pergi berdua kemana-mana dan semakin lengket, disatu sisi Ikal mulai merasakan ada yang salah dengan dirinya itu dan ia mulai kangen dengan cinta masa kecilnya yang bernama Aling yang katanya juga kuliah di Paris, Perancis. Katya yang baru dekat dengan dirinya ini berusaha menggantikan posisi Aling di hati Ikal, selain itu pula Ikal jadi tidak fokus belajar. Terbukti, nilai ujian tengah semester Ikal hancur total.
Kini Ikal pun mulai terjebak dalam putaran segitiga kehidupannya; cinta, keluarga dan mimpi. Ditambah lagi datangnya pertentangan dari Arai temannya sewaktu mereka masih kecil. Selain Lukman Sardi dan Abimana Artasatya petualang mereka berdua ini juga ditemani oleh para pemain lainnya seperti Mathias Muchus (Ayah Ikal), Arswendy Nasution (Weh), Shalvynne Chang (Aline), Zulfani (Ikal remaja), Rendy Ahmad (Arai remaja), dan Ferdian (Lintang remaja). Film ini juga diramaikan oleh pemain asal Paris, seperti Astrid Roos, Paris Laurent, Gregory Navis, Emma Chalbedra dan masih banyak lagi. Film sendiri 80% pengambilan gambarnya dilakukan du Paris, keelokan Belitong juga dimasukkan di dalam film terbaru karya Beni Setiawan ini. Untuk original soundtracknya sendiri lagu dari Coboy Junio yang berjudul Pelangi dan Mimpi, terpilih untuk menghidupkan film ini. Tak hanya Coboy Junior saja yang mengisi original soundtrack dari film ini ada Meda Kawu dan Cut Niken yang membawakan lagu dari Andrea Hirata dimana lagunya berbicara tentang cinta, sahabat dan kampung halaman. Dan saat ini filmnya sudah bisa kamu saksikan di gedung bioskop. [Tyo].
The Right One
I
ni dia film romantis yang akan dirilis pada bulan Febuari 2014, film tersebut berjudul The Right One. Film romantis ini adalah film pertama dari rumah produksi Renee Pictures. The Right One menceritakan seorang pria bernama Jack (Gandhi Fernando) dan Alice (Tara Basaro) mereka adalah dua profesional muda yang bertempat tinggal di Bali yang di penuhi oleh berbagai macam pemandangan indah. Jack sadar bahwa dirinya terjebak di dalam rutinitas di sebuah bank yang sangat membosankan di kehidupan pribadinya. Sedangkan di sisi lain ada seorang wanita cantik bernama Alice dimana ia mendedikasikan semua hidupnya sebagai ahli biologi laut tetapi Alice kini lebih menginginkan untuk terjun ke lapangan daripada ia harus duduk dan terjebak di dalam kantor. Suatu hari mereka berdua berada di sebuah bar yang sama. Dua orang asing yang tak saling
mengenal satu sama lainnya ini mulai melakukan percakapannya dan mereka pun mulai ada chemistry satu sama lainnya. Mereka akhirnya memutuskan untuk pergi bersama-sama ke tempat-tempat yang berbeda di seputar Bali dan berbincang tentang kehidupan, cinta, dan rasa frustasi dari dunia pascakuliah mereka. Apakah Jack dan Alice pernah bertemu satu sama lainnya? Atau Jack dan Alice adalah korban dari masa lalu yang ingin mereka lupakan satu sama lainnya? Penasaran dengan akhir cerita dari film The Right One ini? Rencananya The Right One akan di rilis di bulan Febuari 2014. The Right One akan tayang di seluruh gedung bioskop pada tanggal 27 Febuari 2014 dan yang ikut serta meramaikan film ini ada Tara Basro, Gandhi Fernando, Dave Alexandre, Sheila Tohir, Tara Wraith, Bran Vargas, Tim Matindas, Haseena Bharata, Vijay Kumar. Film ini disutradarai oleh Stephen Odang.[Tyo]
INDONESIAN MOVIES 14 FEBRUARI 2014
B
anyak yang bilang bahwa bulan febuari adalah bulan kasih sayang, tapi tidak dengan film yang satu ini. Film Killers ini tayang di gedung bioskop pada bulan febuari 2014 di saat film-film romantis mulai bermunculan di gedung bioskop. Film Killers sendiri sudah di tayangkan di Jepang dan film ini juga di ikut sertakan di ajang Sundace Film Festival. Film ini adalah kolaborasi pertama antar dua negara yaitu Indonesia dan Jepang. Filmnya sendiri adalah hasil kerja sama The Mo Brothers dengan produser Jepang Ushiyama Takuji. Selain tayang di Jepang, XYZ Films sebuah perusahaan penjualan yang berbasis di Amerika telah membuat kesepakatan dengan beberapa distributor film dari berbagai negara seperti perusahaan distribusi film di Jerman, Perancis, Turki, dan Hongkong dimana mereka semua sudah resmi membeli hak edar dari film Killers. Film Killers sendiri dibuat dibawah rumah produksi Jepang Nikkatsu dan Guerilla Merah Film dari Indonesia. Dan beberapa nama lainnya yang juga ikut terlibat di dalam pembuatan film ini ada Merantau Films (The Raid), Damm Inc (yang dimotori oleh Daniel Mananta dkk) da yang terakhir dari Million Pictures (Negeri 5 Menara). Killers bercerita tentang seorang pria bernama Nomura, ia adalah seorang eksekutif muda Jepang dan juga sukses di dalam karirnya tapi di lain sisi
KILLERS
ternyata Nomura mempunyai sisi gelap yaitu menjadi seorang pembunuh. Ia pun menyebarkan video pembunahannya tersebut melalui jejaring sosial. Di belahan dunia lain, ada Bayu seorang jurnalis ambisius yang karirnya sedang diambang kehancuran secara tidak sengaja ia melihat video Nomura dan mulai menemukan sisi lain dari dalam dirinya. Kemudian mereka pun terhubung satu sama lainnya melalui sebuah jaringan internet dan diantara mereka
berdua mulai ada ikatan satu sama lainnya dan ikatan tersebut semakin rumit. Dan saat itulah sang pembunuh memutuskan untuk menemui Bayu. [Tyo]
A
ndi, Cahaya dan Ian (ACI) adalah pelajar yang dipertemukan sebuah desa yang dikuasai oleh pemandangan dua gunung dengan satu jalan yang menghilang ditengahtengahnya. Mereka dipertemukan ketika Andi dan Ian yang sudah bersahabat sebelumnya, didatangi oleh seorang murid pindahan bernama Cahaya yang berasal dari Jakarta. Pertemuan mereka bertiga bukan hanya mengenai cinta dan pertemanan, tapi juga mengenai kecintaan akan musik dan budaya yang mereka punya. Melewati sebuah proses yang panjang, mereka bertiga harus bersatu dengan Tiwi, Nanda, Bagas, Ichsan beserta teman-teman sekelas lainnya, yang sedang membentuk sebuah kelompok musik dengan paduan suara yang diperoleh dengan koreografi tarian tradisional dan harmoni indah alat-alat musik yang budaya telah wariskan kepada mereka. Dipimpin oleh seorang Guru musik bernama Pak Jay, mereka harus mengatasi semua masalah pribadi mereka sendiri sebelum mereka mampu bersatu untuk satu tujuan. Yaitu musik dan kebersamaan. [Tyo].
N
usantara di tahun 1930, dari tanah kelahirannya Makasar, Zainuddin (Herjunot Ali) berlayar menuju tanah kelahiran ayahnya di Batipuh, Padang Panjang. Diantara keindahan ranah negeri Minangkabau ia bertemu Hayati (Pevita Pearce), gadis cantik jelita, bunga di persukuannya. Kedua muda mudi itu jatuh cinta. Apa daya adat dan istiadat yang kuat meruntuhkan cinta suci mereka berdua. Dari lahir Zainuddin memang hidupnya sudah melarat tak berbangsa dan tak bersuku, ia juga seorang yatim piatu. sementara Hayati gadis cantik jelita yang di cintainya itu adalah perempuan Minang keturunan bangsawan. Hingga pada suatu hari Zainuddin mengajukan lamaran kepada keluarga besar Hayati tapi sayang lamaran Zainuddin tersebut ditolak oleh keluarga Hayati. Hayati pun dipaksa oleh keluarga besar untuk segera menikah dengan
seorang pria bernama Aziz (Reza Rahadian), laki-laki kaya dan juga dari keturunan bangsawan ini ingin segera menyunting Hayati secepatnya. Perkawinan harta dan kecantikan mematahkan cinta suci kedua anak manusia ini. Pernikahan antara Hayati dan juga Aziz pun terjadi. Sebelum Aziz menikah Hayati, Zainuddin sudah di fitnah oleh orang-orang kampung di tanah kelahiran ayahnya, ia di fitnah orang sekampung bahwa dirinya dan Hayati sering sekali berdua-duan. Karena sudah di fitnah dan tak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan Zainuddin pun memutuskan untuk pergi dari tanah kelahiran ayahnya dan ia pun mulai merantau ke tanah Jawa demi bangkit melawan keterpurukan cintanya. Zainudin bekerja keras membuka lembaran baru hidupnya. Sampai akhirnya ia sukses menjadi seorang penulis terkenal dengan karya-karya mashyur dan diterima masyarakat seluruh Nusantara.
Tetapi sebuah kenyataan kembali datang kepada diri seorang Zainuddin, di tengah gelimang harta dan kemashyurannya. Dalam sebuah pertunjukan opera yang ditonton oleh orang banyak, Zainuddin kembali bertemu Hayati, kali ini sang pujaan hati sudah bersuamiakan seorang pria kaya dan dari kalangan bangsawan yang bernama Aziz. Perkawinan harta dan kecantikan bertemu dengan cinta suci yang tak lekang waktu. Sakit hati karena cinta tak pernah lagi ia utarakan kepada orang lain selain kepada temannya yang bernama Muluk. Dan cobaan demi cobaan datang bertubi-tubi menghampiri Zainuddin dan juga Hayati. Apakah cinta mereka akan kembali bersatu untuk selamanya? Penasaran dengan akhir dari filmnya? tonton saja filmnya di gedung bioskop kesayangaan kalian. [Tyo].
Daftar Lengkap Para Pemenang Piala Maya Selesai sudah pembacaan para pemenang Piala Maya 2013 dimana acara tersebut diadakan di Umanaira, Brawijaya, Jakarta selatan yang diadakan beberapa waktu yang lalu. Acara ini punya 32 nominasi yang di lombakan di dalamnya. Acara ini dibuat untuk para insan perfilman Indonesia dan acara penghargaan ini kali kedua di gelar dimana sebelumnya Piala Maya di gelar pertama kali tahun 2012. Perhelatan akbar ini juga di hadiri para tokoh perfilman Tanah Air, seperti Eros Djarot, Ratna sarumpaet, Ria Irawan, Lukman Sardi, Julia Perez, Joko Anwar, dan masih banyak lagi. Ini dia daftar lengkap para pemenang Piala Maya 2013: 1. Sutradara Terpilih: Mouly Surya - ‘What They Don’t Talk About When They Talk About Love’ 2. Naskah Asli Terpilih: Swastika Nohara - ‘Hari Ini Pasti Menang’ 3. Naskah Adaptasi Terpilih: Ifa Ifansyah, Fajar Nugros, dan Iwan Setyawan - ‘9 Summers 10 Autumns’ 4. Penata Kamera Terpilih: Yunus Pasolang - ‘What They Don’t Talk About When They Talk About Love’ 5. Penyunting Gambar Terpilih: Cesa David Luckmansyah, Aline Jusria, dan Faesal Rizal - ‘Noah’
6. Penata Artistik Terpilih: Iqbal Marjomo - ‘Belenggu’ 7. Penata Suara Terpilih: Khikmawan Santosa - ‘Hari Ini Pasti Menang’ 8. Efek Khusus Terpilih: Adam Howarth - ‘Sang Kyai’ 9. Ilustrasi Musik Terpilih: Indra Lesmana - ‘Adriana’ 10. Penata Rias Wajah dan Rambut Terpilih: Retno R Damayanti, Joy Revfa, dan Rezani Ramli - ‘Habibie & Ainun’ 11. Panata Kostum Terpilih: Retno R Damayanti - ‘Habibie & Ainun’ 12. Aktor Utama Terpilih: Reza Rahadian - ‘Habibie & Ainun’ 13. Aktris Utama Terpilih: Julia Perez - ‘Gending Sriwijaya’ 14. Aktor Pendukung Terpilih: Alex Komang - ‘9 Summers 10 Autumns’ 15. Aktris Pendukung Terpilih: Ayushita - ‘What They Dont Talk About When They Talk About Love’ 16. Aktor Pendatang Baru Terpilih: Reza Nangin - ‘Cinta Tapi Beda’ 17. Aktris Pendatang Baru Terpilih: Lina Marpaung - ‘Demi Ucok’
18. Pemain Cilik Terpilih: Jefan Nathanio - ‘Tampan Tailor’ 19. Aktor Omnimbus Terpilih: Lukman Sardi - ‘Rectoverso’ segmen ‘Malaikat Juga Tahu’ 20. Aktris Omnimbus Terpilih: Dewi Irawan - ‘Rectoverso’ segmen ‘Malaikat Juga Tahu’ 21. Film Daerah Terpilih: ‘Nagasari’ - Jawa Tengah dan Yogyakarta 22. Film Animasi Pendek Terpilih: ‘Sang Suporter’ - Wiryadi Darmawan 23. Desain Poster Terpilih: Gamaliel Budiharga - ‘Vakansi yang Janggal & Penyait Lainnya’ 24. Penulisan Kritik Film Terpilih: ‘Sokola Rimba’ - ‘Protes dari Orang Rimba’ Imam Teguh Santoso 25. Lagu Tema Terpilih: ‘Cinta Sejati’ - Diciptakan oleh Melly Goeslaw dinyanyikan oleh Bunga Citra Lestari 26. Film Dokumenter Terpilih: ‘400 Words’ - Ismail Basbeth 27. Penghargaan Khusus Terpilih: Dokumenter Non Naratif - ‘Epic Java’ - Febian Nurrahman Saktinegara 28. Segmen Film Omnibus Terpilih: ‘Malaikat Juga Tahu’ dalam Film ‘Rectoverso’ Marcella Zallianti 29. Film Pendek Terpilih: ‘Dino’ - Edward Gunawan 30. Film Panjang Terpilih: ‘Sokola Rimba’ - Riri Riza 31. Sutradara Berbakat Terpilih: Meisyatun 32. Koleksi DVD Terpilih: ‘Catatan Si Boy’ Selamat buat para pemenang. [Tyo].
Black Sails True Detective Helix Bitten Rake Looking Almost Human
TV SERIES
P R E M I E R E
Dengan berakhirnya serial sukses “Spartacus� awal tahun 2013 lalu, Jaringan TV kabel Starz akan kembali menggoda para pemirsa dengan serial baru bertema bajak laut, Black Sail. Dijadwalkan tayang perdana 25 Januari 2014, Black Sail merupakan salah satu serial televisi yang dinanti-nantikan dan diantisipasi membawa demam bajak laut ke layar televisi seperti histeria zombie dalam The Walking Dead.
Black Sail merupakan prequel dari novel klasik Robert Louis Stevenson yang berjudul Treasure Island. Karakter diambil dari novel tersebut dengan plot yang sama tetapi mengambil kisah 20 tahun sebelumnya. Serial ini diciptakan oleh showrunner Jonathan Steinberg (pencipta Jericho, Human Target) sebanyak delapan episode untuk season pertamanya. Black Sails menceritakan kisah perjuangan
Kapten Flint dan para kru bajak lautnya demi kelangsungan hidupnya dalam menghadapi ancaman yang muncul dari segala sisi di pulau New Providence, pulau yang merupakan surga para kriminal yang dipenuhi dengan bajak laut , pelacur , pencuri, pencari keberuntungan dan penuh kebrutalan. Toby Stephens (Die Another Day) akan memainkan peran Flint, kapten bajak laut paling brilian dan paling ditakuti pada jamannya. Selanjutnya Kapten Flint merekrut Long John Silver (Luke Arnold) yang dalam “Treasure Island” dikenal sebagai ““one-legged man” sebagai salah satu krunya. Silver digambarkan sebagai seorang pemuda yang suka berbicara cepat dan bergabung dengan awak The Walrus , setelah mencuri peta ke Galleon Spanyol, harta yang sedang dikejar oleh Flint. Jessica Parker Kennedy (90210) berperan sebagai Max, pelacur Perancis yang mengetahui sisi gelap pulau New Providence. Berperan sebagai sang saingan, Kapten Charles Vane, adalah Zach McGowan (Shameless), selanjutnya Hannah New berperan sebagai Eleanor Guthrie wanita muda penuh tekad yang menjalankan operasi penyelundupan di New Providence. Dilihat dari trailer pertama yang dirilis Starz, serial ini menjanjikan banyak aksi kekerasan dan petualangan bajak laut yang seru, belum lagi bumbu seksualitas yang mungkin dirancang untuk pemirsa yang telah terbiasa dimanjakan dengan tampilan–tampilan “penghangat” seperti itu. edangkan trailer kedua lebih
memperlihatkan sisi drama Black Sails sehingga memperhalus segi cerita yang sepertinya hanya dipenuhi dengan aksiaksi yang penuh kekerasan dan seksual seperti pada trailer pertama. Masalahnya adalah apakah pemirsa bisa menerima tipe gelap bajak laut seperti ini dibandingkan gaya
Kapten Jack Sparrow yang diperankan Johnny Depp dalam Pirates of the Caribbean. Dalam penayangan Black Sails akan berkompetisi dengan serial bajak laut lain dari jaringan NBC, “Crossbones” yang dibintangi John Malkovich sebagai Edward Teach aka “Blackbeard”. Eksekutif produser Black Sails adalah Michael Bay (Transformers, Armageddon, Pearl Harbor) juga rekannya Brad Fuller and Andrew Form (The Purge , Teenage Mutant Ninja Turtles). Mengetahui betapa pentingnya episode pilot sebagai daya penarik yang kuat maka didaulatlah Neil Marshall sebagai sutradaranya. Marshall telah mengukir prestasi sebagai master film thriller anggaran rendah yang sukses berkat film-film seperti Dog Soldiers , The
Toby Stephens, sebagai Captain Flint, seorang bajak laut brilian.
Descent , Doomsday , dan Centurion . Ia juga sukses dalam debutnya sebagai sutradara TV dalam episode “ Blackwater “ pada serial Game of Thrones yang masih dianggap sebagai salah satu episode terbaik serial itu. Pengalaman Marshall mensutradarai aksi laga akan menjanjikan episode awal yang kuat. Hal menarik lainnya adalah kesamaan plot awal cerita dengan Treasure Island yang merupakan salah satu novel paling terkenal sepanjang masa. Reaksi positif fans terhadap serial ini saat dipertontonkan di San Diego Comic Con membuat Black Sails diperpanjang untuk season keduanya sebanyak sepuluh episode, bahkan sebelum season satu ditayangkan untuk umum. Starz telah sukses dalam memproduksi serial-serial ”berat” seperti Spartacus, drama politik “Boss”, serial kriminal “Magic City”, tapi tidak semua serial yang ditujukan untuk prequel cerita yang sudah terkenal akan sukses, contohnya seperti serial Camelot yang merupakan awal cerita Arthur. Kegagalan serial itu untuk menarik massa menjadi pelajaran bagi tokoh-tokoh dibelakang Black Sails – yang seperti Camelot, bertujuan untuk menjadi serial awal petualangan klasik yang tegang. Namun dengan tema bajak laut, dan Bay serta Marshall sebagai di tokoh belakang layar juga deretan bintang-bintang pendukung Black Sails, bisa diprediksikan kalau serial ini akan menjadi hit dan menjadi serial yang wajib ditonton para penggemar serial TV.
lyna_3n
P R E M I E R E
Matthew
McCONAUGHEY
The World Needs Bad Men
B
ersiap-siaplah untuk menonton serial anthology “gelap� terbaru HBO pada 12 Januari 2014 mendatang. Serial delapan episode ini diperankan oleh dua nama besar di perindustrian film Hollywood saat ini, Matthew McConaughey dan Woody Herrelson. Ya, dua aktor layar lebar tersebut kini merambah layar kaca dengan serial bergenre crime-drama yang di balut gelap khas drama kelas berat. Tentu juga dengan adanya dua nama besar tersebut, serial ini sudah ditunggu-tunggu oleh penggemar serial berkualitas sejak gaungnya mulai terdengar setahun lalu. True Detective akan membawa kita ke daerah berawa di Louisiana, dimana dua orang detektif (yang diperankan oleh Matthew McConaughey dan Woody Herrelson) sedang menyelidiki sebuah kasus pembunuhan berantai yang sudah lama meneror warga. Keduanya semakin terlibat dan terobsesi untuk memburu sang pembunuh yang telah melakukan aksi-aksi kejinya selama hampir dua dekade, dari pembunuhan pertama pada tahun 1995
hingga pembukaan kasus kembali pada tahun 2012. Pada tahun 2012, dua detektif Kepolisian Negara Bagian Louisiana, Rust Cohle (Matthew McConaughey) dan Martin Hart (Woody Herrelson) membuka kembali sebuah kasus yang pernah mereka tangani pada tahun 1995 silam. Dengan terungkapnya penyelidikan pada masa kini melalui dua interogasi terpisah, dua mantan detektif itu menceritakan kisah penyelidikan mereka, membuka kembali luka lama yang belum sembuh, dan membawa mereka pada pertanyaan bagaimana seharusnya mereka mengungkap pembunuhan realistik aneh pada tahun 1995 tersebut. Jalinan yang tak berujung dan menuju ke satu titik di tahun 2012 dimana mereka ditarik kembali ke dunia yang mereka percayai telah mereka lupakan jauh di belakang. Mempelajari satu sama lain dan si pembunuh, menjadi jelas bahwa kegelapan ada di dua sisi hukum. Memang tema serial semacam ini bukanlah hal baru di dunia pertelevisian Amerika,
namun dengan adanya adu akting antara dua aktor ternama Hollywood tersebut, membuat serial satu ini patu ditunggu penayangannya. Terlebih serial ini diproduksi HBO, salah satu Cable TV yang sudah berpengalaman menelurkan serialserial berbobot. True Detective akan menggunakan format anthology, yang mana di setiap musimnya akan menampilkan tokoh dan cerita yang berbeda seperti salah satu serial jagoan FX Channel, American Horror Story. Kedelapan episode musim pertamanya ini, diciptakan dan ditulis oleh seorang novelis, penulis naskah dan juga produser, Nic Pizzolatto, sedangkan kedelapan episode serial ini juga akan disutradarai oleh Cary Fukunaga, keduanya juga sekaligus sebagai produser eksekutif serial ini. Selain nama Mattew McConaughey dan Woody Herrelson, terdapat juga namanama seperti aktor kawakan Kevin Dunn yang pernah beraperan dalam beberapa film seperti Transformers yang di film tersebut Ia memerankan ayah
dari sang aktor utama Shia Labeouf dan juga dalam film Unstoppable. Lalu ada si cantik Michelle Monaghan yang pernah beradu akting dengan aktor Jake Gyllenhaal dalam film Source Code, kali ini Ia berperan sebagai istri dari tokoh yang diperankan oleh Woody Herrelson, dipasang juga aktor dan aktris lain seperti Alexandra Daddario, Tory Kittles, Michael Potts dan beberapa aktor pendatang baru. Serial ini, bersama dengan film-film McConaughey terbaru seperti Dallas Buyers Club and The Wolf of Wall Street, sepertinya secara resmi mencoba untuk membuang karakter rom-com anak emas menyebalkan seperti yang terdapat pada film-film McConaughey terdahulu, dan mengingatkan kita bahwa dia benar-benar bisa berakting dan membuat banyak orang terkesan. Sepertinya ini juga faktor umur McConaughey yang sudah tidak muda lagi, sehingga Ia mencoba menata kembali dan memfokuskan karirnya kedepan, who knows?. -The Unfortunate Kyd-
Man is the Cruelest Animal
Woody
HARELLSON
PREMIERE
By: The Unfortunate Kyd
Helix adalah serial science fiction thriller terbaru keluaran SyFy yang akan memulai debutnya pada 10 januari 2014 ini. Yang memberikan ide untuk serial ini adalah Cameron Porsandeh, yang kemudian diserahkan kepada Sony Pictures, dimana Lynda Obst merivisi ide tersebut bersama dengan Porsandeh. Pihak Sony kemudian menanyakan jika ada seorang penulis televisi fiksi ilmiah besar yang ingin mereka posisikan sebagai produser eksekutif, dan Ia menyarankan Ron D. Moore, yang bergabung dengan tim produksi dan melemparkan beberapa konsep utama baru. Pilot naskah itu sendiri ditulis oleh Porsandeh dan Obst, dan sementara Ron Moore memberikan beberapa ide kunci namun dia tidak menulis sendiri naskah tersebut. Sementara Ron Moore adalah Produser Eksekutif, Stephen Maeda adalah showrunner sehari-hari. Helix sendiri bercerita tentang sebuah tim ilmuwan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yang melakukan sebuah perjalanan ke ke sebuah fasilitas
penelitian di Kutub Utara, Arctic Biosystems, untuk menyelidiki potensi wabah penyakit. Sementara di sana, mereka menemukan diri mereka terjebak dalam situasi hidup-atau-mati yang bisa menentukan nasib masa depan umat manusia... Atau kehancuran total. Namun, ancaman mematikan hanyalah puncak dari gunung es, dan sebagai virus berkembang, kebenaran dingin mulai terungkap. Helix diperankan oleh Billy Campbell sebagai Dr. Alan Farragut, Hiroyuki Sanada sebagai Dr. Hiroshi Hitaki, Kyra Zagorsky sebagai Dr. Julia Walker, Mark Ghanime sebagai Major Sergio Balleseros, Jordan Hayes sebagai Dr. Sarah Jordan, Meegwun Fairbrother sebagai Daniel Aerov, Catherine Lemieux sebagai Doreen Boyle dan Neil Napier sebagai Dr. Peter Farragut. SyFy memang stasiun televisi Amerika yang spesialis di bidang serial-serial fiksi ilmiah, tapi apakah serial ini akan bisa memuncaki rating pada musim dingin 2014? Kita tunggu saja di Januari ini.
Setelah Haven, eOne kembali menelurkan serial terbarunya, Bitten, yang juga sama-sama tayang di SyFy. Serial Kanada bertema warewolf ini direncanakan akan tayang pada 13 Januari 2014, tepat satu jam setelah seriaal bertema makhlukmakhluk supranatural yang sudah memasuki musim keempatnya, Being Human.
kembali ke Stonehaven, wilayah leluhur manusia serigala, di mana ia bekerja sebagai fotografer dan menyembunyikan keberadaan manusia serigala dia dari pacarnya, namun ketika tubuhnya mulai bertransformasi di pekarangan belakang, dia menyadari bahwa dia tidak akan berhenti pada apapun untuk membela sekawanan serigalanya.
Bitten diadaptasi dari sebuah novel karya Kelly Armstrong berjudul Women Of The Otherworld. dibintangi oleh Laura Vandervoort (Smallville, Ted) sebagai Elena Michaels, werewolf perempuan satu-satunya yang ada. Putus asa untuk melarikan diri kedua dunia dia tidak pernah ingin menjadi bagian dari dan orang yang mengubahnya menjadi manusia serigala. Elena telah meninggalkan kawanan serigalanya dan berlindung di sebuah kota baru. Dia
Selain Laura Vandervoot, Bitten juga dibintangi oleh Greyston Holt, Greg Bryk, Steve Lund dan Michael Xavier. Serial ini sendiri diproduseri oleh J.B. Sugar dari No Equal Entertainment, Patrick Banister dan John Barbisan dari Hoodwink Entertainment, Tecca Crosby, John Morayniss, dan Margaret O’Brien dari eOne. Sementara Daegan Fryklind dan Grant Rosenberg sebagai produser eksekutif dan co-showrunners. By: The Unfortunate Kyd
PREMIERE
Don’t Judge.
RAKE
Pertelevisian Amerika kembali menelurkan serial TV bertema percintaan dan persahabatan sesama jenis pada tahun 2014 ini. Dan kali ini, HBO mempersembahkan ‘Looking’. Memang tema seperti ini bukanlah barang baru di pertelevisian Amerika, sebut saja serial komedi NBC, The New Normal yang sempat mengudara 1 musim dan langsung di cancelled penayangannya, bahkan tidak jarang juga cerita percintaan sesama jenis ini disisipkan ke dalam beberapa serial terkenal di Amerika sana, Looking menawarkan pengalaman tanpa filter dari tiga teman dekat yang tinggal - dan mencintai - di zaman modern San Francisco. Patrick (Jonathan Groff) adalah
desainer video game berusia 29 tahun yang kembali ke dunia kencan di bangun dari keterlibatan mantan nya, calon artis AgustĂn (Frankie J. Alvarez), yang mempertanyakan gagasan monogami dengan pacarnya, dan anggota tertua kelompok, seorang pelayan restoran, Dom (Murray Bartlett), menghadapi usia pertengahan dengan mimpi romantis dan kehidupan profesional yang masih belum ia penuhi. Tidak semua serial bertema sesama jenis bertahan lama, mengingat masih taboonya pemikiran sebagaian orang, lalu bagaimanakah nasib serial ini? Kita tunggu saja tanggal mainnya pada tanggal 19 Januari 2014 ini.
Greg Kinnear kembali meramaikan layar kaca setelah pada tahun 2011 bermain dalam mini-series, The Kennedys, dan pada tahun 2012 juga sempat menjadi bintang tamu dalam serial komedi jagoan Fox, Modern Family. Kali ini Greg kembali menjadi pemeran utama sebagai Keegan Deane, seorang pengacara kriminal yang masalah pribadinya telah membawanya ke perilaku merusak diri sendiri yang mengharuskan Ia melawan akal dengan semua orang di sekitarnya, termasuk mantan istrinya, hakim, asisten jaksa, bandar narkobanya, dan bahkan IRS. Dalam satu hari, saja Keegan Deane digambarkan dalam banyak hal. Mantan istrinya-menyebutnya “tidak dapat diandalkan”, anaknya menyebutnya seorang “teman”, sebagian besar hakim menganggapnya sebagai “kemarahan”,
IRS menyebutnya seorang “terdakwa”, dan mantan bandar narkobanya menyebutnya sebuah “kehilangan tragis”. Brillian, putus asa dan menawan dengan nol filter, Keegan adalah salah satu pecandu besar dalam kehidupan. Dia selalu berusaha untuk melakukan hal yang benar, tetapi pada saat yang sama berjuang untuk menyelamatkan diri dari banyak unsur yang merusak diri sendiri yang mengganggu hidupnya sendiri, seperti perempuan dan perjudian. Rake sendiri diadaptasi dari serial Australia berjudul sama yang banyak memenangkan banyak penghargaan di negara asalnya. Di Amerika, serial ini akan memulai debut penayangannya pada 19 Januari 2014 di stasiun televisi FOX. By: The Unfortunate Kyd
By: The Unfortunate Kyd
A I R I N G
J
.H Wyman dari serial Science fiction Fringe dan executive produser J.J Abrams adalah perpaduan yang menarik. Dalam banyak hal , Almost Human adalah drama seri polisi klasik, sesuai dengan genre yang dibawakan. Detektif John Kennex ( Karl Karl Urban ) adalah seorang polisi dengan kenangan masalalu yang tragis, membuatnya lama vakum dari dunia kepolisian. Mencoba bangkit dari keterpurukan dan kembali menjadi polisi, John dipaksa ber mitra dengan seseorang yang tidak menghormatinya, dan parahnya mitra yang dimaksud adalah mitra yang sangat tidak diinginkan oleh John, Android. Berlatar belakang tahun 2048, Almost human diwarnai dengan potret masa depan dimana teknologi sudah sangat maju dan tidak terkontrol , ditambah dengan tidak kriminalitas yang meningkat 400 persen. Menindaklanjuti hal tersebut, pihak LAPD pun mengamanatkan kepada seluruh petugas kepolisian didampingi oleh cybrog dalam bertugas. Hal ini dimaksudkan karena para android dapat mengambil resiko terburuk dalam bertugas dan dapat mengambil keputusan berbasis logika yang pada akhirnya semua nyawa terselamatkan. Tapi semua bertolak belakang dengan John Kennex, kecurigaannya terhadap teknologi baru
ini sangat dalam, sehingga kerap kali john menghina rekan-rekannya yang “bukan� manusia itu. Setelah selamat dari salah satu penyergapan organisasi kejahatan yang dikenal sebagai The Syndicate, John Kennex menyalahkan para “polisi sintetik� ( Android ) Karena tidak berjuang keras menyelamatkan mitranya yang tewas dulu, yang mana saat itu John tidak bermitra dengan seoarang android, melainkan seorang manusia. Setelah peristiwa itu terjadi, John harus menjalani masa pemulihan yang panjang, John kembali ke kepolisian dengan keadaan depresi, trauma mental, dan hal-hal lain yang terus menghantuinya seperti penolakan psikologis dari bagian tubuh sintetisnya yang didapatnya setelah kejadian tragis itu menimpanya. John yang sangat membenci android kembali ditugaskan bersama dengan Dorian, seorang android dengan model DRN, model android yang sudah lama dinonaktifkan. Dibandingkan dengan android model sekarang ( terbaru ), Dorian memiliki sifat yang berbeda. Dorian adalah tipe yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, lebih merefleksikan sifat asli seorang manusia dibanding dengan android terbaru yang kaku dan tidak punya perasaan. Dan disinilah kisah perjalanan drama seri fiksi ilmiah dimulai, Dorian seorang android yang sebagian dirinya adalah manusia, dan John Kennex,
KARL URBAN
seorang manusia yang sebagian dari dirinya adalah mesin. Dorian didesain untuk berperilaku seperti manusia, mengolah informasi, membuat suatu hubungan, mengembangkan emosi seperti yang kita lakukan. Karl Karl Urban, seperti yang kita ketahui adalah sosok dengan peringai kasar, namun oleh karena ini adalah salah satu daya tariknya, penampilanya di Almost Human ini sangat memukau. Sama pentingnya disini, peran yang dimainkan oleh Michael Ealy (Dorian) mampu menyeimbangi peran Karl, mereka berdua memiliki Chemistry yang luar biasa. Michael Ealy diawal-awal sangat menonjol, namun tidak mendominasi semuanya dan tidak berlebihan. Disini kita seperti dituntut untuk bisa berinteraksi dengannya, bersimpati dengannya, dan melihat dari sudut pandangnya. Michael Ealy memberikan pertunjukan dimana kita harus percaya bahwa dia diciptakan tidak seperti yang terlihat. Penampilannya sangat rapi,
tampak seperti menjalani hidup tanpa beban, sangat santai. Memang benar bahwa Dorian mampu memproses sejumlah informasi secara instan, seperti halnya manusia. Namun, tidak memiliki beban emosional seperti seorang pria dewasa, Malah tampak seperi anak-anak yang mempunyai emosi yang mudah menguap. Selain itu, Lili Taylor yang memerankan Kapten Maldonado tampil begitu apik, membuat suasana para Polisi Maverick dan atasannya begitu menyegarkan, begitu pula cerita antara dia dan Karl Urban. Dalam kebanyakan film-film atau serial tentang kepolisian, timbulnya gesekan atara seorang Kapten yang tidak puas dengan hasil kerja bawahannya dengan seorang polisi yang urakan dan nakal adalah hal yang biasa terjadi. Meskipun demikian, disini ada perbedaan besar hubungan antara Maldonado dan Kennex. Sifat Kapten Maldonado yang ke-ibuan dan sangat bertanggung jawab, menunjukan bahwa dia adalah seorang atasan yang mampu membimbing dengan akal, bukan memanjakan.
Michael Ealy
Sebuah pilot tentu saja yang paling ditunggu para pencinta serial, dimana kisah bermula, pokok permasalahan yang diperlihatkan di Almost Human ini bergitu sempurna. Tersebutlah sebuah organisasi krimilal besar, The Syndicate, yang mana merekalah yang bertanggung jawab atas cidera yang dialami oleh Kennex, organisasi yang berkerja dengan rapi, seperti mereka sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang. Munculnya tokoh penting dari masa lalu Kennex, membuat alur cerita menjadi lebih dalam, tidak tampak seperti cerita drama biasa, peran tokoh ini begitu besar pengaruhnya terhadap inti cerita Almost Human, seperti sebuah teka-teki yang dibungkus dengan teka-teki, khas sekali dengan Abrams, yang mana banyak dikenal melalui karya-karyanya. Almost Human adalah sebuah drama polisi klasik yang dibumbui dengan fiksi ilmiah. Semua inti dari cerita ini sudah terlihat dari judulnya, Almost Human. Yang mana serial ini sebenarnya membuat sebuah pertanyaan
besar, Apa arti seorang manusia di dunia yang sudah dikuasai sepenuhnya oleh Teknologi seperti ini?. Dorian yang mana adalah seorang Android, dalam banyak hal lebih manusiawi daripada gumpalan darah dan daging (manusia) yang mengelilinginya. Sampai disini mungkin anda akan beranggapan bahwa serial Almost Human ini terlalu biasa saja dan santai? Tidak juga, Terbukti di pilot, Almost human adalah pertunjukan yang mengesankan untuk ditonton. Michael Ealy dan Karl Urban tampil begitu memukau. Lili Taylor pun tampil tidak kalah sempurnanya, tapi sedikit kaku memerankan seorang kapten. Almost Human atau Hampir Manusia dalam bahasa Indonesia, mempunyai arti yang mendalam. Almost Human memang tidak menceritakan langsung pada pokok permasalahan, namun tetap tidak kehilangan poin utamanya. Almost Human adalah Sebuah serial yang berpotensi besar tahun ini. Eichi01
K
arl-Heinz Urban (lahir 7 Juni 1972) adalah seorang aktor berkebangsaan New Zealand. Ia paling dikenal antara lain atas perannya sebagai Éomer dalam film kedua dan ketiga dari trilogi The Lord of The Ring besutan sutradara Peter Jackson, Dr. Leonard “Bones” McCoy dalam Star Trek dan Star Trek Into Darkness, Caesar dalam Xena: Warrior Princess, Vaako dalam The Chronicles of Riddick dan Riddick, serta Judge Dredd dalam film tahun 2012, Dredd. Urban mendapatkan penghargaan untuk penampilannya dalam film New Zealand The Price of Milk dan Out of the Blue. Tahun 2013, ia mendapatkan slot pemeran utama sebagai Detective Kennex dalam serial televisi bertema fiksi-ilmiah berjudul Almost Human.
“I was a fan of the ‘Dredd’ comics when I was a teenager.” Urban dilahirkan di Wellington, New Zealand. Ayahnya merupakan seorang imigran Jerman yang memiliki toko kerajinan kulit, dan ibunya pernah bekerja di Film Facilities di Wellington. Melalui ibunya, Urban muda terekspos sinema klasik New Zealand dan mulai tertarik dengan industri perfilman. Urban kecil bersekolah di St. Mark’s Church School dimana ia menunjukkan kecintaan terhadap penampilan publik. Peran pertamanya adalah saat ia berusia 8 tahun dan mendapatkan satu baris dialog di salah satu episode
dari serial televisi New Zealand berjudul Pioneer Woman. Selanjutnya, walaupun terus aktif di penampilan teater produksi sekolah, ia tidak berakting secara professional lagi sampai SMA. Selain muncul dalam beberapa film dan serial, Urban juga
KARL U
mendapatkan berbagai peran dalam teater dan iklan. Februari-Maret tahun 1998, ia bermain dalam sebuah pertunjukan drama berjudul The Herbal Bed di Maidment Theatre di Auckland. Agustus 1998, Ia berperan sebagai Mark Anthony dalam Julius Caesarnya Shakespeare yang diproduksi oleh Auckland Theatre Company. Tahun berikutnya, ia muncul dalam drama klasik New Zealand berjudul Foreskin’s Lament yang juga diproduksi oleh Auckland Theatre Company. Urban juga berperan sebagai Cupid dan Julius Caesar dari tahun 1996 sampai 2001 dalam serial televisi Amerika yang secara internasional,
Hercules: The Legendary Journeys dan spin-off-nya, Xena: Warrior Princess. Kedua serial tersebut difilmkan di New Zealand. Ia memenangkan penghargaan di New Zealand Fim and TV Awards atas penampilannya sebagai bintang
URBAN
utama dalam drama romansa pedesaan yang tidak biasa, The Price of Milk. Selanjutnya, Urban mendapat sambutan yang bagus dari para kritik atas perannya sebagai polisi Nick Harvey dalam Out of the Blue yang merupakan dramatisasi dari Pembantaian Aramoana di New Zealand.
Urban mengenyam pendidikan tingginya di Wellington College dari tahun 1986 sampai 1990. Lalu ia kembali melanjutkan dengan program Bachelor of Arts di Victoria University of Wellington. Hal ini ia lakukan selama satu tahun, sebelum ia memutuskan untuk pergi dan mengejar karir sebagai aktor.
Selama beberapa tahun setelahnya, ia muncul membintangi beberapa iklan di televisi local dan juga mendapatkan beberapa peran dalam pertunjukan teater di daerah Wellington.
“I like the timeframe involved in being an actor.� Pada akhirnya Urban pindah ke Auckland di mana ia ditawari banyak peran tamu untuk serial televisi (termasuk di antaranya adalah memerankan seorang pecandu heroin dalam drama criminal Shark in the Park). Tahun 1995, Urban juga sempat menetap di Bondi Beach, Sydney, Australia, sebelum kembali ke New Zealand setahun kemudian. Pada September 2004, ia menikahi Natalie Wihongi (penata riasnya untuk The Privateers). Pasangan ini memiliki dua putra: Hunter, lahir November 2000, dan Indiana (Indy) yang lahir Januari 2005 dan dinamai berdasarkan pahlawan dari franchise film terkenal Indiana Jones yang merupakan film favorit Urban. Mereka menetap di Auckland, New Zealand. Urban adalah seorang duta untuk Kidscan, sebuah badan amal yang menaungi lebih dari 16.000 anak kurang mampu di New Zealand dengan cara menyediakan keperluan dasar seperti makanan, pakaian, dan alas kaki. Ia juga seorang penggemar club rugby; khususnya tim nasional The New Zealand All Blacks.
Eichi01
Contact Us : riza_idfl.us19@yahoo.com @IDFL_Moviemagz