WARNA EDITORIAL
Majalah Unesa
ISSN 1411 – 397X Nomor 66 Tahun XV - Februari 2014 PELINDUNG Prof. Dr. Muchlas Samani, M.Pd (Rektor) PENASIHAT Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum (PR I) Prof. Dr. Warsono, M.S. (PR III) Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB Dr. Purwohandoko, M.M (PR II) PEMIMPIN REDAKSI Dr. Suyatno, M.Pd REDAKTUR A. Rohman PENYUNTING/EDITOR Basyir Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd REPORTER: Herfiki Setiono, Aditya Gilang, Ari Budi P, Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Putri Retnosari, Fauziyah Arsanti, Putri Candra Kirana, Lina Rosidah FOTOGRAFER A. Gilang, Sigit Widodo Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT (Arman, Basir, Wahyu Rukmo S) ADMINISTRASI Supi’ah, S.E. Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI Hartono PENERBIT Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124 Fax (031) 8280804
Siapapun Rektornya, Minumnya tetap Optimistis
P
l
DR. SUYATNO, M.PD
ilot pesawat boleh berganti tetapi tujuan selalu di angka pasti. Itulah formula perjalanan yang digemari oleh para penumpang pesawat. Penumpang boleh tidak mengenal pilotnya tetapi penumpang akan merasakan kenyamanan duduk di kursi sambil membayangkan aktivitasnya yang akan dilakukan saat sampai tujuan nanti. Guncangan pesawat dirasakan oleh penumpang. Kestabilan pesawat juga mampu dirasakan. Penumpang akan damai di hati jika pilot memberitakan kondisi cuaca di luar. Itulah asyiknya perjalanan dengan pesawat. Awak Unesa memaklumi jika rektor lama diganti dengan yang baru. Pemakluman itu akibat norma yang tertera di lembar aturan. Jika disuruh memberikan suara, awak Unesa akan memberikan sesuai dengan kriterianya sendiri. Jika tidak disuruh memilih, awak Unesa juga tidak akan memberikan suara hatinya. Suara awak Unesa yang sesungguhnya secara normatif sudah diserahkan kepada para senator yang akan memberikan jumlah suara ke calon rektornya. Oleh karena itu, bola berada di kaum senator Unesa. Arah bola seharusnya menuju ke gawang dengan tepat sehingga dapat memberikan skor yang didambakan para awak Unesa di lingkungannya. Sebaliknya, bola jangan sampai asal ditendang sehingga melesat ke penyimpangan gawang. Suara awak Unesa harus menjadi titik refleksi bagi senator yang menggumpal menjadi bola dengan satu skor. Hati nurani yang penuh keikhlasan, ketulusan, dan kemandatan harus mewarnai pikiran sang senator. Senator yang hebat akan mampu menarik benang merah suara hati awak Unesa sampai ke tingkat paling bawah. Renungannya penuh kemurnian. Sikap dirinya adalah keterwakilan jeritan hati awak Unesa. Kebijakan yang diambilnya adalah suara sejati awak Unesa. Bukan sebaliknya, pilihan sang senator adalah suara terbeli. Senator kacau adalah senator yang memiliki ketidaksamaan antara harapan awak Unesa di lingkungannya dan kenyataan yang disuarakannya. Jiwa dan pikirannya sudah tergadaikan oleh transaksional yang menguntungkan bagi dirinya. Menurut pikiran senator kacau, pilihan rektor merupakan kesempatan untuk menambah pundi-pundi atau menambah projek baru yang akan dikerjakan. Senator seperti itu dapat ditebak ciri-cirinya. Dia berkata bukan dengan makna yang sesungguhnya. Dia selalu identik dengan peribahasa “ada udang di balik batu.” Pascapilihan, dia langsung meminta jatah entah apa bentuknya. Jika tidak diberi, dia akan membabi-buta dengan omongan menagih, menghujat, menelikung, dan bahkan menantang. Tujuan dirinya bukan tujuan lembaganya. Lembaga maju atau tidak, selalu dikarantinakan ke jalur “emang gua pikirin.” Awak Unesa berharap tidak akan ada senator kacau seperti diurai di atas, di Unesa. Yang ada adalah senator damai yang dapat pula disebut sebagai senator mewakili dan melayani. Senator mewakili adalah sosok yang dengan tulus menyuarakan hati dan nurani, jiwa dan rasa, raga dan karsa, dari awak Unesa yang memang tidak berkesempatan memberikan suara langsung karena jabatan atau tidak ditunjuk menjadi senat dari fakultasnya. Senator melayani adalah sosok yang tenaga dan pikirannya untuk melakukan sesuatu yang penuh rahmat dan amanah dari awak yang diwakilinya. Senator yang demikian itu malu menjadi senator jika tidak bermanfaat dan berfungsi bagi khalayak Unesa. Dalam kurun sekarang, kedua warna senator akan dibuktikan oleh sejarah pilihan rektor Maret nanti. Akankah senator kacau mewarnai atau senator damai yang menguasai. Semua awak berharap bahwa senator Unesa adalah senator damai. Gerak dan langkahnya adalah gerak seorang ksatria demi kemajuan lembaganya. Tidak ada musuh bagi dirinya. Yang ada adalah sahabat yang juga turut mewakili dan melayani. Pilihan rektor merupakan kewajiban karena norma. Bukan keharusan karena kepentingan sempit dan sektoral. Pilihan rektor merupakan momentum dari sebuah momen yang harus diwarnai oleh keterbukaan diri yang penuh damai demi Unesa ke depan. Unesa itu lembaga milik bangsa yang harus memajukan anak bangsa. Unesa itu lembaga besar yang dimungkinkan tumbuh dan berkembang memunculkan kebanggaan bangsa. Salah satu kunci untuk menjadi lembaga kebangaan bangsa adalah keberlangsungan pergantian pilotnya. Pergantian itu harus lancer, damai, dan demi kepentingan semua. Selamat memilih rektor baru. n
Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
|
3
CONTENT
INFO HALAMAN
16
03. WARNA Siapapun Rektornya, Minumnya tetap Optimistis oleh Dr. Suyatno, M.Pd
18
05. LAPORAN UTAMA
• Siapa Suksesor Rektor Unesa; Tiga Kandidat Siap Berkompetisi • Mengenali Profil & Kiprah Tiga Kandidat Calon Rektor • Prof. Dr. Warsono, MS Bertekad Bangun Budaya Akademik Unesa • Prof. Dr. Yatim Riyanto, M.Pd Jadikan Unesa Maju Di Pendidikan & Kukuh di Keilmuan • Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes Utamakan Kepentingan Lembaga
14. KABAR MANCA
• Ngerasani Budaya Baca Orang Jepang oleh Parastuti
16. KABAR PRESTASI & KIPRAH DOSEN
• Dr. Tukiran, M.Si Raih Dosen Terbaik; Aktif Ngajar dan Penelitian • Kiat Sukses Prof. Dr. Ali Maksum
18. LENSA UNESA 20. INSPIRASI ALUMNI • Belajar Kuliah di Australia oleh Arini Siti Wahyuningsih
24. ARTIKEL WAWASAN • Sepuluh Laku Hidup Bahagia
26. KOLOM REKTOR
19
• ‘Ruh’ Generic Skills ‘Berwadahkan’ Specific Skills
28 JATIM MENGAJAR • Di Ponorogo, Gaji Guru Lebih Rendah daripada Karyawan Pabrik
31. SEPUTAR UNESA 32. INFO SEHAT • Pentingnya Check Up Kesehatan
31. CATATAN LIDAH • Pak A/PakB/Pak C? oleh Djuli Djatiprambudi 4 |
Bantuan dan relawan Unesa untuk korban erupsi Gunung Kelud disalurkan langsung ke lokasi bencana oleh aktivis Unesa.
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014
LAPORAN UTAMA
Siapa Suksesor Rektor Unesa TIGA KANDIDAT SIAP BERKOMPETISI
Proses pemilihan rektor Unesa sudah menggelinding. Tiga guru besar Unesa, telah resmi mendaftarkan diri sebagai kandidat bakal calon rektor. Mereka dinyatakan telah memenuhi syarat untuk melanjutkan suksesi kepemimpinan Prof. Muchlas Samani, rektor saat ini. Lantas siapa diantara ketiga kandidat itu yang kelak akan terpilih menjadi nahkoda Unesa 2014-2018?
S
ejatinya, sejak pengu muman pendaftaran calon rektor Unesa yang digeber mu lai 14 Februari hingga 21 Februari ma sih sepi pendaftar. Tam paknya, para kandidat sengaja menunggu detik-detik akhir masa penutupan pendaftaran dengan alasan tak ingin diang gap berambisi karena tergesage sa mendaftar. Itu terbukti pada hari terakhir masa pen daf taran, para kandidat silih ber ganti mendaftar sebagai kan didat calon rektor. Kali per tama, yang mendaftarkan diri adalah Prof. Dr. Warsono. Guru besar dari Fakultas Ilmu Sosial (FIS) itu datang ke pani tia pendaftaran sekitar pukul 14.15. Tak berapa lama, gu
ru besar dari Fakultas Ilmu Pen didikan (FIP), Prof. Dr. Ya tim Rianto mendaftarkan diri satu jam kemudian. Disu sul kemudian, kandidat bakal calon rektor ketiga, Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes, gu ru besar dari Fakultas Ilmu Keolah ra gaan (FIK) yang datang men daftar. Dengan terpenuhinya pendaftar calon rektor terse but, bisa dipastikan di antara ketiga guru besar itulah nanti yang akan menjadi suksesor kepemimpinan Unesa ke de pan. Bisa dipastikan pula bah wa agen da acara yang disusun pa nitia pemilihan rek tor akan ber jalan sesuai rencana. Setelah berhasil menjaring
kan didat calon rektor, se lan jutnya pantia akan melakukan pen jaringan aspirasi dengan se buah polling ke sejumlah do sen, karyawan, dan ma ha sis wa. Meski tidak memiliki kemutlakan, tapi hasil penjari ngan aspirasi itu bisa menjadi per timbangan para anggota se nat untuk menentukan kandidat calon rektor terbaik Unesa. Akademisi Sambut Baik Terjaringnya tiga kandidat calon rektor Unesa disambut baik sejumlah akademisi Une sa. Tentu saja, mereka berha rap siapapun kelak yang ter pilih sebagai rektor dari ketiga kandidat tersebut, bisa mem ba wa Unesa semakin kukuh
dalam keilmuan, semakin ber integritas dan semakin mem perluas jejaring nasional dan internasional. Sambutan positif disam paikan Rektor Unesa saat ini, Prof. Muchlas Samani. Ia me ngaku bersyukur akhirnya ada kandidat calon rektor peng gan ti dirinya yang bersedia mendaftarkan diri. Dengan de mikian, kata Muchlas, pemili han rektor bisa berjalan sesuai jadwal dan tidak perlu diundur lagi. “Saya yakin mereka adalah figur-figur pilihan yang sudah memenuhi kriteria,” ujarnya. Muchlas berharap, ketiga kandidat rektor tersebut bisa melakukan kompetisi dengan baik dan menjunjung tinggi norma-norma akademik. Apa
Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
|
5
LAPORAN UTAMA
lagi, lingkungan kompetisi ter sebut berada di lingkup akademik. Jadi, seyogyanya cara-cara yang dilakukan da lam berkompetisi pun meng gu nakan norma-norma aka de mik. “Yang paling penting dipahami bahwa pilihan rektor itu untuk masa depan Unesa bu kan kepentingan per sonal. Ka rena itu, mari bersama-sa ma membangun Unesa dengan kompetensi yang dimiliki masingmasing,” pesan nya. M u c h l a s memastikan se bagai rektor incum bent dirinya mengaku akan menjaga jarak de ngan semua kandidat. Ia ti dak akan mendukung ke salah satu kandidat, tapi akan mendukung ketiga kandidat. Baginya, semua kandidat calon rektor memiliki kompetensi yang baik. “Saya tidak ingin ikut sana ikut sini, karena tentu hal itu tidak bagus. Semua yang berkompetisi itu adikadik saya, yang tentu telah memiliki kemampuan masingmasing,” terangnya. Mengenai masih ba nyak nya pihak yang berharap Muchlas bisa melanjutkan ke pemimpinannya, secara dip lomatis ia mengatakana bah wa melanjutkan pekerjaan se bagai rektor di tengah usia yang sudah tidak muda lagi, tentu tidak bagus kare na manusia sebenarnya me miliki titik jenuh yang ber aki bat pekerjaan menjadi tidak maksimal lagi. Ia menambahkan, masalah usia adalah sesuatu yang alamiah dan tidak bisa dilawan oleh siapapun. “Usia tua seperti sa ya ini tidak akan maksimal di bandingkan dengan yang ma sih muda. Orang itu ada titik jenuh atau tidak lagi muncul inovasi, empat tahun cukup
6
|
lah menuangkan keilmuan sa ya. Cukuplah biar yang muda. Sa ya yakin teman-teman itu baik-baik, malah bisa jadi le bih cepat daripada saya,” paparnya.
Prof. Dr. Tjandra Kirana, ketua panitia pemilihan rektor berharap semua kandidat bisa berkompetisi dengan baik dan tidak saling gegeran yang justru bisa merugikan Unesa. “Saya berharap tidak gontok-gontokkan terjadi atau gegeran karena semua berharap untuk kemajuan Unesa,” ungkapnay. Hal yang sama dikemukakan Dr. Budinuryanta, sekretaris pemilihan Rektor Unesa 2014. Ia berharap para kandidat rektor bisa menciptakan suasana tentram, damai, dan bersama-sama memikirkan Unesa ke depan “Tiga orang ini ber saudara sama-sama dari keluarga Unesa. Berharap dapat menciptakan suasana tentram, damai, bersamamama me mi kirkan unesa ke depan” pesannya. Selevel Rektor Sekarang Sementara itu, Prof. Dr. Wayan, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan mengungkapkan bah wa Unesa membutuhkan Rektor yang peduli secara fi sik, akademik dan memiliki outstanding. Secara spesifik ia menyebut rektor Unesa pa
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014
ling tidak selevel Rektor yang sekarang in. Hal yang sama diungkapkan Prof. Dr. Kisyani Laksono M, Hum ketika ditanya perihal rektor masa depan Unesa. Ia berharap sosok rek tor Unesa ke depan adapam figure pemimpin yang tegas, dan berwibawa. “Sebetulnya, kami sangat mengaharapkan kalau pak rektor sekarang (Pak Muchlas), masih bisa di teruskan. Tapi karena memang terkendala usia, ya apa boleh buat,” ujarnya ketika ditemui di ruang kerjanya. Kisyani menambahkan, selain tiga kriteria yang diajukan pak Rek tor, Unesa juga
m e m butuhkan pemimpin yang memiliki karakter. Artinya, selain berwibawa, dibutuhkan pemimpin yang bisa menjadi te ladan. Menurut Kisyani, Karakter adalah sesuatu yang dibangun oleh Unesa. Oleh sebab itu, hal tersebut penting untuk Unesa “Ada tiga kriteria yang diajukan oleh pak Rektor, tapi di samping itu mungkin yang kita perlukan adalah pemimpin yang berkarakter, bisa menjadi teladan khu sus nya untuk karakter, ba gai mana pun karakter itu ada lah sesuatu yang kita bangun. Karena motto kita adalah growing with character maka pemimpin kita juga ber wibawa dan berkarakter. Berkarakter itu juga hablu minallah (berhubungan baik dengan sang Pencipta dan habliminannas (berhubungan baik dengan sesame manusia). Hal yang sama di kemukakan Prof. Dr. I Nyoman
Sudarka M.S.. Dekan FIP Une sa mengatakan bahwa Unesa membutuhkan rektor yang tidak jauh beda dengan rektor saat ini. “Kepemimpinan seper ti Prof.Dr.Muchlas Samani itu sangat sesuai dengan Unesa. Mulai dari fisik, akademik dan outstanding bisa berjalan se irama. Sementara itu, Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, guru besar FT Unesa mengakui bahwa Un esa membutuhkan rektor yang visioner dan memiliki komitmen untuk memajukan Unesa sebagai LPTK yang da pat diperhitungkan. Direktur PPG itu menyebut, di Indo nesia ada sebanyak 400 LPTK yang memiliki daya saing sehingga rektor Une sa masa de pan kelak h ar u s l a h dapat men j ad i k a n Unesa sebagai LPTK yang ber mu tu dan men jadi sorotan. Ter lebih, ke depan adalah era WTO dan AF TA sehingga Unesa benarbenar membutuhkan rek tor yang memiliki kompetensi tinggi. “Rek tor Unesa perlu yang vi sioner, memiliki ko mitmen memajukan Unesa sebagai LPTK yang di perhitungkan” ujarnya. (SIR/PUTRI)
LAPORAN UTAMA
MENGENALI PROFIL & KIPRAH TIGA KANDIDAT CALON REKTOR Tiga kandidat rektor Unesa periode mendatang sudah resmi mendaftarkan diri. Mereka adalah Prof. Dr. Warsoni MS, Prof. Dr. Yatim Rianto, M.Pd dan Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes. Di antara ketiga guru besar tersebut, siapa yang paling berpeluang menjadi pengganti Prof. Muchlas Samani? Berikut profil dan kiprah ketiga kandidat...
Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
|
7
LAPORAN UTAMA
Prof. Dr. Warsono, MS
P
BERTEKAD BANGUN BUDAYA AKADEMIK UNESA
rof. Dr. Warsono, MS lahir di Boyolali 19 Mei 1960. Guru besar Fakultas Ilmu So sial yang saat ini menjabat sebagai Pembantu Rektor III itu meru pakan salah satu kandidat calon rektor yang memiliki komitmen ting gi membangun budaya akademik di Unesa. Setidaknya, hal itulah yang salah satunya ia kemukakan dalam visi misinya sebagai calon rektor.
8
|
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014
Warsono, demikian panggi lan akrabya, yakin dengan membangun budaya akademik akan menumbuhkan jiwa-jiwa ma hasiswa berprestasi dan ber karakter seperti budaya membaca, meneliti dan menulis. Ia berkomitmen menjadikan Une sa sebagai kampus yang ung gul dan bermartabat “Mi si saya adalah menjadikan kam pus Unesa yang unggul, de ngan karakter yang kuat, inte
lektualitas kuat. Dengan begitu, Une sa akan menjadi kampus yang disegani,” ujarnya. Warsono menyebut, se ba gai lembaga pendidikan tinggi yang memiliki fungsi dan peran strategis, Unesa per lu mempersiapkan tiga hal. Per ta ma, menyiapkan pemimpin bang sa. Kedua, menyiapkan sumber daya manusia sebagai modal pembangunan. Dan, yang ketiga, membangun peradaban.
LAPORAN UTAMA Ketiga hal itu, ungkap Warsono, memiliki kaitan erat dengan ma nusianya. Karena itulah, program ung gulan yang nantinya akan ia laksanakan jika ter pilih sebagai rektor Unesa ada lah membangun ketiga hal tersebut. Selanjutnya, akan dikembangkan menuju ma hasiswa berintelektual, ber ka rakter, dan membangun ke mampuan memimpin “Tiga hal tersebut tidak bisa ditinggalkan, dari ketiga hal tersebut dapat di kembangkan intelektual dan karakter, selanjutnya mem ba ngun kemampuan leadership dan profesionalitas mereka,” pa parnya. Modal Bersaing di Era Global Ketiga hal tersebut, tam bah Warsono merupakan modal besar bagi Unesa untuk meng hasilkan sumber daya manusia yang siap bersaing di era global. Dengan mempersiapkan ketiga elemen tersebut, akan berimbas pa da sumber daya manusia, te rutama pada mahasiswa. Warsono mengakui, untuk me wujudkan mahasiswa ber in telektual dan berkarakter di butuhkan dosen yang berkuali tas. “Dosen merupakan titik po in dalam perguruan tinggi. Do sen menentukan mahasiswa yang berkualitas, dosen juga sim bol dari perguruan tinggi tersebut. Jadi, dosen juga harus berkualitas baik dalam hal me ngajar maupun penelitian-pe nelitiannya,” paparnya Produk perguruan tinggi, ungkap Warsono adalah lulu san dan penelitiannya. Ka r ena itu, diperlukan upaya un tuk mendorong dosen menjadi orang-orang yang berkompe tensi dalam iklim penelitian dan tu lisan. Dengan de mikian, jika dosen sudah me miliki budaya penelitian dipastikan nama lem baga tersebut akan ikut terang kat. “Produk perguruan tinggi itu lulusan dan research-nya ke
de pan. Dosen harus didorong menjadi orang-orang yang ber kompetensi, terutama kom pe tensi dalam penelitian. Se bab, penelitian dan publikasi ilmiah itulah yang nanti bisa mendo rong perguruan tinggi ini ke kancah internasional,” jelasnya. Sarana dan prasarana yang saat ini sudah disiapkan oleh Prof. Dr. Muchlas Samani meru pakan dukungan konkret untuk mahasiswa dan dosen ke depan. Hanya saja, fasilitas sarana dan pra sarana tersebut bukan se bagai tujuan utama perguruan tinggi. Ia menegaskan tugas utama perguruan tinggi adalah menghasilkan lulusan yang ber kualitas “Sarana dan prasarana juga dibutuhkan untuk men du kung bukan sebagai tujuan utama. Tugas perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang ber kualitas,” tandasnya. Membangun budaya aka de mik berprestasi juga me ru pakan visi guru besar asal PPKN ini. Menurutnya de ngan membangun iklim akademik berprestasi, Unesa akan mam pu berdaya saing di kan cah internasional. “Tidak hanya mahasiswa atau dosen, kar ya wan juga dituntut untuk berprestasi. Untuk iklim karya wan, saya akan berusaha me wujudkan manajemen yang tran sparan, rasional dan bisa dipertanggungjawabkan. Be kerja bukan karena uang, tapi karena diri, artinya pe ker jaan mencerminkan siap diri kita. Tentunya dibutuhkan manajemen yang transparan, rasional dan bisa dipertang gungjawabkan,” pungkasnya. (PUTRI_HUMAS)
“
“Dosen merupakan titik poin dalam perguruan tinggi. Dosen menentukan mahasiswa yang berkualitas, dosen juga simbol dari perguruan tinggi tersebut."
BIODATA: • Nama Lengkap: Prof. Dr. Warsono, MS • Tempat dan Tanggal Lahir: Boyolali, 19 Mei 1960 • Pangkat, golongan/ruang: Pembina Utama Madya IVD • Jabatan Fungsional: Guru Besar FIS VISI • Menuju Unesa yang Unggul & Bermartabat MISI • Menumbuhkembangkan budaya akademik, dan budaya berprestasi • Membawa Unesa dikenal di tingkat internasional • Menghasilkan lulusan yang kompeten • Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dosen dan karyawan • Mewujudkan system pengelolaan (managemen) yang efisien, produktif dan akuntabel • Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan dosen. • Program Kerja • Mendorong dan memfasilitasi kegiatan akademis dari civitas akademika untuk melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah serta publikasi karya akademis. • Meningkatkan kompetensi dosen, baik di bidang keilmuan, penelitian, penulisan, pedagogik, dan kemampuan berbahasa asing. • Meningkatkan jaringan kerjasama (networking) dengan perguruan tinggi di luar negeri. • Meningkatkan kualitas lulusan dan membantu mereka mencari pekerjaan. • Meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan akuntabilitas dalam pengelolaan Unesa dengan berdasarkan pada prinsip Good Governance dan demokrasi. • Membangun dan mengoptimalkan unit-unit usaha untuk meningkatkan pendapatan Unesa untuk meningkatkan kesejahteraan warga Unesa. MOTTO KERJA/KEPEMIMPINAN • Kerja cerdas, ikhlas, dan amanah
Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
|
9
LAPORAN UTAMA Prof. Dr. Yatim Riyanto, M.Pd
JADIKAN UNESA MAJU DI PENDIDIKAN & KUKUH DI KEILMUAN Yatim Riayanto, demikian nama guru besar FIP Unesa kelahiran Blitar 1961 itu. Ia mengaku tertantang mendaftarkkan diri sebagai calon rektor Unesa selain memiliki kapabilitas, juga karena selama ini belum pernah ada satupun rektor Unesa yang berasal dari Fakultas Ilmu Pendidikan.
S
ejak zaman masih berna ma IKIP Surabaya hingga bertransformasi men jadi Universitas Ne geri Surabaya, rektor selalu ber asal dari fakultas di luar FIP. Sehingga, barangkali saat inilah, FIP diberi kesempatan untuk me mimpin Unesa ke depan,” paparnya. Yatim menyadari bahwa alasan yang dikemukakan itu sa ngat bersifat subjektif. Namun, sebenarnya bukan hanya faktor rektor Unesa yang tidak pernah dari Fakultas Ilmu Pendidikan akan tetapi faktor lain yang membuat Yatim memberanikan diri untuk maju sebagai kandidat calon rektor adalah reputasi dan kredibilitasnya di Dikti. Untuk di ketahui, saat ini Yatim cukup me miliki peran dan kiprah di Dikti. Salah satunya, ia dipercaya men ja di anggota BAN-PNF (Badan Ak reditas Nasional Pendidikan Non Formal) dan dipercaya menjadi penilai guru besar. Kembangkan Pendidikan Ketika disinggung soal pro gram inti yang nanti akan di ja lankan jika terpilih sebagai rek tor, dengan tegas Yatim memilih untuk melakukan pro gram pengembangan pendidi kan. Menurutnya program pen didikan selama ini kurang men da patkan perhatian. Padahal, asal mula Unesa berdiri adalah dari IKIP (Institut Keguruan dan
10
|
Ilmu Pendidikan). Menyadari hal tersebut, Yatim berjanji akan me ngembangkan akademik di lingkungan Unesa “Program inti saya adalah Pro gram Pengembangan Aka demik, program tersebut kurang perhatian. Kita harus ingat dulu namannya IKIP, sebelum berubah menjadi Univeristas. Lebih me nekankan ke pendidkan ja ngan melupakan ruhnya,” pangkasnya Transformasi menjadi Uni versitas tentu membuat Unesa menjadi lembaga yang berkem bang juga dalam iklim keilmuan seperti visi Unesa yang kukuh dalam keilmuan. Hal tersebut ti dak ditampik oleh Yatim. Dirinya juga akan memperbaiki keilmu an Unesa agar sejajar dengan Unair, UI, ITB dan beberapa per guruan tinggi lain yang sudah lebih dulu mapan. Untuk men jadikan Unesa kukuh dalam keil muan, ia akan kontinyu melaku kan pengiriman dosen ke luar negeri. “Kalau keilmuan juga harus be tul-betul dikembangkan il mu-ilmu murni, tentu hal ini kon sekuensi dari perubahan. Me mang perlu kerja keras, ilmu murni (di Unesa) setara de ngan ilmu murni yang ada diperguruan tinggi yang lain. Rencananya akan ada pe ngi ri man dosen-dosen ke luar untuk memperkokoh keilmuan,” tegasnya
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014
Selanjutnya ketika ditanya soal target jangka pendek yang direncanakan oleh Yatim ia lebih memilih melanjutkan pro gram-program yang sudah di lakukan oleh rektor lama seperti pembangunan fisik. Setelah me laksanakan program-program yang sudah dilakukan oleh rek tor lama, barulah merangkak
pada program yang baru. “Pro gram Seratus hari kerja saya ya melanjutkan program-program yang sudah dilakukan oleh rektor lama, seperti pembangu nan-pembangunan gedung. Se telah itu, baru berlanjut ke program-program baru,” ung kapnya. (PUTRI_HUMAS)
LAPORAN UTAMA • mengembangkan incubator bisnis yang hasilnya untuk mendorong riset yang dapat diterapkan di industri • meningkatkan kuantitas kerjasama dengan perguruan tinggi dalam dan luar negeri serta lembaga terkait
BIODATA • Nama Lengkap: Prof. Dr. H.Yatim Riyanto, M.Pd. • Tempat/Tgl. Lahir: Blitar/ 10 Nopember 1961 • Agama: Islam • Jabatan Fungsional: Guru Besar • Jur./Prodi/Fakultas: PLS/Manajemen Pendidikan/FIP VISI • Menghantarkan UNESA sebagai Universitas unggul dalam Kependidikan dan kukuh dalam keilmuan untuk menuju Universitas yang termasuk terdepan di Asia MISI • Meningkatkan Layanan Mutu Pendidikan • Meningkatkan Relevansi pendidikan (Link & Match) dengan dunia usaha dan industry • Meningkatkan akses dan pemerataan pendidikan • mengembangkan keilmuan dalam bidang pendidikan dan non pendidikan • mengembangkan pusat keilmuan dan pusat pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah • meningkatkan kuantitas dan kualitas lulusan yang mampu berdaya saing regional • meningkatkan sistem tata kelola yang sehat dan mandiri, efektif, efesien dan transparan • meningkatkan kuantitas dan kualitas dosen dalam penelitian dan pengabdian PROGRAM KERJA 1. MENINGKATKAN LAYANAN MUTU PENDIDIKAN • meningkatkan kualitas proses pembelajaran/ perkuliahan • peningkatan kuantitas dan kualitas bahan ajar dan media pembelajaran • meningkatkan kuantitas kegiatan PPLdan PKL mahasiswa • peningkatan kualitas dosen melalui studi lanjut S3 dan pelatihan/ workshop lainnya • melakukan pengembangan kurikulum secara periodic termasuk silabus dan SAP • pengembangan sarana perkuliahan dan praktikum • meningkatkan kualitas dan kuantitas pembimbingan skripsi, tesis dan disertasi • melakukan evaluasi perkuliahan setiap semester 2. MENINGKATKAN RELEVANSI PENDIDIKAN (LINK & MATCH) DENGAN DUNIA USAHA DAN INDUSTRY • mengembangkan kurikulum yang berkolaborasi dengan pihak dunia usaha dan industry serta pengembangan UJTC • melakukan kemitraan dan riset terapan yang bersifat inovatif serta dapat didesiminasikan ke dunia usaha dan industry
3. MENINGKATKAN AKSES DAN PEMERATAAN PENDIDIKAN SERTA KUALITAS LULUSAN YANG MAMPU BERDAYA SAING REGIONAL • memfasilitasi akses pendidikan yang lebih luas serta pengembang prodi sesuai dengan kebutuhan masyarakat • memfasilitasi kegiatan mahasiswa yang terkait dengan peningkatan kreativitas dan program Enterprenure • meningkatkan potensi dan peran mahasiswa sebagai aset bangsa yang unggul terutama melalui pendidikan karakter • meningkatkan kualitas perkuliahan yang berbasis IT (Cyber Learning) yang mampu menghasilkan lulusan berdaya saing • meningkatkan kualitas perkuliahan berbasis penjamin mutu akademik 4. MENGEMBANGKAN KEILMUAN DALAM BIDANG PENDIDIKAN DAN NON PENDIDIKAN • mendorong dosen untuk meningkatkan kompetisi dan penguasaan ilmu pendidikan melalui seminar, workshop dan studi lanjut • mendorong dosen untuk meningkatkan kompetensi dan penguasaan ilmu murni melalui seminar, workshop dan studi lanjut • mengupayakan pembukaan prodi baru ilmu pendidikan baik S2 maupun S3 • mengembangkan pusat studi ilmu pendidikan dan non pendidikan melalui kemitraan dengan lembaga pendidikan tinggi 5. MENINGKATKAN SISTEM TATA KELOLA YANG SEHAT DAN MANDIRI, EFEKTIF, EFISIEN DAN TRANSPARAN • mengimplementasikan sistem keuangan yang transparan dan akuntable • implementasi sistem monev terhadap kinerja pimpinan dari level universitas, fakultas, jurusan/prodi • mengembangkan sistem tata kelola yang efektif dan efisien berbasis On line • peningkatan pemberdayaan prodi di S1, S2, S3 sebagai ujung tombak kredibilitas lembaga Unesa • mengembangkan potensi fakultas berbasis aset dan infrastruktur unesa yang potensi bisnis untuk meningkatkan kesejahteraan sivitas akademika 6. MENINGKATKAN KUANTITAS DAN KUALITAS DOSEN DALAM PENELITIAN DAN PENGABDIAN • peningkatan kuantitas dan kualitas peneliti pada semua jenis penelitian di PT dari berbagai sumber pendanaan • membangun program budaya meneliti/mengabdi dan menulis jurnal baik dosen dan mahasiswa • memmbangun sistem jaringan kemitraan dalam penelitian dan pengabdian • fasilitas dalam penelitian dosen untuk Instructional Quality Improvement • pengembangan model difusi hasil penelitian dan pengabdian (on line) • mengembangkan hasil penelitian dosen dan mahasiswa yang dimuat dalam jurnal nasional dan Internasional. Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
|
11
LAPORAN UTAMA
Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes
UTAMAKAN KEPENTINGAN LEMBAGA Pendaftar terakhir kandidat calon rektor adalah Prof. Dr. Nurhasan. Guru besar dari FIK memantapkan langkahnya dengan mendaftarkan diri sebagai calon rektor Unesa dengan komitmen tinggi untuk perubahan.
M
enurutnya, Unesa membutuhkan pemimpin yang memiliki komit men dan konsisten. “Komitmen saja tidak cukup, harus dibare ngi dengan konsisten agar lem baga itu bisa dibawa sesusai dengan tujuan yang dise pakati,” jelasnya. Nurhasan berceri ta, rektor Unesa se karang ini sudah membangun ber bagai macam p r og r a m s eh i n g g a s i a p ap u n nanti yang m em i m p i n Unesa di harapkan bisa melanjut kan program rektor se karang ini. Jika nanti ia ter pilih menjadi rektor selanjutnya, di samping melakukan program yang sudah ada ia akan merealisasikan program yang belum terlaksana, kemu dian tentunya ada program inovasi yang lain “Rektor se kara ng sudah merintis, aktivitas pembelajaran sudah sa ngat baik, siapa pun yang
12 |
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014
men jadi pimpinan di Unesa ha rus melakukan yang sudah ada dan melakukan pro gramprogram yang belum berjalan, di samping program-pro gram inovasi yang nanti akan dilaksanakan.” ujarnya di selasela sesi pemotretan untuk kan didat calon rektor. Program pertama yang akan di jalankan jika terpilih adalah Job Center. Program andalan tersebut adalah program yang me nampung kerjasama antara Unesa dengan berbagai mitra pe rusahaan yang kemudian me mudahkan para alumnus mencari pekerjaan. Ia akan me nyiapkan formula untuk meracik program itu agar lulusan Unesa tidak perlu menunggu. Ide job center tersebut mun cul dari kunjungan Nurhasan ke uni versitas-universitas di luar ne geri yang memiliki gedung khusus untuk pelayanan infor masi lowongan kerja bagi alum ni. Menurutnya, gedung job center itu sudah biasa di Uni versitas terkemuka di luar ne geri. Sehingga pantas saja jika lulusan-lulusan perguruan ting gi tersebut segera mendapatkan pekerjaan cepat dan akurat. Dosen yang juga salah satu Ketua KONI Jawa Timut itu menambahkan, menjadi Rektor tidak bisa bekerja sendiri, me lainkan dibutuhkan team work
LAPORAN UTAMA
un tuk mewujudkan programprogram yang dijalankan. Pe mim pin itu, jelas Nurhasan me miliki batasan sehingga perlu menyiapkan team work untuk dilatih agar siap meng ha dapi era global “Kita harus membuat team work. Kita tidak
bisa bekerja sendiri karena ke mampuan pimpinan itu ter batas,” tegasnya. Demi kemajuan Unesa, lanjut Nur hasan, hendaknya rektor mengutamakan kepentingan lem baga bukan pribadi dan golongan. Selanjutnya, pe
Biodata: • Nama lengkap: Prof. Dr. Nurhasan, M.Kes • Tempat/Tgl. Lahir: Surabaya, 29 April 1963 • Agama: Islam • Jabatan Fungsional: Guru Besar • Pangkat/Golongan : Pembina Utama Madya - IV/d • Jur./Prodi/Fakultas: S-1 Pendidikan Jasmani, Kesehatan Dan Rekreasi/FIK VISI • Tertatanya sarana dan prasarana untuk meningkatkan atmosfir akademik dan semakin luasnya kerjasama untuk meningkatkan pencitraan lembaga dalam rangka menuju unggul dalam kependidikan dan kukuh dalam keilmuan. MISI • Meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, baik sarana dan prasarana yang baru maupun menyelesaikan pembangunan sarana dan prasarana yang belum selesai. • Meningkatkan atmosfir akademik dengan menghidupkan rumpun keahlian di masing-masing fakultas. • Meningatkan kualitas SDM dalam rangka peningkatan layanan akademik dan nonakademik baik melalui degree training maupun non degree training. • Meningkatkan penelitian dan PKM oleh dosen, baik kualitas maupun maupun kuantitasnya. • Meningkatkan akuntabilitas dan tranparansi pengelolaan perguruan tinggi, baik pengelolaan akademik maupun non akademik. • PROGRAM • Mengupayakan terselesaikannya pembangunan gedung pendidikan yang belum terselesaikan sampai saat ini. • Mengupayakan percepatan pembangunan 7 gedung dari program IDB. • Melanjutkan penataan infrastrukru di kampus Lidah, kampus Ketintang, kampus Teratai, kampus Darma Husada dan kampus Gedangan. • Mendorong percepatan berdirinya Lab School mulai tingkat SD hingga SMA dan SMK. • Merevitalisasi pengelolaan Lab School Ketintang menuju tata kelola Unesa • Mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi dalam pengelolaan perguruan tinggi. • Meningkatkan kinerja rumpun keahlian dengan memberikan hibah kepada rumpun bidang keahlian.
mim pin ke depan juga harus me layani sivitas akademika. Antara akademik dan SDM ha rus berjalan bersamaan. Me nurutnya, itu tidak sulit karena Unesa punya anggaran dan pas ti bisa. (PUTRI/WAHYU)
GAYENG: Prof. Nurhasan saat bercengkerama dengan mahasiswa di salah satu taman kampus Unesa, Ketintang Surabaya. • Membuka peluang dan mencarikan akses seluas-luasnya untuk studi lanjut dan pelatihan, baik dalam negeri maupun luar negeri, baik tenaga dosen maupun tenaga kependidikan. • Membuka peluang yang lebih besar kepada dosen untuk melaksanakan penelitian dan PKM dengan meningkatkan anggaran penelitian. • Mendorong penerapan kurikulim yang sesuai dengan KKNI untuk setiap prodi. • Mendorong percepatan legalisasi aset yang dimiliki Unesa. • Mengupayakan pengembangan alat laboratorium dan mebelair untuk gedung yang baru dibangun.
“
“Rektor sekarang sudah merintis, aktivitas pem belajaran sudah sangat baik, siapa pun yang menjadi pimpinan di Unesa harus melakukan yang sudah ada dan melakukan program-program yang belum berjalan, di samping program-program inovasi yang nanti akan dilaksanakan.” Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
| 13
KABAR MANCA
TAK ADA WAKTU TERBUANG PERCUMA. Begitulah masyarakat Jepang memanfaatkan waktu untuk membaca. Meski di keramaian kendaraan umum, mereka masih menyempatkan diri untuk membaca.
Ngerasani Budaya BACA ORANG Jepang Oleh PARASTUTI*
Karena budaya baca inilah, orang Jepang tidak pandai bicara dalam segala situasi. Kebanyakan mahasiswa Jepang kurang pandai presentasi, oleh karena itu orasi ilmiah mahasiswa kurang begitu ngetren--meski wawasan mereka luas berkat membaca.
14 |
B
anyak orang Indonesia, te rutama yang menggeluti bidang pendidikan, tiada hentinya membicarakan budaya baca orang Jepang. Bagaimana sih budaya baca orang Jepang itu? Apakah mereka benar-be nar gemar baca? Inilah rasa pe na saran saya sejak mengenal Jepang. Saya amati selama me nimba ilmu di Nagoya, ternyata tidak banyak orang Jepang yang gemar membaca. Persis kebanyakan orang In donesia, yang tidak suka baca pun banyak. Tetapi bagi penyuka baca, betapa bahagianya terla
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014
hir sebagai orang Jepang. Ne gara ini laksana surga. Betapa tidak, hampir tiap hari ada buku terbitan baru di segala bidang. Harganya terjangkau, walau jika dirupiahkan termasuk ma hal. Kemasan dan kertasnya ber kualitas tinggi. Terkesan pener bitnya serius bekerja. Bagi orang Jepang, walau di era e-book, buku cetakan ini ma sih menjadi pilihan tersendiri. Mung kin sama dengan yang saya rasakan; ada keasyikan ter sendiri saat membaca buku ce tak, sembari ujung-ujung jari menyentuh lembar per lembar
halaman buku yang sedang di bacanya. Kalau begitu, apa maksud budaya baca orang Jepang itu? Saya kira, budaya baca bukanlah berarti bahwa semua manusia Jepang itu membaca buku apa saja dalam setiap waktu. Teta pi, itu lebih menciptakan situasi membaca dalam kondisi apa pun. Nah, bagaimana mencipta kan situasi baca demikian? Saya tidak akan mem ban dingkan atau mengupas semua fasilitas yang bersangkutan de ngan budaya baca antara Indo nesia dan Jepang. Karena jelas
KABAR MANCA akan berbeda dalam segala hal, jika kita bicara tentang fasilitas pendukungnya. Saya hanya fo kus pada budaya baca karena situasi ini. Masyarakat Jepang mencip takan ‘situasi membaca’ itu dari lingkup terkecil dan dari level terendah dalam segala hal. Di sekolah-sekolah sampai jenjang SMA, diadakan waktu wajib ba ca setengah jam sebelum dimu lainya jam belajar setiap hari. Di semua lobby mana pun tersedia bahan bacaan mulai anak-anak sampai dewasa yang dipisahkan rak berbeda. Selain itu, di tempat-tempat umum kesadaran untuk saling menghormati privasi orang di tumbuhkan, misalnya tidak me ngobrol dengan suara keras. Jadi orang yang ingin menikmati bukunya bisa membaca dengan leluasa. Lalu perpustakaan dibi kin nyaman dan buku jenis apa pun mudah untuk dipinjam. Rata-rata perpustakaan daerah, dilengkapi taman bermain, café, ruang diskusi, dan kadang ada juga ruang konser musik yang tidak besar. Pernah suatu saat saya mengawasi perilaku pe num pang kereta saat jam sibuk be rangkat kantor. Begitu masuk gerbong, ada yang duduk dan lang sung sibuk memainkan gadget-nya. Yang lain duduk sambil terkantuk-kantuk, yang lainnya lagi membuka bu ku, dan beberapa lagi asyik teng gelam dalam bukunya. Apakah se muanya yang pegang buku itu membaca? Sudah pasti ja wabnya: “Tidak”. Bahkan ada yang hanya memegang buku itu dan melamun, atau tertidur de ngan buku yang tetap di pegangnya. Yang penting bagi mereka adalah bukan pada aksi mem baca isi buku itu sampai tuntas, tetapi menciptakan hidup yang dikeliling buku. Dengan be gitu, jika sudah terbiasa hidup dengan buku, jika kelak mene mui kendala dalam hidup, me reka bisa mencari tahu lebih
dahulu sebelum bertanya pada ahlinya. Dengan begitu, semuanya men jadi lebih tinggi tingkat ke percayaannya tatkala orang ber bicara berdasarkan apa yang telah ditulis oleh orang se belumnya. Dampaknya, isi pembicaraan itu lebih berisi dan me ngarah. Segala sesuatu itu ada sisi mata uang, dalam hal ini tentunya juga ada. Karena budaya baca inilah, orang Jepang tidak pandai bi cara dalam segala situasi. Kebanyakan mahasiswa Jepang kurang pandai presentasi, oleh karena itu orasi ilmiah mahasiswa kurang begitu ngetren--meski wawasan mereka luas berkat membaca. Umumnya manusia Jepang juga kurang pandai bertegur sapa. Ada suatu rasa ketakutan dan rasa malu, jika sapaannya tidak berbalas. Karena itu, buku menjadi salah satu pelariannya yang jitu saat mereka berada di tempat-tempat umum. Padahal sebetulnya mereka, seperti pada dasarnya manusia biasa, suka di sapa, dipuji dan saling memuji. Efek budaya baca ini ada juga yang aneh di mata orang asing. Dalam acara resepsi per nikahan, ada bagian acara yang memberikan kesempatan pe ngan tin perempuan untuk membacakan surat pernyataan terimakasihnya pada orang tua yang telah membesarkannya. Pada saat itu pengantin pe rempuan membacakan surat di hadapan orang tuanya. Surat yang ditulisnya sendiri itu dibaca sambil menangis terha ru bahagia dan sedih karena tidak lagi menjadi satu marga dengan ayah ibunya. Dan ke mu dian orang tuanya akan me nyimpannya dengan baik, sebagai tanda bahwa anaknya, setelah ini, sudah milik keluarga orang lain.
Pertama melihatnya itu ter kesan lucu, karena dalam imej kita, aksi membaca surat dila kukan oleh si penerima, dan si penulisnya itu jauh dari orang yang menerima surat itu. Bukan saling berhadapan seperti itu. Pada saat itu dalam benak saya sebagai orang asing, orang Jepang ini aneh. Lamake lamaan saya paham, karena budaya baca itulah yang me nga kibatkan acara semacam ini ada.
Budaya baca orang Jepang bukanlah memaksa orang atau anak untuk membaca isi tuntas dari sebuah bacaan, melainkan lebih menciptakan cara hidup yang dikelilingi buku.
Mereka tidak pandai bertutur kata di depan banyak orang, apalagi jika situasinya menggugah emosi kebahagian dan kesedihan. Setelah mengamati perilaku mereka, saya menggarisbawahi, bahwa ‘budaya baca’ orang Je pang bukanlah memaksa orang atau anak untuk membaca isi tun tas dari sebuah bacaan. Ia lebih menciptakan cara hi dup yang dikelilingi buku. Hakikat nya, dengan hanya melihat je jeran punggung buku, tanpa membuka isinya pun, itu sudah meng inspirasi pembaca untuk berbuat sesuatu yang positif.*** Penulis adalah Staf Pengajar Prodi Pendidikan Bahasa Jepang Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Saat ini sedang studi S3, konsentrasi bidang Kajian Jepang di Aichi Prefectural University. Email: paras2t3@yahoo.com
Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
| 15
KABAR PRESTASI Dr. Tukiran, M.Si Raih Dosen Terbaik Ketiga
SELAIN NGAJAR, AKTIF DI PENELITIAN
T
erpilih sebagai do sen terbaik ketiga, tak membuat Dr. Tu kiran berbangga ha ti. Justru, ia menyarankan agar kom petisi pemilihan dosen ter baik ke depan bisa lebih kom petitif melalui presentasi antar kandidat, bukan hanya melalui pengumpulan berkas saja. Tukiran mengakui proses pemilihan dosen terbaik saat ini belum berjalan optimal dan fair sesuai yang diharapkan. Selama ini, pemilihan dosen terbaik dilakukan berdasarkan track record saja dan langsung di pilih. Padahal menurutnya, dosen terbaik itu harus diten tukan setidaknya melalui pre sen tasi dari masing-masing kandidat tiap jurusan. Dengan demikian, dosen terbaik yang terpilih, benar-benar fair, layak dan sesuai harapan. Tukiran menambahkan, jika mengacu pada tiga kewajiban dosen sebagaimana termuat dalam Tridarma Perguruan Ting gi, yaitu mengajar, meneliti dan mengabdi, seharusnya dosen berprestasi yang diajukan minimal
16 |
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014
memenuhi ketiga hal itu baru nanti diadu untuk me li hat kualitas masing-masing. “Se benarnya, yang menjadi kunci di katakan dosen berprestasi itu perbedaannya adalah me neliti dan mengabdi,” ungkap nya. Untuk bidang penelitian, Tu kiran bersyukur karena setiap ta hun ia mendapatkan dana penelitian. Terakhir, bahkan ia terpaksa menghentikan salah satu penelitian karena menda patkan dana double yakni me lalui Dana Hibah Bersaing dan Penelitian Unggulan Per gu ruan Tinggi (PUPT), DIPA UNE SA Bekerjasama dengan IDB. Ka rena Dikti memiliki aturan tidak boleh double, maka pe nelitian yang didanai IDB, se hing ga yang proposal Dana Hibah Bersaing harus dicancel. Proposal penelitian Danah Hibah Bersaing itu mengenai Kimia Bahan Alam, sedangkan yang didanai IDB ini tentang kependidikan, namun tetap berbau Kimia Bahan Alam. “Keluaran IDB itu kan dalam bentuk buku ajar yang berba sis research, jadi tahun 2015 harus sudah dihasilkan bu ku tersebut. Dari situ meng gambarkan mungkin bebera
pa teman dosen tidak punya waktu untuk melahirkan pro posal yang didanai IDB. Ketiga adalah mengabdi. Ini memang yang mungkin sebagian besar tingkatan Do sen Unesa atau di seluruh uni versitas di Indonesia me ngabdinya tidak banyak, beda dengan mengajar dan meneliti total minimal 12 SKS-16 SK per se mester. Celakanya, untuk me ngajar dan meneliti itu 9 SKS, sehingga muatan untuk me ngabdi itu memiliki porsi banyak, dan dananya juga ti dak terlalu besar. Biasanya, di isi secara insidental saja. “Di Kimia sendiri kondusif un tuk melakukan penelitian, tahun kemarin mulai ada PKM untuk dosen, saya juga ba gian dari yang mereview itu. Yang menembus 50 juta ke atas itu belum, namun tahun 2012 di FMIPA hanya saya yang mendapatkan itu. Nah, se karang saya sedang juga me nung gu pengumuman PKM di danai Dikti yang dinamai IBM (Iptek Bagi Masyarakat), ya mungkin itu tingkat per be daan prestasi, sehingga Pak Dekan menyuruh saya untuk segera mengisi form,” tandasnya. (LINA)
Nama Lengkap
Dr. Tukiran, M.Si.
Jenis kelamin
Laki-laki
Jabatan Fungsional
Lektor Kepala
NIP/NIK/identitas lainnya
196612281992031002
NIDN
0028126604
Tempat dan Tanggal Lahir
Magetan/28 Desember 1966
btukiran@yahoo.com
Nomor Telp/Faks/HP
081332083184
Nomor Telp/Faks
031-8298761
Riwayat Pendidikan
S1 Pendidikan Kimia IKIP Surabaya S2 Kimia Organik Bahan Alam ITB Bandung S3 Kimia Organik Bahan Alam ITB Bandung
KIPRAH DOSEN Kiat Sukses Prof. Dr. Ali Maksum, Sekretaris Pelaksana Kopertis Wilayah VII Dikti
UNTUK SUKSES, PERLU PERENCANAAN MATANG
S
“Belajar, Kerja Keras, Persiapan, dan Perencanaan. Empat hal itulah yang menjadikan pria ini terus termotivasi untuk maju”
aat ini orang lebih suka kepada hal yang ins tan dan serba cepat. Termasuk, dalam me raih sukses. Padahal justru ke inginan untuk mendapatkan sesuatu yang instan itu akan memperpanjang anganangan. Yang terjadi, hidup orang itu bukan diisi dengan kerja keras untuk meraih suk ses, tetapi diisi dengan meng hayalkan bagaimana melaku kan cara meraih sukses secara instan. Untuk sukses, orang perlu se buah perencanaan yang panjang dan maksimal. Prinsip itu pula yang senantiasa di pegang Prof. Dr. Ali Maksum hingga mengantarnya meraih kesuksesan. Ia mengatakan un tuk bisa seperti sekarang, Prof. Ali mengaku melakukan proses yang sangat panjang dengan bekerja keras, persiapan, dan perencanaan yang sangat matang. “Tiga hal itulah yang se lalu saya terapkan dalam se gala aktivitas yang saya lakukan,” tutur pria alumni S3 Psikologi Universitas Indonesia itu. Prof. Ali, dosen kelahiran Tulunggagung 14 Mei 1969 menjelaskan bahwa tidak ada orang yang tiba-tiba sukses. Ke suksesan, tambahnya, ti dak terjadi dalam sekejap. Ti dak juga terjadi dalam sa tu hari. Kesuksesan adalah pro ses. Karena merupakan se buah proses, tentu ha rus diawali dengan pe ren ca naan. Perencanaan akan me nentukan sukses atau ti daknya seseorang. Jika pe
ren canaan tidak matang apa lagi terlihat asal-asalan, ma ka bersiap-siap sajalah meng hadapi kegagalan. Se baliknya, jika memiliki pe ren canaan yang bagus dan matang, maka bukan ti dak mungkin kesuksesaan be sar akan mendatangi. “Orang bijak berkata, gagal me rencanakan berarti merenca nakan kegagalan, sukses me rencanakan berarti merenca nakan kesuksesan,” ujarnya. Lalui Tahapan Jenjang meraih sukses itu, menurut Prof. Ali, bisa dianalo gikan dengan seseorang yang hendak pergi ke suatu tujuan. Ke mana pun seseorang itu per gi dan sejauh apapun, se lalu diawali dengan satu langkah, kemudian dikuti de ngan langkah-langkah be ri kutnya. Tidak bisa hanya de ngan sekejapan mata, lang sung sampai kepada tu juan tersebut. “Pepatah mengata kan, perjalanan 100 mil itu di mu lai dengan satu langkah. Lalu mengapa kita harus ter ge sa-gesa. Bukankah sudah sunatullah segala sesuatu di raih dengan cara bertahap,” tandasnya. Dosen yang meraih gu ru besar dengan disertasi ber tema model mental itu me ngatakan bahwa saat ini pro blem terbesar bangsa adalah me nyangkut masalah model mental. Bukan soal uang atau anggaran karena anggaran ne gara saat ini sudah luar biasa. Bukan juga soal fasilitas karena fasilitas sudah dikatakan men
cukupi. Tapi, yang harus se di kit demi sedikit diubah ada lah model mental. Prof. ali mencontohkan, para ma hasiswa ketika sedang me ngerjakan soal ujian, acap kali model mental mereka kurang, sehingga mereka mencontek, atau melihat buku dengan sembunyi-sembunyi. Lebih lanjut, dosen yang pernah mengikuti Program Par tnership Komisi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olah raga dengan Korean National Sport University dan Hanyang University, di Korea Selatan itu mengatakan, materi bukanlah segalanya untuk menunjukkan suatu prestasi dalam mencapai ke berhasilan.Tetapi lebih ke pada caranya untuk berkarya ber integritas dan bekerja se ca ra total dengan semangat yang tinggi. Atau dengan kata lai n, memikirkan apa yang akan diberi, bukan apa yang akan diterima. “Untuk membangun men tal yang kuat kita itu harus punya prinsip. Jangan mudah menyerah karena ada satu ke salahan yang telah kita buat. Ingatlah bahwa setiap orang
bisa salah, sengaja atau tidak disengaja. Dan, di dunia ini tidak ada yang sem purna, lebih baik ketika kita berbuat satu kesalahan, ma ri lah kita tindklanjuti dengan per buatan-perbuatan baik atau prestasi yang lebih banyak lagi. Ketimbang kita mikirikan sa tu kesalahan berlarut-larut, lebih baik kita buat banyak ke baikan atau karya-karya baru yang lebih bermanfaat,” pung kasnya. (RUDI_HUMAS)
Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
| 17
LENSA UNESA
Bantuan Kemanusian Unesa untuk Korban Erupsi Kelud
R
abu, 19 Februari 2014 (siang ini), Unesa mem足 be足rangkatkan sejumlah tim relawan yang akan membawa bantuan bagi para pengungsi korban erup足si Gunung Kelud. Bantuan diperoleh dari berbagai pihak, antara lain dari Himapala, PPPG, BEM Jurusan Teknik Elektro, BEM Universitas, UKKI, dan dari para donatur perseorangan, yang berhasil dihimpun oleh anggota Himapala. Upacara pemberangkatan dihelat di halaman Rektorat, di足hadiri Rektor (Prof. Dr. Muchlas Samani), PR I (Prof. Dr. Kisyani), PR III, dan Pembina Himapala. Selain itu juga dihadiri oleh delegasi dari BEM-U, BEM-Teknik Elektro, dan UKKI. Foto kiri atas dan kanan tengah.
DONOR DARAH HIMAPALA UNESA: Bertempat di Gedung Pusat Jaminan Mutu (PJM) Unesa, Himpala melaksanakan kegiatan donor darah Selasa, 18 Februari 2014, menandai Ulang Tahun Himapala yang ke 36. Hadir pada upacara pembukaan antara lain Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Warsono, dan Pembina Himapala, Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd, serta perwakilan dari Palang Merah Indonesia (PMI) Surabaya, sebagaimana tampak pada foto-foto di bawah ini.
PROMOVENDUS: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya (Unesa) kembali melahirkan doktor baru dalam ilmu pendidikan sains. Pada tanggal 5 Maret 2014 lalu, Promovebdus Drs. Sunyono, M.Si (tengah tanpa tiga) dengan sukses mempertahankan desertasinya di hadapan para guru besar yang mengujinya dalam sidang terbuka di auditorium gedung program pasca sarjana Kampus Unesa, Ketintang Surabaya.
18 |
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014
LENSA UNESA
Program Pengenalan Akademik PPG Prajabatan SM-3T Bertempat di gedung Wiyata Manggala PPG Unesa, Kampus Lidah Wetan Surabaya, Kamis, 27 Februari 2013, dilaksanakan acara pembukaan Program Pengenalan Akademik (PPA) Program Profesi Guru (PPG) Prajabatan SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal). Kegiatan secara resmi dibuka oleh Pembantu Rektor III (PD III) Unesa, Prof. Dr. Warsono, M.S. Selama menempuh PPG, semua peserta diasramakan, dengan demikian kegiatan pengembangan kepribadian dan kompetensi tidak hanya di dalam kampus dan di sekolah mitra, tetapi juga dirancang sedemikian rupa, termasuk kehidupan di asrama. Bahkan kehidupan di asrama juga turut menentukan kelulusan peserta dalam mengikuti PPG.
SMAN 4 Jember Serbu Unesa
S
elasa pagi (18/2/2014) Unesa kedatangan rombongan siswasiswi SMA Negeri 4 Jember. Berangkat dini hari dari Jember, rombongan SMA Negeri 4 Jember langsung ke gedung Gema Unesa. Acara yang berlangsung sekitar dua jam mulai pukul 09.00 WIB tersebut langsung diterima tim sosialisasi SNMPTN 2014, Kepala BAAKPSI, Dra. Hertiti Setyowati, M.Si. dan Pembantu Dekan I FMIPA, Sri Yuni Rahayu, M.Si., Ph.D. Saat diwawancarai reporter Humas Unesa, siswa-siswi SMA Negeri 4 Jember merasa lebih memahami SNMPTN dan prodi di lingkungan Unesa dengan adanya sosialisasi ini. “Saya sangat terbantu, Mas. Kini saya jadi paham betul bagaimana mekanisme-mekanisme dalam pendaftaran SNMPTN 2014 ini,� kata Rahardian, pelajar SMA Negeri 4.
Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
|
19
INSPIRASI ALUMNI
BELAJAR KULIAH DI AUSTRALIA
CURTIN UNIVERSITY OF TECHNOLOGY PERTH, WESTERN AUSTRALIA OLEH ARINI SITI WAHYUNINGSIH Mahasiswi Prodi Pendidikan Sains Pascasarjana UNESA Program Dual Degree Curtin University of Technology dan UNESA
PERKULIAHAN: Suasana perkuliahan Colloquium/ Candidacy of Doctoral Program ketika mahasiswi program doktor yang berasal dari Jerman sedang mempresentasikan disertasinya. Sumber: dokumentasi pribadi
20 |
P
engalaman study overseas merupakan im pian dari setiap mahasiswa yang ingin melanjutkan studinya ke jenjang pendidikan tinggi. Me lalui jalur beasiswa DIKTI pro gram Dual Degree untuk prodi Pendidikan Matematika dan Sains Pascasarjana UNESA de ngan Curtin University of Technology Perth, Western Australia, saya mendapat ke sem patan yang sangat luar biasa tersebut. Program Dual Degree memberikan kesempa
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014
tan mahasiswa untuk belajar di Curtin University of Technology se lama 1 semester pada se mester 3 dan selebihnya per ku liahan berjalan di UNESA. Pro gram ini sudah berjalan selama dua tahun. Pada tahun pertama, Pascasarjana UNESA telah berhasil mengirim 10 mahasiswa dari Prodi Pen di di kan Matematika dan Sains dan untuk tahun kedua ini, 9 mahasiswa terpilih untuk me nimba ilmu di sana selama ku rang lebih 1 semester. Dalam Surat Untuk Alumni
ini, saya akan berbagi sedikit pengalaman belajar selama di Curtin University. Semoga kira nya tulisannya saya ini dapat men jadi motivasi bagi adik-adik generasi selanjutnya untuk berusaha mewujudkan impiannya. Selain itu, semoga tulisan saya ini juga dapat menjadi saran dan masukan yang kontruktif bagi kampus tercinta saya UNESA agar men jadi kampus yang lebih ber kua litas dan terdepan dalam segala hal.
INSPIRASI ALUMNI
SISTEM PERKULIAHAN BERBASIS WEB Curtin University of Tech nology merupakan universitas terbesar di Perth, Western Aus tralia. Di universitas tersebut, perkuliahan kami dilaksanakan di gedung 220 yaitu Science and Mathematics Education Centre (SMEC). SMEC merupakan pu sat untuk pendidikan Sains dan Matematika di Curtin Uni versity. Perkuliahan kami ter diri dari 4 mata kuliah antara lain Transformative Curriculum, Learning Environment, Evalua tion Issues/Assessment, dan Spe cial Topics/Research Pro posal. Tidak hanya itu, Prof. Dr. David Treagust selaku do sen kemahasiswaan mem beri kami kesempatan juga untuk mengikuti perkuliah an tambahan (seat-in) yaitu Research Methods dan Collo qu ium/Candidacy of Doctoral Program. Kesempatan ini sung guh sangat bermanfaat sekali bagi kami karena da pat memberikan banyak pe ngetahuan tentang penyusu nan proposal seperti halnya tentang Ethics yang belum begitu banyak digunakan pada penelitian di Indonesia. Selain itu, kami juga senang karena kami bisa belajar dan berbagi ilmu dengan mahasiswa progam master maupun dok tor dari berbagai Negara se perti dari Jerman, Arab Saudi, Mek siko, Malaysia, Nigeria, Oman, Cina, dan masih banyak lagi. Metode pengajaran do s en-dosen SMEC tidak ber be da jauh dengan metode pe ngajaran yang digunakan oleh dosen UNESA. Akan te tapi, sistem perkuliahan yang digunakan oleh Curtin Uni versity sudah terpusat dan sangat memudahkan mahasis wa karena berbasis web. Menjadi mahasiswa Curtin kami mendapat fasilitas untuk bisa mengakses website res mi nya yaitu OASIS dengan menggunakan student ID
number sebagai nama akun. Di website tersebut terdapat beberapa pilihan menu, yaitu akses perkuliahan mahasiswa (my studies), perpustakaan (my library), dan kegiatan dan ke hidupan sekitar kampus (cam pus life and guild). Un tuk akses perkuliahan ma ha siswa, website tersebut te lah menyediakan bahan pem belajaran yang akan di be rikan dosen selama satu se mester (powerpoint, tugas per kuliahan, dan sumber lain yang berkaitan) di menu Blackboards. Di akses tersebut juga, mahasiswa dapat me ngum pulkan tugasnya dan men dapat penilaian serta ma sukan dari dosen yang ber sangkutan. Pada menu eStudent, mahasiswa dapat me lihat dan langsung mencetak transkip nilai se te lah mengikuti perkuliahan selama satu semester. Sistem seperti ini dapat menghemat peng gunaan kertas sebagai bagian dari go green karena mahasiswa cukup me lam pir kan file tugasnya dalam web site tersebut. Sistem se perti ini juga sangat me mu dahkan mahasiswa un tuk mempersiapkan perkuliahan nya selama satu semester ke depan karena dosen su dah menyediakan bahan pembela jaran seluruhnya sehingga per kuliahan dapat berjalan efektif. Kemudian, di setiap a khir semester, seluruh ma hasiswa tanpa kecuali ber ke sempatan untuk mengisi se buah kuesioner online yang juga disediakan da lam OASIS untuk menilai pe nga jaran dosen pengampu mata kuliah yang mengajar me re ka selama satu semester se ba gai bahan evaluasi untuk pe ngajaran selanjutnya. Sa ya juga berkesempatan un tuk mengisi kuesioner ter se but. Saya merasa sistem seperti ini sangat bagus dan mendukung jalannya per ku liahan menjadi lebih baik ke
depannya. Kuesioner online memberikan ruang dan tem pat bagi mahasiswa un tuk mengungkapkan dan me ngutarakan persepsinya se bagai peserta didik di ke las tentang jalannya pembela jaran. Dosen SMEC sangat se nang dan berterima kasih ke pada mahasiswa apabila me reka berkenan memberikan pe nilaian terhadap pembelajaran yang telah diberikan. Hasil kuesioner tersebut sangat di hargai dan dijadikan sebagai bahan evaluasi mereka. ROBERTSON LIBRARY MEMBUAT BETAH BELAJAR Satu hal lagi yang ingin saya bagi dalam Surat Untuk Alu mni dari pengalaman sa ya selama belajar di Cur tin University adalah perpusta kaan T.L Robertson yang sa ngat nyaman dan tenang di jadikan tempat untuk belajar. Perpustakaan T.L Robertson merupakan perpustakaan Curtin University yang ber lokasi di kampus Bentley ge dung 105. Koleksi dan refe rensi dalam perpustakaan ini tersebar sampai lantai 6. Perpustakaan tersebut buka setiap hari dengan jam
GUDANG ILMU: Perpustakaan T.L Robertson yang berlokasi di kampus Bentley. [DOKUMEN PRIBADI]
Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
| 21
INSPIRASI ALUMNI
CANGGIH: Rechargable and Printing/Copying Machine.
22 |
pelayanan yang berbeda. Ha ri efektif perpustakaan T.L Robertson buka mulai jam 8 pagi sampai jam 10 malam. Sedangkan untuk hari sabtu dan minggu, perpustakaan buka hanya sampai jam 6 malam. Di dalam perpustakaan ini terdapat banyak fasilitas yang sangat membuat saya nyaman dan betah belajar hingga malam hari. 1. Recharge and Print/Copy Stations Dalam perpustakaan T.L Robertson terdapat ru angan atau tempat khusus untuk printing, copying, dan scanning di setiap lantai. De ngan menggunakan kartu ma hasiswa kami yang sudah terisi saldo, maka kami bisa men cetak dan mengkopi di dalam ruangan tersebut. Biaya percetakan per lembarnya se besar AUD 11 sen atau sekitar Rp 1.100,-. Di sekitar print/ copy station itu juga terdapat
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014
sebuah mesin yang dapat di gunakan untuk mengisi saldo dalam kartu mahasiswa kami jika sewaktu-waktu habis. Setiap mesin fotokopi dan printer dilengkapi dengan me sin berwarna biru yang ber fungsi untuk meletakkan kartu mahasiswa sebelum kita mulai untuk mencetak dan meng kopi. Dengan mesin biru terse but, kita dapat mengecek sisa saldo kita sewaktu – waktu dan juga file yang akan kita cetak atau kopi. 2. Study Group Rooms Di dalam perpustakaan T.L Robertson terdapat be be rapa ruangan kelompok be lajar di setiap lantai yang memungkinkan mahasiswa untuk belajar bersama dalam ruangan tertutup sehingga ti dak mengganggu mahasiswa lain nya yang sedang belajar di perpustakaan. Di dalam ru angan tersebut biasanya mak simal terdiri dari 4 mahasiswa dan di dalamnya terdapat se buah papan tulis dan televisi yang dapat dihubungkan de ngan USB untuk presentasi. Sa ya biasanya menggunakan ruangan ini untuk belajar ber sama dengan teman – teman. Akan tetapi, untuk mendapat kannya cukup sulit juga ka rena banyak mahasiswa juga yang ingin menggunakan fa
silitas tersebut terutama ketika mendekati atau sedang me nempuh ujian akhir semester. 3. Borrowing machine Proses peminjaman buku di perpustakaan T.L Robertson ti dak melalui pelayanan pe tu gas perpustakaan tetapi me lalui mesin peminjaman yang mudah penggunaannya. Ki ta hanya meletakkan kartu ma hasiswa untuk membuka akun kita, kemudian langsung meletakkan barcode yang ter dapat dalam halaman te r akhir buku di bawah la ser agar bisa terdeteksi oleh mesin tersebut. Untuk mahasiswa program master diperbo lehkan meminjam koleksi per pustakaan maksimal se jum lah 20 buku. Sedangkan ma hasiswa program doctor men dapat kesempatan meminjam koleksi lebih banyak lagi yaitu sekitar mencapai 60 buku. 4. Study tables and Computers Selain menyediakan ru angan belajar untuk ke lom pok, perpustakaan T.L Ro ber tson juga menyediakan ba nyak meja dan komputer bagi mahasiswa yang tidak mendapat kesempatan untuk belajar dalam ruangan kelom pok. KETAGIHAN BERKUNJUNG KE TOKO BUKU BEKAS Di dalam kampus terdapat kom pleks tempat mahasiswa berbelanja keperluan kuliah tentunya dengan harga yang cukup terjangkau. Nama tem pat tersebut adalah Curtin Stu dent Guild Complex. Di lokasi tersebut terdapat, toko yang menjual beberapa souvenir Curtin University seperti ja ket, topi, payung, kaos dan masih banyak lagi, toko yang menjual buku bekas, dan toko alat tulis. Karena kami telah mengurus Student Guild maka setiap pembelian barang akan mendapat diskon 10%.
INSPIRASI ALUMNI
STORE: Curtin Second Handbook Store. Tetapi diantara tempat ter sebut yang sangat menarik kami adalah toko buku bekas (Second Handbook Shop) karena menjual beberapa refe ren si buku yang biasa dijual dengan harga fantantis di online tetapi di toko tersebut di jual dengan harga yang lebih murah dan dengan
kondisi yang masih bagus. Kami cukup ketagihan pergi ke sana karena cukup banyak koleksinya ter utama buku Matematika dan Sains. Rata – rata buku be kas dijual mulai harga AUD $20 sampai $50. Tetapi ada ju ga buku yang dijual masih de ngan harga yang sangat tinggi
mencapai AUD $ 100 karena kondisinya masih sangat bagus. Tetapi ada juga buku yang dijual dalam rak khusus dengan harga yang sangat murah yaitu sekitar AUD $2 - $5. Dari beberapa pengalaman saya tersebut, saya berharap dan bermimpi di usianya yang memasuki 48 tahun, Unesa dapat berbenah fasilitas yang mendukung lingkungan bela jar mahasiswanya. Mulai dari perpustakaan yang lebih nya man, menerapkan sistem pe ngelolaan website untuk ke giatan perkuliahan sehingga peringkat Unesa dalam webo metrics dapat meningkat dari peringkatnya sekarang yaitu peringkat ke – 42 se In donesia, dan juga kompleks per tokoan untuk keperluan be lajar mahasiswa. Semoga pe ngalaman yang saya da pat dari Curtin University ini menjadi kado untuk Dies Na talies Unesa tahun 2013. Se moga Unesa Tetap Jaya dan se makin terdepan !! [arini.siti@ymail.com]
Gambar kiri atas: Student tables and computers. Gambar kiri bawah: Study Group Rooms Gambar kanan bawah: Curtin Student Guild Complex.
Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
| 23
ARTIKEL WAWASAN
Tentang cara memperoleh ke bahagiaan, mereka me ngatakan, “Kesenangan hidup yang sebenarnya hanya dapat diperoleh ketika Anda bisa membahagiakan orang lain. Makin banyak yang dibahagiakan, makin banyak kesenangan dan kebahagiaan yang justru kembali kepada kita.
S
aya dan istri menyaksikan wajah keduanya sumri ngah. Mereka menyapa se mua orang dengan ramah. Hari itu adalah hari yang berbahagia. Lebih dari seribu lima ratus tamu datang untuk memberikan sela mat. Ada berbagai rombongan yang datang dari luar kota, khu sus untuk acara kali ini. Dari Bandung, Pekalongan, Se ma rang, Solo, dan entah dari mana lagi. Mereka menyewa bis khusus. Minggu siang di per tengahan bulan Juli itu, tempat parkir Balai Sudirman di wilayah Te bet, Jakarta Selatan, penuh. Petugas parkir nampak sibuk me ngatur kendaraan yang datang. Satu per satu tamu yang ha dir menyalami mereka ber gan tian. Sebagian minta foto
24 |
Sepuluh Laku Hidup Bahagia Oleh ANDRIAS HAREFA*)
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014
bersama. Sebagian lainnya mem persembahkan lagu-lagu nos talgia. Suasana nampak meriah. Ruangan penuh sesak karena tak semua tamu kebagian meja dan tempat duduk. Namun se mua yang hadir menunjukkan eks presi gembira. Suara ta wa penuh canda terdengar dimanamana. Makanan yang dihidang kan ludes tak berbekas, ke tika tetamu mulai berpamitan. Sung guh sebuah pesta yang semarak. Yang paling unik dari pesta tersebut adalah usia para tamu. Sebagian besar berusia di atas 60 tahun. Umumnya mereka ang gota WULAN, perkumpulan nirlaba Warga Usia LANjut. Me mang, yang mengadakan pesta ada lah salah satu pendirinya, Ja nuar dan Indira Darmawan. Itu sebabnya tetamu yang hadir umumnya berusia lanjut. Mereka adalah kawan-kawan lama yang sudah saling mengenal ber pu luh tahun. Hubungan yang baik dalam rentang waktu yang pan jang menunjukkan bahwa pa sangan ini disukai handai tau lannya. Sudah jelas bahwa ini bukan pesta pernikahan. Tuan dan nyo nya rumah hadir lengkap de ngan kedua anak, menantu, dan pa ra cucu. Yang perempuam se muanya berbaju warna ku ning keemasan, sesuai tema pes ta. Mereka mengadakan pesta syukur. Berbagi suka cita me nyambut 50 tahun hidup ber
ARTIKEL WAWASAN sa ma sebagai suami-istri. Meski mampu menikmati kemapanan sebagai kelas atas, pasangan ini justru memilih gaya hidup sa ngat sederhana. Walau ke duanya juga menyandang gelar akademis tingkat doktoral dalam disiplin ilmu yang berbeda, mereka sungguh menampilkan kerendahan hati yang tulus. Tak ada hal yang nampak ber le bihan. Semua terasa wajar, na mun berkualitas. Dan yang juga mengundang decak kagum ada lah kesehatan mereka yang relatif masih prima di usia menjelang 80 tahun. Mungkin karena pasangan yang merayakan ulang tahun emas perkawinan ini adalah orang terdidik, maka sovenir yang diberikan kepada para ta mu adalah dua buku. Buku yang satu, diterbitkan Gramedia Pustaka Utama dengan tajuk Profit and Beyond, berkisah tentang kip rah mereka dalam du nia bisnis, melakukan upaya developing ethi cal business lea ders. Buku yang kedua, yang diterbitkan khusus untuk acara ini dengan judul 50 Tahun Bersama, berisi pandangan-pan da ngan pribadi keduanya tentang perkawinan, keluarga, bisnis, persahabatan, dan lain-lain. Keduanya hampir sama tebal, mendekati 300 halaman. Di bagian pengantar buku 50 Tahun Bersama ada tertulis: “Ba gi kami berdua, pernikahan merupakan wujud kerelaan hati dua pribadi yang berbeda untuk bersatu dan saling mengerti, bukan saling memaksa dan malah berusaha mengubah diri. Bagi kami berdua, pernikahan merupakan kehidupan baru untuk dua pribadi yang harus dijalani dengan hati yang selalu bergembira. Dalam kesusahan dan kesedihan yang kerap terasa pun, perasaan bahagia bisa diundang selalu ada, jika terus disyukuri bersama. Bagi kami berdua, pernikahan merupakan kolaborasi dua pikiran dan dua tenaga yang secara kompak harus dapat memberi dampak yang baik, bukan hanya bagi keluarga, tetapi juga bagi lingkungan sosial, masyarakat luas, dan bahkan negeri ini. Bagi kami berdua, pernikahan merupakan kesepakatan dua orang teman hidup yang akan saling menemani memasuki usia lanjut dengan tetap mampu untuk mandiri, terhormat, dan bermakna”. Wow!
Tentang cara memperoleh kebahagiaan, mereka mengatakan, “Kesenangan hidup yang sebenarnya hanya da pat diperoleh ketika Anda bisa membahagiakan orang lain. Makin banyak yang di ba hagiakan, makin banyak kesenangan dan kebahagiaan yang justru kembali kepada kita. Maka satu-satunya cara untuk mem peroleh kesenangan dan kebahagiaan yang abadi adalah ketika Anda mampu membuat orang lain puas dengan dirinya sendiri. Itulah yang disebut sebagai contentment di dalam hidup kita”. Menyaksikan dari dekat ke hidupan Januar dan Indira Dar ma wan, yang me rupakan kakak kan dung dan ipar dari politikus dan
ekonom senior Kwik Kian Gie, saya teringat sebuah buku karya John Powel yang bertajuk Happiness Is An Inside Job. Dalam buku tersebut Powel menuturkan bahwa kata “bahagia” dan “kebahagiaan” diambil dari kata latin beatus dan beatitude yang berarti tan ta ngan dan perolehan, yakni menjanjikan memberikan (secara tak langsung) kebahagiaan sejati kepada orang yang menyambut tantangan dan selangkah de mi selangkah memperoleh se suatu, mencapai sesuatu, atau menyelesaikan sesuatu. Powel juga memaparkan Sepuluh Laku Hidup Bahagia sebagai berikut: • Menerima diri apa adanya • Menerima sepenuhnya tanggung jawab atas hidup kita • Berusaha memenuhi segala kebutuhan kita untuk bersantai, berolah raga, dan makan • Hidup kita harus kita jadikan wujud cinta kasih • Kita harus menghirup udara baru dengan keluar dari kungkungan kemapanan yang nyaman • Kita harus belajar menjadi “penemu jalan baik” • Kita harus mengupayakan pertumbuhan, bukan kesempurnaan
• Kita harus belajar berkomunikasi secara efektif • Kita harus belajar bersuka cita atas hal-hal baik dalam hidup • Kita harus berdoa sebagai ba gian dari hidup kita sehari-hari. Yang paling menarik dari Powel adalah pernyataannya bahwa kodrat hidup manusia adalah hidup bahagia. Dengan kata lain, segala upaya untuk hidup bahagia adalah upaya me menuhi “panggilan kodrati” sebagai manusia ciptaan Tuhan. Saya sungguh bersyukur di undang dalam pesta emas 50 tahun perkawinan Januar dan Indira Darmawan. Pesta itu sungguh menginspirasi. sebagian Ketika orang masih m e mb ic a r a k a n kebahagiaan dalam konsep dan menjadi makelar-ma kelar kebahagiaan, saya me nemukan contohnya yang nyata. Mereka mengajarkan bah wa kebahagiaan justru ha nya bisa diperoleh dengan cara memberikannya kepada orang lain. Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang bisa d iburu, dikejar, dan diraih se per ti kita berburu harta dan karier. Ia bukan sesuatu yang bisa diperebutkan dengan persaingan sikut menyikut. Ia bisa diperoleh dengan cara diberi. Cara mendapatkan kebahagiaan adalah dengan memberikannya kepada orang lain. Sungguh luar biasa. Berilah, maka kamu akan mendapat. Salam proaktif.
*)ANDRIAS HAREFA, WTS adalah writer: 40 Best-selling Books; Trainer-Speaker: Berpengalaman 20 Tahun, Pendiri www. pembelajar.com; Twitter @aharefa atau @ andriasharefa.
Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
| 25
KOLOM REKTOR
‘RUH’ GENERIC SKILLS ‘BERWADAHKAN’ SPECIFIC SKILLS
S
Oleh Prof. Muchlas Samani
26 |
udah beberapa kali sa ya gagal untuk ke Pon dok Pesantren Al Fit rah di Kendiding Lor Surabaya. Gagal karena wak tunya tidak cocok. Saya ingin pas ke Al Fitrah ada Pak Wawan Setiawan, kawan lama yang sekarang menjadi salah satu pembinanya. Karena saya belum pernah ke Al Fitrah, jika ada Pak Wawan maka saya tidak kikuk bagaimana menye suaikan diri. Saya tahu Ponpes Al Fitrah adalah ponpes salafiah besar yang didirikan oleh almarhum Kiai Asrori. Salah seorang to koh Tariqoh di Indonesia. Saya menjadi lebih tertarik ke Al Fitrah, setelah mendapat cerita Mas Pratama, mahasiswa S2 Manajemen Pendidikan Unesa. Akhirnya saya dapat datang ke Al Fitrah pada Jumat, tanggal 31 Januari 2014, bertepatan dengan Tahun Baru Imlek. Di Al Fitrah saya diminta menyampaikan pemikiran tentang Tantangan Pondok Pesantren Menghadapi Era Bo nus Demografi 2020-2030. Sa
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Ferbruari 2014
ya agak terkejutm tetapi bang ga. Pondok salafiah tetapi peduli dengan tantangan era tekonolgi. Sebelum mu lai, saya minta izin untuk meng ganti kata “Tantangan” men jadi “Peluang” dalam topik tersebut. Mengapa? Karena menurut saya pondok pesan tren memiliki peluang tinggi di era bonus demografi. Forum diskusi tersebut h anya diikuti oleh sekitar 30 orang dan semuanya dari pengurus dan pengajar pon dok. Jadi forum kecil, sehingga diskusi menjadi gayeng. Apa la gi semua peserta adalah ”orang” pondok yang tentu se cara psikologis ingin mengem bangkan pondoknya. Hanya saja waktunya sangat pendek, sekitar 1,5 jam, karena sebelum acara dimulai ada salat jenazah di masjid pondok. Salah satu pokok bahasan yang saya sampaikan adalah hasil survai Bank Dunia Tahun 2010 yang dikutip oleh Wa pres Boediono saat pidato di Australia. Isinya sebagai be rikut: “the skills of Indonesian
se condary school leavers do not match the expectations of employers, due to their inadequate generic skills”. Se benarnya temuan survai Bank Dunia itu, jauh-jauh hari sudah disinyalir oleh banyak pakar. Tony Wagner (2008) dalam bukunya yang berjudul The Global Achivement Gap sudah menjelaskannya panjang le bar. Trilling dan Fadel juga menjelaskan hal serupa dalam bukungan the 21st Century Skills. Mengapa saya mengajukan ha sil survai Bank Dunia tersebut sebagai salah satu bahasan utama? Karena saya yakin itulah trend ke depan. Ketika kemajuan ilmu dan tek nologi semakin pesat, pola ker ja dan keterampilan kerja akan sangat cepat berubah. Globalisasi telah masuk ke semua belahan bumi, sehingga orang bekerja bersama-sama bangsa lain. Dengan situasi seperti itu, setiap orang harus mampu bekerja sama dalam tim, memiliki integritas tinggi, ha rus mampu berpikir logis
KOLOM REKTOR
dan kritis, harus mampu me mecahkan masalah, harus memiliki kelincahan dan se kaligus adaptasi dengan si tuasi dan sebagainya. Beberapa tahun lalu, saya de ngan beberapa teman per nah diminta JICA untuk untuk me lakukan studi pe lacakan (tracer study), terhadap lulusan politeknik. Se telah mendatangi banyak pe ru sahaan yang memperkerja kan lulusan Politeknik, ka mi menemukan hal yang sangat menarik. Untuk aspek ke terampilan (specific skills), ham pir tidak akan komplain. Yang dianggap kurang ada lah kebiasaan mencatat pe kerjaan, kemampuan ko mu nikasi dan bekerja sama, dan kemampuan memimpin tim. Bukankah ini juga sejalan de ngan temuan Bank Dunia? Menutut saya kekuatan pondok pesantren justru terle tak mengembangkan generic skills. Pondok pesantren sa lafiah seperti Al Fitrah ten tu tidak memberikan bekal spe cific skills, misalnya kompetensi khusus sebagai pengacara, se bagai insinyur, sebagai dokter dan sebagainya. Kalau toh ada mungkin sebagai dai. Namun yang jelas, selama menyantri para santri akan digembleng generic skills-nya. Selama di pondok, santri akan mendapat gemblengan dan pembiasaan tentang berkomunikasi, beker ja sama, berintegritas, berpikir logis dan kritis dan sebagainya. Tanpa Ijasah Sejauh pengetahuan saya, hampir tidak ada alumni (boleh disebut lulusan?) pondok pe santren yang melamar pe ker jaan. Mungkin karena me reka tidak memiliki ijasah dan memang pada umumnya orang mondok (belajar di pondok) tidak mengharapkan men dapat ijasah. Dengan bekal kemampuan yang di te rima selama mondok (dan juga dari sumber lainnya), ke
mudian pada alumni bekerja sesuai dengan minatnya. Oleh karena itu pada umum nya alumni pondok pesantren memiliki jiwa kemandirian yang kuat. Rasa percaya diri dan keyakinan akan bimbingan Sang Pencipta menjadi bekal utama dalam bekerja dan mengarungi kehidupan. Mereka yakin, de ngan mengamalkan prinsipprin sip Islam dan kehidupan, maka Sang Pencipta akan membimbing langkah menuju sukses. Sering kita dengar ung k ap a n s e
der h an a , “ b ek e rj a apa sa ja asal kan halal dan di ker jakan dengan baik hasilnya akan barokah”. “Semua ini bumi Allah, sehingga kita dapat bekerja dimana saja”. Memang banyak alumni pon dok pesantren yang kemudian menjadi pegawai atau karyawan. Namun pada umumnya itu terjadi pondok pe santren yang sudah me mi liki lembaga pendidikan form al, seperti MI, MTs, MA dan sebagainya. Jadi bukan lagi pondok salafiah seperti Al Fitrah. Atau orang yang disamping mondok juga me nempuh pendidikan formal. Dalam sesi tanya ja wab, semua peserta yang mem berikan respons setuju dengan pemikiran yang saya ajukan.
Pertanyaannya bagaimana menumbuhkan generic skills itu secara baik. Bagaimana cara menggabungkan antara generic skills dan specific skills. Di satu sisi ada keinginan pe ngasuh pondok untuk juga memberikan specific skills yang cocok dengan dunia kerja (marketable skills) agar lulusannya mudah men dapatkan kerja atau me mu lai usaha. Namun di sisi lain, pengasuh juga setuju penting nya generic skills.
Kerja Keras, Kerja Sama, dan Kreativitas Saya tidak memiliki pe ngalaman mondok, sehingga saya tidak berani memberikan solusi yang pasti. Yang saya ajukan adalah analogi dari apa yang saya ketahui dan apa yang pernah saya lakukan. Memang tidak perlu ada pelajaran atau pokok bahasan kerja keras, kerja sama, kreativitas dan sebagainya. Namun ke tika kuliah mahasiswa ha rus didorong kerja keras, me mecahkan masalah secara kreatif dan diberi pengalaman untuk kerjasama. Misalnya me ngerjakan tugas bersamasama. Misalnya dalam setiap saat kepada mahasiswa diberi
tugas yang “memaksa” dia bekerja keras. Jika semua dosen melakukan itu, maka kerja keras dan bekerja sama akan menjadi kebiasaan se hari-hari. Dan jika pada sa atnya dijelaskan bahwa kerja keras dan bekerjasama itu penting, maka itu akan men jadi proses pembudayaan. Trilling dan Fadel dalam buku The 21st Century Skills menceritakan dialog antara de legasi China dengan Direktur Napa New Tech Hogh School, sebuah sekolah inovatif di Northern California. Delegasi Chi na bertanya bagaimana atau pada kurikulum ba gian mana, sekolah itu me nga jarkan kreativitas dan inovasi. Jawaban yang didapat kurang lebih: “It is not in our curricu lum guide”. “It is more in the air we breathe or maybe the water we drink, the history of our country-Thomas Edison, Henry Ford, Benjamin Franklin, it is I our business culture, our entrepreneurs, our willingness to try new ideas, the tinkering and inventing in our garages, the challenge of tackling tough problems and the excitement of creating something new, in being rewarded for our new ideas, taking risks, failing and trying again”. Saya menggunakan istilah budaya sekolah. Jadi generic skills pada siswa atau santri di harapkan tumbuh karena sehari-hari mereka hidup da lam komunitas yang jujur, kerja keras, berpikir kritis, memecahkan masalah secara arif dan kreatif dan sebagainya. Jadi generic skills itu sebagai ruh kehidupan. Apapaun ke giatan dan pekerjaan yang dilakukan itulah yang men jadi ruh dan nilai-nilai yang mengilhaminya. Generic skills sebagai ruh sedangkan pe kerjaan real (penerapan specific skills) sebagai wadahnya. Se moga.*
Nomor: 66 Tahun XV - Ferbruari 2014 MAJALAH UNESA
| 27
JATIM MENGAJAR
BELAJAR MEMBACA: Seorang guru sedang menyampaikan pembelajaran kepada Siswa SDN 3 Sendang dengan sarana-prasarana apa adanya.
MONEV JATIM MENGAJAR DI PONOROGO (2)
GAJI GURU LEBIH RENDAH DARIPADA KARYAWAN PABRIK Ini bukan di Sumba Ti mur atau di Papua, kawan. Ini di sebuah desa bernama Sendang, di Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo.
28 |
D
alam balutan men dung dan kabut serta udara dingin, kami berempat bersepedamotor dengan empat orang guru. Tidak tanggung-tanggung. Begi tu pantat menempel di sadel sepedamotor, jalan menan jak langsung memaksa ka mi menahan napas menikmati sensasinya. Mesin yang men deru-deru dan guncanganguncangan, tak memberi ka mi kesempatan sedikit pun un tuk sekadar melakukan pe manasan. Setidaknya me nyiap kan mental dan posisi tempat duduk. Yang membonceng saya ada lah pak Santoso, guru
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014
Oleh Prof. Luthfiyah Nurlaela Agama, dan tampaknya guru paling senior di SDN 2 Sen dang. Saya memasrahkan ke selamatan diri saya pada kepiawaiannya mengendarai mo tor, selain, tentu saja, pa da lindungan Allah SWT. Be berapa kali kami harus turun dan berjalan belasan bahkan puluhan meter di jalan yang sangat curam dan licin, karena sepeda motor tidak kuat me nanjak, atau tidak berani me nurun dengan beban berat. Kami juga melintasi jemba tan gantung yang panjang di atas sungai besar yang arusnya sa ngat deras. Warna airnya yang cokelat keruh dengan riak-riak putih bekerjaran me nimbulkan kengerian ter sen
diri di hati. Kalau sungai ini penuh, jembatan ini tak ada artinya. Jalan yang meng hu bu ngkan kampung sebelah dengan sekolah terputus, dan siswa maupun guru-guru yang rumahnya di kampung ter sebut, tidak akan bisa menca pai sekolah. Ya, ini bukan di Sumba Ti mur atau di Papua, kawan. Ini di sebuah desa bernama Sen dang, di Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo. Pono ro go itu, kalau tidak salah, ma sih termasuk Jawa Timur. Me mang betul. Sensasinya tidak kalah dengan di Sumba Timur atau di tempat lain di da erah 3T (daerah tertinggal terdepan dan terluar). Hanya
JATIM MENGAJAR untuk mecapai sekolah, guru dan siswa harus bersama-sa ma menempuh risiko karena begitu beratnya medan. Seragam dari Dana BOS Di bawah guyuran gerimis, ha ti saya juga dipenuhi ge ri mis. Lebih-lebih setiap kali pak Santoso menceritakan kon disi anak-anak sekolah dan guru-guru, terutama guru GTT. Anak-anak yang rapi dan ber sih-bersih itu, bukanlah se suatu yang serta merta. Dana BOS harus disisihkan un tuk membelikan baju dan sepatu mereka. Sebelumnya, me reka mengenakan sepatu ‘jitu’. Artinya, ‘drijine metu’ (je mari kaki keluar karena sepatunyanya bolong, red). Ya, sepatu bolong, jebol, ber jendela. Yang selalu di te kan kah oleh kepala sekolah, ‘mosok pak guru lan bu gurune tok sing resik-resik.....anakanake yo kudu resik....”. Maka me ngajari mereka, memberi con toh mereka, untuk se la lu berperilaku bersih, ada lah tugas sehari-hari. Termasuk konsekuensi harus membeli kan mereka seragam dan se patu dari dana BOS. Juga alatalat sekolah yang lain. Meski dana BOS itu adalah da na mereka, namun kalau diberi kan dalam bentuk uang, bisabisa tidak tepat sasaran. Dan gaji guru GTT? Alham dulilah, sudah ada insentif dari Pemda sebesar 1,7 juta yang diterimakan per tiga bu lan. Selain itu, mereka juga menda patkan 10 ribu rupiah tiap ma suk kerja. Tapi, hari gini? Sam pai di mana uang gaji sebesar itu? Dengan harga kebutuhan sehari-hari yang harus mereka penuhi untuk menghidupi ke luarga? Sedang tuntutan tugas me reka sebagai guru begitu berat? Bandingkan dengan upah pe kerja pabrik. Di Ponorogo, bahkan hanya lulusan SD, be gitu masuk kerja, gaji pertama mereka sebesar 1 juta, sesuai UMK. Tidak besar memang. Tapi masih lebih besar diban ding insentif guru-guru GTT yang sudah bertahun-tahun me ngabdikan diri mereka
mencerdaskan anak-anak bangsa itu. Insentif sebesar itu, yang meskipun lebih kecil dibanding gaji pertama pekerja pabrik, masih jauh lebih besar bila di bandingkan insentif guru-guru GTT di tempat lain. Mungkin kita semua sama-sama tahu bahwa guru-guru GTT bahkan ada yang hanya menerima se kitar 100-200 ribu per bulan sebagai insentifnya. Ya. Itu pun se ringkali tidak diterimakan tiap bulan, namun per triwulan sesuai turunnya dana BOS, ka rena memang insentif mereka dicuilkan dari dana APBN itu. Terguncang Guncangan-guncangan di sepanjang jalan makadam yang naik turun berkelok-kelok itu seperti mengguncangguncang perasaan saya. Saya sebenarnya bukan baru kali ini mendengar begitu mem prihatinkannya gaji gu ru GTT. Namun dalam kon di si yang begini lengkap, se ko lah yang fasilitasnya serba ter batas, medan berat yang ha rus ditempuh, anak-anak sekolah yang miskin, dan ke tulusan guru-gurunya un tuk mengabdi, membuat ke gun dahan saya serasa begitu sem purna. Mata saya nanar mena tap jalan-jalan berbatu-batu itu. Keindahan bukit, lembah, hu tan-hutan pinus, seperti hampa. Kata-kata pak Santoso yang juga ikut bergetar-getar di antara deru mesin se pe damotor, seperti suara malai kat dari langit. “Menjadi guru seperti ini, bu.....kedah dipun niati ibadah...... (menjadi guru harus diniati ibadah, red)” “Inggih, pak. Leres.... (Ya, pak. Benar…)” Jawab saya, sam bil mengencangkan pe gangan tangan saya pada ba gian belakang sadel sepeda mo tor. Jalan menanjak cu ram dan saya tidak ingin me lorot ke belakang. “Ibu men del kemawon nggih, meniko ra dosani pun minggah. (Ibu tenang ya, ini jalannya menan jak)” Saya menjawab, “Inggih, pak. Dalem mendel kalih sha lawatan mawon... (Ya, pak. Saya akan dia sembari baca
salawat)” Pak Santoso tertawa. Kami tiba di SDN 7 Baosan Kidul pada sekitar pukul 14.00. Perjalanan berat yang ha rus kami tempuh begitu me le lahkan. Membuat lutut, paha, pantat, pinggang, punggung, lengan dan leher, sakit dan ka ku-kaku. Tapi semua itu terbayar de ngan keramahan kepala sekolah dan guru-guru serta ba pak penjaga sekolah. Teh hangat menyapa tenggorokan ka mi. Cerita-cerita tentang pro fil sekolah, kinerja guru, kon disi siswa, mengalir di te mani cuaca mendung dan ha wa yang dingin menusuk. GTT Dibayar 125 Ribu Heri, yang ditugaskan di se kolah ini, dipuji sebagai sosok yang sangat rajin. Anak-anak sekolah yang menurut kepala se kolah, bapak Suparyanto, S.Pd., pada dasarnya sudah ra jin, semakin rajin dengan kehadiran pak Heri. Pukul 06.00 anak-anak sudah tiba, dan Heri sudah menyiapkan semuanya bersama pak Jemadi, penjaga sekolah yang kebetulan juga bapak kost-nya. Sekolah ini memiliki sis wa 111 orang, dengan 10 gu ru, termasuk Heri. Tiga gu ru di antaranya sudah PNS (ter masuk kepala sekolah dan penjaga sekolah), dan selebih nya adalah GTT. Mau tahu berapa gaji guru GTT di sekolah ini? Gaji guru GTT adalah sebesar 125.000/ bu lan, diterima per triwulan. Ya, 125 ribu. Dicuilkan dari da na BOS. Terbayang nggak se berapa banyak lembaran uang sebesar itu? Yang biasanya kita gunakan hanya untuk sekali dua kali makan baik sendiri atau bersama teman. Dan itu gaji guru GTT untuk sebulan. Di desa Baosan Kidul ini, listrik masuk baru sekitar 3 bu lan yang lalu. Jadi jangan ba yangkan ada komputer, laptop, LCD, atau media pembelajaran ber basis komputer lainnya di sekolah. Untuk mengetik saja, sebelum ada listrik, kasek musti pergi ke rental komputer di Ponorogo. “Isin bu, mosok la poran-laporan lan data
Heri, yang ditugaskan di se kolah ini, dipuji sebagai sosok yang sangat rajin. Anakanak sekolah yang menurut kepala sekolah, bapak Suparyanto, S.Pd., pada dasarnya sudah rajin, semakin rajin dengan kehadiran pak Heri. Pukul 06.00 anak-anak sudah tiba, dan Heri sudah menyiapkan semuanya bersama pak Jemadi, penjaga sekolah yang kebetulan juga bapak kost-nya.
Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
| 29
JATIM MENGAJAR badhe diketik manual. Koncokon conipun sampun ngangge komputer sedanten. (Malu bu, masak laporam-laporan dan data diketik manual. Te manteman lainnya sudah menggu nakan komputer semua.)”
BERBAGI ILUMU: Heri, peserta Jatim Mengajar berbagi ilmu kepada siswa SDN 3 Sendang, Ngerayun, Ponorogo.
30 |
Menuju Lokasi Lain Pukul 15.30, setelah me nyerahkan empat buah buku dan sedikit dana untuk kas sekolah, bersama para guru dari SDN 7 Baosan dan Heri, kami bergerak menuju Ga wangan, di mana mobil kami menunggu. Gerimis ra pat, kabut mulai turun. Saya mem bonceng Heri. Dua kali kami nyaris jatuh tergelincir, ‘mrusut’ (melorot) ke belakang karena jalan licin dan menanjak cu ram, berbatu-batu. Pada pukul 16.30, sam pailah kami di Gawangan. Di sa na sudah menunggu cak Jum dan pak Hadi, kepala SDN 3 Sendang, yang masih setia menunggu. Dipandu oleh pak Hadi yang sekarang mengendarai mo bil sendiri, kami bergerak menuju SDN 2 Mrayan. Hanya sebentar ketemu jalan beraspal yang agak halus. Selebihnya makadam lagi, naik-turun lagi, curam dan berkelok-kelok lagi. Melihat rute dan medan yang begitu berat, tak terba yangkan jika kunjungan kami tidak dipandu. Sangat mustahil
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014
bisa menempuh perjalanan yang luar biasa sulit ini. Yang membutuhkan nyali sekaligus keteguhan niat. Untunglah, sejak dari Dinas Pendidikan Po norogo, kami terus didampingi para petugas dan guru yang tulus. Serupiah pun mereka tidak mau menerima dari kami meski hanya untuk sekadar membeli bensin. Dipaksa-pak sa pun, mereka tetap ber si keras menolak. Kami tiba di SDN 2 Mrayan pada pukul 17.15. Sekolah su dah sepi, tapi masih ada kepala sekolah, seorang guru, seorang penjaga sekolah, dan Wachid, peserta Jatim Mengajar. Bapak kepala sekolah, Suyanto, S.Pd., mengungkap kan rasa terima kasihnya ka rena kehadiran Wachid. Beliau berharap program ini akan te rus berlanjut dan sekolahnya te tap menjadi sasaran pe nu gasan. Wachid ditugasi membantu guru kelas IV dan VI. Sore hari, dia mengisi les dan eks tra ku rikuler Pramuka. Dia juga bertugas mengisi kelas-kelas kosong sebagai guru peng ganti. Dengan demikian, Wa chid harus terus standby ka pan pun dibutuhkan. Tapi Wachid sempat me nge luhkan siswa-siswa yang cenderung malas, kurang mo ti vasi belajar. Saya katakan, “Jus tru itu adalah tugasmu
untuk membuat mereka me mi liki motivasi belajar. Kamu pikir, memangnya buat apa kamu jauh-jauh dikirim ke sini?” Wachid tertawa mende ngar pertanyaan saya. “Iya ya, bu...” katanya. Pukul 17.45. Setelah kami se rahkan empat buah buku dan sejumlah dana untuk kas sekolah, mobil kami bergerak me ninggalkan sekolah, me nuju kota Ponorogo. Menem puh jalan makadam yang kondisinya naik turun berke lok-kelok dan sangat curam. Lagi. Melewati bukit-bukit yang bersabuk pipa-pipa air. Di temani keramahan khas “wong ndusun”, yang selalu menyapa, “Monggo, pinarak.... (Si lakan, mampir…)” Juga suara-suara binatang hutan yang ramai riuh rendah. Hari semakin gelap dan ka mi sedang berada di tengah hutan. Masih di atas jalan ma ka dam. Jendela mobil yang semula kami biarkan terbuka, kami tutup. Udara sudah tidak hanya sejuk, tapi juga dingin menusuk. Binatang-binatang ma lam yang beterbangan mengkhawatirkan kami kalaukalau mereka masuk mobil dan terbawa sampai Surabaya. Bisa repot kami nanti kalau mereka minta dipulangkan kembali ke Ngrayun. Hehe.. Ditemani suara alam yang masih lamat-lamat terdengar meski mobil sudah tertutup ra pat, saya memutar musik. Dan mengalunlah suara Ermi Kulit. “Malam ini, kasih.... teringat aku padamu. Seakan kau hadir di sini menemaniku... (bersambung)
SEPUTAR UNESA
Himapala; Aksi Kecil untuk Kemanusiaan Berbagi untuk sesama. Itulah tujuan yang diusung oleh event kemanusiaan Himapala, berupa kegiatan Donor Darah yang dilanjutkan dengan turut menyalurkan bantuan Unesa kepada korban erupsi gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur.
S
elasa, 18 Februari 2014, bertempat di Gedung Pu sat Jaminan Mutu (PJM) Unesa, telah di laksanakan kegiatan donor da rah. Pelaksana kegiatan adalah Himpunan Mahasiswa Pecinta Alam (Himapala) Unesa. Do nor Darah ini merupakan rangkaian kegiatan untuk me nandai Ulang Tahun Himapala yang ke 36. Hadir pada upacara pem bukaan antara lain Pembantu Rektor III, Prof. Dr. Warsono, dan Pem bina Himapala, Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd, serta perwakilan dari Palang Merah In donesia (PMI) Surabaya. Dalam sambutannya, Prof. War sono menyampaikan ap resiasinya pada Himapala ka rena kegiatan donor darah merupakan kegiatan yang sa ngat mulia. Darah adalah ke hi dupan, dan sebagaimana slogan PMI, setetes darah kita sangat besar artinya bagi jiwajiwa yang membutuhkan. Ibu Vera, wakil dari PMI, menyampaikan rasa terima kasihnya yang tak ter hing ga atas kegiatan donor darah tersebut. Beliau juga menge mukakan harapannya, agar kegiatan seperti ini tidak ha nya dalam rangka menandai ulang tahun Himapala, tapi bisa dilakukan secara periodik, misalnya tiga bulan sekali, di bawah koordinasi Himapala. Perlu disampaikan, donor da rah hari ini memang bu kanlah kegiatan pertama. Hi ma pala sudah melaksanakan
kegiatan tersebut belasan kali, dan animo masyarakat kampus un tuk menyemarakkan ke giatan sosial ini cukup mem banggakan. Dosen, karyawan dan mahasiswa berbondongbondong untuk mendonorkan da rahnya. Bahkan sebelum pem bukaan acara dimulai, kru PMI telah melayani para pendonor tersebut. Ke depan, Prof. Warsono berharap, ke giatan donor darah bisa diso sialisasikan lebih luas, sehing ga masyarakat di luar kampus juga mengetahuinya, dan me reka akan berbondongbondong datang untuk men donorkan darahnya. Se lain untuk membangun ke pe dulian, juga sekaligus se ba gai wahana untuk lebih men dekatkan Unesa pada masya rakat. Selanjutnya pada hari Ra bu, 19 Februari 2014 (siang ini), Himapala juga mem be rangkatkan sejumlah tim rela wan yang akan membawa ban tuan bagi para pengungsi kor ban erupsi Gunung Kelud. Ban tuan diperoleh dari berbagai pi hak, antara lain dari PPPG, BEM Jurusan Teknik Elektro, BEM Universitas, UKKI, dan dari para donatur perseorangan, yang berhasil dihimpun oleh anggota Himapala. Upacara pemberangkatan di helat di halaman Rektorat, dihadiri Rektor (Prof. Dr. Much las Samani), PR I (Prof. Dr. Kis yani), PR III, dan Pembina Hi mapala. Selain itu juga dihadiri oleh delegasi dari BEM-U, BEM-
Foto Atas: Salah satu pedonor tengah diambil darahnya oleh tim medis dalam acara donor darah di halaman Humas Unesa. Foto Bawah: Tim relawan Unesa siap berangkat ke Kelud Kediri. Teknik Elektro, dan UKKI. Selain tim yang akan be rang kat tersebut, beberapa anggota Himapala sudah ber gabung dengan para relawan yang lain di tempat-tempat pengungsian, sejak hari kedua Kelud meletus. Mereka juga yang memberikan informasi ke pada para relawan yang akan berangkat, di titik-titik ma na sebaiknya bantuan di salurkan. Dalam kondisi di mana rasa ke pedulian pada lingkungan, baik lingkungan fisik mau pun
sosial, yang semakin menipis di kalangan anak muda, ke gi atan donor darah dan pemberian bantuan bagi para korban bencana alam, menjadi salah satu tumpuan harapan untuk terus memercikkan ra sa kepedulian itu. Meskipun mungkin merupakan aksi yang kecil, namun hal tersebut sa ngat berarti untuk menempa kepekaan dan kepedulian me re ka, sekaligus demi sebuah misi kemanusiaan. (LUTHFIYAH/ ARMAN)
Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
| 31
INFO SEHAT
Pentingnya Check Up Kesehatan Ibarat pepatah “lebih baik mencegah daripada mengobati” alangkah baiknya bila kita bisa mengantisipasi gangguan kesehatan dan melakukan upaya-upaya yang benar dalam mencegah timbulnya gangguan kesehatan itu.
32 |
P
emeriksaan keseha tan perlu sekali un tuk di lakukan dalam beberapa tahun sekali. Apalagi bila orang telah berusia 45 tahun ke atas. Me meriksakan kesehatan adalah merupakan salah satu cara dan tips pencegahan penyakit yang bisa dilakukan oleh kita semu anya. Mencegah lebih baik da ri pada mengobati, demikian kata orang bijak dahulu. Ter masuk di dalamnya adalah ru tin dalam melakukan check up ke sehatan. Perubahan gaya hidup dalam bersosialisasi de ngan aktivitas, pola makan dan str ess memiliki potensi yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan fisik dan mental seseorang. General Check Up adalah me rupakan sebuah tindakan pre ventif (pencegahan) yang ber fungsi dan bermanfaat untuk mengetahui serta me ngukur kesehatan fisik tubuh kita secara laboratoris, khu susnya dengan kinerja faal or gan dalam tubuh ( Jantung, Paru-paru, Hati , Ginjal dan Or
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014
gan tubuh yang lain ). Ini lah sebagin dari apa yang dimak sud dengan pengertian gene ral check up itu sendiri. Manfaat pemeriksaan ke sehatan lengkap salah satunya adalah untuk mengetahui ke ku rangan ataupun kelebihan produk kimia klinik dalam da rah (kadar gula, lemak, asam urat dan produk kimia dalam darah yang lain). Ini bila dila kukan dalam pengecekan da rah di laboratorium. Manfaat Check Up Pemeriksaan Kesehatan Tes kesehatan atau yang dikenal dengan nama general check up atau medical check up adalah salah satu tindakan pen cegahan yang sebaiknya su dah dilakukan oleh semua orang sejak berusia 40 tahun ke atas. Tentu saja tidak perlu se mua tes kesehatan harus dijalani. Pertimbangkan juga be berapa hal yang akan dilakukan sebelum melakukan tes kese hatan juga. Di antaranya ya itu riwayat kesehatan dalam
ke luarga, biaya yang telah disipkan, dan juga waktu yang dimiliki untuk melakukannya. Ada beberapa jenis peme riksaan medical check up yang perlu dilakukan di antaranya: Pemeriksaan Kesehatan Jantung Pemeriksaan yang bi sa dilakukan ketika melakukan pemeriksaan kesehatan jan tung yaitu EKG, Echo kar dio grafi, Rontgen Thorax, dan ju ga pemeriksaan treadmill test. Karena memang banyak juga jenis penyakit jantung yang ada di dunia ini termasuk di Indonesia. Kondisi dan fungsi dari jan tung Anda bisa dilihat dengan alat yang bernama EKG (elektrokardiograf ). Selain de ngan EKG juga bisa didukung de ngan pemeriksaan foto thorax (pemotretan dengan si nar rontgen di daerah dada untuk melihat organ dalam). Untuk usia 40 tahun ke atas, ada treadmill stress test. Hasil dari treadmill tes ini bisa menggambarkan
INFO SEHAT kon disi pembuluh darah ko roner adakah risiko dan ke mungkinan mengalami pe nyumbatan atau pun penyem pitan. Yang dinamakan dengan penyakit jantung koroner. Pemeriksaan Tekanan Darah Batas kadar normal te ka nan darah adalah berkisar pada 130 /80 mmHg. Ini juga disesuaikan dengan umur yang diperiksa. Karena tekanan darah juga akan mengalami peningkatan bersamaan de ngan bertambahnya usia se seorang. Bila lebih maka inilah yang disebut dengan hi pertensi (tekanan darah tinggi) dan bila kurang disebut hipotensi (tekanan darah ren dah). Pemeriksaan Test Kolesterol Test ini untuk mengetahui kadar kolesterol, HDL (High Density Lipoprotein), LDL (Low Density Lipoprotein), dan trigliserida. Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kadar kolesteol dalam darah kita yang bila kadar kolesterol tinggi terutama adalah kolesterol jahat yang merupakan bagian dari faktor resiko penyakit jantung. Frekuensi pemeriksaan test adalah 5 tahun sekali bila memang tidak mempunyai faktor resiko tingginya kadar kolesterol. Pemeriksaan Test Anemia Secara umum, test darah ber guna untuk menghitung kadar Hb (hemoglobin), He ma tokrit (kekentalan darah), kadar eritrosit (sel darah me rah), dan leukosit (sel darah putih). pemeriksaan check up kesehatan ini dilakukan da lam rangka mendapatkan ha sil yang lebih mendetail bila memang dalam tubuh kita ada ke lainan pada darah secara kimiawi. Anemia banyak diderita oleh wanita dibandingkan pria, hal ini dikarenakan wanita se tiap bulan mendapatkan menstruasi, penyebab lainnya
ada lah kekurangan gizi aki bat program diet yang tidak se imbang. Anemia yang be rat dapat mempertinggi risiko terserang keracunan saat kehamilan (toksemia), yang merupakan penyebab ke ma tian ibu hamil di Indonesia. Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah Pemeriksaan ini dilakukan oleh calon suami dan istri yang akan menikah dan me liputi pemeriksaan jasmani oleh dokter, foto rontgen dada, gula darah, VDRL un tuk mengetahui penyakit si filis, HBsAg dan Anti HBsAg un tuk mengetahui penyakit hepatitis, TORCH pada wanita un tuk mengetahui penyakit infeksi yang dapat berakibat buruk pada janin jika hamil, penyakit yang diturunkan dan
pemeriksaan sperma untuk pria. tetapi hal ini kurang umum dilakukan dalam ma syarakat kita. Pemeriksaan Kesehatan Calon Pegawai Pemeriksaan yang dilaksa nakan, meliputi pemeriksaan jasmani oleh dokter berupa pemeriksaan foto rontgen dada, dan pemeriksaan labo ratorium darah lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, gula darah, dan urin lengkap. Dan ini mulai juga diberlakukan dalam proses rekrutmen pendaftaran
cpns 2013 bila sang pelamar CPNS lulus dalam uji tulis yang diadakan. Karena memang kelulusan da lam mengerjakan soalsoal cpns adalah salah satu se bab diterimanya sebagai PNS. Uji tes kesehatan akan leng kap dilakukan untuk memeriksa dan memantau tingkat kesehatan pada calon pegawainya. Medical check up justru akan memberikan manfaat besar atas kesehatan kita. Yang pasti, kita lebih mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh kita. Adanya catatan dan riwayat pemeriksaan ke sehatan yang kita lakukan akan sangat membantu dokter menganalisa kondisi tubuh kita yang sebenarnya. Ibarat pepatah “lebih baik mencegah daripada me ngo
bati” alangkah baiknya bila kita bisa mengantisipasi gangguan kesehatan dan melakukan upa ya-upaya yang benar da lam mencegah timbulnya gang guan kesehatan itu. Pe nyakit-penyakit seperti pe nyakit jantung, paru, diabetes (kencing manis) dan ginjal pada dasarnya dapat dideteksi secara dini, dan bila sudah terdeteksi maka masih banyak cara agar penyakit tersebut tidak timbul atau bahkan tidak menjadi lebih berat. (ARMAN/NET)
Nomor: 66 Tahun XIV - Februari 2014 MAJALAH UNESA
| 33
CATATAN LIDAH
Pak A/PakB/Pak C? l Djuli Djatiprambudi
S
udah jelas, rektor Unesa (2014-2018) hampir pasti di antara tiga nama yang telah mendaftarakan diri itu. Dalam tulisan ini, mereka saya sebut Pak A, Pak B, Pak C. Saya akan menemui tiga nama itu dan melakukan wawancara secara imajiner. Wawancara saya rencanakan di sebuah tempat yang menyenangkan di atas lantai 22 sebuah hotel dekat kampus Unesa Lidah Wetan. Di atas lantai 22 hotel ini ada sebuah tempat (boleh dibilang semacam café) yang bisa disewa dengan daftar menu serba ikan laut yang disajikan dengan kemasan pedesaan, tetapi disajikan dengan kemasan modern. “Selamat malam Pak A, Pak B, Pak C!”. Saya membuka percakapan dengan terlebih dahulu mengucapkan salam. “Selamat malam Pak Djuli”.Mereka menjawab hampir bersamaan. “Santai saja ya Pak. Tidak perlu terlalu serius. Malam ini saya ingin ngobrol seputar pencalonan Bapak sebagai bakal calon Rektor Unesa. Saya ingin mengajukan satu pertanyaan dulu Pak. Apa tanggapan Bapak dengan tiga kreteria bakal calon Rektor Unesa seperti yang telah diungkapkan Pak Muchlas?” “Tiga syarat itu menurut saya cukup berat”. Sahut Pak A meres pons pertanyaan yang saya ajukan. “Apa merurut Pak B dan Pak C juga berat?” Pertanyaan saya tujuan kepada Pak B dan Pak C. “Ya…memang cukup berat”. Jawabnya serempak. “Beratnya di mana Pak? Bukankah syarat itu realistis dalam kon teks Unesa sekarang dan ke depan?” “Saya kira titik beratnya bukan pada tiga syarat itu Pak Djuli. Tetapi, bagaimana tiga syarat itu disinergikan. Itupun kalau tiga syarat itu ada di dalam bakal calon rektor. Soalnya, mungkin ada yang kuat di bidang akademik, tetapi kurang di bidang kemampuan membangun jejaring. Atau sebaliknya. Kalau soal integritas, itu sudah domain moralitas seorang pemimpin. Saya kira masing-masing pu nya komitmen ke arah itu”. Kali ini Pak B menjawab agak panjang. “Menurut pendapat saya, soal integritas malah menjadi syarat paling utama. Limbungnya negeri ini dengan berbagai kasus korupsi bukan karena negeri ini kekurangan orang cerdik-pandai atau tidak adanya orang yang bereputasi internasional. Tetapi, justru soal integ ritas itu yang jauh dari harapan. Benar kan Pak?”. “Ya, saya setuju. Unesa memang harus dipimpin oleh orang yang memiliki integritas tinggi. Selain juga memiliki reputasi akademik yang kokoh dan kemampuannya membangun jejaring. Tapi, integ ritas akan memegang segalanya”. Tegas Pak C dengan intonasi me ninggi”. “Maksudnya, Pak?” Tanya saya kemudian. “Bagi saya integritas itu dasar paling pokok untuk menggerakkan kampus yang notabene dihuni orang-orang pandai dengan reputa sinya masing-masing. Memimpin lembaga yang bernama kampus itu sebenarnya hanya tinggal how to manage, bukan how to instruct. Karena, sivitas akademik itu hakikatnya kan orang-orang yang memiliki kapasitas di atas standar. Maka, tanpa perlu diperintah, diberi petunjuk sampai mendetail, mereka sudah bisa menerjemahkan segala kebijakkan dalam kerja yang diselimuti kreativitas dan inovasi yang tinggi. Dalam situasi demikian, pemimpin kampus tinggal
34 |
MAJALAH UNESA Nomor: 66 Tahun XV - Februari 2014
tut wuri handayani. Intinya, kalau menghadapi masyarakat terpelajar itu kita harus menggunakan pendekatan dialogis. Menghargai sivitas akademik sebagai orang yang memiliki hasrat untuk selalu maju dan hasrat untuk menciptakan sesuatu yang bermutu”. Kali ini Pak C menjawab dengan nada serius. “Apa memimpin Unesa sudah bisa dengan pendekatan semacam itu Pak? “Mengapa tidak? Saya kira, kita jangan menganggap remeh potensi SDM Unesa. Realitasnya banyak dosen-dosen muda yang kiprahnya ada di mana-mana. Keahliannya dipakai di berbagai lembaga. Publikasinya ju ga ada di banyak jurnal bereputasi, di berbagai harian yang bergengsi. Mereka juga banyak yang menjadi tenaga konsultan lembaga-lembaga pemerintah dan swasta. Sayang, energi mereka yang besar itu sampai saat ini masih belum terakomodasi secara baik untuk kemajuan Unesa. Saya yakin, di luar kita bertiga ini, masih banyak teman-teman lain, terutama dosen-dosen muda yang usianya antara 40-50 tahun punya kompetensi memimpin Unesa”. Pak B tiba-tiba menyaut dengan gaya bicara agak ekspresif. “Tetapi, mengapa mereka tidak mau muncul mencalonkan se bagai Unesa 1?” Selidik saya kemudian. “Ya… mungkin teman-teman itu nggak mau repot dengan se gala kasak-kusuk, strategi, dan pendekatan kepada anggota senat yang punya hak suara memilih calon rektor. Atau bisa jadi, juga soal integritas itu tadi. Orang pinter banyak. Orang punya jejaring luas juga cukup banyak. Tapi, kalau tidak memiliki integitas memajukan Unesa, ya percuma saja”. Jelas Pak B dengan lebih terbuka. “Ngomong-omong, syarat untuk Unesa 1 apa cukup dengan tiga syarat itu?” Saya berusaha mengelaborasi lebih jauh. “Menurut saya tidak cukup. Seorang rektor harus memiliki ke mampuan manajerial yang mumpuni. Pada era sekarang, dengan makin rumit dan cepatnya perkembangan masyarakat, ilmu penge tahuan dan teknologi, Unesa 1 harus mampu membaca dinamika perubahan itu dengan menciptakan atmosfir akademik yang re levan dengan perkembangan tersebut. Ini perlu kemampuan ma najerial yang baik dalam rangka memaksimalkan segala potensi dengan memilih orang-orang yang tepat, punya kompetensi baik, dan berintegritas”. Pak A setelah minum kopi luwak dengan cepat menyambar pertanyaan saya. “Ngomong-omong, apa bapak-bapak sudah mengantongi satu agenda unggulan bapak kalau bapak-bapak nanti benar-benar ter pilih menjadi rektor Unesa?” Kali ini terus terang saya penasaran ingin mendengarkan jawabannya. “Saya ingin Pascasarjana diintegrasikan ke tiap-tiap fakultas, biar lebih efisien dan efektif. Jadi tiap fakultas akan mengelola prodi S1, S2, dan S3. Toh…dosen-dosen pasca semua berasal dari fakultas se bagai unit kerjanya”. Jelas Pak A dengan nada serius. “Kalau Pak B, apa program unggulannya?” Tanya saya. “Saya akan mengembalikan Unesa menjadi perguruan tinggi yang fokus menyiapkan calon-calon guru. Dengan ini saya akan menata ulang visi Unesa sebagai semacam pusat pendidikan calon guru di Indonesia”. Jelas Pak B tidak mau kalah. “Program unggulan Pak C apa?” “Saya akan membuat Unesa sebagai cyber-university. Program ini untuk menyiapkan lebih jauh peran Unesa di era kesejagatan yang tidak bisa dielakkan”. Wawancara berakhir sekitar pukul 22 dan diakhiri dengan cipikacipiki plus tertawa lepas. n (Email: djulip@yahoo.com)