Majalah Unesa Edisi 92

Page 1


SEPUTAR

UNESA

PERESMIAN GEDUNG PASCASARJANA

D

alam rangka memperingati Hari Kartini, Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Surabaya menggelar acara yang dilaksanakan pada Selasa, 26 April 2016. Acara yang bertema Menjadi Perempuan Masa Depan yang Anggun dan Berkarakter tersebut dilaksanakan di gedung Gema Unesa. Acara berlangsung meriah dengan berbagai kegiatan diskusi dan atraksi hiburan. (HUMAS)

2

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa


WARNA REDAKSI Hadirnya perempuan di kancah publik sebagai pemimpin saat ini sudah menjadi hal yang biasa dan berterima di dunia khususnya di Indonesia termasuk di Unesa. Ini bisa dianggap sebagai angin segar karena perempuan sudah diperhitungkan dan dipercaya memegang tampuk kepemimpinan. Oleh

P

Dr. Heny Subandiyah, M.Hum

erbincangan tentang perempuan selalu mena足 rik dari waktu ke waktu, baik oleh masyarakat awam sambil cangkrukan maupun oleh kalangan akademisi dalam suasana lebih formal. Istilah perempuan dalam tulisan ini lebih disukai karena lebih berkonotasi positif (sebagai subjek) dibandingkan dengan istilah wanita (sebagai ob足 jek). Perbincangan tentang perem足 puan secara umum meliputi fisiknya yang selalu menarik dari berbagai sisi, dan peran足 nya (kiprahnya) baik di rumah (ranah domestik, peran tradisional) maupun dalam ranah publik atau masyarakat. Secara fisik perempuan memang berbeda dengan laki-laki, tetapi tidak berarti dapat digunakan sebagai legitimasi untuk menanamkan stereotipe bahwa laki-laki lebih kuat daripada perempuan. Tidak berarti perempuan itu lemah yang harus selalu dilindungi oleh laki-laki.. Dalam berbagai agama dipercaya bahwa Tuhan menjadikan laki-laki dan perempuan sebagai pasangan yang saling melengkapi, seperti siang dengan malam, panjang dengan pendek, baik dengan buruk, dan sebagainya. Dari segi fisik boleh dikatakan bahwa perempuan justru mempunyai kelebihan berupa alat reproduksi yang menyebabkan mereka bisa mengandung, melahirkan dan menyusui, dan ini tidak dimiliki oleh laki-laki. Oleh karena itu, perbedaan fisik ini perlu dipahami sebagai sebuah pasangan yang saling membutuhkan,

bukan sebagai perbedaan yang melemahkan perempuan. Peran perempuan khususnya di Indonesia saat ini dapat dikatakan sudah memenuhi harapan Ibu Kartini, sang pencetus dan pejuang emansipasi di Indonesia, meskipun persentasenya belum memadai. Saat ini tidak ada lagi yang memandang rendah perempuan yang lebih memilih berkiprah dalam ranah tradisional. Banyak di antara mereka adalah berpendidikan tinggi tetapi memilih bertanggung jawab penuh

kepala lembaga, kepala daerah, gubernur bahkan sebagai kepala negara. Hadirnya perempuan di kancah publik sebagai pemimpin saat ini sudah menjadi hal yang biasa dan berterima di dunia khususnya di Indonesia termasuk di Unesa. Di satu sisi fakta ini bisa dianggap sebagai angin segar karena perempuan sudah diperhitungkan dan dipercaya memegang tampuk kepemimpinan. Di sisi lain, tidak dapat dipungkiri eksistensi mereka menjadikan beberapa pihak merasa tersaingi. Lantas, bagaimana sebaiknya perempuan berkiprah dalam perannya sebagai pemimpin? Patutkah dengan alasan berperan sebagai pemimpin lembaga maka perempuan bebas meninggalkan peran kodratinya? Dari berbagai sumber terutama dari para pemimpin di Unesa dapat disimpukan bahwa meskipun sebagai pemimpin, perempuan harus tetap menjalankan kodratnya. Tugas dan tanggung jawab sebagai isteri dan ibu tetap melekat pada perempuan meskipun mereka telah memiliki kedudukan yang tinggi di lembaga tempatnya bekerja. Kedua peran tersebut sesungguhnya dapat dijalankan secara beriringan. Satu hal yang tidak dapat dilupakan, peran orang-orang di sekitar perempuan pemimpin tersebut sangatlah penting untuk mendorong perempuan dalam mencapai kesuksesannya dalam menjalankan peran gandanya tersebut. n

PERAN GANDA PEREMPUAN DI RANAH PUBLIK pada upaya membesarkan dan mendidik anak-anak serta mengurus suami demi ketenteraman keluarga. Diharapkan dari tangan seorang perempuan yang berpendidikan dapat mencetak generasi yang cerdas di masa mendatang. Peran inilah yang selanjutnya disebut sebagai peran yang sesuai dengan kodrat perempuan. Bagaimana dengan perempuan yang berperan ganda, yakni memilih dan memposisikan diri tidak hanya dalam ranah domestik tetapi juga dalam kancah publik? Sebuah konsekuensi peran perempuan bekerja di ranah publik adalah sebagai bawahan atau sebagai pemimpin. Saat ini tidak terhitung perempuan yang menduduki jabatan publik, baik di lingkup kecil di tempatnya bekerja maupun di wilayah yang lebih luas misalnya sebagai kepala bagian, kepala unit,

Majalah Unesa

*Kepala Humas Unesa

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

3


DAFTAR RUBRIK

18 Edisi Ini

05

SRIKANDI UNESA DALAM JABATAN

Kiprah perempuan di Unesa ternyata cukup menonjol. Itu terlihat dari berbagai peran dan posisi yang diduduki baik di tingkat universitas, fakultas maupun jurusan. Mereka turut terlibat dan mewarnai perkembangan Unesa. Bagaimana sosok dan pemikiran mereka?

14

SULITNYA PERSETARAAN GENDER DALAM BAHASA

16

UJIAN NASIONAL DAN MUDARATNYA

09

E D I S I A P R I L 2 0 118 6 15

20

SOSOK INSPIRATIF PASANGAN SUAMI & ISTRI YANG MENJABAT KAJUR Ada yang menarik dari pelantikan ketua jurusan selingkung Unesa pada Maret 2016 lalu. Secara kebetulan dan tidak direncanakan, di antara deretan para ketua jurusan tersebut terdapat pasangan suamiistri yang sama-sama menjadi kajur. Mereka adalah Dr. Drs. H. Munhaji, S.T.M.T dan Dr. Hj. Rita Ismawati, S.Pd. simak wawancaranya dengan majalah Unesa.

34

BINGUNG KEBANJIRAN INFORMASI Sebuah catatan kritis Prof Muchlas Samani tentang fenoma informasi.

Majalah Unesa ISSN 1411 – 397X Nomor 92 Tahun XVII - April 2016 PELINDUNG: Prof. Dr. Warsono, M.S. (Rektor) PENASIHAT: Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. (PR I), Dr. Ketut Prasetyo, M.S. (PR III), Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. (PR IV) PENANGGUNG JAWAB: Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. (PR II) PEMIMPIN REDAKSI: Dr. Heny Subandiyah, M.Hum REDAKTUR: A. Rohman, Basyir Aidi PENYUNTING BAHASA: Rudi Umar Susanto, M. Wahyu Utomo, Bayu DN REPORTER: Lina Rosyidah, Syaiful Rahman, Yusuf Nur Rohman, Lina Mezalina, Ulil, Fitro Kurniadi, AnnisaI lma, Andini Okta, Sandi, Murbi, Umi Khabibah, Suryo, Danang, Emir, Khusnul, Mutya, Ilmi, Puput FOTOGRAFER: Sudiarto Dwi Basuki, S.H DESAIN/LAYOUT: Arman, Basir, Wahyu Rukmo S ADMINISTRASI: Supi’ah, S.E., Lusia Patria, S.Sos DISTRIBUSI: Hartono PENERBIT: Humas Universitas Negeri Surabaya ALAMAT REDAKSI: Kantor Humas Unesa Gedung F4 Kampus Ketintang Surabaya 60231 Telp. (031) 8280009 Psw 124, Fax (031) 8280804

4

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa


LAPORAN UTAMA

Kiprah perempuan di Unesa ternyata cukup menonjol. Itu terlihat dari berbagai peran dan posisi yang diduduki baik di tingkat universitas, fakultas maupun jurusan. Mereka turut terlibat dan mewarnai perkembangan Unesa. Bagaimana sosok dan pemikiran mereka?

Majalah Unesa

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

5


LAPORAN

D

UTAMA

i jajaran pimpinan pusat Unesa, pejabat perempuan yang mendapatkan kesempatan mengabdikan diri adalah Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si. Dosen kelahiran Mojokerto itu diberi kepercayaan menjadi Wakil Rektor 1 yang bertanggung jawab terhadap masalah akademik dan pengembangan Sumber Daya Manusia. Penempatan dosen FMIPA itu melanjutkan tradisi Wakil Rektor 1 yang diduduki perempuan. Sebelumnya, Wakil Rektor 1, diamanahkan kepada Prof. Dr. Kisyani Laksono, M.Hum, salah satu srikandi dari FBS. Menggawangi bidang akademik dan pengembangan SDM, tentu, bukan pekerjaan mudah. Oleh karena itu, agar bidang yang digawangi membuahkan hasil nyata, Yuni senantiasa fokus pada program-program kerja yang mampu mengantarkan Unesa berdaya saing dengan seluruh perguruan tinggi di Unesa. Perguruan tinggi yang berdaya saing, salah satu tolok ukurnya adalah mampu mengantarkan lulusan yang diakui sesuai dengan kompetensi lulusan itu. Menurut Yuni, secara keseluruhan, bidang 1 akan meyakinkan pada pelanggan (user) bahwa Unesa mampu memproses masukan, dalam hal ini mahasiswa sampai menjadi lulusan yang mampu berkompetisi. “Yang sangat diperlukan Unesa adalah dengan membangun budaya mutu,� paparnya. Sementara itu, terkait program yang menjadi bidang di wilayah Wakil Rektor I, Yuni memaparkan ada 4 program strategis yang dilakukan untuk memperkuat daya saing yakni penguatan SDM, sistem informasi, penjaminan mutu, dan mendorong produktivitas karya. Program penguatan SDM sangat penting dilakukan. Jika Unesa dibangun dengan SDM yang handal, maka untuk menggerakkan secara sistematis dengan mindset yang berwawasan luas akan mudah terlaksana. Untuk itu, pihaknya akan mendorong agar para dosen segera mengambil gelar doktor di perguruan tinggi bonafit baik di dalam negeri maupun luar negeri. “Kami memfasilitasi bagi dosen untuk

6

SRIKANDI: Wakil Rektor I Unesa Dr. Yuni Sri Rahayu, M.Si., merupakan salah satu perempuan di Unesa yang kini memiliki peran sentral dalam pengembangan Unesa ke depan. Bersama para Srikandi lainnya mantan PD I FMIPA ini bertekad memajukan Unesa. foto: DOK

LANJUTKAN

Tradisi Warek 1, PEREMPUAN bisa ikut upgrading kemampuan melalui keikutsertaan dalam seminar tingkat nasional maupun internasional. Bahkan, kami akan memberikan penghargaan bagi dosen yang mempublikasi jurnaljurnal mereka di website terakreditasi,� terang Yuni. Rencana strategis selanjutnya adalah mengenai sistem informasi. Yuni menjelaskan, komunikasi yang baik akan berdampak pada kinerja di sisi efisiensi waktu dan penetapan kebijakan yang tepat. Sedangkan rencana strategis ketiga adalah tentang penjaminan mutu. Mutu ini dikelompokan menjadi dua hal, yakni penjaminan mutu secara internal dan eksternal. Rencana terakhir adalah mendorong

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa

produktivitas dari universitas. Produktivitas yang dimaksud dalam hal ini adalah karya-karya yang telah dimiliki oleh Unesa. Bisa berupa jurnal, buku maupun gerakan-gerakan yang bisa bersinergi dengan lembaga terkait. Sebagai salah satu pejabat perempuan di Unesa, tentu diperlukan kemampuan membagi waktu antara karier dan keluarga. Apalagi, secara kodrat, meski tengah menjadi pejabat teras, Yuni juga merupakan ibu rumah tangga yang tetap harus mencurahkan sebagian waktunya untuk suami dan anakanaknya. Sejauh ini, Yuni mengaku tak mengalami kendala berarti karena kepiawaiannya membagi waktu antara karier dan keluarga. n


J

ajaran pimpinan Unesa di level fakultas menorehkan sejarah baru. Jika sebelumnya belum pernah ada jabatan dekan yang dipercayakan pada sosok perempuan, kali ini sejarah tercipta dengan hadirnya Prof. Dr. Sarmini, M.Hum sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum. Ia tercatat sebagai satu-satunya dekan perempuan pada periode 2015-2019. Enam fakultas lainnya yakni FIP, FBS, FIK, FT, FMIPA, dan FE, semuanya dipimpin dekan berjenis kelamin laki-laki. “Saya tergerak untuk ikut sumbang pemikiran memajukan fakultas karena saya alumni S1 dari PPKn IKIP Surabaya (kini, Unesa),” ungkapnya. Prof. Sarmini mulai masuk dan berkiprah menjadi dosen di Unesa pada 1991. Pendidikan menengah pertama, ditempuh di SMPN 2 Magetan, sedangkan pendidikan menengah atas di SMAN 1 Magetan. Sewaktu masuk SMA, Sarmini sempat kesulitan memilih antara masuk SPG, yang menjadi pilihan orang tuanya, atau masuk ke SMA dengan gratis karena mendapatkan peringkat pertama di SMP. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Sarmini mampu meyakinkan orang tuanya hingga akhirnya ia memutuskan masuk ke SMA hingga kuliah. Terkait perempuan yang menduduki jabatan di sebuah lembaga seperti dirinya, Sarmini memberikan pemaparan secara akademik. Ia mengatakan, jika dilihat dari kacamata feminisme, kedudukan laki-laki dengan perempuan harusnya sejajar. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa dahulu perempuan

LAPORAN UTAMA

SATU-SATUNYA

Dekan Perempuan

“Pandangan dan konstruksi terhadap perempuan lambat laun akan mengalami perkembangan seiring dengan pengetahuan dan pengalaman. Namun, sebagai perempuan yang hidup dalam suatu masyarakat juga harus mematuhi nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut. Sebab, secerdas dan sehebat apapun perempuan jika ia tidak diterima di dalam masyarakat akan menimbulkan dampak yang kurang baik juga.” Prof. Sarmini selalu dipandang lebih rendah dibandingkan lakilaki, belum menempatkan perempuan equal dengan laki-laki. “Agar memiliki kedudukan yang equal, perempuan perlu berjuang dengan prestasi dan potensi yang dimiliki. Perempuan harus dapat mandiri dan mampu membangun interaksi

dengan pihak luar,” tutur Dekan kelahiran 1968 itu. Dari paradigma budaya, lanjut Sarmini, kedudukan perempuan sulit disejajarkan dengan laki-laki. Sebab, ada nilai di Indonesia, terutama di Jawa yang menempatkan kedudukan perempuan di bawah laki-laki. Perempuan di Indonesia belum sepenuhnya dianggap bisa mengambil

Majalah Unesa

keputusan sendiri, karena itu sulit disejajarkan dengan laki-laki. Agar dapat mengubah nilai tersebut, Sarmini menyarankan perempuan harus memiliki bargaining position yang sama dengan laki-laki. Perempuan harus cerdas, berani dan bekerja secara mandiri. Jika hal itu dilakukan, perempuan dapat melakukan rekonstruksi terhadap nilai meskipun pelan-pelan. “Mengubah paradigma itu sulit karena nilai sudah tertanam begitu kuat di masyarakat,” tandasnya. Laki-laki dalam paradigma budaya merupakan pencetak budaya sehingga dikatakan baik dan buruk laki-laki yang mengambil keputusan. Karena itu, perlu dilakukan perubahan. Dahulu perempuan tidak bekerja, sekarang sudah banyak yang berkiprah di berbagai jabatan publik. Ketika perempuan sudah meniti karier di jabatan publik, tentu diperlukan pemahaman lakilaki yang luar biasa. Sebab, tidak mudah memahami perempuan bekerja dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam. “Pandangan dan konstruksi terhadap perempuan lambat laun akan mengalami perkembangan seiring dengan pengetahuan dan pengalaman. Namun, sebagai perempuan yang hidup dalam suatu masyarakat juga harus mematuhi nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut. Sebab, secerdas dan sehebat apapun perempuan jika ia tidak diterima di dalam masyarakat akan menimbulkan dampak yang kurang baik juga,” terang Sarmini.n (UMI/ILMI)

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

7


LAPORAN

UTAMA

HARUS PANDAI Menempatkan Diri

P

erempuan lain di Unesa yang menduduki posisi penting adalah Prof. Dr. Masyitah. Ia merupakan Wakil Direktur 1 Pascasarjana Unesa. Bagi Masyitah, keberadaan perempuan saat ini memang sudah mulai mendapatkan porsi yang banyak untuk menduduki jabatan tertentu. Termasuk di Unesa.“Saat ini, perempuan sudah memiliki kebebasan untuk tampil di ranah publik dan mengembangkan eksistensinya,”paparnya. Ibu dua anak ini memaparkan, perempuan harus pandai memosisikan diri. Jika bertindak sebagai ibu rumah tangga, maka jadilah ibu rumah tangga yang baik. Dalam arti, kehadirannya sangat diharapkan dan menjadi panutan anggota keluarga lain. Jika menjadi wanita karier, maka posisikanlah diri pada lingkungan kerja dengan dedikasi sesuai koridor. “Secara profesional, perempuan harus pandai menempatkan diri. Kapan berada di publik dan kapan berada di keluarga,” terang Masyitah Sebagai sosok perempuan masa kini,

8

Masyithah terbilang sukses menjadi teladan bagi keluarga. Ia tidak saja sukses mendidik kedua anaknya, tetapi juga menjadi teladan bagi adik-adiknya semenjak orang tuanya meninggal. “Saya bukan lagi jadi kakak, tapi mereka (adik-adik saya) sudah menganggap saya sebagai orangtua mereka,” paparnya. Tidak hanya itu, ketangguhan Masyitah teruji semenjak suaminya meninggal pada 2006 silam. Meski berperan sebagai single parent, ia bertekad memberikan pendidikan setinggi-tingginya untuk anak-anaknya. Kesibukan sebagai Wakil Direktur II Pasca dan berbagai macam penelitian yang sekarang sedang digeluti bukan menjadi kendala utama dalam menjalin hubungan bersama anak-anaknya. Ia mengaku hubungannya dengan anak-anak bukan hanya sekadar hubungan anak dan ibu melainkan lebih menjadi hubungan antarteman. “Kami malah begitu dekat, anak-anak dan saya sudah seperti hubungan antarteman dengan etika tetap

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa

dipegang. Kami sering curhat bersamasama. Curhat adalah cara utama kami dalam menyelesaikan masalah,” paparnya Bagi Masyitah, seorang perempuan tidak harus menunjukkan kekuatan fisiknya. Sesungguhnya makna Kartini bukanlah kekuatan fisik yang ditonjolkan, melainkan melalui kasih sayang perempuan pun dapat eksis. Misalnya dalam mendidik anak-anaknya, Masyitah mengajarkan kepada anaknya bahwa kekerasan tidak pernah menyelesaikan masalah, sehingga jika anaknya melakukan kesalahan upaya penyadaran melalui pembelajaran adalah cara yang tepat. Sebagai Ibu, Masyitah mengaku sampai detik ini tidak pernah memukul anak-anaknya. Baginya, memukul adalah upaya menyelesaikan masalah dengan masalah. “Saya membiasakan anak-anak agar tidak menyelesaikan kesalahan dengan kesalahan, jadi tidak harus dihukum dengan kesalahan” tambahnya Ia berharap Kartini zaman sekarang terus memperdalam pengetahuannya dari segi apapun, mulai dari yang sederhana. Sebab menuntut ilmu tidak hanya di dunia pendidikan akan tetapi di manapun tempatnya pengetahuan akan bisa didapatkan. “Silahkan berkarier, tapi jangan membabi buta sehingga lupa pada kodratnya,” pungkasnya. n(SIR)


LAPORAN UTAMA

KARIER BOLEH Asal Jangan Melupakan Kodrat

D

i Fakultas Ekonomi, kepercayaan terhadap peran perempuan di wilayah jabatan juga gencar dilakukan. Saat ini, di jajaran pejabat dekanat FE ada sosok perempuan tangguh yang diberi kepercayaan menjadi Wakil Dekan 1. Ia adalah Susi Handayani, S.E., Ak., M.Ak.. Susi, demikian panggilan akrabnya lahir di Malang 1976. Perjalanan hidup alumnus SMAN 1 Malang itu terbilang terjal. Hidup dalam kondisi ekonomi yang pas-pasan, sempat membuat Susi tidak berminat melanjutkan kuliah selepas SMA. “Saya waktu itu nggak tega lihat orangtua yang masih harus memikirkan tiga adik perempuan saya, yang juga harus menempuh pendidikan,” paparnya. Susi pun dihadapkan pada dua pilihan, yaitu bekerja atau kuliah. Keinginan hatinya adalah bekerja. Kala itu, Susi ditawari bekerja di PLN. Namun, sebelum menerima tawaran itu, Susi lulus seleksi mahasiswa baru di Program Studi Akuntansi di Universitas Brawijaya melalui jalur PMDK. Orangtua Susi sangat senang mendengar kabar gembira tersebut. Sebab, menurut Susi, orangtuanya memang lebih suka anak-anaknya berpendidikan. Tahun 2005, Susi mendaftarkan diri sebagai dosen di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Di Unesa, karier Susi terus melejit. Ia pernah menjadi Ketua Jurusan Akuntansi. Bahkan. Tahun 2015, ia berhasil mendapatkan penghargaan dari rektor Unesa sebagai ketua jurusan terbaik. Seolah jodoh dengan jabatan, selepas menjabat ketua jurusan. Ia pun naik ke level pimpinan dekanat dengan menjadi Wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi. “Saya selalu berprinsip, janganlah meminta jabatan. Tapi, jika diberi jabatan lalu menolak, kemudian berdampak mudharat, maka kamu juga mendapat dosa,” ungkapnya. Susi mengakui, animo perempuan untuk meniti karier saat ini sangat besar. Hal itu, menurut Susi, bukan masalah selama mereka tidak melupakan kodratnya sebagai perempuan. Ia tidak boleh melangkahi laki-laki dan tidak lupa terhadap keluarga. “Bagaimanapun, seorang perempuan sangat tidak layak jika melangkahi atau memandang rendah laki-laki,” ungkapnya. Selain itu, peristiwa yang banyak terjadi di masyarakat dan menurut Susi kurang baik adalah, dampak dari perempuan yang terlalu mencintai karier, mereka lupa untuk berkeluarga. “Ini tidak baik,” kata dosen Jurusan Akuntansi ini. “Kalau perempuan lajang, pagi mereka bekerja, sore datang sudah

dalam keadaan lelah. Langsung tidur atau memikirkan jadwal besok. Sehingga tak sempat memikirkan untuk berkeluarga.” Berbeda dengan perempuan yang sudah berkeluarga. Sehabis pulang dari kerja, ia tetap harus memikirkan anak dan suaminya. Inilah sesuatu yang perlu diperhatikan. “Suami saya selalu mengingatkan agar tidak lupa mendidik anak. ‘Masa hanya mendidik anak orang lain tapi tidak mendidik anak sendiri,’” tutur Susi sembari menirukan nasihat suaminya. Selama kuliah, Susi tidak pernah ikut organisasi-organisasi kampus. Susi memilih aktif di remaja masjid di kompleks perumahannya. Ia menjadi badan pengurus harian (BPH), tapi bukan ketua. Dua kunci sukses yang dipegang erat oleh Susi adalah bertanggung jawab dan selalu menyeimbangkan diri antara hablum mina Allah (hubungan dengan Allah) dan hablum mina an-nas (hubungan dengan manusia). “Jika hatinya tidak tenang, galau, atau sering emosi, berarti hubungannya dengan Allah kurang baik,” pungkasnya. n(SYAIFUL RAHMAN)

Majalah Unesa

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

9


LAPORAN

UTAMA

BERHARAP BERDIRI

Fakultas PKK

S

alah satu srikandi Unesa yang turut terlibat dan mewarnai perkembangan Unesa adalah Dr. Hj. Rita Ismawati, S.Pd. Perempuan kelahiran Lamongan, 11 Juli 1969 itu terpilih sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK) periode 2016-2021. Rita mengaku alasannya maju dalam pemilihan ketua jurusan karena tergerak untuk mengabdikan diri kepada jurusan PKK. Apalagi, ia juga alumni S1 jurusan PKK. “Karena saya dibesarkan dari PKK Unesa, saatnya memberikan apa yang saya punya ke jurusan PKK ini untuk mengabdikan diri,” ujar Rita. Salah satu cita-citanya menjadi Ketua Jurusan PKK adalah ingin menjadikan PKK menjadi fakultas baru di Unesa.

10

“Bulan ini, kami masih menyusun proposal pendirian fakultas PKK,” jelas Rita. Alumni S3 Ilmu Kedokteran Bidang Gizi Unair ini menjelaskan, dulu ketika Unesa masih menjadi IKIP, jurusan PKK masuk dalam FPTK yang menghasilkan guru yang mengajar di sekolah kejuruan. Sekarang, dengan berubahnya IKIP menjadi Universitas, berubahlah FPTK menjadi Fakultas Teknik. “Menurut saya, ada yang janggal kalau jurusan PKK masuk ke dalam Fakultas Teknik. Kami sudah disupport oleh pihak rektorat dan petinggi Fakultas Teknik untuk segera mengajukan jurusan PKK menjadi fakultas baru di Unesa,” tandas Rita. Terkait peran perempuan yang menjadi pejabat di Unesa, Rita mengapresiasi kesempatan yang

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa

diberikan kepadanya untuk berkarya sebagai ketua jurusan. Jabatan Ketua Jurusan PKK merupakan tugas dan amanah yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Rita tak menampik bahwa jurusan PKK mempunyai banyak potensi. Di antaranya, terkait penelitian dosen yang sangat berpeluang mendapatkan paten. Dosen-dosen Prodi Tata Boga banyak mencetak inovasi produk. Mulai dari kulit ekstrak manggis, pewarnaan alami buat batik, daun kelor dan sebagainya. Jurusan PKK ini, satu-satunya jurusan yang sivitas akademiknya baik dosen, staf/karyawan, maupun mahasiswanya mayoritas perempuan. PKK memiliki jumlah dosen sebanyak 42 orang terbagi menjadi seorang Guru Besar, 6 orang studi S3, dan selebihnya lulusan S2. “Tahun 2020, kami berharap jurusan PKK mampu menjadi fakultas unggul dan mampu berdaya saing secara gobal. Selain itu, juga mampu mengabdikan diri sebagai Ketua Jurusan PKK secara maksimal dan bertanggung jawab,” harap Ketua Jurusan yang baru dilantik pada Maret 2016 lalu.n (KHUSNUL/PUPUT)


LAPORAN UTAMA

INSPIRASI KARTIINI Semangat sang Ibu

M

enurut Hertiti, Kartini merupakan pelopor pejuang kaum perempuan yang dulu keberadaannya masih di bawah laki-laki. Karena perjuangannya itu, perempuan sekarang sudah memiliki derajat yang sama dengan laki-laki. Itu terlihat dari banyaknya perempuanperempuan yang menduduki jabatan struktural baik di instansi pemerintahan maupun swasta. Ia juga mencontohkan keterlibatan perempuan-perempuan di di lingkup Unesa yang menjadi pejabat struktural seperti Pembantu Rektor, Pembantu Dekan, Kasubag dan banyak lagi. Peran penting perempuan di sektor publik ini tentu tak lepas dari peran Kartini yang dulu getol memperjuangkan hak-hak

perempuan sehingga timbul gerakan emansipasi perempuan. ”Kasubag saja banyak yang perempuan, itu menandakan emansipasi memang sudah ada di Unesa,” ungkapnya. Hertiti sedikit menyorot peran Kartini. Dahulu, perempuan tak diizinkan untuk menikmati bangku pendidikan, namun karena tekad Kartini dan berkat jasa Kartini kehidupan kaum perempuan berubah sehingga ada kesamaan derajat antara laki-laki dan perempuan. Meski perempuan kini semakin bisa berkiprah dan berkarir, namun tetap harus menghormati laki-laki sebagai pemimpin keluarga. “Walaupun sudah ada kesetaraan derajat, laki-laki tetap menjadi pemimpin keluarga,” tandasnya. Secara khusus, Hertiti mengaku bahwa Kartini sangat menginspirasi

Majalah Unesa

dirinya dalam menitit karirnya. Namun, di balik itu, ada perempuan yang benar-benar sangat menginspirasi dirinya. Perempuan itu adalah ibunya. Sang ibulah yang mendorong dirinya agar serius sekolah agar bisa menjadi perempuan karier. “Alhamdulillah, berkat dorongan dan doa ibu, saya bisa berkiprah di Unesa ini,” ungkapnya.n (SIR)

Keterlibatan perempuanperempuan di di lingkup Unesa yang menjadi pejabat struktural seperti Pembantu Rektor, Pembantu Dekan, Kasubag dan banyak lagi.

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

11


LAPORAN

UTAMA

MAJUKAN JURUSAN Sinergi Semua Elemen Menjadi kajur, menurut Rina, merupakan amanah yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab.

S

atu lagi perempuan yang menduduki posisi sebagau kajur di lingkup FT. Dia adalah Rina Harimurti, S.Pd, M.T, yang baru saja terpilih sebagai Ketua Jurusan Teknik Informatika. Dosen perempuan yang dikenal tegas dan kritis itu akan memimpin Jurusan Teknik Informatika selama 4 tahun ke depan yaitu periode 2016-2020. Beberapa program kerja telah dirancang. Di antaranya, 1) Perbaikan administrasi

12

jurusan, prodi dan laboratorium, 2) Peningkatan sarana laboratorium kompetensi dosen, 3) Pembangunan laboratorium base education atau laboratorium berbasis komputerisasi, 4) Menata ulang sarana dan prasarana yang berhubungan dengan pembangunan gedung dengan konsep satu gedung perkuliahan lengkap. Rina mengakui bahwa keempat program kerja yang telah dibuat itu tidak akan dapat dilaksanakan tanpa kerja

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa

keras semua pihak di jurusan baik dosen, karyawan, dan mahasiswa. Konsep satu gedung perkuliahan lengkap akan memudahkan sistem perkuliahan dan menjadi efektif dengan dosen yang telah berkompeten dan bersertifikasi. Menjadi kajur, menurut Rina, merupakan amanah yang harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Dengan pengalamannya menjadi ketua program studi (Kaprodi) D-3 Manajemen Informatika selama 4 tahun, Rina berharap mampu melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Saat ini, terang Rina, Jurusan Teknik Informatika sudah mulai berkembang. Itu dibuktikan dengan beberapa prestasi yang telah diraih. Di antaranya, l omba gemastik masuk 10 besar dan 2 mahasiswa Teknik Informatika menjadi juara mawapres di tingkat fakultas dan universitas. Selain itu, beberapa acara seperti kuliah tamu, seminar dan workshop juga sering diadakan. “Semoga Unesa, khususnya Jurusan Teknik Informatika lebih maju dan mampu bersaing dengan PT lain,�harap dosen kelahiran Bojonegoro.n (KHUSNUL/ ANDINI)


LAPORAN UTAMA

P

andangan semacam itu tidak hanya tampak diskriminatif akan tetapi juga telah menutup kesempatan bagi perempuan untuk berkontribusi di ranah publik. Padahal, sejatinya, anggapan perempuan sebagai mahkluk lemah sebenarnya stereotip alias hanya berdasarkan persepsi saja. Dr. Heny Subandiyah, M.Hum., Kepala Humas Unesa, berpandangan bahwa anggapan perempuan sebagai makhluk lemah sebenarnya hanya stereotip yang sengaja diciptakan agar perempuan memiliki ketergantungan terhadap laki-

Secara kodrat, laki-laki diciptakan lebih kuat daripada perempuan. Oleh karena itu, laki-laki memiliki peran sebagai pelindung. “Namun demikian, tidak berarti perempuan tidak bisa berjalan tanpa ada perlindungan dari laki-laki,” tandas dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, Unesa itu. Di Indonesia, posisi perempuan sudah memiliki tempat yang sama dengan laki-laki dalam struktur kelembagaan. Tahun 2007, untuk kali pertama, Presiden Indonesia dijabat perempuan, yaitu Megawati Soekarno Putri. Saat ini, semakin banyak perempuan

Dr. Heny Subandiyah, M.Hum, Kahumas Unesa

PEREMPUAN LEMAH Itu Hanya Stereotip

Era keterbukaan telah banyak memberikan perubahan terhadap cara pandang masyarakat. Termasuk, cara pandang masyarakat terhadap perempuan di meja-meja publik. Sebelumnya, perempuan selalu diidentikkan dengan makhluk yang posisinya pasti di rumah, khususnya di dapur. laki. Menurutnya, perempuan adalah sosok yang kuat meskipun dalam ranah sosial dan budaya masih banyak yang menganggap lemah. “Ini sebenarnya satu stereotip yang sengaja diciptakan,” tuturnya. Heny menjelaskan, perbedaan antara laki-laki dan perempuan terletak pada fisik. Secara kodrat, perempuan lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan memiliki kodrat lembut, mengandung, dan menyusui. Akan tetapi, hal itu tidak semestinya dipandang sebagai kelemahan, justru dapat dilihat sebagai kelebihan. Antara perempuan dan laki-laki sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.

yang memiliki jabatan penting di pemerintahan, baik di pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah. “Secara struktur memang sudah tidak ada batas lagi. Era itu sudah sangat terbuka untuk perempuan memegang tampuk kepemimpinan apapun. Walaupun faktanya masih banyak perempuan yang belum sampai ke situ (memegang tampuk kepemimpinan) karena terlanjur termakan stereotip,” tutur Heny. Menurut perempuan kelahiran Jombang itu, ada dua hal yang menjadi penyebab perempuan masih banyak yang belum dapat memegang jabatan. Pertama, kegamangan perempuan

Majalah Unesa

dalam memimpin sebagai akibat stereotip yang masih membayangi. Kedua, berbagai kesempatan yang diberikan oleh masyarakat masih banyak yang belum menyentuh perempuan. Namun, Heny mengingatkan, perempuan boleh menjadi pemimpin dalam sebuah lembaga secara profesional. Akan tetapi, saat berada dalam keluarga, pemimpin tetap berada di pundak laki-laki. “Jangan sampai karena pendidikan perempuan lebih tinggi lantas kepemimpinan dalam keluarga hendak diganti posisinya,” tegas alumnus S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Surabaya itu. Saat berada di keluarga, seorang perempuan tetap harus melaksanakan kodratnya, misalnya sebagai seorang ibu, mengandung, melahirkan, menyusui, dan lain sebagainya. Bagaimanapun, pungkas Heny, ketuntasan perempuan dalam tugas keluarga akan memberikan dampak besar terhadap ketuntasan perempuan dalam tugas struktur kelembagaan.n (SYAIFUL RAHMAN)

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

13


LAPORAN

UTAMA

SULITNYA PERSETARAAN Gender dalam Bahasa Aktif di berbagai kegiatan agar bisa menunjukkan jati diri wanita merupakan srikandi sesungguhnya. Aktivitas itu pula yang bisa membuat perempuan juga setara dengan laki-laki .

S

osok diri Prof. Dr. Darni, M.Hum merupakan salah satu dosen di Unesa yang telah lama aktif dalam bidang kesetaraan gender. Disertasi yang ditulis berjudul “Kekerasan terhadap Perempuan dalam Fiksi Jawa Modern: Kajian New Historicism” yang membawanya menjadi wisudawan terbaik Unesa ke32, beberapa penelitian, artikel ilmiah, hingga buku yang membahas tentang persetaraan gender menunjukkan bahwa Prof. Darni merupakan aktivis kesetaraan gender . Darni, begitu perempuan ini sering disapa, menyebarluaskan kesetaraan gender di Indonesia dengan menyisipkan materi-materi di bukubuku sekolah. Kegiatan itu dilakukan setelah melihat masalah kesetaraan gender di Indonesia masih dianggap sebelah mata. “Di masyarakat, masalah persetaraan gender masih sulit, terutama di pelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Misalnya anak perempuan masih dilarang melakukan ini dan itu yang mana masyarakat pikir kegiatan tersebut hanya cowok yang bisa melakukannya. Melalui penyisipan bahan ajar, diharapkan para guru bisa menjadi pelopor untuk melaksanakan kesetaraan gender ini dan mengubah mindset siswa dan masyarakat tentang adil gender,” ujar dosen kelahiran Magetan ini. Kegiatan menyisipkan materi tersebut sudah dilakukan sejak 2005. Ia aktif menyosialisasikan ke berbagai daerah, terutama di

14

Prof. Darni, M.Hum kabupaten-kabupaten di Jawa Timur hingga sekarang. Sosialisasi diawali dari guru-guru, menyisipkan bahan materi di bahan ajar yang nanti bisa tersampaikan kepada para murid dan wali murid. “Tema kesetaraan gender terbilang sulit di Indonesia apalagi sejarah tertua saja sudah membedakan hak perempuan dan laki-laki. Kalaupun tidak ada kemauan dari diri sendiri untuk berubah memang sulit, walaupun zaman sudah berubah,” papar dosen kelahiran 26 September 1965 ini. Darni sudah ingin mengubah pemikiran masyarakat Indonesia tentang keadilaan gender sejak masih kecil. Cita-cita yang kuat untuk meraih pendidikan tertinggi agar bisa setara dengan laki-lakipun sudah beliau pupuk. Teman-teman saya rata-rata hanya lulusan sekolah dasar, bahkan ada yang belum lulus. Saya sendiri ada niatan untuk melanjutkan dan sekolah setinggi-tingginya,” ujar dosen berjilbab ini. Pemikiran kolot masalah

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa

perempuan yang masih dipandang sebelah mata saat membangun mimpi setinggi angkasa tentu masih ada. Bahkan, saat mengutarakan cita-citanya kepada orang tuanya, tentangga kanan-kiri tak hentinya mencemooh tentang mimpinya itu. Percuma sekolah tinggi-tinggi, toh nantinya kalau sudah punya suami kerjanya di dapur juga. Begitu cemoohan dari para tetangga. Kepala Pusat Kajian Wanita ini pun bersaha untuk meraih mimpi dengan mencari SMP terbaik. Walaupun ada SMP di dekat rumahnya, ia ingin bersekolah di sekolah yang lebih baik. Ingin masuk di sekolah yang terbaik, tentu harus melewati duri yang tajam. Untuk mengikuti pendaftaran saja, harus jalan berpuluh-puluh kilometer dan mengikuti tes. Syukurlah dengan kerja keras dan penuh semangat, Darni bisa bersekolah di SMP terbaik itu. Tak berhenti di situ, hal yang sama dilakukan Darni saat SMA. Saat itu, ia bersekolah di sekolah calon guru SD. Saat akhir kelas 3, Darni mendapatkan beasiswa supersemar. Dari beasiswa itulah ia bisa bersekolah hingga perguruan tinggi. Dengan berbagai pertimbangan, ia lantas memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa pada tahun 1984. Meraih cita-cita hingga bisa bersekolah yang tinggi, menjadi sesuatu yang wah di mata masyarakat sekeliling saat itu. Cemooh tak pernah berhenti, tapi beliau telah buktikan bahwa perempuan juga berhak untuk bersekolah setinggi-tingginya.n (CHIKITA)


KABAR PRESTASI

DUTA HUMAS POLDA JATIM 2016

Dua Wakil Unesa Raih Juara D

ua mahasiswa Unesa dari jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH), Andri Dwi Julianto dan Erinda Nabila Wulansari berhasil menjadi juara II Duta Humas Polda Jatim 2016. Andri menjadi juara II kategori pria, sedangkan Erinda menjadi juara II kategori perempuan. Kedua mahasiswa angkatan 2015 itu menerima penghargaan pada acara penobatan Duta Humas Polda Jatim Senin, 21 Maret 2016 di gedung Mahameru Polda Jatim. Wakapolda Jatim, Brigjen Pol Eddy

Haryanto hadir langsung dalam penobatan Duta Humas Polda Jawa Timur yang menjadi agenda tahunan tersebut. Sebelum terpilih sebagai juara II, Andri dan Erinda harus melewati berbagai seleksi, salah satunya sesi tanya jawab. Saat sesi tanya jawab itu, baik Andri maupun Erinda mampu memberi jawaban yang memuaskan. Bahkan, dengan perpaduan bahasa Inggris dan Indonesia, Erinda memaparkan realisasinya jika terpilih sebagai Duta Humas Polda Jatim, yakni Ability (bagaimana duta humas akan memperbaiki kualitas dan

kemampuan sebelum terjun ke masyarakat, Action (wujud dari aksi duta humas untuk menyampaikan informasi ke masyarakat) dan Accesbility yaitu inovasi terbaru dimana masyarakat akan mendapatkan kemudahan informasi via media online. Juara I Duta Humas diraih Olga Bimaskara dan Camelia Nanda Sholca, sedangkan juara III diraih pasangan Sholiq Bastian dan Sifra Laurete. Dari kejuaraan ini, Andri dan Erinda berhak mendapatkan piala, selempang penghargaan, sertifikat, dan mendapat LED TV. n

SUNRISE UNESA

Juara Jembatan Nasional

B

erita membanggakan datang dari tim Sunrise Unesa. Kelompok binaan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Teknik Sipil itu berhasil menyabet peringkat kedua lomba Jembatan tingkat nasional bernama Bridge Competition yang digelar Universitas Kristen Petra di Ciputra World pada Sabtu, 2 Maret 2016. Bridge Competition merupakan persaingan adu kuat dan efisiensi dari rancang bangun suatu jembatan. Perwakilan Sunrise Unesa berhasil memeroleh posisi kedua usai menyingkirkan 70 tim dari berbagai universitas se-Indonesia. “Ini adalah

hasil dari dukungan pihak yang terlibat dalam rancang bangun jembatan ini. Mulai dari teman-teman, tim, dan jajaran pimpinan tingkat jurusan yang menyempatkan hadir saat penyerahan piala,� ujar Achmad Nadjib Lazuardi, koordinator tim Sunrise Unesa. Brigde Competition dibagi dalam dua tahap. Pertama, tahap penyisihan yang harus ditempuh seluruh peserta untuk memperebutkan 10 tiket menuju tahap final. Sunrise sebenarnya mengirimkan tujuh tim dalam lomba, namun empat tim gagal pada tahap penyisihan. Di babak final, tiga tim sunrise yang lolos tersebut

Majalah Unesa

dihadapkan dengan tantangan merancang sebuah jembatan dengan berat tidak lebih dari 25 gram namun mampu menahan beban lebih dari 40 kg. Dalam final tersebut, hanya satu tim, yaitu yang digawangi oleh Cyntia, Iqbal, dan Alifia, mahasiswa teknik sipil 2015, lah yang mampu meraih poin untuk menempatkannya sebagai juara dua. Sementara juara pertama diraih oleh tim dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) sedangkan posisi ketiga diraih tim asal Universitas Narotama, Surabaya. n (VITA/DANANG)

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

15


KOLOM REFLEKSI

Diharapkan ada evaluasi kembali terhadap efektivitas ujian nasional ini. Hal ini mengingat UN yang tidak lagi menjadi penentu kelulusan masih saja diwarnai kasus kebocoran soal dan jawaban UN. Artinya, kampanye kejujuran di hajatan ujian nasional kali ini kembali ternoda. Oleh EKO PRASETYO

UJIAN NASIONAL DAN

MUDARATNYA

U

jian nasional (UN) tingkat SMA sederajat dilaksanakan mulai dilaksanakan pada 4-6 April 2016. Banyak pihak yang optimistis dengan perhelatan UN kali ini, terutama karena UN tidak lagi dijadikan penentu kelulusan. Mendikbud Anies Baswedan sendiri telah menekankan pentingnya kejujuran daripada kelulusan dalam UN tersebut. Efektifkah? Bocor Lagi Integritas kejujuran yang didengung-dengungkan pemerintah melalui Kemendikbud pada pelaksanaan UN seakan menjadi angin lalu. Betapa tidak,

16

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

di hari pertama UN tingkat SMA sederajat saja sudah ada beberapa laporan tentang kebocoran UN sebagaimana dirangkum oleh forum Ikatan Guru Indonesia. Di Sulawesi Selatan, misalnya, harian Fajar (5/4) melaporkan adanya dugaan bocornya UN di Makassar, Pare-Pare, dan Watansoppeng. Sementara di Jombang dilaporkan adanya pesan pendek (short message service/SMS) yang berisi bocoran UN yang beredar di kalangan siswa dan guru (Surya, 5/4). Kendatipun laporan tersebut belum dapat dibuktikan kebenarannya, pemerintah selaku pemangku kebijakan

Majalah Unesa

pendidikan semestinya lekas tanggap. Diharapkan ada evaluasi kembali terhadap efektivitas ujian nasional ini. Hal ini mengingat UN yang tidak lagi menjadi penentu kelulusan masih saja diwarnai kasus kebocoran soal dan jawaban UN. Artinya, kampanye kejujuran di hajatan ujian nasional kali ini kembali ternoda. Kasus ini tentu saja tidak bisa dianggap remeh. Apalagi, masyarakat dapat mengakses informasi terkait UN melalui pemberitaan di media cetak, media elektronik, media daring, dan media sosial. Berita-berita miring tentang kebocoran UN hampir selalu mewarnai


KOLOM REFELEKSI perhelatan UN dari tahun ke tahun. Meskipun jumlah kasus tiap tahun tidak sama dan persentasenya fluktuatif, kasus kebocoran UN tahun ini mestinya menjadi lampu kuning bagi dunia pendidikan kita. Hal ini seyogianya menyadarkan kita semua bahwa sejatinya ada yang salah dengan sistem UN selama ini.

pemerintah daerah dalam kasus kecurangan UN? Hal ini memang sulit dibuktikan. Akan tetapi, diskusi-diskusi yang berkembang seputar UN di forum Ikatan Guru Indonesia setidaknya bisa memberikan sedikit pencerahan. Berdasar keterangan Ketua Dewan Pembina Ikatan Guru Indonesia Moh. Ihsan, pihaknya

pelaksanaan ujian nasional tingkat SMA sederajat tahun ini bisa dikatakan masih menyisakan banyak masalah. Seperti diketahui, UN dihelat dengan sistem CBT (computer based test). Namun, karena keterbatasan sarana perangkat komputer, masih banyak sekolah yang menyelenggarakan UN dengan sistem PBT (paper based test). Di Mudarat sini saja banyak Tanpa bosan-bosan mengingatkan, pelaksanaan UN Sebagaimana celah. Salah sebaiknya dievaluasi kembali oleh pemerintah. Sudah efektif satunya, tidak diketahui, walau tidak sedikit sekolah atau belum. Sebab, meski UN tidak lagi menjadi penentu yang kemudian memengaruhi kelulusan, pelaksanaannya dari tahun ke tahun selalu saja menganggarkan kelulusan menyisakan kasus kecurangan. pembelian sekolah, hasil UN komputer. menjadi salah Ini menjadi satu persyaratan tidak efektif masuk jika pembelian komputer hanya perguruan tinggi negeri. Agaknya masih menerima laporan-laporan digunakan untuk keperluan UN CBT inilah yang mesti dievaluasi kecurangan UN dari kalangan saja. Belum lagi kekhawatiran akan kembali. guru. Namun, mereka tidak berani terjadinya kasus mark-up pembelian Namun, poin penting mengungkapkannya secara sarana dan prasarana sekolah. Di sisi sesungguhnya adalah kasus-kasus luas dan melaporkannya ke lain, UN PBT bukan tanpa masalah. kecurangan yang hampir selalu Kemendikbud dengan berbagai Keterlambatan distribusi soal UN di mewarnai perhelatan UN itu sendiri. alasan. beberapa daerah masih terjadi. Mengutip pernyataan pengamat Kiranya, keengganan mereka Oleh sebab itu, tanpa bosanpendidikan M. Mushthaffa, adanya untuk melaporkan kasus itu bisa bosan mengingatkan, pelaksanaan indikasi kecurangan dalam UN ini dipahami. Sebab, mereka berada UN sebaiknya dievaluasi kembali menyimpan satu masalah besar dalam posisi yang amat dilematis. oleh pemerintah. Sudah efektif dalam upaya peningkatan mutu Di satu sisi, para pendidik dituntut atau belum. Sebab, meski UN tidak pendidikan kita. Jika kita sepakat untuk memberikan contoh moral lagi menjadi penentu kelulusan, bahwa pendidikan sejatinya adalah dan kejujuran serta membiarkan pelaksanaannya dari tahun ke usaha untuk membentuk murid siswa mengerjakan soal UN dengan tahun selalu saja menyisakan kasus yang berkarakter dan bermoral kemampuan masing-masing. kecurangan. Masyarakat yang serta praktik ketidakjujuran itu Namun, di sisi lain, guru melihat melihat pun dapat menilai bahwa memang benar adanya, maka UN situasi tekanan sosial yang dialami UN itu lebih banyak mudaratnya. itu sendiri telah mencederai dan oleh para siswa menjelang UN. Maka, penghapusan UN menjadi bertentangan secara langsung Alhasil, kemudian muncul kasus harapan sekaligus solusi yang dengan cita-cita mendasar kecurangan UN. Ada beberapa realistis. n pendidikan tersebut (2013: 57). versi terkait bocornya soal UN UN juga membawa dilema besar yang saban tahun melanda. terutama bagi kalangan guru. Hal Ada yang menyebut bahwa Penulis adalah Pegiat Literasi, ini disebabkan unsur politis yang kasus ini melibatkan oknum Alumnus Jurusan Bahasa dan Sastra acapkali menunggangi proses guru secara personal, ada pula Indonesia, FBS, Unesa, dan pelaksanaan UN di berbagai yang mengaitkannya dengan Master Ilmu Komunikasi Unitomo, daerah. Sebagai satu contoh, ada kebijakan sekolah bahwa kelulusan anggota Ikatan Guru Indonesia. sebuah gengsi tersendiri bagi suatu UN seratus persen dianggap kota atau kabupaten yang sukses mengangkat prestasi sekolah. dalam penyelenggaraan UN, baik Bahkan, ada versi yang menyebut dalam hal kelulusan tertinggi dan bahwa kelulusan UN menjadi salah pemerolehan nilai UN tertinggi. satu program kebijakan pemda. Jika demikian adanya, lantas Sejatinya, di luar masalah apakah ada unsur campur tangan ketidakjujuran tersebut,

Majalah Unesa

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

17


LENSA UNESA

Semarak Hari Kartini

Dharma Wanita Unesa alam rangka memperingati Hari Kartini, Dharma Wanita Persatuan Universitas Negeri Surabaya menggelar acara yang dilaksanakan pada Selasa, 26 April 2016. Acara yang bertema Menjadi Perempuan Masa Depan yang Anggun dan Berkarakter tersebut dilaksanakan di gedung Gema Unesa. Acara berlangsung meriah dengan berbagai kegiatan diskusi dan atraksi hiburan. lHUMAS

18

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa


LENSA UNESA

KUNJUNGAN MENSOS KE LPA UNESA

Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengunjungi dan meninjau gedung Pusat Layanan Autis Fakultas Pendidikan Unesa pada Minggu, 3 April 2016. Kunjungan tersebut dilakukan setelah menjadi keynote speaker pada wisuda ke-85 Universitas Negeri Surabaya. Ikut mendampingi Dekan FIP, Drs. Sujarwanto, M.Pd dan Wakil Rektor IV, Prof. Dr. Djodjok Soepardjo, M. Litt. l(HUMAS)

PELANTIKAN KEPALA & SEKRETARIS PUSAT LEMBAGA SE-UNESA Majalah Unesa

UNESA menggelar Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Jabatan Kepala dan Sekretaris Pusat Lembaga Se-lingkung Unesa periode 2016-2020 di Gedung Auditorium Kantor Pusat Unesa pada Selasa, 5 Mei 2016. Kepala dan sekretaris pusat lembaga yang dilantik adalah Kepala dan Sekretaris Pusat Riset dan Penguatan Inovasi, Kepala dan Sekretaris Pusat Haki, Paten, dan Publikasi, Kepala dan Sekretaris Pusat Pengabdian Masyarakat dan Pemasaran Iptek, Kepala dan Sekretaris Pusat Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Pemberdayaan Masyarakat, Kepala dan Sekretaris Pusat Inkubasi Wirausaha dan Job Center, serta Kepala dan Sekretaris Pusat Penjaminan Mutu. Pelantikan dilakukan oleh Prof. Dr. Warsono,M.S, Rektor Unesa yang didampingi Dr. Yuni Sri Rahayu,M. Si (Wakil Rektor I), Drs. Tri Wrahatnolo,M. Pd.,M.T. (Wakil Rektor II) dan para dekan se-lingkung Unesa.l HUMAS

| Nomor: 92 Tahun XVI I- April 2016 |

19


SOSOK

INSPIRATIF

Rita dan Munhaji

SUAMI-ISTRI SAMA-SAMA

MENJABAT KAJUR

20

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa


SOSOK INSPIRATIF Unesa telah menggelar pelantikan ketua jurusan selingkung Unesa pada Maret 2016 lalu. Ada yang unik dari acara tersebut. Secara kebetulan dan tidak direncanakan, di antara deretan para ketua jurusan tersebut terdapat pasangan suami istri yang sama-sama menjadi kajur. Mereka adalah Dr. Drs. H. Munhaji, S.T.M.T (Ketua Jurusan Teknik Mesin) dan Dr. Hj. Rita Ismawati, S.Pd (Ketua Jurusan PKK). Berikut penuturan Rita Ismawati, terkait dia dan suaminya kepada reporter majalah Unesa.

S

aya kali pertama bertemu bapak di kampus Unesa Ketintang. Kebetulan saat itu, kami sama-sama menjadi asisten dosen. Saya menjadi asisten dosen Tata Boga, sedangkan bapak menjadi asisten dosen Teknik Mesin. Kebetulan lagi, tempat kami mengontrol praktikum mahasiswa sangat berdekatan. Saya di praktikum mahasiswa S1 Tata Boga Unesa di gedung A3.02, sedangkan bapak di ruang praktikum Teknik Mesin gedung A3.01. Jadinya, secara tak sengaja kami kerap bertemu. Pertemuan kami semakin dekat setelah saling diperkenalkan oleh sahabat kami, Ibu Hani yang juga dosen PKK sekarang. Proses perkenalan dan pendekatan selama 1 tahun, lalu kami memutuskan menikah pada 18 Juli 1994. Karena sama-sama berprofesi sebagai dosen yang dituntut harus senantiasa upgrade ilmu, kami sepakat untuk melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi. Saya melanjutkan kuliah S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat di Unair, sedangkan bapak melanjutkan kuliah S2 Teknik Mesin di ITS. Sedari awal kami menyadari bahwa pernikahan bukan halangan untuk melanjutkan studi lebih tinggi. Dari hasil pernikahan, kami dikaruniai dua putra dan satu putri. Mereka adalah Ihabillah Barriq Aji Putra saat ini sedang menempuh kuliah hukum di Ubhara, Aribah Daffa Aji Putri saat ini duduk di SMAN 12 Surabaya, dan Hibatullah Syauqi Aji Putra, yang baru kelas 4 SD. Harus saya akui bahwa bapak sangat sabar dan suka mengalah. Sifatnya yang sabar, dewasa dan selalu mengalah itulah yang

membuat saya nyaman dengan beliau. Sifat yang dimiliki bapak ini, bertolak belakang dengan sifat saya yang tidak sabaran dalam melakukan sesuatu. Di sinilah, bapak sangat berperan menyeimbangkan sifat saya yang kurang sabar, tidak telaten, dan kurang dewasa. Semua orang memang mempunyai kekurangan dan kelebihan. Bapak memiliki sifat yang sabar, ngemong dan mau mengalah. Saya memang bukan orang yang telaten. Dan, bapak selalu bisa mengontrol saya. Meski usia saya dengan bapak terpaut 8 tahun lebih muda, kami sama-sama saling menyemangati satu sama lain. Bahkan ketika bapak

Majalah Unesa

S3 di Unibraw, saya menegarkan hatinya agar tidak putus asa sehingga bisa menyelesaikan studi S3-nya. Alhamdulillah, bapak menyelesaikan studi S3 dan menyandang gelar doktor di Unibraw Malang. Terkadang yang dititipkan itu belum sesuai dengan kebaikan. Jangan sampai dengan jabatan ini menjadikan kita lupa diri. Mudahanmudahan kami bisa menjalankan jabatan ini sesuai dengan amanah. Semoga jabatan ini barokah buat kami berdua.n (KHUSNUL/PUPUT) Rita bersama kedua anaknya saat usai ujian terbuka disertasi Munhaji, suaminya.

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

21


INSPIRASI

ALUMNI

Mohammad Ghofirin, M.Pd, Kahumas UNUSA

BERPENDIDIKAN TINGGI

BERKAT JASA TANTE

Mohammad Ghofirin, sama sekali tak menyangka dapat mengenyam pendidikan tinggi sehingga bisa berkarier seperti saat ini. Maklum, jika ditilik dari latar belakang ekonomi keluarga, sangat tidak mungkin orangtua Ghofirin yang hanya bekerja sebagai petani mampu menyekolahkan hingga ke perguruan tinggi. Beruntung, Ghofirin punya tante yang tidak hanya sayang pada dirinya, tetapi juga peduli akan pendidikan. Seperti apa kisahnya?

D

usun kecil di Kabupaten Gresik, tepatnya di Dusun Ngaren, Desa Sungonlegowo Kecamatan Bungah itulah Ghofirin dilahirkan. Di Dusun yang berjarak sekitar 60 km dari Pusat Kota Gresik itulah, ia menghabiskan masa kanakkanaknya dengan orangtua dan saudara- saudaranya. “Saya anak ke-11 dari 12 bersaudara. Dua kakak saya meninggal dunia sewaktu kecil,,” paparnya. Ghofirin sendiri lahir pada 31 Agustus 1980. Bersama ketujuh kakak-kakaknya, Ghofirin menemai bapaknya yang hanya seorang petani sawah dan tambak. Sedangkan Ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga yang terkadang membantu berjualan sembako di rumah. Ghofirin menceritakan, saat berusia 2 tahun, ia diadopsi oleh tante, adiknya bapak. “Beliaulah (tante) yang sangat berjasa dalam mengantarkan saya menjadi insan berpendidikan seperti saat ini,” ujarnya. Agamis Sejak Kecil Meski tidak pernah menetap di pesantren. Namun, sepanjang

22

hidupnya, Ghofirin senantiasa berada di lingkungan pesantren. Ia mengaku sangat suka tinggal di lingkungan pesantren. “Sejak kecil kami sudah diajari ilmu Alquran dan ilmu agama. Hampir setiap hari, kami mendapatkan kesempatan menimba ilmu dan merasakan sejuknya kehidupan kampung santri,” kenangnya. Masa kecil Gofirin diwarnai dengan kegiatan mengaji dan menimba ilmu agama di musala dan masjid. Maklum, daerahnya adalah daerah santri dan banyak Pondok Pesantren. Sehingga pendidikan membaca Al Qur’an sudah dimulai sejak umur 4 tahun. Setiap hari, Ibu angkatnya (tante) selalu membangunkan sebelum subuh dan mengantarkan ke masjid untuk jamaah subuh meski usianya saat itu masih 6 tahun. Ada peritiwa unik yang selalu dia ingat sampai saat ini. Kala itu, ketika hendak berangkat ke masjid, ibunya selalu membawakan kacang kapri goreng sebagai bekal. Jika bekal itu ketinggalan, sudah pasti Ghofirin tidak mau berangkat ke masjid Suatu ketika, bekal kacang yang dibawa jatuh berserakan di lantai masjid saat sujud.

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa

Selepas subuh. Setiap hari, dia ke mushola untuk mengaji. Sembari menunggu Pak Kyai dan temanteman lain, Ghofirin mengunakan waktu untuk menyapu dan membersihkan kaca mushala. Hal itu dia lakukan setiap hari dengan penuh kesabaran. “Ibu angkat (tante) saya yang selalu membangunkan dan mengantarkan ke mushola,” ingatnya. Ghofirin mengawali pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak, kemudian lanjut ke SDN di Desa Sungonlegowo dan SMPN di Kecamatan Bungah, dilanjutkan SMAN 1 di Kabupaten Gresik. Setiap hari, Ghofirin selalu mengawali aktivitas dengan sholat subuh dan mengaji sebelum berangkat ke sekolah. Siangnya, ia pulang, istirahat dan bermain sebentar, pada sore harinya. sekolah Agama (Diniyah), maghrib hingga isya diisi dengan salat dan mengaji, setelah isya belajar pelajaran sekolah. Sejak SD, Ghofirin termasuk siswa berprestasi. Dia selalu juara kelas dan menjadi ketua kelas. Saat SMP, dia bergabung dengan OSIS dan Pramuka. Di sanalah dia belajar organisasi, mengasah mental dan


INSPIRASI ALUMNI menyalurkan bakat retorika yang dimiliki. Pernah sekali event saat SMP, dia menjuarai beberapa lomba sekaligus, di antaranya lomba baca Alquran, lomba pidato, dan lomba adzan. Talentanya di bidang organisasi dan retorika berlanjut. Saat SMA, dia berhasil menjadi juara pidato. Gfofirin juga punya bakat fotografi. Bahkan, saat berlangsung even lomba foto, Ghofirin mampu menggondol juara lomba foto untuk dua kategori. Belajar organisasi memang hobinya. Sehingga dia aktif di OSIS, Pramuka, dan PMI. Nilai dalam mata pelajaran juga Alhamdulillah selalu masuk juara kelas, minimal 3 besar. Sebagaimana umumnya remaja, sepulang sekolah dia bermain bola bersama teman-teman. Setelah maghrib mengajar ngaji di musala. Namun demikian, sebagai seorang remaja kadang terbawa juga oleh arus pergaulan teman-teman. “Pernah suatu ketika, saat SMP saya diajak teman-teman keluar sekolah dan pergi mencari buah juwet di kebun. Tanpa saya sadari ternyata perbuatan itu tidak diperbolehkan, apalagi ternyata pohon juwet tersebut ada yang punya. Akhirnya, seluruh siswa yang terlibat, termasuk saya, dihukum dengan cara dijemur di terik matahari tanpa mengenakan baju,” ujarnya. Besar dalam Asuhan Tante Sejak kecil, Ghofirin ikut tante. Ia biasa memanggil tante dengan panggilan emak. Dalam asuhan emak inilah, Ghofirin tumbuh menjadi pribadi yang berbudi pekerti. Ketika berusia 4 tahun, Emak hidup sebagai single parent. Bapak angkatnya (om/ paklik) meninggal dunia. Emak sendiri bekerja sebagai penjual ikan segar hasil dari tambak, yang dijual dengan cara berkeliling desa dan berjualan di pasar. Bagi Ghofirin, Emak merupakan ibu yang sekaligus berperan sebagai bapak. Emak merupakan makhluk suci yang sangat berjasa bagi kehidupan dirinya.

Karena berprofesi sebagai penjual ikan keliling, Ghofirin terkadang harus tidur di pelabuhan kecil di desa, dengan hanya beralaskan karung dan bantal kain yang biasa dibuat alas kepala. Hal itu dia alami, ketika emak harus bermalam di pelabuhan karena menunggu para petambak selesai melakukan panen. “Demi mendapatkan ikan yang akan dijajakan keliling desa, emak rela mengantri di pinggir pelabuhan, sepanjang malam bersama saya di sampingnya,” tuturnya. Saat SMA, emaknya sudah mulai sakit-sakitan. Beliau sakit sesak nafas. Praktis, setiap hari harus mengonsumsi obat sesak nafas yang ada di pasaran demi menyambung hidup. Meski dalam kondisi sakit, emaknya masih berjualan ikan di pasar dan berkeliling desa. Pesan yang paling dikenang dari sosok Emak bagi Ghofirin adalah kalimat seperti ini“koen sekolah seng pinter yo nak, emak ndungakno mugomugo uripmu mbesok enak, nyambut gawe luweh enak tinimbang emak” (kamu sekolah yang pintar ya nak. Ibu mendoakan semoga hidupmu kelak bahagia, bekerja yang lebih baik dari pada pekerjaan ibu). Pesan itu, disampaikan berulangulang dengan berurai air mata saat sedang makan berdua atau emak baru selesai sholat dan berdoa. “Emak saya ditakdirkan tidak memiliki keturunan (anak) sehingga saya menjadi hiburan dan teman dalam kehidupannya,” jelasnya. Kuliah di IKIP Surabaya Menjelang EBTANAS (sekarang UN), Ghofirin mulai berpikir kira-kira nanti akan kuliah dimana. Dia juga sempat terpikir akankah melanjutkan kuliah atau langsung bekerja. Mengingat kondisi emaknya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Namun, dengan berbagai pertimbangan dan dorongan dari emaknya, akhirnya dia memutuskan kuliah. “Saya mengikuti tes UMPTN pada tahun 1998. Saya memilih Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ilmu Sosial. Saya tertarik di bidang ekonomi dan ingin menjadi guru, ,”

Majalah Unesa

BIODATA SINGKAT NAMA: M.Ghofirin TEMPAT, TANGGAL LAHIR: Gresik, 31 Agustus 1980 ALAMAT: Perum Griyo Taman Asri FD – 07 Taman Sidoarjo, Telp. 081-23156505 E-MAIL: ghofie.sby@gmail.com PENDIDIKAN: • S-2 Pendidikan Ekonomi Akuntansi Universitas Negeri Malang (Lulus 2013) • S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi Universitas Negeri Surabaya (lulus 2002) PROFESI: • Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNUSA (2015-sekarag) • Ketua HUMAS UNUSA (2015-sekarang) • Ketua Bidang 3 LPPM UNUSA (2015-sekarang) • Dosen Luar Biasa di Universitas Ciputra (2015 – sekarang) • Konsultan manajemen usaha toko dan usaha simpan pinjam di berbagai koperasi fungsional, koperasi karyawan, dan koperasi masyarakat di Surabaya (2005 – sekarang) • Instruktur Lembaga Pendidikan Koperasi – Dewan Koperasi Indonesia Daerah Kota Surabaya /LAPENKOP DEKOPINDA KOTA SURABAYA (2005 – sekarang) • Pengelola Koperasi Civitas Akademika UNESA (2003-sekarang)

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

23


INSPIRASI

ALUMNI

tuturnya. Saat masuk kuliah, Unesa masih bernama IKIP Surabaya. Tahun pertama kuliah, berubah menjadi Unesa. Selama kuliah, banyak hal yang sangat membekas dalam ingatannya. Mulai dari tempat tinggal saat kuliah sampai dengan kehidupan akademiknya di kampus. Sewaktu mengikuti OSPEK, dia tinggal di sebuah kos di jl. Ketintang PTT. Namun, karena tidak kerasan, dia akhirnya memutuskan pindah ke Komplek UKM Ju-Jitsu, kemudian pindah lagi ke komplek Masjid Unesa sebelum akhirnya tinggal di Asrama Mahasiswa Al-Mufidah (AMAM) bentukan teman-teman UKKI. Di Asrama yang beralamat di komplek Masjid Bureng, Karangrejo dia tinggal bersama teman-teman UKKI lainnya dan berlaku aturan ketat terkait pergaulan dan wajib mengaji kitab di sana. Sadar akan kemampuan ekonomi yang pas-pasan, Ghofirin memacu asa agar senantiasa berprestasi sehingga bisa mendapatkan

24

beasiswa. Dia mendapatkan Beasiswa Supersemar dan Beasiswa BBM. Selain mendapatkan beasiswa, Ghofirin juga aktif berjualan kaos ospek, busana muslim, dan barangbarang percetakan. “Saya juga aktif membantu pekerjaan dosen saya. Semua itu saya lakukan agar tidak putus kuliah dan bisa sampai tamat dengan baik. Alhamdulillah semua berjalan sesuai rencana dan saya bisa selesai tepat pada semester ke-8,” paparnya. Aktivis Organisasi Ghofirin dikenal sebagai sosok aktivis. Dia aktif ikut berbagai organisasi internal baik di HMJ, BEM, dan UKM. Selain itu, dia juga ikut kegiatan eksternal seperti di organisasi HMI, PMII, LDK, dan kegiatan organisasi lainnya. Saat demo ke Istana Merdeka, dia juga ikut bersama para aktivis seluruh Indonesia yang sebelumnya mendapatkan gemblengan di IPB Bogor. “Seru rasanya menjadi aktivis mahasiswa itu,” paparnya.

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa

Berbagai pengalaman yang diperoleh selama studi di Unesa menjadi bagian penting dalam perjalanan hidup dan kariernya. Memang kesuksesan bukan tujuan, Dia selalu berprinsip bahwa hidup ini yang penting berusaha selalu memberi manfaat bagi orang lain. Insyaallah kesuksesan akan bersama kita. “Dari sekian lama perjalanan hidup, saya akhirnya berhasil menemukan hasil pemikiran original (falsafah) saya, yaitu “orip iku ojo ngoyok, yo ojo emoh” “hidup itu jangan merebut, jangan juga menolak” artinya jalanilah hidup ini dengan apa adanya, tidak memaksakan diri untuk menuruti hawa nafsu dan obsesi duniawi, akan tetapi juga jangan menolak ketika mendapatkan amanah. Sebab mau menerima amanah merupakan berwujudan pemenuhan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi,” pungkasnya.n (RUDI UMAR)


KABAR SM3T

Menyapa Sumba Lagi:

UN Jujur OLEH Prof. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd.*

BERSAMA: Penulis (dua dari kiri) berfoto di sela kegiatan di Sumba Timur beberapa waktu lalu.

T

anggal 26 April 2016, pukul 07.15 waktu Waingapu. Saya dan Dr. Rita Ismawati, M. Kes, bersama tiga guru peserta Program SM-3T, Cholik, Zuhal, dan Isnu. Cholik adalah koordinator SM-3T Sumba Timur, alumni Program Studi PPKN Unesa. Pagi itu kami akan ke Lewa. Mengunjungi empat sekolah. Menemui kepala sekolah, guru, dan anak-anak sekolah. Tentu saja, dalam rangka monitoring dan evaluasi Program SM3T. Juga yang terpenting, memastikan 75 peserta SM-3T Unesa angkatan ke-5 berada dalam kondisi baik-baik saja Pukul 07.20, mobil kami bergerak dari Hotel Elvin, hotel tempat kami menginap. Menyusuri jalan-jalan berliku menuju Lewa, dengan pemandangan bukit-bukit dan padang sabana, seolah mengobati rindu saya pada Tanah Humba. Akhir 2014 yang lalu, saya berkunjung ke Sumba, untuk yang kesekian kalinya, dan melakukan

Andai waktu memungkinkan, ingin rasanya saya mengunjungi Salura, sebuah pulau berpenduduk para nelayan muslim itu. Namun saya harus menahan diri, dan membiarkan rindu pada Salura tersimpan rapi. Berharap semoga suatu ketika saya bisa menuntaskannya. perjalanan monev ke Pulau Salura, Kecamatan Karera. Sensasinya melaut bersama ‹orang gila› seperti masih saya rasakan sampai sekarang. Mengarungi samudera luas yang berbatasan dengan Australia itu, hanya dengan perahu nelayan, dan kami tidak berpelampung, dengan hujan deras menerpa hampir sepanjang satu jam perjalanan, sungguh pengalaman yang sangat mendebarkan. Kepala sekolah SMP Satap Salura, Pak Heri, hanya tersenyum saja ketika saya protes kenapa kami tidak disiapkan

Majalah Unesa

pelampung. Beliau hanya berujar, “tidak apa-apa, ibu, tidak apa-apa, aman.” Kami sebenarnya sudah tiba di Waingapu dua hari yang lalu. Hari pertama kami gunakan untuk berbincang dengan para peserta SM-3T di rumah kontrakan mereka di Waingapu. Oya, mereka memang sedang ada di kota, kecuali yang sekolahnya akan dikunjungi tim monev. Selain untuk mempermudah kami dalam menggali data monev, juga karena mereka sedang mempersiapkan acara seminar nasional yang akan digelar besoknya. Kemarin, acara seminar itu dihelat. Tempatnya di Aula SMA 1 Waingapu. Tema seminar adalah “Upaya peningkatan kompetensi guru di Kabupaten Sumba Timur.” Narasumbernya tentu saja saya, karena memang mereka memanfaatkan kehadiran saya dalam rangka monev. Narasumber kedua adalah kepala dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga (PPO) yang diwakili oleh sekretaris

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

25


KABAR

SM3T

dinas, Ruben Nggulindima, S.Sos, M. Pd. Seminar diikuti oleh sekitar 75 guru dari seluruh Kabupaten Sumba Timur. Pak Heri, kepala sekolah SMP Satap Salura itu, ada di antara para peserta seminar. Luar biasa bahagianya saya bertemu dengan ‘orang gila’ itu. Lakilaki asal Muncar, Banyuwangi, yang telah mengabdikan dirinya sebagai guru puluhan tahun di Sumba Timur itu tak kalah lebar senyumnya. Membuat rindu saya pada Salura membuncah. “Salam saya pada Salura, Pak Heri.” Kata saya. Andai waktu memungkinkan, ingin rasanya saya mengunjungi Salura, sebuah pulau berpenduduk para nelayan muslim itu. Namun saya harus menahan diri, dan membiarkan rindu pada Salura tersimpan rapi. Berharap semoga suatu ketika saya bisa menuntaskannya. Semalam kami juga masih sempat on air di Radio Max FM. Berbincang tentang Program SM-3T dan Pendidikan di Sumba Timur. Karena interaktif, obrolan tema tersebut jadi lebih gayeng karena ada pertanyaan dan komentar dari pendengar yang harus ditanggapi. Hari yang cukup padat tapi menyenangkan. Hari ini, kami mengunjungi beberapa sekolah di Kecamatan Lewa, yaitu di SDN Matawai Kurang, SMPN Satap Matawai Kurang, SMPN Satap Kangeli, SMPN Satap Praimarada, dan SMAN 1 Lewa Tidahu. Bertemu dengan beberapa kepala sekolah, guru, dan siswa. Mengobrol tentang keseharian mereka dan guru-guru SM-3T, tentang impian dan cita-cita mereka, juga bercanda bersama. Makan menu mi instan dan ayam goreng hasil masakan guru-guru SM-3T dan guru-guru setempat. Minum kelapa muda hasil petik para siswa. Melihat anak-anak sekolah yang sedang belajar dan bermain voli. Hampir sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Sekolah-sekolah yang kami datangi adalah sekolah yang kering. Tidak hanya kering dalam arti sebenarnya, karena kebetulan saat ini air sedang sulit. Namun juga kering inovasi, kreativitas, dan motivasi. Kekeringan itu nampak mulai dari pintu depan sampai ke kelas-kelas. Dindingdinding hanyalah dinding-dinding

26

Hampir sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Sekolah-sekolah yang kami datangi adalah sekolah yang kering. Tidak hanya kering dalam arti sebenarnya, karena kebetulan saat ini air sedang sulit. Namun juga kering inovasi, kreativitas, dan motivasi.

polos tanpa pajangan. Halaman yang luas dipenuhi tanaman yang tumbuh bukan karena ditanam, lebih banyak berupa tanaman liar. Jangan tanya seperti apa perpustakaan, ruang guru, dan bangunan lain seperti kamar mandi misalnya. Sebagian besar cukup memprihatinkan. Namun begitu, di beberapa sekolah, kami masih menemukan keceriaan dan semangat. Setidaknya ada guruguru SM-3T yang bertugas di sana, dan merekalah tumpuan harapan untuk memberi warna yang berbeda pada sekolah-sekolah tempat mereka bertugas. Menanamkan benih-benih semangat dan kecintaan pada ilmu, pendidikan dan kepedulian. Sumba Timur sesungguhnya berkembang dengan cukup pesat, setidaknya dengan perubahanperubahan yang saya lihat di Waingapu, kota kabupatennya. Akhir 2011 adalah kunjungan pertama saya ke Waingapu. Bersamaan dengan sosialisasi Program SM-3T yang waktu itu baru saja diluncurkan. Saat itu, Waingapu adalah kota yang sepi. Tidak banyak pertokoan dan tendatenda para penjual makanan. Hotel Elvin hanya memiliki belasan kamar. Di sekitarnya sepi-sepi saja. Mobil dan motor juga hanya sesekali melintas. Pusat keramaian ada di Taman Kota, dengan beberapa penjual es kelapa muda di sekelilingnya. Saat ini, setelah lima tahun berlalu, Waingapu telah menjelma menjadi kota yang cukup ramai. Tanah kosong di depan Hotel Elvin tempat kami menginap, kini telah dipenuhi dengan pertokoan. Swalayan ada di manamana, meski bukan swalayan waralaba semacam indomart dan alfamart. Penjual makanan bisa ditemukan di

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa

sembarang tempat, kebanyakan adalah penjual makanan dari Jawa, Madura, dan beberapa makanan Padang. Toko-toko fashion juga menjamur. Pendeknya, Waingapu bersolek, meski belum secantik kota-kota kabupaten di Jawa misalnya. Satu lagi perkembangan yang saya lihat, Sumba sudah banyak dikunjungi turis mancanegara. Ketika menumpang pesawat dari Denpasar kemarin, kami satu pesawat dengan belasan turis. Beberapa obyek wisata alam dan budaya telah banyak diunggah di dunia maya, dan dari sanalah salah satunya yang menarik turis datang mengunjungi Sumba. Namun begitu, di pelosok Sumba, keadaan tidak banyak berubah. Air menjadi barang langka dan ketiadaan listrik adalah hal biasa. Anak-anak dalam keadaan dekil dan kurang terurus. Makanan mereka setiap hari kebanyakan bubur dan sayur pucuk labu, sekali-sekali dengan lauk ikan kering. Orang-orang tua tak kalah dekilnya, dengan baju-baju sederhana yang menempeli tubuh mereka. Rumah mereka, kebanyakan beratap rumbai dan seng, dengan babi-babi dan anjing piaraan mereka berkeliaran. Menurut data, Sumba Timur, sebagaimana kabupaten lain di Nusa Tenggara Timur (NTT), sebenarnya tidak kekurangan guru. Rasio gurusiswa adalah 18. Masih normal. Namun memaknai angka rasio guru-siswa di kabupaten-kabupaten 3T tidaklah sesederhana itu. Sekolah-sekolah yang tersebar berjauhan jaraknya, dengan kondisi medan yang tidak mudah dan bahkan seringkali berbahaya, hanya diurusi oleh seorang kepala sekolah dan beberapa guru. Seringkali, sekolah yang ada, siswanya hanya dalam hitungan belasan. Sekecil apa pun jumlah siswa, kebutuhan guru pada dasarnya sama dengan sekolah yang jumlah siswanya besar, karena setiap mata pelajaran membutuhkan guru yang seharusnya sesuai dengan mata pelajaran tersebut. Menghitung kecukupan jumlah guru di daerah 3T hanya bertumpu pada rasio guru-siswa, sesungguhnya tidak banyak bermakna. Seperti itulah yang dikemukakan Sekdin PPO. Sangat rasional.


KABAR SM3T Belum lagi bila dikaitkan dengan fakta yang lain, misalnya kualifikasi guru. Banyak guru yang underqualified, juga mismatch. Guru yang belum S1 atau D4, dan guru yang mengajar bukan pada bidang yang sesuai dengan kompetensinya. Namun di antara begitu banyaknya masalah guru, bagi saya, yang paling memprihatinkan adalah etos kerja guru yang rendah. Kepala dinas, kepala sekolah, dan guru-guru, kebanyakan mengakui rendahnya etos kerja tersebut. Sepertinya hal itu sudah menjadi rahasia umum. Guru yang PNS, jarang ke sekolah atau bahkan mangkir dari tugasnya, banyak. Guru yang mengajar asal-asalan, tak terhitung. Guru yang mengandalkan kekerasan dalam mendidik siswa, sudah sangat lazim. Seringkali diperparah dengan rendahnya kepemimpinan kepala sekolah dan pejabat terkait yang lainnya, lengkap sudah penyakit komplikasi di sekolah-sekolah tersebut. Namun begitu, saya mulai melihat ada setitik harapan. Saat di seminar nasional tempo hari, sekdin PPO menyatakan, bahwa Sumba Timur memperoleh tingkat integritas baik saat UN tahun lalu. Artinya, tingkat kejujuran dalam UN dinilai baik. Meski skor UN siswa rendah, namun itu lebih baik daripada skor tinggi namun curang. Tentu saja saya sepakat dengan statemen sekdin. Meski ada keraguan dalam hati. Praktik kecurangan saat UN tidaklah sebersih itu, juga di Sumba Timur. Namun saya angkat topi dengan keberanian sekdin menyatakan bahwa kejujuran saat UN adalah lebih penting dari sekadar skor UN. Ini pernyataan yang baru sekali ini saya dengar dari pejabat di Sumba Timur, sejak sekitar lima tahun saya blusukan di kota tertinggal ini. Lebih membanggakan lagi, pernyataan sekdin tersebut ternyata ditindaklanjuti oleh para guru. Mungkin belum semua guru, namun beberapa hari setelah itu, saat UN digelar, beberapa guru menyampaikan pada saya, bahwa mereka melaksanakan UN dengan jujur. Beberapa status di media sosial mereka juga menampilkan status UN jujur

KENANGAN: Penulis berfoto bersama sekretaris Dinas Pemuda, dan Olah Raga (PPO), Ruben Nggulindima, S.Sos, M. Pd. Dan penulis saat menyampaikan materi dalam seminar pendidikan (bawah.

itu. Bagi saya, ini kemajuan luar biasa. Betapa membahagiakan mendengar kabar seperti ini. Harapan saya, Sumba Timur, juga kabupaten-kabupaten 3T lainnya di seluruh Tanah Air, mulai bangkit mengejar ketertinggalannya dengan cara-cara yang elegan. Kompetensi dan komitmen guru terbangun. Kepala daerah dan kepala dinas yang peduli dan menjunjung tinggi integritas. Orang tua dan semua komponen masyarakat bersinergi. Kalau tahun lalu kabupaten tertinggal di Indonesia masih 183 kabupaten, dan tahun ini tinggal 122 kabupaten, semoga pada tahun-tahun yang akan datang, semakin banyak kabupaten yang telah terentaskan dari ketertinggalannya dalam arti yang sebenarnya. Program-program afirmasi harus terus dilakukan supaya apa yang menjadi salah satu tujuan Nawacita yang telah dicanangkan oleh pemerintahan Jokowi-JK, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, dapat terwujud sesuai harapan.n

Majalah Unesa

Penulis adalah Tim Monev SM3T Unesa angktan ke-4 .

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

27


ARTIKEL

WAWASAN

BUDAYA LITERASI Oleh JAMZURI, S.PD.*

Finlandia memulai program literasinya dengan mengadakan kampanye membaca di perpustakaan-perpustakaan sekolah. Caranya, pemerintah melalui diknasnya mengadakan kerjasama dengan penerbitan buku dan koran agar masuk ke sekolahsekolah dan mengadakan kegiatan membaca koran dan buku sekaligus dengan pelatihan keterampilan membaca.

U

mat muslim seharusnya menjadi umat yang terbaik. Jaminan untuk menjadi yang terbaik itu syaratnya ialah membaca sebagaimana wahyu ALLah kepada Rasulullah yang pertama kali turun. Mengapa demikian? Seseorang yang hobi membaca akan mengalami perubahan yang begitu besar dalam hidupnya. Ia tidak hanya menjadi kaya wawasan, tetapi juga kaya hati. Bagi pelajar, semakin tinggi keterampilannya dalam membaca, semakin besar kemampuannya untuk mengembangkan bidang-bidang yang lain seperti, sain dan matematika. Dalam sambutannya, ketika mencanangkan “Gerakan Budaya Literasi Sekolah (GBLS)� 18 Agustus 2015 di Jakarta, Anis Baswedan menyatakan bahwa membaca akan menumbuhkan budi pekerti yang luhur bagi siswa. Sebabnya, pelajar yang gemar membaca akan menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan.

28

Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim seharusnya masyarakatnya gemar membaca

sehingga menghasilkan SDM berkualitas tinggi. Namun, hasil-hasil penelitian ilmiah mengenai kecakapan membaca, mutu SDM, dan kualitas pendidikan di Indonesia justru

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa

menunjukkan hal yang sebaliknya. Menurut Unesco (2012), tingkat literasi (baca budaya membaca dan menulis) bangsa Indonesia sangat memprihatinkan. Betapa tidak, jika dilihat dari indeks minat baca, nilainya 0,001. Artinya, setiap 1000 orang Indonesia hanya terdapat 1 orang yang memiliki kebiasaan membaca. Hasil publikasi ilmiah Unesco ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh PISA (Progamme for International Student Assesment). Hasil penelitian PISA mengenai kecakapan membaca, kemampuan Matematika, dan sain menunjukkan bahwa nilai ratarata siswa Indonesia sangat rendah. Demikian pula hasil sigi PIRLS (The Progres in International Reading Literacy Study) tentang kecakapan membaca pelajar Indonesia yang juga sangat rendah. Bagaimanakah sikap kita menyimak hasil publikasi


ARTIKEL WAWASAN tersebut? Santai saja atau malah tidak berbuat apa-apa? Tidak sekadar cerita dari guru-guru kita bahwa Jepang dan Amerika memiliki budaya literasi sangat tinggi. Faktanya memang demikian. Di dua negara tersebut hampir seluruh masyarakatnya gemar membaca. Di stasiun sambil menunggu kereta, di dalam bus, di pusat-pusat perbelanjaan, pendeknya di setiap kesempatan, mereka sempatkan waktu untuk membaca buku atau koran. Kebiasaan membaca masyarakat di Jepang, di Amerika, dan sebagian di Eropa di mulai dari keluarga. Hampir 100% keluarga di sana berlangganan koran. Bandingkan dengan negara kita. Kita akan sulit menemukan sebuah keluarga, dimulai dari orang tua dan anak yang memiliki budaya baca tinggi. Begitu sedikit keluarga yang memprioritaskan kebutuhannya untuk berlangganan koran. Dari artikel yang pernah saya baca, ada salah satu negara di Eropa, yaitu Finlandia yang bisa kita tiru bagaimana mereka berhasil mengembangkan budaya literasi kepada masyarakatnya juga pelajarnya. Finlandia memulai program literasinya dengan mengadakan kampanye membaca di perpustakaan-perpustakaan sekolah. Caranya, pemerintah melalui diknasnya mengadakan kerjasama dengan penerbitan buku dan koran agar masuk ke sekolah-sekolah dan mengadakan kegiatan membaca koran dan buku sekaligus dengan pelatihan keterampilan membaca. Selain media cetak, pemerintah Finlandia juga meluncurkan TV yang memproduksi progam pendidikan membaca dan menulis. Salah satu programnya, misalnya, Open Story. Siswa di sana diminta menulis cerita tak berakhir. Cerita yang terpilih kemudian dijadikan film TV berseri. Proyek besar Diknas Finlandia ialah Reading Finlandia yang diadakan tiap tahun sekali. Tujuan kegiatan ini menjadikan masyarakat Finladia gemar membaca. Kini berkat program

Setelah pencanangan GBLS oleh Mendikbud itu, aksi GBLS mewarnai kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, Bandung, dan Jogja. Geliat GBLS juga merambah ke Jawa Timur, seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. literasinya itu Finladia menjadi negara dengan kualitas pendidikan tertinggi di dunia (Indonesia berada di peringkat paling bawah) berdasarkan penelitian PISA 2003 terhadap siswa di 40 negara. Untuk meminimalkan ketertinggalan budaya literasi pelajar kita, rasanya tidak cukup jika hanya membebankan kecakapan membaca dan menulis kepada sekolah-sekolah. Makin berbahaya lagi jika kita merasa tidak punya tanggung jawab terhadap budaya baca dan tulis siswa karena merasa membaca dan menulis adalah urusan guru bahasa Indonesia saja. Penanganannya harus dilakukan dengan gerakan bersama antara pemerintah, pemangku pendidikan, sekolah, dan masyarakat. Angin segar! Alangkah gembiranya saya, ketika membaca berbagai media massa tentang gerakan budaya literasi sekolah (GBLS) yang dirintis Mendikbud 18/8 2015. Dijelaskan bahwa penerapan GBLS secara sederhana ialah adanya kegiatan membaca buku 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Setelah pencanangan GBLS oleh Mendikbud itu, aksi GBLS mewarnai kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Medan, Bandung, dan Jogja. Geliat GBLS juga merambah ke Jawa Timur, seperti Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik.

Majalah Unesa

Untuk mendukung GBLS itu, Dinas Pendidikan Sidoarjo, misalnya, bekerja sama dengan Jawa Pos melakukan aksi gerakan membaca serentak di Alun-Alun Sidoarjo (29/1). Aksi itu diikuti ribuan siswa dan masyarakat yang diikuti gerakan membaca serentak seluruh sekolah di Sidoarjo. Aksi serupa juga dilakukan Dinas Pendidikan Gresik. Mudah-mudahan aksi gerakan literasi tersebut tidak sekadar simbol dan komitmen belaka. Namun, ditindaklanjuti secara nyata di sekolah-sekolah, yaitu 15 menit pertama setiap hari untuk membaca sebelum pelajaran dimulai. Memang untuk mewujudkan budaya literasi di sekolah itu tidak mudah. Salah satu hambatannya ialah pengadaan materi buku bacaan. Akan tetapi, dengan kemauan dan dukungan dari pemimpin, saya pikir itu bisa dilaksanakan. Surabaya misalnya. Budaya literasi sekolah sudah berjalan. Banyak sekolah yang sudah menerapkan kebiasaan membaca dengan cara megawali pelajaran dengan membaca buku selama 15 menit. Begitu pula, budaya literasi terasa hidup di masyarakat. Kampanye pentingya membaca selalu dikoar-koarkan, pembangunan perpustakaan-perpustakaan, dan seminar menulis sering diadakan. Melalui tulisan ini setitik harapan saya ialah tumbuhnya budaya literasi di kalangan pelajar SMAN I Karangbiangun. Siapa tahu tulisan sederhana ini juga sampai di meja pemangku pendidikan di Kabupaten Lamongan sehingga GBLS segera dicanangkan.n *)Penulis adalah Alumni Unesa, Guru Bahasa Indonesia SMAN I Karangbinangun

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

29


SEPUTAR

UNESA

Pelantikan Ormawa se-FISH 2016-2017

P

ara pengurus ormawa selingkungan FISH yang terdiri atas DPM, BEM, HMJ dan HMP periode 2016-2017 serentak dilantik oleh Dekan FISH, Prof. Dr. Sarmini, M.Hum. Pelantikan dilakukan pada Kamis, 31 Maret 2016 di Aula Srikandi Gedung I6. Seluruh fungsionaris selingkung FISH tambak antusias mengikuti acara mulai dari pembukaan, pembacaan surat putusan, acara pelantikan oleh dekan hingga penandatanganan berita acara serah terima jabatan dari ketua ormawa periode 2015-2016 kepada ketua ormawa baru.

Muhammad Roihan, Ketua BEM FISH periode 2016 dalam sambutannya mengatakan, sesuai visi dan misi pada saat kampanye, dia berharap adanya kerja sama dari seluruh anggota agar menghasilkan program-program yang optimal, solutif dan sinergis. Menurutnya, keberhasilan organisasi tercermin dari sistem yang baik. Seluruh kalangan diharapkan dapat bekerja sama dengan baik untuk bersama dalam menyukseskan program kerja. “Keterampilan berorganisasi dan nilai akademik yang tinggi harus seiring sejalan. Sebab, sebagai perwakilan

mahasiswa para anggota ormawa harus dapat memberi teladan bagi mahasiswa lain,” paparnya Senada, Dekan FISH, Prof. Dr. Sarmini M,Hum mengungkapkan bahwa nilai akademik yang tinggi merupakan hal penting yang harus dimiliki para anggota ormawa selain keterampilan berorgainisasi. Sarmini berharap, para ketua ormawa beserta dosen pendamping kemahasiswaan masingmasing jurusan harus segera menyusun program kerja agar tidak ada kegiatan yang mendadak, melainkan sudah terorganisir dengan baik. “Bila saat monitoring ditemukan program kerja yang sama antar HMJ, tidak menutup kemungkinan dapat dijadikan satu acara dengan pengurus seluruh ormawa sebagai gawe besar FISH. Selain peringatan hari jadi FISH pada bulan Oktober,” terang Sarmini.n (ILMI)

Peringati Hari Kartini dengan Diskusi

D

iskusi umum bertajuk “Dimana posisi wanita saat ini?” menjadi salah satu alternatif bagi mahasiswa FISH untuk menyambut hari Kartini yang diperingati setiap 21 April. Diskusi yang diadakan pada Rabu, 19 April 2016 dilaksanakan di taman Geografi dan diikuti mahasiswa FISH dari berbagai jurusan. Yoki Armando, penggagas acara mengatakan, pembahasan mengenai emansipasi dan posisi wanita menarik dikaji, mengingat banyaknya pro dan kontra mengenai di posisi mana seharusnya wanita berada. Menurut Yoki, cara memperingati hari Kartini ini tidak hanya dilakukan dengan mengenakan kebaya dan membagi-bagikan bunga saja melainkan harus diisi dengan hal yang aplikatif, bukan sekedar simbolik belaka. Peringatan hari Kartini ini menjadi momentum yang

30

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

pas dalam membahas masalah emansipasi wanita dan kiprahnya di era modern. Pasalnya, banyak wanita yang tidak menempatkan diri sesuai dengan adat yang seharusnya dengan alasan beracuan pada emansipasi. Salah satu hal menarik yang dibahas dalam diskusi tersebut adalah mengenai budaya wanita timur yang telah memudar. Faktanya, di sosial media banyak ditemui wanita zaman sekarang yang tidak mencerminkan kebiasan wanita timur hanya demi mengejar eksistensi diri. “Jika ingin menjunjung emansipasi lebih baik, hendaknya mengetahui makna dan tujuan dari emansipasi yang sebenarnya. Bukannya berperilaku seperti kemauanya saja, namun tetap memperhatikan batasan dan norma budaya timur sebagai bangsa Indonesia,” imbuhnya.n (ILMI)

Majalah Unesa


SEPUTAR UNESA

Grand Juri Cipta Karya Boga

M

ahasiswa pendidikan Tata Boga Unesa menggelar acara Gelar Cipta Boga 2016 sebagai bentuk tugas akhir perkuliahan. Gelaran Cipta Karya Boga ini adalah ajang bagi mahasiswa angkatan 2012 untuk pamer skill memasak. Sebanyak 44 peserta terdiri atas masing-masing lima mahasiswa terlibat dalam acara bertema “Inovasi Hidangan Kontinental Berbasis Bahan Lokal” ini. Setelah tahapan pembuatan dari peserta, penilaian dan perbaikan oleh dosen tata boga Unesa beberapa minggu sebelumnya, pada Kamis, 21 Maret 2016 digelarl tahapan selanjutnya yaitu Grand Juri Cipta Karya Boga 2016 di Gedung Gema, Kampus Unesa Ketintang. Grand Juri Cipta Karya Boga merupakan tahapan dimana masakan mahasiswa dihidangkan dalam sebuah pameran untuk dinilai oleh juri yang didatangkan dari industri. Dua juri yang dihadirkan tahun ini berasal dari chef dan praktisi masakan Hotel Mercure dan Hotel Sheraton, Surabaya. Acara berlangsung pukul 08.00-12.00 WIB. Diawali dengan sambutan-sambutan, baru kemudian juri mendatangi meja demi meja untuk menilai hasil karya mahasiswa dari segi penampilan dan inovasi. Terakhir, juri mencicipi tiap masakan untuk menilai cita rasanya. Ada dua jenis masakan yang ditampilkan di ajang ini,

DINILAI: Juri sedang menilai hidangan yang disajikan peserta Gelar Cipta Karya Boga 2016 yang diikuti mahasiswa Tata Boga Unesa angkatan 2012.

yakni masakan awetan (seperti permen atau makanan instan) dan masakan kontinental (khas dari berbagai negara). Tomy, ketua pelaksana Cipta karya boga menyatakan, meski kedua jenis masakan itu produk dari berbagai negara, namun bahan dan isinya tetap mengusung citarasa lokal. “Misalkan dari spanyol ada wine. Kami berinovasi dengan membuat wine yang secara rasa sama dengan wine pada umumnya, tapi dengan bahan lokal Indonesia yaitu air tape,” terang mahasiswa S-1 Pendidikan Tata Boga itu. Setelah tahap penjurian, para mahasiswa akan mendapat nilai untuk mata kuliah tersebut. Masakan terbaik, pemenangnya akan diumumkan pada acara puncak Cipta Karya Boga.n (EMIR/DANANG)

Kuliah Tamu Konstruksi Sarang Laba-Laba

J

urusan Teknik Sipil Unesa bekerja sama dengan Yayasan IKA Bhakti Unesa mengadakan kuliah tamu Konstruksi Sarang Laba-laba Seri 3 di ruang sidang lt.2 gedung A1 Fakultas Teknik pada Jumat, 1 Mei 2016. Dosen tamu yang hadir adalah Ir. Ryantori dan Ir. Puguh Iryantoro. Sesuai dengan namanya, Konstruksi Sarang Laba-laba (KSLL) adalah pondasi dangkal kaku yang memiliki desain meyerupai sarang

laba-laba. KSSL sendiri ditemukan pada 1976 oleh Ir. Ryantori dan (Alm) Ir. Sutjipto. KSSL sudah didaftarkan paten pada tahun 1979. Menurut Ryantori, konstruksi pada umumnya bekerja secara individualis Sloof hanya menahan perbedaan penurunan pondasi, balok dinding hanya menahan beban dinding. Berbeda dengan pondasi KSLL yang secara bersama tanah, rib dan kolom menahan bangunan, sehingga secara teknis dapat menggantikan 25 jenis

Majalah Unesa

pekerjaan sub-struktural. KSLL juga diklaim memiliki keunggulan menahan gempa seperti pada gempa Aceh 9,3 SR dan gempa di Padang 8,4 SR. Terbukti, semua bangunan masih berdiri kokoh. Di antara bangunan yang sudah memakai KSLL adalah Gedung RRI, Supermarket VIDA, Rusunawa Urip Sumoharjo, Jatim expo, gedung statistic, dan masih banyak lagi. n(EMIR)

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

31


SEPUTAR

UNESA

Sosialisasi dan Pelatihan Pimnas

M

enyongsong Progam Kreativitas Mahasiswa Nasional (PIMNAS) 2017 yang adakan Direktorat Perguruan Tinggi (Dikti), Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) menyelenggarakan acara Sosialisasi dan Pelatihan Progam Kreativitas Mahasiswa FIP UNESA 2016 dengan tema Gerakan Sadar PKM pada 14 Maret 2016 di Gedung 05 Lidah Wetan. Kegiatan tersebut bertujuan mensosialisasikan Progam Kreativitas Mahasiswa kepada mahasiswa baru, khususnya angkatan 2015 dan umumnya kepada seluruh mahasiswa FIP dengan memberikan trik atau strategi mengenai hal apa saja

yang harus diperhatikan dalam pembuatan Progam Kreativitas Mahasiswa serta bagaimana cara membuat Progam Kreativitas Mahasiswa yang dapat lolos didanai DIKTI bahkan bisa masuk dalam PIMNAS 2017. Acara tersebut dihadiri 16 dosen dan sekitar 366 mahasiswa dari 7 jurusan yang ada di FIP. Narasumber yang dihadirkan adalah Wakil Dekan III Universitas Negeri Yogyakarta, Dr. Sujarwo, M.Pd. Dalam paparannya, Sujarwo, yang beberapa kali pernah menjadi juri pimnas ini memaparkan trik dan cara agar proposal lolos adalah dengan membuat Progam Kreativitas Mahasiswa yang tidak dipaksa

Studi Banding BK Unpar

P 32

ada 12 April 2016, prodi Bimbingan dan Konseling kedatangan tamu dari Universitas Palangkaraya untuk melakukan studi banding. Dari sekian universitas di Surabaya, Unesa menjadi satu-

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

dari pihak Fakultas melainkan dari diri mahasiswa sendiri. Selain itu, dari segi administrasi, tata tulis, dan kemitraan harus tetap menjadi perhatian karena menjadi bagian dari penilaian pihak juri. “Kebanyakan mahasiswa hanya fokus pada judul dan isi PKM dan mengabaikan sisi adminitrasi dan tata tulis,” paparnya. Dengan diadakannya sosialisasi ini, mahasiswa menjadi tahu dan lebih teliti dalam pembuatan PKM. Harapannya, tahun 2017, PKM Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya khususnya FIP yang didanai dikti dan bisa lolos dalam PIMNAS 2017 semakin banyak.n (AZIZ)

satunya yang dikunjungi. Rombongan Universitas Palangkaraya terdiri atas 35 mahasiswa dan 4 dosen BK. Acara dibuka dengan sajian tarian dari kedua belah pihak. Berlanjut sambutan dari PD 3, ketua jurusan BK Unesa, dan perwakilan dosen Universitas Palangkaraya. Kemudian, dilanjutkkan pemapaparan materi terkait dengan hipnotherapy, bimbingan kelompok, bibliotherapy, dan kebudayaan yang masing-masing disampaikan kedua belah pihak. Para mahasiswa terlihat sangat antusias dengan apa yang dipaparkan pemateri. Mereka bisa mendapatkan ilmu tambahan di luar perkuliahan. “Saya senang bisa melakukan studi banding di BK Unesa karena ini momen yang saya tunggu-tunggu. Ternyata, Unesa cukup baik dalam mendidik mahasiswanya,” jelas salah seorang mahasiswa Universitas Palangkaraya. Sementara itu, Marta, mahasiswa BK Unesa mengaku senang karena dapat kenalan baru dan sharing mengenai mata kuliah yang ada di BK UNPAR. n

Majalah Unesa


SEPUTAR UNESA

MPM Unesa Gelar Seminar Antikorupsi RESIMEN Mahasiswa (MENWA) 804 Universitas Negeri Surabaya menyelenggarakan upacara serah terima Jabatan Komandan Satuan Resimen Mahasiswa (SATMENWA) 804 Masa Bhakti 2016, pada Kamis 07 Maret 2016 di Auditorium Gedung P8 Fakultas Ilmu Pendidikan Unesa Lidah wetan. Hadir dalam acara tersebut, Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono,M.S, Pembantu Rektor III, dosen, dan karyawan serta lebih dari 100 tamu undangan mahasiswa dari berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Unesa dan Resimen Mahasiswa (Menwa) dari Unesa dan kampus lain di sekitar Surabaya. Setelah serangkaian acara dilakukan, serah terima jabatan SATMENWA dari komandan Lama yaitu Darmoko kepada Komandan Baru A. Reza Alfian. Serah terima dan pelantikan dilakukan langsung oleh Rektor Unesa, Prof. Dr. Warsono, MS. Dalam sambutannya, rektor secara pribadi bangga dan mengapresiasi UKM MENWA dan UKM lain. Menurutnya, semua

MAJELIS Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) Unesa menghelat seminar bertema “Membentuk Generasi Muda Bersih melalui Pendidikan Antikorupsi sesuai Amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)” pada Sabtu, 03 Maret

2016 di Auditorium G2, Fakultas Ekonomi Unesa kampus Ketintang. Seminar dihadiri Ketua KPK, Ir. Agus Raharjo MSM, Wakil Rektor III, Dr. Ketut Prasetyo, M.S, dan Dekan Fakultas Ekonomi, Dr. Anang Kistyanto, S.Sos., M.Si. Selain itu, lebih dari 350 mahasiswa baik dari Unesa maupun luar Unesa ikut menghadiri seminar tersebut. Ketua KPK, Agus Raharjo menuturkan bahwa kendala yang sering dihadapi di Indonesia adalah Korupsi, Narkoba, dan Efisiensi. Karena itu, Agus berharap kepada mahasiswa agar ikut berperan membentuk generasi muda Indonesia yang Antikorupsi. Seminar KPK ini adalah acara pertama kali yang dilaksanakan oleh MPM Unesa untuk lebih mengenalkan penyebab korupsi kepada para mahasiswa sebagai penerus bangsa. Setidaknya, melalui kegiatan itu, para mahasiswa sudah dikenalkan bagaimana mencegah tindakan korupsi sejak dini. n(SH/ML/PT)

SATMENWA 804 Unesa Ganti Komandan UKM punya karakteristik, tugas dan tanggung jawab serta memiliki keunikan berbeda-beda. “Walaupun mempunyai perbedaan, mereka juga mempunyai satu kesamaan yaitu sama- berupaya mengembangkan Unesa lebih Jaya lagi,” ujarnya. Khusus kepada Resimen Mahasiswa, Warsono mengucapkan terima kasih atas peran sertanya selama ini yang membantu berbagai kegiatan di Unesa.

Majalah Unesa

Sementara itu, A. Reza Alfian, komandan baru Satmenwa Unesa mengaku akan bekerja dengan disiplin dan penuh tanggung jawab. “Impian kami semua adalah membuat acara setingkat nasional dan tak lupa meneruskan tonggak perjuangan komandan lama,” ungkapnya. Senada, Darmoko, selaku Komandan lama Satmenwa Unesa yakin komandan baru dapat melaksanakan tugas-tugas dan cita-cita dengan baik.n (PUPUT/ANDINI)

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

33


CATATAN LINTAS

BINGUNG

Kebanjiran Informasi Oleh Muchlas Samani

B

uku berjudul The Organized Mind: Thinking Straigt in the Age of Information Overload, saya beli tahun lalu, tepatnya 25 Agustus 2015 sewaktu jalan-jalan sambil makan siang di Edinbrugh. Waktu itu saya bersama istri sedang mengunjungi si sulung dan diajak makan siang di suatu mall. Ketika akan membeli saya sudah baca bagian introduction-nya dan sangat menarik. Namun karena tersilap oleh kegiatan lain, buku baru saya baca beberapa hari lalu. Isinya sungguh menarik mirip dengan sekarang ini saya alami, yaitu bingung kebanjiran informasi. Tampaknya WA, BBM, Line, Facebook dan medsos lain telah menjadi media komunikasi yang sangat digandrungi banyak pihak. Hampir semua orang memakainya, mungkin karena murah meriah. Sebentar lagi mungkin tidak ada orang menelepun atau kirim sms, karena mahal. WA, BBM, Line sekarang sudah dapat untuk menelepun walaupun sambungannya belum terlalu bagus. Bahkan sudah bisa untuk video call, ngobrol sambil melihat wajah lawan bicara. Mungkin karena murah, orang tidak lagi berhitung ketika mengirim WA, BBM, Line dan upload di Facebook dan Instagram. Yang menyedihkan, kemudian banyak orang yang memanfaatkan medsos itu sekadar untuk ngerumpi, sekadar iseng atau posting hal-hal yang tidak bermanfaat. Tampaknya model jagongan atau begadang itu telah berpindah ke medsos.

34

Akibatnya banyak orang, termasuk saya kebanjiran informasi. Belum lagi undangan (invite) untuk bergandung pada grup yang terus berdatangan. Mau menolak dikira sombong, kalau diterima pesan yang masuk tidak ketulungan jumlahnya. Untung sekarang HP saya mute, sehingga hanya panggilan telepun yang memberikan getar. Namun toh ketika membuka HP, begitu banyak pesan yang masuk, baik WA grup, WA pribdadi, BBM grup, BBM pribadi, pesan lewat facebook, pesan lewat line dan sebagainya. Belum lagi jika ada iklan yang numpang lewat. Waktu kita jadi habis untuk melihat pesan-pesan seperti itu. Mau langsung membuang (delete) khawatir ada yang penting, mau memilihi menyita banyak waktu. Paling tidak kan harus membaca sekilas untuk dapat menyimpulkan penting-tidaknya pesan itu. Jika dalam sehari masuk 500 pesan dan setiap pesan perlu 10 detik, berarti kita kehilangan waktu 1,4 jam. Ternyata buku yang ditulis oleh Daniel Levitin pada tahun 2014 itu telah mensinyalir apa yang saya dan mungkin banyak teman mengalami sekarang. Medsos telah menjelma menjadi “jejaring liar� yang justru seringkali mengganggu. Jika semula kita berharap medsos dapat memberi keuntungan karena memudahkan kita mengirim dan mendapatkan informasi, sekarang justru banjir informasi itu yang membuat kita pusing.

| Nomor: 92 Tahun XVII - April 2016 |

Majalah Unesa

Pada era “tatap muka� kita dapat menghindari ngerumpi atau begadang yang tidak perlu. Namun di era medsos, begitu nomor HP kita dimiliki orang lain, orang itu dapat mengajak kita ngerumpi. Apalagi kalau kita menjadi anggota sebuah grup dan di dalamnya ada yang senang ngerumpi jadilah kita kebanjiran rumpian. Lebih lagi di facebook orang antah berantah pun dapat mengirim pesan kepada kita. Lantas bagaimana menghindarinya? Resep yang diajukan oleh David Levitin tidak sepenuhnya dapat kita terapkan. Memang prinsip bagaimana dengan cepat membuat simpulan yang diajarkan buku itu bermanfaat. Bagaimana cara kita menyaring informasi juga dapat kita gunakan. Yang tidak dapat kita terapkan adalah menghindari datangnya informasi yang tidak kita perlukan. Cara yang dianjurkan tidak tepat, karena kita berada di latar budaya berbeda. Budaya tutur pada kita tampaknya tidak diantisipasi oleh Daniel Levitin sehingga dia tidak mengajukan resep bagaimana mengatasinya. Selama ini saya tidak menemukan resepnya. Paling yang saya lakukan adalah melewatkan obrolan di grup, dengan keyakinan jika ada yang penting untuk saya pastilah yang bersangkuta mengirimkan pesan lewat WA atau BBM atau line pribadi.n (Blog: muchlassamani.blogspot.com)




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.