Arsitektur Hijau : Dahulu, Kini dan Nanti

Page 1

GREEN ARCHI TECTURE.

i t ’ sal labout

PAST

PRESENT

FUTURE


KKL KELOMPOK 02

GREEN ARCH PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02

PREFACE Dalam beberapa tahun terakhir, arsitektur hijau memiliki Konsep Arsitektur Hijau, juga dikenal sebagai "arsitektur berkelanjutan" atau "bangunan hijau". Pada awal abad ke-21 pembangunan sebuah bangunan mengonsumsi lebih dari setengah sumber daya dunia. Teori tersebut adalah ilmu pengetahuan dan gaya bangunan yang dirancang dan dibangun sesuai dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan. Untuk merancang, membangun, mengoperasikan dan memelihara energi bangunan, air dan material baru digunakan serta jumlah limbah yang menyebabkan efek negatif terhadap kesehatan dan lingkungan dihasilkan. Untuk membatasi efek ini dan merancang bangunan yang ramah lingkungan dan sumber daya; “Sistem bangunan hijau� harus diperkenalkan, diklarifikasi, dipahami dan dipraktikkan.Bertujuan untuk menyoroti isu-isu keberlanjutan yang sulit dan kompleks yang mencakup ruang lingkup hampir setiap aspek kehidupan manusia. Terdapat tantangan penting untuk masa depan, seperti mengambil pendekatan yang bertanggung jawab terhadap alam. Juga, ada pencarian pasokan energi ramah lingkungan yang mudah pada sumber daya dan iklim. Tantangan lebih lanjut adalah mencari sumber bersihair minum. Selain dari teknologi baru dan lebih efisien daripada yang ada saat ini. Arsitektur hijau berusaha untuk meminimalkan jumlah sumber daya yang dikonsumsi dalam konstruksi, penggunaan dan operasi bangunan, serta mengurangi kerusakan yang terjadi pada lingkungan melalui emisi, polusi, dan limbah komponen-komponennya.

PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02

VALIDATION Di Ajukan Sebagai Judul Laporan  Waktu Pelaksanaan Semester

: : : :

Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL Online) Green Architecture "Past, Present, Future" 18 April 2020 -19 Juni 2020 Tujuh (7)

DOSEN PEMBIMBING KKL

DOSEN KOORDINATOR KKL

Hermin Werdiningsih, Ir, M.T. NIP. 196010211990032002

M. Sahid Indraswara, S.T, M.T NIP. 197611102000121003

PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02

COMPOSER DOSEN KOORDINATOR MK KKL M. Sahid Indraswara, S.T, M.T DOSEN PEMBIMBING MK KKL Arnis Rochma Harani, S.T., M.T. Hermin Werdiningsih, Ir, M.T. Resza Riskiyanto, S.T., M.T. PENANGGUNG JAWAB Shania Ega Dewantari LAYOUTER Devita Sherly Andini S Fadilla Ananda Faried Mega Nur Farida Sania Mustika

Shania Ega Dewantari Sonia Egi Dewantari Tika Novita Sari

ANGGOTA PENELITIAN Agus SUkarmaji Alif Inarotul Ulya Annisa Rahmadiani Anzil Alaina Devita Sherly Andini S Fadilla Ananda Faried Intania Ayu Pramesthi Ike Rahmawati Khoirunnisa Indriani Khansa Annisa Labibah Lathifatur Roihah Mars Planet Merah

Mega Nur Farida Puspa Widya Robby Sukma Prayoga Sania Mustika Syadhan Azkiya Singgih Afriyan Rahmat Shania Ega Dewantari Sonia Egi Dewantari Tika Novita Sari Yolanda Putri Cahya S Zainal Abrar

PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02

CONTENT CONCEPT Vernacular Architecture Modern Architecture Contemporary Architecture PERFORMATIVE Energy Efficient Building High Performance Building Health Care Building Green City MATERIALITY Green Material Green Structure Green Construction GREEN ARCHITECTURE INDEX Future Green Index FUTURE GREEN

PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02

arranged by

VERNACULAR ARCHITECTURE Tika Novita Sari - Intania Ayu Pramesthi

PAST, PRESENT, FUTURE


THE PRINCIPLE OF VERNACULAR ARHITECTURE PART OF GREEN ARCHITECTURE

“Vernacular architecture is a generalized way of design derived from Folk Architecture, it uses the design skills of Architects to develop Folk Architecture”.(Bruce Allsopp - 1977:6) Dengan demikian Arsitektur Vernakular yang merupakan pengembangan dari Arsitektur Rakyat memiliki nilai ekologis, arsitektonis dan “Alami” karena mengacu pada kondisi ,potensi Iklim - Budaya dan masyarakat lingkungannya. (Victor papanek-1995: 113-138). Arsitektur dibangun untuk bisa menjawab kebutuhan Manusia, sehingga tidak dapat dilepaskan dari perkembangan Kebudayaan. Arsitektur itu sendiri adalah buah daripada Budaya (Mario Salvadori / Ruskin - 1974:12). Kebudayaan pada hakekatnya adalah manifestasi kepribadian masyarakat yang tercermin antara lain pada wadah aktivitas yang berwujud Arsitektur. Arsitektur Vernakular juga mengalami “perubahan dan pertumbuhan”, bukan saja karena dampak kemajuan teknologi tetapi juga adanya tuntutan sosio kultural yang menyangkut semua organisme kehidupan. Sudah barang tentu perubahan ini tidak dibiarkan bergerak semena mena ,tetapi akar” perubahan” hendaknya senantiasa dijaga oleh Tradisi. “Vernacular architecture is based on a knowledge of traditional practices”, karena Tradisi merupakan suatu proses turun temurun, suatu aktivitas mewariskan berbagai ketentuan, peraturan, adat, teknik dari generasi ke generasi (Abdullah Nuridin Durkee1987:12-13).

Aristektur vernakular secara umum telah memberi pelajaran pada kita tentang keberlanjutan atau penghematan energi yang sesungguhnya sudah mengaplikasikan sebagian besar dasar-dasar arsitektur hijau, jauh sebelum konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) di dengungkan. Sedangkan arsitektur hijau adalah sebagai berikut menurut beberapa ahli : Michael Bauer (2007), Green Building: Guiedebook for Sustainable Architecture; “Green buildings are buildings of any usage category that subcribe to the principle of a conscientioushandling of natural resources”.


Tri Harso Karyono (2014), Green Architecture; Pengantar Pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia; Arsitektur Hijau adalah; Arsitektur yang meminimalkan penggunaan sumber daya alam dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh bangunan terhadap lingkungan menjamin generasi mendatang dapat memanfaatkan bagi kehidupan kelak Berikut beberapa contoh vernacular architecture:

Jimmy Priatman, (2002), Jurnal: Energy Efficient Architecture, Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau; mendefinsikan Arsitektur Hijau adalah; Arsitektur yang berwawasan lingkungan dan berlandaskan kepedulian tentang konservasi lingkungan global alami dengan penekanan pada efisiensi energi (energy efficient), pola berkelanjutan (sustainable) dan pendekatan holistik (holistik approach).

Menurut jurnal e-ISSN: 2581-0960 p-ISSN: 2599-0497 menjelaskan karakteristik rumah minka Jepang sebagai salah satu contoh arsitektur vernakular: Rumah-rumah ini sudah ada sebelum akhir tahun 1800. Keindahan arsitektur minka terletak pada keharmonisan antara bentuk dengan bahan bahan bangunan yang dipergunakan seperti tanah, kayu, dan batu yang berasal dari pegunungan dan hutan-hutan yang berada di sekeliling rumah.Minka juga memiliki keanekaragaman gaya arsitektur bangunannya, terkait dengan tuntutan geografi setempat, iklim, dan industri. Sehingga setiap daerah di Jepang memiliki gaya arsitektur bangunan yang khas.

MINKAÂ IN NORTH JAPAN Minka di daerah Jepang bagian utara, pada umumnya memiliki bubungan terjal beratap jerami serta jendela kecil yang hanya ada di bubungan tersebut. Ini merupakan penyesuaian diri terhadap musim dingin yang panjang dan hujan salju yang banyak. Selain itu juga dirancang khusus untuk keperluan memelihara ulat sutra.


MINKAÂ IN SOUTH JAPAN Minka di daerah Jepang bagian selatan, pada umumnya terdiri dari sekelompok rumah-rumah yang relatif kecil, rendah dengan lantai yang ditinggikan agar memperoleh ventilasi semaksimal mungkin dan mengurangi bahaya tiupan angin taifun.

Adapun jenis bahan bangunan yang digunakan dalam pembangunan rumah Minka antara lain meliputi: Tanah liat yang dibakar untuk dijadikan genteng. Rumput jenis tertentu yang digunakan sebagai atap. Jerami yang dianyam untuk dijadikan tikar kasar yang disebut denagn mushiro, dan tikar khas Jepang yang disebut denagn tatami yang digelar di atas tikar kasar. Batu-batu yang digunakan hanya untuk fondasi rumah, tidak untuk dinding.

Balok kayu besar untuk tiang utama rumah dan rangka-rangka penting dari kerangka rumah. Kayu yang digunakan untuk dinding, lantai, langitlangit dan bubungan atap. Bambu yang digunakan untuk melapisis tempat tempat kososng diantara dinding kayu dan setelah itu dilapisis dengan tanah liat untuk dijadikan dinding rata.

The Sun does not realise how wonderful it is until after a room is made. - Louis Kahn


Di Selatan Burkina Faso, sebuah negara yang terkurung daratan di Afrika Barat, dekat perbatasan Ghana terletak sebuah desa kecil bernama Tiebele. Tempat ini merupakan rumah dari orang-orang Kassena, salah satu kelompok etnis tertua. Tiebele dikenal dengan arsitektur tradisional Gourounsi yang menakjubkan. Masyarakat setempat menghiasi setiap dinding rumahnya dengan lukisan etnik. Negara miskin di Afrika Barat, dan mungkin merupakan negara termiskin di dunia ini sangat kaya akan budaya. Peninggalan mereka, dekorasi dinding bangunan yang dikerjakan para wanitanya sejak abad keenam belas.

Orang-orang Kassena membangun rumah mereka seluruhnya dari bahan lokal seperti tanah, kayu dan jerami. Tanah dicampur dengan jerami dan kotoran sapi yang dibasahi agar membentuk dinding yang sempurna, sebagai pengganti batu bata.

Orang-orang Kassena membangun rumah mereka seluruhnya dari bahan lokal: tanah, kayu dan jerami. Tanah dicampur dengan jerami dan kotoran sapi yang dibasahi agar menjadi elastis sempurna, untuk kemudian dibuat permukaan dinding vertikal. Saat ini teknik ini digantikan oleh penggunaan dinding bata lumpur (molding) dengan pondasi menggunakan batu besar. Dinding lebih tebal dan rumah yang dirancang tanpa jendela kecuali untuk lubang kecil satu atau dua untuk membiarkan cahaya yang cukup untuk melihat keluar. Pintu depan hanya sekitar dua meter, yang menjaga dari sinar matahari dan membuat musuh sulit untuk menyerang. Atap dilindungi dengan tangga kayu yang mudah ditarik dan bir lokal (dolo) yang diseduh didalam rumah.


Setelah konstruksi pembangunan rumah selesai, kaum wanita membuat mural di dinding menggunakan lumpur berwarna dan kapur putih. Motif dan simbol yang baik diambil dari kehidupan sehari-hari, atau dari agama dan kepercayaan mereka. Setelah menghias dinding selesai, kemudian dengan hati-hati mereka memperhalus dengan batu, masingmasing warna mengilap dibuat secara terpisah sehingga warna tidak bercampur. Akhirnya, seluruh permukaan dilapisi dengan pernis alami Nere yang terbuat dari tanaman kacang polong yang dimasak , (pohon locust bean) Afrika. Desain ini juga berfungsi untuk melindungi dinding itu sendiri. Dekorasi biasanya dilakukan sebelum musim hujan agar melindungi dinding luar dari air. Menambahkan kotoran sapi, pemadatan lapisan lumpur, pengapian lapisan akhir, dan varnishing ulang dengan Nere semua ini akan melindungi bangunan selama cuaca basah dan memungkinkan rumah untuk bertahan lebih lama.


Bangunan-bangunan yang ada pada masa Mesir Kuno dapat dibedakan ke dalam dua jenis. Yang pertama adalah bangunan untuk kediaman masyarakat Mesir Kuno. Yang kedua adalah bangunan untuk kepentingan religius. Bangunan yang berfungsi sebagai kediaman masyarakat terbagi menjadi bangunan untuk kaum elit pemerintahan dan bangunan untuk kaum pedagang dan pekerja. Bangunan kaum elit memiliki dekorasi berupa hiasan pada tembok dan lantai. Hiasan tersebut merupakan gambar pemandangan yang indah. Masyarakat Mesir Kuno memiliki kepercayaan yang salah satunya adalah keterpisahan antara tubuh dan jiwa. Kepercayaan ini memiliki dengan keterpisahan tubuh dan jiwa setelah terjadi kematian dan terjadinya kehidupan baru setelah kematian. Kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan spiritual, atau jiwa yang teteap hidup setelah terpisah dengan tubuh. Kepercayaan ini menyebabkan masyarakat Mesir Kuno mengabadikan tubuh yang sudah terpisah dengan jiwa sebagai bentuk tempat tinggal jiwa. Proses pengabadian ini dikenal dengan proses mumifikasi. Pada masa Mesir Kuno, firaun atau raja dipercaya sebagai perantara dewa dengan manusia. Kepercayaan masyarakat Mesir Kuno inilah yang menyebabkan adanya prioritas dalam mumifikasi Firaun. Sehingga pemerintahan Mesir Kuno membangun makam-makam Firaun dengan batu. Hal ini bertujuan agar rumah bagi jiwa Firaun menjadi abadi.

Pada awalnya para pembangun memiliki keterbatasan dalam sistem teknologi mereka. Hal ini menyebabkan pembangunan makammakam Firaun bersifat rumit dan terstruktur. Kuil-kuil tertua yang tersisa, spserti terletak di Giza, terdiri dari ruang tunggal tertutup dengan lembaran atap yang berdiri karena pilar. Pada zama kerajaan Mesir Baru, para pembangn menambahkan pilon atau halaman terbuka, serta ruangan yang bergaya hypo. Gaya ini bertahan hingga masa kejayaan Romawi dan Yunani Kuno. Arsitektur makam tertua yang berhasil ditemukan adalah mastaba. Mastaba berbentuk persegi panjang dengan atap datar yang terbuat dari batu-bata. Struktur ini biasanya terbangun untuk menutupi ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan mayat.

Menurut John Wiley and Sons 1996, Karena terbatasnya kayu, bahan bangunan yang paling banyak digunakan di Mesir Kuno adalah bata lumpur dan batu, terutama batu kapur, tetapi kadang-kadang batu pasir dan granit juga digunakan.


IN THE END VERNACULAR IS

Arsitektur vernakular digambarkan sebagai arsitektur yang didasarkan pada kebutuhan lokal, ditentukan oleh ketersediaan bahanbahan khusus asli daerahnya dan mencerminkan tradisi dan praktik budaya setempat. Secara tradisional, studi arsitektur vernakular tidak melibatkan arsitek dengan sekolah formal, tetapi sebaliknya keterampilan desain dan tradisi pembangun lokal, yang jarang diberikan atribusi untuk pekerjaan itu. Namun saat ini, arsitektur vernakular telah diperiksa oleh para perancang dan industri bangunan dalam upaya untuk lebih sadar terhadap energi dengan desain dan konstruksi kontemporer, bagian dari minat yang lebih luas dalam gaya desain sustainable. Secara umum arsitektur vernakular sejak dari zaman dahulu telah menerapkan prinsi-prinsip arsitektur hijau. Hal ini dapat kita lihat pada arsitektur vernakular rumah tradisional di Jepang, Afrika, dan Eghypt. Arsitektur vernakular menonjol dengan nilai yang tinggi pada aspekaspek konsumsi energi yang rendah, penggunaan energi terbarukan, penggunaan material terbarukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan ciriciri arsitektur vernakular secara umum sebagai berikut : Lokal dan Kontekstual (Menyesuaikan iklim) Menggunakan material yang tersedia di lokasi Menggunakan tukang lokal untuk mendapatkan hasil yang optimal Program ruang menyesuaikan dengan kondisi di lokasi Bentuk/keluaran tetap mencerminkan kebudayaan setempat


GREEN ARCHITECTURE APPROACH THROUGH VERNACULAR ARCHITECTURE Manusia dari waktu ke waktu menghadapi kenyataan bahwa populasi manusia akan terus bertambah dan sebaliknya sumber daya alam semakin menyusut. Dikhawatirkan suatu saat manusia akan sampai pada titik dimana sumber daya alam tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan akan kualitas hidup yang lebih baik mendorong manusia untuk lebih konsumtif terhadap penggunaan energi. Sementara sisi lain bumi memiliki keterbatasan dalam menyuplai sumber daya alamnya serta terbatas dalam kemampuan menampung limbah, sampah dan polutan lainnya. Kondisi ini menimbulkan permasalahan alam, lingkungan serta mengancam kehidupan manusia saat ini maupun generasi mendatang. Oleh sebab itu mulai dari sekarang perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk penghematan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup. Kesadaran ini dalam dunia arsitektur memunculkan pergerakan Arsitektur Berkelanjutan atau Arsitekrtur Hijau yaitu sebuah konsep dan terapan dalam bidang arsitektur khususnya lingkungan binaan yang mendukung keberlanjutan sumber daya alam agar dapat bertahan lebih lama dan melestarikan lingkungan hidup yang sehat bagi manusia. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam ragam etnis dan budaya, terbentuk dari beberapa pulau besar dan kecil yang mengahasilkan berbagai ragam karya budaya masyarakat. Pulau sumatera, jawa, sulawesi dan lain sebagainya telah menghasilkan berbagai ragam budaya salah satunya adalah di bidang karya arsitektur, yaitu arsitektur vernakular. Arsitektur vernakular lahir dalam ekosistem budaya yang matang dan stabil dalam jangka panjang. Menurut Guy, et al (2001:141), salah satu logika pendekatan dalam arsitektur berkelanjutan adalah Eko Budaya (Eco-Cultural). Dalam pendekatan ini sumber pembelajaran tentang keberlanjutan adalah bangunan-bangunan rumah vernakular, yang terbukti telah teruji oleh waktu dan perubahan jaman. Dengan demikian pengalaman masa lalu menjadi panduan untuk masa depan dalam berarsitektur yeng berkelanjutan. Arsitektur yang meminimalkan pengurasan sumber daya alam dan meminimalkan dampak buruk terhadap alam, lingkungan dan manusia. Sebagai contoh pembelajaran dari arsitektur vernakular adalah penghematan energi. Salah satu pengguna sumber daya alam fosil adalah konversi bahan bakar minyak menjadi energi listrik. Sedangkan konsumen tertinggi dari energi listrik hasil konversi tersebut adalah industri, transportasi dan arsitektur. Bidang arsitektur setiap tahunnya rata-rata mengkonsumsi 30% dari total energi listrik dunia (ESDM, 2012:1 dalam Harysakti, Ave, dkk, 2014).


Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan pengalaman (trial and error), menggunakan teknik dan material lokal serta merupakan jawaban atas setting lingkungan tempat bangunan tersebut berada dan selalu membuka untuk terjadinya ransformasi (Mete, 1990). Istilah arsitektur vernakular pertama kali diperkenalkan oleh Bernard Rudofsky pada tahun 1964 dalam sebuah pameran yang bertema Architecture without Architect yang digelar di Museum of Modern Art (MoMa). Istilah ini digunakan oleh Rudofsky untuk mengklasifikasikan arsitektur lokal yang umumnya berupa hunian yang ditemukannya di berbagai tempat di dunia. Sejak itu istilah arsitektur vernakular dikenal dengan arti arsitektur tanpa arsitek (Mentayani, dkk, 2012). Menurut Wikipedia, The Free Encyclopedia (2016),

Good architecture is like a good therapy session, a good marriage, a good poem – gently and almost invisibly allowing you to be you, as flawed and as beautiful as you are. - Robert Sullivan Vernakular berasal dari kata vernacullus yang berarti lokal, pribumi. Arsitektur Vernakular sendiri adalah arsitektur yang terbentuk dari proses yang berangsur lama dan berulang-ulang sesuai dengan perilaku, kebiasaan, dan kebudayaan di tempat asalnya. Menurut Victor Papanek (1959), Arsitektur Vernakular memiliki nilai ekologis, arsitektonis dan alalmi karena mengacu pada kondisi, potensi iklimBudaya dan masyarakat lingkungannya. Aristektur vernakular secara umum telah memberi pelajaran pada kita tentang keberlanjutan atau penghematan energi yang sesungguhnya sudah mengaplikasikan sebagian besar dasardasar arsitektur hijau, jauh sebelum konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) di dengungkan. Di Indonesia dapat kita jumpai beberapa peninggalan arsitektur vernakular yang masih berdiri kokoh hingga saat ini, arsitektur vernakular Nagari Sijunjung misalnya atau Kampung Naga, Kampung Sade dan Waerebo adalah bukti nyata.


NAGARI SIJUNJUNG

Nagari Sijunjung berada di Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat. Tepatnya sekitar enam kilometer dari Muaro Sijunjung, ibu kota kabupaten atau sekitar 122 kilometer dari Padang. Nagari Sijunjung merupakan salah satu contoh perkampungan adat tradisional yang dibangun atas dasar konsep pembentukan nagari yang dimiliki oleh Minangkabau. Suatu daerah dapat disebut dengan nagari apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: ·Basosok bajurami (mempunyai daerah dan batas daerah), Bapandam bapakuburan (adanya pemakaman tempat menguburkan jenazah), Balabuah batapian (memiliki jaringan jalan dan sungai tempat mandi), Barumah tanggo (mempunyai rumah tempat tinggal, dalam hal ini berupa rumah gadang), Bakorong bakampuang (adanya ikatan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya), Basawah baladang (mempunyai sawah dan ladang), Babalai bamusajik (memiliki tempat pertemuan dan tempat ibadah dalam hal ini masjid (Fauzan Amril)


Bangunan rumah gadang yang terhimpun dalam satu kawasan di nagari sijunjung ( jorong padang ranah, tanah bato) merupakan warisan budaya dengan nilai penting yang uar biasa, memasuki perkampungan adat seakan menginjakkan kaki pada waktu beberapa abad silam. Kampung ini mewakili wajah minangkabau yang sebenarnya, penawar rindu pelipur lara dari mulai langkanya rumah gadang dinegeri bundo kanduang ini. Menghidupkan kembali Minangkabau tempo dulu menjadikan portal masa lalu terbuka lebar. Dalam kawasan seluas 157,1 hektare itu, tak banyak nagari di Minangkabau yang masih punya banyak rumah gadang tua seperti Sijunjung. Di kawasan Kampung Adat Nagari Sijunjung terdapat 76 rumah gadang yang tersusun linier dipinggir jalan. Rumah-rumah itu dihuni oleh masyarakat setempat dari enam suku: Chaniago, Piliang, Malayu, Tobo, Panai, dan Malayu Tak Timbago. Rumah-rumah gadang itu berjejer rapi di sisi kiri dan kanan jalan yang memiliki lebar sekitar enam meter, dengan macam tanaman bunga di halamannya. Berusia tua, namun rata-rata bangunan tampak berdiri kokoh dengan berbagai ukuran. Berbeda dengan kawasan Seribu Rumah Gadang di Solok Selatan, Kampung Adat Nagari Sijunjung lebih rapat, jarak antara rumah dengan rumah lainnya di nagari ini tidak terlalu berdekatan. Dari segi bentuk bangunan, arsitektur rumah gadang di Kampung Adat Nagari Sijunjung merupakan tipe rumah gadang yang tergolong lebih kecil. Konsep bangunannya dibangun dalam bentuk persegi panjang dengan jumlah ruang dari empat hingga lima ruang, jumlah ruang menentukan jumlah keluarga dan satu ruangan khusus untuk pangulu. Segi atap pun juga beragam mulai memiliki dua, empat hingga lima gonjong. Penambahan teras (beranda) di bagian depan rumah gadang, merupakan perkembangan dari rumah gadang daerah Luhak. Sedangkan untuk pintu masuk ke rumah gadang, kebanyakan berada di posisi tengah bangunan.


Penambahan teras (beranda) di bagian depan rumah gadang, merupakan perkembangan dari rumah gadang daerah Luhak. Sedangkan untuk pintu masuk ke rumah gadang, kebanyakan berada di posisi tengah bangunan. Kebanyakan material yang digunakan pada bagunan tradisional Minangkabau adalah kayu. Secara tradisional, pengambilan bahan-bahan bangunan dilakukan di hutan atau di ladang yang secara sengaja ditanam. Bahan ini dipilih sesuai dengan kriteria yang baik untuk bahan bangunan, seperti pohon yang tumbuh dengan sempurna akan memiliki kualitas kayu yang baik. Selain kayu, bambu merupakan tanaman yang memiliki fungsi fisik yang digunakan sebagai dinding pada bangunan. Sementara itu, atap bangunan yang berbentuk gonjong menggunakan material yang mudah dilengkungkan seperti bambu untuk nok dan reng-reng atap. Penutup atap berupa ijuk, yakni serat kasar warna hitam yang berasal dari batang pohon aren. Ijuk disusun menggunakan teknik ikatan, yakni diikatkan dengan tali rotan pada reng-reng bambu. Atap ijuk terbukti dapat bertahan selama puluhan tahun selama mendapatkan pemeliharaan yang tepat. Selain ijuk, terkadang penutup atap menggunakan rumput sejenis alang-alang. Namun, saat ini penggunaan material tradisional sudah tergantikan dengan seng. Hal ini dikarenakan material tradisional membutuhkan waktu lama dalam proses pembuatannya dan semakin sedikit orang yang mampu merakitnya Pondasi bangunan tradisional Minangakabu hanya berupa batu pipih yang diletakkan di atas tanah. Pondasi menjadi tempat berpijak setiap tiang. Tiang atau disebut tonggak tidak ditanam ke dalam tanah. Oleh sebab itu, kayu yang dipilih untuk tiang merupakan kayu yang kuat Untuk dinding, material yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu papan dan anyaman bambu yang disebut sasak bugih. Material papan terdapat pada bagian dinding yang diukir, sedangkan sasak bugih terdapat pada bagian dinding bangunan yang tidak diukir. Sasak bugih dapat berfungsi sebagai penahan angin karena sifatnya elastis.


Untuk lantai, material yang digunakan adalah palupuah, yakni bambu yang telah dipecah. Namun, saat ini penggunaan palupuah mulai digantikan oleh papan dari kayu surian atau kayu dari pohon kelapa. Dari deretan 76 rumah gadang di Kampung Adat Nagari Sijunjung, tidak ada satupun bangunan rangkiang berdiri. Padahal, biasanya rangkiang ada di depan halaman rumah gadang sebagai tempat penyimpanan padi hasil panen. Namun, masyarakat dari enam suku di Kampung Adat Nagari Sijunjung memilih menyimpan padi hasil panennya di bawah lantai rumah yang ditinggikan. Tempat ini berada di sisi sudut kanan dalam ruang utama yang disebut balero. Padi hasil panen itu dimasukkan di bawah lantai kemudian ditutup dengan tikar. Tumpukan padi itu kadang juga sebagai pengganti kasur. Bahkan, konon katanya, apabila tidur di atas tumpukan padi bisa sebagai terapi kesehatan. Keindahan dan sejarah yang ada di Kampung Adat Nagari Sijunjung membuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menetap sebagai kawasan cagar budaya nasional. Pada tahun 2015, Perkampungan Tradisional Nagari Sijunjung masuk dalam daftar tentatif warisan dunia UNESCO. Lolosnya perkampungan adat menjadi cagar budaya nasional dikarenakan nilai-nilai penting yang dipunyainya. Rumah gadang merupakan salah satu wujud budaya materil dan menjadi kebanggaan masyarakat Minangkabau, rumah bukan hanya terbatas sebagai tempat hunian namun merupakan pencerminan sistem matrilineal yang mereka anut serta simbol rasa kebersamaan, kegotong royongan, demokrasi dan sekaligus sebagai identitas sebuah kaum serta kepenghuluan yang melekat di dalamnya


KAMPUNG NAGA

Kampung Naga terletak di Tasikmalaya, Jawa Barat, tepatnyaberadadi wilayah Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat yang merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sangat kuat dalam memegang adat istiadat peninggalan leluhurnya, yaitu Sunda. Pemukiman Kampung Naga terletak di lereng bukit. Hal tersebut menjadikan nama Kampung Naga, Na– Ga merupakan penggalan kata yang diambil dari bahasa sunda yaitu kata Na yang berarti berada, sedangkan Ga diambil dari kata gawir, yang berarti lereng atau tebing. Sehingga Kampung Naga berarti kampung yang terletak di lereng. Dengan batas wilayah di sebelah barat dibatasi oleh hutan keramat yang di dalamnya terdapat makam leluhur masyarakat Kampung Naga. Di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh Sungai Ciwulan yang sumber airnya berasal dari Gunung Cikuray di Kabupaten Garut. Luas kampung sekitar 1,5 hektare, sebagian besar digunakan untuk perumahan, pekarangan, kolam, dan sawah.


Bentuk pola tata ruang kawasan permukiman Kampung Naga terbagi dalam tiga kategorisasi kawasan yaitu: Kawasan Suci, suatu kawasan yang tidak boleh dikunjungi sembarang orang; Kawasan Bersih, adalah tempat permukiman masyarakat Kampung Naga; dan Kawasan Kotor, adalah daerah yang permukaan tanahnya lebih rendah. Arsitektur Kampung Naga lahir dari pemahaman atas konteks lingkungan alam dan sosial setempat. Pola tata ruang, proporsi dan hirarki yang diterapkan dalam arsitektur Kampung Naga merupakan cerminan religi, filosofi dan sikap hidup masyarakat Kampung Naga. Secara umum konsep dasar rancangan arsitektur tradisional masyarakat Kampung Naga adalah menyatu dengan alam. Alam merupakan sebuah potensi atau kekuatan yang mereka hormati dan dimanfaatkan secara tepat di dalam kehidupan sehari-hari.. Keunikan kampung ini terlihat dari bentuk dan konstruksi bangunan. Ornamen rumah dibuat seragam, mulai dari bahan sampai pada potongan bangunan dan arah menghadapnya. Rumah-rumah itu tersusun berderet sejajar dan tertata dengan rapi. Kondisi ini berbeda jauh dengan Kampung Naga Luar yang jaraknya sekitar 100 meter, dimana hampir seluruh bangunannya telah menggunakan dinding tembok dan genting. Jumlah bangunan yang terdapat disana berjumlah 113 bangunan, yang terdiri dari 110 bangunan rumah tinggal dan 3 bangunan khusus, diantaranya bale pertemuan, lumbung padi, dan masjid yang letaknya sejajar menghadap ke arah timur-barat. Sedangkan bangunan rumah penduduk berdiri berjajar menghadap utara-selatan.


Bangunan rumah berupa panggung berbentuk empat persegi panjang. Desain arsitektur dan interiornya sederhana, namun tertata apik, sehingga sirkulasi udara dan cahaya cukup baik masuk ke dalam ruangan. Seperti rumah adat sunda lainnya, rumah tinggal di Kampung naga terdiri dari Ruangan depan(tepas/emper), Ruangan samping kamar (pangkeng)Ruangan tengah (tengah imah/petengahan), dan ruangan belakang yang terdiri dari tempat menyimpan beras, yang disebut Goah dan dapur (pawon). Pola ruangan dibagi dua petak, di antaranya petak pertama yaitu ruang tengah dan petak kedua terdiri dari dapur, gudang (goah), dan kamar. Hal itu juga terlihat dari muka rumah yang terdiri dari dua pintu, satu pintu yang langsung ke ruang tengah dan yang satunya lagi pintu dapur. Bahan bangunan yang digunakan di antaranya terbuat dari kayu, bambu, daun nipah, dan ijuk atau alang-alang. Rangka bangunan terbuat dari kayu. Daun nipah dan ijuk digunakan untuk bagian atap Bentuk atap pada arsitektur rumah tinggal di kampung Naga menggunakan bentuk atap Julang Ngapak. Bentuk atap julang ngapak adalah bentuk atap yang melebar di kedua bidang sisinya menyerupai sayap dari burung julang yang sedang merentang. Jenis kayu yang digunakan berupa pohon yang tidak mengandung getah, seperti Albasiah. Sedangkan untuk daun pintu dan kusen menggunakan kayu manglid. Alasannya karena kayu dari tanaman yang mengandung getah mudah dimakan rayap dan lapuk. Bahan yang digunakan untuk bagian ruang tengah rumah hampir semuanya terbuat dari kayu seperti pada dinding bagian luar danl antainya. Namun, untuk dinding bagian dalam, semuanya menggunakan anyaman bambu (bilik).


Sedangkan untuk dapur lebih banyak menggunakan bambu, baik dari dinding maupun lantainya. Anyaman bambu secara vertikal dan horizontal atau biasa disebut bilik sasag digunakan bagian muka. Alasannya, agar saat memasak, asap dapat cepat keluar dari ruangan. Selain itu, bila terjadi bencana kebakaran, dapat dilihat orang yang lewat dari luar. Tak hanya itu, lantai untuk dapur pun menggunakan belahan bambu (palupuh). Alasannya agar mudah dibersihkan. Bila ada makanan yang tercecer, bisa langsung dibuang ke bawah, di mana tempat tersebut dijadikan kandang ternak. Bahan untuk menopang bangunan, pondasi rumah terbuat dari batu yang terpasang sejumlah titik. Batu yang digunakan berupa batu papas berukuran 20 x 60 sentimeter. Elemen interior yang mengisi ruang dibuat dengan konsep tradisional. Semua bangunan yang ada di Kampung Naga tidak diperbolehkan menggunakan listrik, maka untuk penerangan pada malam hari, warga menggunakan alat penerangan tradisional yaitu cempor yang berbahan baku minyak tanah. Sedangkan untuk siang hari, pencahayaan alami yang berasal dari cahaya matahari masuk ke dalam rumah, melalui bukaan jendela, maupun dari bagian lubang di atap yang di tutup oleh material transparan sehingga cahaya matahari dapat masuk. Selain pencahayaan yang cukup baik, kualitas udara di dalam rumah pun sangat baik, dikarenakan udara yang masuk dan udara yang keluar tersalur dengan baik melalui konsep desain panggung pada rumah, material dinding berupa anyaman bambu sehingga ada celah tempat keluar masuknya udara, desain pintu yang juga menggunakan anyaman, dan terdapat juga lubang-lubang ventilasi yang berada di bagian dinding atas rumah. Namun, meski begitu, ada di antara sebagian masyarakat yang memiliki televisi. Mereka menggunakan accu sebagai energinya.


KAMPUNG SADE Dusun Sade tepatnya berada di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Dusun Sade dapat mewakili untuk disebut sebagai Desa Wisata di NTB, layaknya Desa Wisata di daerah lain. Sebab, masyarakat yang tinggal di dusun tersebut semuanya dalah Suku Sasak. Mereka hingga kini masih memegang teguh adat tradisi. Bahkan, rumah adat khas Sasak juga masih terlihat berdiri kokoh dan terawat di kawasan ini. Suku Sasak adalah penduduk asli dan mayoritas di Pulau Lombok, NTB.. Pembangunan rumah adat Suku Sasak sebenarnya mengandung nilai-nilai kearifan lokal dimana bahan bangunan seperti kayu dan bambu didapatkan dari lingkungan sekitar.  Kearifan itu berkembang dan berlanjut secara turun-temurun.

Atap rumah tradisional Sasak didesain sangat rendah dengan pintu berukuran kecil, bertujuan agar tamu yang datang harus merunduk. Sikap merunduk merupakan sikap saling hormat menghormati dan saling menghargai antara tamu dengan tuan rumah. Arah dan ukuran yang sama rumah adat Suku Sasak menunjukkan bahwa masyarakat hidup harmonis. Sedangkan undak-undakan (tangga) tingkat tiga mempunyai pesan bahwa tingkat ketakwaan ilmu pengetahuan dan kekayaan tiap manusia tidak akan sama. Diharapkan semua manusia menyadari kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, kareba semuanya merupakan rahmat Tuhan.


Jadi, rumah merupakan ekspresi pemikiran paling nyata seorang individu atau kelompok dalam mengejwantahkan hubungan dengan sesama manusia (komunitas atau masyarakat), alam dan dengan Tuhan (keyakinan), seperti halnya konsep yang ada pada pembangunan rumah adat masyarakat Sasak. Rumah adat Sasak pada atapnya berbentuk gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5-2 meter dari permukaan tanah (pondasi). Terdiri dari atap ilalang yang kerangkanya hanya berupa batang bambu yang tidak dipaku hanya diikat dengan tali ijuk atau tali dari bahan bambu tali Dindingnya berupa anyaman bambu atau disebut bedek, lantainya terdiri dari lantai tanah yang permukaannya dilumuri tai kerbau sebagai pengganti semen. Mengkilap dan juga untuk mengeraskan permukaan lantai atau sebagai fungsi semen katanya kalo tidur di lantai biar hangat dan nyamuk tidak berani mendekat. Ruangannya (rong) dibagi menjadi inak bale (ruang induk) meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale dalam berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan sekaligus disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan. Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur dan sempare (tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat dari bambu ukuran 2X2 meter persegi atau empat persegi panjang. Sempare diletakkan diatas, posisi menggantung di langit-langit atap.. Ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem sorong (geser). Diantara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga (tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran kerbau/kuda, getah dan abu jerami.. Dalam membangun rumah, orang Sasak menyesuaikan kebutuhan keluarga maupun kelompoknya. Pembangunan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan keluarga tapi juga kebutuhan kelompok. Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari berbagai macam diantaranya Bale Tani, Bale Jajar, Barugag/Sekepat, Sekenam, Bale Bonder, Bale Beleq Bencingah dan Bale Tajuk. Nama bangunan disesuaikan dengan fungsi masing-masing.


Bale Tani adalah bangunan rumah untuk tempat tinggal masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai petani. Bale Jajar merupakan bangunan rumah tinggal orang Sasak golongan ekonomi menengah keatas. Bentuk bale jajar hampir sama dengan bale tani, yang membedakan adalah jumlah dalem balenya Sedangkan sekenam bentuknya sama dengan barugaq, hanya sekenam mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang rumah. Sekenam biasanya digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga Bale Beleq adalah satu sarana penting bagi sebuah kerajaan. Bale itu diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar kerajaan sehingga sering disebut juga “bencingah”. Upacara kerajaan yang dilakukan di bale beleq adalah Pelantikan pejabat kerajaan, penobatan putra mahkotakerajaan,pengukuhan/penobatan para Kiai Penghulu (pendita) kerajaan, tempat penyimpanan benda-benda pusaka kerajaan seperti persenjataan dan benda pusaka lainnya seperti pustaka/dokumen kerajaan dan sebagainya.

·Barugaq/sekepat berbentuk segi empat sama sisi (bujur sangkar) tanpa dinding, penyangganya dari kayu, bambu dan alang-alang sebagai atapnya. Barugaq biasanya terdapat di depan samping kiri atau kanan bale jajar atau bale tani. Barugaq berfungsi tempat menerima tamu, karena menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua orang boleh masuk rumah. Barugaq juga digunakan pemilik rumah yang memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang midang (melamar/pacaran).

Bale Bonder adalah bangunan tradisional Sasak yang umumnya dimiliki para pejabar desa, dusun/kampung. Bale bonder biasanya dibangun di tengah pemukiman atau di pusat pemerintahan desa kampung. Bale bonder digunakan sebagaitempatpesangkepan/persidangan atas, seperti tempat penyelesaian masalah pelanggaran hukum adat dan sebagainya.

Bale Tajuk merupakan salah satu sarana pendukung bagi bangunan rumah tinggal yang memiliki keluarga besar. Bale Tajuk berbentuk segilima dengan tiang berjumlah lima buah dan biasanya berada di tengah lingkungan keluarga santana. Bale Gunung Rate biasanya dibangun oleh masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan, bale balaq dibangun dengan tujuan menghindari bencana banjir. Oleh karena itu, biasanya berbentuk rumah panggung


Selain bangunan itu, ada bangunan pendukung yakni Sambi, Alang dan Lumbung. yaitu Sambi, tempat menyimpan hasil pertanian, Alang sama dengan lumbung berfungsi untuk menyimpan hasil pertanian, hanya alang bentuknya khas, beratapkan alang-alang dengan lengkungan 3/4 lingkaran namun lonjong dan ujungnya tajam ke atas, Lumbung, tempat untuk menyimpan berbagai kebutuhan. Lumbung tidak sama dengan sambi dan alang sebab lumbung biasanya diletakkan di dalam rumah/kamar atau di tempat khusus diluar bangunan rumah. Orang Sasak selektif dalam menentukan tempat pembangunan rumah. karena mereka meyakini tempat yang tidak tepat akan berakibat kurang baik, seperti i bekas perapian, bekas pembuangan sampah, bekas sumur, posisi tusuk sate (susur gubug). Orang Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih dulu ada. Menurut mereka, melanggar konsep tersebut merupakan perbuatan melawan tabu (maliq lenget). Dalam masyarakat Sasak, rumah memiliki dimensi kesakralan dan keduniawian. Rumah adat Sasak selain sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi tempat ritual sakral sebagai manifestasi keyakinan kepada Tuhan, arwah nenek moyang, penunggu rumah dan sebagainya. Perubahan pengetahuan, bertambahnya jumlah penghuni dan berubahnya faktor eksternal seperti faktor keamanan, geografis dan topografis, menyebabkan perubahan terhadap fungsi dan bentuk fisik rumah adat. Hanya, konsep pembangunannya seperti arsitektur tata ruang dan polanya tetap menampilkan karakteristik tradisional. Karena itu, agar desa Sade bisa dilestarikan terus, bentuk bangunan ini sangat di pertahankan terus, jika ada bagian dari kepala keluarga yang ingin membuat rumah dengan konsep arsitektur modern harus keluar dari lingkungan rumah adat ini. Seiring waktu ada sebagian yang sudah terkontaminasi dengan kehidupan kota yang ditonton melalui media televisi. Mereka tidak sanggup lagi menempati rumah warisan ini tapi mereka menggunakan nya untuk menjual sovenir di dalam lingkup kampung adat ini.


Terletak di ketinggian 1100 m di atas permukaan laut, di Pegunungan Flores. Dusun Wae Rebo adalah bagian dari Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Provinsi NTT, Indonesia. Waerebo adalah satu-satunya desa tradisional di Manggarai yang masih mempertahankan bentuk rumah adat mereka yang mereka sebut sebagai Mbaru Niang. Sebenarnya masih ada lagi di Todo, hanya saja Mbaru Niang di Todo hanya berdiri gagah tanpa ada lagi orang yang mendiami di dalamnya. “Mbaru” artinya adalah Rumah. “Niang” artinya tinggi dan bulat. Mbaru Niang adalah sebuah rumah yang berbentuk kerucut, meruncing ke arah atas. Arsitektur Mbaru Niang mengandung filosofi dan kehidupan sosial masyarakat Wae Rebo. Rumah tradisional ini merupakan wujud keselarasan manusia dengan alam serta merupakan cerminan fisik dari kehidupan sosial suku Manggarai. Suku Manggarai memercayai lingkaran sebagai simbol keseimbangan, sehingga pola lingkaran ini diterapkan hampir di seluruh wujud fisik di desa, dari bentuk kampung sampai rumahrumahnya. Desa ini mendapat penghargaan UNESCO Asia Pasific Award Heritage Conservation, yang merupakan penghargaan tertinggi dalam bidang konservasi warisan budaya pada tahun 2012. Selain karena keunikan dan keindahannya, nilai-nilai budaya suku Manggarai yang selaras dengan lingkungan sekitar adalah kunci yang membuat Desa Wae Rebo ini tetap lestari. Terdapat 7 Mbaru Niang di perkampungan Wae Rebo yang tersusun di tanah datar dan dibangun mengelillingi sebuah altar yang disebut “Compang”. Compang berdiri sebagai titik pusat dari ketujuh rumah tersebut dan dipercaya sebagai bangunan paling sakral yang ada di disana. Fungsi Compang adalah sebagai altar untuk memuji dan menyembah Tuhan serta para roh-roh nenek moyang.

WAEREBO


Pembangunan rumah adat Wae Rebo harus melalui upacara adat terlebih dahulu. Persiapanpembangunannyamembutuhkan waktu hingga setahun, dan dibangun secara gotong royong oleh masyarakat Wae Rebo. Bahan-bahan bangunannya diambil secukupnya dari hutan yang mengelilingi Desa Adat Wae Rebo. Dibuat dari bahan kayu Worok, papan lantai dari kayu Ajang, balokbalok dari kayu Uwu dan atap menggunakan daun lontar yang ditutup dengan ijuk, membentang dari ujung atap sampai hampir menyentuh tanah. Tujuh rumah Mbaru Niang yang dibuat oleh para nenek moyang mereka memiliki arti untuk menghormati 7 arah mata angin dari puncak-puncak gunung yang mengelilingi Kampung Waerebo. Hal itu mereka percayai sebagai cara untuk menghormati roh-roh yang memberikan mereka kesejahteraan. Seluruh Mbaru Niang memiliki nama asli yang berbeda-beda, mereka adalah: Niang Gendang Niang Gena Mandok Niang Gena Jekong (dibangun kembali pada tahun 2010) Niang Gena Ndorom (dibangun kembali pada tahun 2009) Niang Gena Keto Niang Gena Jinta Niang Gena Maro Ketujuh rumah tradisional suku Manggarai ini berstruktur lantai panggung yang memiliki bentuk unik seperti topi kerucut. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh para keluarga dan warga Waerebo kebanyakan berpusat pada tingkat pertama dari rumah tersebut, atau yang biasa disebut dengan Tenda. Dengan bentuk lantai yang bulat, Niang Gendang (Rumah Utama) berdiameter hingga 14-15 meter, biasa digunakan sebagai tempat menyelenggarakan acara. Sedangkan Niang Gena (rumah yang lainnya) berdiameter sekitar 11-12 meter. Alasan adanya perbedaan ukuran diameter tersebut adalah jumlah keluarga yang mendiami setiap rumah. Niang Gendang didiami oleh 8 keluarga, sedangkan Niang Gena diisi oleh 6 Keluarga. Mbaru Niang terdiri dari lima lantai, masing-masing lantainya memiliki fungsi. Mbaru Niang, dimana terdapat kompor atau tempat untuk kayu bakar yang digunakan untuk memasak dan makan, dan juga kamar tidur untuk 6-8 keluarga yang tinggal di dalam yang disekat dengan papan kayu. Kamar-kamar tersebut diatur dengan urutan kelahiran dari tiap-tiap pemimpin keluarga. Sedangkan Lutur adalah zona publik yang digunakan untuk ruang aktivitas tamu dan masyarakat.


Secara umum arsitektur vernakular di Sulawesi Selatan sejak dari zaman dahulu telah menerapkan prinsi-prinsip arsitektur hijau, yang mana arsitektur hijau ini merupakan salah satu konsep berarsitektur yang lahir di era tahun 80-an. Hal ini dapat kita lihat pada arsitektur vernakular rumah Toraja, rumah Bugis-Makassar, maupun rumah tradisional Kajang di kawasan Desa Adat Ammatoa. Arsitektur vernakular di Sulawesi Selatan menonjol dengan nilai yang tinggi pada aspek-aspek konsumsi energi yang rendah, penggunaan energi terbarukan, penggunaan material terbarukan. Transportasi kawasan yang tidak menggunakan kendaraan bermotor dan pengolahan tapak yang tidak merusak lingkungan. Paling tidak, jika semua arsitektur rumah tinggal saat ini dirancang menggunakan prinsip arsitektur vernakular dan dihuni secara bijaksana minimal seperti yang dilakukan masyarakat tradisional, maka diperkirakan perusakan alam, perusakanlingkungan, dan pemanasan global tidak akan separah saat


Arsitektur vernakular yaitu arsitektur yang memadukan antara arsitektur tradisional yang mencerminkan tradisi, budaya, dan adat istiadat masyarakat kita dengan arsitektur yang ada pada saat ini yaitu arsitektur modern. Isu yang beredar luas semenjak tahun sebelumnya yaitu tentang isu pemanasan global. Pemasan global ini mempunyai hubungan yang erat dengan arsitektur yang berkembang saat ini. Banyak yang belum memaksimalkan sumber daya alam yang ada dan penggunaan teknologi yang tidak ramah lingkungan. Karenanya, peran arsitektur dalam mengurangi pemanasan global sangatlah besar. Salah satunya dapat diupayakan dengan desain yang menggunakan konsep sustainable architecture. Arsitektur berkelanjutan atau Sustainable architecture juga dikenal Green architecture adalah arsitektur yang berusaha untuk meminimalkan dampak negatif lingkungan bangunan dengan efisiensi dan moderasi dalam penggunaan bahan, energi, dan ruang pengembangan dan ekosistem secara luas. Arsitektur berkelanjutan menggunakan pendekatan sadar untuk konservasi energi dan ekologis dalam desain lingkungan binaan atau teori, sains dan gaya bangunan yang dirancang dan dibangun sesuai dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan. (wikipedia) Arsitektur vernakular mengadopsi dari arsitektur tradisional, yang notabene bahan bangunan yang digunakan pada arsitektur tradisional merupakan bahan bangunan yang berada di lingkungan daerah masing-masing Indonesia. Tentunya, arsitektur vernakular merupakan arsitektur sustainable architecture. Arsitektur vernakular masih menggunakan ketersediaan bahan-bahan lokal setempat. Efisiensi penggunaan energi juga maksimal. Salah satunya yaitu memanfaatkan banyak jendela untuk pencahayaan alami di siang hari, juga untuk penghawaan, tanpa menggunakan AC. Efisiensi untuk material menggunakan material yang terdapat di lingkungan sekitar dan mudah untuk mendapatkannya. Untuk itu mungkin perlu melihat balik kepada arsitektur vernakular yang banyak mendukung pendekatan green architecture.  Namun perlu disadari bahwa mendesain bangunan dengan pendekatan green architecture bukan berarti kembali kepada tradisi tersebut.  Hanya sikap terhadap pemilihan material dan sumbernya saja dari pendekatan arsitektur vernakular yang perlu diakomodasi di masa depan.


KKL KELOMPOK 02

arranged by

MODERN ARCHITECTURE Khoirunnisa Indriani - Sania Mustika

PAST, PRESENT, FUTURE


ARCHGREEN MODERN IN

Lingkungan saat ini telah mengalami banyak perubahan. Khususnya campur tangan aktivitas manusia dengan lingkungan alam berakhir dengan perubahan universal, dan dengan demikian, perubahan ini menambah dimensi baru pada keseimbangan ekologis dunia. Perkembangan yang dibuat oleh manusia untuk kenyamanannya mengancam hidupnya sendiri. Penerimaan umum, mengenai krisis lingkungan tercermin pada tingkat lokal dan global yang berupa tingkat eksploitasi sumber daya dan praktik konsumsi yang tidak berkelanjutan. Pemahaman arsitektur abad ke-20, memiliki tanggung jawab besar dalam mencapai hasil yang tidak berkelanjutan ini.Arsitektur pada abad ke-20, dimulai sebagai perayaan Zaman Industri dan Teknologi, tetapi hal ini dengan cepat berubah sebagai tanggapan terhadap Era Informasi dan Ekologi yang baru. Kebanyakan praktisi konvensional dari desain dan konstruksi modern merasa lebih mudah membuat bangunan jika alam dan tempat tidak ada. Konsumsi bahan bakar fosil adalah salah satu yang terbesar dari masalah lingkungan. Kita mungkin menganggap mobil dan pabrik sebagai musuh yang paling nyata lingkungan, tetapi bangunan mengkonsumsi lebih dari setengah energi yang digunakan di seluruh dunia.Â

Kemudian Green Architecture lahir sebagai solusi untuk memecahkan masalah yang ditimbulkan oleh modern architecture. Banyak yang menganggap bahwa kedua hal ini adalah sesuatu yang bertentangan. Padahal sebenarnya modern architecture yang didesain dengan baik dapat menjadi desain yang berkelanjutan. Dan konsep berkelanjutan yang ada dalam Green Architecture juga bukan sepenuhnya hal yang baru, melainkan sebuah konsep yang telah ada sejak dulu, dan terus dikembangkan. Saat seluruh dunia sangat memperhatikan masalah lingkungan, arsitektur modern telah memasuki tempat teknologi membentuk arsitektur berkelanjutan, juga disebut arsitektur hijau yang menerapkan energi dan teknik ekologis dalam desain bangunan. Arsitektur Moden dan arsitektur hijau bukan lah hal yang bertentangan, keduanya bisa saling berkolaborasi untuk menciptakan kualitas hidup yang lebih baik.


Arsitekrur Hijau merupakan pemikiran baru dalam perancangan arsitektur yang timbul dari keprihatinan terhadap global warming akibat revolusi industry pada tahun 1980 -1990 an, mengusung konsep keberlanjutan yang sangat penting bagi semua orang karena berkaitan dengan kelangsungan hidup manusia dan hampir setiap makhluk hidup di planet ini. Arsitektur hijau berusaha keras meminimalkan jumlah sumber daya yang dikonsumsi dalam konstruksi bangunan, penggunaan dan operasi, serta mengurangi kerusakan yang terjadi pada bangunan dan lingkungan melalui emisi, polusi dan limbah komponennya. Konsep Arsitektur Hijau dapat dikuantifikasikan berdasarkan pemeringkatan melalui beberapa macam kriteria yang dirumuskan oleh lembaga-lembaga rating green building, melalui proses sertifikasi hijau. Dengan proses sertifikasi hijau ini diharapkan pembangunan dapat selaras dengan lingkungan dengan minimnya dampak yang ditimbulkan baik oleh proses perancangan, konstruksi maupun rekonstruksinya. 4 Meskipun keberlanjutan adalah salah satu konsep paling penting dalam dekade ini, yang memengaruhi desain kebijakan pemerintah global, ekonomi, sumber daya energi, teknologi, manufaktur, komunitasperencanaan dan arsitektur; ide keberlanjutan bukanlah hal baru. Metode perencanaan dan pembangunan tradisional sering kali merupakan contoh desain berkelanjutan yang baik, dan mewakili penggunaan sumber daya lokal yang baik yang disesuaikan dengan keterampilan lokal. Dalam kombinasi, mereka menghasilkan sebuah lingkungan buatan yang memenuhi kebutuhan orang.

What we are doing to the forests of the world is but a mirror reflection of what we are doing to ourselves and to one another. – Mahatma Gandhi


The Principles of Green Building Design Proses desain bangunan hijau dimulai dengan pemahaman mendalam tentang tapak dalam semua keindahan dan kerumitannya. Pendekatan Ekologis untuk merancang bertujuan untuk mengintegrasikan sistem yang diperkenalkan dengan fungsi ekologi yang ada pada tapak yang ada di alam. Fungsi-fungsi ekologis ini menyediakan habitat, merespons pergerakan matahari, memurnikan udara serta menampung, menyaring, dan menyimpan air. Desainer dapat membuat fitur di gedung mereka yang meniru fungsi sistem-eko tertentu. Spesies yang tumbuh di ekosistem alami mungkin juga memanfaatkan habitat yang dibuat dalam struktur buatan manusia. Menciptakan habitat baru pada struktur di daerah perkotaan sangat penting untuk mendukung keanekaragaman hayati dan ekosistem yang sehat. 5 prinsip atau elemen utama desain bangunan hijau bersadarkan (USGBC) diantaranya ; Sustainable Site Design; Water Conservation and Quality; Energy and Environment; Indoor Environmental Quality; and Conservation of Materials and Resources.6

Modern Architecture Arsitektur modern merupakan sebuah sesi dalam perkembangan arsitektur dimana ruang menjadi objek utama untuk diolah. Jika pada masa sebelumnya arsitektur lebih memikirkan bagaimana cara mengolah façade, ornamen, dan aspek-aspek lain yang sifatnya kualitas fisik. Maka pada masa arsitektur modern kualitas non- fisik lah yang lebih dipentingkan. Fokus dalam arsitektur modern adalah bagaimana memunculkan sebuah gagasan ruang, kemudian mengolah dan mengelaborasinya sedemikian rupa, hingga akhirnya diartikulasikan dalam penyusunan elemen-elemen ruang secara nyata. Perkembanagan arsitektur modern menekankan pada kesederhanaan suatu desain. Para arsitek pada masa itu menginginkan bangunan rancangannya bersih dari ornamen dan sesuai dengan fungsinya dengan menghilangkan paham eclecticism pada tiap rancangannya.


Arsitektur modern merupakan Internasional Style yang menganut Form Follows Function (bentuk mengikuti fungsi). Bentukan platonic solid yang serba kotak, tak berdekorasi, perulangan yang monoton, merupakan ciri arsitektur modern. Perkembangan Arsitektur Modern meliputi perkembangan pemikiran mengenai konsep fungsi, bentuk, konstruksi dan ruang. Ditinjau dari segi bentuk, bangunan arsitektur modern memungkinkan untuk menghasilkan bentuk-bentuk yang tidak biasa karena perkembangan teknologi struktur dan konstruksi serta perkembangan teknologi bahan pada masa itu. Sedangkan dilihat dari segi ruang bangunan arsitektur modern bersifat lebih mengalir dan hirarki berdasarkan proses sirkulasi dan berkegiatan (step to step). Sekedar untuk melengkapi dari segi konstruksi, perkembangan arsitektur modern ditandai oleh penggunaan konstruksi beton bertulang, baja dan bahan-bahan bangunan yang ringan dan dilihat dari segi fungsi, Bentuk bangunan arsitektur modern menggunakan modul manusia (le corbusier) karena bangunan ditekankan pada fungsinya. Berdasarkan pada Slogan Le Corbusier “rumah sebagai mesin untuk tempat tinggalâ€?. Le Corbusier sebenarnya menginginkan dua hal. Yang pertama adalah sebuah rumah yang menyerupai mesin yang murah, standard, mudah digunakan dan mudah dalam perawatan. Tapi ia juga mengartikan sebuah rumah yang didisaign dengan kejujuran. Oleh karena itu slogan tersebut menjadi terkenal pada masa perkembangan arsitektur modern dan menjadi konsep dasar suatu rancangan bangunan yang modern. Merujuk pada buku Rayner Banham “Guide to Modern Architectureâ€?, Chapter 2,3,4 and 5. Tentang bentuk dan ruang. Anggapapnya bahwa bumi itu sendiri sebagai yang tertinggi "Mesin" dan habitat manusia sebagai perpanjangan dari konsep ini. Kemenangan awal Modern Arsitektur terinspirasi oleh impian industri. Pendingin udara yang disebut "cuaca buatan manusia", membebaskan arsitektur modern dari alam. Itu memungkinkan Le Corbusier memimpikan "satu bangunan tunggal untuk semua negara daniklim," struktur seperti mesin tidak tergantung tempat.


Hal ini dapat menimbulkan semua kesalahan yang sama akan terjadi dan diperparah berulang-ulang. Gerakan arsitektur modern, dengan nama internasionalisme dan universalitas, menganggap bahwa arsitektur dapat diatur oleh desain arsitektur yang acuh takacuh terhadap esensi tempat. Desain atau bentuk visual arsitektur cenderung disebarluaskan dengan cepat melalui majalah dan dengan cepat dan tanpa pandang bulu direproduksi dan disalin di seluruh dunia, terlepas dari apakah itu ada dalam gurun timur tengah atau daerah muson, yang dipisahkan dari konteks iklim dan budaya tempat yang meningkatkan konsumsi energi. Di Amerika Serikat, banyak yang menganggap abad ke-20 sebagai masa ketika manusia berhasil memisahkan manusia dari alam. Salah satu contoh paling jelas dari ini dapat ditemukan dalam visi populer arsitektur modern. Setelah Perang Dunia II, ekonomi Amerika berkembang dan pembangunan pinggiran kota dengan cepat menghasilkan rumah-rumah untuk memenuhi permintaan yang meningkat secara nasional. Pertumbuhan kota Amerika terus berkembang di luar pusat kota dan pada 1980-an, pinggiran kota tidak hanya menjadi kenyataan yang berkembang tetapi tujuan yang ideal bagi banyak orang. Tetapi beberapa tidak nyaman dengan biaya pengembangan kota. Rumah rumah tumbuh lebih besar dengan risiko perusakan habitat dan pemborosan energi, sambil memberi jalan bagi keseragaman yang tidak menyenangkan secara estetika Lahir dari gerakan lingkungan tahun 1970-an, arsitek kontemporer telah menyuntikkan konsep keberlanjutan ke dalam desain mereka, berusaha untuk tidak menggunakan rumah untuk memisahkan manusia dari alam tetapi sebagai alat untuk mengintegrasikan kembali keduanya. Untuk perancang ini, denah rumah baru difokuskan pada penggunaan bahan asli, efisiensi energi, daur ulang dan menyatukan alam dengan konstruksi manusia.Tapi ini bukan konsep yang sepenuhnya baru; ini merupakan penemuan kembali prinsip-prinsip sebelumnya. Ketika arsitektur modern telah diterima dan dikembangkan secara universal, seiring berjalannya waktu dengan perkembangan masyarakat, ada beberapa gaya arsitektur modern yang dikembangkan, seperti teknologi tinggi, post-modern, neo-modern, neo-futuristik dan integrasi urbanisme dan desain klasik. Di antara desain ini, beberapa karya dan arsitek yang menjadi titik revolusi arsitektur modern, termasuk Fallingwater Residence di Mill Run, Pennsylvania yang dirancang oleh Frank Lloyd Wright


Fallingwater merupakan kediaman akhir pekan yang terletak di dekat Mill Run, Pennsylvania, dirancang oleh Frank Lloyd Wright untuk keluarga Kaufmann pada tahun 1935 dan selesai pada tahun 1937. Bangunan ini berhasil menjadi salah satu bangunan arsitektur modern abad ke20 yang paling terkenal. Modernnya ia terapkan pada ruang yang terbentuk karena interaksinya dengan lingkungan alam. Bagaimana lingkungan binaan merespon faktorfaktor alam, atau mengambil filosofi kesederhanaan dan kesempurnaan dari alam. Sementara bentuk bangunan sangat bersifat kontekstualism dengan merespon kondisi alam, korelasi alam, topografi dengan arsitektur terwujud pada bentuk bangunan yang mengadopsi bentuk site itu sendiri.9

Mendahului desain bangunan modern yang menggunakan bahan ramah lingkungan, sumber energi terbarukan yang berkelanjutan, ada filosofi desain untuk menciptakan struktur yang selaras dengan mausia dan lingkungan. Beberapa filosofi dari Frank Lloyd Wright berakar pada konsep organik arsitektur. Ia menganggap bahwa “form and function are one.�

Menurut Wright, sebuah rumah bisa menjadi bagian dari alam jika itu dibuat dengan bahan lokal atau yang dekat dengan tapak dan memiliki jendela besar yang diorientasikan untuk mendapatkan sinar matahari yang tepat. Wright mempertahankan atau menggunakan kembali material lokal. Hal ini dilakukan Wright untuk mempresentasikan contoh "arsitektur organik", filosofinya yang mempromosikan keharmonisan antara desain dan alam. Fasad Fallingwater juga menampilkan pendekatan Wright yang bermakna terhadap material.


Alam selalu ia bawa di dalam bangunannya. Batu besar menjorok melalui lantai ruang tamu untuk membentuk jantung perapian di tengahnya, sementara batu-batu besar dari tapak tersebut dimasukkan ke dalam dindingnya. Alam selalu ia bawa di dalam bangunannya. Batu besar menjorok melalui lantai ruang tamu untuk membentuk jantung perapian di tengahnya, sementara batu-batu besar dari tapak tersebut dimasukkan ke dalam dindingnya. Arsitektur Organik Frank Lloyd Wright sama relevannyadengan konsep Green Architecture yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.


The Farnsworth House Rumah Farnsworth, dibangun antara tahun 1945 dan 1951 untuk Dr. Edith Farnsworth sebagai retret akhir pekan di Plano, Illinois. Tepat di luar Chicago di sebuah hutan terpencil seluas 10 hektar dengan Fox River di selatan, paviliun kaca mengambil keuntungan penuh terkait dengan lingkungan alaminya, mencapai konsep Mies tentang hubungan kuat antara rumah dan alam.


LUMENHAUS The LumenHaus Structure, dirancang oleh Virginia Tech untuk Solar Decathlon 2009, menunjukkan bagaimana mengejar penggunaan net-zero energy yang tidak perlu mengorbankan desain. Hal ini menghasilkan lebih banyak daya daripada yang digunakan selama setahun dan menyesuaikan dengan perubahan iklim dan kebutuhan pengguna dengan sistem otomatis. Farnsworth House sebenarnya adalah inspirasi arsitekturalnya, menyediakan templat paviliun kaca - dinding utara dan selatan semuanya terbuat dari kaca, memaksimalkan paparan cahaya alami, sekaligus memanfaatkan fasad yang terbuka untuk lanskap, dengan utilitas yang dikumpulkan pada core-nya. Farnsworth House dan Lumenhaus dirancang untuk menanggapi lingkungan - sebuah gagasan yang dimiliki oleh para modernis modern dan arsitek hijau. Keduanya berhasil menerapkan beberapa prinsip arsitektur hijau untuk mengurangi penggunaan energi lewat orientasi bangunan dan building depth yang tepat/Mies van der Rohe menaruh perhatian besar pada matahari dan angin dalam desainnya, mengambil keuntungan maksimum dari cross ventilation dan perubahan musiman dalam cahaya dan suhu. Lumenhaus dibangun di atas semua keunggulan paviliun kaca ini, menambahkan lapisan teknologi yang tiidak dapat diakses Mies van der Rohe pada masanya. Sistem fotovoltaik memanfaatkan sinar matahari untuk memenuhi semua kebutuhan energi rumah. Sistem pemanas berseri-seri, lampu LED dan daur ulang grey water semuanya berfungsi untuk mengurangi emisi ekologis bangunan.


Arsitektur modern telah memasuki tempat teknologi membentuk arsitektur yang berkelanjutan, juga disebut arsitektur hijau, menerapkan energi dan teknik ekologi dalam desain bangunan. Desain hijau adalah salah satu faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam arsitektur modern. Juga untuk tujuan perlindungan lingkungan dan penghematan energi adalah pelajaran penting yang perlu ditangani dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.Banyak hal-hal yang ada dalam konsep Green Architecture pada bangunan modern yang bisa diterapkan untuk bangunan saat ini. Arsitektur Moden dan arsitektur hijau bukan lah hal yang bertentangan, keduanya bisa saling berkolaborasi untuk menciptakan kualitas hidup yang lebih baik.

The more clearly we can focus our attention on the wonders and realities of the universe about us, the less taste we shall have for destruction. – Rachel Carson


THE CONCEPT OF SUISTAINABILITY ON MODERN ARCH Arsitektur modern telah memasuki tempat teknologi membentuk arsitektur berkelanjutan, juga disebut arsitektur hijau, menerapkan energi dan teknik ekologi dalam desain bangunan . Desain arsitektur hijau, atau arsitektur ekologis, adalah membuat tindakan dan keputusan manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak menghambat peluang generasi berikutnya. Secara universal telah ada banyak konsumsi energi, listrik, air dan bahan untuk bangunan, di mana sejumlah besar orang tinggal di. Bangunan memiliki potensi besar untuk dikurangi emisi untuk pembangunan masyarakat yang berkelanjutan Biasanya gas berbahaya polusi di kota membutuhkan desain bangunan modern yang bagus untuk meminimalkan ancaman Kesehatan menggunakan mekanisme cairan udara . Jadi desain hijau adalah salah satu faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam arsitektur modern. Efisiensi energi dari bangunan arsitek berkelanjutan modern kemungkinan besar adalah masalah paling penting yang akan dihadapi arsitek, dan dalam ekonomi yang sedang berjuang orang ingin menghemat uang di daerah-daerah di mana mereka memiliki pengeluaran besar. Bangunan baru akan membutuhkan pemanasan dan ventilasi yang efektif dan efisien.

Nature provides a free lunch, but only if we control our appetites. – William Ruckelshaus


Dibuka pada tahun 1963, perpustakaan ini terkenal dengan façade marmer tembus pandangnya dan menara buku kaca yang terkenal di dunia yang terlindung di dalamnya Perhatian utama yang dipertimbangkan oleh SOM dan Yale University dalam desain perpustakaan adalah pelestarian dokumen di dalamnya. Tantangannya adalah untuk menyediakan pencahayaan yang cukup di interior bagi orang-orang untuk belajar dan membaca dan menjadikannya ruang yang nyaman untuk dihuni sambil membatasi jumlah cahaya yang mempengaruhi volume yang tersimpan.pengaturan dramatis yang dihasilkan dari persyaratan khusus dari gudang penyimpanan untuk artefak sastra. Desain unik ini, sangat mirip dengan garis keturunan Modernis tetapi berbeda dengan gaya revivalis di seluruh kampus Yale. Perhatian utama dalam desain perpustakaan adalah kontrol cahaya. Pencahayaan ambient yang memadai diperlukan untuk memungkinkan bangunan berfungsi sebagai tempat untuk belajar dan membaca; namun, paparan sinar matahari dapat merusak teks koleksi yang dipelihara dengan hati-hati. Green architecture memiliki kriteria hemat energi. Hemat energi disini artinya penggunaan energi bangunan dengan se-minimal mungkin,Bunshaft membangun fasad dari panel marmer yang, dengan ketebalan hanya 1Âź â€?(sekitar 3 cm), memungkinkan cahaya untuk berdifusi ke interior tanpa merusak koleksinya. Dari luar, marmer putih berurat kelabu tampak dingin dan tidak bisa ditembus, tetapi dari dalam, sinar matahari menyebabkan batu itu bersinar dengan tingkat kehangatan yang mengejutkan.

YALE UNIVERSITY (LIBRARY)


MenurutUIA(1993) Desain berkelanjutan mengintegrasikan pertimbangan efisiensi sumber daya dan energi, bangunan yang sehat dan materialnya, penggunaan lahan sensitif secara ekologis dan sosial dan estetika yang memberi inspirasi, menegaskan dan memungkinkan.


MUSEUM SENI KIMBELL

Terletak di Fort Worth, Texas, Museum Seni Kimbell oleh Louis Kahn telah menjadi kiblat bagi semua yang tertarik dengan arsitektur modern. Elemen cahaya alami adalah fokus utama desain, dan menciptakan ruang elegan yang sangat cocok untuk seni. Sepenuhnya modern dalam detail revivalisnya dan kurangnya ornamen, petunjuk arsitektur Romawi termasuk lengkungan besar dan brankas. Ini dimungkinkan oleh penggunaan beton, travertine dan white oak, semua bahan utama proyek. Sebagian besar galeri terletak di lantai atas, untuk memungkinkan sebagian besar pencahayaan alami. Saluran udara dan layanan mekanis terletak di ruang-ruang di mana tepi kubah mendekati rapat.Ia menjelaskan bahwa "cahaya alami harus memainkan peran penting"

dalam desain, dan mewawancarai banyak arsitek termasuk Marcel Breuer, Mies van der Rohe, Dermaga Luigi Nervi, Gordon Bunshaft, dan Edward Larrabee Barnes, tetapi komisi diberikan kepada Kahn pada akhir 1966 Keduanya tidak bisa menjadi pasangan yang lebih baik, karena Brown selalu mengagumi penekanan Kahn pada cahaya alami. Museum adalah tampilan permanen untuk karya seni, dan karenanya harus disesuaikan. Untuk memungkinkan cahaya alami masuk ke dalam bangunan, kahn merancang langit-langit untuk mengambil bentuk cycloid, atau lengkungan yang dibuat dengan mengikuti titik pada lingkaran yang berputar. Dia juga merancang lampu untuk memantulkan dan meratakan cahaya yang memasuki gedung sehingga karya seni yang ditampilkan tidak akan rusak.


Dalam detail fixture cahaya, cahaya alami ditampilkan memasuki bangunan melalui untaian skylight. Cahaya kemudian memantulkan potongan alumunium, Cahaya ini kemudian dipantulkan kembali melalui film berlubang di fixture untuk memberikan jumlah cahaya yang sempurna untuk karya seni yang ditampilkan Sebagian besar museum menggunakan cahaya buatan untuk melindungi koleksi mereka, tetapi Brown dan Kahn merasa bahwa karya seni harus dilihat dengan cahaya alami sebanyak mungkin. Setiap lemari besi dilengkapi dengan lampu langit-langit. Di bawah setiap skylight adalah layar aluminium yang mendistribusikan cahaya ke bawah ke galeri yang lapang. Area lantai atas mengarah ke halaman berdinding kaca. Hal tersebut merupakan penerapan Green Architecture dalam upaya penghematan listrik untuk bangunan terutama pada segi pencahayaan dari lampu. Green Architecture adalah sebuah proses perancangan dalam upaya mengurangi dampak lingkungan yang kurang baik, untuk meningkatkan kenyamanan manusia dengan meningkatkan efisiensinya, pengurangan penggunaan sumber daya energi, pemakaian lahan, dan pengelolaan sampah efektif dalam tatanan arsitektur. (Kwok Allison dalam Ming Kok, Cheah, 2008).


Menurut Mahdavinejad (2014) “Arsitektur yang berkelanjutan dan ramah lingkungan adalah salah satu tujuan utama itu manusia untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik telah dijadikan model utama untuk semua aktivitas mereka. Untuk alasan ini, bergerak menuju arsitektur yang lebih hijau adalah tujuan utama dari arsitektur masa kini yang dipikirkan dengan matangâ€?  Arsitek era Internasional style ingin mendobrak idiom dengan tradisi arsitektur dengan desain simpel, dan tanpa ornamen. Rata-rata material yang digunakan adalah kaca pada fasad bangunannya, baja untuk mendukung eksterior, dan betom pada lantai dan interiornya; layout lantai sendiri dibuat sefungsional dan se-logik mungkin. Gaya ini kemudian jadi favorit desain gedung pencakar langit. Faktor keseluruhan untuk desain hijau adalah penataan ruang. Bangunan hijau pertama-tama harus memiliki ruang yang tertata dengan baik konsumsi energi terendah, mengingat listrik, sistem pemanas dan pendingin. Salah satu metode terbaik adalah memanfaatkan sumber daya alam, termasuk angin, sinar matahari, air dan bumi, dan kondisi lingkungan untuk mengurangi energinya konsumsi. Penataan ruang bangunan harus mempertimbangkan tidak hanya fungsionalitas fasilitas tetapi juga faktor struktural, seperti koefisien bentuk, ketinggian level, fisika internal dan eksternal. Arsitektur modern telah memasuki tempat teknologi membentuk arsitektur berkelanjutan, juga disebut arsitektur hijau, menerapkan energi dan teknik ekologi dalam desain bangunan. Polusi gas yang biasanya berbahaya di kota membutuhkan desain bangunan modern yang bagus meminimalkan ancaman kesehatan menggunakan mekanisme cairan udara. Hijau desain adalah salah satu faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam arsitektur modern. Dalam hal ini bangunan bukan berbatas sebagai 'tempat' lebih dari itu ia dapat 'berinteraksi' dengan manusia dan lingkungannya. Hidup berdampingan tanpa merusak system ekologi.


KKL KELOMPOK 02

arranged by

CONTEMPORARY ARCHITECTURE Mega Nur Farida - Syahdan Azkiya

PAST, PRESENT, FUTURE


dsa

VEGETATION IN BUILDING

Vegetasi merupakan hal yang paling penting dalam suatu l ingkungan, karena vegetas i/tanaman dapat memberikan dampak yang baik untuk bumi dan lingkungan sekitar. Pembangunan suatu bangunan identik dengan merusak alam dan kemudian menciptakan bangunan yang dapat memberikan dampak negative bagi lingkungan. Sehingga membuat area hijau berkurang, Cuaca panas yang selalu dirasakan akibat tidak adanya pohon-pohon yang mampu menyerap panas sinar Matahari, Hilangnya asupan makanan yang layak bagi para binatang, Terjadinya tanah longsor akibat dari hilangnya vegetasi, Global warming yang mampu meningkatkan karbon gas CO2 sehingga dapat merusak lapisan atmosfer bumi, efek rumah kaca, Banjir, dan masih banyak lagi. Hal tersebut yang membuat sebagian masyarakat tidak menyukai suatu pembangunan karena dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya sebuah konsep yang dapat menyeimbangkan antara keduanya. Berdasarkan studi kasus dari beberapa bangunan, yaitu teshima art musem (Jepang), CL house (Indoesia), The Interlace (Singapura). Telah menerapkan konsep memasukkan tanaman dalam sebuah bangunan. Terdapat beberapa penerapan seperti penggunaan roof garden, pagar tanaman, serta keterikatan bangunan yang memang dibutuhkan atau harus ada tanaman. Dari beberapa penerapan vegetasi di bangunan tersebut memiliki dampak positive masing-masing. Laporan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca bahwa suatu pembangunan tidak hanya mengenai sebuah kerusakan, tetapi juga dapat memberikan dampak yang baik bagi lingkungan. Salah satu caranya yaitu dengan penerapan tanaman dalam sebuahbangunan dengan konsep green Architecture Kontemporer.


POINT OF VIEW

Menurut Siregar (2012) green architecture adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi energi (arsitektur ramah lingkungan). Menurut Pradono (2008) green (hijau) dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earth friendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Konsep green building yang telah lama berkembang di negara maju dapat diterapkan untuk mengurangi polusi udara di lingkungan perkotaan. (Anonim, 2017)

Kontemporer pada dasarnya adalah gaya desain yang sedang up to date atau sedang diproduksi pada masa sekarang. Berkembang pada tahun 1920-an, Kontemporer bersifat dinamis dan tidak terikat oleh suatu era. Gaya lama yang diberi label kontemporer akan menghasilkan suatu desain yang lebih segar dan berbeda seperti ructic contemporer dll. Sehingga dapat disimpulkan Contemporer Green Arch adalah suatu gerakan/Gaya yang sedang up to date, Sedang diproduksi pada masa sekarang, tidak terikat oleh suatu era. Dengan konsep berkelanjutan, ramah lingkungan, dan efisiensi energi. Ciri-ciri umum yang ada dari arsitektur kontemporer : (Rumah.com, 2019) Bentuk. cenderung menggunakan garis lengkung Komposisi Ruang .memungkinkan terciptanya ruang yang lebih hidup dengan layout yang tidak biasa. Sehingga menimbulkan kesan yang menarik dan unik Material Baru. Bahan-bahan tradisional seperti kaca, kayu, Batu Bata, dan logam lebih disukai. Tanaman juga sering digunakan dalam arsitektur kontemporer, terutama pada atap atau pada dinding. Penggunaan Jendela yang besar dan banyak Teknologi yang canggih pada penerapan bangunan memperhatikan lingkungan (Ecohousing)


THE INTERLACE The Interlace terdiri dari 31 blok apartemen, masing-masing setinggi enam lantai. volume yang terhubung secara horizontal membentuk lingkungan perumahan yang lebih menyatu. Teras dan atap bangunan Interlace yang memiliki luas +/- 8 hektar, vegetasi yang tertelak menyatu dengan bangunan memeberi lebih banyak ruang hijau. Gagasan kehidupan masyarakat kontemporer juga dapat dilihat melalui jaringan taman yang luas dengan fasilitas publik di dalam taman, sehingga penghuni dapat melakukan interaksi sosial dan kegiatan bersama dalam lingkungan alam. Arsitek ole scheeren mengatakan, tujuan dibuatnya jaringan taman yang terhubung 4 yaitu “Menciptakan Interaksi sosial yang terintegrasi dengan lingkungan alam sehingga menimbulkan ruang kota yang layak huni� hal ini terbukti, memang jaringan taman tersebut diperuntukan untuk penghuni bersosialisasi satu sama lain Delapan space yang terdapat dalam lansekap masing-masing didefinisikan sebagai jantung dari dari blok bangunan yang ada disekitarnya, sehingga landskap turut berkontribusi dalam menghasilkan oksigen. Balkon yang luas dan teras yang menjorok dapat membentuk fasad seperti landskap vertical sehingga menghubungkan atap hijau, balkon, dan berbagi teras publik di antara massa bangunan. Pada area parkir bawah tanah, terdapat rongga udara yang terbuka sehingga memungkinkan cahaya dan udara untuk masuk kedalam area parkir. Rongga udara tersebut dapat menciptakan area vegetasi yang rimbun dan pohon-pohon di bawah tanah.


Lanskap menggunakan konsep warna dan kontras untuk menciptakan pengalaman yang unik dan menyenangkan bagi pengguna Setiap Lanskap yang terdapat pada atap, memiliki beberapa space komunal bertema, seperti Games Garden, atau untuk menampilkan elemen botani seperti Taman Bonsai dan Taman Essence. Penghuni juga diperbolehkan untuk Menanam dalam teras masing-masing / atap. Sehingga memungkinkan untuk terlibat langsung dalam perawatan lanskap. Prinsip pentingnya solusi bentang alam yang luas dan komprehensif ditekankan dalam pembangunan interlace building. Perawatan diambil untuk memastikan bahwa ada cukup tanah dan memenuhi kedalaman struktur untuk memungkinkan penanaman pohon yang maksimal. Untuk memastikan bahwa penanaman cukup matang saat pembukaan bangunan, tanaman sudah ditanam selama dua tahun, sebelumnya. Untuk mendapatkan keanekaragaman dan memperhitungkan berbagai kondisi iklim, penggunaan palet tanaman yang luas sangat diperlukan. Sehingga dapat menciptakan banyak keanekaragaman hayati di dalam proyek. Variasi Jumlah spesial tanaman yang besar dapat mendorong penciptaan habitat dan memfasilitasi migrasi fauna lokal dari sabuk hijau hutan yang berdekatan. Desain landskap terinspirasi oleh spesies tanaman asli yang muncul di sepanjang bangunan, dan diaplikasikan pada seluruh landskap. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Endah Lestari; Irma Wirantina K, Ranti Hidayawanti dalam jurnal berjudul “ANALISA TAMAN ATAP DALAM UPAYA MENGURANGI LIMPASAN AIR HUJAN PADA BANGUNAN PERKOTAAN�membuktikan bahwa penempatan vegetasi langsung pada bangunan atap/balkon dapat mengurangi limpasan volume air hujan. Sehingga air hujan tidak terbuang sia-sia dan dapat di manfaatkan oleh tanaman yang terdapat pada bagian atap/balkon. Penelitian tersebut dilakukan pada rumah tinggal yang terletak di Jalan Tangkuban Perahu. dengan jumlah total luasan atap 129 m2. penelitian dilakukan dengan 2 cara, yaitu : menggunakan metode perhitungan limpasan air hujan, Menggunakan mock up


Hasil penelitian pertama, dengan jumlah total luasan atap 129 m2. Sebelum pengaplikasian taman atap didapatkan volume limpasan sejumlah 6,128 m3 dalam 1 kali hujan. Setelah pengaplikasian taman atap dengan koofisien impasan 0,70 mengakibatkan volume limpasan menjadi 4,515 m3 dalam 1 kali hujan. Terjadi pengurangan limpasan sejumlah 1,613 m3 dengan prosentase berkurang sebesar 26 %. Dari hasil penelitian kedua dengan menggunakan mock-up/contoh taman atap ukuran 50 x 50 cm disiram dengan 1000 ml air dalam waktu 10 menit didapatkan volume hasil akhir setelah rembesan adalah 50 ml. Terjadi pengurangan volume sejumlah 950 ml dengan prosentase berkurang sebesar 95 % .Dari kedua penelitian yang dilakukan maka dapat dibuktikan terjadi perbedaan volume hasil akhir yang didapatkan setelah mengaplikasikan taman atap. Terjadi pengurangan volume runoff (limpasan) yang cukup besar pada pengujian langsung dengan benda uji/mock-up.


CL HOUSE

CL house terletak di Jakarta selatan, di daerah persimpangan. Dengan dikelilingi bangunan komersil, permasalahan utama yang dialami client yaitu, privasi pada bangunan tersebut. sehingga penggunaan vegetasi pada pagar digunakan untuk mereda kebisingan menyaring polusi udara. Supaya terfilter ketika memasuki bangunan. Karena bangunan tersebut diperuntukan untuk rumah tinggal. Sehingga kenyamaan dan kebersihan harus diperhatikan dengan teliti. Area terbuka atau pelataran bagian dalam terletak di belakang rumah. Area terbuka yang terdapat di dalam menjadi aspek terpenting dari rumah, karena pencahayaan utama dan sirkulasi udara berasal.Pengalaman visual dan ruang juga dirancang dari pintu masuk ke rumah itu sendiri dengan menggunakan elemen air, kayu dan tanaman. Tanaman dapat dijadikan salah satu elemen pembentuk pagar, sehingga dapat menjadi alternatif pagar sebuah bangunan. Disamping itu tanaman memiliki fungsi yang beragam seperti menambah keindahan, penahan atau penghalang terhadap debu, polusi dan radiasi sinar matahari. Pagar tanaman atau pagar hidup juga memiliki keunikan tersendiri, yaitu mempercantik fasad depan rumah.


fungsi dan manfaat lain dari penggunaan pagar tanaman yaitu : filter atau penyaring suara, pagar hidup yang cukup rimbun dan tinggi dapat meredam kebisingan Daun – daun tanaman dapat menangkap polutan – polutan di sekitarnya debu, Bahkan bau filter bau, biasanya tanaman di letakkan di sekitar bak sampah agar bau tersaring. Hal ini dikarenakan pada siang hari tanaman melakukan fotosintesis yang menyerap karbondioksida (CO2) dan melepaskan oksigen (O2) sehingga membuat udara di sekitarnya menjadi segar.

Berdasarkan Jurnal Ilmiah Perancangan Kota dan Permukiman yang ditulis oleh Hermin Werdiningsih, dengan judul “KAJIAN PENGGUNAAN TANAMAN SEBAGAI ALTENATIF PAGAR RUMAH” (Werdiningsih, Hermin. 2007). menjelaskan bahwa Pagar tanaman di perkotaan mencapai ketinggian 2,00 meter lebih, hal ini dikarenakan masyarakat perkotaan yang cenderung individualis, oleh karena mereka membutuhkan privacy space. Setiap daerah seperti pedesaan, perkotaan, dan perumahan memiliki identifikasi khusus mengenai jenis tanaman yang digunakan sebagai pagar Kemudian, penulis melakukan studi kasus di tiga tempat yang berbeda yaitu Daerah pedesaan, Daerah Perkotaan

Nature holds the key to our aesthetic, intellectual, cognitive and even spiritual satisfaction. – Dr. Edward O. Wilson


Teshima Art Museum, merupakan bangunan yang masuk kedalam tanah. yang disekelilingnya ditumbuhi vegetasi. vegetasi memiliki pengaruh besar pada bangunan. contohnya, Di ruang interior, air terus-menerus muncul dari tanah dalam gerakan sepanjang hari. Pengaturan ini, di mana alam, seni dan arsitektur datang bersama dengan harmoni tanpa batas seperti itu, memunculkan serangkaian tayangan tak terbatas dengan berlalunya musim dan aliran waktu.Alam di sekitarnya secara langsung mengalir melalui dua bukaan ke ruang interior organik dan hor izontal. Semua tanaman yang digunakan di sini adalah gulma asli yang tumbuh di Teshima, sehingga museum menjadi bagian dari lingkungan daerah Karato. Secara struktural, bangunan ini terdiri dari cangkang beton, tanpa pilar, mengais ruangsekitar 40 kali 60 meter dan dengan ketinggian maksimum 4,3 meter. Dua bukaan oval di shell memungkinkan angin, suara, dan cahaya dunia di luar ke ruang organik ini di mana alam dan arsitektur saling berhubungan. Berjalan di sepanjang promenade menuju museum, orang dapat menikmati pemandangan yang indah dan belajar tentang sejarah daerah tersebut. hidup berdampingan alam, seni, dan arsitektur." Tadao Ando. Inilah, kalimat yang tepat jika digunakan untuk mendeskripsikan bangunan Teshima Art Museum Seni kontemporer ditampilkan tidak hanya di dalam galeri Museum tetapi juga di bagian bangunan coffeshop yang ada di sekitarnya di mana alam, seni, dan arsitektur bersatu, dalam lingkungan yang mengandung banyak karya spesifik-situs yang dibuat untuk lingkungan alami Naoshima atau terinspirasi oleh ruang arsitektur yang mereka huni.

TESHIMA ART MUSEUM


berdasarkan dari studi kasus ketiga bangunan tersebut. Elemen vegetasi juga berpengaruh terhadap bangunan. Alangkah lebih baiknya jika alam, seni, dan arsitektur itu hidup berdampingan. Seperti yang dikatakan oleh arsitek terkenal tadao ando. Meskipun perawatan bangunan tersebut sedikit lebih susah daripada bangunan lainnya, Hal ini dikarena selain harus tetap mengelola bangunan menjadi baik. Juga harus mengelola tanaman disekitar juga menjadi baik. tetapi memberikan banyak manfaat berkepanjangan untuk penghuni, lingkungan, dan area disekitarnya. Jadi menurut pendapat saya, Green Architecture Contemporer merupakan sebuah konsep yang terjadi pada saat ini, tidak di batasi oleh suatu Era. Melibatkan vegetasi dalam bangunan untuk menyeimbangkan antara bangunan dan lingkungan. Sehingga, stigma yang membuat bangunan dapat merusak lingkungan dapat diatasi dengan penerapan konsep Green Architecture Contemporer. Karena konsep ini bangunan dapat memberikan banyak manfaat untuk lingkungan dengan jangka panjang, serta memiliki bentuk yang tidak tertinggal zaman. Karena explore desain tidak dibatasi oleh suatu Era.


INFRASTRUCTURE, ARCHITECTURE, AND LANDSCAPE

Infrastruktur, arsitektur, dan lanskap merupakan tiga aspek yang cukup penting dalam penerapan arsitektur hijau. Infrastruktur adalah pekerjaan umum yang biasanya dirancang oleh insinyur sipil atau kontraktor. Arsitektur adalah sebuah bangunan yang dirancang oleh arsitek. Dan untuk lanskap sendiriberhubungan dengan yang ada di sekitar seperti taman, lanskap budaya, dan lanskap alam. Jika arsitektur dinyatakan lansekap, infrastruktur dinyatakan arsitektur, dan lansekap dinyatakan infrastruktur, kondisi tersebut diciptakan untuk memahami fenomena kota sebaliknya . Konteks dari ketiga hal tersebut memang sebagian besar dalam konteks positif dalam hal penerapan arsitektur hijau. Hal ini dikarenakan penerapan lanskap dalam infrastruktur arsitektur mengedepankan aspek alam atau terapat ruang yang digunakan untuk lanskap. Arsitektur hijau (green architecture) merupakan salah satu cara untuk mewujudkan arsitektur yang ekologis atau ramah lingkungan demi mencapai keseimbangan di dalam sistem interaksi manuia dengan lingkungan. Selain itu, arsitektur hijau adalah arsitektur yang minim penggunaan sumber daya alam serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, yang merupakan langkah untuk meralisasikan kehidupan manusia yang berkelanjutan Di seluruh dunia sudah diterapkan bahwa setiap bangunan harus menerpkan konsep bangunan hijau, di mana suatu bangunan harus efisien dan ramah terhadap lingkungan . Ada beberapa bangunan yang menerapkan konsep hijau antara lain Perez Art Museum Miami, Yokohama Ferry Terminal, dan OASIA Downtown.


Perez Art Museum merupakan bagian dari redevelopment kota Downtown dengan konsep waterfront. Perez Art Museum direncanakan untuk program pendidikan dan museum. Desain dari Perez Art Museum adalah "state-ofthe-art, berkelanjutan yang mengekspresikan museum sebagai tempat pendidikan dan tempat interaksi antar orang untuk para pengunjung. Total area Perez art Museum adalah sekitar 18.600m2 dengan total luas bangunan adalah 11.125 m2. Bangunan didesain untuk fungsipendidikan, seni, refreshing, dan restoran.

PEREZ ART MUSEUM

Struktur dari Peres Art Museum Miami (PAMM) terinspirasi dari Stiltsvile, sebuah rumah kayu yang ada di Biscayne. Desain PAMM sangat respon terhadap iklim kota. Desain bangunan bagian depan mempunyai elevasi dan kanopi dengan penggunaan kayu dan atap transparan yang berfungsi untuk masuknya sinar matahari ke dalam bangunan. Konsep desain yang diterapkan pada PAMM adalah natural atau alam. Hal ini karena keadaan lingkungan bangunan menjadipusat arsitekturnya yaitu kedekatan dengan air. Untuk struktur bangunan menggunakan konsep panggung, di mana ruang di bawah digunakan untuk parkir terbuka. Lokasi PAMM juga menawarkan pemandangan yang indah. PAMM memiliki desain jendela yang lebar dan tersembunyi dengan papan kayu di bawah balok beton untuk menimalkan dampak matahari pada kaca dan untuk mengurangi konsumsi energi pada bangunan. Permukaan eksterior pada dinding beton dilakukan dengan dipahat dan dipoles di tempat. Ketika berada di tempat beton terlihat halus dan reflektif. Tetapi dari kejauhan beton terlihat kasar.


Untuk bagian yang keras mempunyai struktur kolom dengan tanaman yang bergantung pada atap dan kanopi membuat desain museum " vegetal microcosm". tanamantanaman tersebut terdapat 80 jenis dengan jenis tropical dan sub tropis. Pohon, semak belukar, rerumputan, dan tanaman rambat membuat rencana terselesaikan dengan tanaman gantung secara vertikal. Arsitek memilih tanaman sungguhan yang cukup besar sebagai tampilan " raw materials" dari arsitektur lokal yang berbanding terbalik dengan arsitektur secara umum. Penggunaan tanaman yang dipasang di atap dan kanopi dikombinasikan dengan tujuan untuk menciptakan iklim mikro yaitu mengurangi kesenjangan suhu yang ekstrim antara luar dan dalam bangunan.


YOKOHANA FERRY TERMINAL

Yokohama Ferry Terminal (YFT) adalah sebuah terminal yang berada di tepi pantai Yokohama, Jepang dan didesain oleh Forreign Office Arch (FOA) pada tahun 1995. YFT memiliki luas 48.000 m2 dengan panjang 430 meter dan anggaran sebesar ÂŁ150.000.000. Pembukaan terminal secara umum pada tahun 2002 dan bertepatan dengan pertandingan final Piala Dunia 2002 diadakan di jepang yang jaraknya hanya beberapa mil dari terminal. Yokohama Ferry Terminal (YFT) didesain dengan konsep futuristik yang mewakili tipologi dari infrastruktur transportasi. Desain yang diterapkan dengan teknologi tinggi digunakan untuk mengeksplorasi bentuk yang baru dalam dunia arsitektur dan wacana untuk menggunakan terminal sebagai tempat untuk memeperkaya ruang perkotaan bersama. Yokohama Ferry Terminal adalah salah satu karya arsitektur yang sangat menakjubkan dan dihormati. Biasanya terminal hanya berhubungan dengan penumpang, yaitu sebuah bangunan yang berhubungan dengan transportasi infra-struktural namun bangunan ini juga digunakan sebagai ruang publik seperti taman. Proyek bangunan ini memiliki desain struktural yang menakjubkan yang mengintegrasikan bentuk, struktur dan ruang


Desain dari YFT yang menggunakan teknologi tinggi dan sangat kompleks di semua bagian bangunan. Struktur yang digunakan pada pembangunan YFT adalah pelat baja yang dilipat dan beton untuk mendukung bangunan. Kekuatan bahan yang digunakan untuk mendukung bangunan dan memungkinkan rencana ruang terbuka yang besar. Sedangkan ketinggian struktur memungkinkan untuk penggunaan berbagai plafon di dalam bangunan. Sistem struktur ini dapat mengatasi gerakan lateral gempa, prasayarat untuk bangunan di Jepang Balok baja menambah kesan berbobot pada ruang yang kontras dengan ruang yang memiliki kesan fleksibel dan ringan. Massa Bangunan dan Layout Bangunan YFT terdapat 3 lantai yang mempunyai fungsi berbeda-beda. Pada lantai 1 digunakan untuk parkir bersama, lantai 2 digunakan untuk area administrasi dan operasional terminal seperti tiket, BEA Cukai, imigrasi, restoran, dan area tunggu

Lanskap yang berada YFT berada di atap. Topografi atap di YFT yang berkontur sehingga ada rencana untuk membuat lanskap dengan kontruksi lereng, membuat sebuah sosial baru yang merespon penggunaan atap yang seperti kebanyakan. Program bangunan dengan tipikal dengan bentang horizontal yang memanjang seperti struktur tempat transportasi (terminal, stasiun, bandara, dan lain sebagainya). YFT mempunyai desain sirkulasi dari dalam ke luar sepanjag 400 meter dengan dibagi dua rencana lanskap dengan kayu dan rerumputan. Lanskap Kontur tapak di fungsikan untuk sirkulasi pengunjung terminal, di mana menghasilkan skema sirkulasi tunggal. Sirkulasi ini dibuat melingkar sehingga pengunjung dapat melewati bangunan terminal secara terus-menerus. Pengunjung dapat melalui jalan yang berliku yang didesain didasarkan pada kontur. Pemanfaatan dan persepsi ruang terus-menerus dimodifikasi sesuai ukuran dan pengaturan kapal. Jalur sirkulasi menjadi jelas selama waktu lalu lintas yang tinggi tetapi kurva yang terstruktur memungkinkan dapat membatasi orang yang masuk atau keluar di pelabuhan


OASIA Dowtown adalah sebuah hotel yang berada di pusat Singapure Central Business District (CBD) atau pusat bisnis Singapura. dan juga merupakan sejarah distrik Tanjung Pagar. OASIA Downtown adalah sebuah ekspresi khusus yang membentuk dan memperlihatkan suatu desain arsitektural dan struktural. OASIA Downtown didesain oleh WOHA pada tahun 2016 dengan luas 19.416 m2 dan termasuk ke dalam bangunan tinggi dengan ketinggian 191 meter. Bangunan OASIA Downtown ini mempresentasi suatu citra alternatif terhadap penggunaan material beton dan kaca yang biasanya digunakan dalam bangunan di tengah kota. Bangunan ini menawarkan tipologi terbaru untuk gedung pencakar langit di lingkungan tropis dan cocok terhadap iklim lokal dengan selasar, beberapa teras untuk berteduh, skygarden, dan penghijauan secara vertikal.

OASIS DOWNTOWN


Integrasi Massa Bangunan OASIA Downtown digunakan untuk beberapa fungsi seperti kantor dan hotel. Untuk bangunan tersebut membutuhkan komponen terpisah dari yang lain dalam hal keamanan untuk melayani penghuni yang berbeda juga. Solusi yang digunakan pada bangunan OASIA Downtown dengan menggunakan sistem sentral core dan solusi ini juga menekankan pemisahan sirkulasi vertikal untuk bagian pelayanan kantor, hotel, dan servis. Sebagai gantinya, untuk di bawah bangunan digunakan sebagai parkir bersama penghuni hotel dan kantor. Program desain untuk menyelesaikan pemisahan fungsi bangunan yaitu dengan pemisahan "core", sirkulasi vertikal dan ruang servis pada sudut bangunan, dan mengumpulkan program ruang dengan pemisahan blok berbentuk "L". Setiap blok melayani di setiap lantai pada sudut bangunan. Ruang terbuka di bagian tengah bangunan di setiap blok antara lain selasar, beberapa teras utuk berteduh, sky-garden, dan penghijauan secara vertikal. Bangunan OASIA Downtown ini meruapakan salah satu bangunan yang menarik dan ikon di Singapuran dengan desain material yang ramah lingkungan dan berisikan tanaman pada setiap sudut bangunan. Sky Terrace dengan perletakkan core di sudut bangunan, Sky terrace dapat melihat pemandangan kota dengan 360 derajat melalui taman dan yang mana hal itu sulit dilakukan dengan bangunan "typical center-core". Rencana desain Sky terrace adalah dengan mengelilingi dan membentang dari semua tepi setiap sky terrace. Bagian-bagian massa bangunan Perletakkan "core" salah satu fungsinya adalah untuk membawa penghuni ke sky terrace yang berada di lantai dan 21. Penguni diharuskan check in terlebih dahulu di lantai dasar, kemudian penghuni dapat menggunakan lift untukke hotel yang berada di lantai 13-20 dan 22-26. Penghuni dapat melihat pemandangan taman sky terrace yang memberikan pengalaman unik ketika berada di kawasan padat CBD .Sky terrace yang berada di lantai 12 adalah taman dengan desain serambi dan dengan halaman yang aktif dan berbatasan teras dengan tanaman pergola, lounge dan ruang bersama, dan dikelilingi oleh tanaman-tanaman


Blok berbentuk "L" dengan rencana desain bangunan dengan bentuk kontak menghasilkan 21 - 35 meter atria di setiap sky terrace. Sky terrace juga terdapat overhang yang besar, shading langsung ke teras bawah. Di ruang terbuka, atria mengelilingi ventilasi ke semua arah dibantu oleh efek menyalurkan secara alami. Setiap atrium memberikan pencahayaan dan lingkungan yang luas dengan pencahayaan alami di siang hari dan angin semilir, yang berhubungan dengan evaporasi air dan shading dari tanaman-tanaman. Terdapat juga atria yang berbentuk ruang lengkung yang menyajikan kesan dinamis dan nyaman seperti pemandangan taman di dalam bangunan dan pemandangan padatnya perkotaan di sekitar bangunan OASIA. Sebagai gantinya, AC dan ruang buatan membuat hotel lebih nyaman, tempat bernaung dengan pencahayaan alami dan udara yang segar, sebaliknya banyak udara yang menerapkan desain kedap udara di sekitar CBD. 21 spesies tanaman yang digunakan untuk fasad berdasarkan pada banyaknya kebutuhan sinar matahari, tingkat pertumbuhan, cakupan massa kepadatan, tekstur, dan warna. Beberapa tanaman menghasilkan produksi bunga berwarna-warni dan menarik perhatian burung dan seranggga.


Dengan fasad yang berdekatan dengan pepohonan di pinggir jalan, bangunan OASIA ini terlihat seperti tempat habitat tanaman dan pepohonan secara vertikal. Bersamaan dengan 33 spesies pepohonan dan tanaman berlukar yang direncanakan di sky terrace, sehingga di bangunan OASIA terdapat 54 spesies tanaman. Seperti pepohonan, bangunan OASIA dapat memetabolisme dan potosintesis sendiri. Dalam hal ini dapat digunakan untuk melindungi dan menampung, menciptakan habitat yang alami, keanekaragaman yang hayati dan menarik. Dan dengan melakukan itu, bangunan OASIA dapat digunakan sebagai tempat eksosistem dan ruang yang terprogram, memungkinkan alam hidup bersama dengan bangunan tersebut.

Tower bangunan tidak hanya berupa massa yang solid melainkan dinding berupa tirai yang tinggi. Tumpukan blok dan teras tertutupi oleh ukuran 25.000 meter dengan bahan aluminium. 1.800 fiberglass pabrikan diletakkan di setiap lantai bangunan dan berbatasan dengan tanaman rambat yang memerlukan overlap untuk lantai berikutnya. Dengan bertambahnya waktu, tanaman rambat tersebut akan menyebar ke setiap permukaan. Lanskap digunakan sebagai arsitektur lingkungan, untuk sistem berkelanjutan yaitu bangunan dapat ramah terhadap lingkungan dan tidak menambah pemanasan global. Tanaman dan fasad bangunan digunakan untuk menyaring yaitu memberikan keteduhan, mengurangi panas, meredam kebisingan, mengurangi silau dan debu masuk ke dalam bangunan, serta memperbaiki kualitas udara. Fasad yang digunakan mempunyai komposisi warna antara lain merah, merah gelap, pink, dan oren. Fasad tersebut akhirnya membuat tidak terlihat . Warna dan tekstur merubah pada fasad menjadi terang dan teduh, dan siklus alami untuk kehidupan tanaman. Hal ini membuat tower bangunan menjadi karya seni yang hidup


Dalam perkembangan arsitektur di saat ini menjadi sangat penting untuk melihat bagaimana arsitek mendesain bangunan dengan bentuk dan fasad yang indah dan memperhatikan kembali ke para arsite untuk membuat karya bangunan yang berpusat pada lingkungan manusia. Dari pembahasan pada ketiga objek arsitektur di atas merupakan bangunan yang indah dan juga ramah terhadap linngkungan, sesuai dengan konteks budaya, serta menerapkan konsep berkelanjutan. Untuk skala bangunan, ketiga bangunan ersebut mengintegrasikan dan memaksimalkan vegetasi pada bangunan. Hal itu menunjukan kemungkinan hidup berdampingan antara kota dan alam yang lebih seimbang. Untuk skala kota, ketiga bangunan tersebut menjadi komponen yang penting untuk memperbaiki kualitas ruang terbuka hijau , ruang publik, dan keanekaragaman hayati di kota. Selain itu juga menyediakan sebuah bangunan yang bagus untuk orang, kota, dan iklim.

Reducing our levels of consumption will not be a sacrifice but a bonus if we simply redefine the meaning of the word ‘success. – David Wann


KKL KELOMPOK 02

arranged by

ENERGY EFFICIENT BUILDING Singgih Afriyan Rahmat - Zainal Abrar

PAST, PRESENT, FUTURE


Efisiensi energi berarti menggunakan lebih sedikit energi untuk suatu aktivitas yang sama dengan tujuan mengurangi pemborosan energi. Peningkatan efisiensi energi akan memberikan dampak langsung terhadap kondisi lingkungan dan pengeluaran biaya. Terdapat sebuah potensi peningkatan efisiensi energi di berbagai sektor, salah satu yang penting adalah bangunan karena peran nya sebagai konsumen utama energi. Sektor bangunan menyerap sebesar 40% sumber energi dunia, bahkan di Indonesia, sektor ini bertanggung jawab terhadap 50% dari total pengeluaran energi, dan lebih dari 70% konsumsi listrik secara keseluruhan (EECCH dalam Magdalena dan TondobalaI. 2016). Dari besarnya penggunaan energi tersebut, sektor bangunan berkontribusi terhadap 30% emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di Indonesia. Rancangan desain akhir sebuah bangunan oleh arsitek di massa sekarang dan ke depannya harus memperhatikan penggunaan energi, dalam kasus ini mengurangi tingkat konsumsi energi listrik dengan tidak mengabaikan unsur keindahan, kegunaan dan kekuatan dari bangunan tersebut. Sektor bangunan mencakup serangkaian aktivitas beragam dengan penggunaan energi yang berbeda. Pemanasan ruang, pendinginan dan pencahayaan ruang, yang bersama-sama bertanggung jawab atas sebagian besar penggunaan energi bangunan. Sebuah bohlam lampu yang sedang menghasilkan cahaya, berkaitan erat dengan energi panas yang ikut terbuang dalam prosesnya, jika dibandingkan dengan bohlam lampu hemat energi yang diciptakan dengan intensitas cahaya yang sama tanpa membuat energi panas terbuang. Arsitek berlomba-lomba merancang bangunan dengan mengoptimalkan efisiensi energi bangunan dengan kehadiran teknologi yang semakin canggih maupun pemanfaatan energi terbarukan yang mengarah pada hasil akhir bangunan tanpa energi. arsitek yang berkiprah dalam penciptaan lingkungan mempunyai tanggung jawab yang besar untuk ikut mereduksi energi melalui rancangan bangunan yang dapat meminimalkan penggunaan energi. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi para arsitek di era pemanasan global seperti saat ini.


Office of Technology Assesment (OTA) tentang Building Energy Efficiency (1992) menyatakan bahwa penggunaan energi pada bangunan di masa yang akan datang akan dikemudikan oleh perubahan teknologi. Penggunaan energi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, perubahan jumlah anggota keluarga, perubahan gaya hidup dan pola migrasi/perpindahan penduduk. Pernyataan ini melengkapi pendapat L. Schipper, dkk. (1989) yang menyebutkan bahwa pola penggunaan energi dalam bangunan seperti misalnya rumah tinggal, dipengaruhi oleh jumlah orang dalam keluarga, pendapatan, lamanya tinggal dalam rumah dan siapa yang tinggal di rumah. Faktor lainnya adalah usia anggota keluarga. Orang tua kebanyakan tidak bekerja sehingga memiliki kecenderungan untuk menggunakan energi lebih banyak daripada orang berusia produktif yang bekerja.

Penggunaan peralatan untuk pemanasan, pendinginan, pengudaraan dan kontrol kelembaban meningkatkan lumlah energi yang dibutuhkan untuk menciptakan kenyamanan ruang dalam bangunan. Sementara itu, Taylor dalam bukunya Handbook of Energy Efficiency and Renewable Energy (2007) juga menyatakan bahwa penggunaan energi dari bangunan di dominasi oleh pengaruh iklim karena panas yang diperoleh dari konduksi langsung dari sumber panas melalui permukaan bangunan mencapai 50-80% dari energi yang dikonsumsi.

Bangunan yang direncanakan dengan baik, rancangan jendela dan ventilasi yang memadai dan ragam penghematan energi lainnya dapat menurunkan penggunaan energi dengan cukup signifikan. Peluang untuk mempertinggi efisiensi energi adalah pada fase konstruksi yaitu dengan menempatkan dan mengorientasikan bangunan dengan memperhatikan alam, seperti sinar matahari, angin, naungan bumi/bayang-bayang bumi. Pada dasarnya semua perencanaan merupakan jalan pikiran dari ide ke bentuk, termasuk perencanaan perumahan. (Handayani, 2010)


Perencanaan adalah suatu usaha dalam memanfaatkan sumbersumber yang ada, dengan memperhatikan keterbatasannya untuk dapat menuju sasaran yang efisien.  Puspantoro (1996) menyebutkan beberapa faktor dan syarat yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah bangunan rumah tinggal, yaitu: kekuatan, keawetan, keindahan dan kesehatan. Jadi, suatu bangunan harus mempunyai konstruksi yang kuat, untuk melindungi penghuni dari bahaya keruntuhan dan juga agar penghuni dapat merasa tentram tinggal di dalamnya. Bangunan juga harus direncanakan mempunyai umur yang panjang, bentuk yang indah dan memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungannya. Sementara itu Prasasto Satwiko (2005) menyimpulkan dari hasil pengamatannya bahwa banyak bangunan baru mengabaikan aspekaspek fisika bangunan dan lebih menitikberatkan pada segi penampilan visual saja. Akibatnya banyak bangunan yang indah tetapi tidak nyaman dihuni. Lebih lanjut Satwiko (2005) menjelaskan bahwa perancangan ventilasi, pencahayaan, dan akustika adalah salah satu cara mengusahakan agar bangunan-bangunan kita tidak saja indah, namun juga sehat dan nyaman. Contohnya: bangunan sedapat mungkin berada di tengah lahan sehingga semua sisi terkena oleh hembusan angin; usahakan ventilasi dapat berlangsung 24 jam; hindari bangunan berdenah rumit; bukaan diusahakan selebarlebarnya untuk memberi keleluasaan angin bergerak di dalam ruang, namun bukaan ini harus terlindung dari sinar langsung matahari yang akan memanaskan udara ruangan. Konsep Rancangan Bangunan Hemat Energi Arah hadap bangunan. Denah bangunan dan volume ruangan, Jendela ventilasi,. Konfigurasi massa bangunan


SOLARIS Solaris adalah ikon Hijau Singapura karena konsep desainnya adalah untuk mencapai “Green Eco infrastruktur.Menara Solaris merespons situs ekologis asli melalui desain penyebaran vegetasi dan lansekap atas bangunan dengan maksud untuk menciptakan situs yang sepenuhnya ekologis. Ar. Ken Yeang ingin menciptakan ruang hijau yang layak huni yang bermanfaat bagi lingkungan. Ar. Ken Yeang menciptakan bangunan yang dia klaim, "Dalam banyak hal rasanya seperti ekosistem buatan manusia dalam bentuk menara. Bangunan telah mencapai pengurangan 36% dalam konsumsi energi secara keseluruhan dengan mengintegrasikan area yang sepenuhnya lansekap langsung ke dalam fasad bangunan. Strategi desain hijau dari area bangunan adalah sebagai berikut. Jalan lanskap berkelanjutan 1,5 kilometer yang dibangun untuk menghubungkan permukaan tanah ke lantai atas bangunan. Jalan ini memiliki overhang yang dalam dengan konsentrasi besar tanaman pelindung sebagai strategi komprehensif untuk pendinginan sekitar fasad bangunan. Kemiringan maksimum landai adalah 1:20. Sebuah poros diagonal yang memotong lantai atas Tower A memungkinkan cahaya siang menembus ke dalam interior bangunan. Pencahayaan internal beroperasi pada sistem sensor yang mengurangi penggunaan energi dengan mematikan lampu secara otomatis ketika pencahayaan siang hari yang memadai tersedia.


Lansekap Teras di dalam poros surya membawa kualitas tambahan ke ruang yang berdekatan dan meningkatkan pemandangan ke gedung dari jalan di bawah ini. Terletak di sudut timur laut gedung, Eco-cell memungkinkan vegetasi, cahaya matahari, dan ventilasi alami meluas ke tingkat parkir mobil di bawah. Level terendah dari sel ramah lingkungan berisi tangki penyimpanan dan ruang pompa dari sistem daur ulang air hujan. Ventilasi Alami dan Penerangna Alami di Atrium Sebuah plaza publik antara dua blok menara menyediakan ruang untuk kegiatan bersama dan pertunjukan kreatif. Lantai dasar berventilasi alami ini beroperasi sebagai zona mode campuran (tanpa AC) dengan atap kaca yang dapat dioperasikan di atas atrium yang memberikan perlindungan dan memungkinkan ventilasi penuh saat dibutuhkan. Sun Shading Luas Desain fasad yang responsif terhadap iklim berasal dari analisis jalur matahari lokal. Studi fasad menganalisis jalur matahari menentukan bentuk dan kedalaman kisi-kisi kerai, yang juga berfungsi ganda sebagai rak cahaya. Strategi naungan matahari ini selanjutnya mengurangi perpindahan panas melintasi fasad bangunan berlapis ganda, berkontribusi pada ETTV yang sangat rendah, yaitu 39 W / m2.

Roof Garden dan Corner Sky Terrace Lansekap vertikal bertindak sebagai penyangga termal dan menciptakan area untuk relaksasi dan ruang acara. Taman luas ini memungkinkan penghuni bangunan untuk berinteraksi dengan alam dan juga menawarkan kesempatan untuk mengalami lingkungan eksternal dan menikmati pemandangan puncak pepohonan di Taman satu-utara.


Rainwater Harvesting Area ansekap luas bangunan ini diairi melalui sistem daur ulang air hujan skala besar. Air hujan dikumpulkan dari pipa drainase dari tanjakan lansekap dan dari atap menara B melalui drainase Siphonic. Kapasitas penyimpanan lebih dari 700 m3 memungkinkan irigasi lebih dari lima hari melalui air daur ulang di antara curah hujan. Table of Landscaped Areas Roof Gardens: 2,987 m2 Atrium Planter Boxes: 304 m2 Eco-Cell: 83 m2 Green Ramp: 4,115 m2 Solar Shaft: 223 m2 Ground Level Landscaping: 487 m2 Green Walls: 164 m2 Total Landscaped Area: 8,363 m2 Ratio of Landscaping to GFA: 17% Green Ratio of Landscaping to Site Area: 108% Green Percentage of Total Landscape Area above Ground Level: 94%


MENARA MESINIAGA

Menara Mesiniaga, juga dikenal sebagai menara IBM dibangun di Subang Jaya, Malaysia Mpada tahun 1992. Dirancang dan dibangun oleh arsitek Kenneth Yeang menggunakan 10 tahun penelitiannya menjadi prinsip desain bio-iklim. Menurut studi kasus yang dilakukan oleh Bill Chan “Bangunan tinggi bioklimatik dibangun dengan manfaat energi rendah pasif, dicapai melalui respons desain terhadap iklim tempat dan melalui optimalisasi penggunaan energi ambien daerah, untukmeningkatkan kualitas hidup dan kenyamanan untuk penghuninya �. Desain Surya Pasif Menara Mesiniaga memaksimalkan desain surya pasif dengan memanfaatkan sinar matahar yang menembus melalui bangunan dan mengendalikannya dengan menggunakan perangkat pelindung yang sesuai untuk mengurangi panas dan memberikan kenyamanan. Bentuk eksterior yang melingkar dari bangunan dan orientasi memengaruhi jumlah cahaya matahari yang masuk dari semua sudut Kaca dan naungan jendela kaca dimasukkan ke dalam desain untuk meminimalkan keuntungan matahari dan beban panas di pagi hari. Dinding tirai berlapis kaca diterapkan di seluruh gedung untuk meningkatkan pencahayaan alami dan juga mengurangi suhu bangunan. Perangkat peneduh juga ditempatkan secara strategis di lokasi dengan intensitas sinar matahari tinggi


Pencahayaan alami juga ditemukan di ruang bawah tanah gedung yang menerangi tempat parkir, toilet dan generator pendingin udara. Bukaan jendela ditempatkan di tanah tepat di atas ini ruang untuk menyediakan pencahayaan yang cukup, Ini membantu mengurangi biaya listrik. Kenyamanan Termal Ruang terbuka dan area berventilasi yang terencana dengan baik dapat ditemukan di seluruh bangunan. Ruang seperti teras, taman, atap rumah, pusat servis dan tangga yang terletak di dalam gedung membantu meningkatkan kenyamanan termal bagi pengguna dengan menyediakan sinar matahari alami dan ventilasi Kenyamanan termal di gedung ini lebih dari sekadar dapat dicapai secara efektif oleh fitur-fitur spesifik ini, di mana sistem pendingin mekanis dimanfaatkan secara optimal, bukan digunakan secara berlebihan Kenyamanan termal di gedung ini lebih dari sekadar dapat dicapai secara efektif oleh fitur-fitur spesifik ini, di mana sistem pendingin mekanis dimanfaatkan secara optimal, bukan digunakan secara berlebihan


Menara ini didesain dengan taman vertikal. Sistem penanam spiral mengelilingi menara sampai ke puncak. Tepi bangunan ditanami dengan pohon-pohon keras dan spesies tanaman asli ke Chongging dengan lansekap memanjang dari jalan ke menara kantor. Tanaman ramp vertikal ini didukung oleh kerangka ekologi eksternal bangunan. taman di sudut langit, berfungsi sebagai zona interstitial antara daerah dalam dan daerah luar.

CHONGQING TOWER

Eco-Cell adalah void seluler vertikal atau slot yang terintegrasi ke dalam podium. Rongga seluler ini memiliki jalur vegetasi yang berputar dari taman atap ke lantai dasar dan lantai dasar dan membawa biomassa, vegetasi, cahaya matahari, air hujan, dan ventilasi alami ke kedalaman bagian dalam lantai. Verical Green Belt Ini dikandung sebagai bagian dari lansekap linier di atas podium, yang menghubungkan Cultural Plaza dari Ground Plane ke Office Tower. Vertical Green Belt ditanam dengan berbagai jenis pohon, semak dan jenis tanaman penutup tanah untuk mengurangi efek pulau panas, sehingga mengurangi kebutuhan untuk penggunaan energi terbarukan di AC dan pendingin


Effisiensi energi sangat penting untuk keberlangsungan kehidupan manusia untuk sekarang dan masa yang akan datang. Efisiensi energi mampu meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal. Penggunaan energi pada bangunan banyak dipengaruhi oleh faktor iklim, kualitas lingkungan di sekitar bangunan, arah adap bangunan, denah bangunan, dan bahan bangunan. Dengan konsep rancangan yang tepat maka bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengkonsumsi energi listrik, yaitu dengan menghadapkan bangunan ke arah utara atau selatan yang lebih sedikit mendapat paparan sinar matahari, meminimalkan sekat dalam ruangan, memperbesar volume ruangan, membuat ventilasi silang, skylight, serta memperhatikan perbandingan ruan terbangun dengan ruang terbuka hijau

we’ll see green buildings long before 2020 — I think the movement is intensifying. Within the next 5-10 years we’ll see a lot more green buildings being built. Not just buildings but green cities, green environment, green master plans, green products, green lifestyles, green transportation. I’m very optimistic. - Ken Yeang,


ENERGY EFFICIENT BUILDING (NEARLY ZERO ENERGY) Zero energy, Populer dengan istilah Zero Energy Building (ZEB), muncul di Eropa sekitar tahun 1980-an, meskipun baru ZEB menjadi gerakan besar dalam arsitektur. ZEB mulai populer ketika permasalahan lingkungan merambah ke ranah arsitektur. Penghematan energi dalam bangunan bukan lagi persoalan menghemat energi semata, tetapi merupakan bagian penting memangkas emisi CO2. Secara harfiah Konsep Zero Energy Bulding diartikan sebagai �Bangunan Tanpa Energi�. Konsep Zero Energy Building Merupakan pemahaman tentang bangunan yang secara keseluruhan (net) tidak mengonsumsi energi yang bersumber dari listrik negara maupun bahan bakar fosil . Dengan kata lain, ZEB merupakan konsepsi bangunan yang dapat mencukupi kebutuhan energinya sendiri dari sumber energi terbaruan, seperti matahari, angin, air,bahan bakar nabati, biomassa, dan biogas. (Magdalena dan Tondobala, 2016) ZEB Meskipun demikian, mengingat beberapa sumber energi terbarukan, seperti energi matahari dan angin, seringkali tergantung pada kondisi cuaca yang kadang kala tidak mendukung, konsepsi ZEB masih membuka kemungkinan penggunaan energi fosil pada saat tertentu. Pada saat lain bangunan harus mampu memproduksi energi terbarukan secara berlebih untuk mengimbangi kekurangan energi pada waktu lain. Office of Technology Assesment (OTA) tentang Building Energy Efficiency (1992) menyatakan bahwa penggunaan energi pada bangunan di masa yang akan datang akan dikemudikan oleh perubahan teknologi. Penggunaan energi juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, perubahan jumlah anggota keluarga, perubahan gaya hidup dan pola migrasi/perpindahan penduduk Sedangkan Taylor dalam bukunya Handbook of Energy Efficiency and Renewable Energy (2007) menyatakan bahwa penggunaan energi dari bangunan di dominasi oleh pengaruh iklim karena panas yang diperoleh dari konduksi langsung dari sumber panas atau infiltrasi/ekfiltrasiudara melalui permukaan bangunan mencapai 50-80% dari energi yang dikonsumsi Bangunan yang direncanakan dengan baik, rancangan jendela dan ventilasi yang memadai dan ragam penghematan energi lainnya dapat menurunkan penggunaan energi dengan cukup signifikan. Peluang untuk mempertinggi efisiensi energi adalah pada fase konstruksi yaitu dengan menempatkan dan mengorientasikan bangunan dengan memperhatikan alam, seperti sinar matahari, angin, naungan bumi/bayang-bayang bumi (Teti, 2010).


Net Zero merupakan konsep terbaru untuk mendorong kinerja gedung untuk mencapai batas efisiensi tertinggi. Konsep ini cocok dengan pendekatan padat dan hijau yang baik : semakin rendah konsumsi energi di tingkat bangunan, semakin rendah permintaan pada skala infrastruktur perkotaan. Menurut Laboratorium Energi Terbarukan Nasional AS (US NREL), ada empat jenis utama Net Zero Energy Building yang melihat berbagai aspek mengurangi dampak dari penggunaan energi melalui emisi karbon: Net Zero Site Energy Menghasilkan sebanyak energi yang bangunan tersebut gunakan Net Zero Source Energy Menghasilkan sebanayak yang dihasilkan sumber energi Net Zero Energy Costs Biaya pengeluaran untuk energi hanyalah    Net Zero Energy Emissions tanpa menghasilkan emisi karbon yang berbahaya bagi mahkluk hidup Sedangkan menurut Perkins dan Will (2013) ada beberapa Langkah-langkah dalam mencapai Zero Energy Building adalah sebagai berikut: Minimize Building Loads (Meminimalkan Beban Bangunan) Maximize Energy Efficiency (Memaksimalkan Efisiensi Energy) Utilize On-Site Renewable Energy Production (Memanfaatkan Produksi Tenaga Yang Dapat Diperbaharui Pada Site Minimize Building Energy Consumption (Meminimalkan Konsumsi Energi Bangunan.

Untuk dapat mempersiapkan desain dan proses konstruksi yang hemat energi yang diperlukan dalam rangka mencapai hasil akhir yang hemat energi, pengembang bangunan harus memahami elemen-elemen utama efisiensi energi salah satu nya proses desain terintegrasi. Proses desain terintegrasi mencakup karakteristik lokasi dan desain bangunan, yang meliputi pilihan-pilihan arsitektur, struktural, mekanik, dan listrik dengan tujuan untuk meminimalisasi konsumsi energi. Untuk mencapai tujuannya, pendekatan terintegrasi ini membutuhkan kolaborasi erat antara arsitek dengan insinyur mekanik, struktural, dan listrik, serta kontraktor dalam fase desain dan konstruksi. Berikut ini aspek-aspek dalam proses desain bangunan hemat energi. (Gunawan, dkk, 2012) : Orientasi dalam bentuk, Desain lahan , Lampu, Pencahayaan Alami dan Elektrik, Ventilasi, Pemanasan dan Pendinginan , Material Pemilihan.


NET ZERO ENERGY BUILDING Dirancang oleh Serie Architects , Sekolah Nasional Desain dan Lingkungan 4 (SDE4) baru Universitas Nasional Singapura adalah bangunan net zero energy pertama di Singapura, yang berarti menghasilkan energi yang sama atau lebih banyak daripada mengkonsumsi secara operasional. Memiliki luas 8.500 m², enam lantai, ruang multidisiplin dan desainnya SDE4 terletak di sebuah bukit dekat pantai selatan Singapura dan merupakan bagian dari pembangunan kembali kampus yang lebih besar. Bangunan itu sendiri mencakup sekitar 1.500 m² ruang studio desain, sebuah plaza terbuka seluas 500 m², berbagai ruang publik dan sosial, bengkel dan pusat penelitian, kafe, dan perpustakaan. Ruang-ruang telah dirancang dalam berbagai ukuran, memungkinkan pengaturan ulang yang fleksibel dari tata ruang untuk pameran, instalasi dan perubahan penggunaan di masa depan dan mencerminkan ambisi sekolah untuk mempromosikan penelitian dan bentuk-bentuk baru ruang pengajaran. Desain DSE 4 mengusung prinsip arsitektur tropis vernakular di Asia Tenggara. Lebih dari 50% dari total area berventilasi alami dan sebagian besar ruang dapat dibuka untuk menadapatkan angin sepoisepoi. Pendingin udara hanya digunakan bila diperlukan dan juga memanfaat ventilasi silang untuk penghawaan alami. Arsitekturnya diselingi oleh pergantian teras, balkon lanskap, dan ruang informal. Sistem ventilasi meningkatkan tingkat oksigen serta tingkat kenyamanan keseluruhan bagi penghuninya dengan memasukkan udara segar ke dalam bangunan (Schropher, 2016).


Bangunan ini memiliki komponen biofilik yang kuat dalam penggunaan dan perayaan yang disengaja dari karakteristik mentah dan alami dari bahan baja, logam berlubang dan beton. Akibatnya permukaan beton jadi unik, beberapa kolom menyerupai marmer, dan semuanya memiliki kualitas sentuhan yang meningkatkan materialitas arsitektur Tidak ada pembagian antara tempat untuk belajar, bekerja dan bersosialisasi - bentuk bangunan terdiri dari teras, balkon lanskap, dan ruang informal. Ruang interstitial antara kulit dalam dan luar pada fasad timur dan barat, misalnya, dirancang untuk penelitian. Di area ini, elemen façade dapat dibongkar dan diganti dengan sistem baru tergantung pada kebutuhan penelitian Sekolah. Koridor dan tangga memberi tanda pada platform, menciptakan ruang kolaborasi yang bebas bergerak. Landcape pada bagian selatan bangunan telah dirancang sebagai sistem pemurnian alami, membantu meningkatkan kualitas air sambal mendorong siswa untuk menggunakan dan terlibat dengan lanskap. Limpasan dari atap dan scape keras dibersihkan dengan melewati tanah, yang menghilangkan sedimen dan nutrisi yang larut. Hampir 50% dari tanaman yang dipilih adalah spesies asli dan sebagian besar berasal dari daerah tropis selatan, pilihan yang juga memberikan peluang bagi Pendidikan lingkungan. Bangunan ini dirancang agar responsif terhadap iklim tropis di kawasan tersebut dengan konsumsi net zero energy yang menampilkan desain yang berkelanjutan dan lebih dari 1200 panel surya fotovoltaik di atapnya. SDE4 menciptakan inovasi baru untuk memberikan kenyamanan di daerah tropis dengan cara membuat sistem pendingin hibrida inovatif, dirancang oleh Transsolar KlimaEngineering, yang memasok ruangan dengan 100% udara segar pradingin, meskipun pada suhu dan tingkat kelembaban lebih tinggi daripada di sistem konvensional, dan ditambah dengan kecepatan udara tinggi oleh kipas langit-langit. Udara yang bersirkulasi dingin ini menciptakan kondisi yang nyaman dalam sistem hemat energi yang tinggi (Gonzales (Archdaily), 2019) Selama proses ini, bangunan tersebut telah menghilangkan persepsi umum tentang kualitas spasial, kenyamanan, dan biaya untuk bangunan berkelanjutan. SDE4 mengubah argumen bahwa bangunan hijau lebih mahal, karena terbatas atau tidak ada biaya tambahan dibandingkan dengan model standar industri yang serupa.


MENARA MESINIAGA

The Joyce Centre For Partnership And Unnovation dirancang oleh B + H And Mccallum Sather Architects. The Joyce Center di Mohawk College adalah bangunan kelembagaan pertama di Kanada yang mendapatkan sertifikasi Zero Carbon Building - sertifikasi desain dari Canada Green Building Council. Joyce Center for Partnership & Innovation dipilih oleh CaGBC sebagai salah satu dari 16 proyek percontohan nasional untuk menunjukkan standar baru. Dalam standar ini, bangunan nol-karbon didefinisikan sebagai bangunan yang sangat hemat energi dan menghasilkan di tempat, atau menghasilkan energi terbarukan yang bebas karbon dalam jumlah yang cukup untuk mengimbangi emisi karbon tahunan yang terkait dengan operasi Bangunan ini memiliki Pusat Kreativitas Digital dan laboratorium yang berspesialisasi dalam kesehatan digital, avionik, pengujian energi terbarukan, desain berkelanjutan, manajemen energi dan daya, fisika dan metrologi, otomasi industri, dan keamanan dunia maya. Dan mempunyai Dua ruang kuliah lantai utama digunakan oleh siswa dari seluruh perguruan tinggi. Diluar ruang kuliah terdapat kafe dan galeri yang biasa digunakan untuk acara kampus, komunitas dan industri. Serta memiliki Pusat Manajemen Perubahan Iklim bertempat di lantai empat, mendukung aksi regional tentang perubahan iklim dan berfungsi sebagai perhubungan bagi industri, masyarakat, pemerintah, dan mitra akademik untuk mendorong kolaborasi dan penelitian.


Gedung Joyce Centre dirancang sedapat mungkin kedap udara sehingga sistem pemanas dan pendingin bekerja dalam waktu minimal. Atapnya juga dirancang untuk meningkatkan kinerja termal, dengan area hijau (ditanam) dan permukaan yang memantulkan panas dari matahari .Joyce Center dirancang untuk memanfaatkan sumber energi sinar matahari. Ada total 1.980 panel surya yang dipasang pada bagian atas bangunan ini diproyeksikan untuk menghasilkan 730.000 kWh energi setiap tahun. Banguna ini juga tidak menggunakan gas alam di lokasi, semua pengaturan listrik memungkinkan rute termudah ke rendah karbon untuk sebagian besar bangunan Joyce Center menghasilkan energi terbarukan sendiri menggunakan sistem panas bumi. Energi dihasilkan dan disimpan di 28 sumur panas bumi yang dibor hingga kedalaman 605 kaki. Sistem panas bumi memanfaatkan iklim dengan menyimpan panas yang diekstraksi dari gedung selama musim dingin ke dalam tanah dan dengan menarik panas itu dari tanah selama musim panas untuk digunakan di dalam bangunan .

Joyce Center menggunakan cahaya alami untuk mengurangi energi yang dibutuhkan untuk penerangan. Jendela besar dan terisolasi memungkinkan sinar matahari menerangi ruang kelas, laboratorium, dan lorong. Selubung cahaya pusat yang dirancang khusus memungkinkan cahaya alami mengalir melalui lima lantai. Pencahayaan LED yang dikontrol sensor mendeteksi sinar matahari dan akan redup, atau dimatikan, ketika ada banyak sinar matahari yang tersedia.

Joyce Center mengurangi air dengan menggunakan teknologi konservasi air pintar. Dua tangki bawah tanah menangkap 228.000 liter limpasan air hujan. Air ini kemudian digunakan dalam pipa air limbah dan sistem lansekap. Dengan menangkap dan menggunakan kembali air hujan, The Joyce Center membantu mengelola air hujan dan mengurangi konsumsi air bersih.Joyce Center dibangun dengan hati-hati untuk memaksimalkan efisiensi dan mengurangi panas dan limbah air. Rata-rata orang Kanada menggunakan 251 liter air setiap hari. Sekitar 30% dari air ini digunakan untuk menyiram toilet. Untuk mengurangi air limbah, The Joyce Center menggunakan keran, toilet, dan urinal aliran rendah.


Learning Hub di Nanyang Technological University (NTU Singapura), dirancang oleh Heatherwick Studio adalah landmark pendidikan baru untuk Singapura. Sebagai bagian dari rencana pembangunan kampus NTU , Learning Hub dirancang untuk menjadi gedung multi guna baru untuk 33.000 mahasiswanya. Rencana induk kampus NTU menyerukan ruang akademik, perumahan, dan sosial yang diperbarui sambil mempertahankan keseluruhan dari kampus asli berbatasan dengan area hutan besar di bagian barat Singapura. Ini berusaha untuk mendefinisikan hubungan tertentu antara bangunan yang akan segera dibangun dan lanskap yang ada melalui pelestarian dan pemulihan fitur ekologis utama di seluruh kampus. Integrasi area yang ditanam dengan lingkungan yang dibangun mengaburkan garis antara ruang interior dan eksterior. Ini juga membantu mengganti area lanskap yang hilang dalam pembangunan. Kepadatan kampus yang signifikan dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi sosial. Dalam skema Heatherwick Studio, dua ambisi ini -integrasi penghijauan dengan lingkungan binaan dan interaksi sosialsaling terkait dan benar-benar berfungsi untuk saling mendukung dalam penciptaan ruang pendidikan yang menyala secara alami dan berventilasi serta aktif secara sosial

NANYANG TECHNOLOGICAL UNIVERSITY


dengan lingkungan binaan dan interaksi sosial- saling terkait dan benar-benar berfungsi untuk saling mendukung dalam penciptaan ruang pendidikan yang menyala secara alami dan berventilasi serta aktif secara sosial (Schropher, 2016). Ruang pertemuan akademik didistribusikan ke 11 menara kerucut kecil terbalik, yang menentukan eksterior bangunan. Ruang-ruang ini, yang dilapisi beton pracetak di bagian luar dan kaca di bagian dalam, mengikat atrium tengah terbuka. Di setiap tingkat atas, balkon terbuka yang luas menghubungkan menara dan menyediakan ruang pertemuan informal. Pemandangan ke dalam ruang kelas dari bagian dalam bangunan dibiarkan tidak terhalang untuk mempromosikan kesempatan pertemuan antara penghuni mereka. Bangunan ini dibatasi oleh taman atap bertingkat, yang juga menyediakan berbagai ruang pertemuan. ruang pengajaran gedung dirancang sebagai "ruang kelas terbalik," yang mendefinisikan ulang pengalaman ruang empat sisi yang khas dan memecah hierarki top-down dari ruang kelas universitas yang khas. Teknologi dan kerja kelompok diprioritaskan di ruang bundar yang dipenuhi teknologi ini yang memfasilitasi kolaborasi siswa di sekitar tabel bersama. Model ruang belajar ini sejalan dengan penelitian terbaru tentang desain lingkungan yang paling membantu perkembangan pembelajaran kolaboratif (Schropher, 2016). Masing-masing menara kerucut dibalut dengan elemen beton pracetak berpita yang mengintegrasikan pigmen dan tekstur. Jenis bahan yang tahan lama dan selesai secara alami ini berintegrasi sempurna dengan area bangunan yang ditanam, menciptakan dialog dengan fasad bangunan yang hijau dan kampus di sekitarnya. Selain itu, dengan meminimalkan penyelesaian beton dan bahan lainnya, seperti fosfor perunggu dan kayu solid, bahan kimia pembongkaran gas bangunan sangat berkurang, menghasilkan lingkungan kerja dan belajar yang lebih sehat. Desain Learning Hub berupaya meminimalkan volume ruang ber-AC. Sebagai gantinya, massa dan materialitas digunakan untuk mengendalikan lingkungan di dalam bangunan. Bentuk menara kerucut terbalik bernuansa dan berlindung di lantai bawah yang lebih kecil, dengan hati-hati mengendalikan jumlah cahaya alami yang memasuki atrium. Secara bersamaan, tingkat yang lebih rendah meruncing untuk memaksimalkan bukaan untuk orang dan aliran udara alami untuk memasuki gedung. Selain itu, massa termal dari beton pracetak menjaga ruang pertemuan relatif dingin sementara juga mendorong gerakan vertikal udara melalui atrium udara terbuka.


Karena semua ruang menara bersifat terbuka, skema ini memberikan banyak peluang untuk pengenalan area hijau, yang secara aktif membedakan dan mengkarakterisasi berbagai ruang. Setiap tingkat menggabungkan penanaman di langkan atrium interior, mendukung penciptaan lingkungan semi-outdoor yang dingin. Selanjutnya, di antara masingmasing massa kerucut, balkon didorong ke luar, menciptakan teras dan taman yang ditanami lebih menghadap ke luar. Sementara kebun dan tanaman yang mengelilingi balkon internal dan eksternal jelas beriklim tropis, sejumlah ekologi yang ditanam juga diperkenalkan, mulai dari bunga tropis hingga taman yang segar. Prinsip kerja dari Zero Energi Bulding/ Energy efficient building pada dasarnya adalah Meminimalkan beban bangunan, Memaksimalkan efisiensi energi, Memanfaatkan produksi energi yang dapat diperbaharui pada site, dan Meminimalkan konsumsi energi bangunan, dengan tujuan bangunan mampu memenuhi kebutuhan energinya sendiri bahkan lebih jika dimungkinkan. Sedangkan penggunaan energi pada bangunan banyak dipengaruhi oleh faktor iklim, kualitas lingkungan di sekitar bangunan, orientasi bangunan, denah bangunan, dan material bangunan. Dengan konsep rancangan yang tepat maka bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang kurang nyaman menjadi iklim ruang yang nyaman tanpa banyak mengkonsumsi energi listrik, yaitu dengan menghadapkan bangunan ke arah utara atau selatan yang lebih sedikit mendapat paparan sinar matahari, meminimalkan sekat dalam ruangan, membuat ventilasi silang, skylight, serta memperhatikan perbandingan ruang terbangun dengan ruang terbuka hijau.


KKL KELOMPOK 02

arranged by

HIGH PERFORMANCE BUILDING Robby Sukma Prayoga - Khansa Anisah Labibah

PAST, PRESENT, FUTURE


Teknologi dalam arsitektur mengalami perkembangan setiap tahunnya. Perkembangan ini menyentuh ranah arsitektur baik pada proses perancangan (penggunaan aplikasi perancangan) maupun pada proses pembangunan (teknologi bahan dan automatisasi). hingga dengan sekarang yaitu kemunculan dari Algorithm-Aided Design (AAD) dan Algorithm Aided Building Information Modelling (AAD). Basis dari AAD dan AAB adalah bagaimana mengkreasi desain dengan bantuan algoritma dan pemodelan berbasis parametrik yang memudahkan perancang dalam menghasilkan desain dengan bantuan computer (Gunagama dan Lathifa, 2017). Perkembangan teknologi lain yang berkembang dalam arsitektur yaitu teknologi bahan dan automatisasi bangunan. Perkembangan teknologi bahan dan material bangunan seperti terjadi pada perkembangan teknologi kaca yang semakin beragam bentuk dan manfaatnya, serta perkembangan pada material dan bahan lain seperti material dinding penutup, sistem struktur, dan atap. Tidak hanya dari segi perkembangan material dan bahan saja yang mengubah wajah arsitektur, sistem automatisasi bangunan turut memberi warna baru pada arsitektur modern. Keseluruhan sistem automatisasi tersebut lebih dikenal dengan konsep teknologi smart bulding. teknologi smart bulding merupakan teknologi yang menggabungkan arsitektur sebagai objek utamanya dengan sistem utilitas pada bangunan dengan mengontrolnya secara otomatis

Teknologi smart building juga mendorong konsep green building pada bangunan, karena didalamnya terdapat pengaturan otomatis yang melakukan efisiensi energi pada suatu bangunan. Teknologi smart building tersebut terwujud dalam suatu aplikasi manajamen yang bernama BAS (Building Automation System). Smart building sendiri sebenarnya bukanlah hal baru dalam dunia konstruksi atau pembangunan. Smart buildingsystem atau mungkin juga biasa disebut intelligent building system adalah sebuah integrasi teknologi dengan instalasi bangunan yang memungkinkan seluruh perangkat fasilitas gedung dapat dirancang dan diprogram sesuai kebutuhan, keinginan, dan kontrol otomatis terpusat (Mannan dan Mukhils, 2008) . Menurut Wang (2010) Perbedaan Negara dan wilayah dapat membedakan dan meragamkan konsep smart building. Namun, bagaimanapun pendekatan definisi sebuah smart building dapat dikategorikan menjadi 3 bagian yaitu, berdasarkan performa, pelayanan, dan sistem. Segala perkembangan dibidang arsitektur tersebut dikembangkan guna mempermudah serta alasan efisiensi.Tidak heran, seluruh perkembangan teknologi tersebut mendorong proses produksi yang lebih cepat. Percepatan ini bertujuan sebagai upaya untuk menurunkan harga produksi. Hal ini akan menguntungkan, baik kepada pemilik maupun pengguna bangunan.


Building Automation System (BAS) adalah sistem manajemen bangunan yang mengontrol keseluruhan sistem mekanis bangunan baik bagian utilitas hingga alat dan fasilitas lain yang mendukung kegiatan dalam bangunan untuk digunakan seefisien mungkin melalui sistem pengkontrol yang terkomputerisasi secara terpusat. Kontrol yang dilakukan pada BAS yaitu mencakup sistem sensor pencahayaan, penghawaan, dan sistem alarm dan keamanan bangunan. Semua sistem tersebut terkendali sehingga penyerapan energy dapat terpantau dan dapat diatur sesuai kebutuhan pengguna secara otomatis. Keuntungan dalam penggunaan BAS adalah meningkatkan kehandalan instalasi dan pelayanan, mengurangi biaya operasional, manajemen bangunan, meningkatakan produktivitas staff, perlindungan dan keamanan pengguna. Dengan alasan keuntungan tersebut, penggunaan BAS pada sistem bangunan yang kompleks menjadi suatu keharusan. Ditengah perkembangan teknologi yang pesat dan kompleks, manusia tidak mampu mengakomodir dan mengatur sistem pada bangunan secara manual. Akan sangat

membutuhkan biaya yang lebih banyak dari segi sumber daya manusianya maupun sumber energy yang penghematan dan efisiensinya tidak bisa terkontrol secara keseluruhan. Perkembangan serta penggunaan BAS tidak terlepas dari trend green arsitektur yang tengah menjadi highlight pada arsitektur saat ini. Arsitektur hijau adalah arsitektur yang meminimkan penggunaan energi dan mengedepankan aspek keberlanjutan. Konsep pembangunan arsitektur hijau menekankan peningkatan efisiensi dalam penggunaan air, energy, dan material bangunan, mulai dari desain, pembangunan, hingga pemeliharaan bangunan itu ke depan (Erdiono, 2009)


Proses desain bangunan hijau dimulai dengan pemahaman mendalam tentang kaitannya hubungan manusia dan lingkungan. Pendekatan ekologi untuk merancang bertujuan untuk mengintegrasikan sistem fungsi ekologi tertentu, fungsi-fungsi ekologis ini seperti menyediakan habitat, merespons pergerakan matahari, memurnikan udara serta menangkap, menyaring, dan menyimpan air (Ragheb dkk, 2015).

BAS dapat mengatur segala keperluan bangunan, sehingga efisiensi dapat diwujudkan dengan cara automatisasi. Jika penerapan energi yang telah terefisiensi terwujudkan pada suatu bangunan, dengan kata lain bangunan tersebut telah menggunakan konsep green building.


THE INTERLACE

Cube Berlin merupakan salah satu bangunan kantor yang berada di Washington Platz, Berlin, Jerman. Wilayah ini dikenal akan kawasan yang bersejarah sehingga reprensentasi bangunan sekitar menjadi fokusnya. Fasad dari Cube berlin memungkinkan para pejalan kaki dan orang disekitar dapat berinteraksi melalui refleksi diri mereka dan bangunan bersejarah disekitar, hal tersebut di wujudkan dengan penggunaan kaca reflektif disemua sisi bangunan dan pemilihan bentuk kubus sebagai suatu bentuk ikonik sculptural. Bangunan ini mempunyai luasan sebanyak 19500 m2 yang terdiri dari 10 lantai dengan isi ruangannya berupa kantor sewa dengan modular yang fleksibel, parkir, rooftop, dan food market (Pintos, Paula 2020). Bangunan ini juga menjadi bangunan kantor paling ‘pintar’ di Eropa dengan performanya yang mampu memahami kebutuhan pengguna secara otomatis. Performanya yang pertama yang menjadikan gedung ini smart building adalah penggunaan sistem operasional informasi bangunan melalui suatu server yang menjadi ‘otak’ bangunan. Sistem ini memungkinkan aliran dan konsumsi energi dimonitor dan dimaksimalkan. Bangunan akan secara otomatis mempelajari dan menyesuaikan dengan preferensi penggunanya, sementara pengguna dapat mengontrol dan menyesuaikan pengaturan bangunan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka. Pengaturan tersebut adalah control lift, sistem ventilasi, sistem pendinginan dan lainnya. Performa yang lain adalah penggunaan double skin fasad yang terbuat dari kaca yang dikembangkan untuk dapat mengumpulkan cahaya matahari dan dapat mengatur temperature pada rongga double skin fasad sehingga dapat mengalirkan udara untuk ventilasi alami.


Cube Berlin Smart Office merupakan bangunan yang membawa prinsip green architecture kedalam penyelesaian desainnya, yaitu prinsip efisensi. Pada dasarnya tujuan utama dari kantor ini adalah agar dapat menjadi suatu landmark dan menjadi suatu sponsor atau interaksi antar pengguna disekitar dengan adanya pantulan dari kaca bangunan bersejarah. Tujuan tersebut diwujudkan melalui penggunaan teknologi kaca yang tidak hanya dapat menjadi refleksi bangunan sekitar, tapi juga dapat menjadi sumber energi melalui solar collector dan dapat mengatur temperatur yang memberikan ventilasi alami pada bangunan, serta penggunaan sistem ‘digital brain’ yang mengatur kebutuhan energi bangunan agar tetap efisien.


JEFFREY SMART BUILDING

Merupakan bangunan pendidikan dari Universitas Australia Selatan yang mana didalamnya terdapat fasilitas seperti kelas, ruang belajar, public space, perpustakaan, dan kantor administrasi. Bangunan dengan luas Âą27.870 m2 ini dibangun pada tahun 2014 dan mendapatkan Bintang 5 kategori pendidikan dari Green Building Council Australia. Bangunan dari Jhon Wardle Architect ini dirancang untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar yaitu dengan menghadirkan open space didepan latarnya yang dapat difungsikan sebagai ruang diskusi bagi mahasiswa serta bukaan kaca yang dapat menjadi interaksi pengguna bangunan terhadap lingkungan sekitar (John Wardle Architect, 2014). Performa bangunan dalam konsep green building dapat dilihat dari penggunaan rain water harvesting pada bangunan yang mana air digunakan untuk kebutuhan toilet. Selainitu, material yang berkelanjutan, penggunaan lampu rendah energi serta sistem perlengkapan yang menghemat air dibagian kamar mandi dan dapur. Penggunaan Konsep green building yang terimplementasikan pada bangunan yang dapat menghemat energi serta menghasilkan energi sendiri ini, merupakan hal yang tepat mengingat konsumsi energi pada bangunan pendidikan yang cenderung boros. Untuk periode 2014-2015 jumlah total daya listrik yang digunakan sama dengan ratarata sekitar 2.856.284 KW / jam dengan emisi karbon 2056 ton CO2e Penghematan tersebut juga sejalan dengan pemilihan material kaca rendah energi pada bangunan yang memperkuat dan menegaskan jalur kota serta mendorong interaksi dari luar bangunan ke dalam maupun sebaliknya.


GEDUNG PUPR

Gedung Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) merupakan salah satu bangunan kantor pemerintahan yang menerpakan konsep green building. Gedung mempunyai 17 lantai dan 1 lantai semi basement serta sebuah gedung parkir. Gedung ini dapat digolongkan termasuk kedalam bangunan hijau karena menerapkan prinsip-prinsip dasar arsitektur hijau serta penggunaan teknologi didalamnya yang telah mendorong efisiensi dan keberlanjutan. Pada proses pembangunannya material sisa pembangunan tidak dibuang secara langsung namun dimanfaatkan menjadi alat kebutuhan pekerja dan kepentingan lain dalam proses pembangunan. Tak hanya itu bangunan ini juga telah menerapkan teknologi pintar didalam bangunannya yaitu dengan menerapkan sistem sensor pencahayaan otomatis, penggunaan grey water, rain water harvesting, dan sistem VRF cooling yang telah menjadikannya mendapat sertifikasi Greenship Gold dari GBCI (Green Building Council Indonesia)


Arsitektur hijau merupakan suatu konsep arsitektur yang menjadikan produk arsitektur dapat berkolerasi dengan lingkungan ekologi sekitar. Tidak harus memberikan kerugian pada alam dan optimalisasi energi merupakan konsep arsitektur hijau yang dibangun saat ini. Diharapkan kedepannya tidak hanya berfokus pada 2 poin diatas, namun arsitektur hijau dapat menjadi penunjang dan pendorong lingkungan dan alam sekitar menjadi lebih asri. Pendekatan teknologi dalam sebuah bangunan yaitu dengan menggunakan sistem automatisasi bangunan (BAS) atau dengan menggunakan material bahan yang cenderung ramah lingkungan dan sustainable membuat suatu bangunan dapat tergolong telah menerapkan arsitektur hijau. Penggunaan teknologi tersebut telah mendorong efisiensi secara otomotis tanpa menggunakan tenaga manusia secara manual dalam mengoperasikannya. Penggunaan teknologi dalam bangunan dengan sistem automatisasi membuat biaya pemeliharaan bangunan lebih murah. Meskipun biayanya diawal pembangunan yang cukup mahal, namun itu merupakan bentuk investasi masa depan yang terbilang cukup menguntungkan untuk pemeliharaan bangunan.

We abuse land because we regard it as a commodity belonging to us. When we see land as a community to which we belong, we may begin to use it with love and respect. – Aldo Leopold


HIGH PERFORMANCE BUILDING FACADE STRATEGIES Bangunan merupakan salah satu elemen terpenting bagi manusia, dan gerakan tentang pembangunan berkelanjutan semakin gencar. Pasalnya bangunan diakui sebagai yang mengkonsumsi energi terbesar dan sebagai salah satu penghasil emisi gas rumah kaca tertinggi. Lebih jauh lagi, karena orang-orang menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam ruangan, bangunan memiliki dampak yang besar pada kesehatan dan kesejahteraan manusia. Bangunan di kota merupakan bagian yang sangat signifikan dari konsumsi energy sekitar 40 % dan emisi gas rumah kaca (GRK). Dalam beberapa kota-kota, seperti Hong Kong dan New York, bangunan mengkonsumsi 90% atau lebih banyak dari total pasokan listrik kota. Jadi memiliki bangunan berkinerja tinggi/High performance building adalah hal yang penting. Buildings are responsible for consuming roughly 40% of the energy that is produced, world-wide. Addressing energy use in the built environment is crucial to maintaining stability, growth, and health in the 21st century and beyond (Perez & Pout, 2008)

Menurut Energy Policy Act 2005 Amerika Serikat, High Performance Building berarti integrasi dan optimalisasi aspek-aspek kesinambungan sebuah gedung, termasuk efisiensi penggunaan energi, ketahanan gedung, siklus hidup gedung, dan produktivitas penghuninya. SEC. 914. Definitions. HIGH PERFORMANCE BUILDING-The term ‘high-performance building’ means a building that integrates and optimizes on a life cycle basis all major high performance attributes, including energy conservation, environment, safety, security, durability, accessibility, costbenefit, productivity, sustainability, functionality, and operational considerations. (Energy Policy Act, 2005) Sistem yang efisien berkontribusi cukup besar dalam mengurangi emisi GRK sekaligus biaya operasional gedung sebab ia menyumbang sekitar 60% dari keseluruhan biaya operasional bulanan gedung. Sehingga high performance building merupakan salah satu solusi untuk keberlangsungan lingkungan dan penghematan biaya operasional.


High performance building sering juga disebut sebagai bangunan "hijau" atau "berkelanjutan" disebut demikian karena prinsipnya sama, semakin tinggi efisiensi penggunaan energi, air, dan sumber daya lainnya; mengurangi limbah, polusi, dan degradasi lingkungan; melindungi kesehatan penghuni dan meningkatkan produktivitas manusia. Tujuan utama dari bangunan hijau sendiri adalah untuk mengurangi dampak keseluruhan terhadap manusia dan lingkungan. High-performance facades could be described as the external building envelopes that consume the minimum amount ofenergy to retain a convenient indoor environmental quality, which improves the well-being and productivity of peopleinside the building (Shahin,2019) High performance building didesain, dibangun, dan dioperasikan dengan cara yang efisien. Bangunan-bangunan ini dirancang dengan cara yang integratif di mana client, arsitek dan kontraktor berkomitmen sejak awal untuk bekerja bersama dan mengikuti prinsip-prinsip dari High performance building. Sehingga kedepannya bangunan seharusnya memenuhi kriteria bangunan yang dapat beradaptasi dengan lingkungan, menghasilkan lebih banyak sumber daya daripada yang dikonsumsi, meningkatkan kualitas lingkungan, cerdas (dapat berinteraksi dengan aktivitas manusia), dan terintegrasi dengan sistem infrastruktur perkotaan. High performance building sudah seharusnya menggunakan lebih sedikit energi sembari memberikan berbagai manfaat kepada lingkungan, ekonomi, sumber daya manusia, desain dan konstruksi. Berdasarkan situs US EPA (Environmental Protection Agency) Green Building, bangunan hijau/ High performance building memiliki manfaat lingkungan, sosial, dan ekonomi sebagai berikut: Fasad merupakan interface antara interior dan eksterior bangunan. Fasad adalah salah satu bagian bangunan yang paling penting yang berfungsi melindungi dari faktor eksternal dan merupakan salah satu kontributor utama untuk menciptakan lingkungan yang nyaman karena di sinilah keuntungan dan kerugian termal terjadi. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi serta semakin tumbuhnya kesadaran akan lingkungan, inovasi fasad dengan desain berkelanjutan pun semakin berkembang agar mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan di mana ia berada.


Recently developed generation of high-performance skins greatly leads to the emersionof innovative manufactures integrating real-time environmental response, enhanced materials,dynamic automation with built in microprocessors, wireless sensors and actuators, and design-for-manufacture techniques. This application has basically alter the thinking way of architects inthe early design stages of the building with a shifting in importance from form to performance, fromstructure to envelope. In the field of high-performance buildings, the envelope begins to be the set-ting of research and developmen Istilah Smart Faรงade pun semakin ramai dibicarakan. Sebuah fasad dapat dianggap cerdas ketika dapat beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan mengubah dirinya secara bersamaan. Hal itu dipengaruhi oleh komponennya (pasif atau aktif), yang menyesuaikan untuk beradaptasi dengan kondisi yang berbeda, menanggapi perubahan yang terjadi di luar dan di dalam bangunan. Yang menjadi fokus utama fasad dalah pada memaksimalkan sinar matahari alami tetapi juga melindungi dari radiasi matahari, sekaligus mengatur ventilasi dan input / output panas. An intelligent faรงade concept is proposed and developed which manipulates solar energy in order to provide electricity, active and passive cooling, and thermal energy to be used in the building. (Rensselaer Polytechnic Institute, 2017)


AL BAHAR TOWER

Al Bahar Towers merupakan bangunan bertingkat tinggi yang terdiri dari dua menara yang menggunakan motif arsitektur tradisional pada fasadnya. Al Bahar Towers merupakan salah satu contoh desain bangunan berkinerja tinggi yang terinspirasi dari konteksnya. Prinsip desainnya ialah kinerja/perfoma bangunan yang tinggi, inovatif dan dinamis, kontekstual, relevan terhadap budaya dengan basis teknologi canggih, serta menarik dalam segi estetika Konsep perencanaannya berdasarkan enam tangential arcs yang diambil dari perpotongan tiga lingkaran dengan menggunakan pola/pattern berasal dari bentuk konfigurasi geometrik lokal. Untuk melindungi ruang interior dari panas 50 derajat Celcius, didesain dengan naungan sistem di atas fasad bangunan di sisi selatan, timur dan barat. Sistem penyaringan ini terdiri dari 2.000 komponen seperti payung yang membuka dan menutup sebagai respons terhadap jalur matahari dan kondisi pencahayaan eksternal. Unit naungan dikendalikan melalui bangunan sistem manajemen sehingga perangkat sepenuhnya terbuka di pagi hari dan ditutup sepenuhnya pada tengah hari. Konsep desain screen fasad berasal dari adaptive flowers dan "mashrabiya"– sebuah kisi kayu untuk pembayangan (shading screen). Kemudian muncul inovasi shading screen mashrabiya yang sensitif dan dinamis (dynamic facade). Berfungsi sebagai secondary skin untuk meminimalisir panas matahari yang


masuk, shading screen didesain menyelebungi hampir seluruh bangunan kecuali pada fasad bagian utara. Shading screen tersebut digerakkan oleh panel surya Shading screen pada kedua tower diatur oleh komputer yang beroperasi sebagai dinding gorden, diletakkan 2 m dari fasad luar dengan kerangka tambahan sebagai penyangga. Setiap segitiga dilapisi serat kaca mikro berlubang dan disesuaikan untuk secara otomatis dapat menanggapi gerakan matahari, sehingga mengurangi panas dan cahaya matahari.


Low-Tech Operable skin

Kota Melbourne memiliki visi untuk mencapai nol emisi kotamadya pada tahun 2020. Kontribusi utama dalam strateginya adalah pengurangan konsumsi energi bangunan komersial sebesar 50%. Secara singkatnya, mereka membutuhkan bangunan komersial yang sejauh mungkin mengandalkan sistem energi pasif tetapi juga merupakan bangunan kelas premium Kemudian CH2 diuji cobakan dalam upaya untuk memberikan contoh pengembangan lokal. CH2 merupakan gedung kantor komersial pertama di Australia yang memenuhi dan melampaui sistem peringkat bintang enam yang dikelola oleh Green Building Council of Australia. CH2 menggunakan ekspresi literal dan metaforis dari lingkungan dalam komposisi arsitekturalnya. Alam digunakan sebagai inspirasi untuk fasad yang iklim moderat, saluran ventilasi tirus berintegrasi dengan strategi pencahayaan siang hari dan struktur lantai beton bergelombang yang menggugah yang memainkan peran sentral dalam pemanasan dan pendinginan gedung. Sama pentingnya dengan fitur lingkungannya adalah menyediakan udara segar 100% untuk semua penghuni dengan satu perubahan udara lengkap setiap setengah jam. Manfaat kualitas udara dalam ruangan yang unggul dan perkiraan konservatif pada biaya energi akan membuat gedung membayar semua inovasinya dalam lima hingga sepuluh tahun.


Gedung kantor Council House 2 (CH2) dirancang dimana bekerja sama dengan City of Melbourne untuk menjadi sistem holistik dengan penghuninya sebagai peserta. Desain mengikuti model yang mempromosikan peran yang lebih interaktif antara kota dan alam, di mana semua pihak saling bergantung satu sama lain.


RMIT dilapisi dengan ribuan lingkaran kaca sandblasted yang masing-masing ditempelkan di batang tengah. Universitas RMIT mengganti panel kaca bundar pada gedung Design Hub dengan panel yang berisi teknologi fotovoltaik (panel surya) untuk menghasilkan tenaga surya. Berdasarkan kelembaban dan suhu di dalam gedung, batang ini berputar secara otomatis untuk memfasilitasi (atau menghalangi) aliran udara melalui fasad. Solusi sederhana namun cerdas.

RMIT DESIGN HUB

Bangunan 2012 oleh Sean Godsell Architects dan Peddle Thorp Architects dirancang dengan “smart skin" yang terdiri dari 17.000 panel kaca bundar pasir otomatis, yang memberikan tingkat efisiensi termal yang tinggi dan memiliki kemampuan untuk memutar. Panel menjadi transparan ketika terkena hujan, dan juga memiliki kapasitas untuk backlit dan proyeksi belakang. Pada saat itu, panel-panelnya dirancang agar mudah diadaptasi atau diganti seiring dengan kemajuan teknologi surya, dan para arsitek mengusulkan bahwa bangunan itu pada akhirnya akan mampu menghasilkan semua energinya sendiri. Memiliki sejumlah besar fitur ESD dan menggabungkan strategi pengelolaan air, limbah, dan daur ulang yang sama dengan bangunan ESD mana pun di planet ini. Khusus bagian luar Hub menggunakan sunshading otomatis yang mencakup sel fotovoltaik, pendingin evaporatif dan intake udara segar yang meningkatkan kualitas udara internal dan mengurangi biaya pengoperasian.


Sel-sel telah dirancang sehingga mereka dapat dengan mudah diganti karena penelitian energi menghasilkan hasil teknologi yang lebih baik dan bagian dari fasad utara sebenarnya didedikasikan untuk penelitian yang sedang berlangsung dalam sel surya yang akan dilakukan bersama oleh industri dan RMIT. Fasad bangunan keseluruhan, dengan kata lain, memiliki kapasitas untuk ditingkatkan sebagai teknologi surya berkembang dan suatu hari nanti dapat menghasilkan listrik yang cukup untuk menjalankan seluruh bangunan.


Our opportunity, as designers, is to learn how to handle the complexity, rather than shy away from it, and to realize that the big art of design is to make complicated things simple. - Tim Parsey High performance building sering juga disebut sebagai bangunan "hijau" atau "berkelanjutan" disebut demikian karena prinsipnya sama. Tujuan utamanya sendiri adalah untuk mengurangi dampak keseluruhan terhadap manusia dan lingkungan. High performance building dapat tercapai bila bentuk arsitektur, struktur, sistem, dan strategi desain berkelanjutan saling berintegrasi. Fasad adalah salah satu bagian bangunan yang paling penting yang berfungsi melindungi dari faktor eksternal dan merupakan salah satu kontributor utama untuk menciptakan kondisi dalam bangunan nyaman. Kemudian seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi serta semakin tumbuhnya kesadaran akan lingkungan, inovasi fasad dengan desain berkelanjutan pun semakin berkembang agar mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan di mana ia berada. Sehingga munculah sebutan smart facade dengan desain fasad yang adaptif dan responsif terhadap kondisi lingkungan dan iklim. Smart faรงade kian banyak diterapkan pada desain bangunan berkelanjutan. Dengan segala inovasi yang telah diterapkan pada beberapa studi kasus yang telah dibahas sebelumnya membuktikan bahwa smart faรงade menjadi salah satu komponen tercapainya high performance building dalam green architecture


COULD THE BUILDING MANAGE THE HIGH PERFORMANCE WELL WITHIUT DETERIORATING THE ENVIROMENT? High Performance Building merupakan sebuah bangunan yang saling terintegrasi dan mengoptimalkan adanya suatu basis kehidupan dalam bangunan yang berkelanjutan baik dalam bidang energi konservasi, lingkungan, keamanan, durability ( keawetan ), productivity, Cost- Benefit ( Efisiensi dalam biaya ) dan sustainability. Selain itu term “ High Performance” sebenarnya jauh lebih mencakup, dan terus terang, lebih akurat, istilah daripada "hijau" ketika datang untuk menggambarkan manajer gedung memiliki, mengelola, dan memelihara. Selanjutnya “ High Performance Building” adalah bangunan berkinerja tinggi adalah optimalisasi dan integrasi semua hal - baik kecepatan kipas atau keselamatan api, baik lansekap atau efisiensi pencahayaan. Ini berarti berpikir pada tingkat mikro dan makro tentang bagaimana sistem bangunan berinteraksi, dan bagaimana penghuni bangunan berinteraksi dengan sistem tersebut. High Performance Building dalam hubungannya dengan green Architecture adalah lebih dari sekedar definisi tradisional hijau (bangunan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan). Berpikir tentang membuat bangunan "berkinerja tinggi" berarti mempertimbangkan aspek-aspek bangunan — api / keselamatan hidup, kepatuhan ADA, rencana komunikasi, bahkan karya seni atau "bonus" yang berfokus pada penghuni - yang tentunya juga High Performance Building merupakan sebuah bangunan yang saling terintegrasi dan mengoptimalkan adanya suatu basis kehidupan dalam bangunan yang berkelanjutan baik dalam bidang energi konservasi, lingkungan, keamanan, durability ( keawetan ), productivity, Cost- Benefit ( Efisiensi dalam biaya ) dan sustainability. (Facilities Net Editorial Staff. 2014) Selain itu term “ High Performance” sebenarnya jauh lebih mencakup, dan terus terang, lebih akurat, istilah daripada "hijau" ketika datang untuk menggambarkan manajer gedung memiliki, mengelola, dan memelihara. Selanjutnya “ High Performance Building” adalah bangunan berkinerja tinggi adalah optimalisasi dan integrasi semua hal - baik kecepatan kipas atau keselamatan api, baik lansekap atau efisiensi pencahayaan. Ini berarti berpikir pada tingkat mikro dan makro tentang bagaimana sistem bangunan berinteraksi, dan bagaimana penghuni bangunan berinteraksi dengan sistem tersebut.


High Performance Building dalam hubungannya dengan green Architecture adalah lebih dari sekedar definisi tradisional hijau (bangunan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan). Berpikir tentang membuat bangunan "berkinerja tinggi" berarti mempertimbangkan aspek-aspek bangunan — api / keselamatan hidup, kepatuhan ADA, rencana komunikasi, bahkan karya seni atau "bonus" yang berfokus pada penghuni - yang tentunya juga High Performance Building dalam hubungannya dengan green Architecture adalah lebih dari sekedar definisi tradisional hijau (bangunan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan). Berpikir tentang membuat bangunan "berkinerja tinggi" berarti mempertimbangkan aspek-aspek bangunan — api / keselamatan hidup, kepatuhan ADA, rencana komunikasi, bahkan karya seni atau "bonus" yang berfokus pada penghuni - yang tentunya juga

High Performance Buildng juga berarti adalah bangunan yang menghasilkan tingkat efisiensi energi yang relatif lebih tinggi daripada yang disyaratkan oleh peraturan bangunan atau peraturan lainnya. Arsitek, perancang, dan pembangun biasanya merancang dan membangunnya menggunakan serangkaian strategi, teknik, peralatan, dan bahan yang telah mapan untuk memastikan bahwa, setelah selesai, bangunan akan mengkonsumsi energi dalam jumlah minimal untuk pemanasan, pendinginan, penerangan, dan ventilasi selama operasi. High Performance Building seringkali menghasilkan biaya utilitas yang lebih rendah. Penghuni sering lebih suka tinggal, bekerja, dan belajar di gedung berkinerja tinggi karena mereka lebih baik mengelola Suhu, meningkatkan kenyamanan. Udara segar di seluruh gedung, meningkatkan kesehatan. Kedap suara, mengurangi kebisingan eksterior


Sebuah studi tahun 2012 oleh Dewan Amerika untuk Ekonomi Hemat Energi menemukan bahwa bangunan multi-keluarga menghadirkan peluang luar biasa untuk penghematan energi. Peningkatan komprehensif, hemat biaya dalam bangunan multi-keluarga dapat meningkatkan efisiensi sebesar 15-30%, Dewan menemukan, mewakili penghematan tahunan di seluruh sektor hampir 3,4 miliar dolar Selain itu High performance Building juga memberi kontrubusi bagi konsumen energi dan sumber emisi gas rumah kaca yang signifikan. Pada tahun 2010 bangunan menyumbang 32% dari total penggunaan energi final global, 19% dari emisi GHG terkait energi, termasuk emisi yang dihasilkan dalam produksi listrik yang digunakan oleh bangunan. (Zemke,Z .2016) Di Amerika Serikat pada tahun 2016, emisi karbon dari rumah dan bisnis komersial menyumbang 6.511 juta metrik ton CO2 setara dengan atmosfer, atau 11 persen dari total negara. (Schropfer, T . 2016) Pemerintah dengan yurisdiksi atas kode dan standar bangunan dan yang tertarik untuk mengurangi dampak iklim bangunan dapat berupaya mengurangi emisi ini dengan memberikan insentif yang memerlukan tingkat kinerja efisiensi energi yang lebih tinggi di rumah baru dan bangunan lainnya.

Urbanisasi yang berkaitan dengan konsumsi energi

Urbanisasi berperan penting dalam perubahan perilaku manusia, gaya hidup dan yang terpenting adalah urban ekosistem. Bertambahnya konsumsi dalam urbanisasi, terutama Energi konsumsi dalam cahaya, pemanas dan pendinginan. Karena sustainable adalah hasil dari proses kolaborasi, , dengan mengedepankan sustainable design melalui inovasi terutama konsep holistic dalam panduan jangka Panjang planning. desain melalui inovasi memerlukan konsep pedoman awal holistik yang mendukung strategi untuk perencanaan jangka panjang, perancangan, dan kemudahan operasi dengan analisis dan rekomendasi teknis yang ketat. Selama peninjauan tahap awal, mendefinisikan peluang dan tantangan adalah aspek penting bagi suatu proyek untuk memenuhi potensi inovasi sepenuhnya.


Desain tradisional dapat diilustrasikan sebagai penggunaan linear sumber daya alam, dalam arti bahwa sumber daya digunakan sekali dan dibuang setelahnya. Sebaliknya, "siklus berbudi luhur" mewakili pengaturan untuk memastikan bahwa semua sumber daya digunakan sebaik mungkin sebelum dibuang dari suatu proyek, lingkungan, atau kota. Ini membutuhkan cara berpikir baru untuk mendorong batas desain dan operasi melampaui pragmatisme mendasar. Pemahaman yang mendalam tentang dasar dari strategi keberlanjutan sangat diperlukan, yang mencakup mengambil keuntungan penuh dari orientasi lokasi, massa bangunan, pencahayaan alami, ventilasi alami, pendingin pasif, efisiensi sistem, kontrol terintegrasi untuk pengukuran dan verifikasi kinerja, dan bahkan menggabungkan lanskap dan hijau elemen ke dalam desain.

Bangunan yang baik dimulai dengan desain fasad yang terencana . Langkah terpenting dalam marancang lingkungan yang padat dan hijau berperan dalam membangun massa yang tepat bersama optimasi suatu fasad. Dalam suatu proyek sangatlah penting dalam menyeimbangkan aspek internal dan eksternal. Contohnya Ketika kita mendesign sebuah fasad dengan mengurangi setidaknya 5-10 % factor internal. Semntara Faktor eksternal utama yang mempengaruhi kondisi internal termasuk suhu udara luar, pergerakan udara, kelembaban relatif, dan radiasi matahari. Fasad bangunan berfungsi sebagai garis pertahanan pertama untuk mengurangi beban internal yang diperlukan untuk mengoperasikan gedung.


Rintangan dalam mewujudkan High Building Performance dengan Green Architecture adalah bagimana meminimalisir permintaan terhadap kebutuhan sumber daya alam ( natural resources ) yang berfungsi untuk menurunkan permintaan energi terhadap natural recources terseut. Kepadatan perkotaan yang tinggi itu sendiri merupakan langkah awal yang baik menuju keberlanjutan, karena infrastruktur yang dibutuhkan akan digunakan dengan efisiensi tertinggi di daerah dengan kepadatan tinggi. Analogi sederhana adalah membandingkan sistem infrastruktur kota dengan akar pohon. Sebatang pohon dengan akar yang luas membutuhkan lebih banyak energi dan upaya untuk mencari nutrisi dan air segar untuk cabang dan daunnya. Demikian pula, sistem infrastruktur kota yang tersebar luas akan kurang efisien dan menderita lebih banyak kehilangan energi tergantung pada lamanya proses transmisi. Sumber energi dan air tawar yang jauh membutuhkan lebih banyak energi untuk mentransfer listrik dan air ke kotakota. Mengintegrasikan desain sistem bangunan inovatif dan menggunakan energi terbarukan, jika dapat diterapkan, adalah langkah penting untuk mengurangi permintaan energi yang terus tumbuh.

Net Zero merupakan konsep terbaru untuk mendorong kinerja gedung ke batas efisiensi tertinggi. Konsep ini cocok dengan pendekatan padat dan hijau: semakin rendah konsumsi energi di tingkat bangunan, semakin rendah permintaan pada skala infrastruktur perkotaan. Menurut Laboratorium Energi Terbarukan Nasional AS (US NREL), ada empat jenis utama Net Zero Energy Building yang melihat berbagai aspek mengurangi dampak dari penggunaan energi melalui emisi karbon


Beberapa keyword dalm perancangan High Performance building yang meliputi : Net Zero Site Energy Menghasilkan sebanyak energi yang bangunan tersebut gunakan Net Zero Source Energy Menghasilkan sebnayak yang dihasilkan sumber energi Net Zero Energy Costs Biaya pengeluaran untuk energi hanyalah 0 Net Zero Energy Emissions tanpa menghasilkan emisi karbon yang berbahaya bagi mahkluk hidup.

Menentukan desain sistem bangunan yang sangat efisien adalah kompleks untuk bangunan bertingkat tinggi. Mengembangkan strategi pengkondisian ruang yang sesuai dengan iklim dan penggunaan bangunan dapat memastikan tinggi kualitas udara dalam ruangan dan kenyamanan penghuni, mengurangi penggunaan energi, dan juga harus bertujuan untuk persyaratan perawatan yang rendah. istem ventilasi meningkatkan tingkat oksigen serta tingkat kenyamanan keseluruhan bagi penghuninya dengan memasukkan udara segar ke dalam bangunan. Udara segar dapat dimasukkan secara pasif melalui ventilasi alami melalui jendela dan secara aktif melalui kipas atau unit penanganan udara yang terpusat. Untuk mengurangi penggunaan energi untuk mendinginkan atau memanaskan udara dari luar, teknologi baru-baru ini dari Heat Recovery Ventilation (HRV) dan Energy Recovery Ventilation (ERV) telah secara luas ditentukan bersama dengan sistem ventilasi. HRV, umumnya juga dikenal sebagai penukar panas atau udara, menukar aliran udara masuk dan keluar dalam bangunan. HRV dapat muncul sebagai ukuran kontra-intuitif di iklim panas dan tropis karena fokus terminologis pada panas. Namun, HRV bekerja dengan baik di iklim panas dengan menyediakan udara keluar kering-dingin untuk pertukaran dengan udara masuk panas-lembab.


Tergantung pada program internal bangunan dan sistem bangunan yang ditentukan, HRV dapat menyediakan hingga sekitar 5 hingga 10% penghematan energi. ERV yang terkait erat juga mentransfer panas yang masuk akal dan laten ke udara yang masuk. Perangkat yang melakukan pertukaran panas aktual dalam HRV dan ERV adalah recuperator, roda termal, pipa panas, penukar panas pelat, dan penukar panas sirip piring. Tingkat efisiensi untuk HRV dan ERV berkisar antara 50 hingga 80%. Pengondisian penuh mungkin tidak diperlukan dalam kasus-kasus di mana udara buangan dari ruang yang ditempati dapat digunakan untuk kepentingan taman langit atau atrium. Ada dua jenis utama sistem untuk mengkondisikan udara segar ke titik yang ditetapkan untuk digunakan untuk program bangunan tertentu: sistem udara dan sistem hidronik. Sistem udara cocok untuk area hunian tinggi di mana diperlukan tingkat ventilasi yang tinggi, sedangkan sistem hidronik akan melayani area hunian rendah di mana persyaratan tingkat ventilasi rendah. Sistem hidronik akan selalu memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi karena energi dapat ditransfer lebih efisien melalui air daripada melalui udara. Oleh karena itu, bangunan berkinerja tinggi biasanya akan lebih memilih pendingin air daripada sistem pendingin udara karena koefisien kinerja yang lebih tinggi (COP) dari yang pertama. Metode distribusi untuk mengirimkan udara terkondisi termasuk koil kipas Variable Air Volume (VAV), balok dingin, ventilasi perpindahan, dan pemanasan dan pendinginan radiasi, untuk penggunaan tergantung pada jenis program, tingkat hunian, serta persyaratan pengkondisian dan ventilasi. Sistem koil kipas VAV umum digunakan untuk kantor, sementara ventilasi perpindahan cocok untuk ruang atrium.

Pembangkit listrik biasanya membutuhkan volume internal yang besar untuk menampung peralatan teknis. BIG menggunakan persyaratan ini sebagai titik awal untuk desain mereka dan mengusulkan salah satu bangunan tertinggi di Kopenhagen dan salah satu pabrik limbah-ke-energi yang paling tidak biasa di Eropa. Amager Bakke adalah contoh dari apa yang disebut kantor BIG sebagai “keberlanjutan hedonistik — gagasan bahwa keberlanjutan bukanlah beban, tetapi bahwa kota yang berkelanjutan sebenarnya dapat meningkatkan kualitas hidup (kita). Pabrik Sampah menjadi Energi dengan lereng ski adalah contoh terbaik kota dan bangunan yang berkelanjutan secara ekologis, ekonomi, dan sosial. â€? Amager Bakke adalah proyek pertama yang direalisasikan dari rencana regional perkotaan yang bersifat dua nasional (disusun oleh BIG) yang disebut Loop City, yang meliputi garis pantai Wilayah Ă˜resund di Denmark dan Swedia, yang dihubungkan oleh jembatan pendek. Terletak di sebelah pembangkit energi Kopenhagen yang berusia 45 tahun, Amagerforbraending,


Amager Bakke terletak di Amager, sebuah pulau di sebelah timur pusat kota dan di utara AmagerfĂŚlled, taman alam yang merupakan bagian dari rencana pengembangan untuk area secara keseluruhan . Mengangkangi kedua kota Kopenhagen dan Amager, proyek ini terletak di antara dua wilayah berbeda: satu perumahan dan satu industri. Pada skala yang lebih kecil, instalasi pengolahan limbah mutakhir memiliki hubungan unik lainnya dengan dua program yang berbeda; itu akan terletak di antara struktur beton tertua Denmark, Prøvestenen Fortifications, di mana pelabuhan kapal pesiar terbesar kota saat ini sedang dibangun, 4 dan pusat kegiatan baru Copenhagen Cablepark, di mana berbagai olahraga air dan kegiatan terbuka diperkirakan akan berlangsung. Sebagian karena perbedaan ini bahwa BIG mengusulkan pabrik yang akan menjadi tujuan dengan sendirinya dan bahwa orang akan berkunjung untuk tujuan rekreasi, sebagai lawan dari pembangkit energi tradisional yang arsitekturnya sering direduksi menjadi fasad bangunan dan tidak terkait dengan keduanya, program bangunan dan hubungannya dengan kota. “Keberlanjutan Hedonisâ€? Desain Amager Bakke mempertanyakan peran yang biasanya dimainkan arsitektur dalam penciptaan pembangkit listrik dengan bertanya bagaimana bangunan seperti itu bisa menjadi ikon dan terintegrasi dengan konteks urbannya. 7 Dalam proposal mereka, tim di BIG menugasi diri mereka dengan pengembangan apa yang mereka sebut sebagai "Wrapper." Wrapper tidak hanya mempertimbangkan fungsi fasad untuk bangunan itu sendiri, tetapi juga konteks sekitarnya. Arsitek menggunakan "fasad kelima" bangunan untuk terhubung ke lanskap rekreasi sekitarnya dan mengintegrasikan tanaman dengan konteksnya. BIG mengusulkan untuk mengubah atap menjadi lereng ski buatan yang bisa digunakan sepanjang tahun. Proposal ini didasarkan pada fakta bahwa orangorang Denmark dikenal sebagai pemain ski besar meskipun negara itu tidak memiliki resor ski.


Instalasi insinerasi membutuhkan cerobong asap, jadi BIG mengangkat salah satu ujung bangunan untuk mengintegrasikan tumpukan ke dalam keseluruhan arsitektur. Dikombinasikan dengan sisa volume, ini menciptakan kemiringan yang digunakan untuk bermain ski. Untuk mengintegrasikan pusat administrasi dan pengunjung, arsitek memperluas amplop yang menghadap ke lereng. Di sini, pengunjung ke proyek dapat mengamati pemain ski turun lereng buatan. Untuk memungkinkan koneksi publik daripada memiliki tembok tinggi yang masif, salah satu ujung bangunan didorong ke bawah untuk meminimalkan volume sehingga publik dapat dengan mudah terhubung ke pabrik pada skala manusia. Langkah desain ini menghasilkan kemiringan tambahan untuk pemain ski. Bangunan ini memiliki total tiga lereng dengan total panjang 1.500 m serta taman medan yang mengakomodasi pemain ski dengan tingkat keterampilan yang berbeda, dari pemula hingga profesional. Smoke Ring merupakan sebuah tipologi pembangkit listrik, apa yang membuat Amager Bakke proyek yang tidak biasa adalah bahwa ia terus melibatkan masyarakat dengan memvisualisasikan konsumsi energi. Bersama dengan realitas: bersatu, praktik arsitektur dan seni yang berbasis di Berlin, Jerman, BIG membuat tontonan dari apa yang secara tradisional diperlakukan di lokasi yang tidak terlihat dan jauh dari kota dan penduduknya. Smokestack, dengan diameter 30 m, menampilkan modifikasi yang memungkinkannya untuk meniupkan cincin asap setiap kali satu ton karbon dioksida dilepaskan — menurut BIG, pengingat lembut dampak lingkungan dari konsumsi lingkungan untuk kota. 8 Seperti yang dikatakan Bjarke Ingels, “Salah satu masalah dengan emisi adalah bahwa mereka begitu abstrak dan tidak berwujud.Â


Anda dapat melihat ada asap yang keluar dari cerobong asap tetapi Anda tidak benar-benar tahu apakah ini jumlah yang signifikan. Di Kopenhagen pada 2016 Anda hanya perlu menghitung cincin asap. Anda mengubah sebuah pabrik menjadi taman umum dan cerobong asap, yang secara tradisional merupakan simbol dari masalah, sekarang menjadi sesuatu yang menyenangkan. Alih-alih membuat pembangkit energi yang disamarkan, BIG telah menutupi bangunan dengan fasad hijau vertikal yang terdiri dari modul-modul perkebunan yang ditumpuk seperti batu bata: dari jauh, pembangkit energi itu terlihat seperti gunung hijau dengan puncak putih. 10 Taman di sekitarnya dibuat oleh Topotek 1 dan Man Made Itu Land 11 untuk membentuk ruang terbuka yang menawarkan kegiatan olahraga rekreasi sepanjang tahun. Pada bangunan itu, tanaman kurang digunakan sebagai hiasan daripada sebagai kamuflase, cara untuk menetralisir apa yang akan muncul sebagai realitas masif yang nyata dari keberadaan manusia. Efisiensi Energi dan Manfaat Lingkungan Denmark adalah negara yang dianggap berada di garis depan kesadaran lingkungan, misalnya dengan sebagian besar penduduknya memilih untuk bersepeda daripada mengemudi. Dengan Kopenhagen yang ditentukan untuk menjadi netral karbon pada 2025 melalui Rencana Iklim CPH 2025, 12 pabrik Amager Bakke cocok dengan ambisi kota yang lebih besar. Daripada menggunakan metode tradisional

pembakaran batu bara untuk menghasilkan energi, biomassa akan menjadi sumber utama untuk produksi panas. Tambahan lain untuk jaringan listrik Kopenhagen akan didasarkan pada energi angin dan matahari. Amager Bakke adalah bagian dari Rencana Iklim kota, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan energi 97% rumah di Kopenhagen dengan pemanas distrik dan menyediakan 4.000 rumah dengan listrik. 13 Dibingkai oleh bangunan tempat tinggal di satu sisi dan kawasan industri di sisi lain, Amager Bakke terletak di salah satu dari dua “halaman belakang� pintar 14 Kopenhagen. Tidak seperti banyak kota lain di mana tempat pembuangan sampah masih merupakan solusi untuk pengelolaan limbah, Amager Bakke memiliki keistimewaan dalam dua aspek: alih-alih membuang limbah, ia membakar kota itu untuk menciptakan energi bagi kota, menciptakan umpan balik dari produksi energi. Karena kedekatan pabrik dengan kota, putaran umpan balik dari limbah dan produksi energi ini menjadi sangat efisien, dengan perkiraan kandungan energi 100% dari limbah yang digunakan


Secara total, Amager Bakke akan membakar limbah yang dikumpulkan dari 500.000 hingga 700.000 penduduk dan 46.000 perusahaan di dan sekitar Kopenhagen. 15 Pabrik akan memiliki paling sedikit 25% keluaran energi 16 dari Amagerforbraending, salah satu pabrik limbah-ke-energi pertama di Eropa. Dengan uap yang dihasilkan pada 440 ° C dan tekanan 70 bar, efisiensi listrik dua kali lipat dari Amagerforbraending yang diganti. 17 Lebih penting lagi, pabrik baru akan mengurangi emisi nitro oksida (N2O) sebesar 85% dan menurunkan kadar sulfur asap sebesar 99,5% dibandingkan dengan pabrik yang ada. Pembangkit baru ini diharapkan untuk mengimbangi emisi 107.000 t karbon dioksida (CO2) per tahun dibandingkan dengan pembangkit pembakaran batu bara tradisional. Pabrik pengolahan air limbah tertua di Oregon, Columbia Boulevard Wastewater Treatment Plant (CBWTP) di Portland, dibangun pada tahun 1952 di tengah-tengah kemarahan publik atas kondisi tidak bersih di Columbia Slough dan Sungai Willamette, dua saluran air utama dari ekologi perkotaan setempat.Skylab Architecture barubaru ini Selain itu, Fasilitas Pendukung, berupaya untuk lebih mengintegrasikan pabrik pengolahan air limbah dengan ekologi sambil juga menyediakan antarmuka pendidikan antara pabrik pengolahan dan masyarakat. Melalui berbagai fitur arsitektur yang berbeda, desain menyuntikkan program Pabrik pengolahan air limbah tertua di Oregon, Columbia Boulevard Wastewater Treatment Plant (CBWTP) di Portland, dibangun pada tahun 1952 di tengah-tengah kemarahan publik atas kondisi tidak bersih di Columbia Slough dan Sungai Willamette, dua saluran air utama dari ekologi perkotaan setempat.Skylab Architecture baru-baru ini Selain itu, Fasilitas Pendukung, berupaya untuk lebih mengintegrasikan pabrik pengolahan air limbah dengan ekologi sambil juga menyediakan antarmuka pendidikan antara pabrik pengolahan dan masyarakat. Melalui berbagai fitur arsitektur yang berbeda, desain menyuntikkan program


Saat ini, CBWTP melayani populasi 600.000 orang dan mengolah rata-rata 73 juta galon air limbah per hari, dengan kapasitas puncak 280 juta galon per hari.2 Terletak di kawasan Portland Utara di Portsmouth, Portsmouth, yang berbatasan dengan situs di sisi selatan, pabrik ini terletak di sebelah Columbia Slough di utara, jalur air rawa yang bergerak lambat yang secara historis menghubungkan Sungai Columbia dan Willamette. Pada saat pabrik dibangun, tanah di sekitarnya sebagian besar digunakan untuk keperluan industri dan pertanian. Saat ini, beberapa sisa dari penggunaan masa lalu tetap ada, sementara perluasan kota tanpa henti telah mendorong untuk berbatasan dengan pabrik pengolahan air limbah di sepanjang Columbia Boulevard. Seluruh area secara historis berfungsi sebagai bagian penting dari daerah aliran sungai alami Portland, membantu mengurangi banjir di bagian lain kota. Selama hujan lebat, tanah serap yang ditemukan di anak-anak sungai kecil, kolam, dan lahan basah di dataran rendah dataran banjir akan menyerap banyak air berlebih, yang mengakibatkan sedikit perubahan level air di saluran air utama di daerah tersebut. Namun, dalam beberapa dekade setelah pembangunan pabrik, pengembangan bangunan di daerah tangkapan air sangat mengurangi efek dari sistem yang terjadi secara alami ini.3 Pada tahun 1999, diperkirakan permukaan yang tidak tembus air menutupi 54% dari daerah aliran sungai. Limpasan Stormwater yang sebelumnya membutuhkan waktu berhari-hari untuk mencapai Columbia Slough, hanya memakan waktu berjam-jam. Akibatnya, seringkali permintaan tiba-tiba pada CBWTP, yang mengolah air limbah dan air hujan, dapat dengan mudah melebihi kapasitas pabrik, menyebabkan air limbah yang tidak diolah dan air limbah industri meluap langsung ke Sungai Willamette dan Columbia Slough.4 Sementara pabrik pengolahan telah menjalani serangkaian proses ekspansi dalam beberapa tahun terakhir untuk memperbaiki masalah ini,Fasilitas Pendukung menawarkan solusi tambahan — integrasi luas atap hijau dan permukaan berpori lainnya yang membantu untuk membatalkan pembangunan yang berlebihan dan overpaving selama bertahun-tahun dalam ekosistem yang sensitif ini.


Arsitektur Skylab awalnya dirancang untuk merancang fasilitas pendukung yang terutama berfungsi sebagai kantor dan ruang pelatihan untuk 38 insinyur, yang kantornya sebelumnya telah ditempatkan di bangunan sementara di kampus CBWTP yang luas. Namun, sejak awal dalam proses desain, masalah tambahan yang dihadapi kampus menjadi jelas, yang paling penting adalah kebutuhan gedung untuk berfungsi sebagai antarmuka publik. Proposal desain Skylab berupaya mengintegrasikan fungsi-fungsi ini dengan solusi untuk sejumlah masalah akses, keamanan, dan parkir situs. Pada akhirnya, sebuah bangunan seluas 1.067 meter persegi dibangun yang memadukan ruang kantor, pelatihan, dan pendidikan dengan mulus dengan pendekatan keseluruhan untuk perencanaan lokasi dan berfungsi sebagai contoh untuk praktikpraktik terbaik pengelolaan air hujan. Bangunan ini diatur dalam tujuh ruas beton cor, yang mendukung atap hijau bergelombang yang melipat ke lanskap sekitarnya di selatan. Strategi ini memaksimalkan paparan selatan atap hijau, menguntungkan pertumbuhan selama setahun dari tanaman asli yang digunakan di atap. Selain itu, massa bangunan melengkung dengan lembut untuk membingkai tegakan pohon tua di sisi utara situs, membuka untuk menarik banyak sinar matahari utara sementara juga membuka pemandangan ke pepohonan dan kampus di luar. Pola bagian bangunan berbentuk sirip mendefinisikan ruang interior dengan memesan hubungan antara pendidikan publik dan ruang kantor yang lebih pribadi. Bangunan ini masuk dari selatan, melalui bukaan di lanskap atap bergelombang. Lobi, yang berfungsi sebagai ruang pendidikan yang menginformasikan pengunjung tentang sistem pengelolaan air limbah Portland, menyediakan akses langsung ke teater di sebelah kanan dan ruang kantor di sebelah kiri. Teater kecil ini digunakan untuk presentasi informasi dan pendidikan serta sejumlah fungsi publik lainnya. Ruang kantor diatur di bawah atap gigi gergaji untuk memaksimalkan pencahayaan alami mencapai stasiun kerja individu, sambil meminimalkan cahaya yang menyilaukan.


Melalui kedua bangunan tersebut yaitu The Amager Bakke yang menggunakan biogas sebagai sumber energi disamping menggunakan bahan bakar penghasil energi dari pembakaran karbon yang tentu saja merusak lingkungan , dan juga sumber energi lain seperti Wind power ( tenaga Angin ) dan Solar panel yang saling diintegrasikan dan berikutnya Columbia Boulevard Wastewater Treatment Plant Support Facility yang menjadi catchmen area untuk mengurangi waste water yang langsung dialirkan ke sungai Portland sehingga air hujan tidak terbuang secara langsung ke air dan juga menggunakan design fasad yang membuat ruangan dapat 100 diterangi oleh cahaya matahari tanpa harus menggunakan lampu. Bila kita menelaah lebih lanjut dari kedua bangunan tersebut, kita seharusnya dapat mendesign bangunan yang tetap dapat mencukupi kebutuhan pengguna di dalam bangunan dengan pengolahan energi yang tidak merusak lingkungan seperti pembakaran karbon namun juga dihasilkan sendiri oleh bangunan tersebut seperti wind power atau solar panel. Selanjutnya, High performance building bukan hanya focus terhadap zero net emission, namun juga design fasad seperti Columbia Boulevard Wastewater Treatment Plant Support Facility.


Pada abad-abad terakhir, terjadi kekurangan sumber daya yang digunakan untuk membangun dan memelihara bangunan. Tetapi seiring berjalannya waktu, dapat ditemukan sebuah energi yang relatif lebih murah dalam penggunaan energi. Tetapi semua itu tidak berjalan lancar, pada tahun 1973 terjadinya krisis minyak pertama yang mengakibatkan pemerintah harus mencari sumber daya alternatif yang aman sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar impor. Karena hal ini dapat menyebabkan krisis terhadap lingkungan global.

Rusaknya lapisan ozon, hilangnya habitat satwa liar dan keanekaragaman hayati akibat polusi udara, kurangnya luasan hutan akibat peralihan fungsi lahan yang dilakukan oleh manusia, terjadinya kekeringan serta perubahan iklim yang juga dapat diakibatkan dari efek rumah kaca yang disebabkan penggunaan pendingin dan pemanas ruangan yang menghasilkan zat-zat berbahaya. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah tindakan untuk mengatasi agar semua hal buruk tersebut tidak berlangsung terusmenurus, salah satunya pertimbangan efisiensi sumber daya dan energi dalam sebuah desain. Menciptakan bangunan yang sehat salah satunya dengan cara pemilihan material yang tepat dan sehat juga, penggunaan lahan yang cerdas secara ekologis, sosial dan estetika yang dapat menjadi inspirasi untuk kedepannya. (Brophy & Lewis, 2012)


Upaya kita THE HEALTH dalam hal BENEFITS memikirkan kembali OF GREEN efek yang kita ARCHITECTURE. timbulkan terhadap lingkungan merupakan komponen kunci untuk pendekatan arsitektur hijau. Efisiensi terhadap lingkungan konvensional adalah dengan cara melakukan lebih banyak usaha dengan penggunaan sumber daya lebih sedikit. Seperti mengurangi populasi dan limbah, serta meminimalkan kerusakan yang dapat berdampak pada kesehatan manusia dan lingkungan. Strategi penting yang dapat dilakukan terhadapat bangunan padat dan hijau yaitu mengoptimalkan massa dan desain fasad, menyediakan system yang efisien, menggunakan energy alternatif untuk pengurangan tuntutan terhadap sumber daya alam, dan mengaplikasikan penghijauan di bangunan. Penghijauan dapat berupa taman, atria, dan atap yang difungsikan sebagai area penghijauan. Penerapan stategi berkelanjutan dapat memberikan efek positif pada bangunan. Serta tujuan utama yang dicapai yaitu untuk memahami dan membangun cara-cara dimana manusia dapat memberikan dampak yang bermanfaat bagi lingkungan. (Thomas SchrÜpfer, 2016)


Sebuah bangunan hijau mampu menghemat pemakaian energi, mengurangi emisi CO2, menghemat pemakaian air, meningkatkan kesehatan penghuninya, meningkatkan produktivitas, akan lebih murah dalam mengoperasikan dan memeliharanya, dan biaya yang lebih sedikit dalam proses pembangunan dibandingkan dengan struktur konvensional. Oleh karena itu, bangunan hijau sangat penting dan berharga secara nasional karena dapat menjadi solusi untuk perubahan iklim secara global dan ketergantungan terhadapat sebuah energi. ( , 2019)(Ching & Ian M. Shapiro, 2014)

绿⾊建筑

Program bangunan hijau tersedia dalam berbagai bentuk dan ukuran dalam penerapannya. Dapat dalam lingkup lokal sampai internasional, dapat menangani permasalahan umum maupun khusus/spesifik, memberikan pendekatan umum yang dapat digunakan disemua proyek ataupun lebih khusus untuk jenis bangunan tertentu. Tetapi terlepas dari bentuk dan ukuran yang bermacam-macam, semua itu saling berbagi tujuan lingkungan yang sama. (Spiegel & Meadows, 2010) Menciptakan atau mendefinisikan parameter desain yang digunakan sebagai pertimbangan bangunan hijau tidaklah mudah. Dalam mengembangkan

sebuah bangunan hijau, seorang perancang harus memperhitungkan tidak hanya kenyamanan dan kesehatan penghuninya, tetapi juga harus mempertimbangkan efek samping yang dapat ditimbulkan oleh bangunan terhadap lingkungan sekitar maupun lingkungan global. (Brophy & Lewis, 2012)(Chinga & Ian M. Shapiro, 2014) 1. Kenyamanan penghuni Kenyamanan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti; aktivitas yang dilakukan, pakaian yang digunakan, usia dan jenis kelamin individu, dan aspek lingkungan internal seperti suhu udara, suhu permukaan, kelembaban, pergerakan udara, kebisingan, cahaya dan bau. 2. Kesehatan penghuni Lingkungan internal yang buruk dapa memberikan efek terhadap kesehatan penghuninya. 3. Dampak bangunan terhadap ccclingkungan Proses dalam membangun dan mengoperasikan bangunan dapat memengaruhi lingkungan, seperti penipisan sumber daya dan perubahan iklim. Sebuah bangunan hijau harus dapat memadukan kenyaman penghuni, kesehatan penghuni dan dampak terhadap bangunan yang dapat ditimbulkan oleh bangunan.


KESEHATAN PENGHUNI Kondisi di dalam sebuah gedung sangat berpengaruh terhadap penghuni, baik dalam tingkat kenyamanan maupun kesehatan. Kualitas udara yang buruk, bahan beracun, kurang cahaya matahari atau tingkat kebisingan yang tinggi dapat berpengaruh bagi kesehatan (Brophy & Lewis, 2012).

1. Kualitas udara dalam ruangan Polusi udara dalam ruangan dapat berdampak langsung terhadap kesehatan. Kualitas udara yang buruk dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti; asma, penyakit menular, kanker dan kerusakan genetik lainnya. Kualitas udara di dalam ruangan ditentukan oleh kualitas udara diluar ruangan, emisi polutan didalam gedung, tingkat ventilasi, serta efisiensi penyaringan dan standar pemeliharaan sistem mekanik didalam gedung tersebut. Ventilasi alami dapat terjadinya pertukaran udara di dalam dan di luar ruangan melalui udara yang mengalir serta dapat meningkatkan kenyamanan dengan cara menghilangkan panas dan kelembaban yang terkonsentrasi. Tingkat ventilasi yang buruk dapat menciptakan lingkungan yang buruk dan tidak sehat juga. Ruangan yang tidak memiliki ventilasi dapat menyebabkan spora dan tungau tumbuh dengan subur serta meningkatnya polutan VOC (Volatile Organic Compound). Kualitas udara yang baik di dalam ruangan juga dapat dicapai dengan memilih produk yang digunakan mengandung VOC yang rendah bahkan nol. (Brophy & Lewis, 2012)(Thomas Schröpfer, 2016)(Spiegel & Meadows, 2010) (Carlos et al., 2015) Tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan jumlah polutan udara di dalam ruangan yaitu : (Brophy & Lewis, 2012) a. Menghilangkan sumber polusi dari bangunan. b. Mengendalikan emisi polutan dari sumbernya. c. Mengusir polutan dari gedung melalui penggunaan ventilasi pada bangunan.


2. Material Kerusakan bahan bangunan yang digunakan juga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Dalam bahan bangunan yang digunakan, terdapat sejumlah bahan kimia dan beracun yang dapat mencemari udara dalam ruangan, persediaan air ataupun melalui kontak langsung dengan bahan tersebut. Salah satunya, Peluruhan lembaran bangunan dan ubin yang mengandung asbes melepaskan serat beracun ke lingkungan. Sehingga hal ini dapat berdampak terhadap pekerja yang mengerjakan pembangunan gedung tersebut, penghuni yang akan menempati gedung maupun pekerja yang akan memperbaharui atau menghancurkan gedung itu nantinya. Dalam proyek pembangunan, sangat penting untuk memiliki gambaran yang jelas tentang sifat fisik material yang digunakan, karena setiap kandungan yang terdapat di dalam bahan bangunan memiliki penanganan dan respon yang berbeda-beda. (Brophy & Lewis, 2012)(Spiegel & Meadows, 2010) (Berge, 2009) 3. Sinar matahari Integrasi desain sinar matahari yang efektif dalam bangunan tidak hanya meningkatkan energi efisiensi tetapi juga berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan penghuninya. Sinar matahari pada siang hari dapat menggantikan penggunaan penerangan

listrik atau lampu sehingga dapat mengurangi konsumsi energi dan mengurangi emisi polusi. Ketersediaan sinar matahari yang buruk di dalam ruangan dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan penghuni. Cahaya dengan spektrum penuh dikenal kondusif bagi kesehatan yang baik serta dapat merangsang fisiologis manusia. Hal ini sangat penting bagi orang-orang yang menghabiskan waktu lebih lama di dalam ruangan. Bahkan cahaya alami baik bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan serta pemulihan yang baik bagi pasien dalam masa perawatan. (Brophy & Lewis, 2012) 4. Kebisingan Tingkat kebisingan yang berlebihan dalam ruangan ataupun yang berasal dari luar ruangan dapat mengganggu dan menghasilkan penyakit yang berhubungan dengan stres dan gangguan pendengaran. (Brophy & Lewis, 2012) 5. Kelembaban Kelembaban yang terkandung di dalam ruangan memiliki dampa yang siggnifikan terhadap kesehatan penghuni. Penelitian yang telah dilakukan oleh grandjean (1972) dan Becker (1986) menunjukkan bahwa seseorang yang berada di dalam ruangan dengan kelembaban kurang dari 40% dalam waktu lama dapat mengeringkan selaput lendir yang dapat menurunkan Â


resistensi terhadap pilek dan penyakit terkait lainnya. Kelembaban diatas 70% juga dapa meningkatkan pertumbuhan spora jamur yang dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit dan alergi. Kelembaban yang baik diantara 40%-70% dapat memberikan dampak positif, yaitu: mengurangi konten debu halus dari udara, mengaktifkan mekanisme perlindungan kulit terhadap mikroba, mengurangi kehidupan bakteri dan virus dan mengurangi bau. (Gernot Minke, 2006) 6. Tujuan untuk mencapai tujuan lingkungan sehat, dalam dilakukan melalui usaha berikut a.  lindungi dari polusi udara luar. Jika memungkinkan, tempatkan bangunan jauh dari jalan dan sumber polusi lainnya. (Brophy & Lewis, 2012) Menyediakan ruang penanaman tumbuhan hijau internal dan eksternal. Selain menarik secara estetika dan dapat menimbulkan ketenangan, tanaman hijau dapat meningkatkan kualitas udara. Pada area luar, tanaman juga dapat membersihkan atmosfer dan menghasilkan udara segar disepanjang jalan. (Brophy & Lewis, 2012)(Carlos et al.,2015)(Thomas Scropfer,2016)

Hindari celah dalam sampul eksternal bangunan yang memungkinkan infiltrasi udara eksternal yang tida terencana. (Brophy & Lewis, 2012) Menyediakan jendela dan ventilasi mekanis untuk mengontrol udara luar yang masuk dengan kualitas yang tidak dapat diterima. (Brophy & Lewis, 2012) Menempatkan ventilasi mekanis yang tepat untuk menghindari sumber udara yang terkontaminasi. (Brophy & Lewis, 2012) b. Mengontrol polutan di dalam gedung Penghuni dan Aktivitas yang dilakukan oleh penghuni merupakan sumber emisi. Peletakan peralatan dan cerobong asap harus benar serta memiliki ventilasi yang memadai. (Brophy & Lewis, 2012) Menyediakan ventilasi tambahan pada area merokok dan untuk ruangan dengan peralatan yang menghasilkan emisi. (Brophy & Lewis, 2012) Memberikan ventilasi alami yang memadai pada setiap kamar agar dapat melemahkan konsentrasi mikroorganisme di udara. (Brophy & Lewis, 2012)


Jika memungkinkan, membiarkan cahaya matahari masuk langsung ke setiap kamar. (Brophy & Lewis, 2012) Menyediakan pencahayaan alamai dan buatan yang cukup untuk inspeksi dan pembersihan. (Brophy & Lewis, 2012) c.  Melindungi dari emisi radioaktif Melakukan pemantauan radiologis ketika radon dengan konsentrasi tingkat tinggi dicurigai. (Brophy & Lewis, 2012) Meningkatkan jumlah ventilasi dalam gedung. (Brophy & Lewis, 2012) Memberikan pembatas antara tanah dengan ruanganatau menyegel lantai dan dinding untuk mengurangi emisi radon. (Brophy & Lewis, 2012) d. Menentukan bahan bangunan, finishing dan peralatan yang tidak beracun Mengharuskan produsen menunjukkan kandungan dari produk yang digunakan dalam bangunan, dan memilih yang paling sedikit tingkat berbahayanya. (Brophy & Lewis, 2012)

Meminimalkan penggunaan pelapis dengan emisi VOC yang dapat terpapar ke udara di dalam ruangan. (Brophy & Lewis, 2012) Mendesain akses yang mudah untuk service sehingga memfasilitasi pemeliharaan dari AC atau peralatan ventilasi mekanis lainnya. (Brophy & Lewis, 2012) Menyegel atau menghilangkan bahan bangunan yang mengandung bahan berbahaya. (Brophy & Lewis, 2012) Mempertimbangkan penggantian perpipaan dan pipa tanki air pembuangan karena dapat menimbulkan masalah dari serangan kimia yang terdapat pada air pembuangan tersebut. (Brophy & Lewis, 2012) e. Mendesain untuk sinar matahari yang memadai Penghuni menghasbiskan sekitar 90% dari waktu mereka di dalam ruangan, sehingga diharapakn melengkapi setiap kamar atau ruangan dengan jendela dan ventilasi. (Brophy & Lewis, 2012)(Thomas Scropfer,2016) f. Melindungi dari kebisingan dan getaran yang berlebihan.


VILLA SAVOYE. Villa savoye merupakan sebuah villa modern yang berada di Poissy disebuah lahan yang awalnya dikelilingi oleh hutan, pinggiran kota Paris, Prancis. Dirancang oleh Arsitek Le Corbusier dan sepupunya Pierre Jeanneret dan selesai pada tahun 1929. Villa Savoye, yang mungkin merupakan bangunan paling terkenal Le Corbusier dari tahun 1930-an, memiliki pengaruh besar pada modernisme internasional. Desainnya mewujudkan "Five Points", prinsip dasar dalam estetika arsitektur barunya, yaitu : a. Pilotis, mengangkat bangunan dari atas tanah dan memungkinkan taman diperluas ke ruang di bawahnya. b. Atap datar yang difungsikan sebagai taman dan teras, mengklaim kembali untuk Alam tanah yang ditempati oleh bangunan. c. Denah lantai bebas, tanpa dinding penahan beban sehingga memungkinkan penempatan dinding secara bebas dan hanya di tempat yang secara estetika diperlukan. d. Jendela horizontal panjang untuk penerangan dan ventilasi. e. Fasad yang dirancang bebas berfungsi hanya sebagai kulit untuk dinding dan jendela, dan tidak dibatasi oleh pertimbangan beban.


Pada awalnya rumah ini dibangun hanya sebagai rumah liburan akhir pekan atau tempat peristirahatan pedesaan untuk keluarga Savoye. Rumah modern yang biasanya identik dengan perkotaan, tetapi pada rumah ini memiliki suasana pedesaan dengan latar belakang hutan yang lebat mampu memberikan suasana yang berbeda bagi penghuninya. Rumah yang meletakkan pintu masuk utama dan ruang layanan rumah pada lantai satu dan ruang untuk istirahat dan berkegiatan pada lantai dua. Rumah ini dirancang dengan menyesuaikan dengan lingkungan hutan di sekitarnya dengan cara memerikan warna cat hijau pada tiang-tiang di lantai dasar, sehingga bangunan seperti melayang diatas dengan latar belakang hutan yang indah. Rumah ini juga mempertimbangkan sisi bangunan terhadap pemandangan dan orientasi matahari. Dengan penggunaan kaca besar menghadap ruang tengah yang merupakan ruang terbuka dimanfaatkan sebagai taman dapat menghadirkan cahaya sebanyak mungkin serta menjaga kelembaban ruangan, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang sehat. Pada siang hari dapat mengurangi pemakaian penerangan listrik sehingga mengurangi penggunaan energi dan mengurangi emisi. Taman yang terdapat pada bagian tengah lantai dua dan bagian atap dapat meningkatkan kualitas udara di area rumah tersebut serta memberikan keindahan dan menimbulkan ketenangan. Selain itu, jendela memanjang yang terdapat pada fasad luar bangunan juga dapat digunakan untuk menikmati pemadangan hutan sehingga tetap dapat berinteraksi dengan lingkungan alami.


THE PAIMIO SANATORIUM.

Paimio Sanatorium merupakan sebuah tempat merawat penderita penyakit paru-paru, di Paimio, Finlandia. Dirancang oleh Arsitek Alvar Aalto sesuai dengan kebutuhan pasien, baik dari segi fasad dan bentuk bangunan maupun interior disetiap ruangan. Bangunan ini selesai pada tahun 1933. Dengan mempertimbangkan bahwa pada masa itu satu-satunya penyembuhan untuk penyakit TBC adalah istirahat total di lingkungan yang bersih dan sehat serta mendapatkan cahaya matahari yang baik, dimana manfaat dari cahaya matahari memang sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan juga dalam proses penyembuhan seorang pasien. Oleh karena itu, dirancanglah pada setiap lantai gedung diujung sayap kamar tidur pasien sebuah balkon untuk berjemur. Jika pasien dengan kondisi lemah, dapat ditarik dengan tempat tidurnya untuk berjemur di balkon tersebut, sedangkan bagi pasien dengan kondisi yang lebih sehat dapat berjalan sendiri dan berjemur disana. Disetiap kamar tersebut juga memiliki jendela yang besar agar terjadi pertukaran udara di dalam dan di luar ruangan dengan lancar serta cahaya matahari juga dapat masuk ke dalam ruangan dengan baik. Dengan lingkungan sekitar bangunan yang dikelilingi pohon-pohon tinggi dapat menghasilkan udara yang segar dan kemudian mengalir lancar ke bangunan tersebut. Selain itu, perhatian khusus terhadap penyusunan desain kamar pasien juga penting. Setiap kamar umumnya menampung dua pasien, setiap pasien memiliki lemari dan wastafel masing-masing, sehingga tidak mengganggu satu sama lain. Peletakan lampu di dalam ruang dipilih agar tidak menggangu pemandangan, serta pemilihan warna cat ruangan yang menenangkan agar tidak menyilaukan pasien.


Oleh karena itu, bukaan atau jendela sangat penting untuk lingkungan hidup yang sehat, udara yang bergerak lancar serta sinar matahari sangat membantu dalam penyembuhan. Walaupun gedung ini diperuntukkan sebagai tempat penyembuhan pasien penyakit paru-paru, tetapi harus dapat menciptakan suasana yang nyaman bagi pasien agar proses penyembuhan dapat berjalan dengan baik.


VIA VERDE Rumah susun atau apartemen yang terjangkau biasanya memiliki permasalahan Pada sirkulasi udara dan bukaan yang kurang baik. Kecil atau kurangnya bukaan serta jendela pada setiap unit menyebabkan tingkat kesehatan pada perumahan tersebut cukup buruk. Berbeda dengan semua itu, Via verde merupakan sebuah apartemen dengan harga terjangkau yang bera-

Diantaranya yaitu ruang berkebun, yang memberikan peluang untuk budidaya buah dan sayur, taman rekreasi dan tempat berolahraga serta tangga amfiteater besar yang dapat digunakan untuk pentunjukan dadakan, pertemuan, atau tempat mengobrol santai, dll. Via varde juga memanfaatkan system panel pada atap terasnya, sehingga dapat mengoptimalkan energi yang ada.

da di New York, Amerika Serikat. Dirancang pada tahun 2012 oleh Grimshaw Architects untuk mempromosikan gaya hidup dan komunitas yang sehat. Pada setiap unit, memiliki jendela yang besar dan ventilasi sehingga cahaya matahari dapat dinikmati setiap unit serta mengurangi penggunaan energi oleh penerangan listrik. Selain itu, udara dapat bergerak dengan lancar melalui ventilasi yang kemudian dapat mengurangi ketergantungan pada pendingin atau pemanas ruangan. Via varde memiliki berbagai macam ruang komunal yang dapat digunakan secara bersama, sehingga terciptalah sebuah komunitas didalamnya.

Dengan konsep yang diusung pada perumahan ini, selain harga yang terjangkau olehmasyarakat, perumahan ini juga sangat memperhatikan kesehatan pada penghuninya, pengkondisian cahaya dan udara yang baik serta banyaknya tanaman dapat memproduksi udara segar yang menjadikan lingkungan nyaman, sehat dan sejahtera. Selain Kesehatan fisik, lingkungan yang sehat juga baik untuk kesehatan mental, dengan adanya interaksi komunitas yang menghasilkan hal positif seperti berkebun bersama juga dapat meningkatkan kesehatan mental.



KHOO TECK PUAT.

Khoo teck puat Hospital adalah rumah sakit umum yang berada di Yishun, Singapura. Rumah sakit ini menerapkan konsep biofilik, dengan memaksimalkan setiap permukaan untuk menciptakan lingkungan yang hijau. Dirancang menyerupai hutan yang dipenuhi oleh tanaman pada bangunan tersebut. Tema taman ini dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana yang menenangkan dan menghilangkan beberapa kecemasan pada rumah sakit ini sebagai lingkungan penyembuhan melalui taman yang melibatkan indera penglihatan, suara, aroma dan sentuhan, baik untuk pasien dan keluarga yang menemani, pengunjung, maupun staf yang bekerja disana. Dengan tema ini pun, dapat membantu pasien melupakan rasa sakit dan meningkatkan tingkat


tingkat pemulihan mereka dengan merendamnya dalam lingkungan penyembuhan alami, menciptakan suasana seperti taman yang menyegarkan untuk pengasuh dan masyarakat umum serta, meningkatkan pandangan dan akses ke alam untuk menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi staf. Sehingga suasana suram di rumah sakit pada umumnya dapat tergantikan.

Bangunan yang memiliki konfigurasi bangunan berbentuk “V� yang terbuka ke utara, membiarkan angin bergerak masuk dengan lancar. Untuk memanfaatkan aliran udara alami, bangunan harus dapat menyesuaikan penyerapan dan naugan. Tujuannya agar pasien dapat menikmati cahaya alami, angin yang sejuk serta pemandangan yang indah tanpa resiko dari sinar matahari langsung atau masuknya hujan. Agar sesuai dengan iklim setempat, tanaman tropis asli dipilih untuk kemudahan perawatan. Dengan menyediakan tanaman inang dan berbagai habitat di lingkungan

Rumah sakit, rumah sakit menjadi bagian dari ekosistem yang lebih besar dengan dapat ditemukannya flora dan fauna yang berkembang yang dapat dinikmati seluruh lingkungan Yishun. Selain menciptakan lingkungan hijau, rumah sakit ini juga menggabungkan fungsionalitas dengan Teknik hemat energi yang inovatif, salah satunya penggunaan panel surya fotovoltaik serta pemanfaatan air hujan yang turun dan mengalir ke taman-taman tersebut.


Dari keempat contoh bangunan ini, ada poin penting tentang konsep Green Architecture yang berpengaruh pada kesehatan yang diterapkan, yaitu pengkondisian udara, cahaya alami dan efisiensi penggunaan energi. Lingkungan yang memiliki sirkulasi udara yang baik dan mendapatkan cahaya alami akan dapat menjadikan lingkungan yang sehat dan menimbulkan ketenangan dan kenyamanan, sehingga dapat menjadi relaksasi bagi diri.

Serta pengadaan taman atau lingkungan hijau pada area tersebut juga sangat membantu menciptakan sirkulasi udara yang baik, pemandangan yang hijau juga memberikan kedamaian bagi diri. Ketenangan dan kenyamanan dalam diri akan lebih mempermudah proses penyembuhan bagi para penderita penyakit. Sehingga hal tersebut sangat berpengaruh baik terhadap Kesehatan fisik maupun Kesehatan mental.


Penerapan arsitektur hijau memang bukan satu-satunya keharusan dalam desain. Tetapi arsitektur hijau sangat berpengaruh dan merupakan hal yang sangat penting sebagai desain yang berkelanjutan untuk mempertahankan kesehatan manusia sekaligus kesehatan lingkungan dan bumi. Menggunakan ventilasi alami, memasukkan cahaya matahari kedalam bangunan, mengendalikan kelembapan, dan mengurangi kadar tertentu untuk menyediakan ruangan yang nyaman dan sehat dengan pemeliharaan minimum adalah salah satu tujuan keberlanjutan. Karena seperti yang diketahui, penggunaan energi yang berkaitan dengan bangunan dapat memberikan dampak terhadap perubahan iklim. (Thomas Scropfer,2016)(Ching & Ian M. Shapiro, 2014)(Carlos et al.,2015) Dalam desain arsitektur, faktor utama adalah fungsi, estetika, hidup atau menghidupkan dan standar. Dalam kriteria fungsi, walaupun sebuah bangunan tersebut dirancang sebegitu hijaunya, tetapi jika tidak memiliki fungsi yang baik dan benar atau bisa menjadi disfungsional maka itu tidak berguna. Dalam segi estetika, desain bangunan hijau atau patokan estetika bangunan tersebut belum ditetapkan secara universal.

Kriteria ketiga yaitu bagaimana sebuah bangunan dapat mengangkat dan meningkatkan kesejahteraan dankesehatan fisik serta emosional penghuni yang menggunakannya, karena bagaimanapun tujuan mendasar dari arsitektur dapat menimbulkan dampak positif bagi emosi dan perilaku pengguna. Kriteria terakhir, desain tersebut harus memenuhi standar yang berlaku saat ini, dan menjadi hijau asli merupakan salah satu standar yang harus dipenuhi. (Thomas Scropfer,2016)(Ching & Ian M. Shapiro, 2014)(Carlos et al.,2015) Menciptakan sebuah desain bangunan hijau membutuhkan banyak keputusan. Sebagian besar keputusan pembangunan dengan desain hijau melibatkan prioritas perbaikan pada bangunan yang dapat membuatnya lebih hijau, menggunakan lebih sedikit energi, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, dan meningkatkan pembangunan lingkungan dengan berbagai cara untuk kepentingan kesehatan manusia. Tetapi karena semangat manusia yang selalu tertarik untuk melakukannya, mungkin tujuan dan tantangan ini dapat menjadi awal yang mulia untuk kehidupan sekarang maupun untuk masa yang akan datang. (Thomas Scropfer,2016) (Ching & Ian M. Shapiro, 2014)(Carlos et al.,2015)

CONCLUSION.


























KKL KELOMPOK 02

arranged by

GREEN MATERIAL Anzil Alaina - Agus Sukarmaji

PAST, PRESENT, FUTURE


BRICKS from Smog and Dust Seorang seniman dari China membuat bata dari debu dan polutan udara. Debu dan polutan kota Beijing dikumpulkan dengan alat vacuum khusus selama 100 hari, dan kemudian dicampurkan dengan tanah liat untuk membuat bata. Ide ini muncul akibat polusi udara di China sangat kuat. Debu dan polutan dicampur dengan tanah liat dan air, lalu dicetak menjadi batu bata semi jadi, baru kemudian dibakar dan dikeringkan untuk mendapat batu bata yang kokoh. Polutan yang digunakan memiliki kandungan sekitar 250 PM dengan berat masing-masing yang diperlukan hanya sekitar 100 gram untuk dapat membuat berkilo-kilogram bata.

Melalui hal ini selain ekonomis dan dapat dijadikan sebagai material untuk bangunan hijau, juga dapat mengurangi kadar polusi udara akibat limbah maupun asap kendaraan. Selain itu juga dapat melestarikan hubungan antara manusia dan alam karena tidak diperlukannya zatzat kimia berbahaya dalam proses pembuatannya


bioMASON : The BioBrick bioMASON atau BioBrick merupakan sebuah metode untuk menghasilkan bata pre-cast hanya dengan cara menumbuhkan bakteri dan material alam berlimpah lainnya. Batu bata dapat dibuat hanya dengan mengandalkan mikroorganisme. Dibandingkan dengan beton, kaca, baja dan kayu yang sangat bergantung pada limited natural resources (sumber daya alam terbatas), bata ini bahkan bisa dibuat hanya dengan high strength natural biological cements (semen dari alam) seperti contohnya karang, tanpa merusak lingkungan sekitarnya.

Produksi semen alami ada tahun 2008 diperkirakan mencapai 2,8 miliar ton, setara dengan kadar CO2 yang dilepaskan ke atmosfer. Hal ini disebabkan oleh pemanasan global, asap kendaraan, bahan bakar minyak dan juga emisi CO2 dari pembangunan industrial.


"Bacteria, which provide a precise environment to form in combination with a nutrient, nitrogen and calcium source allow for the formation of natural cement in ambient temperatures, taking less than five days to produce a pre-cast material."

Untuk mendapatkan semen alami tidaklah mahal karena berlimpah secara global dan dapat bersumber dari produk sampingan limbah. Pembuatan batu bata adalah dengan menumbuhkan bahan ini di temperatur sekitar dan dengan komponen air yang mengirimkan reagen sementasi daur ulang dalam sistem loop tertutup, sehingga bahan dapat digunakan kembali. Komponen air yang paling berhasil sejauh ini adalah air laut.

Pembuatan pre-cast material hanya dengan mempekerjakan mikroorganisme. Prosesnya hampir mirip dengan pembuatan hidroponik dan blok beton tradisional. Bahan-bahan dicampur dengan mikroorganisme khusus, dicetak dan diberikan larutan khusus (aqueous solution) sampai mengeras. Alih-alih membakar kalsium karbonat untuk membentuk semen, dengan menanam semen kalsium karbonat yang tepat secara biologis, akan menghasilkan bata yang kuat, tahan lama, dan sudah teruji di dunia nyata.


ECO Cocon Straw Wall Panel Merupakan sebuah inovasi modular dari double framed load-bearing panel yang terbuat dari kumpulan jerami dan sedikit kayu. Jerami harus memiliki kelembaban diatas 15% untuk dibuat panel dan di kompres dengan tekanan 100-120 kg/mÂł. Jerami yang telah dipilih di potong dengan alat mekanik khusus sehingga hasilnya lebih maksimal.

Panel ini dapat diplester hanya dengan menggunakan tanah liat alami. Keuntungannya lainnya adalah tahan terhadap resistansi, tekanan, dan bahkan api. Panel ini tidak hanya dapat digunakan untuk membangun bangunan satu lantai saja, tetapi juga dapat mencapai bangunan umum tiga lantai.


Dengan menggunakan panel ini, konstruksi akan lebih ekonomis dan efisien. Karena bentuk dari panel ini adalah modular dan dapat dipasang dengan mudah. Selain itu panel diproduksi dengan sangat sedikit energi yang dimana akan menahan bangunan dari suhu panas dan dingin serta dapat menambah umur bangunan.

Manfaatnya terhadap lingkungan tentu saja dapat mengurangi emisi pemanasan global, karena pertumbuhan jerami dari gandum ini memerlukan CO2 sehingga CO2 yang menyebabkan pemanasan global akan berkurang. Selain itu penggunaan kayu yang sedikit juga dapat mengurangi penebangan pohon. Jika terus dikembangkan secara maksimal, hal ini dapat membuat pembangunan menjadi lebih sehat dan ramah lingkungan.


Green Building atau biasa disebut bangunan ramah lingkungan mempunyai kontribusi dalam menahan laju pemanasan global. Green Building adalah salah satu wujud kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dalam bidang konstruksi. Green Building tidak hanya terkait pada manajemen penghematan energi dan pengolahan limbahnya tetapi juga bagaimana cara agar material bangunannya tidak membahayakan lingkungan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pembahasan mengenai perancangan arsitektur dalam bidang penerapan 3 konsep yaitu: 1. Green Building, yaitu Green Design (Fasad), 2. Green Material (Material Hijau / Berkelanjutan), 3. Green Technology (Penghematan Energi).

BETWEEN GREEN MATERIAL AND TECHNOLOGY TOWARDS FUTURE GREEN ARCHITECTURE.

Pengertian Green Material sangat sering dihubungkan dengan material ramah lingkungan. Maksud dari material ramah lingkungan yaitu material yang pada saat digunakan dan dibuang tidak memiliki dampak negatif yang merusak lingkungan dan mengganggu kesehatan. Pada masa sekarang, para Arsitek mulai memikirkan dampak bangunan terhadap lingkungan dengan pemilihan penggunaan material. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya penelitian yang diadakan dengan tema teknologi material di masa mendatang. Dari material itu sendiri, kemudian mampu di olah dan di-

bentuk menyesuaikan kebutuhan dan dapat pula terpenuhi dari segi estetika. Dengan begitu, gagasan mengenai konsep Future Green Architecture dapat dilakukan suatu saat nanti.


DIGITIZED STONE BY ZA ARCHITECTS

ZAarchitects mengusulkan penelitian untuk "Smart Masonry" dengan mengubah bangunan batu biasa. Itu membuka peluang fabrikasi untuk meminimalkan bobot kerangka dan teknik konstruksi robot digital untuk merakit geometri yang kompleks. Â Mengambil keuntungan dari teknologi, membuat hubungan antara manusia dan arsitektur lebih interaktif dan membuat arsitektur lebih dekat dengan definisi manusia modern. Â Sesuai sifatnya, batu biasa yang diproduksi biasanya berat, masif, dan minim cahaya alami. Namun, dilakukan penyesuaian bentuk keseluruhan struktur sehingga diperoleh dengan geometri dasar dan dimanipulasi sesuai dengan efisiensi struktur yang digunakan untuk menghemat sumber daya dan menghasilkan elemen dan geometri desain yang unik.


Salah satu tantangan paling signifikan dalam merancang struktur batu adalah memastikan persyarata struktural dan meminimalkan massa bangunan sedapat mungkin untuk memaksimalkan cahaya dan udara. Karena teknologi modern memungkinkan untuk mengoptimalkan dan meminimalkan sisi masif, kerangka strukturalnya terdiri dari geometri kompleks yang dapat dicapai melalui penggunaan teknik konstruksi robot, memastikan bahwa setiap elemen dapat direplikasi dengan presisi.

Setiap 'sel' yang membentuk struktur dibuat dari zat busa yang diturunkan dari karet. kawat 4sumbu memotong bentuk menggunakan bantuan komputer, memungkinkan bentuk yang kompleks dalam waktu yang sangat singkat. potongan tersebut kemudian jenuh dengan campuran semen portland dan dibiarkan mengeras. setelah mengeras, batu selesai dan siap untuk digunakan. terdiri dari satu jala mulus yang membentuk seluruh struktur, dinding, kolom, balok penyangga, dll. ZA Architects mengambil konsep dari sistem yang terjadi secara alami dimana geometri didasarkan pada penciptaan. Batu itu sendiri mewakili metodologi ini, dan dapat diproduksi dengan cepat dengan teknik yang relatif sederhana. Geometri kompleks ini dibantu dengan algoritma komputer.

Tahapan Tahapan Dalam Pembuatan Material.


SMART CONCRETE. NOWlab telah mengembangkan material beton menggunakan bekisting cetak 3D. Penggunaan alat desain parametrik dalam kombinasi dengan pencetakan 3D skala besar memungkinkan dinding beton hibrida yang secara bertahap menyatu dari kondisi tertutup menjadi terbuka. Material ini dipercaya dapat membantu arsitek dalam usaha mencapai Future Green Architecture. Dengan adanya aspek sensorik, dinding dapat diaktifkan oleh sentuhan tangan pada permukaan luar dengan cara kerja memicu sensor yang tertanam dalam struktur. Beton ini diperkaya oleh serat karbon, yang terdiri dari 0,2 % hingga 0,5 % dari volume keseluruhan. Cara kerja dari "Smart Concrete" adalah dengan menambahkan sejumlah serat karbon pendek ke beton dengan mixer beton konvensional untuk memodifikasi hambatan listrik beton dalam menanggapi tegangan maupun tekanan. Bahan-bahan yang memicu aspek sensorik ini mampu mendeteksi keadaan tegangan mereka sendiri yang tercermin sebagai perubahan sifat listrik. Variasi tegangan yang diterapkan terkait dengan variasi karakteristik kelistrikan bahan seperti hambatan. Akibatnya, kontak antara serat dan matriks semen terkena dampak ketika beton cacat atau tertekan, sehingga mempengaruhi resistivitas listrik volume beton. Ketegangan kemudian ditentukan dengan mengukur tingkat hambatan listrik. Beton ini mampu merasakan cacat struktural yang sangat kecil dan mampu memeriksa kondisi internal struktur, terutama setelah gempa bumi. Dengan adanya penelitian ini, membuka kemungkinan sekarang untuk setiap permukaan beton dapat berfungsi sebagai saklar sedangkan perlengkapan lampu heksagonal mengisi kotak heksagonal. Salah satu dasar munculnya penelitian ini yaitu meluasnya penggunaan beton sebagai bahan komposit dan ketidak-mampuannya menahan tegangan. Hal ini mengharuskan pengecekan secara berkala untuk mengetahui adanya retakan pada beton biasa. Keunggulan material "Smart Concrete" ini yaitu selain fungsi dasar yang mampu mendeteksi retakan kecil, juga membantu memperkuat material itu sendiri karena dibutuhkan banyak kekuatan untuk menekuknya.


CONCLUSION. Arsitektur memiliki bahan bangunan sebagai alat untuk berekspresi tetapi juga harus memperhatikan dampak material yang digunakan dengan keadaan lingkungan. Inovasi dalam bidang arsitektur sangat wajar karena seorang arsitek dapat memanfaatkan penggunaan teknologi untuk mengeksplorasi kemungkinan material-material yang biasa digunakan sehingga memberikan peluang di era fabrikasi digital ini. Penelitian yang dilakukan dengan material "stone digitized" maupun "smart concrete" terbukti dapat meningkatkan kecepatan konstruksi, sekaligus mengurangi pengeluaran energi dan material di masa mendatang dan menciptakan kehidupan yang dinamis.


KKL KELOMPOK 02

arranged by

GREEN STRUCTURE

Yolanda Putri Cahya S - Fadilla Ananda Faried

PAST, PRESENT, FUTURE


Green Building atau Bangunan Hijau merupakan struktur dan penerapan proses bangunan ramah lingkungan yang meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan, pemakaian produk konstruksi ramah lingkungan, efisisensi pengunaan sumber daya, serta memperhatikan kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan. Berdasarkan laporan dari PBB (United Nations) tentang Buildings and Climate Change menyatakan bahwa sebuah bangunan telah mengkonsumsi setidaknya 30% - 40% energi yang digunakan (Triwidiastuti, 2017). Selain itu, bangunan/gedung juga penghasil terbesar (lebih dari 30%) emisi global karbon dioksida (CO2), salah satu penyebab utama pemanasan global (Triwidiastuti, 2017). Maka dari itu penerapan bangunan hijau dirancang untuk meminimalisir penggunaan energi untuk bangunan gedung maupun hunian, serta meminimalisir dampak kerusakan lingkungan alam sekitar yang terjadi agar menciptakan bangunan beserta lingkungannya yang berkelanjutan. Kaitannya dengan konsep berkelanjutan yaitu untuk mempertahankan sumber daya alam yang sekarang dengan menghemat penggunaan energi agar bertahan lama di masa mendatang. Sehingga bangunan hijau dapat bertahan lama dari masa ke masa dengan menggunakan sumber daya yang dapat diperbarui dan tidak berpotensi merusak lingkungan. Untuk tercapainya konsep green building ramah lingkungan maka perlu menerapkan diantaranya efisiensi energi, efisiensi air, penggunaan material hijau, penerapan struktur hijau, peningkatan mutu lingkungan, operasional dan pemeliharaan bangunan, serta biaya. Salah satu fokus yang dibahas pada tulisan ini yaitu mengenai penerapan struktur hijau pada penerapan bangunan hijau berkelanjutan. Sistem struktur pada bangunan hijau akan mempengaruhi keberlanjutan bangunan, baik efisiensi sumber daya dan biaya. Struktur merupakan bagian dari desain bangunan hijau di

SUSTAINABLE OF GREEN STRUCTURE.

sejumlah bidang yaitu daur ulang bahan dansistem, pemilihan bahan dan sumber daya lokal, efisiensi sistem struktur, serta penyediaan adaptasi bangunan di masa depan. Selain itu, biaya sistem struktur pada bangunan berada pada kisaran 10% -20% dari total biaya proyek. Pada intinya banyak strategi desain bangunan hijau dapat berdampak langsung pada desain struktural bangunan (Mamdooh, 2012).


Konsep green yang diterapkan pada bangunan atau yang bisa disebut green building bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan ramah lingkungan dengan meminimalisir penggunaan energi. Sedangkan menurut Green Building Concil dalam Ningrum dan Damayanti (2019) menyatakan bahwa konsep green memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan, ekonomi, kesehatan, dan pengguna gedung tersebut. Selain itu menurut Reynaldy dalam Ningrum dan Damayanti (2019) menyatakan bahwa konsep hijau (green) dapat menjadi jawaban atas permasalahan permasalahan yang terjadi atas lingkungan. Namun penerapan green tidak hanya sekedar pada rupa bangunannya saja namun juga meliputi komponen pada bangunan tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Ervianto dalam Ningrum dan Damayanti (2019) yaitu dalam menjalankan konstruksi berkelanjutan maka terdapat konsep green building (bangunan hijau) yang dibentuk oleh: proses desain

(green design), pengadaan material (green procurement), proses konstruksi (green construction), pemilihan teknologi (green technology), dan perawatan bangunan (green maintaining). Green contruction berkaitan dengan sustainable construction yaitu dengan menerapkan proses konstruksi mulai dari tahap desain, pengadaan, operasi, perawatan hingga dekonstruksi yang ramah lingkungan akan berdampak pada operasional bangunan di masa mendatang. Struktur hijau menjadi bagian dari konstruksi hijau yaing terdiri dari struktur atas ( atap dan balok ) dan struktur utama ( kolom dan dinding ). Struktur hijau juga berkaitan dengan teknologi hijau yaitu dengan menerapkan teknologi tertentu pada sistem struktur hijau akan menghasilkan proses konstruksi yang ramah lingkungan dan tentunya juga menghasilkan sebuah bangunan hijau.


STRUKTUR DAN TEKNOLOGI Seperti yang disebutkan oleh Ningrum dan Damayanti (2019) terdapat berbagai struktur dan teknologi hijau mulai dari atap, balok, kolom, dan dinding.

1. Struktur dan teknologi hijau pada atap berfungsi untuk meminimalkan radiasi panas (ventilasi atap, lapisan insulasi atap); menghindari radiasi matahari (atap multilayer, warna atap); pencahayaan alami (sky light plafon); pengurangan limpasan air (atap volume besar, material ringan, kemiringan curam). 2. Struktur dan teknologi hijau pada balok terdapat balok glulam, balok bambu komposit, balok susun kayu komposit, dan balok limbah kayu. 3. Struktur dan teknologi hijau pada kolom terdapat balok gulam dan join balok-kolom beton pracetak. 4. Struktur dan teknologi hijau pada dinding berfungsi untuk membuang panas dalam ruang (dinding multi layer) ; memberi sensasi sejuk (dinding bernafas dan berpori (breathing wall) ; dan melindungi dari radiasi matahari (dinding hijau). Sedangkan menurut Sarah Preisler dalam artikelnya, struktur hijau terdiri dari atap hijau dan dinding hijau. Sistem ini dapat dianggap sebagai bentuk ruang terbuka yang tidak konvensional karena menawarkan bantuan visual dari logam dan beton di daerah perkotaan yang padat, sementara pada saat yang sama memberikan manfaat pengelolaan air hujan dan polusi, habitat, dan pengurangan efek panas. Dinding hijau memiliki struktur yang lebih sederhana daripada atap hijau. Sistem struktur ini terdiri dari kabel baja berkekuatan tensil


tinggi sebagai bingkai untuk tanaman yang ditanam dalam wadah beririgasi besar dengan ketinggian sepanjang dinding. Sistem alternative lainnya yaitu memasang blok media rooting sintetis secara langsung ke dalam kerangka logam. Sedangkan untuk atap hijau ini tidak seperti atap konvensional, atap hijau membentuk lapisan pelindung yang mencegah membran atap memanas di musim panas dan melindungi bangunan dari kehilangan panas di musim dingin, sehingga mengurangi kebutuhan untuk menggunakan AC dan pemanas, serta mampu mengurangi polusi. Dinding hijau pun juga memiliki efek serupa dengan atap hijau.


SOUTH BEACH ROAD.

Ini merupakan bangunan tipe mixed-use yang dirancang oleh Foster & Partners yang terletak di pusat kota Singapura, tepatnya di 38 Beach Road, Singapore S189673. Projek yang berjudul “South Beach� ini dirancang sebagai kawasan perkotaan yang berkelanjutan dengan menggabungkan konstruksi baru dengan bangunan restorasi yang sudah ada. Selain itu kawasan ini merupakan kawasan perkotaan yang serba guna dan hemat energi, dengan menyatukan tempat untuk tinggal dan bekerja menjadi satu dengan adanya toko-toko, kafe, restoran, hotel, dan ruang publik. South Beach Road ini terdiri dari dua menara dengan tinggi 182 meter yang terletak di sisi utara dan selatan dari tapak, dimana dihubungkan oleh sebuah area hijau (the green spine). South Beach Road sendiri menyediakan sebuah lanskap jalan pejalan kaki yang dinaungi sebuah kanopi besar dan menjalar di sekitar tapak dan bangunan tersebut. Kanopi besar ini berguna untuk menaungi ruang di bawahnya dari sinar matahari dan iklim tropis yang ekstrim di Singapura.


jatuh untuk mengairi tanaman di bawahnya dan di taman langit pada menara (Schropfer,2016). Selain itu fasad dari menara tersebut dibuat miring untuk menangkap angin dan mengalirkannya langsung untuk mendinginkan ruangan. Bangunan ini menerapkan konsep green building dan sustainibility dengan pemberian struktur atap berupa kanopi dan kisi-kisi pada fasadnya yang hijau. Sebagaimana sesuai dengan tujuan didirikannya South Beach Road ini yaitu untuk menyediakan lingkungan asri berventilasi alami, kaya akan tanaman dan vitur air, dan terlindungi dari panas ekstrim dan hujan lebat yang merupakan ciri iklim tropis di Singapura. Hal ini dicapai dengan pemberian kanopi lingkungan dengan atap besar dan bergelombang yang menutupi area tapak (Schropfer,2016). Struktur atap kanopi besar dan bergelombang ini terdiri dari baja lengkung dan kisi-kisi aluminium yang membentang diantara baja lengkung tersebut. Struktur atap kanopi ini ditopang oleh kolom baja berbentuk Y. Struktur atap kanopi ini dapat dikatakan ‘green’ karena kanopi ini telah dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu mengendalikan aliran angin. Sehingga memungkinkan udara dingin mengalir masuk ke bawah dengan mengikuti bentuk dari kanopi ini agar aliran angin jatuh ke permukaan tanah. Selain itu kanopi ini juga dapat “memanen� air hujan yang

Struktur kanopi dan konfigurasi kisikisi yang menutupi area seluas 34.950 m2, serta desain fasad yang miring tersebut bekerja sama untuk menghadapi iklim tropis yang ekstrim yaitu mencegah bangunan dari hujan dan sinar matahari secara langsung, serta mampu menciptakan aliran udara yang memadai. Penerapan sistem struktur hijau pada South Beach Road ini mampu menghemat air sebesar Âą 4000 m3 / tahun dari panen air hujan dan sistem irigasi. Perkiraan penghematan air secara total dari pembangunan ini sebesar 173.775,9 m3 / tahun (2013) (Van Es, 2018).


PHARE TOWER PROJECT Ini merupakan sebuah menara lingkungan hijau hiper yang dirancang oleh Jacques Ferrier untuk didirikan di La Defense, Paris. Menara ini didesain dalam rangka mengikuti kompetisi Phare Tower 2006 di La Defense, Paris, namun sampai saat ini menara ini belum terbangun. Phare Tower di La Defense ini memiliki ketinggian 297 m dan luas 147.000 m2 yang mampu menampung 8.500 karyawan. Konsep dari menara kantor ini bertujuan sebagai masa depan bangunan kantor yang berkelanjutan dengan energi. Phare Tower ini akan menggunakan sistem struktur grid yang kemudian dikembangkan menjadi sistem exoskeleton grid, dimana memindahkan lebih dari setengah jalur muatan vertikal bangunan ke eksterior (Schropfer,2016). Penggunaan sistem struktur ini dirasa mampu membebaskan ruang interior di dalamnya untuk mengakomodasi kegiatan apapun. Dalam hal ini sang arsitek, Jacques Ferrier bekerja sama insinyur struktur Jean-Marc Weil beserta tim desainnya untuk mengembangkan sistem struktur ini.

Ini merupakan sebuah menara lingkungan hijau hiper yang dirancang oleh Jacques Ferrier untuk didirikan di La Defense, Paris. Menara ini didesain dalam rangka mengikuti kompetisi Phare Tower 2006 di La Defense, Paris, namun sampai saat ini menara ini belum terbangun. Phare Tower di La Defense ini memiliki ketinggian 297 m dan luas 147.000 m2 yang mampu menampung 8.500 karyawan. Konsep dari menara kantor ini bertujuan sebagai masa depan bangunan kantor yang berkelanjutan dengan energi. Phare Tower ini akan menggunakan sistem struktur grid yang kemudian dikembangkan menjadi sistem exoskeleton grid, dimana memindahkan lebih dari setengah jalur muatan vertikal bangunan ke eksterior (Schropfer,2016). Penggunaan sistem struktur ini dirasa mampu membebaskan ruang interior di dalamnya untuk mengakomodasi kegiatan apapun. Dalam hal ini sang arsitek, Jacques Ferrier bekerja sama insinyur struktur Jean-Marc Weil beserta tim desainnya untuk mengembangkan sistem struktur in


Dalam bukunya Thomas Schropfer (2016) menyebutkan bahwa kisi diagrid sebagai bantalan beban eksternal dalam sistem struktur ini yang diletakkan pada fasad bangunan merupakan respon dari struktural, angin, dan matahari. Hasilnya adalah penyangga struktural dan lingkungan yang memberikan pemerataan cahaya dan udara untuk interior bangunan. Selain mengembangkan sistem struktur diagrid menjadi exoskeleton grid, sang arsitek Ferrier bekerja dengan Lafarge untuk mengembangkan exoskeleton seperti Ultra-High Perfomance Fiber Reinforced Concrete (UHPFRC). UHPFRC ini adalah material semen canggih yang ditandai dengan perilaku struktural non linier. Alihalih batang penguat logam, campuran ini menggabungkan serat baja yang sangat halus, yang menyerap semua tekanan dan memberikan perilaku ulet pada material. Inovasi teknis ini memungkinkan pemisahan arsitektur dari kerangka luar kerawang dari kulit transparan, menghasilkan cahaya dan tembus cahaya yang membawa citra baru menara lingkungan. Pola diagrid yang diterapkan pada Phare Tower ini memberikan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi terbesar dalam kriteria produksi untuk material tersebut.

Dalam mewujudkan konsep green building, Phare Tower ini juga menerapkan struktur hijau lainnya yaitu terdapat dinding hijau yang ditanami tanaman merentang secara vertikal yang dijadikan sebagai visualisasi. Selain itu, menara ini juga menyediakan pencahayaan dan ventilasi alami sebagai upaya untuk peningkatan kecepatan angin di bagian atas struktur.Tidak hanya struktur dinding hijau dan ventilasi alami, ternyata sistem struktur exoskeleton tersebut juga mendukung konsep green structure pada green building. Massa dan pola exoskeleton pada Phare Tower ini ternyata dirancang sebagai respon dari kondisi angin lokal dimana dapat mengurangi kecepatan angin yang akan memasuki bangunan. Ventilasi yang dirancang khusus ini akan mengurangi tekanan angin hingga 10% (Schropfer,2016). Pola dari exoskeleton juga sebagai respon dari analisis matahari, dimana untuk menciptakan kondisi kondisi cahaya alami yang bebas dari silau. Selain itu, kerangka exoskeleton menyesuaikan dengan persyaratan lingkungan tanaman di area publik. Panel surya yang tergabung dalam fasad kulit ganda memanfaatkan paparan sinar matahari dari menara, yang bersamaan dengan turbin angin di atap menciptakan citra baru untuk menara berkelanjutan (Schropfer,2016).


CHANGI AIRPORT. Changi Airport Terminal 3 yang telah resmi dibuka pada tanggal 9 Januari 2008 setelah dilakukan tahap konstruksi selama 8 tahun ini didesain oleh Konsultan CPG sebuah perusahaan Singapura. Dalam artikelnya, Martin Menachery menyebutkan bahwa dalam pengembangan terminal Singapore Changi Terminal 3, arsitektur bandara ini mengekspresikan tren modern melalui integrasi desain arsitektur, struktural, sistem bangunan (seperti struktur bentang panjang, volume besar dan bentuk atap mencolok), keterhubungan ruang-ruang; dan penggunaan material yang luas seperti kaca, baja, di seluruh bagian. Changi Airport Terminal 3 ini juga menerapkan green structure sebagai bentuk konsep green building. Green structure yang diterapkan berkaitan dengan atap dan dinding. Sistem struktur atap pada bandara ini yaitu menghadirkan skylight yang ditutupi oleh actuated, yang disebut dengan “Butterfly Panel�, yang dapat dioperasikan dengan diputar berbagai derajat untuk membuka ke arah langit (Schropfer, 2016). Panel ini posisinya dapat disesuaikan secara mekanis untuk mengontrol jumlah cahaya alami yang masuk ke dalam bangunan melalui masing-masing panel. “Butterfly Panel� ini juga dilengkapi dengan sistem sekunder panel reflector yang dipasang di bawah langit-langit, ini berfungsi untuk mengarahkan cahaya alami ke lokasi tertentu seperti area sirkulasi dan taman (Schropfer,2016).


Sistem struktur atap ini terdiri dari kerangka kotak rangka baja, dengan kedalaman 4,1m – 4,5m. Struktur atap ini ditopang oleh kolom beton setinggi 12m. Penggunaan sistem struktur atap ini memungkinkan untuk penyesuaian dengan iklim tropis di Singapura. Misalnya saja pada siang hari berawan panel tersebut akan terbuka untuk memaksimalkan pencahayaan alami masuk pada siang hari, sedangkan pada hari-hari tak berawan panel tersebut akan mencegah silau dan panas berlebih yang masuk ke dalam bangunan. Teknologi sistem struktur atap jenis memungkinkan Changi Airport. Terminal 3 akan mendapat pencahayaan alami selama setidaknya 8 jam / hari (Schropfer,2016), tentu ini akan menghemat energi yang digunakan.

Seperti yang diterangkan dalam buku Dense + Green oleh Thomas Schropfer (2016) bahwa penggunaan siang hari yang ekstensif ini menghasilkan penghematan energi yang signifikan karena berkurangnya kebutuhan tidak hanya untuk pencahayaan buatan tetapi juga untuk pendinginan, karena ada lebih sedikit panas berlebih dari lampu. Terminal 3 konsumsi energi keseluruhan diperkirakan sekitar 20 kWh / m2, yang merupakan 17% lebih sedikit dari konsumsi energi pada terminal sebelumnya, dengan bentuk dan volume yang hampir sama. Sistem struktur hijau yang menonjol dari Changi Airport Terminal 3 ini yaitu terletak pada dinding hijau / tembok hijau. Penggunaan strategi desain 'tembok hijau' ini bertujuan untuk mengefisiensi penggunaan energi pada fasad / kulit luar bangunan ini. Tembok hijau ini tentunya dilengkapi dengan teknologi bahan seperti baja dan kaca, serta bahanbahan yang alami seperti kayu, batu kapur, dan granit. Tak kalah pentingnya yaitu fitur tanaman yang terpasang secara vertical pada tembok hijau ini menjadikannya sebagai salah satu lansekap pada bangunan ini.


CONCLUSION. Penerapan struktur hijau memang menjadi salah satu komponen penting yang harus diterapkan dalam konsep berkelanjutan pada bangunan hijau. Hal ini karena penerapan berbagai macam sistem struktur hijau akan mempengaruhi keberlangsungan operasional bangunan yang berkaitan dengan penghematan energi, udara, dan air yang sesuai dengan konsep berkelanjutan. Sistem struktur hijau yang diterapkan dalam bangunan hijau terdapat berbagai macam. Namun berdasarkan studi kasus sebelumnya kebanyakan menerapkan struktur hijau berupa atap dan dinding pada bangunan mereka. Sistem struktur hijau atap dan dinding ini memang umum digunakan pada bangunan karena sistemnya yang sederhana, serta dapat dijadikan sebagai interior maupun eksterior bangunan. Selain itu struktur hijau atap dan dinding ini sudah cukup dalam mengurangi penggunaan energi pada bangunan dengan menerapkan teknologi hijau tentunya. Dalam menerapkan struktur hijau pada bangunan hijau dapat menerapkan berbagai macam struktur mulai dari atap, dinding, kolom dan balok. Tidak harus menerapkan segala macam struktur hijau untuk dapat dikatakan sebagai bangunan hijau, namun biasanya akan disesuaikan dengan masingmasing konsep dari bangunan tersebut. Yang terpenting adalah bagaimana sistem struktur tersebut mampu bekerja dengan teknologi tertentu untuk mengefisiensi penggunaan energi pada bangunan, serta menciptakan bangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Tidak hanya struktur hijau saja yang menjadikan sebuah bangunan dapat dikatakan sebagai bangunan hijau, namun juga harus saling mendukung antar komponen, baik dari desain, material, proses konstruksi , teknologi, dan perawatan agar tercapainya konsep berkelanjutan pada bangunan hijau.


“Penting bagi kami untuk membuktikan bahwa adalah mungkin untuk membuat kota tanpa emisi CO2 dan tanpa limbah. Jadi kami memberlakukan batasan pada diri kami sendiri bahwa semua energi dan semua sampah harus dihasilkan dan diolah di dalam area yang telah ditetapkan kepada kami. Penting bukan hanya untuk membuktikannya, tetapi juga untuk melakukannya secara nyata, sehingga orang mulai berpikir tentang apa yang kita lakukan.� -Stefan Behling and Gerard Evenden

Magnificence of Green Structure

Green architecture merupakan konsep yang dapat mengurangi emisi CO2 dan mengurangi penggunaan dalam suatu desain. Sesuai dengan goals dari World Green Building Council sendiri yaitu pada tahun 2050 seluruh bangunan akan memiliki nilai nol dalam emisi. Tidak hanya dalam

pengurangan energi yang digunakan oleh bangunan, green architecture akan merubah penggunaan material dan system struktur di masa depan. Jika yang lalu kita mengenal green sebagai bagian dari “suistanibility� saat ini green menjadi bagian penentu masa depan, apakah green akan membuat kehidupan lebih baik dengan berkurangnya polusi, limbah, dan global warning? Seperti yang dikatakan (Pradono, 2008) green (hijau) dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earth friendly (ramah lingkungan), dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik). Konsep green building yang telah lama berkembang di negara maju dapat diterapkan untuk mengurangi polusi udara di lingkungan perkotaan. Green Structure berkaitan dengan Green Technology yang akan menbawa perbedaan dalam struktur di bangunan, dengan menggunakan struktur sesuai dengan konsep green maka emisi di seluruh bangunan dapat mencapai angka terendahnya.


ETFE for Sustainablility Beijing National Aquatics Center

Beijing National Aquatics Center merupakan bangunan stadion olahraga yang menggunakan green technology. Bangunan yang terinspirasi dari gelembung sabun ini termasuk bangunan yang menggunakan struktur dengan ETFE terbesar di dunia dengan ukuran lebih dari 100.000 m dan hanya memiliki ketebalan 0,2 mm. Pemilihan material dengan beratnya hanya 1% dari kaca dan dapat menampung 20% energi matahari dapat menghemat energi pencahayaan yang dibutuhkan area kolam renang hingga 55%. Bahkan energi matahari sebanyak 20% yang terperangkap di material ETFE ini dapat digunakan untuk pemanasan.


Dengan tujuan agar Beijing dapat menghadirakan Olimpiade yang “green”, bangunan ini juga menerapkan reuse dan recycle air sebanyak 80% yang di dapatkan dari daerah resapan atap, sistem backwash kolam renang dan aliran darat. Façade dari stadion yang terinspirasi dari gelembung sabun ini dirancang berdasarkan Weaire-Phelan structure. Struktur WeairePhelan adalah struktur 3 dimensi yang kompleks yang merepresentasikan gelembung busa dengan ukuran gelembung yang sama. Menggunakan struktur ini façade di design dengan menggunakan 4.000 ETFE bubbles, sebagian berukuran 9,14 m, dengan 7 bentuk yang berbeda untuk atap dan 15 bentuk untuk dinding.


Arup juga menjamin walaupun dalam segi visual desain ini terlihat rapuh, tetapi struktur ini cocok untuk kondisi seismik di Beijing sendiri. Dan menurut Cilfford, Kerangka tiga dimensi bersifat nondireksional juga membuat bangunan ini sempurna untuk zona seismik tinggi seperti Beijing.


Good for People, Good for Trees.

Jewel yang berada di tengah terminal 1, 2, dan 3 Changi Airport ini memiliki façade kubah yang terbuat dari kaca dan baja. Jewel bukan hanya Jewel merupakan kubah biasa melainkan sebuah toroid. Menggunakan struktur atap berbentuk toroid, bangunanini memiliki lebih dari 9.000 lembar kaca yang membentang 200 m x 150 m. Bentuk toroid, revolusi dari bentuk bola yang berlubang di tengah seperti donut, dijadikan atap pada bagian Rain Vortex Jewel yang memiliki tinggi 40m dan lubang selebar 11 m yang tidak berada di titik tengah. Safdie mengatakan menggunakan toroid yang tidak simetris "Jewel isn't strictly memang terlalu coma dome, plex tetapi itu akan membuat bentuk but a toroid - essentially a itu menjadi lebih massive glass doughnut." indah. Dasar gagasan toroid adalah gagasan air terjun yang mengalir melalui bentuk itu. Air hujan yang jatuh di seluruh bangunan akan dikumpulkan dan disalurkan ke dalam struktur melalui oculus bangunan itu. Sebuah kolom yang berada di lantai basement 1 dan 2 terinsipirasi oleh akuarium, kolom ini terbuat dari lebih dari 40 lembar akrilik, menyatu dan membentuk permukaan yang mulus.

Changi Airport


Fitur struktur di dukung oleh teknologi. Shell kaca dan baja dari Jewel adalah struktur single-layer yang didukung oleh penyangga pendulum yang bersandar pada banyalan penyangga yang tidak mencolok. Bantalan bola yang berdiameter kurang lebih 1.000 m. Bantalan mengakomodasi beban struktural dari 5.525 hingga 8.000 kN. Tiga sampai Empat pendulum penyangga menjadi sambungan fitur bantalan di bawah atap. Beban-beban akan disalurkan melalui bantalan ke penyangga secara terkontrol, sehingga melindungi struktur dari kerusakan.  Pada bagian “sirip� fasad terdapat 24 pipa tersembunyi di dalamnya. Dengan demikian, setiap panel di fasad terbuat dari tiga lapisan kaca - lapisan luar, celah udara 16mm dan lapisan berlapis ganda. Ini mengurangi jumlah panas radiasi yang masuk ke kubah, kata Alva. Di lantai Canopy Park,

Jewel memiliki kelembapan setara 24 derajat celcius. Sehingga tanaman yang berada di dalamnya biasa berasal dari iklim tropis dan daratan tinggi. Tim dari Jewel sendiri telah menetapkan rentang geografis dimana sumber tanaman diperoleh, kata Safdie. Tanaman akan selalu terpenuhi dengan H2O yang berasal dari Rain Vortex sehingga akan tetap hidup.


Conclusion Green architecture structure sangat berhubungan dengan Green Technology. Ada banyak struktur yang sudah digunakan dan dikembangkan oleh beberapa arsitek di seluruh dunia. The Chicago Spire, The Rotating Tower, dan contoh lainnya yang sudah diterapkan sebagai pengembangan sistem struktur yang ada. Penerapan sistem struktur yang tepat akan mempengaruhi keberlangsungan operasional serta mengurangi emisi bagunan secara efisien. Tidak hanya pada material yang digunakan tapi akan lebih baik apabila bangunan yang dibangun dengan konsep green architecture juga menggunakan sistem struktur yang lebih efisien dalam mengurangi penggunaan energi hingga mengurangi emisi bangunan. Dengan Green technology akan membantu konsep green architecture terpenuhi. Tidak perlu hijau untuk menjadikan bangunan menjadi gree architecture, green architecture bukan serta merta bangunan yang memiliki banyak vegetasi tetapi bangunan yang memiliki emisi dan penggunaan energi di nilai bawah. Magnificence green architecture structure, keindahan dan keberagaman sistem struktur yang sangat efisien dalam mengurangi penggunaan energi dan emisi bangunan


KKL KELOMPOK 02

arranged by

GREEN CONSTRUCTION Puspa Widya K - Sonia Egi Dewantari

PAST, PRESENT, FUTURE


Prefabrikasi adalah sistem yang dapat digunakan untuk membuat sesuatu, salah satunya adalah mendirikan sebuah bangunan. Bangunan prefabrikasi terdiri dari unit atau komponen – komponen buatan pabrik yang kemudian menjadi sebuah panel modular. Panel modular inilah yang dapat dipindahkan dan dirakit pada lokasi yang diinginkan atau telah disediakan hingga menjadi sebuah bangunan. Pada saat ini bangunan prefabrikasi menjadi tren bangunan baru yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan. Banyak arsitek yang sudah memasukkan berbagai langgam desain arsitektur ke dalam bangunan bangunan prefabrikasi ini. Selain itu bangunan prefabrikasi juga dapat dijadikan sebagai bangunan yang ramah lingkungan atau yang biasa disebut dengan ‘bangunan hijau’. Bangunan prefabrikasi memiliki banyak kelebihan yang menjadikannya mulai banyak dipilih sebagai alternatif memiliki rumah pada kota yang padat penduduk.

EFFICIENT DEVELOPMENT OF ARCHITECTURAL CONSTRUCTION. Kelebihan dari bangunan prefabrikasi antara Lain proses pembuatannya yang cepat, hemat tenaga kerja, menghemat biaya 15% - 40% , hemat energi, tahan terhadap berbagai macam cuaca dibandingkan dengan bangunan konvensional, dan variasi design yang dapat diterapkan pada bangunan.


"Smaller houses reduce wasted space that most people don’t need or use. Smaller better-built houses teach us to curb our appetite for energy and lessen our need to build, heat, cool, and maintain that extra space we don’t need or even want. Building smaller, along with building houses prefabricated—in the process using less time, fewer materials, and using both more efficiently— is the sanest and wisest recipe for home construction, for now and for the future."

"These houses demonstrate how a dwelling built with smart construction techniques can provide all the room a family might need. And they show how building an energy-efficient, healthy environment beats living in a large drafty house that contains rooms that may rarely, if ever, be used. Saving on building materials for a smaller house not only saves money but also helps preserve the environment."

-Sheri Koones, 2016

Pandangan tersebut sangat mewakili kondisi saat ini dimana kota kota besar sudah dipenuhi oleh rumah rumah besar yang hanya ditempati beberapa orang, sehingga menimbulkan permasalahan baru yakni kurangnya lahan untuk perumahan terutama bagi seseorang yang baru akan memulai kehidupannya sendiri. Bangunan dengan konstruksi rakitan dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk modul serta dapat memenuhi seluruh kebutuhan ruangan seluruh penghuni rumah apabila ditata dengan baik dan cerdas.


HEJIMAS ONE.

Heijmans ONE adalah rumah prefabrikasi sewaan yang dapat didirikan dan dibongkar hanya dalam waktu 1 hari. Rumah ini memiliki fasilitas ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar tidur, kamar mandi dan teras. Rumah ini diciptakan untuk memecahkan permasalahan lahan untuk perumahan di kota kota besar saat ini. Heijmans ONE merupakan rumah rakitan yang ramah lingkungan karena menggunakan material kayu serta memiliki panel surya untuk menghasilkan daya listrik. Sebelum dirakit rumah ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu lantai 1 dan lantai 2.


J57 MINI SKY CITY. J57 merupakan apartemen dan kantor 57 lantai yang dibangun dalam waktu hanya 19 hari di Changsha, China. Menara ini dibangun dengan metode konstruksi prefabrikasi (rakitan) yang menyebabkan proses pembangunan berlangsung dengan waktu yang cepat dan ramah lingkungan. Dalam proses pembangunannya, J57 Mini Sky City dapat menyelesaikan 3 lantai per hari nya. Menurut Xian Min (Arsitek J57) bangunan ini dapat mengurangi jumlah beton yang diperlukan, meminimalisir debu dari proses konstruksi serta menghemat 12.000 m3 ton emisi CO2.


Bangunan dengan konstruksi rakitan akan dapat mengurangi kerusakan bumi karena bangunan ini tidak akan menggunakan lahan yang besar, dibangun dengan waktu yang cepat tanpa menambah pencemaran lingkungan dari proses pembangunan dan pembongkaranya. Dengan banyaknya kelebihan yang dihasilkan dari bangunan prefabrikasi, bukan tidak mungkin bahwa suatu saat nanti bangunan ini akan menjadi tren dan banyak digunakan di seluruh dunia terutama negara dengan kepadatan penduduk yang tinggi sehingga dibutuhkan tempat tinggal yang compact serta tidak membutuhkan banyak lahan untuk generasi selanjutnya. Selain itu pada masa depan akan lebih banyak terjadinya pencemaran lingkungan, oleh karena itu rumah ini juga bisa menjadi solusi dari segala permasalahan yang sekiranya akan terjadi di masa depan tersebut.

CONCLUSION.


Arsitektur hijau dengan penerapan keberlanjutan telah berkembang di seluruh dunia hamper 25 tahun belakang . Konstruksi berkelanjutan bagian dari pembangunan berkelanjutan tersebut. Tujuan utama dari "Green Construction" sepenuhnya adalah tentang keberlanjutan. Diibaratkan dengan kita tidak memerlukan atap dengan tanaman hijau untuk menjadikan bangubangunan tersebut bangunan hijau, tetapi kita membutuhkan lebih dari itu. Dengan perkembangan jaman saat ini seorang arsitek "dituntut" untuk membangun sebuah bangunan tidak hanya mementingkan keindahan bangunan tersebut saja, akan tetapi harus mementingkan aspek-aspek seperti bagaimana dampak bangunan tersebut untuk lingkungan, dan bagaimana bangunan tersebut untuk tahun mendatang. Buckminster Fuller "We are called to be architects of the future, not it's victims." Fuller. B (2015) Kronos The Futurists. Diakses dari https://kronosthefuturists.wordpress.c om/2015/10/29/we-are-called-to-bearchitects-of-the-future-not-its-victimsbuckminster-2015/ .Kutipan dari Fuller berbicara tentang peran seorang arsitek terhadap bangunan yang dibangun, bagaimana peran seorang arsitek tersebut terhadap lingkungan, kesejahteraan, keselamatan, keindahan, dan keberlangsungan hidup. Selama beberapa dekade terakhir, konstruksi modular telah tumbuh dengan substantiality. Konstruksi modular prafabrikasi memangkas biaya dan waktu konstruksi tetapi juga bermanfaat bagi manusia dan planet ini.

PREFABRICATED MODULAR AS SUSTAINABLE GREEN ARCHITECTURE.


"Habitat 67 is an example where boxes form house" -MOSHE SAFDIE

Habitat 67 di desain oleh Israel-Canadian arsitek bernama Moshe Safdie. Proyek ini berasal sebagai tesis Safdie pada saat beliau berkuliah di Universitas McGill Canada pada tahun 1961. Terdiri dari lanskap tiga dimensi yang digambarkan sebagai sistem bangunan modular dengan 354 "kotak" beton bertumpuk, Habitat 67 memelopori kombinasi dua tipologi perumahan utama dengan kediaman taman kota dan bangunan apartement modular prefabrikasi bertingkat tinggi. “Di awal karir saya sebagai seorang arsitek, saya terobsesi dengan geometri dengan gagasan menciptakan komponen 3 dimensi sebagai bangunan utama dan konstruksiâ€? Safdie .M (2013). ArchDaily Online. Diakses melalui https://www.archdaily.com/404803/adclassics-habitat-67-moshe-safdie Habitat 67 memelopori visi untuk perumahan perkotaan menggunakan teknologi konstruksi prefabrikasi, Habitat 67 berupaya menciptakan lingkungan yang vital dengan ruang terbuka, teras taman, dan banyak fasilitas lainnya yang biasanya disediakan untuk rumah keluarga tunggal, yang sekarang disesuaikan dengan lingkungan kota dengan kepadatan penduduk dan perkotaan yang tinggi. Proyek ini yang awalnya direncakan sebanyak 1.000 unit hanya menjadi 158 unit dengan 365 modul konstruksi terhubung untuk membuat 158 tempat tinggal, berkisar dalam ukuran dari 600 kaki persegi setiap tempat tinggal dan satu kamar tidur dengan ukuran 1.800 kaki persegi tempat tinggal dengan empat kamar tidur.


Proyek ini gagal membawa ide awal yang diinginkan dari revolusi perumhan murah perfrabikasi, ironis dikarenakan Habitat adalah salah satu proyek "masal" dimana terdapat masalah biyaya dengan tujuan awal yang menginginkan perumahan terjangkau lebih mahal dari yang dibayangkan dari perkiraan biyaya sebesar 22juta USD menjadi 140juta USD. “Semua orang di dunia ini tahu, bahwa Habitat 67 adalah bangunan yang merugikan dan mimpi buruk.” Delphine. F ( 2014, September 11) Brutalism Buildings: Habitat 67, Montreal by Moshe Safdie. Dezeen Online. Diakses dari https://www.dezeen.com/2014/09/11 /brutalist-buildings-habitat-67montreal-moshe-safdie/ Sirkulasi masuk pada Habitat 67 dimulai dari tiga inti elevator yang mengarahkan sirkulasi vertikal ke seluruh kompleks. Elevator berhenti di setiap empat lantai dengan jumlah total 12 lantai untuk sirkulasi/akses jalan penghuni. Proyek ini dilengkapi tempat parkir tertutup untuk semua penyewa dan parkir pengunjung tambahan. Safdie mengatakan bahwa proyek ini adalah reaksi terhadap "brutalism" memadukan modernsime dengan ruang hijau dan kehidupan pinggiran kota. Brutalism digambarkan dengan gaya masif, monolitik, dan “kaku”

dengan gaya geometris yang kaku dan penggunaan material beton. Bentuk - bentuk kotak yang relatif bisu dan prosmatik dengan bukaan sederhana, permukaan polos dan teras mengespresikan diri yang begitu "modern". Habitat dibangun dengan sistem mengunci kolom-kolom pada bangunan tempat tinggal dengan struktur yang mendukungnya. Safdie mengatakan jika digambarkan atau diistilahkan Habitat seperti "plug-in" dalam pada saat itu. Tebing-tebing yang jauh lebih rendah dengan mengambil ritme bangunan dan keteraturan yang diibaratkan seperti skala mega pada “plug-in” yang bergejolak atau tidak beritme. Enam pilar elevator monumental ditambahkan untuk menambahkan akses vertikal, pilar tersebut berhenti hanya pada setiap tingkat keempat untuk mencegah pilar yang tidak perlu dan dengan demikian mengurangi konsumsi pada struktur. Seiring berjalan waktu pada saat pembangunan terjadi pengurangan unit bangunan, Habitat menyesuaikan bentuk desainnya dengan mengisi kolom-kolom itu sendiri yang menjadikan bentuk bangunan lebih statis dan beraturan yang jauh lebih eksentrik. Komposisi modul memberikan setiap hunian akses ke matahari dan udara, serta teras pribadi.


Terdapat juga hal menarik pada saat pembangunan proyek ini yaitu untuk memungkinkan proses konstruksi prefabrikasi berlangsung di lokasi, sebuah pabrik dibangun di samping lokasi untuk menghasilkan modul beton, dengan masing-masing berukuran sekitar 600 kaki persegi. Mereka diangkat dan ditumpuk oleh crane dan tiang yang ditegang untuk membuat bentuk “bertumpuk�. Unitunit ini terhubung satu sama lain dengan batang, kabel, dan pengelasan pasca tegangan, kabel tegangan tinggi, dan pengelasan, yang semuanya bergabung membentuk continuous suspension system “sistem konstruksi geser� untuk mendukung desain bangunan tersebut. Beberapa tahun terakhir kerusakan yang sering terjadi adalah kerusakan pada saluran air. Tetapi kerusaan tersebut terus menerus dievaluasi oleh tim desain Safdie selama dua tahun belakangan yang akhirnya menenukan titik temu dengan membuka dinding luar beton, diisolasi dan tahan terhadap air untuk tetap mempertahankan

dinding tersebut disaat musim dingin -20F. Pesona karya agung Safdie ini telah dipertahankan sepanjang masa, terdapat beberapa perubahan dengan jaman modern saat ini seperti jendela hemat energi telah dibangun, dan pintu teras geser yang ditarik ke dinding secara otomatis, pagar polikarbonat menghiasi teras apartemen, dapur telah diperbarui, kamar dan kamar mandi menggunakan fitting hemat energi untuk pencahayaan. Perubahan dilakukan untuk menyeimbangkan kepentingan individu dan kebutuhan untuk modifikasi dengan keinginan melestarikan kompleks dan menghormati statusnya sebagai Bangunan Warisan Nasional di Kanada.


"Michael Maltzan build Star Apartmens providings homes for 102 homeless in LA" -Dazeen

Star Apartments dibangun dari bangunan komersial satu lantai yang ada di pusat kota Los Angeles yang sebelumnya wilayah kumuh menjadi apartemen huni dengan tinggi 6 lantai, luas bangunan 95.000 kaki persegi dan total 102 apartments dibangun untuk memfasilitasi orang-orang tunawisma. Star Apartments mencolok tidak hanya karena bentuk pahatannya yang sudut dan hampir melayang, tetapi juga karena caranya dibangun dan bagaimana bangunan itu dibangun oleh arsitek Michael Maltzan.

Dengan beberapa teras untuk kegiatan komunal dan rehabilitasi, bangunan ini dirancang untuk memaksimalkan udara dan cahaya alami dan mendorong kegiatan sosial yang aman, disandingkan dengan kepadatan dan urbanisme di pusat kota Los Angeles. Unit apartment dirancang untuk memenuhi kehidupan yang mandiri dan sehat bagi para tunawisma. Maltzan telah memanfaatkan fasilitas publik setempat, seperti transportasi umum untuk menghubungkan komunitas sesama tunawisma di Star Apartments ke pusat kota dan Los Angeles yang lebih besar. Maltzan juga berko-mitmen untuk menerapkan strategi pembangunan berke-lanjutan dalam pembangu-nannya untuk membuat dam-pak yang baik terhadap lingkungan.



Star Apartments dibangun dengan pengembangan LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) untuk menetapkan model baru urbanisme dan peningkatan kepadatan dengan menambahkan ruang komunitas baru untuk para tunawisma. LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) mendorong para desainer untuk menggunakan strategi berkelanjutan dalam pekerjaan mereka untuk memenuhi standar lingkungan yang diinginkan untuk masa sekarang. Star Apartments adalah proyek Maltzan pertama yang menggunakan metode konstruksi rumah modular prefabrikasi dan dipasang di atas bangunan beton bertingkat. Tim desain menentukan bahwa modular prefabrikasi jika diangkat ke atas struktural baru akan memungkinkan kualitas konstruksi yang lebih kuat dan memastikan tujuan keberlanjutan untuk proyek dipenuhi. Metode modular preabrikasi meminimalkan limbah konstruksi dan cut-o, dan dapat dipastikan bahwa proyek tersebut efisien energi. Konstruksi modular prefabrikasi aman dan layak untuk digunakan. Proyek ini adalah proyek perumahan campuran pertama yang terjangkau di Los Angeles yang menggunakan metode konstruksi modular prefabrikasi. Pendekatan bangunan prefabrikasi menyebabkan pengurangan biaya konstruksi, limbah konstruksi, dan meningkatkan keberlanjutan bangunan.


Bangunan ini memiliki struktur tambahan yang kuat, membangun superstruktur beton dengan pelat pasca-tegang di tingkat atas. Yang berarti mereka menggabungkan penguat pelat konvensional dengan tendon baja tambahan. Prosedur ini seharusnya membantu mengurangi ketegangan dan memungkinkan untuk mencapai rentang bentang yang jauh lebih panjang dengan pelat yang lebih tipis. Selain superstruktur beton, pemasangan kolom berdiri yang naik dari lantai dua. Trotoar logam eksterior didukung oleh framing baja. Dalam wawancara dengan ArchDaily Maltzan mebgutarakan bahwa "Prafabrikasi muncul sebagai pendekatan yang paling langsung dan efisien, menangani masalah-masalah mulai dari teknis dan finansial hingga sosial dalam perkotaan." Meskipun apartemen ini hampir identik, Star Apartments menciptakan mikrokosmos kondisi lokal atau "lingkungan" dengan pemandangan ke kota. Masukan dari penghuni, banyak yang berketerbelkakangan mental atau fisik, memainkan peran dalam memperkuat koneksi visual ke kehidupan jalanan dan menciptakan ruang komunal yang lebih ekstrover. Dan untuk menyampaikan perasaan individualitas, arsitek memilih plesteran berbeda untuk setiap interior.

"Daripada membuat prototipe dan membuatnya dengan model yang sama dan membosankan, kolaborasi kami dengan Trust sebagai klien kami sangat menantang dalam berbagai hal dengan keinginan kami yang masih ingin mengeksplorasi apa yang mungkin untuk proses desain dan pembangunan Star Apartments." kata Michael Maltzan. "Memungkinkan kita untuk mempertimbangkan kembali bagaimana sebuah bangunan dapat dihuni, dapat mendukung penghuninya." -Maltzan. M (2015, June 16) Star Apartments. Architectural Record Online. Star Apartments sebagai tempat tinggal untuk tunawisma di pusat kota Los Angeles dengan keunikan ruang publik yang ada di dalam ruangan. Bangunan ini diatur di sekitar tiga zona spasial utama, ditumpuk satu sama lain. Terdapat zona komersial / ritel di tingkat terbawah, tingkat kedua untuk program komunitas dan empat lantai teratas sebagai tempat tinggal. Desain bangunan memfasilitasi proses pemulihan bagi para tunawisma berdasarkan sosialisasi ulang yang positif, hubungan interpersonal yang sehat, dan kesehatan. Star Apartments dibangun dengan anggran terbatas dan jadwal pembangunan yang singkat dan ketat.


Program Star Apartments lebih kompleks dari pendahulunya, berubah dalam konstruksi pertengahan ketika Departemen Pelayanan Kesehatan bagian Los Angeles memilih peran yang belum pernah terjadi sebelumnya, membuat komitmen 15 tahun untuk menjadi satu-satunya penyewa apartment dengan Program Perumahan untuk Kesehatan dan Kesejahteraan.

Star Apartments merupakan upaya untuk menyelesaikan masalah yang timbul akibat krisis perumahan yang sedang dihadapi Los Angeles. Arsitekturnya melayani kebutuhan tempat tinggal dan merupakan panutan bagi pengembangan perumahan yang terjangkau di masa depan. Proyek ini menunjukkan bagaimana ruang bersama dan privat dapat hidup berdampingan. “Star Apartments dibuat untuk memenuhi ambisi dari orang-orang yang memperjuangkannya.� Maltzan. M (2015, June 16) Diakses dari https://www.architecturalrecord.com/a rticles/7997-star-apartments-losangeles


BAGAIMANA KONSTRUKSI PREFABRIKASI MODULAR PADA ARSITEKTUK HIJAU CONCLUSION

Pendekatan konstruksi modular prefabrikasi di mana komponen termodulasi bangunan dibuat di fasilitas manufaktur di pabrik untuk perakitan cepat di lokasi, menarik perhatian yang semakin meningkat dalam industri bangunan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh masalah yang saling terkait tentang kenaikan biaya konstruksi, semakin sedikitnya tenaga kerja saat ini dengan kemajuan era saat ini dan semakin kekurangan perumahan yang terjangkau. Beberapa industri berpikir bahwa konstruksi modular perfabrikasi dapat menjadi strategi yang efektif untuk mengatasi masalah ini. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Konstruksiawan McGra Hill konstruksi modular telah digunakan, dalam sebagian besar perancangan, modelar perfabrikasi menghasilkan bangunan berkualitas tinggi yang dalam waktu yang pendek dengan biaya yang lebih dapat diprediksi. Sistem bangunan modular prefabrikasi dibagi menjadi dua yaitu, "volumetrik" dan "nonvolumetrik". Modul “Volumetrik” adalah unit individual tiga dimensi dari ruang tertutup yang terhubung, sering digunakan untuk proyek perumahan multi-unit seperti hotel dan gedung apartemen. Modul “Non-volumetrik” adalah elemen bangunan yang tidak secara individual melingkupi ruang, seperti panel dinding, partisi interior, dan bagian fasad bangunan dan penutup. Selain itu, bangunan modular dipasang dengan sistem hemat energi seperti kaca hemat energi, sistem panas bumi, panel surya dan fitur hijau lainnya. Akibatnya, tidak hanya konstruksi bangunan yang sebenarnya hijau, tetapi jangka panjang pembangunan gedung juga berjalan dengan cukup berkelanjutan. Konstruksi modular tidak hanya dapat mengurangi konsumsi energi selama proses pembangunan sekitar 67 persen, tetapi juga mengurangi biaya energi bagi penghuninya.


KKL KELOMPOK 02

arranged by

GREEN ARCHITECTURE INDEX

Devita Sherly Andini & Ike Rahmawati

PAST, PRESENT, FUTURE


GAME CHANGER LICENCE GREEN ARCHITECTURE Perkembangan kode indikator pada perangkat penilaian Green Architecture Indonesia untuk tiga dekade dimasa depan memberikan definisi pemahaman akan perkembangan yang menjadi suatu kebenaran terwujud atau kehilangan semata. Hingga saat ini, indikator Green Architecture adalah kepastian virtual yang tinggi (High Virtual Certainty) ditengah pelaku industri Green Architecture dan Indikator Green Architecture seyogyanya memiliki naluri kejujuran (White Habit Architecture).


GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA GREENSHIP RATING TOOLS Merupakan lembaga (Non-Goverment) yang berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan. Memeliki empat kegiatan utama : Transformasi pasar, Pelatihan, Sertifikasi bangunan hijau berdasarkan perangkat penilaian khas indonesia yang disebut GREENSHIP, serta program kerjasama dengan stakeholder. (GBCI Achievment:2018)Green Building Council Indonesia (GBCI) merupakan Established Member dari World Green Building Council (WorldGBC) yang berupaya mendukung program Un’s Sustainable Development Goals (SDGs) karena percaya bahwa bangunan hijau dapat berkontribusi dalam pencapaian beberapa program SDGs yaitu “Good Health & Well Being, Affordable & Clean Energy, Decent Work & Economic Growth, Industry Innovation & Infrastricture, Sustainable Cities & Communities, Responsible Consumption & Production, Climate Action, Life on Land, dan Partnership for The Goals.” (GBCI Achievment:2018)

Peringkat pencapaian pada GREENSHIP Rating Tools mengunakan point penilaian yang diakumulasikan menjadi presentase untuk hasil akhir.

Tedapat lima jenis perangkat penilaian untuk fungsi bangunan yang berbeda, yaitu : GREENSHIP New Building· GREENSHIP Exsisting Building· GREENSHIP Interior Space· GREENSHIP Homes· GREENSHIP Neightbourhood


Rencana Pengembangan Green Building Council Indonesia GREENSHIP New Building 2.0 adalah versi terbaru perbaikan dan penyempurnaan dari versi 1.2 yang dirilis 2013. Versi 2.0 disusun lebih fleksibel dan mampu mengakomodasi lebih banyak fungsi gedung, Penyesuaian dilakukan dengan mengacu pada standar dan regulasi terbaru dari pemerintah. Proses ini melibatkan para ahli bangunan hijau, industri, akademisi dan stakeholder lainya untuk mematangkan draft 2.0. (GBCI Achievment:2018)

Indikator Penilaian Green Council Indonesia(GBCI:2013)

Building


Universitas Indonesia Green Matric merupakan inisiatif Universitas Indonesia pada tahun 2010 sebagai peringkat universitas dunia. Memiliki tujuan untuk memberikan hasil survei online mengenai kondisi/kebijakan saat ini yang terkait dengan Kampus Hijau dan keberlanjutan di Universitas diseluruh dunia, Mempromosikan universitas sebagai agen perubahan sosial yang menginformasikan kepada pemerintah/badan lingkungan setempat dan internasional serta masyarakat tentang program-program berkelanjutan di kampus. (Guideline UI Green Metric:2019) Diharapkan bahwa lebih banyak perhatian akan diberikan untuk memerangi perubahan iklim global, konservasi energi dan air, daur ulang limbah, dan transportasi hijau. Kegiatan ini membutuhkan perubahan perilaku dan memberikan lebih banyak perhatian pada kelestarian lingkungan, serta masalah ekonomi dan sosial. Metodelogi kerja UI Green Matric memiliki enam perangkat peneliaan yang digunakan, yaitu(Guideline UI Green Metric:2019)


Rencana Pengembangan UI Green Matric World University Rangking Versi terbaru dari UI Green Matric akan dikembangankan pada bagaimana upaya untuk mencapai tujuan masing masing, bagaimana belajar dari kritik yang membangun tentang pemeringkatan dan percepatan pendidikan untuk pembangunan yang berkelanjutan dan belajar dari berbagai pengalaman dengan tujuan dan keadaan beragam. (Guideline UI Green Metric:2019) Profil universitas yang lebih baik. Universitas membuat profil berdasarkan misi, tujuan, fitur tipologis dan konteks. Hasil yang sesuai dengan kategori. Skor diberikan bukan hanya sebagai agregat tunggal namum terpisah untuk kategori dan indikator utama, Aspek sosial-ekonomi akan dimasukan sebagai indikator, juga dampak dari pemeringkatan.

Indikator Penilaian UI Green Matric World University Rangking (Guideline UI Green Metric:2019)


GREEN BUILDING COUNCIL INDONESIA GREENSHIP RATING TOOLS Dari pernyataan Green Building Council Indonesi-GREENSHIP Rating Tools dan UI Green Matric World University memberikan pemaham adanya kesamaan dan indikator dengan analisis sebagai berikut:

ASD-SI-WR Garis hijau menyatakan bahwa adanya kesamaan prinsip untuk perangkat penilaian. Diketahui dari indikator GBCI GREENSHIP Tepat Guna Lahan (ASD) menyatakan indikator Area Dasar Hijau (ASDP), Aksesibilitas Komunitas (ASD2), Transportasi Umum (ASD 3), Fasilitas Pengguna Sepeda (ASD4), Lansekap Pada Lahan (ASD5) dan Manjemen Limpasan Air Hujan (ASD7) memberikan pemahaman adanya kesamaaan dengan indikator UI GREEN MATRIC pada indikator Penataan Infrastruktur (Si 2,3,4). Kesamaan juga terlihat pada indikator Transportasi (TR 1-8). Indikatornya selain diatas belum memiliki kesamaan dari pandangan analisis. EEC-ECPada Efisiensi dan Konservasi Energi (EEC) menyatakan bahwa adanya kesamaan prinsip untuk perangkat penilaian. Diketahui dari indikator GBCI GREENSHIP EEC P1 hingga 5 memberikan pemahaman adanya kesamaaan dengan UI GREEN MATRIC pada Penataan EC 1 hingga 8.


WAC-WR Kriteria GBCI indonesia dalam Efisiensi dan Konservasi Air (WAC) menyatakan bahwa adanya kesamaan prinsip untuk perangkat penilaian denga UI GREEN MATRIC. Diketahui dari indikator GBCI GREENSHIP WAC P6 hingga WAC6 memberikan pemahaman adanya kesamaaan dengan UI GREEN MATRIC pada point indikator WR 1 hingga WR4. BEM-WS-ED Hubungan Green Line selanutnya terdapat pada Manjement Lingkungan Bangunan (BEM) menyatakan indikator BEMP, BEM 3,4,6 dan 7 memberikan pemahaman adanya kesamaaan dengan indikator UI GREEN MATRIC pada kriteria Limbah (WS) dengan indikator WS1 hingga WS6, ditemukan kesamaan prinsip pada kriteria Pendidikan dan Penelitian (ED) point ED1 hingga ED7. Hubungan ini sebagai aplikasi inovasi dengan tujuan untuk mendorong perubahan perilaku yang berdampak pada lingkungan.

RED DOT CASE STUDY MRC Titik merah pada tabel menyatakan bahwa tidak adanya kesamaan prinsip dengan perangkat penilaian UI Green Matric. Diketahui dari kriteria Sumber dan Siklus Material (MRC) GBCI GREENSHIP memiliki indikator MRCP hingga MRC6 yang mengarah pada penggunaan ataupun siklus material bangunan. Pada UI Green Matric lebih mengarah pada indikator pengunaan ataupun siklus limbah. IHC Belum adanya persamaan prinsip perangkat penilaian pada kriteria Kesehatan dan Kenyamanan Dalam Ruang (IHC) dengan kriteria UI GREEN MATRIC. Dapat dilihat pada point indikator IHCP hingga IHC7 memberikan pandangan indikator ini mengarah pada dampak dan proteksi kesehatan dan kenyaman untuk pengguna didalam gedung.


Dari gambar tersebut memberikan dukungan analisis untuk pembenahan indikator UI GREEN MATRIC. UI GREEN MATRIC merupakan anggota dari WORLD GBCI yang tentunya mendukung target untuk tiga dekade kedepan terhadap emisi karbon. “Tidak dipungkiri Arsitektur merupakan bidang penyumbang emisi karbon untuk bumi salah satunya penggunaan material bangunan. Seperti pernyataan berikut “material bangunan yang sempurna yaitu bahwa bahan kimia yang digunakan dari sumber bahan baku, ke bangunan, dan melalui dekomisioning, haruslah aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain itu, material harus berasal dari material yang dapat digunakan kembali atau terbarukan dan dibuat secara aman dan efisien tanpa menciptakan polusi atau limbah yang berbahaya.” (Aryani:2014 “Hampir 80% waktu banyak dihabiskan di dalam ruangan. Lingkungan yang sehat dan material bangunan yang tidak toksik merupakan komponen penting bagi bangunan hijau.” (Aryani:2014) Begitu besar dampak yang ditimbulkan dari satu produk material apabila tidak diperdulikan, terutama bahan material sintetis. “Potensi adanya asosiasi bahaya dari bahan kimia yang terkandung di beberapa material misalnya, polystyrene yang terkandung pada insulasi busa memiliki risiko sebagai karsinogen. Demikian juga chloroprene yang terkandung di sealant dan perekat. Contoh lain, kandungan zat cadmium, cobalt, dan senyawa organik yang mudah menguap (VOC) pada produk cat dan coating merupakan zat kimia yang disebut Persistent Bioaccummulative and Toxic (PBT). Polutan PBT adalah bahan kimia yang beracun, bertahan dalam lingkungan dan bioakumulasi dalam rantai makanan. Dengan demikian menimbulkan risiko terhadap kesehatan manusia dan ekosistem “ (Aryani:2014) WHITE HABIT ARCHITECTURE Dari kutipan tersebut memberikan pemahaman yang dapat disebut sebagai White Habit Architectureterhadap lisensi Green Archictecture. Memiliki sikap transparan dengan adanya pengunaan dan siklus pengolahan material bangunan. Hal ini tentunya perlu disoroti untuk suatu organisasi/pelaku bisnis yang merupakan kontributor untuk lingkungan global. Seharusnya dapat dipastikan pemeran industri Green Architecture tidak hanya peduli tetapi jujur dan terbuka dengan praktik dan proses yang terlibat dalam menciptakan teknologi hijau. Hal negatif dan positif perlu disampaikan bagaimana mengolah emisi karbon menjadi berkurang.


High Virtual Certainty Perkembangan terkini termasuk kemunculan standar nasional atau lisensi Green Architecture dimaksutkan untuk memberikan persyaratan minimum untuk tapak, desain dan konstruksi. Membangun standar dan mengembangan kode indikator yang difokuskan pada penggunaan penilaian siklus hidup untuk memberi informasi pada desain dan pemilihan bahan yang menunjukan perubahan mendasar dalam industri bangunan. “ If steel used to frame a house is sourced form a mining operation that has obliterated milions of acres of tropical forests, including old-growth forests, over the past decade in accessing the iron ore, is it OK to use that steel in a “green” building?..., Supposes that the cement used in ICF wall originated in a mining operation known for excessive consumption of energy and ground water, and air and water pollution well beyond international norms. Can that cement be viewed as a green material? “- (DR.BOWYER:2009) Dari kutipan tersebut memberikan pemahaman Green Arcitecture hingga saat ini memiliki kepastian virtual yang tinggi terhadap perhatian dampak lingkungan, produk dengan biaya yang tinggi secara rutin untuk menuju pada pencapaian sertifikasi “Green”. Sudah saatnya bagi kontributor/pelaku Green Architecture untuk serius mempertimbangkan apakah elemen produksi yang bertanggung jawab itu penting atau tidak. Jika demikian, sudah saatnya bertanya mengapa sertifikasi/lisensi bertanggung jawab terhadap produksi dan segala sesuatu dalam bahan bangunan. Kode indikator pada perangkat penilaian Green Architecture Indonesia memberikan kepastian virtual tinggi (High Virtual Certainty) dalam kontribusi terhadap bumi dan manusia dimasa yang akan akan datang. Green Building Council Indonesia-GREENSHIP Rating Tools dan UI Green Matric merupakan kontributor organisasi yang saling berkaitan, tetapi tidak dipungkiri terdapat perbedaan didalamnya. Ada dampak awal dan negatif untuk semua yang dilakukan dan tidak ada yang dibuat untuk bertahan selamanya, tetapi itu tidak berarti pelaku Green Architecture tidak harus bertujuan untuk membuat keputusan yang lebih hijau dan lebih berkelanjutan. Membuat keputusan gaya hidup yang lebih positif atau bagaimana organisasi, produk atau perusahaan tersebut dapat memastikan mereka mendukung dan transparan (White Habit Architecture). Sangat disayangkan apabila bumi yang ditempati oleh manusia tidak menggali lebih dalam potensi perbaikan untuk gerakan hijau dan poitif untuk persinggahan ke masa depan yang bertenaga terbarukan.


GREEN BUILDING RATING SYSTEM

Green Building merupakan standar bangunan hijau yang bertujuan untuk menciptaktan bangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan dan tidak banyak memiliki dampak terhadap lingkungan. Dalam realisasinya, Green Building memiliki sistem dalam pemeringkatan atau pemberian rating dalam menilai seberapa hijau bangunan tersebut. Untuk sistem rating ini, terdapat sistem rating yang berbeda-beda di setiap Negara di dunia. Misalnya BREEM (Inggris), LEED (Amerika Serikat) dan Green Star (Australia). Dari beberapa sistem rating yang ada, tentu memiliki karakteristik, tujuan dan standar persyaratan masing-masing terkait dengan penilaian tingkat kehijau-an suatu bangunan. Dalam laporan ini akan melakukan perbandingan terkait persamaan maupun perbedaan yang ada dari ketiga sistem rating tersebut dengan melakukan beberapa pendekatan umum terkait dengan aspek atau indikator yang digunakan pada sistem rating yang ada. Hasil dari ditulisnya laporan ini bertujuan untuk memahami tentang bagaimana karakteristik dalam sistem rating yang digunakan pada negaranegara di dunia ini digunakan, serta untuk mengetahui kesamaan maupun ketidaksamaan di antara sistem pemeringkatan tersebut.


Sustainability Rating System Description BREEAM atau Building Research Environmental Assesment Method merupakan standar sertifikasi bangunan hijau di Inggris dan sekarang sistem pemeringkatan ini juga digunakan pada sejumlah negara di dunia yaitu Belanda, Norwegia, Spanyol dan United Kingdom. Sertifikasi ini dirumuskan pada tahun 1990 oleh BRE (Building Research and Establishment). Organisasi tersebut awalnya adalah departemen pemerintah tetapi diprivatisasi pada tahun 1997. BRE juga termasuk anggota pendiri dari UK Green Building Council. BREEAM menetapkan standar untuk melakukan yang terbaik dalam mewujudkan desain bangunan yang berkelanjutan

Tujuan dibentuknya BREEAM ialah : Untuk mengurangi dampak dari siklus hidup bangunan atau life cycle impacts of buildings terhadap lingkungan. Untuk memungkinkan bangunan diakui dan memiliki manfaat terhadap lingkungannya. Untuk menyediakan lingkungan yang kredibel dengan bangunan. Untuk merangsang permintaan terhadap peningkatan bangunan yang berkelanjutan.

Parameter pengukuran BREEAM mencakup beberapa kategori, yaitu : Energi, kategori ini meliputi spesifikasi dan solusi desain beserta dengan sistem/peralatan hemat energi pada bangunan yang mendukung penggunaan energi berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi energi maupun mendorong dalam pengurangan emisi karbon yang dihasilkan dalam operasional bangunan. Manajemen, meliputi kebijakan dalam penerapan praktik-praktik manajemen pada bangunan berkelanjutan yang berkaitan dengan aktivitas desain, pengadaan dan pekerjaan awal konstruksi hingga tahap penyediaan aftercare yang sesuai. Kesehatan dan Kualitas Hidup, mencakup tentang peningkatan kenyamanan, kesehatan dan keselamatan penghuni bangunan, pengunjung maupun orang lain di sekitarnya terkait aspek kebisingan, pencahayaan, kualitas udara, dan sebagainya.


Transportasi, fokus pada aksesibilitas angkutan umum dan solusi transportasi alternatif lainnya seperti sepeda, dalam penyediaan fasilitas lokal menuju bangunan dimana hal ini mendukung upaya pengurangan jumlah kendaraan bermotor sehingga kemacetan dan emisi gas CO2 dapat diminimalisir. Air, terkait dengan efisiensi dan penghematan konsumsi air dalam operasional gedung. Material, meliputi upaya dalam mengurangi dampak dari penggunaan bahan atau material pada bangunan melalui desain, konstruksi, pemeliharaan maupun upaya perbaikan. Limbah, terkait pengelolaan konstruksi limbah operasional yang efisien dan dapat digunakan kembali jika memungkinkan sehingga dapat meminimalisir jumlah limbah di masa yang akan datang. Tata Guna Lahan, terkait dengan penggunaan dan pengelolaan lahan yang berkelanjutan meliputi perlindungan dan pelestarian habitat serta peningkatan keanekaragaman hayati jangka panjang. Polusi, meliputi upaya pencegahan dan pengendalian polusi udara, tanah, air, cahaya, maupun kebisingan sehingga menjaga keberlangsungan hidup lingkungan serta masyarakat sekitar. Inovasi, meliputi peningkatan peluang dalam penghematan biaya melalui produk maupun proses inovatif yang diaplikasikan pada desain.

Penilaian dalam bentuk rating/pemeringkatan pada BREEAM terbagi menjadi : Unclassified, untuk total poin kurang dari 30 poin Pass, untuk total poin lebih besar atau sama dengan 30 poin Good, untuk total poin lebih besar atau sama dengan 45 poin Very Good, untuk total poin lebih besar atau sama dengan 55 poin Excellent, untuk total poin lebih besar atau sama dengan 70 poin Outstanding, untuk total poin lebih besar atau sama dengan 85 poin


LEED atau Leadership in Energy and Environmental Design merupakan standart pemberian rating yang dikeluarkan oleh United States Green Building Council (USGBC) pada tahun 1998. LEED digunakan untuk menilai bangunan atau lingkungan pada tahap praperancangan maupun dalam kondisi telah terbangun. Intinya LEED tersedia untuk hampir semua jenis bangunan baik belum ataupun sudah terbangun. LEED bertujuan untuk menyediakan kerangka kerja untuk bangunan hijau yang sehat, sangat efisien, dan hemat biaya. Manfaat dari diberlakukannya LEED Rating System ialah Menghemat Air, setidaknya bangunan mampu menghemat 7% air dalam penggunaannya. Meminimalkan Penggunaan Kendaraan bermotor, dengan desain bangunan dengan akses yang efisien dan penggunaan alat transportasi alternatif. Menerapkan Strategi Berkelanjutan, baik bangunan baru maupun bangunan yang sudah ada untuk menerapkan strategi berkelanjutan yang berkinerja tinggi. Mengurangi Limbah, meminimalkan adanya limbah yang terbuang. Green Material, penggunaan material yang ramah lingkungan dan tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Sertifikasi LEED adalah simbol yang diakui secara global atas pencapaian dan kepemimpinan keberlanjutan dengan parameter pengukuran sebagai berikut : Sustainable Site atau Tapak/Lokasi yang Berkelanjutan, meliputi pemilihan lokasi dengan menyesuaikan desain dengan lingkungan. Water Efficiency atau Penghematan Air, terkait dengan efisiensi penggunaan air serta teknologi untuk pengolahan air bekas agar dapat digunakan kembali. Energy and Atmosphere atau Energi dan atmosfer, meliputi optimalisasi kinerja energy serta penggunaan energi yang ramah lingkungan. Material and Resources atau Material dan Sumber Daya, meliputi kebijakan dalam merancang bangunan, terkait dengan manajemen pengelolaan sampah konstruksi, penggunaan ulang material, daur ulang, material regional, material yang terbaharukan, dan juga penggunaan kayu yang bersertifikasi.


Indoor Environmental Quality atau Kualitas Lingkungan Ruang Dalam, meliputi optimalisasi ventilasi, manajemen kualitas udara, material dengan emisi rendah (lowemitting), sistem yang terkontrol untuk pencahayaan dan penghawaan buatan, optimalisasi pencahayaan alami dan pemandangan luar. fInnovation in Design atau Inovasi Perancangan, meliputi desain yang inovatif dapat juga untuk diberi sentuhan teknologi yang canggih untuk mewujudkan desain yang berkualitas. Regional Priority atau Prioritas Regional Penilaian LEED dilakukan dengan scoring/points, dengan tingkatan sebagai berikut : Certified, dengan total 40 – 49 points Silver, dengan total 50 – 59 points Gold, dengan total 60 – 79 points Platinum, dengan total 80 points ke atas.

Green Star merupakan Sustainability Rating System yang digunakan oleh Australia dan dikeluarkan oleh GBCA atau Green Building Council Australia pada tahun 2002. Terdapat empat alat dalam pemeringkatan Green Star terkait dengan sertifikasi desain, konstruksi dan operasi bangunan dan masyarakat, yaitu : Green Star-Communities, sertifikasi tahap kecil atau pada tahap pra-rancangan Green Star-Design & As Built, sertifikasi pada tahap design dan konstruksi bangunan. Green Star-Interiors, mengacu pada kesesuaian design pada ruang dalam bangunan atau interior. Green Star-Performance, sertifikasi pada tahap operasional bangunan.


Parameter dalam pemeringkatan Green Star wajib memperhatikan beberapa kategori yaitu : Management, terkait kebijakan dalam penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan konstruksi dan pengoperasian. Energy, terkait efisiensi dan penggunaan energy alternative untuk mengurangi jumlah penggunaan energy. Water, mengurangi penggunaan air serta penggunaan teknologi untuk pengolahan air bekas agar dapat digunakan kembali Land Use and Ecology, mengurangi dampak negatif dari bangunan terhadap ekosistem. Indoor Environmental Quality, meliputi optimalisasi ventilasi, manajemen kualitas udara, material dengan emisi rendah (lowemitting), sistem yang terkontrol untuk pencahayaan dan penghawaan buatan, optimalisasi pencahayaan alami dan pemandangan luar. Transport, pengurangan kendaraan pribadi dengan menyediakan sistem transportasi alternatif. Material, pemilihan material yang sesuai, penggunaan material daur ulang serta manajemen yang efisien. Emissions, control terhadap polusi dari bangunan serta kontribusi bangunan terhadap ekosistem sekitarnya.

Penilaian rating dilakukan dengan menentukan point/score, dengan kategori sebagai berikut One Star, untuk bangunan dengan bobot 10 – 19 points Two Star, untuk bangunan dengan bobot 20 – 29 points Three Star, untuk bangunan dengan bobot 30 – 44 points Four Star, untuk bangunan dengan bobot 45 – 59 points Best Practice Five Star, untuk bangunan dengan bobot 60 – 74 points Australian Excellence Six Star, untuk bangunan dengan bobot 75 + points World Leader


Green Building Rating System Comparison Data terkait dengan parameter penilaian ketiga sistem rating tersebut disusun dalam table berikut.

Antara aspek-aspek penilaian yang digunakan oleh ketiga rating diatas memiliki persamaan pada aspek energy, material dan water. Ini membuktikan ketiga aspek ini merupakan hal terpenting yang perlu dikelola untuk mencapai peghematan/efisiensi dalam bangunan hijau. Belum tercapainya bangunan sebagai bangunan hijau jika belum memenuhi aspek energy saving, material saving serta water saving dimana hali ini bersifat universal dengan semua sistem rating yang ada di tiaptiap Negara di seluruh dunia.


Dalam melakukan analisis terkait perbandingan ini terdapat istilah "credit (kredit)" yang berarti setiap masalah yang diperhitungkan dengan output berupa pemberian poin, "weight/Points (bobot)" berarti kepentingan yang diberikan untuk setiap kredit serta "score (skor)" mewakili jumlah total poin kredit, yang sebelumnya telah dikalikan dengan bobot spesifiknya. Berikut tingkatan poin BREEAM, LEED dan Green Star

Gambar di atas menunjukkan grafik tingkatan poin pada ketiga sistem rating. Untuk kategori yang digunakan oleh BREEM namun tidak digunakan pada LEED maupun Green Star ialah aspek Health & Wellbeing, Waste, dan Pollution. Hal ini menunjukkan bahwa visi dari bangunan hijau pada BREEM sangat mementingkan kesehatan bagi pengguna maupun lingkungan sekitar bangunan dilihat dari bangunan hijau dituntut untuk tidak banyak menghasilkan berbagai sampah maupun limbah yang terbuang ke alam. Pada kategori yang digunakan oleh LEED, aspek site dan regional priority hanya digunakan oleh LEED sedang yang lain tidak. Hal ini menunjukkan bahwa LEED dalam penilaiannya terhadap bangunan hijau sangat memperhatikan keberlanjutan pada wilayah atau tapaknya, tentang bagaimana bangunan tidak menyebabkan kerusakan pada tapak maupun lingkungannya serta penting untuk menyesuaikan desain bangunan dengan kondisi/lokasi tapaknya agar tercipta keselarasan maupun kenyamanan penggunanya


Pada Green Star sendiri tidak ada aspek khusus untuk menonjolkan ciri atau kekhasan dari bangunan hijau versi Green. Dari ketiga sistem rating bangunan hijau di atas (BREEAM, LEED dan Green Star) dianalisis dan dibandingkan untuk lebih memahami aspek-aspek mendasar yang terkait dengan penilaian keberlanjutan, dengan menggunakan pendekatan terhadap aspek-aspek penilaian yang digunakan pada masing-masing rating system. Secara umum, aspek utama yang menjadi parameter bangunan hijau ialah pada penghematan energy, air dan material. Untuk aspek yang lainnya dapat ditentukan oleh masing-masing Negara sesuai dengan kebutuhan maupun kondisi yang termasuk dalam urgensi yang diperlukan. Saat ini, sangat penting untuk memperhatikan sustainability pada bangunan di seluruh dunia. Analisis yang dilakukan dalam laporan ini disusun melalui tinjauan ini dapat memberi pengguna pengetahuan yang lebih dalam tentang seluruh aspek yang termasuk dalam perangkat ini. Pada pembahasan ini juga meletakkan dasar untuk mengidentifikasi aspek dan isu keberlanjutan secara umum yang harus dimasukkan dalam semua sistem peringkat, meskipun dengan bobot yang berbeda untuk setiap Negara dalam memberikan sertifikasi keberlanjutan pada bangunan yang tepat.


KKL KELOMPOK 02

arranged by

FUTURE GREEN ARCHITECTURE Shania Ega Dewantari

PAST, PRESENT, FUTURE


TOWARD NEW GREEN PARADIGM One of the great beauties of architecture is that each time, it is like life starting all over again. – Renzo Piano Dengan perkembangan zaman paradigma manusia mengenai dunia baru di masa depan memberikan definisi baru bagaimana pemahaman arsitektur hijau. Encyclopedia Britannica menampilkan kembali pandangan modern tentang arsitektur hijau pada kebangkitan kesadaran lingkungan pada tahun 1960-an hingga awal abad ke-20, arsitek terkenal Frank Lloyd Wright mengatakan tentang bekerja dengan alam selain itu Frank Lloyd Wright menyampaikan bahwa dia sangat percaya bahwa sebuah bangunan harus muncul dari area alami bukan hanya melihat dan mendominasi sekitarnya. Ian McHarg seorang arsitek lansekap juga menyebarkan keyakinan bahwa arsitektur harus berintegrasi dengan lingkungan. Pada simposium Architecture Arsitektur Interaktif & Media Arsitek Living The Living mempresentasikan bahwa di masa depan bangunan satu sama lain akan saling berbicara dan arsitektur akan kembali pada saat bangunan saling menyampaikan informasi serta bernafasnya bangunan, bumi, ruang publik dan segala aspeknya bahwa bangunan akan menjadi tuan rumah antarmuka publik untuk kualitas udara dan membuat kondisi lingkungan yang tak terlihat terlihat.

Tren pengembangan proyek luar angkasa seperti pergi dan tinggal di bulan atau hanya sekedar konvoi eksplorasi ke Mars. Daya tarik manusia ilmuwan, arsitek, anak-anak, dan semua orang di Bumi berimajinasi bagaimana melihat masa depan Bumi serta apakah Planet lain dapat di datangi untuk memulai kehidupan baru. Dalam buku Columbia on Architecture and The City oleh Fred Scharmen menyampaikan bahwa musim panas 1975 NASA menyatukan tim yang terdiri dari fisikawan, insinyur, ilmuwan antariksa, bersama juga dengan arsitek, seniman, untuk memulai project habitat ruang angkasa berskala besar bagi jutaan orang. Fred Scharmen juga berpandangan bahwa bagaimana arsitek dan desainer memiliki posisi terbaik dalam menjawab pertanyaan kehidupan di luar angkasa salah satunya project Living in Space adalah karya terbaru dan terbaik saat ini.


Hadirnya arsitektur hijau juga melahirkan arsitektur biru. Ketika Bumi lahir ada langit yang tidak membatasinya sebab biru dan hijau adalah lanskap hidup serta proses yang berubah sesuai dengan perkembangannya. Kurangnya batas biru-hijau filtrasi dan gagal Dalam buku Dense+Green Hebert Dreiseiti menyampaikan bahwa bangunan pada dasarnya menceritakan kisah dan menciptakan kesadaran bahwa bangunan menerima air, udara, kenyamanan, energi, dan informasi virtual dari luar, arsitektur biru adalah saat belum memahami fungsi dan nilai dengan penduduk sebagai tulang punggung untuk live ability dan repositori dinamis untuk penyeimbang dan menstabiliskan kehidupan.


MARSHA AISpaceFactory Habitat's Mars Perkembangan kehidupan manusia memberikan pemahaman baru dalam arsitektur hijau yaitu living space dan living city dimana manusia saat ini menciptakan kehidupan di masa mendatang sebab di perkirakan bahwa 50 tahun kemudian populasi dunia telah melampaui 10 miliar orang, menjadikan kota-kota yang penuh sesak. AISpaceFactory menciptakan MARSHA Habitat's Mars 54.6 kilometer jauh dari Bumi. Mars adalah planet keempat dari Matahari serta terkecil kedua di Tata Surya planet ini mengingatkan kita dengan atmosfer tipis dengan fitur permukaan yang mengingatkan pada kawah tumbuhan Bulan, lembah, gurun, dan es di kutub Bumi. Pada 28 november 1964 NASA mengunjungi MARS dengan meluncurkan Marinin 4 dan susul oleh kunjungan Mars lainnya hingga 24 september 2010 badan penelitian Antartika India menjadi yang ke empat mengunjungi Mars.

MARSHA membuktikan bahwa dia dapat membangun tempat tinggal di Mars menggunakan bahan baku yang dapat ditemukan disana dengan melakukan recycle komposit basalt yang dapat didegradasi dan didaur ulang. Setelah tahan terhadap tekanan, asap, dan peredam dampak NASA bahan tersebut ditemukan lebih kuat dan lebih tahan lama daripada pesaing konkretnya dibangun dari campuran selat basal diekstraksi dari batuan marian dan bioplastik berbasis tanaman yang dapat diperbarui. Setelah 2 Tahun perjalanan mengembangkan MARSHA AISpacefactory akan mendaur ulang material yang digunakan agar dapat dimanfaatkan pada 3D TERA ruang habitat lingkungan bagi siapa saja yang ingin menjalani kehidupan di Mars.


Michael Bently mengatakan bahwa arsitek menciptakan ruang yang dapat berinterakti dengan dunia digital serta fisik dengan berbagai cara. Project AISpacefactory bentuk dari keperdulian terhadap manusia dengan membawa solusi serta inovasi dari planet lain dengan prinsip utama membangun bangunan yang dapat dibangun dengan cara yang efisien dan di bangun di planet lain jug. Karena banyak seniman visual, desainer, atau arsitek membuat gambar yang luar biasa tetapi sebenarnya mereka tidak dapat di bangun dalam kenyataan.

It seems that the exact same principles and the exact same systems that will allow us to live on Mars will be the very same that will allow us to be great custodians on Earth. - Bjarke Ingels


Philip Beesley (Kanada, 1956) seorang seniman dan arsitek mengatakan bahwa seperti apakah arsitektur dapat mengintegrasikan fungsi hidup dan bangunan masa depan bisa berpikir dan peduli. Bahwa saat ini bangunan yang di katakan keberlanjutan tidak bisa dikatakan sebagai arsitektur hijau ketika mengukurnya hanya sebatas lingkungan dan pasca huni sebab mereka telah terbukti jauh kurang berkelanjutan dan tidak benar seutuhnya ramah lingkungan yang mendukung Bumi serta kehidupan selanjutnya. Dalam New York Times 2009 merilis bahwa beberapa bangunan tidak sesuai dengan label hijau Times menunjuk pada penggunaan luas rakitan kaca dinding tirai ekspansi dan desain "rencana dalam" besar yang menempatkan ruang yang paling dapat digunakan jauh dari dinding luar, sehingga lebih mengandalkan lampu buatan dan sistem ventilasi. Pada permasalahan ini (Foster & Partners, 2003) Hrekkin berkelanjutan di London di mana sistem ventilasi lantai terbuka gedung dikompromikan ketika penyewa yang sadar keamanan menciptakan pemisahan kaca. Pada abad 21 ini keberlanjutan menjadi bagian dalam gaya hidup manusia seperti membuang sampah, menggunakan bahan ramah lingkungan akan tetapi arsitek tidak selamanya melihat keberlanjutan sebagai bagian dari penyelamatan Bumi sebab Lance Hosey menyoroti kegagalan komunitas arsitektur dalam mencapai tujuan keberlanjutan yang dinyatakan dan berpendapat untuk konsepsi arsitektur baru di mana baik desain dan berkelanjutan terintegrasi. Eisenman ke Calatrava, profesi ini menganggap ilmu bangunan dipisahkan dari "seni" arsitektur. Dalam Consilience, E.O. Wilson menulis bahwa konflik yang dipersepsikan antara seni dan sains pasti merongrong keberlanjutan sampai pemisahan mendasar itu ditutup hingga hubungan antara manusia dan dunia hidup akan tetap bermasalah. Arsitektur hijau adalah tentang keberlanjutan hidup manusia kedepannya bagaimana perubahan iklim saat ini tidak merusak bumi tetapi merusak spesies kehidupan di Bumi yang tidak dapat beradaptasi dengan cukup cepat pada kondisi baru. Bumi akan terus hidup selama jutaan tahun bahkan lama setelah kehidupan manusia berlangsung. Sebab Ignacio Rubio menyampaikan bahwa selama manusia masih mencari perlindungan disitulah arsitek mengambil peran sebab ada solusi tak terbatas arsitek bukan bidang di mana sejumlah solusi pra di buat dan dapat di terapkan.


Ketika saat ini COVID-19 hadir seperti memberikan kesempatan bagi Bumi untuk bernafas sehingga polusi menurun secara drastis dengan hiruk biruk seperti berhenti seketika. Dalam sekejap Bumi serta alam memberikan bahwa kita perlu menghargai rumah kita dan merawatnya untuk melihat keindahan dan potensi penuhnya. Dengan keberlanjutan Bumi memperlihatkan adaptasi dan manusia harus bertahan hidup. Manusia seolah seperti menjadi virus bagi Bumi dengan gaya hidup sesaat seperti tidak memikirkan keberlanjutan kehidupan Bumi. Sebab diperkirakan ada 10 individu virus individual yang ada di planet kita cukup untuk menetapkan satu untuk setiap bintang di alam semesta 100 juta kali lipat. Virus menyusup ke setiap aspek dari dunia alami kita, mendidih di air laut, melayang di atmosfer, dan mengintai dalam gerakan tanah yang sangat kecil. Sara Swyer seorang ahli virologi dan ekologi penyakit di University of Colorado Boulder mengatakan bahwa sebagian besar waktu, spesies kita berhasil hidup di dunia yang dipenuhi virus ini relatif bebas dari penyakit. Alasannya kurang terkait dengan ketahanan tubuh manusia terhadap penyakit daripada kebiasaan biologis virus itu sendiri. Brundtland (1987) mengatakan bahwa pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi masa depan untuk bertemu kebutuhan mereka sendiri.

The mother art is architecture. Without an architecture of our own we have no soul of our own civilization. – Frank Lloyd Wright


Semua permasalahan yang ada di Bumi, arsitektur hijau dulu di anggap sebagai keberlanjutan lingkungan menyelamatkan Bumi tetapi hadirnya arsitektur biru sebagai respon dari arsitektur hijau yang mengekploitasi material dan dunia konstruksi yang sesungguhnya merusak bumi. Ketika bangunan sejak dulu sebagian besar menggunakan material batu bata, kaca, beton dan air dipandang sebagai masalah terbesar di Bumi. Pola pikir biru-hijau dalam keberlanjutan memiliki fase baru seperti Living in city atau Living in space. Tumbuhan dan hijau adalah nyawa kehidupan Bumi dan sumber daya bagi keberlanjutan kehidupan manusia. Tumbuhan memiliki pusat dari ekosistem Bumi sebagau sumber daya alam,, penyelamat Bumi, menyerap karbon melalui cahaya proses fotosistesis.

Arsitektur hijau filosofi arsitektur yang mengadvokasi sumber energi berkelanjutan, konservasi energi, penggunaan kembali dan keamanan bahan bangunan, dan penempatan bangunan dengan pertimbangan dampaknya terhadap lingkungan. Arsitektur hijau tidaklah sebatas pada arsitektur ramah lingkungan, material berkelanjutan yang seolah tidak merusak bumi. Arsitektur hijau yang baru adalah arsitektur biru yang menjaga kesehatan bumi. Arsitektur hijau penuh dengan prospek masa depan baik dari perspektif kreativitas, maupun persyaratan ekologis. Karena teknologi modern arsitek tidak hanya dapat melestarikan lingkungan tetapi juga meningkatkannya. kita harus mengubah persepsi kita tentang seperti apa rumah dan membangunnya dengan arsitektur biru-hijau sebab Arsitektur hijau penuh dengan prospek masa depan baik dari perspektif kreativitas, maupun persyaratan ekologis. Karena teknologi modern, arsitek tidak hanya dapat melestarikan lingkungan tetapi juga meningkatkannya.



KKL KELOMPOK 02

DAFTAR PUSAKA CONCEPT (VERNACULAR) Alexopoulos, C. J., dkk. 1996. Introduction Mycology 4th Edition. Ney York: John Wiley & Sons, Inc. Allsopp, Bruce. 1977. A Modern Theory of Architecture. Jakarta. Dian Rakyat. hal. 6 Guy, Simon dan Farmer, Francis. 2001. “Reinterpreting Sustainable Architecture: The Place of Technology”. Journal of Architectural Educatiion. Februari 2001. Vol. 54 No. 3 pp.140- 148. Harysakti, Ave et. all. 2014. “Prinsip Berkelanjutan Pada Arsitektur Vernakular: Studi Kasus Huma Gantung Buntoi, Kalimantan Tengah”. Jurnal Perspektif Arsitektur. Juli 2014. Vol. 9 No. 1. Karyono, Tri Harso. 2010. Green Architecture: Pengantar pemahaman Arsitektur Hijau di Indonesia, Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Mentayani, Ira et. all. 2017. “Menggali Makna Arsitektur Vernakular: Ranah, Unsur, dan Aspek-aspek Vernakularitas”. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2017. Vol. 1 Hal. 68-82. Mete, Turan. 1990. Vernacular Architecture. Michael, Bauer And Michael, Schwarz. 2007. Green Building – Guidebook For Sustainable Architecture. Gemany. Springer Media. Papanek, Victor. 1995. The Green Imperative. Ecology and Ethics in Design and Architecture, Thames and Hudson. pp.113-138. Papanek, Victor. 1995. The Green Imperative: Ecology and Ethics in Design and Architecture. Thames and Hudson, pp.113-138. PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02 Priatman, Jimmy. (2002). “Energy-Efficient Architecture”Paradigma dan Manifestasi Arsitektur Hijau. Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur. 2 . (30). 2301-9271. dilihat 10 Mei 2020. Sari, Vita. 2017. Dominasi Arsitektur Tionghoa Masjid Cheng Hoo. Jurnal Program Studi Teknik Arsitektur. Vol. 6 No. 1 Januari 2017. dilihat 10 Mei 2020. CONCEPT (MODERN ARCHITECTURE) Banham, Reyner (1978). Age of The Master: A Personal View of Modern Architecture BMDG Agency LLC. 2014. Frank Lloyd Wright’s Organic Architecture: Green Design Before Its Time. Diakses pada 9 Mei 2020, dari https://www.brittonmdg.com/blog/frank-lloyd-wrights-organicarchitecture-green-design-before-its-time/ Brophy, Vivienne, Lewis , J Owen. 2011. A Green Vitruvius: Principles and Practice of Sustainable Architectural Design. London. Hal 1 CV.YUFA KARYA MANDIRI.2017. konsep BENTUK dan RUANG dalam Arsitektur Modern. Diakses pada 14 Mei 2020, dari https://cvyufakaryamandiri.blogspot.com/2012/10/konsep-bentuk-dan-ruang-dalam.html Kwok, Alison G & Grondzik, Walter T. 2007. The Green Studio Handbook. in Journal Cheah Kok Ming. 2008.Beyon Greenwash. FuturArc Magazine M. T. Borzacchiello, V. Torrieri, and P. Nijkamp, "An operational information systems architecture for assessing sustainable transportation planning: principles and design," Eval Program Plann, vol. 32, pp. 381-9, Nov 2009. Metropolis. 2020. The Farnsworth’s Sustainable Descendant. Diakses pada 12 Mei 2020, dari https://www.metropolismag.com/uncategorized/the-farnsworthssustainable-descendant/ gorized/the-farnsworths-sustainable-descendant/ Mohammadjavad, M., Arash, Z., Airya, N., Setareh, G., Narjes, E. (2014, Desember) Dilemma of green and pseudo green architecture based on LEED norms in case of developing countries. International Journal of Sustainable Built Environment, Vol.3, 235–246. Doi: https://doi.org/10.1016/j.ijsbe.2014.06.003.PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02 Nagashima, Koichi, “Glocal Approach Toward Architecture of the Future”, XX UIA Beijing Congress, Japan Institute of Architects, 1999. Nugroho, A. C. (n.d.). Sertifikasi Arsitektur/Bangunan Hijau: Menuju Bangunan Yang Ramah Lingkungan. 11. Ragheb, A., El-Shimy, H., & Ragheb, G. (2016). Green Architecture: A Concept of Sustainability. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 216, 7788. S. Guy and G. Farmer, "Reinterpreting sustainable architecture: The place of technology," Journal of Architectural Education, vol. 54, pp. 140-148, Feb 2001. https://doi.org/10.1162/10464880152632451 Shaleh Kadzim. 2016. ANALISA TIPOLOGI BANGUNAN - ARSITEKTUR KLASIK DAN ARSITEKTUR MODERN. Diakses pada 14 Mei 2020, dari https://shalehkadzim.blogspot.com/2016/10/analisa-tipologi-bangunanarsitektur_15.html Thomas Rettenwender, 2009, M.A., Mag. Arch., LEED AP, Architect and Niklas SpitzMonterey Peninsula College INTD62 Spring 2009 “The Principles of Green Building Design” Spring 2009. Thomas, Schröpfer (2015). Dense + Green: Innovative Building Types for Sustainable Urban Architecture. Germany. Hal 13 Wines, James, “Green Architecture”, Taschen Verlag Köln, 2000. Yomas E.S. 2015. Penerapan Green Architecture di Indonesia. Diakses pada 11 Mei 2020, dari https://arsitektourhijau.blogspot.com/2015/10/green-architecture-diindonesia.html CONCEPT (CONTEMPORARY ARCHITECTURE) Albayt, Idrus. 2017. Dampak negatif pembukaan lahan hutan tanam industry di sumatera sebagai sumber inspirasi penciptaan karya seni lukis [LaporanTugas Akhir]. Surakarta (ID): Institut Seni Indonesia.

PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02 Anonim. 2017. Arsitektur Hijau (Green Architecture) Dalam Meminimalisir Archello. 2015. Interlace by OMA / ole scheeren. Diunduh pada 17 Mei 2020 01.10. tersedia pada https://archello.com/project/the-interlace ArchEyes. 2020. “Benesse House Museum / Tadao Ando". Diakses pada 17 Mei 2020 21.43. Tersedia pada https://archeyes.com/benesse-house-tadao-ando/. Bann, I. Azoulay, D. Tarridas, O. 2013. Perez Art Museum / Herzog & de Meuron. Bennese Art Site Neoshima [Blog]. 2015. Teshima Art Museum. Diakses 16 Mei 2020 20.40. Tersedia pada http://benesse-artsite.jp/en/art/teshimaartmuseum.html Dilihat pada 15 Mei 2020. https://www.archdaily.com/493736/perez-art Foreign Office Architects (FOA). Dilihat pada 15 mei 2020. Global Warming. Diakses pada 17 mei 2020 16.04. tersedia pada http://menulisilmiah123.blogspot.com/2017/09/arsitektur-hijau-greenarchitecture.html https://www.archdaily.com/554132/ad-classics-yokohama-internationalJauslin, D. 2015. Infrastructure as landscape as architecture. Research InLangdon, D. 2014. AD Classics: Yokohama International Passenger Terminal / Lestari, Endah. dkk. 2017. Analisa taman atap dalam upaya mengurangi limpasan air hujan pada bangunan perkotaan. VOL 6 (No.2): Halaman 81 – 162. ISSN : 2089 – 1245 museum-herzog-and-de meuron Pagar Rumah. VOL 6 (No.1): Halaman 32 – 39. Penerapan Hunian Susun di Kawasan Segi Empat Tunjungan Surabaya. Jurnal Prawibawa, P.D.L dan Santosa, H.R. 2015. Konsep Arsitektur Hijau Sebagai PAST, PRESENT, FUTURE Rohaly, Adam. 2010. Structure Inovation : Yokohama Port Terminal


KKL KELOMPOK 02 Rumah.com. 2019. Mengenal Lebih Dalam Desain Arsitek Kontemporer dan CiriCirinya [Internet]. Diunduh 20 Mei 2020 02:24. tersedia pada https://www.rumah.com/panduan-properti/mari-mengenalarsitektur- kontemporer-13990 Sains dan Seni ITS Vol. 4, No. 2Schropfer, T. Dense + Green Inovation. 2016. BirkhäuserVerlagGmbH. Basel. Steven, Philips [Designboom]. 2014. The Interlace by OMA / ole scheeren forms a vertical village in Singapore. Diunduh pada 17 Mei 2020 03.30. tersedia pada https://www.designboom.com/architecture/oma-ole-scheeren- the-interlacesingapore-06-27-2014/ Tall Prototype for the Tropics. Urbanism Series Werdiningsih, Hermin. 2007. Kajian Penggunaan Tanaman Sebagai Altenatif Wong, M.S. Hassel, R. Phua, H.W. 2018. OASIA Hotel Downtown, Singapore: A PERFORMATIVE Amerika Serikat. 2005. Energy Policy Act of 2005 tentang Hukum Produksi Energi Amerika Serikat. Public Law 109–58. New Mexico<https://www.govinfo.gov/content/pkg/PLAW-109publ58/pdf/PLAW109publ58.pdf>. architecture.org.au, (2012, 04 Juni), Ken Yeang and Bioclimatic.Architecture. Diakses pada tanggal 10 Mei 2020, dari https://www.architecture.org.au/news/enews/354ken-yeang-and-bioclimatic-architecture archello.com, Solaris. Diakses pada tanggal 10 Mei 2020, dari https://archello.com/story/22578/attachments/photos-videos Bappeda Banda Aceh Kota ,2015, Program Staregis (Green City), di lihat 30 April 2020 pukul 16:14 WIB <https://bappeda.bandaacehkota.go.id/programstrategis/green-city/> PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02 Berge, B. (2009). The Ecology Building Materials (Second Edi). Architectural Press is an imprint of Elsevier Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, UK. Brophy, V., & Lewis, J. O. (2012). A green Vitruvius: principles and practice of sustainable architectural design. In Choice Reviews Online (Vol. 49, Issue 08). https://doi.org/10.5860/choice.49-4196 Carlos, G. D., Correia, M. R., Rocha, S., & Frey, P. (2015). Vernacular architecture : Towards a Sustainable Future. In C. C, Mileto; F, Vegas; L, García Soriano ; V (Ed.), Seismic Retrofitting: Learning from Vernacular Architecture. CRC Press : Taylor & Francis Group. https://doi.org/10.1201/b18856 Ching, F. D. K., & Ian M. Shapiro. (2014). Green Building Illustrated. John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey, Canada. Christele H , 2020 , MVRDV Reveals a Smart City Proposal for the Tencent Headquarters Campus in Qianhai Bay, di lihat 29 April 2020 pukul 14:22 WIB , < https://www.archdaily.com/931767/mvrdv-reveals-a-smart-city-proposal-forthe-tencent-headquarters-campus-in-qianhai-bay > David S , 2017 , Amaravati Master Plan , di lihat 30 April 2020 pukul 10:22 WIB <https://www.fosterandpartners.com/projects/amaravati-masterplan/> e-architect.co.uk, (2012, 27 Juli), Solaris Singapore Development. Diakses pada tanggal 10 Mei 2020, dari https://www.e-architect.co.uk/singapore/solarissingapore Erdiono, Deddy. 2009. Arsitektur Hijau: Arsitektur Ramah Lingkungan. EKOTON Vol. 9, No.1:75-77. Facilities Net Editorial Staff. 2014.. What Is High-Performance Building ?. Facilities Building Operation Manager. diakses pada 27 Mei 2020. <https://www.facilitiesnet.com/green/tip/What-Is-High-Performance-Building-32469. > Firnando, N. (n.d.). Penilaian Kriteria Green Building Pada Bangunan Gedung Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara. 16. PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02 Gernot Minke. (2006). Building with Earth, Design and Technology of a Sustainable Architecture. 400. Gonzales, Maria Francisca 2019, NUS School of Design & Enviroment / Serie Architects + Multiply Architects + Surbana Jurong, dilihat pada 16 Mei 2020, https://www.archdaily.com/912021/nus-school-of-design-and-environmentserie-architects-plus-multiply-architects-plus-surbana-jurong Gunagarma M. Galieh dan Lathifa Nur Fitri. 2017. AUTOMATICTECTURE : OTOMATISASI PENUH DALAM ARSITEKTUR MASA DEPAN Jurnal Arsitektur NALARs Volume 16 Nomor 1 Januari 2017 : 43-60 ISSN 1412-3266 Gunawan Billy, dkk. 2012. Buku Pedoman Energi Efisiensi untuk Desain Bangunan Gedung di Indonesia. Jakarta : Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia. Handayani, T. (2010). EFISIENSI ENERGIDALAM RANCANGAN BANGUNAN. Spektrum Sipil . Vol. 1, No. 2 : 102. ISSN 1858-4896 Himilton, 2019, Mohawk receives Canada’s first zero carbon dual certification, pada 16 Mei 2020,https://www.mohawknewsdesk.ca/mohawkreceived-canadas-first-zero-carbon-dual-certification/. Ihsani, Aditia Huda . 2016. Hubungan Cemaran Mikroba Dengan Pengelolaan Rumah Sehat Pada Rumah Tipe Menengah Sebagai Sumber Belajar Biologi.SKRIPSI.10 Institute, Rensselaer Polytechnic. (2017). Intelligent Facades for High Performance Green Buildings Final Report. Hal 47. dilihat 20 Mei 2020 <https://www.osti.gov/servlets/purl/1351620>. Jeffrey Gold, Richard Thorpe, Alan Mumford, 2010 ,Gower Handbook of Leadership and Management Development, Gower Publishing ,Ltd, ISBN : 1409458695, 978140945869. John Wardle Architect 2014, Jeffrey Smart Building, University of South Australia, Architizer, Dilihat pada 10 Mei 2020, https://architizer.com/projects/jeffrey-smart-building-university-of-southPAST, PRESENT, FUTURE australia/.


KKL KELOMPOK 02 kompasiana.com, (2019, 27 Juni), Penerapan Near-Zero Energy Building pada Gedung Intiland Jakarta. Diakses pada tanggal 11 Mei 2020, dari https://www.kompasiana.com/asa63602/5d14e4320d82306cd76451d2/pene rapan-near-zero-energy-building-pada-gedung-intiland-jakarta L. Schipper, S. Bartle & D. Hawk, 1989, “Linking Life-Styles and Energy Use in Handayani, T. (2010). EFISIENSI ENERGIDALAM RANCANGAN BANGUNAN. Spektrum Sipil . Vol. 1, No. 2 : 102. ISSN 1858-4896 Magdalena, E, D dan Tondobala, L. 2016. Implementasi Konsep Zero Energy Building (Zeb) Dari Pendekatan Eco-Friendly Pada Rancangan Arsitektur. Media Matrasain Volume 13, No.1, Maret 2016. hal 1. ISSN 1858-1137 Mannan, Khalid Abdul dan Muchlis, Aulia Fikriarini. 2012. PENERAPAN TEKNOLOGI SMART BUILDING PADA PERANCANGAN SMART MASJID . Journal of Islamic Architecture Volume 2 Issue Masdar, 2016 , Masdar City , di lihat 29 April 2020 pukul 15:33 WIB, < www.masdar.ae > Mohawk future ready, 2019, The Joyce Centre for Partnership & Innovation, dilihat pada 16 Mei 2020, https://www.mohawkcollege.ca/sustainability/buildings-andenergy/joyce-centre-for-partnership-innovation. Pérez-Lombard, L., Ortiz, J., & Pout, C. (2008). A review on buildings energy consumption information. Energy and buildings. Vol. 40 Issue 3 Hal.40. dilihat 27 Mei 2020 <https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0378778807 001016?via%3Dihub> Perkins dan Will. 2013. Research Journal. Volume. 05.02.Halaman 74. Pintos, Paula 2020, cube berlin Smart Office Building / 3XN, archdaily, Dilihat pada 10 Mei 2020, https://www.archdaily.com/935777/cube-berlin-smart-officebuilding-3xn. Puspantoro, Benny., (1996), Konstruksi Bangunan Gedung Tidak Bertingkat in Handayani, T. (2010). EFISIENSI ENERGIDALAM RANCANGAN PAST, PRESENT, FUTURE BANGUNAN. Spektrum Sipil . Vol. 1, No. 2 : 102. ISSN 1858-4896


KKL KELOMPOK 02 Ragheb, Amani. El-shimy, Hisyam. dan Ghada Ragheb. 2015. Green Architecture: A Concept Of Sustainability. Procedia - Social and Behavioral Sciences 216 ( 2016 ) 778 – 787. Safamanesh, Kamran. 1995. Menara Mesiniaga, Kuala Lumpur, Malaysia SAPPK ITB . (n.d.). Modul Bangunan Sehat.Program Studi Arsitektur SAPPK ITB.II-1 Saraswati D.I , 2013 , Kota Hijau ( Green City ) di lihat 30 April 2020 pukul 09:31 WIB , < https://diniindahsaraswati.wordpress.com/2015/12/04/kota-hijau-greencity/> Satwiko Prasasto, (2005), Fisika Bangunan 1 in Handayani, T. (2010). EFISIENSI ENERGIDALAM RANCANGAN BANGUNAN. Spektrum Sipil . Vol. 1, No. 2 : 102. ISSN 1858-4896 Schropfer, T . 2016. Dense + Green Inovation. Basel. Birkhäuser Verlag GmbH. Schropfer, Thomas.2016. Dense + Green Inovation Types for Sustainable Urban Architecture. Birkhäuser Verlag GmbH. Basel. Shahin, H. S. M. (2019). Adaptive Building Envelopes of Multistory Buildings As An Example of High Performance Building Skins. Alexandria Engineering Journal, Vol. 58 Issue 1 hal 346. Dilihat 13 Mei 2020. <https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1110016818302 230>. Spiegel, R., & Meadows, D. R. U. (2010). Green Building Materials: A Guide to Product Selection and Specification. In Construction. Syarif, E., & Amri, N. 2017. Arsitektur Hijau pada Morfologi Permukiman Tepi Sungai Tallo. Jurnal Lingkungan Binaan Indonesia, 6(2), 82– 87. https://doi.org/10.32315/jlbi.6.2.82 Thomas Schröpfer. (2016). Dense + Green Innovative Building Types For Sustainable Urban Architecture (Andreas Müller (ed.)). Grafisches Centrum Cuno GmbH & Co. KG. PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02 Taylor and Francis Group, LLC, (2007), Handbook of Energy Efficiency and Renewable Energy in Handayani, T. (2010). EFISIENSI ENERGIDALAM RANCANGAN BANGUNAN. Spektrum Sipil . Vol. 1, No. 2 : 102. ISSN 1858-4896 U.S. Congress, Office of Technology Assessment, Building Energy Efficiency, OTAE-518 Washington, DC: U.S. Government Printing Office, 1992. Wang, Shengwei. 2010. Intelligent Buildings and Building Automation . USA: Spon Press. ISBN 0-203-89081-7 Master ebook ISBN Winy M, (2018), Tencent Campus , di lihat 30 April 2020 pukul 14:53 WIB <www.MVRDV.nl > www.amaravati.org , di lihat 30 April 2020 pukul 14:22 WIB Zemke,Z.2016. What is High Performance Building ?.Hammer and Hand Magazine.diakses pada 27 Mei 2020.<https://hammerandhand.com/fieldnotes/what-is-high-performance-building.>

绿⾊建筑. (2019). Green Architecture. Sir Banister Fletcher Glossary. https://doi.org/10.5040/9781350122741.1001035 MATERIALITY Agieieva A, Zhuikov D. 2015. Smart Mansory, Master Thesis Project DIA Hochschule Anhalt, issu.1: 2. Agieieva, A. 2015. Smart Masonry by Dmytro Zhuikov & Arina Agieieva Of ZA architects, dilihat pada 20 Mei 2020 https://www.designboom.com/architecture/smart-masonry-dmytrozhuikovarina-agieieva-za-architects-08-11-2015/ Amelar, S 2015, Stacking The Deck: An architect and a nonprofit client work together for the third time to create housing for the formerly homeless, this time using prefabricated modules, dilihat dari 28 Mei 2020, <https://www.architecturalrecord.com/articles/7997star-apartments-los-angeles PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02

Buckminster 2015, We are called to be architects of the future, not it’s victims, dilihat dari 29 Mei 2020 <https://kronosthefuturists.wordpress.com/2015/10/29/we-are-called-tobearchitects-of-the-future-not-its-victims-buckminster-2015/ > D’Alessandro A, Ubertini F, Laflame S, et al. 2015, Towards smart concrete for smart cities: Recentresults and future application of strainsensingnanocomposites, Journal of Smart Cities, vol.1: 4. Damayanti dan Ningrum. 2019. Kajian Sistem Struktur dan Teknologi Hijau pada Bangunan Publik. Mamdooh, Amin. 2012. Structure Engineers and Green Building. Dilihat pada 5 Mei 2020. <https://www.slideshare.net/mamdooamin/structure-engineers and-greenbuilding>. Frearson, A 2014, Brutalist buildings: Habitat 67, Montreal by Moshe Safdie, dilihat dari 28 Mei 2020, <https://www.dezeen.com/2014/09/11/brutalistbuildings-habitat-67-montrealmoshe-safdie/ > Goodwin, D 2017, Spotlight: Moshe Safdie, dilihat dari 24 Mei 2020, https://www.archdaily.com/769572/spotlight-moshe-safdie Koones, Sheri. 2016. Prefabulous Small House. Newton : Taunton Press

Meinhold, B 2013, Michael Maltzan’s Prefab Star Apartments Are Currently Rising in Downtown LA, dilihat dari 28 Mei 2020, <https://inhabitat.com/michaelmaltzans-prefabstar-apartments-are-in-mid-construction-in-downtown-la/> Menachery, Martin. Modern Airport Inspiring Architectural Excellence. Preisler, Sarah. Green Structure. Dilihat pada 23 Mei 2020. <https://depts.washington.edu/open2100/pdf/2_OpenSpaceTyp es_Open_Space_Types/green_structure.pdf>. Merin, G 2013, AD Classics: Habitat 67 / Safdie Architects, dilihat dari 29 Mei 2020, <https://www.archdaily.com/404803/ad-classics-habitat-67-moshe-safdie> PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02 NOWlab. 2018, The World's First 'Smart Concrete Wall' is Activated by the Touch of a Hand, dilihat pada 20 Mei 2020 <https://www.designboom.com/architecture/smart-concrete-wall-nowlabbigrep3d-printing-06-27-2018/> Schropfer, Thomas.2016. Dense + Green Innovative Building Types for Sustainable Urban Architecture. Triwidiastuti, Sri Enny. 2017. Model Green Building di Indonesia Berbasis Konsep Kualitas Dmaic Six Sigma. Dilihat pada 22 Mei 2020. <http://repository.ut.ac.id/7075/>. Sulistiawan A.P, Rahman A.A, Hamdani G.K, et al. 2018, Penerapan Green Material dalam Mewujudkan Konsep Green Building pada Bangunan Kafe, Arcada Jurnal Arsitektur, vol.2 no.3: 156. The Rockefeller Foundation, 2015, Habitat 67, Montreal's 'failed dream' – a history of cities in 50 buildings, day 35, dilihat dari 26 Mei 2020, https://www.theguardian.com/cities/2015/may/13/habitat-67-montrealexpo-moshesafdie-history-cities-50-buildings-day-35 Van Es, Karl. 2018. Foster + Partners Design South Beach Development in Singapore. Dilihat pada 7 Mei 2020. (https://www.avontuura.com/south-beach-insingapore-by-foster partners/) Vial, Martial. South Beach / Foster & Partners. Dilihat pada 7 Mei 2020. <https://www.archdaily.com/901016/south-beachfoster-plus partners>. http://atelierriri.com/rumah-prefabrikasi-prefab/ dilihat pada 10 Mei 2020 ttps://www.heijmans.nl/en/heijmans-one/ dilihat pada 6 Mei 2020 http://www.skyscrapercenter.com/building/j57-mini-sky-city/19743/ dilihat pada 6 Mei 2020 https://www.arup.com/projects/chinese-national-aquatics-center dilihat pada 22 Mei 2020 https://infographics.channelnewsasia.com/jewel-changi-airport/index.html dilihat pada 21 Mei 2020 PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02 https://en.wikipedia.org/wiki/Toroid dilihat pada 21 Mei 2020 https://www.archdaily.com/915688/jewel-changi-airport-safdie-architects dilihat pada 21 Mei 2020 https://inspiration.detail.de/watercube-national-swimming-centre-inbeijing103313.html?lang=en dilihat pada 22 Mei 2020 https://www.architecturalrecord.com/articles/8111-national-swimming-center https://www.arup.com/projects/jewel-changi-airport dilihat pada 23 Mei 2020 https://en.wikipedia.org/wiki/Beijing_National_Aquatics_Center dilihat pada 20 Mei 2020 https://carbontrack.com.au/blog/green-architecture/ dilihat pada 20 Mei 2020 GREEN ARCHITECTURE INDEX Global, C. (2014). International Sustainability Systems Comparison. Prepared for CoreNet Global by Ove Arup & Partners Ltd. dilihat pada 30 April 2020 <https://www.arup.com//media/arup/files/publications/i/international_sustainabili ty_systems_report.pdf>. https://www.breeam.com/ dilihat pada 5 Mei 2020. https://www.new.gbca.org.au/green-star/rating-system/ dilihat pada 5 Mei 2020. Ghttps://www.usgbc.org/ dilihat pada 5 Mei 2020. https://www.gbcindonesia/otg/download/cat_view/40-repor dilihat pada 25 April 2020 https://www.gbcindonesia.org/greenship/rating-tools/download/cat_view/4greenship/5-greenship-new-building dilihat pada 9 Mei 2020 http://greenmetric.ui.ac.id/wpcontent/uploads/2015/07/UI_GreenMetric_Guidelin e_2019_Indonesia_I.1.pdfdilihat pada 8 Mei 2020 PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02 https://greenmetric.ui.ac.id/criteria-indicator/ dilihat pada 8 Mei 2020 http://greenlistingindonesia.com/berita-194-material-bangunan-yang-green-dansehat-htmldilihat pada 10 Mei 2020 https://doventailinc.org/portofoliodetail.php?id=5e4d3737c7e23 > dilihat pada 12 Mei 2020 Nugroho, A. C. (2011). Sertifikasi Arsitektur/Bangunan Hijau: Menuju Bangunan yang Ramah Lingkungan. JA! UBL, 2(1). dilihat pada 30 April 2020. <http://jurnal.ubl.ac.id/index.php/ja/article/view/297>. FUTURE GREEN ARCHITECTURE Schropfer, T . 2016. Dense + Green Inovation. Basel. Birkhäuser Verlag GmbH. Schropfer, Thomas.2016. Dense + Green Inovation Types for Sustainable Urban Architecture. Birkhäuser Verlag GmbH. Basel. Thomas Schröpfer. (2016). Dense + Green Innovative Building Types For Sustainable Urban Architecture (Andreas Müller (ed.)). Grafisches Centrum Cuno GmbH & Co. KG. https://www.aispacefactory.com dilihat pada 5 Mei 2020 https://www.archdaily.com/tag/ai-spacefactory dilihat pada 5 Mei 2020 https://worldarchitecture.org/article-links/eezec/michael-bentley-of-aispacefactory-explores-architecture-on-mars-building-on-and-beyond-earth-.html dilihat pada 5 Mei 2020

PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02

TERIMA KASIH PAST, PRESENT, FUTURE


KKL KELOMPOK 02

PAST, PRESENT, FUTURE


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.