6 minute read

Awal Mula dan Perkembangan Tenun Sejatidesa

Bu Tuginem - Penenun Sejatidesa sedang menenun di dalam rumahnya

Tenun adalah teknik pembuatan kain dengan cara menggabungkan benang secara memanjang dan melintang. Di Indonesia, tenun merupakan tradisi warisan budaya Nusantara. Menurut para ahli sejarah, teknologi tenun ada di Nusantara sejak 200 tahun sebelum Masehi (Indonesia.go.id, 2019). Berbagai bukti sejarah menunjukkan eksistensi tradisi tenun sudah berkembang sejak lampau di Nusantara. Salah satunya adalah relief di Candi Borobudur yang diperkirakan dibuat pada tahun 9 Masehi. Relief tersebut mengilustrasikan sejarah perkembangan alat tenun di Asia Tenggara. Selain itu, jejak perkembangan tenun terekam dalam catatan-catatan sejarawan masa lampau, seperti Ma Huan (abad 15) dan Tome Pires (abad 19). Mereka menceritakan bahwa pada saat itu kain tenun menjadi busana keseharian penduduk Nusantara. Tradisi menenun juga dikisahkan dalam legenda Sangkuriang, dimana menenun adalah kegiatan sehari-hari Dayang Sumbi. Legenda ini memperkuat konstruksi bahwa menenun dilakukan oleh kaum perempuan. Tak ayal saat ini Indonesia memiliki berbagai motif tenun dan pusat-pusat tenun yang tersebar di penjuru negeri. Dusun Sejatidesa di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman merupakan salah satu pewaris tradisi tenun di Yogyakarta. Sampai saat ini, menenun menjadi kegiatan sebagian perempuan Sejatidesa dengan produksi tenun stagen. Belum ada catatan sejarah yang mendokumentasikan sejarah tenun di Sejatidesa. Menenun menjadi matapencaharian warisan leluhur yang dipertahankan dengan jeri payah oleh para penenun tanpa mengubah alat produksinya. Menurut para penenun, tradisi menenun di Sejatidesa kemungkinan sudah berlangsung selama empat generasi. Penenun Sejatidesa masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Sebagian besar rumah di Sejatidesa memiliki ATBM yang diwariskan antar generasi oleh nenek atau ibu kepada anak perempuannya. Salah seorang penenun menuturkan bahwa pada tahun 1980an terdapat beberapa pengusaha tenun ATBM di Desa Sumberarum. Mereka mempekerjakan perempuan-perempuan dari dusun-dusun di wilayah administratif Desa Sumberarum dan sekitarnya sebagai buruh tenun. Para penenun biasanya bekerja di rumah para pengusaha tenun. Lambat laun, para penenun membeli ATBM kepada pengusaha supaya dapat menenun di rumah sembari mengurus pekerjaan rumah tangga. Setelah memiliki ATBM sendiri, mereka membawa bahan tenun untuk dikerjakan di rumah, kemudian menyetorkan kain tenun stagen ke pengusaha tenun majikannya.

Advertisement

Para penenun di Sejatidesa menggunakan ATBM untuk menenun stagen. Sampai saat ini, para penenun masih menggunakan ATBM warisan nenek atau ibunya, atau membeli ATBM baru. Alat tenun dan alat pemintal benang terbuat dari bahan dasar kayu balok yang dirakit secara tradisional. Alat-alat tersebut digerakkan secara manual menggunakan tenaga penenun itu sendiri. Tak ayal, menenun menggunakan ATBM selain membutuhkan keterampilan dan ketelatenan, juga membutuhkan tenaga yang cukup besar.

Berdasarkan cerita, pada awalnya produksi kain tenun berupa kain berukuran lebar yang digunakan oleh para perempuan pedagang untuk menggendong dagangan ke pasar. Kian lama, permintaan kain tenun untuk menggendong berubah menjadi stagen. Stagen merupakan produk tenun berbentuk memanjang berukuran mencapai puluhan meter dengan lebar sekitar 14-16 cm. Stagen dijual dalam bentuk gulungan. Setelah para pengusaha tenun gulung tikar, para penenun menjual kain tenun stagen kepada para pedagang. Seminggu sekali para pedagang datang ke Sejatidesa untuk membeli kain tenun dari penenun langganannya.

Dalam perkembangannya, menenun merupakan pekerjaan sampingan para perempuan Sejatidesa. Sebagian besar dari mereka hidup dalam keluarga petani. Pada musim tanam dan musim panen, mereka bekerja di sawah membantu suaminya. Menenun dilakukan pada waktu luang ketika tidak sedang membantu suaminya mengerjakan sawah atau di sela-sela waktu mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Oleh karena itu, ATBM diletakkan di dapur sehingga para penenun dapat menenun sembari mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Para penenun mengerjakan pekerjaan rumah tangga pada jam 08.00 – 17.00 WIB. Pada sela-sela waktu itulah mereka menenun, sekaligus mewariskan keterampilan menenun kepada anak perempuannya. Meskipun sebagian besar pekerjaan menenun dilakukan oleh para perempuan, para laki-laki turut membantu, seperti membuat gulungan benang dan mewarnai benang dengan pewarna alami. Ada pula beberapa laki-laki yang membantu menenun menggunakan ATBM.

Gambar : Kain Stagen Tenun Sejatidesa

Perkembangan Tenun di Sejatidesa

Perkembangan produk tenun stagen di Sejatidesa mengalami proses metamorfosis yang cukup panjang, meliputi beberapa tahapan. Perkembangan tenun stagen satu warna menjadi tenun stagen pelangi, tidak lepas dari peran aktor eksternal yang melakukan community development. Perkembangan tenun Sejatidesa dapat dibagi dalam 5 tahapan. Pertama, masuknya community development pada tahun 2012. Kedua, inovasi tenun stagen menjadi tenun pelangi pada tahun 2013. Ketiga, berdirinya Usaha Bersama (UB) Pelangi Sejati pada tahun 2015. Keempat, dikukuhkannya Sejatidesa sebagai Sentra Industri Tenun oleh Bupati Sleman pada tahun 2018. Kelima, didirikannya Kandang Tenun pada tahun 2019. 2012 Masuknya Community Development

Produk Tenun Stagen Pelangi

2015 Inisiasi Usaha Bersama (UB) Pelangi Sejati

2013

Pengukuhan Sejatidesa sebagai Sentra Tenun ATBM

2019 Berdirinya Kandang Tenun

2018

Kandang Tenun Sejatidesa

Kisah haru-biru para penenun di Sejatidesa merupakan bagian dari usaha melestarikan budaya dan tradisi menenun, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tidak mudah memelihara dan membesarkan warisan nenek moyang. Meskipun demikian, walaupun banyak aral melintang akan ada jalan terang selama ada komitmen dan kerja keras untuk menggapainya.

Community development tenun di Sejatidesa dimulai pada tahun 2012, dengan capaian inovasi tenun stagen dan produk turunannya. Inovasi dibutuhkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi penenun, seperti rendahnya harga produk tenun dan keterbatasan kreativitas penenun. Sebelum masuknya community development, usaha tenun di Sejatidesa berjalan stagnan dengan hanya memproduksi stagen berwarna hitam atau putih. Berdasarkan pemetaan sosial, permasalahan utama yang dihadapi usaha tenun Sejatidesa adalah perbedaan kualitas kain tenun sehingga harga tenun juga berbeda tergantung pada kualitas tenun dan dimana menjualnya. Dari sini dihasilkan gagasan untuk menginovasi tenun stagen yang semula berwarna hitam atau putih saja, menjadi tenun stagen berwarna-warni ibarat pelangi.

Langkah pertama dalam inovasi tenun adalah melatih para penenun untuk membuat tenun stagen warna-warni (tenun pelangi). Pasar stagen pelangi, berbeda dengan stagen versi lama. Stagen pelangi tidak lagi digunakan sebagai stagen yang dipasarkan di pasar tradisional, namun diolah menjadi produk kerajinan tangan. Untuk meningkatkan harga jual, maka penenun dilatih untuk membuat kerajinan tangan tersebut. Akhirnya didatangkanlah pelatih untuk mengajarkan menjahit dan membuat aneka kerajinan tangan produk turunan tenun pelangi. Ketiga penenun tidak tertarik untuk belajar menjahit, sehingga mengajak warga lain yang mau belajar menjahit supaya dapat memproduksi produk turunan tenun pelangi.

Tahap selanjutnya dalam community development di Sejatidesa adalah penguatan kelembagaan. Koperasi dirasa sebagai lembaga paling sesuai untuk mengembangkan tenun di Sejatidesa. Mendirikan koperasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Para penenun tidak dengan mudah menerima sosialisasi pendirian koperasi yang disampaikan oleh Dinas Koperasi UKM Kabupaten Sleman. Pada akhirnya 15 Orang yang terdiri dari penenun dan perempuan Sejatidesa, memutuskan mendirikan Usaha Bersama (UB) pada tahun 2015. Intervensi terakhir dari community development yang dilakukan adalah menggelar Pasar Tenun Rakyat dan pameran. Pasar Tenun Rakyat bertujuan untuk memperkenalkan kepada khalayak luas bahwa Sejatidesa memiliki berbagai budaya yang sangat menarik, utamanya tradisi menenun. Pasar Tenun Rakyat meliputi beberapa kegiatan seperti photo competition dan Stagen: Star Again.

Salah satu capaian usaha tenun Sejatidesa adalah ditetapkannya Dusun Sejatidesa sebagai Sentra Tenun ATBM oleh Sri Purnomo, Bupati Sleman. Penetapan tersebut dilaksanakan bersama dengan penetapan desa atau dusun lain di Kecamatan Moyudan sebagai sentra berbagai

produk kreatif Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pada tanggal 31 Oktober 2018.

Pengukuhan sentra berbagai usaha UMKM ini merupakan komitmen Pemerintah Kabupaten Sleman dalam pemberdayaan ekonomi lokal dan penguatan daya saing produk lokal untuk meningkatkan kompetensi daerah dalam persaingan ekonomi global.

Pada tahun 2019, UB Pelangi Sejati mendirikan Kandang Tenun. Kandang Tenun berfungsi sebagai showroom, tempat menerima tamu dan tempat pelatihan menenun bagi orang luar yang ingin belajar menenun di Sejatidesa. Bangunan Kandang Tenun awalnya merupakan kandang sapi milik Bu Retno, Ketua Koperasi Pelangi Sejati. Kandang sapi dibersihkan dan diperbaiki sedemikian rupa sehingga menjadi showroom yang di dalamnya terdapat berbagai perlengkapan tenun seperti ATBM, alat penggulung benang, dan meja kursi.

Kunjungan Bupati Sleman ke Koperasi Pelangi Sejati Paska Pengukuhan Sejatidesa sebagai Sentra Tenun ATBM

Pengambil Gambar Anindityo

This article is from: