2015
Studi Pengembangan Technopark di Indonesia: Survey terhadap 10 Embrio Technopark di Indonesia
LAPORAN PENELITIAN STUDI PENGEMBANGAN TECHNOPARK DI INDONESIA: SURVEY TERHADAP 10 EMBRIO TECHNOPARK DI INDONESIA
TIM ANALISA KEBIJAKAN Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2015
LAPORAN PENELITIAN STUDI PENGEMBANGAN TECHNOPARK DI INDONESIA: SURVEY TERHADAP 10 EMBRIO TECHNOPARK DI INDONESIA PENULIS : Tim Analis Kebijakan - BAPPENAS COVER & LAYOUT : Ashep Ramdhan Cetakan Pertama, Desember 2015 ISBN : 978-602-1154-52-6 Diterbitkan oleh : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jalan Taman Suropati No.2 Jakarta 10310 Telp. 021 3193 6207 Fax 021 3145 374 http://bappenas.go.id Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya penulisan Laporan Penelitian Studi Pengembangan Technopark di Indonesia: Survey terhadap 10 Embrio Technopark di Indonesia yang dilaksanakan Tim Analisa Kebijakan (TAK) Kementerian PPN/Bappenas. Penerbitan buku ini bertujuan untuk menyebarluaskan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tim Pokja yang dibantu pihak-pihak yang berkompeten di bidangnya. Kami berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu pokja dalam penyusunan buku Laporan Kegiatan TAK ini sampai selesai. Semoga buku kecil ini dapat memberikan manfaat dan sekiranya masih terdapat kekurangan yang ditemukan oleh para pembaca, mohon kiranya dapat memberikan masukan/tanggapan dalam rangka penyempurnaan buku Laporan Kegiatan TAK ke depan. Aamin.
v
Tim Analisa Kebijakan (TAK) - BAPPENAS Laporan Penelitian Kebijakan Studi Pengembangan Technopark di Indonesia: Survey terhadap 10 Embrio Technopark di Indonesia Tim Peneliti: 1. 2. 3. 4.
Noor Arifin Muhammad, ST, MSIE (Koordinator) Muhyiddin, S.Sos, MSc, MSE Dr. Ir. Taufik Bawazir, MSi Istasius Angger Anindito, SE, MA
Anggota Kelompok Diskusi Terfokus Tim Analisa Kebijakan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
vi
Dr. Ir. Dida Heryadi Salya, MA Dr. Ir. Dedi M. Masykur Riyadi, MA Indra Ni Tua, ST, M.Com Dr. Ir. Herry Suhermanto, MCP Ir. Hanan Nugroho, MSc Drs. I Dewa Gde Sugihamretha, MPM Dr. Bustang, Msi Ir. Tommy Hermawan, MA Dr. Ir. Budhi Santoso, MA Ir. Martinus Heri Santoso, MM Indra Sakti, SH, MA Nurhalik, SH
Nara Sumber Kelompok Diskusi Terfokus: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Prof. Dr. Tatacipta Dirgantara (ITB) Dr. Sigit Puji Santoso (ITB) Ir. Dirham (BPPT) Rudi Purwo Wijayanto, ST, MT (BPPT) Jangkung Raharjo (Bandung Techno Park) Kiki (Bandung Techno Park) Laurentius Sumadi (Solo Technopark) Yansen Kamto (Yayasan KIBAR, Start Surabaya) Dennis Adishwara (Aktor, Start Surabaya) Drs. Paryono (BDI Denpasar Tohpati) Mustafa M. Abdullah (IKITAS Semarang) Rudi Sutedja (Cimahi Creative Association) Taruli Aritonang (PPK Sampoerna) Sri Widowati (PPK Sampoerna) Wakil Bupati Kaur Edi Suardi (Kepala Bappeda Kabupaten Kaur) Nandar Iskandar (Sekda Kabupaten Kaur)
vii
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 2 1. Latar Belakang 2 2. Tujuan 4 3. Metode 4
BAB II STUDI LITERATUR 6 1. Technopark, sinonim dan pengertiannya 6 2. Indikator Kinerja Technopark 8 3. Tsing Hua University Science Park (TusPark – China) 10 4. Daedeok Innopolis – Korea 16
BAB III SURVEY PROFIL EMBRIO TECHNOPARK 26 1. Puspiptek – Serpong 26 2. Pusinov LIPI – Cibinong 33 3. Bandung Techno Park 35 4. Solo Technopark 38 5. Ikitas Semarang 42 6. Balai Diklat Industri Tohpati – Denpasar 43 7. Start – Surabaya 45 8. Pondok Pusaka Technopark – Kaur Bengkulu 47 9. Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna – Pasuruan 48 10. Bandung Innovation Park - ITB 49 11. TP kerjasama Pemerintah Daerah dengan LIPI 49
viii
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 54 I. Potensi Pengembangan Technopark 54 II. Model 1: Technopark dengan komponen lengkap 56 III. Model 2: Technopark dengan Inkubator Bisnis sebagai titik berat pengembangan 62 IV. Model 3: Technopark dengan Pelatihan dan Workshop sebagai titik berat pengembangan 63 V. Model 4: Technopark dengan Demoplot sebagai titik berat pengembangan 67 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 70 I. Kesimpulan 70 II. Rekomendasi 71 DAFTAR PUSTAKA 76
ix
1
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Salah satu prioritas pemerintahan presiden dan wakil presiden terpilih periode 2014-2019 yang tertuang dalam Nawacita adalah “Kami akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya” (Nawacita keenam). Salah satu penjabaran prioritas diatas adalah “Kami akan membangun sejumlah Science dan TechnoPark di daerah-daerah, politeknik dan SMK-SMK dengan prasarana dan sarana dengan teknologi terkini”
Pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, program pembangunan dan pengembangan technopark di seluruh Indonesia merupakan prioritas dan akan dikembangkan pada tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/kota. Sementara dalam Rancangan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2016 pemerintah mencanangan untuk dimulainya pembangunan dan pengembangan 100 technopark di seluruh Indonesia.
Arah kebijakan dan strategi yang lebih detil tentang technopark di RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: Pertama, Pembangunan Taman Sains dan Teknologi Nasional (National Science and Technology Park). Arah kebijakan ini berfungsi sebagai: (a) Pusat pengembangan sains dan teknologi maju; (b) Pusat penumbuhan wirausaha baru di bidang teknologi maju; (c) Pusat layanan teknologi maju ke masyarakat.
2
Kedua, Pembangunan Taman Sains Provinsi. Arah kebijakan ini berfungsi sebagai: (a) penyedia pengetahuan terkini oleh dosen universitas setempat, peneliti dari lembaga litbang pemerintah, dan pakar teknologi yang siap diterapkan untuk kegiatan ekonomi; (b) penyedia solusi-solusi teknologi yang tidak terselesaikan di Technopark; (c) sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi lanjut bagi perekonomian lokal. Ketiga, Pembangunan Taman Tekno Kabupaten/Kota. Arah kebijakan ini berfungsi sebagai: (a) pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil (pasca panen), industri manufaktur, ekonomi kreatif, dan jasa-jasa lainnya yang telah dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi; (b) tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas;
Dengan arah kebijakan di atas, maka strategi untuk mencapai sasaran dilakukan melalui kegiatan-kegiatan sebagai berikut: Pertama, untuk pembangunan Taman Sains dan Teknologi Nasional (National Science and Technology Park, N-STP) akan dilaksanakan melalui: (a) revitalisasi kawasan Puspiptek-Serpong; (b) revitalisasi Inkubator Teknologi-BPPT di Puspiptek; (c) revitalisasi Cibinong Science Centre – LIPI serta pembangunan pusat Inovasi yang ada di dalamnya; (d) pembangunan Pusat Inovasi Teknologi Maritim di Penajam – Kalimantan Timur; serta N-STP di lingkungan universitas.
Kedua, kemudian pembangunan Taman Sains di Provinsi akan dilaksanakan oleh:(1) Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi bagitaman sains yang berafiliasi ke universitas; dan (2) Kementerian/ Lembaga bagi taman sains yang sesuai dengan kompetensi yang sudah terbangun.
3
Ketiga, Pembangunan Taman Tekno di kabupaten/kota oleh kementerian/Lembaga sesuai dengan kompetensi, tugas pokok dan fungsinya. Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2016 salah satu sasaran dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi disebutkan bahwa pemerintah akan membangun 100 technopark/sciencepark di kabupaten/kota dan di setiap provinsi. Sedangkan arah kebijakan dan strategi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: (1) untuk N-STP adalah dengan melanjutkan revitalisasi Puspiptek menuju STP maju dan modern, revitalisasi LIPI cibinong science centre, pusat aplikasi tenaga nuklir BATAN, dan lanjutan pembangunan Pusat Inovasi Teknologi Maritim – Pantai Penajam Kaltim; (2) lanjutan perintisan pembangunan science center di provinsi; serta (3) lanjutan pembangunan tekno park di kabupaten/kita yang diprakarsai kementerian/lembaga. 2.
Tujuan
Output utama dari kegiatan penelitian ini adalah policy paper mengenai program pengembangan Technopark di Indonesia dalam jangka menengah. Sedangkan untuk outcome yang diharapkan dari kegiatan ini adalah perbaikan dari perencanaan dan pelaksanaan program pengembangan Technopark selama periode RPJMN 2015-2019.. 3.
Metode
Penelitian dilakukan melalui literature study, survei lapangan dan stock-taking Technopark di beberapa daerah baik yang dibina oleh Kementerian/Lembaga (K/L), pemerintah daerah, maupun swasta. Penelitian juga menghimpun pengetahuan dari Focus Group Discussion (FGD), disertai workshop dan seminar nasional. Hasil yang diharapkan adalah policy paper tentang pengembangan technopark di Indonesia dalam jangka menengah.
4
5
BAB II STUDI LITERATUR
1.
Technopark, sinonim dan pengertiannya
Technopark memiliki banyak sinonim yang pada dasarnya merujuk pada pengertian yang sama, seperti: business-park, cyberpark, hi-tech park, innovation centre, science and technology center, research park, research and technology park, science and technology park, dan lain lain. Untuk berikutnya, sebagai simplifikasi kita akan menyebutnya sebagai technopark.
Definisi Technopark menurut International Association of Science Parks (IASP) adalah sebuah inisiatif/organisasi yang dikelola secara profesional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara mendorong budaya inovasi dan daya saing industri dan institusi berbasis pengetahuan didalamnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut sebuah technopark harus dapat mengelola dan menumbuhkan arus pengetahuan dan teknologi di universitas, lembaga litbang, dan industri yang berada di lingkungannya. Selain itu technopark harus memfasilitasi penciptaan dan pertumbuhan perusahaan berbasis inovasi melalui inkubasi bisnis dan proses spin-off, dan menyediakan layanan peningkatan nilai tambah lainnya, melalui penyediaan ruang dan fasilitas berkualitas tinggi pendukung.
Technopark juga adalah kawasan bangunan yang diperuntukan bagi penelitian dan pengembangan sains dan teknologi berdasarkan kepentingan bisnis. Technopark biasanya didorong oleh pemerintah baik pemerintahan negara (pusat) atau daerah (region). Tujuannya
6
dalam rangka menumbuhkembangkan perusahaan baru negara tersebut. Sementara pemerintah daerah bertujuan untuk mengundang investor dan untuk memperluas basis kesempatan kerja dengan cara menarik perusahaan-perusahaan untuk beroperasi di dalam technopark.
Elemen-elemen kunci dalam technopark adalah: (1) Proses penelitian dan pengembangan yang kontinyu, inovasi/penemuan yang berasal dari universitas atau perusahaan, baik berbentuk riset individu, riset kolaborasi ataupun riset kontrak; (2) Pengelola, pengelola kawasan yang professional dan spesialis, mampu menyediakan jaringan antar elemen, mampu menyediakan konsultasi teknis-pemasaran-keuangan, mampu menjadi penyedia pelatihan dan pemagangan, menyediakan sertifikasi, dan mengelola wilayah yang independen secara finansial dalam jangka panjang; (3) Perusahaan, mulai dari calon wirausaha baru (embrio/start-up/ventura), perusahaan atau divisi R&D perusahaan sebagai penyewa lahan— termasuk perusahaan jangkar, spin-offs atau alumni inkubator bisnis; (4) Infrastruktur, lahan dan bangunan, fasilitas litbang, pelatihan, inkubator, prototype center, link dengan lembaga keuangan. Output yang diharapkan technopark adalah: jumlah produk hasil inovasi baik yang dapat dijual sebagai produk akhir ataupun digunakan sebagai komponen bagi industri hilirnya, jumlah wirausaha baru hasil spin-offs, jumlah paten, jumlah alumni siap kerja, jumlah jasa konsultasi teknologi-pemasaran-keuangan, dan jumlah capital seed yang diberikan. Sedangkan dalam jangka menengah dan panjang, outcome yang diharapkan STP adalah: meningkatnya jumlah wirausaha, tren menjadi wirausaha dan peningkatan lapangan kerja, meningkatnya kontribusi industri berbasis iptek yang berdayasaing dalam PDB, meningkatnya jumlah dan nilai investasi di industri berbasis iptek, meningkatnya nilai tambah produksi dalam negeri, dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
7
2.
Indikator Kinerja Technopark
Sebelum membahas indikator kinerja technopark perlu disampaikan pengertian tahapan inovasi, yaitu tahapan yang normal dilalui oleh seorang peneliti atau pengusaha dalam mengembangkan sebuah ide hingga dapat menjadi sebuah produk yang terkomersialisasi. Secara ringkas tahapannya adalah seperti dibawah:
Sumber: “Innovation Readiness Level�, disarikan dari Pusinov LIPI, 2015
Permasalahan dalam tahapan inovasi adalah seorang peneliti biasanya seringkali melakukan penelitian—baik penelitian dasar maupun terapan—hanya seputar IRL 1 s.d. IRL 5 atau bahkan hanya IRL 4. Kegiatan penelitian yang merupakan kegiatan utama seorang peneliti hasil akhir hanya sebatas terpublikasinya laporan penelitian. Proses iterasi secara kontinyu dari IRL 1 hingga IRL 5 tersebut tersebut kemudian diulangi dengan topik berbeda. Jarang ditemukan peneliti menghasilkan paten, apalagi menghasilkan produk yang terkomersialisasi. Solusi dari permasalahan ini adalah peneliti di universitas dan peneliti di lembaga penelitian perlu diberikan
8
indikator kinerja utama (IKU) yang diarahkan hingga ke IRL 10 hingga produk dapat dikomersialisasi. Dengan IKU tersebut, diharapkan proses inovasi dapat berlandaskan akan kebutuhan pasar dan dapat menjawab kebutuhan pasar akan teknologi. Terkait technopark yang memiliki elemen-elemennya yang lengkap maka IKU sebuah teknopark ideal adalah: a.
Riset yang berkelanjutan (riset, join riset, dan kontrak riset)
d.
Jumlah tenaga kerja yang diserap (orang)
b. c.
e. f.
Paten/HAKI yang didaftarkan (paten)
Jumlah inovasi baru yang dihasilkan (produk) Start-up atau Spin-off (usaha)
Volume transaksi di dalam kawasan (omzet dalam rupiah)
Dalam gambar jelas terlihat bahwa kehadiran sebuah technopark dapat membantu menciptakan tahapan inovasi secara utuh, dimana apabila hanya menggantungkan pada universitas, lembaga penelitian, dan inkubator bisnis akan tercipta proses inovasi yang tidak komprehensif dan tidak sustain. Gambar Positioning Technopark
Sumber: Disarikan dari Bandung Techno Park, 2015
9
3.
Tsing Hua University Science Park (TusPark – China)
Publikasi Tsing Hua University Science Park -disingkat TusPark(2012) memberikan uraian singkat bagaimana China bertransformasi dari negara produsen dengan basis teknologi rendah dan madya untuk kemudian mencoba transformasi untuk menuju negara dengan teknologi tinggi. China mengalami booming perekonomian semenjak Deng Xiao Ping mulai membuka perekonomian negeri tirai bambu pada tahun 1979. Perkembangan ekonomi yang didorong penuh pemerintahan menghasilkan rata-rata pertumbuhan mencapai 9,8 persen dalam kurun waktu 1979 sampai 2010. Akan tetapi China menemukan beberapa kelemahan diri mereka sendiri pada akhir 1990-an dan awal 2000-an dimana struktur prekonomian mereka dinilai tidak efektif dan tidak efisien. Ada beberapa catatan tentang efektivitas dan efisiensi dari besaran perekonomian China. Pertama adalah penggunaan energi untuk mendapatkan US$ 1 GDP mencapai 4-10 kali lipat dibandingkan negara-negara maju lainnya.
Kedua adalah rendahnya pendapatan perkapita China dibandingkan negara maju. Pada pada tahun 2014 GDP China adalah nomor 2 di dunia, tetapi GDP perkapitanya hanya US$3566. Angka ini kurang dari 10% dibanding GDP perkapita Jepang yang mencapai US$3566. Ketiga adalah rendahnya kepemilikan independent intelectual property yang hanya dimiliki oleh 0,03 persen dari seluruh perusahaan di China.
Keempat, pendapatan dari perusahaan-perusahaan China signifikansinya sangat rendah dalam nilai tambah. Pada tahun 2008, total pendapatan dari sekitar 20 ribu perusahaan teknologi tinggi
10
di kawasan industri Zhongguancun sekitar US$241 billions, setara dengan dua perusahaan gabungan Korea yang diwakili Samsung (US$134 billions) dan Jepang diwakili Hitachi (US$108 billions). Perusahaan.
Kelima tentang rendahnya profit perusahaan manufaktur di China. Perusahaan teknologi yang cukup terkenal, FoxConn yang mempunyai jutaan pekerja di China. Setiap iPhone 4 yang mereka buat bernilai antara US$500-800, tapi pabrik tersebut hanya mendapatkan US$ 11 untuk setiap iPhone. Sekitar 25 persen komputer di dunia ini diproduksi di China, tapi profit yang didapatkan seluruh perusahaan manufaktur komputer China hanya sepersepuluh dari profit Apple saja. Ongkos produksi sebuah sepatu Nike di China sekitar US$24, kemudian dijual di luar menjadi US$79, lalu profit yang didapatkan perusahaan hanya US$2,4.
Pada dasarnya banyak alasan tentang terjadinya ketidakseimbangan pembangunan, tapi yang menjadi catatan penting adalah bahwa China masih menjadi salah satu negara berkembang. Dari berbagai macam latar belakang tentang ketidakseimbangan perekonomian, solusi kritis yang bisa dikemukakan adalah penguatan nasional secara keseluruhan dan itu hanya bisa dicapai melalui reposisi China dari pabrikasi menjadi inovator. University Technopark adalah bagian utama dalam Pembangunan China
Reposisi dari “Made in China” menjadi “Create in China” memunculkan beberapa telaah kritis:
Adakah cara untuk membuat China menjadi negara inovatif? Apakah memerlukan jalan yang sangat panjang untuk mentansformasi masyarakat China, 50 – 100 tahun? Atau banyak jalan untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
11
—— Technopark adalah salah satu jalan terpenting untuk mencapainya.
Ada total 1637 technopark tersebar di China dengan rincian sebagai berikut: dimiliki dan dibangun pemerintah pusat sebanyak 224 technopark, dimiliki oleh pemerintah provinsi sebanyak 1344, dan dimiliki oleh universitas sebanyak 69.
Beberapa yang dapat dicatat tentang dampak pembangunan dan pengembangan technopark sejak tahun 1990-an adalah: di akhir 2009 tercatat 53.692 perusahaan teknologi dengan produksi bernilai 6.100 triliun yuan atau sekitar 18,23% dari GDP China. Dari perusahaanperusahaan tersebut sebesar 2.979 perusahaan adalah start-up yang lulus dari inkubator-inkubator technopark, 9 di antaranya masuk bursa saham China.
TusPark dan perannya dalam Pembangunan Teknologi dan Ekonomi
TusPark didirikan pada tahun 1994 dengan area mencapai 730 hektar dan 22 gedung yang diselesaikan secara bertahap hingga tahun 2010. Ada sekitar 400 perusahaan besar dan kecil yang menjadi penyewa di TusPark dan lebih dari 35.000 orang yang bekerja di TusPark. Beberapa perusahaan multinasional besar semacam Google, Schlumberger, Toyota, NEC, Microsoft, adalah beberapa yang menjadi tenant TusPark.
Pertumbuhan dalam skala besar pada perusahaan-perusahaan produsen teknologi tinggi dengan kualitas yang terjamin membutuhkan lingkungan sosial yang sempurna, termasuk konstruksi sarana dan prasarana dan lingkungan inovasi. Contoh yang bagus untuk lingkungan inovasi seperti Silicon Valley di Amerika Serikat yang melahirkan berbagai perusahaan teknologi dan entepreneur terkenal.
12
TusPark dibangun dengan mensinergikan 4 pilar technopark yaitu tempat (space), sumber daya (resorce), jasa (service), dan penyewa (tenant) bisa embrio usaha baru (start-up) dan perusahaan yang sudah berjalan yang membutuhkan jasa TusPark. Keempat pilar tersebut berhubungan satu sama lain dalam sebuah sistem jasa yang sangat inovatif yang diterapkan di TusPark.
Pemilihan tempat (space) TusPark mempertimbangkan beberapa hal yang menyangkut lokasi yang harus strategis dan terjangkau oleh setiap kebutuhan, luas lahan yang cukup untuk menampung setiap aktivitas, standard properti yang sesuai dengan perkembangan teknologi, serta manajemen pengelola yang dapat mengefisiensikan kebutuhan dan bisaya serta harus efektif dalam memenuhi segala kebutuhan.
Pilar kedua yaitu pemanfaatan sumber daya (resource) harus secara optimal. Sumber daya tersebut terdiri atas: (1) pemerintah yang membuat kebijakan; (2) industri yang saling bekerja sama untuk kemajuan; (3) lembaga sumber inovasi dan ilmu pengetahuan
13
yang dapat berbentuk lembaga penelitian atau akademi; (4) lembaga finansial yang bekerja sama menyediakan dana untuk pengembangan usaha; dan (5) sumber daya penunjang yang dapat berupa jasa akuntan, pengacara hukum, media massa, jasa perdagangan, dan jasa lainnya.
Pilar ketiga adalah jasa yang diberikan technopark. Technopark harus dapat menyediakan jasa terbaik sebagai kebutuhan dasar technopark. Sistem jasa yang inovatif mutlak diperlukan yang terdiri atas perencanaan, konstruksi, manajemen, pemasaran yang dilelola secara baik untuk menyediakan jasa terbaik. TusPark memberikan perhatian lebih untuk hal ini, dan kunci yang menjadi keberhasilan TusPark adalah menemukan CEO yang dapat melakukan itu semua.
Pilar keempat di TusPark adalah penyewa (tenant) yang terdiri atas perusahaan besar, menengah, dan kecil. Perusahaan-perusahaan tersebut ada yang berkarakter sebagai perusahaan produsen saja juga ada yang perusahaan yang bergerak dalam penelitian dan pengembangan (research and development – R&D), atau perusahaan yang mempunyai R & D. Dilihat dari kepemilikan, tenant di Tuspark ada yang perusahaan lokal, nasional, hingga multinasional. Start-up juga mendapat tempat di TusPark karena keberhasilan melahirkan usaha baru merupakan prestasi yang menjadi acuan bagi sebuah technopark.
14
Berikut ini karakter Tsing Hua University (THU) sehingga dapat mempunyai technopark yang dalam perannya merupakan agen pembangunan ekonomi dan teknologi. THU kaya sumber daya manusia, tempat berkumpulnya intelektual dan bakat tertinggi akan ilmu pengetahuan dan teknologi. THU dapat menguhubungkan dengan sangat baik antara sisi akademik dan komersil. THU walaupun mendapatkan dorongan penuh dari pemerintah tetapi tetap dapat mempertahankan independensi terhadap hak intelektual mereka.
Kemudian bagaimana TusPark berperan dalam pembangunan ekonomi dan teknologi adalah dengan mentansfer penelitianpenelitian yang telah ada untuk menjadi produk baru yang dikreasikan di China. Ketika perusahaan kecil berbasis teknologi mulai berkembang, paling tidak akan menghasilkan sebuah produk baru yang dihasilkan dari sebuah penelitian. TusPark dapat membantu secara maksimal konstruksi negara inovasi agar dapat melahirkan lebih banyak lagi perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi.
15
4.
Daedeok Innopolis – Korea
Perjalanan tentang tebuah technopark moderen Daedeok Innopolis ini ditulis Junseok So di World Technopolis Review (2013) tentang bagimana Daedok Innopolis dan perannya dalam pembangunan Korea. Di Republik Korea, pengembangan science park mulai mendapatkan momentum pada 1970-an ketika Daedeok Science Town (Daedeok Innopolis, sejak tahun 2005) didirikan sebagai pusat R&D nasional. Secara khusus, Daedeok Science Town sengaja diciptakan sebagai mesin meningkatkan daya saing nasional teknologi tinggi dan kemakmuran ekonomi melalui aglomerasi lembaga penelitian dan universitas di kota yang khusus direncanakan untuk ilmu pengetahuan. Ini dilakukan bersama-sama sebagai upaya kebijakan pembangunan nasional dan daerah yang dalam 40 tahun terakhir dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berbasis teknologi dan inovasi daerah. Di awal Tahun 2000-an, kebijakan inovasi daerah di Korea Selatan telah menargetkan klaster yang inovatif sebagai salah satu instrumen penting untuk mencapai pembangunan berkelanjutan melalui kerjasama jaringan antara HEI ini, lembaga penelitian, industri dan pemerintah. Hal ini sangat dihargai dimana Daedeok Innopolis (nama baru) memainkan peran penting sebagai platform regional untuk pendekatan yang komprehensif untuk pembangunan daerah berbasis teknologi dalam konteks berkelanjutan. Daedeok Innopolis telah mengalami pengembangan internal terus menerus selama empat puluh tahun terakhir untuk lebih merespon tuntutan ekonomi bangsa. Saat ini, Daedeok Innopolis telah direorganisasi sebagai klaster global yang menandakan komitmen baru untuk menempatkan kecakapan teknologi tinggi Korsel dalam sorotan global.
16
Pada tahun 1973, di situs yang meliputi 27,8 km2, pemerintah Korsel memulai pembangunan Daedeok Science Town. Biaya pembangunannya 1 Triliun Korea Won, yang disediakan oleh pemerintah pusat dan sektor swasta. Daedeok Innopolis terletak di tengah-tengah Korsel, sekitar 167 km dari Seoul, ibukota Korsel. Pada jarak sekitar satu jam dari kota-kota besar termasuk Seoul, Daegu, dan Gwangju, sehingga mobilitas para pejabat pemerintah daerah, para pemimpin industri dan peneliti yang di daerah-daerah tersebut dapat dilakukan dengan nyaman. Secara total, ada 30 lembaga yang didanai pemerintah, 5 universitas, lebih dari 400 perusahaan R&D pusat, dan lebih dari 1.200 perusahaan teknologi tinggi (UKM) yang berada di situs ini, yang dianggap sebagai salah satu daerah yang paling disukai untuk hidup dan bekerja di Korsel. Penduduk di Daedeok Innopolis sekitar 11 persen dari semua peneliti tingkat PhD mengkhususkan diri di bidang teknologi dan ilmu alam. Lembaga ini didirikan sebagai lambang bersinar ilmu pengetahuan dan teknologi Korsel, Daedeok Innopolis sekarang terus bergerak mengembangkan ilmu pengetahuan Korsel sebagai pusat inovasi global.
Daedeok adalah tempat di mana orang, teknologi, dan alam harmonis hidup berdampingan, serta menjadi tempat di mana kegiatan usaha dan penelitian dilakukan secara efisien dan nyaman. Tapi lebih dari itu, klaster ini adalah inovasi kelas dunia di mana kreativitas terbuka bunga dan bernafas. Daedeok Innopolis sekarang menjadi semacam klaster teknologi tinggi yang dinamis dan berkembang dari produksi aplikasi kekayaan intelektual sangat didasarkan pada R&D. Dengan lembaga penelitian dan universitas yang melakukan kegiatan bersama-sama, Daedeok Innopolis mempunyai fasilitas yang sangat nyaman untuk komersialisasi teknologi dalam sektor industri khusus seperti teknologi informasi, bioteknologi, dan teknologi Nano.
17
Ada tiga proses yang berbeda dalam pengembangan Daedeok Innopolis pada tahap awal, Daedeok Science Town (DST) didirikan pada tahun 1973 adalah kota science di Korsel yang telah dikembangkan sebagai kiblat ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tenaga kerja penelitian yang kuat. Daedeok Science Town sengaja diciptakan sebagai mesin meningkatkan daya saing nasional dalam teknologi tinggi dan kemakmuran ekonomi melalui aglomerasi lembaga penelitian menyatukan berbagai upaya kebijakan pembangunan nasional dan regional selama 40 tahun terakhir. Kompleks penelitian Daedeok Science Town dibangun dengan investasi $ 3.16 miliar selama 3 dekade terakhir untuk lebih merespon tuntutan ekonomi bangsa. Hal ini juga memiliki campuran yang dinamis dari teknologi generasi berikutnya seperti Teknologi Informasi, Bio Teknologi, dan Teknologi Nano. Seperti disebutkan sebelumnya, telah berkembang dengan baik dan seimbang antara lembaga penelitian, lembaga akademis, industri dan sektor publik, di mana mereka memiliki model berikutnya sebagai “Silicon Valley� –nya Korea Selatan. DST awalnya direncanakan sebagai kota satelit. Meskipun DST dekat Daejeon Metropolitan City, hubungan antara DST dan perekonomian daerah di Daejeon tidak positif. Lokasi DST hanya penting dalam hal kepentingan nasional. Ketika itu DST hanyalah pusat kota sekunder. DST mulai meningkat perannya dalam struktur perkotaan ketika Daedeok Valley (DV) didirikan dan menjadi jembatan antara kota ilmu murni dan Technopolis dalam strategi inovasi daerah. DV dapat dipahami sebagai pendekatan kebijakan yang komprehensif untuk mensinergikan fungsi R & D, komersialisasi teknologi DTV dan produksi massal oleh industri lokal.
Sejak pertengahan 1990-an, upaya telah dilakukan untuk memungkinkan perusahaan ventura berteknologi tinggi yang didirikan di DST untuk mendukung komersialisasi hasil R & D.
18
Komponen utamanya adalah Inkubator bisnis teknologi, di mana start-up perusahaan-perusahaan dapat membuat teknologi baru mereka manjadi komersial. Dalam pertimbangan ini, Pemerintah Kota Daejeon memetakan skema untuk mengembangkan sentra industri teknologi tinggi, Daedeok Techno-Valley (selanjutnya DTV).
Daedeok Innopolis sekarang ini
Pada tahap pengembangan sekarang ini, Daedeok Innopolis mengambil model klaster inovasi: pusat keunggulan bisnis pada industri teknologi tinggi. Dalam rangka membangun klaster yang inovatif, sistem kolaborasi antara perusahaan, HEIs, dan lembaga penelitian ditingkatkan. Klaster inovasi daerah industri strategis nasional atau lokal dibuat di Daedeok Innopolis. Ilmu pengetahuan dan teknologi jaringan khusus didirikan untuk memaksimalkan inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada akhirnya, strategi
19
pemasaran global ditingkatkan. Mereka berusaha untuk menarik lembaga asing dan investasi asing ke dalam Science Park. Secara khusus, sistem kerjasama antar perusahaan, HEIs, dan lembaga penelitian ditingkatkan di bidang industri strategis seperti IT, BT, dan NT. Sehingga, sebuah klaster inovatif dibangun dan kolaboratif R&D dilakukan secara aktif untuk mendorong komersialisasi teknologi. Banyak jaringan antara perusahaan dibuat dalam rangka mendukung komersialisasi teknologi dan kegiatan usaha.
Dalam hal ini para ahli ilmu & teknologi dan program pelatihan profesional secara terpadu digerakkan untuk membangun sebuah klaster inovatif. Hal ini penting untuk membuat lembaga terkait untuk mempromosikan pertumbuhan industri strategis. Bantuan keuangan dan dukungan teknologi juga penting. Kerjasama internasional dan strategi pemasaran global menyebabkan efek sinergi juga ditingkatkan.
Dalam klaster inovasi, daerah perumahan yang menyenangkan dan strategis industri teknologi tinggi harus diselaraskan dengan satu sama lain. Selain itu, klaster dikembangkan menjadi klaster yang inovatif, yang mengarah inovasi lokal. Penggunaan lahan harus ditingkatkan untuk mengaktifkan kegiatan R&D berteknologi tinggi. Struktur yang sistematis dan terintegrasi fasilitas R&D, fasilitas bisnis, dan fasilitas manajemen yang diperlukan dalam rangka untuk mempromosikan pengembangan industri strategis berteknologi tinggi. Sebuah situs multi-tujuan didirikan pada Daedeok Innopolis untuk menarik industri strategis, lembaga penelitian internasional, dan R&D dari multinasional yang berpusat ke Daedeok Innopolis. Infrastruktur yang mendukung kebutuhan internasional didirikan untuk meningkatkan daya saing global. Fitur utama dari technopark pada tahap dewasa adalah sebagai berikut: (1) fungsi Penelitian & Pengembangan. Bidang ilmu utama
20
seperti IT, bidang BT, dan NT terus dikembangkan dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. Kerjasama dilakukan melalui
penelitian kolaboratif antara HEIs, lembaga penelitian, dan industri, teknologi. Peran dan fungsi HEIs yang terdiversifikasi. Untuk memaksimalkan efisiensi kegiatan komersialisasi teknologi, kegiatan R & D didukung oleh lembaga penelitian publik. Dengan menciptakan kelompok industri strategis, teknologi dapat diakumulasikan terus menerus dan pembentukan klaster industri strategis yang diperlukan untuk inovasi teknologi.
Dampak terhadap Pembangunan
Volume pekerjaan yang diciptakan di Daedeok Innopolis relatif kecil dibandingkan dengan standar global. Namun, dengan mempertimbangkan bahwa pekerja Daedeok Innopolis terdiri dari tenaga profesional yang merupakan pusat teknologi tinggi, pekerjaan di Daedeok Innopolis dianggap lebih bernilai dibandingkan pekerjaan di tempat lain. Tenaga penelitian yang sangat terlatih di pusat R&D publik dan swasta telah terkonsentrasi di Daedeok Innopolis selama 40 tahun terakhir. Sejumlah 129 lembaga saat ini berada di Daedeok Innopolis. Lembaga penelitian swasta penghuni utama dan lembaga penelitian pemerintah yang didanai mengikuti. Namun lembaga
21
pemerintah yang didanai adalah nomor satu penghuni taman sampai tahun 1990, tetapi lembaga penelitian swasta mengambil alih posisi dari waktu ke depan. Organisasi investasi mulai muncul dari pertengahan 1990-an, sekitar 20 tahun setelah memulai Daedeok Innopolis (Daedeok Science Park didirikan pada tahun 1973), tetapi tumbuh sangat lambat dari tahun 2000 (Oh dan Kang 2009). Daedeok adalah tempat yang baik untuk mentransfer teknologi dan ilmu pengetahuan untuk perusahaan terdekat tetapi tidak memegang populasi yang cukup besar. Oleh karena itu, tampaknya bahwa ambang organisasi investasi di Daedeok Innopolis tidak melebihi jumlah tertentu. Ada sekitar 24.000 peneliti termasuk 9.055 pemegang PhD yang bekerja di, lembaga penelitian publik swasta dan universitas. Dampak pada perekonomian regional cukup besar melalui bisnis usaha yang berkembang pesat. Dari akhir 1990-an, perkembangan lembaga penelitian dan universitas sangat pesar di Daedeok Innopolis. Meskipun beberapa penilaian sebelumnya menunjukkan bahwa konsentrasi pekerjaan hanya di lembaga penelitian publik dan swasta, hal itu menjadi sumber yang signifikan akan adanya perusahaan baru yang berorientasi teknologi.
Pertumbuhan bisnis terus menunjukkan peningkatan. Menurut penelitian Daejeon Metropolitan City, jumlah omset oleh bisnis usaha adalah $ 7.773 ribu pada tahun 2004. Ini kemajuan luar biasa dalam 15 tahun terakhir, dimana perusahaan start-up di Daedeok
22
Innopolis baru berdiri. Laju pertumbuhan perusahaan ventura secara eksponensial meningkat. Dampak ekonomi dari perusahaan ventura untuk perekonomian daerah signifikan dan tingkat pertumbuhan sangat tinggi. Volume penjualan dari perusahaan patungan yang terletak di Daedeok Innopolis pada tahun 2004 hampir empat kali lipat dari tahun 1999. Walaupun terkena krisis ekonomi tahun 19981999, kerugian dapat segera tertutupi akibat kebijakan pemerintah pusat yang tepat. Inkubasi bisnis yang memainkan peran yang sangat signifikan dalam menghubungkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pasar riil dan pembangunan ekonomi. Fungsi inkubasi bisnis yang sukses adalah perencanaan yang tepat, manajemen, pemilihan lokasi, membuat koneksi dengan universitas,
23
pemasaran positif, membangun jaringan global, menyediakan bantuan keuangan, dan dukungan lainnya. Dengan pembentukan pusat inkubasi di KAIST (1994), 20 bisnis tentang organisasi inkubasi ada di Daedeok Innopolis sekarang. Unit bisnis tersebut dimiliki universitas, lembaga penelitian, lembaga pemerintah dan perusahaan swasta. Saat ini sekitar 322 perusahaan ventura berada di bawah inkubasi dan sekitar 3.000 karyawan yang bekerja dengan dana dari pemerintah atau dari Daedeok Innopolis.
24
25
BAB III SURVEY PROFIL EMBRIO TECHNOPARK
1.
Puspiptek – Serpong
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) adalah kawasan penelitian yang berlokasi di Kelurahan Setu, Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan (sebelum pemekaran wilayah dahulu disebut Serpong Kabupaten Tangerang Provinsi Banten). Berdirinya Puspiptek berawal dari gagasan Menteri Riset Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo, yang diwujudkan pelaksanaanya oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi yaitu Prof. Dr.-Ing. B.J. Habibie. Yang selanjutnya melalui Keputusan Presiden (KEPRES) Nomor 43 tahun 1976 didirikanlah Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang selanjutnya disingkat Puspiptek. Puspiptek merupakan sarana terselenggaranya riset yang terarah dan terintegrasi sebagai penentu kebutuhan masyarakat dan peningkatan kesadaran pengetahuan tentang peranan penelitian,ilmu pengetahuan, dan teknologi dalam pembangunan nasional.
Puspiptek dalam kurun waktu kurang lebih 35 tahun telah memberikan pelayanan jasa teknis maupun hasil inovasi riset dari laboratoria yang ada di dalam kawasan, akan tetapi belum banyak termanfaatkan oleh industri terutama layanan teknis dan inovasi yang telah teruji secara teknis dan ilmiah. Jadi secara generik masih terdapat kesenjangan antara kegiatan riset & pelayanan teknis dengan kegiatan industri. Sebagai upaya mengatasi kesenjangan ini diperlukan upaya-upaya komersialisasi yang selama ini belum ditangani dengan baik. Komersialisasi ini diantaranya meliputi
26
inkubasi bisnis, yang mematangkan suatu inovasi yang telah teruji secara ilmiah, agar produk dari suatu inovasi tersebut mampu bersaing di pasar bebas.
Semua sumberdaya laboratoria ini diarahkan agar secara langsung dapat difungsikan untuk menghasilkan nilai tambah kepada perekonomian Indonesia sesuai dengan mekanisme pasar yang nyata. Nilai tambahini secara langsung dihasilkan dalam bentuk peningkatan mutu dan produktivitas yang merupakan kontribusi pelayanan teknis seperti pengujian, kalibrasi, rekayasa & rancang bangun serta proyek percontohan pabrik dalam kerangka MSTQ (Measurement, Testing & Quality Assurance). Sedangkan inovasi sebagai keluaran kegiatan riset memberikan kontribusinya untuk diversifikasi produk, perintisan industri baru, dan pengembangan untuk efisiensi yang lebih optimal.
Berbagai alternatif pengembangan kawasan telah dilakukan dan diharapkan dapat berproses menjadi Kawasan yang merupakan kawasan industri teknologi tinggi baik industri perangkat lunak, sensor dan instrumentasi, industri bioteknologi, jasa pelayanan teknis maupun industri pendidikan tinggi pasca sarjana dan pendidikan professional, yang didukung oleh jejaring cyber sebagai pendukung utama penyelenggaraannya yang disebut dengan Science-tech Park,
Sebagai upaya melakukan terobosan maka Revitalisasi Puspiptek sebagai model sistem inovasi nasional dalam format Science Techno Park (STP) segera direalisasikan. STP adalah sebuah organisasi yang dikelola oleh profesional khusus, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menguatkan peran iptek dalam pembangunan ekonomi dengan mempromosikan budaya inovasi dan daya saing usaha terkait serta lembaga-lembaga berbasis pengetahuan. Untuk mencapai tujuan tersebut STP merangsang dan mengatur arus pengetahuan dan teknologi antar universitas, lembaga R&D, dan
27
industri; memfasilitasi penciptaan dan pertumbuhan perusahaan berbasis inovasi melalui inkubasi dan proses spin-off; dan menyediakan layanan nilai tambah lainnya melalui penyediaan ruang dan fasilitas berkualitas tinggi”. Semua upaya terobosan memerlukan permodalan yang tidak sedikit, SDM terdidik dan terlatih serta teknologi padat modal. Dalam upaya memperingan beban pemerintah maka selalu terbuka kemungkinan masuknya pemodal lain, untuk memulai peran aktifnya bersinergi dalam Kawasan Puspiptek. Sinergi dan pengayaan silang antara pelaku riset dan teknologi dengan pelaku bisnis merupakan kunci keberhasilan optimalisasi pemanfaatan dan pengusahaan dari Puspiptek dengan semua sumberdaya baik asset fisik maupun kekayaan intelektual didalamnya.
Peranan Puspiptek dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, pemerintah daerah bersama-sama dengan pemerintah pusat, industri dan perguruan tinggi harus memberikan suatu dukungan lingkungan yang kondusif, seperti mempermudah perizinan/birokrasi, pembangunan sarana prasarana, subsidi sewa tanah, dan lain lain. Rancangan untuk menjadi kawasan yang mensinergikan SDM terdidik dan terlatih, peralatan penelitian dan pelayanan teknis yang paling lengkap di Indonesia. Untuk hal itu perubahan mindset atau paradigma dan dengan pengelolaan yang lebih baik dan profesional Puspiptek di bawah organisasi non profit, STP adalah suatu terobosan wadah yang relatif sinkron dan cocok bagi pertumbuhan ekonomi daerah berbasis iptek akan dapat memperkuat jejaring dengan kelompok industri, sehingga Puspiptek selain menjadi tempat untuk mempromosikan pembangunan ekonomi dan daya saing dapat dijadikan sebagai ajang bisnis berbasis IPTEK di Indonesia.
28
Keberhasilan dalam menjalankan STP sangat dipengaruhi oleh implementasi, kesinambungan, kontinuitas dan konsistensi dalam pelaksanaan program tersebut. Terutama untuk melakukan perubahan sikap dan mindset dalam bekerja sama lintas sektoral ABGC (Academic Business Government Community). Faktor tersebut dapat meningkat kan efektivitas dan efisiensi kemajuan iptek sekaligus perekonomian daerah. Jika semua pihak yakni pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga litbang, perguruan tinggi, dan industri bersinergi untuk melakukan pembangunan iptek dan ekonomi daerah ke arah yang lebih baik. Sarana dan prasarana yang ada di Kawasan sejak perencanaannya telah diarahkan untuk kegiatan penelitian & pelayanan teknis, kawasan industri teknologi tinggi dan pendidikan tinggi strata pasca sarjana. Pengembangan Puspiptek tahap pertama berupa pengembangan area laboratoria telah dilaksanakan lebih dari 35 tahun untuk membangun sarana dan prasarana bagi 47 Laboratoria dengan peralatan yang bernilai tidak kurang dari 500 juta dolar.
Keseluruhan 47 Laboratorium telah beroperasi, dan merupakan koordinasi teknis antara LIPI, BPPT, BATAN dan Kementerian Ristekdikti serta dua laboratorium dibawah Kementerian Lingkungan Hidup yaitu Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Sarpedal), dan Pusdiklat Lingkungan. Dengan selesainya pembangunan dan pengoperasian dilanjutkan dengan pengusahaan dan pemanfaatan semua sumberdaya Kawasan Puspiptek, baik sumberdaya intelektual berupa SDM, inovasi riset dan teknologi, sumberdaya teknologi berupa peralatan maupun aset fisik yaitu lahan dan bangunan serta prasarana fisik lainnya. Penguasaan dan pemanfaatan ini sudah selayaknya disertai dengan
29
transformasi tugas pokok dan fungsi Pengelola Kawasan agar kawasan ini berkinerja ekonomis, berkinerja ilmiah dan sosial yang tinggi. Aset yang ada di Puspiptek sangat luas dan beragam. SDM terdidik dan terlatih. Aset teknologi berupa peralatan canggih yang bahkan beberapa diantaranya pada level tertinggi di negara ini misainya Standar Nasional untuk Satuan Ukuran yang merupakan rujukan semua pengukuran di Indonesia untuk satuan Panjang, Temperatur, Kuat Cahaya, Waktu dan Tegangan listrik Reaktor Nukiir untuk Reaktor Riset G.A.Siwabessy, Terowongan Angin kecepatan rendah, Standard Reference Material untuk pencemaran. Sedangkan asset fisik berupa lahan strategis seluas 460 hektar, gedung pertemuan bertaraf internasional, Wisma Tamu dan perumahan.
Hasil-hasil penelitian dan pelayanan teknis dari berbagai laboratoria ini dapat diterapkan pada berbagai sektor misalnya untuk sektor Energi : pencarian sumber energi alternatif diantaranya energi surya, hybrid, angin, bio-massa. Gasifikasi dan pencairan batubara, fuel cell dengan efisiensi konversi 60 % dan tanpa pencemaran. Demikian pula halnya dengan teknologi tenaga pedesaan misalnya proyek percontohan desa surya, enersi dari etanol dan produk pertanian lain. Pada sektor mekanik dan transportasi terdapat fasilitas untuk pengujian berbagai jenis konstruksi dan bahan logam maupun non-logam (polimer) pada aspek kekuatan, ketahanan, batas kelelahan, korosi. Selanjutnya untuk jaminan mutu pesawat terbang, kapal dan kendaraan lain atau bangunan terhadap angin , tersedia terowongan angin kecepatan rendah yang telah digunakan misalnya untuk menguji berbagai bentuk sayap pesawat terbang, kapal, ketahanan bangunan tinggi serta anjungan minyak lepas pantai.
30
Pada sektor industri pengolahan terdapat laboratoria standar nasional yang menjadi acuan dari semua pengukuran di Indonesia yang telah ditugaskan Pemerintah kepada Puslit Kalibrasi Instrumentasi dan Metrologi LIPI. Pada tingkat yang lebih rendah terdapat beberapa laboratoria di Puspiptek yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional Badan Standardisasi Nasional (KAN-BSN) yang memberikan pelayanan jasa kalibrasi ke industri. Instrumentasi dan pengendalian mutu yang diteliti dan dikernbangkan diantaranya adalah SCADA (supervisory control and data acquisition)Â untuk distribusi daya listrik dan BBM. Pada sektor bahan, tersedia teknologi pengolahan bahan logam, bukan logam maupun bahan baru yang berasal dari hasil pertanian. Untuk bahan logarn, telah dikembangkan teknologi pengolahan besi, laterit, pelapisan anti korosi untuk berbagai bahan bentuk dan ukuran yang disebabkan karena udara, air laut, dan zat kimia.
Khusus untuk bahan polimer misainya plastik, terdapat satu laboratorium khusus untuk pengujian, pengolahan, pembentukan dan pengembangan serta rekayasanya, sedangkan dari hasil pertanian telah dikembangkan bahan bangunan berbentuk lembaran yang berasal dari bambu komposit, bahan bangunan dari limbah kelapa sawit dlsb. Pada fasilitas nuklir BATAN terdapat Reaktor Nuklir Serbaguna 60 Megawatt Siwabessy, pusat produksi radio-isotop, produksi elemen bakar nukiir, instalasi keselamatan nuklir, pengolahan lirnbah nuklir serta produksi radio-imuno assay dan radio-farmasi. Semua peralatan radiasi di Indonesia harus dikalibrasi ke laboratoria BATAN untuk keselamatan Penggunaannya, demikian juga dengan operator pesawat radiasi yang harus mendapatkan pelatihan dan sertifikasi BATAN. Diantara laboratoria BATAN juga terdapat pusat penelitian iptek bahan, pusat informatika serta pengembangan industri nuklir.
31
Pada sektor pangan, farmasi dan kedokteran dihasilkan teknologi pengolahan tempe menjadi susu, eskrim, ekstraksi minyak atsiri, ekstraksi bahan-bahan berkhasiat untuk jarnu tradisional, paket teknologi buah rnengkudu yang berkhasiat. Telah dikembangkan pula alat penguji fungsi ginjal, kamera gamma dan aplikasi nuklir untuk kedokteran. Pada sektor agro-industri telah dikembangkan rekayasa genetika untuk bibit pisang abaka untuk bahan uang kertas, jati, kelapa sawit, lidah buaya, pupuk biologis, pestisida biologis, antibiotika, enzim, eritromisin, vitamin B 12 dan penisilin, jasa teknik yang disediakan diantaranya : sintesa DNA, Analisis pestisida, molecular marker. Kemudahan yang dapat dimanfaatkan diantaranya : fermentator skala laboratorium dan skala pilot,Recovery (pemisahan produk) skala pilot, ruang inkubasi Plantlet, dan aklimatisasi tanaman.
Untuk pemantauan, dan pengendalian lingkungan Kementerian lingkungan Hidup membangun kemudahan untuk pemantauan kondisi lingkungan, pengukuran pencemaran, pembuatan standard reference material serta penataran dan pelatihan lingkungan hidup. Selamat bermitra untuk memberdayakan, mengusahakan, dan memanfaatkan asset yang sangat bernilai di Puspiptek. Perkembangan Puspiptek dalam kurun waktu 25 tahun dirasakan belum optimal dalam pemanfaatan hasil riset dan layanan jasa teknis dari laboratoria, untuk itu diperlukan strategi untuk mengoptimalkan kawasan Puspiptek, sesuai amanat Rakornas 2010 maka perlu dilakukan revitalisasi Puspiptek menjadi IndonesiaScience and Technology Park (I-STP).
Dalam rangka mendukung revitalisasi Puspiptek menuju I-STP, telah dirumuskan konsepsi pengembangan kelembagaan I-STP agar dapat digunakan sebagai sarana untuk menginisiasi dan
32
mengalirkan teknologi diantara lembaga litbang, univerasitas dan industri, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang diakibatkan banyaknya industri yang tumbuh dengan berbasis teknologi dan meningkatnya daya saing industri Indonesia karena ditunjang oleh hasil-hasil riset baik dari lembaga Litbang, perguruan tinggi maupun industri.
2.
Pusinov LIPI – Cibinong
Pusat Inovasi (Pusinov) LIPI, merupakan salah satu Pusat dari di LIPI.  Semenjak Februari 2013, Cibinong Science Center-Botanical Jawa Barat.
berdiri pada bulan Juni 2001, 22 Pusat Penelitian yang ada Pusinov berkantor di komplek Garden (CSC-BG) di Cibinong,
Pusinov mengemban misi untuk mendorong dan mempercepat pemanfaatan hasil penelitian ke masyarakat luas atau transfer
33
teknologi hasil riset ke industri. Dalam kaitan tersebut Pusinov LIPI dikenal sebagai:
a. Lembaga penghasil/pendaftar paten terbanyak se-Indonesia; b. Lembaga/institusi yang menjadi rujukan pengelolaan paten dan transfer teknologi nasional; c. Lembaga/institusi yang memiliki sistem transfer teknologi yang lengkap.
Unit di dalam Pusinov adalah unit inkubator bisnis dan transfer teknologi serta unit pengelolaan paten. Fasilitas inkubator bisnis meliputi ruang tenant, workshop, ruang pameran/display produk dan ruang serbaguna yang bisa dipergunakan untuk pertemuan bisnis.
Hasil inovasi dari Pusinov LIPI antara lain adalah: a. Radar Pengawas Pantai yang ditindaklanjuti dengan lisensi kerjasama transfer teknologi dengan BUMN (PT.Inti dan PT.LEN). b. Pupuk bio organik baik produk pupuk maupun metodanya.
Alat untuk memproduksi nano partikel berbasis herbal, lisensi transfer teknologi dengan swasta. Produk brandnya antara lain Gizi Super Cream.
Pembentukan Inkubator Teknologi LIPI merupakan langkah efektif dalam menumbuhkembangkan wirausaha baru yang tangguh, kreatif dan profesional, yang pada gilirannya dapat meningkatkan daya saing nasional. Inkubator Teknologi LIPI merupakan suatu lembaga intermediasi yang melakukan proses pembinaan, pendampingan, dan pengembangan (inkubasi) terhadap peserta inkubasi (tenant). Inkubator Teknologi LIPI berupaya untuk menciptakan dan mengembangkan usaha baru yang mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
34
Pengembangan inkubasi teknologi dan bisnis yang dilaksanakan di LIPI mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2005, mengenai Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil kegiatan Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan pengembangan. Tujuan dari PP tersebut adalah untuk menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi guna kepentingan masyarakat. Aturan ini diperkuat dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2013 tentang Pengembangan Inkubator Wirausaha dalam usaha untuk meningkatkan daya saing nasional melalui penumbuhkembangan wirausaha baru yang tangguh, kreatif dan profesional dan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia terdidik dalam menggerakan perekonomian dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Peresmian Gedung Pusat Inovasi yang dilakukan oleh Kepala LIPI tanggal 13 Februari 2013 merupakan dasar yang kuat dalam usaha menjalankan fungsi inkubator teknologi khusunya untuk yang dilakukan di LIPI. Melalui fasilitas gedung dan layanan manajemen ini diharapkan terjadinya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih luas melalui terbentuknya wirausaha muda. Dengan berdasar pada kegiatan yang sudah dilakukan sebelumnya terkait dengan pengembangan kerjasama pemanfaatan hasil penelitian melalui wirausaha muda, maka Pusat Inovasi pada tahun 2013 sudah terdapat 3 kontrak kerjasama tenant wirausaha yang memanfaatkan teknologi dan 7 teknologi yang diinkubasi.
3.
Bandung Techno Park
Berangkat dari mimpi ingin berkontribusi dalam pengembangan ekonomi Indonesia melalui pertumbuhan ekonomi di Kawasan Bandung Selatan, diperlukan lembaga yang mensinergikan peran
35
Quadruple Helix (4 aktor utama inovasi, ABGC). Bandung Techno Park yang didirikan atas kerjasama antara Institut Teknologi Telkom dan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia untuk menjawab itu semua. Pendirian Bandung Techno Park diawali dengan pendirian lembaga UPT Telematika dan Pusat Disain Telekomunikasi sebagai wadah inovasi bagi dosen, mahasiswa dan masyarakat umum serta Inkubator Bisnis sebagai ajang masyarakat untuk belajar berbisnis. Pendirian Bandung Techno Park ini merupakan wujud mimpi dari civitas akademika IT Telkom yang ingin mengembangkan Teknopark sebagai jembatan antara Institusi pendidikan bidang ICT dan energi dengan dunia Industri. IT Telkom sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi dalam bidang Teknologi Informasi dan Telekomunikasi nasional memiliki kemampuan dan jumlah Sumber Daya Manusia yang cukup untuk mengembangkan Riset terapan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
36
Sejak awal 2007, Institut Teknologi Telkom dipercaya Kementerian Perindustrian RI untuk mengembangkan UPT Telematika dalam rangka menumbuhkan dan membina Industri Kecil dan Menengah (IKM) di bidang ICT (Teknologi Infomasi dan Komunikasi). Sejak tahun 2007 sampai sekarang, Kementerian Perindustrian memberikan sejumlah perangkat modern, sedangkan kegiatan UPT Telematika didukung oleh Disperindag Jabar. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain adalah pelatihan bidang ICT dalam rangka membina IKM, dengan maksud untuk mengangkat Industri Nasional. Sejak tahun 2009, Institut Teknologi Telkom dipercaya Kementerian Perindustrian RI untuk mengembangkan Pusat Disain Telekomunikasi (PDT). PDT diresmikan oleh Menteri Perindustrian RI pada tanggal 12 Januari 2010. Pada tanggal 12 Januari 2010 tersebut juga akan dilakukan peletakan batu pertama kawasan Bandung Techno Park di lingkungan Kampus Institut Teknologi Telkom. Kedua lembaga tersebut sebagai cikal bakal dari Teknopark dengan nama Bandung Techno Park yang diresmikan oleh Menteri Perindustrian pada tanggal 19 Januari 2010. Dan pada tahun 2009 Kementerian Ristekdikti (d/h. Kementerian Diknas) mempercayakan pengembangan Inkubator Bisnis di bawah Bandung Techno Park. Seiring dengan perkembangan waktu dan kebutuhan akan peran yang lebih besar lagi dari Bandung Techno Park serta berbagai pertimbangan, maka mulai bulan November 2011 Bandung Techno Park terpisah secara manajemen dari ITTelkom. Dengan demikian diharapkan Bandung Techno Park lebih memberikan peran nyata dan lebih luas kepada masyarakat baik Jawa Barat maupun Nasional.
Tujuan Dibangunnya Bandung Techno Park: (1) Produk inovasi, menghasilkan produk inovasi berkelanjutan yang berbasis teknologi; (2) Melahirkan start-up, melahirkan perusahaanperusahaan startup di bidang teknologi; (3) Komersialisasi hasil
37
riset, mengkomersialisasikan produk-produk hasil riset sehingga berdampak ekonomi. Peran Bandung Techno Park adalah: (1) R & D berkelanjutan, melaksanakan Research & Business Development secara berkelanjutan; (2) Pengembangan start-up, mengembangkan startup-startup di bidang teknologi; (3) Menarik industri ke kawasan, menarik industri/bisnis ke dalam kawasan Technopark.
Sejak dideklarasikan awal 2010, beberapa produk inovasi telah komersial, beberapa start-up telah tumbuh, link kerjasama dengan industri telah terbentuk, dan sinergi Quadruple Helix telah berjalan. Pada 12 Januari 2015 Presiden RI Joko Widodo hadir di Bandung Techno Park dengan didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno, Menristekdikti M. Nasir, serta Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan serta sejumlah rombongan lainya, meninjau kawasan “Silicon Valey�nya Indonesia. Dan pada 23 Januari 2015, Menristekdikti menyebut Bandung Techno Park sebagai role model pembangunan Technopark di Indonesia.
4.
Solo Technopark
Solo Technopark atau yang kemudian dikenal dengan STP adalah sebuah pusat vokasi dan inovasi teknologi di Kota Surakarta, yang dibangun dari sinergi dan hubungan yang kokoh antar dunia pendidikan, bisnis dan pemerintah (Bapeda, 2009). Sebagai sebuah kawasan iptek, STP dibangun untuk memberikan layanan produksi serta pelatihan dan pengembangan teknologi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan daya saing dan kinerja dunia usaha dan dunia industri, meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, dan memperluas lapangain pekerjaan melalui pembangunai ekonomi berkelanjutan.
38
Kehadiran STP tidak serta merta muncul begitu saja, berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan Putera, dk (2010) dari Pusat Penelitian Perkembangan Iptek - LIPI mengungkapkan bahwa proses kemunculan STP bermula dari ide sekelompok masyarakat yang merupakan akademisi di kota Surakarta pada periode 1995-1998, yang melihat besarnya jumlah kebutuhan sektor industri di sekitar wilayah Surakarta akan tenaga kerja terampil di bidang permesinan. Sementara itu, pasar tenaga kerja lokal (dalam wilayah Surakarta) tidak bisa memenuhi kebutuhan industri tersebut, sehingga untuk memenuhi kebutuhan, banyak diperoleh dari tenaga luar wilayah. Tergerak untuk menyediakan sumber daya manusia terdidik dan terlatih, maka sekumpulan pimpinan (kepala sekolah) dari Sekolah Menengah Kejuruan di Surakarta bersepakat untuk menyediakan SDM siap kerja. Pada tahap-tahap awal, sekumpulan kepala sekolah tersebut merintis dengan kerjasama diantara sekolah-sekolah yang ada dengan mengadakan pelatihan di tiap laboratorium yang ada di sekolah. Ide dan semangat untuk menghadirkan tenaga terampil yang siap bekerja di perusahaan ataupun pabrik yang ada di wilayah Surakarta semakin besar dengan adanya dukungan dari pimpinan Akademi Teknik Mesin Industri (ATMI) Solo. Perguruan tinggi tersebut bersedia untuk menyediakan tenaga mentor ataupun staf pengajarnya untuk memberikan pelatihan terkait dengan teknik mesin bagi siswa-siswa ataupun lulusan SMK untuk siap kerja. Di sisi lain, sekelompok pendidik di ATMI mulai menyadari bahwa penguatan jaringan di dalam wilayah Surakarta tidaklah cukup, maka mulailah melakukan kerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB). Kerjasama dengan ITB dibina dalam rangka memberikan standar terhadap keahlian dimiliki oleh tiap peserta pelatihan. Pada akhirnya dilakukan sertifikasi kemampuan
39
dan keterampilan permesinan untuk pertama di Indonesia terhadap para siswa ataupun lulusan SMK di awali dari SMK di Surakarta. Kerjasama tidak hanya dilakukan terhadap institusi di dalam negeri, ATMI kemudian membuka peluang kerjasama dengan pihak-pihak yang ada di luar negeri. Salah satunya dengan institusi di Jerman melalui programa IGI (Indonesia German Institut). Proses ini dilakukan sepanjang kurun waktu 1998-2001.
Keberhasilan membuka peluang kerjasama dengan pihak institusi di Jerman melalui program IGI memberikan perubahan besar dalam pola kerjasama antara ATMI dan SMK yang selama ini telah terbina. Program kerjasama IGI menghendaki adanya pola kerjasama yang terorganisir dengan wadah terlembaga. Proses inilah awal dari masuknya pemerintah daerah di Surakarta berpartisipasi dalam kerjasama. Masuknya IGI sebagi bentuk kerjasama antar Indonesia dengan Jerman yang ditempatkan di beberapa wilayah di Indonesia, dan Surakarta menjadi salah satu wilayah program, maka keterlibatan pemerintah daerah Kota Surakarta menjadi penting sebagai penguasa pemerintahan lokal di wilayah Surakarta.
Proses pelembagaan ini didasarkan pada lolosnya ATMI sebagai salah satu dari 18 (delapan belas) institusi pendidikan di Indonesia yang menerima bantuan IGI (Indonesia German Institut). Tujuan kerjasama ini untuk pembangunan teknologi yang sudah dimiliki dan bekerjasama dengan pemerintah setempat (Kota Surakarta) membuat lembaga pendidikan baru yang dikembangkan sebagai Institut Sister. Pendirian Institut Sister pun didirikan dengan nama Surakarta Competency and Technology Center atau yang lebih dikenal dengan SCTC. Pesatnya perkembangan SCTC sebagai pusat pelatihan mekanik di Surakarta mampu berkontribusi dalam melatih pemuda pengangguran, mengupayakan tempat kerja, serta mewujudkan
40
terbentuknya jaringan kerjasama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan industri yang saling melengkapi. Kesuksesan ini mendapat sambutan dari Walikota Surakarta, Ir. Joko Widodo untuk mengembangkan konsep SCTC menjadi lebih luas cakupan, dan menambah bidang-bidang keterampilan yang diperlukan untuk pemenuhan pengembangan teknologi masa depan yang dinamakan Solo Technopark atau selanjutnya dikenal dengan STP. Konsep inipun digagas sejak tahun 2006. Pengembangan SCTC yang awalnya hanya melakukan diklat untuk mekanik, kini ditambah dengan pelatihan Teknik Pengelasan (welding) yang diperuntukan bagi penyediaan tenaga pengelasan di industri-industri galangan kapal. Perluasan SCTC menjadi STP berdampak dengan pengalihan lokasi, dengan pengembangan menjadi institusi yang tidak hanya sebagai wahana diklat, tetapi juga untuk mengembangkan riset dan teknologi, khususnya teknologi di bidang ilmu-ilmu terapan (applied science).
Maka Solo Technopark diarahkan sebagai pusat pendidikan dan teknologi, pusat riset, pusat pelatihan dan pusat inkubasi produk baru, serta pusat industri dan perdagangan. Solo Technopar:k dirancang untuk menjadi kawasan terpadu menggabungkan dunia industri, perguruan tinggi, riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, pemerintah pusat dan daerah, yang sarat dengan teknologi, di kawasan Pedaringan, Jebres, Solo, Jawa Tengah. Bidang fokus yang diprioritaskan dalam proses inkubasi mencakup: bioenergy, pengolahan rumput laut (karagenan), waste threatment, serta industri kreatif (batik).
41
5.
Ikitas Semarang
Inkubator Kreasi dan Inovasi Telematika Semarang – “IKITAS� adalah inkubator bisnis untuk pembinaan dan pengembangan usaha kreatif bidang TIK yang bertujuan membantu wirausahawan tumbuh berkembang menjadi wirausahawan yang tangguh, mandiri dan mampu bersaing secara GLOBAL di Semarang.
IKITAS didirikan pada akhir tahun 2010. Visinya menjadi lembaga yang handal dan terpercaya dalam melakukan sosialisasi, edukasi dan inkubasi industri kreatif Telematika. Sedangkan misinya, melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang potensi industri kreatif Telematika. Kemudian, memberikan pelatihan dan pendampingan technopreneurship industri kreatif Telematika. Serta mengupayakan akses pasar dan permodalan bagi pelaku industri kreatif Telematika. Sebagai kawah candradimuka Industri Kreatif Digital, lembaga ini menyediakan tempat bagi tenant untuk mengembangkan usaha pada tahap awal untuk mewujudkan ide-ide kreatif menjadi produkproduk inovatif yang memiliki daya saing unggul dan punya nilai jual. Lembaga ini juga menyediakan fasilitas kantor yang bisa digunakan secara bersama. Misalnya ruang konferensi, sistem telepon, faksimile, komputer, internet, dan keamanan. Tidak hanya itu, IKITAS juga memiliki program untuk memberikan dana bergulir internal atau dengan membantu akses usaha kecil pada sumber-sumber pendanaan atau lembaga keuangan. Menjalin kerjasama tenant atau persaingan antar tenant dan jejaring (network) dengan pihak universitas, lembaga riset, usaha swasta, profesional maupun dengan masyarakat international.
42
Untuk program unggulan, lembaga yang bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Tengah ini menggelar seminar dan workshop technoprenuership, training center, start-up boot camp, pameran dan kompetisi produk kreatif digital, focus and discussion group bagi komunitas, riset dan inovasi, serta IKITAS goes to campus atau community.
6.
Balai Diklat Industri Tohpati – Denpasar
Balai Diklat Industri Reg. VI Denpasar secara de jure berdiri 27 tahun yang lalu, tepatnya tanggal 29 Nopember 1984. Hal ini sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 417/M/ SK/11/1984. BDI Reg. VI Denpasar yang pada awal terbentuknya bernama Balai Latihan Industri ini, dibentuk pada saat Menteri Perindustrian dijabat oleh Bapak Hartanto. Pembentukan BDI Reg. VI Denpasar ini dilatar belakangi oleh sangat luasnya cakupan wilayah kerja yang dimiliki oleh BDI Reg. V Surabaya dan BDI Reg. VII Ujung pandang saat itu. Wilayah kerja dua Balai diklat yang berdiri sesuai dengan SK Menteri Perindustrian No. 674/M/SK/11/1981 meliputi seluruh wilayah Indonesia bagian timur dirasa sudah tidak effektif lagi. Selain wilayah kerja yang sangat luas, meningkatnya perkembangan sektor industri dan kebutuhan tenaga kerja yang ahli dan terampil juga berperan serta melatarbelakangi dibentuknya BDI Reg. VI Denpasar ini. Pada awal berdirinya, cakupan wilayah kerja BDI Reg. VI Denpasar meliputi provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Irian Jaya dan Timor-Timur. Pada tahun 2001, dalam upaya peningkatan kualitas aparatur dan sumber daya manusia perindustrian dan perdagangan diterbitkanlah SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 368/MPP/Kep/12/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri dan Perdagangan. Melalui penerbitan SK ini, selain dalam rangka peningkatan kualitas SDM,
43
penyempurnaan organisasi dan tata kerja Balai Latihan Industri juga dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna pelaksanaan pendidikan dan pelatihan industri dan perdagangan.
Sesuai dengan peraturan menteri perindustrian N0 50 tahun 2006, sebagai sebuah Unit pelaksana teknis bidang diklat SDM, Aparatur dan dunia usaha yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Industri, mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, fungsional, teknis dan dunia usaha sektor industri. Secara struktur organisasi Balai Diklat Industri yang terletak di jalan jenggala/ wanasegara Kuta ini tidak ada perubahan dengan struktur organisasi yang ditetapkan dengan SK sebelumnya. Saat ini Balai Diklat Industri regional VI Denpasar memiliki wilayah kerja meliputi provinsi Bali, NTB, NTT, Papua dan Papua Barat.
Tugas BDI regional VI Denpasar adalah melaksanakan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, fungsional, teknis dan dunia usaha sektor industri dengan fungsi yang dapat dijabarkan dalam beberapa point sebagai berikut: (1) Menyusun rencana program pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, fungsional, teknis dan dunia usaha; (2) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kepemimpinan, fungsional, teknis dan dunia usaha; (3) Pelaksanaan pengembangan dan kerjasama diklat; (4) Evaluasi dan pelaporan kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Visi BDI adalah ”Menjadi Lembaga Diklat yang professional dan berbasis kompetensi dan spesialisasi dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri 2020.” Sedangkan misinya adalah: (1) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya manusia industri (pembina industri, tenaga kerja industri – wirausaha
44
industri kecil menengah dan konsultan industri) yang berbasis spesialisasi dan kompetensi; (2) Mengembangkan kerjasama pendidikan dan pelatihan teknis dengan instansi dan lembaga terkait dengan dukungan sumber daya manusia yang profesional; (3) Pelaksanaan uji kompetensi, sertifikasi dan penempatan tenaga kerja industry, penyelenggaraan inkubator bisnis untuk wirasausaha kecil dan menengah, pelakasanaan identifikasi kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan dunia usaha industry, evaluasi dan pelaporan kegiatan pendidikan dan pelatihan industry serta pelaksanaan urusan tata usaha Balai Diklat Industri Denpasar.
7.
Start – Surabaya
Program Start Surabaya secara resmi dibuka oleh Tri Rismaharini, Walikota Surabaya pada hari Selasa, 6 Januari 2015 ini di gedung Spazio lantai 7 yang merupakan lokasi Forward Factory-nya. Pembukaan Start Surabaya ini juga dibarengi dengan peresmian Forward Factory, coworking space terbaru Surabaya yang dikhususkan untuk peserta Start Surabaya. Dengan kondisi jumlah pengusaha kita yang masih di bawah standar, langkah nyata membangun bangsa adalah mendorong lebih banyak anak muda jadi pengusaha dengan misi mulia. Apalagi, akhir tahun depan Masyarakat Ekonomi Asean akan diresmikan, menuntut daya saing tinggi anak muda kita untuk bisa bersaing di level internasional. Kita juga dituntut membentuk ekonomi baru yang berbasis pengetahuan, berlandaskan modal intelektual dan kreativitas manusia, knowledge-based economy.
Potensi tersebut harus didukung dan dikembangkan, dimulai dengan menumbuhkan ekosistem industri yang terdiri dari berbagai pihak yang saling berkolaborasi, terdiri dari enam elemen: pemerintah, media, komunitas, industri, akademisi, serta teknologi.
45
Melihat masalah sebagai peluang, dan menginisiasi solusi dengan teknologi sebagai tindakan. Anak muda adalah generasi yang sanggup mengolah teknologi untuk menciptakan dampak yang bermanfaat bagi orang lain. Generasi muda yang merupakan digital native punya potensi besar untuk jadi pionir ekonomi berbasis pengetahuan di Indonesia ke depannya.
Start Surabaya adalah sebuah program inkubasi dan akselerasi perusahaan rintisan (startup) kreatif berbasis teknologi, yang memiliki misi agar anak muda Surabaya dapat meluncurkan bisnis atau produk berbasis teknologi yang berdampak positif dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat. Program yang diselenggarakan oleh Kibar bersama dengan Pemerintah Kota Surabaya, Spazio, Suara Surabaya FM, dan Enciety adalah inkubator di tingkat kota yang pertama kalinya diadakan di Indonesia. Dengan mengusung kerjasama dan kolaborasi antara berbagai elemen baik komunitas, akademisi, media, pemerintah, maupun swasta, para stakeholder yang terlibat secara bersama-sama ingin memajukan Surabaya menghadapi tantangan ekonomi global di masa mendatang melalui pemberdayaan anak muda yang kreatif dan inovatif.
Start Surabaya merupakan bisa dibilang adalah inkubator instan yang melakukan programnya dalam jangka pendek, sekitar 3 bulan setiap programnya. Selama tiga bulan, para peserta akan digembleng untuk menjalani aktivitas berupa kombinasi workshop, seminar, konsultasi serta pelatihan yang dibantu mentor dan fasilitator berpengalaman dari industri. Mereka akan menjalani serangkaian proyek yang akan membantu mereka menciptakan startup mulai dari ide hingga eksekusi. Mereka juga akan dibekali dengan berbagai pelatihan soft skill yang bisa membantu mengembangkan kemampuan diri dan kepribadian mereka sebagai calon pebisnis kreatif berbasis teknologi. Proses ini akan
46
terus berulang tiga bulan selanjutnya dalam batch kedua, ketiga dan seterusnya. Semoga dengan hadirnya Start Surabaya ini akan banyak hadir startup-startup baru yang bisa menghasilkan produk berkualitas, sehingga berdampak positif dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat.
Dalam setiap program, ada 45 peserta yang terbagi menjadi 15 kelompok akan mulai mematangkan ide sampai mengeksekusi startup masing-masing lewat program mentoring. Di bawah atap Forward Factory, misi Start Surabaya agar anak muda Surabaya meluncurkan bisnis atau produk berbasis teknologi yang berdampak positif dan memberikan nilai tambah pada masyarakat; rasanya bisa segera jadi nyata.
8.
Pondok Pusaka Technopark – Kaur Bengkulu
Pondok Pusaka Technopark adalah inisiatif Pemda Kabupaten Kaur guna mengembangkan potensi sumberdaya lokal dan sumberdaya manusia untuk peningkatan daya saing daerah. Aktivitas utamanya adalah di bidang agroindustri. Diatas lahan seluas 70 ha saat ini baru terisi sekitar 7 ha fasilitas yang berfungsi sebagai sarana pelatihan produksi dan pemasaran; laboratorium penelitian; dan display hasil produk UKM.
Sebagian besar prasarana gedung dan fasilitas didalamnya merupakan kerjasama Pemda dengan Pemerintah Pusat. Kementerian/Lembaga pusat yang bekerjasama diantaranya LIPI, Kementerian Desa (d/h. KPDT), Kementerian KUKM, Kementerian Kesehatan, Kemenpora.
47
9.
Pusat Pelatihan Kewirausahaan (PPK) Sampoerna – Pasuruan
Pusat Pelatihan Kewirausahaan sampoerna (PPK Sampoerna) merupakan pusat pembelajaran dan pelatihan kewirausahaan berbasis pertanian terpadu dan kejuruan tepat guna untuk mendorong pertumbuhan dan pengembangan UMKM di masyarakat. PPK Sampoerna diresmikan tanggal 1 Maret 2007 dan berdiri di atas lahan seluas 27 hektar di Desa Ginting, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Fasilitas PPK Sampoerna dirancang untuk: (1) mendukung kegiatan riset terapan untuk mewujudkan inovasi demi penyediaan alternatif jenis usaha, mendukung kegiatan pelatihan atau diseminasi hasil riset serta mendukung kegiatan inkubasi bisnis guna mendukung munculnya usaha baru; (2) mendukung pelaksanaan aktifitas diseminasi lanjutan di masyarakat, mendukung pemenuhan kebutuhan akan saran percontohan, mendukung kegiatan pendampingan bagi usaha baru serta mendukung pemenuhan kebutuhan akan sarana pembelajaran masyarakat; (3) mendukung aktifitas intermediasi atau pengembangan jaringan usaha dan pasar bagi UMKM, mendukung aktifitas pertemuan antar pemangku kepentingan dalam mengembangkan keberlanjutan manfaat program, serta mendukung aktifitas konsultasi wirausaha bagi masyarakat yang membutuhkan. PPK Sampoerna dilengkapi beberapa fasilitas dan kelengkapan penunjang, antara lain: (a) area pertanian terpadu (pertanian, peternakan, perikanan, pengolahan pangan, dan pengolahan limbah); (b) area konservasi dan pembibitan tanaman; (c) laboratorium tepat guna (tata rias, bengkel, sablon, jahit, batik, kerajinan tangan, dan bordir); (d) laboratorium kultur jaringan; (e) fasilitas penunjang seperti asrama, kantor, musholla, dan lain-lain.
48
Sejak berdiri tahun 2007 PPK Sampoerna telah melatih lebih dari 12.000 orang dari berbagai wilayah di Indonesia, menghasilkan sekitar 3.000 usaha baru yang muncul dan berkembang.
10. Bandung Innovation Park - ITB
Bandung Innovation Park (BIP) merupakan salah satu gagasan membangun sebuah Technopark berbasis perguruan tinggi dalam hal ini ITB.
Untuk disebut sebagai sebuah Technopark yang operasional maka BIP di tahun 2015 ini masih dalam taraf masterplan dan dalam tahap awal pembangunan.
Namun demikian komponen-komponen utamanya sudah ada dan beroperasi di ITB. Komponen yang dimaksud adalah adanya institusi pendidikan tinggi yang mapan dan kuat sebagai sumber inovasi, pusat riset yang menghasilkan produk aplikatif dan inkubator industri dengan tenant yang tangguh. Adapun komponen lain yaitu industri menengah dan besar akan berkembang sejalan dengan pembangunan Teknopark. Fungsi industri menengah dan besar adalah sebagai role model growth dan penampung produk hasil inkubator/start-up. Fokus utama inkubasi industri di BIP adalah di bidang transportasi, energi, serta kesehatan, pangan, dan ilmu hayati.
11. TP kerjasama Pemerintah Daerah dengan LIPI
Dalam rangka pembangunan 100 Technopark di Kabupaten/ Kota dan Science and Technology Park (STP) di setiap provinsi yang telah dicanangkan pemerintah, LIPI diamanatkan untuk membangun satu STP di Cibinong, Kabupaten Bogor-Jawa Barat dan 7 technopark
49
yang tersebar di beberapa daerah, yaitu di wilayah SamosirSumatera Utara, Enrekang-Sulawesi Selatan, Tasikmalaya-Jawa Barat, Banyumulek-NTB, Mataram, Lombok Barat-NTB, Tual-Maluku Tenggara, dan Ternate-Maluku Utara.
Pembangunan TP di wilayah Samosir meliputi kegiatan pembenihan ikan, budi daya dan pembesaran ikan konsumsi, aplikasi hybrid renewable energy untuk perikanan, dan aplikasi mikroorganisme untuk pengolahan limbah perikanan. Pada tahun 2015 ditargetkan produksi benih ikan konsumsi di Balai Benih Ikan (BBI) Kab Samosir bisa meningkat sampai 2.500.000 ekor dari sebelumnya yang hanya mencapai 100.000 ekor. TP di wilayah Enrekang, Tasikmalaya, dan Banyumulek dibangun dengan berbasis pada bioresources, dan telah diawali dengan melakukan berbagai macam pelatihan kepada masyarakat, yang berupa tehnik inseminasi buatan, kultur jaringan, aplikasi teknologi perbanyakan, dan teknologi pascapanen. TP Enrekang dibagi dalam tiga klaster, yaitu Klaster I (Kebun Raya) seluas 20 ha, Klaster II (Kawasan Industri Maiwa/KIWA) seluas 500 ha, dan Klaster III (Cendana): 2 ha. Fokus/produk unggulan pada Klaster I adalah Demplot budi daya tanaman lokal (uwi ungu dan talas), Demplot budi daya tanaman buah (durian, langsat, rambutan), Demplot budi daya jati platinum, Pengembangan Taman Bioresources sebagai pusat diklat, Demplot pupuk organik hayati, Demplot perikanan darat (2016), dan Demplot pengolahan pasca panen (2016). Pada Klaster II adalah Demplot peternakan sapi potong berbasis GBP (Good Breeding Practice), sedangkan pada Klaster III adalah Pengolahan produk susu sapi: dangke, yoghurt dan susu pasteurisasi. TP Tasikmalaya, berlokasi di Desa Pamoyaman, Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Tasikmalaya dengan kegiatan Pembangunan sarana pendukung, Pelatihan pembuatan pakan
50
ternak, Pelatihan pembuatan olahan produk susu. Poduk unggulannya antara lain pakan ternak, olahan susu, lebah madu, sayuran organik, agroforestri (jati, buah2an lokal, jamur pangan, dan Pupuk Organik Hayati. TP Banyumulek, berlokasi di Kawasan Terpadu Banyumulek, Lombok Barat NTB dengan fokus/produk unggulan Peternakan, pertanian terpadu dan Pangan, dengan pemanfaatan Bioresources berkelanjutan; Pengolahan pakan, Pembibitan dan Penggemukan sapi potong, Pengolahan pasca panen, Pengolahan hasil samping peternakan (limbah peternakan), Pertanian organik terintegrasi, dan Kajian sosial ekonomi, marketing dan diseminasi produk TP.
Lombok Marine Technopark berlokasi di Mataram, Lombok Barat dan Jerowaru, berperan sebagai ajang pengenalan, promosi, pembenihan, pembesaran, pengolahan hasil, pelatihan dan pendampingan penerapan budi daya kerang mutiara, abalon, dan teripang pasir. Kegiatan ditujukan untuk mendorong diversifikasi kegiatan budi daya guna memanfaatkan lahan tidak produktif dalam rangka meningkatkan perekonoian masyarakat pesisir. Fokus kegiatan meliputi pembenihan kerang dan teripang, pembesaran kerang mutiara, budi daya sistem polikultur atau IMTA (Integrated Multi Tropic Acuaculture) antara teripang, bandeng dan rumput laut. TP Maluku Tenggara dan Maluku Utara Agro Marine Technopark, akan berperan sebagai ajang promosi, pelatihan dan pendampingan penerapan budi daya sumber daya hayati, terutama sumber daya kelautan. Maluku Tenggara Agro Marine Technopark berlokasi di Tual Maluku Tenggara, merupakan kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh UPT Loka Koservasi Biota Laut Tual. Fokus kegiatan/ produk unggulannya meliputi Budidaya dan pengolahan pasca panen rumput laut dan ketela pohon berbeta karoten, Pasca panen olahan ikan, dan Pengembangan pupuk organik hayati. Sedangkan fokus kegiatan/produk unggulan Maluku Utara Agro Marine Technopark
51
di Ternate, adalah Teknologi budi daya dan pengolahan pascapanen Pisang Bebek, Budi daya pembesaran benih kerang mutiara (Pinctada maxima), dan Pengembangan teknologi pakan ikan air tawar. Untuk pengembangan STP LIPI di Cibinong Science Center, Kabupaten Bogor, salah satu target capaian pada periode tahun 20152019 adalah penciptaan/pengembangan 25 perusahaan berbasis teknologi. Fokus komoditasnya adalah Olahan Pangan, Pertanian (Pupuk Organik Hayati), Lingkungan (Jati platinum, tumbuhan langka prospektif), Peternakan (Straw sperma sapi unggul), Air (Instalasi Pengolahan Air), Obat/Kesehatan (Bahan baku obat penurun hipertensi), Energi (turbin angin dan konverter kit BBM-BBG). Kegiatan yang dilakukan antara lain meliputi penciptaan startup, alih teknologi, dan pendampingan ISO UKM; penciptaan produk utk UKM; Industri; fasilitasi lisensi teknologi; Site plan dan DED Zona intermediasi dan industri.
52
53
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
I.
Potensi Pengembangan Technopark
Sebagaimana telah diuraikan dalam studi pustaka bagaimana pengalaman China dan Korea dalam pembangunan dan pengembangan technopark, maka beberapa elemen utama technopark dapat diuraikan sebagai berikut. Elemen prasyarat yang terdiri atas tempat (space), yang merupakan sarana fisik tentang keberadaan sebuah technopark. Kemudian komponen di dalam technopark sendiri ada 5 yaitu: : (1) pengelola yang profesional; (2) penyediaan jasa training/ workshop; (3) inkubator bisnis untuk mengelola start-up; (4) industri sebagai tenant, baik sebagai pemanfaat R & D maupun sebagai ‘angel investor’; dan (5) sumber inovasi berupa lembaga penelitian dan hasil penelitiannya. Setelah melakukan survey lapangan terhadap 10 embrio technopark yang tersebar di Indonesia, analisis dilakukan dengan melakukan pengelompokkan terhadap beberapa kriteria, terutama adanya komponen-komponen yang diperlukan dalam sebuah technopark. Berikut ini adalah pemetaannya. A
No
Nama
Owner/ Inisiasi
1
PUSPIPTEK – Serpong
Pempus
B
C
Pengelola Training/ SpecialWorkist/ Proshop fessional × Pemerintah Pusat
√
D
E
F
Inkubator bisnis
Industri in-wall
Knowledge Source (innovation)
√
×
√ LIPI, BPPT, BATAN
54
2
Pusinov LIPI – Cibinong
Pempus
√
×
√
×
√ LIPI
3
Bandung Techno Park
PTS/ Yayasan Telkom
√
√
√
√
√ Universitas Telkom
4
Solo Techno Park
Pemkot Solo
√
√
×
√ ESEMKA
× Rencana: UNS dan ATMI
5
IKITAS – Semarang
Komunitas/ Swasta
√
√
×
×
×
6
BDI Tohpati – Denpasar
Pempus
√
√
√ Embrio
×
×
7
START Surabaya
Swasta
√
√
√
×
×
8
Technopark Kaur Bengkulu
Pemkab dan LIPI
×
√
×
×
×
9
PPK Sampoerna
Swasta
√
√
√
×
×
10
Bandung Innovation Park - ITB
PTN
√ (masterplan)
√ (masterplan)
√ (master- √ (master- √ (masterplan) plan) plan)
Pemetaan potensi dari embrio-embrio technopark ini dapat kita bagi menjadi 3 kelompok model: (1) technopark yang dapat dikembangkan menjadi technopark yang lengkap dengan 6 komponen utama; (2) technopark yang bersepesialisasi dalam mengembangkan start-up dengan inkubator sebagai komponen utama; dan (3) technopark yang berfungsi sebagai tempat penerapan hasil research (demoplot) yang dilengkapi dengan pelatihan dan workshop.
55
II.
Model 1: Technopark dengan komponen lengkap
Sebagaimana disebutkan dalam desk study, sebuah technopark dengan komponen yang lengkap dapat berupa sebuah universitas sebagai basis atau lembaga riset yang menjadi basis. Pada kriteria ini embrio technopark yang hampir lengkap dengan semua komponen adalah: (a) Bandung Technopark (BTP) yang dimiliki oleh swasta BUMN yaitu Universitas Telkom, (b) Bandung Innovation Park - ITB (BIP-ITB) yang sebagian komponen lainnya baru dalam tahap awal pembangunan; (3) Puspiptek Serpong yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat melalui Kementerian Ristekdikti; dan (4) Pusinov LIPI – Cibinong yang dikelola Pemerintah Pusat melalui LIPI.
1.
Bandung Technopark – Universitas Telkom
Dua technopark dengan basis universitas, BTP dan BIP-ITB, dapat dikembangkan menjadi sebuah sistem university technopark sebagaimana model TusPark yang dikembangkan di China. BTP sudah mempunyai space (tempat) sebagai prasyarat keberadaan fisik sebuah technopark. Sedangkan untuk komponennya BTP mempunyai 4 komponen utama technopark yang terdiri atas (1) pengelola yang profesional yang sebelumnya merupakan tenaga peneliti dan pengajar di Universitas Telkom, namun telah dilakukan pemisahan sehingga menjadi pengelola yang profesional bagi sebuah technopark; (2) BTP mempunyai jasa training/workshop yang berjalan cukup baik, terutama dalam melayani kebutuhan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (ICT); (3) inkubator bisnis untuk mengelola start-up yang awalnya adalah calon lulusan dan lulusan Universitas Telkom; dan (4) sumber inovasi berupa lembaga penelitian dan hasil penelitiannya yang ditopang dengan baik oleh lembaga penelitian Universitas Telkom. Satu komponen lagi
56
berupa industri besar yang menjadi tenant sehingga dapat bergabung sebagai angel investor atau sebagai pemanfaat dari siklus R & D di technopark masih dalam taraf negosiasi.
BTP sudah mempunyai pola dalam mensinergikan knowledge resource, inkubator start-up, dengan pengelolaan yang profesional dari sebuah model yang dikembangkan oleh Stevens and Burely (1997). Dari 3000 ide kasar mahasiswa tingkat akhir di Universitas Telkom untuk kemudian dikembangkan menjadi tugas akhir yang dapat diaplikasikan sebagai sebuah pengetahuan yang bernilai (baik uang maupun ilmunya). Kemudian 10 persennya atau sekir 300 ide menjadi ide yang dikembangkan untuk dapat menjadi sebuah proyek. Hasilnya ada 125 proyek kecil yang dapat dikembangkan untuk sebuah start-up. Penggemblengan proyek-proyek kecil ini menghasilkan 9 proyek yang dapat ditingkatkan untuk dibangun sebagai sebuah usaha baru berbasis ide. Namun pada akhirnya yang dapat bertahan menjadi usaha baru adalah 1 start-up dari sekitar 3000 ide.
Pola ini merupakan sebuah tantangan bagi BTP yang diharapkan dalam tiap tahun dapat meningkatkan rasio ide dibanding jumlah lulusan terus berkembang dari 3000:1 menjadi 3000:10 dan seterusnya seiring kemajuan BTP. Sejalan dengan strategi Bandung Techno Park (BTP) untuk tahun 2016 yakni untuk (1) penguatan komersialisasi, (2) penguatan sinergi, dan (3) Pengembagan dan penguatan start-up, salah satu capaian riil yang telah dicapai oleh BTP adalah masuknya usaha atau perusahaan berbasis IT di dalam kawasan terpadu BTP. Hingga periode tengah tahun 2015, BTP telah memiliki beberapa perusahaan yang menjalankan usahanya di kawasan terpadu BTP, yakni: PT. Tigariva Solusindo, PT. Tri Energy Humanika, PT. Solusi 247, PT. Abyor International, PT. Elda Sarana Informatika, dan PT. Fusi Global Internasional.
57
Selain perusahaan tersebut di atas, proyeksi pada triwulan IV 2015 beberapa perusahaan lain yang akan membuka usahanya di BTP adalah: PT. Swamedia Informatika, Mir Valve SDN BHD, Agate Studio, dan LG Indonesia (Divisi Riset).
Selain perusahaan tersebut di atas, ada start-up skala kecil dan menengah yang akan menempati lokasi di BTP hasil program inkubator di BTP. Hadirnya industri, baik besar-menengah dan skala IKM di dalam BTP merupakan upaya untuk melengkapi ekosistem inovasi di dalam kawasan. Industri di dalam kawasan akan membantu proses inovasi dalam bentuk kerjasama joint research and product development, contract research and product development, pemagangan, coaching dan mentoring, dan interaksi dalam arti luas antara industri dengan seluruh stakeholder di dalam BTP, termasuk di dalamnya sharing resoures: peralatan dan alat laboratorium.
58
2.
Bandung Innovation Park (BIP-ITB)
Bandung Innovation Park (BIP-ITB) mempunyai mempunya 5 komponen utama technopark, tetapi belum mempunyai tempat yang menjadi prasyarat sebuah technopark. Pada tahun 2015 ini BIP-ITB baru memulai perencanaan untuk pembangunan prasyarat fisik sebuah technopark.
Rencana BIP-ITB untuk membangun technopark akan dikombinasikan dengan komponen-komponen yang sudah ada di ITB sendiri. Komponen-komponen tersebut terdiri atas: (1) pengelola yang profesional yang saat ini tergabung dalam Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPiK); (2) penyediaan jasa training/workshop dilakukan baik untuk memenuhi kebutuhan pemerintah maupun swasta dengan bidang yang cukup luas di ITB; (3) inkubator bisnis untuk mengelola start-up juga sudah berjalan secara mandiri dan juga dijalankan oleh Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan; (4) industri sebagai tenant, BIP-ITB sudah mempunyai komitmen dengan beberapa industri besar yang siap sebagai tenant maupun sebagai angel investor yang sekaligus dibangun di kawasan fisik technopark; dan (5) sumber inovasi yang melimpah berupa lembaga penelitian dan hasil penelitiannya dari berbagai jurusan di ITB.
3.
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong
Technopark berikutnya yang mempunyai komponen cukup lengkap baik prasarat tempat dan 5 komponen utama adalah Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong. Prasyarat tempat merupakan keunggulan Puspiptek mengingat kompleks yang luas di daerah Serpong mempunyai sarana dan prasarana yang cukup representatif sebagai sebuah kawasan
59
technopark. Jika ditilik dari komponen-komponennya, berikut ini uraiannya: (1) ada pengelola berupa unit kerja eselon 2 di bawah Kemenristekdikti dengan seluruh jajaran struktural dan fungsional yang mengelola seluruh kegitan Puspiptek; (2) penyediaan jasa training/workshop dilakukan baik untuk memenuhi kebutuhan pemerintah maupun swasta dengan bidang-bidang yang cukup luas dan didukung oleh lembaga-lembaga penelitian di lingkup koordinasi Kemenristekdikti seperti Batan, Lapan, BBPT, dan LIPI; (3) Ada inkubator bisnis untuk mengelola start-up yang belum optimal; (4) tidak ada industri sebagai tenant, dan belum ada rencana untuk mengundang industri besar yang nantinya dapat menjadi investor pendukung; dan (5) sumber inovasi yang melimpah dengan dukungan yang luas dari Batan, Lapan, BBPT, dan LIPI.
Lemahnya komponen inkubator dan tidak adanya pengembangan untuk industry in wall di Puspiptek karena manajemen merupakan sebuah unit birokrasi yang sangat kaku dan kurang luwes yang dapat mendukung pengembangan technopark. Permasalahan manajemen ini membuat perkembangan technopark yang sudah cukup tua termasuk lambat (didirikan sejak 1976).
4.
Pusat Inovasi (Pusinov) LIPI di Cibinong
Technopark terakhir yang yang mempunyai komponen cukup lengkap adalah Pusat Inovasi (Pusinov) LIPI di Cibinong. (1) ada pengelola berupa unit kerja eselon 2 di bawah LIPI dengan seluruh jajaran struktural dan fungsional yang mengelola seluruh kegitan Puspiptek; (2) penyediaan jasa training/workshop dilakukan baik untuk memenuhi kebutuhan pemerintah maupun swasta dengan bidang-bidang yang cukup luas dan didukung oleh LIPI; (3) Ada inkubator bisnis untuk mengelola start-up yang mulai berkembang pesat; (4) belum ada industri sebagai tenant, dan belum ada rencana untuk mengundang industri besar yang nantinya dapat menjadi
60
investor pendukung; dan (5) sumber inovasi yang melimpah dengan dukungan yang luas LIPI, sayangnya belum semua bidang cakupan di LIPI yang memanfaatkan Pusinov LIPI untuk menjadi inkubator bisnis.
Sementara Pusinov sendiri sudah mengembangkan inkubasi sejak tahun 2005 dengan beberapa skema program pemerintah agar lebih menukik. Program tersebut yang di antaranya adalah Program Inkubator Teknologi LIPI yang dimaksudkan untuk memberikan layanan bagi inventor dan/atau innovator baik dari internal LIPI maupun dari masyarakat dan juga pengusaha baru berbasis inovasi teknologi di Indonesia. Program bertujuan untuk melahirkan pengusaha-pengusaha baru berbasis teknologi terutama generasi muda warga negara Indonesia. Melalui program ini, berbagai kegiatan penguatan kapasitas pengelolaan teknologi dan inovasi dilakukan sehingga menciptakan iklim bagi tumbuh dan berkembangnya pengusaha baru berbasis inovasi teknologi. Beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui program Inkubasi teknologi LIPI adalah:
1. Meningkatkan alih teknologi hasil riset lembaga penelitian untuk meningkatkan daya saing perusahaan baru berbasis inovasi teknologi. 2. Mendorong lahirnya wirausaha-wirausaha muda berbasis teknologi dan Perusahaan Baru Berbasis Teknologi (PBBT/ NTBF). 3. Memperkuat daya saing industri dalam negeri menuju ekonomi berbasis inovasi 4. Menciptakan lapangan pekerjaan baru berbasis inovasi teknologi bagi warga masyarakat berpendidikan tinggi. 5. Meningkatkan kemandirian sumber pendanaan riset dari komersialisasi HKI/hasil riset LIPI
61
III. Model 2: Technopark dengan Inkubator Bisnis sebagai titik berat pengembangan. Pada kriteria ini, technopark sebagai sebuah infrastruktur yang akan melahirkan para wirausahawan baru maka yang perlu dikedepankan adalah beberapa technopark yang cukup kuat dalam penyediaan inkubator bisnis. Pada kelompok ini, dari embrio technopark yang disurvei ada 3 yang masuk kriteria ini yaitu: (1) STAR Surabaya; (2) Tohpati Bali Technopark.
1.
START Surabaya
START Surabaya merupakan sebuah lembaga swasta probono yang benar-benar memfokuskan diri untuk menjadi sebuah inkubator bisnis pada bidang informasi dan teknologi komunikasi (ICT). STAR mempunyai sebuah tempat yang khusus dipergunakan untuk mementori calon pebisnis dengan fasilitas yang minimal dari Pemkot Surabaya berupa sebuah space kantor yang nantinya akan berbayar. Komponen yang ada di START Surabaya hanya inkubator. Sarana workshop dan pelatihan dikhususkan untuk mendukung terlaksananya proses inkubasi.
62
Berdiri di tahun 2015 ini juga, START sudah melakukan mentoring dalam 2 angkatan yang masing-masing angkatan berdurasi 3 bulan. Dalam kedua angkatan tersebut START memulai dari 568 partisipan (periode 1) dan 206 partisipan (periode 2) yang pada tahap akhir menjadi usaha ICT yang berjalan tinggal 3 dan 9 di masing-masing angkatan.
2.
Tohpati Bali Technopark
Tohpati Bali Technopark (TBT) mempunyai tempat (space) yang memadai sebagai sebuah technopark yang khusus bergerak di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Komponen yang dipunyai TBT hanya terdiri atas: (1) unit pengelola yang merupakan unit eselon 3 di Kementerian Perindustrian; (2) berpengalaman sebagai penyelenggara diklat dan workshop yang mempunyai kualitas cukup mumpuni; (3) dan sejak tahun 2013 TBT sedang mengembangkan inkubator bisnis dengan beberapa start-up yang menjadi tenant di TBT. Sementara komponen (4) dan (5) yaitu industry in wall serta sumber inovasi belum ada di TBT. Pengembangan TBT sebagai inkubator start-up mempunyai peluang yang cukup besar mengingat Bali sebagai lokasi technopark menyediakan kesempatan yang luas untuk berbagai bisnis teknologi informasi dan komunikasi. Sementara itu calon start-up yang membidik segmen anak muda Bali juga cukup melimpah.
IV.
Model 3: Technopark dengan Pelatihan dan Workshop sebagai titik berat pengembangan
Dari beberapa embrio technopark yang ada, pola lembaga technopark sebagai tempat pelatihan cukup berkembang. Setidak nya ada 2 yang cukup siap sebagai technopark dengan basis pelatihan, yaitu (1) PPK Sampoerna (2) Solo Technopark (STP); dan (3) IKITAS Semarang.
63
1.
PPK Sampoerna
PPK Sampoerna merupakan unit corporate social responsibility dari grup perusahaan Sampoerna. PPK Sampoerna mempunyai tempat (space) yang cukup ideal sebagai technopark yang bertitik berat pada pelatihan dan workshop. Komponen yang ada di PPK Sampoerna adalah: (1) pengelola technopark yang cukup profesional dari segi kapasitas dan manajemen secara keseluruhan; (2) program pelatihan dan workshop yang terintegrasi dengan pembinaan setelah pelatihan membuat outcome dan impact dari apa yang dilakukan di PPK Samporna sangat positif; (3) Inkubator bisnis PPK Sampoerna diarahkan pada usaha skala kecil dengan terus melakukan pendampingan; (4) Industry in wall di PPK Sampoerna disiasati dengan menyelenggarakan expo agar usaha besar dapat berpartner dengan usaha kecil binaan PPK Sampoerna; dan (5) PPK Sampoerna memanfaatkan lahan yang luas di lokasi technopark sebagai demoplot hasil penelitian dari lembaga riset yang kredibel, diantaranya dari Institut Pertanian Bogor dan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
64
I.
Solo Technopark (STP)
STP sebagai technopark milik Pemerintah Kota Solo mempunyai tempat (space) yang cukup ideal dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang membidik keahlian madya. STP merupakan lembaga dengan bentuk Badan Layanan Umum (BLU) Daerah, sebuah lembaga yang dirasakan cukup fleksibel untuk mengakomodir bagaimana sebuah technopark dikembangkan.
Komponen-komponen STP cukup lengkap. (1) Unit pengelola berupa ‘campuran’ antara pengelolaan pemda yang diwakili sebuah unit kerja eselon 3 dan pengelola swasta; (2) Diklat dan workshop keahlian madya yang cukup intens dilaksanakan dan outputnya seluruhnya selalu terserap pasar; (3) Inkubator bisnis belum berkembang di STP. Perlu pengelolaan yang lebih profesional dalam hal ini. Dimulai dari melakukan rekruitmen calon start-up, melakukan kegiatan mentor dan pelatihan terhadap start-up, hingga membentuk sebuah usaha baru; (4) industry in wall yang bergabung dengan STP cukup banyak dalam rangka menyerap hasil pelatihan. STP cukup baik dalam melakukan kerjasama dengan industri dalam rangka menghubungkan pelatihan yang dilaksanakan di STP dengan kebutuhan pasar tenaga kerja ahli madya; (5) Sumber inovasi di STP perlu lebih dioptimalkan mengingat hanya kerjasama dengan lembaga riset atau perguruan tinggi belum terjalin dengan baik.
65
I.
IKITAS Semarang
IKITAS Semarang sebagai sebuah komunitas pegiat teknologi dan informasi dan komunikasi sebenarnya perlu banyak pembenahan di beberapa area agar dapat dikatagorikan sebagai sebuah technopark. Sebagai prasyarat sebuah technopark, IKITAS hanya mempunyai sebuah space, yang juga sebagai workshop, juga tempat berkumpul komunitas, namun tidak cukup layak untuk sebuah technopark. Kegiatan yang dilakukan terbatas pada pelatihan yang dibiayai dari kegiatan-kegiatan pemerintah daerah di sekitar Semarang. Untuk komponen-komponenya, berikut ini uraiannya: (1) pengelolanya walaupun swasta hanya terdiri dari 1 orang yang mempunyai banyak jabatan dan fungsi, seperti sebagai direktur, ketua komunitas, dan beberapa jabatan lainnya. Sedangkan unit pengelola lainnya tidak terlihat perannya; (2) kegiatan pelatihan cukup banyak dan intens di IKITAS Semarang, namun pelembagaan sebagai sebuah technopark pelatihan harus disusun perencanaannya, mengingat
66
kegiatan pelatihan yang ada baru berdasarkan project base. (3) inkubator bisnis belum dikembangkan di IKITAS. Beberapa start-up lebih banyak berlaku sebagai pegawai IKITAS yang mendapat proyek pekerjaan.
Komponen industry in wall dan juga sumber inovasi tidak ada dan sama sekali belum ada road map dalam memenuhi komponen ini.
V.
Model 4: Technopark dengan Demoplot sebagai titik berat pengembangan.
Technopark dengan titik berat sebagai tempat dalam mensosialisasikan hasil riset terapan merupakan pola ideal yang dapat dikembangkan untuk beberapa technopark yang diinisiasi oleh pemerintah daerah.
Untuk technopark ini setidaknya yang sudah mempunyai tempat adalah technopark milik Pemda Kabupaten Kaur-Provinsi Bengkulu dan Pemda Enrekang. Technopark Pemda Kaur bekerjasama dengan beberapa lembaga litbang di kementerian pusat untuk menjadi demoplot dan baru berjalan pada tahun 2015 ini. Begitu pula Pemda Enrekang yang bekerjasama dengan LIPI untuk mengembangkan technopark sebagai demoplot hasil riset yang kebanyakan di bidang pertanian. Di samping itu ada 7 technopark di tahun 2015 ini yang mulai diinisiasi dengan bekerjasama dengan LIPI di berbagai wilayah, yaitu di Samosir-Sumatera Utara, Enrekang-Sulawesi Selatan, TasikmalayaJawa Barat, Banyumulek-NTB, Mataram, Lombok Barat-NTB, TualMaluku Tenggara, dan Ternate-Maluku Utara.
67
68
69
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
I.
Kesimpulan 1.
2.
Komponen dalam sebuah technopark meliputi elemen prasyarat berupa tersedianya tempat (space), dan 5 komponen di dalam technopark yaitu: : (1) pengelola yang profesional; (2) penyediaan jasa training/workshop; (3) inkubator bisnis untuk mengelola start-up; (4) industri sebagai tenant, baik sebagai pemanfaat R&D maupun sebagai “role model” dan/atau “angel investor” untuk start up; dan (5) sumber inovasi berupa lembaga penelitian dan hasil penelitiannya.
Dalam studi ini, dari survey yang dilakukan maka embrio technopark yang ada dapat dikelompokkan menjadi 4 model, yaitu: (1) technopark ideal dengan komponen lengkap. Technopark yang masuk kelompok ini terdiri atas Bandung Technopark (BTP), Puspiptek Serpong, Bandung Technopolis Park – ITB, dan Pusinov LIPI; (2) technopark dengan inkubator bisnis sebagai titik pengembangan. Technopark yang masuk kelompok ini adalah START Surabaya dan Tohpati Bali Technopark; (3) technopark dengan penekanan pelatihan dan workshop sebagai titik pengembangan. Technopark yang dalam kelompok ini adalah PPK Sampoerna, Solo Technopark, dan IKITAS Semarang; dan (4) technopark dengan penekanan sebagai demoplot dari hasil riset. Technopark dalam kelompok ini adalah technopark milik Pemda KAUR, dan beberapa
70
II.
Rekomendasi 1.
2.
3.
71
Pemda yang mengembangkan technopark untuk sosialisasi hasil riset terapan yang bekerjasama dengan LIPI.
Jika Pemerintah memang ingin mewujudkan technopark dengan komponen lengkap maka dalam kurun waktu 5 tahun (jangka menengah) setidaknya pemerintah harus dapat mewujudkan 10 technopark model 1. Dalam hal ini pemerintah akan dinilai sangat berhasil.
Program pengembangan technopark di Indonesia mempunyai alokasi yang telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk membangun 100 Techno Park di daerah-daerah kabupaten/kota dan 34 science park di provinsi. Alokasi anggaran ditempatkan di Kemenristekdikti, LIPI, BATAN, BPPT, Kementerian Pertanian serta Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kebijakan ini dapat disesuaikan dengan melakukan reassesment dan relokasi untuk digunakan sesuai dengan karakteristik calon technopark sebagaimana disampaikan dalam studi ini..
Pembangunan technopark dapat dibagi kedalam beberapa tahap. Pertama, dilakukan piloting untuk mencari bentuk technopark yang ideal. Kedua, dilakukan replikasi technopark di daerah lain dengan menggunakan percontohan dan metode nurturing dari para stakeholders technopark yang berhasil. Ketiga, Pada tahap berikutnya ditargetkan sejumlah technopark dapat menjadi penghela pertumbuhan industri baru dan pusat tumbuhnya wirausaha-wirausaha baru di bidang sesuai tehnopark tersebut dibangun.
4.
4.
5.
Proses piloting, dapat dilakukan melalui 3 cara: a.
Membangun dan mengembangkan technopark yang sudah ada, seperti: Bandung Techno Park, Solo Techno Park, dan Pusat Inovasi LIPI
b.
Membangun technopark baru dengan kerjasama dengan universitas yang sudah “siap�. Yaitu kerjasama dengan universitas yang memiliki program/jurusan/ mata kuliah kewirausahaan, pengajar, lahan dan bagunan, laboratorium, inkubator, tempat magang. Contoh: Bandung Innovation Park yang dirintis oleh ITB.
c.
Membangun technopark baru dengan kerjasama dengan universitas. Kerjasama dengan universitas yang belum memiliki program/jurusan/mata kuliah dan sarana dan prasarana technopark.
Setelah proses piloting dilakukan tahapan replikasi dalam jumlah yang lebih banyak, misalnya beberapa role model technopark melakukan nurturing masing-masing 2-3 embrio technopark sehingga terbentuk total 10 technopark di tahun kelima. Proses nurturing pembanguan technopark baru dapat dilakukan di universitas-universitas yang sudah “siap� maupun yang belum.
Program Pengembangan technopark harus memperhatikan karakteristik technopark yang terbagi atas 4 model sebagaimana disampaikan di bab 4. Model 2, 3,dan 4 sebenarnya bukanlah sebuah technopark perdefinisi, namun bisa dianggap sebagai sebuah embrio technopark. Untuk itu rekomendasi lebih spesifik adalah sebagai berikut:
72
73
a.
Program Pengembangan Technopark ideal berbasis universitas dan lembaga riset nasional. Program ini dilakukan secara jangka menengah dan panjang. Beberapa embrio yang menuju ekosistem technopark ideal ini seperti Bandung Techno Park, Bandung Technopolis Park ITB, Puspiptek-Serpong, dan Pusinov LIPI harus diberlakukan sebuah program jangka menengah yang matang.
b.
Program pengembangan technopark dengan embrio inkubator bisnis. Program ini dapat didorong melalui replikasi model START Surabaya yang cukup berhasil dengan biaya yang cukup minimal. Selanjutnya adalah menyusun masterplan menuju sebuah technopark dengan komponen yang lebih lengkap.
c.
Program pengembangan technopark dengan embrio pelatihan dan workshop. Program ini dapat mereplikasi model PPK Sampoerna yang dapat memaksimalkan pelaksanaan pelatihan sehingga peserta pelatihan mendapatkan manfaat yang besar. Langkah selanjutnya adalah menyusun rencana jangka menengah dan panjang untuk melengkapi komponen dasar technopark. Dalam kasus PPK Sampoerna, lembaga ini telah memiliki komponen pelatihan, workshop, demoplot, dan inkubator bisnis. Komponen yang perlu dibangun/ dilengkapi adalah adanya litbang yang berkelanjutan dan adanya industri di dalam kawasan.
d.
Program pengembangan technopark dengan embrio demoplot hasil riset di bidang pertanian. Program ini dapat diperluas pada sektor kelautan dan perikanan. Program pengembangan technopark ini dapat bekerjasama dengan LIPI, BATAN, dan BPPT yang
sudah siap dengan berbagai produk riset terapannya. Sebagaimana embrio technopark pada poin b dan c diatas maka dalam kasus ini perlu ditindaklanjuti dengan menyusun rencana pengembangan menuju sebuah technopark dengan komponen lengkap.
74
75
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Mustafa, 2015, IKITAS Semarang, Unpublished Paper, Jakarta
Aritonang, Taruli; Widowati, Sri, 2015, PPK Sampoerna: Kebijakan, Kontribusi, dan CSR, Unpublished paper, Jakarta
Chen, Herbert, 2007, TusPark: “5-Win” Science Park A successful model of commercial University Science Park in Beijing – China, Unpublished Paper, Beijing
Jung, Sang Chul, 2014, The Model of Korean University Enterpreneurship Ecosystem in the Case of Chungnam National University, Unpublished Paper, Seoul Kamto, Yansen, 2015, START Surabaya, Unpublished Paper, Jakarta
Oh, Deog-Seong; and Yeom, Insup, 2013, Daedeok Innopolis in Korea: From Science Park to Innovation Cluster, World Technopolis Association Parry, Malcolm, 2013, Innovation Clusters in the Creative Economy, Preparatory Conference for Daejeon Global Innovation Forum, Daejeon Raharjo, Jangkung, 2015, Bandung Technopark, Unpublished Paper, Jakarta Santosa, Sigit Puji, 2015, Menuju ecosystem startups dalam lingkungan teknopark yang berkelanjutan, Unpublished Paper, Jakarta
76
Seo, Junseok, 2013, Creating Start-ups through Technology Transfer in Science Technology Park: A Case Study of Daedeok Innopolis, World Technopolis Association
Soenarso, Wisnu S; Nugraha, Dadan; Listyaningrum, Eryda, 2013, Development of Science and Technology Park (STP) in Indonesia to Support Innovation-Based Regional Economy: Concept and Early Stage Development, World Technopolis Association Suardi, Edi, 2015, Pondok Pusaka Technopark, Kabupaten Kaur, Bengkulu Sumadi, Laurentius, 2015, Solo Technopark, Unpublished Paper, Jakarta
Taufiqurrahman, Nurul, 2015, Pusat Inovasi LIPI, Unpublished Paper, Jakarta
Wijayanto, Rudi P, 2015, Pengembangan Teknopreneur dan Inkubasi Teknologi di Balai Inkubator Teknologi, Unpublished Paper, Jakarta
77
TIM ANALISA KEBIJAKAN
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Jalan Taman Suropati No.2 Jakarta 10310 Telp. 021 3193 6207 Fax 021 3145 374 http://bappenas.go.id