WikiLeaks tidak Langgar Hukum Meski WikiLeaks tidak melanggar hukum di Australia, Gillard menuding WikiLeaks telah melakukan tindakan ilegal. Internasional, Hlm 8
Layanan Berlangganan & Customer Service SMS: 08121128899 T: (021) 5821303 No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: cs@mediaindonesia.com
Rp2.900/eks (di luar P. Jawa Rp3.100/eks) Rp67.000/bulan (di luar P.Jawa + ongkos kirim)
AP/GEERT VANDEN WIJNGAERT
MEDIAINDONESIA .COM
J U J U R B E R S UA R A
SABTU, 18 DESEMBER 2010 | NO.10887 | TAHUN XLI | 24 HALAMAN
Euforia makin Menggila
EDITORIAL
Jangan Banggakan Naturalisasi
Kiprah timnas Indonesia juga membetot perhatian pemain Manchester United Rio Ferdinand dan pemain Liverpool Ryan Babel. Irvan Sihombing
D
I tengah hiruk pikuk politik dan berbagai kusut masai masalah bangsa yang belum terurai, sepak bola nasional tiba-tiba menjadi oasis. Hadirnya dua pemain naturalisasi ke tim nasional (timnas) PSSI, yakni Cristian Gerard Alvaro Gonzales dan Irfan Bachdim, serta permainan impresif pasukan ‘Garuda’ di ajang AFF Suzuki Cup 2010, mampu menghadirkan euforia publik yang kian menggila. Setelah kemenangan besar atas Malaysia (5-1) dan melumat Laos 6-0, jumlah penonton yang berduyun-duyun ke Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, terus bertambah. Saat laga melawan Malaysia, jumlah tiket yang terjual baru 28 ribu lembar. Pada laga melawan Laos, tiket yang terjual menjadi 29 ri bu lembar. Namun, begitu laga ketiga penyisihan Grup A kontra Thailand, sekitar 60 ribu orang datang ke Senayan atau naik lebih dari dua kali lipat (lihat grafik). Dalam pertandingan itu timnas Indonesia menang 2-1 atas Thailand. Maka, panitia pun menaikkan jumlah dan harga tiket laga semifinal melawan Filipina di Gelora Bung Karno. Kendati harga tiket dinaikkan hampir dua kali lipat, penonton tetap bertandang menyaksikan langsung aksi tim ‘Merah Putih’. Sebanyak 70 ribu tiket ludes terjual. Begitu juga tambahan tiket 4.000 lembar, tidak satu pun tersisa pada pertandingan leg pertama (16/12). Kemarin, antrean calon penonton yang berburu tiket ke
MI/RAMDANI
ANTRE BELI TIKET: Warga antre di tengah hujan untuk membeli tiket pertandingan semifinal AFF Suzuki Cup 2010 antara Indonesia dan Filipina pada Minggu (19/12) di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, kemarin.
Senayan untuk semifinal leg kedua yang bakal digelar besok terus terjadi. Mereka rela mengantre sejak pukul 08.00 WIB kendati loket di pintu X sektor 19 dan 20 Gelora Bung Karno baru dibuka 4 jam kemudian. “Enggak apa-apa walau harus nunggu berjam-jam. Habis, saya pusing lihat masalah bangsa yang enggak habis-habis. Mending nonton Irfan Bachdim dan kawan-kawan,” tutur
Lessi, 23, warga Bekasi, Jawa Barat, di sela-sela antrean yang mengular 500 meter itu. “Saya sudah antre 5 jam, tapi belum dapat tiket juga,” keluh Tini, yang mengaku pengagum Christian Gonzales itu. Demam timnas Indonesia juga merambah dunia maya. Nama-nama pemain seperti Irfan Bachdim, Gonzales, Firman Utina, Arif Suyono, hingga punggawa lawas Bambang Pa-
mungkas menjadi trending topic di jejaring mikroblog Twitter. Bahkan, kiprah Indonesia mendapat perhatian bintang Manchester United Rio Ferdinand dan belakangan membetot perhatian Ryan Babel dari Liverpool. “Good Luck to Indonesia and Good luck to @IrfanBachdim10!!!” tulis Ryan seusai timnas menekuk Filipina 1-0. Di mata pengamat sepak bola Ronny Pangemanan, hasil yang
DPD Dukung Sikap DPRD Yogya MESKI RUU Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi domain DPR sejak pemerintah menyerahkan ke DPR pada Kamis (16/12), De wan Perwakilan Daerah (DPD) juga mempunyai kontribusi terhadap RUU itu. Karena itulah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DIY kemarin menyerahkan hasil keputusan rapat paripurna mereka kepada DPD. Sikap politik yang tertuang dalam Surat Keputusan DPRD DIY No.54/K/DP RD/2010 diserahkan Ketua DPRD DIY Yoeke Indra Agung Laksana kepada Ketua DPD Irman Gusman
dalam Rapat Paripurna DPD. DPRD DIY dalam rapat paripurna Senin (13/12) memutuskan mempertahankan DIY sebagai daerah istimewa dalam bingkai NKRI. Juga, mengusulkan pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DIY melalui mekanisme penetapan Sri Sultan Hamengku Buwono dan Sri Pa duka Paku Alam sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DIY serta mendesak peme rin tah dan DPR segera me nye lesai kan pembahasan RUU Keistimewaan DIY berdasarkan aspek historis, filosofis, yuridis, dan sosiopolitis DIY. “Harapan kami, sikap politik
MI/M IRFAN
SAMPAIKAN ASPIRASI: Ketua DPRD DIY Yoeke Indra (kiri), kemarin, menyerahkan keputusan Rapat Paripurna DPRD DIY kepada Ketua DPD Irman Gusman yang didampingi Wakil Ketua Laode Ida dan GKR Hemas, ini bisa dijadikan dasar pembahasan RUU,” kata Yoeke. Anggota DPD mendukung
sikap DPRD DIY. Mereka menilai DPRD DIY telah menempuh jalur yang tepat, yakni
diraih Timnas kali ini baru sebatas tanda kemajuan. “Belum bisa disebut sebagai kebangkitan.” Komentar senada dilontarkan mantan pemain nasional Ricky Yakobi. “Saya lebih suka menyebut penampilan timnas sudah menggembirakan. Piala AFF belum termasuk event besar. Takutnya, ketika tampil di kompetisi yang lebih besar, timnas justru tidak berdaya.” Kehadiran pemain naturalisasi di timnas memang membawa angin segar bagi perkembangan sepak bola Indonesia. Tapi, tukas Ricky, jangan terlalu bergantung kepada pemain naturalisasi. “Kunci kebangkitan sepak bola adalah keberhasilan pada pembinaan pemain muda.” (Rin/*/X-7) irvan@mediaindonesia.com Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui
mediaindonesia.com atau e-mail: interupsi@mediaindonesia.com
membawa keputusan tersebut ke DPD, institusi yang bersama DPR dan pemerintah akan membahas RUU DIY. Pada kesempatan terpisah, Men dagri Ga ma wan Fauzi menyatakan setelah RUU DIY berada di DPR, tergantung DPR apakah akan membicarakannya dengan masyarakat Yogyakarta ataupun dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Dalam RUU DIY versi pemerintah itu, Sri Sultan Hamengku Buwono dan Paku Alam tidak otomatis menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DIY. Namun, keduanya dapat mengikuti pencalonan dengan sejumlah keistimewaan. Jika tidak menjadi Gubernur dan Wagub DIY, keduanya menjadi gubernur utama dan wakil gubernur utama. (Ide/Rin/X-4) Berita terkait hlm 2
UPAYA PSSI membesut tim nasional dengan program naturalisasi pemain asing guna memperkuat tim ‘Merah Putih’ mulai menunjukkan hasil. Dalam ajang Piala Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) 2010 yang masih berlangsung, hingga babak semifinal Indonesia menjadi tim paling menonjol. Dengan determinasi dan produktivitas gol yang berhasil dicapai saat menghadapi Malaysia dan Laos di babak penyisihan, tim ‘Merah Putih’ menunjukkan permainan yang selama ini tidak pernah berhasil ditampilkan. Setelah menundukkan Thailand, di babak semifinal pertama skuat ‘Merah Putih’ pun berhasil mengalahkan ‘tuan rumah’ Filipina sekalipun hanya dengan skor 1-0. Dengan semua kemenangan itu, tim nasional pun mulai meraih simpati penonton sekaligus menumbuhkan bibit kebanggaan atas tim nasional yang sudah lama pupus dan belum pernah berhasil dibangkitkan kembali. Ada dua kunci kemajuan. Pertama, peranan pelatih asal Austria, Alfred Riedl. Jalan pintas Ia tidak hanya keras mene- naturalisasi akan gakkan disiplin, tetapi juga mampu meramu permainan menghambat menyerang yang atraktif. kemampuan Kedua, kontribusi pemain bangsa untuk naturalisasi Cristian Gonzales, yang kemudian juga mengembangkan menjadi pijakan bagi Badan potensi sendiri. Suatu Tim Nasional (BTN) PSSI untuk melangkah lebih jauh hari, karena frustrasi lagi menerapkan konsep dengan kemampuan naturalisasi. Kewarganegaraan dua pemimpin nasional, pemain keturunan asal Be- jangan-jangan landa segera diproses untuk masuk tim nasional. Lima kita pun latah me pemain asing lainnya pun naturalisasi pemimpin sudah masuk daftar berikutnya demi memperkuat asing.’’ tim nasional menghadapi ajang SEA Games dan Pra-Piala Dunia 2011. Harus diakui, program naturalisasi pemain, sampai tingkat tertentu, telah menciptakan perbedaan dalam persepakbolaan nasional kita. Pertanyaannya, bukankah itu jalan pintas yang kelak justru menghancurkan kapabilitas anak bangsa? Sebaiknya kita belajar dari Singapura. Inilah negara ASEAN pertama yang menerapkan konsep naturalisasi pemain pada 2002 dengan hasil yang membanggakan. Tapi sekarang, di Piala Suzuki AFF 2010 ini, Singapura remuk. Setiap negara tentu memiliki alasan untuk menjalankan program pewarganegaraan itu. Singapura yang berpenduduk 5 juta jiwa masuk akal menggunakan naturalisasi sebagai jalan keluar. Dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa, tepatkah kita menerapkan konsep itu? Harus dicermati pula jangan sampai naturalisasi menjadi andalan untuk membenahi olahraga atau bidang-bidang lain yang karut-marut di negeri ini. Sekalipun naturalisasi merupakan metode yang sah, ia hanya efektif jangka pendek. Itulah sebabnya Malaysia tegas menolak naturalisasi dan memilih menempuh jalan panjang yang lebih membanggakan, yaitu membina atlet muda. Alih-alih mengatasi persoalan substansial, naturalisasi yang merupakan jalan pintas itu akan menghambat kemampuan bangsa untuk mengembangkan potensi sendiri. Suatu hari, karena frustrasi dengan kemampuan pemimpin nasional, jangan-jangan kita pun latah menggunakan naturalisasi pemimpin asing. Anda ingin menanggapi ”Editorial” ini, silakan kunjungi: mediaindonesia.com