TIGA GOL GUERRERO BAWA PERU FINIS KETIGA Venezuela tetap mencetak sejarah dengan finis di posisi keempat untuk pertama kalinya di Copa America.
BENGKAK PNS ANGGARAN TEKOR Komposisi pegawai negeri sipil kini telah cukup memberatkan pemerintah. Fokus Polkam, Hlm 28-29
Olahraga, Hlm 24 AP/ROBERTO CANDIA
Pemasangan Iklan & Customer Service: 021 5821303 No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: cs@mediaindonesia.com Rp2.900/eks (di luar P. Jawa Rp3.100/eks) Rp67.000/bulan (di luar P.Jawa + ongkos kirim)
MI/ROMMY PUJIANTO
S E N I N , 2 5 J U L I 2 011 | N O .110 9 5 | TA H U N X L I I | 3 2 H A L A M A N
EDITORIAL
Nila Sebelanga PARTAI Demokrat, partai yang berkuasa dan tengah didera huru-hara oleh kader mereka, Muhammad Nazaruddin, kemarin mengakhiri rapat koordinasi nasional (rakornas) yang berlangsung di Sentul, Bogor. Perhelatan politik selama dua hari itu usai tanpa terjadi pembersihan terhadap kader partai yang bermasalah. Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mempersilakan kader yang tidak patuh pada etika berpolitik untuk keluar dari keanggotaan Partai Demokrat. Itu berarti partai memang tidak proaktif melakukan pembersihan, tetapi menyerahkan kepada yang merasa dirinya bermasalah untuk tahu diri. Karena itu, ada yang bermasalah menyebut dirinya tidak merasa disindir pidato Yudhoyono. Sebenarnya tandatanda tak akan ada bersih-bersih tampak pada pesan yang bergelantungan di banyak spanduk menyambut rakornas. Ada di antaranya yang mengutip pepatah karena nila setitik, rusak susu sebelanga. Pesan itu jelas bermakna bahwa yang menimpa Partai Demokrat merupakan perkara kecil. Hanya setitik Silakan tanggapi nila. Karena itu, mereEditorial ini melalui: ka tidak perlu bersihmediaindonesia.com bersih. Padahal, kicauan Nazaruddin berisi tuduhan berat, sangat berat, baik dari sudut kelembagaan maupun dari segi magnitude. Dari segi kelembagaan, uang korupsi proyek yang dibiayai APBN dituduh mengalir ke pimpinan dan elite partai yang duduk di Badan Anggaran DPR. Ketua Umum Anas Urbaningrum bahkan disebut sebagai otak penggarongan. Dari sudut magnitude, Nazaruddin menyebut uang US$5 juta dan Rp35 miliar yang diangkut dengan mobil boks dipakai untuk memenangkan Anas menjadi ketua umum dalam kongres di Bandung, tahun lalu. Selain itu, bahkan ada konspirasi untuk menjadikan Chandra Hamzah sebagai Ketua KPK dengan menggunakan uang yang disaksikan Ketua Komisi III DPR Benny K Harman. Apakah semua itu nila setitik? Korupsi yang dikicaukan Nazaruddin merupakan megakorupsi. Itu semua perkara besar, sangat besar, menyangkut nila sebelanga yang merusak Republik. Jika perkara besar dianggap kecil, jika nila sebelanga dianggap setitik, jangan harap ada perubahan yang membuat bangsa dan negara ini menjadi lebih baik.
Jika perkara besar dianggap kecil, jika nila sebelanga dianggap setitik, jangan harap ada perubahan yang membuat bangsa dan negara ini menjadi lebih baik.”
MI/M IRFAN
TUTUP RAKORNAS: Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menutup Rapat Koordinasi Nasional di Sentul International Convention Center, Bogor, Jawa Barat, kemarin.
Rakornas Antiklimaks SBY malah tidak menghadiri penutupan rakornas yang terkesan sebagai forum ceramah itu. ARYO BHAWONO
R
APAT Koordinasi Nasional (Rakornas) Partai Demokrat selama dua hari yang menelan biaya Rp5 miliar ternyata tidak menjadi ajang bersih-bersih. Padahal, jauh-jauh hari sebelumnya, para elite partai berkoarkoar menjadikan rakornas sebagai ajang pembersihan. Apalagi, Ketua Dewan Pembina Susilo Bambang Yudhoyono saat membuka rakornas pada Sabtu (23/7) meminta para kader yang tak menjalankan etika berpolitik yang bersih, cerdas, dan santun agar mengundurkan diri. Rakornas menghasilkan 10
Komitmen Sentul (lihat grafik) yang dibacakan Wakil Ketua Umum Jhony Allen Marbun. Jhony Allen pernah disebut mantan anggota DPR dari Fraksi Partai Amanat Nasional, Abdul Hadi Djamal, terlibat dalam kasus korupsi pembangunan dermaga di kawasan Indonesia timur. Djamal sudah lebih dulu dihukum dalam kasus itu. Serangan masif yang dilancarkan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin terhadap Anas Urbaningrum, ketua umum, juga tidak dibahas. Saat menutup rakornas, Anas hanya berkata, “Burung yang terlalu banyak berkicau tidak berkesempatan membikin sarang.” Serangan Nazar tidak mainmain. Anas dituding menerima aliran duit ilegal yang bersumber dari proyek-proyek yang didanai APBN untuk memenangi kongres. Dari proyek Wisma Atlet di Palembang, Anas kebagian Rp7 miliar. Anas juga menerima Rp100 miliar dari proyek Kemenpora di Hambalang, Bogor.
MI / M IRFAN
PELAT MERAH: Mobil milik negara berseliweran di lokasi rakornas.
Peserta dibungkamkan Peserta rakornas pun tidak diberi kesempatan untuk bicara. “Sejauh ini kita (peserta) hanya menerima. Tidak boleh berbicara. Padahal, banyak yang ingin kita sampaikan. Ini kan sama seperti rapat pembekalan, bukan rakornas,” kata Sekretaris DPD Partai Demokrat Jawa Tengah Dani Sriyanto. Dani-lah yang menuntut Anas harus dinonaktifkan. Menurut Dani, ada upaya membungkam arus bawah sehingga rakornas tidak membahas kicauan Nazar dan masalah surat palsu Mahkamah Konstitusi yang diduga melibatkan Andi Nurpati, petinggi Demokrat. Sebagian dari 5.300 peserta rakornas kemarin le bih memilih jalan-jalan di sekitar arena rakornas. Tidak sedikit juga yang berbelanja berbagai suvenir partai daripada mengikuti pembekalan. Mobil-mobil berpelat merah berseliweran di lokasi rakornas, Sentul International Convention Center. Yudhoyono pun langsung kembali menuju kediamannya di Puri Cikeas, Bogor, seusai memberi pembekalan. Ia batal menutup rakornas yang dimajukan pukul 17.00 WIB dari jadwal semula pukul 19.00.
Wakil Ketua Dewan Pembina Marzuki Alie juga tidak tampak saat penutupan, sedangkan Sekretaris Dewan Pembina Andi Mallarangeng datang terlambat ke lokasi penutupan. Marzuki dan Andi ialah pesaing Anas dalam perebutan kursi ketua umum pada kongres di Bandung pada 2010. (*/X-3) bhawono@mediaindonesia.com
Nazaruddin Diragukan Bersembunyi di Argentina KLAIM anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Ahmad Mubarok yang mengaku, berdasarkan informasi dari Polri bahwa Muhammad Nazaruddin ngumpet di Argentina, diragukan pakar teknologi informasi. “Setahu saya bandwidth (jaring an) internet di Amerika Latin tidak begitu cepat. Kalau benar itu di sana, hebat sekali
karena tidak lag (patah-patah) tayangannya, tapi justru halus. Terlebih di Amerika Latin saat ini musim dingin,” kata Abimanyu Wachjoewidajat saat dihubungi kemarin. Sebelumnya, buron itu muncul di Metro TV dalam wawancara dengan penggiat jurnalis warga Iwan Piliang melalui Skype, Jumat (22/7).
Namun, Abimanyu tidak bisa memastikan posisi Nazaruddin saat wawancara berlangsung. Pada bagian lain, ia juga mera gukan cahaya di belakang Nazaruddin dari sinar matahari untuk menunjukkan wawancara berlangsung siang hari. “Itu bukan sinar matahari karena biasnya pendek, sedangkan matahari jauh.”
Abimanyu juga meragukan wawancara dilakukan via Skype. “Tidak ada screenshot (tampilan), jadi tidak ada bukti kuat bahwa yang digunakan itu Skype.” Menurut pakar IT lainnya, Ru by Alamsyah, seharusnya Polri mudah melacak tersangka. “Semua yang berhubungan dengan teknologi pasti bisa dilacak, apalagi Nazaruddin sudah meng-
gunakan empat model komunikasi, yakni Blackberry messenger, telepon, e-mail, dan terakhir videocall,” tuturnya. (Fid/X-6) Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui e-mail: interupsi @mediaindonesia.com atau mediaindonesia.com