MESSI FAVORIT, RONALDO LEBIH BERHAK
Pemasangan Iklan & Customer Service: 021 5821303 No Bebas Pulsa: 08001990990 e-mail: cs@mediaindonesia.com
Tanpa mengecilkan peran Xavi Hernandez, banyak pihak memprediksi gelar Ballon d’Or tinggal milik Messi dan Ronaldo.
Rp2.900/eks (di luar P. Jawa Rp3.100/eks)
Fokus Olahraga, Hlm 22-23
Rp67.000/bulan (di luar P.Jawa + ongkos kirim)
REUTERS/ALBERT GEA
S A B T U , 31 D E S E M B E R 2 011 | N O .112 4 7 | TA H U N X L I I | 2 8 H A L A M A N
Toleransi Sumber Kekuatan Bangsa
EDITORIAL
Toleransi kian Mahal DALAM hitungan jam ke depan, tahun segera berganti. Kita tinggalkan tahun 2011 dengan rasa waswas. Kita songsong 2012 dengan menyisakan ruang kecemasan yang masih tetap lebar. Cemas dan waswas karena hari-hari ini wajah Republik didominasi pentas kekerasan dan intoleran akut yang dipertontonkan oleh anak bangsa, khususnya oleh negara. Sepanjang 2011, misalnya, terjadi peningkatan pelanggaran terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan. Pelanggaran paling tinggi berwujud pelarangan dan pembatasan aktivitas keagamaan atau kegiatan ibadah kelompok tertentu. Penelitian The Wahid Institute menunjukkan, sepanjang 2011 terjadi 92 kasus pelanggaran kebebasan beragama dan berkeyakinan. Jumlah itu berarti meningkat 18% jika dibandingkan dengan peristiwa serupa pada tahun sebelumnya yang 62 kasus. Celakanya, institusi negara tercatat menjadi pelaku pelanggaran kebebasan beragama yang paling banyak, yakni 32 kali, disusul bupati, wali kota, atau pejabat pemerintah daerah sebanyak 28 kali. Tindakan intoleran Silakan tanggapi beragama dan berkeyaEditorial ini melalui: kinan juga meningkat mediaindonesia.com menjadi 184 kasus atau meningkat 16% ketimbang tahun lalu yang 134 kasus. Tindakan intoleran yang paling banyak dilakukan adalah intimidasi dan ancaman kekerasan atas nama agama. Peristiwa paling anyar terjadi di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, Kamis (29/12). Kejadian itu menimpa kelompok Syiah pimpinan Ustaz Tajul Muluk di Nangkrengan, Sampang. Massa yang geram menuding Ustaz Tajul Muluk dan pengikutnya sesat. Atas nama kebenaran sepihak, mereka membakar rumah dan kompleks pesantren beranggotakan 170 jiwa itu. Peristiwa itu kian membuat menganga luka akibat cabikan laku intoleran di wilayah lain, seperti yang menimpa jemaat GKI Yasmin, Bogor, Jawa Barat, yang hingga kini belum mendapatkan solusi. Juga, kian menambah cemas mereka yang dikategorikan ‘sesat’ seperti yang menimpa pengikut Ahmadiyah. Maka, tidak mengherankan kalau masyarakat kita bukan saja tidak merasakan hadirnya negara, tapi lebih dari itu mereka kian melihat negara yang alpa akan tugas-tugasnya. Rakyat tetap menjadi yatim piatu kendati tahun lama sudah berlalu. Karena itu, wajar belaka jika kita menatap tahun 2012 dengan separuh harap dan separuh rasa waswas.
Wajar belaka jika kita menatap tahun 2012 dengan separuh harap dan separuh rasa waswas.’’
TIDAK TERBIT SEHUBUNGAN dengan Tahun Baru 2012 yang merupakan hari libur nasional, Media Indonesia tidak terbit pada Minggu, 1 Januari 2012. Media Indonesia kembali terbit pada Senin, 2 Januari 2012. Pembaca dan relasi harap maklum. Pembaca bisa mengikuti perkembangan berita dengan mengakses Mediaindonesia.com. PENERBIT
PAUSE
Ponsel Pintar dan Emosi JANGANLAH terlalu akrab dengan ponsel pintar Anda. Hasil penelitian psikolog Universitas Lancaster, Inggris, Cary Cooper menunjukkan orang yang menghabiskan waktu dengan ponsel pintar dapat terganggu emosinya, bahkan mematikan indra. Berdasarkan pengamatan profesor yang pakar di bidang SENO psikologi organisasi dan kesehatan itu, pengguna yang terlalu terpaku dengan ponsel pintar akan menjadi pribadi pasif yang jauh dari orang-orang di sekitarnya. Menurut Cooper, kecanduan ponsel pintar bersifat psikoaktif, yakni memicu perasaan senang dan memberi kepuasan. Penelitian dengan hasil serupa dilakukan firma Bayer di Swedia. Berdasarkan penelitian itu, 28% perempuan mengaku ponsel pintar mereka telah merusak kehidupan seksual karena terlalu obsesif memeriksa kotak surat elektronik dan perkembangan jejaring sosial. (The Sun/DK/X-7)
ANTARA/SAIFUL BAHRI
MEMPRIHATINKAN: Kondisi dua balita memprihatinkan di tempat pengungsian yang mengambil tempat lapangan tenis indoor, Sampang, Madura, Jawa Timur, kemarin. Para pengikut aliran Syiah itu dievakuasi setelah pondok pesantren mereka dibakar massa pada Kamis (29/12). Polisi telah memeriksa 15 orang yang diduga mengetahui kasus pembakaran itu, tetapi belum menetapkan satu pun tersangka.
Selamat Tinggal Tahun Korupsi Kekacauan politik hari ini sebenarnya disebabkan satu iblis yang namanya uang. FARDIANSAH NOOR
P
ERANG melawan korupsi selama 2011 hanya topeng pembungkus wajah bopeng sehingga predikat negara terkorup tidak beringsut. Bertambah celaka, perampok uang negara itu ialah para pemegang jabatan di eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Itulah sebabnya Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia (TII) Teten Masduki di Jakarta, kemarin, mendesak agar pada 2012 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ha rus berani menyingkirkan pa ra petinggi di kejaksaan, kepolisian, dan birokrasi yang selama ini nyata menghambat pemberantasan korupsi. Pedang yang dihunus untuk membunuh korupsi pada 2011 merupakan pedang-pedangan. Akibatnya, korupsi kian merajalela sehingga peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW)
Fahmi Bado menyebut 2011 sebagai tahun korupsi. “Tren korupsi terus meningkat.” Korupsi sepanjang 2011 melibatkan politisi muda dari partai berkuasa hingga pegawai negeri yang juga berusia muda. Ironisnya, tidak sedikit koruptor bebas di pengadilan. Berdasarkan data ICW, sepanjang 2011, sedikitnya 45 terdakwa korupsi divonis bebas di pengadilan negeri. Lebih mencengangkan lagi, sebanyak 40 perkara kasus korupsi diputus bebas di tingkat kasasi. “Persentasenya 10,31% dari 956 perkara yang masuk ke MA sepanjang 2011,” tukas Ketua MA Harifin A Tumpa, kemarin. Kemerosotan nilai Peningkatan tren korupsi pada 2011, menurut ICW, mencerminkan kegagalan Indonesia membenahi partai politik yang mempunyai kaki tangan di eksekutif dan legislatif.
MI/SUSANTO
Teten Masduki Sekjen TII Menurut Direktur Reform Institute Yudi Latief, demokrasi di Indonesia saat ini memberikan terlalu banyak ruang terjadinya pengerahan modal secara besarbesaran. “Kekacauan politik hari ini sebenarnya disebabkan satu iblis yang namanya uang. Uang merusak seluruh tatanan demokrasi. Desain institusi demokrasi kita memaksa kita menjadi kriminal,” ujar Yudi, Kamis (29/12). Korupsi yang semakin bertambah, kata guru besar etika Franz Magnis-Suseno, mengancam moralitas bangsa. “Ini menyebabkan kemerosotan kadar kebangsaan dan ke-
merosotan nilai-nilai budaya,” tegasnya. Pemerintah tentu saja tidak berdiam diri. Pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 17 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012. Inpres yang diteken pada 19 Desember itu merupakan kelanjutan Inpres Nomor 9 Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011. “Isi inpres bukan basa-basi,” kata Wakil Presiden Boediono, kemarin. Itu artinya korupsi masih menjadi persoalan serius pada tahun depan meski kini diucapkan selamat tinggal tahun korupsi. (*/X-3) fardiansah@mediaindonesia.com
Kirimkan tanggapan Anda atas berita ini melalui e-mail: interupsi@mediaindonesia.com atau mediaindonesia.com Facebook: Harian Umum Media Indonesia Twitter: @MIdotcom
PARA tokoh lintas agama menyampaikan keprihatinan ke hidupan berbangsa dan bernegara dalam refleksi akhir tahun 2011 di Jakarta, kemarin. Pesan moral itu dibacakan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj. Hadir pada acara itu Ketua Persekutuan Gereja In donesia (PGI) Andreas A Ye wangoe, Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) Mgr Situmorang dan Sekretaris KWI Romo Benny Susetyo, Ketua Parisada Dharma Indonesia Nyoman Suwisma, Ketua Majelis Budhayana Indonesia Khrisnanda, dan Sekretaris Matakin Kristian. Said Aqil mengatakan keimanan merupakan modal mewujudkan toleransi an tarumat beragama dan kekuatan untuk melangkah ke masa depan. “Mencederai toleransi dan kerukunan ialah mencederai komitmen kebangsaan. Kasus Gereja Yasmin Bogor merupakan masalah kebangsaan yang mesti diselesaikan secara baik dalam kebersamaan,” ujarnya. Segenap komponen bangsa, baik penguasa maupun rakyat, tidak boleh merusak diri sendiri dan bangsa. “Semua pihak yang mempunyai kekuasaan supaya kembali kepada spirit melayani masyarakat agar tumbuh optimisme yang kuat dan maju ke depan,” ujarnya. Para tokoh agama juga menilai musyawarah mufakat dan gotong royong telah tergerus sistem yang mengedepankan kepentingan besar dan selalu memenangkan modal besar. Uskup Situmorang menambahkan, kendati semua agama saling menghormati, de facto baik atas nama agama atau ta rikan politik dan ekonomi ti dak jarang saling menusuk dan mengasingkan. “Egoisme, keserakahan, terasa dalam kehidupan bangsa kita sepanjang 2011 ini,” tegasnya. Masih terkait intoleransi dan kekerasan, Menko Polhukam Djoko Suyanto berharap pemuka agama berperan serta dalam mengatasi konflik pembakaran pesantren Syiah di Sampang, Madura, pada Kamis (29/12). “Ini tugas pemuka agama untuk lebih banyak berperan menyadarkan mereka yang tengah berkonflik,” tuturnya. Dia juga berharap Kementerian Agama lebih berperan mendorong penyelesaian kon flik yang terjadi. (Bay/Ant/X-4) Berita terkait hlm 10
Kantata masih Menghentak
H
UJAN angin yang menerpa Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat, kemarin, tidak mampu menghalangi antusiasme penggemar grup musik Kantata. Megakonser rock band legendaris yang kini mengusung nama Kantata Barock itu pun dibanjiri ribuan orang lintas generasi. Konser Kantata kali ini memang layak dinanti. Bukan saja sudah menjanjikan tata panggung yang apik, aksi Iwan Fals, Setiawan Djody, dan Sawung Jabo ini juga menjadi pembuktian setelah ditinggal WS Rendra dan drumer Inisisri. Nyatanya, tiga sahabat itu masih mampu mengulang hentakan seperti ketika konser 23 Januari 1990. Setelah dibuka penampilan grup band Kotak, Iwan, Djody, dan Jabo langsung menyapa. “Kesadaran adalah
KONSER KANTATA BAROCK: Musikus Iwan Fals membawakan lagu Partai Bonek dalam megakonser rock band legendaris Kantata Barock yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno, tadi malam. MI/RAMDANI
matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala...,” seru Jabo mencuplik lirik lagu Paman Doblang. Setelah itu, lagu Nocturno yang juga dari album Kantata Takwa (1990) dipilih sebagai pembuka konser. Sebagaimana dijanjikan,
konser ini merupakan nostalgia kejayaan sekaligus penghormatan bagi tokohtokoh Kantata yang lain. Sebelum Iwan, Djody, dan Jabo muncul, diputar video garapan Hanung Bramantyo yang menampilkan konserkonser Kantata terdahulu.
Kantata Barock masih menghadirkan lagi sekitar 20 lagu yang diambil dari album Kantata Revolvere, Kantata Samsara, Swami, dan album solo Iwan. Kritik sosial juga tetap kental dihadirkan lewat aksi panggung. Salah satunya dengan ditampilkannya
wajah-wajah para koruptor seperti Gayus Tambunan saat lagu Kecoak Pembangunan. Di sela pertunjukan, Iwan, Djody, dan Jabo tidak lupa menyelipkan pesan dan kritik kepada pemerintah. “Presiden harus tegas menuntaskan korupsi,” teriak Djody di tengah-tengah lagu Panjipanji Demokrasi yang segera disambut oleh para penonton. Lagu-lagu dalam konser juga sekaligus direkam untuk kemudian diluncurkan sebagai album. Kehadiran musisi pendukung seperti Totok Tewel, Doddy Katamsi, dan Edi Darome mampu membuat aksi Kantata tetap menggigit seperti biasanya. Untuk kesekian kalinya, Kantata berhasil menyajikan konser yang menggebrak meski masih dilingkupi polemik dengan ahli waris Rendra mengenai lagu-lagu yang dibawakan. (SN/M-5)