UPAYA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN APRESIASI TERHADAP PARA TENAGA MEDIS DI MASA PANDEMI MELALUI PEMBERANTASAN HOAks
Daftar isi 1 Cover Depan 2 Daftar isi 3 Tim Redaksi 4 Pendahuluan 5 Latar Belakang 8 Rumusan Masalah & Tujuan 9 Pentingnya Kerja Sama Antara Masyarakat dan Tenaga Medis 16 Wawancara 19 Dokumentasi Kegiatan Vaksinasi SVS 21 Hoaks Seputar Info Medis di Era Pandemi yang Harus Diluruskan Beserta Dampaknya 28 Maraknya Penyebaran Hoaks Terkait Virus COVID-19 Serta Upaya yang Bisa Dilakukan untuk Mengatasinya 31 Kesimpulan & Saran 32 Daftar Pustaka 33 Cover penutup
TIM REDAKSI INTEGRATED KELOMPOK 4 XIMIPA1
lia Harvel e r ie Au
lia Charlott e r a Au
XI M
IPA1 / 4
h Yoselyn t u R
XI
M IPA1 / 30
cchariy A o l a Fi
XI
M IPA1 / 12
XI M
IPA1 / 5
ia Juliann r o t e Vic
XI
M IPA1 / 34
PENDAHULUAN PENDAHULUAN HULUAN PENDAHULUAN PENDAH PENDAHULUAN PENDAHULUAN HULUAN PENDAHULUAN PENDAH PENDAHULUAN PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
HULUAN PENDAHULUAN PENDAH PENDAHULUAN PENDAHULUAN HULUAN PENDAHULUAN PENDAH PENDAHULUAN PENDAHULUAN HULUAN PENDAHULUAN PENDA PENDAHULUAN PENDAHULUAN
latar belakang Kurang lebih 2 tahun telah berlalu sejak pertama kali WHO mendeklarasikan wabah COVID-19 Sebagai pandemi global, tepatnya pada tanggal 11 Maret 2020. Sejak saat itu, gaya hidup masyarakat mengalami sangat banyak perubahan, baik itu masyarakat Indonesia maupun orang-orang di seluruh penjuru dunia. Pada awalnya, tentu masyarakat memiliki kesulitannya masing-masing terhadap perubahan ini. Mulai dari kehilangan pekerjaan, terbatasnya aktivitas sosial, dll. Namun, masyarakat kini sudah mulai terbiasa dan sudah mengadaptasikan diri terhadap gaya hidup baru mereka. Bahkan, sudah ada banyak orang yang rela hidup berdampingan dengan wabah ini dan sedang menunggu hari dimana pemerintah akan menyatakan bahwa wabah ini sudah menjadi sebuah endemi. Hal ini terjadi karena masyarakat ingin kembali menjalankan kehidupan “normal” mereka, tepatnya kehidupan sebelum pandemi COVID-19 berlangsung. Maka dari itu, pemerintah pun menerapkan kebijakan new normal sebagai salah satu respon terhadap pandemi dan suara masyarakat ini, yang merupakan sebuah perubahan kebiasaan lama menjadi kebiasaan yang didasari oleh protokol kesehatan yang ketat. Walaupun kebijakan ini tidak 100% sama dengan apa yang diinginkan oleh masyarakat, inilah alternatif terbaik untuk sekarang. Sehingga, kebijakan ini harus tetap dijadikan kebiasaan normal baru oleh masyarakat untuk merasa “normal” kembali.
Dari banyaknya manusia di bumi ini, tidak mungkin semua orang memiliki pemikiran dan pendapat yang sama. Memang terdapat sejumlah persen dari populasi dunia yang masih sangat takut akan virus ini. Namun, banyak juga bagian dari masyarakat yang sudah siap untuk mencoba hidup kembali normal dengan protokol kesehatan yang ketat. Perlu disadari bahwa kedua respon terhadap pandemi tersebut tentu wajar. Sayangnya, banyak juga tercipta pemikiran dan pendapat yang negatif terhadap pandemi ini dengan dasar hoaks, ketakutan berlebihan, atau bahkan kemarahan. Memang jelas bahwa pandemi ini merupakan suatu tragedi bagaikan tamu yang tak diundang. Maka, tidak heran jika banyak orang tidak menikmati 2 tahun hidup berdampingan dengan wabah ini. Namun, hal itu tidak dapat menjadi sebuah alasan yang dapat digunakan untuk membuat situasi lebih riuh dan parah. Sudah berbagai macam hoaks yang tersebar seputar pandemi. Mulai dari masyarakat yang tidak percaya bahwa pandemi ini nyata, kepercayaan bahwa pandemi ini merupakan sebuah buatan pemerintah, metode penyembuhan penyakit COVID-19 menggunakan rebusan air bawang putih, dan masih banyak lagi. Namun, salah satu hoaks yang sangat populer adalah hoaks terkait tenaga dan teknologi medis yang sekarang tersedia untuk membantu mengatasi pandemi ini, khususnya perihal vaksin.
Dari hoaks-hoaks yang tersebar tersebut, tentu muncul banyak masalah. Orang-orang yang mempercayai hoaks ini dapat membuat situasi lebih ricuh. Contohnya, orang yang tidak percaya akan adanya pandemi ini tentu akan membahayakan sekelilingnya karena mereka tidak mengikuti protokol kesehatan yang ada. Begitu juga dengan orang yang berusaha menyembuhkan penyakit corona dengan berbagai macam metode yang sebenarnya dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain jika mereka menyebarkan informasi salah tersebut. Namun, masalah terbesar yang timbul dari hoaks yang beredar ini adalah tercorengnya nama baik tenaga dan teknologi medis Indonesia. Mereka yang seharusnya dianggap sebagai pahlawan masa kini sebaliknya dihujat dan dicurigai hanya karena masyarakat tidak percaya akan sains dan fakta yang ada terkait pandemi, khususnya vaksin COVID-19. Kurangnya apresiasi dan rasa menghargai masyarakat semakin marak. Maka dari itu, kami muridmurid dari SMA Santa Ursula Jakarta akan mengangkat topik ini sebagai bahan karya ilmiah remaja kami dengan judul “Upaya untuk Membantu Meningkatkan Apresiasi terhadap para Tenaga Medis di Masa pandemi melalui Pemberantasan Hoaks”. Kami berharap dari karya ilmiah ini, kami dapat membantu tenaga medis di Indonesia agar lebih dihargai dan diapresiasi sebagaimana seharusnya dengan cara mengedukasi sekeliling kami agar tidak termakan hoaks. Terlebih lagi, kami harap dengan adanya pelurusan hoaks-hoaks yang ada, masyarakat dan tenaga medis dapat membangun sifat kerjasama yang lebih kuat kedepannya. Karya Ilmiah ini akan berisikan fakta dan informasi seputar pandemi COVID-19, dan kemudian akan dicantumkan di e-magazine kami yang akan disebarluaskan sebagai bentuk sumber edukasi sesama kami.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah dinamika kerja sama yang dibutuhkan antara masyarakat dan tenaga medis ? 2. Apa sajakah hoaks seputar info medis di era pandemi yang harus diluruskan beserta dengan dampaknya ? 3. Mengapa penyebaran hoaks terkait virus corona sangat marak dan upaya apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya ?
Tujuan
1. Mengetahui dinamika kerja sama yang dibutuhkan antara masyarakat dan tenaga medis, 2. Mengetahui hoaks seputar info medis di era pandemi yang harus diluruskan beserta dengan dampaknya, dan 3. Mengidentifikasi alasan penyebaran hoaks terkait virus corona sangat marak serta upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.
PENTINGNYA KERJASAMA ANTARA MASYARAKAT DAN TENAGA MEDIS Pada abad ke-18 sampai dengan abad ke-19, tingkat kematian di Hindia Belanda meningkat dikarenakan banyak yang terkena atau terpapar penyakit. Melihat hal tersebut terjadi, Willem Bosch, Direktur Dinas Kesehatan Kolonial merasa prihatin dan mengusulkan untuk mendirikan sekolah kedokteran di Hindia Belanda untuk membangun kesehatan medis masyarakat dengan menggunakan tenaga medis bumiputera. Kemudian, didirikanlah “Dokter Djawa School” yang kemudian berkembang menjadi STOVIA (sekarang dikenal dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia). Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARSCoV-2) atau yang sekarang disebut sebagai virus corona adalah virus yang menyerang sistem pernapasan pada manusia (F.G. Winarno, 2020). Gejala dan akibat dari virus ini beragam untuk setiap orang yang terpapar. Virus ini dapat menyebabkan gejala mulai dari gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Wabah ini akhirnya dideklarasikan sebagai sebuah pandemi pada tanggal 11 Maret 2020.
Pandemi COVID-19 merupakan pandemi kelima yang pernah melanda dunia. Virus ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China dan masih tersebar keseluruh dunia sampai saat ini. Virus COVID-19 sudah memiliki banyak varian sejak awal pandemi dimulai. Hal ini terjadi karena virus yang pertama kali muncul terus melakukan mutasi sehingga menghasilkan varian-varian tersebut. berikut adalah daftar varian yang tercatat sampai pada bulan Februari 2022 : Varian Alfa, (B.1.1.7), September 2020. Varian Beta, (B.1.351/B.1.351.2/B.1.351.3), Mei 2020. Varian Gamma, (P.1/P.1.1/P.1.2), November 2020. Varian Delta, (B.1.617.2/AY.1/AY.2/AY.3), Oktober 2020. Varian Omicron, (B.1.1.529), November 2021. Pandemi ini sudah mengubah dunia dalam waktu yang sangatlah singkat, dimana sekarang semuanya serba digital sampai-sampai ada istilah new normal yang memiliki makna keadaan normal yang baru, dimana kondisi tidak dapat sepenuhnya normal seperti dulu lagi. Pandemi ini sudah berjalan sekitar 2 tahun. Mulai dari para masyarakat yang tidak tahu apapun soal virus ini, masyarakat terpaksa lockdown dikarenakan kasus yang meningkat pesat saat itu, kami juga kehilangan banyak nyawa sepanjang penyebaran COVID-19 ini, hingga proses vaksinasi bisa dimulai sampai sekarang dimana kami berusaha untuk beraktivitas berdampingan dengan COVID-19 ini.
Pandemi ini merupakan keadaan yang sangat sulit bagi semua orang, mulai dari masyarakat yang terpapar COVID-19, anggota keluarga dan teman yang meninggal, dan juga krisis ekonomi yang disebabkan oleh sulitnya mencari nafkah dalam masa ini. Hal ini membuat beberapa orang putus asa dan menghalalkan segala cara untuk mencari uang. Salah satu caranya adalah dengan menyebar hoaks. Dengan menyebar hoaks seseorang mungkin bisa mendapatkan keuntungan dalam bentuk apapun ketika berita palsu yang dibuatnya menjadi sorotan sosial media. Seperti contohnya, bila ada seorang yang menyatakan bahwa barang yang mereka jual dapat menjadi pawang virus. Masyarakat yang percaya akan membeli dan bergantung kepada barang tersebut dengan harapan melindungi mereka dari virus, namun bila pernyataan tersebut tidak benar dan orang yang membeli tetap terpapar virus COVID19, mereka hanya membuang-buang uang mereka dan penjual juga dapat disebut sebagai penipu.Sama seperti bila seseorang hanya menyebarkan informasi yang tidak akurat, hal tersebut akan mempersulit keadaan bagi semua orang.
Seperti yang tercantum pada dokumen gereja “rerum novarum” kami semua harus prihatin dengan keadaan yang sedang terjadi sekarang yaitu krisis dalam bentuk kesehatan dan juga ekonomi. Karena itu, kami juga harus mengubah pola hidup lama bersama dan bersatu melawan Covid-19 ini dengan saling menjaga satu sama lain. Pada saat seperti ini kami tidak dapat memikirkan diri sendiri saja, namun kami harus mementingkan keadilan dan keamanan universal. Seperti yang tercantum dalam 'Rerum Novarum Artikel 17' kita harus lebih peduli kepada orang yang membutuhkan bantuan lebih, karena mereka memerlukan bantuan kita. Ada banyak ketidaksetaraan yang terjadi di dunia, dan sebagai pemuda, kita harus mengubahnya dengan bertindak. Banyak tenaga medis yang berikrar untuk merawat siapapun tanpa melihat keadaan latar belakang mereka. Namun terkadang biaya untuk mendapatkan perawatan tersebut membutuhkan biaya lebih, dan masyarakat dengan latar belakang keuangan yang buruk mungkin tidak mampu untuk membayar biaya kesehatannya. Dalam pandemi ini, banyak tenaga medis yang berusaha untuk bertahan hidup selama melaksanakan pekerjaannya dengan membantu para masyarakat. Mereka telah menyumbangkan waktu dan energi mereka untuk membantu memulihkan bumi ini. Melihat keadaan yang memprihatinkan ini membuat banyak orang menjadi tergerak hatinya untuk menjadi relawan terutama sebagai relawan vaksinasi seperti vaksin serviam yang berjalan di Sekolah Santa Ursula Jakarta.
Kita semua juga harus bekerja sama dalam kondisi saat ini, kita sebagai masyarakat juga harus bisa mengambil bagian dan berupaya untuk membuat kesehatan global semakin baik. Seperti pada dokumen Gereja 'Rerum Novarum Artikel 31', di dokumen tersebut dikatakan bahwa kita semua harus ikut serta memulihkan keadaan untuk mencapai tujuan yang sama yaitu terbebas dari wabah Covid- 19 ini. Kita dapat membantu dalam berbagai hal mulai dari hal kecil seperti menjaga protokol kesehatan diri sendiri, sampai hal- hal yang lebih besar seperti memberikan donasi kepada yang membutuhkan bantuan lebih, memberikan dukungan kepada para tenaga medis, dan ikut serta membantu proses vaksinasi seperti yang tercantum diatas. Perilaku dari hal mendasar seperti itu sangat penting dan dapat membuat perubahan bagi dunia.
Kami dapat membantu dengan berbagai cara, kami pun harus mulai bergerak bila ingin bebas dari pandemi ini. Tetapi, tentunya kami tidak bisa bergerak seorang diri, kami harus bekerja sama dengan pihak lain untuk membantu masyarakat dengan skala yang lebih besar dan memberikan dampak yang lebih besar. Salah satu caranya adalah dengan bekerja sama dengan tenaga medis baik dengan bentuk donasi, ikut mensponsori kegiatan vaksin, atau menjadi relawan vaksinasi. Dengan upaya-upaya tersebut, kami secara langsung mempersuasi masyarakat sekitar untuk mendapatkan vaksinasi. Mengingat pentingnya vaksinasi untuk meningkatkan antibodi kami terhadap virus ini, yang tentunya beberapa masyarakat merasa gelisah dan ragu terhadap proses vaksinasi tersebut (Kaum Antivax). Sebagai pelajar yang peduli terhadap situasi global yang sedang terjadi, kami harus menggerakan hati kami dan bersatu untuk saling membantu satu sama lain.
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, vaksinasi COVID-19 adalah cara untuk merangsang sistem kekebalan tubuh, mengurangi risiko penularan, mengurangi dampak berat dari virus, dan membentuk herd immunity. Oleh karena itu, sejak awal pandemi pengembangan vaksinasi telah dilakukan oleh berbagai perusahaan. Setelah berbagai riset dan pengembangan berhasil dilakukan dan vaksinasi siap untuk diedarkan, seluruh negara memutuskan untuk membeli vaksin tersebut guna melindungi warga negaranya, termasuk Indonesia. Jutaan vaksin telah diimpor untuk diedarkan ke seluruh daerah di Indonesia. Kegiatan impor vaksinasi dilakukan oleh perusahaan dalam negeri dan seluruh vaksin yang akan diedarkan sudah mendapatkan izin edar dari Emergency Use Authorization (EUA) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Kegiatan distribusi vaksin ini tentunya membutuhkan pihak ketiga di setiap wilayah agar kegiatan vaksinasi dapat berjalan dengan cepat dan lancar. Sentra Vaksinasi Serviam (SVS) adalah salah satu pihak yang ikut berpartisipasi dalam membantu pemerintah untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi.
Wawancara Angela M. Basiroen Selyn: Halo tan! Sebelumnya, boleh perkenalan dulu nih tan. Tante Angela: Halo Selyn, jadi apa nih yang kamu pengen tau tentang SVS? Selyn: Oke tan. Pertama-tama, tugas tante dalam kepanitian SVS itu apa tan? Tante Angela: Tante ini kebetulan Ketua Ikatan Alumni Serviam Indonesia dan juga salah satu Presidium SVS. Nah, SVS ini ada di bawah Ikatan Alumni Serviam Indonesia dan berdiri pada tanggal 19 Maret 2021. SVS ini digagas oleh para alumni Sekolah Santa Ursula, Sekolah Santa Maria, dan Sekolah Santa Theresia. Sekolah Santa Theresia itu ketuanya Bapak Timotheus L. Wanadjaja, Sekolah Santa Ursula ketuanya Ibu Tuti Doeriat, dan Sekolah Santa Maria ketuanya Bapak Cosmas Gozali. Untuk Presidium SVS ada saya Angela M. Basiroen, Bapak Timotheus L. Wanadjaja, Ibu Gina Sutono, dan Ibu Catherine Selyn: Karena kegiatannya adalah kegiatan relawan, jadi para relawan yang ikut itu dari mana aja tan? Tante Angela: 90% itu dari alumni dan ada simpatisan juga dari CC (Kolese Kanisius), kalau untuk nakes sebagian dari alumni, orang tua, dan kenalan alumni. Selyn: Wah, keren-keren banget ya tan. Nah, seperti yang tante pernah bilang kan tante itu bukan tenaga medis tapi tante tetap mau berpartisipasi dalam kegiatan ini. Apa yang memotivasi tante untuk ikut kegiatan relawan ini tan?
Tante Angela: Tante sih bersyukur karena ini kan masa pandemi dan kegiatan kantor itu bisa fleksibel, karena kan tidak semua datang ke kantor, yang penting pekerjaan kita beres. Kalau kegiatan ini sudah jalan kan kita tidak usah setiap hari ada di lapangan, nah itu lah hebatnya temen-temen nakes semua, walaupun non-nakes tidak hadir setiap hari tapi mereka masingmasing sudah mandiri, jadi kalau ada apa-apa tinggal telepon. Selyn: Nah, tan suka duka tante selama menjadi relawan itu apa aja tan? Tante Angela: Suka nya banyak sekali ya, kita jadi nambah teman, nambah pergaulan, jadi lebih happy lah karena kita kan nambah teman dari tiga sekolah. Dukanya itu tidak mudah menyatukan tiga sekolah. Awalnya kami tuh merasa kewalahan karena kita kan besar di lingkungan masing-masing dan masing-masing itu punya egonya sendiri, tapi itu normal. Nah kami kan punya presidium yang untungnya selalu netral gitu. Kayak saya, walaupun saya dari Santa Ursula tapi saya gak mati-matian bilang Sanur selalu benar gitu. Menyatukan tiga sekolah ini awalnya gak mudah, tapi kalau sekarang sih sudah berjalan lancar. Selyn: Betul tan, menyatukan banyak ide itu pasti butuh waktu. Nah, kalau untuk tempat pelaksanaan itu ada di tiga sekolah ya tan? Tante Angela: Engga, pusatnya cuma satu sekolah di Santa Ursula. Cuma karena sekarang anak-anak udah mulai sekolah, jadi kita pindah ke Aula Yohanes di Paroki Katedral, karena kita kan mau bener-bener bersih gitu ya. Selyn: Tante pernah ga sih merasa capek karena kan ini kegiatan yang besar gitu tan?
Tante Angela: Capek itu normal, karena kita kan juga manusia. Tapi kalau dipikir-pikir lagi tujuan kita bikin ini tuh apa, kan kita punya semangat serviam. Melalui kegiatan ini kan kita berharap supaya herd immunity dapat tercapai, jadi kalau tante pikir itu lagi, yaudah sebentar kesel, abis itu selesai. Kita kan juga punya vaksin keliling yang pergi kemana-mana dan paling banyak ke Jawa Tengah, jadi problem kita itu juga beragam. Kita kan juga sambil kerja, jadi kita juga harus multitasking. Karena bagaimanapun kan tugas utama kita tetap kerja tapi ya kita imbangi dengan kerja sosial. Selyn: Betul banget tan. Nah, kalau kebersamaan antar relawan itu bagaimana tan? Tante Angela: Banyak yang deket, apalagi waktu kita ada di lapangan kan most of the time kita sering ketemu seharian itu. Tapi sekarang kan gabisa terlalu sering kesana, jadi kenalnya ga terlalu deket, hanya kenal saja. Tante kebetulan pegang Seksi IT, relawan non nakes, dan logistik. Nah kalo ke divisi tante pasti deket banget, sama teman-teman alumni juga deket. Selyn: Betul tan. Nah, karena kita bicara tentang kegiatan sosial, pesan apa yang mau tante kasih untuk para siswa dan alumni tan? Tante Angela: Kita selalu mengajak untuk kembali ke almamater. Walaupun SVS ini rencananya akan ditutup sebentar lagi, tapi kebersamaan ini tidak berhenti sampai di sini. Untuk kedepannya, kita juga berencana untuk mengajak lebih banyak alumni sekolah serviam untuk bergabung. Tapi kita ga terjun ke politik ya, itu komitmen kita dari awal, jadi fokus kegiatannya itu kegiatan sosial. Selyn: Wah, keren banget ya alumni-alumni sekolah serviam. Nah, untuk kegiatan wawancaranya sampai di sini saja tan. Aku mau bilang terima kasih karena tante sudah mau meluangkan waktu untuk berbagi insights tentang SVS. Tante Angela: Iya, sama-sama Selyn.
Dokumentasi Kegiatan Vaksinasi SVS
Mgr. Ignatius Suharyo
Menkes (Bapak Budi Gunadi)
Wamenkes (Dr. Danthe)
Konferensi Pers
Kegiatan Vaksinasi
Relawan SVS
Walikota Jakarta Pusat
Piagam dari MenKes RI sebagai Sentra Alumni Terbaik
Awal mula pendidikan kedokteran di Indonesia adalah ketika banyak orang Hindia Belanda meninggal akibat terpapar oleh penyakit. Situasi yang serupa sedang terjadi sekarang, seperti yang kami ketahui virus Covid-19 ini banyak membunuh orang dan tenaga medis sudah berjuang untuk membantu orang dari kematian dan untuk mencegah penyebaran virus. Virus ini merupakan hal yang baru yang harus dipelajari dan tidak dapat terprediksi, maka dari itu kami harus ikut serta dalam membantu mereka seperti menjaga protokol kesehatan dan juga mau divaksin. Kami juga diharapkan untuk membantu mereka seperti menjadi relawan atau membantu dalam dana, karena kami menjalani semua ini bersama-sama dan kami tidak dapat menjalaninya tanpa persatuan.
HOAks SEPUTAR INFO MEDIS DI ERA PANDEMI YANG HARUS DILURUSKAN BESERTA DAMPAKNYA Hoaks merupakan informasi tidak benar yang dibuat sedemikian rupa hingga seolah-olah benar adanya (Sahrul Mauludi, 2019). Hoaks bisa dikemas menjadi berbagai bentuk yang menarasikan informasi dan berita berlebihan dan tidak benar. Pada dasarnya, Hoaks tentu dapat memberikan dampak buruk pada masyarakat. Mereka yang mempercayai hoaks dapat memicu perpecahan, menjatuhkan sebuah golongan, dan bahkan dapat menyebabkan tragedi yang disayangkan. Mereka yang membuat dan menyebarkan hoaks pun dapat mendapatkan hukuman narapidana yang disesuaikan dengan tingkat kejahatan yang mereka telah perbuat. Layaknya hoaks yang beredar seputar fenomena lainnya, hoaks mengenai virus corona juga berdampak sama. Hoakshoaks yang ada tentu akan merusak reputasi tenaga medis. Orang-orang yang mempercayai hoaks akan memicu perpecahan antara masyarakat dan tenaga medis. Sehingga, dinamika kerjasama dan rasa saling menghargai yang dibutuhkan satu sama lain akan hilang. Selain itu, hoaks seputar kesehatan bisa menjadi sangat berbahaya bagi kalangan yang mempercayainya.
Oleh karena itu, kami telah melakukan salah satu dari banyak cara untuk membantu memberantas penyebaran hoaks-hoaks yang ada seputar pandemi, yaitu dengan cara melakukan sejumlah riset data terhadap hoaks-hoaks yang sering beredar untuk dibungkam. Riset tersebut kemudian kami sebarluaskan melalui sarana e-magazine ini untuk membantu mengembalikan dinamika kerjasama dan rasa saling menghargai dan apresiasi seperti yang seharusnya. Satu hoaks yang mungkin paling populer di kalangan masyarakat adalah bahwa virus corona tidaklah nyata. Pernyataan ini dibuat oleh kalangan masyarakat yang sangat tidak rela untuk melepaskan gaya hidupnya sebelum pandemi dimulai. Pemikiran mereka diselimuti oleh rasa ingin menyangkal. Sehingga, pandangan mereka tertutupi dari fakta-fakta yang ada didepan mata. Sayangnya untuk penyangkal-penyangkal kebenaran tersebut, ini merupakan hoaks yang paling mudah untuk dibungkam mengingat banyaknya riset dan fakta ilmiah yang bisa membuktikan pernyataan sebaliknya. Pertama-tama, kita semua harus menyadari bahwa virus ini sudah terlihat wujudnya di bawah lensa mikroskop sejak awal adanya desas-desus kemunculan virus baru. Tak lazim rasanya jika orang-orang masih bisa meragukan apa yang dapat terlihat jelas didepan mata. Terlebih lagi, terdapat bukti nyata bahwa virus dan pandemi ini benar adanya, yaitu kontaknya dengan manusia. Virus ini telah menginfeksi jutaan orang.
Hal ini dapat dilihat dari gejalanya, hasil tes lab yang menyatakan bahwa seseorang telah terinfeksi oleh virusnya, serta pola penyebaran virus yang merupakan sebuah indikator bahwa pandemi sedang berlangsung. Sampai pada bulan Februari 2022, telah tercatat 426 juta kasus corona di seluruh dunia, dengan 5.9 juta kasusnya berujung ke kematian. Indonesia sendiri mengkontribusikan 5.23 juta kasus sendiri, dimana 147,000 dari kasus tersebut berakhir menjadi kematian. Dengan meragukan keberadaan virus corona, kita juga berarti meragukan kredibilitas para tenaga medis yang telah menyatakan benarnya keberadaan virus ini. Hal ini menunjukkan kurangnya rasa menghargai golongan masyarakat ini terhadap para tenaga medis. Selanjutnya, terdapat golongan masyarakat yang tidak percaya pada pengaruh masker dalam membantu menghentikan penyebaran virus corona ini. Banyak percobaan telah dilakukan yang membuktikan perbedaan tingkat filtrasi tubuh terhadap virus tanpa masker dengan menggunakan masker. Contohnya, CDC melakukan percobaan serupa dan hasilnya menyatakan bahwa orang yang menggunakan masker selama terekspos dengan virus corona memiliki risiko untuk terinfeksi 70% lebih rendah daripada yang tidak menggunakannya. Akhir-akhir ini sedang beredar pula berbagai macam alternatif yang menurut orang-orang dapat menyembuhkan atau mencegah kontak seseorang dengan virus corona. Mereka yang memunculkan alternatif-alternatif ini memiliki ketakutan berlebihan terhadap virus ini.
Sehingga, mereka akan melakukan cara apa saja untuk menenangkan dirinya, termasuk membohongi diri sendiri dan orang lain. Orang-orang ini tentu tidak menghargai tenaga medis yang terus menemukan obat dari penyakit ini dengan riset-riset lab yang telah mereka lakukan. Mereka lebih percaya berita bohong daripada tenaga medis yang sudah menyediakan banyak saran untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit bagi yang terinfeksi. Tak hanya itu, masyarakat malah akan membahayakan diri mereka sendiri jika apa yang mereka percayai justru merupakan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan. Salah satu contoh alternatif yang banyak dipercayai oleh kalangan masyarakat adalah bahwa mengkonsumsi air rebusan bawang putih dapat menyembuhkan virus corona. Sumber yang tidak resmi ini, yaitu pesan berantai dari Whatsapp menyatakan bahwa seorang dokter muslim dari Tiongkok telah membuktikan keefektifannya. Isi pesan berantai ini dilanjutkan dengan resep dari obat ini dan diakhiri dengan kata-kata penutup yang mengimbau penerima pesan untuk meneruskan pesannya untuk menyelamatkan nyawa manusia. Yang masyarakat tidak ketahui adalah bahwa hoaks tersebut tidak akan menyembuhkan apa-apa, dan bahkan bisa saja berbahaya. Setelah dilakukan riset, WHO menyatakan bahwa mengkonsumsi rebusan air bawang, maupun bawang itu sendiri tidak memiliki dampak dalam proses penyembuhan penyakit corona.
Hal yang sama diungkapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melalui Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Achmad Yurianto (Achmad Yurianto, 2021). Beruntungnya, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa melakukan ini dapat membahayakan orangorang yang telah melakukannya. Namun, masyarakat sebaiknya lebih berhati-hati perihal menjaga kesehatan mereka. Jika mereka mempercayai hoaks yang buruk untuk kesehatan, seperti menghirup uap hand sanitizer, mereka sendiri yang akan merasakan akibatnya. Terlebih lagi, Mereka harus lebih menghargai dan percaya para tenaga medis yang sudah memberikan himbauan-himbauan terkait apa yang harus dilakukan jika seseorang terinfeksi berdasarkan fakta sains. Hoaks-hoaks berikutnya yang akan kami luruskan adalah mengenai vaksin. Sejumlah orang percaya bahwa vaksin dapat melacak orang-orang yang telah melakukan suntik vaksin. Sekali lagi, hoaks itu tidak sulit untuk dibungkam mengingat banyaknya sumber terpercaya yang menjelaskan apa saja isi dari vaksin-vaksin pada umumnya. Sampai detik ini, sudah banyak jenis vaksin yang bisa didapat untuk memperkuat daya tahan tubuh terhadap virus corona, mulai dari vaksin Sinovac, Pfizer, AstraZeneca, dll. Setiap vaksin yang keluar pasti menyediakan informasi terkait kandungan, cara kerja, serta efektivitas dari vaksin tersebut. Contohnya, bahan utama dari vaksin Sinovac merupakan virus yang dimatikan, sedangkan Pfizer memiliki kandungan dasar mRNA.
Semua vaksin ini memiliki kandungan utama yang berbedabeda, bersama dengan kandungan lainnya, seperti natrium klorida, larutan fosfat, dll. Selain kandungannya berbeda, cara kerja setiap vaksin juga berbeda-beda. Sebagai contoh, vaksin Sinovac memiliki tujuan untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap virus dengan cara menginjeksikan virus mati kedalam tubuh agar sistem imun tubuh manusia dapat memperkuat daya tahan dari virus tersebut tanpa harus terinfeksi terlebih dahulu, berbeda dengan vaksin nonavax yang menyuntikkan protein yang menyerupai sifat virus corona namun tidak berbahaya untuk menumbuhkan kekebalan tubuh. Dari banyaknya perbedaan yang ada, setiap vaksin yang dibuat memiliki satu tujuan yang sama, yaitu untuk menciptakan imunitas terhadap virus corona. Tidak ada vaksin yang dibuat untuk melacak orangorang. Hal ini telah terbuktikan oleh data kandungan setiap vaksin serta tujuan utama vaksin ini pertama dibuat. Lebih dari itu, tak perlu berpikir jauh-jauh sampai ke pelacak pada vaksin. Gadget yang semua orang miliki di kantongnya sudah cukup untuk melacak seseorang, itu pun jika memang seseorang tersebut sangatlah penting untuk dilacak. Hoaks terakhir merupakan hoaks yang paling berpengaruh dalam menjatuhkan nama baik tenaga medis, yaitu bahwa vaksin dapat membunuh siapa yang menerimanya. Pernyataan ini dapat dibungkam karena sudah terbukti bahwa orang-orang yang meninggal setelah divaksin merupakan orang-orang dengan riwayat penyakit lainnya sebelum vaksin diterima oleh mereka.
Tentu kandungan yang terdapat di vaksin akan memicu perubahan dalam sistem regulasi kesehatan tubuh masingmasing. Sehingga, tubuh yang tadinya sudah di regulasikan untuk bertahan hidup berdampingan dengan riwayat penyakit mereka berubah total ketika vaksin diinjeksikan. Jadi, vaksin tidak membunuh orang. Peristiwa khusus itu hanya akan terjadi jika penerima vaksin tidak jujur dan bersikeras untuk tetap mengikuti prosedur vaksin walaupun riwayat kesehatannya tidak mendukung. Meluruskan hoaks-hoaks yang sedang marak seputar virus corona ini dapat membantu mengembalikan dinamika kerjasama dan rasa saling menghargai serta apresiasi antara masyarakat dan tenaga medis seperti yang seharusnya. Hal ini dapat terwujudkan karena dengan memberantas hoaks, dampak-dampak yang dapat terjadi dari penyebaran hoaks yang ada dapat berkurang, seperti perpecahan dan pencorengan nama baik. Selain dari membantu membangun hubungan yang baik antara masyarakat dan tenaga medis, kami juga turut berpartisipasi dalam memberantas penyebaran hoaks serta menjauhkan mereka yang percaya dari dampak buruk yang dapat mereka alami. Hal ini dapat terlihat dari sejumlah hoaks yang telah kami bungkam merupakan hoaks yang bisa membahayakan masyarakat jika mereka mempercayainya, seperti hoaks penggunaan masker tidak berguna, serta alternatif penyembuhan virus yang membahayakan.
MARAKNYA PENYEBARAN HOAks TERKAIT VIRUS COVID-19 SERTA UPAYA YANG BISA DILAKUKAN UNTUK MENGATASINYA Dengan adanya program vaksinasi COVID-19, kami berharap pandemi ini segera mereda hingga berakhir. Namun, masih banyak orang yang meragukan kualitas vaksin dan percaya dengan berbagai macam hoaks yang beredar di media sosial. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, hoaks adalah informasi yang tidak benar, khususnya dalam konteks berita yang seharusnya memiliki landasan fakta. Berbagai macam dampak bisa ditimbulkan dari penyebaran hoaks. Dalam kasus ini, hoaks digunakan sebagai media untuk membuat kepanikan serta menjatuhkan orang atau golongan tertentu, seperti para tenaga medis. Dengan situasi pandemi yang sedang berlangsung, masyarakat tentu tidak melewatkan kesempatan untuk menyebarkan hoaks terkait virus ini, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Hoaks bisa disebarkan melalui berbagai macam perantara. Namun, salah satu faktor dengan pengaruh terbesar yang turut mendukung pesatnya tingkat penyebaran hoaks adalah yaitu mudahnya akses terhadap teknologi yang ada. Hal tersebut merupakan alasan maraknya fenomena penyebaran hoaks yang kami angkat.
Masyarakat dengan mudah mengunggah berita atau informasi yang didapat dan menyebarkannya ke kalangan luas. Dengan demikian, berita bohong yang tidak pasti itu dengan cepat tersebar dalam sekejap mata. Lebih dari itu, mudah juga bagi masyarakat untuk membuat hoaks itu sendiri. Mereka bisa melakukannya dengan memenggal dan mendistorsikan fakta dari sebuah artikel yang valid, membuat teoriteori sendiri berdasarkan pengalamannya yang tidak di riset lebih dalam dan mengunggahnya ke internet, dll. Sehingga, sulit juga bagi masyarakat untuk mengetahui apa saja berita yang benar. Banyak kalangan masyarakat yang mudah percaya akan berita yang sebenarnya belum diketahui kebenarannya itu. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, dampak dari hoaks bisa berakhir dengan sangat buruk. Oleh karena itu, sangat diperlukan penyediaan sarana untuk mengedukasi masyarakat dan memperbarui informasi mengenai kondisi yang ada. Masyarakat tentunya memerlukan informasi dan panduan yang dapat membantu mempermudah kelancaran komunikasi antara pihak pemerintah dan masyarakat umum.
Sebagai generasi muda kami harus memiliki inovasi untuk membantu mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. Salah satunya adalah mengatasi kurangnya edukasi terkait kebenaran informasi di masa pandemi. Upaya yang kami telah lakukan untuk turut membantu adalah dengan membuat sebuah emagazine yang berisi informasi terkait fakta pandemi dan pelurusan hoaks-hoaks yang ada. E-magazine merupakan majalah yang dapat di akses di internet. Kami memilih e-magazine sebagai sumber penyaluran edukasi karena media ini lebih efisien, mudah, dan praktis untuk pembuat dan pembaca dari mana saja. Selain itu, kami ingin membuat bentuk penyaluran edukasi kami semenarik mungkin agar pembaca dapat lebih menikmati pengalamannya untuk belajar hal baru. Terlebih lagi, kami ingin memanfaatkan kemudahan dalam mengakses teknologi dan internet untuk hal yang positif, yaitu dengan menyebarluaskan kebenaran untuk membungkam berita bohong yang ada di internet. Harapan kami dari e-magazine ini adalah agar pembaca mendapatkan pengetahuan dan edukasi yang tepat.
kesimpulan
Maraknya penyebaran hoaks harus segera diberantas, khususnya berita bohong seputar pandemi dan virus corona. hoaks-hoaks yang ada sudah cukup lama beredar, dan hal ini berdampak sangat buruk terhadap reputasi tenaga medis maupun masyarakat yang mempercayainya. Walaupun sudah banyak orang dan golongan yang membuka suara dan turun tangan untuk mengatasi permasalahan ini, dunia butuh lebih banyak lagi. Selain reputasi tenaga medis yang akan terpulihkan, Pemberantasan hoaks juga dibutuhkan agar masyarakat dapat mengurangi kepanikan. Maka dari itu, kami mengangkat topik ini sebagai bahan utama KIR kami. KIR ini kemudian akan kami jadikan ubah bentuknya menjadi sebuah e-magazine agar kami bisa ikut berpartisipasi dalam mengatasi permasalahan penyebaran hoaks yang marak, yaitu menjadi penyalur edukasi kepada masyarakat. Kami berharap dari KIR yang akan kami ubah menjadi e-magazine ini, kami bisa membantu meluruskan sejumlah hoaks yang beredar agar masyarakat dapat meningkatkan apresiasi dan semakin menghargai para tenaga medis, terutama di Indonesia. Dengan terciptanya atmosfer yang positif antara masyarakat dan tenaga medis, dinamika kerjasama yang dibutuhkan antara kedua golongan tersebut pun akan terwujud dan dapat terus dikembangkan.
S a r a n
Banyak sekali perjuangan dan pengorbanan yang telah dilakukan oleh semua pihak selama pandemi ini. Mulai dari tenaga kesehatan, para pendidik dan murid, para karyawan, dan masih banyak lagi. Kami menyadari pandemi memang merupakan saat tersulit untuk setiap orang. Dengan adanya KIR ini, kami mengharapkan kepedulian dan empati masyarakat kepada orang lain tanpa terkecuali. Kami harap masyarakat semakin teredukasi terkait situasi pandemi ini. Sehingga, dapat tercipta lingkungan sekitar yang harmonis, sopan, dan santun dalam bersosialisasi, serta saling menghargai dan mengapresiasi, terutama para tenaga medis. Kami berharap, masyarakat semakin mampu untuk menanamkan sikap persatuan sehingga akan tercipta lingkungan yang semakin sejahtera.
Kotan, Daniel Boli. Sugiyono, Leo. 2014. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mauludi, Sahrul. 2019. Seri Cerdas Hukum: Awas Hoax! Cerdas Menghadapi Pencemaran Nama Baik, Ujaran Kebencian & Hoax. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sinar Grafika. 2019. Amandemen Undang-undang ITE. Jakarta: Sinar Grafika. Winarno, F. G. 2020. COVID-19: Pelajaran Berharga dari Sebuah Pandemi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Together we change for the better Kepada semua dokter, tenaga medis, dan relawan terima kasih banyak atas kerja kerasnya, kita semua selalu mendukung anda yang tengah berjuang untuk dapat melindungi kita semua.
INTEGRATED KELOMPOK 4 XIMIPA1