GRAND DESIGN SOEKARNO-HATTA INTERNATIONAL AIRPORT
SOEKARNO HATTA INTERNATIONAL AIRPORT
GRAND DESIGN SHIA
GRAND DESIGN
2
GRAND DESIGN SHIA
BOARD OF DIRECTOR PT ANGKASA PURA II (Persero) BOARD of DIRECTOR PT Angkasa Pura II
(President Director, 3rd from left),
Laurensius Manurung | Direktur Keuangan (Kedua dari kiri) (Director of Finance, 2nd from left),
Sulistio Wijayadi | Direktur Komersial & Pengembangan Usaha (Paling kiri) (Director of Commercial and Business Development, 1st left),
Rinaldo J. Azis | Wakil Direktur Utama (Ketiga dari kanan) (Deputy President Director, 3rd from right),足
Endang A. Sumiarsa | Direktur Personalia & Umum (Kedua dari kanan) (Director of Personnel and General Affairs, 2nd from right),
Salahudin Rafi | Direktur Operasi & Teknik (Paling kanan) (Director of Operations and Engineering, 1st right)
GRAND DESIGN SHIA
Tri S. Sunoko | Direktur Utama (Ketiga dari kiri)
3
PENDAHULUAN Introduction
GRAND DESIGN SHIA
G
4
T
rand design Soekarno Hatta International Airport merupakan konsep besar yang berfungsi sebagai pedoman atau guidelines di dalam pembuatan perancangan dan pengembangan yang mengacu kepada rencana induk bandar udara Soekarno Hatta sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun 2008.
he Grand design of Soekarno Hatta International Airport is a great concept that serves as a guide or guidelines in the creation of the design and development master plan that refers to Soekarno Hatta International Airport as set out in the decision of the Minister of Transportation Number: KM 48 in 2008.
Grand design dengan pendekatan komprehensif untuk memberikan solusi terutama terhadap masalah-masalah pokok seperti: kapasitas, aksesibilitas, konektivitas, intermoda dan aspek lingkungan bandar udara. Grand design mengantisipasi pengembangan bandar udara 20 tahun ke depan dengan proyeksi pada tahun 2020 sampai dengan 2030 dimana lalu-lintas penumpang dan pesawat di kawasan Asia Pasifik sudah mampu mengalahkan lalu-lintas di kawasan Eropa dan Amerika, dengan jumlah mencapai lebih 2,3 milliar pergerakan penumpang per tahun dan juga rute perjalanan dari jarak jauh atau long-haul menuju jarak medium-haul.
Grand design with comprehensive approach to providing solutions primarily to the subject matters such as: accessibility, capacity, connectivity, environmental aspects and intermodal airport. Grand design anticipates the development of the airport 20 years into the future with a projected 2020 to 2030 in which passenger traffic and aircraft in the Asia Pacific region have been able to beat the traffic in the Europe and America with the amount of traffic over 2.3 billion passengers per year and also the route of travel from long distances or long haul towards medium haul
Menurut data statistik penumpang sejak tahun 1997 sampai tahun 2010, Bandara Internasional Soekarno Hatta menunjukkan pasar penerbangan domestik sangat dominan, mencapai sekitar 80% dari penumpang keberangkatan, kedatangan dan transit. Pada 2010, total pergerakan penumpang di Soekarno-Hatta mencapai 44,3 juta pada tahun 2010, sementara kapasitas T1-T2-T3 hanya untuk 22 juta penumpang per tahun.
Underlying that passenger traffic in the region, the ASEAN air transport continues to increase in the next 10 years, more specifically the Indonesia is a huge market for international air transport (arrival, transit and destination) in the Asia Pacific region, which is expected to grow between 4.1%-5.7% per year. Then the necessary steps to make the grand design strategies as guidelines for the development and infrastructure of airports comprehensively.
GRAND DESIGN SHIA
Mendasari bahwa lalu lintas penumpang angkutan udara di kawasan ASEAN terus meningkat pada 10 tahun ke depan, khususnya Indonesia yang merupakan pasar yang besar bagi angkutan udara internasional (arrival, transit dan destination) di kawasan Asia Pasifik dan diperkirakan tumbuh antara 4,1% - 5,7% per tahun. Oleh karenanya diperlukan langkah-langkah strategi dengan membuat grand design sebagai pedoman pembangunan sarana dan prasarana bandar udara secara komprehensif.
Although statistical data of passengers since 1997 until the year 2010, Soekarno Hatta International Airport’s domestic market show very dominant, approximately 80% of passenger departure, arrival and transit, with a total passenger 44.3 million in 2010 and the capacity of T1-T2-T3 for only 22 million passengers per year.
5
Published by Corporate Secretary PT Angkasa Pura II (Persero) Head Office: Building 600 – 5th Floor Soekarno – Hatta International Airport Jakarta 19120 – Indonesia
GRAND DESIGN SHIA
Phone Fax Website
6
: (62 21) 550 5079 : (62 21) 550 5021 : www.angkasapura2.co.id
GRAND DESIGN SHIA
8 6
GRAND DESIGN SHIA
1
Angkasa Pura II
in brief
GRAND DESIGN SHIA 9
Angkasa Pura II in brief
P
P
Tanggal 19 Mei 1986, Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng berubah menjadi Perum Angkasa Pura II dan selanjutnya menjadi PT Angkasa Pura II (Persero) pada tanggal 2 Januari 1993.
On 19 May 1986, Perum Airport Cengkareng Jakarta changed to Perum Angkasa Pura II and subsequently became PT. Angkasa Pura II (Persero) on 2 January 1993.
GRAND DESIGN SHIA
T Angkasa Pura II (Persero) adalah badan usaha milik negara yang mengelola jasa bandar udara dan pelayanan lalu lintas udara di kawasan barat Indonesia. Berdiri pada tanggal 13 Agustus 1984, PT Angkasa Pura II (Persero) ketika itu masih bernama Perum Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng, yang bertugas mengelola dan mengusahakan Pelabuhan Udara Jakarta Cengkareng (kini BAndar Udara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang) dan Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
10
Saat ini PT Angkasa Pura II (Persero) mengelola 12 bandar udara utama di kawasan barat Indonesia, yaitu Soekarno Hatta (Tangerang), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang Pariaman) dulunya bernama Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) dulunya bernama Kijang, Sultan Thaha (Jambi) dan Depati Amir (Pangkal Pinang).
T Angkasa Pura II (Persero) is a Stateowned enterprise who manages the airport services and air traffic services in the Western region of Indonesia. Established on August 13, 1984, PT Angkasa Pura II (Persero) when it was still called the Perum Jakarta Airport Cengkareng, which is in charge of managing and working for the airport Cengkareng Jakarta (now namely SoekarnoHatta International Airport, Jakarta) and Halim Perdanakusuma Airport, Jakarta.
Currently PT Angkasa Pura II (Persero) manages the 12 main airport in the Western region of Indonesia, Soekarno Hatta (Tangerang), Halim Perdanakusuma (Jakarta), Polonia (Medan), Supadio (Pontianak), Minangkabau (Padang Pariaman) formerly Tabing, Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandarmuda (Banda Aceh), Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang) formerly Kijang, Sultan Thaha (Jambi), and Depati Amir (Pangkal Pinang).
In addition, Angkasa Pura II also serves flight service to airspace or Flight Information Region/FIR Jakarta. Along with the Indonesia air transport industry growth is increasing rapidly, Angkasa Pura II is always put forward the best services for users of the services of the airport. Airports managed by Angkasa Pura II always won the Prima Pratama Indonesia from Ministry of transportation of Indonesia Republic for the passenger terminal of the airport. As a State-Owned Enterprises (SOE), for three consecutive years Angkasa Pura II has been awarded the Best SOE in Logistic Sector of the Ministry of SOE of Indonesia (2004-2008) and the Best I in Good Corporate Governance (2006), as well as the Best Annual Report for SOE non finance, non listed (2007).
Angkasa Pura II selalu melaksanakan kewajibannya memberikan deviden kepada negara sebagai pemegang saham dan turut membantu meningkatkan kesejahteraan dan kepedulian terhadap karyawan dan keluarganya serta masyarakat umum dan lingkungan di sekitar bandara melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
Angkasa Pura II always take responsibility to give dividends to the State as shareholder and also help improve the welfare and concern for employees and their families as well as the general public and the environment in the vicinity of the airport through the Partnership Program and Environment Development.
GRAND DESIGN SHIA
Selain itu, Angkasa Pura II juga melayani jasa penerbangan untuk wilayah udara atau Flight Information Region/FIR Jakarta. Seiring dengan pertumbuhan industri angkutan udara Indonesia yang meningkat pesat, Angkasa Pura II selalu mengedepankan pelayanan yang terbaik bagi pengguna jasa bandara. Bandara yang dikelola Angkasa Pura II selalu memperoleh penghargaan Prima Pratama dari Departemen Perhubungan Republik Indonesia untuk kategori terminal penumpang bandara. Sebagai Badan Usaha Milik Negara, selama tiga tahun berturut-turut Angkasa Pura II telah memperoleh penghargaan the Best BUMN in Logistic Sector dari Kementerian Negara BUMN RI (2004-2008) dan the Best I in Good Corporate Governance (2006), serta the Best Annual Report untuk kategori BUMN non finance, non listed (2007).
11
Prestasi
PT Angkasa Pura II Angkasa Pura II’s
GRAND DESIGN SHIA
Achievement
12
GRAND DESIGN SHIA
1993-1995
Agha Khan for Architecture untuk - Landscaping Integration of the Soekarno-Hatta Airport (Cengkareng, Indonesia)
1993-1995
Agha Khan for Architecture in category of integration landscaping for Soekarno Hatta International Airport.
GRAND DESIGN SHIA
2004-2006
14
The best State-Owned Enterprise (SOE) in Logistic sector, in SOE & CEO of SOE Award.
2004-2006
The best BUMN in Logistic Sector pada BUMN & CEO BUMN Award
2004
2004
Penghargaan Prima Pratama Kategori terminal Penumpang Bandar Udara untuk Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru dan Soekarno-Hatta dalam Kegiatan Penilaian Unit Pelayanan Publik di Lingkungan Departemen Perhubungan Republik Indonesia
Prima Pratama Award in category of airport passe足 nger terminal for Sultan Syarif Kasim II Airport and Soekarno Hatta International Airport, in the assessment activities of public service unit within the Ministry of Transportation of the Republic of Indonesia.
2005
2005
Penghargaan Prima Pratama Kategori Terminal Penumpang Bandara untuk Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Halim Perdana足kusuma, Sultan Mahmud Badaruddin II dan Supadio
Prima Pratama Award in category of airport passenger terminal for Soekarno Hatta International Airport, Halim Perdanakusuma, Sultan Mahmud Badaruddin II, and Supadio.
2006
PT Angkasa Pura II (Persero) mendapatkan Prestasi Pemrakarsa dan Penyelenggara Minum Susu dengan Peserta Terbanyak Pada Waktu Yang Sama Dianugerahkan oleh Museum Rekor Indonesia
Angkasa Pura II obtains the achievement of the Initiator and organizer of Drinking Milk by most participants at the same time. Awarded by Museum Rekor Indonesia.
The Best I in Good Corporate Governance untuk kategori The Best I in Good Corporate Governance
The Best I in Good Corporate Governance for category The Best I in Good Corporate Governance
2006-2007
Juara II Toilet Umum Bersih Pada Hari Pariwisata Antar Bandara Udara di Indonesia oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
2006-2007 nd
As 2 winner of the cleanest public toilet. On the day of travel between the airports in Indonesia by the Ministry of Culture and Tourism GRAND DESIGN SHIA
2006
15
2007
Penghargaan Prima Pratama Kategori terminal Penumpang Bandar Udara untuk Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Soekarno-Hatta, Sultan Syarif Kasim II, Halim Perda nakusuma dan Husein Sastranegara
2007
GRAND DESIGN SHIA
The Prima Pratama Award in category of airport passenger terminal for Sultan Mahmud Badaruddin II Airport, Soekarno Hatta, Sultan Syarif Kasim II, Halim Perdanakusuma and Husein Sastranegara.
16
2008
2008 st
The World’s 10 Most Punctual Airports (peringkat 6) dari Forbes Traveller
The world’s 10 Most Punctual Airport (6th rank) from Forbes Traveler
2009
2009
Juara I kategori Perusahaan BUMN Non Keuangan - Non Listed dalam rangka ARA 2007
nd
The World 2 Most On Time Airport dari Forbestraveller.com st
1 rank, category of StateOwned Enterprise non finance, non listed in order of Annual Report Award 2007.
nd
The world 2 Most On Time Airport from Forbestraveller.com st
1 The Best Non Listed Company dari Majalah Business Review
1 The Best Non Listed Company from Business Review magazine
Pemasaran Terbaik IV dari Majalah Business Review
4 rank of Best Marketing from Business Review magazine
th
2010
Juara II Annual Report Award 2009 kategori BUMN Non-Keuangan Non-Listed PKBL BUMN Award 2010 dari Kementrian BUMN Ministry of SOE
2010
Runner up Annual Report Award 2009 in category of State-Owned Enterprise non finance, non listed. Partnership Program and Environment Development of State-Owned Enterprise Award 2010 from Ministry of StateOwned Enterprise.
2011
Award STMT Trisakti untuk BUMN Peduli Pendidikan.
2011
Service Quality Award in category of domestic airport service in Indonesia. STMT Trisakti Award in category of SOE cares education.
GRAND DESIGN SHIA
Penghargaan Service Quality (SQ) Award 2011 untuk kategori Pelayanan di Bandara Domestik Indonesia
17
GRAND DESIGN SHIA
Sekilas Soekarno-Hatta Soekarno-Hatta at glance
B
andar Udara Internasional Soekarno Hatta (IATA code: CGK, ICAO code: WIII) merupakan sebuah bandar udara utama yang melayani kota Jakarta dan sekitarnya di pulau Jawa, Indonesia. Bandar udara ini diberi nama seperti nama Presiden Indonesia pertama, Soekarno, dan wakil presiden presiden, Muhammad Hatta. Mengingat letaknya, bandar udara ini sering disebut Cengkareng, dan nama itu pula yang diadopsi IATA untuk memberikan sandi yaitu CGK.
Indonesia’s largest airport is located about 20 km west of Jakarta, Tangerang Regency, Banten Province. It started operations in 1985 with a single terminal has a capacity of nine million passengers per year. Then in 1992, terminal 2 with the same capacity is opened. Furthermore, the third terminal which has a capacity of four million passengers per year was operated in 2009.
GRAND DESIGN SHIA
Bandar udara terbesar di Indonesia ini terletak sekitar 20 km barat Jakarta, tepatnya di Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Operasinya dimulai pada tahun 1985 dengan satu terminal berkapasitas sembilan juta penumpang per tahun. Kemudian pada tahun 1992, terminal 2 dengan kapasitas yang sama dibuka. Selanjutnya, terminal ketiga yang berdaya tampung empat juta penumpang per tahun, dioperasikan pada tahun 2009.
S
oekarno Hatta International Airport (IATA code: CGK, ICAO code: WIII) is the main airport that serves the city of Jakarta and surroundings in Java island, Indonesia. The airport was named as the name of the first President of Indonesia, Soekarno, and the Vice President, Mohammad Hatta. Given its location, the airport is often called Cengkareng, and name it also adopted the IATA to provide a code, CGK.
19
GRAND DESIGN SHIA 20
Bandar udara Soekarno Hatta yang dilengkapi dua landasan pacu paralel sepanjang 3.600 x 60 meter di sisi utara dan 3.660 x 60 meter di sisi selatan, memiliki luas 18 kilometer per segi. Saat ini bandar udara Soekarno Hatta berada pada urutan 13 sebagai bandar udara tersibuk di dunia yang melayani sebanyak 44,3 juta penumpang per tahun pada 2010, baik domestik maupun internasional.
Soekarno Hatta Airport has two runways parallel along the 3,600 x 60 meters on the north side and 3.660 x 60 meters on the South side, an area 18 kilometers square. Currently the Soekarno Hatta Airport is on order as the 13th world’s busiest airport, serving as much for 44.3 million passengers per year in 2010, both domestic and international.
Bandar udara ini dirancang oleh arsitek Perancis, Paul Andreu, yang juga merancang bandar udara Charles de Gaulle di Paris. Salah satu karakteristik besar bandara ini adalah gaya arsitektur lokalnya, dan kebun tropis di antara lounge tempat tunggu. Konsep ramah lingkungan yang mengedepankan budaya Indonesia ini akan terus dipertahankan oleh Angkasa Pura II sebagai ciri khas Bandar Udara Soekarno-Hatta.
The airport was designed by French architect, Paul Andreu, who also designed Charles de Gaulle airport in Paris. One of the major characteristics of this airport is the local architectural style, and lush tropical gardens in between the waiting place lounge. Eco-friendly concept that puts the culture of Indonesia will continue to be maintained by Angkasa Pura II as the hallmark of Soekarno-Hatta Airport.
Sejarah Pengembangan bandar udara Soekarno-Hatta merupakan jawaban Pemerintah Indonesia atas pertumbuhan lalu lintas udara yang meningkat cepat. Antara tahun 1928-1974, Bandar Udara Kemayoran yang ditujukan untuk penerbangan domestik dianggap terlalu dekat dengan basis militer Indonesia, bandar udara Halim Perdanakusuma. Penerbangan sipil di area tersebut menjadi sempit, sementara pertumbuhan lalu lintas udara meningkat cepat.
History Development of Soekarno-Hatta Airport is the answer to the Government of Indonesia over growth in air traffic is increasing rapidly. Between the years 1928-1974, the Kemayoran airport intended for domestic flights was considered too close to military base of Indonesia, Halim Perdanakusuma airport. Civil aviation in the area became narrow, while the growth in air traffic is increasing rapidly.
Pada awal tahun 1970-an, dengan bantuan USAID, delapan lokasi berpotensi dianalisa untuk bandar udara internasional baru, yaitu Kemayoran, Malaka, Babakan, Jonggol, Halim, Curug, Tangerang Selatan dan TAngerang Utara. Akhirnya, Tangerang Utara dipilih dan ditandai juga Jonggo dapat digunakan sebagai bandara alternatif. Sementara itu, Pemerintah mulai meng-upgrade terhadap Bandar Udara Halim Perdanakusuma untuk melayani penerbangan domestik.
In the early 1970s, with the help of USAID, eight locations can potentially be analyzed for a new international airport, namely Kemayoran, Malaka, Babakan, Jonggol, Halim, Curug, South Tangerang and North Tangerang. Finally, the North Tangerang was chosen and also marked Jonggol can be used as an alternate airport. Meanwhile, the Government began to upgrade Halim Perdanakusuma airport for domestic flights.
Antara tahun 1974-1975, sebuah konsorsium konsultan Kanada mencakup aviation planning services ltd., ACRESS International Ltd., dan Searle Wilbee Rowland (SWR), memenangkan tender untuk proyek bandara baru. Pembelajaran dimulai pada 20 Februari 1974. Proyek satu tahun tersebut disetujui oleh mitra dari Indonesia yang diwakili oleh PT Konavi.
Among the years 1974-1975, a consortium of consultants Canada Aviation Planning Services Ltd., ACRESS International Ltd., and Searle Wilbee Rowland (SWR), won the tender for the new airport project. Learning begins on February 20, 1974. The one year project is approved by the partners of Indonesia who is represented by PT Konavi. In the end of March 1975, the study revealed a plan to build three runways, asphalt road, 3 international terminal building, 3 domestic terminals, and 1 the Hajj terminal. The three domestic terminals were built between year 1975-1981 and a domestic terminal including an apron from 1982–1985. A new terminal project, named the Jakarta International Airport-Cengkareng (code: JIA-C) was begun.
GRAND DESIGN SHIA
Pada akhir Maret 1975, pembelajaran ini menyetujui rencana pembangunan 3 landasan pacu, jalan aspal, 3 bangunan terminal internasional, 3 terminal domestik dan 1 terminal haji. Terminal domestik bertingkat tiga dibangun antara 1975-1981 dan sebuah terminal domestik termasuk apron dari 1982-1985. Sebuah proyek terminal baru, diberi nama Jakarta International Airport Cengkareng (kode: JIA-C) dimulai.
21
GRAND DESIGN SHIA 22
Kurun 1975-1977, ketika pembukaan lahan dan pengaturan perbatasan provinsi dibutuhkan waktu, Schiphol Amsterdam diminta pendapat untuk memberi masukan. Schiphol menilai, konsep pembangunan yang direncanakan akan menelan biaya agak mahal dan over design. Biayanya meningkat karena penggunaan sistem desentralisasi. Sistem sentralisasi menjadi yang terbaik. Tim tersebut masih menggunakan sistem desentralisasi. Sistem awal Bandar Udara Orly West, Lyon Satolas, Hanover-Langenhagen dan Kansas City digunakan karena sederhana dan efektif.
From 1975 to 1977, when the opening of the land and setting up border provinces it takes time, Schiphol Amsterdam requested to give an opinion or input. Schiphol rate, the concept of planned development would cost is rather expensive and over design. Cost increases due to the use of decentralized systems. Centralized system marked as the best, but the team is still using a decentralized system. Early systems of Orly West airport, Lyon Satolas, Hanover-Langenhagen and Kansas City were applied due to being simple and effective.
Pada 12 November 1976, tender konsultan pembangunan dimenangkan oleh Aeroport de Paris. Selanjutnya, 18 Mei 1977, kontrak akhir ditandatangani antara Pemerintah Indonesia dengan Aeroport de Paris. Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut adalah 18 bulan, dan pemerintah menunjuk PT Konavi sebagai mitra lokal. Hasilnya adalah, rancanan sebuah bandara dengan dua landasan pacu termasuk taxiway, jalan aspal, 1 di timur, yang lainnya di barat untuk layanan bandara. Jalan barat ditutup untuk publik, membangun 3 sub terminal yang dapat menangani 3 juta penumpang per tahun; 1 terminal untuk penerbangan internasional dan 2 untuk domestik; kebun di dalam bandara dipilih sebagai gambaran.
On November 12, 1976, French consultant, Aeroport de Paris, won the project tender. Furthermore, May 18, 1977, the final contract was signed between the Government of Indonesia and Aeroport de Paris. The time required for these jobs is 18 months, and the Government appointed PT. Konavi as local partners. The result is, two runways including taxiway; asphalt roads, 1 in the East, more to the West for airport services; West Street is closed to the public; build 3 sub terminals which can accommodate 3 million passengers a year; 1 terminal for international flights and 2 for domestic; the gardens inside the airport was chosen as the description.
Tepat 20 Mei 1980, pekerjaan dimulai dengan biaya untuk 4 tahun. Sainraptet Brice, SAE, Colas bersama PT Waskita Karya sebagai pembangun. Pada 1 Desember 1980, Pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian dengan pembangun.
On 20 May 1980, work began with the cost for 4 years. Sainraptet Brice, SAE, Colas together with PT Waskita Karya as a builder. On December 1, 1980, the Government of Indonesia signed an agreement with the builder.
Pembangunan bandar udara ini secara fisik selesai pada 1 Desember 1984. Tepat 1 Mei 1985, proses pembangunan terminal kedua dimulai dan rampung pada 11 Mei 1992. Pada 23 Desember 1986, Surat Keputusan Presiden nomor 64 TAhun 1986 mengenai kontrol udara dan daratan di sekitar bandar udara SoekarnoHatta dikeluarkan.
The construction of the airport is physically completed on December 1, 1984. On May 1, 1985, the process of building a second terminal was started and completed on May 11, 1992. On December 23, 1986, Presidential Decree No. 64 of 1986 regarding the control of air and land in the vicinity of Soekarno-Hatta Airport was issued.
GRAND DESIGN SHIA 23