Modul Manual Guru

Page 1

Promosi Kesehatan untuk Sekolah Dasar panduan untuk Guru

Kumpulan Modul Kegiatan Pembelajaran Promosi Kesehatan di Sekolah Dasar November 2011

Water, sanitati on and hygiene in supp ort of school empowerment Supported by

ďŹ


Kata Pengantar Water, Sanitation and Hygiene in School Empowerment (WISE), program yang pendanaanya didukung oleh Dubai Care merupakan program promosi higinitas yang bertujuan untuk meningkatkan kua­ litas dan pencapaian pendidikan siswa, melalui penciptaan lingkungan sekolah yang sehat, meningkatkan pengetahuan, perubahan perilaku hidup bersih dan sehat, serta pe­meliharaan ke­se­hatan di sekolah. Disamping itu program WISE bertujuan membangun si­nergi serta mendukung pen­dekatan Creating Learning Communities for Children (CLCC) sebagai upaya untuk meningkatkan pe­meliharaan terhadap sarana kesehatan di sekolah (air dan sanitasi), meningkatkan kualitas pem­belajaran di kelas serta mendukung program UKS se­bagai salah satu bagian dari promosi kesehatan dan higinitas di sekolah. Program WISE yang dilaksanakan selama 28 bulan di Kabupaten Soppeng dan Takalar (Propinsi Sula­­wesi Selatan), Belu dan Timor Tengah Selatan (Propinsi Nusa Tenggara Timur), Kabupaten Ma­nokwari (Propinsi Papua Barat) dan Kabupaten Jayapura (Propinsi Papua) sepenuhnya diimple­mentasikan oleh tiga anggota Consortium: Care International, Save the Children dan UNICEF. Program ini ber­upaya mendorong perubahan perilaku tentang pola hidup bersih dan sehat dengan sasaran pada siswa Sekolah Dasar sebagai salah satu agen perubahan bagi orangtua dan masyarakat di lingkungan di mana sekolah tersebut berada. Agar pesan higinitas tersebut bisa dipahami oleh siswa Sekolah Dasar dalam proses pembelajaran ma­ka program WISE mengembangkan panduan bagi guru dalam memfasilitasi pro­ses pembelajaran di kelas. Panduan ini disusun dengan mempertimbangkan kesesuaian me­tode pembelajaran bagi sis­wa usia Sekolah Dasar sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Metode yang digu­na­kan adalah metode Pembelajaran Aktif dengan harapan bahwa peran guru hanya memfasilitasi pro­ ses pembelajaran serta mendorong siswa menemukan informasi berkaitan dengan pesan higi­nitas dari berbagai sumber pembelajaran. Panduan bagi guru ini dikembangkan dengan merujuk pada pilar yang terkait dengan konsep Sa­nitasi To­tal Berbasis Masyarakat (STBM) plus menjawab salah satu issue berkaitan dengan per­sonal hygiene. Pilar-pilar tersebut adalah: Diare, Cuci Tangan Pakai Sabun, Pengolahan Makanan, Air, Pengolahan sampah dan Kesehatan Mulut-gigi. Panduan ini diramu dari berbagai sumber dari berbagai organisasi yang telah melaksanakan ke­giat­an serupa serta diperkaya melalui diskusi pengalaman penerapan program di lapangan. Ka­mi sam­paikan ucapan terimakasih bagi semua pihak yang telah memberikan kontribusi ter­hadap pe­nyelesaian panduan ini. Akhirnya selamat menggunakan panduan ini di sekolah, mempraktekkan isinya serta mengembang­­kan ga­gasannya karena buku panduan ini bersifat terbuka dan dapat terus dikembangkan se­suai dengan ke­butuhan di sekolah masing-masing. Semoga sekolah anda menjadi sekolah yang menyenangkan bagi siswa untuk belajar, memiliki ling­kungan yang sehat, serta mempunyai nilai lebih dalam menyampaikan pesan higinitas di lingkungan sekolah serta masyarakat. Salam WISE Program WASH in School Empowerment (WISE) November 2011. Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

i


Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Promosi Kesehatan untuk Sekolah Dasar Mengapa Modul Ini Dikembangkan Metodologi Pengembangan Modul Tujuan Pembelajaran dan Ruang Lingkup Materi Metode Pembelajaran Untuk Siapa Modul Ini Dikembangkan Bagaimana Menggunakan Modul Ini

i ii iii iii iv iv v vi vi

Modul I Diare Unit 1.1 Penyebab dan Tanda-tanda Diare Unit 1.2 Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama Diare

3 11

Modul II Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Unit 1.1 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Unit 1.2 Waktu-waktu Penting Mencuci Tangan

25 35

Modul III Makanan Sehat & Bergizi Unit 1.1 Makanan/Jajanan yang “Sehat” dan Bergizi Unit 1.2 Makanan “Sehat & Bergizi” untuk Tubuh Sehat

47 65

Modul IV Air Bersih Unit 1.1 Tanda-tanda Air Sehat Unit 1.2 Memilih Wadah Air Unit 1.3 Membuat Saringan Air Sederhana Unit 1.4 SODIS, Botol Air Ajaib

77 87 95 103

Modul V Kebersihan Lingkungan Sekolah Unit 1.1 Memilah 3 Jenis Sampah Unit 1. 2 Kebersihan Sekolah

113 135

Modul VI Kesehatan Mulut dan Gigi Unit 1.1 Kebersihan Mulut dan Gigi Unit 1.2 Menggosok Gigi Unit 1.3 Makanan Sehat untuk Gigi

ii

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

145 153 163


Promosi Kesehatan untuk Sekolah Dasar Panduan untuk Guru

Mengapa Modul Ini Dikembangkan Latar belakang pemerintah menerapkan strategi nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) ada­lah tantangan yang dihadapi Indonesia terkait dengan masalah air minum, higiene dan sanitasi ma­­ sih sangat besar. Sebagian masyarakat masih berperilaku buang air besar ke sungai, sawah, kolam, kebun dan tempat terbuka. Sebaliknya perilaku ma­syarakat pada saat-saat penting mencuci tangan ma­sih rendah, yaitu pada setelah buang air besar, setelah membersihkan tinja bayi dan balita, sebe­lum makan, sebelum mem­beri makan bayi, dan sebelum menyiapkan makanan. Sementara itu, mes­ki­pun sebagian besar rumah tangga merebus air untuk mendapatkan air minum, tetapi se­bagian air ter­sebut masih mengandung Eschericia coli1. Berbagai kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angka kejadian diare di In­donesia. Pada ta­hun 2006 tercatat kejadian diare di Indonesia sebesar 423 per seribu pen­duduk pad a semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52. Menyadari hal tersebut di atas, pemerintah telah melaksanakan beberapa kegiatan, anta­ra lain me­­la­kukan uji coba implementasi Community Led Total Sanitation (CLTS) pada ta­hun 2005. Pada akhirnya pe­merintah menyadari diperlukan strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat dengan meli­bat­­kan lintas sektor sesuai dengan tugas dan po­kok dan fungsi masing-masing dengan leading sektor Departemen Kesehatan karena sa­nitasi total berbasis masyarakat ini menekankan kepada 5 (lima) perubahan perilaku hygienis. Dalam konteks tersebut, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNICEF untuk men­dukung pro­­gram yang bernama Water, Sanitation and Hygiene (WASH) project in 6 Provinces of Eastern Indo­nesia. Salah satu komponen dari program WASH adalah pengem­bangan program di sekolah dasar. Pada saat ini dengan melibatkan kerjasama antara UNICEF , CARE , dan Save the Chil­dren, dikem­bang­­kan program Wash in Schools Empowerment Project (WISE) di 4 area program (NTT, Su­la­we­si Selatan, Papua Barat, dan Papua) yang bertujuan mengkoor­dinasikan berbagai kegiatan dan pen­dekatan dan memberikan kontribusi dalam pen­dekatan “Creating Learning Communities for Chil­dren” (CLCC) untuk mempromosikan ke­sehatan di sekolah melalui peningkatan perawatan sarana kesehatan di sekolah dasar, pe­ningkatan kualitas pembelajaran kesehatan, dan dukungan terhadap pro­­gram Usaha Kesehatan Sekolah. Salah satu upaya promosi kesehatan di sekolah adalah dengan memperkaya materi Ke­ lompok mata pe­ lajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan un­tuk meningkatkan potensi fisik serta menanamkan sportivitas dan kesadaran hidup sehat2. 1 Lihat Strategi Nasional Sanitasi Total berbasis Masyarakat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. 2 Lihat Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

iii


Metodologi Pengembangan Modul Kumpulan modul ini diawali dengan pengembangan dari beberapa sumber kumpulan modul yang diter­ bitkan dan digunakan dalam beberapa program sebelumnya. Terutama buku Modul Program Air, Sanitasi dan Higiene (ASaH), yang diterbitkan oleh Pemerintah Indonesia dan UNICEFserta Kumpulan Modul: Kegiatan Cuci Tangan untuk Anak Setingkat Sekolah Dasar yang diterbitkan oleh Save the Children. Selanjutnya dalam tahapan pengembangannya, modul ini mendapatkan masukan dalam diskusi dengan berbagai pihak yang diselenggarakan oleh save The Children bersama pelaksana program WISE di Kupang, Atambua, Soppeng, dan Manokwari. Pada akhir tahapan penyelesain modul, dan menjadi tahap yang sangat penting, modul ini mendapat kesempatan dipraktekkan dalam uji coba para guru bersama siswa-siswa mereka. Pengalaman pem­belajaran mereka ini merupakan masukan yang berharga dalam perbaikan kumpulan modul ini agar dapat mendekati kebutuhan dan karakteristik beberapa wilayah, khusus wilayah sasaran pro­gram WISE. Untuk itu patut disampaikan, bahwa kumpulan modul ini merupakan hasil bersama berbagai pihak yang pada akhirnya disempurnakan oleh para guru sekolah dasar yang bersedia mempraktekkan dan menyempurnakan kumpulan modul ini bersama-sama. Tentu saja bukan berarti bahwa kumpulan modul ini sudah menjadi buku yang paripurna. Kami meyakini, materi dan metode pembelajaran akan terus menerus dapat dikembangkan sesuai dengan pengalaman penerapan pembelajaran di lapangan.

Tujuan Pembelajaran dan Ruang Lingkup Materi Materi umum dalam Promosi Kesehatan untuk Sekolah Dasar cukup luas, dari mulai kesehatan dan kebersihan lingkungan, hingga kesehatan individu siswa di dalam sekolah. Tidak semua materi cocok untuk disampaikan ke siswa, karena ada pihak lain yang juga bertanggung jawab untuk me­laksanakannya. Ada pihak manajemen sekolah, warga di lingkungan sekitar sekolah, dan juga keterlibatan orang tua dalam mencapai tingkat kesehatan yang diinginkan dari para siswa. Setiap tujuan pembelajaran ditetapkan berdasarkan kompetensi siswa yang ingin dicapai per topik pembelajaran. Berdasarkan kompetensi tersebut, ditentukan batasan materi utama yang harus disampaikan. Materi-materi yang ditentukan dalam modul ini bisa saja tampak tidak lengkap, tetapi terpilih sebagai materi yang paling mendukung pencapaian kompetensi siswa yang diinginkan. Untuk itu ada tiga pertimbangan dalam menentukan cakupan materi dalam kumpulan modul ini. Pertama, pemilihan materi dilakukan berdasarkan beban materi bagi siswa. Terlalu banyak materi yang disampaikan akan membingungkan siswa. Kedua, kesesuaian usia. Siswa SD tidak mungkin me­lakukan semua hal yang berkaitan dengan topik, karena itu materi perlu dibatasi, hal apa saja yang mungkin dipraktekkan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, situasi geografis daerah yang menjadi sasaran penggunaan modul ini. Keberagaman setting di setiap wilayah, menjadi per­timbangan agar materi cukup relevan dengan kehidupan masyarakat di wilayah tersebut.

iv

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


Berdasarkan pertimbangan tersebut, kumpulan modul ini tidak dirancang untuk disampaikan secara lengkap berurutan. Guru sebagai fasilitator pembelajaran mempunyai “keleluasaan” untuk me­rancang alur penyampaian kumpulan modul ini sesuai dengan kondisi siswa sebagai peserta belajar. Namun kiranya para guru terlebih dahulu memahami bahwa tujuan dari pembelajaran ini adalah pencegahan diare melalui pengenalan dan “pembiasan” perilaku kesehatan yang baik. Untuk itu Modul terkait pengenalan dan pencegahan diare perlu disampaikan sebagai pengetahuan dan pemahaman utama. Selanjutnya guru dapat meneruskan pembelajaran dengan modul lain secara acak sebagai pengetahuan dan mendorong penerapan perilaku yang berkaitan dengan pencegahan pe­nyebaran kuman Diare. Misalnya pembelajaran Modul I: Diare dapat diikuti dengan Modul II: Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) atau langsung diikuti dengan Modul V: Kebersihan Lingkungan Sekolah. Beberapa modul dalam Buku Panduan Untuk Guru ini dapat digunakan sebagai mata pelajaran pilih­an. Pembelajaran dalam Modul IV. Air Bersih tidak mencakup seluruh cara untuk mendapatkan air yang aman dalam mencegah Diare, yaitu memasak air, menyaring air, mencampur air dengan meng­gunakan kaporit, dan menjemur air di bawah sinar Matahari. Cara yang dipraktekkan dalam modul ini merupakan dua cara yang dapat digunakan sebagai contoh. Guru sebagai fasilitator dapat memilih menyampaikan materi tersebut sesuai dengan karakteristik siswa. Bahkan dapat mengembangkan sendiri materi cara lain untuk mendapatkan air yang aman dalam mencegah Diare.

Metode Pembelajaran Kegiatan yang dirancang dalam setiap modul menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, artinya semua materi yang akan disampaikan, diupayakan diproses oleh siswa. Pendekatan konvensional se­perti ceramah sebisa mungkin dihindari, tetapi tidak dihilangkan sama sekali. Akan ditemukan ba­nyak kegiatan dalam modul ini yang berpusat pada siswa, fasilitator hanya menambahkan, mem­bimbing, dan menajamkan proses belajar agar mencapai tujuan pembelajaran. Keragaman metode digunakan agar siswa tidak bosan, dan pembelajaran tetap menarik. Metode seperti permainan memasangkan/menjodohkan kartu atau kata kunci, mengurutkan kartu, atau mengkategorikan kartu-kartu, disesuaikan dengan jenis materi yang ada. Modifikasi terhadap metode-metode ini harus mempertimbangkan jenis materinya. Contohnya, materi langkah-langkah mencuci tangan adalah urutan yang sebaiknya dilakukan sesuai urutannya. Karena itu metode mengurutkan kartu paling cocok untuk memproses materi ini. Jika mengganti metodenya, maka prinsip mengurutkan sesuai langkahnya harus tetap menjadi dasar pertimbangan. Penggunaan media sangat berkaitan dengan metode yang digunakan. Mengubah media dan/atau alat bahan kegiatan, bisa mengakibatkan metode pembelajaran tidak berjalan. Pengubahan boleh dilakukan tetapi tetap menganut prinsip metode yang digunakan. Misalnya, mengubah kartu berisi teks menjadi gambar. Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

v


Untuk Siapa Modul ini Dikembangkan Kumpulan modul ini untuk digunakan di setting sekolah, dengan guru sebagai fasilitator atau pihak lain yang menjadi fasilitator di sekolah dalam kegiatan ekstra kurikuler. Materi yang ada di dalam modul, diperuntukkan anak-anak sekolah dasar, mulai kelas 1-6, tetapi ada be­berapa modul yang mungkin hanya cocok pada kelas tertentu. Media yang banyak menggunakan teks misalnya, mungkin tidak cocok untuk anak-anak kelas 1-3, sehingga jika akan digunakan perlu di­ubah menjadi gambar yang lebih mudah dipahami bagi siswa. Kondisi lapangan di masing-masing sekolah perlu dipertimbangkan oleh fasilitator agar proses pembelajaran bisa berlangsung dengan baik. Siswa di daerah tertentu, dengan karakteristik bahasa pengantar yang dominan bahasa daerah, maka proses pembelajaran mungkin harus disesuaikan dengan kondisi bahasa lokal. Modul ini tidak spesifik ditujukan untuk diterapkan di daerah tertentu, bahkan berharap dapat dite­rap­kan dan dikembangkan di berbagai wilayah lain. Namun proses pengembangan dan penerapan dila­kukan di wilayah sasaran WISE, modul ini berupaya mengakomodir semua situasi dan kondisi di wilayah yang menjadi sasaran program WISE.

Bagaimana Menggunakan Modul ini Modul ini berupa panduan fasilitator untuk membantu melaksanakan langkah-langkah pembelajaran me­ngenai perilaku sehat untuk mencegah diare. Meskipun demikian modul ini terbuka untuk peng­guna­an dan pengembangan langkah pembelajaran. Kumpulan modul ini dapat digunakan sebagai pengayaan mata pelajaran yang mempunyai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang sesuai dengan tujuan modul. Beberapa modul dikembangkan men­ jadi Rencana Proses Pembelajaran (RPP) oleh guru untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olah raga dan Kesehatan untuk memenuhi standar kompetensi “Menerapkan budaya hidup sehat” atau Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk memenuhi standar kompetensi “Mengenal Cara Me­melihara Lingkungan Agar Tetap Sehat”. Pengembangan seperti itu perlu diapresiasi karena merupakan penerapan dari prinsip pengembangan pro­ses pembelajaran yang berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan pe­ser­ta didik dan lingkungannya. Selain itu, integrasi dengan mata pelajaran yang ada tidak me­ nam­ bah­ kan beban guru dan siswa, justru diharapkan membantu guru dalam pengembangan bahan ajar dan metode pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Untuk itu guru dapat meneruskan pengembangan modul ini menjadi RPP dan merumuskan bentuk serta instrumen penilaian hasil belajar yang sesuai dengan kurikulum pendidikan nasional.

vi

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


Dalam setiap modul, disajikan tujuan pembelajaran hingga langkah-langkah yang harus dijalankan fasilitator. Elemen penting yang merupakan bagian utama dalam metodologi kumpulan modul ini adalah; tujuan pembelajaran, ringkasan materi yang harus disampaikan, dan metode yang dipilih. Selanjutnya, setiap modul terdiri dari beberapa sub-bagian yang menjelaskan metodologi pembe­la­jaran­­­nya. Berikut adalah sistematika setiap modul:

Judul Modul (Topik) Judul setiap modul tertulis dengan format yang sama,“Modul-XX Nama Modul”. Nama modul menggambarkan topik yang disampaikan dalam pembelajaran. Bagian ini bisa dilihat pada halaman depan, di sudut kanan atas.

Judul Unit (Pokok Bahasan) Judul setiap unit tertulis dengan format, “Unit-XX: Nama Unit”. Nama unit merupakan Pokok Bahasa dari setiap topik yang perlu dipelajari siswa.

Tujuan Pembelajaran Penjelasan mengenai apa yang ingin dicapai dengan pembelajaran melalui modul tersebut.

Ringkasan Materi Pembelajaran Materi apa saja yang harus dipelajari siswa, dan difasilitasi oleh fasilitator.

Ringkasan Langkah Pembelajaran Garis besar langkah pembelajaran yang dilaksanakan dalam setiap modul/ sesi.

Metode Pembelajaran Cara-cara yang digunakan untuk memproses materi.

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar Alat bahan biasanya digunakan dalam kegiatan praktek, sedangkan media biasanya menjadi perantara dalam proses belajar siswa. Sedangkan sumber belajar, jika menggunakan bahan serahan, hampir sama dengan fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang harus dikerjakan pada saat proses pembelajaran. Banyak media atau alat bahan yang harus dipersiapkan jauh sebelum kegiatan dilakukan. Sebelum menggunakan modul ini di kelas, fasilitator harus mem­ perhatikan ba­gian ini, dan mempersiapkan alat bahan, media, atau sumber belajar lain sesuai kebutuhan.

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

vii


Durasi Adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk menyampaikan modul. Bagian ini hanya perkiraan, sehingga mungkin tidak akurat. Tetapi semua modul dirancang untuk dapat disampaikan dalam dua jam pelajaran, atau 2x35 menit.

Persiapan Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh guru sebagai fasilitator sebelum melaksanakan proses pembelajaran

Langkah-langkah Pembelajaran Berisi langkah demi langkah yang harus dipraktekkan fasilitator. Dalam langkah, ada beberapa kutipan yang harus disampaikan langsung kepada siswa. Biasanya kutipan ini ditampilkan dalam paragraf tercetak miring (italic). Fasilitator harus membedakan, mana yang akan disampaikan langsung kepada siswa, dan mana yang harus dilakukan sendiri. Untuk penugasan kelompok, disarankan untuk menuliskan tugas tersebut di papan tulis, atau di media lain yang tersedia. Hal ini penting agar siswa tidak harus mengingat-ingat penugasan yang hanya dibacakan fasilitator. Dengan penugasan tertulis, siswa dapat merujuk penugasan yang biasanya cukup kompleks.

Beberapa pengembangan pembelajaran Bagian ini berisi alternatif pengembangan materi maupun proses pembelajaran yang dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi siswa dan lingkungan sekolah. Alternatif pengembangan pembelajaran ini merupakan kontribusi berharga dari para guru berdasarkan pengalaman mereka melakukan uji coba pembelajaran bersama siswa-siswa mereka.

Lampiran Bagian ini biasanya sudah tercantum di daftar alat bahan, media, dan sumber belajar. Contoh dari media dan sumber belajar yang tertulis atau bergambar, baik berupa naskah kartu-kartu atau LKS, dilampirkan sebagai contoh bagi fasilitator. Di setiap lampiran terdapat penjelasan instruksi penggunaan, fasilitator harus mem­baca instruksi tersebut sebelum menggunakannya dalam kegiatan pem­ belajaran di kelas.

viii

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


Berikut ini adalah contoh gambaran untuk setiap halaman modul:

Contoh Halaman Modul

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

ix


Contoh Lampiran

x

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


Daftar Rujukan • Andlaw, R.J and Rock, W.P. Perawatan Gigi Anak Edisi 2, Widya Medika. Jakarta. 1992. • Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kementrian Kesehatan RI, 201. www.pom.go .id/pom/hukum_perundangan/pdf/ggab_4_25112011.pdf. Diakses pada tanggal April 2012. • Child to Child Ed. Hanburry, C., A Resource Book Part 1. Implementing the Child to Child Approach, Edited by Donna Bailey, Hugh Hawes and Grazyna Bonati, The Child to Child Trust. 1994 • Colgate.Artikel-artikel oral health. http: //colgate.com/app/Cp/US/EN/OC/Information/ Articles/Oral-and-Dental-Health-Basics/Oral-Hygiene/Oral_Hygiene-Basics/articles. cvsp. diakses Oktober 2011. • Direktorat Bina Kesehatan Anak. Pedoman Pelatihan Dokter Kecil.Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementrian Kesehatan RI, 2011. • Ferron, Suzanne; Morgan, Joy and O’Reilly, Morgan. Hygiene Promotion, A Practice Manual for Relief and Development, Intermediate Technology Publication, on behalf of CARE International. 2000. • Fit for School Project. EHCP Teacher Manual. http://www.fitforschool.ph/. Diakses pada Oktober 2011 • Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI). Peraturan Pencantuman Logo Tara Pangan dan Kode Daur Ulang Pada Kemasan Plastik. Peraturan Menteri Perindustrian No 24/M-IND/PER/2/2010. www.gapmmi.or.id/ files/10-2010.pdf. Diakses pada April 2012. • Hidayat, Rahmat., Wisnu Adi, Dianto Bachriadi (ed). Seri Panduan Pemetaan Partisipatif. Garis Pergerakan, Bandung. 2005. • Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penyelenggaraan Kegiatan. Hari CuciTangan Pakai Sabun (HCTPS) ke 5. 15 Oktober Oktober 2012.Anak Sehat Dimulai dari Tangan Sehat. Diakses pada Oktober 2012. Link globalhandwashingday_Indonesia dari milis_ampl@yahoogroups.com yang dikirimkan pada 5 Juli 2012 (00:29:01 -0700(PDT). Diakses 5 Juli 2012. • Program Air, Sanitasi dan Higiene (ASaH),Tim. Pedoman Pembelajaran Partisipasi Berkelompok Air, Sanitasi, dan Higiene di Sekolah Bagi Siswa. Kerja sama Pemerintah Indonesia dan UNICEF, Jakarta. 2010. • Ramadhan,Ardyan Gilang. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Bukune. Jakarta. 2010. • Swiss Federal Institute of Aquatic Science andTechnology. Important Points to Consider When Applying the SODIS Method. http://www.sodis.ch/. Diakses pada tanggal 2 Agustus 2011. • Tjahjo, Nur., Rahadian P. Paramita (ed). Kumpulan Modul: Kegiatan Cuci Tangan untuk Anak Setingkat Sekolah Dasar. Save the Children, Jakarta. 2005. • Unilever, Pepsodent. Teknik Menyikat Gigi yang Benar (Ms. Power Point). http://www. sikatgigipagimalam.com/. Diakses pada tanggal 6 Agustus 2011. Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

xi


xii

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


Water, sanitati on and hygiene in supp ort of school empowerment Supported by

ďŹ

MODUL I :

Diare


2

Modul I -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Diare, Penyebab dan Bagaimana Penyebarannya


UNIT 1.1

Tanda-tanda Diare, Penyebab dan Bagaimana Penyebarannya

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu : • Menjelaskan tanda-tanda seseorang yang terkena diare. • Menjelaskan penyebab utama terjadinya diare.

Ringkasan Materi Pembelajaran • Diare terutama disebabkan oleh kuman/bakteri/virus dalam kotoran manusia yang

masuk ke pencernaan.

• Tanda-tanda utama diare : Sakit perut, BAB cair (mencret), BAB lebih dari 3 x

sehari bahkan lebih dengan konsistensi encer.

Ringkasan Langkah Pembelajaran

Bertanya tentang pengalaman siswa ketika sakit perut

Membacakan cerita Thomas sakit perut

Merangkum cerita dan menyampaikan penyebab Thomas sakit perut

Menyampaikan cara penyebaran dan pencegahan kuman diare

Tugas kelompok menjodohkan kata tentang tanda-tanda diare

Menyimpulkan tanda-tanda dan penyebab diare

Modul I -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Diare, Penyebab dan Bagaimana Penyebarannya

3


Metode Pembelajaran • Bercerita • Diskusi kelompok • Presentasi • Penjelasan

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • Naskah Cerita “Thomas Sakit Perut” (Terlampir)

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan • Membaca lembar cerita “Thomas Sakit Perut”. • Membaca Lembar Informasi Untuk Guru

4

Modul I -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Diare, Penyebab dan Bagaimana Penyebarannya


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal : Persiapan Kegiatan 1. Menanyakan kepada siswa apakah ada yang pernah mengalami sakit perut, buang

air besar terus menerus, hingga harus ke dokter. Minta juga siswa bercerita jika mereka pernah melihat keluarga atau tetangga mereka yang pernah mengalami hal yang sama.

2. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; siswa akan belajar tentang penyebab diare dan

apa tanda-tandanya.

Kegiatan Inti : Membacakan Cerita “Thomas Sakit Perut” 1. Meminta siswa untuk memperhatikan, karena Guru akan bercerita tentang

seseorang yang sakit perut.

2. Menyampaikan bahwa siswa diperbolehkan mencatat hal-hal yang dianggap perlu

ketika Guru sedang bercerita.

3. Setelah siswa siap, Guru membacakan kisah “Thomas Sakit Perut”, secara perlahan.

Jika perlu, mengulangi bagian yang mungkin sulit dipahami siswa.

4. Menanyakan kepada siswa beberapa pertanyaan kunci sebagai berikut, sesuai

dengan alur cerita yang dibacakan. Jawaban siswa dituliskan ke papan tulis. • Siapa yang sakit? • Apa saja yang dimakan Thomas? • Berapa kali Thomas BAB hari itu? • Bagaimana bentuk kotoran Thomas?

5. Merangkum kegiatan tanya jawab pada langkah sebelumnya, merujuk pada cerita

“Thomas Sakit Perut”.  Thomas sakit perut karena jajan sembarangan. Jajanan itu sudah dikerubungi lalat,

karena tidak ditutup dengan rapat. Malam harinya, Thomas sakit perut dan harus bolak-balik ke WC untuk BAB. Kotoran Thomas encer, banyak mengandung air atau disebut mencret.

Modul I -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Diare, Penyebab dan Bagaimana Penyebarannya

5


Menjodohkan Kata Kunci ‘Tanda-tanda Diare’ 6. Menyampaikan kepada siswa bahwa kali ini mereka akan bekerja kelompok untuk mendiskusikan tentang Tanda-tanda Diare. 7. Membentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. 8. Menggambarkan tabel Tanda-tanda Diare seperti tabel di bawah ini:

Mencret Sering BAB Sakit Perut

Mules BAB Berair Lebih 3 kali sehari

9. Menjelaskan agar setiap kelompok mendiskusikan makna kata-kata dalam tabel

tersebut. Ke­lom­pok diminta menjodohkan kata di kotak di kiri dan kanan yan gmemiliki arti yang sama, de­ngan cara menggambar garis yang menghubungkan kedua kata yang cocok.

10. Memeriksa hasil kelompok dan merangkum kesimpulan dan meluruskan hal-hal

yang salah persepsi berdasarkan penugasan.

Kegiatan Akhir: Menyimpulkan hasil belajar 1. Mengajukan pertanyaan refleksi berdasarkan naskah cerita. Menuliskan jawaban

siswa di papan tulis.

• Apa saja tanda-tanda diare yang harus diperhatikan? • Apa yang menyebabkan diare dalam cerita tadi? 2. Menutup sesi belajar dengan menyimpulkan mengenai tanda-tanda diare dan yang

pe­nye­­babnya dengan mengacu pada Lembar Informasi Untuk Guru (Terlampir). Sam­pai­kan diare tidak boleh dibiarkan, anak-anak harus memberitahu orang tua agar segera mendapat perawatan/pengobatan.

3. Menyampaikan bahwa siswa juga akan belajar mengenai mengapa kuman penyakit

penyebab diare bisa tersebar dan bagaimana mencegahnya masuk ke perut.

6

Modul I -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Diare, Penyebab dan Bagaimana Penyebarannya


Beberapa pengembangan pembelajaran 1. Penyampaian pembelajaran dapat dikembangkan dengan diskusi mengenai pencegahan penyakit diare dengan langkah-langkah:  Dimulai dengan penjelasan dari guru mengenai tanda-tanda dan penyebab penyakit diare. Selanjutnya guru membandingkan tanda-tanda tersebut dengan pengalaman siswa ataupun pengamatan siswa terhadap lingkungan sekitar mereka.  Berdasarkan penjelasan dan pengalaman tersebut, siswa kemudian berdiskusi kelompok untuk membahas penyebab penyakit diare dan cara pencegahannya.  Setelah masing-masing mempresentasikan hasil diskusi, guru menyimpulkan dan menambahkan serta memperbaiki informasi yang kurang tepat.

Modul I -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Diare, Penyebab dan Bagaimana Penyebarannya

7


Naskah Cerita “Thomas Sakit Perut� Thomas senang bermain bola. Sepulang sekolah, ia dan teman-temannya bermain sepak bola di halaman sekolah. Mereka bermain dengan senangnya.

Setelah main, Thomas merasa sangat haus dan lapar. Ia melihat tukang jajanan yang berjualan di pinggir lapangan. Makanan dan minuman di tukang jualan tidak ditutupi, dan terlihat banyak sekali lalat yang mengerubunginya.

Karena sudah lapar dan haus, Thomas tidak peduli kalau makanan dan minuman di tukang jajan itu dikerubungi banyak lalat. Ia dan teman-temannya pun asyik menikmati makanan dan minuman itu.

Malam harinya di rumah, Thomas sakit perut. Ia tidak bisa tidur karena harus sering ke WC. Malam itu saja, Thomas sudah BAB lima kali. Setiap kali BAB, kotorannya seperti air. Ayah dan Ibu Thomas akhirnya membawanya ke Dokter untuk berobat.

8

Modul I -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Diare, Penyebab dan Bagaimana Penyebarannya


Lembar Informasi Untuk Guru Laporan WHO tahun 2009 menyebutkan bahwa sekitar 1,1 juta anak usia di atas lima tahun me­ning­gal karena diare. Sementara UNICEF memperkirakan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal karena diare. Kematian diare pada balita di negara-negara berkembang mencapai 1,5 juta jiwa. Data di Indonesia menunjukkan diare adalah pembunuh balita kedua setelah ISPA (In­feksi Saluran Pernafasan Akut). Di Indonesia setiap tahun 100.000 balita meninggal karena diare. Beberapa fakta yang perlu diketahui terkait diare antara lain adalah:  Diare adalah buang-buang air besar cair selama 3 kali atau lebih dalam sehari. Orang

yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini menyebabkan tubuh menjadi lemas, tubuh juga tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat mengakibatkan kematian, terutama pada anak dan balita.

 Penyebab utama diare adalah bakteri Eschericia coli.  Escherichia coli adalah tipe bakteri fecal coliform yang biasanya terdapat pada

alat pencernaan binatang dan manusia. Adanya E.. coli di dalam air adalah indikasi kuat adanya kontaminasi adanya kotoran manusia dan hewan. Saat turun hujan E.coli dapat terbawa ke sumber-sumber air misalnya ke sungai, danau, dan air bawah tanah. Bayangkan jika sumber-sumber air ini tidak diolah dengan baik maka E.coli akan masuk ke dalam makanan dan minuman kita.

 Kuman penyakit yang terdapat dalam tinja, tidak sengaja masuk ke dalam mulut.

Kuman penyakit dapat disebarkan melalui PALANGAN, yaitu Pangan (makanan/ minuman) yang tercemar, L a l a t, dan Tangan yang tercemar, atau benda-benda kotor lain yang masuk ke dalam tubuh.

 Diare dapat menyebabkan KEMATIAN anak-anak, orang dewasa, dan orang tua

karena kehilangan terlalu banyak cairan tubuh.

 Diare memperparah kondisi kekurangan gizi pada diri seseorang, karena: o Gizi makanan yang ada TERBUANG o Sisa gizi makanan yang ada dalam tubuh dipakai untuk MENYEMBUHKAN

JARINGAN YANG RUSAK, sehingga proses pertumbuhan menjadi terhambat.

o Saat diare, biasanya si ibu tidak memberikan makanan kepada si anak, sehingga

memperparah kondisi tubuh penderita  Tindakan terhadap penderita diare adalah: o Memberikan MINUM YANG BANYAK, berupa: ASI, Oralit, air bersih yang telah

dimasak, kuah sup, air tajin, yoghurt, sari buah, teh encer, air kelapa. o Memberikan makan. o Minta bantuan tenaga medis, jika gejala tidak berkurang.

Modul I -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Diare, Penyebab dan Bagaimana Penyebarannya

9


Catatan

10

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


UNIT 1.2

Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu: • Menjelaskan cara penyebaran kuman penyakit diare; • Menjelaskan cara-cara yang mudah dilakukan untuk mencegah penyebaran kuman

penyakit diare;

• Menjelaskan cara-cara termudah untuk pertolongan pertama diare.

Ringkasan Materi Pembelajaran • Penyebaran kuman penyakit penyebab diare: melalui lalat, udara/halaman terbuka,

jari tangan, cairan (minuman), atau makanan.

• Cara-cara yang dapat dilakukan anak untuk mencegah penyebaran kuman penyakit

penyebab diare: BAB di tempat yang benar, menutup/menghindarkan makanan minuman dari lalat, selalu cuci tangan pakai sabun sebelum makan, memakan makanan/minuman/jajanan sehat.

• Pertolongan pertama untuk diare: minum oralit, tetap makan dan minum, atau

cairan gula-garam pengganti oralit.

Ringkasan Langkah Pembelajaran Mengingatkan kembali materi pelajaran Tandatanda Diare

Bertanya kepada murid mengenai kebiasaan BAB di sembarang tempat

Menjelaskan kotoran manusia mengandung banyak kuman

Bertanya kebiasaan penanganan orang sakit diare

Diskusi kelompok membahas cara mencegah penyebaran kuman

Menyusun gambar dan menjelaskan cara masuk kuman diare ke perut

Bertanya dan menjelaskan mengenai manfaat oralit

Menyimpulkan cara penyebaran dan pencegahan kuman diare

Modul I -- Unit 1.2 : Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare

11


Metode Pembelajaran • Penjelasan • Diskusi kelompok • Presentasi • Tanya jawab

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • Kumpulan Gambar untuk Siklus Penyebaran Diare • Contoh Tabel “Mencegah Penyebaran Kuman Penyakit Diare”

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan • Memfotocopy gambar untuk siklus Penyebaran Diare. Jika tidak

memungkinkan dapat menggunting gambar tersebut dan menempelkan pada karton.

• Mempelajari Diagram Penyebaran Kuman Diare.

12

Modul I -- Unit 1.2 : Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal: Pengantar Kegiatan 1. Mengingatkan hasil belajar tentang ‘Tanda-tanda Diare’ dan cerita “Thomas sakit

Perut” dengan mengajukan beberapa pertanyaan pengingat mengenai cerita tersebut.

2. Menyampaikan kembali hasil belajar tentang Tanda-tanda Diare dan penyebabnya. 3. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; siswa akan belajar tentang penyebaran

kuman penyakit diare dan bagaimana mencegahnya, serta apa yang harus segera dilakukan bila terkena diare.

Kegiatan Inti: Menjelaskan prinsip penyebaran kuman penyakit diare 1. Menanyakan kepada siswa beberapa pertanyaan mengenai kebiasaan Buang Air

Besar/Buang Air Kecil (BAB/BAK) kalau di rumah?

2. Menampilkan gambar manusia yang Buang Air Besar (BAB) di sembarang tempat,

dan mengajukan pertanyaan pada siswa :

• Apa yang dilihat pada gambar tersebut? • Apa yang terjadi kalau Buang Air Besar (BAB) di sembarangan tempat? • Apa yang terjadi kalau hujan? • Apa yang terjadi kalau kotoran itu kering? 3. Menjelaskan bahwa kotoran manusia mengandung banyak sekali kuman penyakit

yang bisa membuat kita sakit kalau sampai masuk ke perut.

4. Menampilkan gambar-gambar Lalat, Tangan manusia, Minuman dan Makanan, serta

La­pa­ngan Terbuka (kebun).

5. Mengingatkan siswa pada cerita “Thomas sakit Perut, ajukan pertanyaan: Bagaimana

ka­lau lalat di gambar ini yang mengerubungi makanan yang dimakan Thomas?

Modul I -- Unit 1.2 : Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare

13


6. Menjelaskan sambil menyusun gambar-gambar seperti contoh Diagram Penyebaran

Kuman Diare, bahwa: • Kotoran manusia bisa masuk ke perut karena beberapa sebab, salah satunya adalah lalat. • Ku­man penyakit yang terdapat pada kotoran manusia adalah penyebab utama penyakit dia­re. • Kotoran manusia yang mencemari lingkungan, dapat membuat air di dalam tanah mengandung kuman, dan jika langsung diminum bisa berbahaya. • Makanan atau minuman yang tidak ditutupi dengan rapat dapat terkena kuman penyakit diare, jika ada lalat yang menempel, atau terkena udara yang menerbangkan kuman pe­nya­kit. • Lalat sering mengerubungi kotoran manusia atau kotoran hewan, karenanya kaki dan mulutnya bisa mengandung kuman penyakit dari kotoran itu. • Sehabis Buang Air Besar/Buang Air Kecil, tangan kita juga bisa mengandung kuman penyakit diare, kalau kita memakan sesuatu yang kita pegang, kita akan terkena diare. 7. Memberi kesempatan bertanya kepada siswa jika ada yang dianggap belum jelas, dan menjawab pertanyaan.

Mendiskusikan cara mencegah penyebaran kuman penyakit diare 8. Menyampaikan kepada siswa bahwa kali ini mereka akan bekerja kelompok untuk

mendiskusi­kan tentang cara mudah mencegah kuman penyakit diare.

9. Membentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. 10. Menggambar tabel di papan tulis sesuai contoh (terlampir) dan meminta setiap

kelompok menjaa pertanyaan dalam tabel tersebut.

11. Menuliskan judul tabel: “Mencegah Penyebaran Kuman Penyakit Diare”. 12. Menuliskan pertanyaan di bagian bawah masing-masing gambar pada tabel. 13. Menjelaskan tugas kelompok, bahwa Kelompok diminta mendiskusikan bagaimana

cara mence­gah agar kotoran manusia itu tidak sampai ke masuk ke perut dan mengakibatkan diare.

14. Membahas bersama hasil kelompok menggunakan Gambar Diagram Penyebaran

Kuman Dia­re yang tadi sudah dibuat. Guru mengapresiasi hasil diskusi kelompok. Guru selanjutnya menambahkan penjelasan: • Karena kotoran manusia adalah penyebab diare, maka kita harus selalu Buang Air •

• • • •

14

Besar (BAB) dan Buang air Kecil (BAK) di tempat yang benar, yaitu di WC. Untuk menghindari kuman tersebut menyebar, kita harus menjaga makanan/ minuman agar tidak tercemar oleh lalat, caranya dengan selalu menutup minuman dan makanan. Meminum air yang sudah dimasak atau sudah layak minum. Menjaga agar lingkungan tidak kotor dengan tidak membuang sampah sembarangan. Penting untuk mencuci tangan sebelum makan, agar kuman pada tangan tidak ikut masuk ke dalam perut dan mengakibatkan diare. Penting untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum makan, agar kuman pada tangannya tidak ikut masuk ke dalam perut dan mengakibatkan diare.

Modul I -- Unit 1.2 : Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare


Mendiskusikan cara mudah untuk pertolongan pertama diare 15. Siswa diajak berdiskusi tentang pertolongan pertama diare: • Pernahkan anggota keluarga di rumah mengalami diare? Sebutkan nama dan

hubungan keluarga dengan anak (adik, kakak, sepupu, dll).

• Apa yang dilakukan jika ada yang terkena diare? • Jika belum ada yang menyebut Oralit, pernahkah anak-anak mendengar tentang Oralit? • Jika sudah ada yang menyebut Oralit, minta anak tersebut menjelaskan apa yang

diketahuinya tentang Oralit.

16. Menjelaskan tentang pentingnya Oralit bagi orang yang terkena diare. • Pertolongan pertama dan utama untuk Diare adalah menjaga tubuh tidak

kehabisan cairan. • Cairan yang dibutuhkan tubuh itu bukan hanya air tetapi juga cairan khusus, biasanya yang digunakan adalah Oralit. • Oralit sangat mudah ditemukan di apotik, sebaiknya di rumah orang tua menyediakan Oralit. 17. Siswa diberi kesempatan bertanya jika ada yang belum jelas, kemudian membahas kesimpul­an pertolongan pertama bagi diare yang mudah dilakukan yaitu memberi Oralit.

Kegiatan Akhir : Menyimpulkan hasil belajar 1. Mengajukan pertanyaan refleksi mengenai apa yang sudah dipelajari: • Bagaimana kuman penyakit diare dapat menyebar dan membuat kita sakit? • Bagaimana cara mencegahnya? • Bagaimana cara mudah pertolongan pertama untuk diare? 2. Menutup sesi belajar dengan menyimpulkan hal-hal inti mengenai penyebaran

kuman penyakit diare dan cara mencegahnya serta pertolongan pertama diare. • Kuman penyakit diare dapat menyebar melalui banyak cara, karenanya harus diper­

hatikan kebersihan makanan, air minum, dan lingkungan sekitar.

• Karena kotoran manusia adalah penyebab diare, maka kita harus selalu Buang Air

Besar (BAB) dan Buang air Kecil (BAK) di tempat yang benar, yaitu jamban.

• Untuk menghindari kuman tersebut menyebar, kita harus menjaga makanan/

• • • •

minuman agar tidak tercemar oleh lalat, meminum air yang sudah dimasak atau sudah layak minum, dan menjaga agar lingkungan tidak kotor. Kalau mau jajan, perhatikan makanan/minuman yang akan dibeli. Jangan beli makanan/minuman yang tidak tertutup rapat, apalagi yang dikerubungi lalat. Penting untuk mencuci tangan sebelum makan, agar kuman pada tangan tidak ikut masuk ke dalam perut dan mengakibatkan diare. Jika terkena diare, harus banyak meminum cairan. Cairan yang dibutuhkan tubuh itu bukan hanya air tetapi juga cairan khusus, biasanya yang digunakan adalah Oralit. Oralit sangat mudah ditemukan di apotik, sebaiknya di rumah orang tua menyediakan Oralit.

Modul I -- Unit 1.2 : Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare

15


Beberapa pengembangan pembelajaran Penyampaian materi penularan dapat dilakukan dengan melakukan percobaan sederhana un­ tuk menunjukkan kotoran dapat menempel di kaki lalat. Guru menggunakan rambut yang di­celupkan ke dalam tepung, bedak, atau air. Sisa tepung, bedak, atau air yang menempel di ram­but dapat dijelaskan sebagai kotoran manusia yang menempel pada kaki lalat ketika lalat hinggap di atas kotoran manusia. Untuk siswa kelas 1-3 sekolah dasar, materi pembelajaran dapat difokuskan pada Prinsip Penye­baran Kuman Diare.

Contoh Gambar

“Diagram Penyebaran Kuman Diare” Catatan : Pada saat menjelaskan tentang cara pencegahan, tandai bagian-bagian sebagai berikut: • Pada panah dari gambar orang BAB ke arah gambar wadah air, kebun/lapangan, dan lalat, tutup dengan tulisan “BAB di jamban”. • Pada panah dari gambar orang BAB ke arah gambar tangan, tutup dengan tulisan “Cuci tangan pakai sabun”. • Pada bagian panah dari wadah air ke arah gambar makanan, tutup dengan tulisan “Air matang”. • Pada bagian panah dari kebun/lapangan dan lalat ke arah ke arah gambar makanan, beri tutup dengan tulisan “Menutup makanan”. • Pada bagian panah dari gambar tangan ke arah gambar makanan, tutup dengan tulisan “Cuci tangan pakai sabun”.

16

Modul I -- Unit 1.2 : Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare


Modul I -- Unit 1.2 : Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare

17

Kelompok-5

Kelompok-4

Kelompok-3

Kelompok-2

Kelompok-1

Bagaimana supaya kotoran manusia tidak ada di sembarangan tempat?

Bagaimana supaya Bagaimana supaya Bagaimana supaya Bagaimana supaya tidak banyak lalat di makanan/minuman tangan kita bersih dari su­paya lingkungan/ dalam dan sekitar tidak dikerubungi bekas BAB/BAK atau hala­man kita bersih? rumah kita? lalat? kotoran lain ketika kita melakukan sesuatu?

Contoh Tabel “Mencegah Penyebaran Kuman Penyakit Diare”


18

Modul I -- Unit 1.2 : Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare


Modul I -- Unit 1.2 : Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare

19


20

Modul I -- Unit 1.2 : Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare


Modul I -- Unit 1.2 : Penyebaran, Pencegahan, dan Pertolongan Pertama terhadap Diare

21


Catatan

22

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


Water, sanitati on and hygiene in supp ort of school empowerment Supported by

ďŹ

MODUL II :

Cuci Tangan Pakai Sabun


24

Modul II -- Unit 1.1 : Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


UNIT 1.1

Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu : • Menjelaskan manfaat mencuci tangan pakai sabun. • Mempraktekkan cara mencuci tangan pakai sabun dengan benar.

Ringkasan Materi Pembelajaran • Cuci tangan harus pakai sabun, karena bisa menghilangkan lemak di jari tangan yang menjadi tempat menempelnya kotoran dan kuman penyakit. • Tata cara mencuci CTPS yang benar: basuh, gosok dengan sabun ke telapak tangan, punggung tangan dan sela jari serta kuku, bilas dengan air bersih, keringkan dengan lap bersih.

Ringkasan Langkah Pembelajaran Menanyakan kebiasaan cuci tangan

Percobaan mencuci tangan hanya menggunakan air

Percobaan mengotori tangan dengan serutan pinsil atau arang

Praktek cuci tangan memakai sabun

Memperagakan cara cuci tangan memakai sabun

Menjelaskan kekurangan cuci tangan hanya menggunakan air

Membandingkan hasil cuci tangan memakai air dan memakai sabun

Menyimpulkan manfaat dan cara cuci tangan memakai sabun

Modul II -- Unit 1.1 : Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

25


Metode Pembelajaran • Eksperimen • Penjelasan • Presentasi

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • Pensil 2B atau yang lebih gelap (bisa juga menggunakan arang atau abu berkas pembakaran kertas). • Perlengkapan Cuci Tangan Pakai Sabun.

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan • Persiapkan semua alat dan bahan. Siapkan perlengkapan cuci tangan jika tidak mungkin meminta siswa membawa perlengkapan dari rumah. • Persiapan poster cara mencuci tangan jika memungkinkan.

26

Modul II -- Unit 1.1 : Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Menanyakan kepada siswa cara mencuci tangan yang mereka ketahui. (Jika diperlukan, minta salah satu siswa untuk mempraktekkannya di depan kelas). 2. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; Siswa akan belajar tentang mengapa mencuci tangan harus pakai sabun, dan bagaimana caranya.

Kegiatan Inti : Membuktikan sabun penting dalam mencuci tangan 3. Meminta dua atau tiga orang siswa maju ke depan secara sukarela. 4. Kedua siswa tersebut diminta untuk mengotori kedua tangan mereka dengan serutan pensil atau arang. 5. Setelah itu siswa tersebut diminta mencuci tangan tanpa sabun hanya menggunakan air di ember. 6. Kedua siswa tersebut diminta menunjukkan tangannya kepada semua siswa di kelas. Tanyakan kepada seluruh siswa apakah bekas serutan pensil atau arang masih ada di tangan kedua tangan teman mereka? 7. Menanyakan kepada siswa: Apakah setelah dicuci dengan air saja kotoran serutan pencil/ arang masih kelihatan? 8. Meminta kedua siswa tersebut kembali mencuci tangan mereka dengan menggunakan sabun. 9. Kedua siswa tersebut diminta menunjukkan tangannya kembali kepada semua siswa di kelas. Tanyakan kepada seluruh siswa: Apakah sekarang bekas serutan pensil atau arang masih kelihatan di tangan kedua tangan teman mereka? 10. Sampaikan bahwa mencuci tangan dengan air saja belum tentu bisa menghilangkan semua kotoran. Diperlukan bantuan sabun untuk menghilangkan bekas kotoran yang menempel karena minyak.

Modul II -- Unit 1.1 : Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

27


Memperagakan cuci tangan pakai sabun 11. Mempersiapkan peragaan sesuai gambar tahapan cuci tangan tersebut, menulis tahapan mencuci tangan pakai sabun. 12. Memperagakan langkah-langkah mencuci tangan pakai sabun, dan meminta siswa memperhatikan, dengan langkah sebagai berikut: - Basahi tangan dengan air mengalir dan sabun sampai berbusa. - Gosok tangan bersama dengan lembut selama minimal 15 – 20 detik. - Gosok seluruh permukaan tangan, termasuk punggungnya, pergelangan, di antara jari dan celah dibalik kuku. - Bilas pakai air mengalir dengan baik, - Keringkan tangan dengan kertas toilet bersih atau dikibas-kibaskan di udara 13. Memberi kesempatan kepada siswa bertanya jika ada penugasan yang belum jelas. 14. Meminta siswa bersama-sama mengikuti langkah-langkah mencuci tangan pakai sabun sesuai petunjuk Guru. 15. Mempersilakan siswa mencoba sendiri mencuci tangan pakai sabun secara bergiliran. 16. Membahas bersama hasil praktek mencuci tangan pakai sabun, mengapresiasi semua upaya siswa meski ada yang belum tepat.

Kegiatan Akhir: Menyimpulkan hasil belajar 1. Menutup sesi belajar dengan menyimpulkan hal-hal inti mengenai cuci tangan pakai sabun. - Tangan kita mengandung minyak yang menyebabkan kotoran mudah melekat, seperti pada contoh serutan pensil/arang pada ujung jari tangan. - Mencuci tangan tanpa sabun sulit menghilangkan minyak/lemak yang membuat kotoran menempel, karenanya perlu bantuan sabun. - Mencuci tangan pakai sabun perlu memperhatikan bagian-bagian utama yang perlu digosok, seperti jari tangan, sela kuku, dan punggung tangan agar kuman benar-benar hilang dari tangan.

Beberapa pengembangan pembelajaran 1. Untuk siswa kelas 1-3 selain memberi contoh melalui peragaan, jika memungkinkan guru dapat memperlihatkan gambar cara mencuci tangan memakai sabun yang benar. 2. Penyampaian materi cucitangan pakai sabun dapat dijadikan satu dalam materi keberihan anggota badan, terutama tangan dan kuku. Penekanan pembelajaran adalah pentingnya menjaga kebersihan tangan.

28

Modul II -- Unit 1.1 : Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


Tata Cara Cuci Tangan Pakai Sabun

Modul II -- Unit 1.1 : Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

29


Lembar Informasi Untuk Guru Cuci Tangan Pakai Sabun Tangan kita melakukan segalanya.Tangan yang bebas memegang benda di sekeliling kita akan mudah sekali tercemar oleh kotoran/tinja/urine secara sengaja atau tidak sengaja.

30

Modul II -- Unit 1.1 : Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


Pada umumnya, bagi banyak keluarga Indonesia, cuci tangan belum menjadi kebiasaan. Mi足sal足nya tangan tidak dicuci bersih dengan sabun setelah BAB/BAK yang kemudian dapat me足nyebabkan tangan tercemar kuman penyakit dan akan membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain bila dia menjamah masakan/ makanan. Tangan yang tercemar Kuman pada akhirnya dapat mengakibatkan munculnya berbagai panyakit seperti dalam gambar di bawah ini.

Tangan yang tercemar Kuman pada akhirnya dapat mengakibatkan munculnya berbagai panyakit seperti dalam gambar di samping ini.

Sakit Perut

Penyakit Cacingan Penyakit infeksi lain, seperti: Mata, Hepatitis, polio.

Flu Burung Modul II -- Unit 1.1 : Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

31


Untuk menghindari semua itu, cuci tangan harus menggunakan sabun. Deterjen sendiri berasal dari bahasa Latin detergere yang berarti “untuk membersihkan”. Deterjen adalah zat yang membersihkan, jadi secara teknis sabun adalah deterjen. Keduanya membersihkan dengan cara yang sama.

Bagaimana cara kerja sabun dan detergen membersihkan? Molekul-molekul sabun dan deterjen mampu membersihkan karena sebagian molekul ter­sebut tertarik ke air dan sebagian lain tertarik ke minyak. Kotoran biasanya bercampur de­ngan minyak, sedangkan minyak dan air biasanya tidak bercampur, te­tapi molekul-molekul sabun dan deterjen mengikat minyak dan air. Air bekas cucian kemudian menghanyutkan molekulmolekul yang terikat.

Kapan pertama kali digunakan? Orang-orang jaman dahulu menggunakan air dan abu kayu untuk mencuci dan kemudian menghalus­kan tubuhnya dengan lemak atau minyak yang berasal dari hewan atau tumbuh-tumbuhan. Kira-kira 2000 tahun yang lalu, bangsa Gaul menemukan sabun yang dibuat dari abu kayu dan lemak hewan. Potash atau kalium karbonat (garam abu), zat kimia yang ada pada abu kayu, bereaksi dengan lemak, dan menghasilkan sabun. Pada awalnya mereka menggunakannya untuk membuat rambut mereka lebih bercahaya. Pabrik sabun dan batangan sabun yang harum ditemukan di kota Pompeii, sebuah kota yang musnah pada abad pertama setelah masehi. Sedangkan deterjen yang dibuat dengan zat kimia dari petroleum (bukan dari lemak hewan) di­per­kenalkan di Amerika Serikat pada awal tahun 1930an. Deterjen-deterjen pertama mem­punyai ke­mampuan membersihkan yang terbatas. Kelemahan tersebut secara perlahan diperbaiki sehingga de­ terjen tidak lagi dibuat hanya dari satu zat tetapi dari campuran berbagai zat, termasuk zat yang mempunyai kemampuan untuk melunakkan air. Kini deterjen telah dicampur bahan-bahan tam­ bahan lain seperti zat untuk membuat menjadi cemerlang, pemutih, pewangi dan pengawet warna.

Bagaimana reaksi sabun dalam air? Setidaknya dikenal dua jenis air yang dapat mempengaruhi kemampuan sabun untuk mem­ber­­sihkan. Air yang kaya dengan mineral-mineral kalsium, magnesium dan/atau besi disebut air sadah. Air yang sedikit atau bahkan tidak mengandung mineral-mineral ini disebut air lunak. Kemampuan sabun untuk membersihkan akan berkurang jika digunakan dalam air sadah. Mi­neral-mineral kalsium yang banyak terkandung dalam air sadah akan bereaksi dengan molekul sabun yang berfungsi menarik air. Keduanya akan membentuk zat padat berlilin disebut kerak sabun, yang tidak dapat larut dalam air. Kerak sabun meninggalkan endapan-endapan yang dapat dilihat di balik bak mandi (“tepian bak mandi”).

32

Modul II -- Unit 1.1 : Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)


Sumber Informasi Lembar Informasi Untuk Guru • Program Air, Sanitasi dan Higiene (ASaH),Tim. Pedoman Pembelajaran Partisipasi Berkelompok Air, Sanitasi, dan Higiene di Sekolah Bagi Siswa. Kerja sama Pemerintah Indonesia dan UNICEF, Jakarta. 2010. • Tjahjo, Nur., Rahadian P. Paramita (ed). Kumpulan Modul: Kegiatan Cuci Tangan untuk Anak Setingkat Sekolah Dasar. Save the Children, Jakarta. 2005.

Modul II -- Unit 1.1 : Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

33


Catatan

34

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


UNIT 1.2

Waktu-waktu Penting Mencuci Tangan

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu : • Menjelaskan kapan waktu penting dalam mencuci tangan pakai sabun (CTPS).

Ringkasan Materi Pembelajaran Waktu penting mencuci tangan: • Sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan/ jajan. • Setelah BAB/BAK atau mengganti popok adik yang ngompol.

Ringkasan Langkah Pembelajaran Menyampaikan hasil belajar cuci tangan dan kaitan dengan Diare

Menanyakan kebiasaan sebelum dan sesudah makan

Menjelaskan pentingnya mencuci tangan sebelum makan

Mengisi tabel dengan mengajukan pertanyaan waktu cuci tangan

Menjelaskan alasan perlunya cuci tangan pada waktu penting

Diskusi kelompok tentang waktu yang dianggap penting untuk cuci tangan

Menyimpulkan waktu penting mencuci tangan

Modul II -- Unit 1.2 : Waktu-waktu Penting Mencuci Tangan

35


Metode Pembelajaran • Tanya-Jawab • Penjelasan • Diskusi kelompok • Presentasi

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • Contoh Gambar Diagram Penyebaran Kuman Diare. • Contoh Tabel “Waktu Penting Mencuci Tangan”. • Kumpulan Gambar untuk Penyebaran Diare (terlampir).

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan • Siapkan gambar Diagram Penyebaran kuman Diare yang telah dibuat

sebelumnya.

• Siapkan poster atau gambar cara mencuci tangan jika memungkinkan.

36

Modul II -- Unit 1.2 : Waktu-waktu Penting Mencuci Tangan


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Menanyakan apa saja yang diingat siswa tentang hasil belajar pada sesi “Cara Cuci

Tangan Pakai Sabun”.

2. Mengingatkan kembali kaitan cuci tangan dengan hasil belajar tentang penyebab

Diare dan pencegahannya.

3. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; siswa akan belajar tentang kapan mencuci

tangan perlu dilakukan, dan bagaimana caranya.

Kegiatan Inti : Menggali pengalaman seputar kebiasaan sebelum dan sesudah makan 1. Menanyakan kepada siswa beberapa pertanyaan berikut, dan menuliskan kata kunci

jawabannya pada papan tulis:

• Apa yang biasanya dilakukan para siswa sebelum dan sesudah makan? 2. Jika materi pencegahan diare sudah disampaikan sebelumnya, ingatkan kembali

Diagram Penyebaran Diare, terutama pada bagian ‘Tangan’ yang dapat menyebarkan kuman penyakit diare.

3. Menjelaskan kaitan kepentingan cuci tangan pada waktu sebelum dan sesudah makan. • Apabila sebelum makan kita memegang barang atau terkena kotoran yang mengandung

kuman penyakit diare, maka kemungkinan tangan kita sudah ‘tercemar’ kuman penyakit.

• Tangan, atau jari-jari tangan, menjadi salah satu penyebab masuknya kuman penyakit

ke dalam perut. Ketika makan, kita memegang makanan, atau alat-alat makan yang kita gunakan.

4. Memberi kesempatan bertanya kepada siswa jika ada pembahasan yang dianggap

belum jelas, dan menjawab pertanyaan. Mendiskusikan waktu penting mencuci tangan 5. Menempelkan gambar Diagram Penyebaran Diare di papan tulis. 6. Membentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. 7. Menjelaskan tugas kelompok sebagai berikut: • Kelompok diminta memperhatikan gambar Diagram Penyebaran Kuman Diare

yang sudah disusun di papan tulis.

• Kelompok diminta mendiskusikan sesudah peristiwa apa saja kuman penyakit bisa

sampai masuk ke perut melalui kedua tangan?

8. Meminta perwakilan tiap kelompok membacakan hasilnya dan guru mencatat ke papan tulis. 9. Membahas bersama hasil kelompok, mengapresiasi semua jawaban siswa meski ada

yang kurang tepat. Modul II -- Unit 1.2 : Waktu-waktu Penting Mencuci Tangan

37


Kegiatan Akhir: Menyimpulkan hasil belajar 1. Memberikan penguatan serta menyimpulkan keuntungan dari mencuci tangan pakai

sabun dengan mengajukan pertanyaan:

• Kita harus mencuci tangan sebelum…? • Kita harus mencuci tangan sesudah…? 2. Menuliskan jawaban pada tabel “Sesudah” dan “Sebelum” di papan tulis. 3. Menutup sesi belajar dengan menyimpulkan hal-hal inti mengenai waktu penting

mencuci tangan.

• Waktu penting mencuci tangan, adalah waktu-waktu dimana tangan kita

kemungkinan besar terkena kuman penyakit diare, dan bisa berakibat masuknya kuman ke dalam perut.

• Pada waktu itulah kita harus segera mencuci tangan, terutama mencuci tangan

dengan sabun.

4. Menyampaikan bahwa akan dibahas pula mengenai bagaimana mencuci tangan yang

benar, agar kuman penyakit bisa hilang dari tangan.

Beberapa pengembangan pembelajaran 1. Digunakan sebagai pengayaan materi untuk mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan pada kelas 2 sekolah dasar dengan kompetensi dasar menjaga kebersihan tangan dan kaki. 2. Untuk siswa kelas 1-3 diskusi mengenai waktu penting cuci tangan dilaksanakan secara lisan. 3. Penyampaian materi waktu penting cuci tangan dapat juga disatukan dengan penyampaian materi Cuci Tangan Pakai Sabun. Setelah praktek cuci tangan pakai sabun, guru menyampaikan penjelasan waktu penting cuci tangan dengan terlebih dahulu menanyakan: “Kapan biasanya kita mencuci tangan?”. Simpulkan waktu penting cuci tangan yang benar dan tambahkan informasi untuk memperbaiki informasi yang belum tepat.

38

Modul II -- Unit 1.2 : Waktu-waktu Penting Mencuci Tangan


Contoh Gambar

“Diagram Penyebaran Kuman Diare�

Catatan: Gunakan gambar-gambar Diagram Penyebaran Kuman Diare yang sudah ada, dan hubungkan dengan panah-panah seperti contoh di atas.

Modul II -- Unit 1.2 : Waktu-waktu Penting Mencuci Tangan

39


Contoh Tabel

“Waktu Penting Mencuci Tangan� Sebelum

Sesudah

40

Modul II -- Unit 1.2 : Waktu-waktu Penting Mencuci Tangan


Lembar Informasi Untuk Guru Waktu Penting Cuci Tangan Pakai Sabun Salah satu pesan penting kegiatan mencuci tangan pakai sabun adalah berkaitan waktu-waktu penting kegiatan tersebut dilakukan. Di Indonesia diperkenalkan 5 waktu penting untuk mencuci tangan yaitu :

1. Setelah buang air besar (BAB)

3. Sebelum menyiapkan makanan

2. Setelah membersih anak yang buang air besar (BAB)

4. Sebelum makan

5. Setelah memegang/ menyentuh hewan

Modul II -- Unit 1.2 : Waktu-waktu Penting Mencuci Tangan

41


Sumber Informasi Lembar Informasi Untuk Guru •

42

Kementrian Kesehatan RI. Panduan Penyelenggaraan Kegiatan. Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) ke 5. 15 Oktober Oktober 2012. Anak Sehat Dimulai dari Tangan Sehat. Diakses pada Oktober 2012. Link globalhandwashingday_Indonesia dari HYPERLINK “mailto:milis_ampl@ yahoogroups.com” milis_ampl@yahoogroups.com yang dikirimkan pada 5 Juli 2012 (00:29:01 -0700(PDT). Diakses 5 Juli 2012.

Modul II -- Unit 1.2 : Waktu-waktu Penting Mencuci Tangan


Catatan

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

43


44

Modul II -- Unit 1.2 : Waktu-waktu Penting Mencuci Tangan


Water, sanitati on and hygiene in supp ort of school empowerment Supported by

ďŹ

MODUL III :

Makanan Sehat dan Bergizi


46

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi


UNIT 1.1

Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu: • Menjelaskan perbedaan makanan/minuman atau jajanan yang aman dan yang tidak aman, sehingga menghindari risiko terkena diare. • Mengidentifikasi makanan sehat yang dapat/mudah ditemui di lingkungan sekitar.

Ringkasan Materi Pembelajaran • Beberapa tanda makanan yang aman dimakan: dijual di tempat yang bersih, terlindungi de­ngan penutup; tidak ada lalat atau semut yang mengerubungi makanan; dibungkus de­ngan plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman; warna makanan sesuai bahannya, alami, dan lembut; rasa manis dari makanan tidak berlebihan, sesuai rasa gula putih atau gula merah; gorengan yang baru dimasak, dengan minyak goreng yang baru; makanan masih segar, tidak terlihat berjamur atau berlendir, belum lewat tanggal kadaluarsa untuk makanan produksi pabrik. • Beberapa tanda makanan yang tidak aman dimakan adalah kebalikan dari ciri-ciri di atas: di­jual di tempat terbuka, kotor, tanpa penutup; banyak dikerubungi serangga seperti lalat, semut, dll.; dibungkus dengan kertas bekas, atau bekas koran/majalah; makanan berwarna terlalu menyolok, misalnya merah, atau kuning terang; makanan yang terasa pahit; ke­mungkinan memakai pemanis buatan; gorengan yang terlihat gelap dan kalau digigit sudah keras; makanan sudah bau basi/tengik karena sudah terlalu lama sudah melewati tanggal kadaluarsa untuk makanan produksi pabrik.

Ringkasan Langkah Pembelajaran Mengingatkan hasil belajar penyebaran kuman diare

Menanyakan jajanan yang sering dimakan di sekolah

Tugas kelompok memasang kartu tanda makanan yang aman

Menyimpulkan jajanan aman untuk mencegah diare

Membahas tanda-tanda makanan yang aman untuk dimakan

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi

47


Metode Pembelajaran: • Memasangkan Kartu/Menjodohkan • Presentasi • Penjelasan

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar: • Gambar Diagram Siklus Penyebaran Kuman Diare. • 5 pasang kartu-kartu berukuran 21 x 10 cm berisi “Tanda-tanda Jajanan yang Aman dan Tidak Aman Dimakan” (bisa diganti dengan gambar yang mempunyai pesan sama) . • Selotip kertas.

Waktu Pembelajaran: 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan: • Memfotocopy gambar untuk Diagram Siklus Kuman Diare dan menempelkan pada kar­ton manila seperti contoh dalam Diagram Siklus Kuman Diare. • Memfotocopy, menggunting, dan menempelkan tulisan dalam tabel makanan makanan/jajanan aman masing-masing ke dalam kartu berukuran 21 x 10 cm. Jika tidak memungkinkan guru dapat menyalin tulisan tersebut.

48

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi


Langkah-langkah Pembelajaran: Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Menanyakan apakah siswa masih ada yang ingat dengan hasil belajar tentang penyebab dan penyebaran kuman penyakit diare. 2. Menunjukkan gambar Diagram Siklus Penyebaran Diare, dan menyampaikan kembali hasil belajar tentang penyebab dan penyebaran kuman penyakit diare. 3. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; Siswa akan belajar tentang makanan, minuman, atau jajanan yang aman dimakan untuk menghindari diare.

Kegiatan Inti : Mendiskusikan tanda-tanda jajanan yang aman dimakan 1. Menanyakan kepada siswa: Jajanan apa yang sering dimakan di sekolah? 2. Membentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. 3. Mem­persiapkan set kartu-kartu untuk dibagikan kepada kelompok. 4. Menjelaskan tugas kelompok sebagai berikut: • Setiap kelompok akan menerima1pasang kartu berisi tanda-tanda jajanan yang aman dimakan, dan yang tidak aman dimakan. • Kelompok diminta mendiskusikan, dan menemukan mana tanda-tanda jajanan yang aman dimakan, dan kartu pasangannya tanda-tanda jajanan yang tidak aman. • Kelompok harus memasangkan kartu-kartu itu sesuai isinya, pada kolom tabel yang sudah dipasang oleh guru. 5. Meminta siswa tiap kelompok mempresentasikan hasil kelompok masing-masing. 6. Mem­bahas bersama pasangan kartu yang benar, dan mengapresiasi semua upaya siswa meski ada yang belum tepat. 7. Menjelaskan kembali jika ada kata-kata atau kalimat dalam kartu-kartu tersebut yang ti­dak dipahami siswa.

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi

49


Kegiatan Akhir : Menyimpulkan hasil belajar 1. Meminta siswa menjawab pertanyaan refleksi berikut ini: • Apa saja tanda-tanda jajanan yang tidak aman dimakan? • Apa saja tanda-tanda jajanan yang aman dimakan? 2. Menutup sesi belajar dengan menyimpulkan hal-hal inti mengenai jajanan aman untuk mencegah Diare.

Beberapa pengembangan pembelajaran 1. Pembelajaran dapat dimulai dengan menyanyikan lagu yang mempunyai tema mirip dengan materi pembelajaran. 2. Untuk kelas 1-3, kegiatan diskusi dapat diganti dengan cerita dan pengamatan se­ der­ ha­­ na mengenai kondisi dan ciri-ciri makanan yang ada di sekitar lingkungan sekolah dan rumah mereka. 3. Untuk siswa kelas 1-3 perlu diperhatikan kemampuan membaca dari siswa. Jika siswa be­lum bisa membaca, guru dapat menggantikan tulisan di dalam tabel dengan gambar yang ditempelkan di karton.

50

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi


Contoh Gambar

“Diagram Siklus Penyebaran Diare”

Catatan: Gunakan gambar-gambar Diagram Penyebaran Diare yang sudah ada, dan hubungkan dengan panah-panah seperti contoh di atas.

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi

51


Contoh Isian pada Kartu-kartu

“Tanda-tanda Makanan/Jajanan Aman” Makanan/Minuman/Jajanan yang Aman Dimakan Dijual di tempat yang terlindungi dengan penutup.

Makanan/Minuman/Jajanan Tidak Aman Dimakan

bersih, Dijual di tempat terbuka, kotor, tanpa pe­nutup.

Tidak ada lalat atau semut yang Banyak dikerubungi serangga seperti menge­ru­bungi makanan. lalat, semut, dll. Dibungkus dengan plastik atau Dibungkus dengan kertas bekas, atau kemasan lain yang bersih dan aman. bekas koran/majalah. Warna makanan sesuai bahannya, Makanan berwarna terlalu menyolok, alami, dan lembut. misalnya merah, atau kuning terang. Rasa manis dari makanan tidak berlebihan, sesuai rasa gula putih atau gula merah. Gorengan yang baru dimasak, dengan mi­nyak goreng yang baru.

Makanan yang terasa pahit; kemungkinan memakai pemanis buatan. Gorengan yang terlihat gelap dan kalau digigit sudah keras.

Makanan masih segar, tidak terlihat Makanan sudah bau basi/tengik karena berjamur atau berlendir. sudah terlalu lama (kadaluarsa)

Catatan: Kalimat dalam tabel ini tersedia dalam lampiran, berupa kartu-kartu berukuran 1/3 kertas A4 yang dapat difotokopi dan diperbanyak sejumlah kelompok. Setiap kelompok mendapat satu set kartu, yang terdiri dari 7 kartu tentang Makanan/Minuman/Jajanan yang Aman Dimakan, dan 7 kartu tentang Makanan/Minuman/Jajanan Tidak Aman Dimakan

52

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi


Dijual di tempat yang bersih, terlindungi dengan penutup.

Tidak ada lalat atau semut yang mengerubungi makanan.

Dibungkus dengan plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman. Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi

53


Warna makanan sesuai bahannya, alami, dan lembut.

Rasa manis dari makanan tidak berlebihan, sesuai rasa gula putih atau gula merah.

Gorengan yang baru dimasak, dengan minyak goreng yang baru.

54

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi


Makanan masih segar, tidak terlihat berjamur atau berlendir.

Banyak dikerubungi serangga seperti lalat, semut, dll.

Dibungkus dengan kertas bekas, atau bekas koran/majalah.

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi

55


Makanan berwarna terlalu menyolok, misalnya merah, atau kuning terang.

Makanan yang terasa pahit; kemungkinan memakai pemanis buatan.

Gorengan yang terlihat gelap dan kalau digigit sudah keras.

56

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi


Makanan sudah bau basi/tengik karena sudah terlalu lama (kadaluarsa).

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi

57


Lembar Informasi Untuk Guru Makanan Jajanan Anak Sekolah Jajan pada saat waktu sekolah merupakan perilaku lazim yang dijumpai pada setiap anak sekolah dan konsumsi nutrisi dari jajanan menyumbang sekitar 36% dari total energy yang dikonsumsi oleh anak-anak. Pada jam istirahat sekolah, anak-anak akan mengalami lapar sementara dan jumlah kalori yang sebaiknya dikonsumsi pada jeda jam belajar itu sekitar 50 – 300 kalori, yaitu seperempat sampai sepertiga energy untuk asupan makanan siang. Jenis jajanan pun sebaiknya memenuhi unsur tenaga, unsur pengatur dan unsur pembangun. Peredaran makanan jajanan di sekolah mengundang kekhawatiran orang tua dan para pemerhati nutrisi anak-anak karena banyaknya makanan yang tidak aman untuk dikonsumsi oleh anak-anak baik dari sisi keamanan fisik, kimiawi dan biologis. Ketidakamanan jajanan tersebut dimulai dari jenis bahan, proses pengolahan dan penyajiannya.

Panduan informasi jajanan untuk anak Idealnya anak-anak mendapatkan jajanan atau cemilan yang dibawa dari rumah, namun bila hal tersebut tidak memungkinkan, anak-anak harus mendapatkan panduan informasi seperti : • Berhati-hati terhadap makanan dan minuman dengan warna yang menyolok yang ditemukan pada jenis-jenis kerupuk, keripik, mie, saus, minuman, dsb. Pewarnaan yang menyolok pada makanan biasanya menandai makanan tersebut tidak aman untuk dikonsumsi, pilihan terbaik adalah dengan makanan berpewarna alami. • Mencicipi rasanya terhadap jenis makanan yang sangat gurih atau membuat lidah bergetar sebagai salah satu pertanda jenis makanan tersebut tidak aman. Apabila kemudian disertai rasa haus atau mual atau pusing bisa dipastikan makanan tersebut mengandung bahan makanan tambahan berbahaya bagi kesehatan. • Baui aroma bila ditemukan bau apek, tengik yang menunjukkan adanya kontaminasi mikroorganisme. • Mengamati komposisi pada makanan-makanan dalam kemasan pastikan bahwa komposisi makanan terdaftar pada Badan Pengawas Obat dan Makanan. • Menandai tekstur dan tanggal kedaluwarsa ketika mendapati tekstur makanan berubah warna, berjamur. Pastikan melihat tanggal kedaluwarsa pada produk makanan kemasan.

58

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi


Keamanan dan Kebersihan Makanan 1. Pengolahan Makanan

Pada saat pengolahan makanan ada 5 kunci keamanan pengolahan makanan yang harus diperhatikan yaitu : 1. Menjaga kebersihan dapur, peralatan, bebas serangga pengganggu dan kebersihan perorangan (cuci tangan pakai sabun sebelum memasak, memakai pakaian bersih, dll).

2. Memisahkan makanan mentah dan minasi matang untuk menghindari konta­ mikroorganisme yang menyebabkan pembusukan makanan. Memisahkan penyimpanan daging, atau ikan dari ba­han makanan lain seperti sayuran, menyimpan bahan makanan dalam kotak bersih. 3. Memasak bahan makanan dengan sempurna terutama daging, telur, ikan (setidaknya memanaskan minimal 70 derajat celcius, memanaskan kembali makanan matang.

60°C 5°C

Danger Zone!

4. Menyimpan makanan matang pada suhu aman <5 derajat celcius, memanaskan kanan panas pada suhu>60 derajat ma­ celcius, tidak menyimpan makanan dalam jangka waktu lama dalam kulkas.

5. Menggunakan bahan makanan dan air sih seperti jenis makanan segar ber­ dan utuh, memilih makanan dalam kemas­an yagn aman, menggunakan air bersih untuk mencuci bahan makanan, men­cuci buah dan sayuran jika makan mentah dan tidak makan jenis makanan kadaluarsa.

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi

59


2. Penyajian Makanan

Pengemasan dan penyajian makanan merupakan salah satu rantai kontaminasi mikroorganisme (bakteri, virus) pada makanan, vector (lalat, tikus, serangga) dan tangan manusia. Kasus-kasus diare, tipus, disentri dan penyakit-penyakit fecal oral serta keracunan makanan seringkali berhubungan dengan penyajian dan kemasan makanan. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Perilaku menutup sajian makanan rumah tangga atau sajian jajanan supaya terhindar dari serangga dan binatang. 2. Penggunaan peralatan makanan dan minuman yang aman saat dituangkan dan diambil. 3. Penggunaan kemasan yang food grade terutama berbahan plastic pada makananmakanan masak. Misalnya hindarkan penggunaan tas kresek plastic dan Koran bekas untuk membungkus makanan gorengan, hindarkan penggunaan ulang botol kemasan plastic untuk diisi dengan air minum.

60

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi


Bahaya kemasan sintetik 1. Kemasan Styrofoam – salah satu bahan dasar yaitu styrene bersifat karsinogik (menyebabkan kanker), menyebabkan gejalan neurotoxic (kelelahan, sulit tidur, mual, dll). Styrene bersifat lemak dan tidak cocok untuk kemasan makanan seperti makanan gorengan, makanan ikan daging, susu dan yoghurt. Styrene juga tidak sesuai untuk makanan dalam keadaan panas. 2. Kemasan tas kresek plastik – terutama tas kresek berwarna hitam merupakan tas produk daun ulang yang tidak diketahui jenis antioksidan dan pewarna, tidak diketahui asal usul bahan mentahnya (siapa tahun merupakan sampah berbahaya, mengandung logam berat, dll). 3. Kertas Koran/majalah bekas – tinta yang digunakan dalam koran/majalah biasanya mengandung Pb atau timbal, pewarna kertas, dll. Bahan-bahan tersebut bersifat karsinogenik.

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi

61


Simbol kemasan plastik

1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate) dengan berlabel angka 01 dalam segitiga biasa di­pakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral. Botol-botol dengan bahan ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan dipakai untuk menyimpan air hangat apalagi panas. 2. HDPE (high density polyethylene) berlabel angka 02 dalam segitiga biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian. 3. V atau PVC (polyvinyl chloride) berlabel angka 03 dalam segitiga adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan bo­tol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus da­­pat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi ber­ba­haya untuk ginjal, hati dan berat badan. 4. LDPE (low density polyethylene) berlabel angka 04 dalam segitiga biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan berkode ini dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang ini bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan. 5. PP (polypropylene) berlabel angka 05 dalam segitiga adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik botol ini transparan yang tidak jernih atau berawan. 6. PS (polystyrene) berlabel angka 06 dalam segitiga biasa dipakai sebagai bahan tempat ma­­kan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa mem­bo­ cor­­kan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Ba­ han Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Bahan ini harus dihindari dan ba­­nyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan ber­ba­ han styrofoam termasuk negara China. 7. Other (biasanya polycarbonate) berlabel angka 07 dalam segitiga bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan ba­han utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi me­rusak sistem hormon.

62

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi


Sumber Informasi Lembar Informasi Untuk Guru • Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No HK.03.1.23.07.11.6664 Tahun 2011 tentang Pengawasan Kemasan Pangan. Badan Pengawas Obat dan Makanan, Kementrian Kesehatan RI, 201. www.pom.go .id/pom/hukum_ perundangan/pdf/ggab_4_25112011.pdf. Diakses pada tanggal Mei April 2012. • Direktorat Bina Kesehatan Anak. Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementrian Kesehatan RI, 2011. • Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI). Peraturan Pencantuman Logo Tara Pangan dan Kode Daur Ulang Pada Kemasan Plastik. Peraturan Menteri Perindustrian No 24/M-IND/ PER/2/2010. HYPERLINK “http://www.gapmmi.or.id/files/10-2010.pdf” www. gapmmi.or.id/files/10-2010.pdf. Diakses pada April 2012. • Program Air, Sanitasi dan Higiene (ASaH),Tim. Pedoman Pembelajaran Partisipasi Berkelompok Air, Sanitasi, dan Higiene di Sekolah Bagi Siswa. Kerja sama Pemerintah Indonesia dan UNICEF, Jakarta. 2010.

Modul III -- Unit 1.1 : Makanan/Jajanan yang ‘Sehat’ dan Bergizi

63


Catatan

64

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


UNIT 1.2

Makanan ‘Sehat & Bergizi’ untuk Tubuh Sehat

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, maka siswa mampu: • Menjelaskan jenis-jenis makanan bergizi yang dapat/mudah ditemui di lingkungan sekitar dan jadwal makan yang tepat. • Menjelaskan pengaruh makanan terhadap tubuhnya.

Ringkasan Materi Pembelajaran • Makanan bergizi yang murah dan mudah didapat tergantung lokasi masing-masing daerah. Secara umum, makanan harian terdiri dari umbi-umbian/biji-bijian, buah dan sayuran, daging/protein, dan susu. • Makan yang tidak teratur dan kurang bergizi dapat mengakibatkan kurang gizi, sehingga tubuh tidak sehat. Ciri umum kurang gizi: mudah lelah dan tidak berenergi, pusing, mudah sakit, kulit kering dan bersisik, gusi bengkak dan berdarah, kurus, tulang yang mudah patah.

Ringkasan Langkah Pembelajaran Menanyakan hasil pelajaran “Makanan dan Jajanan Sehat”

Menanyakan jenis makanan sehari-hari

Menempelkan kartu jenis makanan pada tabel

Menyimpulkan makanan sehat dan manfaatnya bagi tubuh

Diskusi melengkapi kalimat tentang Mendiskusikan manfaat makan

Menjelaskan waktu yang tepat untuk memakan suatu jenis makanan

Modul III -- Unit 1.2 : Makanan ‘Sehat & Bergizi’ untuk Tubuh Sehat

65


Metode Pembelajaran • Curah pendapat • Melengkapi kalimat • Penjelasan

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • Selotip kertas • Kartu-kartu berukuran 21 x 10 cm kosong, atau potongan 1/3 kertas A4.

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan • Memfotocopy lembar soal sejumlah siswa . Jika tidak memungkinkan, salin soal di papan tulis.

66

Modul III -- Unit 1.2 : Makanan ‘Sehat & Bergizi’ untuk Tubuh Sehat


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Menanyakan apa saja yang diingat siswa tentang hasil belajar tentang “Makanan dan Jajanan Sehat”. 2. Menyampaikan kembali ringkasan hasil belajar tentang “Makanan dan Jajanan Sehat”. 3. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; siswa akan belajar tentang makanan, minuman, atau jajanan yang bergizi untuk pertumbuhan tubuh, dan bahaya kekurangan gizi.

Kegiatan Inti : Mendaftarkan makanan sehat dan bergizi 1. Meminta siswa menyebutkan daftar makanan yang mereka makan sehari-hari, sejak pagi hingga malam menjelang tidur. 2. Mencatatkan jenis-jenis makanan yang disebutkan siswa pada kartu-kartu. 3. Menggambar tabel “Jadwal Makanan Sehari yang Sehat dan Bergizi” di papan tulis (sesuai contoh pada lampiran). 4. Mengajak siswa bersama-sama menempatkan setiap kartu yang telah ditulis sesuai kolom jenis-jenis makanan pada tabel. 5. Menjelaskan kepada siswa waktu-waktu yang tepat untuk setiap jenis makanan: • Idealnya, kita harus memakan umbi-umbian, biji-bijian untuk sumber tenaga; sayuran dan buah-buahan untuk vitamin; ikan untuk kalsium, susu untuk tulang dan gigi; serta daging atau sumber protein lain untuk pertumbuhan. • Semua jenis makanan tidak harus dimakan setiap kali tiba saatnya makan. Jadwal makan kita tiga kali sehari dapat diatur untuk setiap jenis makanan; umbi-umbian, biji-bijian saat sarapan, buah dan sayuran saat makan siang, susu dan daging untuk makan malam. 6. Memberi kesempatan siswa bertanya jika ada yang ingin ditanyakan, dan menjelaskannya kembali kepada seluruh siswa .

Modul III -- Unit 1.2 : Makanan ‘Sehat & Bergizi’ untuk Tubuh Sehat

67


Melengkapi kalimat tentang tubuh yang sehat dan tidak sehat 7. Menanyakan kepada siswa , apa yang mereka rasakan kalau sehari tidak makan? 8. Menyampaikan kepada siswa bahwa makan yang cukup sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan, dan untuk berkegiatan sehari-hari. 9. Menyampaikan kepada siswa mereka akan diminta melengkapi kalimat pendek tentang tubuh yang sehat dari kata-kata kunci yang disediakan. 10. Siswa diminta membuat kelompok kecil terdiri dari 3-5 orang, dan memperhatikan penjelasan tentang tugas kelompok. 11. Membagikan soal untuk kelompok berisi kalimat yang harus diisi, dan meminta siswa bersama-sama melengkapinya jadi kalimat tentang tubuh sehat. • Kulit anak sehat tidak tampak bersisik dan kering. Karenanya harus minum air ….. gelas sehari. Jawab: 8 (delapan) • Tubuh yang sehat tidak mudah ….. karena selalu semangat dan berenergi. Jawab: lelah, capek • Makan makanan bergizi, membuat otak kita….sehingga mudah menerima pelajaran di sekolah. Jawab: cerdas, pintar • Makan makanan bergizi membuat kita tidak cepat merasa......dan membuat kepala tidak cepat…. Kalau banyak berpikir. Jawab: letih, / pusing • Gigi dan gusi berdarah bisa dicegah dengan makanan atau minuman mengandung…., seperti susu dan ikan. Jawab: Kalsium. • Tubuh kita terdiri dari daging dan ….. sehingga kita mudah bergerak. Tulang yang kuat dapat menyangga badan kita. Jawab: Tulang 12. Setelah selesai melengkapi kalimat, siswa diberi kesempatan bertanya jika ada kalimat yang sulit dan tidak dimengerti. 13. Menyampaikan penjelasan untuk masing-masing kalimat yang telah dikerjakan bersama-sama.

68

Modul III -- Unit 1.2 : Makanan ‘Sehat & Bergizi’ untuk Tubuh Sehat


Kegiatan Akhir : Menyimpulkan hasil belajar 1. Meminta siswa menjawab pertanyaan refleksi berikut ini: • Jenis makanan apa saja yang harus kita makan agar sehat? • Apa saja ciri-ciri anak sehat karena cukup gizi? • Menutup sesi belajar dengan menyimpulkan hal-hal inti mengenai: • Makanan dalam sehari harus mencukupi kebutuhan tubuh kita. Ingatkan orang tua untuk melengkapi jenis-jenis makanan yang dibutuhkan tubuh, meski dengan bahan yang murah dan bisa didapat di lingkungan sekitar. • Makanan bergizi akan membuat tubuh sehat, otak cerdas, gigi bersih dan tidak mudah patah, kuat berenergi, tidak cepat capek, dan jarang sakit. 2. Menyampaikan bahwa pada sesi berikutnya akan dibahas mengenai air minum dan air sehat yang layak diminum agar tidak terkena Diare.

Beberapa pengembangan pembelajaran 1. Untuk siswa kelas 1-3 kegiatan pembelajaran menitikberatkan pada pengenalan jenis makanan yang bergizi. Kegiatan menempelkan tulisan dan menjawab lembar pernyataan dapat diganti dengan permainan mencocokkan gambar. Guru terlebih dahulu mempersiapkan gambar jenis makanan yang akan didiskusikan dan meminta siswa menempelkannya pada tabel. 2. Untuk kelas 4-6 kegiatan pembelajaran ini dapat dikembangkan dengan kegiatan pengamatan potensi di lingkungan masing-masing terkait makanan bergizi dan cara pengelolahannya yang diketahui siswa. Kebersihan dalam mengolah makanan merupakan perilaku sehat.

Modul III -- Unit 1.2 : Makanan ‘Sehat & Bergizi’ untuk Tubuh Sehat

69


Lembar Informasi Untuk Guru Makanan Bergizi Aspek gizi dan makanan tidak bisa dipisahkan karena permasalahan gizi (kurang gizi) akan mempercepat timbulnya masalah kesehatan (penyakit, infeksi, dll). Keadaan gizi seseorang dipengaruhi oleh asupan makanan dimana setiap jenis makanan memiliki kandungan gizi yang berpengaruh pada tubuh. Guna makanan terutama sebagai berikut : 1. Zat pembangun (penyusun sel-sel tubuh) adalah kelompok protein dan mineral yang terdapat dalam telur, tahu, tempe, daging, ikan, dll. Sel-sel tubuh, sel-sel darah perlu diperbaharui karena masa kerja terbatas kurun waktu 120 hari (tiga bulan)akan mengalami kerusakan (pecah), kerusakan ini perlu diganti secara proses biologis dalam tubuh. Unsur dalam makanan yang berfungsi untuk mengganti, membangun, dan memelihara sel-sel dalam protein dan mineral. 2. Sumber tenaga adalah kelompok hidrat arang dan lemak terdapat dalam makanan pokok, seperti nasi, bihun, mie, tepung-tepungan, gula, minyak goring, mentega, dll. 3. Zat pengatur adalah kelompok sayuran dan buah : di dalam tubuh zat-zat makan itu (vitamin dan mineral) berfungsi mengatur proses pencernaan, penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi yang lain. Misalnya mengatur proses penyesuaian tubuh pertahanan tubuh dari serangan bibit penyakit. Ketiga fungsi makanan tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan terdapat pada “Makanan Bergizi Seimbang�.

70

Modul III -- Unit 1.2 : Makanan ‘Sehat & Bergizi’ untuk Tubuh Sehat


Zat Gizi Dalam makanan terdapat 5kelompok zat gizi yaitu : 1. Karbohidrat sebagai makanan pokok untuk menghasilkan tenaga yang satuannya kalori dimana satu gram karbohidrat dapat menghasilkan 4 kalori. Sumber makanan untuk karhohidrat adalah beras, ubi, kentang, gula, tepung-tepungan, dll 2. Protein sebagai zat pembangunan banyak terdapat dalam tahu, tempe, kacangkacangan, daging, ikan, dll. Satu gram protein menghasilkan 4 kalori. 3. Lemak adalah sumber tenaga yang banyak terdapat dalam lauk pauk daging berlemak dan minyak. Setiap 1 gram minyak menghasilkan 9 kalori dalam tubuh. 4. Mineral merupakan zat pengatur yang banyak terdapat dalam lauk dan sayuran seperti bayam, kangkung, daun katuk, telur. Bentuk-bentuk kandungan mineral contohnya Fe (zat besi), Ca (kalsium), K (kalium), dll. 5. Vitamin adalah zat pengatur yang terdapat pada semua bahan makanan sayuran dan buah-buah segar. Jenisnya antara lain vitamin A, D, E, K, C, B, E dimana setiap jenis vitamin ini memiliki kemanfaatan masing-masing bagi tubuh.

Masalah Gizi pada siswa sekolah dasar Permasalahan gizi yang dialami oleh siswa sekolah dasar antara lain : 1. Kurang Energi Protein (KEP) yaitu suatu kondisi dimana jumlah asupan zat gizi atau energy dan protein kurang dari yang dibutuhkan. Tanda-tandanya seperti kurus (dinilai dari berat badan menurut tinggi badan), pendek dinilai tinggi badan menurut umur. Akibat KEP siswa menjadi lemah daya tahan tubuh dan menurun konsentrasi belajarnya. 2. Anemia Gizi Besi (AGB) yaitu suatu kondisi dimana siswa memiliki kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal (kurang dari 12 gr %). Tanda fisiknya mudah dikenali dengan tanda lemah, letih, lesu, lelah dan lalai. Anak akan mengeluh pusih, berkunang-kunang dan konstrasi belajarnya akan menurun. 3. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) yaitu gejala kekurangan yodium dalam makanan sehari-hari yang terjadi pada waktu lama. Ditandai dengan membesarnya kelenjar gondok dan siswa mengalami kesulitan menerima pelajaran. 4. Kurang Vitamin A (KVA) yaitu suatu kondisi mudah sakit dan menurunnya fungsi penglihatan. 5. Gizi lebih ditandai dengan obesitas dan menurunnya aktivitas anak karena menjadi lamban dan kelelahan. Dalam jangka panjang beresiko pada penyakit degenerative seperti jantung, diabetes, darah tinggi pada usia muda.

Modul III -- Unit 1.2 : Makanan ‘Sehat & Bergizi’ untuk Tubuh Sehat

71


Buah-buahan

Sayuran

Contoh Tabel Jadwal Makan Sehari yang Sehat dan Begizi Biji-bijian

Susu

Daging/Protein

Modul III -- Unit 1.2 : Makanan ‘Sehat & Bergizi’ untuk Tubuh Sehat

72


Sumber Informasi Lembar Informasi Untuk Guru • Direktorat Bina Kesehatan Anak. Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementrian Kesehatan RI, 2011.

Modul III -- Unit 1.2 : Makanan ‘Sehat & Bergizi’ untuk Tubuh Sehat

73


Catatan

74

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


Water, sanitati on and hygiene in supp ort of school empowerment Supported by

ďŹ

MODUL IV :

Air Bersih


76

Modul IV -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Air ‘Sehat’


UNIT 1.1

Tanda-tanda Air ‘Sehat’

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu : • Mengidentifikasi dan menjelaskan jenis-jenis sumber air yang aman diminum,

sehingga menghindari risiko terkena diare.

Ringkasan Materi Pembelajaran Syarat-syarat sumber air minum yang aman digunakan untuk konsumsi: • Sumur gali/air tanah yang memiliki dinding dan tertutup, • Mata air yang terlindung, • Air hujan

Ringkasan Langkah Pembelajaran Menanyakan sumber air yang biasa digunakan

Diskusi dan pengamatan fisik dua jenis air dari sumber berbeda

Menjelaskan perbedaan kedua jenis air dengan yang siap diminum

Menyimpulkan air yang boleh diminum untuk mencegah diare

Membahas tandatanda air yang boleh diminum

Diskusi kesimpulan tanda-tanda air yang tidak boleh diminum

Modul IV -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Air ‘Sehat’

77


Metode Pembelajaran: • Pengamatan melalui alat peraga • Presentasi • Penjelasan

Media dan Sumber Belajar: • Gambar jenis sumber air

Waktu Pembelajaran: 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan: • Menyiapkan air dari selokan dan dari sumur/hujan untuk dibagikan

kepada kelompok.

• Menyiapkan air mineral yang siap diminum. • Menyiapkan 3 buah gelas kaca/ plastik bening untuk setiap kelompok. • Mempersiapkan gambar jenis sumber air jika memungkinkan.

78

Modul IV -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Air ‘Sehat’


Langkah-langkah Pembelajaran: Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Menanyakan kepada siswa jenis-jenis sumber air yang diketahui atau yang biasanya

digunakan di lingkungan mereka.

2. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; Siswa akan belajar tentang jenis-jenis sumber

air yang aman diminum untuk menghindari diare.

Kegiatan Inti : Mendiskusikan tanda-tanda air minum yang aman 1. Membentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. 2. Membagikan contoh dua macam air yang dimasukkan ke dalam gelas: (1) gelas

pertama diisi air selokan/sungai, (2) gelas kedua diisi air sumur/hujan,

3. Memperingatkan siswa agar TIDAK MEMINUM air dari gelas tersebut, karena ini

hanya digunakan untuk belajar.

4. Menjelaskan tugas kelompok sebagai berikut: • Kelompok diminta mengamati isi air dalam kedua gelas yang diberikan guru. • Kelompok diminta mendiskusikan perbedaan kualitas air dari dua gelas ditinjau dari

sisi fisik yang dapat diamati.

• Siswa diminta menuliskan hasil diskusi selembar kertas. 5. Membahas bersama kualitas air secara fisik dalam kedua gelas sesuai pengamatan,

dan mengapresiasi semua upaya siswa meski ada yang belum tepat. • Gelas mana yang airnya paling tampak jernih? • Gelas mana yang airnya paling tidak berbau? • Apa perbedaan kondisi air di dalam Gelas-1, dengan Gelas-2?

6. Menyampaikan bahwa Gelas-1 berisi air selokan/sungai, sedangkan Gelas-2 berisi

air sumur/hujan. 7. Mengapresiasi semua jawaban siswa, dan meminta bersama-sama membereskan

gelas-gelas yang digunakan.

Modul IV -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Air ‘Sehat’

79


Kegiatan Akhir : Menyimpulkan hasil belajar 1. Meminta siswa menjawab pertanyaan refleksi berikut ini: • Apa saja tanda-tanda air minum yang tidak boleh diminum? • Apa saja tanda-tanda air minum yang boleh diminum? • Jika suatu ketika meminum air putih yang rasanya aneh, apa yang harus dilakukan? 2. Menutup sesi belajar dengan menyimpulkan hal-hal inti mengenai jajanan aman

untuk menghindari diare.

• Ada tiga ciri fisik air sehat dan bisa diminum, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak

berwarna.

• Meskipun air sudah memenuhi ketiga syarat di atas, air untuk diminum harus

dimasak terlebih dahulu.

• Jika air tidak sehat diminum, kemungkinan besar dapat menimbulkan diare. 3. Menyampaikan bahwa pada sesi berikutnya akan dibahas mengenai sumber air

minum yang layak digunakan untuk kebutuhan di rumah.

Beberapa pengembangan pembelajaran Untuk siswa kelas 4-6 dapat materi ini dapat dikembangkan dengan penjelasan dan diskusi mengenai manfaat air yang dimasak sebelum diminum. 2. Pembelajaran dapat dikembangkan dengan membandingkan kedua contoh air tersebut dengan air kemasan yang siap diminum untuk menjelaskan air bersih belum tentu dapat langsung diminum. 1.

80

Modul IV -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Air ‘Sehat’


Lembar Informasi Untuk Guru Air Merupakan sumber utama bagi kelangsungan kehidupan di muka bumi ini, air hampir menutupi 71% permukaan bumi. Air di katakan sebagai sumber kehidupan karena tanpa air manusia, hewan dan tumbuhan serta penghuni kehidupan dimuka bumi ini tidak bisa berlangsung. Dilihat dari jenisnya maka perarian darat dapat dibagi dalam dua bahagian sebagai berikut: 1. Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat di dalam tanah. Air tanah berasal dari salju, hujan atau bentuk curahan lain yang meresap ke dalam tanah dan tertampung pada lapisan kedap air. a. Air tanah dangkal

Air freatis adalah air tanah yang terletak di atas lapisan kedap air tidak jauh dari permukaan tanah. Air freatis sangat dipengaruhi oleh resapan air di sekelilingnya. Pada musim kemarau jumlah air freatis berkurang. Sebaliknya pada musim hujan jumlah air freatis akan bertambah. Air freatis dapat diambil melalui sumur atau mata air. Jenis air tanah dangkal kebanyakan dipergunakan sebagai sumber kebutuhan air minum bagi masyarakat Indonesia. Jenis sumber air minum seperti ini sangat efectif dan mudah didapati, namun harus memperhitungkan beberapa aspek utama seperti jarak dari sumber pencemaran dan konstruksi yang benar sehingga dapat mengurangi tingkat pencemaran air. b. Air tanah dalam

Air artesis adalah air tanah yang terletak jauh di dalam tanah, di antara dua lapisan kedap air. Lapisan di antara dua lapisan kedap air tersebut disebut lapisan akuifer. Lapisan tersebut banyak menampung air. Jika lapisan kedap air retak, secara alami air akan keluar ke permukaan. Air yang memancar ke permukaan disebut mata air artesis. Air artesis dapat dapat diperoleh melalui pengeboran. Sumur pengeborannya disebut sumur artesis. Untuk sumber air minum yang berasal dari air tanah dalam sangat jarang dijumpai di Indonesia. Hal ini karena membutuhkan dana yang sangat besar untuk membuat fasilitas tersebut. Tipe air ini sangat baik kwalitasnya jika dibandingkan dengan air tanah dangkal, karena letaknya yang sangat dalam dan dibatasi oleh lapisan kedap sehingga sangat sulit untuk tercemar dengan sumber air permukaan.

Modul IV -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Air ‘Sehat’

81


2. Air Permukaan

Air permukaan adalah wadah air yang terdapat di permukaan bumi. Bentuk air permukaan meliputi sungai, danau, rawa. Sungai Sungai adalah air hujan atau mata air yang mengalir secara alami melalui suatu lembah atau di antara dua tepian dengan batas jelas, menuju tempat lebih rendah (laut, danau atau sungai lain). Bagian-bagian sungai Sungai terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir. •

Bagian hulu sungai terletak di daerah yang relatif tinggi sehingga air dapat mengalir turun.

Bagian tengah sungai terletak pada daerah yang lebih landai.

Bagian hilir sungai terletak di daerah landai dan sudah mendekati muara sungai.

Jenis-jenis sungai Jenis-jenis sungai dibagi menjadi 5, yaitu sungai hujan, sungai gletser, sungai campuran, sungai permanen dan sungai periodik. •

Sungai hujan adalah sungai yang berasal dari hujan.

Sungai gletser adalah sungai yang airnya berasal dari gletser atau bongkahan es yang mencair.

Sungai campuran adalah sungai yang airnya berasal dari hujan dan salju yang mencair.

Sungai permanen adalah sungai yang airnya relatif tetap.

Sungai periodik adalah sungai dengan volume air tidak tetap.

Karena sifatnya yang mengalir mengikuti permukaan yang tinggi ke rendah maka selama perjalannya menuju ke titik terendah tersebut maka kemungkinan terjadinya pencemaran yang semakin besar. Pencemaran yang terjadi disebabkan oleh material yang dibawa oleh air seperti kotoran hewan, manusia, limbah, dan lain-lain, seperti yang ditunjukkan oleh gambar di samping ini.

82

Modul IV -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Air ‘Sehat’


BAB/BAK di sembarang tempat.

Sumber air TERCEMAR oleh: kotoran manusia dan hewan.

Kotoran dari jamban dibuang ke kali.

Hal lain yang dapat membuat sumber air kita tercemar adalah: Sumur gali: • Tidak ber”cincin” baik. • Tidak berselasar baik, sehingga air kotor dan kotoran hewan dapat mengalir/merembes kembali ke sumur. • Tidak mempunyai saluran air limbah, sehingga tergenang di sekitar sumur dan merembes kembali ke dalam sumur. • Berjarak dekat dengan septic tank (<15 meter).

Sumur pompa berjarak dekat dengan septic tank (<15 meter).

Modul IV -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Air ‘Sehat’

83


Sumber Informasi Lembar Informasi Untuk Guru

84

Program Air, Sanitasi dan Higiene (ASaH), Tim. Pedoman Pembelajaran Partisipasi Berkelompok Air, Sanitasi, dan Higiene di Sekolah Bagi Siswa. Kerja sama Pemerintah Indonesia dan UNICEF, Jakarta. 2010.

Tjahjo, Nur., Rahadian P. Paramita (ed). Kumpulan Modul: Kegiatan Cuci Tangan untuk Anak Setingkat Sekolah Dasar. Save the Children, Jakarta. 2005.

Modul IV -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Air ‘Sehat’


Catatan

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

85


86

Modul IV -- Unit 1.1 : Tanda-tanda Air ‘Sehat’


UNIT 1.2

Memilih Wadah Air

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu • Mengidentifikasi dan menjelaskan syarat wadah yang aman untuk mengangkut dan menampung air untuk berbagai keperluan di rumah.

Ringkasan Materi Pembelajaran Syarat-syarat wadah yang baik, tertutup rapat dan mudah untuk dibersihkan. Ukuran dan jenis disesuaikan dengan kebutuhan, untuk mengangkut atau menampung air.

Ringkasan Langkah Pembelajaran Menanyakan cara keluarga mendapatkan dan menyimpan air

Diskusi kelompok tentang kelebihan dan kekurangan beberapa wadah

Membahas ciri-ciri wadah yang baik untuk menampung air

Menyimpulkan wadah yang aman mengangkut dan menampung air

Mengingatkan lagi sumber air yang aman untuk diminum

Diskusi memilih wadah di rumah yang tepat untuk menampung air

Modul IV -- Unit 1.2 : Memilih Wadah Air

87


Metode Pembelajaran • Percobaan • Pengamatan • Penjelasan

Bahan, Media, dan Sumber Belajar • 2 buah botol bekas air mineral atau minuman ringan ukuran 1000 ml, lengkap dengan tutupnya. • 2 kantong plastik (wadah gula) ukuran 1 kg. • 2 ember kecil. • 2 buah gayung. • 1 buah jerigen ukuran 5 liter.

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan: • Menyiapkan berbagai wadah yang akan ditunjukkan kepada siswa.

88

Modul IV -- Unit 1.2 : Memilih Wadah Air


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Menanyakan siswa bagaimana keluarga mereka mendapatkan air untuk bermacammacam kebutuhan sehari-hari di rumah. 2. Menanyakan siswa jika ada yang mengambil/mengangkut air dari tempat yang jauh dari rumah, wadah apa yang digunakan untuk membawa air? Wadah apa yang dipakai untuk menampung air di rumah? 3. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; Siswa akan belajar tentang memilih wadah air yang layak digunakan agar air tidak tercemar kotoran atau kuman penyakit dan mudah untuk dibersihkan atau sesuai dengan jumlah siswa yang tersedia per kelas.

Kegiatan Inti : Kelebihan dan kekurangan contoh wadah Pengangkut Air 1. Membentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. 2. Menunjukkan alat-alat pengangkut air yang telah diisi air di depan kelas: • Dua ember, • Dua buah gayung, • Dua kantong plastik, • Satu jerigen. 3. Menjelaskan tugas setiap kelompok, sebagai berikut: • Kelompok mendiskusikan, kelebihan dan kekurangan masing-masing alat yang ditampilkan di depan untuk mengangkut air ke rumah dari tempat lain. • Waktu berdiskusi hanya 20 menit. 4. Setelah waktu selesai, meminta siswa perwakilan dari kelompok untuk mem­pre­ senta­sikan hasilnya.

Modul IV -- Unit 1.2 : Memilih Wadah Air

89


5. Membahas hasil diskusi dan presentasi kelompok dengan pertanyaan: • Manakah yang dapat mengangkut air paling banyak? • Manakah alat yang dapat melindungi air sehingga tidak tumpah di jalan dan terkena udara bebas? • Manakah wadah yang paling mudah dibersihkan ? • Manakah alat yang paling banyak memiliki kelebihan? 6. Tuliskan kata kunci kesimpulan diskusi pada papan tulis: • Wadah yang baik adalah yang bersih, dapat membawa sebanyak-banyaknya air, mudah dibawa/dipegang, dan melindungi air agar tidak tumpah dan terkena udara bebas. • Wadah yang tertutup adalah wadah yang paling baik, selain menghindarkan dari udara bebas, juga dari binatang yang terbang atau jatuh dari pohon, atau tangan yang kotor.

Menemukan wadah yang tepat untuk Menampung Air 7. Meminta siswa membacakan kembali syarat wadah yang baik yang telah ditulis di papan tulis. 8. Meminta siswa kembali bekerja kelompok dan menuliskan wadah apa saja yang ada di rumah yang bisa digunakan untuk mengangkut dan menampung air. Ingatkan bahwa wadah tersebut harus memenuhi syarat: memiliki tutup, menghindarkan dari udara bebas, juga dari binatang yang terbang atau jatuh dari pohon, atau tangan yang kotor. 9. Setelah waktu selesai, meminta siswa perwakilan dari kelompok untuk menuliskan hasilnya di papan tulis. 10. Membahas hasil diskusi dan presentasi kelompok dengan pertanyaan: • Wadah apa yang paling tepat untuk menampung air di rumah, yang sesuai dengan syarat wadah yang baik?

90

Modul IV -- Unit 1.2 : Memilih Wadah Air


Kegiatan Akhir : Menyimpulkan hasil belajar 1. Mengingatkan siswa tentang jenis-jenis sumber air dan tanda-tanda air yang aman untuk diminum dalam pembelajaran sebelumnya. Sampaikan pertanyaan untuk mengingatkan: • Sumber-sumber air manakah yang aman untuk diminum ? • Apa saja tanda-tanda air minum yang boleh diminum? 2. Meminta siswa menjawab pertanyaan refleksi berikut ini: • Wadah apa yang paling tepat untuk mengangkut air dari tempat yang jauh? • Wadah apa yang paling tepat untuk menampung air di rumah? • Apa yang terjadi pada air di dalam wadah yang tidak tertutup? 3. Menutup sesi belajar dengan menyimpulkan hal-hal inti mengenai wadah air yang aman untuk menghindari Diare. • Secara umum, wadah air harus tertutup untuk menghindarkan dari kotoran dan kuman penyakit. • Bentuk dan jenis wadah disesuaikan dengan keperluannya. Untuk mengangkut air, diperlukan wadah yang mudah dibawa. Sedangkan untuk menampung air di rumah, dibutuhkan wadah yang cukup besar. 4. Menyampaikan bahwa pada sesi berikutnya akan dibahas mengenai bagaimana mengolah air minum agar dapat diminum, seperti memakai saringan air, memasak air, dan menggunakan sinar matahari.

Beberapa pengembangan pembelajaran 1. Untuk kelas 1-3 kegiatan pembelajaran difokuskan pada pengenalan kelebihan wadah pengangkut dan penampung air berdasarkan pengalaman mereka di rumah. 2. Untuk siswa kelas 4-6 kegiatan diskusi dapat dikombinasikan dengan kegiatan praktek menampung air dalam berbagai wadah.Termasuk menghitung kapasitas air yang dapat ditampung oleh setiap wadah.

Modul IV -- Unit 1.2 : Memilih Wadah Air

91


Lembar Informasi Untuk Guru Wadah Air untuk yang Bersih dan Aman Salah satu penyebab perilaku beresiko terhadap kesehatan air adalah pengangkutan dan penyimpanan air yang tidak tepat seperti diperlihatkan dalam gambar di bawah ini. ...di tempayan/gentong yang terbuka. ...di ember yang diletakkan sembarangan. ...di drum yang kotor/tidak pernah dibersihkan.

Sumber air TERCEMAR oleh: debu dan kotoran hewan (cicak, tikus, kucing, ayam, dll)

Sebaiknya tempat penyimpanan air dilakukan seperti diperlihatkan gambar di bawah ini: • Biasakan menutup wadah air saat mengangkut dan menyimpan. • Biasakan menutup kembali setelah mengambil air. • Tempatkan wadah air di luar jangkauan binatang dan anak. • Bersihkan tempat air agar tetap bersih (luar dan dalam).

92

Modul IV -- Unit 1.2 : Memilih Wadah Air


Catatan

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

93


94

Modul IV -- Unit 1.2 : Memilih Wadah Air


UNIT 1.3

Membuat Saringan Air Sederhana

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu : • Menjelaskan cara-cara sederhana dalam menyaring air keruh menjadi air yang layak digunakan. • Mendemonstrasikan cara sederhana dalam menyaring air keruh menjadi air yang layak digunakan.

Ringkasan Materi Pembelajaran • Syarat-syarat air minum yang digunakan untuk konsumsi yang mudah terlihat mata: tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, • Beberapa cara untuk mendapatkan air yang aman dalam mencegah Diare, yaitu memasak air, menyaring air, mencampur air dengan menggunakan kaporit, dan menjemur air di bawah sinar Matahari. • Tata cara membuat saringan air sederhana (materi terlampir).

Ringkasan Langkah Pembelajaran

Mengingatkan hasil belajar “Tanda-tanda air sehat”

Menyampaikan beberapa cara mendapatkan air yang aman

Praktek kelompok membuat saringan air sederhana

Menyimpulkan tanda fisik air sehat dan bisa diminum

Membahas perbandingan fisik air sebelum dan sesudah disaring an

Mencoba saringan air dengan memasukkan air kotor

Modul IV -- Unit 1.3 : Membuat Saringan Air Sederhana

95


Metode Pembelajaran • Percobaan • Pengamatan • Penjelasan

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • 1 buah botol bekas air mineral atau minuman ringan ukuran 1000 ml, lengkap dengan tutupnya. • Tali plastik atau rafia sepanjang 50 cm. • 1 potong kain kassa ukuran 50 x 50 cm (dapat diganti dengan kaos bekas yang sudah bersih). • 2 buah gelas plastik bekas air mineral. • 1 ember kecil air. • 1 buah pisau. • Potongan selang plastik sepanjang 20 cm. • Potongan kaos bekas yang sudah bersih. • Arang kira-kira sebanyak 1 gelas bekas air mineral. • Batu kerikil kira-kira sebanyak 1 gelas bekas air mineral. • Pasir kira-kira sebanyak 1 gelas bekas air mineral. • Ijuk (atau Sabut kelapa) kira-kira sebanyak 1 gelas bekas air mineral. • Tanah dan potongan rumput kira-kira sebanyak 3 gelas bekas air mineral. • Naskah ‘Membuat Saringan Air Sederhana’ (terlampir)

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan: • Menyediakan alat dan bahan jika tidak dimungkinkan meminta siswa yang membawa alat dan bahan dari rumah masing-masing. • Memfotocopy lembar Panduan Membuat Saringan Air Sederhana. Jika tidak memungkinkan maka memperagakan cara membaut sebagai contoh sesuai panduan terlampir. • Menyiapkan air dari selokan saringan.

96

Modul IV -- Unit 1.3 : Membuat Saringan Air Sederhana

sebagai perbandingan dengan air hasil


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Menanyakan apakah siswa masih ada yang ingat dengan hasil belajar tentang “tanda-tanda air sehat�. Kaitkan hasil belajar terutama yang berkaitan dengan air sebagai sumber penyebaran diare. 2. Menyampaikan beberapa cara untuk mendapatkan air yang aman dalam mencegah diare, yaitu memasak air, menyaring air, mencampur air dengan menggunakan kaporit, dan menjemur air di bawah sinar Matahari. 3. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; Siswa akan belajar salah satu cara tersebut, yaitu menjernihkan air dengan cara menyaring air secara sederhana.

Kegiatan Inti : Membuat saringan air sederhana 1. Membentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. 2. Menanyakan kepada siswa, apakah menurut mereka air sungai itu bersih? Apapun jawaban siswa, Guru menyampaikan bahwa mereka akan belajar menyaring air agar layak pakai. 3. Meminta siswa mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat saringan air sederhana. 4. Membacakan instruksi pembuatan Saringan Air sederhana langkah demi langkah, dan meminta siswa mengikutinya: (lihat panduan Membuat Saringan Air Sederhana pada lampiran). 5. Memeriksa apakah alat saringan buatan siswa sudah sesuai dengan instruksi yang diberikan.

Mencoba menyaring air 6. Menyampaikan siswa akan bersama-sama mencoba saringan yang telah dibuat. 7. Meminta siswa menyiapkan air dalam ember kecil. 8. Meminta siswa untuk mencampurkan tanah dan sedikit rumput ke dalam ember kecil berisi air tadi, dan mengaduknya sampai air terlihat kotor. 9. Meminta siswa mengisi satu gelas bekas air mineral dengan air kotor tersebut, dan menyimpannya. 10. Meminta siswa untuk menggantungkan saringan air menggunakan tali gantungan yang tersedia! (Pastikan ikatan tali pada gantungan cukup kuat, sehingga saringan tidak jatuh ketika diisi air!).

Modul IV -- Unit 1.3 : Membuat Saringan Air Sederhana

97


11. Meminta siswa untuk menuangkan air kotor dari ember ke dalam saringan air hingga penuh, dan membiarkannya selama kira-kira 10 menit. 12. Meminta siswa untuk menyiapkan sebuah gelas bekas air mineral untuk menampung hasil saringan air! Minta siswa membuka sumbat selang pada saringan yang diarahkan pada gelas bekas air mineral tersebut. 13. Mengapresiasi hasil kerja siswa, dan meminta bersama-sama membereskan peralatan yang digunakan.

Kegiatan Akhir : Menyimpulkan hasil belajar 1. Meletakkan gelas berisi air hasil saringan, dan gelas berisi air kotor di depan kelas, lalu meminta para siswa memperhatikannya. 2. Mengingatkan siswa tentang tanda-tanda air yang aman untuk diminum. • Apa saja tanda-tanda air minum yang boleh diminum? 3. Meminta siswa menjawab pertanyaan refleksi berikut ini: • Apa yang terjadi setelah air kotor disaring? • Adakah sumber air yang keruh di sekitar siswa, seperti contoh air yang disaring dalam percobaan tadi? • Apa yang terjadi kalau air tidak disaring dulu, tetapi langsung digunakan? 4. Menutup sesi belajar dengan menyimpulkan hal-hal inti mengenai air yang aman digunakan agar terhindar dari diare: • Ada tiga ciri fisik air sehat dan bisa diminum, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna. • Air yang terlihat keruh dapat disaring dengan alat penyaring, sehingga air bisa lebih jernih. • Sebelum air diminum, air harus dimasak atau menggunakan cara-cara lainnya. 5. Menyampaikan bahwa pada sesi berikutnya akan dibahas mengenai bagaimana memilih wadah air untuk berbagai keperluan di rumah.

98

Modul IV -- Unit 1.3 : Membuat Saringan Air Sederhana


Membuat Saringan Air Sederhana No 1.

Gambar

Langkah Potonglah secara melintang bagian bawah botol bekas air mineral!

2.

Buatlah dua buah lubang kecil berhadapan di bagian botol yang telah dipotong sebagai tempat mengikatkan tali penggantung!

3.

Buatlah satu lubang pada tutup botol, untuk memasukkan selang! Sesuaikan besar lubang dengan ukuran selang plastik yang telah dipersiapkan!

4.

Potonglah tali plastik atau rafia menjadi dua bagian sama panjang! Ikatkan seutas tali pada setiap lubang! Gunakan simpul mati agar ikatan benar-benar kuat!

5.

Pasangkan selang pada lubang yang sudah dibuat pada tutup botol!

6.

Periksa dan pastikan tidak ada lubang bocor di sela-sela lubang selang! Tambal lubang bocor dengan menyisipkan potongan kain bersih di sela-selanya!

7.

Buatlah sumbat selang menggunakan plastik yang diikatkan dengan karet pada ujung selang! Tuangkan sedikit air ke dalam botol untuk memeriksa apakah sumbat yang dibuat tidak bocor! Jika masih bocor, perbaiki sumbatnya!

Modul IV -- Unit 1.3 : Membuat Saringan Air Sederhana

99


No 8.

100

Gambar

Langkah Buanglah air yang masih terdapat dalam botol! Keringkan bagian dalam botol dengan menggunakan potongan kain!

9.

Masukkan ijuk ke dalam botol secara merata! Aturlah ijuk agar menutupi dasar botol dengan rapat!

10.

Tumbuklah arang sehingga berukuran kecil, kira-kira sebesar kerikil! Masukkan arangarang berukuran kecil itu ke dalam botol, menutupi ijuk! Ratakanlah susunan arangarang itu!

11.

Masukkan pasir ke dalam botol, menutupi permukaan arang secara merata! Rapikanlah susunan pasir tersebut!

12.

Terakhir, masukkanlah kerikil ke dalam botol menutupi permukaan pasir secara merata! Selesailah saringan air sederhana kita.

Modul IV -- Unit 1.3 : Membuat Saringan Air Sederhana


Sumber Informasi Lembar Informasi Untuk Guru • Tjahjo, Nur., Rahadian P. Paramita (ed). Kumpulan Modul: Kegiatan Cuci Tangan untuk Anak Setingkat Sekolah Dasar. Save the Children, Jakarta. 2005.

Modul IV -- Unit 1.3 : Membuat Saringan Air Sederhana

101


Catatan

102

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


UNIT 1.4

SODIS, Botol Air Ajaib

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu : • Menjelaskan metode pengolahan air menggunakan prosedur SODIS. • Menjalankan prosedur SODIS sebagai salah satu cara sederhana mengolah air sebelum diminum.

Ringkasan Materi Pembelajaran Solar Desinfection (SODIS) adalah metode pengolahan air minum dengan menggunakan sinar matahari. Pemaparan air minum dengan sinar matahari terutama sinar Ultra Violet selama periode tertentu (minimal 6 jam) secara terus menerus dapat merusak dan membunuh kuman penyakit di dalamnya.

Ringkasan Langkah Pembelajaran

Menanyakan kebiasaan mengolah air sebelum dipakai

Mengingatkan beberapa cara mendapatkan air yang aman

Menjelaskan prinsip dasar dan cara menjemur air (SODIS)

Menyimpulkan mengolah air dengan cara SODIS

Menyimpulkan beberapa cara mengolah air agar dapat diminum

Praktek kelompok mengolah air dengan cara SODIS

Modul IV -- Unit 1.4 : SODIS, Botol Air Ajaib

103


Metode Pembelajaran • Percobaan • Pengamatan • Penjelasan

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • Botol bekas air mineral yang transparan, ukuran 1000 ml, lengkap dengan tutupnya, sejumlah kelompok • Lebih baik jika memiliki seng. • 2 buah gayung. • Air bersih yang belum dimasak (air sumur, atau dari mata air). • Pembersih botol, atau bilah kayu/bambu sebesar jari tangan dan kain bersih. • Naskah “Mengolah Air SODIS” – terlampir.

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit) + 6 Jam waktu menjemur air

Persiapan • Siapkan alat dan bahan jika tidak memungkinkan meminta siswa untuk membawa alat dan bahan dari rumah masing-masing. • Fotocopy naskah Mengolah Air SODIS. Jika tidak memungkinkan salin perintah dalam naskah tersebut di papan tulis.

104

Modul IV -- Unit 1.4 : SODIS, Botol Air Ajaib


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Menanyakan siswa bagaimana keluarga mereka mengolah air sebelum dipakai untuk minum atau kebutuhan lain sehari-hari di rumah. 2. Menanyakan siswa jika selama ini memasak air untuk diminum, siapa yang biasanya memasak, menggunakan kompor ataukah tungku api dan kayu bakar? 3. Mengingatkan lagi beberapa cara untuk mendapatkan air yang aman dalam mencegah Diare, yaitu memasak air, menyaring air, mencampur air dengan menggunakan kaporit, dan menjemur air di bawah sinar Matahari. 4. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; Siswa akan belajar tentang mengolah air yang layak minum dengan cara yang sederhana, disebut SODIS.

Kegiatan Inti : Menjelaskan prinsip sederhana SODIS 1. Membentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. 2. Membacakan dan menjelaskan secara singkat langkah menjemur air SODIS dan hal yang harus diperhatikan (Penjelasan langkah diambil dari naskah “Mengolah Air SODIS” – terlampir) 3. Menunjukkan dua botol plastik bekas kemasan air mineral yang berisi air, satu jernih dan yang satu lagi keruh. 4. Meminta dua orang siswa untuk maju ke depan, dan meminta mereka menggunakan botol tersebut layaknya kaca mata, menghalangi pandangan mereka dengan botol di depan mata. 5. Meletakkan sebuah spidol berwarna di depan kedua siswa, dan meminta mereka menyebutkan apakah mereka bisa melihat dengan jelas. 6. Menyampaikan kepada siswa hal-hal penting dalam memproses air menggunakan cara ini: • Botol dengan air jernih ciri sederhana adalah dapat melihat dengan benda di balik botol dengan cukup jelas, meski matanya terhalang botol. • Air yang akan diolah dengan cara SODIS ini akan lebih baik jika menggunakan air jernih, karena matahari dapat menembus semua bagian air dan botol. • Sinar matahari harus menyinari seluruh bagian air, agar kuman penyakit yang terdapat di dalamnya mati, sehingga air layak diminum. 7. Memberi kesempatan siswa bertanya jika ada hal yang belum jelas. 8. Mempersiapkan bahan-bahan yang akan dibutuhkan untuk mempraktekkan pengolahan air dengan cara SODIS.

Modul IV -- Unit 1.4 : SODIS, Botol Air Ajaib

105


Mempraktekkan pengolahan air dengan SODIS 9. Menyampaikan kali ini semua kelompok akan belajar mengolah air dengan cara SODIS sambil membagikan bahan untuk setiap kelompok. 10. Mempersilakan kelompok bekerja, dan mengingatkan waktunya 30 menit. 11. Memantau pekerjaan setiap kelompok agar sesuai dengan langkah-langkah yang telah dituliskan di papan tulis. • Guru dapat memilih tempat yang sesuai untuk mempraktekkan kegiatan ini. Tempat yang cocok adalah tempat yang dekat dengan sumber air bersih, dan dekat dengan saluran air karena akan digunakan untuk mencuci botol. 12. Setelah selesai hingga menjemur botol, Guru mengapresiasi hasil kelompok, dan menyampaikan bahwa mereka perlu menunggu beberapa jam hingga air siap diminum. Jika cuaca cerah tak berawan, mereka hanya perlu 6 jam. 13. Menyampaikan bahwa hasil penjemuran ini baru akan bisa dinikmati besok hari.

Kegiatan Akhir : Menyimpulkan hasil belajar 1. Meminta siswa menjawab pertanyaan refleksi berikut ini: • Cara apa saja yang bisa digunakan untuk mengolah air sehingga dapat diminum? Sekali lagi ingatkan beberapa cara untuk mendapatkan air yang aman dalam mencegah Diare, yaitu memasak air, menyaring air, mencampur air dnegan menggunakan kaporit, dan menjemur air di bawah sinar Matahari. • Dengan cara SODIS, wadah seperti apa yang paling tepat dipilih agar seluruh bagian air dan botol dapat terkena sinar matahari? • Air seperti apa yang boleh digunakan dalam cara SODIS ini? • Apa yang terjadi jika matahari tertutup awan? 2. Menutup sesi belajar dengan menyimpulkan hal-hal inti mengenai pengolahan air minum dengan cara SODIS. • Selain memasak air hingga mendidih, air dapat diminum setelah diolah dengan cara lainnya, yaitu SODIS. • SODIS memanfaatkan sinar matahari untuk membunuh kuman di dalam air, sehingga sinar matahari tidak boleh terhalang apapun. • Air yang bisa diolah dengan SODIS haruslah air jernih agar matahari dapat menyinari seluruh bagian air. • Wadah yang tepat, adalah wadah plastik yang tembus pandang, dan tidak terlalu besar. 3. Menyampaikan agar siswa mencoba SODIS di rumahnya, dan memberitahu orang tuanya tentang cara mengolah air dengan SODIS ini. 4. Menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya siswa akan diminta menceritakan pengalamannya mengolah air dengan cara SODIS bersama keluarga di rumah.

106

Modul IV -- Unit 1.4 : SODIS, Botol Air Ajaib


Mengolah Air SODIS No

Gambar

Penjelasan Langkah

1.

Bersihkan botol bekas air mineral yang transparan dengan sabun. Gunakan batang kayu dan kain bersih untuk menggosok bagian dalam botol!

2.

Isi botol dengan air bersih sebanyak tiga per empat bagian botol. Tutup botol rapat-rapat agar tidak ada yang bocor.

3.

Kocoklah botol selama kurang lebih 20 detik, agar bekas-bekas sabun di dalam botol dapat dibersihkan. Setelah benar-benar bersih, buang airnya dari botol.

4.

Isilah botol hingga bena-benar penuh dengan air yang akan diolah. Sebaiknya gunakan air yang jernih, sehingga sinar matahari dapat menembusnya.

5.

Letakkan botol pada seng gelombang, sehingga botol tidak berpindah-pindah tempat. Seng juga berfungsi sebagai media pemantul panas, sehingga botol mendapat panas yang optimal dari sinar matahari.

Modul IV -- Unit 1.4 : SODIS, Botol Air Ajaib

107


No

Gambar

Penjelasan Langkah Seng gelombang biasanya digunakan pula untuk atap rumah, maka botol dapat pula diletakkan di atap rumah yang menggunakan seng gelombang.

6.

Dengan cuaca yang panas tanpa awan, botol harus dijemur selama 6 jam terus-menerus. Jika cuaca mendung banyak awan, botol harus dijemur selama 2 hari terus-menerus.

7.

Setelah dijemur dalam waktu yang sesuai, air dapat langsung diminum.

Catatan untuk Guru: Penjelasan Langkah ini dituliskan di papan tulis sebelum kegiatan dimulai agar siswa dapat mengikutinya.

Sumber Informasi Lembar Informasi Untuk Guru • Tjahjo, Nur., Rahadian P. Paramita (ed). Kumpulan Modul: Kegiatan Cuci Tangan untuk Anak Setingkat Sekolah Dasar. Save the Children, Jakarta. 2005.

108

Modul IV -- Unit 1.4 : SODIS, Botol Air Ajaib


Catatan

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

109


110

Modul IV -- Unit 1.4 : SODIS, Botol Air Ajaib


Water, sanitati on and hygiene in supp ort of school empowerment Supported by

ďŹ

MODUL V :

Kebersihan Lingkungan Sekolah


112

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah


UNIT 1.1

Memilah 3 Jenis Sampah

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu : • Menjelaskan dan mengidentifikasi perbedaan jenis sampah dan mengetahui cara pememilahannya sebelum dibuang ke tempat sampah.

Ringkasan Materi Pembelajaran Secara umum sampah terdiri dari tiga jenis: 1) Sampah Organik; Bersifat basah, mudah membusuk, bisa diurai oleh mikroorganisme, sumber makanan serangga dan tikus, mengundang lalat. 2) Sampah Anorganik; Bersifat kering, tidak berbau, bisa didaur ulang atau dimanfaatkan kembali. 3) Bahan Beracun & Berbahaya (B3); Bersifat racun, korosif (karatan), mudah terbakar, mencemari lingkungan.

Ringkasan Langkah Pembelajaran

Menanyakan kebiasaan membuang sampah

Tugas kelompok mengelompokkan jenis sampah memakai kartu

Membahas ciri dan sifat 3 jenis sampah

Meminta agar tidak mencampur 3 jenis sampah dalam satu tempat sampah

Menyimpulkan cara membuang sampah sesuai jenisnya

Membahas jenis sampah yang ditemukan di sekolah dan rumah

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah

113


Metode Pembelajaran • Diskusi Kelompok • Mengkategorisasi • Penjelasan

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • Set kartu “3 Jenis Sampah”, sejumlah kelompok (dibuat). • Naskah kartu “3 Jenis Sampah” (terlampir).

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan • Fotocopy dan gunting lembar naskah jenis sampah sebanyak ke­lom­pok siswa. Jika tidak memungkinkan salin tulisan jenis sampah pada kartu berukuran 21 x 10 cm. • Ganti tulisan jenis sampah yang tidak dikenali siswa dengan nama sampah sejenis yang mudah dikenali dan ditemukan siswa di ling­kungan sekitar.

114

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Menanyakan kepada siswa sampah apa sajakah yang sering mereka lihat di rumah dan di sekolah. 2. Menanyakan kepada siswa cara membuang sampah yang selama ini mereka lakukan? 3. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; Siswa akan belajar tentang jenis-jenis sampah dan mengapa harus dipilah ketika membuangnya.

Kegiatan Inti : Tugas kelompok 1. Guru membentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. • Menjelaskan tugas kelompok dengan contoh.Tugas kelompok adalah menempelkan kartu-kartu berisi nama jenis sampah di bawah judul bertuliskan ‘Sampah Organik’, ‘Sampah Anorganik’, dan ‘Bahan Beracun & Berbahaya’. • Memberikan contoh dengan menempelkan kartu dengan tulisan Nasi, Sayur, dan Daging. Letakkan kartu tersebut di bawah kartu judul ‘Sampah Organik karena ketiga jenis sampah itu adalah contoh Sampah Organik.’ Lakukan hal yang sama pada untuk ‘Sampah Anorganik’ dan ‘Sampah Beracun dan Berbahaya’. 2. Mempersilakan kelompok bekerja, dan mengingatkan waktunya hanya 30 menit! 3. Setelah selesai, minta setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasilnya. 4. Mendiskusikan perbedaan hasil antar kelompok untuk menemukan jawaban yang paling tepat. Guru dapat menggunakan Naskah kartu “3 Jenis Sampah” sebagai kunci jawaban. 5. Mengapresiasi hasil kelompok, dan memberi selamat jika ada kelompok yang paling banyak benar.

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah

115


Menjelaskan sifat-sifat 3 Jenis Sampah 6. Berdasarkan hasil pengelompokan kartu oleh kelompok, Guru menjelaskan masing-masing sifat dari 3 Jenis Sampah. • Sampah Organik; Bersifat basah, mudah membusuk, bisa diurai oleh mik­ro­­ orga­­nisme, sumber makanan serangga dan tikus, mengundang lalat. Sam­pah jenis ini biasanya tidak akan bertahan lama, karena bisa ‘menyatu’ dengan tanah. Bisa dimanfaatkan menjadi kompos/pupuk alam. • Sampah Anorganik; Bersifat kering, tidak berbau, Bisa di­daur ulang atau dimanfaatkan kembali. Sam­pah jenis ini sangat sulit ‘menyatu’ dengan tanah, karenanya akan bertahan lama. Plastik, adalah contoh sampah anorganik yang akan bertahan ribuan tahun di bumi ini. Lebih baik didaur ulang, dijadikan barang baru. • Sampah Beracun & Berbahaya; Bersifat racun, korosif (karatan), mudah terbakar, men­ cemari lingkungan.Sam­ pah jenis ini sangat berbahaya bagi manusia, karena bisa mengakibatkan kita sakit, bahkan meninggal dunia. Membuangnya harus hati-hati, kalau perlu dipendam di tempat yang aman. 7. Memberi kesempatan siswa bertanya jika ada hal yang belum jelas, dan membuka sesi tanya jawab.

Kegiatan Akhir : Menyimpulkan hasil belajar 1. Meminta siswa menjawab pertanyaan refleksi berikut ini: • Sampah apa saja yang mungkin ada di sekitar sekolah? • Bagaimana sebaiknya membuang sampah-sampah organik, anorganik, dan sampah beracun dan berbahaya? 2. Menutup sesi belajar dengan menyampaikan kembali hal-hal inti mengenai tiga jenis sampah dan pemilahannya. • Ada tiga jenis sampah yang harus dikenali, sampah Organik, Anorganik, dan Sampah Beracun dan Berbahaya. Ada yang bisa dimanfaatkan kembali, ada yang harus dibuang dengan hati-hati. • Ketiga jenis sampah ini ketika dibuang, sebaiknya tidak dicampur, agar mudah mengamankannya dari lingkungan kita. 3. Menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya siswa akan mempelajari tentang bagaimana menjaga kebersihan di sekolah dan di rumah.

116

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah


Beberapa pengembangan pembelajaran 1. Materi ini dapat dikembangkan dengan meminta siswa secara berkelompok menuliskan jenis-jenis sampah yang ada di lingkungan rumah dan sekolah atau yang mereka ketahui. Setiap jenis sampah ditulis dalam satu kartu yang akan dikelompokkan oleh mereka berdasarkan jenis sampah organik (basah), sampah anorganik (kering), serta jenis sampah beracun dan berbahaya. 2. Modul ini mungkin sesuai untuk digunakan bersama siswa kelas 3 atau kelas 4. Untuk siswa kelas 1-3 dan belum lancar membaca, kegiatan dapat dilakukan dengan mengumpulkan dan mengelompokkan sampah-sampah yang ada di sekitar sekolah berdasarkan jenis sampah. Kombinasikan kegiatan ini dengan praktek cuci tangan pakai sabun. 3. Penyampaian pelajaran ini dapat dikombinasikan dengan kegiatan membersihkan lingkungan sekolah bersama-sama. Akhiri kegiatan dengan praktek cuci tangan pakai sabun.

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah

117


Lembar Informasi Guru Sampah dalam Kehidupan Sampah adalah semua benda padat sisa hasil aktivitas manusia yang sifatnya tidak bisa di足 man足 faatkan lagi ini tidak termasuk kotoran manusia. Peradaban manusia menciptakan berbagai macam karya dan aktivitas sehingga menghasilkan keragaman sampah.

Jenis sampah Dari tahun ke tahun, masa kemasa, jenis sampah teridentifikasi dan terklasifikasikan berda足sarkan beberapa criteria. Salah satunya jenis sampah sebagai berikut: 1. Sampah Organik seringkali disebut sebagai sampah basah yaitu sampah yang mudah membusuk dan bisa terurai seperti contohnya sisa makanan, daun, ranting, bangkai binatang, sayuran, buah, dll. 2. Sampah Anorganik seringkali disebut sebagai sampah kering yaitu sampah yang mudah membusuk atau terurai contohnya gelas, besi, plastic, dll. 3. Sampah Beracun Berbahaya atau disebut sampah B3 yaitu sampah yang sifatnya dapat membahayakan manusia seperti sampah rumah sakit, sampah barang elektronik, dll. Setiap sampah mengandung bahaya bakteri, kuman ataupun memancing datangnya vector serangga seperti kecoa, nyamuk dll ataupun binatang pengerat macam tikus. Sampah juga berpotensi menimbulkan racun karena diproduksi secara sintetik sehingga sulit terurai oleh alam. Kemajuan teknologi menciptakan banyak produks berkaitan dengan limbah sintetik.

118

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah


Perilaku manusia tentang sampah Perilaku manusia berkaitan sampah yang sering ditemui adalah perilaku mengumpulkan dan memusnahkan sampah contohnya adalah menimbun lubang galian dengan tanah supaya tidak terjangkau serangga, tikus atau binatang lainnya. Ada juga yang memusnahkan dengan cara membakar apabila dirasa itu beracun. Kecenderungan pemilihan tempat pembuangan sampah yang sehat biasanya berkaitan dengan criteria mudah dibersihkan, tidak mudah dijangkau serangga dan tikur, bisa dibuka dan ditutup dengan mudah dan tidak berada di tanah terbuka. Pengolahan sampah yang lebih maju dan progresif serta berpihak pada keseimbangan ling足ku足ngan pada saat ini dikenal dengan istilah Reused, Reduce dan Recycle. Ketiganya mewakili kon足sep pemanfaatan kembali barang-barang yang sudah menjadi sampah, mengurangi sampah dan mendaur ulang sampah menjadi barang lain yang berguna. Untuk memahami bagaimana proses pembusukan sampah, ada beberapa temuan yang sudah menjadi referensi popular berkaitan dengan durasi terurainya sampah sebagai berikut : Jenis Sampah

Lama Hancur

Kertas

2-5 bulan

Kulit Keruk

6 bulan

Dus Karton

5 bulan

Filter Rokok

10-12 tahun

Kantong Plastik

10-20 tahun

Kulit Sepatu

25-40 tahun

Pakaian/Nylon

30-40 tahun

Plastik

50-80 tahun

Alumunium Styrofoam

80-100 tahun Tidak hancur

Sampah Styrofoam merupakan salah satu jenis sampah sintetik yang banyak ditemukan di masyarakat. Produk styrofoam terutama digunakan sebagai bungkus barang eletronik namun juga pada produk kemasan makanan. Penggunaan Styrofoam untuk kemasan makanan sangat factor keamanannya. Sampah anorganik atau sintetik lainnya yang juga meresahkan adalah sampah tas plastic atau kresek karena proses peruraiannya yang lama dan makin lama makin menyebabkan masalah lingkungan. Untuk itu pada tingkat rumah tangga dan individu lebih disarankan menggunakan wadah-wadah yang aman untuk makanan maupun pemanfaatannya bagi lingkungan untuk mengurangi sampah dan ekses negatifnya.

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah

119


Naskah Kartu ’3 Jenis Sampah’ Sampah Organik

Sampah Anorganik

Sampah Beracun & Berbahaya

Nasi

Kantong plastik

Lampu Bohlam

Sayuran

Atap seng

Obat-obatan kadaluarsa

Daging

Styrofoam/ Gabus

Kaleng cat semprot

Kacang-kacangan

Balok Kayu

Wadah/kaleng cat

Buah-buahan

Kertas

Lampu Neon

Rumput

Kaca/Gelas

Aki mobil/motor

Daun

Aluminium foil/kertas aluminium

Oli bekas

Ranting

Besi bekas

Jarum suntik

Tulang

Gabus putih

Batu baterai

Bangkai hewan

Ban Karet

Charger telepon genggam (HP)

Catatan untuk Guru: Naskah ini disalin pada kartu berukuran 21 x 10 cm atau sepertiga kertas A4. Ba­ris paling atas adalah judul pengelompokan, sepuluh baris di bawahnya adalah contoh isinya. Setiap kelompok mendapat satu set kartu ini.

120

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah


SAMPAH ORGANIK

Nasi

Sayuran

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah

121


Daging

Kacang-kacangan

Buah-buahan

122

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah


Rumput

Daun

Ranting

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah

123


Tulang

Bangkai Hewan

124

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah


SAMPAH ANORGANIK

Kantong plastik

Atap seng

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah

125


Styrofoam/ Gabus

Balok Kayu

Kertas

126

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah


Kaca/Gelas

Aluminium foil/ bungkus rokok bagian dalam

Besi bekas

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah

127


Gabus putih

Ban karet

128

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah


SAMPAH BERACUN & BERBAHAYA

Lampu Bohlam

Obat-obatan kadaluarsa Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah

129


Kaleng cat semprot

Aki mobil/motor

Batu baterai

130

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah


Lampu Neon

Wadah/kaleng cat

Jarum suntik

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah

131


Oli bekas

Ban karet

Charger telepon genggam (HP)

132

Modul V -- Unit 1.1 : Memilah 3 Jenis Sampah


Catatan

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

133


134

Modul V -- Unit 1.2 : Kebersihan Sekolah


UNIT 1.2

Kebersihan Sekolah

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu : • Mengidentifikasi dan menjelaskan lokasi-lokasi penting untuk berkegiatan di sekolah dan di rumah, yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan (BAB/BAK, dll).

Ringkasan Materi Pembelajaran Sesuai dengan Diagram Penyebaran Kuman Diare, siswa harus bisa BAB/BAK di tempat yang sesuai, baik ketika di rumah atau di sekolah. Siswa terutama harus membiasakan diri BAB/BAK di WC atau kakus sekolah supaya lingkungan sekolah aman dari ancaman bahaya kesehatan terutama diare yang disebabkan aktivitas BAB.

Ringkasan Langkah Pembelajaran

Mengingatkan hasil pelajaran penyebaran kuman Diare

Tugas kelompok menggambar denah sekolah

Membahas dan menandai tempat penting terkait dengan kebersihan

Mendorong murid menjaga kebersihan tempat penting tersebut

Mengingatkan fungsi dari setiap tempat penting terkait kebersihan

Membahas mengenai kondisi kebersihan tempat penting tersebut

Modul V -- Unit 1.2 : Kebersihan Sekolah

135


Metode Pembelajaran • Diskusi Kelompok • Sketsa Wilayah • Penjelasan

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • Buku gambar berukuran sedang sejumlah kelompok

Waktu Pembelajaran: 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan • Siapkan perlengkapan untuk memasang tanda yang dibuat siswa, seperti isolasi, lem, dan lain-lain.

136

Modul V -- Unit 1.2 : Kebersihan Sekolah


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Mengingatkan siswa pada penjelasan penyebaran kuman penyakit Diare. Kaitkan pencegahan penyebaran kuman dengan memelihara lingkungan yang bersih. 2. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; Siswa akan belajar tentang tempat-tempat penting untuk menjaga kesehatan di sekolah.

Kegiatan Inti : Memetakan tempat berkaitan dengan kebersihan /kesehatan di sekitar sekolah 1. Membentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. 2. Menjelaskan tugas kelompok sebagai berikut. • Kelompok akan diminta menggambar denah atau peta sekolah sederhana pada lembar kertas yang disediakan. Jika diperlukan, kelompok diperbolehkan melengkapi gambar denah mereka dengan mengunjungi/mengelilingi tempat yang akan digambar. • Kelompok harus menandai tempat-tempat penting di sekolah, yang berhubungan dengan kesehatan dan kebersihan sekolah, misalnya: Unit Kesehatan Sekolah (UKS), Kamar Mandi, Toilet/Kakus/WC, saluran air, tempat sampah, tempat cuci tangan, dsb.) • Kelompok diberi waktu 45 menit untuk mengerjakan tugas. 3. Meminta setiap kelompok menempelkan hasil gambarnya di depan kelas jika sudah selesai. Mendiskusikan kondisi lingkungan di sekolah 4. Berdasarkan hasil peta yang dibuat setiap kelompok, Guru (dengan bantuan siswa) menuliskan daftar tempat penting yang ada di sekitar sekolah berkaitan dengan kebersihan/ kesehatan siswa. 5. Guru selanjutnya meminta setiap kelompok memberikan penilaian terhadap kondisi dari tempat-tempat yang ditandai tersebut. Dorong para siswa untuk memberikan pendapat membedakan lingkungan yang sehat dan tidak sehat.

Modul V -- Unit 1.2 : Kebersihan Sekolah

137


Kegiatan Akhir : Menyimpulkan hasil belajar 1. Meminta siswa menjawab pertanyaan refleksi berikut ini: • Lokasi apa yang telah tercatat di peta, dan apa fungsinya? • Berdasarkan pengalaman berkeliling sekolah, apakah sekolah kita sudah bersih atau tidak? Apa yang bisa dilakukan? 2. Menutup sesi belajar dengan menyampaikan kembali hal-hal inti mengenai tempat penting berkaitan dengan kesehatan/kebersihan di sekitar sekolah. • Siswa harus ingat fungsi dari masing-masing tempat dan dimana tempatnya. Terutama berkaitan dengan BAB/BAK, karena dapat mengakibatkan diare, maka tidak boleh melakukannya di sembarang tempat. Tempat sampah harus ada dan digunakan siswa dengan baik, untuk menjaga kebersihan sekolah. • Semua tempat di sekitar sekolah harus bersih agar tidak ada kuman penyakit yang menyebar. • Selain di sekolah, siswa juga dapat melakukannya di rumah. Dengan menjaga kebersihan ruman dan sekolah, kita bisa mengurangi kuman penyakit yang menyebar.

Beberapa pengembangan pembelajaran 1. Untuk siswa kelas 1-3, penyampaian materi ini dapat dimulai dengan meminta siswa bercerita kegiatan yang dilakukan siswa untuk membersihkan lingkungan rumah dan sekolah. Selanjutnya, siswa dapat didorong untuk membedakan lingkungan yang sehat dan tidak sehat dan memberi contoh cara memelihara lingkungan agar tetap sehat, misalnya contoh membuang sampah pada tempatnya.

138

Modul V -- Unit 1.2 : Kebersihan Sekolah


Lembar informasi untuk guru Lingkungan Lingkungan adalah benda hidup maupun benda mati yang berada di sekitar manusia atau makhluk hidup termasuk perilakunya. Lingkungan yang sehat merupakan hubungan saling berpengaruh antara aspek fisik lingkungan dan perilaku sehat manusia yang menyehatkan manusia itu sendiri dan meningkatkan produktifitas hidup sehari-hari. Lingkungan sekolah sebagai tempat kegiatan siswa dan guru yang berfungsi sebagai ak­tivitas pembelajaran diharapkan memberikan perlindungan untuk berlangsungnya pro­ ses belajar mengajar. Lingkungan se­ko­lah terwakili dari aspek fisik berupa ba­ngu­nan kelas untuk proses belajar dan ad­­ministrasi belajar, dukungan sarana air ber­ sih dan sanitasi, sarana bermain, kantin, sa­rana beribadah, sedangkan aspek perilaku berkaitan dengan perilaku warga sekolah yaitu guru, murid, penjaga sekolah dan masyarakat sekitarnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Me­ nengah Atas/Madrasah Aliyan (SMA/MA) sebuah sekolah dasar harus memenuhi aspek sarana sebagai berikut ruang kelas, ruang perpustakaan, labolatorium IPA, ruang pim­pinan, ruang guru, ruang beribadah, ruang UKS, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolah raga. Fasilitas sanitasi seperti jamban atau WC sekolah sebagai tempat untuk buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) sekolah sebagai salah satu sarana fisik yang harus dipenuhi di sekolah. Fasilitas sanitasi di sekolah menurut KepMen Kesehatan Nomor 1429/MENKES/ SK/XII/ 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah, wajib terdiri dari 1) Tersedianya air bersih, 2) Toilet (kamar mandi, wc, dan urinoir) , 3) Sarana pembuangan air limbah (SPAL) dan 4) Sarana pembuangan sampah. Harus tersedia toilet yang terpisah bagi laki-laki dan perempuan. Proporsi jumlah wc/urinoir adalah 1 wc/urinoir untuk 40 siswa dan 1 wc untuk 25 orang siswi. Jamban harus berdinding, beratap, dapat dikunci dan mudah di­­bersihkan. Akses air di setiap jamban merupakan keharusan karena bentuk konstruksi jam­ban adalah jamban leher angsa menggunakan septic tank dengan bentuk kloset jongkok. Modul V -- Unit 1.2 : Kebersihan Sekolah

139


Jamban Sehat Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotor manusia yang terdiri dari atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran tinja dan air untuk membersihkannya. Kotoran/tinja atau urine siapapun (orang dewasa, bayi, balita, hewan peliharaan/ ternak) yang tercecer di sembarang tempat akan mencemari lingkungan, air (air sungai, kolam, danau), dan tanah (kebun, halaman, sawah). Artinya Jamban merupakan alat pemutus pencemaran kotoran manusia terhadap lingkungan, air dan tanah.

Jenis-jenis jamban yang lazim digunakan 1. Jamban Cemplung adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang berfungsi menyimpan dan meresapkan cairan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran ke dasar lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau. 2. Jamban Septic tank/leher angsa adalah jamban berbentuk leher angsa yang pe­nam­pungan­nya berupa tangki septic kedap air yang berfungsi sebagai wadah proses peng­uraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapannya.

Alasan pemilihan jamban • Jamban cemplung digunakan untuk di daerah yang sulit air. • Jamban tangki septic/leher angsa digunakan untuk daerah cukup air dan daerah yang padat penduduknya. Untuk daerah padat penduduk maka bisa dibuat penampungan tinja bersama. Khusus untuk daerah pasang surut maka penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan lebih dari 60 cm dari permukaan air pasang.

140

Modul V -- Unit 1.2 : Kebersihan Sekolah


Struktur komponen jamban

Bangunan atas jamban adalah bangunan pelindung pengguna jamban. Bangunan antara jamban adalah bangunan yang berupa lubang jongkok untuk pembuangan tinja dan urin manusia yang dilengkapi dengan lantai jamban yang kedap air. Bangunan bawah jamban adalah bangunan yang dipergunakan untuk menampung tinja dan urin manusia. Bangunan bawah jamban yang sesuai dengan kawasan kumuh perkotaan adalah tangki septik.

Syarat jamban sehat antara lain • Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan tinja minimal 10 meter dan letak sumber air di atas tempat penampungan tinja). • Tidak berbau • Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus • Tidak mencemari tanah di sekitarnya • Mudah dibersihkan dan aman digunakan • Dilengkapi dinding dan atap pelindung • Penerangan dan ventilasi cukup • Lantai kedap air dan luas ruangan memadai • Tersedia air, sabun dan alat pembersih. Cara memelihara jamban sehat antara lain • Siram kotoran tinja setiap dengan air setelah BAB dengan air yang banyak • Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air • Bersihkan jamban secara teratus sehingga ruangan jamban dalam keadaan bersih • Di dalam jamban tidak ada kotoran tinja terlihat • Tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus berkeliaran • Tersedia alat pembersih (sabun, sikat dan air bersih) • Gunakan tutup bila menggunakan jamban cubluk • Gunakan alas kaki setiap kali ke jamban.

Modul V -- Unit 1.2 : Kebersihan Sekolah

141


Catatan

142

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


Water, sanitati on and hygiene in supp ort of school empowerment Supported by

ďŹ

MODUL VI :

Kesehatan Mulut dan Gigi


144

Modul VI -- Unit 1.1 : Kebersihan Gigi dan Mulut


UNIT 1.1

Kebersihan Gigi dan Mulut

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu : • Menjelaskan alasan menggosok gigi bagi kesehatan gigi dan mulut • Menjelaskan waktu penting menggosok gigi untuk kebersihan gigi dan mulut.

Ringkasan Materi Pembelajaran Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu indikator kesehatan tubuh secara keseluruhan. Kebiasaan menggosok gigi merupakan salah satu langkah penting untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Waktu-waktu penting untuk menggosok gigi adalah setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur.

Ringkasan Langkah Pembelajaran

Menyampaikan gigi bersih dan kuat adalah ciri tubuh yang sehat

Menanyakan kebiasaan menggosok gigi melalui lagu

Peragaan makanan membuat gigi kotor oleh beberapa murid

Menyimpulkan kegunaan dan waktu gosok gigi

Membahas waktu gosok gigi yang tepat

Diskusi kelompok hal yang membuat gigi kotor dan waktu gosok gigi

Modul VI -- Unit 1.1 : Kebersihan Gigi dan Mulut

145


Metode Pembelajaran • Diskusi Kelompok • Demonstrasi • Penjelasan

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • Makanan yang mudah dan kelihatan mengotori mulut (ubi rebus, dll) • Cermin berukuran sedang sesuai ukuran anak — atau kaca apa saja untuk berkaca kebersihan giginya. • Naskah Lagu ‘Bangun Tidur’.

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan • Persiapkan alat dan bahan jika tidak mungkin meminta siswa untuk membawa sendiri alat dan bahan dari rumah. • Membaca lembar informasi untuk guru.

146

Modul VI -- Unit 1.1 : Kebersihan Gigi dan Mulut


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Menanyakan siswa apa saja yang mereka ingat mengenai tubuh yang sehat? 2. Menyampaikan ulang beberapa ciri tubuh sehat, salah satunya adalah gigi yang bersih dan kuat. 3. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; Siswa akan belajar tentang mengapa dan kapan gigi dan mulut harus dijaga kebersihannya.

Kegiatan Inti Menganalisa kapan seharusnya menggosok gigi 1. Menanyakan siswa, adakah yang masih ingat dengan lagu ‘Bangun Tidur’? Guru menuliskan syair lagu ‘Bangun Tidur’ di papan tulis, dan mengajak siswa ikut menyanyikannya! (jika perlu, lakukan lebih dari sekali). 2. Menanyakan siswa beberapa pertanyaan refleksi dari lagu tersebut: • Kapan menggosok gigi menurut lagi tersebut ? • Adakah siswa yang menggosok gigi pada waktu yang lain, selain setelah ba­ngun tidur? sampaikan bahwa gosok gigi harus juga dilakukan sebelum tidur dan se­telah makan. 3. Meminta beberapa siswa (1-3 orang) untuk maju dan berdiri ke depan kelas, menghadap ke papan tulis. 4. Menyampaikan bahwa siswa-siswa akan belajar mengenai apa yang sebenarnya membuat gigi kita kotor. 5. Membagikan sepotong makanan yang mudah membuat gigi kotor (ubi, atau makanan lain yang mudah ditemui di lokasi) dan meminta anak untuk mulai makan. 6. Setelah selesai, guru memberi siswa-siswa tersebut sebuah cermin, dan meminta mereka memeriksa kebersihan gigi mereka. 7. Meminta siswa-siswa tersebut menceritakan apa yang mereka lihat di cermin kepada guru dan teman-teman mereka. 8. Setelah selesai, siswa diminta kembali ke tempat duduknya dan mengucapkan terima kasih atas keberaniannya maju ke depan kelas. 9. Menyampaikan keada seluruh kelas, bahwa setelah kita makan maka gigi kita akan kotor, meskipun mungkin tidak kelihatan jelas. Supaya bersih sebaikanya kita menggosok gigi dilakukan setelah makan untuk membersihkan sisa makanan.

Modul VI -- Unit 1.1 : Kebersihan Gigi dan Mulut

147


Kegiatan akhir 10. Menyimpulkan hasil belajar dengan mengajukan pertanyaan: • Mengapa gigi kita menjadi kotor? • Kapan kita harus menggosok gigi? 11. Menutup pembelajaran dengan menyampaikan kembali waktu penting menggosok gigi. Tu­juan menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa makanan, sehingga waktu yang te­pat menggosok gigi adalah setelah makan dan malam hari sebelum tidur. Kalau gigi tidak dibersihkan, sisa makanan akan mengundang bakteri yang dapat merusak gigi dan meng­ganggu kesehatan mulut.

Kegiatan Akhir : Menyimpulkan hasil belajar 1. Menanyakan siswa beberapa pertanyaan refleksi dari peristiwa tadi: • Mengapa gigi kotor atau mengapa gigi bisa menjadi kotor? • Bagaimana cara membersihkan gigi yang paling mudah? • Jadi, kapan waktu yang paling tepat untuk menggosok gigi? 2. Meminta siswa menjawab pertanyaan refleksi, Jadi kapan sebaiknya kita harus menggosok gigi? • Menggosok gigi seharusnya dilakukan setelah makan dan sebelum tidur di ma­lam hari. • Sikat gigi setelah makan dapat membersihkan sisa-sisa makanan. Sisa makan dapat menjadi tempat tumbuhnya bakteri jika tidak dibersihkan. • Sikat gigi sebelum tidur sangat penting untuk menghindari terjadinya perkembangbiakan bakteri ketika kita sedang tidur. • Biasakan diri untuk menyikat gigi paling sedikit dua kali sehari, yaitu sesudah sarapan dan sebelum tidur di malam hari. 3. Menutup sesi belajar dengan menyampaikan kembali hal-hal inti mengenai waktu penting dalam menggosok gigi. • Lagu ‘Bangun Tidur’ mengajarkan kita untuk menggosok gigi setelah bangun tidur. Hal ini kurang tepat jika kita ingin menjaga kesehatan gigi dan mulut. • Tujuan menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa makanan, sehingga waktu yang tepat untuk menggosok gigi seharusnya setelah makan, dan malam hari sebelum tidur. • Kalau gigi tidak dibersihkan, sisa makanan akan mengundang bakteri yang dapat merusak gigi dan mengganggu kesehatan mulut. 4. Menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya siswa belajar tentang bagaimana menggosok gigi yang benar.

148

Modul VI -- Unit 1.1 : Kebersihan Gigi dan Mulut


Beberapa pengembangan pembelajaran 1. Kegiatan berlajar dapat dilakukan juga melalui diskusi kelompok. Setelah mendapat penjelasan mengenai waktu penting menggosok gigi, siswa diminta berdiskusi kelompok untuk menjawab pertanyaan: • Mendiskusikan apa yang membuat gigi kotor? Kapan seharusnya menggosok gigi dilakukan? • Mendiskusikan, apa yang salah dalam syair lagu ‘Bangun Tidur’?Kapan menggosok gigi dalam lagu tersebut? Bagaimana seharusnya? 2. Membahas bersama hasil setiap kelompok: • Dalam lagu ‘Bangun Tidur’ waktu menggosok gigi adalah setelah bangun tidur. • Pada cerita teman yang maju ke depan, gigi kotor karena kita makan. Karenanya, supaya gigi bersih sebaiknya menggosok gigi dilakukan setelah makan. • Ingat, tujuan menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa makanan. Maka, menggosok gigi yang benar adalah setelah makan. Selain itu, perlu menggosok gigi sebelum kita tidur. 3. Untuk siswa kelas 5 dan 6 materi pembelajaran dapat ditambahkan dengan informasi terkait bentuk gigi, konsep gigi berlubang, anatomi gigi sederhana (bisa digunakan pada kelas 5 dan 6) 4. Jenis makanan dapat disesuaikan makanan lokal, asalkan dipilih jenis makanan yang mudah menyelip di gigi, biasanya makanan berkarbohidrat. 5. Materi dapat dikombinasikan dengan bercerita mengenai kebiasaan keluarga siswa dalam menggosok gigi. Gunakan pertanyaan kunci seperti: Apakah ayah atau ibunya atau anggota keluarga yang lain ada yang pernah sakit gigi? saat sebelum tidur apakah ayah dan ibunya sikat gigi atau tidak.

Naskah Lagu “Bangun Tidur” Bangun tidur ku terus mandi Tidak lupa menggosok gigi Habis mandi kutolong Ibu Membersihkan tempat tidurku

Modul VI -- Unit 1.1 : Kebersihan Gigi dan Mulut

149


Lembar Informasi Untuk Guru Kebersihan Gigi dan Mulut Menjaga kebersihan gigi dan gusi merupakan langkah pemeliharaan yang sangat penting dan bisa dilakukan dengan berbagai cara, dimulai dari kebiasaan menyikat gigi, memilih makanan yang tepat dan memeriksakan gigi secara teratur ke dokter gigi. Gigi yang bersih dan sehat tidak hanya terlihat bagus namun juga membuat kita mudah dalam mengunyah makanan dan berbicara. Gigi tersebut terlihat bersih apabila terbebas dari terbebas dari plak, gusinya berwarna pink, gusi tidak berdarah ketika menggosok gigi dan tidak disertai bau mulut yang tidak enak. Secara alami kebersihan mulut terjaga dengan air liur, dimana pada air liur terdapat enzim yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap bakteri dan virus, namun aktivitas makan dan minum membuat kondisi mulut lebih asam dan mempercepat pembusukan sisa makanan. Sisa-sisa makanan dan bakteri mulut menimbulkan terjadinya Plak yang bisa merusak gigi dan gusi apabila tidak dibersihkan. Apabila digambarkan kejadian timbulnya kerusakan gigi seperti karies (gigi berlubang) dan gingivitis (radang gusi) dimulai dengan terjadinya plak yaitu sebagai berikut : Sisa makanan terutama gula dan karbohidrat bercampur dengan bakteri pada rongga mulut contohnya Streptococcus mutans akan menjadikan kondisi mulut asam sehingga timbul plak. Timbunan plak bersama dengan sisa makanan lain apabila terkondisi pada keasaman mulut akan merusak lapisan gigi (enamel gigi) dan menyebabkan gigi berlubang.

Timbunan plak yang mengeras dan mengalami mineralisasi akan menyebabkan karang gigi yang suatu waktu akan menyebabkan peradangan gusi (gingivitis).

150

Modul VI -- Unit 1.1 : Kebersihan Gigi dan Mulut


Kegiatan mengosok gigi secara rutin minimal 2 kali sehari merupakan langkah pencegahan harian terbaik untuk menjaga kesehatan gigi. Waktu penting menggosok gigi terutama pada saat pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Alasannya sebagai berikut : Pagi setelah sarapan : sarapan pagi merupakan kebiasaan baik untuk menjaga kebugaran tubuh, se­ telah sarapan, gigi dan mulut akan kotor cenderung asam sehingga mempercepatnya terja­di­nya plak. Menggosok gigi pada saat pagi hari menyebabkan gigi bersih dan mendukung aktivitas harian. Malam sebelum tidur : setelah seharian ber­ aktivitas, kondisi mulut secara alamiah terbantu ke­bersihannya oleh air liur dan air minum. Ak­ ti­ vitas menggosok gigi sebelum tidur akan mem­ bersihkan gigi dari kotoran pada mulut seperti plak. Kebiasaan ini akan mencegah lebih banyak timbulnya plak saat tidur karena pada saat tidur, tubuh akan memproduksi air liur lebih sedikit sehingga kondisi mulut lebih asam. Kondisi asam pada mulut saat tidur akan mempercepat proses timbulnya plak. Kegiatan menggosok gigi pada kedua waktu penting ini sangat membantu mencegah masalah sebelum menimbulkan rasa sakit karena rusaknya gigi gusi. Gigi yang bersih tidak hanya membuat seseorang terlihat menarik, namun juga membuat nyaman untuk makan dan berbicara. Kesehatan gigi mulut penting bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Sumber Informasi Lembar Informasi Untuk Guru • Colgate. Artikel-artikel oral health. http: //colgate.com/app/Cp/US/EN/OC/ Information/Articles/Oral-and-Dental-Health-Basics/Oral-Hygiene/Oral_ Hygiene-Basics/articles.cvsp. diakses Oktober 2011 • Direktorat Bina Kesehatan Anak. Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementrian Kesehatan RI, 2011.

Modul VI -- Unit 1.1 : Kebersihan Gigi dan Mulut

151


Catatan

152

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru


UNIT 1.2

Cara Menggosok Gigi

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu menjelaskan alasan dan cara menggosok gigi dengan benar.

Ringkasan Materi Pembelajaran Menggosok gigi harus dilakukan dengan benar agar bagian penting dari gigi tidak terlewat ke足tika dibersihkan. Langkah menggosok gigi yang sederhana adalah: (1) Menggosok mulai dari bagian depan gigi atas dan bawah, dari arah gusi ke luar. (2) Menggosok bagian dalam gigi atas dan bawah, dengan cara yang sama; (3) Menggosok bagian depan gigi dengan gerakan ke sam足ping; (4) Menggosok bagian geraham gigi bawah dan atas. Menggosok gigi dengan benar bertujuan melindungi gigi.

Ringkasan Langkah Pembelajaran

Mengingatkan kegunaan menggosok gigi

Tugas kelompok menjodohkan kartu gambar tentang cara gosok gigi

Membahas cara menggosok gigi yang benar

Mendorong agar murid selalu menggosok gigi

Menyampaikan agar menggosok gigi yang benar dan waktu tepat

Mengingatkan kembali agar menggosok gigi setelah makan

Modul VI -- Unit 1.2 : Cara Menggosok Gigi

153


Metode Pembelajaran • Diskusi Kelompok • Memasangkan Gambar • Penjelasan

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • Kartu Pasangan Gambar dan Penjelasan sejumlah kelompok (contoh terlampir) • Alat Tulis

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan • Fotocopy naskah kartu sejumlah kelompok siswa. • Gunting gambar menurut garis putus-putus. Tempelkan pada karton sesuai ukuran jika memungkinkan. • Jika tidak memungkinkan, guru mempraktekkan cara menggosok gigi dan kemudian minta siswa mengacungkan kartu dengan tulisan sesuai dengan gerakan yang diprak­tekkan guru.

154

Modul VI -- Unit 1.2 : Cara Menggosok Gigi


Langkah-langkah Pembelajaran: Kegiatan Awal : Pengantar kegiatan 1. Menanyakan siswa apa saja yang mereka ingat mengenai pentingnya menggosok gigi? 2. Menyampaikan ulang alasan mengapa menggosok gigi, dan waktu penting menggosok gigi. 3. Menyampaikan tujuan belajar kali ini; Siswa akan belajar tentang bagaimana tata cara meng­gosok gigi yang benar.

Kegiatan Inti : Memasangkan kartu dan gambar ‘Cara Menggosok Gigi’ 1. Menyampaikan kepada siswa bahwa mereka akan berkelompok untuk memasangkan gambar cara menggosok gigi yang benar, dengan kartu penjelasannya. 2. Mem­bentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. 3. Menjelaskan tugas kelompok sebagai berikut: • Siswa akan dibagikan kartu-kartu pasangan Gambar dan Penjelasannya, mengenai cara menggosok gigi yang benar. • Siswa diminta mendiskusikan dan menyepakati, mana pasangan yang benar. • Kelompok diberi waktu 15 menit untuk berdiskusi dan menentukan pasangan. • Setelah selesai kelompok akan mempresentasikan hasilnya. 4. Memberi kesempatan siswa bertanya jika ada penugasan yang belum jelas. 5. Membahas bersama hasil setiap kelompok mengenai pasangan yang benar. Jika ada yang salah, tanyakan apa kesulitan yang dihadapi kelompok. 6. Sampaikan pula bahwa makanan yang manis dan lengket seperti permen, akan me­nem­ pel kuat pada gigi, sehingga siswa-siswa harus menghindari terlalu banyak makan yang manis-manis.

Modul VI -- Unit 1.2 : Cara Menggosok Gigi

155


Kegiatan Akhir : Menyimpulkan hasil belajar 1. Menanyakan siswa beberapa pertanyaan refleksi dari kegiatan tadi: • Bagaimana cara membersihkan gigi yang benar dengan menggosok gigi? 2. Menutup sesi belajar dengan menyampaikan kembali hal-hal inti mengenai waktu penting dalam menggosok gigi. • Gunakan sikat gigi yang halus, dan pasta gigi yang mengandung florida. • Jangan lupa untuk membersihkan lidah ketika menggosok gigi. Permukaan lidah men­jadi tempat bertumbuhnya bakteri dan karena setiap kali makan, makanan tersebut akan menempel pada lidah. • Kalau cara menggosok giginya salah, maka kotoran dari sisa makanan akan tersimpan di gigi, dan dapat merusak gigi. • Tujuan menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari sisa makanan, sehingga jangan lupa, waktu yang tepat untuk menggosok gigi seharusnya pagi setelah makan, dan malam hari sebelum tidur. 3. Menyampaikan apresiasi kepada siswa, dan mengingatkan mereka untuk selalu menggosok gigi pada waktu yang disarankan.

Beberapa pengembangan pembelajaran 1. Penyampaian materi dapat dilakukan dengan praktek menggosok gigi bersamasama jika memungkinkan atau demostrasi menggosok gigi yang benar oleh guru. Setelah mendapat penjelasan dan melihat gambar para siswa diminta untuk mempersiapkan alat-alat gosok gigi dan mempraktekkan menggosok gigi yang benar.

156

Modul VI -- Unit 1.2 : Cara Menggosok Gigi


Contoh Naskah Kartu Pasangan

Gambar & Penjelasan Cara Menggosok Gigi

(1) Menggosok mulai dari bagian depan gigi atas dan bawah, dari arah gusi ke luar.

(2) Menggosok bagian dalam gigi atas dan bawah, dengan cara yang sama;

(3) Menggosok bagian depan gigi dengan gerakan kesamping;

(4) Menggosok bagian geraham gigi bawah dan atas.

Modul VI -- Unit 1.2 : Cara Menggosok Gigi

157


Lembar Informasi Untuk Guru Menggosok Gigi yang Benar Sebagian besar diantara kita telah belajar mengosok gigi sejak kecil. Menggosok gigi secara benar adalah cara dimana kita bisa menghilangkan Plak tanpa harus menggosok gigi dengan keras dan melukai gusi. Ada berbagai macam teknik menggosok gigi, teknik yang baik pada prinsipnya bisa membersihkan seluruh permukaan gigi tanpa merusak gigi selama kegiatan menggosok gigi dilakukan. Orang tua sebaiknya tetap mendampingi anaknya untuk menggosok gigi sampai anak berusia 9-10 tahun. Menggosok gigi minimal dilakukan minimal dilakukan 2 kali sehari, pertama pagi setelah sarapan karena kondisi gigi yang kotor setelah makan dan akan seharian beraktivitas. Kedua saat malam sebelum tidur karena saat tidur keadaan mulut kering dan menjadikan kondisi mulut lebih asam untuk pembentukan plak yang bisa menyerang gigi mulut. Terdapat saran untuk tidak menggosok gigi tidak lebih dari 3 kali sehari karena menggosok gigi saat makan siang merupakan tindakan baik, namun terlalu sering menggosok gigi justru merusakkan gigi. Hal-hal penting berkaitan kegiatan menggosok gigi yang disarankan antara lain sebagai berikut : • Gosoklah gigi secara perlahan – Menggosok gigi terlalu keras hanya merusak gusi. • Gosoklah gigi selama 2 menit – waktu selama 2 menit adalah waktu minimum untuk membersihkan seluruh gigi. • Gunakan sikat gigi yang lembut supaya tidak melukai dan merusak gusi. • Gunakan pasta gigi karena pasta gigi tidak hanya membersihkan gigi namun juga mencegah dari kerusakan, mengontrol plak, mengontrol kalkulus tartar, memutihkan, merawat gusi dan menjaga gusi yang sensitif. • Gunakan pasta gigi berfluoride karena fluoride dapat membantu perkembangan gigi pada anak-anak dan menjaga gigi saat dewasa. Pasta gigi berfluoride akan membantu melapisi lapisan email gigi menjadi lebih kuat atau tidak mudah keropos.

158

Modul VI -- Unit 1.2 : Cara Menggosok Gigi


Langkah-langkah melakukan kegiatan menggosok gigi :

Modul VI -- Unit 1.2 : Cara Menggosok Gigi

159


Sumber Informasi Lembar Informasi Untuk Guru • Direktorat Bina Kesehatan Anak. Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementrian Kesehatan RI, 2011. • Colgate. Artikel-artikel oral health. http: //colgate.com/app/Cp/US/EN/ OC/Information/Articles/Oral-and-Dental-Health-Basics/Oral-Hygiene/ Oral_Hygiene-Basics/articles.cvsp. diakses Oktober 2011 • Unilever, Pepsodent. Teknik Menyikat Gigi yang Benar (Ms. Power Point). http://www.sikatgigipagimalam.com/. Diakses pada tanggal 6 Agustus 2011.

160

Modul VI -- Unit 1.2 : Cara Menggosok Gigi


Catatan

Modul Trainer untuk Memfasilitasi Pelatihan Guru

161


162

Modul VI -- Unit 1.3 : Makanan Sehat untuk Gigi


UNIT 1.3

Makanan Sehat untuk Gigi

Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, siswa mampu : • Memahami manfaat makanan yang sehat untuk gigi • Mengidentifikasi jenis dan contoh makanan yang sehat dan tidak sehat untuk gigi.

Ringkasan Materi Pembelajaran Jenis makanan sangat penting terkait kesehatan gigi, terutama pada anak. Beberapa jenis makanan yang disarankan adalah; susu, buah-buahan, sayuran, makanan yang terbuat dari bahan susu. Permen karet yang berkadar gula rendah diperbolehkan. Sedangkan makanan yang sebaiknya dihindari anak adalah makanan manis yang lunak/lembek, karena mudah menempel di gigi dan sulit dibersihkan seperti; manisan, permen, coklat, keripik kentang, kentang goreng, kismis.

Ringkasan Langkah Pembelajaran Menanyakan kegunaan dan waktu yang tepat menggosok gigi

Tugas kelompok membahas gosok gigi setelah makan melalui permainan

Membahas jenis makanan yang perlu dilanjutkan dengan gosok gigi

Mengingatkan murid untuk selalu menggosok gigi

Membahas dan memilih makanan yang sehat untuk gigi

Modul VI -- Unit 1.3 : Makanan Sehat untuk Gigi

163


Metode Pembelajaran • Diskusi Kelompok • Permainan • Penjelasan

Alat Bahan, Media, dan Sumber Belajar • Lembar permainan papan “Manakah Jalan Menuju Gigi yang Sehat” (terlampir) • Alat Tulis

Waktu Pembelajaran 2 Jam Pelajaran (2 x 35 menit)

Persiapan • Fotocopy lembar “Manakah Jalan Menuju Gigi yang Sehat” sejumlah kelompok siswa. Jika tidak memungkinkan, guru dapat menggambar sendiri lembar tersebut dan gambar makanannya di karton.

164

Modul VI -- Unit 1.3 : Makanan Sehat untuk Gigi


Langkah-langkah Pembelajaran Kegiatan Awal/Pengantar kegiatan 1. Menanyakan siswa apa saja yang mereka ingat mengenai pentingnya menggosok gigi? 2. Menyampaikan ulang alasan mengapa menggosok gigi, dan waktu penting menggosok gigi. 3. Menyampaikan tujuan belajar kali ini bahwa siswa akan belajar tentang makanan yang sehat untuk gigi dan makanan yang menyebabkan gigi rusak.

Kegiatan Inti/Membuat jalur menuju ‘Gigi yang sehat’ 1. Menyampaikan kepada siswa bahwa mereka berkelompok untuk menemukan jalan menuju gigi yang sehat, melalu lembar permainan. 2. Membentuk kelompok siswa, setiap kelompoknya terdiri dari 5-8 orang. 3. Menjelaskan tugas kelompok sebagai berikut: • Setiap kelompok akan dibagikan lembar permainan. • Kelompok diminta mendiskusikan dan menyepakati, kemana saja jalur yang harus ditempuh mulai dari gambar “Panda” menuju ke gambar “Gigi sehat”. • Kelompok menggambarkan garis pada jalur yang dianggap benar agar dapat sampai menuju Gigi yang sehat. 4. Memberi kesempatan siswa mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. 5. Menanyakan kepada siswa beberapa pertanyaan refleksi dari kegiatan tadi: • Gambar apa saja yang ditemui di setiap jalur yang dipilih masing-masing kelompok? • Adakah yang dapat membuat cerita dari jalur yang dipilih tersebut? (Jika tidak ada, lanjutkan saja pembelajaran ke langkah berikutnya). 6. Menyampaikan penjelasan untuk masing-masing jalur yang mungkin dilalui siswa: • Siswa-siswa akan bertemu dengan berbagai makanan, di antaranya coklat, permen, atau manisan, minuman mengandung soda, sayuran, buah-buahan, atau es krim. Selain itu ada gambar sikat gigi. • Jika memilih jalur yang terdapat gambar minuman/makanan yang manis dan lunak yang mudah mengotori gigi, maka siswa akan menemui gambar sikat gigi. Artinya setiap kali memakan makanan yang manis dan lunak, siswa-siswa harus menggosok gigi. • Minuman/makanan yang manis dan lunak yang mudah mengotori gigi sangat mudah mengakibatkan rusaknya gigi. • Jika memakan makanan seperti susu, sayur, atau keju dan es krim yang bahannya terbuat dari susu, makanan tersebut mengandung gizi yang menguatkan gigi. Meski makanan tersebut sehat untuk gigi, menggosok gigi tetap penting.

Modul VI -- Unit 1.3 : Makanan Sehat untuk Gigi

165


Kegiatan Akhir/Menyimpulkan hasil belajar 7. Menutup sesi belajar dengan menyampaikan kembali hal-hal inti makanan yang sehat dan yang dapat mengakibatkan rusaknya gigi. • Ada banyak jenis makanan/jajanan yang ditemui siswa-siswa setiap hari. • Ingatlah untuk memilih makanan yang menyehatkan gigi, yaitu… (minta siswa-siswa menyebutkan) • Dan menghindari makanan yang mudah membuat gigi rusak, yaitu... (minta siswa-siswa menyebutkan). 8. Menyampaikan apresiasi kepada siswa, dan mengingatkan mereka untuk selalu menggosok gigi.

Beberapa pengembangan pembelajaran 1. Untuk siswa kelas 5-6 permainan bisa dilakukan dengan gambar yang lebih rumit. Gunakan gambar makanan yang ada di daerah masing-masing. Prinsip penempatan makanan adalah setelah makan makanan yang manis maka ada gambar sikat gigi. Hal itu untuk menekankan pesan, bahwa terutama setelah makan makanan manis maka kita perlu gosok gigi. Namun setiap selesai makan, kita sebenarnya harus menggosok gigi.

Catatan untuk Guru: Daftar gambar yang ada dalam lembar permainan: • • • • • • • • • •

166

Coklat Sayur wortel Sekotak susu Sikat gigi Permen Sekeranjang buah-buahan Keju Minuman mengandung soda (Coca cola, Fanta, dll) Es krim Permen lolipop

Modul VI -- Unit 1.3 : Makanan Sehat untuk Gigi


Lembar Informasi Guru Makanan yang Sehat untuk Gigi Kesehatan mulut tidak lepas dari pola nutrisi (makan dan minum) manusia. Setiap hari manusia meng­konsumsi makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan akan pertumbuhan dan per­kem­bangan serta keberlangsungan hidup. Asupan nutrisi terutama berkaitan dengan unsur kar­bohidrat, protein, vitamin, mineral dll yang terkandung pada nasi, roti, daging, tahu, tempe, telur, sayuran, buah, dsb. Dari kesemua unsur kandungan makan, unsur Karbohidrat yaitu gula ada­ lah yang paling jahat terhadap gigi. Semua gula sederhana, termasuk gula meja (sukrosa), gula di dalam madu (levulosa dan dekstrosa), buah-buahan (fruktosa) dan susu (laktosa) memiliki efek yang sama terhadap gigi. Jika gula bergabung dengan plak, maka dalam waktu sekitar 20 menit, bakteri Streptococcus mutans di dalam plak akan menghasilkan asam. Jumlah gula yang di­makan tidak masalah, yang memegang peran penting adalah lamanya gula berada di dalam gigi. Mayoritas orang senang makan cemilan, karena cemilan bisa meningkatkan gula darah yang menyebabkan seseorang kembali bersemangat untuk beraktivitas. Konsumsi cemilan yang disarankan sebenarnya adalah sayuran dan buah-buah karena kedua jenis makanan ini mem­bantu mulut memproduksi air liur lebih banyak. Produksi air liur yang banyak akan mem­permudah proses pembersihan alami mulut sehabis makan.

Modul VI -- Unit 1.3 : Makanan Sehat untuk Gigi

167


Jenis-jenis makanan yang baik bisa dilihat dari unsur kandungan nutrisinya dan berpengaruh bagi ketahanan gigi dan gusi, contohnya sebagai berikut :

• Buah-buah seperti jeruk, mangga, pepaya, sirsak dan buah lainnya yang kaya vitamin C akan menjaga kesehatan gusi • Buah seperti pisang kaya akan potasium yang berfung­si untuk memperkuat sel-sel dari jaringan gigi dan gusi • Susu kaya dengan calsium yang menjaga ketahanan gigi (email dan dentin)

• Sayuran seperti brokoli dan jenis sawi-sawian ternyata kaya dengan vitamin K yang mencegah less bruising Pilihan makanan saat waktu makan maupun saat makan cemilan berperan menjaga kesehatan gi­gi dan gusi. Mengurangi jumlah waktu cemilan merupakan salah satu langkah penting men­ja­ga kebersihan rongga mulut dan mencegah gigi gusi dari kerusakan.

168

Modul VI -- Unit 1.3 : Makanan Sehat untuk Gigi


Sumber Informasi Lembar Informasi Untuk Guru • Colgate. Artikel-artikel oral health. http: //colgate.com/app/Cp/US/EN/ OC/Information/Articles/Oral-and-Dental-Health-Basics/Oral-Hygiene/ Oral_Hygiene-Basics/articles.cvsp. diakses Oktober 2011. • Direktorat Bina Kesehatan Anak. Pedoman Pelatihan Dokter Kecil. Direktorat Bina Kesehatan Anak, Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementrian Kesehatan RI, 2011. • Ramadhan, Ardyan Gilang. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut, Bukune. Jakarta. 2010.

Modul VI -- Unit 1.3 : Makanan Sehat untuk Gigi

169


170

Modul VI -- Unit 1.3 : Makanan Sehat untuk Gigi


Produce by

Water, sanitati on and hygiene in supp ort of school empowerment Supported by

ďŹ


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.