KELILING SUMATERA LUAR DALAM
PROLOG Edisi Foto Sumatera
S
umatera itu tidak biasa dan tidak terlalu mahal. Itu menjadi nilai le-bih mengapa Sumatera layak menjadi target jika ingin melakukan perjalanan ala backpacker. Sepuluh provinsi di dalamnya punya keseruan yang berbeda, meskipun ada dua yang terbaik: Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Dua provinsi itu punya budaya yang paling kuat dan tempat wisata yang paling banyak. Tidak semua daerah wisata di Sumatera dapat diakses dengan mudah. Bahkan sebaliknya, kebanyakan sulit diakses. Misalnya untuk menuju Pulau Galang di Kepulauan Riau. Bis tidak dapat mengaksesnya sampai tempat wisata bekas tempat pengungsian Vietnam itu. Yang ada hanya taksi, yang itu jelas mahal. Atau ketika ingin menuju Abai, sebuah daerah di Solok
Selatan, Sumatera Barat. Di sana terdapat rumah bagonjong (rumah adat minangkabau) terpanjang sedunia. Tapi untuk menuju ke sana, tidak ada ojeg dan tidak ada angkutan umum. Tapi di situ serunya. Semakin sulit digapai semakin seru, semakin berkesan, dan semakin bernilai cerita. Sumatera punya banyak yang semacam itu. Kali ini, Backpackin menghadirkan edisi khusus foto Sumatera yang foto dan datanya banyak bercermin dari buku “Keliling Sumatera Luar Dalam� terbitan Grasindo yang ditulis oleh Muhammad Iqbal. Perjalanan Iqbal selama 108 hari berkeliling Sumatera ditulis dalam catatan-catatan perjalanan singkat yang tersegmentasi berdasarkan provinsi. Selamat menikmati
Edisi Foto Sumatera
BANGUNAN Edisi Foto Sumatera
R
umahrumah adat Sumatera memang beragam, tetapi tetap mempunyai satu kesamaan: berbentuk panggung. Dari banyak suku yang ada di Sumatera, rumah adat yang paling terkeal adalah rumah adat suku minangkabau, namanya rumah bagonjong. Bagonjong adalah sebutan untuk bentuk atap yang seperti tanduk kerbau. Rumah bagonjong paling mudah ditemui di Solok Selatan. Di sana, tepatnya di Abai, terdapat rumah bagonjong terpanjang dengan jumlah pintu 21 buah. Sayangnya akses jalan menuju Abai cukup sulit. Tidak ada angkutan umum. Mencari pangkalan ojeg pun setengah mati. Kalau mau melihat bangunan bagonjong dengan akses jalan mudah, lebih baik menuju istana pagaruyung. Meskipun sudah tidak asli lagi, tapi bangunan istana bisa
mencerminkan bagaimana suku minangkabau membuat bangunan kebesarannya. Itu di Sumatera Barat. Beda dengan Aceh. Di Aceh, bangunan yang mudah sekali ditemui adalah masjid. Sebutan “masjid� hanya berlaku untuk masjid yang betul-betul besar. Kalau kecil, biasanya disebut meunasah atau langgar, yaitu semacam mushola yang menjadi sentra kegiatan keagamaan di Aceh. Biasanya satu kampung/desa memiliki satu buah meunasah. Sumatera juga memiliki jembatan-jembatan megah yang seringkali menjadi icon wilayah setempat. Misalnya Jembatan Ampera di Palembang dan Jembatan Barelang di Batam. Jembatan Barelang bukan hanya menghubungkan dua daratan yang terputus oleh sungai, tetapi menghubungkan dua buah pulau yang terputus oleh laut, yaitu Pulau Batam dengan pulau di Selatan-nya.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Masjid kuning Pulau Penyengat. Konon pembuatannya menggunakan kuning telur sebagai bahan perekat.
Bintan, Kepulauan Riau
Banda Aceh, NAD
Masjid Baiturrahman, icon Kota Banda Aceh
Meulaboh, NAD
Masjid termegah di tengah kota Meulaboh. Edisi Foto Sumatera
Pagaruyung, Sumatera Barat
Istana Pagaruyung menjadi lambang kerajaan Pagaruyung yang tersisa, meskipun bukan bangunan yang sebenarnya. Edisi Foto Sumatera
Rumah adat Mentawai. Terdapat tempat untuk duduk-duduk di sekeliling rumah yang digunakan untuk keluarga berkumpul, biasanya sore hari.
Siberut, Sumatera Utara
Ranah Pantai Cermin, Sumatera Barat Rumah bagonjong terpanjang di RPC atau kedua terpanjang se-Sumatera Barat.
Edisi Foto Sumatera
Rumah sederhana ini banya terlihat di sekitar Gunung Tujuh. Sebagian besar masyarakat menggantungkan hidupnya dengan bertani.
Gunung Tujuh, Jambi
Bandar Lampung, Lampung Bangunan Pizza Hut menggunakan “siger� lambang khas Lampung di atas bengunannya. Hampir seluruh toko juga memasang lambang serupa.
Edisi Foto Sumatera
Replika SD Muhammadiyah, tempat shooting film Laskar Pelangi.
Gantong, Bangka Belitung
Belinyu, Bangka Belitung Tempat ibadah yang banyak ditemukan di Belinyu.
Edisi Foto Sumatera
Gapuy, NAD Meunasah yang dimiliki setiap desa di Aceh sebagai sentra kegiatan keagamaan desa.
Pulau Balai, NAD Keramba jaring apung (KJA). Masyarakat pulau Balai menggantungkan hidupnya kepada laut, sebagian melaut, sebagian membuat KJA.
Edisi Foto Sumatera
Batam, Kepulauan Riau
Jembatan Barelang sebagai icon Batam, penyambung dua pulau. Edisi Foto Sumatera
HEWAN Edisi Foto Sumatera
B
eberapa hewan cukup khas di Sumatera, misalnya harimau sumatera atau gajah sumatera. Yang pa-ling terkenal sebagai sumbernya gajah adalah Way Kambas. Di dalam taman nasional tersebut, terdapat Pusat Latihan Gajah (PLG) yang mempunyai kandang berisi 63 ekor gajah. Semua mempunyai nama, meskipun tidak ada yang bisa mengejanya. Taman nasional lain yang khas adalah Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). TNGL ini begitu luas dan mempunyai beberapa titik masuk, salah satu yang terkenal adalah Bukit Lawang. Yang menarik di Bukit Lawang adalah adanya feeding Orang Utan setiap pagi dan sore. Wisatawan boleh ikut melihat aktivitas yang mencekam tersebut. Dikatakan mencekam karena bukan tidak mungkin tiba-tiba Orang Utan tersebut mendatangi pengunjung dan menggaruknya. Percayalah,
digaruk Orang Utan itu tidak enak dan tidak perlu dicoba. Selain gajah dan orang utan, sebetulnya tidak banyak yang bisa diceritakan tentang satwa endemic Sumatera. Hanya saja ada beberapa yang punya perilaku unik. Misalnya sapi-sapi yang berkeliaran di Aceh. Ada yang bilang, Aceh adalah kandang sapi terbesar di dunia. Di mana-mana ada sapi, di pantai ada sapi, di kampung-kampung ada sapi, bahkan di jalan raya juga banyak sapi yang berkeliaran. Aceh juga punya kekhasan unik pada kambing-kambingnya. Di sebagian tempat, ditemui kambing-kambing yang lehernya dikalungi kayu segitiga pengaman. Kayu pengaman itu bertujuan membatasi kambing tersebut masuk ke pekarangan tetangga. Karena kalau sudah masuk, kambing itu bisa merusak mood pemilik pekarangan. Terhadap pekarangan, si kambing bisa melakukan tiga hal: memakannya, menginjakinjaknya, atau memakan sembari menginjak-injaknya.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Palang kayu ditempelkan ke leher kambing agar tidak bisa masuk dan merusak pekarangan tetangga.
Blang Pidie, NAD
Calang, NAD
Sapi-sapi berkeliaran di jalur lintas barat Sumatera itu sudah pemadangan biasa.
Way Jepara, Lampung
Kandang gajah di Pusat Latihan Gajah yang terisi 63 ekor gajah jinak berasal dari Taman Nasional Way Kambas
Edisi Foto Sumatera
Geurugok, NAD
Pasar hewan selalu ada di hari Selasa. Ketika pembeli dan penjual sudah deal harga, maka mereka akan mengucapkan akad. Edisi Foto Sumatera
Seekor Orang Utan di Bukit Lawang sedang menikmati makanan yang diberikan pengelola. Feeding Orang Utan terbuka untuk wisatawan.
Bukit Lawang, Sumatera Utara
Jarai, Sumatera Selatan Anjing-anjing dengan bebas berkeliaran di pasar Jarai.
Edisi Foto Sumatera
Umang-umang di Pulau Bunta berjalan dengan bebas. Banyak sekali corak dan motif umang-umang yang terhampar di pulau cantik ini.
Pulau Bunta, NAD
Rimo, NAD Tiga ekor bebek sebagai peliharaan transmigran asal Jawa. Masih ada puluhan lagi di kandang.
Edisi Foto Sumatera
Seekor kepiting sedang berkeliaran di pantai. Ia dan kawan-kawannya akan berpura-pura menjadi batu ketika ada getaran mencurigakan.
Pulau Nasi, NAD
Bukittinggi, Sumatera Barat Kuda-kuda wisata di Bukit Ambacang. Dahulu tempat ini menjadi arena wisata orang-orang Belanda ketika masa kolonial.
Edisi Foto Sumatera
Kalianda, Lampung Seorang warga sedang memisahkan daging bekicot dari cangkangnya, untuk digulai lauk makan siang.
Singkarak, Sumatera Barat Ikan bilih sebagai ikan endemik Danau Singkarak. Banyak dijual di pinggiran danau.
Edisi Foto Sumatera
Senagan, NAD
Sapi laut. Hidup, makan, dan tidur di pinggir pantai. Pemiliknya melepasliarkan begitu saja.
Edisi Foto Sumatera
KENDARAAN Edisi Foto Sumatera
G
eografisnya yang dikelilingi laut, diselipi bermacam sungai, dan juga permukaannya yang naik turun, membuat Sumatera punya banyak sekali jenis kendaraan. Jenis kendaraan dari tiap-tiap kota pun bisa jadi begitu berbeda. Belum lagi kalau bicara kendaraan tradisionalnya. Becak bisa mempunyai definisi yang banyak sekali. Ada yang pengemudinya di belakang, ada yang di samping. Ada yang bermesin ada yang tidak. Dan bentuk tempat duduk bagi penumpangnya, ada yang permanen tertutup, ada yang bisa ditutup-buka. Kita akan mudah menemukan pompong alias perahu tradisional di pesisir pantai atau sungai. Kalau si pemilik punya uang agak berlebih, biasanya dia menambahkan mesin di belakang pompongnya.
Kendaraan tradisional tidak kalah banyaknya. Misalnya sapi sebagai alat angkut orang dan barang yang mudah ditemukan di Kayu Aro, Jambi. Atau seperti gerobak di Hinako, sebuah pulau kecil di sebelah Barat Nias. Taksi yang berada di Batam punya cara unik dalam pembayaran. Bukan menggunakan argo, tetapi ongkosnya dibebankan per kepala. jadi dalam satu taksi bia berisi empat orang yang tidak saling kenal. Kurang lebih seperti angkot yang ber-AC dan berkursi empuk.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Angkutan umum Brastagi – Medan jarang sekali memiliki atap yang bersih. Ada saja yang mengisinya, mulai dari kursi, karung, sepeda, bahkan sepeda motor.
Brastagi, Sumatera Utara
Padang, Sumatera Barat
Angkot Kota Padang penuh dengan stiker di sekujur bodi.
Blang Pidie, NAD
Angkutan umum di Blang Pidie disebut “labi-labi�. Edisi Foto Sumatera
Kayu Aro, Jambi
Sapi penarik gerobak sebagai salah satu alat transportasi masyarakat, terutama petani. Edisi Foto Sumatera
Membelah Sungai Bahorok untuk menyeberangkan wisatawan yang ingin melihat pemberian makan orang utan.
Bukit Lawang, Sumatera Utara
Toba, Sumatera Utara
Kapal-kapal penumpang menuju Tomok, Pulau Samosir.
Edisi Foto Sumatera
Becak-becak yang menggunakan sepeda ontel sebagai penggeraknya menjadi ciri khas Belawan.
Belawan, Sumatera Utara
Subulussalam, NAD Becak dengan kursi penumpang berpenutup adalah pemandangan yang lazim di Subulussalam.
Edisi Foto Sumatera
Pedagang sayur menggunakan becak motor hasil modifikasi untuk menjajakan dagangannya.
Gunung Sitoli, Sumatera Utara
Merek, Sumatera Utara Seorang pemuda sedang menaiki kerbaunya yang terkadang berlari dan mengguncang-guncangkan si pemuda.
Edisi Foto Sumatera
Bengkalis, Riau Odong-odong menjadi hiburan anak-anak ketika berkunjung ke pinggir pantai Bengkalis.
Batam, Kepulauan Riau Taksi-taksi menor di Pelabuhan Sekupang. Tarif yang dipakai adalah tarif per kepala, bukan per taksi.
Edisi Foto Sumatera
Medan, Sumatera Utaea
Kereta api ekonomi tujuan Binjai.
Edisi Foto Sumatera
MAKANAN Edisi Foto Sumatera
K
uliner Sumatera terkenal dengan masakanmasakannya yang pedas dan berbumbu tajam. Terutama Sumatera Barat. Sentra masakan padang di Sumatera Barat adalah di Bukittinggi. Jangan harap menemukan label “masakan padang� di sini, karena memang semuanya masakan padang. Sama seperti, jangan harap menemukan “mie aceh� di Aceh. Pempek tidak kalah terkenalnya dengan masakan padang. Mudah sekali menemukan pempek di Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Tinggal pilih, mau yang seribuan atau yang empat ribuan? Beda sekali dengan kawan-kawan di Kepulauan Mentawai. Kalau mayoritas masyarakat Indonesia makannya beras, penduduk Mentawai mayoritas makan sagu. Pohon sagu terhapar di mana-mana. Masyarakat tidak perlu menanam
untuk bisa mendapatkan pohon sagu. Sama halnya dengan pisang, masyarakat tidak perlu menanam pisang untuk bisa mendapatkan pisang gratis. Bicara buah, jangan lupakan Brastagi. Kalau kita sering makan jeruk medan, maka sebetulnya itu adalah jeruk brastagi. Tapi mungkin karena Medan lebih terkenal dari Brastagi, dan mungkin secara branding dirasa lebih oke, maka disebutlah jeruk medan. Brastagi punya banyak sekali jenis buah tropis selain jeruk.
Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Laksa untuk sarapan, dimakan dengan kuah kuning.
Sungailiat, Bangka Belitung
Kuala Simpang, NAD
Lemang di pasar Kuala Simpang.
Brastagi, Sumatera Utara Beragam buah yang dijual di pasar Brastagi.
Edisi Foto Sumatera
Sungailiat, Bangka Belitung
Pantiaw banyak dijual di pagi hari, dimakan dengan kuah bening. Edisi Foto Sumatera
Kue-kue kecil yang dijual di dalam gerobak oleh seorang yang berkeliling Kota Pagaralam.
Pagaralam, Sumatera Selatan
Pagaralam, Sumatera Selatan Kerupuk ikan dan kopi yang disediakan penyelenggara hajat pernikahan kepada warga yang membantu.
Edisi Foto Sumatera
Telur dijual per butir dengan harga berbeda, tergantung ukuran.
Belawan, Sumatera Utara
Pagaruyung, Sumatera Barat Durian dijual dengan hitungan potong. Satu potong sekitar seribu rupiah.
Edisi Foto Sumatera
Tuak mudah ditemui di dalam warung-warung makan. Satu botol empat ribu rupiah.
Gunung Sitoli, Sumatera Utara
Bengkalis, Riau Lempuk durian yang sangat khas Bengkalis.
Edisi Foto Sumatera
Siberut, Sumatera Utara Sagu sebagai makanan utama masyarakat Kepulauan Mentawai.
Padang, Sumatera Barat Teh telor, minuman berenergi dari tanah Minang.
Edisi Foto Sumatera
Bukittinggi, Sumatera Barat
Yoghurt dalam bambu yang dikenal dengan sebutan dadiah Edisi Foto Sumatera
WISATA DAN BUDAYA Edisi Foto Sumatera
D
ibandingkan beberapa pulau besar di Indonesia, Sumatera punya gunung-gunung yang lebih tinggi, danau-danau yang lebih luas, pantai-pantai yang lebih bagus, air-air terjun yang lebih tinggi, bahasa yang lebih beragam, dan suku yang lebih banyak. Meskipun untuk mencapainya juga lebih sulit, karena akses jalan dan kendaraan yang kurang. Ujung-ujungnya, wisatawan perlu mengeluarkan ongkos yang lebih banyak untuk transportasi, akomodasi, dan konsumsi. Tapi coba perhatikan apa yang bisa didapat. Sebut saja Kota Padang. Di dalam satu kota, Padang mempunyai pantai sekaligus gunung. Pantai Padang membentang di Barat kota dan menjadi tempat santai bagi penduduknya. Hanya selang dua jam dari Kota Padang, kita sudah sampai ke Bukittinggi yang disebut-sebut sebagai Kota Wi-
sata. Bagaimana tidak, dalam Bukittinggi terdapat Ngarai Sianok, Benteng Fort de Kock, kebun binatang, Lobang Jepang sebagai peninggalan sejarah, dan tak lupa icon Jam Gadang yang melegenda. Jangan lupakan wisata alam. Gunung tertinggi di Sumatera adalah Gunung Kerinci di Jambi. Di sebelahnya, terdapat Gunung Tujuh yang di atasnya memiliki danau indah. Meskipun Danau Tujuh adalah yang danau tertinggi di Sumatera, tetapi bukan yang terluas. Beberapa danau yang terluas di Sumatera 窶電an ternyata juga terluas di Indonesiaadalah Danau Toba, Danau Singkarak, dan Danau Maninjau. Pantai-pantai Bangka Belitung melejit terkenal setelah Andrea Hirata menceritakannya dalam novel Laskar Pelangi. Tapi sebetulnya bukan karena Andre Hirata. Dari dulu pantaipantai di Bangka Belitung memang sudah bagus, hanya saja baru terekspos. Selain penuh dengan tempat wisata, Sumatera juga memiliki corak budaya yang tinggi. Ini wajar karena memang setiap provinsi memiliki latar suku dan bahasa yang berbeda. Terkadang malah di sebuah provinsi terdapat beberapa suku. Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Kuburan-kuburan Cina menghiasi pinggiran jalan setapak menuju puncak Gunung Padang.
Padang, Sumatera Barat
Sungei Penuh, Jambi
Penggilingan kopi tradisional dengan kayu sebagai bahan dasar pembuat api untuk “memasak� kopi.
Sungailiat, Bangka Belitung
Pantai Parai Tenggiri yang dikelola swasta. Pengunjung pun harus bayar untuk menikmati pantai ini.
Edisi Foto Sumatera
Calang, NAD
Geurute menjadi peristirahatan bagi pejalan dari Calang ke Banda Aceh, atau sebaliknya. Dari bukit Geurute, terlihat beberapa pulau kecil berpasir putih. Edisi Foto Sumatera
Ayunan tradisional untuk menidurkan anak
Babahrot, NAD
Merek, Sumatera Utara Air terjun sipiso-piso, tertinggi di Sumatera. Edisi Foto Sumatera
amparan perkebunan teh Kayu Aro menjadi halaman Gunung Kerinci.
Kayu Aro, Jambi
Danau Kerinci, Jambi Danau Kerinci yang ternyata tidak dekat dari Gunung Kerinci.
Edisi Foto Sumatera
Pantai Tanjung Tinggi, tempat shooting Laskar Pelangi. Penuh dengan batu-batu besar, ada beberapa batu yang sebesar rumah.
Tanjung Tinggi, Bangka Belitung
Banda Aceh, NAD Nama-nama korban tsunami 2004 yang tertulis di dalam Museum Tsunami.
Edisi Foto Sumatera
Halau, Sumatera Barat Lembah Halau semakin memesona dengan adanya sawah-sawah yang menghampar di sekelilingnya.
Padang, Sumatera Barat Tempat bagi pejalan kaki di Jembatan Siti Nurbaya. Di bawah jembatan tersebut, banyak perahu-perahu tradisional yang sedang parkir.
Edisi Foto Sumatera
Sidikalang, Sumatera Utara
Taman Wisata Iman di Kabupaten Dairi, Sidikalang
Edisi Foto Sumatera
OUTSTANDING Edisi Foto Sumatera
K
etika berkeliling Sumatera, tampak beberapa hal di luar dugaan. Misalnya Pertamini di Bukittinggi. Dari namanya yang mirip, bisa ditebak bahwa ini ada kaitannya dengan Pertamina. Kesamaannya adalah bahwa keduanya sama-sama menjual minyak premium. Bedanya, di Pertamina punya alat-alat besar dan tanki yang besar di bawah tanah, sementara di Pertamini alat-alatnya kecil dan tanki minyaknya juga kecil. Meskipun tidak mempunyai legalitas, tapi toh masih banyak ditemukan Pertamini di Bukittinggi. Di Pulau Balai-NAD dan Pulau Sebesi-Lampung, kita akan dengan mudah menemukan tumpukan batu karang. Masyarakat membangun rumahnya dengan batubatu karang ini. “Mana kuat beli bahan-bahan material dari seberang,� kata seorang warga Pulau Balai. Memang akan
jauh lebih murah membeli batu karang ketimbang membeli bahan material bangunan. Beberapa nelayan memang mempunyai mata pencarian mencari batu karang lalu menjualnya kepada warga pulau. Intrik kepulauan lain misalnya di Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai. Mayoritas masyarakat di pulau ini belum terakses listrik. Mereka menggunakan lampu petromak ketika malam hari. Sebagian di antaranya memiliki genset berbahan bakar solar yang harganya melejit Rp 10.000/liter. Padahal itu solar bersubsidi yang seharusnya Rp 4.500/liter. Dengan lampu minyak, anak-anak sekolah belajar seadanya. Tapi tidak terlihat satupun anak seusia SD dan SMP yang menggunakan kacamata, meskipun setiap malam belajar dengan lampu yang intesnsitas cahayanya naik turun itu. Selain tidak teraliri listrik, Siberut juga tidak kedapatan sinyal HP yang memadai. Percuma saja punya HP dan punya banyak sinyal, wong terima SMS saja sulit. Masyarakat di Saibi –salah satu daerah di Siberut- harus berjalan ke bukit untuk mencari sinyal. Terkadang sudah menunggu berjamjam di bukit tersebut, tetap saja tidak kebagian sinyal. Edisi Foto Sumatera
Edisi Foto Sumatera
Pertamini, pom bensin mini. Meski ilegal, tapi banyak ditemukan.
Bukittinggi, Sumatera Barat
Sebesi, Lampung
Tumpukan batu karang berada di depan sebuah rumah warga untuk kemudian menjadi bahan mendirikan rumah.
Siberut, Sumatera Barat
Seorang siswi SD sedang belajar dengan bantuan lampu minyak, karena listrik belum masuk ke daerahnya.
Edisi Foto Sumatera
Pulau Hinako, Sumatera Utara
Masyarakat menggunakan kelambu untuk tidur agar terhindar dari demam berdarah. Edisi Foto Sumatera
Di pasar Belimbing, dua jam setelah Lahat ke arah Pagaralam, terdapat plang Mandiri dengan penunjuk arah dan keterangan: 28 km lagi. Tampaknya itu adalah bank terdekat.
Belimbing, Sumatera Selatan
Way Jepara, Lampung Lampu belor digunakan warga di sekitar Taman Nasional Way Kambas untuk menakut-nakuti gajah liar yang masuk ke ladang atau pemukiman.
Edisi Foto Sumatera
Wajah anak-anak Siberut.
Siberut, Sumatera Barat
Siberut, Sumatera Barat Dua kakak beradik keturunan Siberut sedang dudukduduk di teras rumahnya.
Edisi Foto Sumatera
Seorang warga sedang menunggu sinyal datang ke telepon selularnya.
Siberut, Sumatera Barat
Siberut, Sumatera Barat Anak panah beracun yang digunakan warga Siberut untuk berburu.
Edisi Foto Sumatera
Pulau Balai, NAD Seorang nelayan sedang memindahkan batu karang yang diambilnya dari laut, untuk kemudian dijual kepada warga pulau yang ingin membangun rumah.
Edisi Foto Sumatera
Samosir, Sumatera Utara Beberapa penjual di pasar tradisional Samosir dengan penutup kepala dari lipatan kain yang khas.
Gunung Tujuh, Jambi
Pendakian Gunung Tujuh akan melewati hamparan hutan yang sudah ditebang dan ditanami warga dengan komoditi pertanian.
Edisi Foto Sumatera
“
Keliling Sumatera Luar Dalam” menjadi buku travelling pertama Muhammad Iqbal. Pria keturunan Aceh ini lahir 4 May 1986. Sejak duduk di bangku kuliah, Iqbal, sapaan akrabnya, sudah berkecimpung di dunia jurnalistik dengan bergabung di Koran Kampus Institut Pertanian Bogor. Lepas kuliah, Iqbal tetap menekuni dunia jurnalistik dengan bergabung di beberapa media. Dari liputan keluar kota hingga keluar provinsi inilah timbul hobi jalan-jalannya. Iqbal lebih memilih jalan-jalan “ala kadar”-nya atau sekarang ini sedang tren dengan sebutan backpacker-an. Ini cara dia “menikmati” perjalanannya, keluar dari zona nyaman yang selama ini dia dapat. Dari hobi backpacker-an, iqbal bersua banyak kawan. Belum banyak orang Indonesia yang tahu keindahan alam Indonesia, Iqbal bersama teman-teman kemudian mendirikan majalah online Backpackin Magazine. Tujuannya sederhana : meyakinkan dan menunjukkan kepada orang Indonesia bahwa Indonesia itu Indah. Tak cukup itu, dengan memberanikan diri keluar dari tempat dia bekerja, iqbal mengembara selama tiga bulan untuk mengeksplor Pulau Sumatera. Tujuannya sama : menunjukkan keindahan Pulau Sumatera, karena belum banyak yang tahu keindahan wisata dan alam pulau tersebut. Dan akhirnya melalui penerbit Grasindo, pengembaraannya dibukukan di dalam buku “Keliling Sumatera Luar Dalam”. Selamat membaca, semoga buku ini menginspirasi para pembaca untuk menjelajah wisata-wisata di Indonesia karena INDONESIA ITU INDAH!.