Majalah Info Akuakultur 29 juni 2017

Page 1

Inf

Akuakultur Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

M a j a l a h P e r i k a n a n B u d i d a y a www.infoakuakultur.com

Budidaya ISSN : 2477-1147

Harga Rp. 20.000

Patin

Tetap Menjanjikan


IC SERIES

L SERIES

P SERIES

HCP Pump Manufacturer Co. Ltd berdiri pada tahun 1969. Kami adalah produsen yang terkemuka dan sudah kaya akan pengalaman lebih dari 30 tahun dalam produksi pompa submersible dan peralatan air di Taiwan. Produk kami telah dipasarkan ke 40 negara. Dengan berpengalaman team R&D kami serta kualitas yang tinggi, sekarang kami telah memperluas lini produk kami menjadi lebih dari 20 seri dan lebih dari 300 model. Pompa kami dapat digunakan dalam pengolahan air limbah, dewatering construction, air limbah rumah tangga, irigasi pertanian dan persediaan air untuk industri aquaculture. Pompa submersible HCP dan efisiensi yang tinggi dari Kincir Air kami telah banyak diterima oleh pelanggan kami di Taiwan, Thailand, Indonesia, Malaysia, Vietnam dan China. Walaupun biaya produksi semakin tinggi, HCP tetap tidak akan kompromi soal kualitas. Pilih produk HCP, marilah kita bekerja sama dan bertumbuh bersama. Di mana ada ai air, disitu ada HCP.

Distribute By:

www.maximaprima.com

We dream of a better way to feed the future At Alltech we strive to nourish the world while protecting its natural resources. Our scientific curiosity has led us to discover natural,

AN SERIES

nutritional solutions for animal and human health. Our exciting innovations in algae, nutrigenomics and fish farming are enabling our partners worldwide to produce sustainable, healthy fish full of nutritional value ...naturally.

FN-33P-A1

POND SERIES PT Alltech Biotechnology Indonesia Mugi Griya Build. 3rd Fl. Suite 303 Jl. M.T. Haryono Kav. 10 Jakarta 12810, Indonesia Tel: +6221 8370 8502 | Fax: +6221 8370 8509

Alltech.com

AlltechAP

@Alltech


Inf

M a j a l a h P e r i k a n a n B u d i d a y a

Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi: Bambang Suharno

Akuakultur M a j a l a h P e r i k a n a n B u d i d a y a

8

36

Wakil Pemimpin Umum/ Pemimpin Usaha : Rudi E Alamsyah

Daftar Isi

Dari Redaksi

Memeriahkan Acara Indo Fisheries 2017

Akuakultur

Inf

Redaksi : Vira Elyansyah Yonathan Rahardjo

Kesehatan Ikan & Lingkungan

Koordinator Liputan : Resti Setiawati

- Waspada TiLV pada Ikan Nila...... 34 - Alga Beracun pada Budidaya Udang.................. 36

Kontributor : Dasep Hasbullah Yanto Supriyanto Aditya Permadi Rochim Armando

Ekonomi & Bisnis Editorial

Indonesia Siap Saingi Vietnam?......6

Artistik/Produksi : Eko Indriyanto

Surat Pembaca...................................... 7

Pemasaran : Rizky Yunandi Suasana stand Info Akuakultur saat pameran

S

elain melakukan liputan lapangan ke berbagai daerah, kami juga berpartisipasi dalam kegiatan pameran dan seminar tentang akuakultur. Salah satunya adalah acara Indo Fisheries 2017 Expo dan Forum yang berlangsung di Grand City Convex, Surabaya pada tanggal 17-19 Mei 2017. Info Akuakultur bersama Infovet dan Asohi bergabung dalam satu stand di Indofisheries, yang berbarengan dengan Indo Livestock 2017 Expo dan Forum. Di pameran tersebut memperkenalkan majalah kepada para pengunjung . Juga melakukan kunjungan ke stand perusahaan-perusahaan di bidang akuakultur, untuk lebih dekat dengan para pelaku usaha. Selain itu, kami juga menyelenggarakan seminar bekerja sama dengan INVE Indonesia dengan topik “White Feces Syndrome & IMNV Disease with INVE Solution�. Seminar tersebut berlangsung sukses dihadiri lebih dari 70 orang, melebihi dari kapasitas ruangan . Pada edisi kali ini Majalah Info Akuakultur menyajikan artikel menarik dan bermanfaat diantaranya seputar bisnis pada usaha budidaya ikan patin, kemudian ada artikel menarik seperti pengolaan pada pakan udang, sistem pengelolaan limbah yang ramah lingkungan, akuakultur berdayakan, dan artikel menarik lainnya. Selamat Membaca! l

Laporan Utama

Budidaya

Budidaya Vaname dengan Sistem Resirkulasi............. 18

Redaksi email : redaksi.infoakuakultur@gmail.com Hp 0812 9557 5575

Berdayakan Akuakultur.................. 42

Tokoh

Organisasi

Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia Tulungagung.................. 46

Inf

Akuakultur Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

18

M a j a l a h P e r i k a n a n B u d i d a y a

Redaksi menerima artikel ilmiah populer dan artikel opini dari luar berikut foto dan ilustrasinya. Redaksi berhak menyunting naskah tanpa mengubah isi. Naskah yang dimuat akan mendapat imbalan.

www.infoakuakultur.com

Berita Sekilas.........................................48 Inspirasi

Pendatang Baru yang (Belum Tentu) Mengganggu......... 50

Benih

Menelusuri Silsilah Udang Putih.....22

Budidaya ISSN : 2477-1147

Harga Rp. 20.000

Patin

Tetap Menjanjikan

Kampus

Universitas Hassanudin Sukses Gelar SIMNASKP Ke-4 ....... 24

Pakan

facebook.com/infoakuakultur

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Kolom

Budhy Heryanto Belajar dari Filosofi Padi.................. 44

Pemasaran email: pemasaran.infoakuakultur@gmail.com Hp 0896 5473 3750

@infoakuakultur

38

- Industri Patin, Mampukah Menaklukkan Sang Jawara?..........8 - Budidaya Patin, Tetap Menjanjikan......................... 12

Alamat Redaksi : Grand Pasar Minggu Jl Raya Rawa Bambu No 88A Pasar Minggu, Jakarta Selatan Telepon: 021. 782 9689

www.infoakuakultur.com

4

Analisis Rencana Anggaran Budidaya Udang................................ 38

Cover : Desain: Eko Indriyanto foto: Kemat Kartodinomo

- Pengelolaan Pakan pada Budidaya Udang.................. 28 - Budidaya Cacing Laut untuk Pakan Udang....................... 30

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

30 5


V

Editorial

ietnam di kawasan ASEAN boleh dibilang sebagai negara anggota baru. Selama bertahuntahun negara ini dilanda perang saudara yang melibatkan negara adidaya di era perang dingin, Amerika Serikat VS Uni Soviet. Di kala Indonesia dan negara lainnya giat membangun, Vietnam masih dilanda perang. Untungnya perang bisa diakhiri dan ternyata negara ini dengan cepat melakukan pembangunan di berbagai sektor. Tanpa disadari, Indonesia ini mulai ketinggalan langkah dalam beberapa hal. Salah satu contoh saja, industri ikan patin Vietnam kini justri jauh lebih maju dibandingkan Indonesia. Bahkan Vietnam kini menjadi jawara produsen patin dunia. Produksi ikan patin di sana bisa mencapai 400 ton per ha kolam, jauh di atas produksi rata-rata ikan patin di Indonesia. Apa rahasianya? Salah satunya adalah pembangunan industri patin yang terintegrasi dari hulu hingga hilir. Sementara di negeri kita usaha ikan patin masih konvensional. Semua pihak berjalan sendiri-sendiri, mencari untung sendiri-sendiri, tidak peduli pada pelaku usaha lainnya yang sebenarnya masih dalam rantai produksi ikan patin. Di Vietnam, konsumen membeli patin dalam bentuk fillet, di Indonesia mereka membeli ikan hidup. Akibatnya, harga sangat fluktuatif. Selain itu limbah ikan berupa bagian yang tidak dimakan, terbuang percuma. Sementara di Vietnam, tidak ada bagian yang terbuang. Karena terintegrasi, semua bagian dimanfaatkan, misalnya lain bagian yang tidak dikonsumsi langsung dimanfaatkan sebagai bahan baku industri lainnya. Karena industrinya terintegrasi, otomatis efisiensinya tinggi dan mampu merajai pasar ekpor. Di negeri kita, patin sebenarnya merupakan salah satu ikan hasil budidaya yang diunggulkan. Bahkan ikan patin masuk dalam 10 komoditas andalan program Kementerian dan Kelautan dan Perikanan, di samping jenis ikan lainnya seperti ikan emas, lele, dan lainnya.. Salah seorang praktisi dalam dunia perikanan, Denny D. Indradjaja, mengungkapkan, daging ikan patin sebanyak 35% bisa dijadikan fillet, 20% dari total massanya dijadikan tepung ikan dan minyak ikan. Sementara itu, 5% menjadi kolagen untuk keperluan

6

obat-obatan. Sisanya lagi seperti kulit, untuk pupuk, banyak produk samping yang lebih produktif dan lebih mahal. Misalnya harga Fish oil 12.000/ kg, padahal ikan patin segar hanya 15.000 kg. Tepung ikan harga 15.000 kg/ belum lagi kolagen, yang diolah dari ikan tersebut. Industri kolagen membutuhkan industri dengan teknologi dengan tingkat tinggi. Di Indonesia, penyediaan induk dan benih patin, relatif tidak ada kekurangan. Untuk produksi induk patin ada pusat patin nasional (PUSTINA) yang dimotori oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi, dan masih ada balai-balai lain lingkup DJPB yang mengembangkan ikan patin. Untuk ketersediaan benih selain dari balai-balai bisa juga yang berasal dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) ikan patin yang sudah berkembang di masyarkat dengan cara pembenihan ikan yang baik. Selain itu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) sejak Maret 2016 mempunyai program bantuan 100 juta ekor benih kepada masyarakat pembudidaya dengan maksud untuk meningkatkan semangat para pembudidaya dalam melakukan usahanya serta membantu pembudidaya yang kesulitan untuk memperoleh benih ikan. Jika benih, pakan dan budidaya sudah berjalan normal, pengembangan berikutnya tentunya adalah usaha pengolahan patin, sehingga dapat menghasilkan fillet, minyak ikan, kolagen, dan produk turunan lainnya. Langkah selanjutnya adalah mengintegrasikan semua bagian usaha dari hulu hingga hilir sehingga menghasilkan tingkat efisiensi yang berdaya saing. Indonesia selayaknya belajar kepada Vietnam tentang hal ini. Mulai dari bagaimana mereka menyusun kebijakan, bagaimana membina pembudidaya, melakukan intergrasi industri dan sebagainya , yang perlu dipelajari tahap demi tahap sehingga bisa diterapkan dengan baik di negeri kita. Kita menyadari, Indonesia negeri yang sangat luas, potensi perikanan patin masih sangat besar. Tinggal bagaimana pemerintah dan semua pemangku kepentingan bersatu padu membangun industri ikan patin yang mampu menyaingi negeri Vietnam dan negari lainnya. l Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Surat Pembaca

Indonesia Siap Saingi Vietnam?

Kami sedang mencari benih ikan mas mustika, dimanakah memperolehnya ? ( Ujang – Cianjur)

Benih ikan Mas Mustika bisa diperoleh di Balai Penelitian dan Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi, silahkan hubungi Khairul Syahputra di khairul_syahputra@yahoo.com.

Bagaimana metode pengendalian penyakit yang paling murah dan efisien pada bawal bintang? Salah satu tindakan pencegahan yang sudah dilakukan seperti di BPBL Batam adalah dengan cara menimbulkan kekebalan, baik dengan menggunakan vaksin maupun dengan menggunakan imunostimulator lain. Dengan hanya satu atau dua kali pemberian vaksin biasanya daya tahan tubuh/kekebalan akan bertahan sampai akhir masa pemeliharaan ikan. Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

7


Laporan Utama

Foto : dok. Syofan

Ikan patin yang masuk pabrik

Vietnam, negara produsen ikan patin di dunia. Industri patinnya sudah terintegrasi dari hulu hingga hilir. Mampukah Indonesia menaklukkan Sang Jawara?

B

agi Indonesia, patin merupakan salah satu jenis ikan yang diunggulkan. Pasalnya, dari 10 komoditas andalan yang menjadi program Kementerian dan Kelautan dan Perikanan RI, patin menjadi salah satunya, di samping jenis ikan lainnya misalnya ikan mas, lele. Tak mengherankan, hal ini karena patin menjadi komoditas yang sudah menjadi industri baik di hulu maupun di hilir. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Evi Tahapari, Peneliti dari Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (BPPI) Sukamandi mengenai optimismenya terhadap industri ikan patin yang menjadi komoditas unggulan dalam program industrialisasi.

8

Berkaca dari Vietnam Dalam bisnis ikan patin, Vietnam sudah merajai sebagai produsen industry kelas dunia. Pasalnya, Negara ini dapat memproduksi ikan patin dalam jumlah yang sangat besar dengan produktivitas yang tinggi. Di Negara Indochina tersebut, ikan patin tidak hanya dibudidayakan untuk dijual dalam bentuk segar seperti lazimnya di Indonesia, akan tetapi sebagian besar dalam bentuk olahan. Sebut saja daging patin fillet yang sudah menjangkau mancanegara. Di samping itu, Vietnam sudah menggarap industri patin dari hulu hingga hilir, mulai dari pembenihan

Prospek industri ikan patin Indonesia Menuru Evi, perkembangan budidaya ikan patin di Indonesia sangat bagus. Hal ditandai dengan meningkatnya produksi, permintaan terhadap benih. Meskipun demikian, menurutnya, pembudidaya masih menghadapi masalah besar. Tingginya harga pakan menjadi masalah klise. Sementara itu, harga jual daging patin dipatok tidak imbang di pasaran. “Yang yang perlu diperbaiki adalah di rantai pasarnya. Apakah masalah ini dibuat-buat, ataukah ini daya

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

Foto : dok. Pribadi

Dua kali saya kesana (Vietnam, red) kata Denny, pabrik di sana, produktivitasnya mampu mencapai 400 hingga 500 ton setiap hektar kolam. Tak mengherankan, setiap harinya, industri membutuhkan 850 ton patin per hari dengan pasokan berlanjut. “Dia sendiri mengatakan bahwa 60% pasokan patin berasal dari produksi farm sendiri, sisanya dari

Foto : Rizki

hingga pascapanen. Dengan mene­ rap­kan keterhubungan hulu ke hilir, biaya produksi lebih mudah ditekan. Sehingga, pada akhirnya, harga produk jadi ikan patin menjadi jauh lebih murah. Hal ini karena beberapa produk samping dari ikan patin, dapat diproses sehingga dapat menaikkan nilai ekonomisnya di samping dagingnya sebagai produk utama. Salah seorang praktisi dalam dunia perikanan, Denny D. Indradjaja, mengungkapkan, “Daging ikan patin sebanyak 35% dijadikan fillet, 20% dari total massanya dijadikan tepung ikan dan minyak ikan. Sementara itu, 5% menjadi kolagen untuk keperluan obat-obatan. Sisanya lagi seperti kulit, untuk pupuk, banyak produk samping yang lebih produktif dan lebih mahal,” terang Denny panjang lebar. Fish oil 12.000/ kg, padahal ikan patin segar hanya 15.000 kg. Tepung ikan harga 15.000 kg/ belum lagi kolagen, yang diolah dari ikan tersebut. industri kolagen membutuhkan industri dengan teknologi dengan tingkat tinggi.

Foto : Resti

Mampukah Menaklukkan Sang Jawara?

Foto : dok. Syofan

Industri Patin,

beli masyarakat,” ungkapnya heran. Di samping itu, dalam aspek Padahal, menurut Evi, kebutuhan industri pun, bisnis olahan ikan patin daging selalu meningkat. Penggunaan dalam negeri masih mengalami pakan berbahan baku lokal cukup keterbatasan. Contohnya, seperti yang menolong di tengah rendahnya harga diungkapkan oleh Denny, salah satu daging segar. pabrik ikan patin yang dikenalnya, Evi mengungkapkan, bisnis hanya mampu menyerap 200 ton ikan patin harus dilakukan secara ikan patin per bulan untuk dijadikan terintegrasi agar produk akhirnya daging olahan, misalnya dalam kompetitif di pasar lokal maupun bentuk fillet. di pasar luar negeri. “Bisnis terintegrasi maksudnya adalah budidaya (pembe­ nihan, pendederan, pembesaran), processing (kualitas dan warna daging, ukuran ikan, tidak mengandung antibiotic), pengolahan produk samping (byproduct) atau limbah dari processing untuk tepung ikan, minyak ikan, kulit ikan yang diolah menjadi krupuk, industri kerajinan, dan lainDenny D. Indradjadja Imza Hermawan lain,” papar Evi. Tingginya produktivitas tersebut tidak terlepas dari rantai bisnis yang suProduktivitas perlu digenjot dah berjalan, misalnya dari pasar yang Dari segi produktivitas dalam sudah tersedia, aspek produksi yang menghasilkan ikan patin, masih sudah terhubung dengan industri, dan menurut Denny, produksi Indonesia dukungan modal yang memadai. lebih rendah dibandingkan Vietnam. Sebagai contoh, dalam setiap hektar, Hulu ke hilir industri patin Vietnam mampu menghasilkan 400 Tidak seperti di Vietnam, hingga 500 ton setiap kali panen. di Indonesia, harga ikan patin Sementara itu, Indonesia hanya mam­ mengalami fluktuasi yang tinggi. Hal pu menghasilkan 20 – 30 ton saja. ini karena produknya dijual dalam bentuk segar dan untuk dikonsumsi skala lokal. Sehingga, sulit untuk mengendalikan harga karena sifat bahan segar yang mudah rusak. Sementara itu, jika berkaca dari Vietnam, ikan patinnya sekitar 90% dari total produksi diolah menjadi daging fillet. Negara tersebut sudah menerapkan industri olahan dari hulu hingga ke hilir. Hal ini seperti yang terjadi pada bisnis udang di Indonesia yang sudah digarap dari hulu hingga hilir. Sementara itu, dalam bidang industri ikan patin di Indonesia, hanya beberapa perusahaan saja yang menggunakan Sortir untuk fillet ikan patin untuk fillet.

Evi Tahapari

farm contract farmers. Artinya contract farmer dimodali oleh pabrik,” papar Denny pada Redaksi Infoakuakultur. Peluang dan tantangan industri ikan patin dalam negeri Salah seorang praktisi ikan patin dari Bogor, yang juga sebagai salah satu ketua Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia, Imza Hermawan, mengungkapkan kenapa produksi ikan patin di Indonesia kurang berkembang. Seperti halnya budidaya ikan lele, sebenarnya memelihara ikan patin dipandang relative mudah. Patin akan tumbuh optimal jika dipelihara di dalam kolam berlumpur dengan air mengalir. Meskipun demikian, ikan ini juga dapat dipelihara dalam kolam semen dengan air diam asal kualitasnya tetap terjaga. “Pakan merupakan kunci utama keberhasilan budidaya ikan patin. Takarannya adalah sebesar 2% dari bobot ikan dengan pemberian sebanyak 2 kali dalam setiap harinya. Artinya, jika dilakukan pagi dan sore hari, masing-masing pakan diberikan seberat 1%,” paparnya. 9


Foto : dok. Syofan

ikan segar fluktuatif adalah kendala utamanya. “Sekarang sedang goyang, sudah menyentuh harga Rp. 12.000. Padahal, tahun sebelumnya, masih pada kisaran Rp. 14.000,” ungkap Evi kepada Infoakuakultur. Hal ini cukup menjadi keprihatinan bagi para pembudidaya karena cukup memberatkan. Betapa tidak, harga pokok produksi (HPP) ikan tersebut sudah mencapai Rp. 11.000 – 12.000.

Saat panen ikan patin (dok. Syofan)

Mengingat pemberiannya proporsional sesuai dengan bobot ikan, pem­bu­­ didaya sebaiknya melakukan pengambilan sampel ikan sebanyak tiga ekor untuk ditimbang beratnya lalu dibagi 3 untuk mencari rata-rata berat ikan. Ikan patin tidak banyak mempro­ duksi amoniak dari kotoran, sehingga kondisi kolam lebih jernih bila diban­ dingkan dengan ikan lele, makan tidak terlalu rakus. Meskipun demikian, lanjut Imza, ikan patin kurang diminati konsumen di Pulau Jawa, tidak seperti di Kalimantan dan Sumatera. Sementara itu, Indonesia masih memproduksi dalam bentuk segar. Sehingga, industri ikan patin belum bisa berkembang. Tantangan berikutnya adalah masuknya impor fillet patin yang diduga masuk secara illegal. “Yang terpengaruh itu bukan pembudidaya, tetapi processor,” komentar Imza. Menurut Imza, pembudidaya kurang konsisten menggunakan bahan baku yang baik. Asal menggunakan aditif, misalnya menggunakan vitamin, enzim tertentu, itu akan baik. Kadang-kadang, pembudidaya kurang memahami formulasi pakan yang baik. Selain itu, mereka tidak konsisten dalam penambahan aditif makanan. Hal ini mengingat banyak sumbersumber nutrisi yang rusak selama proses pengolahan bahan baku 10

menjadi pakan. Pakan mandiri jelas lebih menguntungkan. Feed additive tidak memakan biaya tinggi dalam pembuatan pakan. Kendala berikutnya adalah terkait dengan ketersediaan benih yang memadai. Menurut Imza, yang sudah banyak makan asam garam dalam budidaya ikan patin, ketersediaan pasokan benih menjadi tantangan tersendiri. Dalam budidaya ikan patin, pembenihan sulit untuk tetap kontinyu. Kemudian, tantangan berikutnya untuk memajukan industri ikan patin, menurut Denny adalah berkaitan dengan modal. “Modal mahal, 1 hektar menghasilkan 400 ton patin, pakan dibutuhkan 750 ton,” ujar Denny. Ia memberikan gambaran, jika harga pakan Rp. 6.000 , total biaya yang dikeluarkan untuk kolam 1 hektar adalah Rp. 4,5 miliar. “Jadi tidak mudah,” ringkas Denny. Sementara itu, masih menurut Denny yang menjabat salah satu Ketua GPMT, di Vietnam, pelaku usaha industri patin adalah industri besar. Sehingga tidak mengherankan permodalan menjadi tidak begitu sulit untuk diadakan. Menurut Evi Tahapari, aspek teknologi budidaya dalam bisnis ikan patin bukan menjadi masalah utama. Fakta di lapangan, harga daging

Peran pemerintah dalam memajukan industri ikan patin Ditanya mengenai peran pemerintah, menurut Imza, pemerintah sudah sangat membantu dalam mengembangkan bisnis ikan patin. Hal ini di antaranya menjadikan patin sebagai salah satu dari 10 komoditas utama dari komoditas unggulan dari KKP. “Selain itu, dukungan lainnya adalah Pusat induk nasional untuk ikan patin sudah berdiri di Indonesia, bantuan dengan program pakan mandiri, penyediaan induk, bantuan benih, dan lain-lain,” ungkapnya. Ia melanjutkan, yang diharapkan dari pihak pemasar adalah konsistensi regulasi dari pemerintah sehingga fillet lebih berkembang di dalam negeri. Terkait dengan peran pemerintah dalam industri hulu ikan patin. Menurut Evi, BPPI Sukamandi sudah melakukan perakitan bibit unggul ikan patin dalam aspek pertumbuhannya. Selain itu, Dirjen perikanan budidaya, mereka membantu pembudidaya dengan cara membantu memberikan pelatihan pakan mandiri, dengan teknologi bantuan mesin pellet, formulasi pakan. Terkait dengan peran pemerintah dalam industri hulu ikan patin, Denny mengutarakan pendapat, peran pemerintah dalam menyediakan bibit yang baik. Di samping itu, ia juga mengungkapkan, pemerintah berperan dalam menyediakan infrastruktur, irigasi, listrik, dan infrastruktur lainnya. “Jika semuanya baik, pasti akan berkembang,” pungkas Denny. l (Noerhidajat/ Resti)

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur


Laporan Utama

Foto : dok. Syofan

Saat pemberian pakan di kolam ikan patin

Meskipun harga ikan patin fluktuatif, usaha pembenihan maupun pembesaran cukup menjanjikan

D

emikian diungkapkan oleh Syofan, Perekayasa Pertama Balai Layanan Usaha Produksi Perikanan Budidaya (BLUPPB) Karawang. Ia mengatakan, usaha budidaya ikan patin ini masih memiliki prospek yang cukup bagus, sehingga dapat diunggulkan di masa depan. Ditambah sumber daya perairan Indonesia sangat melimpah seperti sungai, danau, waduk, rawa maupun perkolaman, bahkan ikan patin dapat tumbuh kembang pada kolam air tenang (tidak mengalir). Senada dengan Syofan, menurut Manager Area Ocialis, Helmy Azhar, saat ini usaha budidaya ikan patin 12

di Indonesia cukup menjanjikan, hal ini bisa diketahui dengan kebutuhan akan benih patin, kebutuhan akan pakan ikan patin yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. “Saat ini pembudidaya yang memiliki kolam lele pasti dia menambah kolam untuk budidaya ikan patin, begitu juga di karamba jaring apung pembudidaya ikan yang memiliki karamba yang dulunya berisi ikan nila dan ikan mas saat ini menambah jaring apung untuk budidaya ikan patin,” kata Helmy. Ketersediaan induk dan benih patin yang berkualitas tidak ada kekurangan, ujar Syofan, untuk

produksi induk patin di BLUPPB Karawang ada Pusat Patin Nasional (PUSTINA) yang dimotori oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Jambi, dan masih ada balai- balai lain lingkup DJPB yang mengembangkan ikan patin. Untuk ketersediaan benih selain dari balai-balai bisa juga yang berasal dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR) ikan patin yang sudah berkembang di masyarakat dengan cara pembenihan ikan yang baik. Selain itu, tambah Syofan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) sejak bulan Maret 2016 mempunyai program bantuan 100 juta ekor benih kepada masyarakat pembudidaya

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

memiliki kandungan protein yang tinggi dan rendah kolestrol. Dongkrak popularitas ikan patin Melihat keunggulan ikan patin di atas, nyatanya kepopuleran ikan patin di pasaran masih kalah di bawah ikan air tawar lainnya seperti lele, nila, dan gurame. Perlu berbagai cara atau strategi dari pembudidaya dan

mempromosikan dan membuat peraturan-peraturan tentang mekanisme pemasaran ikan patin. “Tak kalah penting, peran dari pihak swasta cold storage juga sangat diperlukan untuk proses pemasaran keluar negeri,” jelas Helmy. Tidak jauh berbeda dengan Helmy, menurut Supangat, agar para pembudidaya ikan patin maju,

Foto-foto : dok. Pribadi

Budidaya Patin, Tetap Menjanjikan

dengan maksud untuk meningkatkan semangat para pembudidaya dalam melakukan usahanya serta membantu pembudidaya yang kesulitan untuk memperoleh benih ikan. Sekretaris Asosiasi Pegusaha Catfish Tulungagung (APCITA), Supangat mengatakan, dalam usaha budidaya ikan patin terjadi perkembangan dari segi kwantitasnya, pembudidaya patin di Tulungagung sekarang ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Di Tulungagung sendiri budidaya ikan patin masih sangat prospektif, demikian Muh. Nukhan, Ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Ulam Barokah Tulungagung Sofyan menuturkan. Lanjut Nukhan, menjanjikannya ikan patin di Tulungagung tidak lepas karena alam dan lingkungan sangat mendukung serta pengairannya mudah. Selain itu, budidaya ikan patin lebih mudah daripada ikan air tawar lainnya seperti gurame, nila, karena tidak bersisik kemudian pemeliharaannya tidak terlalu lama dan waktunya relatif cepat untuk ukuran 5-6 cm usia 4-5 bulan sudah bisa dipanen. Ikan patin punya keunggulan, jika dibanding saudaranya yakni ikan lele, ikan patin tidak kanibal. Kata Nukhan, ikan patin itu digemari masyarakat Tulungagung, selain harganya yang tidak terlalu mahal sekitar 12.00014.000/kg, ikan ini juga dikenal

Helmy Azhar

para pengusaha budidaya ikan patin untuk terus meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap konsumsi ikan patin. Untuk meningkatkan daya tarik ikan patin di masyarakat, kata Helmy, perlunya mempersiapkan mekanisme jalur distribusi pemasaran dan pasar ikan patin, dengan semakin baiknya distribusi pemasaran sehingga meningkatkan permintaan ikan patin maka harga ikan patin akan juga naik. Tidak hanya itu, perlu adanya inovasi pengolahan produk ikan patin dan memasyaratkan ikan patin di masyarakat. Serta perlu adanya turun tangan dari pihak pemerintah setempat (Dinas terkait) untuk

Ikan patin (dok. Sofyan)

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

Helmy Azhar

pemerintah perlu menghentikan impor produk patin dari luar negeri baik yang legal maupun ilegal. “Juga sebaiknya dalam hal bantuan, pemerintah harus memberikan sesuai dengan spesifikasi barang yang diajukan oleh pembudidaya agar tepat guna dan berhasil guna,” katanya. Kunci sukses Dalam usaha budidaya ikan patin, kata Supangat, modal untuk saat ini tidak terlalu masalah karena perbankan telah membuka lebar kesempatan untuk mengajukan modal. “Masalah budidaya tidak terlalu menjadi beban, yang paling sulit dalam pemasarannya, karena hal ini perlu dukungan dari pemerintah yang mengeluarkan kebijakan untuk mengontrol pasar ikan patin,” imbuhnya. Syofan mengatakan, banyak cara untuk terus memasarkan ikan patin ke pasaran, seperti harusnya memiliki sejumlah pelanggan, prosentase net profit dari pasar, periode dalam menjalankan usaha budidaya ikan, jumlah pegawai/karyawan yang dimiliki dalam usaha budidaya, serta berbagai kombinasi lainya. 13


Foto : dok. Syofan

Saat panen benih ikan patin

Terlepas dari beberapa hal tadi, tambah Syofan, pada umumnya pembudidaya sukses ternyata mereka memiliki trik atau cara menghadapi persaingan pasar. Berikut lima trik atau cara dari Syofan yang dapat menjadi acuan dalam perencaan pemasaran budidaya ikan patin; Perencanaan yang Matang dalam memulai budidaya ikan. Dengan memiliki perencanaan matang pembudidaya atau pengusaha tidak akan terseok-seok dalam budidaya ikan ini, tanpa adanya rencana dari bisnis budidaya ikan yang akan pembudidaya jalankan ini entah kemana nantinya arah tujuan budidaya ikan yang kita jalankan. Pembudidaya memiliki peluang kecil untuk mencapai sukses tanpa perencanaan matang, banyaknya pembudidaya ikan baru yang gagal 14

dalam bisinis budidaya ini adalah tidak adanya antisipasi mereka dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah karena memang mereka tidak ada perencanaan sebelumnya. Menetapkan tujuan dari budidaya ikan yang kita jalankan. Selain dengan perencanaan budidaya ikan seperti di atas, pembudidaya atau pengusaha juga harus menetapkan tujuan dari budidaya ikan tersebut. Untuk tujuan dari budidaya ikan ini, rekan budidaya bisa menanyakannya sendiri pada diri masing-masing apa sebenarnya tujuan dari budidaya ikan yang kita lakukan, apakah hanya hobi? apakah hanya iseng? atau hobi tapi ingin menghasilkan? atau juga memang ditujukan untuk bisnis. Bila rekan budidaya mempunyai tujuan ingin sukses, maka rekan

harus menetapkan tujuan yang pasti sebelum benar-benar terjun dalam dunia budidaya ikan ini. Tetapi sebenarnya inti dari tujuan yang dapat menjadikan kita sukses dalam budidaya adalah menetapkan dan mengerjakannya dengan selalu mengikuti alur perkembangan budidaya dan selalu berharap serta berusaha menjadi lebih baik. Adaptasi dengan situasi bisnis budidaya ikan. Dalam menjalankan bisnis budidaya ikan atau setiap bisnis apapun jenisnya, pembudidaya atau pengusaha harus siap menghadapi tantangan dan persaingan yang tidak ada habisnya. Untuk itu diperlukan kemampuan dan ilmu budidaya ikan yang mapan untuk beradaptasi dan mengatasi tantangan serta rintangan dalam budidaya ikan serta dapat menentukan apakah bisnis ini bisa bertahan atau tidak. Banyak para pembudidaya atau pengusaha gagal dalam tahap adaptasi ini dikarenakan tidak mampu atau tidak mau beradaptasi pada perubahan setiap fasenya. Inovasi dan kreativitas. Inovasi dan kreativitas ini lebih penting daripada hanya sekedar mampu untuk beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar budidaya ikan, bagi para pembudidaya yang sukses akan terus-menerus fokus pada upaya untuk berinovasi serta peningkatkan hasil budidaya ikan dengan baik, membuat inovasi dan kreatifitas untuk keluar dari persaingan budidaya ikan yang cukup ketat pada saat pelanggan mencari apa yang mereka butuhkan dan pada akhirnya mereka menemukan kita dengan inovasi terbaru dan kreatifitas baik. Pemasaran secara konstan pada bisnis budidaya ikan. Pemasaran ini sebenarnya adalah hal yang paling gampang-gampang susah kalau pembudidaya tidak mempunyai inovasi dan kreatifitas untuk bersaing di pasaran. Untuk itu perlunya mempunyai jaringan usaha yang lebih luas. l (Adit/Resti)

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

BALANCE IS EVERYTHING!

BiolexŽ MB40 – effective MOS for: Active support and relief of the immune system High bonding power & inactivation of pathogens/toxins in the intestinal lumen Prebiotic effects on the microflora in the intestine

leibergmbh.de info@leibergmbh.de


White Feces Syndrome & IMNV Disease with INVE Solution

Peserta yang hadir sangat antusias dengan tema yang dibahas

Wawan Siswanto sebagai moderator

perusahaan swasta lain dibidang budidaya udang. Tavatchai Chidchomsrichantra pakar dari Thailand secara khusus hadir ke Indonesia untuk menjadi pembicara seminar ini, dengan moderator Pembicara Tavatchai Country Manager Inve Wawan Siswanto dari Chidchomsrichantra Indonesia Kasan Sentosa Inve Indonesia. Dalam enyakit White feces Syndrome paparannya Tavatchai menyampaikan, atau White Feces Disease (WFD) tujuh tahun lalu Thailand mulai atau sering disebut dengan diserang wabah WFD kemudian penyakit berak putih memang masih berlanjut dengan EMS (Early Mortality menjadi momok menakutkan bagi Syndrom) dan berlangsung sampai para pembudidaya udang. Belajar dari saat ini dengan kerugian yang sangat keberhasilan Thailand yang berhasil tinggi, kini Thailand telah bangkit menangani penyakit ini, majalah dengan berbagai macam penanganan Infoakuakultur menggandeng INVE dalam penanggulangan WFD. Indonesia mengadakan seminar yang Salah satu hal yang perlu diperhabertajuk White Feces Syndrome & IMNV tikan dalam penanganan WFD adalah Disease with INVE Solution pada Jumat pembersihan tambak setelah masa 19 Mei 2017 dalam rangkaian acara panen. Tambak sebaiknya dibersihkan INDO FISHERIES EXP0 & FORUM 2017 dengan desinfektan yang efektif memdi Grand City Convex Surabaya.. basmi bakteri dan virus namun ramah Seminar ini mengundang antusias lingkungan (Sanocare PUR) untuk dari pembudidaya udang dan mensterilkan tambak dari berbagai stake holder terkait. Lebih dari 70 penyakit yang akan merugikan. orang memenuhi ruang seminar di “Meski Thailand pernah terpuruk ruang theater 1 yang berkapasitas akibat WFD, namun kini akhirnya maksimal 70 orang. Peserta terdiri bisa bangkit dengan penanganan dari berbagai kalangan mulai dari yang tepat, semoga saja apa yang petambak, feedmill, hatchery, maupun saya sampaikan nanti bisa diadaptasi

P

16

Tavatchai Chidchomsrichantra saat menjelaskan materi

di Indonesia,” ungkap Tavatchai Chidchomsrichantra yang saat ini menjabat Regional Technical Manager Asia. Penanganan yang dimaksud antara lain memperhatikan langkah-langkah yaitu : - Persiapan kolam mulai dari menge­ luarkan bahan organik dari dasar tambak, membentuk sistem drai­ na­se ditengah kolam (toilet pond) - Kemudian menghilangkan predator, kompetitor lalu keringkan dan aplikasikan Sanocare PUR. Setelah itu meningkatkan pH tanah (> 7) dan alkalinitas (CaCO3 + CaOH2), perhatikan juga pertumbuhan plankton jenis diatom dengan Sanolife NUTRILAKE & PRO W, terakhir memperhatikan penambahan makanan-karbon dan nitrogen secara alami. Penanganan WFD dapat dilakukan antara lain dengan penggunaan probiotik (Sanolife PRO2) dan multivitamin-immunostimulan (Sano TOP S) yang dicampurkan dengan pakan/top dressing. Penggunaan PRO2 dan TOP S terbukti memperbaiki flora pada usus udang. Tavatchai menyarankan penggunaan probiotik yang secara khusus dibuat untuk budidaya udang, total CFU nya sesuai agar bisa bekerja

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

dengan baik membantu budidaya udang, dan memiliki kelebihan utama yaitu : 1. Tidak ada resistensi bakteri yang mungkin terjadi. 2. Mampu berkompetisi dengan bakteri Vibrio Sp. 3. Menurunkan konsentrasi NH3, NO2, dan H2S. 4. Menguraikan limbah organik sisa pakan yang belum dimakan. 5. Memperbaiki sistem pencernaan udang. Tavatchai juga menyampaikan sistem pembibitan (nursery) yang dilakukan di sebagian besar tambak di Thailand. Sistem pembibitan ini yang membuat perudangan Thailand dapat bertahan bahkan mulai pulih dan meningkat kembali produksinya. Untuk pembibitan sistem ini Inve telah mengembangkan protokol dan produk yang secara khusus digunakan untuk pembibitan yaitu Frippak RW (digunakan selama 7 hari) dan S PAK produk supplemen vitamin dan immunostimulan yang berbentuk pakan sehingga dapat langsung dikonsumsi oleh udang tanpa takut leaching/rusak ketika di air. Banyaknya informasi yang disampaikan oleh Tavatchai mendapat respon yang baik dari peserta.

Info Lebih Lanjut Hubungi : - Siswanto Wawan : 081-2202-8207 (w.siswanto@inveaquaculture.com) - Kasan Sentosa : 0811-179-233 (k.sentosa@inveaquaculture.com)

BIOMASS

FEED estimate

0.005

Kg

Kg/day

mm

kg/day

kg/day

kg/day

30

1,000,000

10

3

RW+500

2.1

SP 5/8

0.9

0.02

30

995,000

20

6

RW+500

4.2

SP 5/8

1.8

P15

0.04

28

990,025

40

11

RW+500

7.8

SP 5/8

3.3

PL age

Body wt

g/PL

%/day

1

P13

0.01

2

P14

3

DoC

“Seminarnya sangat bermanfaat dan banyak memberikan informasiinformasi yang nantinya bisa diterapkan, kedepannya saya berharap akan ada seminar serupa dengan tema yang lebih spesifik,” ujar salah satu peserta yang merupakan petambak di Situbondo yang hadir sebagai peserta seminar. Hal senada juga diungkapkan oleh peserta lainnya, “Sangat menarik tema dan materi yang disampaikan dalam seminar White Feces Syndrome & IMNV Deaseas with INVE Solution, saya yakin kita bisa banyak belajar dari keberhasilan Thailand yang bangkit dan berkembang meski pernah terpuruk akibat WFD, tapi tentunya kita juga harus memilah teknik apa saja yang cocok dan bisa di terapkan di Indonesia,” papar Deva peserta asal Surabaya. Sementara itu Country Manager Inve Indonesia Kasan Sentosa menyampaikan terima kasih atas kehadiran peserta dalam seminar ini, sekaligus mengharapkan agar ilmu yang didapat dari seminar ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para peserta. l

FEEDING Shrimp (pc) RATE

FRIPPAK

Feed #1

S PAK

4

P16

0.06

26

985,075

59

15

RW+500

10.8

SP 5/8

4.6

5

P17

0.09

24

980,150

88

21

RW+500

14.8

SP 5/8

6.4

6

P18

0.11

22

975,249

107

24

RW+500

16.5

SP 5/8

7.1

7

P19

0.13

20

970,373

126

25

RW+500

17.7

SP 5/8

7.6

8

P20

0.14

19

965,521

135

26

20.5

SP 5/8

5.1

9

P21

0.16

18

960,693

154

28

22.1

SP 5/8

5.5

10

P22

0.18

16

955,890

172

28

22.0

SP 5/8

5.5

11

P23

0.2

15

951,110

190

29

22.8

SP 5/8

5.7

12

P24

0.23

14.5

946,355

218

32

25.2

SP 5/8

6.3

13

P25

0.26

14

941,623

245

34

27.4

SP 5/8

6.9

14

P26

0.3

13.5

936,915

281

38

30.4

SP 8/12

7.6

15

P27

0.34

12.5

932,230

317

40

33.7

SP 8/12

5.9

16

P28

0.38

12.5

927,569

352

44

37.5

SP 8/12

6.6

17

P29

0.41

12

922,931

378

45

38.6

SP 8/12

6.8

18

P30

0.46

11

918,316

422

46

39.5

SP 8/12

7.0

19

P31

0.5

10

913,725

457

46

38.8

SP 8/12

6.9

20

P32

0.55

9.5

909,156

500

48

40.4

SP 8/12

7.1

21

P33

0.6

9

904,610

543

49

41.5

SP 8/12

7.3

TOTAL

636

74

441

122

Keterangan : Protokol Nursery Inve dengan menggunakan produk S PAK dan Frippak RW

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

17


Budidaya Vaname dengan Sistem Resirkulasi

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H

Foto-foto : dok. Pribadi

Budidaya

Tingkatkan produksi udang vaname (Litopenaeus vannamae) di lahan terbatas dengan sistem resirkulasi

Tambak untuk budidaya udang di BPBAP Situbondo

B

udidaya udang vaname di Indonesia sudah berkembang dengan pesat dan menjadi andalan utama ekspor hasil budidaya perikanan untuk mendatangkan devisa negara. Namun, peningkatan produksi udang sering terhambat karena adanya kendala. M. Murdjani dari BPBAP Situbondo mengatakan, kendala yang sering ditemukan adalah karena keterbatasan lahan budidaya udang di daerah pesisir disebabkan dari kompetisi penggunaan lahan untuk kepentingan diluar perikanan budidaya cukup besar. Selain itu, tambah Murdjani, ketersediaan sumber air baku untuk budidaya juga sering terkendala dikarenakan pencemaran limbah. Untuk itu diperlukan suatu usaha yang dapat mengatasi keterbatasan lahan budidaya dan keterbatasan sumber air baku untuk budidaya udang vaname.

18

Penggunaan sistem resirkulasi pada akuakultur, dapat memberikan keuntungan yaitu memelihara lingkungan kultur yang baik pada saat pemberian pakan untuk pertumbuhan udang secara optimal. Kelebihan sistem resirkulasi dalam mengendalikan, memelihara dan mempertahankan kualitas air menandakan bahwa sistem resirkulasi memiliki hubungan yang erat dengan proses perbaikan kualitas air dalam pengolahan air limbah, terutama dari aspek biologisnya. “Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah usaha budidaya udang vaname dilahan terbatas dengan kepadatan tinggi yang menggunakan sistem resirkulasi. Adopsi dan modifikasi teknologi resirkulasi yang sudah berkembang diharapkan dapat diterapkan pada budidaya udang vaname,” ujar Murdjani.

Agus Suriawan dari BPBAP Situbondo beberapa waktu lalu melakukan rekayasa yang bertujuan untuk mengetahui tingkat produktifitas produksi udang vaname pada lahan terbatas dengan sistem resirkulasi. Agus menjabarkan, perekayasaan budidaya udang vaname dengan sistem resirkulasi dilakukan dengan padat tebar 300 dan 500 ekor PL 20 / m3. Petak budidaya dengan luas 120 m2 dengan volume optimal 180 m3 disiapkan dengan rangkaian sistem resirkulasi dan sistem aerasi. Air media pemeliharaan disiapkan dengan urutan kegiatan: sterilisasi (kaporit 60 % 20 ppm), dinetralkan dengan menggunakan tiosulfat 10 ppm, pemupukan (NPK 20 ppm) dan aplikasi probiotik 1 L. Pakan diberikan dengan dosis 5 – 15 % diberikan sebanyak 4 kali sehari. Probiotik diberikan sebenyak 1 L setiap 3 hari sekali. Penggantian air dilakukan sebanyak 10 % setiap 2 hari. Sifon dilakukan setiap 6 hari sekali. Parameter pengamatan meliputi Average Daily Growth (ADG) atau rata-rata pertumbuhan harian yang diukur setiap 7 hari sekali. Kualitas air (suhu, DO, Amonia, Nitrit, pH dan total bakteri vibrio),SR dan FCR. Produktifitas yang dihasilkan pada padat tebar 300 ekor/m3 adalah 1,97 kg/m3, size 115-140, SR 82 % dan FCR 1,22. Sedangkan pada padat tebar 500 ekor/m3 adalah 2,9 kg/m3, size 180, SR 87 % dan FCR 1,05. Padat penebaran yang optimal pada budidaya udang dengan sistem RAS pada perekayasaan ini adalah 500 ekor/m3.

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Mohon Maaf Lahir dan Batin

Feed Safety For Food Safety®

Feed Safety For Food Safety


Sistem resirkulasi Sistem sirkulasi untuk memegang dan tumbuh ikan telah digunakan oleh para peneliti perikanan selama hampir tiga dekade. Sistem resirkulasi akuakultur atau Recirculation Aquaculture System (RAS) yang telah diguna­ kan sejak tahun 1990-an, merupakan teknik budidaya yang relatif baru dan unik dalam industri perikanan. Sistem ini menggunakan teknik akuakultur dengan kepadatan tinggi di dalam ruang tertutup (indoor), serta kondisi lingkungan yang terkontrol sehingga mampu meningkatkan produksi ikan pada lahan dan air yang terbatas, meningkatkan produksi ikan sepanjang tahun, fleksibilitas lokasi produksi, pengontrolan penyakit dan tidak tergantung pada musim. Agus mengatakan, pemeliharaan udang vaname hingga saat ini dilakukan selama 48 hari. Dari hasil sampling rata-rata berat udang menunjukkan udang vaname yang dipelihara dengan kepadatan 300 ekor /m3 atau menunjukkan hasil yang cukup baik dengan berat rata-rata 8,75 gram dalam 64 hari atau rata-rata pertumbuhan harian (ADG) 0,21 gram/hari.

No

Parameter

Pemgamatan Bak Pemeliharaan D-0 D-37

Pengamatan Bak Tandon D-0 D-37

-

8,94

8,19

8,79

8,85

Satuan

1

pH

2

Salinitas

12

16

21

16

3

Suhu

O

C

30

30

30

30

4

TAN (NH3-N)

mg/L

< 0,01

1,079

< 0,01

0,048

5

Amoniak

mg/L

< 0,001

0,003

< 0,001

0,002

6

Nitrit

mg/L

< 0,001

0,075

< 0,001

< 0,001

7

Bahan Organik

mg/L

36,66

113,76

91,01

96,06

8

Total Bakteri

CFU/ml

1,4 x 10

9

Total Vibrio

CFU/ml

< 2,5 x 102

20

2,8 x 10

2,0 x 10

<7,8 x 102

2,0 x 103

< 2,5 x 102

< 2,5 x 102

4

3

Tabel 1. Analisa kualitas air bak pemeliharaan dan tandon udang vaname oleh Laboratorium Kesling BPBAP Situbondo (pengamatan D-0 dan D37)

budidaya yang lebih kecil, budidaya udang dengan sistem resirkulasi memberikan hasil yang lebih efisien. Pada uji coba dengan kepadatan 500 ek/m3 rata-rata yang bisa dicapai dalam 60 hari pemeliharaan adalah 5,5 gram/ek dengan tingkat produktivitas 2,9 kg/m3 dengan size 180. Tingkat survival rate yang dihasilkan 87 % dan nilai FCR 1,05. Sedangkan pada padat tebar 300 ekor/m3 tingkat produktivitasnya adalah 1,97 kg/m3 dengan size 115-

Udang vaname

Sedangkan pemeliharaan udang dengan kepadatan 500 ekor /m3 menunjukkan level pertumbuhan yang lebih rendah dengan rata-rata berat 5,5 gram dalam 60 hari dengan ADG 0,16 gram/hari. Perbedaan berat udang dan pertumbuhan rata-rata harian (ADG) yang berbeda ini disebabkan perbedaan carrying capacity yang besar yang merupakan faktor pembatas dalam budidaya udang. Dengan input daya dukung budidaya seperti kapasitas wadah

4

140, SR 82 % dan FCR 1,22. Kedua hasil ini Hasil ini masih jauh dari harapan untuk produksi udang super intensif yang dibandingkan dengan beberapa referensi kegiatan produksi udang super intensif. Kualitas Air Dari data hasil analisa kualitas air di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan BPBAP Situbondo menunjukkan adanya peningkatan kandungan bahan organik yang

signifikan dengan bertambahnya umur udang yang dipelihara di bak pemeliharaan dari 36,66 ke 113,76 mg/L. Hal ini dapat memicu peningkatan level bakteri vibrio dari < 2,5 x 102 ke 2,0 x 103 CFU /ml. Efek pengendapan bahan organik yang berlangsung 3 hari memberikan pengaruh nyata dengan turunnya kandungan bahan organik air sumber dengan kisaran 90 – 100 mg/L menjadi di bawah 50 mg/L. Hasil pengamatan kualitas air secara langsung di lapangan (Tabel 1) menunjukkan parameter suhu salinitas, pH dan DO cenderung stabil berturutturut dengan kisaran 27,5 – 30,1 oC ; 15-20 ppt; 7,4 – 8,4 ; dan 9 mg/L. Hasil pengukuran amonia dan nitrit dengan menggunakan test kit menunjukkan nilai konsentrasi yang tinggi terutama pada konsentrasi nitrit yang cenderung meningkat dengan pertambahan umur udang, sedangkan amonia cenderung stabil. Konsentrasi nitrit lebih dari 1 mg/L disebabkan karena terjadi moulting masal saat bulan purnama dan sisa cangkang dan udang mati karena kanibalisme menambah beban peningkatan konsentrasi nitrit. Kestabilan kualitas air terutama konsentrasi oksigen terlarut, pH, amonia dan nitrit merupakan faktor pembatas yang harus di kontrol. “Pemanfaatan filter biologi disarankan untuk dapat mengontrol konsentrasi amonia dan nitrit,” ucap Agus. l (Adit)

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur


Menelusuri Silsilah Udang Putih Vaname, yang lebih dikenal dengan udang putih begitu populer di Indonesia. Tak hanya di pasaran, jenis udang ini akrab di tengah-tengah masyarakat pembudidaya udang/ petambak. Di samping lebih tahan terhadap penyakit, udang vaname juga mampu beradaptasi terhadap lingkungan.

Foto-foto: dok. BPBAP Situbondo

Benih

untuk meminimalisasi sifat-sifat yang tidak menguntungkan. Sementara itu, belum ada satu pun Negara yang sudah mampu merekayasa udang windu.

Tambak untuk pemeliharaan udang vaname

U

dang vaname (Lithopenaeus vannamei) atau yang lebih dikenal dengan udang putih sebenarnya bukanlah varietas asli Indonesia. Udang ini berasal dari pantai barat Amerika Latin yang dibudidayakan secara intensif di Hawai. Seperti yang sudah disinggung di atas, Indonesia baru mengenal varietas udang ini pada tahun 2000an setelah tumbangnya bisnis budidaya udang windu. Menyikapi perkembangan budidaya perudangan, Pemerintah kemudian berupaya melakukan rekayasa genetika menghasilkan benih vaname sendiri, dengan harapan tidak bergantung pada pasokan benih impor. Tugas itu dipikul BBAP sejak 2003 dengan melibatkan tim ahli dari empat universitas negeri di Indonesia, antara lain Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada, Universitas Padjadjaran dan Universitas Brawijaya. Penelitian tersebut memakan waktu enam tahun

22

sehingga menghasilkan 240 ribu ekor induk udang Vaname Nusantara 1 (VN-1) yang disahkan melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.78/MEN/2009. Bagaimana performa udang vaname jika dibandingkan dengan udang windu? Ditilik dari periode pemeliharaan, budidaya udang vaname lebih singkat daripada udang windu. Pasalnya, masa panen vaname dapat dilakukan lebih cepat, yaitu setelah 60 – 100 hari usia pemeliharaan. Sementara itu, udang windu membutuhkan waktu lebih lama sebelum mencapai usia panen, yaitu 120 hari. Di samping itu, vaname terbukti relative lebih tahan terhadap serangan penyakit dibandingkan udang windu. Sehingga, tingkat sintasan dapat mencapai 85 persen. Lebih jauh lagi, rekayasa genetika dapat diterapkan pada udang putih ini. sehingga, sifat-sifat gen yang menguntungkan dapat dimunculkan dan dipihak lain dilakukan rekayasa

Menelusuri silsilah Vaname Nusantara Menghasilkan induk udang vaname berkualitas merupakan salah satu dari ranah kerja Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem-Bali. Lembaga di bawah KKP ini merupakan satusatunya broodstock center udang vaname nasional. Salah satu udang hasil rekayasa balai ini adalah generasi yang dikenal dengan Vaname Nusantara. Vaname Nusantara bukan proses yang sekali jadi. Hingga kini peneliti terus bekerja untuk menyempurnakan kualitas benih. VN-1 yang dirilis 2009 dihasilkan melalui perkawinan silang induk asal Hawai dengan induk lokal yang bebas penyakit. Menurut Slamet Soebjakto, kinerja terkait pertumbuhan, ketahanan terhadap penyakit, dan sifat adaptif dengan lingkungan dari udang vaname hasil rekayasa genetik sudah dapat disejajarkan dengan produk dari induk impor. Hanya saja, aspek yang perlu ditingkatkan adalah tingkat keseragaman yang sehingga dapat mencapai 100% dengan memperketat proses seleksi benih calon induk. Di samping itu, terkait dengan generasi udang vaname Nusantara VN-G5, menurut Gemi Triastutik, Kepala BPIU2K Karangasem, bahwa

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Induk dan benih yang dikeluarkan ke pasaran telah dijamin bebas virus. Menurutnya, induk VN-G5 merupakan sumberdaya genetik hasil seleksi family sebanyak 250 ekor. Sementara itu, jumlah induk yang terdistribusi sebanyak 41.468 ekor yang digunakan untuk memenuhi permintaan panti benih yang tersebar di Situbondo, Probolinggo, Tuban, Cilacap, Jepara, Makassar, Gorontalo, dan Lampung. Untuk menghindari turunnya kinerja/ performa akibat in-breeding, KKP melalui Ditjen Perikanan Budidaya akan mewajibkan penggunaan induk hasil breeding program ke seluruh panti benih. Menurut Dirjen Perikanan Budidaya, penggunaan induk yang berasal dari pembesaran di tambak tidak dibenarkan karena bersifat in-breeding yang menyebabkan performa turun. Di samping itu, praktik ini akan memicu terjadinya penyebaran penyakit. Ia juga menekankan pentingnya manajemen sistem logistik benih untuk menjamin ketertelusuran dan memastikan produksi budidaya berjalan secara berkelanjutan. Sumber daya genetik yang digunakan untuk menghasilkan vaname nusantara (VN) merupakan hasil seleksi individu dan udang vaname impor (F0) yang berasal dari Florida. Seleksi dilakukan untuk mencari induk terbaik dari beberapa famili.

Broodstock-C 077

udang vaname Nusantara sudah berjalan sejak tahun 2012, dan hingga tahun 2016, sudah dihasilkan sekitar empat generasi. Tujuannya tak lain adalah untuk mendapatkan indukan dengan performa yang tinggi dan produktivitas yang tinggi sehingga dapat menghasilkan benih udang vaname yang berkualitas. Tak hanya kinerja, benih juga dituntut agar memiliki ketahanan terhadap penyakit dan kondisi lingkungan yang kurang

Tabel 1. perbandingan beberapa metode seleksi Seleksi Individu

Strategi

Memilih individu terbaik, hubungan antar famili tidak penting

(Mass Selection)

Kelebihan

Terbaik jika h2 > 0,25; murah; dapat dilakukan pada sedikit kolam; relatif mudah dilakukan untuk 2 atau 3 sifat; semua ikan yang terseleksi adalah yang terbesar; mudah untuk mempertahankan populasi yang besar; sedikit data diperlukan; sedikit catatan yang disimpan.

Kelemahan

Tidak efektif bila h2 < 0,15, sehingga sulit untuk memilih ikan terbaik; pemijahan yang tidak bersamaan dapat menyebabkan masalah

Strategi

Memilih individu terbaik dalam setiap famili

Kelebihan

Terbaik jika h2 < 0,15 dan VE mempengaruhi famili melebihi individu; dapat dilakukan untuk pemijahan yang tidak bersamaan; cukup mudah untuk mempertahankan populasi yang besar; lebih murah dibandingkan antar family

Kelemahan

Cukup mahal; membutuhkan lebih banyak kolam; susah untuk memadukan 2 atau 3 sifat; ikan kecil dapat menjadi ikan yang terseleksi; membutuhkan lebih banyak data dan catatan untuk disimpan

Seleksi Antar Famili

Strategi

Memilih famili terbaik berdasarkan nilai rataan famili; nilai individu tidak dipertimbangkan

(Between Family)

Kelebihan

Terbaik jika h2 < 0,15 dan VE mempengaruhi individu melebihi famili; dapat digunakan jika ikan harus dimatikan

Kelemahan

Sangat mahal; membutuhkan banyak kolam; sukar memadukan 2 atau 3 sifat sekaligus; ikan kecil dapat menjadi ikan yang terseleksi; dapat memacu tingginya laju inbreeding; membutuhkan lebih banyak data dan catatan untuk disimpan.

Seleksi dalam Famili (Within Family)

Proses seleksi induk dan pembenihan Berbicara mengenai pembenihan udang, tentu tak dapat dilepaskan dari proses pemilihan indukan. Demikian juga dalam pembenihan udang, kesuksesan pembenihan udang sangat erat kaitannya dengan ketelitian dan kerja keras seleksi indukannya. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, begitu juga dengan proses untuk mendapatkan benih udang yang berkualitas. Kualitas benih yang dihasilkan akan sangat dipengaruhi oleh kualitas induknya. Dalam penelitiannya, Siti Subaidah, dkk mengemukakan bahwa seleksi

menguntungkan. Pada dasarnya, seleksi indukan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu seleksi individu/ massa dan seleksi famili. Seleksi indukan ini dilakukan dengan memperbaiki sifat genetiknya misalnya dengan cara kawin silang, seleksi, dan lain-lain. Perbaikan mutu genetik dilakukan melalui dua metode, di antaranya adalah dengan mengintroduksi spesies dari luar untuk memperbaiki keragaan ikan lokal dan menjadikan ikan tersebut sebagai materi dasar. Yang kedua adalah metode hibridisasi atau menggunakan sesame ikan lokal yang kemudian dikawinsilangkan untuk mendapatkan bibit yang lebih unggul. Berikut ini adalah tabel 1. perbandingan beberapa metode seleksi beserta kelebihan dan kelemahannya (Tave, 1995) (Noerhidajat)

Sumber: Siti Subaidah, dkk

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

23


Foto-foto : dok. Pribadi

Kampus

Universitas Hassanudin Sukses Gelar SIMNASKP Ke-4

Yushinta Fujaya

P

ada tanggal 19 - 20 Mei 2017 Universitas Hasanuddin mengadakan acara Simposium Nasional dan Internasional Kelautan dan Perikanan (SIMNASKP) yang ke-4 di Hotel Harper, Makassar. Simposium yang dikemas dengan tema: “Percepatan Pembangunan Ekonomi Kelautan Berkelanjutan di Era Persaingan Global dan Perubahan Iklim”. Acara tersebut dimaksudkan sebagai ajang silaturahmi sekaligus sharing dari pihak universitas dengan para stakeholder. Pada acara tersebut sekitar 350 orang yang hadir dari institusi dalam dan luar negeri. Di Era globalisasi dan perubahan iklim dewasa ini, Yushinta Fujaya, Ketua Panitia SIMNASKP ke – 4 mengatakan, Indonesia harus mampu bersaing dengan negara-negara lain dalam ekonomi berbasis pengetahuan (knowlwdge-based economy), di tengah ancaman perubahan iklim. Adapun simposium ini dilaksanakan selama dua hari, dimana men-share informasi terbaru tentang berbagai isu terkait kelautan dan perikanan. Seperti Keanekaragaman Sumberdaya Hayati 24

Saat foto bersama acara SIMNASKP ke-4

Laut, Ekologi Kelautan & Konservasi, Bioteknologi Kelautan, Budidaya Ikan Berkelanjutan, Penangkapan Ikan Berkelanjutan. Selanjutnya, Pengolahan Pasca Panen & Keamanan Pangan, Usaha Kelautan & Perikanan, Sistem Sosial-

ekologi, Pariwisata Laut, Transportasi Laut, Rekayasa & Arsitektur Pesisir, Antropologi & Budaya Kelautan, Hukum & Kebijakan Kelautan, Pembangkit & Aplikasi Energi Terbarukan. Para pembicara pada simposium nasional diantaranya, Ridwan Djamaluddin, Deputi III Bidang Infrastruktur Kemenko Kemaritiman. Rohmin Dahuri, Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia. Indra Jaya, Ketua KOMNAS KAJISKAN RI. Muh. Aris Marfai, Dekan fakultas geografi UGM. Pembicara pada simposium internasional diantaranya, Gellwynn

Daniel Jusuf Hamzah, Deputi bidang kemaritiman dan sumberdaya bappenas. M. Ikhwanuddin, dari Institute of Tropical Aquaculture, Universiti Malaysia Terengganu. Kent Schroeder, Director International Development Projects, Canada. Andi Akhmad Mustafa, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan, dan Jamaluddin Jompa, Dekan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas, merangkap tuan rumah. Dari praktisi bisnis perikanan diantaranya, Hasanuddin Atjo, Shrimp Club Indonesia, Wita Setioko, Asosiasi Pengusaha Rajungan Indonesia, dan Tigor Cendarma, CEO PT Bogatama Marinusa. Sebagai rangkaian dari simposium, kata Yushinta, dilengkapi dengan bincang bisnis perikanan yang menghadirkan pembicara dari praktisi dibidang perikanan. “Harapannya setelah menghasilkan konsepkonsep pemikiran yang baru, juga dapat membangun dan semakin memperkuat kerjasama berbagai pihak, dalam memajukan Indonesia sebagai poros maritime dunia,” pungkasnya. l (Resti)

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur


Pertama di Indonesia

Ekspor Perdana Keramba Jaring Apung Offshore Submersible AquaTec ke Negeri Tirai Bambu

Pengemasan Barang ke Container

Pengguntingan pita oleh Budi Prawira Sunadim

Pemecahan kendi agar sukses kedepannya

Pemberangkatan Container

AquaTec berhasil menciptakan keramba jaring apung offshore submersible dengan pembeli pertama dari negara Republik Rakyat China

sudah membaik. Oleh karena keramba ditenggelamkan di kedalaman 10-15 meter dari permukaan air, keramba jaring apung offshore submersible dapat bertahan di cuaca dengan ombak setinggi 12 meter. Selain itu, penenggelaman keramba juga dapat dilakukan untuk menghindari plankton booming dan pencurian. Dengan demikian, keramba jaring apung submersible merupakan solusi yang paling tepat dalam menghadapi tantangan-tantangan budidaya ikan di laut lepas dalam kondisi cuaca apapun. Selama ini, negara yang mampu memproduksi keramba jaring apung submersible hanyalah beberapa negara di Eropa. Kini dengan AquaTec, Indonesia menjadi negara pertama dan satu-satunya di Asia yang mampu memproduksi keramba dengan teknologi ini.

D

alam upayanya mengembangkan teknologi budidaya ikan di laut lepas, AquaTec tak hentihentinya berinovasi. Perusahaan produsen peralatan kelautan dan perikanan terbesar di Indonesia itu kini telah berhasil menciptakan keramba jaring apung offshore submersible. Keramba jaring apung offshore submersible adalah keramba yang dapat ditenggelamkan ketika badai datang dan dapat diapungkan kembali ketika cuaca 26

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Berbeda dengan produk keramba jaring apung submersible dari Eropa yang masih bergantung pada ketinggian permukaan air laut, kedalaman penenggelaman keramba jaring apung offshore submersible AquaTec berpatokan pada dasar laut, sehingga memberikan kalkulasi yang sangat akurat dalam proses penenggelaman maupun pengapungan kembali keramba, dan tidak bergantung pada ketinggian permukaan air laut yang selalu berubah karena pasang surut dan ombak. Proses penenggelaman keramba hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 menit dan dapat ditinggalkan, sedangkan proses pengapungan kembali keramba hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit, menjadikan keramba jaring apung offshore submersible Aquatec tercepat di dunia untuk proses penenggelaman dan pengapungan. Terlebih, proses penenggelaman keramba tidak membutuhkan diver. Ketika ditenggelamkan, bentuk net keramba tetap dipertahankan sehingga ikan dapat tetap hidup di dalam keramba di bawah permukaan air. Keramba jaring apung offshore submersible AquaTec telah sukses diuji sebanyak 3 kali di Lampung dan di Bali dengan hasil yang memuaskan. Alhasil, investor pertama yang membeli keramba jaring apung ini adalah investor dari luar negeri, yaitu dari investor swasta dari Republik Rakyat China. Teknologi keramba ini sangat dibutuhkan di China dikarenakan kondisi cuaca laut di China yang sering terkena taifun dan ombak setinggi 11 meter. Hal ini disebabkan oleh peraturan pemerintah China yang mengharuskan keramba dipasang di jarak tertentu dari pantai, dikarenakan laut pesisir China yang sangat tercemar dikarenakan oleh industrialisasi. Ekspor perdana keramba jaring apung offshore submersible AquaTec dilakukan pada tanggal 16 Juni disaksikan oleh redaksi majalah … dan dihadiri pula oleh … Nantinya keramba akan dipasang di lokasi … dan akan langsung menghadapi ombak laut lepas di China. Direktur Utama PT. Gani Arta Dwitunggal menjelaskan, dirinya sangat bangga bisa menciptakan keramba jaring apung offshore submersible dan langsung mengekspor ke negara China. Harapan beliau adalah supaya keramba jaring apung offshore submersible AquaTec dapat dipakai di Indonesia yang memiliki luas laut 70% dari luas total wilayah negara. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi budidaya ikan laut lepas yang besar, dan produk karya anak bangsa sanggup untuk menggarapnya. Ketika diwawancara, Bapak Budiprawira yakin bahwa produknya memiliki teknologi dan kualitas yang lebih tinggi dari negara Eropa, dengan harga yang lebih ekonomis. “Saya berharap pemerintah Indonesia mau mendukung kemajuan teknologi buatan kami untuk memanfaatkan potensi laut lepas Indonesia. Di sini AquaTec memiliki Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

Submersible

Submersible bawah laut

fasilitas yang lengkap, mulai dari workshop, mesin pipa, mesin injection kapasitas 2000 ton, dan mesin pembuat jaring tanpa simpul (knotless). Saya yakin dengan dukungan pemerintah, AquaTec mampu menghasilkan teknologi kelautan apa saja yang bisa dibanggakan oleh Indonesia di kancah internasional” ujarnya. Direktur PT. Gani Arta Dwitunggal, Andi Jayaprawira Sunadim, turut mengungkapkan bahwa saat ini China mampu menghasilkan ikan budidaya sebanyak 39 juta ton per tahun, sedangkan Indonesia dengan garis pantai tiga kali lipat lebih panjang belum mampu memproduksi 10 juta ton ikan setahun. Dirinya berharap bahwa pemerintah dan swasta dapat bersatu padu memanfaatkan potensi laut Indonesia baik offshore maupun pesisir untuk menyaingi negeri tirai bamboo tersebut. Video keramba jaring apung offshore submersible AquaTec dapat dilihat di www.youtube.com/c/ aquatecindonesia dengan judul video “Offshore Submersible Cage Aquatec” Kontak PT. Gani Arta Dwitunggal – Aquatec Kawasan Industri Batujajar Permai, Jl Raya Batujajar Km. 2.8 Padalarang, Bandung Barat 40553 Telp. (022) 6864016 Fax. (022) 6864015 Email: aquatec.gad@gmail.com Website: aquatec.co.id

27


Pengelolaan Pakan pada Budidaya Udang Pakan

Manajemen pakan pada budidaya udang vaname skala mini perlu diperhatikan!

Saat akan mengecek udang menggunakan anco

P

engelolaan pakan pada budidaya udang vaname skala mini dilakukan dengan memperhatikan jenis pakan yang digunakan, frekuensi dan waktu pemberian pakan, jumlah dan dosis pakan yang diberikan, kontrol pakan yang dilakukan, nutrisi pakan yang diberikan, teknik pemberian pakan, pengkayaan pakan dan metode penyimpanan pakan. Jenis, bentuk dan ukuran pakan tergantung pada berat udang itu sendiri, makin besar ukuran udang, makin besar pula ukuran pakannya. Berdasarkan penggunaannya, jenis pakan dibagi menjadi 4 macam yaitu PL, Feed, Starter, Grower dan Finisher. Sedangkan berdasarkan ukuran diameternya, pakan buatan dibagi menjadi 4 bantuk yaitu fine crumble, coarse, crumble, dan pellet. Setiap stadia atau umur pemeliharaan udang, pakan yang diberikan mempunyai jenis dan ukuran yang berbeda pula dengan tujuan agar pakan dapat dimakan oleh udang. Frekuensi dan waktu pemberian pakan memegang peranan penting 28

Oleh: Deni Aulia dalam efisiensi pemanfaatan pakan. Pada bulan pertama dimana jumlah pakan yang diberikan masih sedikit karena masih adanya ketersediaan pakan alami sehingga pakan diberikan 2 atau 3 kali sehari. Pada bulan ke-2, setelah udang terbiasa dengan pakan buatan berbentuk pelet, frekuensi pemberian pakan dapat diberikan 4 kali sehari, sedangkan pada bulan ke-3 sampai panen pakan diberikan 4-5 kali sehari. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan selang waktu antara 4 – 5 jam. Pemberian pakan dengan frekuensi 5 kali pemberian dapat dilakukan pada pukul 06.00, 11.00, 16.00, 21.00 dan 02.00. Faktor penting lainnya dalam pe­ngelolaan pakan pada budidaya udang vaname skala mini adalah takaran (jumlah) dan respon udang terhadap pakan yang diberikan. Takaran pakan yang diberikan kepada udang relatif akan berkurang sejalan dengan besarnya udang yang dibudidayakan.

Selama bulan pertama (umur 1 – 30 hari) takaran awal yang dapat diberikan sebanyak 1 kg untuk setiap 100.000 ekor benur yang kemudian ditambah 100–200gram/minggu. Jumlah pakan yang diberikan pada udang di dalam kolam disesuaikan dengan jumlah benur udang yang ditebar. Metode ini disebut dengan blind feeding program. Setelah udang berumur > 30 hari maka digunakan metode ancho feeding program atau demand feeding program. Jumlah pakan yang diberikan pada metode demand feeding program dilakukan dengan perkiraan sintasan yang disesuaikan dengan data hasil sampling yang telah dilakukan. Ketepatan nafsu makan udang dapat dipantau melalui anco (feeding tray). Hal – hal yang perlu diamati di anco adalah sisa pakan serta kotoran udang. Pemberian pakan berlebihan (over feeding) sampai tidak termakan akan menurunkan kualitas air serta meningkatkan konversi pakan dan biaya produksi. Akibat selanjutnya adalah penurunan laju pertumbuhan, penurunan daya tahan tubuh terhadap penyakit, dan akhirnya kematian. Sebaliknya, apabila pakan yang diberikan di bawah jumlah yang dibutuhkan (under feeding) maka udang akan tumbuh lambat, keropos dan terjadi saling memangsa (kanibalisme). Checking anco merupakan kombinasi antara jumlah pakan yang bisa dikonsumsi oleh udang di anco dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskannya. Checking anco dibutuhkan untuk memantau nafsu makan udang sehingga kebutuhan pakannya dapat diestimasikan dan

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

tidak terjadi under feeding atau over feeding. Jumlah anco yang dibutuhkan berbeda sesuai dengan luas tambak. Tambak yang berukuran 0,5 ha membutuhkan anco 4 buah, tambak berukuran 0,6-0,7 membutuhkan anco 5 buah, tambak yang berukuran 0,8-1,0 ha membutuhkan anco 6 buah dan tambak yang berukuran 2 ha membutuhkan anco 10-12 buah. Pada budidaya udang skala mini dengan luasan kolam berkisar 600 m2 – 1.000 m2, jumlah anco yang digunakan dalam budidaya udang vaname yaitu 2 anco setiap kolam yang dipasang pada sisi tambak yang berlawanan. Ukuran anco yang digunakan umumnya berbentuk bujur sangkar berukuran 90 x 90 cm dan tinggi 8 cm atau 60 x 60 cm dan tinggi 10 cm terbuat dari kerangka stainless steel dan strimin. Pakan yang diberikan pada udang vaname harus mengandung nutrisi sesuai kebutuhan udang vaname. Nutrisi yang dibutuhkan udang vaname antara lain protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan asam amino esensial. Nutrisi tersebut digunakan untuk aktivitas pertumbuhan dan reproduksi udang. Kandungan nutrisi pakan udang vaname yaitu protein min 28%, lemak min 5%, kadar air maks 12%, kadar serat kasar maks 5%, dan kadar abu maks 15% (SNI 7549 : 2009). Pakan diberikan di daerah pakan. Pada daerah pakan, udang akan mudah menemukan pakan yang disebar. Daerah pakan sangat penting diketahui agar pakan yang disebar tidak terbuang percuma, tetapi dapat dikonsumsi udang. Area daerah pakan berkisar 4-6 m dari pematang tambak. Saat pemberian pakan, sebaiknya kincir dimatikan. Namun demikian, oleh karena kincir air berfungsi membantu ketersediaan oksigen terlarut maka saat mematikan perlu mempertimbangkan waktu. Kincir dapat dimatikan 5 menit sebelum pemberian pakan dan dihidupkan kembali 20 - 30 menit

Deni saat akan memberikan pakan

setelah pemberian pakan. Hal ini bertujuan agar udang menyebar merata tidak terkumpul di sekitar kincir air, sedangkan pakan tidak terbawa arus air, terutama untuk jenis pakan yang berupa serbuk, sehingga udang mudah untuk menangkap pakan yang diberikan. Teknik pemberian pakan pada budidaya udang vaname skala mini dapat dilakukan dengan mempersiapkan pakan untuk ditebar dan untuk checking anco selanjutnya mematikan semua kincir sebelum pemberian pakan. Pakan yang berbentuk tepung/atau butiran halus (crumble) sebaiknya dibasahi terlebih dahulu sebelum disebar ke dalam tambak, tujuannya adalah supaya penyebarannya merata dan tidak terbawa angin saat ditebar karena masih berbentuk serbuk yang ringan. Pakan disebar merata mengelilingi tambak kecuali pada daerah penumpukan kotoran dan central drain, pemberian pakan di anco dilakukan setelah penyebaran pakan di sekeliling tambak selesai. Aplikasi feed additive berupa vitamin C atau vitamin lainnya dimulai sejak bulan pertama dan diberikan secara periodik, hingga menjelang pemanenan. Jenis feed additive yang lain (multi vitamin) yang berupa cairan atau emulsi dapat diaplikasikan langsung dicampurkan pada pakan buatan dengan dosis sesuai aturan.

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

Pemberian vitamin C dicampur dengan perekat komersial atau putih telur. Pada budidaya udang vaname skala mini, jumlah pemberian vitamin C yaitu1 gram untuk 1 kg pakan dan perekat 4 gram untuk 1 kg pakan. Kedua bahan tersebut dilarutkan dalam air kemudian dicampur dengan pakan dan diaduk hingga merata, jumlah air yang digunakan disesuaikan dengan jumlah pakan yang akan diberi vitamin C. Beberapa teknik penyimpanan pakan yaitu gudang harus kering, sejuk dan tidak banjir atau lembab, ruangan tidak terkena sinar matahari langsung, gudang merupakan bangunan tertutup yang berventilasi, tumpukan pakan tidak terlalu tinggi (tidak lebih dari 5 – 10 susunan), dihindari kerusakan kantong (packing), tidak menyentuh lantai secara langsung. Agar tidak lembab untuk itu perlu diberi lapisan balok kayu atau alas yang lain, gudang dijaga kebersihannya, serta tumpukan antar pakan tidak berjajar, tetapi diusahakan ada jarak yang menjadikan sirkulasi udara dapat berjalan dengan baik. Pakan rusak atau lama tidak boleh digunakan lagi, serta tidak menyimpan pakan lebih dari 3 bulan sejak tanggal produksi. l *Penulis adalah Kepala Instalasi Budidaya Air Payau (SUPM Negeri Kotaagung – Lampung)

29


Budidaya Cacing Laut untuk Pakan Udang Pakan

Cacing laut memiliki prospek yang cerah untuk dibudidayakan. Pasalnya, pembenihan udang, baik itu udang windu maupun udang vaname memerlukan pakan alami ini. Budidaya cacing ini dipandang menjadi salah satu alternative usaha yang menggiurkan mengingat hanya mengandalkan pasokan dari alam tidak dapat mencukupi kebutuhan yang terus meningkat. Meunpol dkk. melakukan penelitian terhadap induk udang windu jantan yang diberi pakan komersial dan beberapa jenis pakan alami termasuk cacing laut. Dari penelitian tersebut didapat informasi bahwa pakan alami dan kombinasi kedua jenis pakan tersebut merupakan pakan yang terbaik.

30

Foto: Resti

C

acing laut (Nereis sp) merupakan makanan alami yang baik bagi induk udang windu (Penaeus monodon) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Pasalnya, hewan avertebrata ini memiliki kandungan asam lemak esensial terutama arachidonic acid (ARA), eicosapentaenoic acid (EPA) and docosahexaenoic acid (DHA). Sebagai pakan induk udang vaname, cacing nereis sp mempunyai peran penting dalam memacu pematangan gonad baik induk jantan maupun betina, karena kandungan proteinnya yang sangat tinggi. Di samping itu, organisme ini menyediakan sejumlah asam lemak yang sangat dibutuhkan oleh induk udang. Asam lemak esensial seperti ARA, EPA, dan DHA sangat berperan dalam

Siti Subaidah

merangsang pematangan gonad induk udang. Tidak hanya dalam bentuk segar, cacing laut yang diolah menjadi bentuk tepung pun masih mengandung nutrisi yang sangat berharga. Menurut peneliti perikanan, Rachmad dan Yuwono, cacing laut dalam bentuk tepung memiliki kan­dungan protein sebesar 56,29%, lemak 11,32%, dan abu sebesar 14,34%.

Menjaga kelestarian pasokan Menurut Siti Subaidah dkk. Dari Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo, saat ini cacing laut banyak diambil dari lingkungan alam seperti pantai dan daerah muara sungai yang berpotensi menggangu habitat populasi alaminya dan merusak lingkungan. Namun, seiring dengan perkembangan jumlah pembenihan udang di Indonesia, kebutuhan dan permintaan cacing laut meningkat. Dengan hanya mengandalkan pasokan dari alam, kelestarian hewan ini akan terganggu. Oleh karena itu perlu adanya upaya budidaya cacing laut sehingga diperoleh ukuran dewasa untuk memenuhi permintaan pembenihan udang. Dengan demikian, kelestarian induk cacing laut akan Terjaga dan pada saat yang bersamaan kebutuhan terhadap pakan berkualitas pun terpenuhi. Meskipun demikian, budidaya cacing laut ini masih belum populer dilakukan di Indonesia. Hal ini karena masih minimnya informasi untuk menunjang budidayanya seperti kebiasaan makan, kepadatan biomassa dan kondisi lingkungannya.

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Klasifikasi dan Morfologi Cacing laut, dalam ilmu taksonomi diklasifikan ke dalam filum Ennelida kelas Polychaeta. Disebut demikian karena cacing ini memiliki banyak rambut di bagian kiri dan kanan tubuhnya. Tidak seperti cacing tanah, cacing laut secara sepintas seperti memiliki organ kaki yang banyak di sepanjang tubuhnya. Pada bagian kepala, terdapat beberapa lembar yang menyerupai kumis. Sementara itu, pada bagian ekornya tampak seperti. Tubuhnya dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu bagian kepala, badan, dan ekor. Berdasarkan penelitian, jumlah anggota filum annelida ini diperkirakan mencapai jumlah 9000. Dari jumlah tersebut, sekitar 8000 spesies adalah cacing laut. Aneka pakan Untuk menunjang pertumbuhan yang optimal, cacing laut membutuhkan pakan dalam jumlah tertentu. Pakan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup cacing laut. Dalam budidaya, berbagai bahan dapat dijadikan sebagai sumber pakan untuk pemeliharaan. Menurut Yuwono, kompos dari feses hewan dapat dijadikan sebagai media pemeliharaan cacing laut yang menghasilkan pertumbuhan yang lebih baik. Hal ini ia bandingkan jika menggunakan kompos dari serasah tumbuhan sebagai media pemeliharaan. Sementara itu, hasil penelitian Rasidi dan Patria menunjukkan bahwa pakan yang terbuat dari tepung usus ayam broiler menghasilkan pertumbuhan terbaik pada cacing Nereis sp. Pakan komersial untuk ikan dan udang juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan cacing laut. Pasalnya, pakan jenis ini dapat mencukupi kebutuhan nutrisi cacing laut. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya, penggunaan pakan komersial yang dilakukan secara terus-menerus menimbulkan permasalahan baru.

Selamat dan Sukses kepada

PT Gani Arta Dwitunggal atas Ekspor Perdana Keramba Jaring Apung Submersible Offshore ke China

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

Inf

Akuakultur M a j a l a h P e r i k a n a n B u d i d a y a

31


Induk cacing nereis sp

Hal ini karena harga pakan komersial pabrikan yang terus merangkak naik. Alternatifnya, perlu dicarikan bahan baku yang dapat dijadikan alternatif pakan selain pakan komersial. Beberapa bahan yang termasuk limbah pakan dari kegiatan budidaya ikan dapat digunakan sebagai pakan cacing Nereis diversicolor dan Nereis virens. Habitat hidup cacing laut Cacing laut (Nereis sp.) banyak ditemui di daerah pantai, terutama di kawasan pantai cadas, paparan lumpur dan sangat umum ditemui di pantai pasir. Beberapa jenis hidup di bawah batu, dalam lubang lumpur dan liang di dalam batu karang. Cacing laut membutuhkan salinitas tertentu untuk habitat hidupnya. Salinitas merupakan salah satu parameter kondisi lingkungan perairan yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup cacing laut di samping pakan. Salinitas berkaitan dengan tekanan osmotik air. Semakin jauh perbedaan tekanan osmotik antara tubuh dan lingkungannya, semakin banyak energi metabolisme yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi sebagai upaya adaptasi. Penurunan salinitas secara mendadak dan dalam kisaran yang cukup besar akan menyulitkan hewan air seperti cacing laut dalam pengaturan osmoregulasi tubuhnya. Hermawan dkk dalam penelitiannya 32

Cacing nereis sp muda

menunjukkan bahwa salinitas 15‰ memberikan pertumbuhan terbaik pada cacing Nereis sp. Jenis substrat yang digunakan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan biomassa cacing laut. Cacing laut merupakan hewan pemakan endapan (defosit feeder). Sehingga, kondisi lingkungan dengan tekstur lumpur yang lunak merupakan habitat yang disukai cacing laut. Pada substrat yang berdiameter butir lebih kecil dari 250 μm, larva cacing laut Laeonereis culveri akan menggali lubang sebagai sarang. Hal ini akan menguras energi cacing laut yang berenang dan merayap yang selanjutnya akan menurunkan biomassanya dan dapat mengakibatkan mortalitas. Sementara itu, cacing laut yang berdiam di dalam lubang akan menghemat energi dalam tubuh yang dapat meningkatkan biomassanya. Hermawan mengatakan, media lumpur mangrove memberikan hasil terbaik dalam pertumbuhan cacing laut. Persiapan peralatan dan bahan • Pasir kwarsa dicuci hingga bersih dengan menggunakan air sumur. • Kontainer plastik yang telah diseting dengan pipa pemasukan dan pengeluaran air serta aerasi diisi dengan media pasir kwarsa setinggi 7 cm, disusun secara parallel.

• Selanjutnya, container atau wadah plastic tersebut diisi air laut 15 ppt (Hermawan 2015a) dan 30 ppt setinggi 3 cm dari permukaan pasir, air mengalir terus menerus untuk pemeliharaan induk, sedangkan untuk pembesaran diganti setiap hari satu kali.

C

M

Langkah Pembesaran cacing • Setelah wadah pemeliharaan siap, induk cacing ditebar dengan kepadatan 50 gram (250 ekor) dalam tiap wadah. • Media cacing yang berupa pasir kwarsa direndam air laut dengan salinitas 30 ppt dan 15 ppt, masingmasing 5 kali ulangan/ 5 kontainer. • Pakan berupa pakan udang komersial bentuk powder diberikan 1 kali sehari sebanyak 5% dari bobot tubuh, dengan cara disebarkan di permukaan media. • Cacing yang matang gonad akan keluar di permukaan, dan segera dipindahkan ke wadah fiberglass untuk memijah. • Sebelum dihasilkan larva cacing dari hasil pematangan gonad, akan digunakan cacing muda dari alam, ditebar dengan kepadatan 50 gram (250 ekor) tiap wadah. • Pakan udang komersial bentuk powder diberikan 1 kali sehari sebanyak 3% dari bobot tubuh, dengan cara disebarkan di permukaan media • Media pembesaran pada salinitas 30 ppt dan 15 ppt (Noerhidajat)

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Y

CM

MY

CY

CMY

K


Kesehatan Ikan & Lingkungan

logo infhem

Waspada TiLV pada Ikan Nila

W

aspada TiLV yang menjadi ancaman global dan nasional industri budidaya

ikan nila Awal penyebaran wabah Tilapia Lake Virus (TiLV) ini disebabkan oleh Orthomyxo-like virus, genus baru dari family Orthomyxoviridae. Virus ini berkaitan erat dengan virus Influenza tipe C pada manusia (Anonimc, 2016). Biologi dari virus baru ini belum banyak diketahui. Virus ini memiliki 10 segmen dengan Negative sense RNA genome, beramplop dengan partikel icosahedral 55-75 nm (Eyngor et al., 2014; Bacharach et al., 2016). Sembilan dari segmen gen virus ini mempunyai kesamaan dengan virus yang lain. Hanya satu segmen yang sangat mirip dengan protein virus Influenza tipe C. Virus ini bereplikasi di inti dari sel ikan (Anonim d, 2016) dan sangat sensitif terhadap eter dan kloroform (Bacharach et al., 2016). Di Negara Israel, outbreak dari virus ini terjadi pada musim panas yakni pada Bulan Mei hingga Oktober. Virus ini dapat menular dari ikan sakit ke ikan sehat. Selain itu virus ini juga dapat menyebar dari satu kolam ke kolam lain. Virus TiLV ini dapat menyebar melalui media air. Akan tetapi morbiditas dan mortalitasnya hanya terbatas pada jenis ikan Nila saja (Oreochromis niloticus X Oreochromis aureus). Pada kasus di Negara Israel, spesies lain yang dibudidayakan di kolam yang sama dengan ikan Nila seperti ikan Mas (Cyprinus carpio) dan gray mullet (Mugil cephalus) tidak menunjukkan gejala klinis serupa dengan ikan Nila, bahkan setelah kohabitasi 34

hibridasi in-situ terhadap TiLV dari Israel (Dong et al.,2-17b) terkonfirmasi bahwa wabah tersebut diakibatkan oleh TiLV.

Oleh: Dwika Herdikiawan

Andi Rahman

Fungsional DJPB/ Anggota INFHEM

Kepala Seksi Pengamatan Subdirektorat Hama dan Penyakit Ikan DJPB

jangka panjang (Eyngor et al., 2014; Bacharach et al., 2016). Kasus TiLV juga terjadi di Thailand sejak tahun 2015, dan kasus terbaru dilaporkan terjadi di Mesir pada tahun 2017 ini. Kasus di Mesir diawali dengan kematian ikan Nila pada musim panas atau syndrom kematian musim panas. Kematian ini sebenarnya telah terjadi dalam 3-4 tahun terakhir, sekitar 37% kolam Nila terkena virus ini, bahkan Dong et al (2017), menyebutkan tingkat mortalitas hingga mencapai 90% akibat penyakit ini. Sebenarnya kejadian kematian akibat wabah tersebut telah diinvestigasi selama kurun waktu tahun 2015-2016, namun belum diketahui penyebabnya. Wabah tersebut menyerang budidaya ikan nila (Orechromisniloticus) dan nila merah hybrid (Oreochromisspp) (Suratchatpong et al.,2017). Berdasarkan uji histopatologi, mikroskop electron-transmisi, dan

Kerugian Sebagai penyebab kematian massal budidaya ikan nila. Penyebaran wabah TiLV telah menyebabkan dampak kerugian ekonomi yang sangat besar bagi industri budidaya nila di dunia. Data menyebutkan hingga saat ini diperkirakan nilai ekonomi dari perdagangan yang hilang akibat wabah ini secara global mencapai sebesar 7,5juta US$ per tahun, khususnya pada negara-negara produsen ikan nila terbesar dunia seperti China, Philipina, Thailand, Laos dan Bangladesh. Penyakit yang menyebabkan kematian massal menjadikan ancaman terhadap industri nila secara global, dimana tidak hanya mempengaruhi kebutuhan protein dengan murah, namun juga tenaga kerja yang besar maupun efek berganda lainnya. Gejala Klinis Kematian secara massal (2090%) pada budidaya ikan nila merupakan indikasi awal tanda-tanda terjangkitnya penyakit ini. Gejala secara umum termasuk erosi dan borok pada kulit, perubahan ocular termasuk lensa mata terlihat gelap dan terjadi penyusutan ukuran pada mata (Eyngor et al.,2014). Ikan yang terjangkit penyakit ini juga menunjukkan penurunan nafsu makan secara signifikan, warna tubuh yang pucat, ikan berkumpul pada bagian bawah/dasar kolam, pergerakan yang lambat kemudian mati (Dong et al.,2017)

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Fungsi jaringan pada otak termasuk edema, terjadinya perdarahan fokal pada leptomeninges, dan terganggunya aliran darah kapiler pada kedua materi putih dan abu-abu (Eyngor et al.,2014). Pada jaringan Gambar 2. Foto mikro graf jaringan hati yang ter­infeksi Gambar 3. Transmisi electron mikrograf dari partikel hati terjadi perubahan TiLVmenunjukkan hepatitis synsytial yang khas virus intracytoplasmic TV dari jaringan hati histopatologis meliputi hepatosit yang membengkak dan (EMS) perlu mendapat apresiasi dan Negara bukan wabah dan melakuterdisosiasi (Dong et al., 2017a). perlu di adopsi dalam mencegah kan pengujian terhadap TiLV di Adapun ciri khas syncytial hepatitis masuknya penyakit TiLV ke Indonesia. ternpat pemasukan; sebagaimana terlihat pada gambar 1. Dokumen perencanaan Antisipasi d. Badan Karantina Ikan dan Nasional (contingency plan) dan Pengendalian Mutu telah Upaya Pencegahan Tanggap Darurat (emergency response) memperketat pemeriksaan di Berkaca pada pengalaman ketika perlu disusun secara sistematis, pintu-pintu masuk, khusunya masuknya penyakit Koi Herpes-virus terintegrasi, holistik dan terencana importasi ikan nila dan produk (KHV) pada tahun 2002 ke wilayah serta disosialisasikan dan dilaksanakan lain yang memiliki potensi sebagai Republik Indonesia,menjadi catatan dengan penuh komitmen dengan sebagai media pembawa virus TiLV; hitam dalam usaha perikanan melibatkan seluruh stake holder. e. Melakukan survailen aktif terhadap budidaya budidaya ikan, khususnya Informasi tentang penyebab, penyakit TiLV di sentra-sentra budidaya ikan mas dan koi. karakteristik pathogen, gejala klinis, budidaya ikan Nila mulai dari Dapat kita bayangkan jika pola penyebaran, diagnosis serta cara unit perbenihan danpembesaran penyakit TiLV masuk dan menyebar pengendalian mutlak harus dikuasai. dengan melibatkan UPT Karantina ke Wilayah Republik Indonesia, maka Beberapa langkah antisipatif yang Ikan dan Pengendalian Mutu serta dipastikan industri budidaya ikan Nila harus dilakukan oleh Pemerintah UPT Direktorat Jenderal Perikanan di Indonesia akan mengalami nasib dalam hal ini Kementerian Kelautan Budidaya; yang sama dengan budidaya ikan Mas dan Perikanan sebagai regulator, f. Melakukan sosialisasi kepada akibat KHV. beserta stake holder terkait lainnya, pembudidaya ikan Nila tentang Target produksi Ikan Nila di Tahun antara lain sebagai berikut : informasi penyakit TiLV serta 2017 sebesar 1.822.200 Ton dengan a. Menetapkan TiLV sebagai pencegahannya; nilai hampir sebesar Rp. 30 Trilyun dan penyakit lkan yang harus dicegah g. Penyediaan benih dan Induk Ung­ mencapai 2.500.600 Ton dengan nilai pemasukannya ke dalam wilayah gul melalui peningkatan kuali­ hampir Rp. 50 Trilyun pada tahun 2019 RI melalui Keputusan Menteri; tas induk (rekayasa genetik) dan akan dipastikan tidak tercapai. b. Menerapkan prinsip kehati-hatian pengembang­an unit produksi benih; Keberhasilan Indonesia dalam melalui penerapan Analisis Risiko h. Peningkatan kapasitas Laboratomencegah masuk dan tersebarnya Importasi (import risk analysis) rium Kesehatan Ikan dan Pos Pela­ penyakit Early Mortality Syndrome yang ketat terhadap importasi yanan Kesehatan Ikan (POSIKANinduk dan benih, serta DU) khususnya dalam pengujian berbagai produk ikan Nila serta pencegahan penyakit TiLV; (frozen dan sejenisnya) i. Menyusun dokumen perencanaan khususnya dari negaraAntisipasi Nasional (contingency negara yang terindikasi plan) dan Tanggap Darurat mengalami wabah TiLV, (emergency response). l seperti Mesir, Israel, Ekuador, Kolumbia dan RALAT Thailand; Tulisan Penyakit Eksotik Tilapia Lake Virus c. Mewajibkan adanya Cer(TiLV), di Majalah Info Akuakultur Edisi No.28/ Tahun III/15 Mei 2017, terdapat kesalahan. Yang tificate of Origin (CoO) dan benar penulis yang bernama Angela Mariana Health Certificate (HC) seLusiastuti adalah Peneliti di Badan Riset dan bagai peryaratan importasi Gambar 1. Grafik Produksi dan Nilai Produksi Ikan SDM Kelautan dan Perikanan, KKP. Demikian lkan Nila yang berasal dari Nila di Indonesia Tahun 2011-2015 pebaikan dari kami, terima kasih (redaksi) Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

35


Kesehatan Ikan & Lingkungan

Alga Beracun

pada Budidaya Udang

Foto-foto : dok. IPTI

Pemeliharaan udang dengan pengelolaan air semi floks sistem/semi heterotrof sistem dapat mengatasi alga beracun !

Tambak udang vaname yang terkena plankton beracun (dok. IPTI)

M

anajemen kualitas air diperlukan dalam suatu usaha budidaya, dimana petambak harus mengupayakan kondisi lingkungan, pada kisaran kualitas air yang sesuai untuk kehidupan dan pertumbuhan udang. Kualitas air yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan penurunan produksi dalam usaha budidaya. Akibatnya keuntungan yang diperoleh akan menurun dan bahkan dapat menyebabkan kerugian. Salah satu contohnya yang merugikan dalam budidaya udang vaname munculnya alga atau plankton beracun di tambak. Disisi lain dalam suatu perairan plankton berfungsi sebagai pakan alami, penyangga (buffer) terhadap

36

intensitas cahaya matahari dan bioindikator kestabilan lingkungan air media pemeliharaan. Namun jika populasi plankton terlalu tinggi akan membahayakan udang budidaya pada malam hari. Karena hal tersebut akan mempengaruhi tingkat tingkat ketersediaan oksigen terlarut dalam air dan akan menjadi kompetitor udang dalam mengambil oksigen. Perekayasa Madya Balai Besar Perikanan Buadidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Supito mengatakan, alga beracun seperti alga hijau biru atau blue green algae (BGA) muncul pada perairan tambak yang disebabkan oleh terjadinya perubahan komposisi N/P rasio dalam tambak.

Kepadatan plankton yang baik untuk budidaya udang adalah sekitar 80-120.000 sel/ml. Untuk itu para operator tambak harus melakukan pemantauan kepadatan dan jenis plankton dengan pengamatan kecerahan atau transparasi air tambak dan pengamatan warna air. Supito menambahkan, setiap golongan plankton akan hidup subur pada kondisi N/P rasio yang berbeda. Plankton jenis BGA akan hidup subur pada kondisi N/P rasio yang rendah hal ini disebabkan oleh kemampuan dari plankton jenis BGA memfiksasi atau menggunakan nitrogen dari udara. Sehingga pertumbuhan meningkat dan mendesak pertumbuhan plankton lain atau dominasi BGA tinggi. Dominasi BGA yang tinggi menyebabkan warna air menjadi gelap (hijau gelap). Kasus penyakit white Feces Disease (WFS) banyak muncul pada kondisi media air berwarna hijau gelap. Studi lapangan, kata Supito menunjukan bahwa beberapa penyebab munculnya dominasi plankton BGA, diantaranya peningkatan posfat (ortophospat) dalam air tambak sebagai akibat penambahan pakan udang yang terus meningkat jumlahnya. Selain itu, sistem pemeliharaan yang tidak melakukan pergantian atau pengenceran air dan aplikasi probiotik untuk meningkatkan penguraian bahan organik (sisa pakan dan kotoran udang) akan meningkatkan kandungan phosfat dalam air, sementara nitrogen dalam

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

air cenderung menurun karena proses pembentukan gas nitrogen oleh probiotik. Supito menambahkan kembali, busa putih yang muncul pada media pemeliharaan sistem probiotik (biofloks) ini menunjukkan terjadinya pembentukan gas nitrogen. Pada kondisi ini perubahan N/P rasio akan cenderung menurun dan menyebabkan dominasi BGA dalam media air tambak meningkat. Kondisi ini mulai terjadi setelah umur pemeliharaan 1 bulan. Kajian pada tambak lining (HDPE) peningkatan kadar posfat setelah menggunakan pakan minimal 1.500 kg/ha dengan kadar protein pakan 38% dan belum atau tidak melakukan penambahan dan ganti air. Supito menyarankan solusinya untuk mengendalikan pertumbuhan plankton jenis BGA adalah menjaga kesetabilan planton clorella sp dengan selalu mengontrol atau

Supito

mengendalikan keseimbangan N/P rasio dengan penambahan pupuk nitrogen yaitu amonium sulfat (ZA) atau UREA. Pengunaan ZA pada pemeliharaan udang lebih disarankan karena proses penguraiannya cepat untuk menghasilkan nitrat untuk mengendalikan pertumbuhan

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

plankton terutama chlorella sp. Penambahan pupuk nitrogen dosis 1-2 ppm tiap 1-2 x per minggu bahkan setelah dilakukan penyiponan lumpur organik dasar tambak. Pemeliharaan udang dengan pengelolaan air sistem semi floks sistem/semi heterotrof sistem dengan prinsip mengendalikan keseimbangan plankton dan bakteri pada media pemeliharaan. Pada sistem ini terjadi peran yang saling menguntungkan. Bakteri probiotik mampu mempercepat penguraian bahan organik (sisa pakan dan kotoran udang) dan plankton mampu menyerap hasil penguraian bahan organik sebagai unsur hara. “Dengan konsep ini mampu menekan konsentrasi amonia, nitrit dan asam belereng. Juga beberapa jenis plankton single cell seperti chorella, dunalela sp, mampu menyerap nutrien tersebut,� Pungkas Supito. l (Resti)

37


Analisis Rencana Anggaran Budidaya Udang

Foto: dok. Sinung

Ekonomi & Bisnis

Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik) selain risiko kegagalan budidaya rendah, juga sangat menguntungkan!

Pembuangan limbah tambak sebagai pupuk di kawasan mangrove

B

agian Administrasi Pendidikan dan Pelatihan Lapangan (BAPPL) Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Serang Banten mengembangkan sebuah teknologi budidaya udang yang murah, mudah dilaksanakan, dan relatif aman terhaadap hama dan penyakit. Teknologi tersebut diberi nama busmetik akronim dari budidaya udang skala mini empang plastik. Teknologi ini di gunakan untuk tambak dengan luas 600 – 1000 m2. Busmetik menggunakan plastik high Density Polyethylene (HDPE), pada dasar tambak untuk menghindari air merembes kedalam tanah. Busmetik menggunakan sistem budidaya tertutup dengan tingkat intensif sampai superintensif. Kegiatan budidaya ini dilakukan tanpa menggunakan obat-obatan berbahaya dan antibiotik. Probiotik digunakan untuk menjaga keseimbangan mikrobiologis dalam tambak, untuk menghindari hama dan predator masuk kedalam tambak. Disekeliling tambak 38

dipasang pagar Suharyadi guna menjaga lingkungan di sekitar kawasan tambak, serta di tanam pohon magrove yang berfungsi sebagai biofilter. Tahapan budidaya Pertama, pemasangan plastik HDPE. Tambak dilapisi plastik HDPE agar air tidak merembes kedalam tanah, untuk petakan tambak busme­ tik adalah bujursangkar atau persegi panjang dengan luas 600 – 1000 m2 dengan kedalaman 90 – 110 cm. Kedua, pengeringan tambak. Tujuannya untuk membuang sisa air yang terdapat didalam tambak setelah panen sehingga mempermudah proses pembersihan tambak sehingga mematikan seluruh organisme yang menempel pada wadah seperti lumut dan teritip. Setelah kering wadah di jemur selama tiga hari dibawah sinar matahari. Ketiga, pembersihan tambak. Tujuannya untuk membersihkan

organisme yang menempel di dinding dan di dasar tambak setelah proses pengeringan selesai. Waktu pembersihan sebaiknya dilakukan pada siang hari dimana kondisi plastik benar-benar kering sehingga organisme yang menempel, mudah dilepaskan dari plastik. Keempat, pemasangan biosecuriti. Merupakan pengaman lingkungan budidaya termasuk masuknya hama seperti ketam, kepiting, ular dan lainnya. Caranya dengan memasang pagar keliling menggunakan plastik HDPE setinggi 60 cm. Kelima, pengisian air. Air media di ambil dari air tandon pengendapan, proses pengisian air bisa dibantu dengan pompa, pada ujung pipa pemasukan di pasang saringan dengan mesize 1 mm, untuk mencegah masuknya kotoran kedalam tambak. Setelah petakan air penuh air didiamkan selama satu hari agar kotoran atau partikel halus yang terbawa dari tandon dapat mengendap. Keenam, pemasangan kincir. Dengan adanya kincir pasokan oksigen dalam air budidaya lebih optimal. Jumlah kincir yang dibutuhkan dalam satu petak tambak adaalah 2-4, tergantung dari padat tebar kincir dan diletakan pada sudut tambak. Ketujuh, sterilisasi air. Dilakukan langsung di tambak, dengan menyebarkan kapur secara rata keseluruh media pemeliharaan menggunakan saringan. Proses sterilisasi berlangsung 3 – 4 hari dengan menggunakan bantuan kincir angin. Kedelapan, penebaran benih. Sebelum benur di tebar terlebih dahulu dilakukan aklimaatisasi, penebaran benur dilakukan saat cuaca teduh yaitu pada pagi hari atau pada malam hari. Langkahnya memasukan semua kemasaan kantong kedalam

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1438 H Mohon Maaf Lahir dan Batin

Feed Safety For Food Safety


A. Biaya Investasi No

Uraian

Unit

Satuan

5400

m2

Kincir 1 Hp (1 phase)

10

Genset 25kva (domfeng)

1

4

Pemasangan PLN 23.000 W

1

5

Instalasi Listrik

6

Instalasi Air

3.350.000

7

Peralatan kualitas air dan pakan, dll

2.625.000

1

HDPE (1350x3)

2 3

Harga Satuan

Jumlah

27.500

148.500.000

Unit

4.300.000

43.000.000

Unit

25.000.000

25.000.000

Unit

27.500.000

27.500.000 22.305.000

Jumlah Total Biaya Investasi

272.280.000

B. Biaya Operasional B1. Biaya tidak tetap (3 petak) No

Uraian

Unit

Satuan

1

Benur

375.000 ekor

2

Pakan

7.000 kg

3

Kaporit

Harga Satuan

Jumlah

45

16.875.000

15.000

105.000.000

330.000

4.840.000

119,25 kg

75.000

8.943.750

8

200.000

1.500.000

15

phil

4

Probiotik

5

Vit C

6

Rekato

60

kaleng

25.000

1.500.000

7

Olie Kincir

27

liter

20.000

548.571

8

Solar (industri)

100 liter

8.500

850.000

9

Oli genset

20 liter

30.000

600.000

10

Kapur

1.750

2.625.000

11

Chlorine test

1

unit

125.000

125.000

12

pH paper

1

unit

185.000

185.000

13

Jmbatan ancho + ancho

3

unit

100.000

300.000

14

Biaya listrik PLN

1

siklus

18.900.000

18.900.000

15

Lain-Lain

1

siklus

2.500.000

2.500.000

kg

1500 kg

Jumlah

165.292.321

B2. Biaya Tetap No

Uraian

Unit

Satuan

Harga Satuan

Jumlah

1

Feeder (1 jt/bln)

4

OH

1.000.000

4.000.000

2

Uang makan

4

OH

750.000

3.000.000

Jumlah

7.000.000

Total Biaya Operasional = Rp 172.292.321 Total Kebutuhan Biaya (Investasi + Operasional) Rp 444.572.321 C. Prediksi hasil panen Uraian Hasil Penjualan = Hasil panen x Harga jual di Serang = 5000 kg x Rp 60.000/Kg Pembagian pemilik lahan = (Rp 1000/kg udang)

Jumlah (Rp) 300.000.000 5.000.000

Pendapatan setelah di potong fee lahan

295.000.000

Keuntungan Usaha

122.707.679

Penyusutan (modal selama 5 tahun) Laba Usaha

18.152.000 104.555.679

Fee Manajemen 30%

31.366.704

Investor 70%

73.188.975

Pay Back Periode (PP) Return on Invesment (ROI) per siklus (%)

40

6 siklus 16,5

tambak, kantong dibiarkan terapung didalam tambak sehingga terjadi pengembunan. Kemudian kantong dibuka dan di isi air tambak sedikit demi sedikit hingga penuh untuk menyamakan salinitas, air dalam kemasan dapat dikeluarkan kedalam tambak untuk mengeluarkan benur yang tersisa. Kesembilan, pemberian pakan. Diberikan sesuai dengan umur udang. Caranya kincir air dimatikan selama 5 menit sebelum pemberian pakan dan dihidupkan kembali setelah 15 menit pemberian pakan. Kesepuluh, monitoring pertumbuhan. Dilakukan setiap 10 hari sekali dilakukan dengan cara sampling jala. Pengukuran kualitas air dilakukan setiap hari, parameter kualitas air yang di ukur adalah pH, suhu, salinitas, amonia, dissolved oxigen (DO), kecerahan dan ketinggian air. Kesebelas, pemberian probiotik. Caranya dengan melarutkannya kedalam air kemudian di tebarkan secara merata kedalam tambak. Selanjutnya pembuangan kotoran atau bahan organik dan terakhir panen udang dilakukan setelah mencapai 100 hari masa pemeliharaan. Analisis Rencana Usaha Menurut Perhitungan Pengelola Tambak BAPPL – STP Serang, Suharyadi, terkait rencana anggaran biaya busmetik KUB Maju Bersama (Pontang), di asumsikan survival rate (SR) 80%, dengan size 60 ekor/kg, FCR 1,4, kepadatan 125 ekor/m2, luas 1 unit kolam 1000 m2 , dan musim tanam 3 siklus/tahun, sebagai berikut. Suharyadi menambahkan, pelaksanaan pemeliharaan udangnya sudah berjalan satu bulan. Adapun hasil dari perhitungan rancangan anggaran biaya ini, sangat menggiurkan sekali untuk budidaya udang vaname. Agar lebih optimal hasilnya diperlukan tahapan tahapan budidaya sesuai standard operational procedure (SOP) dan penting menerapkan biosekuriti. l (Resti)

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Windmill Aquaphos Pakan Fosfat Inorganik Berdaya Cerna Tinggi untuk Akuakultur Windmill® Aquaphos mengandung monoammonium phosphate (MAP) adalah sumber phantphorus anorganik yang sangat mudah dicerna dan digunakan untuk semua spesies akuakultur. Produk ini sangat mudah larut dan memiliki kandungan phosporus (P) dan kandungan fosfosporus (aP) yang sangat tinggi. Selain itu, tidak mengandung kalsium. Windmill® Aquaphos mengandung tingkat phosporus tertinggi total fosfat umpan anorganik yang ada di pasaran saat ini. Windmill® Aquaphos memiliki tingkat superior yang terbukti dapat dicerna dan mempertahankan fosfor, kadar fosfor yang lebih rendah diekskresikan ke lingkungan perairan. Windmill® Aquaphos membutuhkan tingkat inklusi yang lebih rendah untuk tingkat phosporus yang dapat dicerna dalam pakan dibandingkan dengan sumber fosfor anorganik lainnya, memaksimalkan efisiensi biaya pakan Windmill® Aquaphos bebas dari kalsium (Ca), sehingga suplementasinya mengurangi rasio Ca / P. Windmill® Aquaphos bebas mengalir dan mudah dicampur dengan bahan pakan lainnya

PT Dian Natura Agrifarma Komplek Ruko Mutiara, Taman Palem Blok B8 No. 57 Jl. Kamal Raya Outer Ring Road, Cengkareng Jakarta 11730 Telp : 021-54356111 Fax : 021-54356077


Berdayakan

Kolom

Akuakultur

Oleh: Muhamad Husen

S

ebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Indonesia sejatinya menjadi negara maritim yang maju, kuat, sejahtera, dan berdaulat. Fakta empiris Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia. Wilayah laut termasuk ZEEI (5,8 juta km2) meliputi 75 persen total wilayahnya, terdiri atas 17.504 pulau, memiliki 95.181 km garis pantai (terpanjang kedua setelah Kanada). Di dalamnya terkandung kekayaan alam sangat besar dan beragam, baik sumber daya alam (SDA) terbarukan (perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, dan produkproduk bioteknologi), SDA tak terbarukan (minyak dan gas bumi, timah, bijih besi, bauksit, dan mineral lainnya), energi kelautan (pasang-surut, gelombang, angin, dan ocean thermal energy conversion/OTEC), maupun jasa-jasa lingkungan kelautan untuk pariwisata bahari, transportasi laut, dan sumber keragaman hayati serta plasma nutfah. Kekayaan SDA kelautan yang dimiliki Indonesia setidaknya diperoleh dari 11 sektor ekonomi diantaranya, (1) perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya, (3) industri pengolahan hasil perikanan, (4) industri bioteknologi kelautan, (5) pertambangan dan energi, (6) pariwisata bahari, (7) hutan mangrove, (8) perhubungan laut, (9) sumber daya wilayah pulau-pulau kecil, (10) industri dan jasa maritim, serta (11) SDA nonkonvensional. Total nilai ekonomi dari kesebelas sektor ekonomi tersebut diperkirakan mencapai 1,3 triliun dolar AS per tahun atau sekitar 1,4 kali PDB dan tujuh kali APBN 2016. Adapun tenaga kerja yang bisa disediakan sekitar 45 juta orang, sepertiga dari total angkatan kerja nasional. Di tengah lesunya sektor-sektor ekonomi di daratan akibat perlambatan ekonomi global, sektor ekonomi kelautan diharapkan menjadi penyelamat dari beragam masalah bangsa. Perlambatan ekonomi global membuat Indonesia dihadapkan pada menurunnya pendapatan negara, penurunan kinerja ekspor, meningkatnya kemiskinan, serta masih tingginya angka pengangguran. Akuakultur sebagai salah satu sektor ekonomi kelautan dipandang mampu menjadi bagian dari penyelamat tersebut. Ketinggalan Akuakultur merupakan bisnis budidaya organisme akuatik yang sebarannya hampir ada di setiap negara di dunia. Dilakukan di laut, perairan payau, perairan tawar termasuk perairan umum berupa danau, waduk dan sungai. 42

Produksi akuakultur dunia 2014 mencapai 101 juta ton (termasuk rumput laut), Indonesia menduduki rangking ke dua dibawah Tiongkok. Ragam komoditasnya berupa Ikan bersirip (62,4%), siput-siputan/kerang (17,9%), udangudangan (10,7%), tanaman air (6,4%), golongan hewan air lainnya 1,6% serta amphibia dan reptil (1%), lihat pada Gambar 1. Benua Asia menyumbang hasil terbanyak 88,91%, (Tiongkok memberikan kontribusi sebesar 61,62% dari total produksi dunia), Negara-negara Amerika 4,54%, Eropa 3,97%, Afrika 2,32% dan Oceania 0,26%. (FAO 2016). Indonesia boleh saja berbangga menempati urutan kedua Dunia setelah Tiongkok, akan tetapi harus disadari bahwa perbedaannya sangat jauh mencolok. Enam puluh delapan tahun lalu Indonesia memproduksi 25.000 ton dan Tiongkok hanya 19.000 ton. Akan tetapi pada 2014 (tanpa rumput laut), negara kita baru mencapai 4,3 juta ton sementara Tiongkok telah menghasilkan 45,5 juta ton. Artinya Negara kita boleh dikatakan sangat ketinggalan karena dalam enam dekade kemudian, posisi Indonesia hanya sepersepuluh Tiongkok. Padahal luas laut kita hampir duabelas kali lipat demikian pula garis pantainya empat belas kali Tiongkok. Vietnam pendatang baru dalam dunia perikanan dimana SDM dan SDA jauh dibawah Indonesia ekspor perikanannya menacapi 7 milyar dollar AS sedang Indonesia hanya 4 milyar dollar AS. Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Mencermati status dan potensi perikanan Indonesia, akuakultur memiliki pertumbuhan produksi jauh lebih tinggi dibandingkan perikanan tangkap. Kontribusinya terhadap produksi nasional terus meningkat dari 18,05% pada 1999 menjadi 20,56% pada 2002. Sebaliknya sumbangan perikanan tangkap menurun dari 81,95% pada 1999 menjadi sekitar 79,44% pada 2002. Bahkan 2013-2014 kontribusi akuakultur mencapai 70,1 – 70,4%. Demikian halnya dari 6,01 juta pelaku produksi, 56% (3,34 juta) sebagai pembudidaya ikan dengan laju pertumbuhan 14,8%/tahun sedangkan nelayan 11,4%/tahun. Lebih diberdayakan. Permintaan dalam negeri maupun dunia terhadap produk perikanan terus meningkat seiring bertambahnya penduduk serta meningkatnya kesadaran manusia akan manfaat ikan yang menyehatkan dan mencerdaskan. Sedangkan kemampuan produksi dari kegiatan perikanan tangkap pada tataran global maksimum sekitar 90 juta ton/tahun dan nasional 9 juta ton/tahun, itupun kuantitas tangkapannya cenderung mengalami penurunan (leveling off). Indonesia memiliki sekitar 24 juta hektar wilayah perairan laut dangkal untuk budi daya laut, dengan potensi produksi lestari sekitar 60 juta ton per tahun serta nilai ekonomi sekitar 120 miliar dolar AS. Terdapat tiga juta hektar lahan pesisir untuk budi daya Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

tambak dengan potensi produksi 30 juta ton/tahun dan nilai ekonomi 60 miliar dolar AS. Sekitar 30 persen atau 60 juta hektar dari total luas lahan daratan (190 juta hektar) berupa ekosistem perairan tawar, seperti sungai, danau, bendungan, dan rawa. Dari 60 juta hektar perairan tersebut, 3 juta hektar untuk akuakultur, dengan potensi produksi 15 juta ton per tahun dan nilai ekonominya 22,5 miliar dolar AS. Belum lagi potensi kolam air tawar, sawah (mina-padi), saluran irigasi (keramba tancap). Dengan demikian, potensi total produksi akuakultur lebih dari 105 juta ton per tahun dan total ekonomi lebih dari 202,5 miliar dolar AS. Angka ini hampir sama dengan APBN 2016. Kalau setiap hektar usaha memerlukan satu orang tenaga kerja, total lapangan kerja yang bisa disediakan sekitar 30 juta orang. Belum termasuk potensi organisma air lain yang selama ini kurang tersentuh. Ada terkesan pemahaman bahwa akuakultur seringkali terbatas hanya pada organisma makroflora dan fauna (ikan, udang, kerang-kerangan dan rumput laut) yang dikatagorikan sebagai tangible resources - dipanen langsung dikomersialkan, sedang sumberdaya hayati yang intangible (mikroflora dan fauna) dengan kandungan senyawa metabolit primer dan sekunder serta untuk bioenergi relatif masih belum terjamah. Singkat kata akuakultur kedepan seharusnya lebih digali serta diberdayakan melalui perubahan dan pembenahan. Sehingga akan menjadi penyelamat sekaligus andalan perekonomian dan meningkatkan efek domino yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja serta mereduksi kemiskinan. l *Penulis adalah Pengurus Masyarakat Akuakultur Indonesia/Pengurus DPD HNSI Jawa Barat.

43


Budhy Heryanto

Belajar dari Filosofi Padi Tokoh

Seperti filosofi padi “semakin berisi, semakin merunduk” itulah yang coba diteladani Budhy Heryanto yang kini menjabat sebagai Business Development Manager di PT. Maxima Arta Prima.

P

enikmat sate maranggi ini mengaku menghabiskan masa kecilnya di sebuah kota kecil di Tanah Sunda, tepatnya di kabupaten Cianjur. “Waktu sekolah saya ini alim dan pendiam loh, hahaha.” Candanya disela-sela wawancara. Ada kejadian lucu di masa kecilnya yang hingga kini masih Budhy ingat, “waktu saya duduk di bangku SMP, saat itu saya dan teman-teman sedang santai bersama di bawah pohon sengon, ada ulat jatuh ke pundak salah satu teman yang duduk di sebelah kanan saya, dengan spontan seketika itu saya dan teman-teman lainnya kabur untuk menjauhi ulat, tapi karena panik kami semua malah jatuh bertumbukan hehehe” kenangnya dengan tatapan sayu. Budhy yang ternyata seorang familly man ini berujar jika waktu luangnya banyak dihabiskan bersama keluarga “biasanya jika ada waktu luang, akan saya manfaatkan untuk bersenda gurau bersama keluarga, atau membawa anak-anak berkunjung ke rumah kakekneneknya.” Ujar lelaki yang ternyata hobi memelihara ikan. Justru lewat hobinya inilah, serta rasa keingintahuanya yang sangat besar terhadap perikanan membuatnya bekerja di PT. Surya Hidup Satwa dan kini PT. Maxima Arta Prima, bidang usaha perikanan, “hanya pada tahun 2004 – 2005 saja saya bekerja sesuai dengan background pendidikan, mengenai karir saya saat ini semuanya saya pelajari secara otodidak hehe,” kelakarnya. Sebagai seorang Ayah Budhy merasa sangat bahagia, saat berada di momen ketika melihat anak-anaknya berhasil mempelajari sesuatu dan dapat melakukannya kembali tanpa 44

Budhy bersama Maxima tim

bantuan dari orang tua. “Learning by doing, memberikan pembelajaran berdasarkan apa yang kita lihat, lakukan dan dengarkan.” Kedekatan dengan keluarga inilah yang ingin dirinya tularkan kepada dua buah hatinya Anthony Vincentius (12 tahun) dan Raffael Malvino (5 tahun), Budhy ingin mengajarkan kepada kedua anaknya untuk selalu menghormati orang tua “Orang tua saya adalah sosok yang saya sayangi dan hormati. Kami dididik untuk mandiri sedari kecil sehingga pada saat kami dewasa, kami dapat melakukan segala sesuatu dengan sendiri.” Ayahnya juga pernah berpesan kepada dirinya, untuk selalu tetap rendah hati, “Jangan pernah sombong,

kamu bisa seperti apa kamu saat ini bukan karena hasil jerih payah sendiri, melainkan banyak pihak yang turut membantu kamu dengan sengaja maupun tidak sengaja. Belajarlah dari ilmu padi, saat kamu sudah berada di atas jangan pernah melupakan mereka yang berada di bawah.” Tutur Budhy yang mencoba menirukan pesan sang Ayah dengan penuh makna. Ayah adalah sosok yang paling dirinya kagumi. Tanpa mengenal rasa lelah, terus mencari nafkah dan mendidik anak-anak serta cucucucunya. Memberikan rasa nyaman walau kadang memberikan rasa takut apabila melakukan sebuah kesalahan. Ayah selalu mengajarkan hal-hal yang baik dan berguna bagi kami untuk

Budhy bersama anak Istrinya ketika liburan.

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

hidup bermasyarakat. “Karena menurut saya kesuksesan adalah bahagia, yakni bahagia dapat melihat orang tua happy. Bahagia pada saat anak-anak meraih prestasi pendidikan, dan bahagia pada saat anak-anak berhasil mempelajari sesuatu.” Salah satu hal yang coba dirinya lakukan untuk membahagiakan keluarganya, Budhy ingin mempersiapkan hunian untuk keluarga kecilnya dalam waktu dekat. “Nilai yang Ayah saya ajarkan akan selalu saya lakukan, dimana pun kita berada, kita harus tetap rendah hati, jujur dan percaya diri, Ayah mengajarkan saya untuk Keep Tough menghadapi semua permasalahan,” ungkap pengagum dari penulis Andrie Wongso ini. l

Nama Lengkap : Budhy Heryanto Jabatan dan Instansi : Business Development Manager Alamat : PT. Maxima Arta Prima Galeri Niaga Mediterani II Blok N8 B Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara 14460 Pendidikan Sekolah SD : 1986 – 1992 SD Mardi Yuana Cianjur SMP : 1992 – 1995 SMP Mardi Yuana Cianjur SMA : 1995 – 1998 SMU Negeri 1 Cianjur (IPA) Perguruan Tinggi : 1998 – 2004 Universitas Pakuan Bogor (TeknikElektro sub B-Telekomunikasi) 45


Organisasi

Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia Tulungagung Awal terbentuknya APCITA (Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia Tulungagung) karena adanya keresahan dari para pembudidaya ikan khususnya Catfish terkait masalah pakan yang semakin mahal dan pasar yang tidak stabil. Akhirnya beberapa pembudidaya membentuk sebuah kekuatan yang mengorganisasi pembudidaya ikan untuk mengatasi kersahan-keresahan tersebut hingga sekarang.

K

emudian pada 20 Mei 2013, dengan beranggotakan pembudidaya ikan dan pensiunan pegawai terbentuklah APCITA. Semenjak terbentuk APCITA mulai banyak melakukan kegiatan agar dikenal oleh masayarakat. Salah satunya dengan menggelar kegiatan yang rutin di lakukan setiap bulannya yaitu pertemuan bulanan membahas bagaimana kemajuan usaha perikanan saat ini. Selain itu kegiatan ini juga dimanfaatkan sebagai ajang untuk membuka jaringan kepada pengusaha catfish lainnya. APCITA juga berupaya untuk me­ lakukan inovasi dengan meningkatkan teknologi budidaya sesuai perkembangan sistem budidaya yang terbaru serta mengembangkan pembuatan pakan mandiri. Namun hingga saat ini masih ada masalah yang masih sulit diatasi APCITA yaitu terkait limbah yang dapat mencemari lingkungan, mengenai hal ini tentu perlu adanya penanganan khusus terkait masalah tersebut. Untuk saat ini mulai bekerjasama dengan dinas-dinas terkait masalah limbah tersebut. APCITA yang kini diketuai oleh H. Mashudi juga telah bekerjasama dengan Balai Besar Air Tawar Sukamandi terkait benih unggul ikan patin untuk dikembangkan oleh para pembudidaya di Tulungagung. Serta mengembangkan teknik budidaya dengan memanfaatkan probiotik sehingga tanpa obat kimia. l

46

Foto anggota APCITA bersama Bupati Tulungagung

Dewan Pengurus Pengurus Asosiasi Pengusaha Catfish Ndonesia Tulungagung (APCITA) Dewan Pembina Dewan Pengarah Ketua I Wakil Ketua Bidang Organisasi Wakil Ketua Bidang Kerjasama dan Promosi Wakil Ketua Bidang Pengembangan Usaha Wakil Ketua Bidang Teknologi Wakil Ketua Bidang SDM Sekretaris Bendahara

: Bupati Tulungagung : Kepala Dinas Kelautan Perikanan : H. Mashudi : Mu’arif : Jumani : Rohmat : Sutaji : Turmudi : Supangat : H. Muh. Suhaili

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur


Berita Sekilas

6 Ikan ini Aman Untuk dikonsumsi

The Alltech Ideas Conference (ONE17)

M

K

enyoroti 6 ikan yang berbahaya untuk dikonsumsi di Amerika Serikat dan Eropa, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menegaskan keenam jenis ikan itu aman jika berasal dari Indonesia. “Secara umum, ikan-ikan di Indonesia aman untuk dikonsumsi masyarakat dan baik untuk kesehatan manusia,” kata Plh Kepala Biro Kerja Sama dan Humas Kementerian Kelautan dan Perikanan Fivien Ocktaviani dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (6/6/2017). Berikut ikan yang aman di konsumsi di Indonesia : 1. Ikan lele yang ada di Indonesia merupakan ikan hasil budidaya yang baik. Indonesia tidak melakukan kegiatan importasi lele, justru ikan-ikan lele dari Indonesia diekspor hingga ke pasar Uni Eropa. 2. Makerel secara umum memang mengandung merkuri (Hg) sebagai dampak dari proses rantai makanan. Menurut ambang batas yang aman dikonsumsi adalah 1 ppm, sedangkan kadar merkuri ikan makerel di Indonesia di bawah 0,5 ppm. Jadi ikan makerel di Indonesia aman untuk dikonsumsi. 3. Tuna secara umum memang mengandung merkuri (Hg) sebagai dampak dari proses rantai makanan. Menurut ambang batas yang aman dikonsumsi adalah 1 ppm, sedangkan kadar merkuri ikan tuna di Indonesia di bawah 0,5 ppm. Jadi ikan tuna di Indonesia aman untuk dikonsumsi.

4. Nila di Indonesia berasal dari produksi budi daya yang baik. Ikan secara umum memiliki kandungan allergen terkait protein yang dikandungnya. Ikan nila hasil budi daya di Indonesia baik untuk dikonsumsi. 5. Dolar Secara alami, ikan dolar atau oilfish mengandung zat the wax esters (gempylotoxin) pada dagingnya. Ikan dolar atau oilfish atau di Indonesia dikenal dengan ikan gindara aman dikonsumsi jika asupannya tidak lebih 170 gram per hari. 6. Belut di Amerika Serikat dan Eropa kemungkinan besar hidup dan tumbuh di daerah tercemar, sehingga berpotensi mengandung zat berbahaya dan merkuri. Sementara belut yang ada di Indonesia hidup di perairan yang baik sehingga aman dikonsumsi. l (liputan 6.com)

Segenap Direksi dan Staf Mengucapkan

Selamat Hari Raya

Kulit Ikan Nila Ampuh Obati Luka Bakar

U

mumnya langkah medis untuk mengobati luka bakar adalah dengan menggunakan kulit babi yang dibekukan atau jaringan kulit manusia. Properti tersebut diletakkan pada luka bakar untuk menjaga kelembapan dan memungkinan transfer kolagen, protein yang membantu penyembuhan. Namun, rumah sakit umum di Brasil tak cukup memiliki persediaan jaringan kulit babi atau pun manusia. Sebagai gantinya mereka menggunakan verban kain kasa yang perlu diganti secara rutin dan kerap menyakitkan bagi pasien. Kabar baiknya, Brasil berlimpah ikan nila, yang dikenal sebagai ikan nila di Indonesia. Ikan tersebut mudah ditemukan di sungai serta peternakan

48

Dr. Pearse Lyons, pendiri dan presiden Alltech, memberikan Penghargaan Alltech Humanitarian kepada Peter Diamandis, pendiri Yayasan XPRIZE dan salah satu pendiri Singularity University, pada ONE17. Penghargaan ini diberikan setiap tahunnya kepada seseorang dengan karakter yang kuat yang menggunakan pencapaian-pencapaian mereka untuk memberikan pengaruh dan inspirasi positif kepada orang lain.

onferensi The Alltech Ideas Conference (ONE17), menghadirkan 70 pembicara, termasuk para pakar yang cemerlang di kancah internasional di bidang pendidikan, pertanian, teknologi, dan bisnis, menyoroti teknologiteknologi yang memiliki potensi merevolusi pertanian dan memungkinkan terjadinya lompatan besar berikutnya di bidang produktivitas. Di semua sektor pertanian, teknologi dan aplikasi digital bermunculan dan merubah sistem produksi dan rantai pasokan, secara radikal menciptakan berbagai model bisnis dan memungkinkan para petani dan sektor agribisnis untuk bekerja dengan tingkat presisi dan pandangan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. “Teknologi akan berubah melampaui keyakinan kita,” ujar Dr. Pearse Lyons, pendiri dan presiden Alltech. “Hal-hal berubah begitu cepat, dan perusahaan-perusahaan harus mulai berpikir seperti startups: maju dan tumbuh cepat.” Seementara itu Peter Diamandis, pendiri dari Yayasan XPRIZE dari Singularity University, berbicara kepada para peserta mengenai inovasi yang menerima Penghargaan Alltech Humanitarian, yang diberikan setiap tahunnya kepada seseorang dengan karakter yang kuat yang menggunakan pencapaian-pencapaian mereka untuk memberikan pengaruh dan inspirasi positif kepada orang lain. l

ikan. Para peneliti di Federal University of Ceara di Brasil selatan menemukan bahwa kulit ikan nila memiliki kadar kelembapan, kolagen serta resisten terhadap penyakit yang lebih tinggi dibandingkan kulit manusia. Ini artinya kulit ikan tilapia bisa membantu proses penyembuhan. “Penggunaan kulit ikan Nila pada luka bakar (di Brasil) belum pernah dilakukan sebelumnya,” ujar

Odorico de Morais, profesor di Ceara University, dikutip dari laman Fox News, Jumat (26/5/2017). “Kulit ikan ini biasanya dibuang, jadi kami mencoba menggunakannya untuk sesuatu yang memberi manfaat sosial,” lanjutnya. Menurut para peneliti, kulit ikan Nila terbukti bisa mempercepat penyembuhan hingga beberapa hari dan mengurangi sakit saat pengobatan. Kulit ikan ini juga telah diujicobakan pada setidaknya 56 pasien dengan luka bakar tingkat dua dan tiga. Caranya dengan diaplikasikan langsung pada area luka bakar dan ditutup dengan verban, tanpa perlu tambahan krim lainnya. Setelah 10 hari, dokter melepas verban dan kulit ikan nila pun mengering dan luka bakar pun sembuh. l (Liputan6.com)

Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur

Idul Fitri 1438 H

Mohon Maaf Lahir & Batin

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017

49


Pendatang Baru

yang (Belum Tentu) Mengganggu Kesuksesan pada dasarnya adalah kesempatan (momentum) yang bertemu kesiapan. Inspirasi

Bambang Suharno

T

ahun lalu pemilik Tokopedia William Tanuwijaya diundang sebagai pembicara di sebuah seminar dan pelatihan UKM yang diselenggarakan oleh sebuah Kementerian. Untuk diketahui Tokopedia adalah salah satu situs belanja yang berkembang pesat dan mendapat suntikan modal senilai lebih dari 3 triliun rupiah. Situs ini membantu UKM dalam menjual berbagai produk di dalam maupun luar negeri. Ketika panitia menunggu kehadiran William, datanglah seorang anak muda berpakaian santai menanyakan lokasi ruangan seminar, sambil memperkenalkan bahwa ia dari Tokopedia. Seorang panitia langsung bertanya “ Apakah Pak William nanti jadi datang sendiri ke acara ini?” Sambil tersenyum anak muda ini menjawab ,” saya William bu”. Sontak panitia kaget dan segera minta maaf. Ia tak membayangkan sama sekali bahwa perusahaan sebesar Tokopedia yang berkembang begitu pesat dimiliki pemuda berusia sekitar 30 tahun. Di era digital ini , terjadi fenomena menarik. Anak-anak muda dengan inovasi baru berhasil mengubah banyak hal di dunia bisnis. Sebagian bahkan mampu membuat perusahaan papan atas tak mampu melawannya. Nokia yang dulunya adalah raja handphone tiba-tiba tak mampu bersaing dengan pendatang baru bernama Blakckberry. Selanjutnya dalam waktu yang tidak lama, Blackberry ditenggelamkan teknologi android. Jejaring sosial Friendster sangat populer di awal tahun 2000an, tergusur oleh Facebook yang semula hanya berupa jaringan internal data Mahasiswa di Havard University. Selanjutnya muncul twitter , instagram, path whatsapps dan berbagai medsos lainnya Munculnya sistem taksi online seperti Uber dan Grab, mampu mengguncang taksi konvensional. Terjadi perang antar sistem konvensional dan online hingga menimbulkan gejolak di beberapa negara. Perusahaan papan atas bisa diganggu oleh pendatang baru yang sama sekali tidak diperhitungkan dan pada umumnya diciptakan oleh anak-anak muda. Bukan hanya satu dua perusahaan, melainkan juga bisa terjadi per sektor bisnis, sebagai mana kasus bisnis angkutan konvensional, bisnis tour & travel, perhotelan dan beberapa sektor lainnya bisa diguncang oleh sistem baru yang lebih memberi kenyamanan bagi konsumen. Ini adalah fenomena munculnya inovasi disruptif (disruptive), kata Clayton M Christensen. Sebagaimana 50

dikutip oleh pakar ekonomi dari UI Berly Martawardaya , Christensen mengatakan, sebuah inovasi disruptif dalam bisnis merupakan inovasi yang menciptakan sebuah tren baru dan jejaring industri baru, yang akhirnya mengganggu pasar dan nilai yang telah ada. Dalam bahasa sederhana Disruption artinya pengganggu atau bisa juga hama. Istilah ini sudah diperkenalkan sejak tahun 1997, namun baru populer belakangan ini ketika banyak perusahaan mapan tiba-tiba diganggu perusahaan “kemarin sore”. Diskusi tentang bagaimana menghadapi disrupsi menjadi menarik untuk disimak. Dari berbagai forum dan tulisan, saya melihat bahwa disrupsi bagi sektor tertentu belum tentu menjadi penggangu bagi sektor lain. Angkutan online mengganggu angkutan konvensional. Namun bagi beberapa pihak, ini adalah peluang baru untuk membangun jasa angkutan yang lebih baik tanpa modal besar. Begitupun munculkan situs belanja online seperti Tokopedia, membuat banyak pelaku UKM menangkap peluang baru untuk membangun jaringan pemasaran lebih luas secara gratis. Ini artinya, datangnya perubahan tidak perlu dimusuhi. Lyra Puspa, seorang ahli neurosains mengatakan, Tuhan menganugerahi otak kita mudah beradaptasi terhadap perubahan (plastis). Kemampuan neuroplastisitas akhirakhir ini semakin banyak terbukti sebagai modal besar para pelaku bisnis untuk terampil menghadapi disrupsi. Ia mengatakan, kesuksesan pada dasarnya adalah kesempatan (momentum) yang bertemu kesiapan. Disrupsi adalah sebuah momentum. Kita hanya akan mampu menangkap peluang dari momentum manakala kita melatih kesiapan kita. Maka begitu kita membuka diri terhadap berbagai bentuk perubahan, kita sesungguhnya sedang melatih otak agar tidak terlalu mudah meneriakkan sinyal bahaya. Sementara itu motivator Arvan Pradiansyah mengatakan, perubahan yang sangat cepat bukanlah pertanda untuk membuat kita terburu-buru. Justru sebaliknya kita dituntut lebih sabar menghadapi semuanya. Sabar yang dimaksud adalah menikmati semua proses dengan baik. Dengan sikap sabar, maka hidup dipenuhi rasa syukur dan bahagia, dan selanjutnya akan lebih mudah menghadapi perubahan. Perubahan begitu cepat, peluang menjadi lebih banyak, namun sabar dengan berfokus diri pada bidang tertentu sembari menggali perkembangan teknologi baru justru akan lebih bermanfaat dibanding melompat dari peluang satu ke peluang lainnya. l Edisi No. 29/Tahun III/15 Juni 2017 | Majalah Info Akuakultur


Kualitas prima Ramah lingkungan Pertumbuhan cepat Hasil panen optimal

PT WIRIFA SAKTI Ngoro Industri Persada (NIP) Blok T3 Jl. Raya Ngoro, Mojokerto, Jawa Timur Contact : Area Barat : 082 179 999 790 Area Tengah : 081 331 434 350 Area Timur : 082 131 299 975


Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.