Majalah Info Akuakultur Mei 2018

Page 1

Inf

Akuakultur Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

ISSN : 2477-1147

Harga Rp. 20.000

M a j a l a h P e r i k a n a n B u d i d a y a www.infoakuakultur.com

Peluang Mujur di

foto: Andi Jayaprawira Sunadim (PT Gani arta Dwitunggal)

Marikultur




Inf

Akuakultur

Jalin Sinergitas dalam Perudangan

M a j a l a h P e r i k a n a n B u d i d a y a

Pemimpin Umum/ Pemimpin Redaksi: Bambang Suharno

Dari Redaksi

Redaksi : Resti Setiawati Vira Elyansyah Yonathan Rahardjo Rochim Armando Koordinator Liputan : Aditya Permadi Kontributor : Dasep Hasbullah Cocon Rochim Armando Artistik/Produksi : Eko Indriyanto Pemasaran : Resti Setiawati Rizky Yunandi Alamat Redaksi : Grand Pasar Minggu Jl Raya Rawa Bambu No 88A Pasar Minggu, Jakarta Selatan Telepon: 021. 782 9689

Resti Setiawati (Ke-3 dari Kiri) saat foto bersama Joko Sasongko (tengah) dan tim PT Norwy Aqua Farm

P

ada 4 Mei 2018 ini, tim redaksi Majalah Info Akuakultur yang diwakili oleh Resti Setiawati berkesempatan mengunjungi PT Norwy Aqua Farm yang berada di Jalan Taman Kemang 20 –Jakarta. PT Norwy Aqua Farm adalah perusahaan yang bergerak di budidaya udang, berdiri secara badan hukum pada November 2014. Cikal bakal adanya perusaan ini, untuk kegiatan budidaya mulai Tahun 2005. Perusahaan ini memiliki lokasi tambak di Situbondo dan Ujung Genteng – Sukabumi. Kami melanjutkan bertemu dengan Director PT Norwy Aqua Farm Joko Sasongko beserta tim. Kali ini tujuan kami berdiskusi mengenai perkembangan terkini pada budidaya udang, selain itu tentunya sebagai ajang silaturahmi sekaligus menjaga hubungan baik dengan PT Norwy Aqua Farm. Terkait produksi budidaya udang vaname dari PT Norwy Aqua Farm, jumlah kolamnya di Situbondo ada 23 kolam, dan di Ujung Genteng 68 kolam. Untuk produksi per tahunnya, tahun 2017 sudah memproduksi sekitar 400 ton dalam setahun. Jumlah pegawai di kantor 12 orang untuk di lapangan di sukabumi 80 orang, di situbondo sekitar 40 orang, pemasaran selama ini ke cold storage dan Suplayer lokal. Pada edisi kali ini Majalah Info Akuakultur menyajikan artikel menarik dan bermanfaat diantaranya mengenai budidaya marikultur Indonesia yang sedang lesu, selain itu ada informasi bermanfaat tentang formulasi pakan ikan, manfaat autofeeder, tindak lanjut paska kesiapsiagaan darurat penyakit ikan, dan masih banyak lagi artikel menarik lainnya. Selamat Membaca! l

4

Redaksi email : redaksi.infoakuakultur@gmail.com Hp 0812 9557 5575 Pemasaran email: pemasaran.infoakuakultur@gmail.com Hp 0896 5473 3750

Redaksi menerima artikel ilmiah populer dan artikel opini dari luar berikut foto dan ilustrasinya. Redaksi berhak menyunting naskah tanpa mengubah isi. Naskah yang dimuat akan mendapat imbalan. www.infoakuakultur.com facebook.com/infoakuakultur @infoakuakultur

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Inf

Akuakultur M a j a l a h P e r i k a n a n B u d i d a y a

30

16 Dari Redaksi

Jalin Sinergitas dalam Perudangan............................................4

Editorial

Membangun Industrialisasi Kerakyatan..............................................6

Surat Pembaca...................................... 7 Laporan Utama

- Marikultur Tampak Lesu, Mengapa?..........................................8 - Mencari Celah di Balik Peluang Besar Marikultur.......... 12

12

Budidaya

- Budidaya Bawal Bintang di KJA................................................ 30 - Petambak Pinrang Terapkan Akuakultur Berbasis Ekosistem........................................ 33 - Pendederan Kakap Putih Semakin Produktif dengan Padat Tebar Tinggi........................ 34

36 Ekonomi & Bisnis

Lirik Potensi Kakap Putih................ 36

Inf

Akuakultur Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

ISSN : 2477-1147

Harga Rp. 20.000

M a j a l a h P e r i k a n a n B u d i d a y a www.infoakuakultur.com

Peluang Mujur di

Marikultur

Liputan Khusus - -

Panen Kerapu Bantuan KKP di Kepulauan Seribu.................... 16 DIGIFISH 2018 Jembatan Industri Perikanan dengan Inovasi Digital............... 18

Peralatan FOTO: ANDI JAYAPRAWIRA SUNADIM (PT GANI ARTA DWITUNGGAL)

Pemberian Pakan Jadi Lebih Mudah....................................... 20

Pakan

Manajemen Pakan Pada Nener.... 22

Cover : Desain: Eko Indriyanto foto: Andi Jayaprawira Sunadim (PT Gani arta Dwitunggal)

Kesehatan Ikan & Lingkungan

Tindak Lanjut Paska-Kesiapsiagaan Darurat........ 26

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

Tokoh

Joko Sasongko Keluarga Harta yang Tak Ternilai ..... 38

Organisasi

Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI).................. 40

Berita..........................................................41 Berita Sekilas.........................................44 Kolom

Menguak Potensi Marikultur Nasional................................................ 46

Inspirasi

Menghadapi Resesi.......................... 50 5


S

Membangun Industrialisasi Kerakyatan

Editorial

elasa (24/4), Presiden Jokowi melakukan penebaran benih kakap putih sekaligus meresmikan Keramba Jaring Apung (KJA) Offshore pertama di Pangandaran. Di satu unit KJA Offshore besutan Norwegia itu, rencananya akan ditebar benih kakap putih sebanyak 1.200.000 ekor secara bertahap. Sesuai rencana, setiap bulan akan ditebar 150.000 ekor benih per lubang. Dengan pola tebar gilir tersebut, 1 unit KJA berlubang delapan itu akan selesai dalam delapan bulan. Ditambah empat bulan masa pendederan, total jenderal waktu yang diperlukan untuk program budidaya kakap putih di KJA Offshore ini genap satu tahun. Hasil panen yang ditargetkan antara 96—102 ton per lubang. Jika berjalan lancar, setiap unit KJA akan menghasilkan rata-rata 100 ton per bulan atau 800 ton kakap putih per tahun dari 1 unit KJA. Sementara itu, ada 2 titik lokasi KJA serupa yang terdapat di Karimun Jawa dan Sabang. Dengan begitu, dari program KJA Offshore ini saja, marikultur Indonesia akan menyumbangkan angka produksi kakap putih sebanyak 300 ton per bulan atau 3.600 ton per tahun. Bukan tanpa aral, proyek percontohan dari KKP ini dibayang-bayangi kekhawatiran dari kalangan luar instansi pemerintah. Tak mengherankan jika dalam Konferensi Pers yang diselenggarakan di Gedung Mina Bahari IV, Jakarta Pusat, Dirjen DJPB-KKP Slamet Soebjakto perlu meluruskan beberapa isu yang beredar terkait proyek KJA Offshore ini. Tentang benih, pihak KKP memberikan jawaban atas isu yang beredar bahwa benih yang digunakan adalah benih bermutu jelek. Menurut Slamet, KKP telah lama melakukan selective breeding. Hal ini dilakukan dengan mendatangkan induk-induk kakap putih unggul dari Australia. Induk-induk itu pun telah disebar ke berbagai panti benih di Batam, Lampung, Lombok, dan Situbondo. Berkaca dari sistem budidaya marikultur Norwegia, program vaksinasi juga dijalankan terhadap benih-benih kakap putih produksi KKP. Dari sisi pengadaan KJA, KKP menjamin bahwa pelelangan telah dilakukan secara terbuka. Adapun alasan KKP lebih memilih KJA asal Norwegia ketimbang produksi dalam begeri tak lepas dari beberapa pertimbangan. Secara standar, KKP memilih produksi Norwegia karena industri marikultur di negara tersebut terbukti nomor satu di dunia. Bahkan FAO pun merekomendasikan Norwegian Standard sebagai standar dunia KJA Offshore. Kanada, Thailand, dan Vietnam merupakan beberapa negara yang menggunakan standar Norwegia. Pertimbangan lain, terkait dengan adanya transfer ilmu dan teknologi marikultur, KJA Offshore Norwegia menggunakan teknologi tinggi (high tech) berskala

6

industri. Di sana ada feeding and monitoring system. Dari monitor, operator KJA bisa memantau pergerakan, performa kesehatan, dan antusiasme ikan dalam makan. Dari automatic feeder-nya bisa diatur volume pakan yang diberikan, waktu pemberian pakan, atau pun lama penyemprotan pakan. Semua sudah tersistem. Dari sisi industrialisasi budidaya laut atau marikultur, pihak KKP memandang bahwa pembangunan KJA Offshore ini merupakan langkah untuk mendorong timbulnya industri marikultur. Dengan adanya transfer ilmu dan teknologi, DJPB berharap para produsen KJA dalam negeri terpacu untuk mencontoh standar internasional yang diakui. Diakui pihak DJPB, langkah ini juga bukan untuk menyaingi pengusaha KJA yang telah ada, melainkan memberikan contoh usaha marikultur yang berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat banyak. KJA Offshore yang masuk dalam skala industri ini membuka lapangan kerja dengan serapan sekitar 200 orang lebih, yang beroperasi di segmen pendederan. Banyak masyarakat yang akan terlibat sehingga usaha—diharapkan—bisa berjalan relatif aman dan risiko akibat pencurian pun bisa diminimalkan. Hal ini disebabkan masyarakat ikut menjaga dan mengamankan usaha. Langkah mulia pemerintah ini perlu mendapat apresiasi dari khalayak pembudidaya, khususnya praktisi marikultur. Tentunya, industrialisasi berbasis kerakyatan ini—karena melibatkan masyarakat banyak—juga hendaknya tidak melupakan tatanan industri menengah dan kecil yang sudah terbangun. Selain transfer ilmu dan teknologi, tak kalah penting adalah masalah regulasi. Sebagaimana keinginan para pembudidaya, kebijakan dalam mengatasi sebuah masalah hendaknya tidak membuat masalah yang baru. Satu lubang ditutup, muncul lubang yang lainnya. Contoh paling nyata adalah turunnya produksi kerapu akhir-akhir ini yang disinyalir akibat berlakunya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 32 Tahun 2016. Pembudidaya mengeluhkan harga yang turun dan ketidakpastian pasar. Pasar ekspor terbatasi, sedangkan pasar domestik belum terbangun. Akibatnya, beberapa sentra budidaya berhenti beroperasi. Industrialisasi kerakyatan adalah impian. Inilah industri yang tidak hanya mengutamakan kepentingan pemodal, tetapi juga kepentingan masyarakat banyak. Dengan industrialisasi kerakyatan, kebangkitan marikultur tidak lagi sekadar wacana dan impian. Dengan industrialisasi kerakyatan, kesejahteraan masyarakat banyak bisa diwujudkan. l (Rochim) Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Bagaimana mengatasi serangan aeromonas hydrophila pada ikan lele? (Amanda-Cikarang)

Trichodina sp. Jenis mikroorga­ nisme yang menjadi parasit pada ikan air tawar maupun ikan air laut. Parasit ini biasanya menyerang bagian luar seperti kulit, sirip dan insang. Tandanya terlihat luka pada organorgani yang diserang. Bisa dicegah dengan menjaga sanitasi kolam dan memasang filter air atau bak pengendapan pada instalasi pengairan kolam. Pengobatan bisa dilakukan dengan merendam ikan yang sakit dalam larutan garam (NaCl) sebanyak 500-1000 mg/liter selama 24 jam. Atau dengan larutan formalin sebanyak 25 mg/liter.

Serangan Aeromonas hydrophila pada ikan lele bisa ditanggulangi dengan daun sirih sebanyak 3gr/60. ml, daun sirih juga berfungsi sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit bakteri, parasit (8,3ppt) dan anti jamur dengan Dosis : 2 gr/60 ml air. rebus daun sirih dengan air,setelah dingin rendam ikan yangg terkena penyakit.

Adakah tanda-tanda khusus pada kerapu yang terkena serangan monogenia? (Raden-Cikumpa)

Gejala yang ditimbulkan oleh serangan Monogenia, antara lain kehilangan nafsu makan, gerak renang lambat. Serangan trematoda insang ditunjukkan dengan gejala berupa : nafsu makan berkurang, tubuh dan insang pucat, produksi lendir tinggi serta berenang di permukaan air dengan megap-megap dan tutup insang terbuka.

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

Bagaimana pemeliharaan larva pada ikan kakap putih? Untuk pemeliharaan larva pada ikan kakap putih dapat dilakukan dengan ukuran 6-10 m3 bulat maupun persegi dengan material beton maupun fiberglas. Larva ditebar setelah menetas dengan sempurna (minimal 20 jam setelah pemijahan), padat tebar larva yang digunakan adalah 10-15 ekor/ liter.

7

Surat Pembaca

Bagaimana penanganan penyakit Trichodina sp pada ikan nila? (Dewi-Serang)


Laporan Utama

Sumber: BPBL Batam

Marikultur Tampak Lesu, Mengapa?

Budidaya laut dengan KJA

Dilihat dari potensi sumber daya alamnya, Indonesia memiliki peluang pengembangan produksi marikultur yang sangat besar, baik inshore mariculture (marikultur pesisir) maupun offshore mariculture (marikultur lepas pantai).

S

ebagai negara kepulauan tropika dengan luas laut 5,8 juta km2 atau 75% dari luas wilayah, panjang garis pantai 95.181 km atau terpanjang keempat di dunia, 13 466 pulau, dan suhu yang relatif konstan dan hangat, Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai produsen utama marikultur dunia. Peneliti Senior Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan LPPMIPB Irzal Effendi mengatakan, peluang tersebut harus diimbangi dengan pengembangan pasar, regulasi, prasarana produksi, sarana produksi (benih, pakan, obat-obatan, energi dan sebagainya), sumber daya manusia (SDM), kelembagaan dan infrastruktur wilayah yang memadai. “Perlu kajian khusus tentang data yang terkait dengan marikultur dan akuakultur umumnya,� jelas Irzal. Dewasa ini, tambah Irzal, terjadi 8

perbedaan data marikultur yang begitu mencolok antara Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan pelaku usaha marikultur, baik yang berhimpun dalam asosiasi maupun perorangan. Data marikultur yang dimaksud mencakup volume dan nilai produksi dan ekspor. Kajian ilmiah tentang data ini bisa dilakukan oleh lembaga independen yang kompeten seperti perguruan tinggi. Berdasarkan informasi dari pelaku usaha marikultur, terutama untuk komoditas finfish seperti ikan kerapu dan kakap putih, memang telah terjadi penurunan produksi. Indikasi dari penurunan tersebut bisa dilihat dari jumlah aktivitas kapal pengangkut ikan hidup untuk diekspor, jumlah karamba yang mangkrak (idle), jumlah perusahaan marikultur dan pembudidaya

perorang­an yang masih beroperasi, volume produksi yang dipasarkan di dalam negeri, jumlah benih ikan yang dijual kepada pembudidaya dalam negeri, baik perusahaan maupun perorangan, dan sebagainya. Dari data hasil kajian tersebut perlu untuk menyusun perencanaan perbaikan, pengembangan dan pengambilan keputusan. Sebagai negara dengan potensi marikultur yang sangat besar perlu perencanaan pengembangan yang jitu guna memenangkan persaingan pasar ekspor dengan negara kompetitor. Sehingga potensi berkorelasi de­ngan kinerja (performance), menggarap pasar dalam negeri, mengembangkan agribisnis dan menjadikan marikultur sebagai tulang punggung perekonomian bangsa, untuk itu perlu data yang akurat dan sahih. Pemicu penurunan Menurut Irzal, penurunan produksi seperti yang dikemukakan oleh beberapa pelaku usaha marikultur disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal antara lain: 1) regulasi yang menghambat (restrictive regulation), termasuk perizinan dan belum mantapnya rencana tata ruang laut, 2) pasar pada beberapa tujuan ekspor produk marikultur mengalami pelemahan, 3) penurunan mutu lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran terutama di kawasan marikultur pesisir akibat belum adanya aturan tentang tata ruang dan penegakan hukum, 4) wabah penyakit dari kawasan lain akibat sifat marikultur yang umumnya waterbased aquaculture yakni wadah produksi berada dalam badan perairan yang common property dan open acces, 5) konflik pemanfaatan ruang

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


laut akibat sifat marikultur tersebut di atas dan juga menggunakan perairan yang common property dan open acces, 6) infrastruktur wilayah seperti transportasi, energi, air bersih, komunikasi dan akomodasi yang kurang mendukung, 7) negara kompetitor seperti Vietnam danThailand yang berjarak lebih dekat ke pusat perdagangan ikan marikultur dunia dan lebih ekspansif serta totalitas, dan 8) lemahnya kemauan pelaksana pembangunan di tingkat pusat dan daerah dalam mewujudkan misi luhur Nawa Cita yang telah dicanangkan oleh Presiden. Sedangkan, faktor Izal Effendi internal antara lain: 1) masalah benih yang kerap tidak tepat waktu, jumlah, mutu dan harga yang salah satunya disebabkan oleh kurangnya manajemen induk – broodstock management, 2) kapasitas SDM dan kelembagaan dalam penguasaan teknologi dan manajemen usaha terutama dalam implementasi cara berbudidaya ikan yang baik atau CBIB yang kurang memadai sehingga menyebabkan rendahnya produktivitas dan efisiensi, 3) dukungan teknologi budidaya yang tepat guna dan spesifik lokasi yang kurang memadai dan juga disebabkan oleh faktor poin 2 di atas, 4) lemahnya daya saing usaha marikultur terkait antara lain dengan tingginya biaya produksi dan rendahnya efisiensi akibat berbagai faktor eksternal dan internal di atas, 5) ketersediaan input produksi lain selain benih seperti pakan, energi (listrik dan bahan bakar minyak), obat-obatan, peralatan budidaya dan sebagainya yang kurang memadai baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Antara faktor eksternal dengan faktor internal tersebut di atas terjadi saling terkait dan saling mempengaruhi. Salah satu faktor tersebut akan mempengaruhi faktor lainnya baik di dalam kelompok faktor (eksternal dan internal) maupun antar kelompok faktor.

Sebagai contoh, infrastruktur wilayah terutama prasarana dan sarana transportasi seperti jalan, jembatan dan pelabuhan yang buruk akan menyebabka biaya untuk input produksi, seperti biaya pakan, benih dan BBM, akan menjadi mahal.

Effendi

Infrastruktur wilayah yang buruk juga akan mempengaruhi biaya distribusi produk marikultur, sehingga harga produk menjadi mahal. Tingginya biaya produksi dan harga produk pada gilirannya akan menyebabkan daya saing usaha marikultur menjadi rendah ketika berhadapan dengan usaha marikultur yang lebih efisien. Terkait kebijakan Secara umum komoditas yang mengalami penurunan produksi adalah yang berorientasi ekspor seperti ikan kerapu, ikan kakap putih, udang lobster dan sebagainya. Hal ini terkait dengan faktor eksternal dan internal sperti telah dijelaskan di atas. Ketua Himpunan Pengusaha Ikan Laut Indonesia (HIPILINDO) Effendi menjelaskan, budidaya marikultur khususnya ikan kerapu yang sejak tahun 1994 telah berhasil dibudidayakan di Indonesia dan mempunyai pasar yang sangat baik untuk diekspor terutama ke Cina dan KKP sangat mendukung program budidaya marikultur sehingga dari Sabang sampai Merauke tumbuh pembudidaya kerapu sangat pesat ditambah adanya bantuan KJA dari KKP.

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

Saat ini, harga ikan kakap putih hasil budidaya di Batam mencapai Rp 60-70 ribu/kg, ikan bawal laut sekitar Rp 90-95/kg ribu dan ikan kerapu cantang sekitar Rp 115-125 ribu/kg di lokasi budidaya. Sebagai contoh, faktor eksternal yang menyebabkan turunnya produksi budidaya ikan kerapu adalah aspek regulasi, seperti beberapa Permen KKP yang kurang afirmatif terhadap pengembangan industri marikultur dalam negeri berupa pembatasan kapal pengangkut ikan hidup untuk tujuan pasar luar negeri (ekspor), yang menyebabkan menurunnya daya serap produksi kerapu nasional. Hal tersebut juga dikemukakan olef Effendi. Menurutnya, sejak KKP memerintahkan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) mengeluarkan surat edaran melarang kapal buyer berbendera asing masuk di Indonesia serta membatasi jumlah pelabuhan muat di Indonesia sehingga buyer dari luar merasa rugi tidak bisa menambah muatan di sentral budidaya lain yang terpencil. Sehingga, tambah Effendi, dengan sendirinya pembudidaya yang terpencil hasil budidayanya tidak mampu memenuhi kapasitas kapal, maka kapal tidak bisa masuk akibatnya pembudidaya tidak bisa menjual hasil budidayanya dan pada akhirnya pada pailit serta ikannya banyak yang mati. “Diprediksi hal tersebut bisa berdampak buruk pada 80% dari jumlah KJA yang ada di seluruh Indonesia,� ungkap Effendi. “Beberapa momen internasional dan nasional yang berlangsung di dalam negeri seperti Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang mungkin bisa mendongkrak permintaan produk marikultur lebih tinggi lagi,� ujar Irzal. Oleh karena itu, Lektor Kepala 9


Sumber: WWF Indonesia

Komoditas ikan kerapu

Departemen Budidaya Perairan FPIKIPB ini mengatakan, Indonesia perlu juga menggarap pasar dalam negeri secara sungguh-sungguh sebagai captive market yang sangat besar. Pemerintah perlu bersikap “Sikap pemerintah adalah bagaimana mengelola faktor eksternal dan internal di atas sehingga bisa kondusif untuk pengembangan marikultur Indonesia,� imbuh Irzal. Berikut ini adalah beberapa tindakan pemerintah yang perlu dilakukan: 1. Meninjau kembali beberapa regulasi yang bersifat menghambat pengambangan marikultur nasional, melalui kajian ilmiah, dan mengembangkan aspek ini menjadi lebih afirmatif. Pemerintah, pelaku usaha/asosiasi dan akademisi bisa berkoordinasi untuk mendiskusikan hal ini, dan bermusyawarah guna menghasilkan produk hukum yang afirmatif untuk pengembangan marikultur nasional, dan menyusun strategi menghadapi negara kompetitor dalam perdagangan global. 2. Mengembangkan industri marikultur nasional sebagai 10

3.

4.

5.

6.

nationality corporate secara total guna menjalankan strategi yang telah dicanangkan bersama. Mengembangkan pasar produk marikultur, baik pasar ekspor maupun dalam negeri dalam kerangka agribisnis marikultur (hulu-hilir). Penentuan tata ruang wilayah laut yang disertai dengaan penegakan hukum dalam implementasi produk hukum tersebut, terutama untuk mengurangi konflik pemanfaatan ruang dan pencememaran lingkungan yang menyebabkan menurunnya mutu lingkungan. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa marikultur yang bersifat water-based aquaculture sangat ringkih terhadap faktor eksternal. Pemilihan lokasi marikultur sebagai acuan untuk pelaku usaha (investor) mengembangkan marikultur nasional, yang disertai dengan informasi daya dukung (carrying capacity) kawasan terpilih. Pengembangan infrastruktur wilayah seperti jalan, jembatan, pelabuhan, air bersih, listrik, BBM, komunikasi dan akomodasi yang mendukung pengembangan marikultur di kawasan remote Indonesia, sehingga bisa menekan

biaya produksi dan meningkatkan saya saing usaha marikultur nasional. 7. Mengembangkan dan mengimplementasikan konsep nationality corporate (marikultur Indonesia sebagai satu kesatuan korporasi) dalam menghadapi persaingan usaha dengan negara kompetir mengadapi pasar global marikultur. 8. Mengembangkan hatchery ikan laut antara lain melalui pengembangan broodstock management, pemeliharaan larva, kultur pakan alami dan implementasi cari pembenihan ikan yang baik (CPIB). 9. Mengembangkan kapasitas SDM dan kelembagaan marikultur nasional melalui pelatihan, pecontohan (dempond dan demfarm) dan pendampingan, guna meningkatkan kemampuan pelaku usaha marikultur dalam penguasaan teknologi, manajemen usaha dan kewirausaan baik secara perorangan maupun kelompok. 10. Pengembangan dan diseminasi IPTEK marikultur secara sistematis, terstruktur dan berkelanjutan, antara lain dengan meningkatkan alokasi anggaran pengembangan IPTEK untuk lembaga penelitian dan perekayasaan terkait, dan meningkatkan kerjasa sama dengan perguruan tinggi dan pelaku usaha melalui konsep ABGC (academicians, businessman, goverment, community) guna meningkatkan kinerja (produktivitas dan efisiensi) marikultur nasional. Aspek IPTEK yang perlu dikembangkan terkait dengan penyakit, breeding dan genetika, pakan dan lingkungan. 11. Mengembangkan pakan dan input produksi lainnya untuk industri marikultur yang berdaya saing. 12. Melakukan dan menfasilitasi koordinasi yang baik antara stakeholders akuakultur nasional manuju nationality corporate secara total. l (Adit)

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur



Laporan Utama

KJA untuk pemeliharaan Ikan kerapu, kakap putih dan bawal bintang

Mencari Celah di Balik Peluang Besar Marikultur Kebutuhan pasar domestik untuk kakap diperkirakan 1.000 ton. Saat ini, 60% pasar didominasi kerapu, 30% bawal bintang, dan 10—15% ikan kakap.

“P

asar kerapu cantik masih ada, tetapi kerapu cantang menjadi komoditas kerapu terbesar karena lebih banyak peminatnya. Untuk pasar ekspor, kerapu cantik masih menjadi pelengkap, ungkap Dirjen DJPB KKP, Slamet Soebjakto, saat dihubungi Info Akuakultur. “Kakap merupakan komoditas yang akan kita kembangkan,� tambahnya. Masih menurut Slamet, hampir semua wilayah bisa digunakan untuk budidaya kakap dan kerapu. Namun, daerah dengan produksi terbesar saat 12

ini yaitu Kepulauan Riau, Kepulauan Seribu, Sumbawa, Ambon, NTT, dan Sulawesi. Untuk kakap putih, cakupan sistem dan teknologi budidayanya sendiri sangat luas, mulai dari yang sederhana (manual) sampai yang canggih (otomatis). Karakter kakap yang eurihalin membuat mereka mampu hidup di kisaran garam yang luas, mulai dari perairan berkadar garam 0 sampai 40 promil. Dengan begitu, kakap pembudidaya skala kecil dan menengah pun bisa membudidayakannya di kolam,

tambak, dan keramba jaring apung (KJA) pantai. Sementara masyarakat yang memiliki modal besar bisa mengembangkan budidaya dengan KJA lepas pantai di perairan offshore. Tata distribusi, produksi kerapu sempat anjlok Produksi kerapu di sentra budidaya sempat mengalami penurunan pada 2017. Beberapa kalangan menganggap bahwa penurunan tersebut merupakan dampak dari diberlakukannya Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 32 Tahun 2016. Dalam Permen tersebut

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


ini juga tak lepas dari sorotan I Ketut dinyatakan bahwa kapal berbendera budidaya banyak, otomatis pasar lokal Bagus Irawan, pembudidaya kakap tidak mampu menampung,” katanya. asing hanya diperbolehkan memuat putih dari Bali. Pria yang biasa dipangAgung sendiri membudidayakan ikan hidup di satu pelabuhan dua jenis ikan, yaitu kerapu dan gil Ketut Brewok ini mengatakan muat singgah di Indonesia. Akibat bahwa keberadaan Permen KKP No. 32 kakap. Dari kedua jenis ikan tersebut, dari aturan hanya membolehkan Tahun 2016 tidak berpengaruh pada ia mampu memproduksi sekira pengangkutan ikan di satu pelabuhan produksi kakap, nener, dan bandeng. 15—20 ton dalam setahun. Daerah tertentu, kapal asing tidak bisa “Hanya terjadi di kerapu saja,” mengambil barang dekat ungkapnya. lokasi budidaya. Menurutnya, di satu sisi, Dikutip dari katadata. peraturan itu ada baiknya co.id, Ketua Asosiasi Budidaya agar aktivitas ilegal tidak Ikan Laut Indonesia (Abilindo) sembarangan masuk ke Wayan Sudja menyatakan Indonesia. Namun, dampak di aturan itu menghambat budidaya juga perlu diperhaekspor ikan seperti pada jenis tikan dan dicarikan solusi agar kerapu yang penjualannya pembudidaya pembesaran diarahkan untuk pasar ekspor. tidak kolaps, terutama di KJA “Pembudidaya kesulitan kerapu. “Kalau benih sih jalan menjual ikan karena titik Slamet Soebjakto Wayan Sudja angkut dibatasi,” karena ekspor. kata Wayan Masalahnya dalam rapat di pembesar­ budidaya an untuk ikan kerapu di konsumsi Jakarta, Selasa yang kolaps,” (17/4). terangnya. Menurutnya, Diakui pembatasan Sla­met, ek­ kapal angkut spor memang yang dimulai megalami tahun 2016 sedikit pemengakibatkan nurunan. Agung I Ketut Bagus Irawan Abdul Latif banyak Namun, hal ini disebabkan permintaan di China sentra budidaya kerapu berhenti pemasaran Agus yaitu Bali, Surabaya, dan Hongkong yang sedang turun beroperasi. Ditambah ketidakpastian dan pasar lokal Situbondo. Untuk pasar menyebabkan pembudidaya karena masih mengalami krisis dan ukuran konsumsi seberat 5 ons per enggan memproduksi kerapu. Wayan tidak mengonsumsi ikan berharga maekor, saat ini harga kerapu dibandrol menyebutkan, produksi ikan kerapu hal. “Jika dikatakan Permennya yang Rp95.000,00 per kilogram, sedangkan pada 2017 hanya sebesar 2 ribu ton. menghambat, itu tidak benar. Jumlah kakap Rp70.000,00 per kilogram. Angka itu diprediksi berkurang pada kapal pun naik. Tahun 2016 sudah ada “Kalau sekarang sudah normal lagi. 2018 menjadi setengahnya saja 26—27 kapal,” terangnya. Di pasar lokal Probolinggo saja atau sekitar seribu ton. Dari jumlah Masih menurut Slamet, pasar kerapu dihargai Rp110.000,00 per produksi, sekitar 95% dialokasikan domestik masih bisa digarap. Terlebih, kilogramnya,” ungkapnya. untuk pasar ekspor. Padahal, ikan sekarang restoran dan warung makan Agung berharap, usaha para kerapu merupakan salah satu seafood sedang tumbuh menjamur, eksportir ke depan bisa lebih lancar komoditas dengan harga jual tinggi, seperti di Jakarta, Surabaya, Bali, dan sehingga harga bisa meningkat yakni sekitar US$ 12 hingga US$ 60 tempat lainnya. Untuk mengantisipasi kembali. “Dulu, kan Rp150.000,00. Biar per kilogram. kebutuhan pasar domestik bergairah lagi. Kalau di Situbondo Keluhan ini diamini oleh Agung, tersebut, KKP meminta masyarakat dan Kepulauan Seribu, pasar lokalan salah satu pembudidaya marikultur pembudidaya untuk men-diversifikasi masih jalan, tapi yang lain kalau tidak dari Situbondo. Kelesuan di kalangan komoditas budidayanya seperti ada ekspor kasihan. Saat ini harga eksportir membuatnya khawatir untuk mulai naik karena barang berkurang,” kakap putih, bawal bintang, serta ikan kerapu kelas menengah ke bawah memproduksi kerapu lebih banyak. katanya. “Kendala yang dihadapi, kalau kita seperti kerapu cantang dan kerapu Soal turunnya produksi kerapu Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

13


Budidaya Kerapu

macan. “Arah tujuan utamanya untuk konsumsi, sedangkan ekspor nomor dua. Kan harus dikonsumsi lokal dulu,” ujarnya. Genjot pasar dan produksi Kurangnya pasokan kerapu membuat harga mulai beranjak naik. Seperti diungkapkan Agung sebelumnya, pasar lokal di Probolinggo saat ini sudah berani membandrol kerapu Rp 110.000 per kilogram. Namun, penurunan pendapatan akibat turunnya harga dan produksi sebelumnya membuat Agung kesulitan untuk mengejar produksi. “Sebenarnya kurang modal kalau sekarang. Bahkan kami ke KKP minta bantuan benih kakap yang 10 cm dan didistribusikan ke anggota supaya jalan lagi. Bantuan sudah diberi, kerapu 5.000 ekor dan kakap 20.000 ekor. Soal budidaya, ada beberapa hal yang menjadi sorotan pembudidaya saat ini. Menurut Agung, sebelum ditebar di KJA, sebaiknya benih didederkan terlebih dulu di tambak. Lama pemeliharaan di tambak sekira 2—4 bulan. Jika langsung tebar di KJA, menurut Agung, banyak yang mati. “Jadi saya letakkan di tambak dulu sampai ukuran agak besar. Kalau dulu langsung ke KJA ancur, banyak yang mati,” beber Agung, “sementara 14

kalau di tambak ukuran 10 cm sampai 3—4 ons, di KJA 6 ons ke atas, minimal 5 ons. Ya, dua bulan di KJA sudah mulai dijual.” Soal pakan, Agung tidak mendapat kendala. Ia menggunakan kepala udang dari cold storage sehingga biaya produksinya rendah. Setiap hari, Agung mengambil 5—8 kuintal kepala udang. Untuk di KJA, pemberian pakan dilakukan sehari satu kali.Sementara di tambak dua kali sehari. Sementara Abdul Latif, Farm Manager dari PT Indomarind, mengatakan bahwa pasar kakap ada beberapa segmen. Ukuran 500 g—1 kg biasanya untuk restoran dan ukuran 1 kg—1 kg lebih untuk pabrik. Untuk pabrik Indonesia, belum terlalu banyak yang menjual filet di pasar lokal. Biasanya, filet yang diekspor berukuran 1 kg lebih, mulai dari 1,5—2 kg. Permintaan paling banyak 2 kg lebih. Kebutuhan lokal, seperti restoran, daya belinya sekitar 20% dari total produksi. Biasanya tidak terlalu banyak karena kebutuhannya ikan kakap yang masih hidup. Ini untuk kebutuhan Batam,” ujarnya. Karena eurihalin, kakap bisa dikembangkan di air tawar, payau, hingga laut. “Di tambak pun bisa. Cuma image-nya, hasil budidaya di tambak terkadang berbau tanah. Rasa dagingnya berbeda dengan yang

dibudidayakan di laut. Jadi, budidaya oleh Perusahaan Indomarind dilakukan di laut atau ocean grown. Artinya, semua dipelihara di laut, jadi rasanya enak dan tidak akan bau lumpur,” kata Latif. Budidaya kakap Indomarind dilakukan mulai dari pembenihan dan memiliki induk sendiri. Menurutnya, kebutuhan pengembangan budidaya level industri ini membutuhkan teknologi, terutama pengembangan vaksin untuk mengatasi masalah penyakit. Penelitian-penelitian harus terus dilakukan seperti penelitian vaksin dan penelitian induk yang harus ditingkatkan. “Untuk menurunkan FCR dari dua faktor tersebut, kuncinya di sana. Di salmon sendiri baru berkembang setelah 20 tahun. Itu setelah ada pengembangan vaksin diikuti pengembangan induk, baru di mulai efisien. Dari FCR 2 lebih, sekarang menjadi 1,1 atau 1,2. Tentunya itu butuh dukungan, terutama dari sisi penelitianpenelitiannya. Swasta tidak mungkin melakukannya sendiri karena membutuhkan waktu lama dan berbiaya tinggi. Nah, ini yang perlu dibantu pemerintah jika industri kakap ingin besar,” beber Latif. Dari aspek lokasi budidaya, daerah timur lebih bagus karena airnya lebih jernih dan dalam. Namun, untuk pemasaran, daerah barat lebih bagus karena dekat dengan infrastruktur seperti Sumatera, Jawa, dan Bali. Untuk ekspor, Bali lebih mudah. Tak heran jika banyak yang usaha budidaya di Pamuteran, Bali. “Di Bali, penjualan filet bisa setiap hari karena ada yang ke Australia. Infrastrukturnya dekat sehingga penjualannya lebih mudah. Logistiknya juga mudah dan murah, itu yang paling penting,” tambah Latif. Serupa dengan Latif, Ketut Brewok juga membudidayakan kakap putih dari pembenihan sampai pembesaran. Calon indukan kakap miliknya minimal ukuran 3 kg. Kemampuan produksi benih kakap Ketut, ukuran 0,8 g/

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


ekor rata-rata 300.000 ekor per siklus (dalam satu bulan). Untuk ukuran 2—3 ons/ekor rata-rata 300 kg seminggu. Budidaya kakap sampai ukuran 0,8 g/ekor hanya membutuhkan waktu sekira 20 hari. Sementara ukuran 2—3 ons/ekor membutuhkan waktu 4 bulan di tambak. Menurut Ketut, pendederan di tambak lebih cepat karena payau. “Peluang usaha kakap masih terbuka luas. Hanya titik lokasi budidaya yang diperhitungkan. Dari akses sarana dan prasarana, lokasi yang tidak jauh dari pasar atau pembeli, juga tidak jauh dari industri pakan. Itu saja syaratnya,” terang Ketut.

Benih Ikan Bawal Bintang

kakap putih terbuka sangat lebar, Jepang, Amerika, Eropa, karena kakap putih memiliki daging putih yang bisa diolah baik hidup maupun mati, baik di-filet maupun frozen sehingga banyak sekali kelebihan-kelebihannya. “Kita tidak main-main dengan percontohan yang kita lakukan ini. Karena ini sebagai permulaan kita memicu bangkitnya kembali industrialisasi marikultur,” tegas Slamet dalam konferensi pers tentang KJA offshore (27/4). Untuk pemilihan

Foto-Foto: Resti

KJA offshore bidik pasar ekspor Pembangunan perikanan offshore merupakan strategi KKP (instruksi presiden) yang bertujuan untuk meningkatkan produksi ikan laut dengan metode budidaya, utamanya ikan kakap putih. Pemilihan kakap putih karena 2 alasan. Pertama, karena komoditas kakap putih sudah kita kuasai. Indonesia, sejak tahun 1980an, itu sudah mengembangkan ikan kakap putih. Sehingga komoditas kakap putih itu sudah tidak asing lagi. Dari pembenihannya, pembesarannya, termasuk skala pengembangan budidayanya. Kedua, dari sisi pasar,

Budidaya Kakap Putih

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

KJA, KKP menggunakan standar Eropa karena berdasarkan FAO yang disarankan untuk standar dunia KJA offshore adalah Norwegian Standard. Induk-induk yang dipilih adalah induk yang sudah melalui breeding program. “Karena isu yang berkembang di masyarakat, pemerintah membuat benihnya ngawur. Itu tidak betul,” tegas Slamet. KKP sudah lama melakukan breeding program melalui selective breeding. Induk-induknya memang dipilih dari induk unggul, di antaranya didatangkan dari Australia. Kemudian induk-induk unggul tersebut disebarkan ke balai-balai pembenihan di Batam, Lampung, Lombok, dan Situbondo dan kualitasnya sudah diyakini bagus. Pertumbuhan benih-benihnya sudah bagus dan benih-benih yang ditebarkan adalah benih-benih yang telah melalui proses vaksinasi. “Target kita, per lubang 96—102 ton atau sekira 800 ton per unit per tahun. Pasar sudah disiapkan, sangat terbuka ke Australia, Eropa, Jepang, dan Timur Tengah. BUMN yang akan memproses dan memasarkan. Segala sesuatu yang dilakukan sudah based on market,” pungkas Slamet. l (Rochim/Resti)

15


Panen Kerapu Bantuan KKP di Kepulauan Seribu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Wakil Gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno, melakukan panen ikan hasil budidaya di Pulau Tidung Kabupaten Kepulauan Seribu Jakarta. Setidaknya 1,2 ton ikan kerapu dan bawal bintang dari program bantuan KKP berhasil dipanen, Selasa (27/2). Di Pulau Tidung akan dipanen sebanyak 5,5 ton ikan kerapu, kakap dan bawal bintang sedangkan di Kabupaten Kepulauan seribu sendiri secara keseluruhan akan dipanen 40 ton ikan.

D

alam keterangannya disela-sela panen, Sandi mengapresiasi program KKP untuk masyarakat di Kepulauan Seribu ini. Dia yakin program ini sangat membantu masyarakat dan mampu menumbuhkan kemandirian ekonomi mereka. “Saya berharap dengan berkembangnya usaha budidaya ikan di KJA oleh masyarakat Kepulauan Seribu ini, maka pasokan ikan ke DKI dapat terpenuhi sehingga tidak perlu impor atau didatangkan dari luar”, terangnya. Sandi juga berharap bahwa budidaya ikan di KJA dapat menjadi program unggulan masyarakat karena sangat cocok dengan kondisi dan sumber daya yang dimiliki Kepulauan Seribu serta jaminan dan kepastian pasar. ”Adanya kepastian pembeli atau jaminan pasar bagi hasil budidaya ikan dari Kepulauan Seribu juga akan mendorong kemandirian ekonomi masyarat. Dan bisa jadi program unggulan OKE OCE (One Kecamatan One Center of Enterpreneurship)” lanjut Sandi 16

Slamet Soebjakto (Direktur Jenderal Perikanan Budidaya)

Secara terpisah, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, menyampaikan bahwa panen ikan di Kepulauan Seribu merupakan bukti keberhasilan program bantuan KKP dalam memberikan dukungan bagi pembudidaya ikan menjalankan usahanya. “KKP terus mendorong agar sumber daya yang dimiliki masyarakat dapat operasional dan berfungsi optimal. Program ini dimaksudkan untuk menjamin aktivitas budidaya oleh masyarakat terus berlangsung dan berkembang”, ujarnya.

Slamet juga menegaskan bahwa bantuan dari KKP ini hanyalah stimulan, selanjutnya pembudidaya didorong untuk dapat mengakses permodalan dari perbankan maupun lembaga keuangan lainnya. “Dukungan KKP kepada pembudidaya ikan dalam bentuk bantuan-bantuan hanya sebagai stimulan. Selanjutnya kami dorong mereka untuk memanfaatkan modal perbankan seperti KUR” jelas Slamet. Merujuk harga ikan yang makin baik yakni Rp. 90.000/kg untuk kerapu cantang, Rp. 100.000/kg untuk kerapu cantik dan Rp. 80.000/kg untuk ikan bawal bintang, Slamet makin yakin bahwa usaha budidaya kerapu dan ikan lainnya makin kondusif. “Kami ingin pembudidaya ikan ini mandiri. Kemandirian mereka dapat tercapai jika iklim dan dukungan usaha dari hulu hingga hilir kondusif. Saat ini ikllim usaha perikanan semakin kondusif, serapan pasar dalam dan luar negeri terus positif, harganya pun makin stabil dan bagus”lanjut Slamet. Sebagaimana diketahui KKP melalui Direktorat Jenderal Perikanan

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Sandiaga Uno (Wakil Gubernur DKI Jakarta)

Budidaya (DJPB) pada tahun 2017 telah menyalurkan dukungan program bantuan bagi masyarakat pembudidaya ikan termasuk di Kabupaten Kepulauan Seribu Jakarta, yaitu berupa 80.000 ekor benih ikan kakap, kerapu dan bawal bintang. Juga diserahkan 64 ton pakan ikan, vitamin, obat-obatan dan 8 unit alat pencuci jaring kepada 8 kelompok atau sekitar 80 orang di Kepulauan

Seribu meliputi Pulau Pari, Panggang, Kelapa dan Tidung. Kegiatan ini mendapat pengawalan bimbingan teknis dari Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, yang merupakan salah satu UPT Ditjen Perikanan Budidaya. Saat ini, di pulau Tidung sendiri dari 2 kelompok atau 20 orang yang menerima bantuan telah berkembang menjadi 38 orang.

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

“Saya mendapatkan informa­ si bahwa kegiatan budidaya di Kepualaun Seribu terus mengalami perkembang­an. Bukti bahwa program ini berhasil dan berdampak positif bagi masyarakat, nampak dari semakin banyaknya masyarakat yang melakukan usaha budidaya. Di Pulau Tidung saja dari 20 orang di tahun 2017 saat ini sudah ada 38 orang”tutup Slamet. l Humas Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya - KKP 2018

17


Liputan Khusus

DIGIFISH 2018

Foto: dok. Rully

Jembatan Industri Perikanan dengan Inovasi Digital

Foto bersama peserta Digifish 2018

Minapoli bersama dengan Amoeba (Telkom Indonesia) pada hari Senin, 7 Mei 2018 menyelenggarakan sebuah event penting bagi industri perikanan yaitu Digifish 2018 dengan tema “Connecting Aquaculture Through Digital Innovation” di Menara Multimedia Telkom. Acara ini dihadiri oleh 150 orang yang terdiri dari para stakeholder perikanan dari berbagai kota di Indonesia mulai dari pembudidaya ikan, petambak udang, pabrik pakan, feed additive, supplier sarana & prasarana produksi, institusi pendidikan, pemerintahan, mahasiswa dan juga media.

T

ujuan dari diadakannya event ini adalah untuk membangun network dan berkolaborasi dengan mempertemukan start up digital dengan pelaku industri perikanan untuk menjalin sinergi yang lebih erat dan lebih baik dalam mendukung akselerasi industri perikanan ke arah yang lebih positif melalui inovasi digital. Event ini juga memberikan gambaran terkini dari kondisi perikanan, kebijakan pemerintah dan kebutuhan inovasi digital dalam perikanan budidaya. “Event ini merupakan bentuk kepedulian dan komitmen kami untuk mengembangkan dan menjembatani pertemuan antara para pelaku inovasi 18

digital dengan industri perikanan. Dimana kita bisa lebih mengenal dan bersinergi satu sama lain,” ujar Rully Setya Purnama, CEO Minapoli dalam kata sambutannya di awal acara. Hal serupa juga disampaikan oleh Coordinator Digital Amoeba (Telkom Indonesia) Fauzan Feisal, menurutnya, sekarang adalah saatnya kita melakukan Co-Opetition bukan lagi Competition untuk dapat membangun industri perikanan, disinilah kami mengajak Minapoli untuk bekerjasama dan saling berkolaborasi. Pada event ini juga dilakukan penandatanganan MoU antara Telkom Indonesia dengan Minapoli, sebagai bentuk kerjasama kedua belah pihak

untuk mengembangkan teknologi digital untuk industri perikanan tanah air. Acara ini dibuka oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (DJPB KKP) Slamet Soebjakto. Dalam pembukaannya yang bertopik, “Kebijakan KKP dalam Optimalisasi Industri Akuakultur”, KKP mendorong pengembangan inovasi sistem informasi berbasis digital guna menjamin konektivitas rantai sistem bisnis akuakultur. Dalam sambutannya, Slamet mengapresiasi banyaknya start up yang melakukan berbagai inovasi digital di bidang akuakultur dan juga menyampaikan bahwa digitalisasi sistem informasi akuakultur memiliki

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


arti penting dalam mendorong terjadinya transformasi sistem bisnis akuakultur yang lebih efisien. Menurutnya Slamet, ada 4 (empat) faktor yang menjadi isu transformasi yaitu: (1) mendorong peningkatan efesiensi dan daya saing bisnis akuakultur dengan fokus pada pengembangan komoditas unggulan; (2) optimalisasi pemanfaatan potensi lahan budidaya berbasis daya dukung lingkungan; (3) membangun rantai sistem produksi akuakultur dari hulu ke hilir secara menyeluruh; serta (4) integrasi kegiatan dan anggaran antara stakeholder terkait. Pada sesi pertama Wakil Ketua Bidang 1 Shrimp Club Indonesia (SCI) Robert Kusnadi membahas tentang “Kebutuhan Inovasi Teknologi dan Status Perudangan Nasional”. Ia mengatakan, dalam industri budidaya udang saat ini yang terjadi adalah fenomena luar biasa dari India dengan average annual growth hingga 14,9% dari tahun 2010 – 2014, dan saat ini memiliki perkiraan target produksi hingga tahun 2020 adalah 800.000 ton. Sementara total produksi Indonesia saat ini, diestimasi, baru mencapai angka 390.000 ton per tahun. Jadi memang inovasi teknologi dan digital ini sangat diperlukan dan memang sudah ada beberapa yang diterapkan oleh SCI, misalnya untuk memonitor kualitas air, pemberian pakan dengan mesin otomatisasi autofeeder, dan lain sebagainya.” Materi kedua dari Water Quality Monitoring System dan Big Data dalam Akuakultur yang disampaikan oleh Aryo Wiryawan, Chairman JALA. Menurutnya, 90% tambak udang di dunia pasti memiliki setidaknya 1 jenis penyakit di kolam yang siap menyerang saat sistem imun udang menurun. Serangan penyakit pada udang berdampak sangat fatal dan merugikan petambak hingga ratusan juta rupiah. Kondisi air tambak yang buruk sangat berperan dalam penurunan sistem imun udang. Oleh sebab itu kami memanfaatkan IoT dan Big Data

untuk memonitor kualitas air tambak dan untuk membantu petambak mengontrol kualitas air yang pada akhirnya akan meminimalkan serangan penyakit ke udang. “Saat ini kita berada di peralihan menuju revolusi industri ke-empat yaitu Sistem Cyber Physical dimana ini adalah era tumbuhnya Intelligent Aquaculture,” ujar Gibran Huzaifah, CEO eFishery saat memberikan presentasinya mengenai Peran Internet of Things (IoT) dalam Industri Perikanan. Teknologi digital dan dapat membantu pembudidaya dan petambak menjadi lebih untung dan dengan alat yang tepat kita dapat melihat perilaku pemberian pakan yang tepat dan meningkatkan profit, mendapatkan data yang tepat untuk meningkatkan hasil panen hingga menggunakan algoritma yang tepat untuk mengurangi resiko dengan tepat, cepat dan akurat. “Teknologi eFishery dapat mengolah data yang didapatkan dari mesin autofeedernya, sensor kualitas air, data dari satelit cuaca dan membangun machine learning algorithm yang dapat memprediksi dan memberikan kredit skor dalam skala yang luas,” tambahnya. Sesi Kedua dibuka Direktur Perbenihan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Coco Kokarkin yang membahas mengenai Kebijakan KKP dalam mendukung Inovasi Perikanan Budidaya. “Kita memiliki banyak peluang inovasi di area budidaya ikan dan juga pemasaran produk-produk olahan ikan misalnya membuat aplikasi jual beli online produk hasil budidaya dan olahan ikan hingga jasa transportasi pengiriman ikan konsumsi dan ikan hidup. Selain itu dalam menghadapi MEA kita perlu menyiapkan teknologi yang mendukung perikanan dan kelautan yang berkelanjutan,” jelas Coco. Selanjutnya CEO Growpal Ahmad Rizqi Akbar menyampaikan materi mengenai Solusi Pendanaan Usaha Budidaya Perikanan. Ia mengatakan, Growpal merupakan fintech p2p

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

(peer to peer) yang memungkinkan petani untuk memperoleh modal untuk mengembangkan usahanya, pemilik lahan dapat memanfaatkan lahannya dan investor dapat memiliki akses untuk melakukan pendanaan di perikanan. “Misi saya adalah untuk menjadi pembudidaya ikan yang berhasil dan sukses, menunjukkan bahwa menjadi pembudidaya ikan pun jika bersungguh-sungguh dan mau menggunakan teknologi terbaru berpikir untuk maju pasti akan berhasil,” ungkap Agus Purnomo Wibisono, COO IWA-KE saat berbicara di depan para peserta seminar sebagai Pembudidaya Ikan di Era Digital. Lanjutnya, Ia menggunakan dan memanfaatkan teknologi digital untuk membeli peralatan di kolam, juga menggunakan hasil-hasil penelitian yang dapat dimanfaatkan bersama. IWA-KE juga berkesempatan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai manfaat ikan, cara mengolah ikan yang baik dan benar di salah satu pusat perbelanjaan terkemuka di Kota Tangerang. Pembicara terakhir Bagus Facsi yang merupakan CEO Fishby, Ia membahas mengenai Pembiayaan Usaha Budidaya Ikan Air Tawar. Fishby juga merupakan Fin-Tech berbasis syariah yang khusus memberikan akses permodalan bagi pembudidaya ikan air tawar. “Fishby adalah platform crowdfunding syariah yang menghubungkan pembudidaya ikan yang membutuhkan permodalan dengan masyarakat yang ingin berinvestasi di bidang perikanan. Dalam event ini Permata Kreasi Media diwakili oleh Ruri Sarasono, juga memberikan informasi mengenai kegiatan penting perikanan di penghujung tahun ini yaitu Aquatica Asia dan IndoAqua 2018 yang akan diselenggarakan di Jakarta International Expo Kemayoran pada tanggal 28 – 30 November 2018. Selain tradeshow acara ini juga akan dimeriahkan dengan adanya Festival Ikan Nusantara. l (Resti/Adit) 19


Pemberian Pakan Jadi Lebih Mudah

sumber foto: eFishery

Peralatan

Tingkatkan efisiensi pemberian pakan dan percepatan panen dengan penggunaan autofeeder

Autofeeder yang terpasang di dalam tambak

D

i dalam tambak, banyak peralatan pendukung untuk menunjang budidaya udang agar hasil panen bisa maksimal dan salah satu peralatan tersebut adalah autofeeder. Autofeeder merupakan teknologi mesin pelontar pakan otomatis, saat ini sudah banyak bermunculan dan sudah digunakan oleh petambak udang di negaranegara pengekspor udang, salah satunya di Indonesia. Selain tambak, produk ini juga dapat digunakan untuk tipe perikanan 20

yang lain seperti perikanan air tawar, dan akuarium dengan melakukan diversifikasi produk dengan konsep yang sama akan tetapi dapat dirancang ulang sesuai dengan kebutuhan. Owner Garuda Jaya Teknik (GJT) Sartoyo mengatakan, penggunaan autofeeder untuk mengubah pola tebar pakan, yang awalnya konvensional menjadi lebih modern dan terjadwal sehingga pemberian pakan lebih terkontrol dan tepat sasaran.

“Dengan autofeeder, waktu tebar pakan dapat dikontrol dan diatur sesuai kebutuhan serta jumlah pakan yang dikeluarkan juga lebih terdata,” tambah Sartoyo. Selain hal di atas, penggunaan mesin pelontar pakan bertujuan untuk meningkatkan produksi saat penen. Di negara-negara maju, penggunaan autofeeder juga bertujuan untuk me­ ngu­rangi tenaga kerja yang upahnya sangat tinggi dan jumlahnya terbatas. Melihat peran autofeeder tersebut, dapat dikatakan bahwa alat ini hanya menggantikan pekerjaan yang selama ini memberikan pakan secara manual. Namun, tentunya autofeeder tidak sepenuhnya mengganti tenaga kerja manusia karena pekerja masih sangat dibutuhkan untuk kegiatan lainnya yang butuh pengawasan. Contohnya, pengecekan kualitas air dan anco secara berkala, pengawasan infrastruktur kolam, bahkan juga pengisian pakan pada feeder. Bukan tidak mungkin jika pemilik tambak menambah jumlah kolam, pekerja yang ada dapat diberdayakan secara efisien. Prinsip kerja autofeeder Berdasarkan namanya, prinsip dasar kerja alat ini adalah akan secara otomatis mengeluarkan pakan sesuai dengan keinginan pengguna dan da­ pat diatur waktu serta banyak pakan yang akan ditebar selama 24 jam. Alat ini dikendalikan dengan sistem pemrograman komputer yang diemulasi ke-chip sehingga waktu penebaran dan dosis pakan dapat diatur. Pakan tersebar ke sekeliling kolam karena akibat gaya sentrifugal yang dihasilkan wadah yang berputar. Pemutaran wadah ini dilakukan oleh sebuah motor AC yang berputar konstan sehingga pakan menyebar kirakira hingga sejauh 25 meter dari posisi

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


sumber Foto: Garuda Jaya Teknik

mesin. Untuk mendapatkan hasil optimal dari penggunaan alat ini, petambak perlu tahu beberapa faktor penting. Seperti lokasi pemasangan autofeeder di tambak sangat penting karena itu langsung mempengaruhi tingkat efisiensi saat alat ini bekerja. Posisi autofeeder paling tidak harus berjarak sekitar 10-15 meter dari kincir air, untuk menghindari arus air yang kuat serta daerah yang berlumpur di dalam tambak. Autofeeder bisa diletakkan di tengah kolam/tambak dengan menggunakan bantalan dengan tinggi sekitar 1 meter di atas permukaan air, agar dapat menyebarkan pakan secara merata ke seluruh bagian kolam atau tambak. Setting pemberian pakan, dosis dan jarak sebaran terdapat pada alat, yaitu berupa control panel pada bagian depan autofeeder. “Saat ini petambak udang wajib hukumnya untuk menggunakan autofeeder, dengan segudang manfaat alat ini bisa menjadi solusi sukses petambak udang,” ungkap Sartoyo. Sebab, tambah Sartoyo, dengan alat ini udang dapat diberi pakan dalam kondisi apapun, sehingga memudahkan bagi petambak jika ingin memberikan pakan pada waktu tengah malam atau dalam kondisi hujan sekalipun. Untuk melontarkan pakan digu­ nakan pelontar dengan menggunakan motor AC yang memiliki Rotation Per Minute (RPM) yang bisa diatur sehingga pakan tersebar merata. Pengaturan jumlah pakan dilakukan dengan menggunakan motor DC (stepper motor, 0.80/step) sehingga bisa diprediksikan jumlah pakan yang keluar berdasarkan putaran yang dilakukan oleh motor. Alat ini dirancang dengan meng­ gu­na­kan teknologi mikrokomputer sehingga memiliki kehandalan dalam akurasi dan presisinya. Kebutuhan petambak dalam hal pemberian pakan yang dilakukan secara otomatis menurut analisis dan survei pendahuluan terhadap praktisi tambak dan petani ikan adalah besar, terutama bagi petani dan petambak

Mesin Autofeeder dengan body stainless steel

Sartoyo

yang memiliki luas kolam atau tambak yang cukup luas sehingga apabila pemberian pakan dilakukan secara manual akan menyebabkan kesulitan dalam hal konsistensi pemberiaan (jumlah dan waktu) pakan. Pemberi pakan otomatis diha­rap­kan dapat membantu mengatasi masalah ketepatan dan keteraturan proses pemberian pakan, sehingga produksi para petani dan petambak tersebut dapat meningkat. Dalam memilih peralatan penunjang budidaya udang, petambak harus memikirkan bagaimana perawatan alat yang

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

digunakan. Perawatannya mudah atau sulit dan membutuhkan biaya sedikit atau malah mengelurakan biaya besar. Sartoyo mengatakan, perawatan berkala biasanya dilakukan berkala setiap 2 atau 3 bulan sekali. Pemeliharaan dengan membersihkan saluran keluaran pakan dan ulir karena biasanya pakan akan sedikit demi sedikit menempel pada bagian ini sehingga pengeluaran pakan menjadi akan terganggu. Selain itu, Owner GJT yang juga memproduksi autofeeder ini mengatakan, autofeeder yang body-nya terbuat dari stainless steel bisa awet hingga lebih dari tiga tahun. Teknologi sudah semakin maju, memilih peralatan penunjang budidaya perikanan dengan bijak dan terencana akan membuat budidaya udang semakin mudah. l (Adit) 21


Foto: bibitikanlaut.com

Pakan

Manajemen Pakan Pada Nener

Nener bandeng

Pemilihan dan pemberian pakan pada nener menentukan cepatnya pertumbuhan nener

I

kan bandeng merupakan salah satu jenis ikan yang cukup disukai masyarakat Indonesia, meski memiliki duri yang banyak dan terkadang masih beraroma lumpur, nyatanya ikan ini justru menjadi ikon buah tangan dari Jawa Tengan dengan bandeng prestonya. Salah satu ikan air payau ini, telah banyak dibudidayakan di keramba jaring apung (KJA) pada air tawar, hal ini dikarenakan sifat ikan ini yang eurihaline (tolerensi terhadap salinitas yang tinggi). Hanya saja kendala yang menjadi hambatan mandeknya produksi bandeng di tanah air adalah masalah ketersediaan nener sehingga mengganggu kontinuitas produksi. Padahal ikan bandeng yang telah matang gonad akan memijah secara alami dan akan menghasilkan telur sekitar 5.000.000 butir dalam tubuhnya. Pelepasan telur ini terjadi 22

pada malam hari dan akan menetas dalam waktu 24 jam menjadi nener yang berukuran 5 mm. Nener yang berasal dari panti pembenihan (hatchery) sangat dibutuhkan untuk memenuhi kekurangan nener ditambak-tambak pembesaran. Nener yang dihasilkan dari hatchery mempunyai keunggulan, karena ukurannya relatif rata dan umurnya diketahui secara tepat. Selain ukuran yang seragam, nener dari hatchery terpantau kesehatannya. Diantaranya, ciri nener yang sehat dan memenuhi syarat seperti tubuhnya mulus, tidak terdapat luka, berwarna kemerahan, sirip-siripnya utuh tidak cacat atau patah-patah dan gerakannya aktif. Secara anatomi, nener gelondongan dan bandeng dewasa tidak berbeda, yang berbeda adalah ukurannya saja. Dengan

menggunakan nener yang sehat, akan diperoleh target produksi yang sesuai dengan rencana. Hal ini disebabkan nener yang sehat memiliki ketahanan tubuh yang baik, sehingga tingkat mortalitas selama masa pengangkutan benih dan masa pembesaran rendah. Selain nener yang sehat dalam pemilihan benih ikan bandeng, juga harus diperhatikan ukuran nener tersebut. Ukuran nener yang akan ditebar ke dalam tambak pembesaran sebaiknya seragam agar pertumbuhan ikan selama pemeliharaan juga akan seragam. Ukuran nener yang ditebar ke tambak pembesaran bisa dimulai dari ukuran nener sampai gelondongan, yang membedakannya adalah waktu pemeliharaan ditambak pembesarannya. Jika yang ditebar adalah nener kecil maka waktu yang dibutuhkan

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Perhatikan kandungan pakan Nener bandeng yang telah dipilih, selanjutnya ditebar ke dalam tambak pembesaran. Sebelum nener tersebut ditebar, harus ditentukan terlebih

Foto: dok. Pribadi

untuk mencapai ukuran konsumsi yaitu 4 – 6 ekor/kg bisa mencapai lebih dari 6 bulan, sedangkan jika yang ditebar adalah gelondongan, maka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ukuran konsumsi berkisar antara 3 – 4 bulan. Dalam memilih nener yang berasal dari alam maupun hatchery dapat dilakukan dengan menghitung jumlah ruas tulang belakang. Nener yang berkualitas baik memiliki jumlah ruas tulang belakang antara 44–45. Jumlah ruas tulang belakang dapat dihitung menggunakan mikroskop sederhana pada pembesaran 10 kali ataupun kaca pembesar dengan nener ditempatkan pada sumber cahaya seperti lampu senter.

Irwan Dwi Susatyo

dahulu berapa padat penebaran nener ditambak pembesaran dan perlu dilakukan aklimatisasi. Padat penebaran adalah jumlah nener yang ditebar persatuan luas tambak. Dengan mengetahui padat penebaran pada awal pemeliharaan, beberapa manfaat akan diperoleh

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

antara lain adalah dapat menentukan jumlah pakan yang akan diberikan. Dapat mengoptimalkan tambak pembesaran sesuai dengan daya dukung tambak pembesaran tersebut, dapat mengurangi timbulnya penyakit ditambak pembesaran serta dapat menentukan target produksi pada akhir pemeliharaan. Pemilihan dan pemberian pakan harus diperhatikan dengan serius. ”Pakan yang baik memiliki fisik seragam, memiliki aroma yang kuat dan segar, sedikit kadar debu, tidak berbau busuk (tengik) kadar protein Larva (26%) dan pembesaran (2528%),” ujar Irwan Dwi Susatyo, Fish Technical & Farm Laboratory Support PT Matahari Sakti. Irwan melanjutkan, pemberian pakan dengan kandungan protein yang cukup pada tiap – tiap stadia harus terpenuhi. Selain itu, atraktan (aromatic) juga diperlukan untuk merangsang nafsu makan ikan serta

23


Ilustrasi: informasiseputarperikanan.com

Proses aklimatisasi

Ikan bandeng dan nener

pakan memiliki tingkat tercerna sesuai standart (digestible) “Bahkan saat ini, Beberapa peneliti mulai mengembangkan peranan enzyme untuk membantu proses pencernaan bandeng yang dikenal memiliki siklus pertumbuhan yang lama,” tambah Irwan. Pemeliharaan Banyaknya nener yang akan dibesarkan di tambak pembesaran harus sesuai dengan daya dukung tambak dan luasan tambak yang sesuai. Setelah menghitung jumlah yang akan ditebar, nener diaklimatisasi dan selajutnya ditebarkan dalam tambak tersebut. Nener diaklimatisasi selama satu hari dalam wadah plastik, hal tersebut bertujuan untuk menyesuaikan kondisi lingkungan dimana nener itu berada dengan kondisi lingkungan tambak pembesaran. 24

Penyesuaian suhu, salinitas dan pH dapat dilakukan juga begitu nener bandeng yang dikemas dalam kantong plastik datang. Caranya kantong plastik yang terisi nener, dikurangi airnya secara bertahap dan digantikan dengan air yang ada dalam tambak pembesaran. Selanjutnya, secara perlahan-lahan nener bandeng yang ada didalam kantong platik akan keluar kedalam tambak pembesaran jika sudah terjadi penyesuaian. Penebaran nener ditambak pembesaran sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat matahari tenggelam, hal ini untuk menghindari kematian nener akibat stress karena tingginya suhu dilingkungan. Masa pemeliharaan nener di tambak pembesaran sangat bergantung kepada ukuran nener yang ditebar pada awal pemeliharaan. Ukuran nener yang ditebar ke dalam

tambak pembesaran bervariasi antara 1–15 cm. Padat penebaran nener ditambak pembesaran juga ditentukan oleh ukuran nener, lama pemeliharaan, mutu nener dan daya dukung kesu­buran tambak pembesaran. Padat penebaran nener ditambak pembesaran berkisar antara 4-5 ekor/m2 untuk ukuran nener bandeng 1-2 cm. Sedangkan untuk nener yang berukuran 1–3 cm, padat penebarannya berkisar antara 2–3 ekor/m2. Untuk benih bandeng yang berukuran 12–15 cm yang disebut gelondongan ditebar ke tambak pembesaran dengan padat penebaran 1.500 ekor/ha. Irwan mengatakan, manajemen pakan pada nener secara keseluruhan masih bersifat konvensional dengan penggunaan pakan alami atau dalam pemahaman pembudidaya bandeng yakni dengan menumbuhkan pakan alami menggunakan pupuk baik jenis pupuk kimia non-organik maupun pupuk organik. Lanjutnya, pakan alami Rotifera, Dapnia, artemia paling baik akan tetapi cukup mahal dan beberapa Phytoplankton Chlorella, Tetraselmis, Spirulina. Sementara harapan pembudidaya adalah pertumbuhan yang cepat, maka sebaiknya menggunakan pellet dengan ukuran yang disesuaikan kemampuan makan daripada ikan atau lebih mudahnya menggunakan hitungan DOC. Irwan menjelaskan, pola pemberian pakan secara ad - libitum (penebaran secara sedikit demi sedikit dengan memperhatikan kondisi ikan baik fisik perut ataupun pakan yang tidak termakan atau tersisa di permukaan kolam) setelah itu dihentikan dan dari hasil pemberian pakan tersebut dijadikan acuan/takaran untuk pemberian pakan berikutnya. “Jenis pakan juga disesuaikan dengan kebiasanaan hidup ikan, yakni pada stadia larva cenderung di permukaan sehingga karakter pakan mengapung (floating) dan fase nener/ juvenile hidup di dasar sehingga karakter pakan melayang/tenggelam (sinking),” pungkasnya. l (Adit)

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Inf

Akuakultur M a j a l a h P e r i k a n a n B u d i d a y a

Direksi dan Staff beserta Karyawan Mengucapkan Duka Cita yang Mendalam Atas Berpulangnya ke Rakhmat Tuhan YME

Drh. Abadi Soetisna, MSi Sekretaris/Anggota Dewan Pakar Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI)

Pada Hari Jum’at 27 April 2018, Pukul 01.20 WIB dalam Usia 71 Tahun Dimakamkan di TPU Jati Negara Kaum Komplek Pem. Pangeran Jayakarta - Jakarta

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

25


Kesehatan Ikan & Lingkungan

Strategi Penanganan Emerging Diseases dan Penyakit Ikan Penting di Indonesia (Bagian 2)

logo inFhem

Tindak Lanjut Paska-Kesiapsiagaan Darurat Disampaikan pada pertemuan Penanganan Kematian Masal Ikan Akibat Penyakit dan Lingkungan di GMB 3 KKP, Jakarta 27 Februari 2018.

Untuk menurunkan risiko wabah penyakit ikan di tingkat pembudidaya, yang berimbas pada pembangunan industri akuakultur Indonesia yang berkelanjutan, diperlukan strategi penanganan penyakit baru (emerging diseases) dan 18 penyakit ikan penting nasional di Indonesia. Strategi ini mencakup aspek (1) kesiapsiagaan darurat, (2) perencanaan kontijensi, (3) surveilan, (4) sarana laboratorium, (5) legislasi, (6) organisasi, (7) mekanisme pelaksanaan, dan (8) evaluasi.

A

spek kesiapsiagaan darurat telah dijelaskan pada Majalah InfoAkuakultur Edisi April 2018 yang lalu. Sementara aspek-aspek berikutnya akan dibahas pada tulisan kali ini. Perencanaan kontijensi Rencana kontinjensi adalah rencana kerja terdokumentasi yang dirancang untuk memastikan bahwa semua tindakan, persyaratan, dan sumberdaya yang dibutuhkan guna memberantas atau mengendalikan wabah penyakit yang berdampak nyata terhadap produktivitas dan akses pasar telah siap tersedia. Upaya harus berfokus pada penyakit spesifik dan penyakit penting (prioritas tinggi). Rencana kontinjensi yang efektif memerlukan sumber daya dan dukungan finansial yang stabil, bersama dengan dukungan legislasi untuk semua tindakan pengendalian. Rencana kontinjensi harus disempurnakan secara teratur melalui latihan simulasi. Personil pun harus dilatih dalam peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Komponen yang mungkin menjadi bagian dari rencana kontinjensi (FAO, 2016d) mencakup: (1) prosedur diagnostik di laboratorium referensi nasional; (2) konfirmasi diagnosis, jika perlu,

26

Oleh:

Ir. Maskur, MSi

Perekayasa BBPBAT Sukabumi, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP

di Laboratorium Referensi OIE; (3) instruksi untuk petugas kesehatan ikan di lapangan; (4) instruksi untuk penanganan/pembuangan ikan yang mati di tempat budidaya; (5) instruksi untuk sanitasi; (6) instruksi untuk pengendalian penyakit di tingkat lokal; (7) instruksi untuk pembentukan daerah karantina dan zona pengamatan (pengawasan); (8) ketentuan untuk mengendalikan pergerakan ikan di zona budidaya; (9) prosedur disinfeksi; (10) prosedur pengosongan wadah budidaya; (11) metode surveilans. Surveilans Surveilans didefinisikan sebagai semua kegiatan rutin yang bertujuan

untuk mengetahui status kesehatan suatu populasi, dengan tujuan deteksi dini dan pengendalian penyakit ikan yang penting bagi ekonomi nasional, ketahanan pangan, dan perdagangan. Adapun monitoring didefinisikan sebagai semua kegiatan yang bertujuan untuk mendeteksi perubahan parameter epidemiologi penyakit tertentu. Istilah program surveilans atau rencana sering digunakan untuk menggabungkan kegiatan survailans dan monitoring (FAO, 2016c). Tujuan utama surveilans penyakit ikan adalah menyediakan informasi untuk menilai dan mengelola risiko yang terkait dengan perdagangan ikan dan produk ikan, efisiensi produksi ikan, serta kesehatan masyarakat. Kegiatan surveilans ditujukan pada penanganan penyakit (pencegahan, pengendalian, pemberantasan) dan penyebaran penyakit (temporally dan spatially). Penyakit yang memerlukan program surveilans adalah penyakit yang dapat mengancaman perdagangan (domestik dan internasional), produktivitas (lkan alam atau ikan budidaya), dan kesehatan masyarakat. Wabah penyakit tersebut merupakan penyakit yang terdaftar oleh OIE, atau penyakit lain yang menjadi perhatian

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


khusus di suatu negara (FAO, 2016c). Dari definisi di atas, surveilans melibatkan kegiatan pengumpulan, analisis, dan penyebaran informasi tentang penyakit secara sistematis. Jenis kegiatan investigasi yang direkomendasikan untuk berbagai keperluan pengumpulan informasi sehubungan dengan surveilans penyakit ikan merujuk pada pedoman surveilan penyakit udang/ikan (FAO, 2016c). Sesuai dengan Aquatic Code (2016) kegiatan surveilans dapat dilakukan untuk mencapai tujuan: (1) menunjukkan tidak adanya penyakit; (2) mengidentifikasi kejadian yang memerlukan pemberitahuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1.3; dan (3) menentukan kejadian atau distribusi penyakit endemik, termasuk perubahan kejadian atau kejadian prevalensi (atau faktor pendukungnya), untuk mendukung: (a) informasi bagi program pengendalian penyakit dalam dalam

negeri, (b) informasi kejadian penyakit yang relevan yang bisa digunakan oleh mitra dagang untuk kualitatif dan penilaian risiko kuantitatif. Legislasi Peraturan tentang penanganan penyakit ikan merupakan landasan hukum bagi semua petugas dalam menjalankan pelaksanaan kegiatannya. Dengan demikian, semua program dapat dilaksanakan dengan baik dan para pelaksana dijamin oleh hukum dalam menjalankan tugasnya. Peraturan tersebut dapat mengacu pada perundangan nasional dan internasional serta peraturan menteri dan keputusan eselon 1 sesuai dengan kewenangannya. Peraturan yang diperlukan dalam penanganan penyakit baru dan penyakit penting nasional antara lain: (1) Mandat tentang pengelolaan kesehatan ikan dan Lingkungan, (2) PP tentang kesehatan ikan dan lingkungan, (3) Tupoksi DJPB-KKP, (4) Penetapan Tim

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

Pengendali Penyakit Ikan (Gugus Tugas), (5) Penetapan Laboratorium Uji dan Acuan, (6) Penetapan Penyakit penting, dan (7) Peraturan lainnya yang dianggap perlu. Struktur organisasi Untuk mengoptimalkan pelaksanaan penanganan penyakit baru dan penyakit penting nasional— baik di tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten—perlu dibentuk struktur organisasi yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaannya. Anggota organisasi ini terdiri dari pejabat pemerintah yang berwenang (pusat dan daerah), ahli penyakit ikan (litbang/perguruan tinggi/swasta), dokter hewan bidang penyakit ikan, assosiasi pembudidaya, asosiasi pengolah, asosiasi sarana produksi, dan stakeholders terkait lainnya. Otoritas Kompeten Kesehatan Ikan, merupakan otoritas veteriner atau kewenangan pemerintah lainnya dari negara anggota OIE yang mempunyai

27


tanggung jawab dan kompetensi untuk menjamin pelaksanaan tindakan kesehatan ikan, sertifikasi kesehatan internasional, standar dan rekomendasi lainnya sesuai Aquatic Code di seluruh wilayahnya (Aquatic Code, 2016). Tim Pengendali Pusat (TPPt), berada di bawah kewenangan KKP yang memiliki tanggung jawab untuk menjalankan tindakan yang akan dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan laboratorium selama terjadinya wabah penyakit ikan. Tim Pengendali Propinsi (TPPi), berada di bawah kewenangan TPPt dan memiliki tanggung jawab untuk menjalankan tindakan yang akan dilakukan di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan dan di laboratorium, selama terjadi wabah penyakit ikan. TPPi harus bertindak cepat untuk mengatasi situasi penyakit tertentu dengan menghubungi personil, organisasi, asosiasi, dan lain-lain, yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam mengelola wabah penyakit sesuai kewenangannya. Tim Pengendali Kabupaten/Kota (TPK), berada di bawah kewenangan TPPt/TPPi dan memiliki tanggung jawab untuk menjalankan tindakan yang akan dilakukan di tingkat kabupaten/kota, kecamatan, dan di laboratorium, selama wabah penyakit ikan terjadi. TPK harus bertindak cepat untuk mengatasi situasi penyakit tertentu dengan menghubungi personil pemerintah, gugus tugas, asosiasi, Posikandu, perusahaan akuakultur, dan lain-lain, yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam mengelola wabah penyakit sesuai kewenangannya. Komisi Kesehatan Ikan (KKI), berperan utama dalam memberikan saran dan masukan strategi pengendalian penyakit nasional kepada Otoritas Kompeten atau TPPt. Kelompok Ahli Penyakit ikan ini terdiri dari ahli penyakit ikan/dokter hewan bidang ikan, staf laboratorium diagnostik, dan ahli epidemiologi. 28

Peran dan tanggung jawab kelompok ini adalah: (1) memberikan informasi terkini tentang identifikasi dan pengendalian penyakit; (2) memberikan masukan tentang tingkat risiko yang terkait dengan kecurigaan/ konfirmasi penyakit ikan saat ini; (3) memberikan informasi terkini tentang tindakan penahanan, diagnostik,

Monitoring dan evaluasi kegiatan merupakan aspek penting dalam menilai pelaksanaan dalam penanganan penyakit baru dan penyakit penting nasional di lapangan, yaitu telah dilakukan secara cepat dan sesuai dengan rencana. dan pengendalian yang relevan; (4) membantu dalam pelatihan staf dan dalam mempersiapkan serta menjalankan latihan; (5) memberi saran dan rekomendasi mengenai kemungkinan dampak, penyebaran, serta pengendalian penyakit pada ikan budidaya dan ikan alam. Sarana laboratorium Sarana Laboratorium Kesehatan ikan yang andal sangat diperlukan guna memastikan bahwa hasil uji laboratorium terhindar dari kesalahan negatif (false negatif ) atau kesalahan positif (false positif ). Kedua kesalahan ini akan memberikan risiko yang tinggi bagi penyebaran penyakit maupun dampak ekonominya. Berdasarkan fungsinya, ada 2 macam laboratorium, yaitu laboratorium uji—yang berfungsi melakukan uji (skreening)—dan laboratorium acuan (konfirmasi). Pengujian sampel penyakit di laboratorium uji relatif lebih murah dan pemeliharaan laboratoriumnya juga relatif rendah. Sedangkan laboratorium acuan (reference laboratory) memerlukan peralatan dan biaya pemeliharaan yang tinggi serta biaya pengujian sample

yang relatif mahal. Kedua laboratorium tersebut bekerja secara sinergi. Jika hasil pengujian sample yang dilakukan di laboratorium uji diragukan, sample yang sama kemudian diuji di laboratorium acuan untuk memastikan keberadaan penyakit pada sample tersebut. Jika kedua laboratorium tersebut bekerja dan bersinegi dengan baik, penanganan penyebaran penyakit seperti deteksi dini akan lebih cepat dan relatif mudah. Namun, jika kedua laboratorium belum berfungsi dengan baik, potensi terjadinya penyebaran penyakit baru dan penting di wilayah Indonesia menjadi sangat besar. Mekanisme pelaksanaan Mekanisme pelaksanaan merupakan ketentuan cara kerja tim dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sesuai kewenangan, baik sebagai OK, TPPt, TPPi, dan KKI, maupun pembudidaya ikan saat terjadi ancaman penyakit baru dari luar negeri dan terjadinya wabah penyakit penting di suatu unit produksi atau wilayah. Dengan begitu, risiko kerugian dan penyebaran ke wilayah lain dapat dicegah secara cepat dan efektif. Selain tugas serta tanggung jawab tim dan masyarakat, mekanisme ini juga memberikan penjelasan alur informasi secara cepat dan mudah dari masyarakat ke petugas tim. Begitu pula sebaliknya, dari pusat ke daerah. Monitoring dan evaluasi kegiatan Monitoring dan evaluasi kegiatan merupakan aspek penting dalam menilai pelaksanaan dalam penanganan penyakit baru dan penyakit penting nasional di lapangan, yaitu telah dilakukan secara cepat dan sesuai dengan rencana. Kegiatan ini dapat dilakukan secara rutin untuk memberikan penilaian status penyakit baru, hasil survailan, penetepan zona karantina, pemulihan lokasi, dan kegiatan lainnya. Selain itu, evaluasi dilakukan untuk menilai konsistensi penggunaan metoda uji, hasil uji, serta ketaatan dalam penyampaian pelaporan. l (Ed: Rochim)

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


SUKSESKAN ACARA ANDA BERSAMA GITA ORGANIZER Telah berpengalaman lebih dari 20 tahun menyelenggarakan: • Seminar (Nasional, Internasional) • Kongres, Musyawarah Nasional (Munas) • In House Training (CPOHB/Cara Pembuatan Obat Hewan yang baik, CPPB/Cara Pembuatan Pakan yang Baik, Marketing, Motivasi karyawan, English For Business, Cara alami menguasai bahasa Inggris semudah bahasa Indonesia dan lain-lain) • Customer Gathering Ahli dan berpengalaman mulai dari menyusun konsep acara, lokasi, undangan peserta, narasumber, media publikasi sampai rancangan budget Memiliki hubungan baik dengan para pakar peternakan, perikanan, kesehatan hewan, pakar ekonomi-bisnis, dan para pimpinan lembaga pemerintah antara Kementarian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan , BBPMSOH, BBALITVET, BALITNAK, BPPV, Karantina Hewan/Ikan dan Dinas Peternakan, Dinas Perikanan dan lain-lain Memiliki akses ke pimpinan perguruan tinggi dan organisasi peternakan dan kesehatan hewan antara lain GPMT,GPPU, ASOHI, PINSAR INDONESIA, GOPAN, GAPUSPINDO, GAPPI , PPAN, PPUN,PDHI, ISPI, ADHPI, PPSKI, HPDKI, HIMPULI, INFHEM, SCI, dan lain-lain. Hubungi Gita Organizer Gedung ASOHI Lt. 2, Grand Pasar Minggu Jl. Raya Rawa Bambu, 88 A Pasar Minggu Jakarta Selatan. 12520. Telp 7829689 Fax. 7820408 email: gallus.marketingeo@gmail.com HP/WA 081316312042


Foto: BPBL Batam

Budidaya

Budidaya Bawal Bintang di KJA

Benih bawal bintang

Bawal bintang adalah salah satu komoditas perikanan budidaya air laut yang beberapa tahun lalu terus dikembangkan untuk menjadi komoditas unggulan menemani komoditas lain seperti kerapu dan kakap putih.

I

kan ini punya kelebihan yakni masa budidaya yang lebih pendek sekitar 6 bulan. Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung sebelumnya telah berhasil mengembangkan percontohan budidaya atau demonstrasi farming (demfarm) ikan jenis bawal bintang dengan pencapaian produksi hingga 25 ton di dua wilayah, yakni Ringung dan Tanjung Putus, Lampung. Selain itu, bawal bintang ini sangat bagus untuk terus dikembangkan, dimana ikan ini cukup mudah pemeliharaan dibandingkan dengan ikan kerapu dan kakap putih, hanya perlu meningkatkan jaringan pemasaran mengingat pangsa pasarnya untuk domestik sehingga harus bersaing dengan ikan hasil penangkapan.

30

Prospek usahanya cukup menjanjikan, mahalnya harga bawal air laut ini juga dikarenakan ukuran ikan yang dihasilkan lebih besar dari daripada bawal air tawar serta menghasilkan daging yang lebih kenyal dan tidak berbau lumpur. Harga Bawal bintang per kg, untuk size > 500 gr/ekor berkisar Rp. 60.000 – 65.000/kg Secara umum ikan ini lebih bagus dibudidaya dengan debit air yang cukup deras. Sehingga tepian laut atau membuat kolam air deras dari aliran air sungai sangat bagus untuk mempercepat pertumbuhan. Dari sisi biaya produksi, budidaya bawal bisa ditekan terutama dalam hal pakan, karena ikan ini pemakan segala, jadi selain pakan berupa pellet, bisa diberi pakan alami berupa keong, siput, dedaunan, limbah sayuran hingga ikan rucah.

Pembenihan Menurut Perekayasa Madya Balai Besar Perikanan Budidaya Laut Lampung, Dwi Handoko Putro, kegiatan pengembangan bawal bintang di BBPBL Lampung sejak tahun 2009. Adapun pembenihan bawal bintang meliputi pemeliharaan induk, pemijahan, dan pemeliharaan larva. “Cara budidaya bawal bintang harus mengikuti pedoman Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB), menggunakan benih yang sesuai standar SNI kualitas benih yang baik. Lokasi budidaya sesuai peruntukan budidaya ikan laut. Sempling pertumbuhan ikan pembesaran, dilakukan sebulan sekali,� tambah Dwi. Pendederan benih dapat dilakukan di ruang semi outdoor atau di luar ruangan yang dilengkapi atap. Volume bak pendederan dapat bervariasi dari

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Foto: dok. Pribadi

2-5 m3. Pakan yang diberikan selama pendederan, murni berupa pakan buatan dengan frekuensi 4 - 5 kali sehari. Mengingat benih bawal bersifat aktif bergerak, sebaiknya pemeliharaannya mengguhakan sistem air mengalir. Selama 2 bulan pemeliharaan benih dapat mencapai ukuran 5 - 7 cm dan siap untuk dibesarkan di laut. Dengan manajemen yang baik, SR benih selama pendederan dapat mencapai 80-90%.

Dwi Handoko Putro

Pemeliharaan induk Pemeliharaan induk dapat dilakukan menggunakan keramba jaring apung (KJA) di laut atau di dalam bak terkontrol untuk di darat. Wadah pemeliharaan di laut yang umum digunakan berupa jaring PE berukuran 3 x 3 x 3 meter. Sedangkan bak terkontrol biasanya berbentuk bulat dengan volume 15 m3. Selama pematangan gonad, induk diberi makanan yang bagus Harga

Edisi No. 147

12/Tahu

00

Inf

Akuakultur www.in

i 2016

uar n I/15 Jan

Inf

y a d i d a n B u k a n a P e r i riti l a h Bioseku or M a j a

Akuakultur Inf

Sekt a Budiday n Perikana enih Agar B sat h Pe Tumbu n Sehat da

Edisi No.

39/Tah

Edisi No. 10/Tahun I/15 November 2015

www.infoakuakultur.com

Harga Rp. 15.000

Akuakultur L)

15%

DWITU

NGGA

B u d i d a y a

A SUNAD

IM (PT

Tangkal Hama Tambak dengan

RAWIR

Upaya

GANI ARTA

ya Budida

FOTO:

ANDI JAYAP

Pestisida Nabati

pril 201

M a j a l a h P e r i foakua kultur. k a n a com n B u d i d a y a

Inf

rikanan kto buhan Soebja rtum M a j a l a h P e r i k a n a n Slamet Meraih Pe

un IV/A

8

ISSN : 2477-

1147

Harga

Akuakultur M a j a l a h P e r i k a n a n B u d i d a y a

Rp. 20.00

0

www.in

e Vanam a h Are Ramba ikultur Mar

Dirjen Pe

Pemeliharaan Larva Pemanenan telur hasil pemijahan dilakukan pada keesokan harinya menggunakan scop net halus. Pemeliharaan larva telur hasil pemijahan dapat ditetaskan dan dipelihara di bak pemeliharaan larva yang terletak di indoor atau dalam ruangan tertutup. Bak yang digunakan dapat berupa pasangan bata atau dari

Rp. 15.0

com

kultur.

foakua

ISSN : 2477-1

agar nantinya didapatkan telur yang berkualitas. Pakan yang diberikan berupa kombinasi antara pakan buatan, ikan segar dan cumi-cumi. Pakan diberikan satu kali setiap hari hingga kenyang. Untuk melengkapi nutrisi yang dibutuhkan, diberikan tambahan multi vitamin satu kali setiap minggu. Sedangkan untuk merangsang proses kematangan gonad diberikan vitamin E satu kali setiap dua minggu.

Pemijahan Bawal bintang termasuk jenis ikan yang sulit memijah secara alami sehingga teknik pemijahannya secara buatan seperti dirangsang menggunakan hormon dengan cara penyuntikan. Induk-induk yang telah matang gonad dapat disuntik menggunakan HCG, Puberogen atau kombinasi dari keduanya. Penyuntikan dilakukan dua hari berturut-turut dengan dosis 300 lU pada hari pertama dan 500 lU pada hari kedua. Pemijahan biasanya terjadi 8 - 10 jam setelah penyuntikan kedua.

Untung Berlipat dengan Mina Padi

Ber Inovpaacu si

di Ikli m Kom p

etisi

Kolom: Drh. Abadi Soetisna MSi

Probiotik untuk Akuakultur

Genjot Produktivitas dengan

Probiotik

Untuk Informasi Iklan Hubungi: Resti Setiawati Telp : 021-782 0408, Mobile : 0812 8714 144 Email : setiawatiresti2@gmail.com Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

Perikanan Budidaya Konsumsi adalah Fokus Kami Untuk Informasi Berlangganan Hubungi: Rizky Yunandi Mobile : 0896 5473 3750 Email : pemasaran.infoakuakultur@gmail.com 31


bintang keseluruhan selama di KJA sekitar 6 – 9 bulan. Pemberian pakan pembesaran ini berupa pakan pellet komersil, frekuensi 1 - 2 kali sehari. Ukuran pellet 3 mm, 5 mm, 7 mm dan 9 mm. Banyaknya pemberian pakan pellet yaitu 1,5 – 3 % per hari, dari total biomass ikan yang dipelihara. Teknik budidaya Ikan Bawal bintang, meliputi 3 tahap pemeliharaan: Pendederan Benih berasal dari hasil Pembenihan. Pendederan dapat dilakukan di bak pendederan di darat atau pendederan di laut, menggunakan waring ukuran 1 m x 1 m x 1,5 m. Kepadatan awal 150 – 200 ekor/waring. Pemeliharaan selama 1 bulan. Pemeliharaan bawal bintang di KJA (Misdar134 Fish)

bahan fiber dengan volume 5-10 m3. Selama pemeliharaan, larva diberi pakan berupa rotifer, naupli artemia dan pakan buatan. Setelah 22 hari pemeliharaan, larva telah berubah menjadi benih dan dapat dipanen untuk selanjutnya didederkan. SR selama pemeliharaan larva hingga benih dapat mencapai 20 - 30%. Persiapan budidaya Bawal bintang diperdagangkan sebagai ikan konsumsi dan ekspor pada ukuran 800-1.000 gr/ekor. Untuk menghasilkan bawal bintaag ukuran tersebut dibutuhkan waktu pemeliharaan di KJA selama 6-9 bulan benih untuk pembesaran. Staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Bandar Lampung, Wanda Wijaya mengatakan, benih ikan bawal bintang yang ditebar di KJA berukuran minimal 6 cm dan sudah makan pellet no.2 saat di hatchery. Lanjut Wanda, benih yang akan ditebar di KJA perlu dilakukan aklimatisasi dan adaptasi terhadap perbedaan suhu dan salinitas dengan kondisi air laut ditempat pemeliharaan di KJA. Proses aklimatisasi dilakukan dengan cara meletakkan kantong plastik yang berisi benih kedalam air 32

dipetakan KJA dan dibiarkan selama ± 10 – 15 menit. Kemudian plastik packing benih dibuka dan perlahan-lahan air dari laut dimasukkan kedalam kantong plastik dan biarkan benih ikan keluar dengan sendirinya. Pemeliharaan ikan-ikan laut di KJA yang dimulai dari benih berukuran relatif kecil, memerlukan beberapa tahapan. Tahapan ini antara lain an berguna untuk menghindari tingkat mortalitas (kematian) yang biasanya tinggi. Dalam tahapan ini, ikan diseleksi berdasarkan ukurannya, untak menghindari sifat kanibal (saling memangsa) dan agar pertumbuhan ikan, lebih seragam. Dalam pemeliharaan, dibedakan adanya tiga tahap pemeliharaan, yaitu pendederan, penggelondongan, dan pembesaran. Jika pemeliharaan bawal bintang digunakan benih dari hasil penangkapan, maka pembesaran hanya dilakukan dalam dua tahapan, yaitu penggelondongan dan pembesaran karena benih dari hasil tangkapan umumnya sudah mencapai ukuran > 20 gr/ekor. Adapun benih bawal bintang yang ditebar di KJA dari ukuran 9 – 12 cm, lama pemeliharaan bawal

Penggelondongan Benih berasal dari hasil Pendederan. Penggelondongan di laut, menggunakan jaring, mesh size 0,75 – 1 inchi. Ukuran jaring 1 m x 1 m x 1,5 m. Kepadatan awal 100 – 150 ekor/jaring. Pemeliharaan selama 1 bulan. Pembesaran Benih berasal dari hasil Penggelondongan. Pembesaran di laut, menggunakan jaring, mesh size 1,5 inchi. Ukuran jaring 3 m x 3 m x 3 m. Kepadatan awal 20 ekor/ m3, kemudian mulai bulan ke – 3, kepadatan dikurangi menjadi 15 ekor/m3. Pemeliharaan selama 5 - 6 bulan. Sampai dilakukan pemanenan selektif, pada ukuran 500 gr – 1 kg per ekor. Lakukan pembersihan maupun penggantian jaring sebulan sekali atau saat jaring kotor karena lumpur atau biota penempel seperti berbagai jenis kerang, teritip dan tumbuhtumbuhan, dapat menghambat sirkulasi air, pertukaran air dan oksigen. Jika dibiarkan hal ini dapat menghambat pertumbuhan Bawal Bintang dan menimbulkan penyakit. Pembersihan jaring yaitu dengan cara menjemur dan menyikat hingga bersih. l (Adit/Resti)

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pengembangan perikanan budidaya berbasis ekosistem atau Ecosystem Approach to Aquaculture (EAA). Sebab, pasar global selain menuntut produk perikanan yang sehat dan aman dikonsumsi juga tidak merusak ekosistem.

E

AA memberikan acuan bagi para pelaku usaha bagaimana melakukan pengelolaan usaha budidaya yang mempertimbangkan keseimbangan antara aspek ekologi, sosial, dan ekonomi. Tiga prinsip akuakultur berbasis ekosistem itu, yaitu fungsi keseimbangan ekosistem dan jasa-jasa lingkungan, fungsi sosial dengan meningkatkan kesejahteraan dan kesetaraan stakeholders dan fungsi integrasi, yaitu mengikutkan sektor lain dalam pengembangannya. Kegiatan usaha budidaya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari ekosistem secara keseluruhan. Aktivitas budidaya tambak yang dilakukan oleh pembudidaya di kabupaten Pinrang sudah lama menerapkan prinsip berbudidaya udang berbasis ekosistem. Terbukti, permintaan konsumen udang windu di Jepang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Konsumen udang windu di negeri matahari terbit itu, selain menuntut bahan pangan yang dikonsumsinya sehat dan aman, juga lebih menjadikan persyaratan udang windu yang diproduksi oleh pembudidaya tetap menjamin kelestarian ekosistem melalui penerapan prinsip eco-efisiensi yaitu mendorong produktivitas dengan tetap menjaga kualitas lingkungan yang ada. Apa yang telah dilakukan oleh petambak udang windu di Pinrang sudah sejalan dengan EAA

yang menuntut sebuah pengelolaan kawasan budidaya secara terpadu. Ini penting, di tengah berbagai tantangan budidaya saat ini, khususnya permasalahan yang terjadi di perairan umum, kawasan budidaya pada wilayah yang bersifat open acces, dan kawasan yang melibatkan multisektor. Dorongan KKP dalam mengembangkan EAA saat ini kian gencar didengungkan seiring kian meningkatnya kesadaran untuk menjaga lingkungan dalam melakukan usaha budidaya perikanan. Prinsip ini pula yang kini diterapkan oleh para petambak udang windu di kabupaten Pinrang, Mereka menyebutnya budidaya udang windu ramah lingkungan. Yaitu budidaya udang windu dengan menggunakan pakan alami yang disebut sebagai phronima (Phronima sp. ). Phronima merupakan sejenis udang renik yang hidup di dasar tambak yang pertama kali ditemukan di kecamatan Suppa maka diberi sebutan Phronima Suppa. Sejak ditemukan pakan alami itu sekitar tahun 2005 merupakan awal kebangkitan udang windu di Pinrang. Bertambak cara tradisional di era modern ternyata membawa keberuntungan. Udang windu yang diproduksi dengan sistim modular dengan pakan alami Phronima Suppa menjadi incaran konsumen di pasar internasional, karena udangnya padat, sehat, alami dan yang paling penting

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

ramah lingkungan. Prinsip akuakultur berbasis ekosistem inilah yang menjadikan udang windu di kabupaten Pinrang tetap bertahan hingga kini. Namun untuk meningkatkan tata kelola dan kinerja dalam implementasi EAA maka diperlukan bimbingan dan pendampingan dari aparat terkait dalam hal ini peneliti, akademisi, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam pertemuan diskusi antara akademisi, PT Atina, penyuluh perikanan dan pembudidaya ikan di kecamatan Lanrisang, Jumat (6/4) sebagai titik awal peningkatan tata kelola dan kinerja “Pinrang Shrimp Eco-Farming Park” dalam implementasi akuakultur berbasis ekosistem. Akademisi dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Prof. Dr. Ir. H.Muhammad Hattah Fattah,MS mengatakan, untuk mempermudah dalam pendampingan maka hamparan budidaya akan dipetakan dalam bentuk area (wilayah). Dalam satu area terdiri dari beberapa petakan tambak yang memiliki sumber air dari saluran sekunder yang sama sehingga akan mempermudah dalam penyusunan rencana tebar. Kegiatan EAA ini tidak akan jalan sendiri namun akan terintegrasi dengan sektor lain, maka Hattah Fattah mengatakan, akan melibatkan BMKG dan PT Atina. Hal ini penting karena keberhasilan akuakultur erat kaitannya dengan cuaca dan iklim. Demikian juga keterlibatan eksportir udang PT Atina yang akan memasarkan produksi udang windu dari kelompok pembudidaya. l (Abdul Salam, S.Pi - Penyuluh Perikanan Madya)

33

Budidaya

Petambak Pinrang Terapkan Akuakultur Berbasis Ekosistem


Pendederan Kakap Putih

Semakin Produktif dengan Padat Tebar Tinggi

Budidaya

Kakap putih merupakan salah satu primadona ekspor yang menguntungkan dan sangat digandrungi konsumen dan penggemar ikan. Hal ini berasan, ikan kakap mempunyai rasa daging yang khas, tekstur yang lembut sehingga dipatok dengan harga tinggi di pasaran.

S

etiap tahun, permintaan terhadap komoditas ikan ini terus bertambah dari mancanegara. Sebut saja, Singapura. Negeri singa merlion ini setiap tahun membutuhkan ikan kakap hidup dan segar sebanyak 60 ribu ton per tahun. Sementara itu, Hongkong membutuhkan lebih besar lagi, sekitar 150 ribu ton per tahun. Tidak hanya itu, pangsa pasar ikan ini terbuka lebar di beberapa negara lain, seperti RRC dan negara-negara di wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Australia. Ditambah lagi, kebutuhan ikan kakap setiap tahunnya cenderung meningkat. Tidak mengherankan, melihat prospeknya yang cukup menjanjikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan,

34

melalui Dirjen Budidaya Perikanan, mencanangkan ikan kakap sebagai salah satu produk atau komoditas andalan marikultur. Hal ini sangat beralasan. Ikan kakap, tidak seperti beberapa jenis ikan lain yang harus dijual dalam bentuk hidup. Ikan kakap merupakan jenis ikan laut yang tidak harus dijual hidup, tetapi bisa dalam beragam bentuk olahan setengah jadi, seperti fillet segar, seperti halnya ikan patin. Mengenal lebih jauh kakap putih Kakap putih atau dalam bahasa Latin dikenal dengan sebutan Lates calcalifer, dijuluki dalam bahasa Inggris dengan sebutan Giant sea perch, seabass atau barramundi. Habitat hidupnya berada di sekitar

perairan pantai, muara dan air tawar. Persebaran Ikan kakap putih banyak berada di kawasan Indo-Pasifik, Australia dan Papua Nugini. Termasuk di dalamnya adalah kawasan Indonesia dan Asia Tenggara pada umumnya. Mengingat persebarannya yang cukup banyak di kawasan ini, budidaya ikan kakap putih banyak dilakukan di negara seperti Thailand, Malaysia, Indonesia, Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan di Australia. Kakap putih ini termasuk golongan ikan yang mempunyai daya adaptasi terhada lingkungan yang cukup tinggi, sehingga dapat dibudidayakan di perairan payau, tawar, bahkan di kawasan pantai. Meskipun demikian, kakap putih termasuk ikan yang mengalami siklus perpindahan lingkungan perairan yang berbeda selama siklus hidupnya. Sehingga, ikan ini dijuluki ikan katadromous, yang berarti ikan yang besar di perairan tawar akan tetapi menjalani fase kawin di perairan laut. Sector budidaya kakap putih Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Organisasi Pangan Dunia PBB (FAO), produksi ikan kakap terbesar ditempati oleh kawasan Asia Tenggara. Persentasenya dari total produksi dunia mencapai lebih dari 70%. Beberapa negara yang menyumbang produksi besar di Asia Tenggara, antara lain Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Mengingat permintaan yang tinggi di pasaran internasional, usaha budidaya sudah banyak dilakukan oleh para penggiat marikultur. Di samping karena harganya yang tinggi, faktor yang mendorong masifnya

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


marikultur ikan kakap ini karena pertimbangan teknis. Pasalnya, ikan ini termasuk jenis yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi dan dapat tumbuh mencapai ukuran yang relative besar. Selain itu, kakap dapat dibudidayakan di media penangkaran, seperti keramba jaring apung laut lepas dan lainnya. sehingga, hal ini sangat mendukung aspek budidaya marikultur. Faktor kelebihan yang mendukung lainnya, kakap putih merupakan ikan yang dapat beradaptasi dalam perairan yang berkadar garam (euryhaline). Dengan memiliki karakteristik tersebut, ikan ini sangat cocok untuk dibudidayakan di sector marikultur, pertambakan, maupun perairan tawar. Menjawab kebutuhan pasar internasional Menjawab kebutuhan pasar internasional tersebut, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus melakukan upaya pengembangan teknologi budidaya pembesaran dengan teknik keramba jaring apung. Tidak seperti KJA yang selama ini dikenal yang ditempatkan di wadukwaduk dan perairan tawar lainnya, KJA budidaya kakap putih ditempatkan di kawasan perairan laut lepas (offshore). Dengan demikian, teknologinya pun perlu diadaptasikan dengan lingkungan. Hal ini mengingat, lingkungan perairan laut sangat berbeda dengan perairan air tawar. Menurut pemaparan Dirjen Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, teknologi teknologi KJAÂ laut lepas merupakan hasil adopsi dan adaptasi dari teknologi perikanan yang dipraktikkan di Negara Norwegia. Di negara Skandinavia tersebut, teknologi KJA laut lepas dimanfaatkan untuk budidaya ikan salmon dengan produktivitas yang tinggi. Sector pendederan, pendukung marikultur kakap putih Mengingat intensifnya produksi dan budidaya kakap putih terkait

besarnya permintaan pasar, sector pendukung marikultur pun perlu ditingkatkan. Hal ini terkait dengan teknologi budidaya sampai dengan aspek benih. Terkait pasokan benih yang berkelanjutan, pembenihan dan tahap pendederan memegang peranan yang sangat penting. Tahap pendederan merupakan salah satu mata rantai produksi budidaya ikan kakap putih. Budidaya kakap yang massif membutuhkan pasokan benih yang terjamin dan berkelanjutan. Pasokan benih yang terkendala dan fluktuatif akan menganggu sector budidaya dan pembesaran kakap putih. Untuk menjamin keberlangsungan ketersediaan benih yang memadai, beberapa perekayasa dan peneliti perikanan dari BPBAP Situbondo melakukan sejumlah kajian yang terkait dengan aspek pendederan kakap putih. Sejumlah peneliti tersebut tergabung dalam satu tim peneliti yang terdiri dari Mizab Asdary, Iskandar, Pujiati, dan Slamet. Dalam kajian yang mereka lakukan, tahap pendederan kakap putih dilakukan dengan tingkat kepadatan yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mendapatkan tingkat kepadatan yang efisien sehingga dapat menghasilkan benih jenis deder yang berlimpah dengan mempertimbangkan tingkat kelulusan hidup dan pertumbuhan benihnya. Padat tebar tinggi lebih menguntungkan Dalam kajian tersebut, dilakukan pendederan dengan tiga perlakuan padat tebar yang berbeda, yaitu perlakuan A dengan padat tebar 2.625 ekor/7 m3 (375 ekor/m3), padat tebar B sebanyak 3.500 ekor/ 7 m3 (500 ekor/m3), dan terakhir padat tebar C sebanyak 4.375 ekor/7 m3 (625 ekor/ m3). Dengan demikian, perlakuan C memiliki tingkat padat tebar yang paling tinggi, disusul dengan perlakuan B, dan selanjutnya A. Dalam masa percobaan tersebut, dilakukan pemberian pakan sampai ikan merasa kenyang (sampai ikan tidak merespon

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

pakan yang diumpankan, ad libitum). Penebaran pakan dilakukan sebanyak tiga kali dalam sehari pada waktu pagi, siang dan sore hari. Untuk mendukung pertumbuhan benih yang optimum, diberikan multivitamin dengan cara dicampur dengan pakan yang ditebarkan. Sejumlah vitamin ini berguna untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh ikan terhadap penyakit. Sehingga, diharapkan ikan dapat tumbuh secara normal. Sementara itu, dosis pemberian vitamin sebanyak 2 gram untuk setiap kg bobot pakan yang diberikan setiap hari. Di samping itu, benih ikan juga diberi pakan yang berupa ikan rucah yang sudah dicincang kecil-kecil karena bukaan mulut ikan yang masih kecil. Selama masa percobaan tersebut, pertumbuhan benih dipantau dengan cara penimbangan biomassa ikan serta pengamatan kualitas air. Kegiatan ini dilakukan sekali setiap pekan. Sementara itu, pergantian air dilakukan setiap hari yang dilakukan secara flow through lebih 100%. Penyiponan dilakukan untuk membersihkan dasar wadah pendederan dari kotoran ikan dan sisa pakan yang tidak termakan. Dari kajian yang dilakukan oleh Mizab Asdary dkk tersebut, diperoleh bahwa tingkat kelulusan hidup yang paling tinggi adalah perlakuan A sebesar 89,83%. Secara berturut-turut, besarnya disusul dengan perlakuan (B) dengan nilai 76,80%, dan terakhir perlakuan (C) senilai 70,38%. Secara keseluruhan, berat mutlaknya perlakuan adalah 26,4 gr. Namun, dari aspek laju pertumbuhan, dapat disimpulkan bahwa pengelompokan benih ikan dengan tingkat kepadatan yang beragam, perlakuan A, B, dan C (berturut-turut 375, 500, dan 625 ekor/ m3) menghasilkan produksi benih deder yang relative sama. Artinya, tingkat kepadatan tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan setiap ikan. Dengan demikian, tingkat kepadatan yang tinggi lebih dianjurkan untuk mencapai tingkat produktivitas yang lebih besar lagi. l (Rochim) 35


Lirik Potensi Kakap Putih

Foto: Urbana.com

Ekonomi & Bisnis

Ikan Kakap Putih merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis, baik untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri maupun ekspor.

Ikan Kakap Putih

K

ementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendo­rong kakap putih sebagai komoditas unggulan terbaru di sektor perikanan budidaya. Selain diminati pasar domestik, pasar ekspor kakap putih juga jauh lebih terbuka dari komoditas lain, terutama untuk pasar Australia, Amerika Serikat (AS), Eropa, bahkan negara-negara di Timur Tengah. Kakap putih merupakan salah satu alternatif komoditas unggulan, selain kerapu. Jika kerapu harus dijual hidup dengan keterbatasan pasar hanya di Hongkong dan China. Kakap putih bisa diolah ataupun diekspor dalam bentuk berbagai macam bentuk, bisa frozen, filet dan lainnya sehingga pangsa pasar kakap putih lebih luas lagi. Indonesia memiliki potensi sumber daya perairan yang cukup besar untuk usaha budidaya ikan, namun usaha budidaya ikan kakap belum banyak berkembang, sedangkan di beberapa negara seperti: Malaysia, Thailand dan Singapura, usaha budidaya ikan kakap dalam keramba jaring apung (floating net cage) di laut telah berkembang. 36

Salah satu faktor yang menghambat perkembangan usaha budidaya ikan kakap di indonesia adalah masih sulitnya pengadaan benih secara kontinyu dalam jumlah yang cukup. Selain itu kurangnya keahlian masyarakat dalam budidaya ikan kakap putih. Faktor-faktor pendukung antara lain, ketersediaan lahan yang cukup, kondisi lingkungan perairan yang memadai, serta ketersedian bibit alam. Saat ini untuk mengembangkan budidaya ikan kakap putih maka dibuat suatu teknologi budidaya ikan kakap putih dalam KJA. Kegiatan yang dilakukan adalah pembesaran ikan kakap putih dalam KJA. Usaha alternatif pembesaran ikan kakap putih dalam keramba jaring apung sangat potensial untuk dikembangkan karena didukung oleh permintaan pasar yang terus meningkat. Dalam usaha pembesaran kakap putih digunakan teknologi KJA karena secara umum keramba lebih mudah dalam mengurusnya, produksinya per

satuan luas lebih tinggi KJA, dan juga waktu panennya dapat diatur dan ukurannya seragam. Secara umum kegiatan pembesaran ikan kakp putih meliputi pembuatan fisik keramba jarring apung, operasional usaha dan pemasaran. Pembuatan phisik meliputi pembuatan rangka keramba, tubuh jaring dan aksesoris lainya. Beberapa persyaratan teknis yang harus di penuhi untuk lokasi budidaya ikan kakap putih di laut seperti perairan pantai atau laut yang terlindung dari angin dan gelombang. Kedalaman air yang baik untuk pertumbuhan ikan kakap putih berkisar antara 5 ~ 7 meter dan pergerakan air yang cukup baik dengan kecepatan arus 20-40 cm/ detik. Kemudian, kadar garam 27 ~ 32 ppt, suhu air 28 ~ 30 0C dan oksigen terlarut 7 ~ 8 ppm. Keunggulan budidaya di KJA Budidaya di KJA memberikan kemudahan bagi si pembudidaya seperti ideal diterapkan di perairan terbuka dan dapat diterapkan pada seluruh spesies ikan. Selain itu, penggunaan KJA memudahkan dalam perawatan dan memudahkan saat pemanenan. Ukuran KJA yang digunakan dalam usaha budidaya kakap putih yang umum digunakan adalah ukuran rakit 2 x 2 meter, 3 x 3 meter, 4 x 4 meter, 5 x 5 meter, 6 x 6 meter, 7 x 7 meter, 8 x 8 meter, atau 10 x 10 meter dengan ukuran keramba 3 x 3 x 3 meter atau 5 x 5 x 3 meter. Sedangkan ukuran mata jaring disesuaikan dengan ukuran ikan yang dipelihara, dengan patokan tidak melebihi jarak kedua mata ikan.

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Uraian

Foto: KKP News

Pemeliharaan Pada saat benih akan ditebar dalam KJA harus di aklimatisasi terlebih dahulu dengan cara membuka kemasan benih dan meletakkannya di sisi keramba selama ½ jam sampai 1 jam agar terjadi penyesuaian terhadap suhu lingkungan secara perlahan. Padat penebaran benih ikan tersebut sebanyak 60-70 ekor per m3. Pemberian pakan secara ad libitum (sampai kenyang) sebanyak 10-15% per hari dari total biomassa ikan dengan frekuensi pemberian pakan yaitu 3 kali per hari.

KJA tempat budidaya ikan kakap putih

Vol

Satuan

BIAYA INVESTASI KJA (3x3m) (4 lubang) Rumah jaga (8x8m) Jaring (3x3x3m)

8 1 32

Unit Unit Unit

88.000.000 30.000.000 32.000.000

Peralatan operasional

1

Paket

2.850.000

Generator (2KW 110-240V) Perahu Peralatan rumah jaga TOTAL PENYUSUTAN PER TAHUN KJA (3x3m) (4 lubang) Rumah jaga (8x8m) Jaring (3x3x3m) Peralatan operasional Generator (2KW 110-240V) Perahu Peralatan rumah jaga TOTAL BIAYA TETAP PER TAHUN Tenaga kerja Teknisi Biaya perawatan Biaya penyusutan Solar TOTAL BIAYA VARIABEL Benih ikan kakap puti (4-5 cm) Pakan rucah Vitamin dan obat-obatan TOTAL PENERIMAAN Penerimaan KEUNTUNGAN Total penerimaan Total pengeluaran Biaya tetap Biaya variable Keuntungan (penerimaan–pengeluaran)

2

Unit

2.500.000 13.000.000 1.250.000 169.600.000

Paket

Harga

9.777.778 6.000.000 6.400.000 682.500 1.250.000 1.682.540 375.000 26.167.817 3 1 1 1 1

Orang Orang Paket Paket Liter

32.400.000 24.000.000 8.480.000 26.167.817 16.060.000 115.587.817

12.800 24.960 2

Ekor Kg Paket

64.000.000 124.000.000 174.000.000

70.000

Kg

380.000.000 380.000.000

115.587.187 174.000.000

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

290.387.817 90.142.182

Pakan yang diberikan adalah pakan alami seperti ikan rucah atau potongan udang. Namun membiasakan ikan memakan pakan buatan. Pemeliharaan pendederan dilakukan selama 2-3 bulan. Setelah dipelihara 2-3 bulan, kakap putih dapat mencapai ukuran berat 60-70 gram per ekor. Sehingga ikan tersebut dapat dipindahkan ke keramba pembesaran. Pada keramba pembesaran, padat penebarannya sebanyak 40-50 ekor per m3. Pemberian pakan pada tahap ini sebanyak 2 kali sehari dengan frekuensi pakan 4-10% berupa pakan alami ataupun pakan buatan seperi pelet. Pada tahap pembesaran, diberikan pula vitamin seperti amolovit dengan dosis 1 g/kg pakan dan probiotik 1-2 cc/kg pakan yang dicampurkan kedalam pakan yang diberikan setiap minggunya. Pada umur 6-7 bulan, ikan kakap dapat dipanen karena sudah memiliki ukuran konsumsi, yaitu sebesar 500700 gram per ekor. Analisis pembesaran ikan kakap di KJA sangat bervariasi dan ini disebabkan oleh perhitungan biaya operasional yang dipengaruhi oleh besarnya unit usaha alat dan bahan yang digunakan, serta letak lokasi usaha. Besarnya biaya yang tercantum dalam analisa usaha ini dapat berubah setiap waktu dan kondisi besar usaha serta pasarnya. l (Adit) 37


Joko Sasongko

Keluarga Harta yang Tak Ternilai Tokoh

Kind words can be short and easy to speak, but their echoes are truly endless

K

utipan dari tokoh dunia berpengaruh mother Theresia ini sepertinya sesuai dengan pesan moral yang coba ditanamkan oleh Joko Sasongko kepada buah hatinya. Pasalnya Joko berpesan pada buah hatinya untuk terus menjaga nama baik keluarga, baik dengan tutur kata maupun tindak tanduk perbuatan. Karena baginya bekerja bukan hanya sekedar mencari uang dan keuntungan, tetapi juga membangun nama baik. Nama baik yang dibangun tidak bisa dinilai dengan uang, hal ini erat kaitannya dengan kejujuran

38

dan kepercayaan yang kita tanamkan dalam bermasyarakat. Joko Sasongko lahir 29 Agustus 1976, tumbuh dan berkembang di kota yang memiliki hubungan sosial amat kental, Malang. Joko kecil sangat akrab dengan sapi perah, tidak heran karena sang Ayah bekerja di Koperasi sapi perah. Kini di tengah kesibukannya menjadi President Director di PT Noerway Aqua Farm, Joko berusaha menebus waktu yang tersita karena pekerjaan dengan sesekali mengajak keluarganya pergi berlibur minimal

satu tahun sekali seperti ke Bali ataupun negara-negara di Asia. Saat menjelajah suatu tempat untuk berlibur, Joko termasuk orang yang tidak pilih-pilih makanan, selama makanan tersebut masih dalam kategori halal tentunya.“Wah kalau soal makanan saya ini pemakan segala, hehhe” kelakarnya dengan sumringah. “Untuk itulah nama baik keluarga harus selalu dijunjung tinggi, melalui sikap dan tentunya dengan perbuatan,” tutur lelaki yang hobi bersepeda ini. Disela-sela obrolan bersama tim redaksi, Joko juga membeberkan kisah pertemuannya dengan sang istri bermula ketika ibadah umroh di tanah suci. “Ini sebenarnya agak lucu kisahnya, jadi saat umroh kami satu rombongan dan ternyata kami satu sama lain sempat berdoa agar dipermudah dalam menemukan jodoh,” ungkapnya malu-malu. Begitu kembali ke Indonesia kemudian Joko memberanikan diri dan melamar istrinya. “Ya Alhamdulilah diterima juga,” tukas Ayah satu orang anak ini. Menilik kebelakang ketika tim redaksi menanyakan sosok Ibunda di Mata Joko, Dia terdiam sejenak, seperti tidak ada kata-kata yang mampu menggambarkan betapa mulianya sosok Ibu di matanya. “Bagi saya sosok ibu merupakan sosok pelindung bagi anak-anaknya tanpa kenal lelah dan tanpa imbalan serta penuh dengan kasih sayang,” ujar lelaki yang sangat menikmati waktu luangnya bersama keluarga. Lebih jauh Joko menuturkan bahwa ibunya adalah sosok yang

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


selalu ada di sisinya entah bagaimana keadaan dirinya dan rela melakukan apa saja asal anak-anaknya bahagia. Sementara sosok ayahnya merupakan sosok yang tegas karakternya kuat yang mengarahkan untuk memilih jalan kehidupan ke jalan yang benar dan dengan cara yang paling mudah. Namun bukan berarti Ayahnya akan lepas tangan dengan segala pilihan yang dirinya pilih. “Ayah saya adalah orang yang akan berdiri paling depan ketika anak-anaknya terjatuh ataupun mengalami kesulitan,” tegasnya penuh hormat. Jika dilihat dari cara mendidik dirinya sangat terlihat kontras memang, bagaimana kedua orangtuanya mendidik dirinya. “Tidak diragukan lagi, ayah saya memang orang yang tegas, meski saya anaknya namun ketika salah, ayah akan menegur saya, saya yakin sekali maksud beliau baik agar kedepannya saya lebih berhati-hati

dan tidak mengulangi kesalahan yang sama dan menjungjung tinggi nama baik, karena bagi saya salah satu definisi sukses bisa dikatakan ketika kita mampu membahagiakan orang lain terutama orang tua.”

Biodata Nama Lengkap : Joko Sasongko Tempat Tanggal Lahir : Malang, 29 Agustus 1976 Pendidikan : SD N KAUMAN 2 SMP N 1 Malang SMA N 3 Malang Universitas Trisakti Fakultas Ekonomi Jurusan Mangemen Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

Kini sebagai orang tua, dirinya sangat bangga sekali ketika melihat anaknya mampu berprestasi baik secara akademis maupun non akademis. “Saya sama sekali tidak ada tujuan agar anak saya meneruskan usaha saya dan menjadikannya kaya raya, oh tidak sama sekali, sebagai orang tua saya sangat memberi kebebasan dan mendukung agar anak saya berkembang dan kalau bisa berprestasi di bidang yang dia senangi.” Jauh di lubuk hatinya ada visi yang ingin dirinya segera realisasikan, bukan hanya mampu mengayomi keluarga kecilnya tapi lebih dari itu, “saya ingin mengayomi seluruh keluarga besar saya, setidaknya bisa mendukung usaha yang sedang mereka rintis.” Dirinya juga mangaku ada 14 orang keponakan dan berharap ketika para keponakanya besar nanti mereka memiliki usaha sesuai minat dan kemauan mereka, tentu saja Joko juga bertekad agar bisa untuk mensuport mereka. Namun ada hal lain yang belum berhasil dia lakukan membuat bahagia orang tua yang terkasih.ww “Ternyata membuat orang tua tersenyum ternyata tidak mudah dilakukan, bukan hanya melalui materi tetapi juga dengan kasih sayang,” ungkapnya haru. l (Vira/ Resti) 39


Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI)

Foto-Foto: Resti

Organisasi

Upaya Industrialisasi Usaha Catfish

Tajudin Idris (kiri) sebagai Keynote speaker saat menerima cenderamata di dampingi H Midhan (tengah).

Peserta seminar industrialisasi usaha catfish

Semua pihak dari hulu ke hilir perlu niat yang kuat, untuk menjadikan usaha Catfish yang berdaya saing baik di pasar domestik dan Internasional

A

sosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI) menyelenggarakan sebuah event penting bagi industri perikanan yang bertemakan “Industrialisasi Usaha Catfish untuk Meningkatkan Daya Saing di Pasar Domestik dan Pasar Internasional” di IPB Internasional Convention Center (IICC), Bogor. ” Acara ini diikuti lebih dari 100 peserta yang terdiri dari pelaku usaha mandiri dan swasta, pemerintah, akademisi, hingga perbankan.

40

Dalam sambutan oleh Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI) H Midhan pada Forum Bisnis dan Munas Pengusaha Catfish 2018 mengatakan bahwa produksi budidaya perikanan, terutama catfish dapat naik dengan pesat jika sektor hilirnya juga berkembang dan berpotensi menjadi komoditas perikanan di masa depan. Sesi pertama diisi dengan forum bisnis menghadirkan berbagai narasumber yang mewakili berbagai stakeholders (pemangku

kepentingan). Diawali keynote speaker Tajudin Idris yang mewakili Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kemen­ terian Kelautan dan Perikanan, dilanjutkan talkshow dengan narasumber pembudidaya lele Parung - Bogor H Usman, Moh Sholin dari PT Kelola Mina Laut, pembudidaya patin Kalimantan Selatan M Suhadi dan pengusaha pengolahan patin Didi Sudarso. Hadir pula sebagai narasumber Gibran Huzaifah, efishery CEO and Founder dan Arief Setyahadi, Pemimpin Divisi Kredit UMKM Bank BJB. Sesi kedua dilanjutkan dengan Munas APCI dalam pemilihan pengurus APCI periode 2018-2023. Dalam munas ini M Suhadi terpilih sebagai Ketua Umum APCI periode 2018-2023. l (Resti)

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Berita

Mahir dalam Bisnis Udang Vaname Mina Indonesia bekerja sama dengan Mina Ceria dan Growpal gelar pelatihan bisnis udang vaname.

M

Saat foto bersama peserta pelatihan udang vaname

Foto-foto: Istimewa

ina Indonesia yang merupakan perusahaan edukasi kemaritiman, mengadakan Pelatihan Bisnis Udang Vanamei pada bulan April lalu. Program tersebut bekerja sama dengan Mina Ceria dan Growpal. Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan ilmu yang komprehensif dalam pengelolaan bisnis serta budidaya udang vannamei. Pelatihan tersebut dilaksanakan dua hari pada dua tempat yang berbeda. Hari pertama pada 28 April 2018, dilaksanakan di Hotel Puri Jaya, Jakarta Pusat dengan muatan materi meliputi Pengelolaan Budidaya Udang, Manajemen Pakan, Manajemen Kualitas Air, dan Manajemen Penyakit. Materi tersebut disampaikan oleh Dr. Supono., S.Pi., M.Si secara komprehensif dan detil. Latar belakang pembicara sendiri merupakan seorang praktisi budidaya udang yang sukses di Lampung, sekaligus sebagai dosen di Universitas Negeri Lampung. Pada hari kedua, tepatnya 29 April 2018, peserta diberikan kesempatan untuk berkunjung ke salah satu tambak milik Mina Ceria di Kecamatan Sukasari Kabupaten Subang, tepatnya di Kampung Empang. Pada kegiatan di hari kedua ini peserta diberikan materi praktik dan konsultasi dengan para teknisi budidaya udang secara langsung.

Saat kunjungan ke tambak udang

Peserta terdiri dari berbagai latar belakang meliputi mahasiswa, pegawai negeri, pegawai swasta, hingga pensiunan yang seluruhnya berminat untuk memulai usaha bisnis budidaya udang. Adapun beberapa peserta yang telah memiliki usaha bisnis budidaya udang dan ingin mengembangkan usahanya melalui pelatihan ini. Isbranto, peserta pelatihan mengatakan bahwa,� pelatihan ini memberikan suatu pengetahuan dan pengalaman yang menunjukan besarnya potensi dan peluang bisnis budidaya udang.� Jumlah peserta

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

sendiri mencapai 40 orang yang terdaftar dari 35 peserta yang ditargetkan oleh Mina Indonesia. Faiz Alhamdani Buntoro, sebagai CEO dari Mina Indonesia mencanangkan Pelatihan Bisnis Budidaya Udang gelombang 2 setelah Hari Raya Idul Fitri. Beliau berharap akan semakin banyak pihak yang mau bekerja sama untuk mewujudkan optimalisasi peluang dan potensi bisnis budidaya udang berkelanjutan, sehingga Indonesia kembali menjadi eksportir utama udang vaname di dunia l (Taufik/Resti).

41


Berita

Foto-Foto: Resti

Jalur Sutera Maritim Abad ke-21

Saat Foto bersama peserta dalam konferensi pers

S

ebagai ”Jalur Sutera Maritim Abad ke-21”, Indonesia memiliki keunggulan geografis yang unik. Menanggapi inisiatif kerjasama “One Belt and One Road” yang digagas oleh Pemerintah Tiongkok, tim delegasi dari kota Zhanjiang, Tiongkok mengunjungi Jakarta, Indonesia pada tanggal 20 April 2018 dan menyelenggarakan konferensi pers terkait acara pameran “The 5th China International Aquaculture Products Expo 2018”. Pameran ini telah diselenggarakan sejak tahun 2014, dimana setiap tahunnya skala, branding serta pengaruh dari pameran ini terus berkembang. Jumlah transaksi jual-beli yang dicapai selama pameran ini pun terus meningkat. Sebagai pameran terbesar yang mendemonstrasikan seluruh rantai industri akuakultur, acara ini menjadi salah satu ajang industri paling professional dan bergengsi di Industri budidaya perikanan di Tiongkok. Lebih dari 60% udang domestik Tiongkok diperdagangkan dalam pameran ini, sehingga menjadikan

42

Para pembicara pada konferensi pers

acara ini sebagai pilihan pertama bagi pedagang grosir produkproduk akuakultur dan pelaku bisnis perikanan professional lainnya dari seluruh penjuru Tiongkok. Pameran ini pun meraih citra positif di antara pameran domestic serupa, sehingga membentuk pepatah “Di Utara ada China Qingdao Fisheries & Seafood Expo, di selatan ada Zhanjiang International Aquaculture Products Expo”. Tim delegasi Zhanjiang terdiri dari 4 orang dari Biro Dagang Kota Zhanjiang yaitu Mr. Peng Guojian, Mr. Cai Fangpei, Mrs. Mo Tingting, dan Mrs. Huang Liqiu, serta 4 orang Guangdong Yuexi Aquatic Products Associaation yang dipimpin oleh Mr. Cen Jian selaku Sekretaris Jenderal. Bekerjasama dengan lembaga Kerjasama Ekonomi, Sosial dan Budaya Indonesia – Tiongkok di bawah koordinasi Sekretaris Jenderal Susanto Sjahrir, mereka menggelar konferensi pers di Indonesia dan mengundang para professional akuakultur Indonesia untuk berpartisipasi dalam acara pameran tersebut.

Konferensi Pers dalam rangka sosialisasi acara China International Aquaculture Products Expo 2018 ini diselenggarakan di President Lounge Menara Batavia, Jakarta . acara inipun mendapat dukungan dari asosiasi industri akuakultur dan pelaku bisnis perikanan di Indonesia, serta di hadiri Dedy H. Sutisna selaku mantan Sekjen Dewan Kelautan Indonesia, Hadi Rahardja sebagai wakil Ketua Dewan Pembina DPP LIT, Basuri Tjahaja Purnama sebagai wakil Ketua Harian DPP LIT, dan asosiasi industri serta perwakilan bisnis akuakultur seperti Henry Rahardja selaku Direktur Utama PT. Bina Aquatik Jaya. Selain itu acara ini juga mengundang sekitar 40 pengusaha lokal. Melalui konferensi pers ini, di harapkan industri asosiasi, industri akuakultur dan para pelaku bisnis perikanan di Indonesia dapat memperoleh pemahaman terkait China International Aquaculture Products Expo, dan bersedia untuk berpartisipaasi dalam pameran akuakultur internasional ini. l (Resti)

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Berita

Inovasi dari Hati di Victam 2018

Saat foto bersama para pembicara di acara Victam 2018

V

ictam kali ini kembali hadir disertai banyak pengunjung, delegasi konferensi dan peserta pameran. Pameran dan serangkaian konferensi yang menyertainya diadakan di Pusat Perdagangan dan Pameran Internasional Bangkok (BITEC). Para pengunjung merasa senang dengan jumlah peserta pameran, berbagai macam produk yang dipamerkan, terutama produk yang baru diluncurkan dan juga kualitas tinggi dari stand pameran dan profesionalisme staf pertunjukan. Ada 228 peserta pameran dan peserta pameran dari 33 negara yang hadir. Demikian juga, peserta pameran sangat puas dengan pengunjung. Peserta pameran dapat berdiskusi serius dan bernegosiasi dengan klien mereka dan klien potensial baru yang mereka temui di acara. Para peserta pameran juga berkomentar tentang kualitas pengunjung yang sangat tinggi dan dari berbagai negara mereka datang. Secara keseluruhan, selama tiga hari, 6.987 kunjungan dari 67 negara. Sebagian besar pengunjung

berasal dari luar Thailand, bahkan 45%. Angka-angka ini dengan jelas menunjukkan bahwa acara tersebut adalah pameran internasional Asia untuk industri pakan dan biji-bijian. Program pembuatan pertandingan bisnis yang baru diperkenalkan membantu peserta pameran dan pengunjung mendapatkan hasil maksimal dari pameran. Program ini berfokus pada pertemuan berkualitas tinggi dan terdiri dari kombinasi alat online, yang memungkinkan peserta pameran dan pengunjung untuk merencanakan janji mereka dengan sangat efisien dan pendekatan pribadi oleh konsultan kami. Para delegasi konferensi juga menegaskan kualitas makalah yang dipresentasikan di berbagai konferensi. Konferensi tersebut memiliki program ekstensif yang diterima dengan baik. Konferensi-konferensi tersebut adalah sebagai berikut:(1) Aquafeed Horizons Asia 2018, (2) FIAAP Animal Nutrition Conference 2018, (3) Petfood Forum Asia 2018, (4) Konferensi

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

Penggilingan Global dengan GRAPAS Asia 2018, (5) Jaminan Keamanan Pakan GMP +, (6) World Feed Industry Perspectives Conference 2018. Penyelenggara konferensi yang berbeda menyatakan bahwa kehadiran delegasi adalah baik dan bahwa para delegasi telah menghargai kualitas baik para pembicara maupun surat-surat mereka. Beberapa peserta pameran, seperti DSM, KSE, Buhler, Amandus Kahl dan IDAH mempresentasikan seminar teknis selama tiga hari pertunjukan. Victam International, penyelenggara acara, juga mengatur Konferensi Perspektif Industri Pangan Dunia. Para pembicara dari IFIF (Ms. Alexandra de Athayde), Dr. Eckel Animal Nutrition GmbH & Co. KG (Dr. Bernhard Eckel), Asosiasi Pabrik Pakan Thailand (Mr. Boontham Aramsiriwat), Asosiasi Pakan Vietnam (Mr. La Van Kinh ) dan Feed Latina (Mr. Marcio Ceccantini) dan Departemen Peternakan (Mr. Kitti Koobkaew) berbicara kepada hadirin para eksekutif internasional senior dari Selama Penerimaan Jaringan, pemenang Penghargaan Inovasi GRAPAS yang diidamkan diumumkan. Ada tiga pemenang: Pengering Aliran Listrik Geelen Counterflow, Rollermill of Satake Henry Simon dan Proses Atta dengan PesaMill dari BĂźhler. Ruang berita VICTAM melaporkan semi-live dari lantai pertunjukan untuk memungkinkan mereka yang tidak dapat hadir masih menjadi bagian dari aksi. Pembicara, pengunjung dan peserta pameran diwawancarai tentang keahlian mereka dan awak berita membuat laporan tentang acara tersebut. Lihat saluran YouTube kami, Victam International, untuk semua laporan. Acara berikutnya yang diselenggarakan oleh Victam International BV adalah VICTAM International 2019 dari 12-14 Juni, 2019 di Cologne, Jerman. Silakan temukan informasi lebih lanjut tentang acara kami di www.victam. com. Acara VICTAM Asia berikutnya akan diadakan 24-26 Maret 2020. l (Resti)

43


Berita Sekilas

Budidaya Lele di Papua

K

ementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong sektor perikanan di Papua, dengan salah satu caranya melalui budidaya lele sistem bioflok dan pakan ikan mandiri. Hal ini digencarkan dalam rangka memenuhi kebutuhan akan protein masyarakat Papua yang selama ini dinilai masih kurang. “Kenapa saya prioritaskan, karena daerah Papua termasuk yang kekurangan sumber protein,”

kata Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti saat berada di Jayapura pada bulan Maret. Lebih jauh Susi menerangkan sejak 2017 lalu pihaknya sudah memberi bantuan untuk budidaya ikan lele di Papua. Bantuan diberikan dalam bentuk ribuan ekor lele untuk diternak, pakan ikan, dan peralatan penunjang lain seperti pompa, blower, serta genset dengan total nilai keseluruhan bantuan sebesar Rp 390 juta. Selain bantuan dalam bentuk fisik, juga ada bantuan berupa pendampingan dan konsultasi selama tiga pekan kepada pembudidaya. Dari proses itu, Susi menyebutkan kini sudah mulai kelihatan hasilnya ketika para pembudidaya memanen lele yang diternak sejak tahun lalu. “Sejak diberikan pada November 2017 hingga hari ini, 16 lubang lele bioflok bantuan tersebut sudah dipanen. Masing-masing lubang menghasilkan 5 ton lele dengan ukuran 5 sampai 6 ekor per kilogram,” tutur Susi. Mengenai pakan ikan mandiri, Susi menilai Papua memiliki keunggulan tersendiri. Hal itu dikarenakan ketersediaan bahan baku untuk pakan, seperti jagung dan kedelai, masih melimpah di Papua, sehingga pembudidaya bisa memperoleh keuntungan yang besar. l (kompas.com)

Saluran Irigasi Disulap Jadi Kolam Ikan

W

arga Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, Kabupaten Banyuwangi menyulap saluran irigasi atau selokan di desa mereka yang awalnya dijadikan tempat pembuangan sampah menjadi tempat untuk memelihara ribuan ikan tawar. Ide awal pemanfaatan saluran irigasi tersebut muncul setelah adanya Peraturan Desa (Perdes) Nomor 1 Tahun 2018 yang mengatur pelarangan warga untuk melakukan penyetruman, menjala ikan, dan penggunaan obat-obatan di sepanjang irigasi sungai desa. Di dalam Perdes tersebut juga mengatur tentang pengawasan yang dilakukan warga agar saluran irigasi bermanfaat sebagaimana fungsinya. “Di setiap dusun ada 5 warga yang ditunjuk sebagai pengawas yang salah satu tugasnya mengawasi agar selokan ini tidak dijadikan tempat sampah,” jelas Suparno, Kepala Desa Jajag kepada Kompas.com Selasa (10/4/2018). “Seminggu bisa dua kali kerja bakti. Tapi tidak maksimal. Habis dibersihkan, besok ada lagi yang buang sampah. Akhirnya ya muncul ide dibuat kolam ikan seperti ini,” tambahnya. Ada empat titik selokan yang dijadikan kolam ikan. Pertama, Banyu Bening 1 sepanjang 200 meter yang berisi 16.000 ikan, Banyu Bening 2 sepanjang 250 meter dengan 8.000 ikan, serta Banyu Bening 3 sepanjang 400

44

meter berisi 8.000 ikan. Ketiga, selokan tersebut berada di Dusun Krajan, sementara satu selokan yaitu Sumber Mulyo sepanjang 700 meter dan berisi 6.000 ikan berada di Dusun Bulusari. l (Kompas) Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Berita Sekilas

Budidaya Jangan Dijadikan Polemik

K

egiatan budidaya perikanan di perairan umum banyak dituding sebagai penyebab pencemaran lingkungan. Hal ini karena adanya pendapat yang menyebutkan bahwa kegiatan tersebut memberikan kontribusi besar terhadap pencemaran lingkungan dari unsur-unsur kimia yang terkandung dalam pakan ikan. Peneliti Utama dan Profesor Riset pada Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Endi Setiadi Kartamihardja mengatakan, tuduhan adanya pencemaran air yang berasal oleh budidaya perikanan perlu dipelajari lebih lanjut dengan fakta yang lebih realistis dan komprehensif. “Berdasarkan penelitian kami, beban masukan unsurunsur kimia seperti fospor dan nitrogen yang masuk ke air sungai atau danau itu bisa sekitar 53 kali lipat lebih besar dibandingkan yang dihasilkan dari budidaya perikanan,” katanya, Senin (15/1). Oleh karena itu, lanjut Endi, perlu ditelusuri lebih jauh sumber-sumber utama pencemaran perairan yang sesungguhnya. Sementara itu, staf pengajar Fakultas Peternakan Universitas HKBP Nomensen Medan, Pohan Panjaitan, mengatakan sudah sewajarnya setiap daerah memanfaatkan sumber daya alam perairannya sebagai media budaya perikanan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. “Pemanfaatan potensi perairan nusantara, terutama sungai dan danau, untuk pengembangan budidaya perikanan yang berkualitas seharusnya tidak dipertentangkan dengan masalah pencemaran lingkungan. Budidaya perikanan yang baik juga membutuhkan kualitas

air yang bersih dan sehat,” katanya. Untuk itu, Pohan mengatakan perlu diterapkan beberapa strategi untuk mengembangkan industri budidaya perikanan yang berkualitas dan ramah lingkungan. Misalnya, penentuan zonasi dan penataan ulang lokasi budidaya perikanan, penentuan daya dukung setiap lokasi perairan untuk budidaya ikan, dan pengadaan karantina serta sistem biosekuriti budidaya ikan di pengairan umum. Saling tuding dan menyalahkan antar pemanfaatan perairan hanya akan menimbulkan konflik berkepanjangan. “Kelestarian dan kesehatan ekosistem perairan akan dapat terwujud jika setiap pemanfaat berperan aktif dan memiliki visi yang sama untuk mewujudkan kelestarian lingkungan,” demikian Endi Setiadi Kartamihardja. l (analisa.daily)

KJA Lepas Pantai Tak Akan Saingi Swasta

K

ementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memastikan bahwa Keramba Jaring Apung (KJA) lepas pantai (Offshore) tidak akan menyaingi keramba yang dibangun oleh pihak swasta. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto‎ mengatakan, melalui pembangunan Keramba Jaring Apung Offshore ini, pemerintah memberikan contoh cara yang benar kepada nelayan dan warga pesisir. Diharapkan dengan adanya contoh ini bisa mendorong

budidaya perikanan laut‎ secara benar dan tepat. Slamet juga menegaskan bahwa adanya Keramba Jaring Apung Offshore ini tidak akan menyaingi keramba terapung yang sudah dikelola swasta. “Usaha itu tidak saingi pengusaha, kita dorong dengan percontohan industri yang pro rakyat untuk tujuan sustainable,” kata Slamet, di Kantor KKP, Jakarta, Jumat (27/4/2018). Dalam pembangunan pengoperasian Keramba Jaring

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

Apung Offshore, KKP memanfaatkan tenaga kerja lokal, dengan begitu dapat menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar dan meningkatkan kesejahteraan. Selain itu, penyediaan pakan ikan budidaya diserahkan ke Koperasi masyarakat, dengan begitu proyek tersebut juga dapat menyerap tenaga kerja tidak langsung. “Industri aqua culture ini industri yang melibatkan masyarakat. Paling tidak kita melibatkan 240 orang karena cukup besar,” ungkapknya. l (Liputan 6)

45


Menguak Potensi Marikultur Nasional Kolom

Sektor perikanan budidaya mencakup: (1) perikanan budidaya di laut (mariculture), (2) perikanan budidaya di perairan payau/tambak (coastal aquaculture), dan (3) perikanan budidaya di perairan tawar atau darat seperti di danau, waduk, sungai, kolam, sawah (minapadi), akuarium, dan wadah lainnya.Â

L

ima pekerjaan rumah utama yang belum kunjung terselesaikan dalam mewujudkan cita-cita luhur Kemerdekaan NKRI adalah pengangguran, kemiskinan, kesenjangan antara kelompok penduduk kaya vs miskin yang sangat lebar, disparitas pembangunan antar wilayah (Jawa vs Luar Jawa, dan kota vs desa) yang sangat njomplang, dan rendahnya daya saing bangsa. Pasalnya, bagaiamana pun baiknya  kinerja makroekonomi seperti tingginya pertumbuhan ekonomi, rendahnya inflasi, dan relatif kecilnya rasio utang terhadap PDB tidak akan ada artinya. Jika kita kelola dengan menggunakan inovasi IPTEK mutakhir, manajemen profesional, dan akhlak mulia, sejatinya kelima permasalahan utama bangsa di atas sebagian besar bisa diselesaikan melalui pembangunan ekonomi kelautan yang meliputi sebelas sektor: (1) perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya, (3)

46

industri pengolahan hasil perikanan dan seafood, (4) industri bioteknologi kelautan, (5) ESDM, (6) pariwisata bahari, (7) kehutanan pesisir (coastal forestry), (8) transportasi/perhubungan laut, (9) sumber daya wilayah pulaupulau kecil, (10) industri dan jasa maritim, dan (11) sumber daya kelautan non-konvensional. Total nilai ekonomi sebelas sektor kelautan itu diperkirakan mencapai 1,33 trilyun dolar AS per tahun atau 1,4 kali lipat PDB 2016 atau 7 kali lipat APBN 2016. Lapangan kerja yang bisa dibangkitkan dari sebelas sektor kelautan itu mencapai 45 juta orang atau 35,2 % total angkatan kerja. Dari total potensi nilai ekonomi kelautan sebesar 1,33 trilyun dolar AS/tahun itu, potensi ekonomi sektor perikanan budidaya sekitar 200 milyar dolar AS/tahun (15%). Sedangkan, potensi ekonomi sektor perikanan tangkap hanya sekitar 15 milyar dolar AS/tahun (1,1%).

Prospek dan Tantangan Marikultur Apabila dikelola secara professional, menggunakan sains dan teknologi serta manajemen yang inovatif, inklusif, dan ramah lingkungan; sub-sektor marikultur bukan hanya bakal berkontribusi secara signifikan bagi kemajuan perekonomian nasional dan peningkatan kesejahteraan masyarkat, tetapi juga bisa menjadi salah satu sektor unggulan (leading sector) yang dapat menghela Indonesia menjadi negara maju, sejahtera, dan berdaulat. Sebab, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang tiga perempat wilayahnya berupa laut, Indonesia memiliki potensi produksi marikultur terbesar di dunia, sekitar 60 juta ton/tahun. Usaha marikultur bukan hanya menghasilkan sumber pangan protein berupa berbagai jenis ikan, kekerangan (moluska), dan crustacean (udang, lobster, kepiting, rajungan, dan lainnya). Tetapi juga sumber bahan baku bagi industri farmasi, kosmetik, perhiasan (seperti kerang mutiara), cat, film, biofuel, dan ratusan jenis industri lainnya, yang berasal dari micro algae, macro algae, avertebrata, dan biota (organisme) laut lainnya. Bahkan, dalam dekade terakhir Tiongkok sudah berhasil membudidayakan padi di perairan laut pesisir. Dengan perkataan lain,

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


Oleh: Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri, Ms Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB)

ke depan usaha marikultur juga bisa menghasilkan sumber pangan karbohidrat. Sementara itu, permintaan (demand) manusia, baik di Indonesia maupun pada tataran global, terhadap ikan, seafood, dan produk-produk marikultur lain seperti tersebut akan terus meningkat, seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk dunia. Tidak hanya memiliki prospek cerah saja, namun sektor marikultur juga memiliki tantangan dan permasalahan yang penghambat kinerja pembangunan sub-sektor marikultur. Pertama, adalah bahwa subsektor marikultur belum secara resmi  dianggap sebagai salah satu sektor pengguna ruang pembangunan dalam sistem RT/ RW nasional. Akibatnya, ketika terjadi konflik penggunaan ruang wilayah pesisir dan lautan dengan sektor-sektor pembangunan lainnya (seperti industri, pertanian, pemukiman, perkotaan, pariwisata, dan pertambangan), sektor marikultur pada umumnya yang terkalahkan. Dengan kata lain, kepastian dan keberlanjutan berusaha marikultur menjadi sangat riskan. Kedua, sebagian besar (lebih dari 65%) usaha marikultur sampai sekarang masih bersifat tradisional. Dalam pengertian, usahanya masih mengandalkan benih atau bibit dari alam, tidak memenuhi skala ekonomi  sehingga keuntungannya kecil (tidak mensejahterakan pelaku usaha), tidak menggunakan teknologi budidaya mutakhir, tidak menerapkan manajemen rantai pasok terpadu, dan tidak taat pada azas pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Ketiga, infrastruktur, aksesibilitas, dan konektivitas antara sentra kawasan marikultur dengan daerah konsumen (pasar) dalam negeri maupun pelabuhan ekspor kurang memadai. Keempat, ketersediaan benih, bibit, peralatan dan mesin marikultur (termasuk  KJA berbahan HDPE), dan sarana produksi lainnya yang berkualitas tinggi dan harganya relatif murah masih kurang mencukupi. Kelima, harga jual hasil panen usaha marikultur pada umumnya masih fluktuatif, dan posisi tawar pembudidaya marikultur lebih rendah dari pada pembeli (buyers). Keenam, pencemaran perairan laut, baik akibat buangan limbah dari aktiitas manusia di daratan maupun di lautan. Ketujuh, Perubahan Iklim Global beserta segenap dampak negatifnya, seperti pemasaman laut (ocean acidification), suhu laut yang semakin meningkat, dan anomali iklim. Kedelapan, kebijakan KKP dalam tiga tahun terakhir kurang begitu kondusif bagi kemajuan marikultur. Agenda Pembangunan Supaya sub-sektor marikultur mampu membuka lapangan kerja yang luas, menghasilkan pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkualitas (inklusif ), dan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan (sustainable), kita mesti melaksanakan empat agenda pembangunan berikut. Pertama, revitalisasi seluruh usaha marikultur yang ada (existing mariculture businesses). Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan produktivitas, efisieni,

Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

dan keberlanjutan (sustainability) dari seluruh bisnis marikultur yang ada. Sehingga, keuntungan usahanya dapat mensejahterakan pelaku usaha (termasuk karyawan) budidaya, yakni minimal 300 dolar AS (sekitar Rp 4 juta)/orang/bulan secara berkelanjutan. Angka ini dihitung berdasarkan pada garis kemiskinan Bank Dunia (2014). Yakni seseorang digolongkan sejahtera (tidak miskin), bila pengeluarannya lebih besar dari 2 dolar AS per hari. Mengingat bahwa ukuran rata-rata keluarga Indonesia di pedesaan adalah 5 orang (ayah, ibu, dan 3 anak) dan yang bekerja hanya ayah atau ibunya saja. Maka, pendapatan minimal sebuah keluarga sejahtera adalah 2 dolar AS/hari 30 hari/bulan 5 orang = 300 dolar AS/orang/bulan. Untuk dapat mencapai target tersebut, seluruh unit usaha marikultur harus memenuhi skala ekonomi (economy of scale), yakni ukuran unit usaha yang dapat menghasilkan pendapatan bagi pelaku usaha minimal Rp 4 juta/orang/bulan. Setiap unit usaha harus menggunakan teknologi mutakhir yang ramah lingkungan dan menerapkan Best Aquaculture Practices (BAP). BAP meliputi: (1) pemilihan lokasi usaha yang tepat, (2) penggunaan bibit atau benih unggul (bebas penyakit, tahan terhadap serangan penyakit, dan cepat tumbuh), (3) pemberian pakan berkualitas, (4) pengelolaan kualitas air, (5) tata letak, desain, dan konstruksi  media budidaya (cage nets, floating nets, line nets, sea ranching, dan lainnya) secara benar, (6) pengendalian hama dan penyakit, (7) biosecurity, dan (8) luas areal dan intensitas teknologi 47


budidaya tidak melampaui daya dukung lingkungan wilayah setempat. Selain itu, kita harus menerapkan pendekatan sistem rantai suplai (hatchery dan pabrik pakan pembesaran - industri pasca panen - pasar) secara terintegrasi. Pendekatan ini sangat penting untuk menjamin stabilitas harga jual produk akuakultur yang menguntungkan pembudidaya dan terjangkau oleh konsumen (sesuai nilai keekonomian), dan keberlanjutan usaha seluruh mata rantai sistem bisnis marikultur. Untuk menghindari ekses negatif dari usaha marikultur, kita harus memastikan, bahwa pakan tambahan (pelet) semaksimal mungkin dapat dikonsumsi oleh ikan atau organisme lainnya yang kita budidayakan, sehingga tidak menimbulkan limbah pakan yang acap kali mengakibatkan pencemaran perairan sekitarnya. Selain itu, kita harus hati-hati jangan sampai ikan atau organisme lain yang kita budidaya lepas ke perairan sekitarnya. Hal ini untuk menghindari dampak negatif dari invasi spesies asing yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan setempat. Kedua, berupa ekstensifikasi (perluasan) usaha marikultur di wilayah perairan laut baru yang cocok untuk usaha marikultur. Untuk meratakan pembangunan, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan rakyat, sebaiknya program ekstensifikasi ini diprioritaskan ke luar Jawa. Sangat baik, bila wilayah-wilayah perbatasan kita makmurkan dengan beragam usaha marikultur beserta segenap industri hulu dan hilir nya. Sehingga, bersama pengembangan sektor-sektor ekonomi lainnya (seperti perikanan tangkap, pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, industri industri pengolahan berbasis SDA, manufakturing, pertambangan dan energi, dan pariwisata), marikultur dapat membangun sabuk 48

kemakmuran (prosperity belt) yang melingkari wilayah NKRI, dari Sabang hingga Merauke dan dari Miangas ke Rote. Prosperity belt ini diyakini juga akan membantu terbangunnya security belt (sabuk hankam) yang dapat memperkokoh kedaulatan wilayah NKRI. Ketiga, diversifikasi spesies atau komoditas budidaya. Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati perairan (aquatic biodiversity) tertinggi di dunia mestinya Indonesia sudah membudidayakan banyak biota perairan. Namun, hingga 2014 kita baru berhasil membudidayakan tidak lebih dari 25 spesies. Sementara, Tiongkok dengan potensi keanekaragaman hayati perairan jauh lebih rendah dari pada Indonesia telah mampu membudidayakan 125 spesies orgnisme perairan. Keempat, pembangunan industri hilir (processing and packaging) yang dapat memproses dan mengemas komoditas hasil marikultur menjadi beragam jenis produk hilir untuk memenuhi pasar domestik maupun ekspor yang terus berkembang. Budidaya Offshore Sebagai antisipasi dan untuk kepentingan jangka panjang, seruan Presiden Jokowi untuk mengembangkan usaha budidaya perikanan di laut lepas di atas 12 mil dari garis pantai ke arah laut lepas sangat bagus. Akan tetapi, karena letaknya dan kondisi dinamika kelautan (oseanografis) yang lebih keras ketimbang usaha marikultur di peraian laut dangkal (coastal waters), maka biaya produksi, transportasi, logistik, dan pengamanan offshore aquaculture pasti lebih mahal dan memerlukan teknologi yang lebih canggih (sophisticated) ketimbang usaha marikultur di coastal waters. Oleh karena itu, pengembangan offshore aquaculture harus menggunakan pendekatan “a big-push development”, yakni: (1) unit usahanya harus besar supaya memenuhi

economy of scale (skala ekonomi)nya; (2) menggunakan teknologi mutakhir (state of the art technology); (3) menerapkan integrated supply chain management system (sistem manajemen rantai pasok terpadu) yang dapat memastikan stabilitas pasokan dan harga; (4) menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan; dan (5) pengamanan dari gelombang, cuaca buruk, bencana alam, pencurian, perampokan, dan bahaya lainnya. Kakap putih (barramundi) sebagai komoditas usaha offshore aquaculture adalah pilihan yang tepat, meskipun komoditas (spesies) lain yang nilai ekonominya lebih tinggi (seperti lobster dan cobia) bisa juga dikembangkan di wilayah perairan laut yang secara bio-ekologis cocok (suitable) untuk pertumbuhan spesies tersebut. Mengingat, sampai sekarang kita baru memanfaatkan perairan laut dangkal (coastal waters = perairan laut pesisir) untuk usaha marikultur kurang dari 5% total wilayah laut pesisir yang cocok untuk usaha marikultur. Maka, prioritas utama pengembangan marikultur dalam jangka pendek haruslah di wilayah perairan laut pesisir. Mulai 2018 ini sampai 2024, kita bisa mengembangkan unit usaha offshore aquaculture dengan pendekatan “big-push development” seperti diatas sebanyak di 30 lokasi (unit usaha). Masing-masing 10 lokasi di Indonesia Bagian Barat, Bagian Tengah, dan Bagian Timur. Harus dicatat, bahwa pengembangan usaha offshore aquaculture harus menggunakan teknologi dan SDM dalam negeri (nasional). Jangan, seperti tahun lalu teknologinya dari asing (Norwegia). Sebab, kita bangsa Indonesia sudah mampu mengembangkan dan menggunakan teknologi offshore aquaculture. Boleh kerjasama dengan negara maju, asalkan dananya dari hibah (grant), bukan pinjaman (loan). l

Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur


COMING SOON Member of

INDEKS OBAT HEWAN INDONESIA Edisi XI 2017

INDEX OBAT HEWAN INDONESIA Cover

: Full Colour Art Carton 310 Gr

Binding

: Lem Punggung

Halaman Isi : B/W HVS 80 Gram Tebal Isi

Penerbit

Distribusi

Kontak Hp

: 1000 Halaman : ASOHI

: GITAPustaka

: Gedung ASOHI, Grand Pasar Minggu Jln. Rawa Bambu

No. 88A

Pasar Minggu - Jakarta Selatan : 021 7820408 / 78841279

: 0856 8800 752/0856 1555 433

Berat Buku @ 2 Kg

Rp. 150.000,Belum termasuk Ongkir

Buku ini berisi informasi lengkap tentang obat hewan yang beredar di Indonesia. Itu sebabnya buku IOHI dapat menjadi buku pengangan yang sangat penting bagi berbagai kalangan yang terkait dengan obat hewan, baik aparat pemerintah, kalangan usaha obat hewan, para pengguna obat hewan, dokter hewan, penyayang hewan, peneliti maupun akademisi. Majalah Info Akuakultur | Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018

49


Inspirasi

Menghadapi Resesi Untuk membantu kehidupan satu orang hanya membutuhkan sedikit bantuan dari banyak orang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tak semua orang bisa bertahan hanya dengan mengandalkan kekuatannya sendiri. Namun, ia membutuhkan bantuan dari orang lain. Jika Engkau menyadari hal tersebut dan bersyukur karenanya, Engkau benar-benar memiliki pikiran kaya. (Konosuke Matsushita)

L

ahir dari keluarga tuan tanah, Matsushita tumbuh dalam suasana ekonomi keluarga yang mapan hingga usianya yang kedelapan. Sayangnya, usaha ayahnya bangkrut dan keluarga ini harus kehilangan propertinya. Mereka pun meninggalkan rumah dan tanah mereka yang luas dan menempati sebuah rumah kecil. Saat berusia 9 tahun, Matsushita berhenti sekolah dan pergi ke kota untuk bekerja di Toko Hibachi, yang menjual arang anglo. Di sana, ia bekerja sebagai pengasuh anak si pemilik toko. Pekerjaannya yang bagus membuat sang majikan menyukainya. Sayang, Toko Hibachi akhirnya ditutup. Si pemilik toko menawarkan Matsushita untuk bekerja di toko penjual sepeda, Godai, dan Masushita pun menerimanya. Bekerja di toko sepeda impor dari Inggris itu membuat Matsushita belajar banyak hal. Tak hanya belajar menjual sepeda, ia pun mempelajari teknik memperbaiki sepeda saat membantu di bengkel sepeda tersebut. Di usianya yang kelima belas, keinginannya untuk bekerja dan melanjutkan sekolah membuat Matsushita memutuskan berhenti bekerja di toko sepeda. Dari kakak iparnya, ia mendapat peluang bekerja di perusahaan listrik Osaka. Ketekunan dan kepandaiannya berkomunikasi dengan rekan sekerja membuat karirnya di perusahaan listrik melesat. Di usia 22 tahun, ia mencapai posisi Petugas Pemeriksa. Namun, banyaknya waktu luang membuat ia—yang biasa bekerja sepanjang hari— merasa gundah, memutuskan untuk berhenti bekerja, dan menjalankan usahanya sendiri. Sayang, usahanya dalam memproduksi fiting lampu tidak berjalan mulus. Banyak toko yang menolak barang produksinya. Hingga tabungannya selama bekerja dulu habis, bahkan terpaksa menjual kimono istrinya untuk bertahan hidup. Setahun hampir berlalu, saat keberuntungan usaha Matsushita mulai menyapa. Datang tawaran pertama dari pabrik kipas angin Kawakita Denki. Bukan untuk membuat fiting lampu, tetapi membuat tatakan kipas angin. Sejak saat itu, keberuntungan Matsushita terus datang. Matsushita mulai membangun pabrik alat listriknya yang pertama, Matsushita Denki, dengan produk andalan berupa ‘atachin’ atau attachenent plug. Alat-alat listrik lainnya pun mulai diproduksi, seperti lampu baterai Excel, lampu National, hingga setrika Super Iron. Pada tahun 1928, Matsushita Denki telah memiliki 3 pabrik dan 300 pegawai.

50

Rochim Armando

Di akhir tahun 1928, resesi melanda dunia. Pasar saham di Amerika anjlok dan imbasnya sampai ke Jepang. Omset penjualan berkurang sampai setengahnya. Meskipun begitu, Matsushita menolak usulan untuk mem-PHK karyawannya. Menurutnya, besarnya perusahaan saat ini karena usaha keras para pegawainya dan ia tak mau mengorbankan karyawannya hanya karena resesi. Untuk mengatasi hal tersebut, Matsushita memutuskan mengurangi produksi hingga setengahnya. Para pekerjanya diminta memproduksi barang setengah hari dan membantu penjualan barang di gudang dengan berkeliling. Fantastis, barang di gudang habis terjual hanya dalam waktu empat bulan. Matsushita sangat berterima kasih kepada para pegawainya atas kegigihan mereka menghabiskan stok barang di gudang. Begitu pula sebaliknya, para karyawan berterima kasih karena Matsushita tidak mem-PHK mereka. Suatu saat, seseorang datang kepadanya dan mengatakan bahwa ia ingin membeli sebuah rumah. Namun, karena resesi melanda, ia menjadi ragu-ragu dan membatalkan rencananya. Jawab Matsushita, “Jika banyak orang berpikiran sepertimu, semakin banyak orang yang tidak berani menggunakan uangnya. Akibatnya, resesi ini akan bertambah buruk. Teruskan saja rencanamu untuk membangun rumah. Dengan begitu, para pemborong akan tertolong karena mendapatkan pekerjaan.” Kali lain, datang seseorang memohon Matsushita untuk membeli mobilnya. Akibat resesi, mobil-mobil yang ia jual menjadi tidak laku. Sebenarnya, Matsushita tidak memiliki mobil, tetapi juga tidak sedang membutuhkan mobil. Namun, membayangkan bagaimana pegawainya berkeliling memasarkan produk Matsushita Denki, ia pun tak tega melihat si penjual mobil itu. Sebuah mobil pun ia beli. Tekad kuat Matsushita untuk tetap bisa berbagi, meskipun di masa resesi, membuatnya dicintai banyak orang. Terbukti, Matsushita Denki berhasil keluar dari resesi tanpa mengeluarkan seorang pun karyawan. Produknya yang berkualitas tetap diminati. Lebih dari itu, setelah Jepang kalah perang, serikat pekerja karyawannya berdemonstrasi menolak upaya sekutu untuk membekukan perusahaan Matsushita. Tak salah jika Matsushita mengatakan bahwa untuk mempertahankan eksistensi, sesorang tak cukup hanya mengandalkan kekuatannya sendiri. Butuh bantuan dari pihak lain untuk saling menguatkan. l Edisi No. 40/Tahun IV/Mei 2018 | Majalah Info Akuakultur




Turn static files into dynamic content formats.

Create a flipbook
Issuu converts static files into: digital portfolios, online yearbooks, online catalogs, digital photo albums and more. Sign up and create your flipbook.