5 minute read

3.2 Penapisan Isu

No Masalah yang Ditemukan terkait SKP Keterkaitan Terhadap Agenda 3

1. Belum optimalnya kegiatan tindak lanjut Laporan Tidak Ada Persediaan (TAP) untuk mencegah kekosongan obat di Instalasi Farmasi RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2021 2. Waktu tunggu obat jadi (WTOJ) di depo rawat jalan masih melampaui standar pada bulan Juli 2021 Whole of Government

Advertisement

Pelayanan Publik

3. Belum diaplikasikannya sistem IT yang dapat mempermudah pendokumentasian pada pelaporan konseling obat di depo rawat jalan RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2021 4. Belum dilakukannya dispensing obat narkotika injeksi untuk pasien rawat inap oleh depo farmasi RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2021 5. Tingkat kepatuhan pengisian Google form “Self Report” oleh apoteker instalasi farmasi RSHS yang telah mengikuti seminar/ lokakarya atau simposium sebagai peserta di tahun 2021 masih rendah (44%) Whole of Government

Whole of Government

Manajemen ASN

Tabel 3.2 Masalah yang Ditemukan Terkait SKP dan Kaitannya dengan Agenda 3

3.2 Penapisan Isu

3.2.1 Penapisan Isu dengan Teknik APKL

Dari isu yang ditemukan kemudian dilakukan penapisan pertama dengan menggunakan Teknik APKL. Teknik ini merupakan alat bantu penetapan isu dengan menentukan ada tidaknya kriteria Aktual, Kekhalayakan, Problematik, dan Kelayakan pada masalah yang ditemukan.

No Isu Masalah

1. Belum optimalnya kegiatan tindak lanjut Laporan Tidak Ada Persediaan (TAP) + + + - TL (Tidak Layak)

Kriteria Keterangan A P K L

untuk mencegah kekosongan obat di

Instalasi Farmasi RSUP. Dr. Hasan

Sadikin Bandung pada tahun 2021 2. Waktu tunggu obat jadi (WTOJ) di depo rawat jalan masih melampaui standar pada bulan Juli 2021 3. Belum diaplikasikannya sistem IT yang dapat mempermudah pendokumentasian pada pelaporan konseling obat di depo rawat jalan RSUP. Dr. Hasan Sadikin

Bandung tahun 2021 4. Belum dilakukannya pencampuran obat narkotika injeksi untuk pasien rawat inap oleh depo farmasi RSUP. Dr. Hasan

Sadikin Bandung pada tahun 2021 5. Tingkat kepatuhan pengisian Google form “Self Report” oleh apoteker instalasi farmasi RSHS yang telah mengikuti seminar/ lokakarya atau simposium sebagai peserta di tahun 2021 masih rendah (44%) + - - - TL (Tidak Layak)

Keterangan: A: Aktual: isu sedang terjadi dan sedang hangat dibicarakan P: Problem: isu memiliki dimensi masalah yang kompleks K: Kekhalayakan: isu menyangkut hajat hidup orang banyak L: Layak: isu masuk akal, realistis, relevan dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalah Tabel 3.3 Penapisan Isu dengan Teknik APKL

Dari semua tugas dan fungsi jabatan sebagai Apoteker Ahli Pertama di Instalasi Farmasi RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung didapatkan lima poin yang masih memiliki kekurangan dan dapat dikembangkan lagi agar dapat sesuai dengan harapan Apoteker. Isu pertama mengenai belum optimalnya kegiatan tindak lanjut laporan tidak ada persediaan (TAP) untuk mencegah kekosongan

+ + + + L (Layak)

+ + + + L (Layak)

+ + + + L (Layak)

obat yang terjadi di RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung di tahun 2021. Kekosongan obat menjadi suatu masalah yang masih ditemui pada pelayanan farmasi. Semua Apoteker penanggung jawab palayanan setiap bulan sudah membuat laporan TAP namun untuk tindakan selanjutnya dalam pencegahan kekosongan obat ini berada pada wewenang yang lebih tinggi yaitu Kepala Sub Instalasi Perbekalan Instalasi Farmasi sehingga sebagai Apoteker pelayanan hanya bisa berkoordinasi dengan bagian perbekalan farmasi dalam mengatasi kekosongan obat. Masalah selanjutnya terkait dengan pelayanan di depo farmasi rawat jalan terkait waktu tunggu obat jadi (WTOJ) dan pelaporan konseling obat pasien. Waktu tunggu obat jadi yang masih melampaui standar merupakan masalah yang masih akan terjadi pada pelayanan obat rawat jalan jika penulisan resep masih dilakukan secara manual yang dapat menimbulkan berbagai masalah yang harus dikonfirmasi dengan dokter sehingga WTOJ menjadi meningkat. Pada bulan Juli waktu tunggu obat jadi mencapai 50 menit sedangkan standar yang ditetapkan pemerintah adalah di bawah 30 menit. Masalah ketiga di depo rawat jalan adalah pelaporan konseling obat pasien yang masih dilakukan secara manual. Hal ini dapat menghambat pendokumentasian data konseling obat. Jika masih berupa lembar formulir, pengarsipan akan membutuhkan tempat yang lebih banyak dan beresiko untuk hilang. Masalah keempat yang muncul terkait tugas dan jabatan terkait dispensing obat unit dosis obat narkotika injeksi untuk pasien rawat inap. Penggunaan obat narkotika memiliki lebih banyak batasan peraturan yang dilakukan karena berdasarkan Undang-undang Nomor 35 tahun 2009, Narkotika adalah zat atau obat dari tanaman atau bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Oleh karena itu jika tidak ditindaklanjuti segera, dapat berpotensi munculnya celah atau kesempatan untuk penyalahgunaan sisa narkotika injeksi. Masalah terakhir mengenai kepatuhan pengisian google form “Self Report” Apoteker yang telah mengikuti seminar atau pelatihan yang masih rendah di tahun 2021 ini. Dari 32 orang Apoteker yang sudah mengikuti seminar atau pelatihan baru 14 orang atau sekitar 44 % yang sudah mengisi google form “Self Report” hingga bulan agustus 2021. Hal tersebut dapat menghambat pendataan saat akan menentukan siapa Apoteker yang akan mengikuti seminar atau pelatihan selanjutnya dan pada saat dibutuhkan data siapa Apoteker yang sudah memiliki kompetensi tertentu. Untuk menyelesaikan masalah tersebut

Kepala Sub Instalasi Monitoring dan Evaluasi di Instalasi Farmasi mengklasifikasikan seminar atau pelatihan yang sudah diikuti berdasarkan nama Apoteker untuk mengingatkan pengisian google form tersebut

3.2.2 Penapisan Isu dengan Teknik USG (Urgency Seriousness Growth)

Dari Teknik APKL di atas, terdapat tiga isu yang layak untuk dapat dimunculkan inisiatif pemecahan isu. Untuk menentukan isu prioritas digunakan Teknik USG (Urgency Seriousness Growth). Menentukan tingkat urgensi seberapa mendesak isu harus dibahas, seberapa serius isu jika dikaitkan dengan akibat, dan seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut dengan skala penilaian 1 sampai dengan 5. Isu dengan skor tertinggi menjadi core issue yang akan ditindaklanjuti.

No Isu Masalah

1. Waktu tunggu obat jadi (WTOJ) di depo rawat jalan masih melampaui standar pada bulan Juli 2021 2. Belum diaplikasikannya sistem IT yang dapat mempermudah pendokumentasian pada pelaporan konseling obat di depo rawat jalan RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung tahun 2021 3. Belum dilakukannya pencampuran obat narkotika injeksi untuk pasien rawat inap oleh depo farmasi RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2021 Keterangan : 1 : Sangat tidak mendesak 2 : Tidak mendesak

Kriteria Total U S G Nilai Prioritas

5 4 4 13 2

5 3 3 11 3

5 5 5 15 1

This article is from: