![](https://assets.isu.pub/document-structure/230810032558-7505a914f1ae56fbe559cbedd93278fa/v1/2dff5a5ccb7acad9bbfa172e57b63afd.jpeg?width=720&quality=85%2C50)
5 minute read
ANALISIS ISU DALAM PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI
from Optimalisasi Proses Tatalaksana Penderita Mitral Stenosis Yang Akan Menjalani Intervensi Perkutan
3.1 Identifikasi dan Analisis Isu Aktual
Identifikasi isu dilakukan dengan metode EnviromentalScanning di unit kerja Instalasi Pelayanan Jantung RSUP Hasan Sadikin Bandung dan didapatkan isu-isu aktual sebagai berikut :
Advertisement
1. Pengambilan hasil laporan TransThoracalEchocardiografi(TTE) yang lama (lebih dari 7 hari kerja)
2. Panjangnya waktu rawat inap penderita InfectiveEndocarditis(IE) yang panjang
3. Panjangnya proses tatalaksana penderita mitral stenosis (MS) dengan etiologi penyakit jantung rematik (PJR) yang akan menjalani intervensi perkutan atau bedah
Pengambilan hasil laporan TransThoracalEchocardiografi(TTE) yang lama (lebih dari 7 hari kerja) merupakan permasalahan berdasarkan aspek pelayanan publik. Indikator kinerja instalasi Pelayanan Jantung dalam penyelesaian hasil laporan TTE adalah dalam jangka waktu
3 hari, akan tetapi pada praktek di lapangan pasien baru dapat mengambil hasil laporan paling lambat hari ke-7 (hari kerja) pasca prosedur pemeriksaan. Keterlambatan hasil laporan TTE ini berpotensi memperlambat tatalaksana lanjutan pasien yang membutuhkan data TTE, sehingga isu ini layak untuk dimunculkan.
Panjangnya waktu rawat inap penderita InfectiveEndocarditis(IE) hingga mencapai 52 hari merupakan permasalahan berdasarkan aspek masalah Whole of Government (WoG).
Instalasi pelayanan jantung belum mempunyai Standar Prosedur Operasional (SPO) medis penyakit IE tersendiri, akan tetapi merujuk SPO medis dari Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia (PERKI) perawatan pasien dengan IE ini tercantum memerlukan tatalaksana pemberian antibiotik intravena minimal 4 minggu. Pemberian antibiotik intravena ini dapat diberikan di rawat jalan setelah 14 hari pemberian hanya pada pasien yang dinilai stabil, tidak ada tanda-tanda gagal jantung kongesti dan tidak terdapat komplikasi. Waktu rawat inap akan semakin memanjang apabila pasien memerlukan intervensi operatif atau mengalami komplikasi dalam masa perawatan yang sama, dan RSUP Dr Hasan Sadikin sebagai rumah sakit rujukan utama Jawa Barat seringkali menerima pasien yang memerlukan tatalaksana kompleks dan komprehensif yang pada akhirnya memerlukan waktu rawat inap yang panjang. Hal ini membuat isu ini layak untuk dimunculkan.
Panjangnya proses tatalaksana penderita mitral stenosis (MS) dengan etiologi penyakit jantung rematik (PJR) yang akan menjalani intervensi perkutan atau bedah merupakan permasalahan berdasarkan aspek masalah WholeofGovernment(WoG). Instalasi pelayanan jantung telah mempunyai SPO penyakit mitral stenosis secara komprehensif hingga tatalaksana definitif berupa Intervensi non bedah /komisurotomi mitral perkutan (KMP) dan intervensi bedah (penggantian katup), akan tetapi dari hasil penelusuran berdasarkan data registri penyakit katup yang dilakukan di internal IPJ didapatkan disproporsi jumlah pasien mitral stenosis berat yang memerlukan intervensi dengan pasien yang telah terdaftar rencana intervensi non bedah dan intervensi non-bedah. Hal ini menyebabkan memburuknya keadaan klinis pasien mitral stenosis yang tidak dilakukan tatalaksana intervensi walaupun SPO medis penyakit ini sudah terdaftar resmi di bidang pelayanan medis, sehingga isu ini layak untuk dimunculkan.
Identifikasi isu diambil berdasarkan beberapa permasalahan aktual yang ada di unit kerja yang didapatkan dari observasi selama masa orientasi dan analisis kerja pegawai.
Keterangan :
Berdasarkan skala likert 1-5 (1= sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 = sangat besar)
Urgency(Urgensi) : seberapa mendesak dikaitkan dengan waktu yang tersedia
Seriousness(Keseriusan) : apabila masalah tidak ditangani maka akan timbul masalah lain yang lebih besar
Growth(perkembangan isu) : apabila masalah dibiarkan maka masalah akan memburuk
Isu yang dipilih berdasarkan tapisan isu USG adalah panjangnya proses tatalaksana penderita mitral stenosis (MS) dengan etiologi Penyakit Jantung Rematik (PJR), yang akan menjalani intervensi perkutan atau bedah Berdasarkan data registri penyakit katup jantung, khususnya mitral stenosis karena etiologi PJR, tatalaksana definitif berupa intervensi penderita mitral stenosis berat di RSHS didapatkan belum optimal. Hal ini terlihat sedikitnya proporsi penderita mitral stenosis yang terjadwal intervensi perkutan dan bedah (36%) dibandingkan dari total jumlah penderita mitral stenosis dalam kurun waktu Januari 2020 – januari 2022. Hal ini diduga karena kurangnya koordinasi, pengintegrasian data, dan simplifikasi data yang mudah dipahami oleh klinisi yang bertugas di ruang lingkup kerja IPJ untuk menentukan pasien mana yang memerlukan intervensi non-bedah, intervensi bedah atau evaluasi ulang derajat berat kelainan katup dalam jangka waktu tertentu.
3.2 Dampak bila isu tidak ditangani
Isu mengenai panjangnya proses tatalaksana penderita mitral stenosis (MS) dengan etiologi Penyakit Jantung Rematik (PJR), yang akan menjalani intervensi perkutan atau bedah bila tidak diatasi dapat memberi dampak yang luas. Mulai dari risiko perawatan berulang di rumah sakit karena progresi penyakitnya yang akan meniingkatkan beban biaya penjamin asuransi kesehatan ataupun di RSUP Hasan Sadikin. Tertundanya tatalaksana penderita mitral stenosis juga dapat meningkatkan beban biaya keluarga penderita terkait biaya sehari-hari.
3.3 Analisis Isu
Melihat potensi dampak isu ini, maka dilakukan analisis penyebab panjangnya proses tatalaksana penderita mitral stenosis (MS) dengan etiologi Penyakit Jantung Rematik (PJR), yang akan menjalani intervensi perkutan atau bedah untuk menyelesaikan masalah yang ada.
Penyebab tersebut diinventarisasi dan dianalisis dengan menggunakan metode fishboneyang mempunyai 6 faktor yang mendkonstruksikan sebab dan akibat (6M :Man,Machine,Methode, Material,Man/Mind Power,Measurement dan Milieu / Mother Nature atau Environment). seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Berdasarkan analiasis kami, maka disusu diagram seperti di bawah ini :
Gambar 3.1 Skematik Analisis Isu (Metode Fishbone)
Penyebab permasalahan dengan hubungan sebab-akibat :
Man :
- Belum adanya persamaan persepsi kriteria penderita MS pada RHD yang mempunyai indikasi intervensi
- Tidak semua tenaga kesehatan (dokter Sp, residen) mengetahui panduan tatalaksana penderita MS pada RHD
Method :
- Pedoman tatalaksana yang telah ada belum menjelaskan alur dan tatalaksana penderita yang merupakan kandidat intervensi
- Belum adanya alur pelayanan penderita MS pada RHD yang jelas antar bagian pelayanan
Machine :
- Terhambatnya pengadaan alat untuk tindakan intervensi perkutan MS pada RHD
Materials :
- Belum adanya panduan alur detail tatalaksana penderita MS pada RHD yang diperlukan intervensi perkutan atau bedah
- Belum adanya peningkatan sosialisasi tatalaksana penderita MS pada RHD yang diperlukan intervensi perkutan atau bedah
3.4. Keterkaitan Penyebab Isu dengan Kedudukan dan Peran PNS untuk
Mendukung Terwujudnya SmartGovernance
Berdasarkan Pasal 12 UU Nomor 5 Tahun 2014, pegawai ASN berperan sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme yang mampu mengelola tantangan dan masalah keragaman sosial kultural dengan menggunakan perspektif WOG yang didasari nilai-nilai dasar (corevalues) ASN berdasarkan kedudukan dan peran PNS dalam NKRI yang mendukung smartgovernance.
Hal ini berkaitan dengan Penyebab Isu Utama yang diangkat oleh peserta, bahwa terdapat hal yang belum sesuai dengan Kedudukan dan Peran PNS, yaitu sebagai pelaksana penyelenggaraan tugas umum pemerintahan, dalam hal ini adalah kurangnya koordinasi, pengintegrasian data, dan simplifikasi data yang mudah dipahami oleh klinisi dalam hal tatalaksana intervensi pasien mitral stenosis yang bertugas di ruang lingkup kerja IPJ. Selain itu hal ini juga bersebrangan Smart Governance dan Nilai BerAKHLAK yaitu pada aspek kolaboratif. Smartgovernancedidefinisikan sebagai kemampuan pemerintah untuk membuat keputusan yang baik melalui dukungan teknologi informasi dan tata kelola kolaboratif.
3.5 Alternatif Pemecahan Masalah sebagai Gagasan Kreatif
Tatalaksana penderita mitral stenosis (MS) dengan etiologi Penyakit Jantung Rematik (PJR), yang akan menjalani intervensi perkutan atau bedah tertuang dalam SPO medis yang telah disahkan oleh direktur utama. Dari data registri katup yang telah dilakukan sejak awal tahun 2020 didapatkan disinkroni data total pasien dengan mitral stenosis berat dengan pasien mitral stenosis berat yang sudah terjadwal direncanakan intervensi baik di ruangan kateterisasi atau di daftar pasien bedah katup jantung hingga 64%.
Maka dari itu peserta mengangkat isu ini menjadi isu yang layak diangkat untuk kemudian dibuat rancangan gagasan kreatif dengan menggunakan pendekatan 5W 1H. Rancangan gagasan kreatif tertuang dalam tabel berikut :
Tabel 3.2 Pendekatan Rancangan gagasan kreatif
Isu Utama Pendekatan 5W 1H
Panjangnya proses tatalaksana penderita MS dengan etiologi
PJR, yang akan menjalani intervensi perkutan atau bedah yang diangkat adalah panjangnya proses tatalaksana penderita MS dengan etiologi PJR
What?
Who?
Dalam isu ini yang terlibat adalah klinisi
(staf pengajar dan atau di bagian poliklinik, rawat inap) dan staf yang megkoordinir penjadwalan intervensi
When?
Isu ini terdata sejak januari 2020 hingga januari 2022
Where?
Isu terjadi di wilayah pelayanan Instalasi
Pelayanan Jantung kurangnya koordinasi, pengintegrasian data, dan simplifikasi data yang mudah dipahami oleh klinisi dalam hal tatalaksana intervensi pasien mitral stenosis
Why?
How?
KUrangnya komunikasi antara pendata pasien dan klinisi
Gagasan kreatif pemecahan isu Hasil yang
- Mengoptimalisasikan pelayanan spesialistik tatalaksana penderita MS dengan etiologi PJR di rawat jalan dan Rawat inap
- Diagnostik (pemeriksaan
TTE dan transesofageal) penderita MS dengan etiologi PJR dengan tepat dan tepat sasaran intervensi
- Memberikan bimbingan pembacaan pedoman tatalaksana pada peserta didik PPDS
- Membuat revisi draft SPO untuk penderita MS dengan etiologi PJR yang terintegrasi dengan alur tatalaksana penderita hingga dilakukan intervensi perkutan ataupun bedah
Diharapkan
Seluruh penderita MS pada PJR mempunyai tatalaksana intervensi yang terstruktur dan terencana