12 minute read

Tabel 11. Matriks Rancangan Aktualisasi

No. Tabel 8. Penapisan Isu Berdasarkan USG Isu U S G Total Prioritas

1. Belum optimalnya pengkajian ulang risiko jatuh selama pemberian kemoterapi 4 5 5 14 I

Advertisement

2. Belum optimalnya pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga tentang penanganan mual muntah 4 4 4 12 III

3. Belum optimalnya pendokumentasian observasi selama pemberian kemoterapi 4 4 5 13 II

Keterangan : Skala 1-5 (1= sangat tidak mendesak, 2 = tidak mendesak, 3 = cukup mendesak, 4 = mendesak, 5 = sangat mendesak).

Definisi operasional tiap nilai sebagai berikut : Nilai 1 : isu yang sangat tidak mendesak untuk diselesaikan, tidak akan menimbulkan dampak yang besar dalam waktu yang dekat, dan tidak akan berkembang menjadi masalah yang lebih luas walaupun tidak segera diselesaikan

Nilai 2 : isu tidak mendesak untuk diselesaikan, kemungkinan menimbulkan dampak tapi tidak waktu dekat, kemungkinan bisa berkembang menjadi masalah yang lebih luas jika tidak segera diselesaikan

Nilai 3 : isu cukup mendesak untuk diselesaikan, cukup menimbulkan dampak dalam waktu dekat yang bisa berkembang menjadi masalah yang luas jika tidak ditangani

Nilai 4 : isu mendesak untuk diselesaikan, sudah menimbulkan dampak walaupun belum kompleks dan dapat berkembang cepat menjadi luas jika tidak ditangani

Nilai 5 : isu amat sangat mendesak untuk diselesaikan, sudah menimbulkan dampak yang cukup besar dan perkembangan masalah meluas sehingga butuh penanganan segera

Dari hasil penapisan tersebut didapatkan isu prioritas yaitu “Belum Optimalnya

Pengkajian Ulang Risiko Jatuh pada Pasien Kemoterapi di Ruang Fresia Lantai 2

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung” untuk dijadikan topik dalam laporan aktualisasi.

3.3 Latar Belakang Pemilihan Isu

Kanker masih menjadi masalah kesehatan terbesar di Indonesia. Berdasarkan data dari GLOBOCAN tahun 2020, suatu badan statistik kanker dibawah WHO, dengan populasi Indonesia yang lebih dari 270 juta jiwa, terdapat hampir 400.000 kasus kanker dengan lebih dari 230.000 kematian. Kanker termasuk kelompok penyakit tidak menular yang merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Indonesia setelah penyakit jantung dan stroke (Kemkes, 2020). Salah satu terapi pengobatan kanker yang tersedia saat ini adalah kemoterapi. Kemoterapi merupakan salah satu obat dengan kewaspadaan tinggi (high Alert Medication) yang harus dilakukan pemantauan khusus dalam pemberiannya. Kemoterapi dengan efek samping yang bervariasi dari ringan hingga berat dapat mempengaruhi kondisi fisik dan psikologis pasien. Kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya cedera atau jatuh pada pasien kemoterapi. Jatuh menurut Forum Mutu Nasional tahun 2012 merupakan suatu kondisi tibatiba, tidak diinginkan, perpindahan tubuh pasien kearah bawah (lantai/dasar) atau benda lainnya yang tidak terkendali. Angka kejadian jatuh pasien rawat inap berkisar 25%-84% dan tersering ditemukan pada 4 hari pertama perawatan (59%); selama shift akhir pekan (49%) dan antara jam 11.00 – 23.00 (55,6%). Lokasi jatuh paling ering terjadi di ruang perawatan pasien (42,7%), kamar mandi (33%) dan ruang masuk perawatan (11,3%). Cooper (2011) menemukan bahwa angka kejadian jatuh tertinggi (28%) ) terjadi pada pasien 11-18 tahun dengan diagnosis primer kelainan hematologi/onkologi (Keputusan Direktur Utama tentang Panduan Pencegahan dan Manajemen Jatuh RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, 2018) Pasien jatuh di rumah sakit berdampak pada cedera pasien bahkan kematian dan menjadi kejadian kedua terbanyak dalam perawatan kesehatan setelah kesalahan pengobatan (JCI, 2015). Pasien jatuh di rumah sakit juga dapat berdampak pada lamanya hari perawatan pasien dan menambah biaya perawatan di rumah sakit (Nur,

dkk, 2016). Oleh karena itu rumah sakit wajib menerapkan pogram pencegahan risiko jatuh bagi pasien yang bertujuan mengurangi risiko cedera pasien akibat jatuh. Risiko jatuh merupakan salah satu komponen dari Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang menjadi salah satu indikator penilaian mutu rumah sakit (JCI, 2015). Perawat sangat berperan penting dalam menciptakan budaya keselamatan pasien (Najihah, 2018). Salah satu upaya untuk menerapkan budaya keselamatan pasien adalah dengan melakukan penilaian risiko jatuh pada pasien (Putri et al., 2017). JCI menyatakan bahwa rumah sakit memerlukan elemen penilaian untuk mengurangi risko jatuh. Elemen penilaian tersebut meliputi (1) rumah sakit menerapkan proses pengkajian awal (assessment) dan pengkajian ulang (re-asesment) pada pasien dengan risiko jatuh bila diindikasi perubahan kondisi atau pengobatan pasien, (2) melakukan upaya pencegahan risiko jatuh pada pasien yang diindikasi memiliki risiko untuk jatuh, (3) evaluasi upaya yang dilakukan dalam pencegahan risiko jatuh, (4) pengembangan kebijakan atau prosedur yang bertujuan untuk pengurangan risiko jatuh (JCI, 2015). Dalam Keputusan Direktur Utama tentang Panduan Pencegahan dan Manajemen Jatuh RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (2018) pengkajian awal adalah penilaian risiko jatuh yang dilakukan pada pasien baru datang ke rumah sakit. Pengkajian ulang (re-asesment) jatuh diakukan oleh perawat setiap hari pada pasien rawat inap. Penilaian ulang juga dilakuakn pada pasien yang mengalamai perubahan kondisi (tampak lemah, bingung, vertigo, perubahan kesadaran, perubahan hemodinamik), saat sebelum transfer, setelah emndapat tindakan ( transfusi, ;latihan rehabilitasi medik, pelayanan nuklir, radioterapi, radiologi, hemodialisisi, kemoterapi, kateterisasi jantung, persalinan, curetage, anestesia dan pembedahan), pasien yang mendapatkan obat (sedasi, anti hipertensi, diuretic dan psikotropika). Ruang Fresia lantai 2 merupakan salah satu unit pelayanan kemoterapi rawat inap dewasa kelas III di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung (RSHS). Hasil studi pendahuluan di ruang Fresia 2 didapatkan bahwa belum optimalnya pengkajian ulang risiko jatuh pada pasien selama pemberian kemoterapi. Target capaian indikator mutu ruangan adalah 100 % melakukan pengkajian awal dan pengkajian ulang risiko jatuh. Terdapat 3 dari 10 rekam medis pasien dengan pengkajian ulang risiko jatuh yang tidak terisi. Dalam melakukan pengkajian ulang risiko jatuh 9 perawat mengatakan mengetahui adanya SPO Pengurangan Risiko Jatuh Pasien Kemoterapi (arsip.rshs.or.id), 7 diantaranya mengatakan belum optimal dalam melakukan pengkajian ulang risiko jatuh yang sesuai SPO. Hal ini disebabkan beberapa faktor antara lain beban kerja perawat yang tinggi dan merasa perlu penjelasan kembali

mengenai instrumen Morse Fall Scale yang ada saat ini agar pengkajian ulang dapat dilakukan dengan cepat dan tepat. Berdasarkan uraian di atas, perlu adanya inovasi untuk memudahkan kerja perawat dalam pengkajian ulang (re-asesment) risiko jatuh pasien kemoterapi yang sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) di ruang Fresia 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung untuk mencegah terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) sebagai upaya peningkatan mutu keselamatan pasien.

3.4 Analisis Isu

Setelah didapatkan isu prioritas, selanjutnya dilakukan identifikasi akar penyebab masalah dengan metode fish bone sebagai berikut :

Environtment

Method Measurement

Perputaran pasien yang cepat, jumlah pasien tidak sebanding dengan jumlah perawat yang bertugas Perlu adanya inovasi “Visual Reminder” pengkajian ulang risiko jatuh Belum ada jadwal rutin sosialisasi SPO

Form monitoring yang sudah ada masih manual (paperbase), terkadang stok form habis

Kurangnya pemahaman perawat terhadap SPO (7 dari 9 perawat belum optimal melakukan pengkajian ulang sesuai SPO)

Fitur monitoring jatuh pada EMR belum bisa digunakan karena maintenance

Material

Beban kerja yang tinggi, jumlah perawat tidak sebanding dengan jumlah pasien

Man

Tidak diperlukan anggaran untuk optimalisasi pengkajian risiko ulang jatuh

Money

Belum Optimalnya Pengkajian Ulang Risiko Jatuh pada Pasien Kemoterapi di Ruang Fresia Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

28

3.6 Gagasan Pemecahan Isu

Gagasan pemecahan isu yang dilakukan bersumber dari Sasaran Kinerja Pegawai dan inovasi dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar aparatur sipil negara (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi), prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Government serta diintegrasikan dengan nilai dan visi misi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung. Keterkaitan dengan prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Government antara lain:

Tabel 9. Keterkaitan dengan substansi Agenda 3

Manajemen ASN 1. Melaksanakan kebijakan dan pelayanan publik secara profesional sesuai dengan kompetensi dan kewenangan klinis dengan mengoptimalkan pengkajian ulang risiko jatuh pada pasien kemoterapi . 2. Pelaksanaan tindakan keperawatan kepada pasien dilaksanakan sesuai dengan kode etik keperawatan.

Pelayanan Publik 1. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan SPO yang berlaku di RS merupakan bagian dari prosedur pelayanan. 2. Keamanan pelayanan tindakan keperawatan yang terstandar. 3. Tanggung jawab petugas terhadap keselamatan pasien.

4. Kedisplinan petugas dalam menjalankan SPO intervensi keperawatan.

5. Keramahan dalam memberikan informasi dan diskusi ilmu pengetahuan. 6. Mengupayakan “reminder visual” sebagai bagian dari sarana yang memadai. Kemampuan perawat terkait pengkajian ulang risiko jatuh yang sesuai SPO untuk menjaga mutu asuhan keperawatan Whole Of Government Kerjasama dan komunikasi yang efektif antar unit kerja dalam rumah sakit seperti perawat dengan IT/SIRS terkait upaya optimalisasi penggunaan fitur-fitur dalam EMR. Serta melakukan kerjasama antar perawat pelaksana dengan

perawat pimpinan dan pengawas ruang Fresia 2 terkait dengan optimalisasi pengkajian ulang risiko jatuh pasien kemoterapi yang sesuai SPO sehingga terjalin kolaborasi yang baik untuk mutu keselamatan pasien.

Unit Kerja : Ruang Rawat Inap Fresia Lantai 2

Isu yang diangkat : Belum Optimalnya Pengkajian Ulang Risiko Jatuh pada Pasien Kemoterapi di Ruang Fresia Lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Untuk mengatasi isu tersebut agar tidak menimbulkan dampak yang tidak diinginkan dikemudian hari maka penyusun mengajukan beberapa gagasan pemecahan isu berdasarkan akar masalahnya.

Tabel 10. Gagasan Isu

No.

Gagasan Pemecahan Isu

1. Konsultasi rencana optimalisasi pengkajian ulang risiko jatuh pasien kemoterapi kepada kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan mentor. 2. Analisis kebutuhan dan pengumpulan referensi terkait SPO Pengurangan Risiko Jatuh 3. Pembuatan video reminder pengkajian ulang risiko jatuh pada layar depan EMR 4. Koordinasi penayangan video reminder dan penggunaan fitur monitoring jatuh pada EMR 5. Sosialisasi / persamaan persepsi kepada perawat kemoterapi Fresia lantai 2 terkait pengkajian ulang risiko jatuh pasien kemoterapi sesuai SPO, penayangan video reminder dan simulasi cara pengisian monitoring jatuh 6. Evaluasi pelaksanaan pengkajian ulang risiko jatuh pasien kemoterapi

Keterangan

SKP

SKP

Inovasi

Inovasi

SKP

SKP

3.6 Matriks Rancangan Aktualisasi

MATRIKS RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI

No. Kegiatan Tahapan Output

1. Konsultasi

rencana optimalisasi pengkajian ulang risiko jatuh pasien kemoterapi kepada kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan mentor. 2. 1. Menentukan kontrak pertemuan 1. Mendapatkan waktu dan tempat untuk bertemu

31

Keterkaitan Substansi Mata Pelajaran

Sebelum bertemu, saya membuat kontrak waktu terlebih dahulu dengan kepala ruangan, wakil kepala ruangan, dan mentor melalui chat whatsapp dengan bahasa yang sopan dan santun dan rasa hormat sebagai wujud aktualisasi MP. Etika Publik

Saya menghargai waktu dengan berupaya hadir tepat waktu merupakan wujud dari nilai MP.

Anti korupsi

Kontribusi Terhadap Visi

Misi Rumah

Sakit

Konsultasi yang terjalin merupakan bentuk gotong royong yang merupakan landasan terwujudnya visi rumah sakit yaitu terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, berkepribadian

Penguatan Nilai Organisasi

Konsultasi bersama dengan Kepala, wakil dan mentor sebagai langkah awal menemukan isu yang tepat yang relevan dengan kondisi saat ini sehingga ditemukan langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan

2. 2. Berdiskusi terkait gagasan pengkajian ulang risiko jatuh pasien kemoterapi 3. Rencana isu dapat tersampaikan dan mendapat dukungan dari kepala ruangan, wakil dan juga mentor

3. Evaluasi setelah konsultasi 4. Mendapat saran dan masukan untuk perbaikan gagasan

5. Persetujuan/ dukungan pada lembar konsultasi Saya menyampaikan ide dan inovasi sebagai bentuk aktualisasi

MP. Komitmen mutu,

Penyampaiannya dilakukan secara jujur dan transparan bedasarkan data dan fakta yang ada saat kajian situasi merupakan wujud aktualisasi MP. Akuntabilitas dan dengan cara yang sopan dan santun sebagai wujud aktualisasi MP. Etika

Publik.

Selanjutnya saya berdiskusi sebagai bentuk musyawarah untuk mencapai kemufakatan sebagai bentuk aktualisasi MP. Nasionalisme, mendengarkan dan menghargai saran yang diberikan dengan rasa hormat merupakan nilai MP. Etika Publik berdasarkan gotong royong kemajuan ilmu, teknologi dan evidence base. Hal ini menguatkan tata nilai RSUP Dr. Hasan Sadikin yaitu : Unggul, Integritas, Inovatif dan Profesional (Pamingpin Pituin)

32

2. Analisis kebutuhan dan pengumpulan referensi terkait SPO Pengurangan Risiko Jatuh Setelah itu saya melakukan dokumentasi konsultasi pada lembar konsultasi sebagai bukti dukungan / persetujuan sebagai wujud aktualisasi MP.

Akuntabilitas

1. Mengkaji kebutuhan audience (perawat) tentang penejelasan tiap aspek dalam Morse Fall Scale 1. Mendapatkan informasi kebutuhan audience sebagai bahan ajar saat sosialisasi/persamaan persepsi pengkajian ulang risiko jatuh kepada perawat Saya mengkaji kebutuhan audience terlebih dahulu sebelum memberikan edukasi agar penyampaian informasi dapat tepat sasaran, efektif dan efisien sebagai wujud aktualisasi

MP.Komitmen Mutu

1. Mengumpulkan literatur dan informasi terkait

Morse Fall Scale (IPSG 6) melalui pokja COP Mendapatkan bahan literatur terkumpul, memahami SPO pengurangan risiko jatuh pasien kemoterapi dan penjelasan setiap aspek pada instrumen Morse Fall Scale sesuai referensi Saya bekerja keras dan disiplin dalam mengumpulkan dan mempelajari literatur merupakan penerapan dari nilai MP. Anti Korupsi dengan tetap memperhatikan aspek kejujuran dan dapat Sebagai pribadi yang bertanggung jawab dengan melakukan tindakan yang didasarkan pada data dan fakta. Hal ini sejalan dengan visi rumah sakit yaitu terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, Mengkaji kesiapan diri dan audience serta memberikan informasi berdasarkan referensi yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan merupakan wujud Intergritas, sebagai mana yang terkandung dalam tata nilai RSUP Dr

33

34 dipertanggungjawabkan merupakan wujud aktualisasi

MP. Akuntabilitas

Saya mencantumkan referensi yang benar sesuai dengan kaidah merupakan bentuk penerapan nilai MP. Etika Publik

Sebelum bertemu dengan Tim Pokja SKP 6 saya melakukan kontrak waktu dengan bahasa yang sopan dan santun serta rasa hormat merupakan aktualisasi nilai MP. Etika Publik kemudian berdiskusi dan menghargai masukan-masukan yang diberikan juga merupak wujud aktualisasi MP. Etika

Publik

berkepribadian berdasarkan gotong royong. Hasan Sadikin Bandung . (Pamingpin Pituin)

2. 3. Melakukan penyusunan bahan ajar untuk diskusi 2. Deskripsi/ draft yang sudah di susun untuk bahan ajar Dalam menyusun saya memperhatikan aspek ketelitian, detail dan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan merupakan penerapan MP. Akuntabilitas, guna meningkatkan mutu secara berkelanjutan untuk kepentingan bersama sebagai aktualiasai MP Komitmen mutu.

Mempersiapkan bahan ajar dengan baik yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar agar dapat diterima dengan baik oleh audience merupakan wujud implementasi

MP.Nasionalisme

3. Pembuatan 1. Menentukan konsep video video reminder animasi 1. Konsep video selesai Dalam menentukan konsep video, saya menyusun sesuai Dalam pembuatan Pembuatan video animasi “visual

35

pengkajian ulang risiko jatuh pada layar depan EMR 2. Melakukan konsultasi konsep video kepada kepala ruangan, wakil dan mentor. 2. Konsep video disetujui dengan ketentuan literatur, secara teliti merupakan wujud nilai MP. Akuntabilitas kemudian berkonsultasi dengan mentor dengan rasa saling menghargai dan menghormati merupakan bentuk aktualisasi nilai MP.

Nasionalisme

3. Pembuatan dan editing video Saya melakukan tindakan sesuai dengan arahan dan persetujuan sebagaimana yang tertera dalam lembar konsultasi merupakan wujud MP. Akuntabilitas 3. Video selesai dibuat Saya membuat video original/ non plagiarism sebagai wujud aktualisasi MP. Anti korupsi dan isi video tetap memperhatikan norma dan tidak melanggar SARA merupakan aktualiasai nilai MP. Etika Publik. video hingga penayangan dilakukan atas kerjasama yang baik dengan berbagai pihak. Selain itu mengedepankan teknologi untuk meningkatkan mutu pelayanan sejalan dengan visi rumah sakit terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, berkepribadian berdasarkan gotong royong. reminder” pengkajian ulang risiko jatuh pada layar depan EMR sebagai wujud inovasi dan kepedulian kepada perawat dan pasien sehingga meningkatkan mutu keselamatan pasien. Hal ini menguatkan tata nilai RSUP Dr Hasan Sadini Bandung Pamingpin pituin.

36

4. Melakukan koordinasi untuk penayangan di layar depan

EMR 4. Video mendapat izin untuk tayang di layar depan EMR

37 menyampaikan hasil video kepada mentor dengan cara yang santun serta menerima saran dan perbaikan untuk kesempurnaan subtansi video tersebut merupakan aktualisasi nilai MP.

Etika Publik

Saya memperhatikan aspek kesesuaian dan keakuratan informasi dalam video sebagai aktualiasai MP. Akuntabilitas Sebelum berkoordinasi, lebih dahulu saya melakukan kontrak waktu pertemuan dengan cara yang sopan dan bahasa yang santun merupakn penerapan nilai MP. Etika Publik. Kemudian menyampaikan gagasan penayangan video dengan bahasan yang baik dan lugas serta keterbukaan menerima

This article is from: