7 minute read

3.6 MATRIKS INTERNALISASI PELAKSANAAN NILAI-NILAI ANEKA

Next Article
2.3 Profil Peserta

2.3 Profil Peserta

subklinis. Hingga saat ini obat anti kanker jenis kemoterapi yang sudah dapat digunakan secara klinis mencapai 70 jenis lebih dan sudah lebih dari 10 jenis kanker yang dapat disembuhkan dengan kemoterapi, atau sekitar 5% dari seluruh pasien kanker. Jumlah ini hampir setara dengan 10% dari angka kematian akibat kanker setiap tahun, termasuk kanker dengan derajat keganasan tinggi. Pada sebagian kanker lainnya, meskipun tidak dapat disembuhkan dengan kemoterapi, namun lama harapan hidupnya dapat diperpanjang. Menurut sebuah penelitian, disebutkan bahwa kemoterapi memiliki beberapa efek samping fisiologis seperti demam, rambut rontok, sariawan, mual dan muntah (Herfiana 2017). Pada penelitian lainnya, efek samping lain yang dapat timbul akibat kemoterapi adalah nyeri, diare, ekstravasasi pada jalur penginfusan, dehidrasi, penurunan berat badan dan dermatitis (Higdon, Atkinson, and Lawrence 2018).

Karena kemoterapi memberikan banyak efek samping maka diperlukan discharge planning yang baik agar pasien dapat mempertahankan status kesehatannya hingga siklus kemoterapi selanjutnya. Selama melakukan dinas di Ruangan Kenanga 2 saya menemukan bahwa pelaksanaan edukasi saat pasien pulang belum optimal dilakukan. Beberapa pasien datang untuk kemoterapi selanjutnya dengan kondisi yang memerlukan perbaikan kondisi umum seperti transfusi darah, pemberian antibiotik atau pemeriksaan lainnya. Beberapa pasien mengalami infeksi diluar hospitalisasi seperti batuk dan pilek. Beberapa pasien mengalami penurunan berat badan, hal ini dapat terjadi karena progress penyakit, kurangnya intake nutrisi atau kandungan nutrisi yang diberikan tidak adekuat.

Advertisement

Perilaku beberapa orangtua pasien dan pasien belum menunjukkan perilaku hidup sehat. Seperti masih membiarkan anaknya makan makanan berpengawet, orangtua kebingungan jika anak mengalami penurunan nafsu makan dan kurang dapat menjaga kebersihan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan dukungan yang optimal saat pasien pulang berupa edukasi. Pendidikan kesehatan dapat membantu orangtua dan pasien untuk melakukan langkah-langkah mandiri dalam mempertahankan status kesehatan dan mendorong orangtua untuk melakukan perilaku hidup sehat. Pendidikan kesehatan yang dapat diberikan pada pasien yang mendapatkan kemoterapi diantaranya (Barron and Pencharz 2007; European Society for Medical Oncology 2016; Kitamura et al. 2008; Klemencic and Perkins 2019). 1. Saat pasien akan pulang, pastikan: a) sudah mendapatkan jadwal kemoterapi atau kontrol selanjutnya; b) sudah melakukan reservasi kontrol; c) apabila pasien 27

melakukan reservasi mandiri, pastikan pasien mengetahui cara reservasi tanggal kontrol. 2. Perawatan umum saat di rumah: a. Perawatan mulut, karena pasien kemoterapi sering mendapatkan sariawan atau luka pada mulut maka diperlukan edukasi tentang perawatan mulut, b. Olahraga, tetap aktif secara fisik merupakan hal yang penting, maka olahraga dapat dilakukan dengan berjalan dan olahraga ringan sesuai dengan kemampuan fisik dan tingkat energi anak, c. Menjaga kebersihan, karena kemoterapi dapat menyebabkan kekebalan tubuh menurun pastikan untuk selalu menjaga kebersihan tubuh dan lingkungan d. Perawatan kulit, apabila kulit kering dapat diberikan pelembab, apabila anak mengalami luka pada kulit setelah kemoterapi mintalah kepada dokter untuk obat topikal, e. Menghindari kontak dengan orang sakit, misalnya batuk dan pilek, f. Periksakan ke fasilitas kesehatan terdekat apabila anak mengalami nyeri tenggorokan, karena kemungkinan anak mengalami infeksi, g. Apabila anak mengalami penurunan nafsu makan maka anjurkan untuk makan sedikit tetapi sering, berikan makanan yang memiliki rasa hambar, makanan lunak dan menghindari makanan dengan bau menyengat. h. Perbanyak konsumsi air putih dan makanan berserat ntuk mendegah konstipasi, dan i. Konsumsi obat yang diperoleh sesuai dosis. j. Senantiasa melakukan protokol kesehatan yaitu mamakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan menghindari kerumunan. k.Skala nyeri dan manajemen nyeri pada anak 3. Perawatan bagi kasus khusus, yaitu: a. Bagi pasien Sindrom Nefrotik Resisten Steroid (SNRS) agar selalu memantau warna urin, bengkak pada tubuh dan kelopak mata, penambahan berat badan, kepatuhan terhadap diet dan batasan cairan per hari yang disarankan dokter. b. Bagi pasien yang pulang dengan adanya luka, keluarga harus dapat merawat luka dan mempertahankan kebersihan balutan dan kesterilan luka. c. Bagi pasien yang pulang dengan menggunakan selang makan, keluarga diajarkan tata cara pemberian makan melalui selang makan. 28

4. Keluarga harus mengenali tanda-tanda bahaya agar anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan jika: a) perdarahan yang tidak diketahui asalnya, misal mimisan, perdarahan gusi atau di tempat lainnya; b) ruam atau luka yang menjadi merah, bengkak, panas atau nyeri; c) demam ≥ 38℃; dan d) kejang. 5. Lalu untuk persiapan kemoterapi selanjutnya, pastikan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit, seperti Rujukan BPJS harus masih berlaku/aktif, kepesertaan BPJS harus masih aktif, datang membawa surat kontrol dan telah melakukan reservasi online.

Informasi-informasi diatas harus dapat tersampaikan dengan baik dan keluarga dan pasien mengerti sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti keterlambatan membawa anank ke fasilitas kesehatan dan tertundanya pemberian kemoterapi. Selain itu, dengan diberikannya edukasi saat pulang maka kondisi pasien saat kemoterapi selanjutnya diharapkan sehat dan siap untuk dilakukan kemoterapi.

3.4 ANALISIS ISU

Setelah melakukan identifikasi terhadap prioritas isu yang akan diselesaikan, maka digunakan diagram fishbone atau cause and effect diagram. Pada diagram ini akan ditampilkan penyebab dari isu yang telah dipilih.

29

MAN

Pemahaman perawat terkait pentingnya edukasi pasien post kemoterapi saat pulang beragam

Melakukan edukasi tanpa mengevaluasi Kembali pemahaman pasien/keluarga

Metode pemberian edukasi masih dengan verbal tanpa menyiapkan media edukasi yang sesuai kebutuhan pasien

Proses discharge planning pasien belum dilakukan secara optimal.

METHOD Penyebab

MATERIAL

Belum ada media edukasi terkait perawatan anak di rumah setelah kemoterapi di Ruangan Kenanga lantai 2

Penggandaan media edukasi memerlukan biaya operasional dari pihak lain (Promkes)

Pembuatan media edukasi memerlukan anggaran dana tersendiri

MONEY

Gambar 3.1 Diagram Fishbone

30

Akibat

Belum optimalnya pemberian pendidikan kesehatan oleh perawat kepada pasien post kemoterapi dan keluarga di Ruangan Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

3.5 GAGASAN PEMECAHAN ISU

Gagasan pemecahan isu yang dilakukan bersumber dari SKP (sasaran kinerja pegawai), perintah atasan, dan inovasi dengan mengaplikasikan nilai-nilai dasar aparatur sipil negara (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti

Korupsi), prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of Government serta diintegrasikan dengan nilai-nilai dan visi misi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung.

Keterkaitan dengan prinsip Manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan Whole of

Government diantaranya.

Tabel 3.4 Keterkaitan Nilai Dasar ASN

Nilai dasar Keterkaitan substansi Manajemen ASN a. Melaksanakan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional b. Melaksanakan tugas dengan jujur bertanggung jawab dan berintegritas tinggi. Pelayanan Publik a. Prosedur pelayanan b. Kejelasan petugas pelayanan c. Kedisiplinan petugas pelayanan d. Tanggung jawab petugas pelayanan e. Kemampuan petugas pelayanan f. Kenyamanan pelayanan g. Keamanan pelayanan

Whole of Government a. Kerjasama b. Kolaborasi c. Koordinasi

Unit Kerja : Ruangan Kenanga lantai 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Gagasan pemecahan isu yang dipilih adalah membuat media lembar balik dan draft leaflet berisi tentang cara perawatan di rumah setelah kemoterapi pada anak sebagai pendukung edukasi kesehatan saat pasien pulang. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

31

Tabel 3.5 Kegiatan-kegiatan Gagasan Pemecahan Isu

No. Kegiatan Sumber

1. Penyampaian ide gagasan dan konsultasi rencana kegiatan pembuatan lembar balik kepada kepala ruangan dan mentor 2. Pembuatan media lembar balik terkait perawatan anak di rumah setelah kemoterapi 3. Pembuatan draf leaflet terkait perawatan anak di rumah setelah kemoterapi 4. Edukasi kepada pasien dan keluarga pasien menggunakan lembar balik yang telah dibuat 5. Evaluasi dan pembuatan laporan kegiatan edukasi menggunakan media lembar balik SKP

Inovasi

Inovasi

SKP

SKP

32

3.6 MATRIKS INTERNALISASI PELAKSANAAN NILAI-NILAI ANEKA

Berikut adalah matriks internalisasi nilai-nilai aneka pada pelaksanaan rancangan aktualisasi. Unit kerja : Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Identifikasi Isu: 1. Pelaksanaan terapi bermain pada masa pandemic

2. Rencana tindak lanjut intervensi manajemen mual dan muntah

3. Edukasi perawatan anak di rumah paska kemoterapi kepada pasien dan keluarga saat pulang

Kasus yang diangkat : Belum optimalnya pemberian pendidikan kesehatan oleh perawat kepada pasien post kemoterapi dan keluarga di Ruangan Kenanga 2 RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung

Gagasan pemecahan isu : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang jenis-jenis makanan yang dapat meningkatkan hemoglobin dengan media lembar balik

Tabel 3.6 Matriks Internalisasi Pelaksanaan Nilai-Nilai ANEKA

No. Kegiatan Tahapan Kegiatan Output/Hasil Keterikatan Substansi Mata Pelatihan

Kontribusi Terhadap Visi Misi Organisasi Penguatan Nilai Organisasi

1. Penyampaian ide gagasan dan konsultasi rencana kegiatan pembuatan lembar 1.Membuat janji bertemu dengan kepala ruangan dan mentor 1. Adanya janji pertemuan dengan kepala ruangan dan mentor Membuat rancangan aktualisasi dengan penuh tanggung jawab dan berintegritas selama Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri dan

33

Nilai Pamingpin Pituin:

Nilai inovatif yaitu adanya keinginan

balik kepada kepala ruangan dan mentor 2.Bertemu dan menjelaskan rancangan kegiatan 2. Rancangan kegiatan dijelaskan melakukan diskusi (Akuntabilitas). Menunjukkan sikap sopan santun (Etika Publik). Menjelaskan latar belakang masalah, datadata di lapangan terkait edukasi oleh perawat pada isu dengan terbuka kepada kepala ruangan (Akuntabilitas). Saat berdiskusi menunjukkan sikap rendah hati dan siap untuk dikritik dan diberikan saran (Etika publik).

Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar saat Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong dan bertujuan

untuk peningkatan kualitas hidup manusia. untuk menghasilkan suatu yang baru dan senantiasa melakukan perbaikan.

3.Berkonsultasi dan meminta arahan kepada kepala ruangan dan mentor tentang gagasan yang telah disampaikan 4.Meminta izin untuk pelaksanaan implementasi gagasan 3. Mendapatkan saran dan arahan terkait

rancangan kegiatan

4.Mendapatkan izin pelaksanaan implementasi gagasan dari

Kepala

Ruangan Nilai Integritas yaitu dengan kejujuran, amanah dan menjunjung etika yang tinggi.

34

This article is from: