![](https://static.isu.pub/fe/default-story-images/news.jpg?width=720&quality=85%2C50)
4 minute read
3.3. Latar Belakang Pemilihan Isu
from Optimalisasi Edukasi Babyblues Melalui Pembuatan SOP, Leaflet, Dan Video Edukasi Effleurage Massage
dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda
RSUP Dr Hasan Sadikin
Advertisement
Bandung 2. Belum optimalnya case finding/deteksi dini terkait adanya gejala babyblues di Ruang
Alamanda Rumah Sakit Umum
Pusat Dr Hasan Sadikin
Bandung 3. Belum optimalnya penatalaksanaan ekstravasasi di
Ruang Alamanda Rumah Sakit
Umum Pusat Dr Hasan Sadikin
Bandung 4 4 3 11 III
4 5 4 13 II
Skala 1-5 (1 =sangat kecil; 2 = kecil; 3 = sedang; 4 = besar; 5 = sangat besar)
Dari hasil penapisan tersebut didapatkan urutan prioritas dari yang pertama yaitu : - Belum optimalnya edukasi tentang babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung - Belum optimalnya penatalaksanaan ekstravasasi di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung - Belum optimalnya case finding/deteksi dini terkait adanya gejala babyblues di Ruang Alamanda Rumah Sakit Umum Pusat Dr Hasan Sadikin Bandung
Sehingga dari hasil tersebut saya mengangkat isu belum optimalnya edukasi tentang babyblues dan cara penanganan gejala babyblues dengan teknik effleurage massage di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung untuk dijadikan topik rancangan aktualisasi.
3.3. Latar Belakang Pemilihan Isu
Data WHO (2018) mencatat prevalensi postpartum blues secara umum dalam populasi dunia adalah 3-8% dengan 50% kasus terjadi pada usia produktif yaitu 20-50 tahun. Sementara prevalensi postpartum blues di Negara Asia cukup tinggi dan bervariasi antara 26-85% (Munawaroh, 2018). Angka kejadian postpartum blues di Indonesia menurut USAID (United Stase Agency for International Development) (2016) Indonesia menduduki peringkat ke empat tertinggi di ASEAN. Fenomena yang terjadi
adanya kasus pembunuhan yang dilakukan seorang ibu berusia 27 tahun pada anaknya yang baru berusia 4 bulan tanggal 23 oktober 2017 di Karangpawitan Garut Jawa Barat. Kasus pembunuhan terhadap bayi juga dilakukan seorang ibu berusia 28 tahun di Cengkareng Jakarta Barat tahun 2017 dan di indikasikan terjadi karena babyblues yang tidak ditangani dengan baik dan cepat. Kemudian di tahun 2015 pembunuhan terhadap bayi juga dilakukan seorang ibu postpartum berusia 38 tahun di Padalarang Kabupaten Bandung (Media Tribun, 2017).
Baby blues melanda hampir 80% ibu, gangguan ini lebih ringan dibandingkan depresi post partum dan biasanya muncul mulai hari ke 2-2 minggu post partum dan akan hilang dengan sendirinya jika ditangani dengan benar. Faktor yang bisa menyebabkan timbulnya gejala babatblues yaitu faktor hormonal, faktor psikososial, faktor pengetahuan ibu tentang babyblues, faktor dukungan sosial, dan faktor pengalaman kehamilan dan persalinan ( Susanti & Sulistiyani, 2017).
Gejala umum dari baby blues cenderung adanya gangguan suasana hati yang di alami oleh ibu setelah melahirkan seperti cemas, gelisah, khawatir, tidak pecaya diri, sering menangis, terlalu sensitif, dan tidak peduli terhadap bayinya. Selain itu timbulnya sulit tidur, hilang tenaga, hilang nafsu makan atau sebaliknya, dan merasa lelah setelah bangun tidur (Roswiyani, 2015). Namun, apabila gejala ini tidak ditangani dengan baik dan cepat sehingga menetap maka bisa menjadi depresi post partum dan psikotik postpartum yang biasanya muncul sejak 2 minggu sampai 1 tahun dengan gejala episode depresi, ketakutan irasional terkait kesehatannya, keinginan untuk bunuh diri maupun membunuh bayinya, dan bahkan mengalami gejala halusinasi apabila sudah masuk ke fase psikotik postpartum.
Berdasarkan hasil penelitian teknik effleurage massage merupakan salah satu teknik nonfarmakologis yang efektif penanganan gejala babyblues pada ibu postpartum (Rizkita, 2020). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa teknik effleurage massage efektif dalam penanganan gejala babyblues sehingga dapat mencegah adanya depresi postpartum (Hapsari dkk, 2020). Grande Preire Physiotherapy and massage (2017) menyebutkan bahwa massage yang dilakukan pada ibu postpartum mempunyai beberapa manfaat diantaranya meredakan stres, meningkatkan relaksasi, meningkatkan kemampuan menyusui, meredakan nyeri terkait dengan melahirkan, mengatur ketidakseimbangan hormon setelah melahirkan, dan meningkatkan pola tidur sehat.
Ruang Lingkup analisis isu ini adalah Ruangan Alamanda RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dimana ruangan ini adalah ruangan khusus obstetri dan ginekologi. RSUP Dr. Hasan Sadikin merupakan rumah sakit tipe A milik pemerintah yang menjadi rumah sakit rujukan paling akhir di Jawa Barat. Sehingga kasus-kasus mengenai ibu hamil yang ditangani pun mempunyai riwayat kehamilan maupun persalinan dengan komplikasi serta seringkali melahirkan bayi dengan kondisi membutuhkan pemantauan dan penangangan lebih lanjut. Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 didapatkan bahwa prevalensi depresi pada 20 ibu post partum sebesar 2,32% dimana resiko akan meningkat apabila ibu melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan mengalami komplikasi saat kehamilan maupun pasca persalinan.
Berdasarkan hasil pengkajian di Ruang Alamanda RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung pada tanggal 1-8 Agustus 2021 kepada 10 orang ibu postpartum hari ke 2-3 ditemukan 6 dari 10 pasien mengalami gelisah, sulit tidur, penurunan nafsu makan, migrain, kelelahan dan 3 orang diantaranya mengalami penurunan kepercayaan diri dalam merawat bayi. Hal ini merupakan tanda awal adanya gejala babyblues. Namun pasien dan keluarga mengatakan gejala tersebut terjadi karena mungkin efek samping melahirkan dan belum mengetahui cara penanganan gejala yang dialami. Dengan gejala tersebut pasien ataupun keluarga hanya meminta penanganan seperti obat untuk mengatasinya tanpa mengetahui penanganan non farmakologisnya.
Berdasarkan hasil wawancara untuk mengkaji apa saja yang diketahui pasien dan keluarga mengenai babyblues dan cara penanganannya kepada 8 responden didapatkan hasil 5 orang tidak mengetahui mengenai babyblues dan gejalanya, 6 orang tidak mengetahui cara penanganan gejala babyblues, dan 7 orang merasa perlu dilakukannya penyuluhan terkait babyblues dan cara penanganannya.
Oleh karena itu sangat diperlukan adanya edukasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga sebagai bentuk upaya mencegah timbulnya ketergantungan pada tenaga kesehatan karena tidak mampu memahami permasalahan psikologis yang bisa timbul pasca melahirkan dan adanya ketidakmampuan dalam penatalaksanaan gejala babyblues secara mandiri. Sehingga hal ini bisa memicu berkembangnya gejala menjadi depresi postpartum dan psikotik postpartum yang bisa membahayakan keselamatan ibu dan bayinya. Intervensi edukasi ini sejalan dengan Misi Rumah Sakit yaitu ‘Peningkatan Kualitas Manusia” Berdasarkan dampak isu tersebut cukup besar maka proses selanjutnya akan dilakukan analisis penyebab dari isu tersebut dengan menggunakan metode analisis fishbone.