![](https://static.isu.pub/fe/default-story-images/news.jpg?width=720&quality=85%2C50)
3 minute read
3.3. Latar Belakang Pemilihan Isu
from Optimalisasi Pengembalian Sisa Narkotika Injeksi Yang Telah Dipakai Dan Pencatatannya Pada Formulir
3 = sedang;
4 = besar;
Advertisement
5 = sangat besar
3.3 Latar Belakang Pemilihan Isu
Dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ditegaskan bahwa narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di sisi lain dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan saksama.
Narkotika yang digunakan untuk kepentingan pengobatan adalah narkotika golongan II (contohnya Morfin, Petidin, Fentanil) yang mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan, dan narkotika golongan III (contohnya Kodein, Propiram, Etilmorfin) yang mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, sedangkan narkotika golongan I (contohnya Heroin, Kokain, Ganja) yang mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan, hanya digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi.
Tata kelola obat golongan narkotika harus dilaksanakan dengan baik, benar dan aman sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku untuk mencegah resiko kehilangan obat yang berpotensi penyalahgunaan.
Dalam Keputusan Direktur Utama RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung Nomor : HK.02.04/E013/15560/IX/2015 tentang Pengelolaan dan Penggunaan Perbekalan Farmasi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung, disebutkan bahwa obat yang dikendalikan, meliputi obat golongan narkotika dan psikotropika, dicatat secara akurat
sesuai dengan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku. Perbekalan Farmasi pasien yang tidak dipergunakan karena dihentikan atau hal lain, tidak diperkenankan disimpan di ruang perawatan, harus segera dikembalikan ke depo farmasi.
Dalam Standar Prosedur Operasional (SPO) Penanganan Sisa Obat Narkotika Injeksi yang terbit tahun 2018 sebagai acuan untuk menetapkan langkah-langkah dalam penanganan sisa obat narkotika injeksi di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung dibuatlah Formulir Pengembalian Dan Pemusnahan Sisa Narkotika Injeksi yang digunakan untuk mencatat penggunaan, jumlah sisa dan catatan pemusnahan sisa obat narkotika injeksi tersebut.
Dari data yang diperoleh pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2021 di depo farmasi COT, untuk melihat seberapa optimalnya pencatatan Formulir Pengembalian Dan Pemusnahan Sisa Narkotika Injeksi, diketahui tidak ada satupun Formulir Pengembalian Dan Pemusnahan Sisa Narkotika Injeksi yang diarsipkan. Pada bulan April 2021 dari total 559 operasi yang dilakukan di ruang COT hanya terdapat 9 Formulir Pengembalian Dan Pemusnahan Sisa Narkotika Injeksi yang berhasil diarsipkan. Dengan kata lain 0% SPO Penanganan Sisa Obat Narkotika Injeksi yang dilaksanakan pada sepanjang bulan Januari sampai dengan bulan Maret 2021 dan hanya 1,61% yang melaksanakan SPO Penanganan Sisa Obat Narkotika Injeksi pada bulan April 2021.
Seperti kita ketahui, narkotika adalah hal yang umum digunakan di ruang operasi. Pemakaian narkotika di ruang operasi ditujukan sebagai agen anestesi pada fase induksi di stadium I tahap anestesi, dimana narkotika akan menghambat atau mendepresi Susunan Saraf Pusat sehingga pasien tidak sadarkan diri, namun dapat bekerja reversibel dan dapat dikontrol, serta merupakan daya pengahalang nyeri yang hebat, tapi juga menimbulkan rasa nyaman (euforia). Hal-hal itulah yang dibutuhkan selama pasien menjalani operasi. Selain itu, pemberian narkotika di ruang operasi juga ditujukan sebagai analgetik post-op, dengan tujuan meringankan atau menghilangkan nyeri sesudah operasi.
Jadi, dengan kata lain, narkotika dan ruang operasi adalah suatu kesatuan yang tidak mungkin terpisahkan. Maka, sudah seharusnya, sesuai SPO Penanganan Sisa Obat Narkotika Injeksi yang berlaku, jumlah Formulir Pengembalian Dan Pemusnahan
Sisa Narkotika Injeksi yang kembali adalah 100% sesuai dengan jumlah pasien operasi yang menggunakan anestesi umum.
Berikut adalah data banyaknya penggunaan narkotika injeksi di depo farmasi COT sepanjang bulan Januari sampai dengan April 2021.
Tabel 3.4. Data Pemakaian Narkotika Injeksi di Depo farmasi COT
No Jenis Narkotika Injeksi
Banyaknya Pemakaian
(dalam satuan ampul)
Januari Februari Maret April
1 Fentanil 1050 1101 1633 1497 2 Petidin 535 628 853 925 3 Morfin 46 30 21 21 4 Oxycodone 19 15 18 3 Total 1650 1774 2525 2446
Dari data tersebut, diketahui bahwa di depo farmasi COT penggunaan obat narkotika injeksi lebih dari seribu ampul setiap bulannya. Jumlah yang besar ini harus diimbangi dengan pencatatan indikasi penggunaan yang jelas. Pada Formulir Pengembalian Dan Pemusnahan Sisa Narkotika Injeksi belum terdapat kolom Indikasi Penggunaan. Penulisan Indikasi Penggunaan seharusnya bisa ikut dicatat pada Formulir Pengembalian Dan Pemusnahan Sisa Narkotika Injeksi agar memudahkan dalam kontrol pemakaian, juga pengarsipan.
Selain itu juga dibutuhkan tempat pembuangan untuk limbah narkotika yang diletakkan di tempat pengembalian paket operasi untuk mempermudah dokter dan perawat ketika membuang sisa narkotika injeksi tersebut.
Berdasarkan observasi diatas dan untuk mengetahui gambaran petugas yang mengetahui dan paham akan keberadaan SPO Penanganan Sisa Obat Narkotika Injeksi, penulis kemudian memberikan kuesioner kepada masing-masing petugas di depo farmasi COT.
Dari hasil kuesioner tersebut, didapatkan hanya 3 orang petugas depo farmasi dari total 10 petugas depo farmasi yang mengetahui adanya SPO Penanganan Sisa